Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI NON LINEAR

Fungsi Permintaan dan Penawaran

sebelumnya telah dibahas tentang fungsi permintaan dan fungsi penawaran yang
merupakan fungsi linear. Secara grafis, fungsi permintaan dan penawaran dapat
ditunjukkan juga oleh fungsi non-linear
seperti berikut:

P
S

0 Q

Gambar 1 Kurva permintaan dan penawaran

Pada gambar di atas, sumbu vertikal menunjukkan harga (P) dan sumbu horisontal menunjukkan jumlah
(Q), sedang fungsi permintaan maupun penawaran, keduanya ditunjukkan oleh garis lengkung. Mengingat
bahwa keinginan seseorang untuk membeli suatu barang akan bertambah bila harganya turun dan
keinginan seseorang untuk menjual suatu barang akan bertambah bila harganya naik, maka dari gambar
kedua kurva di atas dengan mudah dapat ditebak bahwa kurva yang menurun adalah kurva permintaan
dan kurva yang menaik merupakan kurva penawaran. Kurva permintaan dapat ditunjukkan oleh suatu
bentuk parabola atau hiperbola, sedangkan kurva penawaran dapat ditunjukkan oleh suatu bentuk
parabola. Dalam ilmu ekonomi, umumnya seseorang tidak akan meninjau harga dan jumlah barang yang
nilainya negatif, sehingga bagian kurva yang berlaku dan digunakan adalah bagian kurva permintaan dan
penawaran yang berada di kuadran satu.
Melalui gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa kurva permintaan dapat merupakan bagian dari
parabola yang sumbunya dapat sejajar dengan sumbu vertikal maupun sumbu horisontal dan kurvanya
bisa terbuka ke atas
maupun ke bawah atau terbuka ke kiri maupun ke kanan. Meskipun demikian setiap bentuk kurva ini
mempunyai ciri-ciri sendiri yang satu sama lainnya berbeda.
Untuk parabola yang sumbunya sejajar dengan sumbu P (sumbu vertikal) bentuk persamaan
umumnya dapat ditulis sebagai berikut:

(Q - h)2 = 4p (P - k)

P P

p<0
p>0
h≤ 0
h>0
k>0 (a)
k≤ 0

0 Q
O Q

P P

(d)

p < 0(c)
p>0
h>0
h≤ 0
k<0
k>0

O Q
0 Q

Gambar 2 Grafik Bentuk-bentuk Kurva Parabola

Pada gambar (a), parabola terbuka ke bawah berarti p < 0. Titik vertex (h, k) terletak di kuadran kedua
dan dapat pula di sumbu P. Ini berarti nilai h
≤ 0 dan k > 0.
Gambar (b) menunjukkan parabola yang terbuka ke atas. Parabola macam ini mempunyai p > 0 dan
titik vertex (h,k) yang terletak di kuadran keempat atau dapat pula terletak di sumbu Q (sumbu horisontal)
jadi h > 0
dan k ≤ 0. Ada dua potongan kurva yang terletak di kuadran pertama yaitu bagian kurva yang menaik dan
menurun. Namun untuk kurva permintaan yang dipakai adalah potongan kurva yang menurun. Nilai Q
yang berlaku mempunyai batas yaitu 0 < Q < Q1, dan Q1 terletak pada potongan kurva yang menurun.
Bentuk parabola yang ditunjukkan oleh gambar (c) dan (d) adalah parabola yang sumbunya sejajar
dengan sumbu Q (sumbu horisontal) dan bentuk umumnya adalah

(P - k)2 = 4p(Q - h)

Pada gambar (c), parabola terbuka ke kiri yang berarti p < 0 dan titik vertex terletak di kuadran
keempat dan mungkin juga terletak di sumbu Q. Titik vertex (h,k) di kuadran keempat ditunjukkan oleh
h > 0 dan k < 0. Gambar (d) adalah gambar parabola yang terbuka ke kanan dengan P
> 0. Titik vertex bisa berada di kuadran kedua dan dapat pula di sumbu P. Titik vertex (h,k) yang berada
di kuadran kedua, ditandai oleh nilai h ≤ 0 dan k > 0. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa bagian
parabola yang berada di kuadran pertama ada dua potong, yakni bagian kurva yang menaik dan potongan
kurva yang menurun. Mengingat sifat kurva permintaan yang selalu menurun, maka bagian kurva yang
digunakan untuk kurva permintaan adalah potongan parabola yang menurun. Dengan demikian maka nilai
P yang memenuhi batas adalah 0 < P < P1, di mana P1, terletak pada kurva yang menurun.

Contoh.1:
Gambarkan kurva permintaan yang ditunjukkan oleh persamaan: P = 11 – Q – 1/4Q2

Persamaan dapat dirubah menjadi bentuk umum dengan cara sebagai berikut:

4P = 44 - 4Q - Q2 + 4 – 4
atau
Q2 + 4Q + 4 = 4P + 48 (Q + 2)2 = -4(P - 12)
maka:
P = -1, h = -2, k = 12

Perpotongan dengan sumbu vertikal (P) terjadi untuk Q = 0 dan P = 11. Perpotongan dengan sumbu
horisontal (Q) terjadi untuk P = 0 dan
P

Q1 = -2 + 4 3
Q2 = -2 - 4 3 p = 11 – Q -1/2 Q2

0 Q

Contoh 2
Gambarkan kurva permintaan yang ditunjukkan oleh persamaan:
1
P = 1/5 Q2 − 4Q + 20
Persamaan dapat dirubah menjadi bentuk umum dengan cara sebagai berikut:
P = 1/5Q2 – 4Q + 20P
Q2 − 20Q +100 = 5P
(Q −10)2 =4 5/4 (P-0)

Jadi p = 5/4 , h = 10, k = 0 dan titik vertex berada di sumbu Q.

Perpotongan dengan sumbu P terjadi bila Q = 0, jadi untuk Q = 0, maka P =20.


Perpotongan dengan sumbu Q terjadi bila P = 0, jadi untuk P = 0 makaQ= 10.

20

14

12

10

0
2 4 6 8 10

Kurva permintaan adalah P = 1/5 Q − 4Q + 20 untuk 0 < Q < 10


Kurva penawaran dapat ditunjukkan oleh parabola. Parabola yang digunakan sumbunya dapat sejajar
dengan sumbu horisontal atau sumbu vertikal. Bagian kurva yang digunakan untuk kurva penawaran
adalah bagian kurva yang menaik dan terletak pada kuadran pertama., seperti terlihat pada gambar di
bawah ini

P P

0 Q

0 Q

Gambar
Grafik Kurva Penawaran dari Parabola

Contoh
Gambarkan kurva penawaran yang ditunjukkan oleh persamaan:
Q 2 + 2Q + 1
P=
4
Persamaan di atas dapat ditulis menjadi: (Q + 1)2 = 4(P - 0)

Titik Vertex (-1,0)

2
y = Q + 2Q +1
4

0 Q
Contoh
Gambarkan kurva penawaran yang ditunjukkan oleh persamaan:

4x − y2 − 2y − 5 = 0

Persamaan dibawa ke bentuk normal:

4x = y2 + 2y +1+ 4
4(x +1) = (y +1)2
1
Titik vertex (-1, -1) dan p =
4

4x − y2 − 2 y
−5 = 0

Q
(-1, -1)

Kurva permintaan dan penawaran bersama-sama akan membentuk harga dan jumlah keseimbangan.
Harga dan jumlah keseimbangan merupakan titik potong kurva penawaran dan permintaan yang nilainya
dapat ditentukan secara grafis dengan melukiskan kedua kurva secara seksama. Penentuan harga dan
jumlah keseimbangan secara analisis belum tentu di dapat dengan mudah karena mungkin akan
menyangkut pencarian akar persamaan derajat tiga atau empat yang teori penyelesaiannya tidak akan
dibicarakan di sini. Menghitung titik potong kurva permintaan dan penawaran dapat dilakukan dengan
mudah jika kemudian hanya timbul persamaan derajat dua. Persamaan ini timbul karena:
* Salah satu merupakan fungsi linear dan yang lain adalah fungsi derajat dua;
* Harga (P) merupakan fungsi derajat dua dari jumlah yang berbentuk parabola atau hiperbola, baik untuk
fungsi penawaran maupun untuk fungsi permintaan.
* Jumlah barang baik yang diminta maupun yang ditawarkan merupakan fungsi kuadrat dari harga.

Contoh
Hitunglah jumlah dan harga keseimbangan dari kurva penawaran dan kurva permintaan berikut:

Qs = P2 + P – 2
Qd = -2P + 16

Keseimbangan tercapai jika Qs = Qd Jadi: P2 + P - 2 = -2P + 16

P2 + 3P - 18 = 0 (P - 3)(P + 6) = 0

P1 = -6 (tidak dipakai) P2 = 3

Untuk P = 3, maka Q = -2(3) + 16 = 10 Jadi harga keseimbangan = P = 3

Jumlah keseimbangan = Q = 10.

P
8

Q = -2P + 16

3 Q = P2 + P -2

0 10 16 Q
-2

BEP NON LINIER


Analisis BEP yang telah kita bahas sebelumya terutama digunakan untuk
keadaan yang berubah secara linier. Misalnya harga per unit produk yang kita
analisis berubah secara linier. Demikian juga biaya variabel yang berubah secara
linier. Situasi tersebut dalam kenyataannya sering sulit ditemukan. Harga produk
misalnya mengalami penurunan apabila jumlah produk yang dibeli banyak.
Misalnya, ketika kita membeli 1 buah produk harganya Rp. 1.000. Tetapi bila kita
membeli 2 buah produk maka harganya hanya Rp. 1.900. Ini berarti ada diskon
sebesar Rp. 100 atau harga per produk menjadi hanya Rp. 950,- Keadaan seperti
itu juga terjadi pada biaya.
Analisis BEP yang akan dibahas sekarang apabila fungsi pendapatan dan
biayanya tidak linier (non linier), misalnya berbentuk parabola. Pada keadaan non
linier ini, maka dalam grafik akan kita dapatkan keadaan BEP lebih dari satu titik.
Pada dasarnya analisis biaya, volume dan laba (analisis BEP) baik menggunakan
fungsi linier maupun non linier tidak berbeda. Perbedaan terjadi pada perilaku
biaya ditentukan besarnya biaya variabel, biaya tetap, biaya rata-rata, dan biaya
marjinalnya (marginal cost, A/Q. Volume produksi biasanya diberi notasi Q
(quantity). Secara matematis, hubungan antara biaya tersebut di atas dan volume
produksi dijelaskan sebagai berikut:
Biaya total (Total Cost) = TC = VC + FC
Variable Cost (VC) = f(Q)
Fixed Cost (FC) = k (konstanta),
Sehingga TC = f(Q) + k
Average Cost (AC) = TC / Q
Average Variable Cost (AVC) = VC / Q
Average Fixed Cost (AFC) = FC / Q
Karena TC = VC + FC, maka AC = AVC + AFC
Tambahan Total Biaya ΔTC
Marginal Cost (MC) = Tambahan Unit Produksi = ΔQ

Di samping berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan, volume produksi juga


akan menentukan besarnya pendapatan total (Total Revenue, TR) yang akan
diterima oleh perusahaan. Pendapatan total ini merupakan jumlah unit barang yang
dijual (Q). Padahal kita tahu bahwa pendapatan total (TR) juga sama dengan harga (P)
kali jumlah unit barang yang dijual (Q). Hal ini berarti pendapatan rata-rata sama dengan
harga jual per unit.
Jadi: AR = TR / Q  TR = AR x Q
TR = P x Q
Maka AR = P
Apabila digambarkan dalam grafik ternyata grafik fungsi pendapatan rata-
rata akan sama dengan fungsi pendapatan barang yang dijual. Hal ini terutama
akan terjadi pada pasar persaingan sempurna di mana di pasar tersebut banyak
penjual yang menawarkan barang yang sama sehingga penjual tidak dapat
menentukan harga seenaknya. Harga akan sangat dipengaruhi oleh permintaan
dan penawaran yang terjadi. Pada analisis BEP yang non linier, pendapatan
maksimal dari barang yang dijual akan tercapai pada titik puncak fungsi
pendapatan yang dimaksud. Sedangkan laba maksimal akan tercapai pada titik
puncak fungsi labanya. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini
diberikan contoh perhitungannya.

Contoh
Perusahaan “BAHANA” menghadapi fungsi permintaan atas produk yang dijualnya
sebagai berikut: P = -4Q + 520, dan fungsi biayanya adalah TC = Q2 + 20Q +
3.500.
Dari informasi tersebut ditanyakan:
a. Titik pulang pokok (Break Even Point, BEP)
b. Pendapatan (Total Revenue, TR) maksimal
c. Keuntungan (laba) maksimal
d. Gambar grafiknya

Dari contoh soal di atas, kita tidak menggunakan formula BEP sebagaimana telah
dijelaskan di muka tetapi menggunakan perhitungan matematis biasa sebagai
berikut:

a. Titik pulang pokok (Break Even Point, BEP) tercapai pada saat TR = TC
TR = P x Q = (- 4Q + 520) Q
TR = -4Q2 + 520 Q
TC = Q2 + 20Q + 3.500
BEP tercapai pada TR = TC  -4 Q2 + 520Q = Q2 + 20Q + 3.500
 -5 Q2 + 500Q - 3.500 = 0
 -Q2 + 100Q - 700 = 0
−b± √( b 2 −4ac )
Q1,2 = 2a
−100±√ ( 100 ) −4 .(−1).(−700)
2

Q1,2 = 2 .(-1)
−100±√ 10 .000−2. 800
Q1,2 = -2
−100±√ 7 .200
Q1,2 = -2
−100±84 ,85
Q1,2 = -2
−100+84 , 85
Q1 = -2 = 7,85
−100−84 ,85
Q1 = -2 = 92,43
Untuk Q1 = 7,58
TR = -4Q2 + 520Q = -4 (7,58)2 + 520 (7,58)
TR =-229,83+ 3.941,6
TR = 3.711,77 = Rp 3.712,- (dibulatkan)
P = -4Q + 520
P = -4 (7,58) + 520  P = 489,68  sebagai p1 = 490 (dibulatkan)
Untuk Q2 = 92,43
TR = -4Q2 + 520Q = -4 (92,43) 2 + 520 (92,43)
TR = -34.173,22 + 48.063,6
TR = 13.890,38 = Rp. 13.890,- (dibulatkan)
P = -4Q + 520
P = -4 (92,43) + 520  P = -369,72 + 520
P = 150,28  sebagai P2 = 150 (dibulatkan)
Jadi BEP tercapai pada saat:
BEP1  Q1 = 7,28 dan P1 = 489,68
BEP2  Q2 = 92,43 dan P2 = 150,28

b. Pendapatan maksimal
Pendapatan maksimal tercapai pada titik puncak fungsi pendapatan yaitu Q = -b / 2a
TR = 520Q - 4Q2
Q = -b / 2a = -520 / 2 (-4) = -520 / (-8) = 65 unit
P = 520 - 4Q = 520 – 4 (65) = 520 - 260 = Rp. 260
TR = 520Q - 4Q2
TR = 520(65) – 4 (65)2
TR = 33.800 - 16.900 = Rp. 16.900,-
Jadi pendapatan maksimalnya adalah sebesar Rp. 16.900,- yang tercapai pada
saat Q = 65 unit dan harganya P = Rp. 260.

c. Keuntungan (laba) maksimal


Keuntungan maksimal tercapai pada titik puncak fungsi keuntungan (fungsi
laba).
Laba () = TR - TC
 = 520Q - 4Q2 - (Q2 + 20Q + 3500)
 = -5Q2 + 500Q - 3500
Laba () maksimal tercapai pada Q = -b/2a
 = -500 / 2.(-5) = -500 / (-10) = 50 unit
Pada Q = 50 unit

Maka laba () = -5 (50)2 + 500 (50) - 3.500


 = -12.500 + 25.000 - 3.500
 = Rp. 9.000
Jadi laba maksimal tercapai pada saat jumlah barang yang dijual sebanyak 50
unit dengan laba yang diperoleh sebesar Rp. 9.000,-.
d. Gambar grafiknya adalah sebagai berikut:

A
16
B

TR = Q2 + 20Q + 3.500

14 BEP2 (92,43; 13.890)

4
BEP1 (7,58; 3.712)

unit
0 10 50 65 92
Q1 Q3 Q4 Q2

Keterangan
Q1 dan Q2 = jumlah produksi pada keadaan BEP
B–C = laba maksimal
BEP1 = BEP pertama pada titik (7,58; 3.712)
BEP2 = BEP kedua pada titik (92,43; 13.890)
A = titik puncak fungsi pendapatan (pendapatan maksimal)
Q3 = jumlah produksi pada laba maksimal (50 unit)
Q4 = jumlah produksi pada pendapatan maksimal (65 unit)

Anda mungkin juga menyukai