Anda di halaman 1dari 2

Hubungan peringanan pidana korupsi dengan gratifikasi

Dalam hukum di Indonesia disebutkan bahwa tindak pidana korupsi dengan gratifikasi itu
memiliki unsur pembeda diantaranya ialah bahwa korupsi itu merupakan tindakan yang
dilakukan oleh pejabat atau orang yang mempunyai pengaruh serta wewenang dalam
membantu untuk memfasilitasi masyarakat, dimana oknum-oknum tersebut melakukan
tindakan ilegal menyalahgunakan kepercayaan masyarakat dengan memanfaatkan kekuasaan
yang mereka miliki. Sedangkan gratifikasi adalah tindakan memberi yang didasari dengan
maksud mendapatkan manfaat tertentu dalam pengertiannya lalu dijelaskan ada hukum yang
mendasari gratifiksi ini dalam UU No.20 tahun 2001, pasal 12b ayat (1), setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap suap apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut: yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut
bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi (pembuktian terbalik); yang
nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan suap dilakukan
oleh penuntut umum.

Dari pengertian kedua kata kunci diatas, dapat diartikan bahwa korupsi juga bisa dikatakan
sebagai gratifikasi karena berkaitan dengan penyelenggara negara dan menyalahgunakan
jabatan negara demi mendapatkan keuntungan berupa uang atau kekayaan. Akan tetapi
gratifikasi ini bisa juga dikatakan bukan merupakan tindakan pidana dengan catatan bahwa
gratifikasi tersebut dilaporkan ke KPK atau disebut dengan transparansi kekayaan. Dengan
begitu gratifikasi tidak selalu atau tidak dikatakan sebagai tindak pidana korupsi atau suap,
apabila gratifikasi tersebut sudah dilaporkan ke KPK mengenai sumber graifikasi dan maksud
pemberian tersebut.

Gratifikasi atau yang bisa disebut juga dengan pemberian hadiah yang diterima oleh pejabat
atau Aparatur Sipil Negara juga bisa memicu suatu tindak pidana korupsi dan jika dilanjutkan
maka akan menjadi kebiasaan di negara ini untuk melakukan pemberian hadiah atau
gratifikasi itu sendiri kepada pejabat atau ASN yang memiliki jabatan yang berpengaruh agar
orang yang memberikan hadiahnya akan mendapatkan fasilitas yang diinginkan. Singkatnya
adalah bahwa konflik menerima sebuah barang gratifikasi dapat membiasakan orang
melakukan kewajiban timbal balik atas sebuah pemberian yang bisa menyebabkan
independensi penyelenggara negara dapat terganggu. Dari hal itu juga dapat memperngaruhi
objektivitas dan penilaian profesional penyelenggara negara, dimana apabila kita yang
sebagai warga negara mengininkan fasilitas yang lebih unggul dan cepat maka kita
melakukan yang namanya pemberian itu kepada pihak yang bersangkutan atau pejabat dan
Aparatur Sipil Negara. Penerimaan gratifikasi juga bisa digunakan sedemikian rupa untuk
mengaburkan tindak pidana korupsi. Suatu tindakan dapat dikatakan gratifikasi dan masuk ke
dalam tindak pidana korupsi adalah saat suatu pemberian itu tidak dilaporkan kepada KPK
selama 30 hari dan ketika sebuah pemberian itu dilaporkan ke KPK, maka KPK akan
menentukan apakah itu suatu tindakan gratifikasi atau tidak. Tidak semua pemberian itu
adalah salah satu tindakan pidana gratifikasi atau korupsi, namun tindakan gratifikasi itu
termasuk dalam kategori korupsi apabila ada faktor pendukung yang dimana menunjukkan
bahwa tindakan tersebut ialah merupakan tindak pidana korupsi.
Hubungan antara peringanan pidana korupsi dengan gratifikasi adalah bahwa kedudukan
gratifikasi itu sendiri di mata hukum. Selain itu gratifikasi adalah suatu tindakan pidana yang
bisa dikatakan sebagai tindakan korupsi jika tidak dilaporkan ke badan terkait, lalu gratifikasi
merupakan jenis tindakan korupsi itu sendiri. Ada 30 perbuatan yang dikualifikasikan dalam
tindak pidana korupsi, namun 30 perbuatan tersebut dibagi dalam 7 jenis tindak pidana
korupsi dan gratifikasi termasuk dalam jenis tindak pidana itu sendiri dengan berdasarkan
pada satu pasal. Gratifikasi adalah salah satu jenis dan faktor dalam peringanan tindak pidana
korupsi atau bisa juga menjadi salah satu faktor pemberat tindakan pidana korupsi.
Tergantung dari apa yang dilakukan oleh terpidana korupsi, itu bisa menjadi faktor faktor
pendukung untuk meringankan atau bahkan memberatkan. oleh karena itu juga, gratifikasi
selalu dikaitkan dengan tindakan pidana korupsi namun orang yang terkait di dalam tindakan
gratifikasi itu tidak juga termasuk dalam tindakan pidana korupsi. Hal itu tergantung dari
perbuatan dan hal apa yang digratifikasikan tersebut, maka tindakan gratifikasi harus
dilaporkan ke KPK agar diketahui apakah hal tersebut termasuk tindakan pidana korupsi atau
sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai