Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI


BENTUK KORUPSI YANG BERHUBUNGAN DENGAN GRATIFIKASI

DOSEN PENGAMPU:
Akhyaruddin, S.Pd.I., M.Pd

DISUSUN OLEH:
SUCI RATNA SARI (T.MPI.1.2023.020)
SURATUL MAIDAH (T.MPI.1.2023.021)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM SYEKH MAULANA QORI


INSTITUT AGAMA ISLAM SYEKH MAULANA QORI BANGKO
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah tentang Bentuk Korupsi yang Berhubungan Dengan Gratifikasi ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Bentuk Korupsi yang Berhubungan
Dengan Gratifikasi. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Bangko, 16 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAGIAN PENGANTAR

Halaman judul...................................................................................................

Kata pengantar.................................................................................................i

Daftar isi ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang..............................................................................1

1.2 Rumusan masalah.........................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

2.1 A. Pengertian Gratfikasi...............................................................2

2.3 B. Landasan Hukum Tentang Gratifikasi.....................................3

2.3 C. Kategori Gratifikasi..................................................................4

2.4 D. Dampak Gratifikasi..................................................................5

2.5 E. Contoh Gratifikasi....................................................................5

BAB III PENUTUP ........................................................................................

3.1 Kesimpulan...................................................................................8

3.2 Saran.............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
korupsi merupakan salah satu kata yang cukup populer di masyarakat
dan telah menjadi tema pembicaraan sehari-hari. Namun demikian, ternyata
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu korupsi. Pada
umumnya, masyarakat memahami korupsi sebagai sesuatu yang merugikan
keuangan negara semata. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 joncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, ada 30 jenis tindakan korupsi.
Dari berbagai jenis korupsi yang diatur dalam undang-undang,
gratifikasi merupakan salah satu hal yang relatif baru dalam penegakan hukum
tindak pidana korupsi di Indonesia. Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B
Undang-Undang tersebut di atas. Dalam penjelasan pasal tersebut, gratifikasi
didefinisikan sebagai suatu pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan,
fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas
lainnya, yang diterima di dalam negeri maupun yang di luar negeri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Gratifikasi?
2. Bagaimana Landasan Hukum Tentang Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana
Korupsi?
3. Apa saja Kategori Gratifikasi?
4. Bagaimana Dampak Gratfikasi?
5. Apa saja Contoh Gratfikasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Gratifikasi
2. Untuk mengetahui Landasan Hukum Tentang Gratifikas
6. Untuk mengetahui Kategori Gratifikasi
3. Untuk mengetahui Dampak Gratfikasi
4. Untuk mengetahui Contoh Gratfikasi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gratifikasi
Salah satu bentuk korupsi yang paling banyak diungkap saaat ini adalah
korupsi dalam bentuk gratifikasi. Gratifikasi adalah suatu pemberian, imbalan
atau hadiah oleh orang yang pernah mendapat jasa atau keuntungan atau oleh
orang yang telah atau sedang berurusan dengan sutau lembaga publik atau
pemerintah dalam misalnya untuk mendapatkan suatu kontrak.
Transparency International memberi definisi lebih jelas mengenai
korupsi yaitu perbuatan menyalahgunakan kekuasan dan kepercayaan publik
untuk keuntungan pribadi. Definisi ini kalau diuraikan lebih jauh mempunyai
beberapa unsur-unsur yang membentuk tindak pidana korupsi yaitu pertama
adanya penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan. kedua, kekuasaan dan
kepercayaan ini terkait dengan akses financial atau materi. Ketiga, perbuatan
ini dapat memberikan keuntungan pribadi (dalam hal ini termasuk diri pelaku
ataupun juga orang lain). Definisi ini sebenarnya masih terlalu abstrak dan
sederhana untuk menjangkau perbuatan-perbuatan kongkrit yang dianggap
tindakan koruptif. Bahkan pengaturan perbuatan yang dianggap sebagai tindak
pidana korupsi dibeberapa negara dimungkinkan ada sedikit perbedaan.
Walaupun demikian biasanya core perbuatan korupsi tidak lepas dari beberapa
perbuatan berikut, yaitu perbuatan penyuapan, penggelapan dan gratifikasi.1
Pelarangan atas segala bentuk pemberian hadiah atau gratifikasi kepada
seseorag terkait kapaitasnya sebagai pejabat atau penyelenggara negara
bukanlah sesuatu yang baru. Gratifikasi menjadi perhatian khusus, karena
merupakan ketentuan yang baru dalam perundang-undangan dan perlu
sosialisasi yang lebih optimal. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mendifinisikan gratifikasi sebagai
pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat atau
diskon, komisis, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, perjalana wisata,
pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya.

1
Pope, J, Strategi Memberantas Korupsi, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 2003, hal. 6

2
B. Landasan Hukum Tentang Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi
Tindak pidana gratifikasi merupakan bagian dari tindak pidana korupsi
yang terdiri dari pmberi dan penerima gratifikasi. Ketentuan hukum terhadap
penerima gratifikasi terdapat pada Pasal No. 20 Tahun 2001 yaitu :
1. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatan dan yang
berlawanan dengan kewajiban dan tugasnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi.
b. Yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000.00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
2. Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).2
Keberadaan Pasal 5 dan Pasal 12B ini masih membingungkan dan
dalam penerapannya akan terjadi tumpang tindih dengan ketentuan hukum
yang lain. Hal ini terlihat dalam dari ketentuan Pasal 12C Undang-Undang
No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang menyatakan:3
1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Psal 12B, ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

2
Ermanjsah Djaja, Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika, 2008,
hal. 67
3
Adamai Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung: PT Alumni,
2006, hal. 120

3
2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
3) Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi dalam waktu Paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimaa dimaksud
dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana diamksud
dalam ayat (3) diatur dalam Undang-Undang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Tindak pidana korupsi berasal dari dua kata yaitu tindak pidana dan
korupsi. Istilah tindak pidana berasal dari istilah hukum Belanda yaitu
strafbaar feit. Pada dasarnya istilah strafbaar feit ini berasal dari tiga kata
yaitu straf, baar, feit. Straf diartiakn dengan pidana atau hukum, baar diartikan
dengan dapat atau boleh, dan feit diterjemahkan dengan tindaka, peristiwa atau
perbuatan. Dengan demikian strafbaar feit diartikan sebagai suatu tindakan
yang menurut rumusan Undang-Undang telah dinyatakan sebagai tindakan
yang dapat dihukum, artinya perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan
diancam dengan pidana, di mana pengertian perbuatan disini selain perbuatan
yang bersifat aktif (melakukan sesuatu perbuatan yang sebenarnya dilarang
oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang
sebenarnya dilarang oleh hukum).
C. Kategori Gratifikasi
Penerimaan gratifikasi dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu
gratifikasi yang dianggap suap dan gratifikasi yang tidak dianggap suap,
yaitu :4
1. Gratifikasi yang Dianggap Suap
Yaitu gratifikasi yang diterima oleh pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang berhubungan dengan kewajuban atau

4
Direktorat Gratifikasi, Buku Saku Memahami Gratifikasi. Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia, 2014, hal. 56

4
tugasnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999ntentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Gratifikasi yang Tidak Dianggap Suap
Yaitu gratifikasi yang diterima oleh pegawai ngeriatau
penyelenggara negara yang berhubungan dngan jabatan dan tidak
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Kegiatan resmi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
sah dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatannya dikenal dengan
kedinasan. Dalam menjalankan kedinasannya pegawai negeri atau
penyelenggara negara sering dihadapkan pada peritiwa gratifikasi sehingga
gratifikasi yang tidak dianggap suap dapat dibagi menjadi 2 sub yaitu
gratifikasi yang tidak dianggap suap yang terkait kedinasan dan gratifikasi
yang tidak dianggap suap yang tidak terkait kedinasan.
Gratifikasi yang tidak dianggap suap yang terkait dengan kegiatan
kedinasan meliputi penerimaan dari:
a. Pihak lain berupa cinderamata dalam kegiatan resmi kedinasan
seperti rapat, seminar, workshop, konferensi, pelatihan atau
kegiatan lain sejenis;
b. Pihak lain berupa kompensasi yang diterima terkait kegiatan
kedinasan, seperti honorarium, transportasi, akomodasi dan
pembiayaan lainnya sebagaimana diatur pada standar biaya yang
berlaku di instansi penerima, sepanjang tidak terdapat pembiayaan

5
ganda, tidak terdapat konflik kepentingan, atau tidak melanggar
ketentuan yang berlaku di instansi penerima.
D. Dampak Gratifikasi
1. Si pegawai akan lebih cenderung dan lebih senang untuk melayani orang
yang memberikan hadian kepadanya hadiah. Sebaliknya dia malas untuk
melayani orang-orang yang tidak memberikan kepaddanya hadiah, padahal
semua konsumen mempunyai hak yang sama, yaitu mendapatkan
pelayanan dari pgawai tersebut secara adil dan profesional, karena
pegawai tersebut sudah mendapatkan gaji secara rutin dari perusahaan
yang mengirimnya.
2. Si pegawai ketika mendapat hadiah dari salah satu konsumen,
mengakibatkan dia bekerja tidak profesional lagi. Dia merasa tidak
mewakili perusahaan yang mengirimnya, tetapi merasa bahwa dia bekerja
untuk dirinya sendiri.
3. Si pegawai ketika bekerja selalu dalam keadaan mengharap-harap hadiah
dai konsumen.5
E. Contoh Gratifikasi
1. Pemberian pinjaman barang dari rekanan kepada pejabat atau pegawai
negeri secara Cuma-Cuma;
2. Pemberian tiket perjalanan oleh rekanan kepada penyelenggara negara
atau pegawai negeri atau keluarganya untuk keperluan atau dinas secara
Cuma-Cuma;
3. Pemberian tiket perjalanan oleh pihak ketiga kepada penyelenggara
negara atau pegawai negeri atau keluarganya untuk keperluan dinas atau
pribadi secara Cuma-Cuma;
4. Pemberian insentif oleh BUMN atau BUMD kepada pihak swasta karena
target penjualannya berhasil dicapai;
5. Penerimaan honor sebagai narasumber oleh seorang penyelenggara negara
atau pegawai negeri dalam suatu acara;

5
Andi Hamzah, Pengkajian Masalah Hukum Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi,
BPHN, Jakarta , 2004, hal. 1

6
6. Pemberian sumbangan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam
acara khusus
7. Pemberrian barang (suvenir, makanan, dll) oleh kawan lama atau
tetangga;
8. Pemberian oleh rekanan melalui pihak ketiga;
9. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terimakasih atas jasa yang
diberikan;
10. Pemberian hadiah atau uang oleh debitur kepada pegawai bank
BUMN/BUMD;
11. Pemberian cash back kepada nasabah oleh bank BUMN/BUMD;
12. Pemberian fasilitas penginapan oleh pemda setempat kepada
penyelenggara ngara atau pegawai negri pada saat kunjungan di daerah;
13. Pemberian sumbangan atau hadiah pernikahan penyelenggara negara atau
pegawai negeri pada saat penyelenggra negara/pegawai negeri
menikahkan anaknya;
14. Pemberian kepada pensiunan pegawai negeri atau janda pensiunan; dan
15. Hadiah karena prestasi

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gratifikasi adalah suatu pemberian, imbalan atau hadiah oleh orang
yang pernah mendapat jasa atau keuntungan atau oleh orang yang telah atau
sedang berurusan dengan sutau lembaga publik atau pemerintah dalam
misalnya untuk mendapatkan suatu kontrak. Dimana gratifikasi sudah
dilandaskan dalam pasal No. 20 Tahun 2001. Gratifikasi itu sendiri ada yang
dianggap suap maupun tidak. Gratifikasi juga berdampak buruk, serta
banyaknya contoh yangbisa kita lihat sekarang gratifikasi yang dilakukan.

B. Saran
Kita sebagai seorang mahasiswa dan terpalajar hendaknya bisa
membedakan gratifikasi dan korupsi dan bisa menghindari gratifikasi dimana
pun kita berada dan pelajari sehingga kita tidak menyimpang serta pahami
tentang gratifikasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Chazawi, Adamai. 2006. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi. Bandung:


PT Alumni
Djaja, Ermanjsah. 2008. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar
Grafika
J. Pope. 2003. Memberantas Korupsi, Yayasan Obor Indonesia : Jakarta
Gratifikasi, Direktorat. 2014. Buku Saku Memahami Gratifikasi. Komisi
Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia
Hamzah, Andi. 2004. Pengkajian Masalah Hukum Penanggulangan Tindak
Pidana Korupsi, Jakarta: BPHN
Mauliddar, N. Din, M. Rinaldi, Y. 2017. Gratifikasi Sebagai Tindak pidana
Korupsi Terkait Adanya Laporan Penerima Gratifikasi. Kanun Jurnal
Ilmu Hukum, Vol 19(1),pp 155-173. Magister Ilmu Hukm Fakultas
Hukum: Universitas Syiah Kuala.

Anda mungkin juga menyukai