Anda di halaman 1dari 2

Nama : Maisitoh Z

Nim : 220023010

SOAL:
1. Identifikasi masalah dalam penelitian ini?
2. Bagaimana penulis mengkonstruksikan penelitian ini sehingga penelitian ini layak
untuk diteliti?
3. Identifikasikan lembaga-lembaga atau individu-individu yang terlibat dalam
penelitian ini?
4. Identifikasi kelompok yang pro dan kontra dalam penelitian ini?
5. Sebutkan alasan kenapa pro dan kontra?
6. Teori apa yang digunakan dalam malasalah penelitian ini?

JAWABAN:
1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah disahkannya Pondok Pesantren mendapat
reaksi negatif dan adanya penolakan terhadap Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang Pondok Pesantren dan menuai pro dan kontra dikalangan kelompok islam
yaitu Organisasi Islam Nahdhatul Ulama (NU) dan Ormas Islam Muhammadiyah
2. Pada penelitian ini dijelaskan Pada masa Presiden Jokowi, terjadi perubahan radikal.
Pondok pesantren diakui dan ditetapkan sebagai lembaga pendidikan yang layak
seperti lembaga pendidikan umum. Namun disahkannya UU Pesantren mendapat
reaksi positif dan negatif dikalangan kelompok islam. Kelompok pro dan kontra
terpecah menjadi 2 yaitu Organisasi Islam Nahdhatul Ulama (NU) dan Ormas Islam
Muhammadiyah
3. Lembaga-lembaga Instansi atau individu yang terlibat dalam penelitian ini adalah
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pondok Pesantren, Presiden,
Nahdhatul Ulama (NU), dan Ormas Islam Muhammadiyah.
4. Pihak yang Pro dalam penelitian ini ialah Nahdhatul Ulama (NU) menyetujui dan
mendesak DPR mempercepat proses pengesahan Undang-Undang pesantren
diberlakukannya UU Pesantren diperlukan agar pesantren di indonesia mempunyai
kesetaraan dengan pendidikan masyarakat. Sedangkan pihak yang Kontra ialah
Muhammadiyah melakukan penolakan terhadap keberadaan undang-undang
pesantren.
5. Nadhatul Ulama (NU) sebagai yang pro mempunyai alasan karena UU Pesantren UU
Pesantren diperlukan agar pesantren di indonesia mempunyai kesetaraan dengan
pendidikan masyarakat. Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan pembelajaran
pesantren seperti penyediaan sarana, prasarana pendidikan, dan prasarana seperti
halnya pendidikan umum. Dengan demikian pesantren akan tumbuh dan berkembang
layaknya pendidikan umum serta menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sedangkan
Muhammadiyah sebagai yang Kontra mempunyai alasan karena Undang-undang
pesantren dinilai tidak mengakomodir pembajakan selurus ormas islam. terminologi
pesantren dinilai terlalu sempit dan menilai undang-undang pesantren terkesan
mengakomodit pesantren tradisional yang memang lebih banyak menjadikan kitab
kuning sebagai acuan kurikulum.
6. Penelitian ini menggunakan teori sosial Pierre Bourdieu untuk menganalisis model
kontestasi dan merupakan studi kasus tentang pro dan kontra UU Pesantren Nomor 18
Tahun 2019. Landasan Penelitian sendiri pada analisis eksploratif dan deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai