Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN AGAMA

DANANG CATUR WAHYU WIJAYANTO, S.H., M.H.


Perlunya Pembelajaran PAI di PT
Sumber Psikologis Perlunya Pembelajaran PAI di PT
• Terdapat 2 pandangan yang berbeda mengenai PAI di PT
:
1. PAI perlu diajarkan di PT : Perguruan Tinggi wajib menjaga
keberagaman para mahasiswa yang sedang belajar di PT.
2. PAI tidak perlu dijarkan di PT : agama merupakan urusan
pribadi, keluarga, dan institusi keagamaan : masjid, pesantren
dan organisasi keagamaan. PT tidak perlu ikut campur dalam
urusan agama.
• Secara konseptual ada manusia teis, ateis dan setengah teis-
ateis.
• Masing-masing kelompok berusaha untuk saling mempengaruhi.
• Kelompok teis menganjurkan dan mengajak manusia menyembah
dan menaati Tuhan. Berusaha menyelenggarakan pendidikan
agama.
• Kelompok ateis mengajak manusia untuk tidak Bertuhan atau
meninggalkan Tuhan. Menolak bahkan menghalang-halangi
penyelenggaraan pendidikan agama.
• Kelompok teis-ateis tidak peduli dengan agama, atau mengikuti
secara pasif kelompok pemenang.
• Arti lain dari Konversi adalah “pindah”, yakni pindah dari
satu agama (yang dianggap salah) ke agama lain (yang
dianggapnya benar).
• Konversi dalam internal seagama adalah berpindah dari
satu mazhab (yang dipandang keliru atau kurang
lengkap) berubah menjadi penganut ke mazhab lain
(yang dipandang benar/lengkap/sempurna)
• Terdapat 5 tahapan konversi agama :
1. Tahap pertama masa tenang I : pada masa ini seseorang
merasa tenang dengan ketidak taatannya (terhadap agama
yang dianut), tenang dengan agama yang dipeluknya, dan
tenang dengan mazhab/keyakinannya.
2. Tahap kedua masa gelisah I : karena adanya faktor internal
atau faktor eksternal, atau faktor gabungan antara keduanya,
seseorang mulai memikirkan keyakinan baru, agama baru,
atau mazhab baru. Gelisah menerima atau menolak
keyakinan, agama, atau mazhab baru tersebut.
3. Tahap ketiga masa konversi : Jika motivasi ke arah
keyakinan, agama, atau mazhab baru lebih kuat maka orang
akan melakukan konversi.
4. Tahap keempat masa gelisah II : setelah konversi orang akan
gelisah lagi, dan akan terus menguji proses konversinya.
Berfikir orang yang dicintainya akan meninggalkan dan
memusuhinya karena mengetahui dirinya berubah keyakinan,
agama, atau mazhab.
5. Tahap kelima masa tenang II : orang yang melakukan
konversi agama itu akhirnya memutuskan bahwa, keyakinan,
agama, atau mazhab baru ini yang benar dan lebih baik dan
siap menerima risiko serta sanggup mengatasinya.
Menggali Sumber Sosial Budaya Tentang Perlunya
Pembelajaran PAI di PT
• Masyarakat pada umumnya menghendaki PT-PT di
Indonesia sejalan dengan budaya bangsa yang religius.
• Masyarakat tidak mengharapkan PT sebagai “menara
gading”.
• Secara teoritis masyarakat muslim di Indonesia dapat
dipilah menjadi 2 sub-kultur :
1. Santri : bukan masyarakat yang tinggal di pesantren atau
pernah tinggal di pesantren, melainkan masyarakat muslim
yang taat menjalankan ajaran Islam.
2. Masyarakat muslim biasa (bukan santri) : masyarakat muslim
yang kurang taat menjalankan ajaran Islam. Hanya
menjalankan rukun Islam yang pertama dan yang terakhir.
• Serendah-rendahnya tingkat keberagamaan masyarakat
Indonesia mereka tetap mementingkan agama dan pengamalan
ajaran agama. Semakin tampak pada perubahan beragama
generasi sekarang dengan generasi sebelumnya.
• Sejak tahun 1990-an terjadi perubahan drastis dalam
keberagamaan Banyak pelajar dan mahasiswa yang berlatar
belakang keluarga muslim biasa, akhirnya menjadi muslim santri.
• Perubahan melalui “revolusi” pembelajaran agama melalui tutorial
agama di kampus, pesantren kilat, berdirinya masjid-masjid, TPA,
Pembudayaan jilbab, berdirinya sekolah-sekolah Islam berkelas,
serta membludaknya jamaah haji.
• Pada tahun 2006 dan 2009 pernah dilakukan penelitian tentang
corak berfikir keagamaan mahasiswa aktivis Islam, hasilnya
cukup mengagetkan, hasil penelitian Munawar Rahmat (2006) di
sebuah perguruan tinggi di Bandung serta hasil penelitian
Syahidin dan Munawar Rahmat (2009) pada beberapa perguruan
tinggi, menunjukan bahwa mahasiswa aktivis Islam cenderung
memiliki corak berfikir yang eksklusif. Sedikit sekali mahasiswa
aktivis Islam yang memiliki corak berfikir yang inklusif, terlebih-
lebih lagi yang liberal.
Menggali Sumber Historis Tentang Perlunya
Pembelajaran PAI di PT
• Secara historis bangsa Indonesia memiliki dua sistem
pendidikan :
– Pesantren : model pendidikan asli bangsa Indonesia.
– Sekolah : model pendidikan yang diadopsi dari penjajah
Belanda.
• Masing-masing model pendidikan memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing :
– Pesantren :
• keunggulan = kaya dalam pengembangan keberagamaan dan
moralistas.
• kelemahan = lemah dalam pengembangan ilmu dan teknologi.
– Sekolah :
• keunggulan = kaya dalam pengembangan ilmu dan teknologi
• kelemahan = lemah dalam pengembangan keberagamaan dan
moralistas.
• Yang ideal adalah menggabungkan keunggulan dari kedua model
pendidikan tersebut sekaligus mengurangi kelemahan masing-masing.
• Berdasarkan sejarah pendidikan pada bangsa-bangsa muslim,
kaum muslimin pernah menjadi bangsa yang paling maju di dunia.
• Para pendidik dan pelajar muslim pada masa keemasan Islam
tidak pernah memisahkan agama dari pendidikan sains dan
teknologi.
• Para ilmuwan dan teknolog muslim pada masa kejayaan Islam
adalah para ilmuwan dan teknolog yang memahami ajaran Islam
secara luas dan mendalam.
• Pengalaman sejarah, dalam mengembangkan misi dakwah, para
kiai mendirikan perguruan tinggi dilingkungan pondok pesantren,
para ulama yg tidak memiliki pondok pesantren menidirikan
madrasah dan sekolah-sekolah Islam (sekolah, madrasah dan
perguruan tinggi) yang diperkaya dengan pendidikan Islam
• KH. Ahmad Dahlan (pendiri persyarikatan Muhammadiyah) mendirikan
model sekolah kolonial yang diperkaya dengan pendidikan agama
Islam.
• Gagasan KH. Ahmad Dahlan kemudian dikembangkan oleh para
pelanjutnya dengan dengan mendirikan perguruan tinggi yang
diperkaya dengan pendidikan Islam.
• Perguruan Tinggi Al Ma’arif (lembaga pendidikan yang didirikan oleh
NU) serta perguruan-perguruan Islam lainnya selalu memiliki ciri khas
menggabungkan keunggulan model sekolah dengan pesantren.
• Setelah Indonesia merdeka, sekolah-sekolah kolonial otomatis
berubah menjadi milik pemerintah Indonesia dan menerapkan
pendidikan agama pertama kali diajarkan di SD kelas 1-3, dilingkungan
masyarakat yang kental dengan agama, atas usulan dari para ulama
dan tokoh pendidik muslim.
• Masa transisi dari orde lama ke orde baru, pengaruh ulama dan tokoh-
tokoh muslim menjadi penguat. MPRS th 66 berhasul memasukkan
pendidikan agama dalam kurikulum nasional. menetapkan pendidikan
agama wajib diajarkan di sekolah2 pemerintah dari SD - Perguruan
Tinggi.
• Menjelang th.80-an wacana untuk menghilangkan pendidikan agama dari
kurikulum PT kembali mencuat, guna mengantisipasinya para aktivis
Islam kampus membuka program tutorial agama Islam di masjid-masjid
kampus. bersama itu muncul pesantren-pesantren kilat yang dibanjiri para
pelajar dan mahasiswa.
• Pada tahun 83 an pemerintah menetapkan sistem SKS dengan
membatasi jumlah SKS pada S1,S2, S3, Konsekuensinya pendidikan
agama dibatasi hanya 2 SKS untuk S1, dengan catatan rektor PT boleh
menambah jumlah SKS untuk pendidikan agama. Oleh karena itu
beberapa PT menyelenggarakan pendidikan agama lebih dari 2 SKS
Menggali Sumber Yuridis Perlunya Pembelajaran PAI di PT.
• Landasan filosofis PAI : Pancasila, Sila Pertama.
• Secara yuridis : ketentuan UU yang berlaku.
• Sumber yuridis penyelenggaraan PAI di PT :
1. Pancasila.
2. UUD’45 (Amandemen).
3. UU No.20 Th. 2003, Tentang Sisdiknas.
4. UU No.17 Th. 2007, Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025.
5. PP No.19, Th, 2005 sebagaimana diubah dengan PP No.032, Th.
2013, Tentang Standar Nasional Pendidikan
6. UU No.12, Th, 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Pengertian Islam
• Secara lughawi atau etimologis, kata Islam berasal dari
tiga akar kata, yakni :
a) aslama : berserah diri atau tunduk patuh.
b) salam : damai atau kedamaian
c) salamah : selamat atau keselamatan.
• Melihat akar katanya, kata Islam mengandung makna-makna
berikut :
1. Berserah diri atau tunduk patuh.
2. Menciptakan rasa damai.
3. Menempuh jalan yang selamat.
• Secara teoritis dan empiris terdapat dua model
pendekatan/metode pembelajaran PAI di PT :
1. Menonjolkan substansi Ajaran.
a. Pendekatan Kajian Al-Qur’an dan sejarah Islam.
b. Pedekatan Disiplin Ilmu dan Kajian Isi/ajaran.
ajaran islam terdiri tiga disiplin : akidah, syariat, dan akhlak.
disiplin ilmu agama : Tafsir dan ulumul Qur’an, Ilmu Hadits dan ulumul Hadits,
Perbandingan mazhab dan ushul fiqih, Teologi dan tasawuf, sejarah Islam,
dll.
c. Pendekatan tentang Tujuan Didatangkannya Syariat Islam
Menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan, menjaga
harta.
2. Pendekatan Proses Pembelajaran Agama.
a. Studi implementasi Kaidah Lima.
1) Al-Umüru bi maqashidiha (segala urusan tergantung kepada
tujuannya)
2) Al-Yaginu là yuzalu bisy-syak (keyakinan tidak dapat dihapus dengan
keraguan)
3) Al-Masyaqqatu tajlibut-taysir (kesukaran itu menarik kemudahan).
Dari kaidah inilah munculnya rukhsah (rukhshah) (kemudahan yang
meringankan)
4) Adh-Dharáru yuzälu (kemudaratan itu harus dilenyapkan dihilangkan)
5) Al-Adatu muhakkamah (Adat Kebiasaan itu ditetapkan sebagai
hukum)
b. Metodologi Tipologi Agama
Metode "tipologi" dikembangkan oleh Ali Syari'ati untuk
memahami tipe, profil, watak, dan misi agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai