NIM : 2012286023
Pada walnya Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi bukanlah mata kuliah wajib,
namun setelah berakhirnya rezim orde lama dikeluarkanlah ketetapan MPR yang menetapkan
bahwa pendidikan agama wajib diajarkan di sekolah mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
Ketika Pendidikan Agama Islam resmi ditetapkan untuk diajarkan dalam system
penndidikan di Indonesia, banyak muncul pro dan kontra dalam masyarakat. Banyak tokoh
yang berpendapat bahwa PAI perlu diajarkan di perguruan tinggi karena negara dalam hal ini
perguruan tinggi, wajib untuk menjaga keberagamaan para warganya. Termasuk menjaga
keberagamaan para mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi. Namun, terdapat juga
tokoh yang menyatakan bahwa PAI tidak perlu diajarkan di perguruan tinggi karena mereka
menganggap agama merupakan urusan pribadi, dan negara tidak perlu untuk ikut campur
dalam urusan agama. Secara psikologi ada manusia yang disebut dengan teis dan juga ateis
artinya secara konseptual adalah manusia yang teis, ateis dan setengah teis-ateis. Realitasnya
kelompok teis akan mengajak orang lain untuk menaati Tuhan. Sebaliknya, kelompok ateis
akan mengajak agar manusia tidak bertuhan. Implikasinya kelompok teis akan berusaha
menyelenggarakan pendidikan agama, sedangkan ateis adalah kelompok yang akan menolak
bahkan menghalang-halangi penyelenggaraan pendidikan agama. Secara psikologis, manusia
adalah pribadi yang dapat bertaubat yakni meninggalkan perbuatan keji dan maksiat lalu
memilih jalan yang taat. Fenomena ini dikenal dengan istilah konversi agama yang biasanya
dipengaruhi karena adanya faktor-faktor tertentu terutama pendidikan agama, dalam hal ini
diharapkan penerapan atau penyelenggaraan pembelajaran PAI di perguruan tinggi akan dapat
menyadarkan mahasiswa untuk selalu membutuhkan Tuhan, mendekatkan diri dengan Tuhan,
menyembah Tuhan, dan menaati segala perintah dan larangan Tuhan serta dapat beragama
secara lebih benar dan toleran.
Terdapat banyak sekali pro-kontra dan pertanyaan tentang perlu atau tidaknya PAI diajarkan
di perguruan tinggi, sebenarnya terdapat cara yang paling mudah bagi dosen PAI untuk
mengajar yaitu dengan membekali mahasiswa materi agama sebanyak-banyaknya namun
ketika selesai kuliah mahasiswa tidak bisa autodidak untuk mendalami ajaran agama, kecuali
siswa yang memang memiliki dasar dan minat besar terhadap mendalami agama. Oleh karena
itu cara ini dinilai kurang efektif.
a. Sumber psikologis, sosial budaya, historis dan yuridis tentang perlunya PAI diajarka di PT.
Secara konseptual terdapat manusia dari teis, ateis dan juga setengah teis-ateis, realitanya
masing-masing kelompok tersebut saling mencoba untuk mempengaruhi kelompok lain. Kita
juga mengenal adanya istilah konversi atau lebih sederhana dengan tobat atau kembali kepada
Tuhan, Konversi juga dapat diartian sebagai kegiatan pindah dari satu agama yang
dianggapnya sah agama yang lain yang dianggapnya benar. Sedangkan konvensi secara
internal atau sesama agama adalah dengan berpindah dari satu madzhab ke madzhab yang
lain.
Dalam proses terjadinya konversi agama biasanya orang akan mengalami beberapa
kegelisahan, terdapat lima tahapan konversi agama yang dapat dilakukan yaitu :
Masyarakat muslim menghendaki dengan budaya bangsa yang religius, masyarakat yang
religius diharapkan dapat merembes ke dalam lingkungan Perguruan tinggi. Secara teoritis
masyarakat muslim di Indonesia dapat dipilah menjadi dua struktur yaitu santri dan muslim
biasa atau bukan santri. Santri adalah masyarakat muslim yang taat dalam menjalankan agama
Islam, sedangkan masyarakat muslim biasa adalah masyarakat yang kurang taat dalam
menjalankan ajaran Islam. Namun, pada dasarnya serendah-rendahnya tingkat keberagamaan
masyarakat Indonesia mereka tetap mementingkan agama dan pengamalan ajaran agama.
Sejak tahun 1990-an terjadi perubahan drastis dalam keberagamaan, banyak pelajar dan
mahasiswa yang berlatar belakang keluarga muslim biasa berubah dengan menjadi muslim
santri. Dampak dari perubahan beragama ini adalah tuntutan penyelenggaraan PAI di PT yang
lebih baik. Pada tahun 2006 dan 2009 telah dilakukan penelitian pada beberapa perguruan
tinggi, yang menunjukkan bahwa mahasiswa aktivis Islam cenderung memiliki corak berpikir
keagamaan yang eksklusif.
Secara historis bangsa Indonesia memiliki dua sistem pendidikan pesantren dan sekolah.
keduanya memiliki Kelebihan dan kekurangan masing-masing. jika menengok lebih jauh
tetang sejarah pendidikan bangsa-bangsa muslim zaman dulu. Kaum muslimin pernah
menjadi bangsa yang paling maju di dunia, yang ditandai dengan banyaknya ilmuwan-
ilmuwan muslim pada masa itu. belajar dari pengalaman sejarah dalam mengembangkan misi
dakwah para kiai mendirikan sekolah dan perguruan tinggi dalam lingkungan pondok
pesantren. Adapun para ulama yang tidak memiliki pondok pesantren, mereka akan
mendirikan, madrasah dan sekolah yang diperkaya dengan pendidikan Islam. Pada zaman
kolonial Belanda, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah model kolonial tetapi diperkaya
dengan pendidikan Islam, dan pada akhirnya berkembang pesat menjadi organisasi
Muhammadiyah yang masih berdiri hingga sekarang. Ketika bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya, sekolah-sekolah dan perguruan tinggi milik kolonial
Belanda menjadi milik pemerintahan Indonesia, atas dasar kekhawatiran terhadap
keberagaman dan moralitas bangsa, para ulama dan tokoh pendidik muslim mengusulkan agar
Pendidikan Agama Islam dijadikan bagian dari kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.
Sedangkan pada saat pergantian rezim dari orde lama ke orde baru, para wakil rakyat di
MPRS pada tahun 1966 berhasil memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum
nasional. Meskipun pada awal tahun 1980-an sempat mencuat wacana untuk menghilangkan
pendidikan agama dari kurikulum perguruan tinggi, namun hal tersebut tidak pernah terjadi
hingga sekarang.
Pada dasarnya landasan filosofis PAI berpijak pada Pancasila terutama sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa, namun secara yuridis dapat juga berpijak pada ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas utama seorang dosen PAI memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk dapat
memahami dan mengimplementasikan ajaran agama, yaitu dengan cara :
Secara garis besar pendekatan substansi ajaran terdiri atas tiga pendekatan yakni Al-
Quran dan sejarah Islam, kajian disiplin Ilmu dan isi / ajaran, kajian implementasi
“kaidah lima”.
b. pendekatan proses pembelajaran agama Adapun proses pembelajaran agama secara
garis besar terdiri dari tiga pendekatan yaitu : studi kaidah lima, metode tipologi
agama, studi tematik Alquran dengan Al-Quran digital.
Mata kuliah PAI di PT, wajib diajarkan sebagai mata kuliah mandiri, yang diajarkan oleh
dosen yang seagama dengan mahasiswa yang memenuhi syarat kompetensi sebagai dosen
PAI yang profesional. Sumber pembelajaran PAI yang utama adalah Al-Qur'an dan hadits.
Dosen PAI harus dapat menemukan metode mengajar yang tepat agar mahasiswa dapat
memahami materi yang disampaikan dengan baik.