Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN KARAKTERISTIK MINUMAN JELLY MENGGUNAKAN

PERBANDINGAN SARI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.)


DENGAN SARI KAYU MANIS (Cinnamomum burmani) YANG BERBEDA

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana


Program Studi Teknologi Pangan

Oleh:

Nurma Rizqia Rohimah Arifin


14.302.0149

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2019
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

KAJIAN KARAKTERISTIK MINUMAN JELLY MENGGUNAKAN


PERBANDINGAN SARI KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) DENGAN SARI
KAYU MANIS (Cinnamomum burmani) YANG BERBEDA

Ir. Neneng Suliasih, MP


Dr. Ir. Nana Sutisna Achyadi, M.Sc
Nurma Rizqia Rohimah Arifin

Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr.Setiabudi No 93, Bandung,
40153, Indonesia
E-mail : nurmarizqiara@gmail.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) dan sari kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap karakteristik minuman jeli.
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) satu faktor dengan 5 kali ulangan. Penelitian terdiri dari satu faktor, yaitu faktor perbandingan sari
kayu secang dan sari kayu manis (J), yang terdiri dari lima taraf, yaitu j 1 (1 : 1), j2 (1 : 2), j3 (1 : 3), j4 (2 : 1),
dan j5 (3 : 1). Respon dari penelitian ini meliputi respon kimia yaitu kadar tanin, respon fisik yaitu sineresis,
viskositas dan warna nilai a* tingkat kemerahan, respon organoleptik terhadap rasa, aroma, warna dan
tekstur, serta respon terpilih yaitu aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan perbandingan sari kayu secang dan sari kayu manis berpengaruh
terhadap kadar tanin, viskositas, sineresis, dan warna nilai a* tingkat kemerahan, namun tidak berpengaruh
nyata terhadap organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat
diketahui perlakuan yang dipilih yaitu perlakuan j 5 dengan perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
manis (3 : 1) memiliki kadar tanin 1,72%, sineresis 8,86 g, viskositas 606 cp dan nilai a* tingkat kemerahan
2,32 serta memiliki aktivitas antioksidan sebesar 392,72 ppm.
Kata kunci : Kayu Secang, Kayu Manis, Minuman Jelly

Abstract
This research was carried out to determine the effect proportion between secang wood extract
(Caesalpinia sappan L.) and cinnamon extract (Cinnamomum burmanii) to the characteristics of jelly drinks.
The experimental method in this research ras Randomized Block Design with one type factorial and
5 times replication. The research conducted consist of namely the proportion between secang wood extract
and cinnamon extract (J) which consist of five extents repectively j 1 (1 : 1), j2 (1 : 2), j3 (1 : 3), j4 (2 : 1), dan
j5 (3 : 1). The responses of this research are chemical response with level of tannin, physical responses with
sineresis, viscocity and color value of a* reddish level, organoleptic responses towards flavor, aroma, color
and texture, and selected reponse namely antioxidant activity.
The result of this reaserch shows that proportion between secang wood extract and cinnamon
extract significantly affected level tannin, sineresis, viscocity, and color value of a* reddish level, and not
significantly of organoleptic flavor, color, aroma and texture. Based on the analysis that has been done, it
can be seen that the treatment chosen is treatment j5 with a ratio of secang wood extract and cinnamon
extract (3: 1) having level of tannin 1,72%, sineresis 8,86 g, viscocity 606 cp, value of a* reddish level 2,32
and antioxidant activity of 392.72 ppm.
Keywords : Secang wood, cinnamons, jelly drink

1
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

1. Pendahuluan Umumnya tanaman yang tumbuh di dataran tinggi


Kayu secang ( Caesalpinia sappan L.) warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran
merupakan salah satu spesies tumbuhan herbal yang rendah (Rismunandar, 1993).
tumbuh alami pada hutan-hutan sekunder. Kayu Kayu manis spesies Cinnamomum burmanii
secang merupakan tanaman famili Caesalpiniaceae merupakan salah satu tanaman obat yang banyak di
yang banyak ditemui di Indonesia. jumpai di Indonesia (Gunawan, 2011). Menurut Eka
Tanaman secang berproduksi sepanjang (2005) kayu manis memiliki berbagai kandungan
tahun (tidak tergantung musim), budidaya yang relatif senyawa kimia, antara lain minyak atsiri,
mudah dan dapat diproduksi sesuai kebutuhan. Bagian sinamaldehid, flavonoid, alkaloid, senyawa fenol,
utama dari tanaman secang yang dapat dimanfaatkan tanin, kalsium oksalat, dan senyawa aromatik aldehid
sebagai sumber warna adalah bagian batang. Kayu lain. Kulit batang kayu manis dapat digunakan sebagai
secang memiliki potensi yang cukup baik karena kayu peluruh kentut, peluruh keringat, antirematik,
secang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami penambah nafsu makan, penghilang rasa sakit, dan
maupun sebagai obat yang aman. memiliki aktivitas antioksidan (Arumningtyas, 2016).
Kayu secang merupakan tumbuhan yang Sari kayu manis diharapkan berperan sebagai
banyak digunakan sebagai obat tradisional. pemberi aroma yang alami, sehingga dapat
Pemanfaatan kayu secang sebagai tumbuhan obat meningkatkan cita rasa minuman jelly kayu secang.
antara lain untuk memperlancar peredaran darah, obat Minuman jelly adalah produk minuman
diare, obat TBC, antiseptik, antiinflamasi dan penawar berbentuk gel, yang dapat dibuat dari pektin, agar,
racun (Zerrudo, 1999). karagenan, gelatin, atau senyawa hidrokoloid lainnya
Tanaman secang kaya akan kandungan kimia dengan penambahan gula, asam, dan atau tanpa
antara lain brazilin, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, penambahan bahan tambahan makanan lain yang
fenil propana, dan terpenoid, selain itu juga diizinkan. Minuman jelly memiliki tingkat kekentalan
mengandung asam galat, brasilein, delta α- diantara sari buah dan jelly, sehingga memiliki sifat
phellandrene, oscimen, resin dan resorsin (Hariana, elastis namum konsistensi atau kekuatan gelnya lebih
2006 dalam Sari, 2016) lemah apabila dibandingkan dengan jelly agar (Noer,
Kayu secang memiliki senyawa-senyawa 2006).
sebagai sumber antioksidan yang tinggi. Menurut Minuman jelly harus memiliki tekstur kokoh,
Utari (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa saat dikonsumsi menggunakan bantuan sedotan mudah
ekstrak kayu secang memiliki IC50 sebesar 15,690 hancur, namun bentuk gelnya masih terasa dimulut
ppm. (Pranajaya, 2007), begitu pula pada minuman jelly
Selain sebagai penambah antioksidan, sari kayu secang. Tahapan paling penting dalam
kayu secang juga diharapkan berperan sebagai zat pembuatan minuman jelly kayu secang adalah
pewarna alami. Pada umumnya pewarna yang pembentukan gel.
digunakan pada makanan merupakan pewarna sintetis. Pembentukan gel adalah suatu fenomena
Penggunaan pewarna sintetis secara berlebihan dapat penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai
menimbulkan dampak yang kurang baik bagi polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan pigmen atau bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau
pewarna alami sebagai alternatif pengganti pewarna mengimobilisasikan air didalamnya dan membentuk
sintetis yang dapat diperoleh dari tumbuhan seperti struktur yang kuat dan kaku (Fardiaz, 1989). Gel yang
kayu secang. akan terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi
Dalam penggunaanya, kayu secang tidak karagenan yang digunakan. Menurut Putra (2013),
memiliki rasa dan bau sehingga perlu adanya hasil yang terbaik dari penelitian minuman jelly kunyit
penambahan bahan lain untuk memberi citarasa. asam adalah penambahan jenis pembentuk gel
Dalam pembuatan minuman jelly ini, ditambahkan karagenan dengan jumlah 0,3%.
kayu manis sebagai pemberi aroma pada minuman Karagenan merupakan getah rumput laut
jelly. yang diekstrak dengan air atau larutan alkali dari
Kayu manis merupakan rempah-rempah yang spesies tertentu dari kelas Rhodophyceae (alga
paling banyak digunakan. Dikenal dengan aroma merah), dan merupakan senyawa hidrokoloid yang
khasnya yang memberikan cita rasa unik pada terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium, dan
masakan, serta berbagai khasiat kandungannya bagi kalsium sulfat, dengan galaktosa dan 3,6 kopolimer
kesehatan, kayu manis menjadi salah satu jenis anhidrogalaktosa (Winarno, 2008).
rempah-rempah favorit di dunia. Minuman jelly kayu secang dengan campuran
Kayu manis atau nama ilmiahnya adalah kayu manis masih belum ada. Atas dasar tersebut akan
Cinnamomum burmani, dibudidayakan untuk diambil dilakukan pengembangan terhadap produk dengan
kulit kayunya di daerah pegunungan sampai menggunakan kombinasi kayu secang dan kayu manis.
ketinggian 1.500 m diatas permukaan laut. Tinggi
pohon mencapai 1 m sampai 12 m, daun lonjong atau 2. Metode Penelitian
bulat telur, warna hijau, daun muda berwarna merah.
2
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

Bahan baku utama yang digunakan untuk


pembuatan minuman jelly adalah kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) yang berumur 6-8 dan kayu
manis (Cinnamomum burmani) yang berumur 6-12
tahun yang di dapat dari toko Babah Kuya di
Bandung, asam sitrat, karagenan dan sukrosa dari toko
Sejati di Bandung.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisa
kimia adalah aquadest, gelatin, NaCl asam, kaolin,
indigo, KMnO4, alkohol 70%, toluen, NaOH. HCl,
aquadest, DPPH (2,2-Dipenyl-1-picrylhydrazyl), dan
metanol.
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan
minuman jelly kayu secang dan kayu manis adalah
saringan, wadah, panci, batang pengaduk, timbangan
digital, kompor gas, cup plastik, dan termometer.
Alat-alat yang digunakan untuk analisis
kimia adalah timbangan digital, labu erlenmeyer,
buret, viskometer, pH meter, labu ukur, pipet,
erlenmeyer, buret, batang pengaduk, spektrofotometer
UV-Vis.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu
penelitian pendahuluan untuk menentukan pH yang
paling tepat pada minuman jelly kayu secang dengan
kayu manis, dimana pH yang digunakan adalah 4, 5,5
dan 7 serta perbandingan sari kayu secang dan sari
kayu manis 1 : 1 kemudian dilakukan uji organoleptik
berupa uji hedonik oleh 8 orang panelis terhadap
atribut rasa, warna, aroma dan tekstur dimana pH yang
memiliki nilai kesukaan tertinggi akan digunakan pada
penelitian utama.
Penelitian utama yaitu untuk mengetahui
perbandingan sari kayu secang dan sari kayu manis
terhadap karakteristik minuman jelly. Rancangan Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan
perlakuan pada penelitian utama terdiri dari 1 faktor
yaitu perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
manis (J) dengan 5 taraf yaitu : j1 = 1 : 1. j2 = 1 : 2,
j3 = 1 : 3, j4 = 2 : 1 dan j5 = 3 : 1. R ancangan
percobaan yang digunakan dalam pembuatan
minuman jelly ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 5 kali pengulangan sehingga diperoleh
25 kali perlakuan.
Rancangan respon yang dilakukan pada
penelitian utama meliputi respon kimia berupa analisis
kadar tanin, respon fisik berupa sineresis, viskositas
dan warna serta respon organoleptik terhadap atribut
rasa, warna, aroma dan tekstur. Berdasarkan analisis
kimia dan analisis fisik kemudian dipilih sampel
terpilih yang selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan.
Diagram alir pada penelitian adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Utama


3
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

3. Hasil dan Pembahasan Aroma didefiniskan sebagai sesuatu yang


Hasil Penelitian Pendahuluan dapat diamati dengan indera pembau. Untuk dapat
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menghasilkan bau, zat-zat bau harus dapat menguap,
memilih pH yang akan digunakan pada penelitian sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam lemak.
utama berdasarkan tingkat kesukaan uji hedonik Di dalam industri pangan, pengujian terhadap bau
terhadap atribut rasa, warna, aroma dan tekstur. Hasil sangat penting karena dengan cepat dapat memberikan
analisis dapat dilihat pada tabel 1. hasil penilaian terhadap penerimaan produk (Kartika,
Tabel 1. Data Hasil Uji Organoleptik Penentuan pH dkk 1988).
pada Penelitian Pendahuluan Hasil pengujian organoleptik terhadap atribut
pH Rasa Aroma Warna Tekstur aroma minuman jelly dilihat dari taraf nyata atribut
aroma perlakuan pH 4 lebih disukai daripada
4 4,13 b 4,15 b 4,61 a 4,95 b perlakuan lainnya karena pH 4 paling berbeda nyata
5,5 3,27 a 3,66 a 4,50 a 4,40 a dan memiliki nilai 4,16 atau memiliki nilai hedonik 4
yang berarti agak suka. pH yang paling tidak disukai
7 3,02 a 3,37 a 4,44 a 4,08 a pada perlakuan dengan pH 7 yaitu 3,37. Hal ini
menunjukkan semakin rendah pH maka aroma
Tabel 1. menunjukkan hasil uji hedonik
minuman jelly semakin disukai.
dengan atribut rasa, aroma, warna dan tekstur
Hasil organoleptik terhadap aroma bertujuan
menunjukkan bahwa pada pH 4, minuman jelly kayu
untuk mengetahui tingkat respon dari panelis
secang dan kayu manis berbeda nyata pada atribut
mengenai kesukaannya terhadap minuman jelly kayu
rasa, aroma dan tekstur tetapi tidak berbeda nyata pada
secang dan kayu manis berdasarkan pengaruh kondisi
atribut warna, sehingga pH yang dipilih berdasarkan
pH. Selain itu aroma juga dapat ditimbulkan oleh
uji hedonik adalah pada pH 4.
komposisi dari minuman jelly kayu secang dan kayu
Rasa yang ditimbulkan oleh bahan pangan
manis yang ditambahkan pada produk tersebut yang
berasal dari sifat bahan itu sendiri atau pada saat
berbau khas.
proses ditambahkan dengan zat lain sehingga rasa
Aroma yang timbul dari kayu manis berasal
aslinya bisa berkurang ataupun bertambah. Selain itu,
dari komponen-komponen utama kayu manis yaitu
rasa yang terdapat pada produk makanan dapat
sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan beberapa
berubah dari rasa yang sebenarnya atau yang
aldehid lain dalam jumlah yang kecil. Disamping itu
diharapkan, hal ini tergantung dari senyawa
juga mengandung methyl-n-amylketone yang sangat
penyusunnya, misalnya gula yang dapat memberikan
menentukan dalam flavour khusus dari kayu manis
rasa manis pada beberapa produk makanan (Kartika
(Rusli dan Abdullah, 1988).
dkk, 1988).
Hasil pengujian organoleptik terhadap atribut
Hasil pengujian organoleptik terhadap atribut
warna minuman jelly pada pengkondisian pH 4 lebih
rasa minuman jelly kayu secang dan kayu manis
disukai karena memperoleh nilai rata-rata tertinggi
dilihat dari taraf nyata atribut rasa perlakuan pH 4
yaitu 4,15. pH yang paling tidak disukai pada
lebih disukai daripada perlakuan lainnya karena pH 4
perlakuan dengan pH 7 yaitu 3,37. Hal ini
paling berbeda nyata dan memiliki nilai rata-rata 4,13
menunjukkan semakin rendah pH maka aroma
atau memiliki nilai hedonik yang berarti agak suka.
minuman jelly semakin disukai.
pH yang paling tidak disukai pada perlakuan dengan
. Hal ini menunjukkan semakin rendah pH
pH 7 yaitu, 3,02 atau memiliki nilai hedonik
maka warna minuman jelly semakin disukai.Warna
mendekati 3 yang berarti agak tidak suka. Hal ini
merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu
menunjukkan bahwa semakin rendah pH maka rasa
bahan pangan sebelum faktor-faktor lain
minuman jelly semakin disukai.
dipertimbangkan secara visual. Suatu bahan pangan
Adanya pengaruh pH menyebabkan
yang bergizi, enak, dan tekstur baik akan kurang
perbedaan rasa terhadap minuman jelly. Pada kondisi
disukai jika mempunyai warna yang menyimpang dari
pH 4, rasa yang dirasakan dalam minuman jelly kayu
warna yang seharusnya (Winarno, 1997).
secang dan kayu manis akan terasa manis, pada pH 5,5
Faktor yang mempengaruhi warna produk
memiliki rasa yang manis agak pahit dan pada pH 7
minuman jelly kayu secang dan kayu manis yaitu
merupakan kondisi basa sehingga menghasilkan rasa
pigmen alami kayu secang itu sendiri. Pembuatan
pahit dan after taste pahit yang tidak disukai oleh
minuman jelly kayu secang dan kayu manis ini
panelis.
menggunakan kondisi pH yang berbeda-beda. Kondisi
Rasa pahit yang ditimbulkan berasal dari
pH 4 dimana pada kondisi pH tersebut menghasilkan
senyawa tanin. Menurut Kurniati (2012), semakin
minuman jelly merah sedikit kekuningan, pada kondisi
banyak asam sitrat yang diikat pada tanin maka
pH 5,5 dimana pH tersebut menghasilkan minuman
semakin rendah kadar tanin. Oleh karena itu, semakin
berwarna merah yang merupakan mendekati warna
rendah pH maka rasa pahitnya akan semakin tidak
asal warna dari kayu ekstrak kayu secang itu sendiri,
terasa.
sedangkan pada kondisi pH 7 menghasilkan warna
merah keunguan. Menurut Rani, dkk (2012) kayu
4
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

secang mengandung pigmen warna merah brazilein rasa bahan makanan tersebut. Rasa sepat pada
yang dipengaruhi oleh pH, dimana pada pH 2 sampai makananan biasanya disebabkan karena tanin
5 warna ektrak kayu secang kuning orange, pada pH 6 (Kartasapoetro, 1992 dalam Siregar, 2009).
sampai 7 warna ektrak kayu secang merah muda dan Berdasarkan hasil Analisis Variansi
pada pH 7 warna ekstrak kayu secang merah (ANAVA) menunjukkan bahwa kadar tanin pada
keunguan. Selain dengan pH yang berbeda dengan minuman jelly dengan berbagai perbandingan sari
adanya penambahan kayu manis makan akan kayu secang dan sari kayu manis berpengaruh nyata
menghasilkan warna yang berbeda dari kayu secang. terhadap minuman jelly. Hasil pengujian kadar tanin
Hasil pengujian organoleptic terhadap atribut dapat dilihat pada Tabel 2.
tekstur minuman jelly kayu secang dan kayu manis Tabel 2. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang
dilihat dari taraf nyata atribut tekstur perlakuan pH 4 dengan Sari Kayu Manis terhadap Kadar
lebih disukai daripada perlakuan lainnya karena pH 4 Tanin (%) Minuman Jelly
paling berbeda nyata dan memiliki nilai rata-rata 4,95 Perbandingan
atau memiliki nilai hedonic mendekati 5 yang berarti (Sari Kayu Secang : Sari Kayu Kadar Tanin (%)
suka. pH yang paling tidak disukai pada perlakuan manis)
dengan pH 7 yaitu 4,08 atau memiliki nilai hedonik j1 ( 1 : 1 ) 1,68 b
yang berarti agak suka. Hal ini menunjukkan semakin j2 ( 1: 2 ) 1,67 b
rendah pH makan tekstur minuman jelly semakin j3 ( 1 : 3 ) 1,64 a
disukai. j4 ( 2 : 1 ) 1,71 c
Pada pH 4 minuman jelly lebih mudah di j5 ( 3 : 1 ) 1,72 c
sedot, tidak mudah hancur, dan tetap bertekstur Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf
kenyal. Pada pH 5,5 minuman jelly cenderung padat yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf
lebih kuat di bandingkan pada pH 4. Sedangkan pada 5% menurut uji lanjut Duncan.
pH 7 minuman jelly lebih sulit untuk disedot dan
butuh tenaga lebih untuk meyedotnya. Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa
Karagenan dalam larutan memiliki stabilitas semakin besar perbandingan sari kayu secang terhadap
maksimum pada pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH sari kayu manis, maka kadar tanin pada minuman jelly
dibaawah 3,5. Larutan karagenan akan menurun akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kayu
viskositasnya jika pHnya diturunkan dibawah 4,3 secang memiliki kandungan kadar tanin yang lebih
(Imeson, 2000). Penurunan pH menyebabkan tinggi dibandingan dengan kayu manis.
terjadinya hidrolisis ikatan glikosidik yang Menurut hasil penelitian Romadhon dkk
mengakibatkan kehilangan viskositas. (2015), kadar tanin yang terdapat pada kayu secang
Semakin rendah pH yang digunakan maka yaitu sebesar 40% sedangkan kadar tanin pada kayu
minuman jelly semakin mudah disedot dan mudah manis menurut penelitian yang dilakukan oleh
hancur namun pada saat di mulut masih dapat Marliyati (1995) yaitu kurang lebih 10%.
dirasakan teksturnya sedangkan semakin tinggi pH Dari penelitian ini didapatkan kadar tanin
yang digunakan maka jelly akan semakin tegar dan rata-rata yaitu j1 1,68% yang sama dengan 16800
sulit untuk disedot. mg/kg, j2 1,67% yang sama dengan 16700 mg/kg, j3
1,64% yang sama dengan 16400 mg/kg, j4 1,71%
Hasil Penelitian Utama yang sama dengan 17100 mg/kg dan j5 1,72% yang
Penelitian utama yang dilakukan bertujuan sama dengan 17200 mg/kg. Kadar ini tidak memenuhi
untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari kayu syarat sebagai bahan pengandan berrmanfaat untuk
secang dengan sari kayu manis terhadap karakeristik kesehatan karena kadar tanin maksimal dalam bahan
minuman jelly dnegan perbandingan sari kayu secang makanan yang di tetapkan oleh Acceptable Daily
dan sari kayu manis yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 2:1 dan 3:1. Intake (ADI) adalah 560 mg/kg berat badan per hari.
Menurut Hagerman (2002), tanin bukan merupakan
1. Analisis Kimia zat gizi namun dalam jumlah kecil dapat bermanfaat
Kadar Tanin bagi kesehatan.
Tanin merupakan salah satu senyawa yang 2. Analisis Fisik
termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin Sineresis
dapat mengikat protein, alkaloid, dan gelatin. Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dari
Golongan fenol dicirikan oleh cincin aromatik dengan gel, salah satu penyebab sineresis adalah kontraksi
satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri pada gel akibat terbentuknya ikatan-ikatan baru antara
atas ribuan senyawa, meliputi flavonoid, polimer struktur gel (Sunanto, 1995). Sineresis
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen yang terjadi dalam bahan pangan sangat berkaitan erat
kuinon, melanin, lignin, dan tanin yang terdapat pada dengan kekuatan gel. Terjadinya sineresis diakibatkan
berbagai jenis tumbuhan (Harbone, 1996). Tanin oleh tidak terikat kuatnya air dalam komponen bahan
disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Adanya pangan. Semakin tinggi nilai sineresis, maka
tanin dalam bahan makanan dapat menentukan cita
5
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

kemampuan bahan untuk mengikat air semakin terbentuknya ikatan hidrogen antar polimer karagenan
rendah, yang mengakibatkan air dalam produk banyak tersebut sehingga struktur jaringan karagenan semakin
keluar. Sebaliknya apabila nilai sineresis rendah, rapat dan ruang untuk menangkap air semakin kecil.
berarti kemampuan untuk mengikat air semakin tinggi, Akibatnya air yang semula terperangkap dalam ruang
sehingga air yang keluar dari produk sedikit dan gel antar polimer karagenan lepas dan keluar dari sistem
yang terbentuk menjadi kuat (Imeson, 2009). gel (Therkelsen, 2003 dalam Gani 2014).
Berdasarkan hasil Analisis Variansi Hasil Sineresis gel dapat dapat diperkecil dengan
(ANAVA) menunjukkan bahwa minuman jelly dengan berbagai cara, yaitu dengan penambahan karbomer
berbagai perbandingan sari kayu secang dan sari kayu lagi atau dengan bahan penstabil lain berupa
manis berpengaruh nyata terhadap minuman jelly yang hidrokoloid atau polimer yang larut dalam air
dihasilkan. Hasil pengujian sineresis minuman jelly (Kuncari et al., 2014).
dapat dilihat pada Tabel 3. Viskositas
Tabel 3. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang Viskositas adalah derajat kekentalan suatu
dengan Sari Kayu Manis terhadap Sineresis produk pangan. Viskositas merupakan daya aliran
(%) Minuman Jelly molekul dalam sistem larutan. Suspensi koloid dalam
Perbandingan larutan dapat ditingkatkan dengan cara mengentalkan
(Sari Kayu Secang : Sari Kayu Sineresis (%) caian sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan
manis) koloid. Viskositas suatu hidrokolid dipengaruhi oleh
j1 ( 1 : 1 ) 2,55 b beberapa faktor yaitu konsentrasi karagenan,
j2 ( 1: 2 ) 0,21 a temperatur, jenis karagenan, berat molekul dan adanya
j3 ( 1 : 3 ) 0,10 a molekul-molekul lain. Kemampuan membentuk gel
j4 ( 2 : 1 ) 3,94 c adalah sifat yang penting bagi hidrokolid seperti
j5 ( 3 : 1 ) 8,86 d karagenan. Konsentrasi gel dipengaruhi beberapa
Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf factor antar lain : jenis dan tipe karagenan,
yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf konsentrasi, dan adanya ion-ion. Hal yang dapat
5% menurut uji lanjut Duncan. mempengaruhi gel karaginan yaitu gugus sulfat pada
struktur molekulnya. Tekstur gel karagenan dapat
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa berbentuk keras, rapuh sampai lunak elastis (Towle,
semakin besar perbandingan sari kayu secang terhadap 1973 dalam Rifansyah, 2016).
sari kayu manis, maka sineresis pada minuman jelly Berdasarkan hasil Analisis Variansi Hasil
akan semakin meningkat. (ANAVA) menunjukkan bahwa minuman jelly dengan
Hal ini dikerenakan adanya pektin dalam berbagai perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
jelly drink yang teradapat pada kayu manis. Menurut manis berpengaruh nyata terhadap minuman jelly yang
Guenther (2006) dalam Nawu (2016), kandungan yang dihasilkan. Hasil pengujian viskositas minuman jelly
terdapat pada kayu manis diantaranya adalah dapat dilihat pada Tabel 4.
sinamaldehid, eugenol, minyak atsiri, safrol, tanin,
Tabel 4. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang
damar, kalsium oksalat, zat penyamak, flavonoid,
dengan Sari Kayu Manis terhadap Viskositas
saponin serta kandungan gizi lainnya seperti gula,
(cp) Minuman Jelly
protein, lemak kasar dan pektin. Pektin dapat
Perbandingan
membantu dalam pembentukan gel. Menurut Kirk dan
Othmer (1952), apabila serabut pektin yang terbentuk (Sari Kayu Secang : Sari Kayu Viskositas (cp)
manis)
lebih banyak maka kemampuan membentuk jaringan
tiga dimensi yang kokoh akan meningkat. Hal ini j1 ( 1 : 1 ) 629,60 c
menyebabkan serabut pektin akan menangkap seluruh j2 ( 1: 2 ) 647,80 d
cairan yang terdapat di dalam sistem sehingga j3 ( 1 : 3 ) 667,80 e
terbentuk dan tingkat sineresis menjadi rendah. j4 ( 2 : 1 ) 611,20 b
Sineresis minuman jelly meningkat seiring j5 ( 3 : 1 ) 606,00 a
dengan meningkatknya lama penyimpanan, agregasi Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf
antar double helix rantai polimer karagenan terus yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf
terjadi seiring dengan lama penyimpanan. Agregasi ini 5% menurut uji lanjut Duncan.
disebabkan oleh pergerakan polimer karagenan dalam
sistem gel. Proses pemanasan dengan suhu lebih tinggi Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa
dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan semakin tinggi perbandingan sari kayu manis maka
polimer karagenan dalam larutan menjadi random coil minuman jelly akan semakin kental, sebaliknya
karena energi kinetik yang ditimbulkan oleh panas semakin tinggi perbandingan sari kayu secang maka
menghalangi polimer karagenan membentuk struktur minuman jelly akan semakin encer. Hal ini disebabkan
helix (Sadar, 2004 dalam Gani, 2014). Rantai polimer karena salah satu kandungan kayu manis adalah
karagenan yang saling bertemu menyebabkan pektin. Dimana, pektin dapat mengikat air sehingga air
6
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

bebas berkurang. Hal ini didukung oleh pernyataan Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf
Juwita (2010), pektin dan karagenan sebagai yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf
pengemulsi dan pengental yang ditambahkan ke dalam 5% menurut uji lanjut Duncan.
bahan makanan dan meningkatkan viskositas.
Pektin berpengaruh terhadap pembentukan Berdasarkan hasil analisis intensitas warna
gel pada jelly. Pektin merupakan polimer dari asam D- dengan metode colorimetri, menunjukkan bahwa
galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan α-1,4 semakin besar perbandingan sari kayu secang terhadap
glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer sari kayu manis, maka nilai a* (tingkat kemerahan)
pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) pada minuman jelly akan semakin meningkat. Warna
menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai standar perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini bersama manis pada nilai a* adalah 3,40, sehingga perlakuan
gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel yang paling mendekati warna standar adalah
seperti yang terjadi pada pembuatan selai (Edahwati, perlakuan j5 dengan nilai a* 2,32. Semakin kecil
dkk., 2013). Pektin dalam dalam bidang makanan perbandingan sari kayu secang terhadap sari kayu
digunakan sebagai bahan pembentuk gel. manis maka nilai a* akan semakin menurun.
Perbandingan sari kayu secang dengan sari
Warna Nilai a* (tingkat kemerahan) kayu manis 3 : 1 memiliki nilai yang lebih tinggi
Pengukuran warna pada penelitian ini karena sari kayu manis yang ditambahkan lebih
dilakukan dengan menggunakan chromameter. banyak. Menurut Rina (2014), kayu secang
Chromameter (Colorimeter) merupakan alat yang mengandung pigmen warna merah brazilein yang
digunakan untuk mengukur warna dari permukaan dipengaruhi oleh pH, dimana pada kondisi pH 2
suatu objek. Prinsip dasar dari alat ini ialah interaksi sampai 5 ekstrak kayu secang akan berwarna kuning
antara energi cahaya diffus dengan atom atau molekul orange, pada pH 6 sampai 7 warma ekstrak kayu
dari objek yang dianalisis. Sumber cahaya yang secang merah muda dan pada pH lebih dari 7 warna
digunakan yaitu lampu xenon. Lampu inilah yang kayu secang merah keunguan. Warna minuman jelly
akan menembak permukaan sampel yang kemudian juga disebabkan karena kandungan sinamaldehid pada
dipantulkan menuju sensor spektral. Selain itu, enam kayu manis yang berwarna kekuningan. Sehingga
fotosel silikon sensitifitas tinggi dengan sistem sinar banyaknya sari kayu secang yang ditambahkan tidak
balik ganda akan mengukur cahaya yang direflesikan berpengaruh terhadap warna karena memiliki pH yang
oleh sampel. Data hasil pengukuran dapat berupa Yxy sama.
(CIE 1931), L*a*b* (CIE 1976), Hunter Lab atau nilai Perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
tristimulus XYZ, yang sebelumnya diolah melalui manis 1 : 3 atau sampel j3 memiliki nilai a* yang
pengolah data. Sistem pengukuran yang paling sering paling kecil. Hal ini disebabkan karena perbandingan
digunakan ialah sitem CIE L*a*b* atau CIELAB. sari kayu manis yang digunakan lebih sedikit.
Sistem CIELAB merupakan suatu skala warna-warna
yang seragam dalam dimensi warna (Nurmawati, 3. Analisis Organoleptik
2011). Rasa
Notasi a* menyatakan warna kromatik Rasa adalah sesuatu yang dapat diamati
campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari menggunakan indera pengecap yaitu lidah. Rasa
0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai –a* makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-
(negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. kuncup cecapan yang terletak pada papila yaitu bagian
Semakin besar nilai +a* (positif), warna benda akan noda merah jingga pada lidah. Rasa dibagi menjadi
semakin mendekati warna merah. Sebaliknya semakin empat, yaitu asin, asam, manis, dan pahit (Winarno,
kecil nilai –a* (negatif), warna benda akan semakin 2004).
mendekati warna hijau (Argasasmita, 2008). Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
Tabel 5. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang menunjukkan bahwa perbandingan antara kayu secang
dengan Sari Kayu Manis terhadap Nilai a* dan kayu manis j1 ( 1:1), j2 (1:2), j3 (1:3), j4 (2:1), dan
Minuman Jelly j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata terhadap rasa
Perbandingan minuman jelly kayu secang dan kayu manis.
(Sari Kayu Secang : Sari Kayu Nilai a* Hasil pengujian organoleptic oleh panelis
manis) terhadap atribut rasa pada minuman jelly kayu secang
j1 ( 1 : 1 ) 0,87 b dan kayu manis ini menunjukkan tidak berpengaruh
j2 ( 1: 2 ) 0,86 b nyata dikarenakan rasa yang dari produk yang dibuat
sangat kuat mencapai ambang batasanya, sehingga
j3 ( 1 : 3 ) 0,60 a panelis yang menguji sampel tersebut tidak bisa
j4 ( 2 : 1 ) 1,29 c membedakan intensitas rasa yang berbeda antar
j5 ( 3 : 1 ) 2,32 d sampelnya (Kartika dkk, 1988). Begitu juga dengan
perlakuan yang diberikan terhadap sampel dengan
perbandingan yang perbedaanya tidak terlalu
7
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

signifikan contonya j2 (1:2) dan j3 (1:3). Selain itu lebih tinggi dari indera pencicipan. Bahkan industri
banyaknya gula yang ditambahkan pada setiap pangan menganggap uji bau sangat penting karena
formulasi sama sehingga rasa yang ditimbulkan tidak dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian suatu
memberikan pengaruh nyata. produk.
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA)
Warna terhadap aroma minuman jelly kayu secang dan kayu
Penentuan mutu bahan makanan pada manis menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan
umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, antara kayu secang dan kayu manis j 1 ( 1:1), j2 (1:2), j3
diantaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi dan (1:3), j4 (2:1), dan j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata.
sifat mikrobiologis. Faktor warna secara visual tampil Hal ini dikarenakan perlakuan yang diberikan
terlebih dahulu dan kadang sangat menentukan. Suatu terhadap sampel dengan perbandingan yang
bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat perbedaanya tidak terlalu signifikan contonya j2 (1:2)
baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang dan j3 (1:3)
tidak sedap dipandang, sehingga warna dapat Hasil pengujian organoleptik terhadap atribut
digunakan untuk menentukan mutu (Winarno, 2004) aroma pada minuman jelly kayu secang dan kayu
Warna adalah suatu atribut organoleptik yang manis menunjukkan perlakuan perbandingan kayu
penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan secang dan kayu manis j1 hingga j5 memperoleh nilai
yang diproses maupun tidak diproses. Warna hedonik rata-rata penilaian panelis mendekati nilai 4
memegang peranan penting dalam penerimaan yang berarti agak suka. Hal ini menunjukkan bahwa
makanan. Warna juga dapat memberikan petunjuk aroma dari minuman jelly kayu secang dan kayu
mengenai perubahan kimia dalam makanan. Warna manis agak disukai oleh panelis karena memiliki
merupakan sifat kenampakan yang ditandai oleh aroma wangi kayu manis.
distribusi spektrum cahaya, sehingga warna dapat Aroma yang timbul dari kayu manis berasal
dilihat atau dinilai hanya jika ada sinar atau cahaya dari komponen-komponen utama kayu manis yaitu
(Kartini, 2006). sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan beberapa
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) aldehid lain dalam jumlah yang kecil. Disamping itu
terhadap warna minuman jelly kayu secang dan kayu juga mengandung methyl-n-amylketone yang sangat
manis menunjukkan bahwa perbandingan antara kayu menentukan dalam flavour khusus dari kayu manis
secang dan kayu manis j1 ( 1:1), j2 (1:2), j3 (1:3), j4 (Rusli dan Abdullah, 1988)
(2:1), dan j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata.
Hasil pengujian organoleptic oleh panelis Tekstur
terhadap atribut warna pada minuman jelly kayu Tekstur merupakan salah satu faktor yang
secang dan kayu manis ini menunjukkan tidak mempengaruhi pilihan konsumen terhadap suatu
berpengaruh nyata dikarenakan pH yang digunakan produk pangan. Tekstur merupakan sensasi tekanan
pada semua sampel mempunyai pH yang sama yaitu 4. yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit,
Menurut Rina, dkk (2012), kayu secang mengandung dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari
pigmen warna merah brazilein yang dipengaruhi oleh (Kartika., 1998).
pH, dimana pada pH 2 sampai 5 warna ekstrak kayu Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
secang kuning orange, pada pH 6 sampai 7 warna menunjukkan bahwa perbandingan antara kayu secang
ekstrak kayu secang merah muda dan pada pH lebih dan kayu manis j1 ( 1:1), j2 (1:2), j3 (1:3), j4 (2:1), dan
dari 7 warna ekstrak kayu secang merah keunguan. j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur
Warna-warna yang dihasilkan oleh tanaman minuman jelly kayu secang dan kayu manis.
secang berasal dari senyawa yang bernama brazilin Hasil pengujian organoleptic oleh panelis
(C16H14O5). Brazilin adalah Kristal berwarna kuning terhadap atribut warna pada minuman jelly kayu
yang merupakan pigmen warna pada secang. Asam secang dan kayu manis ini menunjukkan tidak
tidak berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi berpengaruh nyata dikarenakan pH yang digunakan
alkali dapat membuatnya bertambah merah. Brazilin pada semua sampel mempunyai pH yang sama yaitu 4.
akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar Sehingga tekstur yang dihasilkan tidak berbeda. Selain
matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan itu rentang perbandingan antara sari kayu secang dan
karena terbentuknya brazilein. Brazilin jika teroksidasi sari kayu manis yang kecil sehingga perbedaan tekstur
akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna tidak terlihat signifikan. Pada pH 4 minuman jelly
merah kecoklatan dan dapat larut dalam air. lebih mudah di sedot, tidak mudah hancur, dan tetap
bertekstur kenyal.
Aroma Karagenan stabil pada pH netral atau basa,
Aroma merupakan suatu hal yang terkandung dan kestabilan karagenan akan menurun pada pH
dalam produk yang langsung dapat dinikmati oleh asam, namun saat gel sudah terbentuk maka gel akan
konsumen. Soekarto (1985) menyatakan bahwa aroma tetap stabil meskipun dalam keadaan asam (Fransisca,
suatu produk, bahkan aroma atau bau lebih kompleks dkk. 2016).
dari pada rasa. Kepekaan indera pembauan biasanya
8
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

4. Analisis Produk Terpilih ungu DPPH yang sebanding dengan pengurangan


Aktivitas Antioksidan konsentrasi DPPH. Perendaman tersebut dihasilkan
Analisis antioksidan dilakukan pada produk oleh bereaksinya molekul difenil pikril hidrazil
terpilih dari hasil analisis kadar tanin, sineresis, dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul
viskositas dan warna nilai a* (tingkat kemerahan). komponen sampel sehingga terbentuk senyawa difenil
Berdasarkan hasil analisis tersebut makan dipilih pikril hidrazil dan menyebabkan terjadinya peluruhan
sampel j5 dengan perbandingan (3:1) karena memiliki warna DPPH dari ungu menjadi kuning (Zuhra et all.,
warna kemerahan paling tinggi dan viskositas yang 2008).
paling tinggi. Dimana sampel j5 ini memiliki kadar Menurut Ozyurt et al. 2006. Antioksidan
tanin 1,72%, sineresis 8,86 g, viskositas 606 cp dan merupakan penghambat adanya radikal bebas yang
nilai a* 2,32. dapat merusak sel-sel manusia akibat kondisi oksidasi
dan ketidakseimbangan radikal bebas yang
menyebabkan gangguan terhadap metabolisme dalam
sel. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil
karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan
Tabel 6. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan mencari pasangan elektron dalam makromolekul
Rata-rata biologi.
Nilai IC50
Sampel Ulangan Nilai IC50 Antioksidan merupakan senyawa yang
(ppm)
(ppm) melawan efek radikal bebas dan mencegah atau
1 392,59 menunda oksidasi yang tidak diinginkan, atau
J5 (3:1) 2 392,72 kerusakan oleh oksigen. Radikal bebas merupakan
392,84
molekul tak stabil yang terus menerus menyerang
Berdasarkan tabel 6. diperoleh rata-rata nilai tubuh dari luar (karena sinar matahari, polusi, dan
IC50 sebesar 392,72 ppm. Nilai IC50 merupakan asap rokok) atau dari dalam (disebabkan oleh
bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak (ppm) metabolisme (Yustika, 2015).
yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar KESIMPULAN
50%. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi Berdasarkan hasil penelitian dapat
aktivitas antioksidannya. disimpulkan bahwa :
Menurut Ariyanto (2006), tingkat kekuatan 1. Pada penelitian pendahuluan pembuatan sari kayu
antioksidan senyawa uji menggunakan DPPH dapat secang dengan sari kayu manis dengan pH 4
digolongkan menurut IC50. Menurut Molyneux merupakan pH yang terpilih untuk digunakan pada
(2004), semakin kecil nilai IC50 berarti semakin penelitian utama.
tinggi aktivitas antioksidan. Secara spesifik tingkat 2. Perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
kekuatan antioksidan terbagi menjadi empat intensitas manis berpengaruh terhadap kadar tanin,
yaitu sangat kuat (jika nilai IC50 < 50 ppm), kuat (jika viskositas, sineresis, nilai a* , namun tidak
nilai IC50 50-100 ppm), sedang (jika nilai IC50 101- berpengaruh nyata terhadap organoleptik rasa,
150), dan lemah (jika nilai IC50 >150). warna, aroma dan tekstur.
Berdasarkan tingkat kekuatan antioksidan 3. Produk terpilih didapatkan pada perlakuan j5, yaitu
dengan metode DPPH, hasil analisis pada sampel j5 dengan perbandingan sari kayu secang dan sari
minuman jelly kayu secang dan kayu manis diketahui kayu manis ( 3 : 1 ) dimana sampel j5 ini memiliki
bahwa aktivitas antioksidan pada sampel tersebut kadar tanin 1,72% , sineresis 8,86 g, viskositas 606
merupakan kategori lemah. Beberapa faktor yang cp dan nilai a* 2,32 serta memiliki aktivitas
menyebabkan rendahnya aktivitas antioksidan pada antioksidan sebesar 399,72 ppm.
suatu sampel yaitu terdapat kandungan flavonoid
dalam bahan dan penggunaan methanol sebagai DAFTAR PUSTAKA
pelarut (Prihatin, S, 2003).
Antikosidan merupakan senyawa pemberi Argasasmita, T. U. 2008. Karakterisasi Sifat
elektron (elektron donor) atau reduktan. Senyawa ini Fitokimia dan Indeks Glikemik Varietas
memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu Beras Beramilosa Rendah dan Tinggi. Tugas
menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, Akhir. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
dengan cara mencegah terbentuknya radikal (Winarsi,
2007). Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia
Analisis aktivitas antioksidan pada sampel dan Biokimia Pangan Pusat antar Universitas
terpilih ini menggunakan metode DPPH menggunakan Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor
spektrofotometri UV-Vis. DPPH merupakan metode Bogor.
yang sederhana, mudah untuk penapisan aktivitas Gani, Yohana Fransisca., Suseno, Thomas Indarto
penangkapan radikal beberapa senyawa, efektif dan Putut dan Surjoseputro, Sutarjo. 2014.
praktik (Molyneux, 2003). Aktivitas diukur dengan Perbedaan Konsentrasi Karagenan
menghitung jumlah pengurangan intensitas cahaya Terhadap Sifat Fisikokimia dan
9
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

Organoleptik Jelly Drink Rosela-Sirsak. Hasil Jadi Minuman Jeli Kunyit Asam.
Jurnal. Universitas Katolik Widya Mandala. Jurnal. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Surabaya.
Rina, Octaf., Chandra Utami W dan Ansori. 2012.
Gaspersz, Vincent. 1991. Metode Perancangan Efektifitas Ekstrak Kayu Secang
Percobaan Untuk Ilmu Pertanian, Ilmu- (Caesalpinia Sappan L.) Sebagai Bahan
ilmu Teknik, Biologi. Bandung : CV. Pengawet Daging. Jurnal Penelitian Pertanian
ARMICO. Terapan Vol. 12 (3) : 181-186. Politeknik
Pertanian Negeri Lampung. Lampung.
Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, Thickeners and
Gelling Agent. Willey Blackwell Publishing Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis
Ltd. United Kingdom. Budidaya dan Pengolahan. Edisi Revisi
Cetakan 6. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juwita, Wirda. Rusmarilin, Herma dan Yusraini, Era.
2010. Pengaruh Konsentrasi Pektin dan Sari, Ramdana dan Suhartati. 2016. Secang
Karagenan Terhadap Mutu Permen Jely (Caesalpinia sappn L.) : Tumbuhan Herbal
Jahe. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, Kaya Antioksidan. Info Teknis Eboni Vol. 13
Vol.2 No.2. Universitas Sumatera Utara. No. 1. Balai Litbang Hidup dan Kehutanan
Medan Makassar. Makassar.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Utari, Febiani Dwi, Sumirat dan Muhammad Djaeni.
Berkhasiat Obat. Jakarta : Penerbit Rineka 2017. Produksi Antioksidan dan Ekstrak
Cipta dalam Siregar, N. 2009. Pengaruh Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Lama Perendaman Daun teh Terhadap Menggunakan Pengering Berkelembaban
Kadar Tanin Beverage PT Coca Cola Rendah. Jurnal. Universitas Dipenogoro.
Bottling Indonesia. Tesis. Universitas Semarang.
Sumatera Utara. Medan.
Winarno, F. G. 2008 Kimia Panagan dan Gizi : Edisi
Kartika, dkk. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan Terbaru. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Pangan. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan
Molybeux, P. 2003. The use of stable free Radical Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta.
Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
Yustika, E. 2015. Pemanfaatan Daun Kersen dan
estimating antioxidant activity. Journal
Daun Sirsak (Muntingia calabura L.) Dalam
Science of Technology. 26 (2): 211 – 219.
Pembuatan Teh dengan Penambahan
Nawu, Yoanita Eustakia. 2016. Studi Fitokimia dan Pemanis Daun Stevia. Jurnal. Universitas
Potensi Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Kayu Manis ( Cinnamomum sp.) dengan
Zerrudo, J.V. 1999. Caesalpinia sappan L. Dalam
Metode Perkolasi. Jurnal. Universitas Katolik
Lemmens, R., Wulijani, N. PROSEA : Sumber
Widya Mandala. Surabaya.
Daya Nabati Asia Tenggara 3, Tumbuhan-
Noer, H. 2006. Hidrokoloid dalam Pembuatan Jelly tumbuhan Penghasil Warna dan Tanin, Balai
Drink. Food Review Vol. 1. Jakarta. Pustaka, Jakarta.
Novitasari, Irma Ayuningtyas. 2014. Pemanfaatan Zuhra, C. F., et al,. 2008. Aktivitas Antioksidan
Biji Munggur Sebagai Bahan Dasar Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk
Pembuatan Tahu Dengan Penambahan Sari (Sauropus androgunus L Merr.). Jurnal.
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai
Penggumpal. Tugas Akhir. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surkarta.
Prihatin, S. 2003. Formulasi, Karakterisasi Kimia
dan Uji Aktivitas Antioksidan Produk
Minuman Fungsional Tradisional Dari Sari
Jahe (Zingiber officinale R), Sari Sereh
(Cymbopogon flexuosus) dan Campurannya.
Jurnal Penelitian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Putra, Bagus Prahara. 2013. Pengaruh Jenis dan
Proporsi Bahan Pembentuk Gel Terhadap

10
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

11
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda

12

Anda mungkin juga menyukai