Artikel Nurma Rizqia Rohimah Arifin 143020149
Artikel Nurma Rizqia Rohimah Arifin 143020149
ARTIKEL
Oleh:
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr.Setiabudi No 93, Bandung,
40153, Indonesia
E-mail : nurmarizqiara@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) dan sari kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap karakteristik minuman jeli.
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) satu faktor dengan 5 kali ulangan. Penelitian terdiri dari satu faktor, yaitu faktor perbandingan sari
kayu secang dan sari kayu manis (J), yang terdiri dari lima taraf, yaitu j 1 (1 : 1), j2 (1 : 2), j3 (1 : 3), j4 (2 : 1),
dan j5 (3 : 1). Respon dari penelitian ini meliputi respon kimia yaitu kadar tanin, respon fisik yaitu sineresis,
viskositas dan warna nilai a* tingkat kemerahan, respon organoleptik terhadap rasa, aroma, warna dan
tekstur, serta respon terpilih yaitu aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan perbandingan sari kayu secang dan sari kayu manis berpengaruh
terhadap kadar tanin, viskositas, sineresis, dan warna nilai a* tingkat kemerahan, namun tidak berpengaruh
nyata terhadap organoleptik rasa, warna, aroma dan tekstur. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat
diketahui perlakuan yang dipilih yaitu perlakuan j 5 dengan perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
manis (3 : 1) memiliki kadar tanin 1,72%, sineresis 8,86 g, viskositas 606 cp dan nilai a* tingkat kemerahan
2,32 serta memiliki aktivitas antioksidan sebesar 392,72 ppm.
Kata kunci : Kayu Secang, Kayu Manis, Minuman Jelly
Abstract
This research was carried out to determine the effect proportion between secang wood extract
(Caesalpinia sappan L.) and cinnamon extract (Cinnamomum burmanii) to the characteristics of jelly drinks.
The experimental method in this research ras Randomized Block Design with one type factorial and
5 times replication. The research conducted consist of namely the proportion between secang wood extract
and cinnamon extract (J) which consist of five extents repectively j 1 (1 : 1), j2 (1 : 2), j3 (1 : 3), j4 (2 : 1), dan
j5 (3 : 1). The responses of this research are chemical response with level of tannin, physical responses with
sineresis, viscocity and color value of a* reddish level, organoleptic responses towards flavor, aroma, color
and texture, and selected reponse namely antioxidant activity.
The result of this reaserch shows that proportion between secang wood extract and cinnamon
extract significantly affected level tannin, sineresis, viscocity, and color value of a* reddish level, and not
significantly of organoleptic flavor, color, aroma and texture. Based on the analysis that has been done, it
can be seen that the treatment chosen is treatment j5 with a ratio of secang wood extract and cinnamon
extract (3: 1) having level of tannin 1,72%, sineresis 8,86 g, viscocity 606 cp, value of a* reddish level 2,32
and antioxidant activity of 392.72 ppm.
Keywords : Secang wood, cinnamons, jelly drink
1
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
secang mengandung pigmen warna merah brazilein rasa bahan makanan tersebut. Rasa sepat pada
yang dipengaruhi oleh pH, dimana pada pH 2 sampai makananan biasanya disebabkan karena tanin
5 warna ektrak kayu secang kuning orange, pada pH 6 (Kartasapoetro, 1992 dalam Siregar, 2009).
sampai 7 warna ektrak kayu secang merah muda dan Berdasarkan hasil Analisis Variansi
pada pH 7 warna ekstrak kayu secang merah (ANAVA) menunjukkan bahwa kadar tanin pada
keunguan. Selain dengan pH yang berbeda dengan minuman jelly dengan berbagai perbandingan sari
adanya penambahan kayu manis makan akan kayu secang dan sari kayu manis berpengaruh nyata
menghasilkan warna yang berbeda dari kayu secang. terhadap minuman jelly. Hasil pengujian kadar tanin
Hasil pengujian organoleptic terhadap atribut dapat dilihat pada Tabel 2.
tekstur minuman jelly kayu secang dan kayu manis Tabel 2. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang
dilihat dari taraf nyata atribut tekstur perlakuan pH 4 dengan Sari Kayu Manis terhadap Kadar
lebih disukai daripada perlakuan lainnya karena pH 4 Tanin (%) Minuman Jelly
paling berbeda nyata dan memiliki nilai rata-rata 4,95 Perbandingan
atau memiliki nilai hedonic mendekati 5 yang berarti (Sari Kayu Secang : Sari Kayu Kadar Tanin (%)
suka. pH yang paling tidak disukai pada perlakuan manis)
dengan pH 7 yaitu 4,08 atau memiliki nilai hedonik j1 ( 1 : 1 ) 1,68 b
yang berarti agak suka. Hal ini menunjukkan semakin j2 ( 1: 2 ) 1,67 b
rendah pH makan tekstur minuman jelly semakin j3 ( 1 : 3 ) 1,64 a
disukai. j4 ( 2 : 1 ) 1,71 c
Pada pH 4 minuman jelly lebih mudah di j5 ( 3 : 1 ) 1,72 c
sedot, tidak mudah hancur, dan tetap bertekstur Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf
kenyal. Pada pH 5,5 minuman jelly cenderung padat yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf
lebih kuat di bandingkan pada pH 4. Sedangkan pada 5% menurut uji lanjut Duncan.
pH 7 minuman jelly lebih sulit untuk disedot dan
butuh tenaga lebih untuk meyedotnya. Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa
Karagenan dalam larutan memiliki stabilitas semakin besar perbandingan sari kayu secang terhadap
maksimum pada pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH sari kayu manis, maka kadar tanin pada minuman jelly
dibaawah 3,5. Larutan karagenan akan menurun akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan kayu
viskositasnya jika pHnya diturunkan dibawah 4,3 secang memiliki kandungan kadar tanin yang lebih
(Imeson, 2000). Penurunan pH menyebabkan tinggi dibandingan dengan kayu manis.
terjadinya hidrolisis ikatan glikosidik yang Menurut hasil penelitian Romadhon dkk
mengakibatkan kehilangan viskositas. (2015), kadar tanin yang terdapat pada kayu secang
Semakin rendah pH yang digunakan maka yaitu sebesar 40% sedangkan kadar tanin pada kayu
minuman jelly semakin mudah disedot dan mudah manis menurut penelitian yang dilakukan oleh
hancur namun pada saat di mulut masih dapat Marliyati (1995) yaitu kurang lebih 10%.
dirasakan teksturnya sedangkan semakin tinggi pH Dari penelitian ini didapatkan kadar tanin
yang digunakan maka jelly akan semakin tegar dan rata-rata yaitu j1 1,68% yang sama dengan 16800
sulit untuk disedot. mg/kg, j2 1,67% yang sama dengan 16700 mg/kg, j3
1,64% yang sama dengan 16400 mg/kg, j4 1,71%
Hasil Penelitian Utama yang sama dengan 17100 mg/kg dan j5 1,72% yang
Penelitian utama yang dilakukan bertujuan sama dengan 17200 mg/kg. Kadar ini tidak memenuhi
untuk mengetahui pengaruh perbandingan sari kayu syarat sebagai bahan pengandan berrmanfaat untuk
secang dengan sari kayu manis terhadap karakeristik kesehatan karena kadar tanin maksimal dalam bahan
minuman jelly dnegan perbandingan sari kayu secang makanan yang di tetapkan oleh Acceptable Daily
dan sari kayu manis yaitu 1:1, 1:2, 1:3, 2:1 dan 3:1. Intake (ADI) adalah 560 mg/kg berat badan per hari.
Menurut Hagerman (2002), tanin bukan merupakan
1. Analisis Kimia zat gizi namun dalam jumlah kecil dapat bermanfaat
Kadar Tanin bagi kesehatan.
Tanin merupakan salah satu senyawa yang 2. Analisis Fisik
termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin Sineresis
dapat mengikat protein, alkaloid, dan gelatin. Sineresis adalah peristiwa keluarnya air dari
Golongan fenol dicirikan oleh cincin aromatik dengan gel, salah satu penyebab sineresis adalah kontraksi
satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri pada gel akibat terbentuknya ikatan-ikatan baru antara
atas ribuan senyawa, meliputi flavonoid, polimer struktur gel (Sunanto, 1995). Sineresis
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen yang terjadi dalam bahan pangan sangat berkaitan erat
kuinon, melanin, lignin, dan tanin yang terdapat pada dengan kekuatan gel. Terjadinya sineresis diakibatkan
berbagai jenis tumbuhan (Harbone, 1996). Tanin oleh tidak terikat kuatnya air dalam komponen bahan
disebut juga asam tanat dan asam galotanat. Adanya pangan. Semakin tinggi nilai sineresis, maka
tanin dalam bahan makanan dapat menentukan cita
5
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
kemampuan bahan untuk mengikat air semakin terbentuknya ikatan hidrogen antar polimer karagenan
rendah, yang mengakibatkan air dalam produk banyak tersebut sehingga struktur jaringan karagenan semakin
keluar. Sebaliknya apabila nilai sineresis rendah, rapat dan ruang untuk menangkap air semakin kecil.
berarti kemampuan untuk mengikat air semakin tinggi, Akibatnya air yang semula terperangkap dalam ruang
sehingga air yang keluar dari produk sedikit dan gel antar polimer karagenan lepas dan keluar dari sistem
yang terbentuk menjadi kuat (Imeson, 2009). gel (Therkelsen, 2003 dalam Gani 2014).
Berdasarkan hasil Analisis Variansi Hasil Sineresis gel dapat dapat diperkecil dengan
(ANAVA) menunjukkan bahwa minuman jelly dengan berbagai cara, yaitu dengan penambahan karbomer
berbagai perbandingan sari kayu secang dan sari kayu lagi atau dengan bahan penstabil lain berupa
manis berpengaruh nyata terhadap minuman jelly yang hidrokoloid atau polimer yang larut dalam air
dihasilkan. Hasil pengujian sineresis minuman jelly (Kuncari et al., 2014).
dapat dilihat pada Tabel 3. Viskositas
Tabel 3. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang Viskositas adalah derajat kekentalan suatu
dengan Sari Kayu Manis terhadap Sineresis produk pangan. Viskositas merupakan daya aliran
(%) Minuman Jelly molekul dalam sistem larutan. Suspensi koloid dalam
Perbandingan larutan dapat ditingkatkan dengan cara mengentalkan
(Sari Kayu Secang : Sari Kayu Sineresis (%) caian sehingga terjadi absorbsi dan pengembangan
manis) koloid. Viskositas suatu hidrokolid dipengaruhi oleh
j1 ( 1 : 1 ) 2,55 b beberapa faktor yaitu konsentrasi karagenan,
j2 ( 1: 2 ) 0,21 a temperatur, jenis karagenan, berat molekul dan adanya
j3 ( 1 : 3 ) 0,10 a molekul-molekul lain. Kemampuan membentuk gel
j4 ( 2 : 1 ) 3,94 c adalah sifat yang penting bagi hidrokolid seperti
j5 ( 3 : 1 ) 8,86 d karagenan. Konsentrasi gel dipengaruhi beberapa
Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf factor antar lain : jenis dan tipe karagenan,
yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf konsentrasi, dan adanya ion-ion. Hal yang dapat
5% menurut uji lanjut Duncan. mempengaruhi gel karaginan yaitu gugus sulfat pada
struktur molekulnya. Tekstur gel karagenan dapat
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa berbentuk keras, rapuh sampai lunak elastis (Towle,
semakin besar perbandingan sari kayu secang terhadap 1973 dalam Rifansyah, 2016).
sari kayu manis, maka sineresis pada minuman jelly Berdasarkan hasil Analisis Variansi Hasil
akan semakin meningkat. (ANAVA) menunjukkan bahwa minuman jelly dengan
Hal ini dikerenakan adanya pektin dalam berbagai perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
jelly drink yang teradapat pada kayu manis. Menurut manis berpengaruh nyata terhadap minuman jelly yang
Guenther (2006) dalam Nawu (2016), kandungan yang dihasilkan. Hasil pengujian viskositas minuman jelly
terdapat pada kayu manis diantaranya adalah dapat dilihat pada Tabel 4.
sinamaldehid, eugenol, minyak atsiri, safrol, tanin,
Tabel 4. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang
damar, kalsium oksalat, zat penyamak, flavonoid,
dengan Sari Kayu Manis terhadap Viskositas
saponin serta kandungan gizi lainnya seperti gula,
(cp) Minuman Jelly
protein, lemak kasar dan pektin. Pektin dapat
Perbandingan
membantu dalam pembentukan gel. Menurut Kirk dan
Othmer (1952), apabila serabut pektin yang terbentuk (Sari Kayu Secang : Sari Kayu Viskositas (cp)
manis)
lebih banyak maka kemampuan membentuk jaringan
tiga dimensi yang kokoh akan meningkat. Hal ini j1 ( 1 : 1 ) 629,60 c
menyebabkan serabut pektin akan menangkap seluruh j2 ( 1: 2 ) 647,80 d
cairan yang terdapat di dalam sistem sehingga j3 ( 1 : 3 ) 667,80 e
terbentuk dan tingkat sineresis menjadi rendah. j4 ( 2 : 1 ) 611,20 b
Sineresis minuman jelly meningkat seiring j5 ( 3 : 1 ) 606,00 a
dengan meningkatknya lama penyimpanan, agregasi Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf
antar double helix rantai polimer karagenan terus yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf
terjadi seiring dengan lama penyimpanan. Agregasi ini 5% menurut uji lanjut Duncan.
disebabkan oleh pergerakan polimer karagenan dalam
sistem gel. Proses pemanasan dengan suhu lebih tinggi Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa
dari suhu pembentukan gel akan mengakibatkan semakin tinggi perbandingan sari kayu manis maka
polimer karagenan dalam larutan menjadi random coil minuman jelly akan semakin kental, sebaliknya
karena energi kinetik yang ditimbulkan oleh panas semakin tinggi perbandingan sari kayu secang maka
menghalangi polimer karagenan membentuk struktur minuman jelly akan semakin encer. Hal ini disebabkan
helix (Sadar, 2004 dalam Gani, 2014). Rantai polimer karena salah satu kandungan kayu manis adalah
karagenan yang saling bertemu menyebabkan pektin. Dimana, pektin dapat mengikat air sehingga air
6
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
bebas berkurang. Hal ini didukung oleh pernyataan Keterangan : Nilai rata-rata ditandai dengan huruf
Juwita (2010), pektin dan karagenan sebagai yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf
pengemulsi dan pengental yang ditambahkan ke dalam 5% menurut uji lanjut Duncan.
bahan makanan dan meningkatkan viskositas.
Pektin berpengaruh terhadap pembentukan Berdasarkan hasil analisis intensitas warna
gel pada jelly. Pektin merupakan polimer dari asam D- dengan metode colorimetri, menunjukkan bahwa
galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan α-1,4 semakin besar perbandingan sari kayu secang terhadap
glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer sari kayu manis, maka nilai a* (tingkat kemerahan)
pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) pada minuman jelly akan semakin meningkat. Warna
menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai standar perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini bersama manis pada nilai a* adalah 3,40, sehingga perlakuan
gula dan asam pada suhu tinggi akan membentuk gel yang paling mendekati warna standar adalah
seperti yang terjadi pada pembuatan selai (Edahwati, perlakuan j5 dengan nilai a* 2,32. Semakin kecil
dkk., 2013). Pektin dalam dalam bidang makanan perbandingan sari kayu secang terhadap sari kayu
digunakan sebagai bahan pembentuk gel. manis maka nilai a* akan semakin menurun.
Perbandingan sari kayu secang dengan sari
Warna Nilai a* (tingkat kemerahan) kayu manis 3 : 1 memiliki nilai yang lebih tinggi
Pengukuran warna pada penelitian ini karena sari kayu manis yang ditambahkan lebih
dilakukan dengan menggunakan chromameter. banyak. Menurut Rina (2014), kayu secang
Chromameter (Colorimeter) merupakan alat yang mengandung pigmen warna merah brazilein yang
digunakan untuk mengukur warna dari permukaan dipengaruhi oleh pH, dimana pada kondisi pH 2
suatu objek. Prinsip dasar dari alat ini ialah interaksi sampai 5 ekstrak kayu secang akan berwarna kuning
antara energi cahaya diffus dengan atom atau molekul orange, pada pH 6 sampai 7 warma ekstrak kayu
dari objek yang dianalisis. Sumber cahaya yang secang merah muda dan pada pH lebih dari 7 warna
digunakan yaitu lampu xenon. Lampu inilah yang kayu secang merah keunguan. Warna minuman jelly
akan menembak permukaan sampel yang kemudian juga disebabkan karena kandungan sinamaldehid pada
dipantulkan menuju sensor spektral. Selain itu, enam kayu manis yang berwarna kekuningan. Sehingga
fotosel silikon sensitifitas tinggi dengan sistem sinar banyaknya sari kayu secang yang ditambahkan tidak
balik ganda akan mengukur cahaya yang direflesikan berpengaruh terhadap warna karena memiliki pH yang
oleh sampel. Data hasil pengukuran dapat berupa Yxy sama.
(CIE 1931), L*a*b* (CIE 1976), Hunter Lab atau nilai Perbandingan sari kayu secang dan sari kayu
tristimulus XYZ, yang sebelumnya diolah melalui manis 1 : 3 atau sampel j3 memiliki nilai a* yang
pengolah data. Sistem pengukuran yang paling sering paling kecil. Hal ini disebabkan karena perbandingan
digunakan ialah sitem CIE L*a*b* atau CIELAB. sari kayu manis yang digunakan lebih sedikit.
Sistem CIELAB merupakan suatu skala warna-warna
yang seragam dalam dimensi warna (Nurmawati, 3. Analisis Organoleptik
2011). Rasa
Notasi a* menyatakan warna kromatik Rasa adalah sesuatu yang dapat diamati
campuran merah-hijau dengan nilai +a* (positif) dari menggunakan indera pengecap yaitu lidah. Rasa
0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai –a* makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-
(negatif) dari 0 sampai -80 untuk warna hijau. kuncup cecapan yang terletak pada papila yaitu bagian
Semakin besar nilai +a* (positif), warna benda akan noda merah jingga pada lidah. Rasa dibagi menjadi
semakin mendekati warna merah. Sebaliknya semakin empat, yaitu asin, asam, manis, dan pahit (Winarno,
kecil nilai –a* (negatif), warna benda akan semakin 2004).
mendekati warna hijau (Argasasmita, 2008). Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
Tabel 5. Pengaruh Perbandingan Sari Kayu Secang menunjukkan bahwa perbandingan antara kayu secang
dengan Sari Kayu Manis terhadap Nilai a* dan kayu manis j1 ( 1:1), j2 (1:2), j3 (1:3), j4 (2:1), dan
Minuman Jelly j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata terhadap rasa
Perbandingan minuman jelly kayu secang dan kayu manis.
(Sari Kayu Secang : Sari Kayu Nilai a* Hasil pengujian organoleptic oleh panelis
manis) terhadap atribut rasa pada minuman jelly kayu secang
j1 ( 1 : 1 ) 0,87 b dan kayu manis ini menunjukkan tidak berpengaruh
j2 ( 1: 2 ) 0,86 b nyata dikarenakan rasa yang dari produk yang dibuat
sangat kuat mencapai ambang batasanya, sehingga
j3 ( 1 : 3 ) 0,60 a panelis yang menguji sampel tersebut tidak bisa
j4 ( 2 : 1 ) 1,29 c membedakan intensitas rasa yang berbeda antar
j5 ( 3 : 1 ) 2,32 d sampelnya (Kartika dkk, 1988). Begitu juga dengan
perlakuan yang diberikan terhadap sampel dengan
perbandingan yang perbedaanya tidak terlalu
7
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
signifikan contonya j2 (1:2) dan j3 (1:3). Selain itu lebih tinggi dari indera pencicipan. Bahkan industri
banyaknya gula yang ditambahkan pada setiap pangan menganggap uji bau sangat penting karena
formulasi sama sehingga rasa yang ditimbulkan tidak dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian suatu
memberikan pengaruh nyata. produk.
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA)
Warna terhadap aroma minuman jelly kayu secang dan kayu
Penentuan mutu bahan makanan pada manis menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan
umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor, antara kayu secang dan kayu manis j 1 ( 1:1), j2 (1:2), j3
diantaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi dan (1:3), j4 (2:1), dan j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata.
sifat mikrobiologis. Faktor warna secara visual tampil Hal ini dikarenakan perlakuan yang diberikan
terlebih dahulu dan kadang sangat menentukan. Suatu terhadap sampel dengan perbandingan yang
bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat perbedaanya tidak terlalu signifikan contonya j2 (1:2)
baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang dan j3 (1:3)
tidak sedap dipandang, sehingga warna dapat Hasil pengujian organoleptik terhadap atribut
digunakan untuk menentukan mutu (Winarno, 2004) aroma pada minuman jelly kayu secang dan kayu
Warna adalah suatu atribut organoleptik yang manis menunjukkan perlakuan perbandingan kayu
penting bagi banyak makanan, baik bagi makanan secang dan kayu manis j1 hingga j5 memperoleh nilai
yang diproses maupun tidak diproses. Warna hedonik rata-rata penilaian panelis mendekati nilai 4
memegang peranan penting dalam penerimaan yang berarti agak suka. Hal ini menunjukkan bahwa
makanan. Warna juga dapat memberikan petunjuk aroma dari minuman jelly kayu secang dan kayu
mengenai perubahan kimia dalam makanan. Warna manis agak disukai oleh panelis karena memiliki
merupakan sifat kenampakan yang ditandai oleh aroma wangi kayu manis.
distribusi spektrum cahaya, sehingga warna dapat Aroma yang timbul dari kayu manis berasal
dilihat atau dinilai hanya jika ada sinar atau cahaya dari komponen-komponen utama kayu manis yaitu
(Kartini, 2006). sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan beberapa
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) aldehid lain dalam jumlah yang kecil. Disamping itu
terhadap warna minuman jelly kayu secang dan kayu juga mengandung methyl-n-amylketone yang sangat
manis menunjukkan bahwa perbandingan antara kayu menentukan dalam flavour khusus dari kayu manis
secang dan kayu manis j1 ( 1:1), j2 (1:2), j3 (1:3), j4 (Rusli dan Abdullah, 1988)
(2:1), dan j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata.
Hasil pengujian organoleptic oleh panelis Tekstur
terhadap atribut warna pada minuman jelly kayu Tekstur merupakan salah satu faktor yang
secang dan kayu manis ini menunjukkan tidak mempengaruhi pilihan konsumen terhadap suatu
berpengaruh nyata dikarenakan pH yang digunakan produk pangan. Tekstur merupakan sensasi tekanan
pada semua sampel mempunyai pH yang sama yaitu 4. yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit,
Menurut Rina, dkk (2012), kayu secang mengandung dikunyah, dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari
pigmen warna merah brazilein yang dipengaruhi oleh (Kartika., 1998).
pH, dimana pada pH 2 sampai 5 warna ekstrak kayu Hasil perhitungan analisis variansi (ANAVA)
secang kuning orange, pada pH 6 sampai 7 warna menunjukkan bahwa perbandingan antara kayu secang
ekstrak kayu secang merah muda dan pada pH lebih dan kayu manis j1 ( 1:1), j2 (1:2), j3 (1:3), j4 (2:1), dan
dari 7 warna ekstrak kayu secang merah keunguan. j5 (3:1) tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur
Warna-warna yang dihasilkan oleh tanaman minuman jelly kayu secang dan kayu manis.
secang berasal dari senyawa yang bernama brazilin Hasil pengujian organoleptic oleh panelis
(C16H14O5). Brazilin adalah Kristal berwarna kuning terhadap atribut warna pada minuman jelly kayu
yang merupakan pigmen warna pada secang. Asam secang dan kayu manis ini menunjukkan tidak
tidak berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi berpengaruh nyata dikarenakan pH yang digunakan
alkali dapat membuatnya bertambah merah. Brazilin pada semua sampel mempunyai pH yang sama yaitu 4.
akan cepat membentuk warna merah jika terkena sinar Sehingga tekstur yang dihasilkan tidak berbeda. Selain
matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan itu rentang perbandingan antara sari kayu secang dan
karena terbentuknya brazilein. Brazilin jika teroksidasi sari kayu manis yang kecil sehingga perbedaan tekstur
akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna tidak terlihat signifikan. Pada pH 4 minuman jelly
merah kecoklatan dan dapat larut dalam air. lebih mudah di sedot, tidak mudah hancur, dan tetap
bertekstur kenyal.
Aroma Karagenan stabil pada pH netral atau basa,
Aroma merupakan suatu hal yang terkandung dan kestabilan karagenan akan menurun pada pH
dalam produk yang langsung dapat dinikmati oleh asam, namun saat gel sudah terbentuk maka gel akan
konsumen. Soekarto (1985) menyatakan bahwa aroma tetap stabil meskipun dalam keadaan asam (Fransisca,
suatu produk, bahkan aroma atau bau lebih kompleks dkk. 2016).
dari pada rasa. Kepekaan indera pembauan biasanya
8
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
Organoleptik Jelly Drink Rosela-Sirsak. Hasil Jadi Minuman Jeli Kunyit Asam.
Jurnal. Universitas Katolik Widya Mandala. Jurnal. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Surabaya.
Rina, Octaf., Chandra Utami W dan Ansori. 2012.
Gaspersz, Vincent. 1991. Metode Perancangan Efektifitas Ekstrak Kayu Secang
Percobaan Untuk Ilmu Pertanian, Ilmu- (Caesalpinia Sappan L.) Sebagai Bahan
ilmu Teknik, Biologi. Bandung : CV. Pengawet Daging. Jurnal Penelitian Pertanian
ARMICO. Terapan Vol. 12 (3) : 181-186. Politeknik
Pertanian Negeri Lampung. Lampung.
Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, Thickeners and
Gelling Agent. Willey Blackwell Publishing Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis
Ltd. United Kingdom. Budidaya dan Pengolahan. Edisi Revisi
Cetakan 6. Penebar Swadaya. Jakarta.
Juwita, Wirda. Rusmarilin, Herma dan Yusraini, Era.
2010. Pengaruh Konsentrasi Pektin dan Sari, Ramdana dan Suhartati. 2016. Secang
Karagenan Terhadap Mutu Permen Jely (Caesalpinia sappn L.) : Tumbuhan Herbal
Jahe. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, Kaya Antioksidan. Info Teknis Eboni Vol. 13
Vol.2 No.2. Universitas Sumatera Utara. No. 1. Balai Litbang Hidup dan Kehutanan
Medan Makassar. Makassar.
Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Utari, Febiani Dwi, Sumirat dan Muhammad Djaeni.
Berkhasiat Obat. Jakarta : Penerbit Rineka 2017. Produksi Antioksidan dan Ekstrak
Cipta dalam Siregar, N. 2009. Pengaruh Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)
Lama Perendaman Daun teh Terhadap Menggunakan Pengering Berkelembaban
Kadar Tanin Beverage PT Coca Cola Rendah. Jurnal. Universitas Dipenogoro.
Bottling Indonesia. Tesis. Universitas Semarang.
Sumatera Utara. Medan.
Winarno, F. G. 2008 Kimia Panagan dan Gizi : Edisi
Kartika, dkk. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan Terbaru. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Pangan. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan
Molybeux, P. 2003. The use of stable free Radical Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta.
Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
Yustika, E. 2015. Pemanfaatan Daun Kersen dan
estimating antioxidant activity. Journal
Daun Sirsak (Muntingia calabura L.) Dalam
Science of Technology. 26 (2): 211 – 219.
Pembuatan Teh dengan Penambahan
Nawu, Yoanita Eustakia. 2016. Studi Fitokimia dan Pemanis Daun Stevia. Jurnal. Universitas
Potensi Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Kayu Manis ( Cinnamomum sp.) dengan
Zerrudo, J.V. 1999. Caesalpinia sappan L. Dalam
Metode Perkolasi. Jurnal. Universitas Katolik
Lemmens, R., Wulijani, N. PROSEA : Sumber
Widya Mandala. Surabaya.
Daya Nabati Asia Tenggara 3, Tumbuhan-
Noer, H. 2006. Hidrokoloid dalam Pembuatan Jelly tumbuhan Penghasil Warna dan Tanin, Balai
Drink. Food Review Vol. 1. Jakarta. Pustaka, Jakarta.
Novitasari, Irma Ayuningtyas. 2014. Pemanfaatan Zuhra, C. F., et al,. 2008. Aktivitas Antioksidan
Biji Munggur Sebagai Bahan Dasar Senyawa Flavonoid Dari Daun Katuk
Pembuatan Tahu Dengan Penambahan Sari (Sauropus androgunus L Merr.). Jurnal.
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Sebagai
Penggumpal. Tugas Akhir. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surkarta.
Prihatin, S. 2003. Formulasi, Karakterisasi Kimia
dan Uji Aktivitas Antioksidan Produk
Minuman Fungsional Tradisional Dari Sari
Jahe (Zingiber officinale R), Sari Sereh
(Cymbopogon flexuosus) dan Campurannya.
Jurnal Penelitian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Putra, Bagus Prahara. 2013. Pengaruh Jenis dan
Proporsi Bahan Pembentuk Gel Terhadap
10
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
11
Nurma Rizqia Rohimah Arifin (143020149)
Kajian Karakteristik Minuman Jelly Menggunakan Perbandingan Sari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
dengan Sari Kayu Manis (Cinnamomum burmani) yang Berbeda
12