Abstrak
Fruit Leather nanas merupakan produk makanan ringan hasil olahan puree buah nanas. Fruit
leather berbentuk lembaran tipis dengan ketebalan 2-3 mm, menyerupai kulit, lentur dan dapat digulung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi penambahan labu kuning dan karagenan
terhadap hasil jadi fruit leather nanas dan mengetahui kandungan air, β-karoten, dan serat yang terdapat
pada fruit leather nanas terbaik.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan pola faktorial 3x3. Variabel bebasnya yaitu labu
kuning (20, 30, 40%) dan karagenan (0,4, 0,6, 0,8%), sedangkan variabel terikatnya mutu organoleptik
fruit leather nanas yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, kelenturan, dan tingkat kesukaan panelis.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi melalui uji organoleptik oleh 15 panelis terlatih dan
15 panelis semi terlatih dengan lembar observasi berbentuk kuesioner. Analisis data hasil uji organoleptik
menggunakan metode analisis varians ganda (two way anova) dan uji lanjut Duncan. Produk terbaik
dilakukan uji kimia untuk mengetahui kandungan air, β-karoten, dan serat di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Surabaya.
Hasil Penelitian menunjukan interaksi penambahan labu kuning dan karagenan tidak
berpengaruh terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, kelenturan, dan kesukaan fruit leather nanas.
Penambahan labu kuning berpengaruh terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, kelenturan, dan kesukaan
fruit leather nanas. Penambahan karagenan berpengaruh terhadap kelenturan dan kesukaan fruit leather
nanas, tetapi tidak berpengaruh pada warna, aroma, rasa, dan tekstur. Hasil uji kimia produk terbaik fruit
leather nanas dari perlakuan penambahan labu kuning 40% dan karagenan 0,8% memiliki kandungan air
5,08%, β-karoten 3,81 ppm, dan serat 6,74%.
Abstract
Pineapple’s fruit leather is a chewy candy that is made of fruit puree. Its thickness is 2-3mm, it
resembles skin, is plastis and can be rolled into a small tubular shape. This research aim are to know the
interactions effect of the addition of pumpkin and carageenan to the final result of pineapple’s fruit
leather and to know the water’s density, β-karoten, and the fiber from the best pineapple’s fruit leather.
This type of this experimental research were a factorial 3x3 pattern with pumpkin (20, 30, 40%)
and carageenan (0,4, 0,6, 0,8%) as the independent variable. Dependent variable as organoleptik quality
were color, scent, flavor, texture, malleability, and panelists’ fondness toward pineapple’s fruit leather.
The data collection of pineapple’s fruit leather organoleptic testing were conducted by observing 15
trained panelist and 15 semi-trained panelist with questionare instrument. The data analysis of the
organoleptic test result were done by Two Ways Anova and Duncan’s poshoc test. A chemical test
conducted to the best product to know the water’s density, β-karoten, and fiber in Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Surabaya.
The results of this research showed that the interaction’s addition of pumpkin and carageenan
unaffected the color, scent, flavor, texture, malleability, and panelists’ fondness toward pineapple’s fruit
leather. Addition of pumpkin had prominent effect on the color, scent, flavor, texture, malleability, and
panelists’ fondness toward pineapple’s fruit leather. The addition of carageenan affected the malleability,
and panelists’ fondness toward pineapple’s fruit leather, but the color, scent, flavor, and texture remain
unaffected. The chemical testing result toward the best product were: the addition of pumpkin is 40%
while the addition of carageenan is 0,8%, the water’s density is 5,08%, β-karoten is 3,81 ppm, and fiber is
6,74%.
89
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
90
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi labu 40% dan karagenan 0,8%. Nilai mean
terhadap sifat organoleptik fruit leather nanas terendah 1,73 dengan kriteria warna jingga
kepada 15 panelis terlatih dan 15 panelis semi muda, diperoleh dari penambahan labu 20%
terlatih. Sifat organoleptik fruit leather nanas dan karagenan 0,6%.
meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, kelenturan, dan Pengaruh penambahan labu kuning dan
tingkat kesukaan. Analisis data uji organoleptik karagenan serta interaksi keduanya terhadap
menggunakan metode anava ganda (two way anova) warna fruit leather nanas dilakukan analisis
dan uji lanjut Duncan. Produk terbaik dilakukan uji dengan two way anova, hasilnya dapat dilihat
Laboratorium, meliputi: kandungan air, β-karoten, pada Tabel 4
dan serat. Tabel 4. Uji Anava Ganda Warna Fruit Leather
Nanas
ALAT DAN BAHAN Type III Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig.
Tabel 2 Alat-alat dalam Pembuatan Fruit Leather Corrected Model 117.896a 8 14.737 28.303 .000
Nanas Intercept 2111.204 1 2111.204 4054.630 .000
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Labu 114.985 2 57.493 110.416 .000
Alat Persiapan Karagenan 1.919 2 .959 1.842 .161
Timbangan Scout Pro (kapasitas Labu * Karagenan .993 4 .248 .477 .753
1. 1 Error 135.900 261 .521
digital 600g x 0,01 g)
Total 2365.000 270
2. Cutting board 1 Plastik Corrected Total 253.796 269
3. Pisau 1 Stainless steel
4. Sendok 3 Stainless steel Hasil uji anava ganda pada Tabel 4
5. Piring 3 Melamin menunjukan bahwa nilai Fhitung pada interaksi
6. Mangkok 3 Plastik penambahan labu kuning dan karagenan
7. Gelas Ukur 1 Plastik terhadap warna fruit leather nanas diperoleh
8. Cobek ulekan 1 Batu
Alat pengolahan sebesar 0,477 dengan taraf signifikan 0,753
Termometer (P>0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh
9. 1 Kaca
Suhu nyata interaksi penambahan labu kuning dan
Wooden karagenan terhadap warna fruit leather nanas.
10. 2 Kayu
Spatula
Panci Analisis dari uji anava menyatakan
11. diameter 2 Stainless steel interaksi penambahan labu kuning dan
20cm karagenan tidak berpengaruh nyata terhadap
12. Blender 1 Merk LG warna fruit leather nanas, sehingga hipotesis
13. Dandang 1 Alumunium yang menyatakan interaksi penambahan labu
14. Kompor 1 Merk Blue gas
Loyang kuning dan karagenan berpengaruh nyata
15. ukuran 3 Alumunium terhadap warna fruit leather nanas ditolak dan
30x26cm tidak dapat dilanjutkan dengan uji Duncan. Hal
Cabinet ini disebabkan warna dari fruit leather hanya
16. 1 Baja
Drying
diperoleh dari pigmen karatenoid yang
terkandung pada labu kuning, dengan
BAHAN
penggunaan karagenan kurang dari 1%,
Tabel 3 Bahan Pembuatan Fruit Leather Nanas
karagenan tidak dapat menimbulkan perubahan
No. Nama Bahan Jumlah Spesifikasi
1 Daging Buah 100 g Segar warna pada fruit leather. Konsentrasi karagenan
Nanas lebih dari 3% akan menimbulkan perubahan
2 Labu Kuning : Segar Kukus warna kecoklatan pada suatu produk (Estiasih
20% 20 g dan Ahmadi, 2009).
30% 30g Penambahan labu kuning secara mandiri
40% 40 g memberikan pengaruh nyata terhadap warna
3 Karagenan : Kering fruit leather nanas yang ditunjukan dengan nilai
0,4% 0,4 g Fhitung 110,4 dengan taraf signifikan 0,00
0,6% 0,6 g (P<0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan
0,8% 0,8 g
penambahan labu kuning memberikan pengaruh
4 Air 150 ml Air Putih
terhadap warna fruit leather nanas dapat
diterima dan dapat dilanjutkan dengan uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Duncan. Uji Duncan warna fruit leather nanas
A. Hasil dan Pembahasan Uji Organoleptik karena pengaruh penambahan labu kuning
1. Warna disajikan pada Tabel 5.
Uji organoleptik warna fruit leather nanas
menunjukkan rata-rata nilai berkisar antara 1,73
– 3,60. Nilai mean tertinggi 3,60 dengan kriteria
warna jingga tua, diperoleh dari penambahan
91
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
Tabel 5. Uji Duncan Warna Fruit Leather dengan two way anova, hasilnya dapat dilihat
Nanas Karena Pengaruh pada Tabel 6.
Penambahan Labu Kuning Tabel 6. Uji Anava Ganda Aroma Fruit Leather
Subset
Nanas
Type III
Labu N 1 2 3 Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig.
a,,b
Duncan 20% 90 1.9333 Corrected 42.333a 8 5.292 8.264 .000
Model
30% 90 2.9444
Intercept 1672.533 1 1672.533 2611.874 .000
40% 90 3.5111 Labu 34.689 2 17.344 27.086 .000
Karagenan 2.956 2 1.478 2.308 .102
Sig. 1.000 1.000 1.000
Labu * 4.689 4 1.172 1.831 .123
Karagenan
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 5 Error 167.133 261 .640
menyatakan penambahan labu kuning 20%, Total 1882.000 270
30%, dan 40% memiliki perbedaan warna. Corrected Total 209.467 269
Perlakuan penambahan labu kuning sebesar Hasil uji anava ganda pada Tabel 6
20% menghasilkan kriteria warna jingga muda, menunjukan bahwa nilai Fhitung pada interaksi
penambahan labu kuning sebesar 30% penambahan labu kuning dan karagenan
menghasilkan kriteria warna jingga, sedangkan terhadap aroma fruit leather nanas diperoleh
penambahan labu kuning sebesar 40% sebesar 1,172 dengan taraf signifikan 0,123
menghasilkan kriteria warna jingga. Warna (P>0,05) yang berarti tidak terdapat pengaruh
jingga yang dihasilkan karena adanya pigmen nyata interaksi penambahan labu kuning dan
karatenoid yang terkandung pada labu kuning, karagenan terhadap aroma fruit leather nanas.
pigmen ini sangat berperan dalam menentukan Analisis dari uji anava menyatakan interaksi
warna. Perbedaan warna yang terjadi penambahan labu kuning dan karagenan tidak
disebabkan adanya asam yang terdapat pada berpengaruh nyata terhadap aroma fruit leather
puree nanas, karena karoten tidak stabil pada nanas, sehingga hipotesis ditolak dan tidak
kondisi asam. Pada konsentrasi asam tinggi dapat dilanjutkan dengan uji Duncan. Hal ini
akan mengalami isomerisasi yang dapat dikarenakan aroma fruit leather juga
menyebabkan penurunan intensitas warna, dipengaruhi oleh sorbitol yang terkena panas
sebaliknya pada konsentrasi asam rendah, pada proses pengolahan dan pengeringan.
pigmen warna semakin pekat (Legowo, 2005). Menurut Winarno (2004), sorbitol akan
Semakin banyak penambahan labu kuning, mengalami karamelisasi apabila terkena panas.
semakin mengurangi konsentrasi asam, Proses karamelisasi akan menghasilkan aroma
sehingga pigmen warna yang dihasilkan gula yang terkaramel, sehingga dapat menutupi
semakin pekat. aroma nanas dan labu kuning.
Penambahan karagenan secara mandiri Penambahan labu kuning secara mandiri
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap memberikan pengaruh nyata terhadap aroma
warna fruit leather nanas, yang ditunjukan fruit leather nanas yang ditunjukan dengan nilai
dengan nilai Fhitung 1,842 dengan taraf Fhitung 27,08 dengan taraf signifikan 0,00
signifikan 0,161 (P>0,05), sehingga tidak dapat (P<0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan
dilanjutkan dengan uji Duncan. Hal ini penambahan labu kuning memberikan pengaruh
dikarenakan derajat putih serbuk karagenan dan terhadap aroma fruit leather nanas dapat
penggunaan karagenan kurang dari 1% tidak diterima dan dapat dilanjutkan dengan uji
mempengaruhi perubahan warna pada suatu Duncan. Uji Duncan aroma fruit leather nanas
produk. karena pengaruh penambahan labu kuning
2. Aroma disajikan pada Tabel 7
Uji organoleptik aroma fruit leather nanas Tabel 7. Uji Duncan Aroma Fruit Leather
menunjukkan rata-rata nilai berkisar antara 1,93 Nanas Karena Pengaruh Penambahan
– 3,2. Nilai mean tertinggi 3,2 dengan kriteria Labu Kuning
aroma, beraroma nanas dan cukup beraroma
Subset
labu kuning, diperoleh dari penambahan labu
Labu N 1 2 3
40% dan karagenan 0,6%. Nilai mean terendah
1,93 dengan kriteria beraroma nanas dan kurang Duncana,,b 20% 90 2.0444
beraroma labu kuning, diperoleh dari 30% 90 2.5000
penambahan labu 20% dan karagenan 0,4%. 40% 90 2.9222
Pengaruh penambahan labu kuning dan Sig. 1.000 1.000 1.000
karagenan serta interaksi keduanya terhadap
aroma fruit leather nanas dilakukan analisis
92
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
Hasil uji lanjut Duncan pada aroma fruit Hasil uji anava ganda pada rasa fruit
leather nanas karena labu kuning menyatakan leather nanas menunjukan bahwa nilai Fhitung
penambahan labu kuning 20%, 30%, dan 40% pada interaksi penambahan labu kuning dan
memiliki perbedaan aroma. Perlakuan karagenan terhadap rasa fruit leather nanas
penambahan labu kuning sebesar 20% diperoleh sebesar 0,606 dengan taraf signifikan
menghasilkan kriteria beraroma nanas dan 0,659 (P>0,05) yang berarti tidak terdapat
kurang beraroma labu kuning, penambahan labu pengaruh nyata interaksi penambahan labu
kuning sebesar 30% menghasilkan kriteria kuning dan karagenan terhadap rasa fruit
beraroma nanas dan kurang beraroma labu leather nanas. Analisis dari uji anava
kuning, sedangkan penambahan labu kuning menyatakan interaksi penambahan labu kuning
sebesar 40% menghasilkan kriteria beraroma dan karagenan tidak berpengaruh nyata
nanas dan cukup beraroma labu kuning. terhadap rasa fruit leather nanas, sehingga
Hal ini dikarenakan perlakuan dengan hipotesis ditolak dan tidak dapat dilanjutkan
pengeringan membuat senyawa volatil pada dengan uji Duncan. Hal ini dikarenakan
labu kuning menguap bersama dengan air saat karagenan tidak memiliki rasa (Ulfah, 2009),
pengeringan. Ketika air menguap dari sehingga rasa dari fruit leather diperoleh dari
permukaan bahan panagn, sejumlah zat kecil rasa buah nanas sebagai bahan dasarnya, yaitu
yang mudah menguap akan terbawa rasa manis sampai agak masam menyegarkan
(Wirakartakusumah et al., 1992). Hal ini dan penggunaan labu kuning dapat memberikan
menyebabkan aroma setelah pengeringan akan rasa manis khas labu kuning (Kristiastuti dan
berkurang bila dibandingkan dengan keadaan Afifah, 2013: 13).
labu segar, sehingga aroma fruit leather cukup Penambahan labu kuning secara mandiri
beraroma labu kuning. memberikan pengaruh nyata terhadap rasa fruit
Penambahan karagenan secara mandiri leather nanas yang ditunjukan dengan nilai
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap Fhitung 60,40 dengan taraf signifikan 0,00
aroma fruit leather nanas, yang ditunjukan (P<0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan
dengan nilai Fhitung 2,308 dengan taraf penambahan labu kuning memberikan pengaruh
signifikan 0,102 (P>0,05), sehingga tidak dapat terhadap rasa fruit leather nanas dapat diterima
dilanjutkan dengan uji Duncan. Hal ini karena dan dapat dilanjutkan dengan uji Duncan. Uji
karagenan tidak mempunyai aroma khas yang Duncan rasa fruit leather nanas karena
spesifik. Proses pengekstraksiaan rumput laut pengaruh penambahan labu kuning disajikan
menyebabkan beberapa senyawa yang mudah pada Tabel 9.
menguap hilang karena pengeringan (Angka Tabel 9. Uji Duncan Rasa Fruit Leather Nanas
dan Suhartono, 2000). Karena Pengaruh Penambahan Labu
3. Rasa Kuning
Uji organoleptik rasa fruit leather nanas Subset
menunjukkan rata-rata nilai berkisar antara 1,93 Labu N 1 2 3
– 3,27. Nilai mean tertinggi 3,27 dengan kriteria Duncana,,b 20% 90 2.0556
berasa nanas dan berasa labu kuning, diperoleh 30% 90 2.7889
dari penambahan labu 40% dan karagenan 40% 90 3.1556
0,8%. Nilai mean terendah 1,93 dengan kriteria Sig. 1.000 1.000 1.000
berasa nanas dan cukup berasa labu kuning,
Hasil uji lanjut Duncan pada rasa fruit
diperoleh dari penambahan labu 20% dan
karagenan 0,4%. leather nanas karena labu kuning menyatakan
Pengaruh penambahan labu kuning dan penambahan labu kuning 20%, 30%, dan 40%
karagenan serta interaksi keduanya terhadap memiliki perbedaan rasa. Perlakuan
rasa fruit leather nanas dilakukan analisis penambahan labu kuning sebesar 20%
dengan two way anova, hasilnya dapat dilihat menghasilkan kriteria berasa nanas dan kurang
berasa labu kuning, penambahan labu kuning
pada Tabel 8.
Tabel 8. Uji Anava Ganda Aroma Fruit sebesar 30% menghasilkan kriteria berasa nanas
Leather Nanas dan cukup berasa labu kuning, sedangkan
penambahan labu kuning sebesar 40%
Type III Sum
Source of Squares Df Mean Square F Sig. menghasilkan kriteria sama dengan
Corrected Model 60.000a 8 7.500 16.045 .000 penambahan labu kuning sebesar 30%, yaitu
Intercept 1920.000 1 1920.000 4107.541 .000
Labu 56.467 2 28.233 60.401 .000
berasa nanas dan cukup berasa labu kuning.
Karagenan 2.400 2 1.200 2.567 .079 Hal ini dikarenakan labu kuning
Labu * 1.133 4 .283 .606 .659 mempunyai rasa yang khas, sehingga
Karagenan
Error 122.000 261 .467 penggunaan labu kuning dapat memberikan
Total 2102.000 270
Corrected Total 182.000 269
rasa manis khas labu kuning (Kristiastuti dan
Afifah, 2013: 13), tetapi perlakuan dengan
pengeringan membuat senyawa volatil pada
93
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
labu kuning menguap bersama dengan air saat fruit leather terbentuk dari pektin dan serat
pengeringan. Ketika air menguap dari kasar pada labu kuning yang bergelatinasi saat
permukaan bahan panagn, sejumlah zat kecil proses pemanasan, sehingga fruit leather
yang mudah menguap akan terbawa memiliki tekstur kasar dan memiliki seratan
(Wirakartakusumah et al., 1992). Hal ini (Enie dkk, 1992).
menyebabkan rasa setelah pengeringan akan Penambahan labu kuning secara mandiri
berkurang bila dibandingkan dengan keadaan memberikan pengaruh nyata terhadap tekstur
labu segar, sehingga rasa fruit leather cukup fruit leather nanas yang ditunjukan dengan nilai
berasa labu kuning. Fhitung 15,482 dengan taraf signifikan 0,00
Penambahan karagenan secara mandiri (P<0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rasa penambahan labu kuning memberikan pengaruh
fruit leather nanas, yang ditunjukan dengan terhadap tekstur fruit leather nanas dapat
nilai Fhitung 2,56 dengan taraf signifikan 0,079 diterima dan dapat dilanjutkan dengan uji
(P>0,05), sehingga tidak dapat dilanjutkan Duncan. Uji Duncan tekstur fruit leather nanas
dengan uji Duncan. Hal ini dikarenakan karena pengaruh penambahan labu kuning
penambahan karagenan memberikan pengaruh disajikan pada Tabel 11.
netral terhadap rasa, karena karagenan tidak Tabel 11. Uji Duncan Tekstur Fruit Leather
memiliki rasa (Ulfah, 2009). Karagenan Nanas Karena Pengaruh
memiliki sifat larut dalam air panas dan akan Penambahan Labu Kuning
membentuk gel pada suhu 45ºC dan 65ºC, stabil Subset
terhadap pH netral dan asam, dan kuat dalam Labu N 1 2 3
pembentukan gel (Winarno, 1996). a,,b
Duncan 20% 90 2.4222
4. Tekstur
Uji organoleptik tekstur fruit leather nanas 30% 90 2.8444
menunjukkan rata-rata nilai berkisar antara 2,40 40% 90 3.1222
– 3,20. Nilai mean tertinggi 3,20 dengan kriteria Sig. 1.000 1.000 1.000
kasar cukup berserat diperoleh dari
penambahan labu 40% dan karagenan 0,8%. Hasil uji lanjut Duncan pada tekstur fruit
Pengaruh penambahan labu kuning dan leather nanas karena labu kuning menyatakan
karagenan serta interaksi keduanya terhadap penambahan labu kuning 20%, 30%, dan 40%
tekstur fruit leather nanas dilakukan analisis memiliki perbedaan tekstur. Perlakuan
dengan two way anova, hasilnya dapat dilihat penambahan labu kuning sebesar 20%
pada Tabel 10. menghasilkan kriteria cukup kasar dan kurang
Tabel 10. Uji Anava Ganda Rasa Fruit Leather berserat, penambahan labu kuning sebesar 30%
Nanas menghasilkan kriteria kasar dan cukup berserat,
Type III Sum Mean sedangkan penambahan labu kuning sebesar
Source of Squares Df Square F Sig.
40% menghasilkan kriteria sama dengan
Corrected 23.296a 8 2.912 4.032 .000
Model penambahan labu kuning 30%, yaitu kasar dan
Intercept 2111.204 1 2111.204 2923.205 .000 cukup berserat. Perbedaan tingkat kekasaran
Labu 22.363 2 11.181 15.482 .000 dan tampak seratan pada fruit leather
Karagenan .541 2 .270 .374 .688 disebabkan oleh pembentukan gel yang
Labu * .393 4 .098 .136 .969 disebabkan oleh pektin, serat, dan pati yang
Karagenan
Error 188.500 261 .722 terdapat pada labu kuning. Besarnya
Total 2323.000 270 konsentrasi labu kuning yang ditambahkan
Corrected Total 211.796 269 berpengaruh terhadap gelatinasi pada waktu
pemanasan yang memberikan hasil berupa
Hasil uji anava ganda pada tekstur fruit matrik gel, sehingga fruit leather memiliki
leather nanas menunjukan bahwa nilai Fhitung tekstur kasar dan memiliki seratan (Enie dkk,
pada interaksi penambahan labu kuning dan 1992).
karagenan terhadap tekstur fruit leather nanas Penambahan karagenan secara mandiri
diperoleh sebesar 0,136 dengan taraf signifikan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
0,969 (P>0,05) yang berarti tidak terdapat tekstur fruit leather nanas, yang ditunjukan
pengaruh nyata interaksi penambahan labu dengan nilai Fhitung 0,374 dengan taraf
kuning dan karagenan terhadap tekstur fruit signifikan 0,688 (P>0,05), sehingga tidak dapat
leather nanas. Analisis dari uji anava dilanjutkan dengan uji Duncan. Hal ini
menyatakan interaksi penambahan labu kuning disebabkan karagenan menjadi penstabil sistem
dan karagenan tidak berpengaruh nyata emulsinya, yaitu pektin, serat, pati, asam, dan
terhadap tekstur fruit leather nanas, sehingga gula, sehingga hanya memadatkan dan
hipotesis ditolak dan tidak dapat dilanjutkan mengkompakkan tekstur dari fruit leather
dengan uji Duncan. Hal ini dikarenakan tekstur (Samsuar, 2007).
94
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
95
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
Hasil uji lanjut Duncan pada kelenturan cenderung menyukai produk fruit leather
fruit leather nanas karena penambahan tersebut, akan tetapi jika melihat hasil uji anava
karagenan menyatakan penambahan karagenan ganda tidak ada pengaruh antara interaksi labu
sebesar 0,8% memiliki perbedaan kelenturan kuning dan karagenan terhadap kesukaan fruit
dengan penambahan 0,4%, dan 0,6%. Perlakuan leather.
penambahan karagenan sebesar 0,8% Penambahan labu kuning secara mandiri
menghasilkan kriteria lentur, penambahan memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan
karagenan sebesar 0,4% dan 0,6% fruit leather nanas, yang ditunjukan dengan
menghasilkan kriteria kelenturan yang sama, nilai Fhitung 3,083 dengan taraf signifikan 0,047
yaitu cukup lentur. Hal ini disebabkan (P<0,05), sehingga dilanjutkan dengan uji
penggunaan karagenan sebagai penstabil, sifat Duncan. Uji Duncan kesukaan fruit leather
stabilitas karagenan yang stabil terhadap asam nanas karena pengaruh penambahan labu
dan tipe gel yang kuat dan elastis dapat kuning disajikan pada Tabel 16.
mempengaruhi daya lentur fruit leather Tabel 16. Uji Duncan Kesukaan Fruit Leather
(Glickman, 1983). Nanas Karena Pengaruh Penambahan
6. Kesukaan Labu Kuning
Uji organoleptik kesukaan fruit leather
Subset
nanas menunjukkan rata-rata nilai berkisar
antara 3,03 – 3,63. Nilai mean tertinggi 3,63 Labu N 1 2
dengan kriteria suka diperoleh dari penambahan Duncana,,b 20% 90 3.2000
labu 30% dan karagenan 0,8%. Nilai mean
terendah 3,03 dengan kriteria cukup suka 40% 90 3.3333 3.3333
diperoleh dari penambahan labu kuning 20% 30% 90 3.4444
dan karagenan 0,4%. Pengaruh penambahan Sig. .177 .261
labu kuning dan karagenan serta interaksi Hasil uji lanjut Duncan pada kesukaan
keduanya terhadap kesukaan fruit leather nanas fruit leather nanas karena penambahan labu
dilakukan analisis dengan two way anova, kuning menyatakan penambahan labu kuning
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 15. sebesar 20% memiliki perbedaan tingkat
Tabel 15. Uji Anava Ganda Kesukaan Fruit kesukaan panelis dengan penambahan labu
Leather Nanas kuning sebesar 30%. Perlakuan penambahan
Type III labu kuning sebesar 20% menghasilkan kriteria
Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig. cukup suka, penambahan labu kuning sebesar
Corrected 7.185a 8 .898 2.054 .041 30% menghasilkan kriteria cukup suka.
Model Penambahan labu kuning 40% menunjukkan
Intercept 2986.681 1 2986.681 6829.940 .000
hasil 3,33 yang berarti tingkat kesukaan panelis
Labu 2.696 2 1.348 3.083 .047
terhadap fruit leather dengan penambahan labu
Karagenan 4.385 2 2.193 5.014 .007
Labu * .104 4 .026 .059 .993
kuning 40% mendekati tingkat kesukaan
Karagenan terhadap fruit leather dengan penambahan labu
Error 114.133 261 .437 kuning sebesar 20% dan 30% berdasarkan
Total 3108.000 270 kesimpulan kriteria fruit leather yang meliputi
Corrected Total 121.319 269
warna, aroma, rasa, tekstur, dan kelenturan.
Hasil uji anava ganda pada kesukaan fruit Penambahan karagenan secara mandiri
leather nanas menunjukan bahwa nilai Fhitung memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan
pada interaksi penambahan labu kuning dan fruit leather nanas, yang ditunjukan dengan
karagenan terhadap kesukaan fruit leather nilai Fhitung 5,014 dengan taraf signifikan 0,007
nanas diperoleh sebesar 0,059 dengan taraf (P<0,05), sehingga dilanjutkan dengan uji
signifikan 0,993 (P>0,05) yang berarti tidak Duncan. Uji Duncan kesukaan fruit leather
terdapat pengaruh nyata interaksi penambahan nanas karena pengaruh penambahan karagenan
labu kuning dan karagenan terhadap kesukaan disajikan pada Tabel 17.
fruit leather nanas. Analisis dari uji anava Tabel 17. Uji Duncan Kesukaan Fruit Leather
menyatakan interaksi penambahan labu kuning Nanas Karena Pengaruh Penambahan
dan karagenan tidak berpengaruh nyata Karagenan
terhadap kesukaan fruit leather nanas, sehingga Subset
tidak dapat dilanjutkan dengan uji Duncan.
Karagenan N 1 2
Berdasarkan nilai rata-rata kesukaan
Duncana,,b 0,4% 90 3.1778
menunjukan bahwa ke-9 fruit leather memiliki
rentangan mean yang hampir sama, meskipun
0,6% 90 3.3111 3.3111
nilai mean tertinggi pada perlakuan
0,8% 90 3.4889
penambahan labu kuning 30% dan karagenan
0,8%. Hal tersebut menyatakan bahwa panelis Sig. .177 .072
96
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
Hasil uji lanjut Duncan pada kesukaan ditambahkan maka jumlah padatan akan
fruit leather nanas karena penambahan semakin banyak dan kadar air bahan akan
karagenan menyatakan penambahan karagenan menurun.
sebesar 0,4% memiliki perbedaan tingkat Kandungan β-karoten pada fruit leather
kesukaan panelis dengan penambahan nanas labu kuning sebesar 3,81 ppm atau 0,381
karagenan sebesar 0,8%. Perlakuan mg/100g fruit leather. Kandungan β-karoten
penambahan karagenan sebesar 0,4% labu segar adalah 1,18mg/100g. Kadar β-
menghasilkan kriteria cukup suka, penambahan karoten dalam fruit leather sekilas menunjukan
karagenan sebesar 0,8% menghasilkan kriteria penurunan drastis, tetapi jika dihitung dari berat
suka. Perlakuan penambahan karagenan 0,6% puree labu kuning yang digunakan sebagai
menunjukkan hasil 3,31 yang berarti tingkat tambahan fruit leather, kandungan β-karoten
kesukaan panelis terhadap fruit leather dengan labu segar yang digunakan adalah 0,472/100g.
penambahan karagenan 0,6% mendekati tingkat Penurunan β-karoten pada fruit leather terjadi
kesukaan terhadap fruit leather dengan dalam jumlah kecil, yaitu 0,091 mg/100g.
penambahan karagenan sebesar 0,4% dan 0,8% Turunnya kandungan β-karoten fruit leather
berdasarkan kesimpulan kriteria fruit leather dari bahan awal dikarenakan adanya pengaruh
yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, dan panas selama proses pengolahan dan lamanya
kelenturan. waktu pengeringan. Menurut (Fardiaz et al,
B. Uji Kimia 1991), karoten peka terhadap panas, oksigen,
dan asam, sehingga karoten teroksidasi oleh
Penilaian 30 panelis terhadap mutu
panas dan oksigen selama proses pengeringan.
organoleptik fruit leather nanas yang meliputi
Semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam
warna, aroma, rasa, tekstur, kelenturan, dan
proses pengeringan, semakin menurunkan kadar
kesukaan, menghasilkan produk fruit leather
β-karoten.
nanas terbaik dengan penambahan labu kuning
Kandungan serat pada fruit leather nanas
sebesar 40% dan karagenan sebesar 0,8%.
labu kuning sebesar 6,74%. Hasil serat pada
Produk terbaik yang diperoleh dari uji Anava
fruit leather nanas labu kuning lebih tinggi dari
Ganda dan uji lanjut Duncan, selanjutnya akan
kandungan serat fruit leather nanas (Asben,
dilakukan uji kimia. Uji kimia fruit leather
2007) sebesar 1,67% dan kandungan serat dari
nanas dengan penambahan labu kuning dan
fruit leather nanas dan wortel (Sidi dkk, 2014)
karagenan dilakukan di Balai Besar
sebesar 4,15%. Meningkatnya kandungan serat
Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya
pada fruit leather nanas disebabkan oleh
untuk mengetahui kandungan air, β-karoten,
kandungan serat buah nanas sebesar 1,4 g/100g,
dan serat.
labu kuning sebesar 0,5 g/100g, dan karagenan
Kandungan air pada fruit leather nanas
sebesar 51,6 g/100g. Pektin dan karagenan
labu kuning yaitu 5,08%. Jumlah ini lebih
merupakan hetero polisakarida, peningkatannya
tinggi dibandingkan dengan fruit leather nanas
akan berpengaruh terhadap peningkatan kadar
(Fajrin dkk, 2014) yang memiliki kandungan air
serat karena hetero polisakarida adalah
3,57%, namun lebih rendah jika dibandingkan
polisakarida penguat tekstur yang tidak dapat
dengan fruit leather nanas (Suriptiani, 2013)
dicerna oleh tubuh, tetapi merupakan serat
yang memiliki kandungan air sebesar 14,8%.
pangan (dietary fiber) yang dapat menstimulasi
Hal ini disebabkan oleh waktu dan suhu proses
enzim-enzim pencernaan (Winarno, 2004).
pengeringan yang berbeda pada fruit leather
nanas labu kuning dari kedua penelitian
PENUTUP
tersebut. Pembedaan waktu dan suhu
pengeringan disesuaikan dengan sifat bahan A. Simpulan
yang digunakan, pada penelitian ini waktu yang Kesimpulan setelah melakukan penelitian
dan suhu yang digunakan lebih rendah adalah sebagai berikut:
dikarenakan mengurangi resiko terjadinya 1. Interaksi antara penambahan labu kuning
oksidasi. Hal ini juga disebabkan adanya dan karagenan tidak berpengaruh terhadap
penambahan labu kuning yang mengandung sifat organoleptik fruit leather nanas yang
pektin dan karagenan yang ada pada fruit meliputi warna, aroma, rasa, tektur,
leather nanas. kelenturan, dan kesukaan panelis.
Pektin dan karagenan berfungsi sebagai Penambahan labu kuning seacara mandiri
pengemulsi, pembentuk gel, dan penstabil yang berpengaruh terhadap warna, aroma, rasa,
dapat memantapkan sistem disperse yang tekstur, kelenturan, dan tingkat kesukaan
homogen pada makanan serta meningkatkan panelis. Penambahan karagenan
viskositas bahan dan mengurangi kadar air berpengaruh terhadap kelenturan dan
bahan itu sendiri (Estiasih dan Ahmadi, dalam kesukaan panelis, tetapi tidak berpengaruh
Yusraini dkk, 2014). Semakin banyak terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur
konsentrasi labu kuning dan karagenan yang fruit leather.
97
e-journal Boga, Volume 5, No. 1, Edisi Yudisium Periode Februari 2016, Hal 89-98
2. Kandungan gizi fruit leather nanas dari Kristiastuti, D., dan Afifah, C.A.N. 2013.
hasil uji organoleptik terbaik dengan Pengetahuan Dasar Kue dan Minuman
penambahan labu kuning 40% dan Nusantara. Surabaya: Unpress
karagenan 0,8% adalah kandungan air Legowo A. 2005. Pengaruh Blanching terhadap
5,08%, β-karoten 3,81 ppm atau 0,381 Sifat Sensoris dan Kadar Provitamin
mg/g, dan serat 6,74%. Tepung Labu Kuning. Yogyakarta.
B. Saran Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Saran yang dapat disampaikan penulis Gadjah Mada.
setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai Nurainy, F. dan Koesoemawardhani, D. 2007. Efek
berikut: Penambahan Rumput Laut Terhadap
1. Perlu diperhatikan kecepatan pada proses Karakteristik Leather Sirsak (online),
pencetakan fruit leather agar ketebalannya (http:// staff.unila.ac.id/harnowo/daftar-
dapat rata disemua bagian sisi. Semakin publikasi-ilmiah/, diunduh 7 Mei 2015)
lama waktu pencetakan, adonan fruit Sidi, C., Widowati, E., Nuraiwi, A. 2014. Pengaruh
leather semakin mengental dan membentuk Penambahan Karagenan pada
gel, sehingga sulit diratakan. Karakteristik Fisiokimia dan Sensoris
2. Apabila menghendaki fruit leather dengan Fruit Leather Nanas (Ananas Comosus
kriteria warna, aroma, rasa, tekstur, dan L.Merr.) dan Wortel (Daucus Carota),
kelenturan dapat menggunakan (Online), (http:// journal.lift.or.id/node,
penambahan labu kuning 40% dan diunduh 11 Mei 2015).
karagenan 0,8% atau 0,6, tetapi apabila Ulfah, M. 2009. Pemanfaatan Iota Karaginan
menghendaki fruit leather dengan kriteria (Eucheuma spinosum) dan Kappa
kesukaan dapat menggunakan penambahan Karaginan (Kappaphycus alvarezii)
labu kuning 30% dan karagenan 0,8%. sebagai Sumber Serat Untuk
Meningkatkan Kekenyalan Mie Kering.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi Tidak Diterbitkan. Bogor.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Asben, A. 2007. Peningkatan Kadar Iodium dan Institut Pertanian Bogor.
Serat Pangan Dalam Pembuatan Fruit
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
leathers Nenas (Ananas comocuc L.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Merr) Dengan Penambahan Rumput
. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput
Laut.Skripsi Tidak diterbitkan. Padang.
Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Fakultas Pertanian Universitas Andalas. . 1980. Enzim Pangan. Pusbangtepa,
Enie, A.B., Lestari, A.S., dan Djakaria. 1992. Bogor.
Pengembangan Pemanfaatan Buah-
. 1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta.
buahan Tropis untuk Pembuatan Produk
Gramedia Pustaka Utama.
Olahan Eksotis (Fruit Leather). Balai
Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit
Besar Penelitian dan Pengembangan
Proses Industri Pangan. PAU Pangan
Industri Hasil Pertanian. Bogor. dan Gizi, IPB Bogor.
Fajrin, L.L., Wijana, S., dan Febrianto, A. 2014.
Pemanfaatan Nanas (Ananas Comsus L.)
Subgrade sebagai Fruit Leather Nanas
Guna Pengembangan Agroindustri di
Kediri, (Online),
(http://skipsitipftp.staff.ub.ac,id/files/,
diunduh 5 Agustus 2015)
Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Bogor: Laboratorium
Kimia dan Biokimia Pangan, Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
98