Anda di halaman 1dari 3

SEMANGAT KU MENJADI SEORANG WAQF

Penulis: Kasyif Ahmad

Tak terasa tahun demi tahun telah berlalu dengan begitu cepat namun siapa yang bisa
menyangka Gerakan Waqf-e-Nou yang penuh beberkat ini yang telah berdiri sejak tanggal 3
April 1987 oleh Hazrat Khalifatul Masih Ar-Rabi rh. tersebut sama sekali tidak pernah layu
dan mundur bahkan sebaliknya banyak orang tua yang memasukkan anak-anak mereka
kedalam skema yang suci ini dan tiap tahun jumlah anak-anak yang terdaftar sangatlah
banyak. Akan tetapi tujuan berdirinya Gerakan Waqf-e-Nou ini bukan hanya tertuju pada
banyaknya minat para orang tua memasukkan anak-anak mereka ke dalam gerakan ini,
namun Huzur atba. Sudah menasihatkan kepada kita sekalian bahwasanya tujuan haqiqi
dibalik berdirinya skema Waqf-e-Nou ini ialah menyiapkan generasi Jema’at yang cemerlang
di masa yang akan datang dimana para Waqifin inilah yang akan membuat Jema’at semakin
maju dan berkembang pesat. Nah, Hazrat Khalifatul Masih Ar-Rabi rh. pernah mengatakan
bahwa untuk membuat tujuan haqiqi Waqf-e-Nou tersebut menjadi tercapai maka sangat
dibutuhkan peran para ortu dan Jema’at dalam mendidik para Waqifin dalam hal segi apapun,
baik akhlak, ilmu maupun kemampuan lainnya, maka setelah itu para Waqifin pun akan
menjadi semakin matang dan siap dalam berkhidmat kepada Jema’at nantinya.

Saya pribadi pun merasakan seperti itu. Dengan Karunia Allah Ta’ala, saya dapat merasakan
nikmatnya menjadi seorang anak Waqf. Saya paham betul bagaimana keinginan kedua orang
tua saya agar suatu saat nanti saya dapat menjadi seorang pengkhidmat Jema’at yang sejati.
Oleh karena itu, sejak kecil saya sudah dididik oleh orang tua untuk selalu merasakan hidup
dalam kesederhanaan dan selalu beribadah kepada Allah Ta’ala. Mengingat ayah saya
merupakan seorang Mubaligh, jadi saya mendapatkan banyak sekali pembelajaran dalam hal
ilmu agama supaya menjadi bekal yang bermanfaat untuk saya di masa depan dan Insya
Allah, cita-cita saya pun ingin sekali menjadi Mubaligh juga seperti ayah saya. Kesadaran
yang dimiliki oleh orang tua saya dalam mendidik dan menuntun diri saya sejak kecil
sangatlah besar. Orang tua saya sudah menanamkan dalam jiwa saya akan mulianya hidup
menjadi seorang Waqf dan hidup sepenuhnya demi berkhidmat kepada Jema’at. Keinginan
dan harapan yang begitu tinggi orang tua saya demi membuat saya menjadi seorang
pengkhidmat Jema’at memanglah sudah saya rasakan dari sejak dini. Bagaimana tidak,
selepas saya lulus dari jenjang pendidikan SD maka saya pun di suruh oleh kedua orang tua
saya agar bisa masuk ke Madrasah Tahfiz Qur’an yang berada di Markaz, Parung, Bogor.
Pada awalnya, saya begitu ragu untuk pergi kesana lalu meninggalkan rumah serta keluarga
saya akan tetapi kedua orang tua saya selalu memberitahu saya supaya harus tetap teguh dan
yakin bahwa setiap langkah yang dilakukan dengan niat demi Allah swt, maka Allah sendiri
yang akan memberikan jalan-Nya kepada kita. Hati saya pun luluh dan akhirnya saya pun
meluruskan tekad untuk menuntut ilmu di Madrasah Tahfiz Qur’an sebagai seorang
penghafal Al-Qur’an. Walaupun sedih rasanya meninggalkan rumah dan sanak keluarga akan
tetapi saya harus siap untuk bisa menghadapi segala macam kesulitan dan kesedihan seperti
itu demi Allah Ta’ala. Singkat cerita, 3 tahun lamanya saya lalui selama menuntut ilmu di
Tahfiz Qur’an dan Alhamdulillah saya dapat menamatkan hafalan Al-Qur’an saya sebanyak
30 juz. Saya pun sangat bersyukur karena selama di Tahfiz, saya mendapatkan banyak sekali
ilmu-ilmu agama yang sangat bermanfaat yang sama sekali belum saya dapatkan sebelumnya.
Semangat dan tekad saya sebagai seorang Waqf pun semakin tinggi setelah menuntut ilmu di
Tahfiz Qur’an karena semakin kesini saya semakin sadar bahwa ruh Waqf yang saya miliki
harus bisa saya gunakan sepenuhnya demi berkhidmat kepada Jema’at. Dorongan yang begitu
kuat dari diri saya agar bisa berkhidmat dalam Jema’at semakin membara. Maka dari itu,
setelah menuntut ilmu di Tahfiz Qur’an, saya memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan
pendidikan saya ke SMA namun saya memilih untuk menjadi seorang Waqf Ardzi terlebih
dahulu sebagai mentor di Tahfiz Qur’an selama 1 tahun. Sebelumnya, keinginan saya tersebut
memang sudah saya beritahukan kepada kedua orang tua dan keluarga saya dan mereka pun
sangat setuju serta memberikan dukungan dan doa kepada saya lalu mengharapkan supaya
saya harus selalu yakin bahwa jalan hidup seorang pengkhidmat Jema’at tidaklah akan sia-
sia. Keinginan saya untuk bisa berkhidmat menjadi Waqf Arzi sebenarnya banyak ditentang
oleh teman-teman saya dan saya juga terkadang selalu berpikir dan sedih karena saya harus
tertinggal kelas 1 tahun dengan teman-teman angkatan saya akan tetapi setiap saat saya selalu
berpikir jika berkhidmat demi agama itu jauh lebih penting walau harus dunia yang kita
korbankan. Sebagai anak Waqf-e-Nou, saya harus bisa menggunakan semua kemampuan,
waktu, ilmu dan doa saya hanya untuk Jema’at dan memang seperti itu seharusnya yang
dimiliki oleh setiap jiwa Waqifin. Intinya, saat ini saya sangat bersyukur kepada Allah swt.
karena Dia telah memberikan karunia kepada saya untuk bisa berkhidmat kepada Jema’at
sebagai Waqf Ardzi menjadi mentor di Tahfiz Qur’an hingga tahun depan. Semua yang saya
rasakan dan perjuangkan selama ini untuk Jema’at tidak akan pernah pudar dalam hidup
karena pada haqiqat nya jiwa seorang Waqf akan selalu terikat dengan Jema’at untuk selama-
lamanya. Setiap kali saya sedih dan mengeluh akan selalu terlintas dalam pikiran saya salah
satu bait syair Hazrat Muslih Mau’ud ra. yaitu, “Khidmate diine ko ike fazele Ilahi Jano, us
ke badle me thalibe in’aame naho” artinya “Berkhidmat demi agama adalah suatu karunia
Ilahi maka janganlah kalian menuntut suatu hadiah darinya”. Sepenggal bait syair tersebut
akan selalu membuat jiwa saya menjadi tenang dan semakin bersemangat dalam berkhidmat
kepada Jema’at. Dan saya bersumpah sepenuhnya demi Allah swt. bahwa selama darah masih
mengalir dalam tubuh maka saya akan selalu siap sepenuhnya berkhidmat demi Jema’at
apapun yang Jema’at butuhkan. Insya Allah Ta’ala.

Nah kawan-kawan, mungkin itulah setengah dari pengalaman pribadi saya, bagaimana
rasanya menjadi seorang anak Waqf-e-Nou. Kita semua seharusnya bisa paham bahwa semua
potensi dan kekuatan yang kita miliki hendaknya dikembangkan lalu digunakan demi
memajukan Jema’at ini. Menjadi seorang Waqf memanglah dituntut untuk selalu siap sedia
dalam berkhidmat dimanapun, apapun, dan bagaimanapun itu. Tidak ada alasan bagi kita
sekalian untuk menolak perintah Jema’at karena sebenarnya jiwa seorang Waqf-e-Nou
memanglah sudah menjadi milik Jema’at sebelum kita dilahirkan. Para waqifin hendaknya
harus memiliki rasa semangat yang tinggi dan selalu berdoa agar bisa menjadi seorang
pengkhidmat yang sejati dalam hidupnya. Tujuan hidup kita bukan untuk meraih dunia tapi
meraih ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga kita sekalian bisa memahami betul
haqiqat ruh Waqf yang sebenarnya dan kita semua pun dapat melaksanakan semua yang
Jema’at butuhkan. Semua harapan dan keinginan Hazrat Masih Mau’ud as. serta para
Khalifahnya terhadap para Waqf-e-Nou sangatlah tinggi dan membutuhkan keteguhan yang
kuat bagi setiap jiwa Waqifin untuk bisa tercapainya keinginan Jema’at menuju masa
kejayaannya dan semua itu tergantung pada tanggung jawab kita semua sebagai anak Waqf-e-
Nou. Semoga Allah swt. memberkahi langkah dan niat kita hanya semata-mata demi Jema’at
dan semoga kita sekalian bisa menjadi pengkhidmat Jema’at yang sejati. Aamiin Yo Robbal
‘Alamiin.

Anda mungkin juga menyukai