Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN STRATEGIK DAN KEPEMIMPINAN

REVIEW FILM : THE FOUNFER (2016)

Disusun oleh :
Muhammad Rizky Benando

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
DESKRIPSI FILM THE FOUNDER

The Founder. Sebuah film yang membahas kisah dibalik berdirinya restoran
cepat saji ternama di dunia yakni McDonald. Jika melihat kesuksesannya sekarang yang
bahkan usaha frenchise ini hampir ada di setiap kota penjuru dunia, tak terkecuali
Indonesia. Kembali pada film The Founder ini mengungkapkan awal mula Ray Kroc
yang berusaha untuk menjual multi-mixer yang memiliki lima adukan menjanjikan
kecepatan dalam menyajikan minuman. Ia terus berusaha untuk meyakinkan
pemiliknya, namun ditolak. Beberapa kali mencoba pada restoran berbeda namun
hasilnya tetap saja, mereka menolaknya. Disamping itu film ini juga menyorot pada
lama waktu serving tiap restoran yang ramai pengunjung, ditambah kesalahan penyajian
pesanan yang membuat pelanggan bernama Ray Kroc merasa tidak nyaman. Suatu
malam, Ray Kroc mendengarkan ceramah motivasi yang sangat mempengaruhinya
berisi tentang bagaimana ketekunan dapat mengubah hidup, kecerdasaan tak kan
dihargai jika tak ada kegigihan. Kutipan terakhir dari motivasi tersebut yakni,
“Penemuan terbesar dari generasiku adalah bahwa manusia dapat mengubah hidup
mereka dengan mengubah cara berpikir mereka.”

Kisah terus berjalan, hingga Ray mendapat kabar dari sekretarisnya bahwa ada
yang memesan 6 multi-mixer-nya, tak lain restoran tersebut adalah McDonald restoran
drive-in di San-Bernardino, California. Ray dengan ketidakpercayaannya menelpon
Dick dan Mac, dengan tergesa disela ramainya restoran –tersdengar suara pesanan dari
telepon, Mac memberikan alamatnya dan Ray pun berangkat. Sesampainya di restoran,
Ray kaget dengan sistem restoran yang dapat menyajikan makanan dengan sangat cepat.
Selama 30 detik bukan 30 menit, dibungkus kertas dan dapat dibawa dengan nyaman
kemanapun. Saat ia menikmati burgernya, Mac tengah membersihkan sampah di sekitar
restorannya. Saling bertukar sapa lalu Mac mengajak Ray untuk berkeliling restorannya,
menjelaskan bagaimana sejarah, proses dan sistem dari restoran cepat saji dan
memuaskan itu berjalan. Berkenalan dengan Dick yang merupakan adik Mac yang
mengelola restoran, dengan ketertarikan penuh mendengarkan cerita sambil makan
malam. Semalaman Ray berpikir, hingga paginya muncul di hadapan kakak beradik
Dick dan Mac dengan membawa ide waralaba bisnis dengan antusias. “Kami telah
mencobanya,” kata Dick setelah penjelasan panjang dari Ray, lalu menjelaskan lima
cabang restorannya yang tak berhasil (ada tiga di California Selatan, satu di Sacramento
dan Satu di Phoenix) karena satu masalah yakni, Quality Control.

Ray berpikir permasalahan yang dihadapi Mac dan Dick masih dapat diatasi,
namun mereka yang telah menjalani kegagalan berpikir bahwa tak lagi ingin mengambil
resiko. Ditengah diskusi tersebut, Ray melihat dan tertarik dengan desain restoran
McDonald buatan Dick yang dinamakan The Golden Arches. Desain tersebut telah
berhasil dibangun di salah satu cabang McDonald yakni di Phoenix, maka keesokannya
Ray berangkat untuk melihat restoran tersebut. Dengan perasaan takjub, Ray pulang ke
rumahnya dan menceritakan apa yang dilihatnya pada istri tercinta. Sedikit cekcok
terjadi, namun Ray tetap memutuskan untuk terus meneruskan langkahnya. Ia kembali
pada Mac dan Dick dan mengajak mereka untuk mengembangkan waralaba untuk
negaranya, Amerika. Menjelaskan bahwa McDonald dapat menjadi seperti gereja yang
memberikan asupan bagi tubuh serta jiwa, dan buka seminggu penuh. Mac meminta
waktu untuk berdiskusi dengan Dick, diskusi yang alot namun akhirnya mereka setuju
untuk membuat kontrak dengan Ray.

Begitulah langkah awal dari Ray yang mengelola restoran waralaba McDonald
di berbagai daerah. Berbagai kesusahan dan rintangan yang menghadang Ray, dari tak
adanya investor yang membawa ia untuk menggadaikan rumahnya. Pembangunan
McDonald yang membawa sedikit percikan dengan Dick terkait desain restoran dengan
ruang bawah tanah, sponsor dengan Coca-Cola yang juga tak disetujui Dick karena
bertentangan dengan ketidaktertariknya ia pada usaha komesial yang dianggapnya
bodoh. Selang beberapa lama, McDonald milik Ray berjalan lancar, dan singkat cerita
ia mencari dan terus mencari orang untuk ekspansi McDonald di berbagai daerah.
Bertemu dengan berbagi jenis orang, memperkerjakan dan membuka cabang baru
dimana-mana. Meskipun disaat-saat tertentu ia menemukan hambatan karena
mempekerjakan orang yang salah (pada awalnya) dan yang pernah disebutkan Mac
dengan Dick, orang yang tak mau bekerja keras, tak memperhatikan kualitas dan terus
menambah menu. Bahkan kebersihan restorannya pun tidak diperhatikan. Akhirnya Ray
memutuskan kontrak dengan mereka dan mulai mencari orang-orang baru yang sesuai
dengan kriteria pengelola McDonald, dan berhasil.
Halangan tak berhenti disana, usaha Ray mulai menujukkan adanya defisit pada
pendapatannya. Kemudian ia ingin mendiskusikan ulang kontraknya dengan Mac dan
Dick, namun mereka menolaknya. Disisi lain, istri Ray marah besar karena akhirnya tau
kalau rumah mereka digadaikan untuk membiayai bisnis McDonald-nya. Ray mencari
solusi dari masalahnya tersebut dengan meminta nasihat pada salah satu pemilik
restoran yang ia kenal, istri kenalannya itu menawarkan solusi bahwa ia harus
menghemat biaya listrik dengan mengganti milkshake manual dengan bubuk milkshake.
Ray tertarik lalu mendiskusikannya dengan Dick, dan tertolak.

Pertemuan dengan Harry Sonneborn-lah, yang akhirnya mengeluarkannya dari


masalah tersebut dengan memberikan saran berupa kontrak baru tentang usaha
waralabanya. Ray Kroc menyetujui saran tersebut dan mereka berdua mulai
menjalankan langkah-langkah bisnisnya, hingga Ray menjadi seorang CEO dari usaha
waralaba yang ia beri nama Franchise Realty Corporation. Mac dan Dick
mengetahuinya dan marah dengan penjelasan dari Ray yang menurut merek adalah
melanggar kontrak. Disisi lain, Ray terus mengupayakan pengembangan dan akhirnya
memutuskan untuk menggunakan milkshake bubuk yang pernah Dick larang. Kakak
beradik McDonald yang mendengarnya penuh emosi menelepon Ray dan berbicara
mengenai kontrak, namun Ray berkata kontrak itu ada untuk dilanggar. Malam harinya,
Ray juga meminta cerai pada istrinya. Segalanya berjalan menuju klimaknya, dimana
Ray terus memberontak pada Mac dan Dick. Mac dengan penuh amarah berkata bahwa
ide The Golden Arches dan sistem cepat saji adalah milik mereka dan bukan Ray. Ray
tak bisa menggunakan nama McDonald seenaknya dengan membuat nama perusahaan
sebagai McDonald’s Corporation. Ia bertanya pada Ray apa yang telah
disumbangkannya, ialah sebuah konsep. Konsep bisnis yang membawa kemenangan.
Dengan penjelasan rasional menurut Ray dan tidak rasional menurut Mac menyebabkan
Mac masuk rumah sakit. Ray menjenguknya dan memberikan cek kosong untuk
mereka, meminta untuk mereka menjual McDonald. Ia mengeluarkan kontrak baru yang
menyatakan Ray membeli hak dagang McDonald dan lalu ia berhasil dengan
kesepakatan sebesar 2,7 miliar. Dengan kesepakatan tersebut, perusahaan telah
berpindah tangan dari Mac dan Dick kepada Ray serta mereka tak lagi bisa
menggunakan nama McDonald meskipun mereka adalah orang yang memebangun
McDonald sejak awal.
ANALISA FILM

Ada beberapa point penting dari film ini, yaitu sebagai berikut :

 Pengambilan Keputusan. Dapat dilihat dari perbedaan strategi marketing yang


dilakukak Ray Kroc dan kakak beradik pencetus pertama (Mac dan Dick). Strategi
marketing ala Mac dan Dick ialah secara bertahap dan cenderung lama dalam
menmbuat suatu keputusan, karena tindakan yang akan diambil harus
diperhitungkan secara matang. Berbeda dengan Ray Kroc yang langsung
mengambil tindakan langsung tanpa mempedulikan resiko atau damapk yang akan
diterima. Langkah menggadaikan rumah sebagai jaminan kelangsungan bisnis
merupakan salah satu contohnya.

 Gaya Kepemimpinan. seperti yang sudah dijelaskan pada poin pengambilan


keputusan, Mac dan Dick selalu mempertimbangkan resiko dari apa yang mereka
ingin lakukan, sehingga keputudan yang dibuat cenderung lama dan kemungkinan
mendapat hasil yang kecil. Berbeda dengan Ray Kroc yang sudah dapag
mengembangkan visi perusahaan dan mengambil tindakan secara langsung, bahkan
dalam resiko paling besar sekalipun. Hasilnya, McDonalds dibawah kepemimpinan
Ray menghasilkan keuntungan berlipat. kuncinya adalah, seberapa besar hasil yang
didapatkan, tergantung dari seberapa besar resiko yang diambil.

 Soft Skill. lihat bagaimana Ray Kroc menawarkan mesin multi-mixer yang
memiliki lima adukan kepada beberapa restoran. Walaupun diklaim dapat
memberikan sebuah revolusi baik dalam peralatan restoran, beberapa restoran justru
menolak tawaran Ray tersebut, hingga akhirnya Ray menemukan McDonald yang
saat itu dipegang Mac dan Dick, yang kebetulan mereka juga memiliki mesin
pembuat makanan dalam waktu 30 detik saja. Ray Kroc disini memili soft skill
yaitu kemampuan public speaking yang sangat baik. Menawarkan dan meyakinkan
mesin multi-mixer kepada orang lain, menjadi salah satu contohnya. Lalu juga, Ray
berani berdiskusi dengan beberapa orang lainnya agar usahanya dapat berkembang,
mencari orang untuk mendapatkan solusi, dari dampak yang dihasilkan akibatn
pengembangan bisnis nya. hal hal tersebut yang membuat McDonalds dibawah
kepemimpinan Ray Kroc semakin maju dan berkembang pesat. Mac and Dick
justru tidak terlihat memiliki kemampuan public speaking dan negosiasi yang baik.
andaikan mesin pembuat makanan selama 30 detik tersebut mereka tawarkan ke
beberapa restoran, usaha McDonalds dibawah kepemimpinan mereka akan maju.
Ternyata mereka lebih mempertahankan dan menggunakan sendiri “aset” mereka
ketimbang menawarkan ke orang lain yang berpotensi mendapatkan keuntungan.

 Enterpreneurship. Sangat jelas disini bahwa Ray Kroc memiliki jiwa kewirausahaan
pada kasus tersebut. Memiliki pandangan akan kerja keras dan melakukan
Networking, menjadi kunci kesuskesan operasional McDonalds dibawah
kepemimpinan nya. berbeda dengan perintis usaha pertama Mac dan Dick yang
hanya mengandalkan keunggulan dari produksi makanan nya tanpa memikirkan
future plan dari bisnisnya, seolah bisnis mereka hanya jalan di tempat.

KESIMPULAN

Dari cerita film perjalanan Ray Kroc dengan McDonaldnya ini, dapat dilihat
bahwa proses terbentuknya sebuah usaha yakni dengan mulai dari bawah. Rintangan
apapun yang menghadang seorang pengusaha harus terus menghadapi dan
menyelesaikannya. Ketekunan, kegigihan serta kepercayaannya pada peluang
membuatnya tak gentar akan resiko. Dari yang awalnya tak dipercaya oleh investor
karena kegagalannya dalam usaha yang pernah dilakukannya dulu, hingga akhirnya ia
nekat untuk menggadaikan rumah guna memulai bisnisnya. Bisnis waralaba.
Kemampuan networking-nya juga salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
seorang Ray dalam wirausaha. Ia pernah bekerja sama dengan orang yang tak
kompeten, namun berani untuk memutusnya dengan pertimbangan masa depan
usahanya, meskipun itu temannya. Mencari dan terus mencari orang yang tepat sesuai
dengan standar yang menurutnya cocok. Dalam penentuan standar inilah tidak semua
orang bisa menentukan mana orang yang cocok dan mana yang tidak. Serta
keberuntungannya disertai kegigihannya-lah yang akhirnya dapat mengeluarkannya dari
masalah yang hampir saja bisa meruntuhkannya, yakni tentang kerugian yang
dialaminya.
Dengan bertemu Harry Sonneborn, ia membentuk strategi bisnis dan langkah-
langkah yang tepat serta kontrak baru tentang waralaba. Sehingga membawanya pada
keuntungan dimuka, modal yang dapat digunakan untuk ekspansi, dan keuntungan
lainnya seperti yang disebutkan oleh Harry dalam film ini. Perjalanan bisnis
membawanya pada ide-ide baru untuk McDonald seperti bubuk milkshake yang dapat
menghemat biaya listrik. Berbeda dengan Dick dan Mac yang mempunyai folosofis
mendalam tenatng restoran ide keluarga McDonald, Ray memiliki pikiran yang terbuka
akan perubahan selama itu tak menurunkan kualitas dan dapat membawa keuntungan.
Di akhir cerita, Ray berkata bahwa kunci dari seorang pebisnis adalah ketekunan.

Anda mungkin juga menyukai