Oleh :
Sabrina Azkia
Nova Hafiza
Nasya Arkasih
M Dias Prawira
M Habibi Ramadhi
ABSTRAK
Prostitusi merupakan salah satu masalah sosial yang sering terjadi di berbagai negara,
termasuk di Indonesia. Dalam era digital seperti sekarang, prostitusi tidak hanya terjadi
secara konvensional di tempat-tempat tertentu, tetapi juga berkembang ke ranah digital atau
online. Media sosial menjadi salah satu faktor yang mempermudah terjadinya prostitusi
online. Dalam kasus prostitusi online, para pelaku prostitusi memanfaatkan media sosial
untuk mempromosikan jasanya, sedangkan konsumen dapat memesan jasa prostitusi melalui
aplikasi media sosial.
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Prostitusi merupakan masalah sosial yang telah ada sejak lama di berbagai
negara, termasuk di Indonesia. Dalam era digital seperti sekarang, prostitusi tidak
hanya terjadi secara konvensional di tempat-tempat tertentu, tetapi juga berkembang
ke ranah digital atau online. Hal ini terjadi karena kemudahan akses internet dan
perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Media sosial menjadi salah satu faktor yang mempermudah terjadinya
prostitusi online. Dalam kasus prostitusi online, para pelaku prostitusi memanfaatkan
media sosial untuk mempromosikan jasanya, sedangkan konsumen dapat memesan
jasa prostitusi melalui aplikasi media sosial. Hal ini sangat memprihatinkan karena
prostitusi online dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja, tanpa adanya
kontrol dan pengawasan yang memadai.
Penyebaran prostitusi online melalui media sosial memberikan dampak yang
sangat buruk bagi masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Mereka dapat
dengan mudah mengakses dan terlibat dalam praktik prostitusi online yang dapat
merusak masa depan mereka. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan preventif dan
penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah prostitusi online.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh
media sosial dalam meningkatkan aksi prostitusi online, serta solusi dan rekomendasi
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh media sosial sangat
signifikan dalam meningkatkan aksi prostitusi online. Media sosial memudahkan akses dan
interaksi antara pelanggan dan penyedia jasa prostitusi online, serta memberikan keuntungan
dalam hal anonimitas. Hal ini berkontribusi pada meningkatnya permintaan dan pasokan
prostitusi online. Namun, upaya untuk mengatasi masalah prostitusi online melalui media
sosial dapat dilakukan dengan memantau dan memonitor media sosial, memperketat aturan
dan kebijakan, serta melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Untuk itu, diperlukan kerja sama antara pemerintah, penyedia layanan media sosial,
dan masyarakat dalam mengatasi masalah prostitusi online melalui media sosial. Pemerintah
dapat meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum, sedangkan penyedia layanan media
sosial dapat memperketat aturan dan kebijakan terkait penyalahgunaan platform mereka.
Masyarakat juga dapat turut serta dalam mengatasi masalah ini dengan tidak menggunakan
atau mempromosikan konten prostitusi online, serta dengan meningkatkan kesadaran tentang
dampak buruk dari prostitusi online.
Dalam hal ini, penting untuk terus memperhatikan perkembangan teknologi dan
media sosial, serta melakukan tindakan yang efektif dan efisien dalam mengatasi prostitusi
online. Upaya penanganan prostitusi online melalui media sosial harus terus diupdate dan
disesuaikan dengan perkembangan teknologi, sehingga dapat menjaga kesehatan dan
keamanan masyarakat dari dampak negatif prostitusi online.
DAFTAR PUSTAKA
Pujasari, N., & Sari, A. (2020). Pengaruh media sosial terhadap penyebaran prostitusi
online di Indonesia. Jurnal Penelitian Komunikasi Dan Opini Publik, 24(1), 13-24.
KPK. (2019). Panduan Pemberantasan Tindak Pidana Prostitusi. KPK.
Zulfa, I. N. (2019). Tindak Pidana Prostitusi dalam Perspektif Perlindungan Hukum
Bagi Perempuan di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 19(3), 367-376.
Lestari, S. (2020). Prostitusi Online dan Perkembangannya di Indonesia. Jurnal
Hukum Novelty, 11(2), 37-48.