Anda di halaman 1dari 46

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN I

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTA


PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

JUDUL PROYEK PERUBAHAN

Efektivitas Analisis Data Hasil Pengawasan BPKP


Di Kementerian PUPR Melalui Sistem Informasi
Untuk Percepatan Penuntasan Tindak Lanjut

DISUSUN OLEH:

NAMA : HUSNIROKHIM NURDIN ALIM, SE, MSE, MSC


NIP : 198606252008121001
UNIT KERJA : SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL
NO. PESERTA : 17

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTA


PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TAHUN 2019
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT VI ANGKATAN I
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTA
PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

Efektivitas Analisis Data Hasil Pengawasan BPKP


Di Kementerian PUPR Melalui Sistem Informasi
Untuk Percepatan Penuntasan Tindak Lanjut

Disusun oleh :

HUSNIROKHIM NURDIN ALIM, SE, MSE, MSC


NO. PESERTA: 17

DISEMINARKAN PADA :

HARI : KAMIS
TANGGAL : 23 MEI 2019

MENTOR COACH PENYELENGGARA


BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH III JAKARTA

Rikson, ST, MT Puja Samedhi, BE, SE, CES Yunaldi, S.T., M.T.
NIP. 197702092005021001 NIP. 195605151984121001 NIP. 197212301998031003

KEPALA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL,


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA,
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ir. Moeh. Adam, M.M.


NIP. 196503031992031002
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Ringkasan Eksekutif
BAB I PENDAHULUAN

A. Data Umum 1
B. Latar Belakang 2
C. Tugas, Fungsi, Dan Struktur Organisasi 3
D. Identifikasi Masalah 4
E. Gagasan Proyek Perubahan 10
F. Tujuan Proyek Perubahan 11
G. Manfaat Proyek Perubahan 12

BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. Tata Kelola Proyek Perubahan 14


B. Identifikasi Pemangku Kepentingan 15
C. Strategi Komunikasi 17
D. Tahapan Pencapaian Kegiatan 18
E. Rencana Kebutuhan Anggaran 18
F. Kriteria Keberhasilan 19
G. Analisis Keberhasilan Dan Mitigasi Risiko 20

BAB III PELAKSANAAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

A. Capaian Proyek Perubahan 22


B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Keberhasilan 38

BAB IV – RENCANA AKSI JANGKA MENENGAH DAN PANJANG

A. Milestone Jangka Menengah 39


B. Milestone Jangka Panjang 39

BAB IV KESIMPULAN, SARAN, DAN PEMBELAJARAN

A. Kesimpulan 40
B. Saran 40
C. Pembelajaran 40
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Persetujuan Ide Gagasan Proyek Perubahan

Lampiran 2 : Kertas Kerja Analisa USG

Lampiran 3 : Jadwal Proyek Perubahan

Lampiran 4 : SK Tim Efektif

Lampiran 5 : Surat Dukungan

Lampiran 6 : Surat Permintaan Data

Lampiran 7 : Penyampaian Data Hasil Pemetaan ke Masing – Masing Unor


RINGKASAN EKSEKUTIF

nspektorat Jenderal salah satu fungsinya adalah sebagai koordinator pemutahiran data

tindak lanjut hasil pemeriksaan BPKP. Saat ini, masih banyak temuan – temuan BPKP

yang belum ditindaklanjuti dan belum dapat dideteksi siapa penanggung jawab

rekomendasinya. Oleh karena itu perlu adanya analisa data untuk memetakan temuan sehingga

Inspektorat Jenderal dapat berperan aktif dalam fasilitasi percepatan penuntasan temuan BPKP.

Selain itu, kedepannya diharapkan terwujud sistem informasi untuk memudahkan pemantauan

tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan BPKP.

Untuk menjalankan Proyek Perubahan dibuat milestone jangka pendek, menengah, dan

Panjang. Dalam jangka pendek, dalam kurun waktu 2 bulan seluruh rencana aksi telah tercapai,

meliputi tersedianya data Hasil Pengawasan BPKP yang telah dipetakan sesuai kebutuhan untuk

percepatan penuntasan dan pengambilan keputusan, terlaksananya kegiatan fasilitasi

percepatan penuntasan temuan BPKP, terbangunnya kerangka pemikiran dalam

pengembangan sistem informasi Pemantauan Hasil Pengawasan BPKP. Lebih dari itu,

munculnya inisiatif – inisiatif baru dari Unit Organisasi menunjukkan bahwa Proyek Perubahan

ini menjadi bagian penting dalam tugas masing – masing pemangku kepentingan.

Keberhasilan pelaksanaan milestone jangka pendek menjadi modal awal dalam pelaksanaan

Proyek Perubahan yang akan dilanjutkan dengan milestone jangka menengah dan Panjang.

Oleh karenanya milestone tersebut harus selalu dilaksanakan dan dipantau perkembangannya.
Komunikasi secara personal sangat efektif dalam memobilisasi pemangku kepentingan
BAB I PENDAHULUAN

A. DATA UMUM

Judul : Efektivitas Analisis Data Hasil Pengawasan BPKP Di


Kementerian PUPR Melalui Sistem Informasi Untuk
Percepatan Penuntasan Tindak Lanjut

Deskripsi Inspektorat Jenderal salah satu fungsinya adalah


sebagai koordinator pemutahiran data tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPKP. Saat ini, masih banyak
temuan – temuan BPKP yang belum ditindaklanjuti
dan belum dapat dideteksi siapa penanggung jawab
rekomendasinya. Oleh karena itu perlu adanya analisa
data untuk memetakan temuan sehingga Inspektorat
Jenderal dapat berperan aktif dalam fasilitasi
percepatan penuntasan temuan BPKP. Selain itu,
kedepannya diharapkan terwujud sistem informasi
untuk memudahkan pemantauan tindak lanjut temuan
hasil pemeriksaan BPKP.

Coach : Puja Samedhi, BE, SE, CES


Widyaiswara Utama BPSDM Kementerian PUPR

Mentor : Rikson, ST, MT, QIA


Kepala Bagian Evaluasi dan Laporan, Sekretariat
Inspektorat Jenderal

Project Leader : Husnirokhim Nurdin Alim, SE, M.Sc, MSE


Kasubbag Analisa Data Hasil Pengawasan, Bagian
Evaluasi dan Laporan, Sekretariat Inspektorat
Jenderal

1
B. LATAR BELAKANG

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) salah satunya Inspektorat


Jenderal Kementerian PUPR (Itjen) saat ini berada dalam tahap perubahan
paradigma dari awalnya sebagai watch dog menjadi quality assurance dan
consulting. Posisi Itjen dalam manajemen adalah sebagai pengawas intern
pemerintah yang diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan memberikan
nilai tambah bagi organisasi dengan memberikan jaminan obyektif dan relevan,
dan berkontribusi terhadap efektifitas dan efisiensi proses tata kelola
(governance), manajemen risiko (risk management), dan pengendalian (control).
Layanan yang diberikan bagi organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua unsur
yaitu penjaminan kualitas (quality assurance) meliputi audit, reviu, evaluasi, dan
pemantauan/ monitoring serta kegiatan pengawasan lainnya (consulting) yang
meliputi konsultansi, sosialisasi dan asistensi. Layanan tersebut sangat erat
kaitannya dengan perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik dalam reformasi
birokrasi.
Kegiatan pemantauan yang dilakukan tidak hanya sebatas pada aktivitas
pengawasan di Itjen Kementerian PUPR saja namun juga termasuk pengawasan
fungsional lainnya yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Aparat Penegak Hukum (APH) serta
pengawasan masyarakat. Peran Itjen sebagai koordinator atas pengawasan
fungsional BPK dan BPKP dipertegas dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian PUPR dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2017 tentang Pedoman Umum
Pengawasan Intern di Kementerian PUPR.

Berdasarkan pemantauan penuntasan tindak lanjut temuan BPKP per 30


September 2018, saat ini masih terdapat saldo temuan yang belum dituntaskan
2.800 temuan pada 1.117 laporan, dengan kerugian negara
Rp86.776.308.245,78. Temuan tersebut merupakan hasil pemeriksaan dari 1996
hingga 2018. Temuan tersebut juga termasuk pelimpahan temuan eks.
Kementerian Perumahan Rakyat. Kendala yang dihadapi Itjen dalam fasilitasi
penuntasan temuan tersebut adalah:

1. Tidak seluruh laporan hasil pengawasan BPKP disampaikan ke Itjen;

2. Tidak semua tindak lanjut dari satuan kerja/ penanggung jawab rekomendasi
melalui Itjen;

3. Data rincian temuan bersumber dari eksternal Itjen yaitu Pusat Informasi
Pengawasan BPKP setiap triwulan;

4. Data rincian temuan tidak cukup rinci per Unit Organisasi hingga penanggung
jawab rekomendasi sehingga menyulitkan dalam pemantauan;

2
5. Belum adanya sistem informasi di Itjen untuk mempermudah pemantauan
tindak lanjut temuan BPKP.

Melihat masih besarnya saldo temuan BPKP dan kendala yang dihadapi, perlu
adanya terobosan yang dilakukan oleh Itjen selaku koordinator pemantauan
tindak lanjut temuan BPKP di Kementerian PUPR. Itjen dapat memfasilitasi Unit
Organisasi dalam percepatan penuntasan tindak lanjut melalui pemetaan
temuan per Unit Organisasi hingga penanggung jawab rekomendasi, pengusulan
tindak lanjut dan Temuan Pemeriksaan Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD), dan
membangun sistem informasi pemantauan tindak lanjut BPKP.

C. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Sekretariat Inspektorat
Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi penyusunan rencana dan program kerja pengawasan;
b. penyelesaian administrasi Laporan Hasil Pemeriksaan dan pemantauan
penyelesaian tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Inspektorat Jenderal,
BPK-RI, BPKP, Kejaksaan Agung dan pengawasan masyarakat, serta
melaksanakan penghimpunan Laporan Pajak-Pajak Pribadi (LP2P);
c. pengumpulan, pengolahan, analisis laporan hasil pengawasan dan penyajian
laporan hasil pengawasan;
d. penyusunan rancangan peraturan, norma, petunjuk pemeriksaan, pengujian,
penilaian, pengelolaan dokumentasi dan penyebaran informasi peraturan
pengawasan serta hubungan masyarakat;
e. koordinasi pelaksanaan pendampingan kegiatan bidang pekerjaan umum
dan perumahan rakyat;
f. pelaksanaan pembinaan pengawasan bidang perkerjaan umum dan
perumahan rakyat dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
g. koordinasi peningkatan kerjasama pengawasan dengan Inspektorat Provinsi,
Kabupaten, Kota dan BPKP dalam pemeriksaan bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat; dan
h. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Inspektorat.
Fungsi pada butir b. dan c. tersebut, diselenggarakan oleh Bagian Evaluasi
Laporan Hasil Pengawasan, dimana secara hirarki diselenggarakan oleh:

3
a. Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan analisa pelaporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal
dan menghimpun LP2P.
b. Subbagian Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan dan koordinasi pemantauan penyelesaian
tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal, BPK-RI, BPKP,
Kejaksaan Agung, pengawasan masyarakat dan pengelolaan dokumentasi
laporan hasil pengawasan.

Gambar 1 - Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal

D. IDENTIFIKASI MASALAH

Tantangan yang dihadapi pada Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan


adalah:
1. Analisis Hasil Pengawasan BPKP
Berdasarkan data dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), saldo temuan yang belum ditindaklanjuti per 30 September 2018
adalah sebanyak 1.117 laporan, 2.800 temuan, dengan kerugian negara
Rp86.776.308.245,78. Temuan tersebut merupakan hasil pemeriksaan dari
tahun 1996 hingga 2018. Tantangan yang dihadapi dalam penuntasan
temuan BPKP adalah belum terpetakannya rincian LHP BPKP hingga
penanggung jawab temuan.

4
Mekanisme pemantauan yang dilakukan Inspektorat Jenderal terhadap LHP
BPKP selama ini sebatas menggunakan rekapan dan rincian hasil
pengawasan yang diterbitkan Pusat Informasi Pengawasan (Pusinfowas)1
BPKP setiap triwulan. Namun demikian, mekanisme tersebut dirasakan
belum efektif baik untuk analisa maupun monitoring penuntasan temuan
karena rincian laporan pengawasan sebatas pada temuan, penyebab, dan
rekomendasi. Sementara itu, pemetaan temuan yang lebih rinci dari unit
organisasi hingga penanggung jawab rekomendasi belum tersedia. Dengan
kondisi tersebut, Inspektorat Jenderal mengalami keterbatasan untuk:
a. memperoleh data dan informasi yang mampu tersedia setiap saat secara
cepat terkait permasalahan BPKP baik pada tingkat Unit Organisasi
maupun penanggung jawab rekomendasi;
b. berperan secara efektif sebagai pendeteksi dini (early warning system)
atas permasalahan di Kementerian PUPR;
c. menjalankan fungsi koordinasi dalam pemutahiran data hasil
pengawasan BPKP.
d. memfasilitasi Unit Organisasi untuk percepatan penuntasan temuan. Dari
sisa temuan yang ada, sebagian besar merupakan temuan yang sudah
lama dari tahun 1996. Sebagian temuan sebenarnya memenuhi unsur
Temuan Pemeriksaan Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD), namun karena
belum efektifnya Inspektorat Jenderal sebagai fasilitator penuntasan
temuan, hingga saat ini proses TPTD belum banyak dilakukan.
2. Analisa Hasil Pengawasan BPK – RI
Berdasarkan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Semester I 2018, Kementerian
PUPR masih belum menuntaskan 1.039 rekomendasi dengan kerugian
negara Rp2.357.143.066.873,48. Rekomendasi tersebut meliputi
pemeriksaan dari tahun 2005 sampai dengan 2018. Tantangan untuk
penuntasan temuan BPK antara lain:
a. Belum efektifnya penerapan Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut
(SIPTL).
Untuk mempermudah monitoring dan penuntasan temuan, BPK telah
mengeluarkan Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut (SIPTL)
dimana Inspektorat Jenderal berperan sebagai administrator dan unit
organisasi sebagai inputer. Namun demikian, pihak BPK RI belum
memutahirkan seluruh LHA dalam sistem tersebut sehingga efektivitas
penggunaannya masih kurang.
b. Belum adanya sistem informasi internal yang merinci hingga penanggung
jawab rekomendasi.

1 Pusat Informasi Pengawasan merupakan unit kerja di BPKP yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan teknologi informasi.

5
Mekanisme pemantauan yang dilakukan Inspektorat Jenderal terhadap
LHP BPK RI selama ini sebatas menggunakan rekapan dan rincian hasil
pengawasan yang diterbitkan Auditorat Utama IV.A yang diterbitkan
setiap semester. Namun demikian, mekanisme tersebut dirasakan belum
efektif baik untuk analisa maupun monitoring penuntasan temuan karena
rincian laporan pengawasan sebatas pada temuan, penyebab, dan
rekomendasi. Lingkup pemeriksaan BPK RI pada tingkat Kementerian
menyulitkan Inspektorat Jenderal dalam memetakan unit organisasi
terkait dan penanggung jawab temuan. Sehingga perlu adanya sistem
transit yang dapat menjembatani rekapan temuan BPK RI yang kemudian
didetailkan hingga tingkat penanggung jawab rekomendasi. Dengan
metode ini diharapkan temuan BPK RI lebih terpetakan dan dapat
dimonitor dengan cepat dan tepat.
3. Kapabilitas Sumber Daya Manusia
Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan saat ini dudukung oleh 6 personil
yang meliputi 1 kasubbag, 4 staf analis, 1 sekretaris, dan 1 pramubhakti.
Untuk menjalankan tugasnya sebagai analis data hasil pengawasan,
komposisi 4 staf analis sangatlah kurang memadai karena Subbagian Analisa
Data Hasil Pengawasan menganalisa seluruh hasil pengawasan dari
Inspektorat Jenderal, BPKP, BPK, Aparat Penegak Hukum (APH), dan juga
pengaduan masyarakat. Dari sisi kapabilitas, kasubbag dan 4 staf analis
merupakan auditor dan mantan auditor yang seharusnya lebih memahami
proses bisnis dan hasil audit. Namun demikian, kemampuan analisis yang
dimiliki masih keterbatasan baik dari segi metodologi analisis (kualitatif dan
kuantitatif) dan penyampaian hasilnya bagi pemangku kepentingan.
4. Penghimpunan LP2P
Dasar hukum penerapan Laporan Pajak – Pajak Pribadi (LP2P) adalah
Keputusan Presiden RI No. 33 tahun 1986 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Pajak-Pajak Pribadi Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil,
Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan Pegawai Badan
Usaha Milik Negara dan Daerah. Dalam LP2P, wajib dilaporakan semua
pajak-pajak pribadi, mulai dari pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan
bangunan (PBB) dan pajak kendaraan bermotor. Di lingkungan Kementerian
PUPR, wajib lapor adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pangkat paling
rendah penata muda (Golongan III/a).
Inspektur Jenderal mengeluarkan Surat Edaran Nomor 17/SE/IJ/2017
tanggal 1 November 2017 tentang Pengisian dan Penyampaian Laporan
Pajak-Pajak Pribadi Secara Elektronik.Sistem e-LP2P dapat di akses di
alamat http://elp2p.pu.go.id. Aplikasi ini mempermudah pengisian dan
pelaporan LP2P secara online dan Inspektorat Jenderal dapat langsung
memantau perkembangan pengisiannya.
Permasalahan terkait LP2P adalah kedisiplinan dalam pelaporan masih
rendah. Data per 4 Maret 2019, dari 13.647 wajib lapor, yang sudah

6
melaporkan sebanyak 1.377 (10,09%) dan sisanya 12.270 (89,9%) belum
melaporkan. Rendahnya kedisiplinan ini diindikasikan terjadi karena
banyaknya pelaporan – pelaporan terkait harta kekayaan seperti LHKASN
dan LHKPN. Selain itu, ketidakjelasan sanksi dan manfaat dari pengisian
LP2P menjadi permasalahan penyebab kedisiplinan pengisiannya.

Gambar 2 - Wajib Lapor LP2P yang Belum Menyampaikan LP2P

Sumber: www.e-lp2p.pu.go.id

Untuk memetakan prioritas permasalahan yang akan ditangani, digunakan


metode survei model Urgency, Seriousness, Growth (USG) pada sample yang
melibatkan unsur pemangku kepentingan internal Inspektorat Jenderal meliputi
atasan, rekan sejawat, dan bawahan. Dari kuesioner kemudian diperoleh rata –
rata sample dari setiap unsur USG.
Sample yang diambil sebanyak 8 sample yaitu:
a. Sekretaris Inspektorat Jenderal,
b. Kepala Satuan Kerja, Set. Itjen,
c. Kepala Bagian Evaluasi Laporan Hasil Pengawasan,
d. Kasubbag Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan,
e. Kasubbag Analisa Data Hasil Pengawasan,
f. Para staf di Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan.
Hasil survei USG sebagai berikut2:

2
Rincian USG dalam Lampiran 2

7
Gambar 3 - Hasil Analisa Urgency-Seriousness-Growth (U-S-G)
Analisa USG
No Tugas Permasalahan Jumlah Prioritas
U S G
1 2 3 4 5 6 7=4+5+6 8
1 Melakukan penyiapan Belum efektifnya analisis data hasil 4.50 4.50 4.50 13.50 I
bahan analisa pengawasan BPKP
pelaporan hasil
pengawasan Belum optimalnya Sistem Informasi 4.00 4.00 4.00 12.00 II
Inspektorat Jenderal Pemantauan Tindak Lanjut BPK RI

Kurangnya kapabilitas SDM dalam 3.75 3.88 3.75 11.38 III


melakukan analisis hasil
pengawasan
2 Menghimpun Laporan Kurangnya kesadaran pribadi dan 2.88 3.25 3.00 9.13 IV
Pajak – Pajak Pribadi pimpinan dalam pelaporan LP2P
(LP2P)

Keterangan: skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.

Dari hasil analisa USG, didapatkan permasalahan yang paling prioritas bagi
Subbag Analisa Data Hasil Pengawasan adalah belum efektifnya analisis data
hasil pengawasan BPKP. Selanjutnya dilakukan analisa lebih mendalam dengan
menggunakan pohon permasalahan (tree diagram) untuk mencari akar
permasalahan dan akibat dari permasalahan tersebut.

Gambar 4 – Pohon Masalah

Lambatnya proses tindak lanjut atas LHP


BPKP
Akibat

Belum efektifnya analisis data hasil Masalah Utama


pengawasan BPKP
Sebab

Tidak seluruh Laporan Belum terpetakannya Belum ada mekanisme


Hasil Pengawasan rincian LHP BPKP hingga
penuntasan temuan BPKP
disampaikan ke penanggung jawab
yang melibatkan peran Itjen
Inspektorat Jenderal temuan

Belum ada upaya Rekap temuan dari Belum adanya sistem


memetakan temuan yang Pusinfowas BPKP belum informasi internal yang
melibatkan Unit detail hingga penanggung memudahkan pemantauan
jawab rekomendasi tindak lanjut LHP BPKP
Organisasi terkait

Dari pohon permasalahan tersebut diperoleh informasi bahwa permasalahan


belum efektifnya analisis data hasil pengawasan BPKP berdampak pada

8
lambatnya proses tindak lanjut atas LHP BPKP. Penyebab permasalahan
adalah:
1. Tidak seluruh Laporan Hasil Pengawasan disampaikan ke Inspektorat
Jenderal. Mekanisme pengawasan yang desentralistik di lingkungan BPKP
mengakibatkan sebagian laporan tidak disampaikan kepada Inspektorat
Jenderal. Hal ini mengakibatkan sulitnya Inspektorat Jenderal untuk
menganalisis temuan yang ada dan penuntasan tindaklanjutnya. Dalam
melakukan pemantauan, Inspektorat Jenderal menggunakan data yang
diterbitkan Pusinfowas BPKP dan berkoordinasi aktif dengan Kedeputian
Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman BPKP.
2. Belum terpetakannya rincian LHP BPKP hingga penanggung jawab temuan.
Rekapan dan rincian hasil pengawasan BPKP yang diterbitkan setiap
triwulan oleh Pusinfowas BPKP belum rinci hingga Unit Organisasi dan
penanggung jawab rekomendasi, sehingga menyulitkan dalam analisis,
monitoring, dan fasilitasi penuntasan tindak lanjut.
Penyebab permasalahan ini adalah:
a. Belum ada upaya memetakan temuan yang melibatkan Unit Organisasi
terkait terutama dengan dinamisnya perubahan organisasi di tingkat
Kementerian dan juga di tingkat satuan kerja. Sebagai contoh:
1) Adanya penggabungan antara Kementerian Pekerjaan Umum dan
Kementerian Perumahan Rakyat.
2) Nomenklatur sebelum reformasi pada Departemen Pekerjaan Umum
masih memiliki Kantor Wilayah, di mana saat ini sudah dibubarkan.
3) Pada Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki satuan kerja
Pembangunan Infrastruktur Permukiman (PIP) di tingkat kabupaten/
kota dimana tidak selamanya menjadi satker aktif.
b. Rekap temuan dari Pusinfowas BPKP belum detail hingga penanggung
jawab rekomendasi, sementara dalam pemantauan dan penuntasan
harus jelas siapa yang bertanggung jawab.
c. Belum adanya sistem informasi internal yang memudahkan pemantauan
tindak lanjut LHP BPKP. Mekanisme analisis dan monitoring yang
digunakan Inspektorat Jenderal selama ini sebatas penggunaan basis
data sederhana menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Dengan
semakin banyaknya hasil pengawasan dan kebutuhan pimpinan untuk
secara cepat (real time) menyajikan analisis data hasil pengawasan
BPKP, mekanisme tersebut tidak lagi efektif.
3. Belum ada mekanisme penuntasan temuan BPKP yang melibatkan peran
Itjen. Itjen sebagai koordinator penuntasan temuan LHP BPKP belum diikuti
dengan pedoman atau aturan. Sehingga fungsi Itjen belum optimal.

9
E. GAGASAN PROYEK PERUBAHAN

Setelah diperoleh adanya permasalahan prioritas, langkah selanjutnya adalah


menetapkan kondisi yang diharapkan, gap/ masalah yang ada, dan strategi
dalam bentuk intervensi dan inovasi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
harapan tersebut.
1. Kondisi Saat Ini
Kondisi yang dihadapi saat ini adalah:
a. Belum efektifnya analisis data hasil pengawasan BPKP dari segi
kecukupan data.
b. Berlarut – larutnya penuntasan tindak lanjut
2. Gap/Masalah
Adapun penyebab permasalahan tersebut adalah:
a. Belum terpetakannya temuan hasil pengawasan BPKP
b. Belum efektifnya peran Itjen sebagai koordinator TL BPKP
c. Belum ada sistem monitoring yang menyediakan data secara cepat
3. Kondisi Yang Diharapkan
a. Efektifnya analisis data hasil pengawasan BPKP dari segi kecukupan data
b. Fasilitasi percepatan penuntasan temuan BPKP.

Berdasarkan hasil diagnostic reading, Inovasi/ gagasan yang akan dilakukan


berupa membangun sistem pemantauan hasil pengawasan BPKP untuk
meningkatkan efektivitas analisis data hasil pengawasan BPKP dari segi
kecukupan data. Kecukupan data dalam artian hasil pengawasan BPKP
diperinci/ dipetakan berdasarkan penanggung jawab rekomendasi dari Unit
Organisasi hingga satuan kerjanya serta penyajiannya sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Selain itu, penyajian data dapat diperoleh setiap saat (real time) dan
waktu analisis dapat lebih cepat.

10
Gambar 5 Alur Pikir Proyek Perubahan

Gap
Kondisi Diharapkan
1. Belum terpetakannya temuan
Kondisi Saat Ini hasil pengawasan BPKP 1. Efektifnya analisis data
2. Belum efektifnya peran Itjen hasil pengawasan BPKP
1. Belum efektifnya sebagai koordinator TL BPKP
3. Belum ada sistem monitoring
dari segi kecukupan
analisis data hasil data
yang menyediakan data secara
pengawasan BPKP cepat 2. Fasilitasi percepatan
dari segi kecukupan penuntasan temuan
data. BPKP.
Inovasi:
2. Berlarut – larutnya Peningkatan efektivitas sistem
penuntasan tindak pemantauan hasil pengawasan BPKP
melalui sistem informasi
lanjut

F. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN

Tujuan dari proyek perubahan ini antara lain:


1. Menguatkan peran Itjen untuk memfasilitasi percepatan penuntasan temuan
BPKP.
2. Menyusun basis data terkait temuan BPKP hingga tingkat penanggung jawab
rekomendasi sehingga hasil pemantauan lebih efektif.
3. Mendukung tata kelola pemerintahan yang lebih baik dengan semakin
banyaknya temuan yang tuntas.
4. Pembuatan sistem informasi monitoring LHP BPKP menjadi mendukung
konsep Continuous Auditing – Continuous Monitoring (CACM) di Inspektorat
Jenderal yang saat ini sedang dibangun. CACM memanfaatkan sistem
informasi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian, tata kelola, dan
pengelolaan risiko melalui pemantauan dan deteksi dini. Konsep ini pada
intinya adalah penguatan Itjen dalam memberikan layanan bagi organisasi.

Tahapan pencapaian tujuan dari proyek perubahan ini meliputi:


1. Jangka pendek:
Terpetakannya hasil pengawasan BPKP hingga tingkat unit organisasi dan
tersusunnya konsep sistem pemantauan hasil pengawasan BPKP.
2. Jangka Menengah:
a. Fasilitasi percepatan penuntasan tindak lanjut.
b. Tersusunnya sistem pemantauan hasil pengawasan BPKP dan basis data
yang terpetakan hingga tingkat penanggung jawab temuan.

11
3. Jangka Panjang:
a. Tuntasnya minimal 30% hasil pengawasan BPKP;
b. Meningkatnya kemampuan deteksi dini atas termasalahan di lingkungan
Kementerian PUPR.
c. Mengintegrasikan sistem monitoring pemantauan tindak lanjut BPKP ke
dalam Itjen Centre.

G. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN

Manfaat perubahan terbagi menjadi tiga unsur, yaitu bagi Internal Itjen, bagi Unit
Organisasi, dan bagi BPKP: meliputi pemangku kepentingan internal dan
eksternal yang meliputi:

1. Inspektorat Jenderal

a. berperan secara efektif sebagai pendeteksi dini (early warning system)


atas permasalahan di Kementerian PUPR dari hasil analisis temuan yang
sering terjadi.

b. menjalankan fungsi koordinator dan fasilitator dalam pemutahiran data


dan percepatan penuntasan hasil pengawasan BPKP.

c. Menjadi fasilitator dalam peningkatan tata kelola organisasi.

d. Memiliki situation room yang dapat memantau perkembangan


penuntasan temuan BPKP.

e. Dapat menganalisis kinerja unit kerja terperiksa.

f. Dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan pengawasan


Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) di Inspektorat Jenderal.

2. BPKP

a. Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian


dan Kemaritiman, BPKP memperoleh manfaat dengan terfasilitasinya
percepatan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan

b. Pusat Informasi Pengawasan BPKP mendapatkan manfaat pencapaian


kinerja pelayanan pengelolaan data dan informasi pengawasan melalui
fasilitasi kepada Kementerian PUPR. Selain itu adanya pembaharuan
data tindak lanjut.

12
c. Kepala BPKP Perwakilan memperoleh manfaat dengan terfasilitasinya
percepatan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan

3. Unit Organisasi di Kementerian PUPR

a. Tersedianya data hasil pengawasan BPKP yang cepat dan akurat


sebagai dasar dalam analisis dan penuntasan tindak lanjutnya di
lingkungan unit organisasinya.

b. Mendapatkan peta permasalahan hingga tingkat penanggung jawab


rekomendasi.

c. Perbaikan menuju tata kelola pemerintahan yang baik.

13
BAB II - DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN

Adapun tata kelola proyek perubahan ini adalah adanya dengan kolaborasi dan
koordinasi yang baik antara Sponsor/ Mentor (Kepala Bagian Evaluasi Laporan
Hasil Pengawasan) dengan Coach (Widyaiswara BPSDM Kementerian PUPR)
yang dijembatani oleh Project Leader (Kepala Subbagian Analisa Data Hasil
Pengawasan) dengan para pemangku kepentingan. Untuk melaksanakan proyek
perubahan ini diperlukan pula tim efektif yang akan menjalankan kegiatan ini.
Struktur tata kelola proyek perubahan sebagai berikut:
1. Mentor: Rikson, ST, MT (Kepala Bagian Evaluasi Laporan Hasil
Pengawasan)
a. Memberikan arahan dan konsultasi mengenai substansi penyusunan dan
pelaksanaan proyek perubahan;
b. Membantu koordinasi pelaksanaan proyek perubahan;
c. Memantau pelaksanaan proyek perubahan dan pencapaian milestone;
d. Memberikan motivasi kepada Project Leader dan Anggota Tim Efektif
dalam pelaksanaan proyek perubahan;
e. Membantu penyiapan dokungan pendanaan untuk pelaksanaan
Rancangan Proyek Perubahan;
f. Menghadiri Seminar I dan II Rancangan Proyek Perubahan.
2. Coach: Puja Samedhi, BE, SE, CES (Widyaiswara)
a. Memberikan arahan dan konsultasi mengenai proses penyusunan dan
pelaksanaan rencana proyek perubahan;
b. Membantu mengkomunikasikan rancangan proyek perubahan kepada
Mentor dalam hal terjadi ketidaksepakatan;
c. Memberikan motivasi kepada Project Leader dan Anggota Tim Efektif
dalam pelaksanaan proyek perubahan;
d. Menghadiri Seminar I dan II Rancangan Proyek Perubahan.
3. Project Leader: Husnirokhim N. Alim (Kasubbag Analisa Data Hasil
Pengawasan)
a. Menyusun Rancangan Proyek Perubahan;
b. Memimpin, melaksanakan, dan mengendalikan proyek perubahan;
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan proyek perubahan dengan para
pemangku kepentingan;

14
d. Berkonsultasi dengan Mentor dan Coach dalam setiap tahapan proyek
perubahan;
e. Melaksanakan arahan/ saran/ rekomendasi mentor dan coach;
f. Melaporkan perkembangan pelaksanaan proyek perubahan kepada
Mentor dan Coach;
g. Bertanggung jawab terhadap tahapan pencapaian milestone.
4. Anggota Tim Efektif (Staf Bagian Evaluasi Laporan Hasil Pengawasan)
a. Membantu project leader dalam melaksanakan proyek perubahan
b. Memberikan masukan terhadap pelaksanaan proyek perubahan
c. Menjalankan tugas sesuai dengan pembagian tugas/kerja

B. IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN

Stakeholders proyek perubahan ini terdiri dari pihak internal dan eksternal
Inspektorat Jenderal. Pihak eksternal dapat dikelompokkan menjadi eksternal
dalam Kementerian PUPR dan BPKP. Pihak eksternal dalam Kementerian
PUPR meliputi Unit Organisasi, Biro Keuangan, Pusat Data dan Teknologi
Informasi dan penanggung jawab rekomendasi (auditi). Sementara itu dari pihak
BPKP akan melibatkan Kedeputian Bidang PIPPK, Pusinfowas, dan Kantor
BPKP Perwakilan.
a. Peta Pengaruh Pemangku Kepentingan
Peta pengaruh pemangku kepentingan digambarkan dalam Netmap untuk
melihat hubungan dan pengaruh antar pemangku kepentingan. Antar
pemangku kepentingan dihubungan dengan hubungan komando atau
koordinasi. Setelah itu dinilai tingkat pengaruhnya dengan rentang -10 sampai
dengan +10. Semakin besar nilainya menunjukkan pengaruh dala proyek
perubahan semakin besar.

15
Gambar 6 – Peta Pengaruh Pemangku Kepentingan

Keterangan
Internal Itjen
Eksternal Itjen
Garis Komando
Garis Koordinasi

b. Peta Pemangku Kepentingan


Setelah terlihat hubungan dan pengaruhnya, kemudian dilakukan
pemetaan dalam kuadran pemangku kepentingan. Kuadran I
(Promoters) menunjukkan pemangku kepentingan memiliki pengaruh
dan kepentingan positif. Tipe ini menjadi kekuatan bagi proyek
perubahan dan harus selalu dijaga agar kepentingannya tetap ada.
Kuadran II (Latents) menunjukkan pemangku kepentingan memiliki
pengatuh positif namun kepentingan masih negatif. Kepentingan akan
dapat ditingkatkan dengan koordinasi dan sosialisasi. Kuadran III
(Defenders) berisi pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan
namun tidak memiliki pengaruh. Pengaruh akan dapat ditingkatkan
apabila dilibatkan secara aktif dengan didukung dasar hukum, misalnya
Surat Keputusan. Kuadran IV (Apathetics) berisi pemangku
kepentingan yang baik pengaruh maupun kepentingan bernilai negatif.
Tipe ini akan dapat ditingkatkan dengan kombinasi pemberian dasar
hukum dan koordinasi.

16
Gambar 7 - Kuadran Pemangku Kepentingan
Pengaruh (+)

Latents Promoters
•Inspektur Jenderal
•Kedeputian PIPPK, BPKP • Ses. Itjen (+8)
•Biro Keuangan • Kabag Evlap (+7)
•Para Inspektur
•Ka. Satker Itjen
•Kasubbag PTLHP
•PPK I Set. Itjen Kepentingan (+)

Kepentingan (-)
Apathetics Defenders
• Tim IT Itjen (+2) • Set. Unor (+4)
• Narasumber (+/-) • Penanggung jawab
• Kabag Rengram (+/-) Rekomendasi (+4)
• Pusdatin PUPR (+/-) • Staf Bagian Evlap (+2)
• Biro Keuangan (+2) • Pusinfowas BPKP (+/-)

Pengaruh (-)
Ket Nilai:Rendah : 1-2; Sedang : 3-5; Tinggi : 6-8; Sangat tinggi : 9 - 10

C. STRATEGI KOMUNIKASI

Kunci keberhasilan proyek perubahan adalah komunikasi. Strategi dalam


komunikasi dilakukan dengan mempertimbangkan posisi masing – masing
pemangku kepentingan yang tergambar dalam Kuadran Pemangku
Kepentingan. Prioritas komunikasi melihat besarnya pengaruh para pemangku
kepentingan yang tergambar dalam Netmap.
1. Promoters
Komunikasi yang dilakukan adalah dengan tatap muka/ koordinasi secara
intensif baik formal maupun informal.
2. Latents
Komunikasi yang dilakukan adalah dengan tatap muka/ koordinasi secara
intensif baik formal maupun informal, rapat, serta sosialisasi. Untuk tipe ini,
komunikasi lebih mengajak bagaimana agar mereka lebih memiliki
keterkatikan atas proyek perubahan hingga akhirnya diharapkan dapat
pindah menjadi Promoters.
3. Defenders
Komunikasi yang dilakukan adalah dengan tatap muka/ koordinasi secara
intensif baik formal maupun informal, rapat, serta sosialisasi. Untuk tipe ini,
komunikasi lebih mengajak bagaimana agar mereka lebih memiliki

17
pengaruh atas proyek perubahan hingga akhirnya diharapkan dapat pindah
menjadi Promoters. Salah satunya adalah dengan membuat landasan
hukum seperti surat keputusan.
4. Apathetics
Komunikasi yang dilakukan adalah dengan rapat serta sosialisasi. Untuk
tipe ini, komunikasi lebih mengajak bagaimana agar mereka lebih memiliki
pengaruh dan kepentingan atas proyek perubahan hingga akhirnya
diharapkan dapat pindah menjadi Promoters.

D. TAHAPAN PENCAPAIAN KEGIATAN

Capaian kegiatan dirancang dibagi menjadi tiga tahap; yaitu jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka Panjang. Tujuannya adalah agar proyek
perubahan lebih terukur. Rincian jadwal dalam Lampiran 3.

Gambar 8 – Rancangan Tahapan Pencapaian

Jangka Menengah
Jangka Pendek Mei - Des 2019
M2 Mar – M2Mei 2019
• Melakukan koordinasi Jangka Panjang
• Membentuk tim efektif dengan pemangku 2020
• Memperoleh dukungan kepentingan
gagasan perubahan • Memfasilitasi percepatan • Memperbaharui basis
• Memetakan penuntasan tindak lanjut data
rekomendasi BPKP • Membuat sistem • Memastikan tuntasnya
• Memfasilitasi informasi; 30% hasil pengawasan
percepatan penuntasan • Menyusun Petunjuk Teknis • Mengintegrasikan
tindak lanjut Sistem Informasi sistem informasi dalam
• Mengidentifikasi • Mengintegrasikan hasil Itjen Centre
kebutuhan dan format pemetaan ke dalam sistem
basis data informasi

E. RENCANA KEBUTUHAN ANGGARAN

Kebutuhan anggaran disusun dengan memperhatikan prinsip – prinsip


ekonomis, efisien, dan efektif untuk pencapaian tujuan. Dalam DIPA Sekretariat
Inspektorat Jenderal, tidak ada anggaran yang khusus direncanakan untuk
proyek ini, sehingga dalam pelaksanaannya akan menggunakan kombinasi

18
anggaran kegiatan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi, Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi, dan Evaluasi pada Insepktorat I s.d. V.
Gambar 10 - Rencana Penggunaan Anggaran
HARGA
MAK URAIAN RINCIAN PERHITUNGAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
521213 Honor Output Kegiatan 2,350,000
- Honorarium Penanggung Jawab Panitia 1 ORG x 1 KL 1 OK 450,000 450,000
- Honorarium Ketua/Wakil ketua Panitia 1 ORG x 1 KL 1 OK 400,000 400,000
- Honorarium Sekretaris Panitia 1 ORG x 1 KL 1 OK 300,000 300,000
- Honorarium Anggota Panitia 4 ORG x 1 KL 4 OK 300,000 1,200,000
522151 Belanja Jasa Profesi 0 95,600,000
- Honorarium Narasumber/Pembahas (Pejabat
Eselon I) 1 ORG x 2 JAM x 2 KEG 4 OJ 1,400,000 5,600,000
- Honorarium Narasumber/Pembahas (Pejabat
Eselon II) 5 ORG x 3 JAM x 2 KEG 30 OJ 1,000,000 30,000,000
- Honorarium Narasumber/Pembahas (Pejabat
Eselon III) 4 ORG x 6 JAM x 2 KEG 48 OJ 900,000 43,200,000
- Honorarium Moderator 2 ORG x 6 Kali x 2 KEG 24 ORKAL 700,000 16,800,000
524119 Beban Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 0 176,430,000

- Biaya Paket Kegiatan Rapat/Pertemuan Full


Day di Luar Kantor - Pejabat Eselon I dan II - Banten) 20 ORG x 1 HR x 2 KL 40 OP 468,000 18,720,000
- Biaya Paket Kegiatan Rapat/Pertemuan Full
Day di Luar Kantor - Pejabat Eselon III ke bawah
Banten) 65 ORG x 1 HR x 2 KL 130 OP 354,000 46,020,000
- Uang Harian Fullday Di Luar Kota Banten 85 ORG x 1 HR x 2 KL 170 OH 85,000 14,450,000
- Satuan biaya transportasi jakarta ke kota
Tangerang Selatan 85 ORG x 2 PP x 2 KL 340 OK 286,000 97,240,000
Jumlah 274,380,000

F. KRITERIA KEBERHASILAN
1. Jangka Pendek :
a. Terpetakannya temuan BPKP hingga tingkat penanggung jawab
rekomendasi;
b. Memfasilitasi percepatan penuntasan tindak lanjut pada 1
Provinsi;
c. Teridentifikasinya kebutuhan dan format basis data.
2. Jangka Menengah :
a. Terfasilitasinya 3 Provinsi dalam percepatan penuntasan
temuan BPKP;
b. Adanya sistem informasi pengawasan sekaligus dengan
pedoman teknisnya;
c. Terintegrasinya hasil pemetaan ke dalam sistem informasi
3. Jangka Panjang
a. Tuntasnya 30% hasil pengawasan BPKP dengan baseline data
yang telah dipetakan pada periode jangka pendek
b. Integrasi sistem ke dalam Itjen Centre

19
G. ANALISIS KEBERHASILAN DAN MITIGASI RISIKO

Dalam merancang proyek perubahan, dilakukan analisa kekuatan


(strengths), kelemahan (weaknesses), tantangan (opportunities) dan
hambatan (threats) (SWOT). Kekuatan dan kesempatan merupakan modal
positif yang harus dikelola dengan baik. Sementara kelemahan dan
ancaman harus dikelola agar tidak terjadi dan dapat mengganggu
pencapaian tujuan.
1. Kekuatan
a. Dukungan dari pimpinan
b. Dukungan dari Kedeputian PIPPK, BPKP
c. Adanya data rincian dari BPKP
2. Kelemahan
a. Penanggung jawab Rekomendasi berpotensi sudah tidak aktif
b. Satuan kerja sudah dilikuidasi
3. Kesempatan
a. Adanya mekanisme TPTD
b. Memobilisasi Unor dan BPKP
4. Ancaman
a. Resistensi dari BPKP perwakilan
b. Perbedaan data
c. Sulitnya penyusunan dan integrasi sistem informasi
d. Penugasan lain

Dari analisis SWOT tersebut diidentifikasi potensi risiko dan upaya


mengatasinya agar tidak menghambat tujuan proyek perubahan. Risiko
dan cara penangannya sebagai berikut:
1. Resistensi beberapa Stakeholder

Untuk mengatasi risiko ini akan dilakukan koordinasi intensif dengan


para pemangku kepentingan internal dan eksternal. Tim Efektif akan
dibagi untuk penanggung jawab masing – masing pemangku
kepentingan.

2. Lamanya penyusunan sistem informasi

Koordinasi dengan tim IT Itjen, Pusdatin, dan Pusinfowas. Tim efektif


akan ada yang difokuskan pada kolaborasi ini.

3. Sulitnya pemetaan temuan

Koordinasi intensif dengan unor, auditi, dan BPKP menjadi kunci untuk
mengatasi permasalahan ini.

20
4. Kesulitan dalam Integrasi sistem informasi
Koordinasi dengan tim IT Itjen, Pusdatin, dan Pusinfowas. Diupayakan
menggunakan basis sistem yang sama sehingga memudahkan
integrasi.
5. Sulitnya penuntasan temuan BPKP
Akan dilakukan koordinasi baik dengan BPKP Pusat maupun Kantor
BPKP Perwakilan di Provinsi. Selain itu akan diupayakan uji coba
fasilitasi percepatan penuntasan temuan pada beberapa provinsi untuk
menguji efektivitas strategi yang dilakukan.
6. Adanya penugasan lain di luar Proyek Perubahan
Dilakukan pembagian tugas dan penanggung jawab.

21
BAB III – PELAKSANAAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

A. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN

Capaian proyek perubahan meliputi capaian pelaksanaan kegiatan dalam


milestone jangka pendek rancangan proyek perubahan yang dilakukan
selama 2 (dua) bulan, dimulai pada minggu ke-3 Maret sampai dengan
minggu ke-2 Mei 2019. Pelaksanaan kegiatan proyek perubahan berjalan
dengan baik dan keluaran yang dihasilkan sebagian besar sesuai dengan
target dalam milestone jangka pendek. Realisasi pelaksanaan tidak
sepenuhnya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, yaitu lebih
cepat dari jadwal maupun terlambat pelaksanaannya, ada juga kegiatan
baru hasil kolaborasi dengan unit kerja lainnya yang merupakan efek
pengganda (multiplier effect) dari proyek perubahan.

1. Membentuk Tim Efektif


Dalam menjalankan proyek perubahan diperlukan tim efektif agar tujuan
dapat tercapai sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam
pembentukan tim dilakukan koordinasi langsung dengan Ses. Itjen, Ka.
Satker Set. Itjen, dan juga Kepala Bagian Evaluasi Laporan Hasil
Pengawasan. Dari koordinasi tersebut dikukuhkan dengan SK Kepala Satuan
Kerja No. 23/KPTS/SATKER.ITJEN/2019 tanggal 2 April 2019 tentang
Penunjukan/ Pengangkatan Pengarah, Penanggung Jawab/ Mentor, Ketua
Tim/ Project Leader Tim Kerja, dan Narasumber pada Penyelenggaran
Kegiatan Peningkatan Efektivitas Analisis Data Hasil Pengawasan BPKP di
Kementerian PUPR Melalui Sistem Informasi Untuk Fasilitasi Percepatan
Penuntasan Tindak Lanjut.

Untuk efektivitas kegiatan tim dibagi menjadi Pengarah, Penanggung Jawab,


Ketua, Sekretaris, dan Anggota. Anggota tim kerja dibagi ke dalam Tim
Percepatan Tindak Lanjut dan Tim Pengembangan Sistem Pemantauan. Tim
terbentuk tepat waktu sesuai jadwal yang telah direncanakan, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 4.

22
2. Memperoleh Dukungan Gagasan Perubahan dari Pemangku Kepentingan

Permintaan dukungan gagasan perubahan difokuskan pada pemangku


kepentingan sebagaimana tercantum dalam Identifikasi Pemangku Kepentingan.
Dalam perkembangannya teridentifikasi beberapa pemangku kepentingan baru
yang cukup berperan dalam penuntasan tindak lanjut temuan BPKP. Pemangku
kepentingan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:

a. Internal Itjen

Seluruh pemangku kepentingan di internal Itjen mendukung upaya fasilitasi


percepatan penuntasan temuan ini karena salama ini Itjen selaku fasilitator
penuntasan tidak memiliki basis data yang andal. Beberapa masukan
membangun sebagai berikut:

1) Inspektur Jenderal selaku pemangku kepentingan utama memberikan


masukan agar Bagian Evaluasi Laporan Hasil Pengawasan lebih
meningkatkan fungsi evaluasinya salah satunya dengan sistem informasi
hasil pengawasan/ Audit BPKP. Pemetaan harus dilakukan secara tepat
khususnya penetapan Executing Agencies Loan karena BPKP lebih
banyak memeriksa kegiatan yang berasal dari pinjaman luar negeri.

2) Kabag Umum/ PPK I menyampaikan bahwa analisis terhadap hasil


pengawasan merupakan penunjang utama untuk menghasilkan data dan
informasi capaian kinerja Itjen. Efektifitas dan keakuratan data yang
dihasilkan perlu ditunjang dengan sistem informasi/ aplikasi yang
terintegrasi.

3) Kasubbag Evaluasi dan Pelaporan, Bagian Rencana dan Program


menyampaikan bahwa inovasi ini diperlukan untuk lebih meningkatkan
kecepatan dan akurasi data, salah satunya manfaat bagi Bagian Rencana
dan Program adalah tersedianya data tindak lanjut hasil pemeriksaan
BPKP untuk penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan.

23
Gambar 11 – Dukungan Internal Itjen

Permintaan Dukungan Proyek Perubahan Kepada Inspektur Jenderal dan Inspektur I

Permintaan Dukungan Proyek Perubahan Kepada Ses. Itjen (kiri) dan Anggota Tim
Efektif (kanan)

b. Eksternal Itjen

Seluruh pemangku kepentingan di eksternal Itjen mendukung upaya fasilitasi


percepatan penuntasan temuan ini dan berharap segera diaplikasikan.
Beberapa masukan membangun sebagai berikut:

24
1) Bapak Binsar H. Simanjuntak selaku Staf Khusus Menteri PUPR
memberikan masukan agar saldo temuan BPKP dipetakan dan
dimutahirkan. Disarankan pula untuk dilakukan pertemuan berkala antara
BPKP dan Kementerian PUPR dengan difasilitasi oleh Itjen PUPR.

2) Kepala Biro Keuangan menyampaikan bahwa Itjen perlu mencari solusi


terkait dengan data LHP BPKP dan perlu dipelajari mekanisme
penyusunan tindak lanjut yang berada di BPKP.

3) Kasubbag Verifikasi dan Pelaporan Ditjen Sumber Daya Air dan


Kasubbag Verifikasi dan Pelaporan Ditjan Cipta Karya menyampaikan
agar sistem informasi benar – benar diaplikasikan dalam rangka
percepatan penuntasan tindak lanjut temuan BPKP. Sebagai tindak
lanjutnya, Setditjen SDA telah menyelenggarakan konsinyasi percepatan
penuntasan temuan dan Setditjen Cipta Karya telah menyebarluaskan
saldo temuan kepada Kepala Balai Pelaksanaan Permukiman Wilayah.

4) Kasubbid Infrastruktur Teknologi Informasi, Pusat Data dan Teknologi


Informasi menyampaikan bahwa hasil aplikasi wajib didaftarkan ke
Pusdatin. Interkoneksi dengan aplikasi BPKP sebaiknya otomatis dengan
memanfaatkan API.

Dalam perjalanannya, teridentifikasi 2 (dua) pemangku kepentingan baru


dalam mendukung proyek perubahan ini, yaitu:

1) Organisasi Pengelola Proyek yang meliputi Project Management Unit


(PMU) dan Project Implementation Unit (PIU). Karakteristik pemeriksaan
BPKP yang lebih ke pinjaman luar negeri memerlukan partisipasi aktif dari
PMU/ PIU masing – masing jenis pinjaman luar negeri karena
karakteristiknya berbeda – beda khususnya di Ditjen Sumber Daya Air,
Ditjen Bina Marga, dan Ditjen Cipta Karya.

Dalam Proyek Perubahan ini, dukungan diberikan oleh Kepala Seksi


Kerja Sama Bilateral Sub Direktorat Kerja Sama Luar Negeri, Direktorat
Bina Program sebagai salah satu unit yang mengelola pinjaman luar
negeri di Ditjen Sumber Daya Air.

2) Kepala Unit Pelaksana Teknis/ Balai sektoral menjadi salah satu faktor
penting dalam percepatan penuntasan temuan karena menjadi

25
koordinator satuan kerja dalam penuntasan tindak lanjut temuan salah
satunya BPKP.

Dukungan proyek perubahan diberikan oleh Kepala Balai Pelaksanaan


Permukiman Wilayah Prov. Nusa Tenggara Barat dan Kepala Balai
Wilayah Sungai Nusa Tenggara I Nusa Tenggara Barat beserta
jajarannya pada saat dilakukan piloting. Kedua balai selaku koordinator
satuan kerja di wilayah kerjanya tidak mengetahui adanya saldo temuan
hasil pengawasan BPKP dan mendukung upaya yang dilakukan dalam
proyek perubahan untuk percepatan penuntasan.

Gambar 12 – Dukungan Eksternal Itjen

Permintaan Dukungan Proyek Perubahan kepada Bapak Binsar H. Simanjuntak (Staf


Khusus Meneri PUPR) (kiri) dan Kepala Biro Keuangan (kanan)

Permintaan Dukungan Proyek Perubahan kepada Pusdatin (kiri) dan PMU/ PIU Ditjen
SDA (kanan)

c. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)


BPKP merupakan unsur utama dalam percepatan penuntasan temuan BPKP
karena merupakan unit pemeriksa. Unsur – unsur terkait meliputi:

26
1) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman (PIPPK) selaku koordinator pengawasan untuk Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Koordinasi dengan
Kasubditwas Infrastruktur dan Tata Ruang dilakukan secara intensif
melalui whatsapp dan koordinasi langsung dengan Liaison Officer (LO).
Dari koordinasi tersebut pada prinsipnya Kedeputian PIPPK siap
membantu Kementerian PUPR dalam upaya percepatan penuntasan
tindak lanjut termasuk mekanisme penanganan temuan pemeriksaan
yang bukan menjadi kewenangan Kementerian PUPR.
Gambar 13 – Dukungan Unsur BPKP

Koordinasi dengan Pusinfowas BPKP (kiri) dan Kedeputian PIPPK (kanan)

Koordinasi dengan Kepala BPKP Perwakilan Prov NTB (kiri) dan pemetaan dengan
Korwas PIP BPKP Perwakilan Prov NTB (kanan)

2) Pusat Informasi Pengawasan BPKP merupakan unit organisasi yang


mengelola data base hasil pengawasan BPKP. Dukungan proyek
perubahan ditunjukkan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Data dan
Informasi (PDI). Bidang PDI pada prinsipnya siap membantu Itjen
Kementerian PUPR dalam upaya pemetaan temuan, penuntasan tindak

27
lanjut, dan penyediaan data dan informasi dari aplikasi SIMHP dan SIMA
bagi aplikasi pemantauan temuan BPKP di Inspektorat Jenderal.
3) Kantor Perwakilan BPKP merupakan bagian dari unit pemeriksa yang
berwenang menuntaskan temuan pemeriksaan. Oleh karenanya, Kantor
Perwakilan menjadi unsur utama karena 94% Laporan Hasil Pengawasan
diterbitkan oleh Kantor Perwakilan BPKP. Dalam piloting, dukungan
langsung diberikan oleh Kepala Kantor Perwakilan BPKP Prov. Nusa
Tenggara Barat Bapak Agus Puruhitaarga dan jajarannya. Kantor BPKP
Perwakilan NTB terbuka untuk dilakukan percepatan penuntasan temuan
dan juga proses Temuan Pemeriksaan yang Tidak dapat Ditindaklanjuti.

Berdasarkan dukungan – dukungan dari para pihak, maka peta pemangku


kepentingannya menjadi sebagai berikut:
Gambar 14 - Peta Pemangku Kepentingan Setelah Proyek Perubahan
Pengaruh (+)

Kepentingan (+)
Kepentingan (-)

Pengaruh (-)

Dukungan baik melalui surat dukungan (Lampiran 5) maupun diskusi


menunjukkan bahwa:

a. Seluruh kelompok Latens telah pindah menjadi Promoters.


b. Kelompok Apathetics yang meliputi Tim IT Itjen, Narasumber, dan
Pusdatin PUPR pindah menjadi Promoters karena kepentingannya dan
pengaruhnya dengan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Ka. Satker

28
Set. Itjen sebagai bagian dari Tim Efektif. Kabag Rengram dan Biro
Keuangan bergeser dari Apathetics menjadi Defenders karena adanya
peningkatan kepentingan akan proyek perubahan.
c. Staf Bagian Evlap dan Pusinfowas BPKP bergeser dari defenders
menjadi promoters dengan adanya SK Ka. Satker menjadi bagian tim
efektif. Penanggung Jawab Rekomendasi dan sekretariat Unor tetap
menjadi defenders.
3. Memetakan rekomendasi BPKP
Pemetaan rekomendasi BPKP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Permintaan data temuan BPKP
Permintaan data dilakukan secara formal dan informal. Permintaan data
dilakukan melalui surat Ses. Itjen No. KU.04.07-Is/533 tanggal 10 April 2019
hal Permintaan Data Saldo Temuan Pemeriksaan BPKP Triwulan Satu TA
2019 di Lingkungan Kementerian PUPR ditujukan kepada Deputi Kepala
BPKP Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman dengan tembusan ke Pusinfowas BPKP.

Untuk mendukung piloting disampaikan surat Ses. Itjen No. KU.04.07-Is/531


tanggal 10 April 2019 hal Permintaan Data Saldo Temuan Pemeriksaan
BPKP Triwulan Satu TA 2019 di Lingkungan Kementerian PUPR kepada
Kepala Kantor Perwakilan BPKP Prov. NTB. Hasil permintaan data dalam
Lampiran 6.

b. Konsinyasi Pemetaan Data BPKP

Konsinyasi Pemutahiran LHP BPKP dan tindaklanjutnya dilakukan sekali


setelah mendapatkan data dari Pusinfowas. Kegiatan diselenggarakan
tanggal 29 s.d. 31 Maret 2019 di Aviary Hotel Bintaro. Kegiatan ini dipimpin
langsung oleh Sekretaris Inspektorat Jenderal dengan mengundang seluruh
anggota tim efektif dan perwakilan dari Inspektorat I s.d. V.

Hasil kegiatan ini adalah terpetakannya Data Hasil Pengawasan BPKP pada
tingkat unit pemeriksa, unit organisasi, dan jenis kegiatan (termasuk jenis
pinjaman luar negeri).

1) Unit pemeriksa perlu dipetakan karena karakteristik penuntasan LHP


BPKP termasuk penetapan Temuan Pemeriksaan tidak Dapat

29
Ditindaklanjuti (TPTD) harus merujuk dan ditujukan ke unit pemeriksanya
yang meliputi Kantor Perwakilan dan Kedeputian.

2) Unit Organisasi diperlukan sebagai mekanisme pengendalian internal di


Kementerian PUPR sebelum akhirnya dapat ditetapkan satuan kerja/ unit
kerja/ personil yang bertanggung jawab.

3) Jenis kegiatan merupakan penjabaran dari lingkup kegiatan, misalnya


jenis pinjaman luar negeri. Hal ini penting untuk mendeteksi untuk
pinjaman luar negeri dan menetapkan PMU/ PIU setiap pinjaman luar
negeri. Informasi ini merupakan masukan dari hasil diskusi dengan
perwakilan Ditjen Sumber Daya Air dan Ditjen Cipta Karya. Dengan
terpetakannya PMU/ PIU-nya diharapkan auditi terkait dapat dideteksi
dan segera dimintakan tindak lanjutnya khususnya satuan kerja yang
sudah likuidasi.
Gambar 15 – Kegiatan Konsinyasi Pemutahiran Data Hasil Pengawasan
BPK dan BPKP

Hasil pemutahiran hasil pengawasan BPKP sebagai berikut:

30
Gambar 16 – Hasil Pemutahiran Temuan BPKP per Unit Organisasi

PbP, 14 ,
Non PUPR,
PnP, 41,0%
2%
102, 4%
BM, 137,
5%

SDA, 255,
10%

CK, 2059,
79%

c. Penyampaian Data Hasil Pemetaan ke Masing – Masing Unor


Setelah dipetakan, selanjutnya data disampaikan kepada setiap Unit
Organisasi terkait. Penyampaian data dilakukan melalui surat Sekretaris
Inspektorat Jenderal (Lampiran 7):
1) No. KU 04.07-Is/558 tanggal 11 April 2019 hal Konfirmasi Data dan
Permohonan Rencana Tindak Lanjut atas Saldo Temuan Pemeriksaan
BPKP yang Belum Ditindaklanjuti pada Ditjen Sumber Daya Air;
2) No. KU 04.07-Is/559 tanggal 11 April 2019 hal Konfirmasi Data dan
Permohonan Rencana Tindak Lanjut atas Saldo Temuan Pemeriksaan
BPKP yang Belum Ditindaklanjuti pada Ditjen Cipta Karya;
3) No. KU 04.07-Is/557 tanggal 11 April 2019 hal Konfirmasi Data dan
Permohonan Rencana Tindak Lanjut atas Saldo Temuan Pemeriksaan
BPKP yang Belum Ditindaklanjuti pada Ditjen Bina Marga;
4) No. KU 04.07-Is/562 tanggal 11 April 2019 hal Konfirmasi Data dan
Permohonan Rencana Tindak Lanjut atas Saldo Temuan Pemeriksaan
BPKP yang Belum Ditindaklanjuti pada Ditjen Pembiayaan Infrastruktur
Pekerjaan Umum dan Perumahan;
5) No. KU 04.07-Is/563 tanggal 11 April 2019 hal Konfirmasi Data dan
Permohonan Rencana Tindak Lanjut atas Saldo Temuan Pemeriksaan
BPKP yang Belum Ditindaklanjuti pada Ditjen Penyediaan Perumahan;

31
4. Memfasilitasi percepatan penuntasan tindak lanjut
a. Pilot Project
Pilot project dilaksanakan 1 kali pada tanggal 14 s.d. 16 April 2019 di Kota
Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan selama pilot project
sebagai berikut:

1) Koordinasi awal dengan Kepala Kantor BPKP Perwakilan Prov. NTB


untuk meminta saldo temuan terbaru pada Perwakilan Prov. NTB.
Koordinasi ini juga untuk menyampaikan informasi bahwa terdapat
beberapa saldo temuan hasil pemeriksaan yang penanggung jawab
temuannya bukan di Lingkungan Kementerian PUPR.

Kepala Kantor Perwakilan BPKP Prov. NTB juga membuka peluang


untuk dilakukannya TPTD. Satker terkait harus menyediakan data – data
pendukung untuk dilakukan TPTD. Inspektorat Jenderal berperan untuk
menjadi verifikator awal usulan TPTD sebelum disampaikan ke BPKP.
Kriteria penetapan TPTD yaitu:
a) Temuan Pemeriksaan yang cacat rekomendasi
 Rekomendasi bersifat himbauan
 Rekomendasi perbaikan atas tindakan masa lalu yang pada saat
pemeriksaan tidak perlu dilakukan lagi karena sudah diperbaiki
 Rekomendasi kepada instansi di luar instansi yang diperiksa
 Rekomendasi terhadap suatu instansi yang diperiksa yang saat
ini instansi tersebut sudah tidak ada lagi
 Rekomendasi yang tidak sejalan dengan ketentuan yang
mengatur kegiatan tersebut
 Rekomendasi yang berada di luar kewenangan pimpinan instansi
yang diperiksa untuk melaksanakannya
 Rekomendasi yang tindaklanjutnya berkaitan dengan rekanan
yang sudah bubar atau alamatnya sudah tidak jelas lagi, dengan
pembuktian yang sah
b) Temuan Pemeriksaan tidak memadai
 Dasar pembuktian tidak cukup kuat, antara lain karena kurang
atau tidak adanya data pendukung (termasuk KKP)
 Sebelumnya tidak dibicarakan dengan instansi yang diperiksa

32
 Tidak ada kesepakatan dengan pihak instansi yang diperiksa
c) Temuan Pemeriksaan Lain yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
 Penanggungjawabnya sudah tidak aktif (Pensiun, meninggal dan/
atau tidak diketahui lagi alamatnya) dengan pembuktian yang sah,
kecuali untuk temuan yang belum kadaluarsa dan sudah ada TP/
TGR atau SKTM;
 Kurang material nilainya dan sudah berlarut – larut
 Pertimbangan lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan

2) Koordinasi dengan UPT Balai Pelaksanaan Permukiman Wilayah Prov.


NTB untuk mendorong percepatan penuntasan temuan BPKP
menginggat sebagain besar saldo temuan berada pada kewenangan
Ditjen Cipta Karya. Dari koordinasi tersebut ditemui bahwa sebagian
besar satuan kerja terperiksa telah dilikuidasi. Namun ada komitmen kuat
dari BPPW Prov. NTB untuk mengkoordinasikan percepatan penuntasan
tindak lanjut.
Komitmen percepatan penuntasan tindak lanjut ditunjukkan dengan
upaya pemetaan bersama antara Itjen dengan BPPW Prov. NTB dan
dilanjutkan dengan penyampaian surat dari Satker Pelaksanan
Prasarana Permukiman Prov. NTB No. PW.01.04/PPPW-NTB/16 tanggal
6 Mei 2019 hal Permintaan Laporan Hasil Audit atas Program
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Prov NTB kepada Kepala
Perwakilan BPKP Provinsi NTB. Surat tersebut telah mendapat balasan
dari Kepala BPKP Perwakilan Prov. NTB No. S-1386/PW23/2/2019
tanggal 14 Mei 2019 hal Perkembangan Status Tindak Lanjut Temuan
Hasil Audit Pelaksanaan Kegiatan PPIP di Provinsi NTB. Hal ini menjadi
langkah awal yang nyata untuk percepatan penuntasan.

3) Koordinasi dengan UPT Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I Prov.


NTB untuk mendorong percepatan penuntasan temuan BPKP
menginggat sebagain saldo temuan berada pada kewenangan Ditjen
Sumber Daya Air yaitu loan WRMP dan WISMP. Kasubbag TU
memberikan perhatian penting upaya percepatan temuan menginggat
temuan – temuan WRMP tahun 2007 s.d. 2011. Pemetaan Bersama
dilakukan dengan PPK OP SDA yang menangani kegiatan WISMP.
Kendala yang dihadapi dalam upaya penuntasan antara lain:
a) Unit terperiksa sudah dilikuidasi
b) Kegiatan WRMP sebagian merupakan APBN Kementerian PUPR
namun dikelola oleh Dinas PU. Sehingga perlu mencari penanggung
jawab tersebut.
c) Kesulitan mendapatkan LHP dimaksud karena sebelum 2012, Kantor
Perwakilan BPKP Prov. NTB belum berdiri sendiri namun bergabung
dengan Perwakilan BPKP Prov. Bali.

33
Gambar 17 – Kegiatan Pilot Project

Koordinasi dengan BPPW Prov. NTB (kiri) dan BWS NT I Prov. NTB (kanan)

b. Dukungan Percepatan Tindak Lanjut dari Unit Organisasi


Dari hasil pemetaan, Unit Organisasi memberikan respon positif dalam
rangka percepatan penuntasan temuan BPKP.
1) Ditjen Sumber Daya Air menyelenggarakan Konsinyasi Pemutahiran
Temuan Hasil Pemeriksaan BPK-RI, BPKP, dan Itjen Kementerian PUPR
di Hotel Santika Bintaro Tanggal 9 s.d. 11 Mei 2019. Acara tersebut
melibatkan 50 satuan kerja di lingkungan Ditjen SDA.

Gambar 18 - Pemutahiran Temuan Hasil Pemeriksaan BPK-RI, BPKP,


dan Itjen Kementerian PUPR oleh Ditjen SDA

2) Ses. Ditjen Cipta Karya melakukan pemetaan per kegiatan dan per
direktorat untuk pemantauan tindaklanjutnya. Selanjutnya Ses. Ditjen
Cipta Karya menyampaikan surat Kepada Para Kepala Balai Prasarana
Permukiman Wilayah (BPPW) No. PW.0202-Cs/496 tanggal 10 Mei 2019
hal Penyampaian Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
di Lingkungan Ditjen Cipta Karya. Ditjen Cipta Karya selanjutnya akan
melakukan konsinyasi pemutahiran temuan pada bulan Juli 2019.

34
Gambar 19 – Pemetaan Temuan BPKP per Direktorat Pembina di Ditjen
Cipta Karya
SALDO/SISA TPB
NO DIREKTORAT
#Kej Nilai Rp.

1 Keterpaduan Infrastruktur Permukiman 69 1,727,808,042.55

2 Pengembangan Kawasan Permukiman 1746 16,382,762,029.96

Pengembangan Penyehatan
3 29 11,054,460,190.75
Lingkungan Permukiman (PPLP)
Pengembangan Sistem Penyediaan Air
4 325 1,331,077,580.51
Minum (PSPAM)
TOTAL 2169 30,496,107,843.77

3) Ditjen Penyediaan Perumahan telah menyebarluaskan saldo temuan


BPKP kepada para satuan kerja terkait selanjutnya akan melakukan
konsinyasi pemutahiran temuan pada bulan Juli 2019.

5. Mengidentifikasi kebutuhan dan format basis data


a. Sistem Informasi Pengelolaan Database Hasil Pengawasan BPKP
BPKP mengembangan Sistem Informasi Hasil Pengawasan BPKP (SIMHH)
untuk pengelolaan database hasil pengawasan BPKP yang telah dibangun
2004. Sistem ini saat ini masih berjalan dan akan digantikan Sistem Informasi
Manajemen Akuntabilitas (SIMA). Data setelah Desember 2017 akan
menggunakan aplikasi web based SIMA. Selama masa transisi dan
menunggu perbaikan bugs pada SIMA, SIMHP masih digunakan paralel
dengan SIMA.

35
Gambar 20 - Organisasi SIMA BPKP 4.0

b. Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Itjen


Kementerian PUPR
Dalam pengelolaan database hasil pengawasan, Inspektorat Jenderal
memiliki sistem Informasi IPU yang telah ada tahun 2008. Sistem ini awal
terbentuknya menjadi Itjen Centre karena diharapkan mampu mengelola
database pengawasan Itjen, BPK, dan BPKP. Namun dalam
perkembangannya hanya pengawasan Itjen yang terkelola dengan baik.
Dengan semakin tingginya penggunaan data dan perkembangan
pengawasan, IPU akan digantikan EPTLHP dengan konsep web based yang
akan mengelola manajemen pengawasan Itjen. Sistem ini secara resmi
digunakan untuk pengawasan setelah November 2018. Sementara untuk
pengawasan sebelum November 2018 tetap menggunakan IPU.
c. Rancangan Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
BPKP pada Kementerian PUPR

Berdasarkan asistensi dan diskusi dengan para pemangku kepentingan,


analisa Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
BPKP pada Kementerian PUPR akan mengkombinasikan SIMA dan
EPTLHP yang saat ini sudah ada.

36
Permintaan akses data oleh Kementerian PUPR pada aplikasi SIMA tidak
dapat diberikan, namun akan dipayakan untuk menggunakan mekanisme
transfer Arsip Data Komputer (ADK) untuk memonitor pembaharuan data
BPKP. Mekanisme ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan modul Sistem
Informasi Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPKP yang akan
dilekatkan pada EPTLHP. Rekonsiliasi data akan dilakukan secara periodik
sesuai kebutuhan.

Sumber data utama (primary data base) berasal dari import SIMA BPKP yang
kemudian akan dilakukan analisa/ pemetaan di Inspektorat Jenderal.
Laporan Hasil Pengawasan tidak digunakan sebagai basis data karena tidak
semua laporan tersebut ditujukan/ ditembuskan ke Inspektorat Jenderal.
Pemetaan kemudian dilakukan untuk mengetahui Unit Organisasi terperiksa,
satuan kerja terkait, dan personil penanggung jawab. Jenis pinjaman luar
negeri yang digunakan juga akan disematkan dalam pemetaan karena
sebagian besar pemeriksaan BPKP pada pinjaman luar negeri.

Untuk penuntasan tindak lanjut, akan dibuat mekanisme pengendalian tindak


lanjut dari auditi yang mewajibkan ditembuskan ke Direktorat pembina dan
Inspektorat Jenderal. Hal ini untuk pemantauan tindak lanjut meningat hingga
saat ini Direktorat Pembina tidak mengetahui realisasi tindak lanjut yang
disampaikan satuan kerja. Dalam aplikasi, akan dibuat mekanisme
mengunggah tindak lanjut secara daring. Standar dan Prosedur Operasi
sistem informasi ini akan disusun pada jangka menengah.

Gambar 21 – Rancangan Sistem Informasi Monitoring Hasil Pengawasan BPKP

Input Prosess Output

Tindak Lanjut Pemetaan Itjen Dashboard Irjen


Auditi

Monitoring Tindak
Lanjut

PKPT

37
B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN

Dalam pelaksanaan proyek perubahan, terdapat terdapat faktor pendukung dan


penghambat yang terjadi.
1. Faktor Pendukung
a. Dukungan penuh dari para pemangku kepentingan. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya pergeseran sebagain besar pemangku kepentingan
menjadi promoters. Terindentifikasinya pemangku kepentingan baru yaitu
UPT dan PMU/ PIU menjadikan pemetaan data menjadi lebih efektif.
b. Para pemangku kepentingan tidak hanya menuangkan dukungan dalam
surat namun berinistiatif melakukan kegiatan dalam mendukung
percepatan penuntasan tindak lanjut. Hal ini menunjukkan meningkatnya
tingkat kepentingan pemangku kepentingan akan proyek perubahan ini.
Proyek perubahan ini seakan menjadi pemantik untuk rencana aksi yang
lebih besar dalam mencapai tujuan.
c. Tim efektif menjadi salah satu kekuatan dalam pelaksanaan proyek
perubahan. Peran dari mentor yang selalu mendorong pelaksanaan
proyek perubahan dan anggota yang mampu bekerja sesuai dengan
porsinya masing – masing. Lebih dari itu Inspektur Jenderal dan
Sekretaris Inspektorat Jenderal selalu meningatkan akan pelaksanaan
proyek perubahan.
d. Konsolidasi dengan Pusinfowas BPKP memberikan ruang bagi
Kementerian PUPR untuk mendapatkan informasi secara periodic
dengan mekanisme eksport data. Mekanisme ini merupakan inistiatif baru
yang akan disinkronkan dengan aplikasi SIMA. Mekanisme sinkronisasi
akan dibicarakan kemudian.
2. Faktor Penghambat
a. Dari piloting di Prov. NTB didapati adanya perbedaan data hasil
pengawasan antara BPKP Perwakilan dengan Pusinfowas BPKP. Hal ini
yang menjadi kebingungan Unit Organisasi akan data yang akan
digunakan. Namun demikian, ada titik terang di mana data yang
termutahir ada di Kantor Perwakilan. Sistem Informasi SIMA diharapkan
mampu mereduksi permasalahan ini di kemudian hari.
b. Saat ini BPKP sedang dalam proses migrasi dari SIM-HP ke SIMA. Hal
ini menjadikan upaya sharing data dengan Itjen Kemen. PUPR menjadi
terhambat.
c. Adanya penugasan tambahan telah diidentifikasi dalam analisa SWOT.
Namun demikian, tingginya beban kerja selama Laboratorium
Kepemimpinan menjadi tantangan tersendiri. Akibatnya beberapa
kegiatan selesai di luar jadwal yang telah ditetapkan.

38
BAB IV – RENCANA AKSI JANGKA MENENGAH DAN PANJANG

Milestone jangka pendek merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan dari
Proyek Perubahan. Untuk itu, milestone jangka menengah dan Panjang harus
tetap dilaksanakan dan dipantau perkembangannya.

A. Milestone Jangka Menengah

Dalam menjalankan milestone jangka menengah, dukungan para pihak di


jangka pendek harus tetap dijaga dengan komunikasi yang efektif. Project
Leader harus senantiasa aktif secara periodik memutahirkan data tindak
lanjut BPKP dan menyiapkan rancangan sistem informasi.
B. Milestone Jangka Panjang

Dalam jangka Panjang diharapkan 30% hasil pengawasan BPKP mampu


ditindaklanjuti. Upaya ini akan dapat dilakukan sepanjang koordinasi dan
sinergi dengan Unit Organisasi selalu dijaga. Pada tahap ini pula sistem
informasi sudah terintegrasi dengan Itjen Centre dan dapat dioperasikan
secara normal.

39
BAB V – KESIMPULAN, SARAN, DAN PEMBELAJARAN
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Proyek Perubahan di jangka pendek ini secara umum
dapat dapat disimpulkan bahwa milestone jangka pendek telah tercapai,
yang meliputi:
1. Tersedianya data Hasil Pengawasan BPKP yang telah dipetakan sesuai
kebutuhan untuk percepatan penuntasan dan pengambilan keputusan
2. Terlaksananya kegiatan fasilitasi percepatan penuntasan temuan BPKP
dan mampu menggerakkan Unit Organisasi
3. Terbangunnya kerangka pemikiran dalam pengembangan sistem
informasi Pemantauan Hasil Pengawasan BPKP.

B. Saran
Untuk pelaksanaan milestone jangka menengah dan Panjang perlu dilakukan
beberapa hal:
1. Perlu identifikasi dan pelibatan PMU/ PIU Loan terkait
2. Lebih aktif untuk berkoordinasi dengan BPKP Perwakilan dan Pusinfowas
3. Perlu disinegikan rencana aksi dengan mengundang Sekretaris Unit
Organisasi

C. Pembelajaran
1. Tim efektif sangat membantu dalam pelaksanaan proyek perubahan
2. Dukungan pimpinan tinggi sangat memberikan dorongan dan motivasi
dalam penyelesaian proyek perubahan
3. Komunikasi secara personal sangat efektif dalam memobilisasi
pemangku kepentingan

40

Anda mungkin juga menyukai