Efektivitas Analisis Data Hasil Pengawasan BPKP Di Kementerian PUPR Melalui Sistem Informasi Untuk Percepatan Penuntasan Tindak Lanjut
Efektivitas Analisis Data Hasil Pengawasan BPKP Di Kementerian PUPR Melalui Sistem Informasi Untuk Percepatan Penuntasan Tindak Lanjut
DISUSUN OLEH:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
Disusun oleh :
DISEMINARKAN PADA :
HARI : KAMIS
TANGGAL : 23 MEI 2019
Rikson, ST, MT Puja Samedhi, BE, SE, CES Yunaldi, S.T., M.T.
NIP. 197702092005021001 NIP. 195605151984121001 NIP. 197212301998031003
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Lampiran
Ringkasan Eksekutif
BAB I PENDAHULUAN
A. Data Umum 1
B. Latar Belakang 2
C. Tugas, Fungsi, Dan Struktur Organisasi 3
D. Identifikasi Masalah 4
E. Gagasan Proyek Perubahan 10
F. Tujuan Proyek Perubahan 11
G. Manfaat Proyek Perubahan 12
A. Kesimpulan 40
B. Saran 40
C. Pembelajaran 40
DAFTAR LAMPIRAN
nspektorat Jenderal salah satu fungsinya adalah sebagai koordinator pemutahiran data
tindak lanjut hasil pemeriksaan BPKP. Saat ini, masih banyak temuan – temuan BPKP
yang belum ditindaklanjuti dan belum dapat dideteksi siapa penanggung jawab
rekomendasinya. Oleh karena itu perlu adanya analisa data untuk memetakan temuan sehingga
Inspektorat Jenderal dapat berperan aktif dalam fasilitasi percepatan penuntasan temuan BPKP.
Selain itu, kedepannya diharapkan terwujud sistem informasi untuk memudahkan pemantauan
Untuk menjalankan Proyek Perubahan dibuat milestone jangka pendek, menengah, dan
Panjang. Dalam jangka pendek, dalam kurun waktu 2 bulan seluruh rencana aksi telah tercapai,
meliputi tersedianya data Hasil Pengawasan BPKP yang telah dipetakan sesuai kebutuhan untuk
pengembangan sistem informasi Pemantauan Hasil Pengawasan BPKP. Lebih dari itu,
munculnya inisiatif – inisiatif baru dari Unit Organisasi menunjukkan bahwa Proyek Perubahan
ini menjadi bagian penting dalam tugas masing – masing pemangku kepentingan.
Keberhasilan pelaksanaan milestone jangka pendek menjadi modal awal dalam pelaksanaan
Proyek Perubahan yang akan dilanjutkan dengan milestone jangka menengah dan Panjang.
Oleh karenanya milestone tersebut harus selalu dilaksanakan dan dipantau perkembangannya.
Komunikasi secara personal sangat efektif dalam memobilisasi pemangku kepentingan
BAB I PENDAHULUAN
A. DATA UMUM
1
B. LATAR BELAKANG
2. Tidak semua tindak lanjut dari satuan kerja/ penanggung jawab rekomendasi
melalui Itjen;
3. Data rincian temuan bersumber dari eksternal Itjen yaitu Pusat Informasi
Pengawasan BPKP setiap triwulan;
4. Data rincian temuan tidak cukup rinci per Unit Organisasi hingga penanggung
jawab rekomendasi sehingga menyulitkan dalam pemantauan;
2
5. Belum adanya sistem informasi di Itjen untuk mempermudah pemantauan
tindak lanjut temuan BPKP.
Melihat masih besarnya saldo temuan BPKP dan kendala yang dihadapi, perlu
adanya terobosan yang dilakukan oleh Itjen selaku koordinator pemantauan
tindak lanjut temuan BPKP di Kementerian PUPR. Itjen dapat memfasilitasi Unit
Organisasi dalam percepatan penuntasan tindak lanjut melalui pemetaan
temuan per Unit Organisasi hingga penanggung jawab rekomendasi, pengusulan
tindak lanjut dan Temuan Pemeriksaan Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD), dan
membangun sistem informasi pemantauan tindak lanjut BPKP.
3
a. Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan analisa pelaporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal
dan menghimpun LP2P.
b. Subbagian Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan dan koordinasi pemantauan penyelesaian
tindak lanjut hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal, BPK-RI, BPKP,
Kejaksaan Agung, pengawasan masyarakat dan pengelolaan dokumentasi
laporan hasil pengawasan.
D. IDENTIFIKASI MASALAH
4
Mekanisme pemantauan yang dilakukan Inspektorat Jenderal terhadap LHP
BPKP selama ini sebatas menggunakan rekapan dan rincian hasil
pengawasan yang diterbitkan Pusat Informasi Pengawasan (Pusinfowas)1
BPKP setiap triwulan. Namun demikian, mekanisme tersebut dirasakan
belum efektif baik untuk analisa maupun monitoring penuntasan temuan
karena rincian laporan pengawasan sebatas pada temuan, penyebab, dan
rekomendasi. Sementara itu, pemetaan temuan yang lebih rinci dari unit
organisasi hingga penanggung jawab rekomendasi belum tersedia. Dengan
kondisi tersebut, Inspektorat Jenderal mengalami keterbatasan untuk:
a. memperoleh data dan informasi yang mampu tersedia setiap saat secara
cepat terkait permasalahan BPKP baik pada tingkat Unit Organisasi
maupun penanggung jawab rekomendasi;
b. berperan secara efektif sebagai pendeteksi dini (early warning system)
atas permasalahan di Kementerian PUPR;
c. menjalankan fungsi koordinasi dalam pemutahiran data hasil
pengawasan BPKP.
d. memfasilitasi Unit Organisasi untuk percepatan penuntasan temuan. Dari
sisa temuan yang ada, sebagian besar merupakan temuan yang sudah
lama dari tahun 1996. Sebagian temuan sebenarnya memenuhi unsur
Temuan Pemeriksaan Tidak Dapat Ditindaklanjuti (TPTD), namun karena
belum efektifnya Inspektorat Jenderal sebagai fasilitator penuntasan
temuan, hingga saat ini proses TPTD belum banyak dilakukan.
2. Analisa Hasil Pengawasan BPK – RI
Berdasarkan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Semester I 2018, Kementerian
PUPR masih belum menuntaskan 1.039 rekomendasi dengan kerugian
negara Rp2.357.143.066.873,48. Rekomendasi tersebut meliputi
pemeriksaan dari tahun 2005 sampai dengan 2018. Tantangan untuk
penuntasan temuan BPK antara lain:
a. Belum efektifnya penerapan Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut
(SIPTL).
Untuk mempermudah monitoring dan penuntasan temuan, BPK telah
mengeluarkan Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut (SIPTL)
dimana Inspektorat Jenderal berperan sebagai administrator dan unit
organisasi sebagai inputer. Namun demikian, pihak BPK RI belum
memutahirkan seluruh LHA dalam sistem tersebut sehingga efektivitas
penggunaannya masih kurang.
b. Belum adanya sistem informasi internal yang merinci hingga penanggung
jawab rekomendasi.
1 Pusat Informasi Pengawasan merupakan unit kerja di BPKP yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan teknologi informasi.
5
Mekanisme pemantauan yang dilakukan Inspektorat Jenderal terhadap
LHP BPK RI selama ini sebatas menggunakan rekapan dan rincian hasil
pengawasan yang diterbitkan Auditorat Utama IV.A yang diterbitkan
setiap semester. Namun demikian, mekanisme tersebut dirasakan belum
efektif baik untuk analisa maupun monitoring penuntasan temuan karena
rincian laporan pengawasan sebatas pada temuan, penyebab, dan
rekomendasi. Lingkup pemeriksaan BPK RI pada tingkat Kementerian
menyulitkan Inspektorat Jenderal dalam memetakan unit organisasi
terkait dan penanggung jawab temuan. Sehingga perlu adanya sistem
transit yang dapat menjembatani rekapan temuan BPK RI yang kemudian
didetailkan hingga tingkat penanggung jawab rekomendasi. Dengan
metode ini diharapkan temuan BPK RI lebih terpetakan dan dapat
dimonitor dengan cepat dan tepat.
3. Kapabilitas Sumber Daya Manusia
Subbagian Analisa Data Hasil Pengawasan saat ini dudukung oleh 6 personil
yang meliputi 1 kasubbag, 4 staf analis, 1 sekretaris, dan 1 pramubhakti.
Untuk menjalankan tugasnya sebagai analis data hasil pengawasan,
komposisi 4 staf analis sangatlah kurang memadai karena Subbagian Analisa
Data Hasil Pengawasan menganalisa seluruh hasil pengawasan dari
Inspektorat Jenderal, BPKP, BPK, Aparat Penegak Hukum (APH), dan juga
pengaduan masyarakat. Dari sisi kapabilitas, kasubbag dan 4 staf analis
merupakan auditor dan mantan auditor yang seharusnya lebih memahami
proses bisnis dan hasil audit. Namun demikian, kemampuan analisis yang
dimiliki masih keterbatasan baik dari segi metodologi analisis (kualitatif dan
kuantitatif) dan penyampaian hasilnya bagi pemangku kepentingan.
4. Penghimpunan LP2P
Dasar hukum penerapan Laporan Pajak – Pajak Pribadi (LP2P) adalah
Keputusan Presiden RI No. 33 tahun 1986 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Pajak-Pajak Pribadi Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil,
Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan Pegawai Badan
Usaha Milik Negara dan Daerah. Dalam LP2P, wajib dilaporakan semua
pajak-pajak pribadi, mulai dari pajak penghasilan (PPh), pajak bumi dan
bangunan (PBB) dan pajak kendaraan bermotor. Di lingkungan Kementerian
PUPR, wajib lapor adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pangkat paling
rendah penata muda (Golongan III/a).
Inspektur Jenderal mengeluarkan Surat Edaran Nomor 17/SE/IJ/2017
tanggal 1 November 2017 tentang Pengisian dan Penyampaian Laporan
Pajak-Pajak Pribadi Secara Elektronik.Sistem e-LP2P dapat di akses di
alamat http://elp2p.pu.go.id. Aplikasi ini mempermudah pengisian dan
pelaporan LP2P secara online dan Inspektorat Jenderal dapat langsung
memantau perkembangan pengisiannya.
Permasalahan terkait LP2P adalah kedisiplinan dalam pelaporan masih
rendah. Data per 4 Maret 2019, dari 13.647 wajib lapor, yang sudah
6
melaporkan sebanyak 1.377 (10,09%) dan sisanya 12.270 (89,9%) belum
melaporkan. Rendahnya kedisiplinan ini diindikasikan terjadi karena
banyaknya pelaporan – pelaporan terkait harta kekayaan seperti LHKASN
dan LHKPN. Selain itu, ketidakjelasan sanksi dan manfaat dari pengisian
LP2P menjadi permasalahan penyebab kedisiplinan pengisiannya.
Sumber: www.e-lp2p.pu.go.id
2
Rincian USG dalam Lampiran 2
7
Gambar 3 - Hasil Analisa Urgency-Seriousness-Growth (U-S-G)
Analisa USG
No Tugas Permasalahan Jumlah Prioritas
U S G
1 2 3 4 5 6 7=4+5+6 8
1 Melakukan penyiapan Belum efektifnya analisis data hasil 4.50 4.50 4.50 13.50 I
bahan analisa pengawasan BPKP
pelaporan hasil
pengawasan Belum optimalnya Sistem Informasi 4.00 4.00 4.00 12.00 II
Inspektorat Jenderal Pemantauan Tindak Lanjut BPK RI
Keterangan: skala nilai 1 – 5. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.
Dari hasil analisa USG, didapatkan permasalahan yang paling prioritas bagi
Subbag Analisa Data Hasil Pengawasan adalah belum efektifnya analisis data
hasil pengawasan BPKP. Selanjutnya dilakukan analisa lebih mendalam dengan
menggunakan pohon permasalahan (tree diagram) untuk mencari akar
permasalahan dan akibat dari permasalahan tersebut.
8
lambatnya proses tindak lanjut atas LHP BPKP. Penyebab permasalahan
adalah:
1. Tidak seluruh Laporan Hasil Pengawasan disampaikan ke Inspektorat
Jenderal. Mekanisme pengawasan yang desentralistik di lingkungan BPKP
mengakibatkan sebagian laporan tidak disampaikan kepada Inspektorat
Jenderal. Hal ini mengakibatkan sulitnya Inspektorat Jenderal untuk
menganalisis temuan yang ada dan penuntasan tindaklanjutnya. Dalam
melakukan pemantauan, Inspektorat Jenderal menggunakan data yang
diterbitkan Pusinfowas BPKP dan berkoordinasi aktif dengan Kedeputian
Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman BPKP.
2. Belum terpetakannya rincian LHP BPKP hingga penanggung jawab temuan.
Rekapan dan rincian hasil pengawasan BPKP yang diterbitkan setiap
triwulan oleh Pusinfowas BPKP belum rinci hingga Unit Organisasi dan
penanggung jawab rekomendasi, sehingga menyulitkan dalam analisis,
monitoring, dan fasilitasi penuntasan tindak lanjut.
Penyebab permasalahan ini adalah:
a. Belum ada upaya memetakan temuan yang melibatkan Unit Organisasi
terkait terutama dengan dinamisnya perubahan organisasi di tingkat
Kementerian dan juga di tingkat satuan kerja. Sebagai contoh:
1) Adanya penggabungan antara Kementerian Pekerjaan Umum dan
Kementerian Perumahan Rakyat.
2) Nomenklatur sebelum reformasi pada Departemen Pekerjaan Umum
masih memiliki Kantor Wilayah, di mana saat ini sudah dibubarkan.
3) Pada Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki satuan kerja
Pembangunan Infrastruktur Permukiman (PIP) di tingkat kabupaten/
kota dimana tidak selamanya menjadi satker aktif.
b. Rekap temuan dari Pusinfowas BPKP belum detail hingga penanggung
jawab rekomendasi, sementara dalam pemantauan dan penuntasan
harus jelas siapa yang bertanggung jawab.
c. Belum adanya sistem informasi internal yang memudahkan pemantauan
tindak lanjut LHP BPKP. Mekanisme analisis dan monitoring yang
digunakan Inspektorat Jenderal selama ini sebatas penggunaan basis
data sederhana menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Dengan
semakin banyaknya hasil pengawasan dan kebutuhan pimpinan untuk
secara cepat (real time) menyajikan analisis data hasil pengawasan
BPKP, mekanisme tersebut tidak lagi efektif.
3. Belum ada mekanisme penuntasan temuan BPKP yang melibatkan peran
Itjen. Itjen sebagai koordinator penuntasan temuan LHP BPKP belum diikuti
dengan pedoman atau aturan. Sehingga fungsi Itjen belum optimal.
9
E. GAGASAN PROYEK PERUBAHAN
10
Gambar 5 Alur Pikir Proyek Perubahan
Gap
Kondisi Diharapkan
1. Belum terpetakannya temuan
Kondisi Saat Ini hasil pengawasan BPKP 1. Efektifnya analisis data
2. Belum efektifnya peran Itjen hasil pengawasan BPKP
1. Belum efektifnya sebagai koordinator TL BPKP
3. Belum ada sistem monitoring
dari segi kecukupan
analisis data hasil data
yang menyediakan data secara
pengawasan BPKP cepat 2. Fasilitasi percepatan
dari segi kecukupan penuntasan temuan
data. BPKP.
Inovasi:
2. Berlarut – larutnya Peningkatan efektivitas sistem
penuntasan tindak pemantauan hasil pengawasan BPKP
melalui sistem informasi
lanjut
11
3. Jangka Panjang:
a. Tuntasnya minimal 30% hasil pengawasan BPKP;
b. Meningkatnya kemampuan deteksi dini atas termasalahan di lingkungan
Kementerian PUPR.
c. Mengintegrasikan sistem monitoring pemantauan tindak lanjut BPKP ke
dalam Itjen Centre.
Manfaat perubahan terbagi menjadi tiga unsur, yaitu bagi Internal Itjen, bagi Unit
Organisasi, dan bagi BPKP: meliputi pemangku kepentingan internal dan
eksternal yang meliputi:
1. Inspektorat Jenderal
2. BPKP
12
c. Kepala BPKP Perwakilan memperoleh manfaat dengan terfasilitasinya
percepatan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan
13
BAB II - DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
Adapun tata kelola proyek perubahan ini adalah adanya dengan kolaborasi dan
koordinasi yang baik antara Sponsor/ Mentor (Kepala Bagian Evaluasi Laporan
Hasil Pengawasan) dengan Coach (Widyaiswara BPSDM Kementerian PUPR)
yang dijembatani oleh Project Leader (Kepala Subbagian Analisa Data Hasil
Pengawasan) dengan para pemangku kepentingan. Untuk melaksanakan proyek
perubahan ini diperlukan pula tim efektif yang akan menjalankan kegiatan ini.
Struktur tata kelola proyek perubahan sebagai berikut:
1. Mentor: Rikson, ST, MT (Kepala Bagian Evaluasi Laporan Hasil
Pengawasan)
a. Memberikan arahan dan konsultasi mengenai substansi penyusunan dan
pelaksanaan proyek perubahan;
b. Membantu koordinasi pelaksanaan proyek perubahan;
c. Memantau pelaksanaan proyek perubahan dan pencapaian milestone;
d. Memberikan motivasi kepada Project Leader dan Anggota Tim Efektif
dalam pelaksanaan proyek perubahan;
e. Membantu penyiapan dokungan pendanaan untuk pelaksanaan
Rancangan Proyek Perubahan;
f. Menghadiri Seminar I dan II Rancangan Proyek Perubahan.
2. Coach: Puja Samedhi, BE, SE, CES (Widyaiswara)
a. Memberikan arahan dan konsultasi mengenai proses penyusunan dan
pelaksanaan rencana proyek perubahan;
b. Membantu mengkomunikasikan rancangan proyek perubahan kepada
Mentor dalam hal terjadi ketidaksepakatan;
c. Memberikan motivasi kepada Project Leader dan Anggota Tim Efektif
dalam pelaksanaan proyek perubahan;
d. Menghadiri Seminar I dan II Rancangan Proyek Perubahan.
3. Project Leader: Husnirokhim N. Alim (Kasubbag Analisa Data Hasil
Pengawasan)
a. Menyusun Rancangan Proyek Perubahan;
b. Memimpin, melaksanakan, dan mengendalikan proyek perubahan;
c. Mengkoordinasikan pelaksanaan proyek perubahan dengan para
pemangku kepentingan;
14
d. Berkonsultasi dengan Mentor dan Coach dalam setiap tahapan proyek
perubahan;
e. Melaksanakan arahan/ saran/ rekomendasi mentor dan coach;
f. Melaporkan perkembangan pelaksanaan proyek perubahan kepada
Mentor dan Coach;
g. Bertanggung jawab terhadap tahapan pencapaian milestone.
4. Anggota Tim Efektif (Staf Bagian Evaluasi Laporan Hasil Pengawasan)
a. Membantu project leader dalam melaksanakan proyek perubahan
b. Memberikan masukan terhadap pelaksanaan proyek perubahan
c. Menjalankan tugas sesuai dengan pembagian tugas/kerja
Stakeholders proyek perubahan ini terdiri dari pihak internal dan eksternal
Inspektorat Jenderal. Pihak eksternal dapat dikelompokkan menjadi eksternal
dalam Kementerian PUPR dan BPKP. Pihak eksternal dalam Kementerian
PUPR meliputi Unit Organisasi, Biro Keuangan, Pusat Data dan Teknologi
Informasi dan penanggung jawab rekomendasi (auditi). Sementara itu dari pihak
BPKP akan melibatkan Kedeputian Bidang PIPPK, Pusinfowas, dan Kantor
BPKP Perwakilan.
a. Peta Pengaruh Pemangku Kepentingan
Peta pengaruh pemangku kepentingan digambarkan dalam Netmap untuk
melihat hubungan dan pengaruh antar pemangku kepentingan. Antar
pemangku kepentingan dihubungan dengan hubungan komando atau
koordinasi. Setelah itu dinilai tingkat pengaruhnya dengan rentang -10 sampai
dengan +10. Semakin besar nilainya menunjukkan pengaruh dala proyek
perubahan semakin besar.
15
Gambar 6 – Peta Pengaruh Pemangku Kepentingan
Keterangan
Internal Itjen
Eksternal Itjen
Garis Komando
Garis Koordinasi
16
Gambar 7 - Kuadran Pemangku Kepentingan
Pengaruh (+)
Latents Promoters
•Inspektur Jenderal
•Kedeputian PIPPK, BPKP • Ses. Itjen (+8)
•Biro Keuangan • Kabag Evlap (+7)
•Para Inspektur
•Ka. Satker Itjen
•Kasubbag PTLHP
•PPK I Set. Itjen Kepentingan (+)
Kepentingan (-)
Apathetics Defenders
• Tim IT Itjen (+2) • Set. Unor (+4)
• Narasumber (+/-) • Penanggung jawab
• Kabag Rengram (+/-) Rekomendasi (+4)
• Pusdatin PUPR (+/-) • Staf Bagian Evlap (+2)
• Biro Keuangan (+2) • Pusinfowas BPKP (+/-)
Pengaruh (-)
Ket Nilai:Rendah : 1-2; Sedang : 3-5; Tinggi : 6-8; Sangat tinggi : 9 - 10
C. STRATEGI KOMUNIKASI
17
pengaruh atas proyek perubahan hingga akhirnya diharapkan dapat pindah
menjadi Promoters. Salah satunya adalah dengan membuat landasan
hukum seperti surat keputusan.
4. Apathetics
Komunikasi yang dilakukan adalah dengan rapat serta sosialisasi. Untuk
tipe ini, komunikasi lebih mengajak bagaimana agar mereka lebih memiliki
pengaruh dan kepentingan atas proyek perubahan hingga akhirnya
diharapkan dapat pindah menjadi Promoters.
Capaian kegiatan dirancang dibagi menjadi tiga tahap; yaitu jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka Panjang. Tujuannya adalah agar proyek
perubahan lebih terukur. Rincian jadwal dalam Lampiran 3.
Jangka Menengah
Jangka Pendek Mei - Des 2019
M2 Mar – M2Mei 2019
• Melakukan koordinasi Jangka Panjang
• Membentuk tim efektif dengan pemangku 2020
• Memperoleh dukungan kepentingan
gagasan perubahan • Memfasilitasi percepatan • Memperbaharui basis
• Memetakan penuntasan tindak lanjut data
rekomendasi BPKP • Membuat sistem • Memastikan tuntasnya
• Memfasilitasi informasi; 30% hasil pengawasan
percepatan penuntasan • Menyusun Petunjuk Teknis • Mengintegrasikan
tindak lanjut Sistem Informasi sistem informasi dalam
• Mengidentifikasi • Mengintegrasikan hasil Itjen Centre
kebutuhan dan format pemetaan ke dalam sistem
basis data informasi
•
18
anggaran kegiatan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi, Pelaksanaan
Pemantauan dan Evaluasi, dan Evaluasi pada Insepktorat I s.d. V.
Gambar 10 - Rencana Penggunaan Anggaran
HARGA
MAK URAIAN RINCIAN PERHITUNGAN VOLUME SATUAN JUMLAH
SATUAN
521213 Honor Output Kegiatan 2,350,000
- Honorarium Penanggung Jawab Panitia 1 ORG x 1 KL 1 OK 450,000 450,000
- Honorarium Ketua/Wakil ketua Panitia 1 ORG x 1 KL 1 OK 400,000 400,000
- Honorarium Sekretaris Panitia 1 ORG x 1 KL 1 OK 300,000 300,000
- Honorarium Anggota Panitia 4 ORG x 1 KL 4 OK 300,000 1,200,000
522151 Belanja Jasa Profesi 0 95,600,000
- Honorarium Narasumber/Pembahas (Pejabat
Eselon I) 1 ORG x 2 JAM x 2 KEG 4 OJ 1,400,000 5,600,000
- Honorarium Narasumber/Pembahas (Pejabat
Eselon II) 5 ORG x 3 JAM x 2 KEG 30 OJ 1,000,000 30,000,000
- Honorarium Narasumber/Pembahas (Pejabat
Eselon III) 4 ORG x 6 JAM x 2 KEG 48 OJ 900,000 43,200,000
- Honorarium Moderator 2 ORG x 6 Kali x 2 KEG 24 ORKAL 700,000 16,800,000
524119 Beban Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 0 176,430,000
F. KRITERIA KEBERHASILAN
1. Jangka Pendek :
a. Terpetakannya temuan BPKP hingga tingkat penanggung jawab
rekomendasi;
b. Memfasilitasi percepatan penuntasan tindak lanjut pada 1
Provinsi;
c. Teridentifikasinya kebutuhan dan format basis data.
2. Jangka Menengah :
a. Terfasilitasinya 3 Provinsi dalam percepatan penuntasan
temuan BPKP;
b. Adanya sistem informasi pengawasan sekaligus dengan
pedoman teknisnya;
c. Terintegrasinya hasil pemetaan ke dalam sistem informasi
3. Jangka Panjang
a. Tuntasnya 30% hasil pengawasan BPKP dengan baseline data
yang telah dipetakan pada periode jangka pendek
b. Integrasi sistem ke dalam Itjen Centre
19
G. ANALISIS KEBERHASILAN DAN MITIGASI RISIKO
Koordinasi intensif dengan unor, auditi, dan BPKP menjadi kunci untuk
mengatasi permasalahan ini.
20
4. Kesulitan dalam Integrasi sistem informasi
Koordinasi dengan tim IT Itjen, Pusdatin, dan Pusinfowas. Diupayakan
menggunakan basis sistem yang sama sehingga memudahkan
integrasi.
5. Sulitnya penuntasan temuan BPKP
Akan dilakukan koordinasi baik dengan BPKP Pusat maupun Kantor
BPKP Perwakilan di Provinsi. Selain itu akan diupayakan uji coba
fasilitasi percepatan penuntasan temuan pada beberapa provinsi untuk
menguji efektivitas strategi yang dilakukan.
6. Adanya penugasan lain di luar Proyek Perubahan
Dilakukan pembagian tugas dan penanggung jawab.
21
BAB III – PELAKSANAAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN
22
2. Memperoleh Dukungan Gagasan Perubahan dari Pemangku Kepentingan
a. Internal Itjen
23
Gambar 11 – Dukungan Internal Itjen
Permintaan Dukungan Proyek Perubahan Kepada Ses. Itjen (kiri) dan Anggota Tim
Efektif (kanan)
b. Eksternal Itjen
24
1) Bapak Binsar H. Simanjuntak selaku Staf Khusus Menteri PUPR
memberikan masukan agar saldo temuan BPKP dipetakan dan
dimutahirkan. Disarankan pula untuk dilakukan pertemuan berkala antara
BPKP dan Kementerian PUPR dengan difasilitasi oleh Itjen PUPR.
2) Kepala Unit Pelaksana Teknis/ Balai sektoral menjadi salah satu faktor
penting dalam percepatan penuntasan temuan karena menjadi
25
koordinator satuan kerja dalam penuntasan tindak lanjut temuan salah
satunya BPKP.
Permintaan Dukungan Proyek Perubahan kepada Pusdatin (kiri) dan PMU/ PIU Ditjen
SDA (kanan)
26
1) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman (PIPPK) selaku koordinator pengawasan untuk Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Koordinasi dengan
Kasubditwas Infrastruktur dan Tata Ruang dilakukan secara intensif
melalui whatsapp dan koordinasi langsung dengan Liaison Officer (LO).
Dari koordinasi tersebut pada prinsipnya Kedeputian PIPPK siap
membantu Kementerian PUPR dalam upaya percepatan penuntasan
tindak lanjut termasuk mekanisme penanganan temuan pemeriksaan
yang bukan menjadi kewenangan Kementerian PUPR.
Gambar 13 – Dukungan Unsur BPKP
Koordinasi dengan Kepala BPKP Perwakilan Prov NTB (kiri) dan pemetaan dengan
Korwas PIP BPKP Perwakilan Prov NTB (kanan)
27
lanjut, dan penyediaan data dan informasi dari aplikasi SIMHP dan SIMA
bagi aplikasi pemantauan temuan BPKP di Inspektorat Jenderal.
3) Kantor Perwakilan BPKP merupakan bagian dari unit pemeriksa yang
berwenang menuntaskan temuan pemeriksaan. Oleh karenanya, Kantor
Perwakilan menjadi unsur utama karena 94% Laporan Hasil Pengawasan
diterbitkan oleh Kantor Perwakilan BPKP. Dalam piloting, dukungan
langsung diberikan oleh Kepala Kantor Perwakilan BPKP Prov. Nusa
Tenggara Barat Bapak Agus Puruhitaarga dan jajarannya. Kantor BPKP
Perwakilan NTB terbuka untuk dilakukan percepatan penuntasan temuan
dan juga proses Temuan Pemeriksaan yang Tidak dapat Ditindaklanjuti.
Kepentingan (+)
Kepentingan (-)
Pengaruh (-)
28
Set. Itjen sebagai bagian dari Tim Efektif. Kabag Rengram dan Biro
Keuangan bergeser dari Apathetics menjadi Defenders karena adanya
peningkatan kepentingan akan proyek perubahan.
c. Staf Bagian Evlap dan Pusinfowas BPKP bergeser dari defenders
menjadi promoters dengan adanya SK Ka. Satker menjadi bagian tim
efektif. Penanggung Jawab Rekomendasi dan sekretariat Unor tetap
menjadi defenders.
3. Memetakan rekomendasi BPKP
Pemetaan rekomendasi BPKP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Permintaan data temuan BPKP
Permintaan data dilakukan secara formal dan informal. Permintaan data
dilakukan melalui surat Ses. Itjen No. KU.04.07-Is/533 tanggal 10 April 2019
hal Permintaan Data Saldo Temuan Pemeriksaan BPKP Triwulan Satu TA
2019 di Lingkungan Kementerian PUPR ditujukan kepada Deputi Kepala
BPKP Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman dengan tembusan ke Pusinfowas BPKP.
Hasil kegiatan ini adalah terpetakannya Data Hasil Pengawasan BPKP pada
tingkat unit pemeriksa, unit organisasi, dan jenis kegiatan (termasuk jenis
pinjaman luar negeri).
29
Ditindaklanjuti (TPTD) harus merujuk dan ditujukan ke unit pemeriksanya
yang meliputi Kantor Perwakilan dan Kedeputian.
30
Gambar 16 – Hasil Pemutahiran Temuan BPKP per Unit Organisasi
PbP, 14 ,
Non PUPR,
PnP, 41,0%
2%
102, 4%
BM, 137,
5%
SDA, 255,
10%
CK, 2059,
79%
31
4. Memfasilitasi percepatan penuntasan tindak lanjut
a. Pilot Project
Pilot project dilaksanakan 1 kali pada tanggal 14 s.d. 16 April 2019 di Kota
Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan selama pilot project
sebagai berikut:
32
Tidak ada kesepakatan dengan pihak instansi yang diperiksa
c) Temuan Pemeriksaan Lain yang Tidak Dapat Ditindaklanjuti
Penanggungjawabnya sudah tidak aktif (Pensiun, meninggal dan/
atau tidak diketahui lagi alamatnya) dengan pembuktian yang sah,
kecuali untuk temuan yang belum kadaluarsa dan sudah ada TP/
TGR atau SKTM;
Kurang material nilainya dan sudah berlarut – larut
Pertimbangan lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan
33
Gambar 17 – Kegiatan Pilot Project
Koordinasi dengan BPPW Prov. NTB (kiri) dan BWS NT I Prov. NTB (kanan)
2) Ses. Ditjen Cipta Karya melakukan pemetaan per kegiatan dan per
direktorat untuk pemantauan tindaklanjutnya. Selanjutnya Ses. Ditjen
Cipta Karya menyampaikan surat Kepada Para Kepala Balai Prasarana
Permukiman Wilayah (BPPW) No. PW.0202-Cs/496 tanggal 10 Mei 2019
hal Penyampaian Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
di Lingkungan Ditjen Cipta Karya. Ditjen Cipta Karya selanjutnya akan
melakukan konsinyasi pemutahiran temuan pada bulan Juli 2019.
34
Gambar 19 – Pemetaan Temuan BPKP per Direktorat Pembina di Ditjen
Cipta Karya
SALDO/SISA TPB
NO DIREKTORAT
#Kej Nilai Rp.
Pengembangan Penyehatan
3 29 11,054,460,190.75
Lingkungan Permukiman (PPLP)
Pengembangan Sistem Penyediaan Air
4 325 1,331,077,580.51
Minum (PSPAM)
TOTAL 2169 30,496,107,843.77
35
Gambar 20 - Organisasi SIMA BPKP 4.0
36
Permintaan akses data oleh Kementerian PUPR pada aplikasi SIMA tidak
dapat diberikan, namun akan dipayakan untuk menggunakan mekanisme
transfer Arsip Data Komputer (ADK) untuk memonitor pembaharuan data
BPKP. Mekanisme ini akan ditindaklanjuti dengan pembuatan modul Sistem
Informasi Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPKP yang akan
dilekatkan pada EPTLHP. Rekonsiliasi data akan dilakukan secara periodik
sesuai kebutuhan.
Sumber data utama (primary data base) berasal dari import SIMA BPKP yang
kemudian akan dilakukan analisa/ pemetaan di Inspektorat Jenderal.
Laporan Hasil Pengawasan tidak digunakan sebagai basis data karena tidak
semua laporan tersebut ditujukan/ ditembuskan ke Inspektorat Jenderal.
Pemetaan kemudian dilakukan untuk mengetahui Unit Organisasi terperiksa,
satuan kerja terkait, dan personil penanggung jawab. Jenis pinjaman luar
negeri yang digunakan juga akan disematkan dalam pemetaan karena
sebagian besar pemeriksaan BPKP pada pinjaman luar negeri.
Monitoring Tindak
Lanjut
PKPT
37
B. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN
38
BAB IV – RENCANA AKSI JANGKA MENENGAH DAN PANJANG
Milestone jangka pendek merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan dari
Proyek Perubahan. Untuk itu, milestone jangka menengah dan Panjang harus
tetap dilaksanakan dan dipantau perkembangannya.
39
BAB V – KESIMPULAN, SARAN, DAN PEMBELAJARAN
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Proyek Perubahan di jangka pendek ini secara umum
dapat dapat disimpulkan bahwa milestone jangka pendek telah tercapai,
yang meliputi:
1. Tersedianya data Hasil Pengawasan BPKP yang telah dipetakan sesuai
kebutuhan untuk percepatan penuntasan dan pengambilan keputusan
2. Terlaksananya kegiatan fasilitasi percepatan penuntasan temuan BPKP
dan mampu menggerakkan Unit Organisasi
3. Terbangunnya kerangka pemikiran dalam pengembangan sistem
informasi Pemantauan Hasil Pengawasan BPKP.
B. Saran
Untuk pelaksanaan milestone jangka menengah dan Panjang perlu dilakukan
beberapa hal:
1. Perlu identifikasi dan pelibatan PMU/ PIU Loan terkait
2. Lebih aktif untuk berkoordinasi dengan BPKP Perwakilan dan Pusinfowas
3. Perlu disinegikan rencana aksi dengan mengundang Sekretaris Unit
Organisasi
C. Pembelajaran
1. Tim efektif sangat membantu dalam pelaksanaan proyek perubahan
2. Dukungan pimpinan tinggi sangat memberikan dorongan dan motivasi
dalam penyelesaian proyek perubahan
3. Komunikasi secara personal sangat efektif dalam memobilisasi
pemangku kepentingan
40