Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik dari Universitas Nusa Cendana
Oleh :
NIM : 1606020038
KUPANG
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nim 1606020038
Tanda Tangan :
Tanggal :
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
"Effect of Mechanical Joint Hole Distance on Tensile Strength of Polyester
Thistle Fiber Composites"
This research was conducted to determine the effect of the mechanical connection
hole distance on the tensile strength of this polyester fiber composite. The fiber
length is 0.5 cm, the fiber volume fraction is 30%, while the holes are drilled. The
holes are designed with a square/box-shaped cavity in the center with a hole
spacing of 8 mm, 10 mm and 12 mm. The type of connection used is a single lap
type, while the process of making the connection is by hand lay-up. Analysis of
tensile test data using ASTM D5961 and ASTM D3039 standards. The results of
this study showed that the specimen with a hole spacing of 12 mm had the
greatest tensile stress strength of 9.0 MPa, tensile strain 0.14%, tensile modulus of
elasticity 8.50 GPa. The 10 mm hole spacing has a tensile stress of 7.5 MPa, a
tensile strain of 0.13%, an elastic modulus of 8.26 GPa. In the type of hole
spacing 8 mm has the smallest tensile stress strength of 6.35 MPa, 0.15% tensile
strain, modulus of elasticity 4.48 GPa. The specimen suffered brittle fracture.
iii
MOTTO
iv
RIWAYAT HIDUP
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul
“Pengaruh Jarak Lubang Sambungan Mekanik Terhadap Kekuatan Tarik
Pada Komposit Polyester Serat Widuri” ini dengan baik.
1. Bapak Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, M.Si., Ph.D., selaku Rektor
Universitas Nusa Cendana.
2. Bapak Drs. Herry L. Sianturi, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknik beserta seluruh staf pegawai yang lebih banyak membantu penulis
dalam urusan-urusan akademis dan adinistrasi selama studi.
3. Bapak Yeremias M. Pell, S.T., M.Eng selaku Pembimbing I.
4. Bapak Dr. Jefri S. Bale, S.T.,M.Eng selaku Pembimbing II, sekaligus
sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin.
5. Bapak Ibu Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama mengikuti kegiatan kuliah
6. Kedua orang tua, Bapak Yunus Umbu Lele dan Mama Roslina Wunda
yang telah banyak mencurahkan hati, pikiran, tenaga, motivasi dan
dukungan selama ini
7. Seluruh rumpun keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa baik
fisik, moril, dan materi selama menjalani perkuliahan.
8. Rekan-rekan sejurusan Teknik Mesin
9. Rekan-rekan seperjuangan STANG 16 angkatan tahun 2016 atas
kebersamaan, solidaritas, dan persahabatan selama ini.
10. Kepada semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu-persatu yang
telah membantu selama penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung
vi
Penulis juga menyadari adanya kekurangan dalam hasil penelitian ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan usul dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan hasil penelitian ini.
Akhir kata, semoga penulisan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Teknik Mesin yang membacanya.
Kupang, 2020
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halama
n Halaman Judul........................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR NOTASI...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Payung Penelitian..............................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.4. Batasan Masalah................................................................................................4
1.5. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
1.6. Manfaat Penelitian............................................................................................5
1.7. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................................6
viii
2.2.7. Resin Polyester.....................................................................................17
2.2.8. Perlakuan Alkali (NaOH).....................................................................18
2.2.9. Sambungan Komposit..........................................................................18
2.2.10. Fraksi Volume komposit....................................................................20
2.2.11. Pengujian Tarik..................................................................................21
ix
BAB V....................................................................................................................51
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................51
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................51
5.2. Saran................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMAPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
Gambar 4.1 Proses Pengambilan Serat dan Perendaman Serat
Kulit Batang Widuri.....................................................................33
Gambar 4.2 Serat Yang Telah Dikeringkan.......................................................34
Gambar 4.3 Serat Yang Sudah Dipotong...........................................................34
Gambar 4.5 Pencetakan Spesiemen...................................................................35
Gambar 4.6 Proses Pengukuran Dan Pemotongan Spesimen............................35
Gambar 4.7 Proses Pengukuran Dan Pelubangan Spesimen.............................36
Gambar 4.8 Proses Penyambungan Spesimen...................................................36
Gambar 4.9 Grafik Beban Dan Pertambahan Panjang......................................42
Gambar 4.10 Perbandingan Tegangan Dan Regangan Spesimen Komposit....43
Gambar 4.11 Perbandingan Modulus Elastisitas Spesimen Komposit..............45
Gambar 4.12 Penampang Patahan Spesimen Komposit Penguat Serat.............46
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR NOTASI
Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Material komposit adalah dua atau lebih material yang digabungkan dalam
sebuah unit struktur dan mempunyai sifat-sifat yang tidak sama ketika material-
material tersebut masih berdiri sendiri atau sebelum digabungkan.
1
Penyambungan ini memerlukan lubang sebagai tempat dudukan baut atau
keling. Daerah sekitar lubang merupakan daerah kritis terhadap awal terjadinya
kegagalan. Teknik pembuatan lubang dan variasi diameter lubang sangat
menentukan kekuatan kekuatannya, khususnya di daerah sekitar lubang. Teknik
pembuatan lubang pada komposit dapat dilakukan dengan du acara, yaitu dengan
cara dicetak dan dibor. Teknik penguatan daerah sekitar lubang dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu meminimalkan daerah yang miskin penguat (serat) dan
meminimalkan kemungkinan terjadinya delaminasi
2
dengan jarak lubang 60 mm sebesar 74%, sedangkan penyerapan air terendah
pada spesimen komposit tanpa skin dengan jarak lubang 30 mm sebesar 29,89%.
Dalam penelitian ini terdiri dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan
di Undana dan aplikasi dari hasil penelitian yang dapat diterapkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan nilai ekonomi dari
bahan lokal yang ada pada masyarakat. Pemanfaatan serat widuri sebagai bahan
penguat material komposit polimer diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi
dan teknologi serta menghasilkan material yang ringan seperti pelindung kepala
(helem), dll.
Rangkaian penelitian yang telah diterapkan di Undana dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
USULAN PENELITIAN
Obyek Tema
Pemanfaatan tanaman lokal lahan
Sasaran Wilayah
widuriKomponen
Penelitian rekayasa material yang bermanfaat / Topik
eknologi hemat energi melalui penciptaan komponen material yang berbahan dasarbagi
seratmaterial pengembangan
industri Penelitian rekayasa material yang mengarah
penemuan dibidang industri
3
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jarak lubang sambungan terhadap
kekuatan tarik pada komposit polyester serat widuri.
4
1.6. Manfaat Penelitian
5
1.7. Kerangka Pikir Penelitian
Matriks Penguat
Serat Widuri-polyester
Keterangan :
1. Alur penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
lubang berdiameter 8 mm yang dihasilkan oleh bor lebih tinggi dibandingkan
dengan komposit dengan diameter lubang 8 mm yang dihasilkan oleh proses
pencetakan. Penelitian yang dilakukan oleh [6] diperoleh hasil pengaruh tahapan
proses pelubangan dan arah serat terhadap kekuatan tarik material komposit
polyester-pandan wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan
kekuatan tarik material komposit yang diperkuat serat polyester-pandan wangi
dengan orientasi serat searah, yang mengandung kekuatan tarik tertinggi dari
komposit tahap I yaitu sebesar 27,20 MPa dan komposit dengan kekuatan tarik
terendah berada pada tahap III sebesar 13:00 MPa. Dalam bahan komposit dengan
kekuatan serat orientasi acak menurun sebesar 19,93% dengan kekuatan tarik
tertinggi ditemukan pada tahap I sebesar 17,90 MPa dan kekuatan tarik terendah
ditemukan pada tahap III pada pukul 08:00 MPa. Dan orientasi kekuatan tarik
tertinggi ditemukan pada tahap pertama 17:30 MPa dan kekuatan tarik terendah
ditemukan pada tahap III pada 6,80 MPa.
8
menunjukkan bahwa kekuatan tarik serat tunggal tanaman widuri mencapai 516
MPa dengan elongasi 3% - 5,6% dan densitas yang rendah yaitu 1.16 gr/cm3.
9
sangat penting yang memberikan kontribusi dalam penampilan komposit
secara keseluruhan.
c. Hubungan antar komponen
Komposit merupakan campuran atau kombinasi bahan-bahan yang
berbeda, baik dalam hal sifat bahan maupun bentuk bahan, maka sifat
kombinasi yang diperoleh pasti akan berbeda. Prinsip yang mendasari
perancangan, pengembangan dan penggunaan dari komposit adalah
pemakaian komponen yang sesuai dengan aplikasinya.
2.2.4. Klasifikasi Komposit
A. Komposit Serat (fiber composite)
Komposit serat merupakan jenis komposit yang menggunakan
serat sebagai penguat. Serat yang digunakan biasanya berupa serat
gelas, serat karbon, serat aramid dan sebagainya. Serat ini bisa
disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa
juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. Bila
peningkatan kekuatan menjadi tujuan utama, komponen penguat
harus mempunyai rasio aspek yang besar, yaitu rasio panjang
terhadap diameter harus tinggi , agar beban ditransfer melewati titik
dimana mungkin terjadi perpatahan [11].
Tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari
serat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit
mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga
serat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu
serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang
lebih tinggi dari pada matrik penyusun komposit [12]. Bahan
komposit terdiri dari dua macam, yaitu komposit partikel (particulate
composite) dan komposit serat (fiber composite). Bahan komposit
partikel terdiri dari partikel yang diikat matrik. Komposit serat ada
dua macam, yaitu serat pendek (short fiber atau whisker)
dan serat panjang (long fiber).
1
1. Komposit serat pendek (short fiber composite)
Berdasarkan arah orientasi material komposit yang
diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi lagi menjadi dua
bagian yaitu serat acak (inplane random orientation) dan serat
satu arah. Tipe serat acak sering digunakan pada produksi
dengan volume besar karena faktor biaya manufakturnya yang
lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat
mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus
pada jenis serat yang sama.
2. Komposit serat panjang (long fiber composite)
Keistimewaan komposit serat panjang adalah lebih mudah
diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Secara
teoritis serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau
tegangan dari suatu titik pemakaiannya. Perbedaan serat panjang
dan serat pendek yaitu serat pendek dibebani secara tidak
langsung atau kelemahan matrik akan menentukan sifat dari
produk komposit tersebut yakni jauh lebih kecil dibandingkan
dengan besaran yang terdapat pada serat panjang yang rendah
agar masalah dispersi dapat dikurangi dan untuk menghemat
jumlah serat penguat. Serat yang sangat kuat akan
memaksimalkan pembagi dan tentunya sangat membantu. Jadi
suatu matrik dengan kecenderungan pengerasan regangan kuat
memerlukan fraksi volume serat yang relative banyak [13].
Perbedaan serat panjang dan serat pendek yaitu serat
pendek dibebani secara tidak langsung atau kelemahan matriks
akan menentukan sifat dari produk komposit tersebut yakni
jauh lebih kecil dibandingkan dengan besaran yang terdapat
pada serat panjang.
1
terdiri dari empat jenis yaitu komposit serta kontiniu, komposit serat
anyam, komposit serat acak dan komposit serat hybrid. Mikrostruktur
lamina dapat dilihat pada gambar 2.2.
1
sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan
penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada
umunya serpihan-serpihan saling tumpang tindih pada suatu komposit
sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat
mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.
Untuk lebih jelasnya pembagian komposit dapat dilihat pada Gambar
2.2. dibawah ini
B. Komposit Matrik
Berdasarkan matrik, komposit dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok besar yaitu :
a. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composite – PMC)
1. Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang
kali (recycle) dengan menggunakan panas. Thermoplastic
merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan.
Thermoplastic meleleh pada suatu suhu tertentu, melekat
mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik
(reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila
didinginkan. Contoh dari thermoplastic yaitu Nylon 66, PP, PTFE,
PET, Polieter Sulfon, PES, Polieter Eterketon (PEEK).
1
2. Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible).
Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan
melunakkan thermoset melainkan akan membentuk arang dan
terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai
tutup ketel, sepert jenis-jenis melamin. Plastik jenis thermostet
tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit
penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%)
dari volume jenis plastik yang bersifat thermoplastic. Contoh dari
thermoset yaitu Epoksi, Poliester, Bismaleimida (BMI), dan
Poliimida (PI).
b. Komposit Matrik Logam (metal Matriks Composites- MMC)
Metal Matriks Composites adalah salah satu jenis komposit
yang memiliki matrik logam. Material MMC mulai dikembangkan
sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous
Filamen, MMC yang digunakan dalam aplikasi aerospace.
Kelebihan MMC dibandingkan dengan PMC :
1. Transfer tegangan dan regangan yang baik.
2. Ketahanan terhadap temperatur tinggi.
3. Tidak menyerap kelembaban.
4. Tidak mudah terbakar.
5. Kekuatan tekan dan geser yang baik.
6. Ketahanan aus dan muai termal yang lebih baik.
c. Komposit matrik keramik (Ceramic Matrix Composites-CMC)
CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi
sebagai reinforcemet dan 1 fasa sebagai matriks, dimana
matriksnya terbuat dari keramik. Reinforcemet yang umum
digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah
satu proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX,
yaitu proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan
1
logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah
filler (penguat).
2.2.5. Serat
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat
yang paling sering di jumpai adalah serat pada kain. Manusia
menggunakan serat dalam banyak hal untuk membuat tali, kain, atau
kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan
serat sintesis (serat buatan manusia) [16].
1. Serat Alami
Serat mineral antara lain kaca serat atau fiberglass yang dibuat
dari kuarsa, serta logam dapat dibuat dari logam yang diikuti seperti
(tembaga), emas atau perak selanjutnya serat karbon.
a) Serat tumbuhan atau serat pangan biasanya tersusun atas
selulosa, hemiselulosa, dan kadang mengandung pula lignin.
Contoh dari serat ini yaitu katun dan kain rami.
b) Serat kayu berasal dari tumbuhan berkayu.
c) Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh
dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat
laba-laba (sutra) dan bulu domba (wol).
d) Serat mineral, umunya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos
adalah satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam
bentuk serat panjang.
2. Serat Sintesis
Serat sintesis atau serat buatan manusia umunya berasal dari
bahan pertokimia. Namun demikian, ada pula serat sintesis dapat
digolongkan kedalam :
a) Serat sintesis, yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon, kaca,
serat/fiberglass, dibuat dari kuarsa, serat logam dapat dibuat dari
logam yang duktil seperti tembaga, emas, atau perak.
b) Serat polimer adalah bagian dari serat sintesis. Serat jenis ini
dibuat melalui proses kimia. Bahan yang umumnya digunakan
1
untuk membuat serat polimer antara lain polyamida nilon, fenol-
formaldehid (PF), dan serat polyvinyl alcohol (PVOH).
2.2.6. Matrik
1
dengan proses pemanasan. Misalnya poliamid (nilon), poliasetal,
polietilen, polivinil clorida (PVC).
3. Resin elastomer
Resin elastomer adalah resin yang mempunyai sifat elastik dimana
dimensinya boleh berubah apabila di kenakan daya tegangan.
Tabel 2.1
Spesifikasi Unsaturated Polyester Resin Yukalac 157® BTQ-NEX
Item Satuan Nilai Tipikal Catatan
Berat Jenis Gr/cm3 1.215 25°C
Kekerasan 40 Barcol GYZJ 934-1
Suhu Distorsi Panas °C 70
Penyerapan Air (suhu % 0.188 24 jam
ruangan) % 0.466 3 hari
Kekuatan Fleksural Kg/mm2 9.4
Modulus Fleksural Kg/mm2 300
Daya Rentang Kg/mm2 5.5
Modulus Rentang Kg/mm2 300
Elongasi % 1.6
(Sumber : PT. Justus Kimia Raya, 2003)
1
Pada umumnya polyester tahan terhadap asam kecuali asam
pengoksida, tetapi lemah terhadap alkali. Bila dimasukkan ke dalam air
mendidih dalam waktu yang lama (300 jam), bahan akan pecah dan retak-
retak. Bahan ini mudah mengembang dalam pelarut, yang melarutkan
polimer stiren. Kemampuan terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap
kelembapan dan sinar UV bila dibiarkan di luar, tetapi sifat tembus cahaya
rusak dalam beberapa tahun. Bahan ini dapat digunakan secara luas
sebagai bahan komposit [16].
1
Gambar 2.5. Tipe-tipe sambungan mekanik dan ikat
(bonded joint) [5].
1
Gambar 2.6. Orientasi serat pada daerah lubang yang dibor dan dicetak
[5].
Gambar 2.7. Beberapa jenis kerusakan yang mungkin terjadi pada sambungan
mekanik [5].
= ………………………………………………………….. (2.1)
Dimana :.
= fraksi volume serat (%)
= volume serat (cm3)
= volume komposit (cm3)
2
b. Fraksi Volume Matrik ()
= …………………………………………………………...(2.2)
Dimana :
= fraksi volume matrik (%)
= volume matriks (cm3)
= volume komposit (cm3)
c. Massa Jenis atau Densitas Serat ()
(2.3)
= …………………………………………………………...
Dimana :
= massa jenis serat (gram/cm3)
= massa serat (gram)
= volume serat (cm3)
2
Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi
plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dimana titik awal saat terjadi
deformasi plastis sukar ditentukan secara teliti. Tegangan luluh biasa di
defenisikan sebagai tegangan luluh offset, adalah tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang
ditetapkan. Tegangan luluh offset ditentukan dengan mengukur
perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan
elastisitas offset, diambil sebesar 0,2 % seperti pada gambar dibawah ini
[3].
= ……………………………………………(2.4)
0
Dimana :
= Engineering Stress (tegangan) (MPa)
F = Beban yang diberikan (N)
0 = Luas Penampang spesimen mula-mula (mm2)
2
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik
adalah regangan linear rata-rata, yag diperoleh dengan cara membagi
perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang
awal. Dituliskan seperti dalam persamaan berikut [22].
= − =………………………………………..(2.5)
L0
Dimana :
= Engineering strain (Regangan)
=Panjang mula-mula spesimen sebelum diberikan
pembebanan (mm)
L = Panjang spesimen setelah ditarik (mm)
LO = Pertambahan panjang (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastic, laju
regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama
pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva
tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik
luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama
adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan
keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah, elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan,
daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban
dihilangkan disebut daerh elastis. Apabila beban melampaui nilai nilai
yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi
plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.
2
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai
modulus elastisitas, persamaannya dituliskan dalam persamaan [22]:
E ……………………………………………...(2.6)
Dimana :
E = Modulus elastisitas tarik (MPa)
= Tegangan (MPa)
= Regangan
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan kekuatan beban (F)) yang bertambah
terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik dimana
pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang.
Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda
uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara local. Karena penurunan
luas penampang lintang lebih cepat dari pada pertambahan deformasi
akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk
mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan
teknik pada persamaan akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian tarik akan
didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat
tersebut antara lain :
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan
2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2. Waktu
Penelitian ini sudah dilakukan Selama tiga bulan, dapat dilihat pada
tabel pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
No Kegiatan Bulan
I II III
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Proposal
Pembuatan komposit
3
& spesimen uji tarik
4 Pengujian tarik
Seminar hasil
6
penelitian
7 Ujian sarjana
2
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat
2
4. Pisau dan cutter digunakan untuk memisahkan serat .
Digunakan untuk memudahakan untuk pengambilan serat kulit batang
widuri.
6. Jangka sorong.
Alat ini digunakan untuk menentukan panjang, lebar, dan tebal
spesimen dengan panjang 150 mm dan ketelitian 0,05 mm.
2
7. Kuas
Alat ini digunakan untuk melapisi permukaan cetakan dengan wax atau
mirrorglass.
3.2.2. Bahan
2
Gambar 3.9 Serat Kulit Batang Widuri
2
3.3. Spesimen Uji Tarik
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan
tarik dari bahan komposit. Spesimen pengujian kekuatan tarik matrik
dan komposit memakai standar ASTM D3039 dan D5961. Model
spesimen pengujian terlihat pada gambar dibawah ini.
B T
A B W
L1
L0
Gambar 3.12 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen Jarak Lubang 8 mm
3
B. Spesimen Uji Jarak Lubang 10 mm
A B W
L1
L0
Gambar 3.13 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen Jarak Lubang 10 mm
3
D
A B W
L1
L0
Gambar 3.14 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen Jarak Lubang 12 mm
3
3. Serat yang sudah jadi lembaran dicuci dan dikeringkan secara alami pada
temperatur ruangan.
4. Serat yang sudah dicuci dan dikeringkan siap untuk direndam dala larutan
alkali (NaOH) selama 1 jam dengan konsentrasi alkali 5%.
5. Serat yang sudah diberi alkali dicuci hingga bersih dan dikeringkan lagi
secara alami pada temperatur ruangan dan lembaran serat yang sudah
diberi perlakuan itu siap untuk proses pencetakan spesimen.
3
3.6. Prosedur Pengujian Tarik
Langkah-langkah pengujian tarik dalam penelitian adalah sebagai berikut :
3
3.8. Diagram Alir Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Pencetakan Komposit
Perlakuan Alkali 5%
Pencetakan Komposit
Pembuatan Spesimen
Pengujian Tarik
Kesimpulan
Selesi
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Tahap 1.
Pada tahap awal, terlebih dahulu ambil kulit batang widuri yang sudah
dikeringkan didalam suhu ruangan kemudian kulit batang luarnya
menggunakan pisau dan ambil seratnya lalu direndam kedalam air yang
sudah dicampur dengan NaOH.
Tahap 2.
Selanjutnya serat yang sudah di cuci dengan air bersih dan dikeringkan
selama 1 hari dalam temperatur ruangan.
3
Tahap 3.
Selanjutnya serat yang sudah dikeringkan dipotong-potong menjadi
5 mm kemudian serat yang sudah dipotong siap dicetak.
Tahap 4.
Tahap 5.
3
menutup cetakannya dan menekan atau dipress cetakannnya hingga betul-
betul rapat dan kemudian diamkan selama 24 jam sampai betul-betul
mengering.
Tahap 6.
Pada tahap terakhir, spesimen yang sudah selesai dicetak terlebih dahulu
diukur lalu dipotong sesuai dengan ukuran standard spesimen dengan
menggunakan mesin potong atau gerinda.
3
4.1.2. Proses Pembuatan Fabrikasi Lubang.
Tahap 1.
Pada tahap awal, persiapkan spesimen yang akan dilubangkan dan alat
untuk melakukan pelubangan atau bor. Proses ini dimulai dengan
melakukan pengukuran pada setiap spesimen sesuai dengan standard
pengujian tarik.
Tahap 2
3
4.2. Hasil Pengujian
4.2.1. Hasil Pengujian Tarik
Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka telah diperoleh data
besar beban uji tarik. Data mentah pengujian tarik dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
4
spesimen dengan tipe jarak lubang 8 mm beban tertinggi ada pada
spesimen A4 sebesar 1.450 N, sedangkan untuk tipe jarak lubang 10 mm
beban tertinggi ada pada spesimen B1 sebesar 1.900 N, Sedangkan untuk
tipe jarak lubang 12 mm beban tertinggi ada pada spesimen C2 sebesar
2.050 N. Untuk tipe resin kosong beban tertinggi ada pada spesimen D3
sebesar 1.650 N.
Diketahui :
= 25 mm × 8 mm = 200 mm2
4
1 + 2+ 3+ 4 +5
−=
− 31,75
= = 6,35 Mpa
5
Tegangan
Beban Max max
Tipe Kode (MPa) ΔL A0 Rata-Rata
(N) (MPa)
Jarak A1 1300 6.5 0.2 200 6.35
Lubang A2 1300 6.5 0.3 200
(8 mm) A3 1200 6 0.3 200
A4 1450 7.25 0.3 200
A5 1100 5.5 0.4 200
Jarak B1 1900 9.5 0.1 200 7.5
Lubang B2 1500 7.5 0.2 200
(10 mm) 0.3 200
B3 1600 8
B4 1500 7.5 0.2 200
B5 1000 5 0.5 200
Jarak C1 1700 8.5 0.2 200 9
Lubang C2 2050 10.25 0.4 200
(12 mm) C3 1700 8.5 0.5 200
C4 2000 10 0.2 200
C5 1550 7.75 0.1 200
Resin D1 500 2.5 0.3 200 5.41
Tanpa D2 1100 5.5 0.5 200
Penguat 0.2 200
D3 1650 8.25
4
4.2.4. Perhitungan Regangan Tarik
1− 200,1 −200
× 100% = × 100% = 0,15%
1=
200
−
1 + 2+ 3+ 4 +5
= %
4
4.2.5. Perhitungan Modulus Elastisitas
5,5 𝑀
= = = 3,67 Mpa
1
0,15%
22,3
−= = 4,46 Mpa Dengan menggunakan perhitungan yang sama,
5
digunakan untuk menghitung data yang lain. Selanjutnya data-data hasil
perhitungan ditampilkan dalam tabel IV.4
4
4.3. Pembahasan
4.3.1. Perbandingan Panjang Serat Terhadap Tipe Jarak Lubang
Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan kekuatan
beban dan pertambahan Panjang dari komposit material yang digunakan,
ditampilkan seperti gambar dibawah ini :
4
4.3.2. Pengaruh Tipe Jarak Lubang Terhadap Tegangan Dan Regangan
Tarik.
4
jarak lubang 12 mm memiliki daya tahan terhadap beban yang diberikan,
sedangkan spesimen dengan jarak lubang 8 mm memiliki daya tahan yang
lebih rendah dari spesimen dengan jarak lubang 12 mm. Akibat
perbandingan tersebut kita dapat melihat bahwa kondisi spesimen dengan
jarak lubang 12 mm lebih memiliki kekuatan yang optimal dari pada
spesimen dengan jarak lubang 8 mm. Hal yang mempengaruhi salah
satunya proses fabrikasi, lubang di sekitar ujung retak akan
mengakibatkan interaksi tegangan yang melibatkan tegangan di ujung
retak dan sisi lubang tersebut. Pada jarak yang terlalu dekat, pemusatan
tegangan bercampur antara ujung retak dan sisi lubang sehingga
menyebabkan kekuatan tariknya rendah. Sedangkan apabila jarak lubang
terlalu jauh, interaksi antara tegangan di ujung retak dan lubang berkurang
sehingga adanya lubang tidak mempengaruhi kekuatan tarik maksimum
spesimen [23].
4
Hasil perbandingan Modulus Elastisitas komposit dengan tipe jarak
lubang 8 mm, 10 mm, dan 12 mm dapat dilihat pada gambar IV.11 berikut
ini.
4
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [20] dimana semakin kecil
regangan maka akan menghasilkan kemampuan yang lebih rendah
sehingga spesimen semakin kaku untuk mempertahankan beban yang
diberikan sehingga elastisitas spesimen semakin besar. Sebaliknya
semakin besar regangan maka spesimen semakin ulet sehingga elastisitas
spesimen semakin kecil.
4
sejalan yang dilakukan oleh [25] dimana bentuk patahan yanag dimiliki
komposit serat buah lontar adalah patah getas.
5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
5
5.2. Saran
Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini,
antara lain :
5
DAFTAR PUSTAKA
[1] ASTM. D3039, 2012. “Standard Test Method for Tensile Properties of
Polymer Matrix Composite Materials. American Society for Testing and
Materials”.
[2] ASTM. D5961, 2003. “Standard Test Method for Bearing Response of
Polymer Matrix Composite Laminates”.
[6] Heri Sunardi, Achmad Zaiburi Agus D. Catur, 2013. “Pengaruh Tahapan
Proses Pelubangan Dan Arah Serat Terhadap Kekuatan Tarik Material
Komposit Polyester-Pandan Wangi”. Jurnal: Dinamika Teknik Mesin. Vol.
03, No. 01, Januari 2013.
[7] Wang B., Panigrahi, S., Tabil, L., Crerar, W,J., Powell, T., Kolybaba, M.,
and Sokhansanj, S., 2003, Flax Fiber Reinforced Thermoplastic
Composites, Journal The Society for Eng. In Agricultural, Food, and
Biological Systems, Dep. of Agricultural and Bioresource Eng. Univ. of
Saskatchwan., 57 Campus Drive, Saskatoon, SK, Canada.
[12] Bale, J., Adoe, D.G.H., Boimau, K., and Sakera, T, 2018. “The tensile
strength of mechanical joint prototype of lontar fiber composite. IOP
Conference Series : Materials Science and Engineering, 316, 1-10.
. [14] Widodo, Basuki, 2008. “Analisa Sifat Mekanik Komposit Epoksi Dengan
Penguat Serat Pohon Aren (Ijuk) Model Lamina Berorientasi Sudut Acak
(Random). Jurusan Teknik Mesin ITN malang : Malang.
[15] Smith L.J Hart, 1986. “Bonded Joint for Fibrous Composite Structures,
Imperial Colellege, London.
[16] Surdia, T., Saito, S., 1995. “Pengetahuan Bahan Teknik”. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
[17] Adi, D, S., 2007, “Analisis Karakteristik Komposit Serat Nylon Dengan
Resin Polyester Menggunakan Pola Laminates Composites (5 Layers)
Susunan Sudut Serat 00, -600, -600, 600, 600 Dengan Metode Hand Lay
Up”. Tugas Akhir S-1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
[18] Billmeyer, F.W., 1984, “Textbook of Polimer Sciense”. 3rd Edition, John
Willey and Sons, Inc, Singapore.
[21] Muhajir, dkk, 2016,. “Analis Kekuatan Tarik Bahan Komposit Matriks
Resin Berpenguat Serat Alam Dengan Berbagai Varian Tata Letak”.
Jurnal Teknik Mesin, Tahun 24, No 2, Oktober 2016.
[25] Pandango F., dkk, 2019. “Analisis Kekuatan Tarik Dan Bending
Sambungan Hybrid Komposit Serat Buah Lontar”. Jurusan Teknik Mesin,
Undana Kupang.
[27] Johandri, dkk., 2017. “Pengaruh Jarak Lubang Pada Core Opened Cell
Foam Bambu Komposit Sadwich Terhadap Density, Kekuatan Tekan,
Kekuatan Bending Dan Penyerapan Air”. Jurnal Teknik Mesin, UNRAM.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN FRAKSI VOLUME SERAT
Ukuran Cetakan :
Panjang : 20 cm
Lebar : 15 cm
Tebal : 0,4 cm
Diketahui :
= 25 mm × 8 mm = 200 mm2
−
1 + 2+ 3+ 4 +5
=
−
6,5 + 6,5 + 6 + 7,25 + 5,5
= 5
31,75
−= = 6,35 Mpa
5
LAMPIRAN C
DATA AWAL DAN HASIL PENGUJIAN TARIK
Specimen Panjang Beban Max Tegangan Regangan Modulus Tegangan Regangan E Rata-
Tipe Tebal Lebar ΔL A0
Code l0 l1 (N) Tarik (MPa) (%) Elastisitas Rata-Rata Rata-Rata Rata
(8 mm) A4 8 2.5 200 200.3 1450 7.25 0.15 4.8 0.3 200
Resin D1 8 2.5 200 200.3 500 2.5 0.15 1.7 0.3 200
Tanpa D2 8 2.5 200 200.5 1100 5.5 0.25 2.2 0.5 200 5.41 0.16 4.03
Penguat D3 8 2.5 200 200.2 1650 8.25 0.1 8.3 0.2 200
LAMPIRAN D
DATA HASIL TEGANGAN DAN REGANGAN
LAMPIRAN E
DATA HASIL BEBAN DAN PERPANJANGAN
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI PENELITIAN
Perlakuan NaOh