Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

“PENGARUH JARAK LUBANG SAMBUNGAN MEKANIK TERHADAP


KEKUATAN TARIK PADA KOMPOSIT POLYESTER SERAT WIDURI”

Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik dari Universitas Nusa Cendana

Oleh :

ALFARIAN YOSAFAT UMBU LELE

NIM : 1606020038

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Alfarian Yosafat Umbu Lele

Nim 1606020038

Tanda Tangan :

Tanggal :

i
ABSTRAK

“Pengaruh Jarak Lubang Sambungan Mekanik Terhadap Kekuatan


Tarik Komposit Polyester Serat Widuri”

Alfarian Yosafat U. Lele1, Yeremias M. Pell, S.T., M.Eng2, Dr.Jefri S.


Bale, S.T., M.Eng3
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Nusa Cendana
Jln. Adisucipto-Penfui Kupang NTT, 85222
e-mail: damaalfa20@gmail.com

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pengarruh jarak lubang sambungan


mekanik terhadap kekuatan tarik komposit polyester serat widuri. Panjang serat
0,5 cm, fraksi volume serat 30% sedangkan pembuatan lubang dengan cara dibor.
Lubnagnya didesain dengan rongga berbentuk persegi/kotak pada bagian tengah
dengan jarak lubang 8 mm, 10 mm dan 12 mm. Tipe sambungan yang digunakan
adalah tipe single lap, sedangkan proses pembuatan sambungan dengan Hand lay-
up. Analisis data hasil pengujian tarik dengan memakai standard ASTM D5961
dan ASTM D3039. Hasil penelitian ini diketahui bahwa spesimen dengan jarak
lubang 12 mm memiliki kekuatan tegangan tarik terbesar 9.0 MPa, regangan tarik
0.14%, modulus elastisitas tarik 8.50 GPa. Pada jenis jarak lubang 10 mm
memiliki tegangan tarik 7.5 MPa, regangan tarik 0.13%, modulus elastisitas 8.26
GPa. Pada jenis jarak lubang 8 mm memiliki kekuatan tegangan tarik terkecil
sebesar 6.35 MPa, regangan tarik 0.15%, modulus elastisitas 4.48 GPa. Spesimen
mengalami patah getas.

Kata Kunci : Serat Widuri, Komposit, Jarak Lubang, Sambungan Mekanik,


Kekuatan Tarik.

ii
ABSTRACT
"Effect of Mechanical Joint Hole Distance on Tensile Strength of Polyester
Thistle Fiber Composites"

Alfarian Yosafat U. Lele1, Yeremias M. Pell, S.T., M.Eng2, Dr.Jefri S.


Bale, S.T., M.Eng3
Department of Mechanical Engineering, Faculty of Science and Engineering
Nusa Cendana University
Jln. Adisucipto-Penfui Kupang NTT, 85222
e-mail: damaalfa20@gmail.com

This research was conducted to determine the effect of the mechanical connection
hole distance on the tensile strength of this polyester fiber composite. The fiber
length is 0.5 cm, the fiber volume fraction is 30%, while the holes are drilled. The
holes are designed with a square/box-shaped cavity in the center with a hole
spacing of 8 mm, 10 mm and 12 mm. The type of connection used is a single lap
type, while the process of making the connection is by hand lay-up. Analysis of
tensile test data using ASTM D5961 and ASTM D3039 standards. The results of
this study showed that the specimen with a hole spacing of 12 mm had the
greatest tensile stress strength of 9.0 MPa, tensile strain 0.14%, tensile modulus of
elasticity 8.50 GPa. The 10 mm hole spacing has a tensile stress of 7.5 MPa, a
tensile strain of 0.13%, an elastic modulus of 8.26 GPa. In the type of hole
spacing 8 mm has the smallest tensile stress strength of 6.35 MPa, 0.15% tensile
strain, modulus of elasticity 4.48 GPa. The specimen suffered brittle fracture.

Keywords: Thistle Fiber, Composite, Hole Distance, Mechanical Connection,


Tensile Strength.

iii
MOTTO

‘‘DARE TO DREAM, DARE TO MAKE IT


HAPPEN”

PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1.Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat.
2.Bapak, mama, kakak, adik, teman-teman
serta seluruh keluarga tercinta, terima
kasih untuk doa dan dukungannya.
3.Almamater tercinta Teknik Mesin_Undana.

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Waikabubak, pada tanggal 09 April 1998.


Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Yunus
Umbu Lele, dan Ibu Roslina Wunda. Penulis memulai pendidikan pertama pada
Sekolah Dasar di SDK Marsudirini Tambolaka pada tahun 2005 dan selesai pada
tahun 2011. Kemudian di tahun yang sama masuk Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 5 Wewewa Tengah dan selesai pada tahun 2014. Pada tahun yang sama
melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMAK st. Thomas Aquinas
Weetabula dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun yang sama melanjutkan
pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Nusa Cendana Kupang dan lulus
seleksi pada Fakultas Sains dan Teknik, Jurusan Teknik Mesin.

v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul
“Pengaruh Jarak Lubang Sambungan Mekanik Terhadap Kekuatan Tarik
Pada Komposit Polyester Serat Widuri” ini dengan baik.

Dalam proses penulisan hasil penelitian, penulis mendapat dukungan dan


bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan hasil penelitian ini. Ucapan terimah kasih ini penulis
sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, M.Si., Ph.D., selaku Rektor
Universitas Nusa Cendana.
2. Bapak Drs. Herry L. Sianturi, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknik beserta seluruh staf pegawai yang lebih banyak membantu penulis
dalam urusan-urusan akademis dan adinistrasi selama studi.
3. Bapak Yeremias M. Pell, S.T., M.Eng selaku Pembimbing I.
4. Bapak Dr. Jefri S. Bale, S.T.,M.Eng selaku Pembimbing II, sekaligus
sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin.
5. Bapak Ibu Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama mengikuti kegiatan kuliah
6. Kedua orang tua, Bapak Yunus Umbu Lele dan Mama Roslina Wunda
yang telah banyak mencurahkan hati, pikiran, tenaga, motivasi dan
dukungan selama ini
7. Seluruh rumpun keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa baik
fisik, moril, dan materi selama menjalani perkuliahan.
8. Rekan-rekan sejurusan Teknik Mesin
9. Rekan-rekan seperjuangan STANG 16 angkatan tahun 2016 atas
kebersamaan, solidaritas, dan persahabatan selama ini.
10. Kepada semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu-persatu yang
telah membantu selama penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung

vi
Penulis juga menyadari adanya kekurangan dalam hasil penelitian ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan usul dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan hasil penelitian ini.

Akhir kata, semoga penulisan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Teknik Mesin yang membacanya.

Kupang, 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halama
n Halaman Judul........................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................i
ABSTRAK...............................................................................................................ii
ABSTRACT............................................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP..................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR NOTASI...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Payung Penelitian..............................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.4. Batasan Masalah................................................................................................4
1.5. Tujuan Penelitian..............................................................................................4
1.6. Manfaat Penelitian............................................................................................5
1.7. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7


2.1. Kajian Pustaka Terdahulu.................................................................................7
2.2. Kajian Teori......................................................................................................8
2.2.1. Serat Alam (Serat Widuri).....................................................................8
2.2.2. Pengertian Komposit..............................................................................9
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan Sifat Komposit..................................9
2.2.4. Klasifikasi Komposit............................................................................10
2.2.5. Serat......................................................................................................15
2.2.6. Matrik...................................................................................................16

viii
2.2.7. Resin Polyester.....................................................................................17
2.2.8. Perlakuan Alkali (NaOH).....................................................................18
2.2.9. Sambungan Komposit..........................................................................18
2.2.10. Fraksi Volume komposit....................................................................20
2.2.11. Pengujian Tarik..................................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................25


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................25
3.1.1. Tempat..................................................................................................25
3.1.2. Waktu...................................................................................................25
3.2. Alat dan Bahan Penelitian...............................................................................26
3.2.1. Alat.......................................................................................................26
3.2.2. Bahan....................................................................................................28
3.3. Spesimen Uji Tarik.........................................................................................30
3.4. Variabel Penelitian..........................................................................................32
3.5. Prosedur Penelitian..........................................................................................32
3.6. Prosedur Pengujian Tarik................................................................................34
3.7. Metode Analisis Data......................................................................................34
3.8. Diagram Alir Penelitian..................................................................................35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN............................................................36


4.1. Hasil Fabrikasi................................................................................................36
4.1.1. Proses Pembuatan Spesimen................................................................36
4.1.2. Proses Pembuatan Fabrikasi Lubang...................................................39
4.2. Hasil Pengujian...............................................................................................40
4.2.1. Hasil Pengujian Tarik...........................................................................40
4.2.2. Hasil Pengolahan Data.........................................................................41
4.2.3. Perhitungan Tegangan Tarik................................................................41
4.2.4. Perhitungan Regangan Tarik................................................................43
4.2.5. Perhitungan Modulus Elastisitas..........................................................44
4.3. Pembahasan.....................................................................................................45
4.3.1. Perbandingan Panjang Serat Terhadap Tipe Jarak Lubang..................45
4.3.2. Pengaruh Tipe Jarak Lubang Terhadap Tegangan
Dan Regangan Tarik............................................................................46

ix
BAB V....................................................................................................................51
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................51
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................51
5.2. Saran................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA
LAMAPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.1. Payung penelitian..........................................................................3


Gambar 1.2. Kerangka pikir penelitian..............................................................6
Gambar 2.1 a) Pohon widuri, b) Serat widuri....................................................8
Gambar 2.2 Mikrostruktur lamina.....................................................................11
Gambar 2.3 Bagan klasifikasi komposit............................................................12
Gambar 2.4 Resin polyester..............................................................................17
Gambar 2.5. Tipe-tipe sambungan mekanik dan ikat........................................18
Gambar 2.6. Orientasi serat pada daerah lubang yang dibor dan dicetak..........19
Gambar 2.7. Beberapa jenis kerusakan yang mungkin terjadi
pada sambungan...........................................................................19
Gambar 2.8 Geometri Spesimen Uji Tarik.......................................................20
Gambar 2.9 Kurva Tegangan dan Regangan....................................................21
Gambar 3.1 Mini Digital Scale.........................................................................23
Gambar 3.2 Amplas Ukuran Grid P100.............................................................23
Gambar 3.3 Cetakan..........................................................................................23
Gambar 3.4 Pisau atau Cutter............................................................................24
Gambar 3.5 Gunting..........................................................................................24
Gambar 3.6 Jangka Sorong................................................................................24
Gambar 3.7 Kuas..............................................................................................25
Gambar 3.8 Mesin Pemotong (Gerinda)...........................................................25
Gambar 3.9 Serat Kulit Batang Widuri.............................................................26
Gambar 3.10 Wax atau Mirrorglass..................................................................26
Gambar 3.11 Resin Polyester dan Katalis.........................................................26
Gambar 3.12 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen
Jarak Lubang 8 mm......................................................................27
Gambar 3.13 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen
Jarak Lubang 10 mm....................................................................28
Gambar 3.14 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen
Jarak Lubang 12 mm....................................................................29
Gambar 3.15 Diagram Alir Penelitian...............................................................32

xi
Gambar 4.1 Proses Pengambilan Serat dan Perendaman Serat
Kulit Batang Widuri.....................................................................33
Gambar 4.2 Serat Yang Telah Dikeringkan.......................................................34
Gambar 4.3 Serat Yang Sudah Dipotong...........................................................34
Gambar 4.5 Pencetakan Spesiemen...................................................................35
Gambar 4.6 Proses Pengukuran Dan Pemotongan Spesimen............................35
Gambar 4.7 Proses Pengukuran Dan Pelubangan Spesimen.............................36
Gambar 4.8 Proses Penyambungan Spesimen...................................................36
Gambar 4.9 Grafik Beban Dan Pertambahan Panjang......................................42
Gambar 4.10 Perbandingan Tegangan Dan Regangan Spesimen Komposit....43
Gambar 4.11 Perbandingan Modulus Elastisitas Spesimen Komposit..............45
Gambar 4.12 Penampang Patahan Spesimen Komposit Penguat Serat.............46

xii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian.................................................................22

Tabel 4.1 Data Mentah Hasil Pengujian Tarik...................................................37

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Tegangan Tarik....................................................38

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Regangan Tarik...................................................40

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas..............................................41

xiii
DAFTAR NOTASI
Halaman

Vf = Fraksi Volume Serat (%) 19


vf = Volume Serat (cm3) 19
Vc = Volume Komposit (cm3) 19
Vm = Fraksi Volume Matriks (%) 19
vm = Volume Matriks (%) 19
ρf = Massa Jenis Serat (gram/cm3) 19

mf = Massa Serat (gram)


σ = Tegangan (MPa) 20
F = Beban (N) 20
Ao = Luas Penampang (mm2) 20
= Regangan 21
10 = Panjang Awal Spesimen (mm) 21
11 = Panjang Spesimen Setelah Ditarik (mm) 21
E = Modulus Elastisitas (N/m2) 22

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Material komposit adalah dua atau lebih material yang digabungkan dalam
sebuah unit struktur dan mempunyai sifat-sifat yang tidak sama ketika material-
material tersebut masih berdiri sendiri atau sebelum digabungkan.

Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan tingkat


keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Banyak sekali potensi kekayaan alam
Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketersediaan sumber daya
sebagai salah satu elemen pendorong peningkatan daya saing industri. Salah
satunya adalah pemanfaatan sumber daya alam Indonesia untuk mensubsitusi
bahan baku di industri TPT yang selama ini harus dipenuhi melalui jalur impor.
Hal inilah yang dijadikan dasar perbandingan penulis untuk meneliti potensi
pemanfaatan tanaman Widuri yang tumbuh liar di Indonesia untuk bahan baku
serat alam sebagai penguat material komposit.

Tanaman Widuri merupakan salah satu jenis belukar/tanaman perdu yang


dapat tumbuh mencapai setinggi 3 meter. Serat dapat diperoleh dari kulit batang
dan biji buahnya. Getah warna putih menyerupai susu yang keluar dari batang
tanaman diketahui bermanfaat untuk kesehatan, diantaranya sebagai obat herbal
penyakit pusing, asma, bronkitis, dispepsia, lepra, tumor, dan berbagai penyakit
gangguan pencernaan.

Kekuatan sambungan mekanik sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama


yaitu faktor geometri spesimen, faktor material spesimen dan faktor cara
pembuatan lubang. Hampir semua komponen, baik logam maupun non logam,
mengalami proses penyambungan (joining) dengan komponen lain. Komponen
logam dapat disambung dengan las, dibaut, dan dikeling. Namun khusus bahan
non metal seperti komposit dan penyambungannya tidak dapat dilakukan
pengelasan. Salah satu jenis sambungan yang cocok untuk bahan komposit adalah
sambungan baut dan keling.

1
Penyambungan ini memerlukan lubang sebagai tempat dudukan baut atau
keling. Daerah sekitar lubang merupakan daerah kritis terhadap awal terjadinya
kegagalan. Teknik pembuatan lubang dan variasi diameter lubang sangat
menentukan kekuatan kekuatannya, khususnya di daerah sekitar lubang. Teknik
pembuatan lubang pada komposit dapat dilakukan dengan du acara, yaitu dengan
cara dicetak dan dibor. Teknik penguatan daerah sekitar lubang dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu meminimalkan daerah yang miskin penguat (serat) dan
meminimalkan kemungkinan terjadinya delaminasi

Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [3] Yang meneliti


tentang Analisa Pengaruh Sambungan Mekanik Tipe Double Lap Terhadap
Kekuatan Tarik Pada Komposit Polyester Serat Batang Pisang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gaya maksimum pada spesimen sambungan komposit yang
pembuatan lubnagnya dibor tanpa penambahan fv dan setelah penambahan fv 5%
dari 288,252 N menjadi 598,914 N. Selanjutnya pada foto makro terjadi pull-out
fiber pada spesimen komposit lubang dibor dan dicetak. Hasil pengujian tarik
menunjukkan spesimen komposit dengan lubang dicetak mempunyai kekuatan
tarik tertinggi sebesar 8,075 N/mm2, dibor 7,745 N/mm2, dan dicetak serat
diperbesar 5% adalah 21,193 N/mm2. Diketahui kekuatan tarik terendah dari hasil
pengujian adalah spesimen lubang dibor dan kekuatan tertinggi yaitu spesimen
komposit pada lubang dicetak diperbesar 5%. Pada lubang bor dan cetak setelah
diberikan penambahan serat 5%.

Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [27] yang meneliti


tentang Pengaruh Jarak Lubang Pada Core Opened Cell Foam Bambu Komposit
Sadwich Terhadap Density, Kekuatan Tekan, Kekuatan Bending Dan Penyerapan
Air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas rata-rata komposit sandwich
dengan jarak lubang 30 mm, 40 mm, 60 mm, berturut-turut sebesar 0.39 gr/cm3,
0.41 gr/cm3, 0.42 gr/cm3. Kekuatan tekan arah ketebalan rata-rata komposit
sandwich dengan urutan dari nilai terkecil 12.1 MPa, 13.50 MPa, 16.82 MPa,
ditunjukkan oleh komposit sandwich dengan jarak lubang 30 mm, 40 mm, 60 mm.
Kekuatan bending rata-rata komposit sandwich dengan jarak lubang 30 mm, 40
mm, 60 mm, berturut-turut sebesar 6.16 MPa, 5.51 MPa, 6.47 MPa. Penyerapan
air tertinggi ditunjukkan oleh spesimen komposit menggunakan skin plywood

2
dengan jarak lubang 60 mm sebesar 74%, sedangkan penyerapan air terendah
pada spesimen komposit tanpa skin dengan jarak lubang 30 mm sebesar 29,89%.

1.2. Payung Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan
di Undana dan aplikasi dari hasil penelitian yang dapat diterapkan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan nilai ekonomi dari
bahan lokal yang ada pada masyarakat. Pemanfaatan serat widuri sebagai bahan
penguat material komposit polimer diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi
dan teknologi serta menghasilkan material yang ringan seperti pelindung kepala
(helem), dll.

Rangkaian penelitian yang telah diterapkan di Undana dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

USULAN PENELITIAN

Obyek Tema
Pemanfaatan tanaman lokal lahan

kering (Widuri) sebagai penguat komposit Rekayasa Material

PETA JALAN PENELITIAN

Tujuan Payung Penelitian


Seratberbasis
Mengembangka iptek dibidang rekayasa material komponen alam sebagai penguat komposit dibidang rekayasa material
serat kulit
batang widuri

Sasaran Wilayah
widuriKomponen
Penelitian rekayasa material yang bermanfaat / Topik
eknologi hemat energi melalui penciptaan komponen material yang berbahan dasarbagi
seratmaterial pengembangan
industri Penelitian rekayasa material yang mengarah
penemuan dibidang industri

Gambar 1.1. Payung penelitian

3
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jarak lubang sambungan terhadap
kekuatan tarik pada komposit polyester serat widuri.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan bagaimana latar belakang di atas, maka permasalahan yang


diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh jarak lubang sambungan terhadap
kekuatan Tarik pada komposit polyester serat widuri.

1.4. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah yang akan


diteliti pada penelitian ini adalah :

1. Serat yang digunakan adalah serat kulit batang widuri.


2. Resin yang digunakan adalah resin polyester.
3. Sifat mekanik yang diteliti adalah pengujian Tarik.
4. orientasi serat adalah acak.
5. Teknik pembuatan sambungan menggunakan tipe single lap.
6. Metode pencetakan adalah dengan cara ditekan.
7. Diameter lubang yang digunakan 4 mm.
8. Teknik pembuatan lubang dengan cara dibor.
9. Jumlah lubang berjumlah 4 lubang.
10. Jarak lubang yaitu 8 mm, 10 mm, 12 mm.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah dapat


mengetahui pengaruh jarak lubang dari sambungan single lap berpenguat serat
kulit batang widuri melalui pembebanan tarik. Sifat mekanis tersebut antara lain
adalah kekuatan tarik dan modulus elastisitas.

4
1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan ini sebagai berikut :


1. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan informasi tentang
optimasi kekutan Tarik komposit polyester berpenguat serat widuri
dibidang teknik.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk
membuat penelitian dari bahan yang sejenis atau penelitian lain.
3. Mampu mengembangkan pemanfaatan serat alam batang widuri
dengan harga murah dan menjadikan produk yang menjanjikan dan
kuat.
4. Bagi mahasiswa Universitas Nusa Cendana diharapkan hasil
penelitian ini dapat menambah wahana ilmu pengetahuan dibidang
teknik dan dibidang pengetahuan khususnya dijurusan Teknik Mesin
Universitas Nusa Cendana.

5
1.7. Kerangka Pikir Penelitian

Material penguat komposit

Matriks Penguat

Polyester Epoxi Serat Alam Serat Sintesis

Patola Widurii LontarGelas Nilon


Serat Lainnya

Serat Widuri-polyester
Keterangan :

1. Alur penelitian

2. Kerangka pikir penelitian

Gambar 1.2. Kerangka pikir penelitian

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka Terdahulu

Dalam melakukan sebuah penelitian, observasi dibutuhkan untuk mencari


referensi dari berbagai sumber yang berkaitan denga judul yang diambil. Berikut
ini adalah beberapa referensi yang berkaitan dengan judul penelitian sebagai
berikut:
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [4] diperoleh hasil
analisis kekuatan tarik dan bending pada komposit widuri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perhitungan di peroleh adanya peningkatan kekuatan tarik
pada panjang serat 5 cm yaitu 43,0809 MPa. Sedangkan nilai modulus elastisitas
tarik tertinggi pada panjang serat 3 cm yaitu 2,1608 GPa. Sedangkan pengujian
bending diperoleh kekuatan bending tertinggi pada panjang serat 3 cm yaitu
62,8874 MPa dan nilai kekuatan bending terendah pada panjang serat 5 cm yaitu
47,66055 MPa. Sedangkan nilai modulus elastisitas bending tertinggi 3,1325 GPa
dengan panjang serat 5 cm dan terendah pada panjang serat 3 cm yaitu 2,7265
GPa, untuk nilai momen bending tertinggi 6509,916 Nmm pada panjang serat 3
cm dan nilai momen bending terendah pada panjang serat 1 cm, 3 cm, 5 cm
merupakan patahan yang diakibatkan oleh kegagalan matriks dalam menahan
beban. Hasil foto bentuk patahan specimen uji bending menunjukan bahwa
komposit dengan penguat serat yang lebih pendek memiliki alur patahan
memanjang dan rongga yang lebih lebar di bandingkan dengan komposit
berpenguat serat panjang meiliki alur patahan pendek dan rongga yang sempit.
Penelitian yang dilakukan oleh [5] diperoleh hasil kajian pengaruh teknik
pembuatan lubang terhadap kekuatan tarik komposit hibrid serat gelas dan serat
karung plastik. Hasil penelitian ini menunjukkan kekuatan tarik tertinggi dari
komposit dengan diameter lubang 6 mm yang diproduksi dengan proses pemboran
dan pencetakan. Dapat direkomendasikan bahwa komposit memiliki kekuatan
yang lebih tinggi untuk diameter 4 dan 6 lubang yang diproduksi dengan proses
pencetakan memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
diproduksi dengan proses pemboran. Sebaliknya, kekuatan tarik komposit dengan

7
lubang berdiameter 8 mm yang dihasilkan oleh bor lebih tinggi dibandingkan
dengan komposit dengan diameter lubang 8 mm yang dihasilkan oleh proses
pencetakan. Penelitian yang dilakukan oleh [6] diperoleh hasil pengaruh tahapan
proses pelubangan dan arah serat terhadap kekuatan tarik material komposit
polyester-pandan wangi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan
kekuatan tarik material komposit yang diperkuat serat polyester-pandan wangi
dengan orientasi serat searah, yang mengandung kekuatan tarik tertinggi dari
komposit tahap I yaitu sebesar 27,20 MPa dan komposit dengan kekuatan tarik
terendah berada pada tahap III sebesar 13:00 MPa. Dalam bahan komposit dengan
kekuatan serat orientasi acak menurun sebesar 19,93% dengan kekuatan tarik
tertinggi ditemukan pada tahap I sebesar 17,90 MPa dan kekuatan tarik terendah
ditemukan pada tahap III pada pukul 08:00 MPa. Dan orientasi kekuatan tarik
tertinggi ditemukan pada tahap pertama 17:30 MPa dan kekuatan tarik terendah
ditemukan pada tahap III pada 6,80 MPa.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Serat Alam (Serat Widuri)


Serat alam dapat diperoleh dari tanaman pisang, gewang, nenas, kelapa,
kenaf, lontar dan lain-lain. Saat ini, serat alam mulai mendapatkan perhatian dari
para ahli material komposit karena penggunaan serat alam sebagai penguat
material komposit polimer memberikan beberapa keuntungan karena serat alam
memiliki massa jenis yang rendah, mampu terbiodegradasi, mudah didaur ulang,
murah, serta ramah terhadap lingkungan dan memiliki sifat mekanik yang baik
dari serat glass, dan dapat diperbaharui karena berasal dari alam [7].
Salah satu serat alam yang dapat dimanfaatkan sebagai penguat komposit
polimer adalah serat widuri (calotropis gigantea). Serat widuri berasal dari pohon
widuri yang banyak tumbuh dan berkembang diseluruh wilayah Nusa Tenggara
Timur (NTT). Dari penelitian sebelumnya [4] berhasil menganalisis kekuatan
tarik dan bending pada komposit serat widuri. Begitu pula dengan yang dilakukan
oleh [8] telah melakukan penelitian karakterisasi perlakuan permukaan serat kulit
batang widuri (calotropis gigantea) terhadap wettability dan mampu rekat serat
tunggal, dan sifat mekanik komposit dengan matriks resin epoksi. Hasil penelitian

8
menunjukkan bahwa kekuatan tarik serat tunggal tanaman widuri mencapai 516
MPa dengan elongasi 3% - 5,6% dan densitas yang rendah yaitu 1.16 gr/cm3.

a) Pohon Widuri b) Serat Widuri


Gambar 2.1 a) Pohon widuri, b) Serat widuri
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2.2.2. Pengertian Komposit


Komposit merupakan suatu bahan yang terbuat dari pada dua ataupun
lebih komponen-komponen yang mempunyai perbedaan sifat kimia ataupun fisika
yang signifikan, kata komposit berasal dari kata “to compose” yang berarti
menyusun atau menggabung, dalam kata lain komposit adalah campuran
mikroskopis antara komponen serat dan matriks dalam hal ini mikroskopis yang
dimaksud menunjukkan bahwa material pembentuk dalam matriks masih terlihat
seperti aslinya [9].

2.2.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan Sifat Komposit


Ada 3 faktor yang sangat menentukan sifat-sifat dari suatu komposit, yaitu
(Gibson, 1994) :
a. Material pembentuk
Sifat-sifat yang dimiliki oleh material pembentuk memegang peranan yang
sangat penting karena sangat besar pengaruhnya dalam menentukan sifat
kompositnya. Sifat dari komposit itu merupakan gabungan dari sifat-sifat
komponennya.
b. Bentuk dan susunan komponen
Karakteristik struktur dan geometri komponen juga memberikan pengaruh
yang besar bagi sifat komponennya. Bentuk dan ukuran tiap komponen
dan ditribusi serta jumlah relatif masing-masing merupakan faktor yang

9
sangat penting yang memberikan kontribusi dalam penampilan komposit
secara keseluruhan.
c. Hubungan antar komponen
Komposit merupakan campuran atau kombinasi bahan-bahan yang
berbeda, baik dalam hal sifat bahan maupun bentuk bahan, maka sifat
kombinasi yang diperoleh pasti akan berbeda. Prinsip yang mendasari
perancangan, pengembangan dan penggunaan dari komposit adalah
pemakaian komponen yang sesuai dengan aplikasinya.
2.2.4. Klasifikasi Komposit
A. Komposit Serat (fiber composite)
Komposit serat merupakan jenis komposit yang menggunakan
serat sebagai penguat. Serat yang digunakan biasanya berupa serat
gelas, serat karbon, serat aramid dan sebagainya. Serat ini bisa
disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa
juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. Bila
peningkatan kekuatan menjadi tujuan utama, komponen penguat
harus mempunyai rasio aspek yang besar, yaitu rasio panjang
terhadap diameter harus tinggi , agar beban ditransfer melewati titik
dimana mungkin terjadi perpatahan [11].
Tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari
serat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit
mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga
serat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu
serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang
lebih tinggi dari pada matrik penyusun komposit [12]. Bahan
komposit terdiri dari dua macam, yaitu komposit partikel (particulate
composite) dan komposit serat (fiber composite). Bahan komposit
partikel terdiri dari partikel yang diikat matrik. Komposit serat ada
dua macam, yaitu serat pendek (short fiber atau whisker)
dan serat panjang (long fiber).

1
1. Komposit serat pendek (short fiber composite)
Berdasarkan arah orientasi material komposit yang
diperkuat dengan serat pendek dapat dibagi lagi menjadi dua
bagian yaitu serat acak (inplane random orientation) dan serat
satu arah. Tipe serat acak sering digunakan pada produksi
dengan volume besar karena faktor biaya manufakturnya yang
lebih murah. Kekurangan dari jenis serat acak adalah sifat
mekanik yang masih dibawah dari penguatan dengan serat lurus
pada jenis serat yang sama.
2. Komposit serat panjang (long fiber composite)
Keistimewaan komposit serat panjang adalah lebih mudah
diorientasikan, jika dibandingkan dengan serat pendek. Secara
teoritis serat panjang dapat menyalurkan pembebanan atau
tegangan dari suatu titik pemakaiannya. Perbedaan serat panjang
dan serat pendek yaitu serat pendek dibebani secara tidak
langsung atau kelemahan matrik akan menentukan sifat dari
produk komposit tersebut yakni jauh lebih kecil dibandingkan
dengan besaran yang terdapat pada serat panjang yang rendah
agar masalah dispersi dapat dikurangi dan untuk menghemat
jumlah serat penguat. Serat yang sangat kuat akan
memaksimalkan pembagi dan tentunya sangat membantu. Jadi
suatu matrik dengan kecenderungan pengerasan regangan kuat
memerlukan fraksi volume serat yang relative banyak [13].
Perbedaan serat panjang dan serat pendek yaitu serat
pendek dibebani secara tidak langsung atau kelemahan matriks
akan menentukan sifat dari produk komposit tersebut yakni
jauh lebih kecil dibandingkan dengan besaran yang terdapat
pada serat panjang.

B. Komposit Laminat (laminated composite)


Komposit laminat merupakan jenis komposit yang terdiri dari
dua lapis atau lebih yang digabungkan menjadi satu dan setiap
lapisannya memiliki karakteristik khusus. Komposit laminat ini

1
terdiri dari empat jenis yaitu komposit serta kontiniu, komposit serat
anyam, komposit serat acak dan komposit serat hybrid. Mikrostruktur
lamina dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Mikrostruktur lamina [14].

C. Komposit Partikel (particulated composite)


Komposit partikel merupakan komposit yang menggunakan
partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata
dalam matriks. Komposit partikel merupakan produk yang dihasilkan
dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus mengikatnya
dengan suatu matriks bersama-sama dengan satu atau lebih unsur-
unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaman, katalisator, dan
lain-lain. Komposit pertikel ini berbeda dengan jenis serat acak
sehingga bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh
tegangan koheren diantara fase partikel dan matriks yang menunjukkan
sambungan yang baik.

D. Komposit Serpihan (flake composite)


Komposit serpihan terdiri atas serpihan-serpihan yang saling
menahan dengan mengikat permukaan atau dimasukkan ke dalam
matriks. Pengertian dari serpihan adalah partikel kecil yang telah
ditentukan sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang khusus
dengan orientasi serat sejajar permukaannya. Sifat-sifat khusus yang
dapat diperoleh dari serpihan adalah bentuknya besar dan datar

1
sehingga dapat disusun dengan rapat untuk menghasilkan suatu bahan
penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang tertentu. Pada
umunya serpihan-serpihan saling tumpang tindih pada suatu komposit
sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat
mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.
Untuk lebih jelasnya pembagian komposit dapat dilihat pada Gambar
2.2. dibawah ini

Gambar 2.3 Bagan klasifikasi komposit


[15].

B. Komposit Matrik
Berdasarkan matrik, komposit dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok besar yaitu :
a. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composite – PMC)
1. Thermoplastic
Thermoplastic adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang
kali (recycle) dengan menggunakan panas. Thermoplastic
merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan.
Thermoplastic meleleh pada suatu suhu tertentu, melekat
mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik
(reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila
didinginkan. Contoh dari thermoplastic yaitu Nylon 66, PP, PTFE,
PET, Polieter Sulfon, PES, Polieter Eterketon (PEEK).

1
2. Thermoset
Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible).
Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan
melunakkan thermoset melainkan akan membentuk arang dan
terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai
tutup ketel, sepert jenis-jenis melamin. Plastik jenis thermostet
tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit
penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%)
dari volume jenis plastik yang bersifat thermoplastic. Contoh dari
thermoset yaitu Epoksi, Poliester, Bismaleimida (BMI), dan
Poliimida (PI).
b. Komposit Matrik Logam (metal Matriks Composites- MMC)
Metal Matriks Composites adalah salah satu jenis komposit
yang memiliki matrik logam. Material MMC mulai dikembangkan
sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous
Filamen, MMC yang digunakan dalam aplikasi aerospace.
Kelebihan MMC dibandingkan dengan PMC :
1. Transfer tegangan dan regangan yang baik.
2. Ketahanan terhadap temperatur tinggi.
3. Tidak menyerap kelembaban.
4. Tidak mudah terbakar.
5. Kekuatan tekan dan geser yang baik.
6. Ketahanan aus dan muai termal yang lebih baik.
c. Komposit matrik keramik (Ceramic Matrix Composites-CMC)
CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi
sebagai reinforcemet dan 1 fasa sebagai matriks, dimana
matriksnya terbuat dari keramik. Reinforcemet yang umum
digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah
satu proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX,
yaitu proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan

1
logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah
filler (penguat).
2.2.5. Serat
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat
yang paling sering di jumpai adalah serat pada kain. Manusia
menggunakan serat dalam banyak hal untuk membuat tali, kain, atau
kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan
serat sintesis (serat buatan manusia) [16].
1. Serat Alami
Serat mineral antara lain kaca serat atau fiberglass yang dibuat
dari kuarsa, serta logam dapat dibuat dari logam yang diikuti seperti
(tembaga), emas atau perak selanjutnya serat karbon.
a) Serat tumbuhan atau serat pangan biasanya tersusun atas
selulosa, hemiselulosa, dan kadang mengandung pula lignin.
Contoh dari serat ini yaitu katun dan kain rami.
b) Serat kayu berasal dari tumbuhan berkayu.
c) Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh
dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat
laba-laba (sutra) dan bulu domba (wol).
d) Serat mineral, umunya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos
adalah satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam
bentuk serat panjang.
2. Serat Sintesis
Serat sintesis atau serat buatan manusia umunya berasal dari
bahan pertokimia. Namun demikian, ada pula serat sintesis dapat
digolongkan kedalam :
a) Serat sintesis, yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon, kaca,
serat/fiberglass, dibuat dari kuarsa, serat logam dapat dibuat dari
logam yang duktil seperti tembaga, emas, atau perak.
b) Serat polimer adalah bagian dari serat sintesis. Serat jenis ini
dibuat melalui proses kimia. Bahan yang umumnya digunakan

1
untuk membuat serat polimer antara lain polyamida nilon, fenol-
formaldehid (PF), dan serat polyvinyl alcohol (PVOH).
2.2.6. Matrik

Matrik memegang peran penting sebagai pengikat serat, transfer


beban dan pendukung serat. Pada komposit serat (Fibrous Composites)
matriks yang digunakan adalah resin (plastik yang berfasa cair). Matrik
harus memiliki perpanjangan saat patah yang lebih besar dibanding
perpanjangan saat patah serat. Selain itu juga harus mampu berdeformasi
sehingga beban dapat diteruskan antar serat. Bahan matrik yang sering
digunakan dalam komposit adalah polimer. Polimer merupakan molekul
besar yang terbentuk dari satuan-satuan sederhana. Berkembang dari
pangkal polimer alam saat ini telah dikembangkan pula berbagai jenis
polimer sintetik yang rumit dan kebanyakan berasal dari bahan baku
turunan minyak bumi. Polimer didunia industri yang sering digunakan
adalah polimer sintetik atau buatan sebagai perekat. Beberapa polimer
yang sering digunakan di industri antara lain : karet, plastik, dan serat.
Polimer perekat dikelompokkan pada sumber dan jenisnya, berdasarkan
sumbernya terdiri dari polimer alam dan buatan. Polimer alam terdiri dari
hewan, nabati, mineral, dan elastomer. Polimer buatan terdiri dari
thermoplastik dan thermoset. Terdapat tiga jenis sifat utama resin yang
telah dikenal pasti yaitu sifat termoplastik (thermoplastic), thermoset dan
alastomet (elastomeric) [17].
Bahan matrik yang sering digunakan dalam komposit antara lain :
1. Thermoset
Merupakan jenis plastik yang tidak bisa di daur ulang atau dicetak
lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-
molekulnya. Misalnya : resin alkid, fenolik, polyester, epoksi,
poliuretana (PU), melamin dan ureaformaldehid (UF).
2. Thermoplastic
Jenis plastik yang menjadi lunak jika di panaskan dan akan mengeras
jika di dinginkan dan proses ini bisa di lakukan berulang kali. Nama
thermoplastik diperoleh dari sifat plastik ini yang bisa dibentuk ulang

1
dengan proses pemanasan. Misalnya poliamid (nilon), poliasetal,
polietilen, polivinil clorida (PVC).
3. Resin elastomer
Resin elastomer adalah resin yang mempunyai sifat elastik dimana
dimensinya boleh berubah apabila di kenakan daya tegangan.

2.2.7. Resin Polyester


Polyester adalah resin thermoset yang berbentuk cair dengan
viskositas yang relative rendah, dengan penambahan katalis, polyester
mengeras pada suhu kamar. Resin polyester banyak mengandung
monomer stiren sehingga suhu deformasi thermal lebih rendah dari pada
resin thermoset lainnya dan ketahanan panas jangka panjang adalah 110-
140°C. Ketahanan dingin resin ini relative baik. Pengunaan resin jenis ini
dapat dilakukan dari proses hand lay up sampai dengan proses yang
kompleks yaitu dengan proses mekanik. Resin ini banyak digunakan
dalam aplikasi komposit pada dunia industri dengan pertimbangan harga
relative murah, curing yang tepat warna jernih kestabilan dimensional, dan
mudah penanganannya [18].

Tabel 2.1
Spesifikasi Unsaturated Polyester Resin Yukalac 157® BTQ-NEX
Item Satuan Nilai Tipikal Catatan
Berat Jenis Gr/cm3 1.215 25°C
Kekerasan 40 Barcol GYZJ 934-1
Suhu Distorsi Panas °C 70
Penyerapan Air (suhu % 0.188 24 jam
ruangan) % 0.466 3 hari
Kekuatan Fleksural Kg/mm2 9.4
Modulus Fleksural Kg/mm2 300
Daya Rentang Kg/mm2 5.5
Modulus Rentang Kg/mm2 300
Elongasi % 1.6
(Sumber : PT. Justus Kimia Raya, 2003)

1
Pada umumnya polyester tahan terhadap asam kecuali asam
pengoksida, tetapi lemah terhadap alkali. Bila dimasukkan ke dalam air
mendidih dalam waktu yang lama (300 jam), bahan akan pecah dan retak-
retak. Bahan ini mudah mengembang dalam pelarut, yang melarutkan
polimer stiren. Kemampuan terhadap cuaca sangat baik. Tahan terhadap
kelembapan dan sinar UV bila dibiarkan di luar, tetapi sifat tembus cahaya
rusak dalam beberapa tahun. Bahan ini dapat digunakan secara luas
sebagai bahan komposit [16].

Gambar 2.4 Resin polyester

2.2.8. Perlakuan Alkali (NaOH)


NaOH atau sering disebut alkali digunakan untuk menghilangkan
kotoran atau lignin pada serat dengan sifat alami serat adalah hidrophilic,
yaitu suka terhadap air. Berbeda dengan polimer yang hidrophilic,
pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa
telah diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga
sifat alami hidrophilic serat dapat memberikan ikatan interfacial dengan
matrik secara optimal [19].
2.2.9. Sambungan Komposit
Pada dasarnya sambungan komposit dibedakan menjadi dua macam
yaitu sambungan mekanik dan sambungan ikat (bonded joint). Metode
sambungan mekanik di buat dengan membuat lubang sebagai tempat
dudukan baut atau keeling sedangkan bonded joint dibuat dengan
memberikan zat adhesive antar lapisan yang akan disambung.

1
Gambar 2.5. Tipe-tipe sambungan mekanik dan ikat
(bonded joint) [5].

Keuntungan penggunaan sambungan mekanik antara lain (1)


replacement mudah bila terjadi kerusakan, (2) perlakuan permukaan
sedikit, (3) mudah melakukan inspeksi kualitas sambungan. Namun
demikian, sambungan ini juga memiliki kelemahan, yaitu (1) sambungan
mekanik menimbulkan konsentrasi tegangan di daerah sekitar lubang dan
(2) pembuatan lubang akan menimbulkan kerusakan serat. Kerusakan serat
tersebut dapat berupa terjadinya misoriented fiber pada lubang yang
dicetak dan terputusnya serat pada saat pembuatan lubang dengan cara
dibor.
Kekuatan sambungan mekanik sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu:
a. Faktor geometri spesimen, seperti W/D dan D/t
b. Faktor material spesimen seperti orientasi serat dan susunan lamina
yang digunakan.
c. Cara pembuatan lubang.
d. Kerusakan pada sambungan mekanik ditunjukkan pada gambar

1
Gambar 2.6. Orientasi serat pada daerah lubang yang dibor dan dicetak
[5].

Gambar 2.7. Beberapa jenis kerusakan yang mungkin terjadi pada sambungan
mekanik [5].

2.2.10. Fraksi Volume komposit


Salah satu faktor penting yang menentukan karakteristik mekanik dari
komposit yaitu perbandingan serat dan matriknya. Umumnya
perbandingan ini dapat ditunjukkan dalam bentuk fraksi volume serat (Vf)
atau fraksi berat serat (Wm). Namun formulasi kekuatan komposit lebih
banyak menggunakan fraksi volume serat.
Fraksi volume serat dan matrik dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan-persamaan berikut [10].
a. Fraksi Volume Serat ()

= ………………………………………………………….. (2.1)

Dimana :.
= fraksi volume serat (%)
= volume serat (cm3)
= volume komposit (cm3)

2
b. Fraksi Volume Matrik ()
= …………………………………………………………...(2.2)

Dimana :
= fraksi volume matrik (%)
= volume matriks (cm3)
= volume komposit (cm3)
c. Massa Jenis atau Densitas Serat ()

(2.3)
= …………………………………………………………...

Dimana :
= massa jenis serat (gram/cm3)
= massa serat (gram)
= volume serat (cm3)

2.2.11. Pengujian Tarik


Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan maksimum,
tegangan luluh, dan regangan (perpanjangan). Pembebanan tarik dilakukan
dengan memberikan beban secara perlahan sampai material komposit
mengalami putus. Adapun keuletan material, daerah elastisitas dan plastis
serta titik putus akan terlihat dari grafik yang ada.
Dalam pengujian tarik disini menggunakan standard ASTM D3039
sebagai ukuran spesimennya dan ASTM D5961 sebagai pengujiannya.
Contoh pengujian tarik dapat di lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.8 Geometri Spesimen Uji Tarik

2
Sebagian besar bahan mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi
plastis yang berlangsung sedikit demi sedikit, dimana titik awal saat terjadi
deformasi plastis sukar ditentukan secara teliti. Tegangan luluh biasa di
defenisikan sebagai tegangan luluh offset, adalah tegangan yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang
ditetapkan. Tegangan luluh offset ditentukan dengan mengukur
perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan
elastisitas offset, diambil sebesar 0,2 % seperti pada gambar dibawah ini
[3].

Gambar 2.9 Kurva Tegangan dan Regangan

Tegangan yang digunakan dalam kurva adalah tegangan membujur


rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan
membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda
uji . Dituliskan seperti dalam persamaan berikut [22]:

= ……………………………………………(2.4)
0

Dimana :
= Engineering Stress (tegangan) (MPa)
F = Beban yang diberikan (N)
0 = Luas Penampang spesimen mula-mula (mm2)

2
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik
adalah regangan linear rata-rata, yag diperoleh dengan cara membagi
perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang
awal. Dituliskan seperti dalam persamaan berikut [22].

= − =………………………………………..(2.5)
L0
Dimana :
= Engineering strain (Regangan)
=Panjang mula-mula spesimen sebelum diberikan
pembebanan (mm)
L = Panjang spesimen setelah ditarik (mm)
LO = Pertambahan panjang (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastic, laju
regangan, temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama
pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva
tegangan-regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik
luluh, persen perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama
adalah parameter kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan
keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah, elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan,
daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban
dihilangkan disebut daerh elastis. Apabila beban melampaui nilai nilai
yang berkaitan dengan kekuatan luluh, benda mengalami deformasi plastis
bruto. Deformasi pada daerah ini bersifat permanen, meskipun bebannya
dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan deformasi
plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya regangan plastik.

2
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui nilai
modulus elastisitas, persamaannya dituliskan dalam persamaan [22]:

E ……………………………………………...(2.6)
Dimana :
E = Modulus elastisitas tarik (MPa)
= Tegangan (MPa)
= Regangan
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan
untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan kekuatan beban (F)) yang bertambah
terus, dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik dimana
pengurangan luas penampang lintang lebih besar dibandingkan
pertambahan deformasi beban yang diakibatkan oleh pengerasan regang.
Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu titik dalam benda
uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa beban.
Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara local. Karena penurunan
luas penampang lintang lebih cepat dari pada pertambahan deformasi
akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk
mengubah bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan
teknik pada persamaan akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian tarik akan
didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat
tersebut antara lain :
1. Kekuatan tarik
2. Kuat luluh dari material
3. Keuletan dari material
4. Modulus elastic dari material
5. Kelentingan dari suatu material
6. Ketangguhan

2
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas
Nusa Cendana Kupang, sedangkan pengujiannya dilakukan di
Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Kupang.

3.1.2. Waktu
Penelitian ini sudah dilakukan Selama tiga bulan, dapat dilihat pada
tabel pelaksanaan penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian

No Kegiatan Bulan
I II III
I II III IV I II III IV I II III IV
1 Proposal

Persiapan alat dan


2
bahan

Pembuatan komposit
3
& spesimen uji tarik
4 Pengujian tarik

Foto makro &


5
Analisis data

Seminar hasil
6
penelitian
7 Ujian sarjana

2
3.2. Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1. Alat

Alat-alat yang diguanakan dalam penelitian ini adalah :

1. Timbangan digital dipakai untuk mengukur berat serat.


Alat ini untuk mengukur berat resin dan serat kulit batang widuri agar
sesuai dengan berat yang diinginkan.

Gambar 3.1 Mini Digital Scale

2. Amplas untuk meratakan spesimen uji.


Alat ini digunakan untuk meratakan atau menghaluskan spesimen
komposit.

Gambar3.2 Amplas Ukuran Grid P100

3. Cetakan komposit dari kayu untuk pencetakan spesimen.


Cetakan pengujian tarik dibuat dari papan kayu dengan ukuran
200×150×4 mm dan dirakit menggunakan lem kayu (Lem Fox).

Gambar 3.3 Cetakan

2
4. Pisau dan cutter digunakan untuk memisahkan serat .
Digunakan untuk memudahakan untuk pengambilan serat kulit batang
widuri.

Gambar 3.4 Pisau atau Cutter

5. Gunting digunakan untuk memotong serat.


Alat ini digunakan untuk memotong serat menjadi 5 mm.

Gambar 3.5 Gunting

6. Jangka sorong.
Alat ini digunakan untuk menentukan panjang, lebar, dan tebal
spesimen dengan panjang 150 mm dan ketelitian 0,05 mm.

Gambar 3.6 Jangka Sorong

2
7. Kuas
Alat ini digunakan untuk melapisi permukaan cetakan dengan wax atau
mirrorglass.

Gambar 3.7 Kuas

8. Mesin pemotong (Gerinda)


Alat ini digunakan untuk memotong spesimen yang sudah selesai
dicetak sesuai dengan ukuran standard pegujian.

Gambar 3.8 Mesin Pemotong (Gerinda)

9. Alat-alat pendukung lainnya.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari :

1. Serat kulit batang widuri


Serat kulit batang widuri dicuci menggunakan larutan NaOH
dilanjutkan dengan proses pengeringan dalam temperature ruangan
sampai kering. Setelah serat klit batang widuri kering selanjutnya
dipotong dengan panjang serat 5 mm.

2
Gambar 3.9 Serat Kulit Batang Widuri

2. Wax atau Mirrorglass


Wax atau mirrorglass dalam penelitian ini berfungsi untuk
memudahkan saat pengambilan atau mengeluarkan spesimen dari
cetakan.

Gambar 3.10 Wax atau Mirrorglass

3. Resin polyester dan Katalis


Resin dan katalis dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan
perendaman pada serat sehingga dapat menghilangkan pori-pori yang
melengket pada serat.

Gambar 3.11 Resin Polyester dan Katalis

2
3.3. Spesimen Uji Tarik
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan
tarik dari bahan komposit. Spesimen pengujian kekuatan tarik matrik
dan komposit memakai standar ASTM D3039 dan D5961. Model
spesimen pengujian terlihat pada gambar dibawah ini.

A. Spesimen Uji Jarak Lubang 8 mm

B T

A B W

L1

L0

Gambar 3.12 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen Jarak Lubang 8 mm

Dimensi : L0 = 200 mm L1 = 304 mm T = 4 mm


D = 4 mm W = 25 mm

3
B. Spesimen Uji Jarak Lubang 10 mm

A B W

L1

L0

Gambar 3.13 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen Jarak Lubang 10 mm

Dimensi : L0 = 200 mm L1 = 304 mm T = 4 mm


D = 4 mm W = 25 mm

C. Spesimen Uji Jarak Lubang 12 mm

3
D

A B W

L1

L0

Gambar 3.14 Tampak Samping dan Tampak Atas Spesimen Jarak Lubang 12 mm

Dimensi : L0 = 200 mm L1 = 304 mm T = 4 mm


D = 4 mm W = 25 mm
Keterangan : L0 = Panjang Keseluruhan Spesimen L1 = Panjang Satu
Plat
T = Tebal Spesimen W = Lebar Spesimen
D = Diameter Lubang

3.4. Variabel Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Variabel-variabel yang akan diteliti pada penelitian ini dibedakan menjadi
variable bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
Variabel bebas dari penelitian ini adalah jarak lubang dengan ukuran yaitu 8 mm,
10 mm, 12 mm, sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah kekuatan
tariknya dan fraksi volume 30%.

3.5. Prosedur Penelitian


3.5.1. Proses Pengambilan dan Perlakuan Serat Widuri.
1. Siapkan batang pohon widuri yang masih muda.
2. Batang pohon widuri yang sudah diambil tersebut diekstrak untuk
memisahkan daging dengan kulitnya.

3
3. Serat yang sudah jadi lembaran dicuci dan dikeringkan secara alami pada
temperatur ruangan.
4. Serat yang sudah dicuci dan dikeringkan siap untuk direndam dala larutan
alkali (NaOH) selama 1 jam dengan konsentrasi alkali 5%.
5. Serat yang sudah diberi alkali dicuci hingga bersih dan dikeringkan lagi
secara alami pada temperatur ruangan dan lembaran serat yang sudah
diberi perlakuan itu siap untuk proses pencetakan spesimen.

3.5.2. Proses Pencetakan Komposit.


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu.
2. Serat dipotong menjadi ukuran 5 mm.
3. siapkan serat dengan konsentrasi alkali 5% dengan lama perendaman
1 jam ditimbang sesuai dengan perhitungan fraksi volume.
4. campurkan resin polyester dan katalis sesuai perhitungan yang telah
dihitung dalam gelas ukur dan aduk hingga merata.
5. Siapkan alat cetak yang sudah dioleskan wax mirrorglass agar
memudahkan pengambilan benda uji dari cetakan.
6. Tuangkan campuran resin kedalam cetakan secara merata. Kemudian
lakukan pengepresan dengan menggunakan alat press.
7. Kemudian biarkan spesimen mengering selama sehari hingga kering,
setelah itu komposit dikeluarkan dari cetakan untuk dibentuk menjadi
spesimen benda uji.

3.5.3. Prosedur Pembuatan Spesimen Uji


1. Siapkan spesimen komposit yang sudah di cetak.
2. Spesimen yang sudah dicetak, kemudian dipotong sesuai dengan
ukuran standard pengujian tarik.
3. Poles spesimen yang sudah dipotong menjadi halus dan rata.
4. Spesimen yang sudah dihaluskan di bor menjadi 4 lubang sesuai
dengan ukuran standard pengujian tarik.
5. Kemudian spesimen yang sudah dibor disambungkan menggunakan
metode single lap dan diberi baut pada lubang yang di bor.
6. Spesimen siap diuji.

3
3.6. Prosedur Pengujian Tarik
Langkah-langkah pengujian tarik dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ukur penampang spesimen sebelum diuji.

2. Siapkan mesin uji tarik yang digunakan.

3. Masukkan dan setting spesimen uji.

4. Pasang spesimen tarik dan pastikan terjepit dengan benar.

5. Jalankan mesin uji tarik dan catat pertambahan panjang dan


pembebanan yang diberikan oleh mesin. Setelah putus, hentikan
proses penarikan secepatnya.

3.7. Metode Analisis Data


Data hasil pengujian diambil berdasarkan spesimen yang
mengalami kerusakan secara menyeluruh pada pengujian tarik spesimen
yang mengalami defleksi reaksi. Data yang diperoleh adalah :

1. Nilai perubahan beban dan pertambahan panjang hasil pengujian tarik


2. Kerusakan spesimen

Analisis yang diharapkan dari pengujian tarik adalah :

1. Kurva beban dan pertambahan panjang

2. Kurva tegangan (stress) dan regangan (strain). Tegangan merupakan


perbandingan antara gaya (F) tarik atau tekan yang bekerja terhadap
luas penampang (A) benda dan regangan (strain) adalah
perbandingan antara pertambahan panjang ( ∆ ) terhadap panjang
awal (L)

3. Nilai UTS (ultimate tensile straight)

4. Nilai modulus elastisitas, merupakan perbandingan antara tegangan


dan regangan pada spesimen uji.

5. Karakteristik kerusakan (lokasi dan tipe kerusakan)

3
3.8. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Pencetakan Komposit

Persiapan Resin dan Persiapan Serat Kulit Batang


Pembuatan Cetakan

Perlakuan Alkali 5%

Pencetakan Komposit

Pembuatan Spesimen

Pengujian Tarik

Foto Makro Bentuk

Analisis Data Dan

Kesimpulan

Selesi

Gambar 3.15 Diagram Alir Penelitian

3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1. Hasil Fabrikasi

4.1.1. Proses Pembuatan Spesimen

Tahap 1.

Pada tahap awal, terlebih dahulu ambil kulit batang widuri yang sudah
dikeringkan didalam suhu ruangan kemudian kulit batang luarnya
menggunakan pisau dan ambil seratnya lalu direndam kedalam air yang
sudah dicampur dengan NaOH.

Gambar 4.1 Proses Pengambilan Serat dan Perendaman Serat


Kulit Batang Widuri

Tahap 2.
Selanjutnya serat yang sudah di cuci dengan air bersih dan dikeringkan
selama 1 hari dalam temperatur ruangan.

Gambar 4.2 Serat Yang Telah Dikeringkan

3
Tahap 3.
Selanjutnya serat yang sudah dikeringkan dipotong-potong menjadi
5 mm kemudian serat yang sudah dipotong siap dicetak.

Gambar 4.3 Serat Yang Sudah Dipotong

Tahap 4.

Selanjutnya melakukan pengukuran matrik pada gelas ukur yang


disediakan dan dan serat yang sudah dipotong-potong pada timbangan
yang telah disediakan.

Gambar 4.4 Pengukuran Matrik Dan Serat

Tahap 5.

Kemudian pada tahapan pembuatan spesimen bahan-bahan yang sudah


tersedia selanjutnya dilakukan proses pencetakan spesimen. Oleskan
mirror pada permukaan cetakan hingga merata, selanjutnya tuangkan
matrik pada permukaan cetakan hingga merata. Kemudian tempelken serat
pada permukaan cetakan sesuai dengan ukurannya dan dilanjutkan dengan

3
menutup cetakannya dan menekan atau dipress cetakannnya hingga betul-
betul rapat dan kemudian diamkan selama 24 jam sampai betul-betul
mengering.

Gambar 4.5 Pencetakan Spesiemen.

Tahap 6.

Pada tahap terakhir, spesimen yang sudah selesai dicetak terlebih dahulu
diukur lalu dipotong sesuai dengan ukuran standard spesimen dengan
menggunakan mesin potong atau gerinda.

Gambar 4.6 Proses Pengukuran Dan Pemotongan Spesimen

3
4.1.2. Proses Pembuatan Fabrikasi Lubang.
Tahap 1.

Pada tahap awal, persiapkan spesimen yang akan dilubangkan dan alat
untuk melakukan pelubangan atau bor. Proses ini dimulai dengan
melakukan pengukuran pada setiap spesimen sesuai dengan standard
pengujian tarik.

Gambar 4.7 Proses Pengukuran Dan Pelubangan Spesimen

Tahap 2

Setelah semua spesimen diberi pelubangan, kemudian spesimen


disambungkan. Proses ini menggunakan metode single lap. Setelah itu,
spesimen yang sudah disambung diberi baut dan mur dengan ukuran
sesuai standard pengujian tarik.

Gambar 4.8 Proses Penyambungan Spesimen

3
4.2. Hasil Pengujian
4.2.1. Hasil Pengujian Tarik
Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka telah diperoleh data
besar beban uji tarik. Data mentah pengujian tarik dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 4.1 Data Mentah Hasil Pengujian Tarik

Tipe Kode Tebal Lebar Panjang (l) F ΔL


(mm) (mm) l0 l1 (N) (mm)
Jarak Lubang A1 8 25 200 200.2 1300 0.2
(8 mm) A2 8 25 200 200.3 1300 0.3
A3 8 25 200 200.3 1200 0.3
A4 8 25 200 200.3 1450 0.3
A5 8 25 200 200.4 1100 0.4
Jarak Lubang B1 8 25 200 200.1 1900 0.1
(10 mm) B2 8 25 200 200.2 1500 0.2
B3 8 25 200 200.3 1600 0.3
B4 8 25 200 200.2 1500 0.2
B5 8 25 200 200.5 1000 0.5
Jarak Lubang C1 8 25 200 200.2 1700 0.2
(12 mm) C2 8 25 200 200.4 2050 0.4
C3 8 25 200 200.5 1700 0.5
C4 8 25 200 200.2 2000 0.2
C5 8 25 200 200.1 1550 0.1
Resin D1 8 25 200 200.3 500 0.3
D2 8 25 200 200.5 1100 0.5
D3 8 25 200 200.2 1650 0.2

Dari pengujian yang dilakukan terhadap spesimen uji tarik,


diperoleh data beban pengujian untuk setiap komposit polyester
berpenguat serat kulit batang widuri. Pada tabel IV.2 terlihat bahwa
spesimen uji komposit dengan masing-masing tipe spesimen yaitu untuk

4
spesimen dengan tipe jarak lubang 8 mm beban tertinggi ada pada
spesimen A4 sebesar 1.450 N, sedangkan untuk tipe jarak lubang 10 mm
beban tertinggi ada pada spesimen B1 sebesar 1.900 N, Sedangkan untuk
tipe jarak lubang 12 mm beban tertinggi ada pada spesimen C2 sebesar
2.050 N. Untuk tipe resin kosong beban tertinggi ada pada spesimen D3
sebesar 1.650 N.

4.2.2. Hasil Pengolahan Data


Data hasil pengujian tarik dimasukkan pada persamaan untuk
mengetahui tegangan tarik, regangan tarik, dan modulus elastisitas. Data
hasil perhitungan kemudian dimasukkan kedalam bentuk grafik. Contoh
perhitungan yang dilakukkan dengan persamaan dapat dilihat sebagai
berikut :

Diketahui :

Lebar Spesimen (b) = 25 mm

Tebal Spesimen (t) = 8 mm

Beban (F) = 1100 N

Panjang spesimen (I0) = 200 mm

Panjang spesimen setelah pembebanan (I1) = 200,3 mm

Luas spesimen (A0) =b×t

= 25 mm × 8 mm = 200 mm2

4.2.3. Perhitungan Tegangan Tarik


σ F 1100 N
1= = =5,5 Mpa
AO 200 mm

Dengan perhitungan yang sama, digunakan untuk menghitung 2,


3, dan seterusnya. Setelah diperoleh besar tegangan tarik untuk masing-
masing spesimen, kemudian dicari besar tegangan tarik rata-rata. Sebagai
contoh perhitungan tegangan tarik rata-rata dapat dilihat sebagai berikut:

4
1 + 2+ 3+ 4 +5
−=

6,5 + 6,5 + 6 + 7,25 + 5,5


−=
5

− 31,75
= = 6,35 Mpa
5

Dengan menggunakan perhitungan yang sama, digunakan untuk


menghitung data yang lain. Selanjutnya data-data hasil perhitungan ditampilkan
dalam tabel IV.2

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Tegangan Tarik

Tegangan
Beban Max max
Tipe Kode (MPa) ΔL A0 Rata-Rata
(N) (MPa)
Jarak A1 1300 6.5 0.2 200 6.35
Lubang A2 1300 6.5 0.3 200
(8 mm) A3 1200 6 0.3 200
A4 1450 7.25 0.3 200
A5 1100 5.5 0.4 200
Jarak B1 1900 9.5 0.1 200 7.5
Lubang B2 1500 7.5 0.2 200
(10 mm) 0.3 200
B3 1600 8
B4 1500 7.5 0.2 200
B5 1000 5 0.5 200
Jarak C1 1700 8.5 0.2 200 9
Lubang C2 2050 10.25 0.4 200
(12 mm) C3 1700 8.5 0.5 200
C4 2000 10 0.2 200
C5 1550 7.75 0.1 200
Resin D1 500 2.5 0.3 200 5.41
Tanpa D2 1100 5.5 0.5 200
Penguat 0.2 200
D3 1650 8.25

4
4.2.4. Perhitungan Regangan Tarik
1− 200,1 −200
× 100% = × 100% = 0,15%
1=
200

Dengan menggunakan perhitungan yang sama, untuk mencari 2 , 3 , dan


seterusnya. Setelah diproses besar regangan tarik untuk masing-masing spesimen,
kemudian cari besar regangan tarik rata-rata. Sebagai contoh perhitungan
regangan tarik rata-rata dapat dilihat sebagai berikut:


1 + 2+ 3+ 4 +5
= %

0,1+ 0,15+ 0,15+ 0,15 + 0,2


−= 5
%
0,75
−= % = 0,15%
5
Dengan menggunakan perhitungan yang sama, digunakan untuk
menghitung data yang lain. Selanjutnya data-data hasil perhitungan ditampilkan
dalam tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Regangan Tarik

Tipe kode Beban Max max ΔL A0 Regangan


(N) (%) Rata-Rata
(%)
Jarak A1 1300 0.1 0.2 200 0.15
Lubang A2 1300 0.15 0.3 200
(8 mm)
A3 1200 0.15 0.3 200
A4 1450 0.15 0.3 200
A5 1100 0.2 0.4 200
Jarak B1 1900 0.05 0.1 200 0.13
Lubang B2 1500 0.1 0.2 200
(10 mm)
B3 1600 0.15 0.3 200
B4 1500 0.1 0.2 200
B5 1000 0.25 0.5 200
Jarak C1 1700 0.1 0.2 200 0.14
Lubang C2 2050 0.2 0.4 200
(12 mm)
C3 1700 0.25 0.5 200
C4 2000 0.1 0.2 200
C5 1550 0.05 0.1 200
Resin D1 500 0.15 0.3 200 0.166666667
Tanpa D2 1100 0.25 0.5 200
Penguat
D3 1650 0.1 0.2 200

4
4.2.5. Perhitungan Modulus Elastisitas
5,5 𝑀
= = = 3,67 Mpa
1
0,15%

Dengan menggunakan perhitungan yang sama, untuk mencari 2, 3 , dan


seterusnya. Setelah diperoleh besar modulus elastisitas rata-rata. Sebagai contoh
perhitungan modulus elastisitas rata-rata dapat dilihat sebagai berikut:
1+ 2 + 3 +4 + 5
−= Mpa

6,5+ 4,3 + 4,0 + 4,8 + 2,7


−= Mpa
5

22,3
−= = 4,46 Mpa Dengan menggunakan perhitungan yang sama,
5
digunakan untuk menghitung data yang lain. Selanjutnya data-data hasil
perhitungan ditampilkan dalam tabel IV.4

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas

Tipe kode Beban Max Ema ΔL A0 E Rata-Rata


(N) x (GPa)
(GPa)
Jarak A1 1300 6.5 0.2 200 4.483333333
Lubang A2 1300 4.3 0.3 200
(8 mm)
A3 1200 4.0 0.3 200
A4 1450 4.8 0.3 200
A5 1100 2.7 0.4 200
Jarak B1 1900 19.0 0.1 200 8.266666667
Lubang B2 1500 7.5 0.2 200
(10 mm)
B3 1600 5.3 0.3 200
B4 1500 7.5 0.2 200
B5 1000 2.0 0.5 200
Jarak C1 1700 8.5 0.2 200 8.505
Lubang C2 2050 5.1 0.4 200
(12 mm)
C3 1700 3.4 0.5 200
C4 2000 10.0 0.2 200
C5 1550 15.5 0.1 200
Resin D1 500 1.7 0.3 200 4.038888889
Tanpa D2 1100 2.2 0.5 200
Penguat
D3 1650 8.3 0.2 200

4
4.3. Pembahasan
4.3.1. Perbandingan Panjang Serat Terhadap Tipe Jarak Lubang
Berdasarkan tabel hasil pengujian diatas didapatkan kekuatan
beban dan pertambahan Panjang dari komposit material yang digunakan,
ditampilkan seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4.9 Grafik Beban Dan Pertambahan Panjang

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pertambahan panjang yang


terjadi akibat pembebanan yang diberikan pada spesimen. Dimana
pertambahan panjang terbesar terjadi pada spesimen dengan tipe jarak
lubang 12 mm mempunyai kekuatan beban tertinggi sebesar 1800 N
dengan pertambahan panjang sebesar 0,28 mm dan untuk pertambahan
panjang dengan kekuatan beban terendah terjadi pada spesimen dengan
tipe jarak lubang 8 mm mempunyai kekuatan beban terendah sebesar 1270
N dengan pertambahan panjang sebesar 0,3 mm. Dari data pengujian tarik
diatas kemudian dianalisis lebih lanjut agar dapat mengetahui pengaruh
jarak lubang terhadap sambungan mekanik.

4
4.3.2. Pengaruh Tipe Jarak Lubang Terhadap Tegangan Dan Regangan
Tarik.

Gambar 4.10 Perbandingan Tegangan Dan Regangan Spesimen Komposit

Grafik diatas menunjukkan perbandingan kekuatan tarik yang


dimiliki dari setiap tipe jarak lubang yang digunakan pada komposit.
Dapat dilihat bahwa komposit dengan tipe jarak lubang 12 mm
mempunyai kekuatan tegangan tarik tertinggi sebesar 9,0 MPa dan nilai
regangan tarik sebesar 0,14%, komposit dengak jarak lubang 10 mm
memiliki kekuatan tegangan tarik maksimum sebesar 7,5 MPa dan nilai
kekuatan regangan tarik sebesar 0,13%, komposit dengan tipe jarak lubang
8 mm memiliki kekuatan tegangan tarik tarik maksimum sebesar 6,35
MPa an nilai regangan tarik sebesar 0,15%, sedangkan komposit dengan
resin kosong memiliki kekuatan tegangan tarik sebesar 5,41 MPa dan nilai
regangan tarik sebesar 0,16%. Jika dilihat dari persentasi nilai tegangan-
regangan pada jarak lubang 8 mm, 10 mm, dan 12 mm, dimana semakin
besar nilai tegangan maka nilai regangan semakin kecil begitupun semakin
besar nilai regangan maka nilai tegangan semakin kecil.

Berdasarkan hasil kekuatan tarik spesimen komposit peningkatan


kekuatan tarik dapat terjadi karena pengaruh jarak lubang komposit. Hal
itu dapat dilihat dari jumlah beban yang diterima oleh spesimen dengan

4
jarak lubang 12 mm memiliki daya tahan terhadap beban yang diberikan,
sedangkan spesimen dengan jarak lubang 8 mm memiliki daya tahan yang
lebih rendah dari spesimen dengan jarak lubang 12 mm. Akibat
perbandingan tersebut kita dapat melihat bahwa kondisi spesimen dengan
jarak lubang 12 mm lebih memiliki kekuatan yang optimal dari pada
spesimen dengan jarak lubang 8 mm. Hal yang mempengaruhi salah
satunya proses fabrikasi, lubang di sekitar ujung retak akan
mengakibatkan interaksi tegangan yang melibatkan tegangan di ujung
retak dan sisi lubang tersebut. Pada jarak yang terlalu dekat, pemusatan
tegangan bercampur antara ujung retak dan sisi lubang sehingga
menyebabkan kekuatan tariknya rendah. Sedangkan apabila jarak lubang
terlalu jauh, interaksi antara tegangan di ujung retak dan lubang berkurang
sehingga adanya lubang tidak mempengaruhi kekuatan tarik maksimum
spesimen [23].

Hal kedua yang dapat mempengaruhi lemahnya kekuatan komposit


serat kulit batang widuri dengan variasi jarak lubang 8 mm, 10 mm, dan
12 mm adalah proses perlakuan alkali treatment. Perendaman alkali dapat
meningkatkan kekuatan tarik komposit serat, sehingga mampu
meningkatkan ikatan interface antara serat dan matrik agar distribusi
tegangan dari matrik ke serat menjadi lebih baik, karena menurut Maryanti,
dkk, komposit yang diperkuat dengan serat tanpa alkalisasi, maka ikatan
antara serat dan resin menjadi tidak sempurna karena terhalang lapisan
yang menyerupai lilin dipermukaan serat [24]. Permukaan kulit jagung
memiliki kandungan lignin yang tinggi sehingga proses perlakuan awal
menggunakan alkali treatment membuat kadar lignin yang ada pada
permukaan serat widuri tidak bersih secara merata. Kadar lignin yang
tinggi mempengaruhi kekuatan ikatan antara serat dan matriks sehingga
resin dan serat tidak terikat secara baik. Oleh karena itu kekuatan tarik
yang dimiliki oleh komposit serat kulit batang widuri dengan jarak lubang
8 mm lebih rendah dari komposit dengan jarak lubang 12 mm.

4
Hasil perbandingan Modulus Elastisitas komposit dengan tipe jarak
lubang 8 mm, 10 mm, dan 12 mm dapat dilihat pada gambar IV.11 berikut
ini.

Gambar 4.11 Perbandingan Modulus Elastisitas Spesimen Komposit

Modulus elastisitas menunjukan kekakuan (stiffness) atau


ketahanan terhadap deformasi elastis, semakin besar modulus elastisitas
maka spesimen komposit akan semakin kaku. Pada grafik diatas
menunjukan bahwa modulus elastisitas tertinggi yang dimiliki oleh
komposit dengan tipe jarak lubang 12 mm dengan modulus elastisitas rata-
rata 8,505 GPa, sedangkan modulus elastisitas terendah dimiliki oleh
komposit dengan tipe jarak lubang 8 mm sebesar 4,483 GPa.

Hal ini disebabkan karena komposit dengan tipe jarak lubang 12


mm menghasilkan kekuatan tegangan yang besar dan regangan yang
tergolong kecil dan tidak jauh berbeda dengan komposit tipe jarak lubang
8 mm dan jarak lubang 10 mm, sehingga menghasilkan modulus elastisitas
yang lebih baik. Modulus elastisitas yang dimiliki komposit dengan tipe
jarak lubang 10 mm lebih baik dibandingkan dengan komposit dengan tipe
jarak lubang 8 mm. Hal ini dikarenakan regangan yang dimiliki oleh
komposit tipe jarak lubang 10 mm lebih rendah dan tidak berbeda jauh
dengan komposit tipe jarak lubang 8 mm. Hal tersebut dapat dibuktikan

4
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh [20] dimana semakin kecil
regangan maka akan menghasilkan kemampuan yang lebih rendah
sehingga spesimen semakin kaku untuk mempertahankan beban yang
diberikan sehingga elastisitas spesimen semakin besar. Sebaliknya
semakin besar regangan maka spesimen semakin ulet sehingga elastisitas
spesimen semakin kecil.

Gambaran makroskopis kegagalan akhir prototipe sambungan dapat dilihat


pada Gambar IV.12.
Fiber pull out

Fiber pull out

Gambar 4.12 Penampang Patahan Spesimen Komposit Penguat Serat

Dari gambar di atas dapat dilakukan pengamatan terhadap


spesimen yang terjadi menunjukkan bahwa patahan yang terjadi stelah
pengujian secara umum pada komposit serat kulit batang widuri yang
diteliti adalah patah getas. Hal ini ditandai dengan bentuk patahan yang
cenderung tegak lurus dengan arah tegangan yang diterima. Selain patah
getas, bentuk patahan yang terjadi pada spesimen uji adalah tipe kerusakan
fiber pull-out. Jenis patahan ini merupakan akibat dari debonding atau
kurangnya ikatan interfacial antara penguat dan matriksnya. Penelitian ini

4
sejalan yang dilakukan oleh [25] dimana bentuk patahan yanag dimiliki
komposit serat buah lontar adalah patah getas.

Dari gambar di atas dapat diketahui lubang meningkatan


konsentrasi tegangan tertinggi yang menyebabkan degradasi kekuatan dan
memicu kerusakan selama pengujian. Kerusakan dimulai dalam bentuk
retak yang timbul karena matriks retak di sekitar lubang dan disebarkan
sepanjang luasnya. Daerah kerusakan disebarkan oleh debonding serat dan
matrik pada penghubung yang terletak disekitar lubang. Setelah kerusakan
awal, spesimen terus mempertahankan beban di bawah perpindahan yang
meningkat. Ketika titik kritis tercapai, daerah kerusakan mencapai ujung
sisi lebar spesimen dan spesimen pada akhirnya gagal terutama karena
kerusakan serat. Artinya, pada tahap akhir kegagalan spesimen, serat tidak
lagi mampu membawa peningkatan beban dan kerusakan yang diberikan
telah terjadi secara tuntas [26].

5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan bentuk jarak lubang


komposit serat kulit batang widuri berpengaruh terhadap kekuatan tarik.
Dimana nilai tegangan tarik tertinggi terdapat pada tipe jarak lubang 12
mm sebesar 9 MPa, sedangkan nilai tegangan terendah terdapat pada tipe
jarak lubang 8 mm sebesar 6.35 MPa, sedangkan nilai untuk regangan
tertinggi adalah tipe jarak lubang 8 mm sebesar 0.15 % dan nilai regangan
terendah terdapat pada tipe jarak lubang 10 mm sebesar 0.13 %.
Selanjutnya untuk nilai modulus elastisitas tipe jarak lubang 12 mm
memiliki memiliki nilai modulus elatisitas tertinggi sebesar 8.505 Gpa,
sedangkan modulus elastisitas terendah adalah tipe jarak lubang 8 mm
sebesar 4.483 Gpa.
2. Sifat getas dari material komposit serat kulit batang widuri sangat
berpengaruh oleh arah serat yang acak dan matriks sebagai pengikat.
Adanya lubang pada material komposit serat widuri dapat meningkatkan
konsentrasi tegangan dan mengakibatkan terjadinya penurunan tegangan
yang berpengaruh selama pengujian tarik dimana kerusakan awal dimulai
dari tepi lubang dan menyebar disepanjang luas daerah yang mana
konsentrasi tegangan terjadi. Awal kerusakan terjadi dalam bentuk retakan
pada sekitar lubang. Tingkat akhir dari penyebaran kerusakan spesimen
saat mencapai pada titik kritis, maka area kerusakan yang akan sampai
pada sisi dalam dari spesimen yang mengalami kegagalan, sehingga terjadi
kerusakan secara menyeluruh seperti ditunjukkan pada kondisi spesimen
yang mengalami kerusakan atau putus akibat pembebanan. Hal ini terjadi
akibat ikatan antar muka pada matrik dan serat widuri kurang maksimal
sehingga mengakibatkan serat tercabut ketika komposit diberi beban tarik.

5
5.2. Saran
Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini,
antara lain :

1. Pada proses pencetakan harus lebih teliti lagi dalam melakukan


penimbangan serat dan resin harus sesuai dengan fraksi volume serat dan
resin karena sangat berpengaruh terhadap kekuatan komposit.
2. Dalam proses penuangan resin dan penyusunan serat dalam cetakan harus
merata dan cepat agar serat benar-benar padat dan resin tidak cepat kering
ketika proses pencetakan.
3. Pada saat proses pelubangan harus diperhatikan jarak lubangnya agar
kontruksi jaraknya betul-betul efisiensi.
4. Pada beberapa jenis sambungan harus diperhatikan tebal spesimen dalam
proses penyambungan agar kontruksi sambungan betul-betul efisiensi.
5. Pada proses keling harus diperhatikan besar lubang dan besar keling yang
digunakan agar pada saat penekanan tidak terjadi keretakan daerah sekitar
lubang.
6. Kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini bisa diperbaiki jika
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang komposit serat kulit batang
widuri.

5
DAFTAR PUSTAKA

[1] ASTM. D3039, 2012. “Standard Test Method for Tensile Properties of
Polymer Matrix Composite Materials. American Society for Testing and
Materials”.

[2] ASTM. D5961, 2003. “Standard Test Method for Bearing Response of
Polymer Matrix Composite Laminates”.

[3] Bayu Sugiarto, 2016. “Analisis Pengaruh Sambungan Mekanik Tipe


Double Lap Terhadap Kekuatan Tarik Pada Komposit Polyester Serat
Batang Pisang”. Pengertian Serat Alam, Sejarah dan Jenisnya.

[4] Harun N. Beliu, Yeremias M. Pell, Jahirwan Ut Jasron, 2016. “Analisa


Kekuatan Tarik dan Bending Pada Komposit Widuri”. Jurnal Lontar. Vol.
03, No. 02 Oktober 2016 (11-20).

[5] Diharjo K, 2006. “Kajian Pengaruh Teknik Pembuatan Lubang Terhadap


Kekuatan Tarik Komposit Hibrid Serat Gelas Dan Karung Plastik”.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

[6] Heri Sunardi, Achmad Zaiburi Agus D. Catur, 2013. “Pengaruh Tahapan
Proses Pelubangan Dan Arah Serat Terhadap Kekuatan Tarik Material
Komposit Polyester-Pandan Wangi”. Jurnal: Dinamika Teknik Mesin. Vol.
03, No. 01, Januari 2013.

[7] Wang B., Panigrahi, S., Tabil, L., Crerar, W,J., Powell, T., Kolybaba, M.,
and Sokhansanj, S., 2003, Flax Fiber Reinforced Thermoplastic
Composites, Journal The Society for Eng. In Agricultural, Food, and
Biological Systems, Dep. of Agricultural and Bioresource Eng. Univ. of
Saskatchwan., 57 Campus Drive, Saskatoon, SK, Canada.

[8] Pell, M. Yeremias., 2010, “Karakteristik Perlakuan Permukaan Serat Kulit


Batang Widuri (Calotropis Gigantea) terhadap Wettability dan Mampu
Rekat Serat Tunggal, dan Sifat Mekanik Komposit Dengan Matriks Resin
Epoksi, Tesis, UGM Yogyakarta.
[9] Hartanto, L., 2009. “Study Perlakuan Alkali dan Fraksi Volum Serat
Terhadap Kekuatan Bending, Tarik, dan Impak Komposit Berpenguat
Serat Rami Bermatrik Polyester BQTN 157., Tugas Akhir, FT,
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

[10] Gibson, R. F. 1994. “Principle of Composite Material Mechanics”,


McGraw-Hill Inc, New York.

[11] Vlack, L. H. 2004. “Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa Material. (S.


Djaprie, Penerj) Jakarta: Erlangga.

[12] Bale, J., Adoe, D.G.H., Boimau, K., and Sakera, T, 2018. “The tensile
strength of mechanical joint prototype of lontar fiber composite. IOP
Conference Series : Materials Science and Engineering, 316, 1-10.

[13] Smallman, R. 2000. “Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material


(Edisi Keenam ed). (S. Djaprie, Penerj) Jakarta: Erlangga.

. [14] Widodo, Basuki, 2008. “Analisa Sifat Mekanik Komposit Epoksi Dengan
Penguat Serat Pohon Aren (Ijuk) Model Lamina Berorientasi Sudut Acak
(Random). Jurusan Teknik Mesin ITN malang : Malang.

[15] Smith L.J Hart, 1986. “Bonded Joint for Fibrous Composite Structures,
Imperial Colellege, London.

[16] Surdia, T., Saito, S., 1995. “Pengetahuan Bahan Teknik”. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.

[17] Adi, D, S., 2007, “Analisis Karakteristik Komposit Serat Nylon Dengan
Resin Polyester Menggunakan Pola Laminates Composites (5 Layers)
Susunan Sudut Serat 00, -600, -600, 600, 600 Dengan Metode Hand Lay
Up”. Tugas Akhir S-1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

[18] Billmeyer, F.W., 1984, “Textbook of Polimer Sciense”. 3rd Edition, John
Willey and Sons, Inc, Singapore.

[19] Bismarck, 2002. “Influence of alkali treatment on surface properties of


fibers, Mc Graw-Hill, New York
[20] Bale dkk, 2017. Bending Strenght Analysis on Composite Reinforced with
Discontinuous Dewalg Leaf (Coryphe Utan Lam). Prosiding SNTTM XVI,
Oktober 2017, hal 46-50.

[21] Muhajir, dkk, 2016,. “Analis Kekuatan Tarik Bahan Komposit Matriks
Resin Berpenguat Serat Alam Dengan Berbagai Varian Tata Letak”.
Jurnal Teknik Mesin, Tahun 24, No 2, Oktober 2016.

[22] Widyastuti. 2009. Rekayasa Proses Laminasi Komposit Laminat Hybrid


Al/Sic-Al/Al2o3 Dalam Fasa Padat. Disertasi., UI, Jakarta.

[23] Heryanto B. Soemardi, dkk, 2018. “Pengaruh Penambahan Stophole Pada


Bahan Komposit Epoxy Serat Kaca”. Jurnal Teknik Mesin, Tahun 13, No
2, Mei 2018.

[24] Maryanti, Budha; Soenif A. As’ad; dan Wahyudi, Slamet. 2011.


“Pengaruh Alkalisasi Komposit Serat Kelapa-Polyester Terhadap
Kekuatan Tarik”. Vol. 2, No. 2, pp. 123-129

[25] Pandango F., dkk, 2019. “Analisis Kekuatan Tarik Dan Bending
Sambungan Hybrid Komposit Serat Buah Lontar”. Jurusan Teknik Mesin,
Undana Kupang.

[26] Thomas L. Sakera, dkk, 2017. “Analis Kekuatan Tarik Prototype


Sambungan Mechanical Joint Composite Serat Buah Lontar”. Jurusan
Teknik Mesin Undana Kupang.

[27] Johandri, dkk., 2017. “Pengaruh Jarak Lubang Pada Core Opened Cell
Foam Bambu Komposit Sadwich Terhadap Density, Kekuatan Tekan,
Kekuatan Bending Dan Penyerapan Air”. Jurnal Teknik Mesin, UNRAM.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN FRAKSI VOLUME SERAT

Ukuran Cetakan :
Panjang : 20 cm
Lebar : 15 cm
Tebal : 0,4 cm

Volume Cetakan (vc) = p×l×t


= 20cm × 15cm × 0,4cm
= 120cm3
Fraksi Volume Serat (Vf) =
30% Volume Serat (vf) = Vf ×
vc
= 30% × 120cm3
= 36cm3
Massa Serat (mf) = massa jenis serat (f) × volume serat (vf)
= 1,2 gr/cm3 × 36cm3
= 43.2 gram
Fraksi volume matriks (Vm) =
70% Volume matriks (vm) = Vm
× vc
= 70% × 120cm3 = 84cm3
Massa matriks (mm) = massa jenis matriks (m) × volume matriks (vm)
= 1.314 gr/cm3 × 84cm3
= 110.37 gram
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN KEKUATAN TARIK

Data hasil pengujian tarik dimasukkan pada persamaan untuk mengetahui


tegangan tarik, regangan tarik, dan modulus elastisitas. Data hasil perhitungan
kemudian dimasukkan kedalam bentuk grafik. Contoh perhitungan yang
dilakukkan dengan persamaan dapat dilihat sebagai berikut :

Diketahui :

Lebar Spesimen (b) = 25 mm

Tebal Spesimen (t) = 8 mm

Beban (F) = 1100 N

Panjang spesimen (I0) = 200 mm

Panjang spesimen setelah pembebanan (I1) = 200,3 mm

Luas spesimen (A0) =b×t

= 25 mm × 8 mm = 200 mm2

IV.3.1. Perhitungan Tegangan Tarik


σ F 1100 N
1= = =5,5 Mpa
AO 200 mm

Dengan perhitungan yang sama, digunakan untuk menghitung 2, 3, dan


seterusnya. Setelah diperoleh besar tegangan tarik untuk masing-masing spesimen,
kemudian dicari besar tegangan tarik rata-rata. Sebagai contoh perhitungan
tegangan tarik rata-rata dapat dilihat sebagai berikut:


1 + 2+ 3+ 4 +5
=


6,5 + 6,5 + 6 + 7,25 + 5,5
= 5

31,75
−= = 6,35 Mpa
5
LAMPIRAN C
DATA AWAL DAN HASIL PENGUJIAN TARIK
Specimen Panjang Beban Max Tegangan Regangan Modulus Tegangan Regangan E Rata-
Tipe Tebal Lebar ΔL A0
Code l0 l1 (N) Tarik (MPa) (%) Elastisitas Rata-Rata Rata-Rata Rata

A1 8 2.5 200 200.2 1300 6.5 0.1 6.5 0.2 200


A2 8 2.5 200 200.3 1300 6.5 0.15 4.3 0.3 200
Jarak
6.35 0.15 4.48
Lubang A3 8 2.5 200 200.3 1200 6 0.15 4.0 0.3 200

(8 mm) A4 8 2.5 200 200.3 1450 7.25 0.15 4.8 0.3 200

A5 8 2.5 200 200.4 1100 5.5 0.2 2.7 0.4 200

B1 8 2.5 200 200.1 1900 9.5 0.05 19.0 0.1 200


B2 8 2.5 200 200.2 1500 7.5 0.1 7.5 0.2 200
Jarak
7.5 0.13 8.26
Lubang B3 8 2.5 200 200.3 1600 8 0.15 5.3 0.3 200
(10 mm) B4 8 2.5 200 200.2 1500 7.5 0.1 7.5 0.2 200

B5 8 2.5 200 200.5 1000 5 0.25 2.0 0.5 200

C1 8 2.5 200 200.2 1700 8.5 0.1 8.5 0.2 200


C2 8 2.5 200 200.4 2050 10.25 0.2 5.1 0.4 200
Jarak
9 0.14 8.50
Lubang C3 8 2.5 200 200.5 1700 8.5 0.25 3.4 0.5 200
(12 mm) C4 8 2.5 200 200.2 2000 10 0.1 10.0 0.2 200

C5 8 2.5 200 200.1 1550 7.75 0.05 15.5 0.1 200

Resin D1 8 2.5 200 200.3 500 2.5 0.15 1.7 0.3 200

Tanpa D2 8 2.5 200 200.5 1100 5.5 0.25 2.2 0.5 200 5.41 0.16 4.03
Penguat D3 8 2.5 200 200.2 1650 8.25 0.1 8.3 0.2 200
LAMPIRAN D
DATA HASIL TEGANGAN DAN REGANGAN
LAMPIRAN E
DATA HASIL BEBAN DAN PERPANJANGAN
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI PENELITIAN

Pembersihan Serat Widuri Penjemuran Serat Widuri

Serat Widuri Diberi Penjemuran Serat Widuri

Perlakuan NaOh

Penimbangan Serat Buah Lontar Penimbangan Resin


Proses Pencetakan Proses Pengepresan

Spesimen Selesai Dicetak Proses Pengeboran

Proses SambunganProses Proses Pengujian Tarik

Hasil Pengujian Tarik Hasil

Anda mungkin juga menyukai