Anda di halaman 1dari 18

MODUL Accounting For Manager

(MAN 653)

MODUL SESI KE 12
Accounting Decision

DISUSUN OLEH
Dr. Rilla Gantino, S.E., Ak., MM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


JULI 2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 18
Accounting Decision

1) Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


Mahasiswa mengetahui tentang klasifikasi cost dan mengetahui tentang mengkalkulasi
biaya produksi baik untuk jasa maupun produk. Mengetahui tentang metode alokasi
overhead

2) Concept

Biaya
Fungsi manajemen perusahaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, peng-arahan dan
pengendalian. Dalam menjalankan fungsinya untuk mengelola perusahaan, manajemen
memerlukan data biaya yang disajikan secara sistematis. Untuk itu suatu perusahaan
menyelenggarakan akuntansi, guna memperoleh informasi financial (keuangan) bagi
kepentingan manajemen.

Pengertian akuntansi yang sering dipakai berasal dari American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) yaitu : “Accounting is a service activity. Its function is to provide
quantitative information, primarily financial in nature, about economic entities that is
intended to be useful in making economic decisions – in making reasoned choises among
alternative courses of action.” (Smith, Skousen, K.Fred, 1995:3)
Sedang menurut Soemarso, akuntansi didefinisikan sebagai berikut: “…proses
mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan
adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan
informasi tersebut.”

Salah satu jenis akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat bantu manajemen baik pada
perusahaan manufaktur maupun non manufaktur adalah akuntansi biaya. Ada beberapa
pendapat yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian akuntansi biaya, yaitu: Menurut
R.A. Supriyono, pengertian akuntansi biaya adalah: “Akuntansi biaya adalah salah satu
cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 18
biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.”
sedangkan pengertian lainnya adalah: “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau
jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.”

Dari pengertian akuntansi biaya, terlihat pentingnya peranan akuntansi biaya, terutama dalam
pengumpulan data biaya produksi dan non produksi yang telah terjadi selama satu periode,
untuk kemudian dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam menentukan berbagai
kebijakan dalam mengelola perusahaan.

Tujuan Akuntansi Biaya, adalah menyediakan informasi dalam bentuk laporan biaya secara
sistematis yang diperlukan manajemen, yaitu informasi biaya yang bermanfaat untuk:
1. Penentuan harga pokok produk dengan tepat dan teliti
Dalam menentukan harga pokok, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, meringkas serta
melaporkan biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang disajikan tersebut
adalah biaya-biaya yang terjadi di masa lalu atau biaya historis.

2. Perencanaan dan pengendalian biaya


Sebagai alat perencanaan, akuntansi biaya membantu manajemen dimana sebelum memulai
produksi, manajemen terlebih dahulu membayangkan kegiatan-kegiatan yang hendak
dijalankan kemudian dibuat taksiran-taksiran mengenai biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk membuat satu unit produk. Selain itu akuntansi biaya juga bertugas untuk memantau
apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya
tersebut. Apabila terjadi penyimpangan, maka akuntansi biaya akan melakukan analisis dan
menyajikan informasi penyebab terjadinya selisih tersebut, sehingga manajemen dapat
mempertimbangkan tindakan koreksi yang diperlukan.

3. Pengambilan keputusan khusus


Pengambilan keputusan khusus yang dilakukan manajer suatu perusahaan
menyangkut masa depan perusahaan tersebut. Akuntansi biaya membantu menyediakan
informasi khususnya biaya masa yang akan datang yang relevan dengan pengambilan
keputusan khusus. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan
hasil dari suatu proses peramalan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 18
Penggolongan Biaya
Dalam arti luas Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti
sempit Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Untuk membedakan pengertian biaya dalam arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva ini disebut dengan istilah harga pokok.

Penggolongan biaya diperlukan untuk mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan


elemen biaya yang ada supaya lebih ringkas dan dapat memberikan informasi yang lebih
berarti. Dalam akuntansi biaya, untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara
penggolongan biaya yang berbeda pula.

Adapun penggolongan biaya dapat dilakukan sebagai berikut:


1. Sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan
Biaya-biaya yang muncul diklasifikasikan menurut fungsi pokok dari kegiatan perusahaan,
yang terdiri dari:

a. Biaya Produksi (Manufacturing Costs)


Yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi barang jadi atau produk selesai. Yang termasuk dalam biaya ini adalah:
 Biaya bahan baku langsung (direct material) adalah harga perolehan dari bahan baku
yang dipakai di dalam pengolahan produk.
 Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) merupakan semua balas jasa yang diberikan
kepada karyawan pabrik yang dapat ditelusuri atau dibebankan ke produk tertentu
yang dihasilkan perusahaan.
 Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi selain biaya
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan
ke dalam:

2). Biaya bahan penolong


3). Biaya tenaga kerja tidak langsung
4). Penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
5) Reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
6) Biaya listrik, air pabrik

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 18
7) Biaya asuransi pabrik
8) Biaya overhead lain-lain

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama
(prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula
disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost).

b. Biaya Pemasaran (Marketing Expenses)


Adalah biaya dalam hal penjualan produk atau barang jadi sampai dengan pengumpulan
piutang menjadi kas. Menurut fungsi pemasaran, biaya ini meliputi biaya untuk menimbulkan
pesanan seperti biaya promosi dan biaya untuk melayani pesanan seperti biaya pengepakan
dan pengiriman.

c. Biaya Administrasi dan Umum (Administration and General Expense)


Yaitu biaya yang terjadi dalam jangka penentuan kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan
kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian
Keuangan, Akuntansi, Personalia, biaya pemeriksaan akuntan, jasa hukum dan biaya fotocopy.

d. Biaya Keuangan (Financial Expenses)


Adalah semua biaya yang terjadi dalam menjalankan fungsi keuangan, seperti biaya bunga.

2. Sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume.
Biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas atau kegiatan atau volume
terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan
diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Biaya Tetap (Fixed Costs)


Karakteristik biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi
oleh perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu. Pada biaya tetap, biaya
satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan.
Contohnya adalah biaya gaji direktur produksi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 18
b. Biaya Variabel (Variable Costs)
Karakteristik biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan tetapi biaya satuannya konstan. Yang termasuk
biaya variabel adalah biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.

c. Biaya Semivariabel (Semivariable Costs)


Biaya semivariabel memiliki karakteristik sebagai biaya yang jumlah totalnya akan berubah
sesuai dengan volume kegiatan, akan tetapi biaya satuannya berbanding terbalik dengan
volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.

3. Sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai


Objek atau pusat biaya dalam perusahaan dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan,
departemen, daerah pemasaran, bagian-bagian dalam organisasi yang lain, ataupun
individu. Dalam hal ini biaya sesuai dengan objek atau pusat biaya yang dibiayai dibagi
menjadi:

a. Biaya Langsung (Direct Costs)


Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada
objek atau pusat biaya tertentu, misalnya gaji dari manajer di suatu departemen dalam
perusahaan.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Departemental Costs)


Adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada objek atau
pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat
biaya. Contohnya: biaya sewa dari suatu kantor yang digunakan bersama oleh beberapa
departemen sekaligus.

4. Sesuai dengan periode akuntansi dimana biaya akan dibebankan


Hal yang perlu dibahas dalam penggolongan biaya sesuai dengan periode akuntansi adalah
pengeluaran yang berhubungan dengan kapan pengeluaran tersebut akan menjadi biaya.
Maka biaya dibagi menjadi:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 18
a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)
Adalah pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan
datang atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada beberapa periode
akuntansi. Pengeluaran ini dikapitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva, dan diperlakukan
sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmati manfaatnya.

b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)


Pengeluaran pendapatan merupakan pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada
periode akuntansi dimana pengeluaran terjadi. Pengeluaran ini umumnya langsung
diperlakukan sebagai pada periode yang bersangkutan.

5.Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian biaya


a. Biaya Terkendali (Controllable Costs)
Yaitu biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam
jangka waktu tertentu.

b. Biaya Tidak Terkendali (Uncontrollable Costs)


Yaitu biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan berdasar wewenang yang
dimilikinya dalam jangka waktu tertentu.

6.Penggolongan dihubungkan dengan pengambilan keputusan

a. Biaya Relevan (Relevant Costs)


Adalah semua biaya yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang akan
mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut. Pada umumnya penggunaan biaya relevan
dalam proses pengambilan keputusan berhubungan dengan tingkat profitabilitas dan masa
depan perusahaan.

b. Biaya Tidak Relevan (Irrelevant Costs)


Adalah biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, sehingga tidak perlu
diperhitungkan dan dianalisa lebih lanjut dalam proses pengambilan keputusan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 18
Metode Pengumpulan Harga Pokok Produk
Pengumpulan biaya produksi sangat oleh cara produksi. Secara garis besar, cara memproduksi
produk dapat dibagi menjadi dua metode yaitu

1) Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing)


Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana
biaya dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan
setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Metode ini cocok digunakan untuk
perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan atau produk yang dihasilkan dalam suatu
departemen bersifat heterogen.

2) Metode Harga Pokok Proses (Process Costing)


Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan, semester, tahun.
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang menghasilkan produk homogen, bentuk
produk standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

Sistem Akuntansi Biaya


Secara garis besar sistem akuntansi biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu sebagai
berikut:
1. Actual Costing
Yaitu sistem akuntansi biaya yang membebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya sesungguhnya.
2. Normal Costing
Yaitu sistem akuntansi biaya yang membebanan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung pada produk berdasar biaya sesungguhnya, sedangkan biaya overhead pabrik
berdasar tarif yang ditentukan di muka.

3. Standard Costing
Yaitu sistem akuntansi biaya yang membebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik pada produk berdasar biaya seharusnya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 18
Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, buruh tidak
langsung, dan biaya-biaya lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan
langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan akhir biaya tertentu seperti
kontrak-kontrak pemerintah.

Overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam


pembebanannya sebagai hasil produksi secara layak. Karakteristik ini menyangkut hubungan
khusus antara overhead pabrik dengan :

1) Produk itu sendiri


Karakteristik pertama dalam hubungannya dengan produk itu sendiri. Berbeda dengan bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik merupakan bagian yang
tidak berwujud dari barang jadi. Tidak ada surat permintaan bahan ataupun kartu jam tenaga
kerja yang dipergunakan untuk menyatakan jumlah biaya overhead pabrik seperti pada
perlengkapan pabrik atau tenaga kerja tidak langsung yang diperhitungkan dalam suatu
pekerjaan atau produk.

2) Jumlah volume produksi


Karakteristik kedua menyangkut perubahan sebagian unsur biaya overhead karena adanya
perubahan volume produksi yaitu overhead bisa bersifat tetap, variabel atau semivariabel.
Biaya overhead tetap secara relatif tetap konstan, biarpun ada perubahan dalam volume
produksi, sedangkan overhead tetap per unit output akan bervariasi berlawanan dengan
volume produksi. Overhead variabel variasi secara sebanding dengan output produksi.
Overhead semivariabel bervariasi, tetapi tidak sebanding dengan unit yang diproduksi.
Apabila volume produksi berubah, efek gabungan dari berbagai pola overhead yang berbeda
ini dapat mengakibatkan biaya pabrikase per unit berfluktuasi besar.

Penggolongan Biaya Overhead Pabrik


Penggolongan biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara, yaitu:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 18
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah
biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya
produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa
golongan berikut ini:

a) Biaya Bahan Penolong.


Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang
meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan
harga pokok produk tersebut. Dalam perusahaan percetakan misalnya, yang termasuk dalam
bahan penolong antara lain adalah: bahan perekat, tinta koreksi dan pita mesin ketik.

b) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.


Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis
pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan atau pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin- mesin dan
ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk
keperluan pabrik.

c) Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.


Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya ini terdiri dari
upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tak langsung
tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari:
1) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-
departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
2) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala
departemen produksi, karyawan administrasi pabrik dan mandor.

d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.


Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi
emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas laboratorium,
alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 18
e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi
gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan, asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.

f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai.
Biaya overhead yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang
diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan


dengan perubahan volume produksi
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan:
 Biaya Overhead Pabrik Tetap, adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah
dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
 Biaya Overhead Pabrik Variabel, adalah biaya overhead pabrik yang berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
 Biaya Overhead Pabrik Semivariabel, adalah biaya overhead pabrik yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya,
biaya overhead pabrik yang bersifat semivariabel dipecah menjadi dua unsur: biaya
tetap dan biaya variabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen


Jika disamping memiliki departemen produksi, perusahaan juga memiliki departemen
pembantu (seperti misalnya departemen pembangkit tenaga listrik, departemen bengkel dan
departemen air). Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam
pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
1) Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses),
adalah biaya overhead pabrik yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya
hanya dinikmati oleh departemen tersebut.
2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental overhead
expenses), adalah biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih satu
departemen.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 18
Metode Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan perlu memperhatikan jumlah
tarif biaya overhead pabrik yang akan digunakan. Ada tiga alternatif yang dapat digunakan
yaitu:

1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal


Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead pabrik untuk pembebanan biaya
overhead pabrik ke pesanan maupun produknya dari awal proses sampai akhir.

2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi


Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap tahapan atau departemen
produksi yang ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead pabrik tergantung dari tahapan
atau departemen produksi yang ada.

3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas


Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang terjadi dalam
pembuatan produknya. Cara ini dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).

Biaya Overhead Pabrik – Departementalisasi


Dalam perusahaan yang relatif besar di mana pengolahan produk melalui beberapa tahapan
dan pengendalian biaya perlu dihubungkan dengan bagian atau departemen di dalam pabrik,
pada perusahaan tersebut perlu diadakan departementalisasi khususnya untuk elemen biaya
overhead pabrik.
Departementalisasi biaya overhead pabrik semakin penting pada pabrik yang mengolah
produk atau pesanan yang tidak selalu melalui proses yang sama atau produk yang dihasilkan
perusahaan memungkinkan untuk dijual sebelum diolah melalui semua tahapan pengolahan,
misalnya pada pabrik tekstil yang dapat untuk menjual benang dan mori belum
disempurnakan (mori gray) yang dihasilkan.

Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke dalam bagian- bagian
yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) ke dalam mana biaya overhead pabrik
akan dibebankan. Untuk tujuan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, tarif biaya
overhead pabrik akan dihitung untuk setiap departemen produksi, sehingga produk atau

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 18
pesanan akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan departemen
produksi yang dilaluinya, dan selisih biaya overhead pabrik akan dianalisa untuk setiap
departemen produksi.

Tujuan Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik


Tujuan utama departementalisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

1. Untuk pembebanan dengan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.
Hal ini dimungkinkan karena produk atau pesanan akan dibebani biaya overhead pabrik
sesuai dengan departemen produksi yang dilalui yaitu sebesar tarif biaya overhead pabrik
departemen yang dilalui dikalikan kapasitas pembebanan yang diserap oleh suatu produk
pada departemen produksi yang bersangkutan. Misalnya pada pabrik tekstil, benang yang
langsung dijual hanya dibebani biaya overhead pabrik departemen pintal, departemen tenun,
maupun departemen penyempurnaan sesuai dengan tarif dan kapasitas pembebanan yang
diserap pada masing-masing departemen produksi.

2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.


Hal ini dimungkinkan karena dalam departementalisasi diharapkan dapat dipakai dasar
untuk meletakkan tanggung jawab atas terjadinya biaya pada departemen tertentu, selisih
biaya overhead pabrik yang terjadi akan dianalisa pula untuk departemen produksi tertentu.

3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.


Agar supaya ketiga tujuan tersebut di atas dapat dicapai, dalam departementalisasi diperlukan
syarat atau kondisi-kondisi sebagai berikut:

a. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi maupun pembantu.


Departemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat mengakibatkan pembebanan yang
kurang adil dan teliti, dari segi pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen
yang terlalu banyak akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan
yang mungkin tidak sesuai dengan manfaatnya.
b. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan pembagian struktur organisasi di
dalam pabrik.
c. Dapat dipilih dasar distribusi, alokasi, maupun pembebanan yang tepat.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 18
4. Penentuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat dan sesuai pula dengan
variabilitas biaya overhead pabrik.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan atau memilih departemen-
departemen di dalam pabrik adalah sebagai berikut:

 Pembagian tanggung jawab atas pengolahan produk dan jasa yang dihasilkan di dalam
pabrik, serta atas biaya yang terjadi.
 Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan dengan
gerakan- gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
 Lokasi dari operasi, proses pengolahan dan mesin.
 Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.

5. Penyesuaian mesin, proses atau operasi di dalam setiap departemen atau pusat biaya.

Langkah-langkah Penentuan dan Penggunaan Departementalisasi Tarif Biaya


Overhead Pabrik
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan dan penggunaan
departementalisasi tarif biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
1. Penentuan besarnya tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
2. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk atau pesanan pada setiap departemen
produksi.
3. Pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
4. Perhitungan, analisa dan perilaku selisih biaya overhead pabrik untuk setiap
departemen produksi.

Berikut dibahas langkah-langkah tersebut di atas lebih mendalam (berhubungan dengan


analisa data maka langkah yang akan dibahas adalah langkah 1 dan langkah 2 saja).
1) Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik untuk Setiap Departemen Produksi Dalam
penentuan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi tahap-tahap yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut:

 Menyusun budget atau anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang
dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 18
 Mengadakan penelitian pabrik (factory survey) pada awal periode yang akan
digunakan untuk distribusi dan alokasi biaya overhead pabrik, serta perhitungan tarif
biaya overhead pabrik.
 Distribusi setiap elemen biaya overhead pabrik tidak langsung yang dibudgetkan
kepada setiap departemen di dalam pabrik, baik departemen produksi maupun
departemen pembantu. d. Alokasi biaya overhead pabrik yang dibudgetkan dari
departemen pembantu tertentu ke departemen produksi dan departemen pembantu
lainnya.
 Perhitungan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.

Pengertian dan Filosofi Just In Time


Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada
prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan
pada saat dibutuhkan oleh konsumen.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:

1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada
saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai
dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan

Tujuan utama yang ingin dicapai dari sistem JIT adalah:

1. Zero Defect (tidak ada barang yang rusak)


2. Zero Set-up Time (tidak ada waktu set-up)
3. Zero Lot Excesses (tidak ada kelebihan lot)
4. Zero Handling (tidak ada penanganan)
5. Zero Queues (tidak ada antrian)
6. Zero Breakdowns (tidak ada kerusakan mesin)
7. Zero Lead Time (tidak ada lead time)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 18
Tekhnik – tekhnik JIT
Dalam menerapkan pola Just In Time dalam proses produksi,perlu diperhatikan kebijakan–
kebijakan dalam beberapa bidang yang patut diterapkan,yang di antaranya :

1. Pemasok
Dalam penerapan sistem JIT,kita harus dapat mengupayakan kerja sama dengan pemasok
yang mampu memasok barang dengan kualitas tinggi dan dapat mem-prioritaskan ketepatan
waktu dalam pengiriman barang ke area kerja. Beberapa perhatian dari pemasok juga perlu
ditindaklanjuti. Adapun perhatian tersebut meliputi
a. Diversifikasi : keinginan pemasok untuk memiliki banyak pelanggan dengan tidak
terikat pada satu pelanggan saja.
b. Penjadwalan : Ketidakyakinan pemasok terhadap kemampuan pembeli dalam
memproduksi pesanan dalam jadwal yang lancer dan terkoordinasi.
c. Perubahan : perubahan tekhnik dan spesifikasi yang diterapkan pembeli kerap menjadi
malapetaka bagi JIT karena kurangnya waktu tunggu bagi pemasok untuk
mengimplementasikan perubahan yang diperlukan.
d. Kualitas : anggaran permodalan ,proses – proses dan tekhnologi dapat membatasi
kualitas produk
e. Ukuran lot : pengiriman dengan lot yang kecil,dianggap sebagai suatu cara
mentransfer biaya penyimpanan yang seharusnya ditanggung pembeli kepada
pemasok.

2. Tata Letak (layout)


Untuk lebih mengefisienkan proses produksi , penataan letak ruang kerja merupakan salah
satu factor yang penting. Dengan penataan letak yang strategis dan teratur maka akan
memudahkan moblisasi pekerja dalam mengerjakan masing – masing tugasnya dan koordinasi
dengan sesama pekerja dapat berlangsung lebih maksimal.
Adapun tekhnik – tekhnik dalam layout yang dapat diterapkan di antara lain :

a) Membangun area kerja untuk kelompok – kelompok produk b. Melakukan sejumlah


besar operasi dalam area yang kecil
b) Meminimalisasi jarak antar segmen produksi d. Merancang area kecil untuk
persediaan\

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 18
c) Meningkatkan komunikasi antar pekerja f. Menggunakan peralatan poka – yoke
d) Menyediakan erlengkapan yang fleksibel dan mudah dipindahkan h. Melatih silang
para pekerja untuk menambah fleksibilitas

3. Persediaan
Dalam JIT,persediaan biasanya bersifat just in case (jaga – jaga) jika terjadi sesuatu yang
tidak beres. Persediaan just in time adalah persediaan minimum yang diperlukan untuk
menjaga agar suatu sistem dapat berjalan dengan sempurna. Dengan metode persediaan just in
time ,barang tiba saat dibutuhkan .

4. Penjadwalan
Dalam menerapkan pola JIT,ketepatan jadwal dalam proses produksi harus dapat
diprioritaskan. Ketepatan jadwal akan mmbantu proses produki yang berkesinambungan dan
tidak sampai menunda proses produksi yang ada

5. Pemeliharaan preventif
Selain kebijakan di atas,upaya preventif terhadap hal – hal yang tidak diinginkan juga patut
mendapat perhatian khusus.

6. Pemberdayaan pekerja
Pemberdayaan pekerja dengan cara pelatihan,klasifikasi dan pembagian kerja yang tepat dan
fleksibel dapat berkontribusi besar bagi produktivitas yang lebih optimal bagi para pekerja.

7. Komitmen
Kesungguhan manajemen serta seluruh komponen yang mendukung proses produksi sangat
penting untuk mempertahankan kualitas produk dan kepuasan konsumen akan produk buatan
kita.

Link JURNAL :
https://www.scipress.com/ILSHS.48.107
http://www.macrothink.org/journal/index.php/ajfa/article/view/883
https://pdfs.semanticscholar.org/b18f/962acfcf851dad38b6ff0a0c0354124d8b1c.pdf

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 18
Latihan :

1. Jika saudara mempunyai sebuah bisnis, apakah saudara akan memilih untuk
menggunakan JIT untuk tujuan efisiensi? Mengapa?
2. Menurut saudara apakah konsep JIT dapat diimplementasikan hanya bidang usaha jenis
manufaktur ? Jelaskan!

Daftar Pustaka

1. Gopal, CA., C., Rama, 2009. Accounting for Manager. New Age International
Publishers., New Delhi
2. Collier, Paul M., 2003. Accounting for Managers: Interpreting accounting information
for decision-making. John Wiley & Sons Ltd. England
3. Warren, Carl S.Reeve, James M.; Duchac, Jonathan E, Wahyuni, Ersa Tri; Jusuf, Amir
Abadi. 2018. Accounting Edisi: 4th ed. : Indonesia adaptation, volume 1.Salemba
Empat, Jakarta

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 17 / 18

Anda mungkin juga menyukai