Akuntansi biaya adalah salah satu bidang pada akuntansi yang digunakan untuk analisis, penggolongan dan pencatatan
mengenai biaya produksi maupun biaya pemasaran terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Akuntansi biaya dapat digunakan untuk memenuhi keperluan pihak eksternal (investor, kreditor dll) maupun pihak internal
(manajemen) pada suatu perusahaan. Informasi biaya untuk bagian internal perusahaan biasanya disajikan dengan
menyesuaikan keperluan manajemen sedangkan untuk pihak ekstenal disajikan dalam bentuk laporan keuangan misalnya
seperti laporan neraca, laba-rugi dan arus kas. Bagi pihak manajemen perusahaan informasi mengenai biaya sangat
diperlukan karena dapat membantu dalam mengambil suatu keputusan, yang dimana keputusan tersebut akan berpengaruh
bagi perusahaan.
Jika menurut Mulyadi [1999:6] — Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan & penyajian biaya
pembuatan & penjualan produk atau jasa,dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.
Sedangkan menurut R A Supriranto [2000:21] — Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntasi yang merupakan alat
manajemen dalam memonitor & menekan transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya.
Itulah beberapa penjelasan akuntansi biaya menurut beberapa ahli, semoga dapat kamu pahami.
Dapat menyediakan berbagai data biaya yang dibutuhkan untuk pengendalian kegiatan maupun perencanaan
perusahaan.
Dapat menetapkan metode, prosedur pengendalian, perbaikan operasi dan program pengurangan biaya atau
anggaran.
Dapat mengembangkan analisa maupun sistem biaya dalam penentuan harga popok dan dapat menganalisis jika
terjadi penyimpangan.
Dapat menyediakan data biaya yang nantinya diperlukan untuk pengambilan keputusan.
Dapat berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.
Dan dapat menyusun laporan-laporan biaya.
Adapun beberapa tujuan dari akuntansi biaya, yang diantaranya sebagai berikut ini:
Misalnya dalam hal pengendalian biaya, harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam
melakukan produksi terhadap satuan produk ataupun jasa.
2. Untuk menentukan harga pokok suatu produk atau jasa
Biasanya akuntansi biaya dalam menentukan harga pokok dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan manajemen dan pihak eksternal perusahaan. Oleh sebab itu proses penyusunan akuntansi biaya
ini berguna untuk menentukan harga pokoknya berdasarkan pada SAK atau Standar Akuntansi Keuangan yang masih
berlaku. Akuntansi biaya akan mencatat, menggolongkan dan meringkas berbagai macam biaya pembuatan produk ataupun
jasa yang dihasilkan perusahaan. Sehingga laporan biaya yang disajikan nantinya berupa biaya historis perusahaan tersebut.
Keputusan yang diambil oleh manajemen akan menyangkut masa depan perusahaan yang dipimpinnya. Oleh sebab itu
informasi dari akuntansi biaya yang benar atau relevan selalu berpengaruh pada pengambilan keputusan manajemen, yang
dimana keputusan tersebut akan berpengaruh pada perusahaan di masa mendatang. Karena dapat membantu dalam
pengambilan keputusan, maka laporan akuntansi biaya termasuk kedalam bagian akuntansi manajemen.
1. Produksi atas dasar pesanan Pada perusahaan yang berproduksi secara pesanan, cara pengumpulan biaya
produksinya menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order Cost). Biaya produksi dikumpulkan
untuk tiap jenis pesanan dan harga poko per satuan dihitung sebagai berikut :
2. Contoh :
Untuk mengerjakan seratus pesanan pakaian olah raga diperlukan biaya sebagai berikut :
3. Maka harga pokok satu stel seragam pakaian olah raga dihitung
= Rp 1.500.000/100 = Rp 13.000 per stel
4. Produksi atas dasar produksi massa Perusahaan yang ini berproduksi terus menerus selama ada permintaan
pasar,artinya ada pesanan atau tidak selama barang yang mereka produksi maka akan terus diproduksi.
Perusahaan yang berproduksi secara massa di dalam mengumpulkan biaya produksi menggunakan harga
pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu,
sedangkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi selama
periode tertentu
Harga pokok
persatuan =
Jumlah produk yang dihasilkan
selama periode tertentu
5. Contoh :
Perusahan industri yang memproduksi shampo selama bulan janari 2003 telah mengeluarkan biaya produksi
sebagai berikut :
6. Produk yang dihasilkan selama bulan januari sebanyak 10.000 botol (dianggap tidak ada produk belum
selesai), jadi harga pokok per satuan dihitung :
Rp 6.000.000 / 10.000 = Rp 600.000
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga
pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua
pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”14)
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi
dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar
perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
1. Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya
produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya
produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”15)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi
yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya
variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai
elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode
variable costing adalah :
1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode
berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik telah diperlakukan sebagai beban
pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang
dibebankan kepada tahun berikutnya.
3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing.
Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan
sebagai biaya produksi.
4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak
cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP) dalam rangka perencanaan dan
pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan
keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.
Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing.
Full Costing
Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh
biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga
dengan Absortion atau Conventional Costing.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan
mempunyai akibat pada :
1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi
atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses
maupun produk jadi)
4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
samapi saat produk yang bersangkutan dijual.
Variable Costing :
Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing
1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai
unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya.
2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan
tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Laporan Laba-Rugi
Ket :
Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi
pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi
administrasi dan umum.
Laporan Laba-Rugi
Rp. 230.000
Rp. 145.000
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan
(2) operating laverage.
Hsl Penjualan
Laba bersih
Misal :
Dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak dari
kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan :
Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga
manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.
Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan
yakni : discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan
manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.