Anda di halaman 1dari 15

A.

Penjelasan akuntansi biaya

Akuntansi biaya adalah salah satu bidang pada akuntansi yang digunakan untuk analisis, penggolongan dan pencatatan
mengenai biaya produksi maupun biaya pemasaran terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Akuntansi biaya dapat digunakan untuk memenuhi keperluan pihak eksternal (investor, kreditor dll) maupun pihak internal
(manajemen) pada suatu perusahaan. Informasi biaya untuk bagian internal perusahaan biasanya disajikan dengan
menyesuaikan keperluan manajemen sedangkan untuk pihak ekstenal disajikan dalam bentuk laporan keuangan misalnya
seperti laporan neraca, laba-rugi dan arus kas. Bagi pihak manajemen perusahaan informasi mengenai biaya sangat
diperlukan karena dapat membantu dalam mengambil suatu keputusan, yang dimana keputusan tersebut akan berpengaruh
bagi perusahaan.

B. Penjelasan akuntansi biaya menurut beberapa para ahli

Jika menurut Mulyadi [1999:6] — Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan & penyajian biaya
pembuatan & penjualan produk atau jasa,dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.

Sedangkan menurut R A Supriranto [2000:21] — Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntasi yang merupakan alat
manajemen dalam memonitor & menekan transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk
laporan biaya.

Itulah beberapa penjelasan akuntansi biaya menurut beberapa ahli, semoga dapat kamu pahami.

C. Tugas akuntansi biaya

Beberapa tugas dari akuntansi biaya diantaranya sebagai berikut ini:

 Dapat menyediakan berbagai data biaya yang dibutuhkan untuk pengendalian kegiatan maupun perencanaan
perusahaan.
 Dapat menetapkan metode, prosedur pengendalian, perbaikan operasi dan program pengurangan biaya atau
anggaran.
 Dapat mengembangkan analisa maupun sistem biaya dalam penentuan harga popok dan dapat menganalisis jika
terjadi penyimpangan.
 Dapat menyediakan data biaya yang nantinya diperlukan untuk pengambilan keputusan.
 Dapat berpartisipasi dalam penyusunan anggaran.
 Dan dapat menyusun laporan-laporan biaya.

Baca juga: Pengertian akuntansi manajemen dan menurut para ahli lengkap.

D. Tujuan akuntansi biaya

Adapun beberapa tujuan dari akuntansi biaya, yang diantaranya sebagai berikut ini:

1. Untuk pengendalian biaya

Misalnya dalam hal pengendalian biaya, harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan dalam
melakukan produksi terhadap satuan produk ataupun jasa.
2. Untuk menentukan harga pokok suatu produk atau jasa

Biasanya akuntansi biaya dalam menentukan harga pokok dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan manajemen dan pihak eksternal perusahaan. Oleh sebab itu proses penyusunan akuntansi biaya
ini berguna untuk menentukan harga pokoknya berdasarkan pada SAK atau Standar Akuntansi Keuangan yang masih
berlaku. Akuntansi biaya akan mencatat, menggolongkan dan meringkas berbagai macam biaya pembuatan produk ataupun
jasa yang dihasilkan perusahaan. Sehingga laporan biaya yang disajikan nantinya berupa biaya historis perusahaan tersebut.

3. Untuk pengambilan keputusan

Keputusan yang diambil oleh manajemen akan menyangkut masa depan perusahaan yang dipimpinnya. Oleh sebab itu
informasi dari akuntansi biaya yang benar atau relevan selalu berpengaruh pada pengambilan keputusan manajemen, yang
dimana keputusan tersebut akan berpengaruh pada perusahaan di masa mendatang. Karena dapat membantu dalam
pengambilan keputusan, maka laporan akuntansi biaya termasuk kedalam bagian akuntansi manajemen.

AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA


A.    Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian
biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Akuntansi biaya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak external
(pemegang saham atau kreditor) atau pihak intern perusahaan. Informasi biaya untuk pihak
external, biasanya dilaporkan dalam bentuk Laporan Laba/Rugi dan Neraca, yang dalam
pelaporannya mengacu pada SAK, sedangkan informasi biaya utuk pihak internal dilaporkan
sesuai dengan kebutuhan manajemen.Informasi biaya ini sangat penting bagi pihak
manajemen untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan.
Tujuan akuntansi biaya, adalah:
1.      Perencanaan dan pengendalian biaya.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan, pihak manajemen membuat
estimasi  pendapatan dan biaya. Dasar yang digunakan dalam estimasi biaya adalah data
historis, akan tetapi pihak manajemen juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang
diprediksi akan mempengaruhi biaya. Tahap selanjutnya, pihak manajemen akan memonitor
apakah biaya sesungguhnya yang terjadi sesuai dengan perencanaan biaya. Jika terjadi
penyimpangan (ada selisih antara biaya sesungguhnya dengan perencanaan biaya), maka
pihak manajemen akan menganalisis penyebab terjadinya selisih, serta mempertimbangkan
tindakan koreksi yang memang perlu dilakukan.  
2.      Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan
teliti.
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat,
menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa.Biaya
yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya historis. Umumnya akuntansi biaya untuk
penentuan harga pokok produk ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan top manajemen dan
pihak external. Oleh karena itu, akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini taat
pada SAK.
3.      Pengambilan keputusan manajemen.
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu
informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan
informasi yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus bertugas
untuk menyediakan biaya masa yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam
catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu peramalan. Karena keputusan khusus
adalah merupakan sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan, laporan akuntansi biaya
untuk memenuhi tujuan pengambilan keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen
.
B.     Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk
dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada empat unsur pokok dari definisi biaya tersebut diatas, yaitu :
1.      Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi;
2.      Diukur dalam satuan uang;
3.      Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi;
4.      Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.
Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, atau dalam akuntansi biaya lebih dikenal dengan konsep “different
costs for different purposes”. Ada lima cara penggolongan biaya, yaitu, yaitu penggolongan
biaya:
1.      Atas dasar obyek pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan
biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
2.      Atas dasar fungsi pokok di dalam perusahaan.
Di dalam perusahaan manufaktur, ada empat fungsi pokok yang ada di perusahaan, yaitu:
a.       Fungsi produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai yang siap untuk dijual.
Atas dasar fungsi produksi, maka biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi:
-          Biaya bahan baku
Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya
dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk
tertentu.
Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan
produk.
-          Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang
manfaatnya dapat diidentifikasikan atau didiikuti jejaknya pada produk tertentu yang
dihasilkan perusahaan.
-          Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, yang elemennya dapat digolongkan ke dalam:
·         Biaya bahan penolong.
·         Biaya tenaga kerja tidak langsung
·         Biaya penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
·         Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
·         Biaya listrik dan air pabrik
·         Biaya asuransi pabrik
·         Biaya overhead lain-lain.
b.      Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan produk
selesai yang siap dijual dengan cara yang memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba
sesuai yang diinginkan perusahaan. Atas dasar fungsi pemasaran, maka biaya dapat
digolongkan dalam biaya pemasaran.
Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Contoh
biaya pemasaran, antara lain:
·         Biaya iklan
·         Biaya promosi
·         Biaya angkut penjualan
·         Biaya gaji bagian pemasaran
c.       Fungsi administrasi dan umum, adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan
penentuan kebijakan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan
agar dapat berjalan efisien dan efektif. Atas dasar fungsi administrasi dan umum, maka biaya
dapat digolongkan dalam biaya administrasi dan umum.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan
produksi dan pemasaran produk. Cotoh dari biaya administrasi umum adalah:
·         Biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia.
·         Biaya pemeriksaan akuntan
d.      Fungsi keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau
penyediaan dana yang diperlukan perusahaan. Biaya yang terjadi dalam rangka menjalankan
fungsi keuangan dinamakam biaya keuangan. Misalnya: biaya bunga.
3.      Atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
Di dalam perusahaan obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan produk yang
dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, atau bagian-
bagian dalam organisasi
Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya, biaya dibagi menjadi:
a.       Biaya langsung (direct cost)
Biaya angsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada
obyek atau pusat biaya tertentu.
b.      Biaya tidak lagsung (indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat
diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati
oleh beberapa obyek atau pusat biaya.
Dalam hubungannya dengan produk, biaya dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Biaya langsung kepada produk
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung kepada produk
karena terjadinya dapat dididentifikasikan pada produk.
b.      Biaya tak langsung kepada produk
Biaya overhead pabrik merupakan biaya tak langsung kepada produk karena terjadinya tidak
dapat didiidentifikasikan pada produk
Dalam hubungannya dengan departemen yang ada di dalam pabrik, biaya
dikelompokkan menjadi biaya langsung departemen dan biaya tak langsung
departemen.Tujuan dari departementalisasi adalah untuk ketelitian pembebanan harga
pokokdan untuk pengendalian biaya.
Departemen dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a.       Departemen produksi
Departemen produksi adalah departemen atau bagian di dalam pabrik dimana dilakukan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
b.      Departemen jasa .
Departemen jasa adalah departemen atau bagian di dalam pabrik dimana pada departemen
tersebut menghasilkan jasa yang akan dinikmati oleh departemen lain, baik departemen
produksi maupun departemen jasa lainnya.
4.      Atas dasar perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas utama
untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya, serta pengambilan keputusan. Tendensi
perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Biaya tetap
Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
-          Biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan.
b.      Biaya variabel
Biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan volume
kegiatan.
-          Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
c.       Biaya semivariabel
Biaya semivariabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan,
akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.
-          Biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan
tetapi sifatnya tidak sebanding.
5.      Atas dasar jangka waktu manfaatnya.
Atas dasar jangkawaktu pemanfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Pada saat terjadnya pengeluaran ini dik
apitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode
akuntansi yang menikmatinya.
b.      Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada
periode akuntansi di mana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran,
langsung diperlakukan ke dalam biaya.
Klasifikasi Beban dalam Akuntansi Biaya
Klasifikasi biaya merupakan proses pengelompokan biaya berdasarkan tujuan dari
informasi biaya yang disajikan.

Untuk memudahkan dalam melakukan pencatatan biaya dan menyusun laporan


keuangan, serta memberikan gambaran informasi yang akurat kepada pihak
manajemen, maka komponen biaya dikelompokkan dalam beberapa kelompok
akundengan klasifikasi sebagai berikut :

A.  Berdasarkan Fungsi Pokok dari Aktifitas Perseroan.


1. Biaya Produksi (Production Cost) atau Biaya Harga Pokok Produksi (Cost of
Good Sold) meliputi : Biaya Bahan Baku (Material), Tenaga Kerja Langsung / Buruh
(Direct Labour), dan Biaya Operasional (Direct Overhead).
2. Biaya Pemasaran (Marketing Expenses) : Biaya Promosi dan Iklan.
3. Biaya Administrasi dan Umum (General Administration Expenses) : Biaya
Gaji Karyawan, Overhead Kantor, dan biaya terkait lainnya. 
B.  Berdasarkan Kegiatan atau volume Produksi.
1. Biaya Variabel (Variable Cost), Komponen biaya proporsional sesuai
mengikuti volume produksi yang dihasilkan. Contoh Biaya Bahan Baku dan
Overhead Langsung.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost), Biaya yang tidak dipengaruhi oleh volume
produksi. Contoh Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour), walaupun
volumenya disesuaikan dengan kapasitas produksi namun pembayarannya
bersifatlumpsum per bulan. 
C.  Berdasarkan Objek yang Dibiayai.
1. Biaya Langsung (Direct Cost), Biaya yang dapat diidentifikasi langsung
dengan objeknya. Contoh : Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour), dan
Biaya Bahan Baku (Direct Material)
2. Biaya Tidak Lansung (Indirect Cost), Biaya yang tidak dapat diidentifikasi
langsung dengan objeknya. Contoh : Biaya Overhead Pabrik (Direct Overhead). 
D.  Berdasarkan Pembebanan Periode Akuntansi.
1. Biaya Investasi (Capital Expenditure), Biaya yang memberikan masa
manfaat pada beberapa periode akuntansi. Contoh Mesin Pabrik biaya depresiasi
penyusutannya selama 5 tahun.
2. Biaya Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure), Biaya yang
dikeluarkan memberikan masa manfaat hanya pada satu periode akuntansi.
Contoh : Biaya Overhead Pabrik.
Metode pengumoulan biaya ditentukan oleh cara berproduksi, pada dasarnya cara berproduksi dibagi dua yaitu
atas dasar pesanan dan masal.

1. Produksi atas dasar pesanan Pada perusahaan yang berproduksi secara pesanan, cara pengumpulan biaya
produksinya menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order Cost). Biaya produksi dikumpulkan
untuk tiap jenis pesanan dan harga poko per satuan dihitung sebagai berikut :

Jumlah biaya produksi tiap


Harga pokok pesanan
persatuan =
Jumlah produk yang dipesan

2. Contoh :
Untuk mengerjakan seratus pesanan pakaian olah raga diperlukan biaya sebagai berikut :

Bahan bahan baku Rp 500.000

Bahan penolong Rp 75.000

Tenaga kerja langsung Rp 600.000

Biaya overhead pabrik Rp 125.000

Jumlah biaya produksi Rp 1.300.000

3. Maka harga pokok satu stel seragam pakaian olah raga dihitung
= Rp 1.500.000/100 = Rp 13.000 per stel
4. Produksi atas dasar produksi massa Perusahaan yang ini berproduksi terus menerus selama ada permintaan
pasar,artinya ada pesanan atau tidak selama barang yang mereka produksi maka akan terus diproduksi.
Perusahaan yang berproduksi secara massa di dalam mengumpulkan biaya produksi menggunakan harga
pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu,
sedangkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi selama
periode tertentu
Harga pokok
persatuan =
Jumlah produk yang dihasilkan
selama periode tertentu

5. Contoh :
Perusahan industri yang memproduksi shampo selama bulan janari 2003 telah mengeluarkan biaya produksi
sebagai berikut :

Bahan bahan baku Rp 1.900.000

Bahan penolong Rp 1.000.000

Tenaga kerja langsung Rp 2.500.000

Biaya overhead pabrik Rp 600.000

Jumlah biaya produksi Rp 6.000.000

6. Produk yang dihasilkan selama bulan januari sebanyak 10.000 botol (dianggap tidak ada produk belum
selesai), jadi harga pokok per satuan dihitung :
Rp 6.000.000 / 10.000 = Rp 600.000

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Posted on 21 Mei 2009 by Konsultan Kreatif

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga
pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua
pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.

1. Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”14)
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi
dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar
perusahaan, oleh karena itu sistematikanya  harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.

1. Variabel Costing

Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya
produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya
produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”15)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi
yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya
variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai
elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing


Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap
produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih
berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya
berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel
costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi
lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya
tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel
costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya
variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi
didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi  adalah seluruh
biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun
variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan
harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani
biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya
produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan
dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel
costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan
atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode
adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan
dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk
atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa.
Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan
dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya
dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut
metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga
pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu
kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan
penjualan dari biaya-biaya variabel.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode
variable costing adalah :

1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode
berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik  telah diperlakukan sebagai beban
pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang
dibebankan kepada tahun berikutnya.
3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing.
Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan
sebagai biaya produksi.
4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak
cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP)  dalam rangka perencanaan dan
pengendalian.

Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan
keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.
Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing.

Full Costing

Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh
biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga
dengan  Absortion atau Conventional Costing.

Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan
mempunyai akibat pada :

1.      Perhitungan harga pokok produksi dan

2.      Penyajian laporan laba-rugi.

Metode Full Costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku                                           Rp.  xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung                           Rp.  xxx.xxx

Biaya overhead pabrik tetap                           Rp.  xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel                       Rp.  xxx.xxx

Harga Pokok Produk                                       Rp.  xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Full Costing,

1.      Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan  di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.

2.      Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya  terjadi.

Catatan :

Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
3.      Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi
atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses
maupun produk jadi)

4.      Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
samapi saat produk yang bersangkutan dijual.

Variable Costing :

Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku                                              Rp.  xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung                              Rp.  xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel                          Rp.  xxx.xxx

Harga Pokok Produk                                          Rp.  xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Variable Costing,

1.      Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai
unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya.

2.      Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

3.      Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan
tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

Penyajian Laporan Laba Rugi

Laporan Laba-Rugi

( Metode Full Costing )

Hasil penjualan                                       Rp.     500.000

Harga pokok penjualan                           Rp.     250.000 -

Laba Bruto                                               Rp.     250.000


Biaya administrasi dan umum                         Rp.       50.000 -

Biaya pemasaran                                    Rp.       75.000 -

Laba Bersih Usaha                                  Rp .    125.000

Ket :

Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi
pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi
administrasi dan umum.

Laporan Laba-Rugi

( Metode Variable Costing )

Hasil penjualan                                               Rp.  500.000

Dikurangi Biaya-biaya Variabel :

Biaya produksi variabel           Rp.  150.000

Biaya pemasaran variabel      Rp.    50.000

Biaya adm. & umum variabel Rp.    30.000

Rp.  230.000

Laba kontribusi                                                Rp.  270.000

Dikurangi Biaya Tetap

Biaya produksi tetap                       Rp.    100.000

Biaya pemasaran tetap                   Rp.      25.000

Biaya Adm & umum tetap               Rp.      20.000

Rp.  145.000

Laba Bersih Usaha                                          Rp   125.000

Manfaat Informasi yang Dihasilkan oleh Metode Variable Costing

Laporan keuangan yang disusun berdasar metode Variable Costing  bermanfaat bagi


manajemen untuk :
(1)        Perencanaan laba jangka pendek

(2)        Pengendalian biaya dan

(3)        Pembuatan keputusan.

(1)  Perencanaan laba jangka pendek

Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen

Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan
(2) operating laverage.

Hasil Penjualan           :  Rp. 1000

Biaya Variabel             :  Rp.   600

Laba Kontribusi           :  Rp.   400

Biaya Tetap                         :  Rp.   300

Laba Bersih                         :  Rp.   100

Ratio Laba Kontribusi :  Laba kontribusi = 400/1000

Hsl Penjualan

Operating Laverage    :  Laba kontribusi = 400/100

Laba bersih

Misal :

Dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak dari
kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan :

12% x 40% =  4,8%

Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga
manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.

(2)  Pengendalian Biaya

Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan
yakni : discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan
manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.

Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.

(3)  Pengambilan Keputusan

Pihak manajemen dengan menggunakan metode variable costing dapat menentukan


pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus.

1.      Perbandingan metode Full Costing dengan Variabel Costing

2.      Perhitungan Rugi/Laba menurut metode Variable Costing

3.      Pengumpulan biaya dalam metode Variable Costing

4.      Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh metode Variabel Costing

5.      Kelemahan metode Variable Costing

6.      Variable Costing dengan metode Harga Pokok Pesanan

Variable Costing dengan metode Harga Pokok Proses

Anda mungkin juga menyukai