Anda di halaman 1dari 40

BAB I

KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA

Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntasi, sama halnya
dengan akuntasi keuangan, akuntansi pemerintah, akuntasi pajak, dan sebagainya. Ciri
utama yang membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi yang lain adalah kajian
datanya. Akuntansi biaya mengkaji data-data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis,
dan dilaporkan dalam laporan informasi akuntansi.
A. Pengertian Akuntansi Biaya
Ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan
penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta
menafsirkan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau
dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
B. Hubungan antara Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Manajemen
Akuntansi secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya merupakan bagian tak terpisahkan
dari kedua tipe akuntansi tersebut.
1. Hubungan antara Akuntansi Biaya dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi kauangan mempunyai tujuan utama menyediakan informasi keuangan
berupa laporan keuangan bagi pihak-pihak di luar perusahaan, seperti pemegang saham,
pemerintah, kreditur dan masyarakat umum. Laporan tersebut berupa laporan rugi-laba,
neraca dan laporan arus kas. Untuk menyusun laporan rugi–laba dan neraca pada
perusahaan manufaktur, diperlukan informasi harga pokok barang jadi dan harga pokok
barang dalam proses pada akhir periode. Harga pokok barang jadi secara formal dihitung
dan disajikan dalam laporan harga pokok produksi yang merupakan lampiran dari laporan
rugi-laba. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian integral (tidak dapat
dipisahkan) dengan akuntansi keuangan, karena akuntansi biaya menghasilkan informasi
biaya yang diperlukan untuk penyusunan laporan keuangan.
2. Hubungan antara Akuntansi Biaya dan Akuntansi Menajemen.
Akuntansi manajemen mempunyai tujuan utama menyediakan informasi keuangan
bagi manajemen yang berguna untuk mengambil keputusan tertentu. Sebagai contoh,
seorang manager pemasaran akan memutuskan apakah perusahaan perlu memberikan
potongan harga kepada pembeli untuk jumlah pembelian tertentu, apakah perusahaan perlu
memberikan hadiah kepada pembeli untuk jumlah pembelian tertentu. Untuk mengambil

1
keputusn tersebut, manager memerlukan informasi yang relevan dengan keputusan yang
akan diambil, yaitu informasi biaya produksi. Informasi tersebut dihasilkan oleh bagian
akuntansi biaya.
Dari uraian di atas diketahui bahwa akuntansi biaya memerlukan bagian integral
dengan akuntansi manajemen, karena akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya yang
diperlukan oleh akuntansi manajemen guna memberikan pengambilan keputusan tertentu.
C. Tujuan Akuntansi Biaya
Tujuan pkok akuntansi biaya dapat dirumuskan penentuan harga pokok produk,
pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.
1. Penentuan harga pokok produk (product costing)
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan
jasa dengan cara tertentu.
2. Pengendalian biaya (cost control)
Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produk yang
seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu. Akuntansi biaya berfungsi sebagai
pemantau agar biaya yang sesungguhnya terjadi tidak menyimpang dari yang
seharusnya. Apabila terjadi penyimpangan maka segera dilakukan analisis selisih
biaya untuk mengetahui penyebabnya, sehingga manajemen dapat melakukan
tindakan koreksi.
3. Pengambilan keputusan Khusus (Special decision making)
Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi biaya masa
yang akan datang (future cost) karena pengambilan keputusan berhubungan dengan
masa depan. Informasi biaya masa yang akan datang tersebut jelas tidak dapat
diperoleh dari catatan karena memang tidak dicatat, melainkan diperoleh dari hasil
peramalan. Proses pengambilan keputusan khusus ini, sebagian besar merupakan
tugas manajemen perusahaan dengan memanfaatkan informasi biaya tersebut.

Manajemen di dalam suatu perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga


tingkatan, yaitu (1) manajemen perasi, meliputi mandor dan supervisor, (2) manajemen
menengah, meliputi kepala-kepala bagian, manager divisi, dan manager cabang. (3)
manajer utama, meliputi presiden direktur, wakil-wakil presiden direktur bidang eksekutif,
dan para eksekutif yang memegang fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan seperti fungsi
produksi, fungsi pemasaran, fungsi keuangan, dan fungsi admnistrasi dan umum.
Di dalam menjalankan fungsinya, manajemen memerlukan informasi yang lengkap
mengenai produksi, pemasaran, personal, keuangan dan mengenai sistem administrasinya.
Termasuk dalam informasi produksi adalah informasi biaya produksi yang dihasilkan oleh
bagian akuntansi biaya. Agar informasi biaya dapat digunaan oleh manajemen maka biaya

2
harus dicatat, digolongkan, dikumpulkan dan disajikan sesuai dengan keperluan
manajemen.
D. Ruang Lingkup Penerapan Akuntansi Biaya.
Akuntansi biaya merupakan bidang akuntansi yang penerapannya tidak terbatas
pada perusahaan manufaktur. Saat ini, akuntansi biaya sudah menjadi tuntutan bukan hanya
perusahaan manufaktur tetapi perusahaan jasa seperti perbankan, perusahaan asuransi, dan
usaha nir-laba seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, dan badan-badan social untuk
menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik akuntansi biaya. Pembahasan dalam buku ini
hanya dibatasi pada penerapan akuntansi biaya dalam perusahaan manfaktur, yaitu
perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan menjadi produk selesai melalui suatu
proses produksi.

3
BAB II
KLASIFIKASI BIAYA

A. Penggolongan Biaya
Informasi biaya yang lengkap diperlukan oleh manajemen untuk tujuan-tujuan
tertentu antara lain; perencanaan, pengukuran, pengawasan, dan penilaian terhadap operasi
perusahaan. Oleh karena itu, biaya yang banyak ragamnya perlu diadakan penggolongan
sesuai dengan kebutuhan manajemen. Ada beberapa cara penggolongan biaya dimana
masing-masing cara pengorbanan dimaksud untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang
berbeda.
Beberapa penggolongan biaya tersebut antara lain :
1. atas dasar objek pengeluaran
2. atas dasar fungsi di dalam perusahaan
3. atas dasar hubungan biaya-biaya dengan produk yang dibiayai
4. atas dasar tingkah laku dalam hubungannya dengan volume kegiatan
5. atas dasar hubungan biaya dengan pusat biaya
6. atas dasar hubungan biaya dengan periode pembukuan

Penggolongan-penggolongan biaya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.


1. Penggolongan Biaya Atas Dasar Objek Pengeluaran
Biaya dapat digolongkan atas dasar objek yang dibiayai. Contoh penggolongan
biaya atas dasar objek pengeluaran pada perusahaan sepatu adalah sebagai berikut :
Biaya kulit Biaya pakaian kerja
Biaya Lem Biaya transport karyawan
Biaya Paku Biaya administrasi
Biaya kertas karton Biaya reparasi
Biaya Cat Biaya angkut
Biaya gaji Biaya asuransi
Biaya lembur Biaya iklan
Biaya makan
2. Penggolongan Biaya Atas Dasar Fungsi di dalam Perusahaan
Penggolongan biaya ini dihubungkan dengan fungsi-fungsi yang ada dalam
perusahaan. Di dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok, yaitu fungsi
produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi ad minisntrasi dan umum. Oleh karena itu, apabila
didasarkan atas fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan manufaktur biaya dapat di
golongkan menjadi tiga, yaitu
a. biaya produksi,
b. biaya pemasaran,
c. biaya administrasi dan umum.
4
3. Penggolongan Biaya Atas Dasar Hubungan Biaya dengan Produk yang Dibiayai
Dalam hubungannya dengan produk yang dibiayai, biaya dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu
a. biaya produksi langsung
b. biaya produksi tidak langsung
Biaya produksi langsung adalah biaya yang sejak terjadinya sudah mempunyai
hubungan kausal (sebab-akibat) dengan kesatuan produk yang dibiayai. Apabila biaya
produksi langsung tidak terjadi maka tidak akan ada produksi yang dihasilkan. Adapun
biaya produksi tidak langsung adalah biaya prosduksi yang tidak mempunyai hubungan
kausal dengan kesatuan produk yang dibiayai. Biaya produksi tidak langsung pasti terjadi
meskipun pada.suatu saat tidak ada produk yang dihasilkan.
Termasuk biaya produksi langsung adalah
a. Biaya bahan baku
b. biaya tenaga kerja langsung
Biaya produksi tidak langsung disebut juga biaya overhead pabrik (BOP),
contohnya adalah biaya bahan penolong, upah tidak langsung, gaji pengawas pabrik, biaya
penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin, dan biaya pemeliharaan mesin.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya bahan buku dan biaya tenaga kerja langsung
disebut biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan BOP secara
bersama-sama disebut biaya konversi (conversion cost). Biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum merupakan biaya komersial. Hubungan antara kedua penggolongan
biaya yang terakhir di atas dapat diilustrasikan pada bagan 1.1
4. Penggolongan Biaya Atas Dasar Tingkah Laku dalam Hubungannya dengan Volume
Kegiatan
Dalam hubungan dengan volume kegiatan biaya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
a. biaya tetap
b. biaya variabel
c. biaya semi variabel
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah (constant) dalam
kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap antara lain biaya penyusutan mesin,
biaya gaji mandor, dan biaya asuransi pabrik.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah bersamaan dengan
berubahnya volume kegiatan, di mana perubahan tersebut searah dan proporsional.
Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah bersamaan dengan
berubahnya volume kegiatan, di mana perubahan tersebut searah tetapi tidak
proporsional. Contoh biaya semi variabel adalah biaya reparasi /pemeliharaan dan
biaya lembur karyawan.

5
Biaya Produksi Langsung
(1) Biaya bahan baku
Biaya utama
Biaya produksi (2)Biaya tenaga kerja
Langsung
Biaya Produksi Biaya konversi
Tidak Langsung
(3) Biaya overhead pabrik
Biaya Biaya pemasaran
Biaya komersial
Biaya administrasi
dan umum
Bagan 1.1. Hubungan antara penggolongan biaya atas dasar fungsi di dalam
perusahaan dengan penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya
dengan produk yang dibiayai.

5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Hubungannya dengan Pusat Biaya


Pusat biaya (expense center) adalah pusat pertanggung jawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan masukkannya. Contoh pusat biaya dalam perusahaan
tekstil adalah departemen pintal, departemen tenun, dan departemen bengkel.
Dalam hubungannya dengan pusat biaya, maka biaya dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu :
a. biaya langsung departemen, dan
b. biaya tidak langsung departemen.
Biaya langsung departemen adalah biaya yang secara teratur dapat dibebankan
kepada departemen tertentu. Misalnya, gaji pegawai di departemen pintal adalah biaya
langsung departemen tenun.
Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang manfaatnya dinikmati oleh
lebih dari satu departemen. Misalnya, departemen pintal dan departemen tenun berada
di bawah satu atap gedung pabrik, maka biaya penyusutan gedung pabrik dan biaya
pemeliharaan gedung pabrik tersebut digolongkan sebagai biaya tidal langsung
departemen, baik bagi departemen pintal maupun departemen tenun.
6. Penggolongan Biaya dalam Hubungannnya dengan Periode Pembukuan
Dalam hubungannya dengan periode pembukuan, biaya dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu
a. pengeluaran modal (capital expenditure).
b. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran biaya yang manfaatnya dapat dinikmati
untuk lebih dari satu periode akuntansi, misalnya biaya perbaikan gedung sebesar Rp.
15.000.000,00. Apabila biaya perbaikan tersebut jumlahnya dipandang relative besar
dan dapat menambah manfaat gedung tersebut, maka biaya ini harus dianggap sebagai
tambahan nilai investasi. Pengeluaran tersebut dikapitalisasi dan disusut untuk
beberapa periode.

6
Pengeluaran penghasilan adalah biaya yang manfaatnya hanya dinikmati pada
periode yang bersangkutan, yaitu periode terjadinya biaya tersebut. Contoh
pengeluaran jenis ini adalah biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan mesin,
dan biaya servis kendaraan.
Suatu pengeluaran biaya digolongkan sebagai pengeluaran modal ataukah
sebagai pengeluaran penghasilan ditentukan manajer berdasarkan kreteria sebagai
berikut :
a. besarnya jumlah pengeluaran,
b. manfaat pengeluaran tersebut untuk masa yang akan datang.
c. Kebijakan manajemen.

7
BAB III
BIAYA BAHAN BAKU

A. Pengertian Biaya Bahan baku


Dalam perusahaan manufaktur, bahan dibedakan menjadi bahan baku dan bahan
penolong. Bahan baku (direct materials) merupakan bahan yang membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku ini dapat diidentifikasi dengan produk atau
pesanan tertentu dan nilainya relatif besar. Misalnya, dalam perusahaan mebel bahan baku
adalah kayu atau rotan. Biaya yang timbul karena pemakaian bahan baku disebut biaya
utama (prime cost). Bahan penolong (indirect materials) merupakan bahan yang dipakai
dalam proses produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya
relatif kecil. Misalnya dalam perusahaan mebel, bahan penolongnya adalah minyak pelitur.
Biaya yang timbul karena pemakaian bahan penolong disebut biaya bahan penolong. Biaya
bahan penolong dipertimbangkan sebagai biaya overhead pabrik.
B. Akuntansi Bahan Baku
Dalam perusahaan manufaktur, akuntansi bahan baku terdiri atas dua aktivitas yaitu
aktivitas pembelian dan aktivitas pemakaian bahan baku.
1. Pembelian Bahan Baku
Biasanya perusahaan manufaktur memiliki departemen pembelian yang berfungsi
melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan untuk produksi. Manajemen bagian
pembelian bertanggung jawab atas kualitas bahan baku yang dibeli yaitu telah sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan dengan harga yang murah dan diterima
tepat waktu. Ada tiga formulir yang digunakan dalam pembelian (purchase order) dan
laporan penerimaan barang (receiving report).
Surat permintaan Pembelian diajukan oleh bagian gudang kepada bagian pembelian
apabila persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah pada tingkat
minimum pemesanan kembali (reorder point). Contoh Surat Permintaan Pembelian dapat
dilihat pada formulir 4.1. Surat permintaan pembelian ini dibuat rangkap dua. Lembar
pertama diserahkan ke bagian pembelian dan lembar kedua diarsip oleh bagian gudang.
Bagian pembelian akan melakukan pembelian dengan membuat Surat Order
Pembelian atas dasar kebutuhan bahan baku yang diminta oleh bagian gudang. Contoh
Surat Order Pembelian dapat dilihat pada formulir 4.2

8
Formulir 4.1. Surat Permintaan Pembelian
PT WONO LELO No. SPP :
Yogyakarta Tanggal :

Surat Permintaan Pembelian

Kepada Yth.
Kepala Bagian Pembelian

Dengan hormat,
Harap dibelikan barang-barang dalam jumlah dan spesifikasi kualitas seperti tersebut di
bawah ini :

No. No. Kode Harga


Kuantitas Jenis & kualitas Barang Jumlah
Urut Barang per satuan

Jumlah total

Diotorisasi oleh
Kepala bagian gudang

(…………………………)

Formulir 4.2 Surat Order Pembelian


PT WONO LELO No. SPP :
Yogyakarta Tanggal :
Tanggal diterima barang :
Tempat penyerahan :

Surat Order Pembelian

Kepada Yth.
Pemasok _____

Dengan hormat,
Harap dikirim ke gudang barang-barang dalam jumlah dan spesifikasi kualitas seperti
tersebut di bawah ini :

No. No. Kode Jenis & kualitas Harga


Kuantitas Jumlah
Urut Barang Barang per satuan

Jumlah total
Diotorisasi oleh
Kepala bagian gudang

(…………………………)

9
Formulir 4.3Bukti Penerimaan Barang

PT WONO LELO No. LPB:


Yogyakarta Tgl. Diterima barang :
No. Order. Pemb :
Alamat :

Laporan Penerimaan Barang

No. Urut Kuantitas No. Kode Barang Jenis & kualitas Barang

Jumlah total
Diotorisasi oleh
Kepala bagian gudang

(…………………………)

Surat Order Pembelian dibuat rangkap lima. Lembar pertama diserahkan ke pemasok.
Lembar kedua diserahkan ke bagian akuntansi. Lembar ketiga diserahkan ke bagian utang.
Lembar keempat diserahkan ke bagian penerimaan barang. Lembar ke lima sebagai arsip
bagian pembelian.
Bagian penerimaan barang akan membuat Laporan Penerimaan Barang apabila barang
yang dipesan telah datang. Bagian penerimaan akan melakukan pencocokan antara barang
yang diterima dan barang yang dipesan. Pencocokan ini berguna untuk meningkatkan
pengendalian atasa standar barang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Contoh Bukti
Penerimaan Barang dapat dilihat pada Formulir 4.3.
a. Harga pokok bahan baku yang dibeli
Berdasarkan standar akuntansi, harga pokok bahan yang dibeli meliputi harga faktur
ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka memperoleh bahan sampai dengan
bahan siap dipakai untuk kegiatan produksi, misalnya harga faktur ditambah biaya angkut
pembelian. Dalam prakteknya sering terjadi variasi untuk mengimplementasikan
penentuan harga pokok bahan yang dibeli, misalnya perlakuan biaya angkutan pembelian,
bahan baku untuk berbagai jenis bahan yang dibeli dalam satu paket pembelian. Hal ini
dapat menimbulkan masalah pengalokasian biaya angkutan pembelian tersebut untuk
masing-masing jenis bahan baku yang diangkut. Biaya angkutan ini dapat diperlakukan
sebagai elemen biaya overhead pabrik atau sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli.
1) Biaya angkutan pembelian diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
Perlakuan ini lebih praktis karena dapat mengurangi kesulitan dalam perhitungan harga
perolehan bahan baku. Namun demikian perlakuan ini tidak sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.

10
2) biaya angkutan pembelian diperlakukan sebagai elemen harga perolehan bahan.
Perlakuan ini memerlukan dasar alokasi biaya angkutan bahan baku. Misalnya :
perbandingan harga faktur yang dibeli atau perbandingan kuantitas fisik bahan.
a) Perbandingan harga faktur bahan yang dibeli untuk memermudah pemahaan
alokasi biaya angkutan pembelian dengan menggunakan perbandingan harga faktur
maka digunakan contoh sebagai berikut.
PT Sedang Maju pada tanggal 3 Januari 2018 membeli tiga (3) jenis bahan dengan
perincian harga sebagai berikut.
Bahan baku A = 1.000 buah dengan berat per buah 2 kg dan harga per buah Rp.
100,00.
Bahan baku B= 2.000 buah dengan berat per buah 3 kg dan harga per buag Rp. 200,00.
Bahan baku C = 3.000 buah dengan berat per buah 4 kg harga per buah Rp. 300,00
Untuk pembelian bahan tersebut dilakukan secara kredit sedang biaya angkut
pembelian dibayar tunai sebesar Rp 140.000,00. Pada tanggal 10 Januari 2018
perusahaan membayar utang dagang sebesar Rp. 1.400.000,00.
Dari data tersebut dapat dihitung alokasi biaya angkut pembelian atas harga faktur
sebagai berikut.
Harga Faktur Alokasi Biaya Harga Pokok
Jenis Bahan Baku (Rp) Angkutan Pembelian (Rp) Bahan baku (Rp)
1 (2) 3=1+2
A 100.000,00 10.000,00 110.000,00
B 400.000,00 40.000,00 440.000,00
C 900.000,00 90.000,00 990.000,00
1.400.000,00 140.000,00 1.540.000,00
Perbandingan biaya angkut atas dasar harga faktur = Rp 140.000,00 x 100% = 10 %
Rp 1.400.000,00
Alokasi biaya angkutan pembelian bahan baku untuk masing-masing jenis bahan
adalah
Bahan baku A = 10 % x Rp 100.000,00 = Rp. 10.000,00
Bahan baku B = 10% x Rp 400.000,00 = Rp. 40.000,00
Bahan baku C = 10% x Rp 900.000,00 = Rp. 90.000,00
Perbandingan harga faktur ini mempunyai kebaikan dan kelemahannya. Kebaikannya
yaitu mudah digunakan sedangkan kelemahannya yaitu pengalokasian yang kurang
adil apabila diterapkan pada bahan yang memiliki harga mahal dan dengan berat yang
ringan harus menanggung biaya angkutan yang tinggi.
b) Perbandingan kuantitas bahan
Dengan menggunakan pembelian bahan pada PT Sedang Maju di muka, maka
dapat dibuat perhitungan harga perolehan bahan sebagai berikut.

11
Harga Berat Harga Harga
Jenis Kuantitas Jumlah Alokasi Biaya
Per Buah Harga Faktur Per Pokok Per
Bahan (Buah) berat Angkutan
(Rp) Buah Bahan Buah
A 1.000 100,00 100.000,00 2 2.000 14.000,00 114.000,00 107
B 2.000 200,00 400.000,00 3 6.000 42.000,00 442.000,00 207
C 3.000 300,00 900.000,00 4 12.000 84.000,00 984.000,00 307
1.400.000,00 20.000 140.000,00 1.540.000,00

140.000
Perbandingan biaya angkut atas dasar kuantitas bahan = 20.000
= Rp 7,-
Alokasi biaya angkutan pembelian bahan baku untuk masing-masing jenis bahan adalah
Bahan baku A = 2.000 x Rp. 7,00 = Rp 14.000,00
Bahan baku B = 6.000 x Rp. 7,00 = Rp 42.000,00
Baha baku C = 12.000 x Rp. 7,00 = Rp 84.000,00
b. Pencacatan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Dalam akuntansi ada dua (2) metode pencatatan bahan baku yaitu metode pencatatan
fisik (physical) dan metode pencacatan perpetual (perpetual). Perusahaan yang relatif kecil
masih bisa menggunakan metode pencatatan fisik karena jumlah barang relative tidak
banyak dan mutasi persediaan juga tidak tinggi sehingga pimpinan perusahaan masih
mampu melakukan pengendalian persediaan. Dalam perusahaan-perusahaan besar lebih
banyak menggunakan metode perpetual dengan tujuan untuk mempermudah pengendalian
persediaan. Pimpinan perusahaan dapat setiap saat melihat jumlah yang ada di gudang
lewat catatan pembukuan. Apabila digunakan metode pencatatan perpetual untuk
mencatatat pembelian bahan baku yang dilakukan oleh PT Sedang Maju maka dapat dibuat
jurnal sebagai berikut.
1) Jurnal untuk mencacat pembelian bahan baku apabila biaya angkutan pembelian
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik adalah
a) Saat pembelian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2018
Persediaan bahan baku Rp. 1.400.000,00
Biaya angkutan pembelian Rp. 140.000,00
Kas Rp. 140.000,00
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
b) Saat pembebanan biaya angkutan pembelian ke dalam biaya overhead pabrik akhir
periode.
Biaya overhead pabrik Rp. 140.000,00
Biaya angkutan pembelian Rp. 140.000,00
2) Jurnal untuk mencacat pembelian bahan baku apabila biaya angkutan pembelian
dialokasikan ke harga pokok persediaan pada tanggal 3 Januari 2018
Persediaan bahan baku Rp. 1.540.000,00
Kas Rp. 140.000,00
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
Pengalokasian biaya angkutan pembelian tidak nampak dalam jurnal namun akan
kelihatan dalam pencacatan kartu persediaan.
12
3) Jurnal untuk mencacat bahan penolong apabila perusahaan dalam proses produksi
diperlukan bahan penolong. Misal PT sedang maju tanggal 5 Januari 2018 membeli
minyak pelitur untuk mebel sebesar Rp. 50.000,00 secara tunai.
Persediaan bahan penolong Rp. 50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
4) Jurnal untuk mencacat pembayaran utang dagang pada tanggal 10 Januari 2018 adalah
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
Kas Rp. 1.400.000,00
Apabila menggunakan metode fisik maka jumlahnya adalah sebagai berikut.
1) Jurnal untuk mencacat pembelian bahan baku apabila biaya angkutan pembelian
diperlakukan Biaya overhead pabrik adalah :
a) Saat pembelian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2018
Pembelian bahan baku Rp. 1.400.000,00
Biaya angkut pembelian Rp. 140.000,00
Kas Rp. 140.000,00
Utang dagang Rp. 400.000,00
b) Saat pembebanan biaya angkutan pembelian ke dalam biaya overhead pabrik (akhir
periode)
Biaya overhead pabrik Rp. 140.000,00
Biaya angkutan pembelian Rp. 140.000,00
2) Jurnal untuk mencacat bahan penolong apabila perusahaan dalam proses produksi
diperlukan bahan penolong. Misal PT Maju pada tanggal 5 januari 2018 membeli
minyak pelitur untuk mebel sebesar Rp. 50.000,00 secara tunai.
Pembelian bahan penolong Rp. 50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
3) Jurnal untuk mencacat pembayaran utang dagang pada tanggal 10 Januari 2018 adalah.
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
Kas Rp. 1.400.000,00
Dalam metode fisik semua pembelian dicatat dalam rekening pembelian sedangkan dalam
metode pertual semua pembelian dicacat dalam rekening persediaan. Dalam pembahasan
selanjutnya akan digunakan metode perpetual.
2. Pemakaian bahan baku
Pemakaian bahan baku dalam perusahaan manufaktur melibatkan bagian produksi,
bagian gudang dan bagian akuntansi. Dalam rangka melakukan pengendalian bahan baku
perusahaan menetapkan prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku.
a. Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku
Bagian produksi mengisi bukti permintaan barang (materials requisition from) yang
selanjutnya diserahkan ke bagian gudang. Bukti permintaan barang ini akan digunakan

13
sebagai dokumen pembukuan atas transaksi pemakaian bahan. Contoh bukti permintaan
barang dapat dilihat pada Formulir 4.4
Formulir 4.4 Bukti Permintaan Bahan
PT WONO LELO No. BPB :
Yogyakarta Tanggal :
Jenis Pemakaian :

Bukti Permintaan Bahan


No. No. Kode Kuantitas Harga per
Jumlah
Urut Barang Diminta Diterima satuan

Jumlah total
Diotorisasi oleh

(………………………)

Bukti penerimaan barang tersebut dibuat rangkap tiga. Lembar pertama diserahkan ke
bagian akuntansi, lembar kedua diarsip oleh bagian gudang dan lembar ketiga diserahkan
ke bagian produksi bersamaan dengan penyerahan bahan baku.
Pemakaian bahan baku ini selanjutnya dicatat oleh bagian gudang ke dalam kartu
gudang. Contoh Kartu Gudang dapat dilihat pada Formulir 4.5
Formulir 4.4 Kartu Gudang

PT WONO LELO No. Kode Rekening :


Yogyakarta No. Kode Bararang :
Nama barang :

Kartu Gudang

Diterima Dipakai Sisa


Tgl. No. LPB Kuantitas Tgl No. BPB Kuantitas Kuantitas Keterangan

b. Pencatatan pemakaian bahan baku


Bagian akuntansi akan melakukan pembukuan berdasarkan Bukti Permintaan Bahan
ke dalam Kartu Persediaan danke dalam Buku Jurnal. Misalnya, pada tanggal 8 Januari
2018 bahan baku yang dipakai sebesar Rp. 100.000,00 dan bahan penolong yang dipakai

14
sebesar Rp. 5.000,00. Atas dasar pemakaian bahan baku dan penolong tersebut, bagian
akuntansi akan membuat jurnal sebagai berikut.
1). Jurnal untuk mencacat pemakaian bahan baku
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp. 1.000.000,00
Persediaan bahan baku Rp. 1.000.000,00
2) Jurnal untuk mencacat pemakaian bahan penolong
Biaya overhead pabrik Rp. 5.000,00
Persediaan bahan pemnolong Rp. 5.000,00
Bahan penolong ini bukan bahan baku namun keberadaannya diperlukan dalam proses
produksi. Biasanya bahan penolong tidak dapat ditelusuri. Jejak biayanya ke dalam
masing-masing produksi. Misalnya, pemakaian minyak pelitur untuk produksi mebel. Oleh
karena tidak dapat ditelusuri jejak biayanya, maka pemakaian bahan penolong dimasukkan
ke dalam biaya overhead pabrik.
c. Perhitungan pemakaian bahan baku
Dalam perhitungan pemakaian bahan baku, ada berbagai metode penentuan harga
pokok bahan yang dipakai. Metode-metode tersebut yaitu Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama (Fisth In First Out = FIFO), Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In
First Out = LIFO) dan Metode rata-rata (Average).
1). Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out= FIFO)
Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai
(keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan bukan
pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi
bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga
pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada bahan yang masuk pertama keluar
pertama. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut.
Dalam bulan Januari PT Sukses mempunyai transaksi-transaksi yang berhubungan
dengan bahan A sebagai berikut.
1 Januari 2018 Saldo awal 8.000 satuan @ Rp. 60,00
4 Januari 2018 Perusahaan membeli 2.000 satuan @ Rp. 70,00
10 Januari 2018 Perusahaan membeli 2.000 satuan @ Rp. 80,00
11 Januari 2018 Bahan baku A yang dipakai 8.000 satuan nomor bukti01/01/18
12 Januari 2018 Perusahaan membeli 4.000 satuan @ Rp. 80,00
20 Januari 2018 Bahan baku yang dipakai 5.000 satuan dengan nomor bukti 02/01/18
30 Januari 2018 membeli 6.000 satuan @ Rp. 90,00
31 Januari 2018, 1000 satuan barang yang dibeli tanggal 30 Januari 2018 rusak
sehingga diretur kepada pemasok.
Dari data-data tersebut bagian akuntansi akan melakukan pembukuan ke dalam kartu
persediaan dengan menggunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama dan ke
dalam buku jurnal sebagai berikut.
15
PT Sukses Minimum :
Yogyakarta Maksimum :
Pesan :

KARTU PERSEDIAAN BAHAN


Nama Bahan : A
Kode Barang : 1 A
(Metode FIFO)
Diterima Dipakai Sisa
Tanggal Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah
Kuantitas No. BPB Kuantitas Kuantitas
Satuan Rupiah Satuan Rupiah Satuan Rupiah
01-01-99 - - - - - - - 8000 60 480.000,00
04-01-99 2000 70 140.000,00 - - - - 8000 60 480.000,00
2000 70 140.000,00
10-01-99 2000 80 160.000,00 - - - - 8000 60 480.000,00
2000 70 140.000,00
2000 80 160.000,00
11-01-99 - - - 01/01/99 8000 60 480.000,00 2000 70 140.000,00
2000 80 160.000,00
12-01-99 4000 80 320.000,00 - - - - 2000 70 140.000,00
6000 80 480.000,00
20-01-99 - - - 02/01/99 2000 70 140.000,00 3000 80 240.000,00
3000 80 240.000,00
30-01-99 6000 90 540.000,00 - - - - 3000 80 240.000,00
6000 90 540.000,00
31-01-99 (1000) 90 (90.000,00) 3000 80 240.000,00
5000 90 450.000,00

Jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencacat pembelian dan pemakaian bahan di dalam buku
jurnal dengan menggunakan metode Masuk Keluar Pertama (FIFO) adalah sebagai berikut.

PT Sukses Hal. Jurnal :


Yogyakarta
Buku Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Debit Kredit
04 Januari 18 Persediaan bahan baku 140.000,00
Utang dagang 140.000,00
10 Januari 18 Persediaan bahan baku 160.000,00
Utang dagang 160.000,00
11 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 480.000,00
Persediaan bahan baku 480.000,00
12 Januari 18 Persediaan bahan baku 320.000,00
Utang dagang 320.000,00
20 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 540.000,00
Persediaan bahan baku 540.000,00
31 Januari 18 Utang dagang 90.000,00
Persediaan bahan baku 90.000,00

2) Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In Firsh Out = LIFO).


Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih akhir dipakai
(keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan bukan pada
arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi bahan yang

16
dibeli lebih awal dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga pokoknya bahan yang
dipakai berpedoman pada bahan yang masuk terakhir keluar pertama.
Berdasarkan transaksi-transaksi pada PT Sukses di muka bagian akuntansi akan
melakukan pembukuan ke dalam kartu persediaan dengan menggunakan Metode Masuk
Terakhir Keluar Pertama (LIFO) dan ke dalam buku jurnal sebagai berikut.
PT Sukses Minimum :
Yogyakarta Maksimum :
Pesan :

KARTU PERSEDIAAN BAHAN


Nama Bahan : A
Kode Barang : 1 A
(Metode LIFO)
Diterima Dipakai Sisa
Tanggal Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah
Kuantitas No. BPB Kuantitas Kuantitas
Satuan Rupiah Satuan Rupiah Satuan Rupiah
01-01-18 - - - - - - - 8000 60 480.000,00
04-01-18 2000 70 140.000,00 - - - - 8000 60 480.000,00
2000 70 140.000,00
10-01-18 2000 80 140.000,00 - - - - 8000 60 480.000,00
2000 70 140.000,00
2000 80 160.000,00
11-01-18 - - - 01/01/99 2000 80 160.000,00 4000 60 240.000,00
2000 70 140.000,00
4000 60 240.000,00
12-01-18 4000 80 320.000,00 - - - - 4000 60 240.000,00
4000 80 320.000,00
20-01-18 - - - 02/01/99 4000 80 320.000,00 3000 60 180.000,00
1000 60 60.000,00
30-01-18 6000 90 540.000,00 - - - - 3000 60 180.000,00
6000 90 540.000,00
31-01-18 (1000) 90 (90.000,00) 3000 60 180.000,00
5000 90 450.000,00

Jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencacat pembelian dan pemakaian bahan di dalam buku
jurnal dengan menggunakan metode Masuk Terakhir Pertama (LIFO) adalah sebagai
berikut.
PT Sukses Hal. Jurnal :
Yogyakarta
Buku Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Debit Kredit
04 Januari 18 Persediaan bahan baku 140.000,00
Utang dagang 140.000,00
10 Januari 18 Persediaan bahan baku 160.000,00
Utang dagang 160.000,00
11 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 540.000,00
Persediaan bahan baku 540.000,00
12 Januari 18 Persediaan bahan baku 320.000,00
Utang dagang 320.000,00
20 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 380.000,00
Persediaan bahan baku 380.000,00
30 Januari 18 Persediaan bahan baku 540.000,00
Utang dagang 540.000,00
31 Januari 18 Utang dagang 90.000,00
Persediaan bahan baku 90.000,00

17
3) Metode Rata-rata Bergerak
Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang digunakan adalah Metode
Rata-rata bergerak. Dalam metode ini harga pokok persatuan bahan yang ada dalam
persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok semua bahan yang
dibeli dengan jumlah kuantitasnya.
Harga pokok persediaan bahan yang ada di gudang hanya ada satu haga pokok, yang dapat
berubah seriap ada pembelian dengan harga di bawah ini atau harga rata-rata yang trlah
ditentukan atau apabila ada retur pembelian (pengembalian bahan) kepada pemasok.
Berdasarkan transaksi-transaksi pada PT Sukses di muka bagian akuntansi akan
melakukan pembukuan ke dalam kartu persediaan dengan menggunakan Metode Rata-rata
Bergerak (Moving Average Method) sebagai berikut.
PT Sukses Minimum :
Yogyakarta Maksimum :
Pesan :

KARTU PERSEDIAAN BAHAN


Nama Bahan : A
Kode Barang : 1 A
(Metode Rata-rata Bergerak)
Diterima Dipakai Sisa
Tanggal Harga Jumlah Harga Jumlah Harga Jumlah
Kuantitas No. BPB Kuantitas Kuantitas
Satuan Rupiah Satuan Rupiah Satuan Rupiah
01-01-18 - - - - - - - 8.000 60 480.000,00
04-01-18 2000 70 140.000,00 - - - - 10.000 62 620.000,00
10-01-18 2000 80 160.000,00 - - - - 12.000 65 780.000,00
11-01-18 - - - 01/01/99 8000 65 520.000,00 4.000 65 260.000,00
12-01-18 4000 80 320.000,00 - - - - 8.000 72,5 580.000,00
20-01-18 - - - 02/01/99 5000 72,5 362.500,00 3.000 72,5 217.500,00
30-01-18 6000 90 540.000,00 - - - - 9.000 84,1 757.500,00
31-01-18 (1000) 90 (90.000,00) 8.000 83,4 667.500,00

Jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencacat pembelian dan pemakaian bahan di dalam buku
jurnal dengan menggunakan metode Rata-rata Bergerak adalah sebagai berikut.

PT Sukses Hal. Jurnal :


Yogyakarta
Buku Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Debit Kredit
04 Januari 18 Persediaan bahan baku 140.000,00
Utang dagang 140.000,00
10 Januari 18 Persediaan bahan baku 160.000,00
Utang dagang 160.000,00
11 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 520.000,00
Persediaan bahan baku 520.000,00
12 Januari 18 Persediaan bahan baku 320.000,00
Utang dagang 320.000,00
20 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 362.500,00
Persediaan bahan baku 362.500,00
30 Januari 18 Persediaan bahan baku 540.000,00
Utang dagang 540.000,00
31 Januari 18 Utang dagang 90.000,00
Persediaan bahan baku 90.000,00

18
Soal Latihan

1. PT Jayakarta selama bulan Februari 1999 telah melakukan transaksi pembelian bahan
baku dan penolong sebagai berikut.
1 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @ Rp.
1.000,00 secara kredit.
2 Februari 1999 : Meretur bahan baku A yang dibeli tanggal 1 Februari karena
rusak, 1.000 kg
3 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 6.000 kg dengan harga @
Rp. 1.000,00
5 Februari 1999 : Membeli bahan baku B sejumlah 6.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00 secara tunai.
7 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku B sejumlah 3.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00.
8 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @ Rp
1.000,00 dan B pembelian perusahaan membayar biaya angkut
pembelian Rp. 1.000.000,00
13 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 9.000 kg dengan harga @ Rp
1.000,00 dan bahan baku B sejumlah 8.000 kg dengan harga @
Rp. 1.500,00.
17 Februari 1999 : Membayar seluruh utang yang ditimbulkan pembelian bahan
pada tanggal 8 Februari 1999.
25 Februari 1999 : Membeli bahan baku B sejumlah 5.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00
27 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku B sejumlah 3.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00
28 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 6.000 kg dengan harga @ Rp.
1.000,00
28 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 1.000 kg dengan harga @
1.000,00
Berdasarkan data pembelian tersebut Anda diminta
a. Membukukan transaksi ke dalam Kartu persediaan A dan Kartu persediaan B
dengan menggunakan metode FIFO dan membuat jurnalnya apabila biaya angkut
pembelian diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik dan potongan pembelian
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik dan potongan pembelian diperlakukan
sebagai pendapatan lain.
b. Membukukan transaksi ke dalam kartu persediaan B dengan menggunakan metode
LIFO dan membuat jurnalnya apabila biaya angkut pembelian diperlakukan

19
sebagai biaya overhead pabrik dan potongan pembelian diperlakukan sebagai
pendapatan lain.
2. PT Jaya Sentosa selama bulan Februari 1999 telah melakukan transaksi pembelian
bahan baku dan penolong sebagai berikut.
1 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @
Rp 1.000,00 secara kredit.
2 Februari 1999 : Meretur bahan baku A yang dibeli tanggal 1 Februari karena
rusak, 1.000 kg.
3 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 6.000 kg.
5 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 5.000 kg dengan harga @
Rp 1.500,00 secara tunai.
7 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 3.000 kg
8 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @
Rp 2.000,00.
13 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 9.000 kg
17 Februari 1999 : Membayar seluruh utang yang ditimbulkan karena pembelian
bahan pada tanggal 8 Februari 1999
25 Februari 1999 : Membeli bahan baku A 5.000 kg dengan harga @ Rp
2.500,00
27 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 3.000 kg.
28 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 6.000 kg dengan harga @
Rp 3.000,00
28 Februari 1999 : Pemakaian bahan baklu A 1.000 kg
Berdasarkan data pembelian tersebut Anda diminta
a. Membukukan transaksi ke dalam kartu persediaan A dan kartu persediaan B
dengan menggunakan metode FIFO dan membuat jurnalnya.
b. Membukukan transaksi ke dalam kartu persediaan A dan kartu persediaan B
dengan menggunakan metode LIFO dan membuat jurnalnya.
c. Membukukan transaksi ke dalam kartu A dan kartu persediaan B dengan
menggunakan metode rata-rata bergerak dan membuat jurnalnya.

20
BAB IV
BIAYA TENAGA KERJA

A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan sebagai akibat pemanfaatan tenaga
kerja dalam melakukan produksi. Dalam perusahaan manufaktur, penggolongan kegiatan
kerja dapat dikelompokkan menjadi 4 penggolongan.
1. Penggolongan menurut fungsi pokok organisasi. Dalam perusahaan manufaktur ada
tiga fungsi pokok, yaitu produksi, pemasaran dan administrasi. Dengan demikian
biaya tenaga kerja meliputi biaya tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran
dan biaya tenaga kerja administrasi.
2. Penggolongan menurut kegiatan departemen. Misalnya, departemen produksi suatu
perusahaan terdiri dari tiga departemen yaitu departemen pulp, departemen kertas
kerja departemen produksi digolongkan sesuai dengan bagian-bagian tersebut.
3. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya. Misalnya, dalam departemen produksi
digolongkan sebagai berikut : operator, mandor dan penyelia. Maka biaya tenaga kerja
juga digolongkan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan tersebut.
4. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk. Tenaga kerja dapat digolongkan
menjadi tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Biaya tenaga kerja merupakan
elemen biaya produksi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan unsur
biaya overhead pabrik.
B. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Telah diuraikan di atas bahwa berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur
biaya tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi biaya tenaga kerja untuk fungsi
administrasi, biaya tenaga kerja untuk fungsi pemasaran, dan biaya tenaga kerja untuk
fungsi produksi. Pembahasan selanjutnya difokuskan pada biaya tenaga kerja untuk fungsi
produksi.
Biaya tenaga kerja dalam hubungannya dengan produk dibedakan menjadi biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung
yaitu semua balas jasa yang diberian kepada semua pegawai/karyawan bagian produksi
kepada produksi yang secara langsung dapat ditelusuri jejaknya ke masing-masing unit
produksi, misalnya gaji buruh pabrik rokok di bagian pelintingan. Bagian tenaga kerja
tidak langsung yaitu semua bagian produksi yang biayanya tidak dapat ditelusuri jejaknya
ke masing-masing unit produksi, misalnya gaji mandor produksi.
C. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Akuntansi biaya tenaga kerja di bagian produk biasanya meliputi tiga aktivitas yaitu
hadir, perhitungan gaji dan alokasi biaya gaji. Aktivitas-aktivitas ini dilaksanakan sebelum
gaji dicacat oleh bagian akuntansi.

21
1. Daftar Hadir (Timekeeping)
Perusahaan yang besar biasanya mempunyai pencatat waktu yang ada di departemen
personalia yang mempunyai fungsi mengumpulkan jam hadir karyawan. Dua sumber
dokumen yang digunakan yaitu kartu jam hadir (time card = clock card) dan kartu jam
kerja (labor job ticket). Contoh kartu jam hadir dan kartu jam kerja dapat dilihat pada
Formulir 5.1 dan Formulir 5.2

Formulir 5.1. Daftar Jam Hadir


PT Jaya Nama : Fani
Yogyakarta No. Peg : 0001
Tahun : 2018
Daftar Jam Hadir
02 Mei’18 03 Mei’18 04 Mei’18 05 Mei’18 06 Mei’18 07 Mei’18 08 Mei’18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
09.00 09.00 09.00 09.00 09.00
12.00 12.00 12.00 12.00 12.00
13.00 13.00 13.00 13.00 13.00
17.00 17.00 17.00 17.00 17.00
7 jam 7 jam 7 jam 7 jam 7 jam
Reguler : 35 jam
Kelebihan Jam : 0 jam
Total : 35 jam

Formulir 5.2 Kartu Jam Kerja


PT Jaya Nama : Fani
Yogyakarta No. Peg : 0001
Departemen : 1
Kartu Jam Kerja
No. Job : ………………………
Tanggal : 03/05/2018
Masuk Kerja : 09.00 s.d 12.00
Istirahat : 12.00 s.d 13.00
Masuk Kerja : 13.00 s.d 17.00
Lembur : 0
Jumlah Total : 7 Jam
Disahkan oleh Kepala Bagian/Mandor
(………………...............)

22
2. Perhitungan Biaya Gaji dan Upah
Atas dasar dokumen tersebut kemudian dibuat daftar gaji dan upah. Contoh daftar gaji
dan upah dapat dilihat pada tabel 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.3 Daftar Gaji
PT Jaya
Yogyakarta
Daftar Gaji Bulan Mei 2018
No. Jumlah Hari Jumlah Gaji Gaji Total Gaji
No. Nama Potongan
Peg. Kerja Jam Biasa Lembur Gaji Bersih

Tabel 5.4 Daftar Upah


PT Jaya
Yogyakarta
Daftar Gaji Bulan Mei 2018
Jam Jumlah
No. Tarif Tarif Upah Upah Total Upah
No Nama Kerja Jam Potongan
Peg. Reguler Lembur Reguler lembur Upah Bersih
Reguler Lembur

3. Pembebanan Biaya Gaji dan Upah


Berdasarkan Daftar Hadir dan Kartu Jam Kerja serta Daftar Gaji, bagian akuntansi
akan mengalokasikan biaya gaji dan upah ke masing-masing job, departemen atau produk
yang akan diuraikan dalam jurnal biaya tenaga kerja dan labor related cost.
a. Jurnal biaya tenaga kerja
Gaji atau upah dapat dipersiapkan mingguan atau bulanan.
1) Gaji dan Upah
Salah satu cara untuk menghitung besarnya gaji dan upah adalah dengan mengkalikan
tarif upah dengan jam kerja karyawan.
a. Atas dasar rekap gaji dan upah, maka dibuat jurnal
Gaji dan upah Rp. xxx
Utang gaji dan upah Rp. xxx
Utang PPh karyawan Rp. xxx
23
b. Atas dasar bukti kas keluar, maka akan dicacat :
Utang gaji dan upah Rp. xxx
Kas Rp. xxx
c. Pada saat pendistribusian/pengalokasian gaji dan upah dicatat
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx
Biaya overhead pabrik Rp. xxx
Biaya administrasi dan umum Rp. xxx
Biaya pemasaran Rp. xxx
Gaji dan upah Rp. xxx
Dalam pengalokasian ini, biaya tenaga kerja tidak langsung dicacat ke dalam rekening
biaya overhead pabrik karena tidak bisa ditelusuri jejak biayanya, misalnya gaji mandor
pabrik.
Untuk mempermudah pemahaman akuntansi biaya tenaga kerja, berikut ini diberikan
contoh penerapannya.
PT Jaya memperkerjakan 3 karyawan A,B dan C. Berdasarkan kartu jam hadir A
bekerja dengan tarif upah Rp 1.000,00/jam, B bekerja 40 jam dengan tarif upah Rp750/jam
sedangkan C sebagai mandor pabrik dibayar Rp 50.000,00
Penggunaan waktu A B
Pesanan X 15 jam 20 jam
Pesanan Y 25 jam 20 jam
Besarnya tarif pajak 10%
Dengan demikian upah karyawan tersebut adalah Rp. 120.000,00 dengan perincian A Rp.
40.000,00; B. Rp 30.000,00; dan C Rp 50.000,00
Pencatatan atas gaji dan upah tersebut adalah sebagai berikut.
Atas dasar rekap dan upah, dibuat jurnal :
Gaji dan upah Rp 120.000,00
Utang gaji dan upah Rp 108.000,00
Utang PPh karyawan Rp 12.000,00
Atas dasar bukti kas keluar dibuat jurnal :
Utang gaji dan upah Rp 108.000,00
Kas Rp 108.000,00
Pada saat pendistribusian gaji dan upah dibuat jurnal :
Barang dalam proses–Biaya tenaga kerja langsung Rp 70.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 50.000,00
Biaya administrasi dan umum Rp 0,00
Biaya pemasaran Rp 0,00
Gaji dan upah Rp 120.000,00

24
2) Insentif
Perusahaan memberikan insentif agar karyawan dapat bekerja lebih baik. Intensif
dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi keduanya. Ada
beberapa cara pemberian insentif yaitu insentif satuan dengan jam minimum dan taylor
differential piece rate plan.
a. Insentif satuan dengan jam minimum
Karyawan dibayar dengan dasar tarif per jam untuk menghasilkan jumlah output
standar. Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standar, karyawan menerima upah
tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan output di atas standar kali tarif upah per
satuan. Tarif upah per satuan standar per jam dengan satuan keluaran standar per jam.
Misalnya : Menurut time study dibutuhkan 5 menit untuk menghasilkan 1 unit output,
maka jumlah outputstandar per jam adalah 12 unit. Jika upah pokok sebesar Rp.
600,00/jam, tarif upah per unit Rp 50,00. Jika seorang karyawan dapat menghasilkan
14 unit per jam maka ia akan menerima upah :
Upah dasar Rp. 600,00
Insentif 2 x Rp 50,00 Rp. 100,00
Upah yang akan diterima Rp. 700,00
b) Taylor differential piece plan
Cara ini menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif
potong yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
Misalnya : Ditetapkan tarif upah Rp 40,00 per unit untuk karyawan yang menghasilkan
14 unit ke bawah dan Rp 60,00 per unit bagi karyawan yang dapat menghasilkan 15
unit per jam ke atas.
3) Premi Lembur
Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam dalam satu minggu, maka
ia berhak menerima upah lembur dan premi lembur. Misalnya, dalam satu minggu A
bekerja 44 jam dengan tarif upah Rp 600,00 per jam. Premi lembur dihitung 50% dari
tarif upah. Upah karyawan tersebut adalah
Jam biasa Rp. 600,00 x 40 = Rp24.000,00
Lembur Rp. 600,00 x 4 = Rp. 2.400,00
Premi lembur Rp. 300,00 x 4 = Rp. 1.200,00
Jumlah = Rp 27.600,00
b. Labor related cost
Labor related cost terdiri dari setup time yaitu biaya yang dikeluarkan menyiapkan
mesin sehingga siap digunakan dalam proses produksi, dan idle time yaitu biaya yang
dikeluarkan bagi karyawan karena mesin mengganggur.
1) Setup time
Sering kali sebuah pabrik memerlukan waktu dan sejumlah biaya untuk memulai
produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut set up cost.
25
Ada tiga cara perlakuan terhadap biaya ini :
a) Dimasukkan ke dalam kelompok BTKT,
b) Dimasukkan sebagai unsur BOP,
c) Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dan terpisah dari bahan baku,
BTKL dan BOP.
2) Idle time
Dalam mengolah produk, sering kali terjadi hambatan, kerusakan mesin atau
kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menggangur bagi karyawan.
Biaya yang dikeluarkan selama waktu tersebut diperlakukan sebagai unsur BOP.

Soal Latihan
1. PT Jaya memperkerjakan 4 karyawan A, B, C, dan D. Berdasarkan kartu jam hadir
dengan tarif upah A Rp. 1.000,00/jam, B bekeja 40 jam dengan tarif upah Rp
750,00/jam, C bekerja dengan tariff upah Rp 500,00/jam. Sedangkan D sebagai
mandor pabrik dibayar Rp 50.000,00
Pengganti waktu A B C
Pesanan X 15 jam 20 jam 10 jam
Pesanan Y 25 jam 20 jam 5 jam
Besarnya tarif pajak 10%
Dengan demikian upah karyawan tersebut adalah Rp 127.500,00 dengan perincian A =
Rp 40.000,00; B = Rp 30.000,00; C = Rp 7.500,00 dan D Rp 50.000,00
Berdasarkan data tersebut Ada diminta untuk membuat jurnal pencacatan transaksi
biaya gaji dan upah.
2. PT Abadi mempunyai data biaya tenaga kerja pada bulan Januari 2018 sebagai berikut.
a. Gaji dan upah dibayar pada tanggal 9 Januari dan 23 Januari 2018. Utang gaji pada
minggu terakhir tahun 2018 akan dibayar pada tanggal 9 Januari 2018.
b. Gaji yang belum dibayarkan pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp.
260.000,00 dengan perincian utang gajiRp 208.000,00, utang pajak Rp 26.000,00
dan asuransi tenaga kerja Rp 26.000,00
c Gaji yang dibayarkan pada tanggal 9 Januari 2018 adalah sebesar Rp 500.000,00
dengan perincian utang gaji Rp 400.000,00, utang pajak Rp 50.000,00 dan asuransi
tenaga kerja Rp 50.000,00
d. Gaji yang dibayarkan pada tanggal 23 Januari 2018 adalah sebesar Rp. 400.000,00
dengan perincian utang gaji Rp. 320.000,00 utang pajak Rp. 40.000,00 dan asuransi
tenaga kerja Rp. 40.000,00
e. Biaya gaji yang belum dibayar pada tanggal 31 Januari 2018 adalah sebesar Rp.
260.000,00 dengan perincian utang gaji Rp. 208.000,00 utang pajak Rp. 26.000,00
dan asuransi tenaga kerja Rp. 26.000,00

26
f. Biaya gaji dan upah tersebut kalau diperinci ke dalam masing-masing departemen
akan menjadi Gaji tenaga kerja langsung produksi sebesar Rp. 400.000,0. Gaji
tenaga kerja tidak langsung produksi sebesar Rp. 350.000,00. Gaji tenaga kerja
administrasi sebesar Rp. 250.000,00 dan gaji tenaga kerja bagian pemasaran sebesar
Rp 160.000,00.

Berdasarkan data tersebut Anda diminta untuk membuat jurnal yang diperlukan pada
tanggal 2 Januari 2018, 9 Januari 2018, 23 Januari 2018, 31 Januari 2018 serta alokasi
biaya gaji dan upah ke dalam masing-masing departemen yang terkait.

27
BAB V
BIAYA OVERHEAD PABRIK

A. Pengertian Biaya Overhead Pabrik


Pada umumnya biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya-biaya produksi yang lain yang tidak
dapat dengan mudah diidentifikasikan ataupun dibebankan secara langsung pada pesanan
tertentu atau produk tertentu. Apabila suatu perusahaan di samping memiliki departemen
pembantu, misalnya departemen bengkel, departemen listrik, maka biaya overhead pabrik
mencakup semua biaya yang terjadi di departemen pembantu.
B. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara :
1. Menurut jenisnya,
2. Menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan,
3. Dalam hubungannya dengan departemen.
Penjelasan masing-masing penggolongan biaya ini dapat disimak berikut ini.
1. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Jenisnya
Menurut jenisnya, biaya overhead pabrik dalam perusahaan manufaktur yang
mengolah produknya berdasarkan pesanan dapat digolongkan menjadi enam :
a. biaya bahan penolong.
b. biaya tenaga kerja tidak langsung,
c. biaya reparasi dan pemeliharaan,
d. biaya penyusutan aktiva,
e. biaya asuransi,
f. biaya listrik, dan lain-lain.
2. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut perilakunya dalam Hubungannya
dengan perubahan Volume Kegiatan.
Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, perilaku biaya overhead dapat
dibedakan menjadi tiga :
a. Biaya overhead pabrik tetap,
b. Biaya overhead variable,
c. Biaya overhead pabrik semi variabel.
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead yang tetap konstan dalam kisar
perubahan volume kegiatan tertentu. Biaya overhead variabel adalah biaya
overhead yang jumlah totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan
volume kegiatan.Biaya overhead pabrik semi variabel adalah biaya overhead
pabrik yang jumlah totalnya berubah tidak proporsional dengan perubahan volume
kegiatan.

28
3. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik dalam Hubungannya dengan Departemen.
Dalam hubungannya dengan departemen-departemen biaya overhead pabrik dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) golongan :
a. biaya overhead pabrik langsung departemen
b. biaya overhead pabrik tidak langsung departemen.
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi
di suatu departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen
tersebut. Misanya biaya penyusutan mesin separtemen A, dan bahan penolong yang
terjadi di departemen A adalah biaya overhead pabrik langsung departemen A.
Biaya overhead pabrik tak langsung departemen adalah biaya overhead yang
memberikan manfaat lebih dari satu departemen. Misalnya, biaya pemeliharaan
gedung pabrik adalah biaya overhead pabrik tidak langsung bagi departemen A
maupun departemen B apabila kedua departemen itu berada dalam satu atap gedung
pabrik tersebut. Contoh lain biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah
biaya depresiasi gedung, gaji pengawas departemen, pajak kekayaan, dan sebagainya.
C. Pembebanan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik secara langsung pada pesanan atau produk
tidak dapat dilakukan karena hal-hal berikut.
Pertama, biaya overhead pabrik mencakup semua jenis biaya produksi tidak
langsung yang mempunyai sifat sangat bervariasi, ada biaya yang jumlahnya maupun
terjadinya tidak pasti, misalnya biaya reparasi dan pemeliharaan, ada biaya yang
terjadinya teratur tetapi hanya pada bulan tertentu.
Kedua, volume kegiatan produksi dari bulan ke bulan pada pesanan yang
memproduksi barang berdasarkan pesanan relative tidak stabil. Apabila biaya overhead
pabrik dibebankan secara langsung maka setiap satuan produk yang dihasilkan pada
bulan-bulan yang volume produksinya rendah akan dibebani biaya tetap lebih besar
dari pada bulan-bulan yang volume produksinya tinggi.
Dengan pertimbangan di atas maka biaya overhead pabrik dibebankan kepada setiap
pesanan atau produk berdasarkan tariff yang ditentukan di muka (pre determined rate).
Cara pembebanan ini dimaksudkan agar dapat membebankan biaya overhead pabrik
kepada setiap pesanan atau produk secara adil.
1. Langkah-langkah Pembebanan Tarif Biaya Overhead Pabrik.
Langkah-langkah pembebanan tarif biaya overhead pabrik meliputi tiga hal :
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
b. Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya overhead pabrik,
c. Menghitung tariff biaya overhead pabrik

29
2. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran biaya overhead pabrik disusun berdasarkan pada tingkat volume kegiatan
yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Anggaran biaya overhead pabrik
hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diketahui jumlah biaya
overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Demikian juga dapat diketahui
jumlah biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan biaya bahan, biaya overhead
pabrik yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
berhubungan dengan biaya penyelenggaraan fasilitas fisik pabrik. Hal ini sangat penting
dalam hubungannya dengan penentuan dasar pembebanan biaya overhead pabrik.
3. Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik.
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dapat menggunakan dasar pembebanan yang
dapat dipilih dari salah satu dasar berikut ini :
a. satuan produk
b. biaya bahan baku
c. jam tenaga kerja langsung
d. biaya tenaga kerja langsung
e. jam mesin.
Faktor-Faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar pembebanan biaya
overhead pabrik adalah sebagai berikut.
a. Memilih dasar pembebanan yang mempunyai hubungan lebih dekat dengan biaya
overhead pabrik.
1) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya bahan (materials oriented overhead). Seperti biaya
sewa gudang, asuransi gudang, biaya bahan penolong, maka dasar pembebanan
yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah harga pokok bahan.
2) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berbuhungan dengan biaya tenaga kerja (labor oriented overhead) seperti biaya
gaji pengawas, biaya tenaga kerja tidak langsung, maka dasar pembebanan yang
lebih dekat dengan biaya overhead adalah biaya tenaga kerja langsung atau jam
kerja langsung.
3) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya penyelenggaraan fasilitas pabrik(investment oriented
overhead) seperti biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, biaya asuransi mesin,
biaya penyusutan mesin. Maka dasar pembebanan yang lebih dekat dengan biaya
overhead pabrik adalah jam mesin.
b. Apabila biaya overhead pabrik relative merata pada elemen-elemen biaya yang
mempunyai hubungan erat dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja atau biaya
penyelenggaraan fasilitas pabrik. maka dipilih dasar pembebanan yang paling mudah
penggunaannya yaitu jumlah satuan produk.
30
4. Faktor-Faktor Lain
Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan di dalam penentuan tariff overhead
pabrik ada empat.
a. Tingkat aktivitas yang dipakai
1) kapasitas normal,
2) kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
3) kapasitas praktis,
b. Dimasukkan atau tidaknya elemen-elemen biaya overhead tetap dalam menghitung
harga pokok produk
1) full costing,
2) direct costing/variable costing.
c. Penggunaan tarif tunggal atau beberapa tariff
1) tarif tunggal
2) tarif per departemen.
3) tarif untuk setiap pusat biaya
4) tarif untuk setiap operasi.
d. Penggunaan tarif sendiri untuk departemen pembantu.
D. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dengan persentase atau jumlah rupiah setiap
jam kerja langsung, jam mesin, kilogram, satuan produk, dan sebagainya. Biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar jumlah satuan produk, harga pokok bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, tingkat aktivitas.
1. Jumlah Satuan Produk
Apabila jumlah satuan produk sebagai dasar pembebanan, maka tariff biaya overhead
pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode= Biaya overhead pabrik per satuan
Jumlah satuan produk yang dianggarkan

Apabila anggaran biaya overhead untuk periode yang akan datang sebesar
Rp300.000,00 dan perusahaan merencanakan memproduksi 250.000 satuan produk, maka
untuk setiap satuan produk dibebani BOP dengan tarif 1,20 (=Rp. 300.000,00 : 250.000).
Dasar pembebanan satuan produk ini sesuai bagi perusahaan yang memproduksi satu
macam produk. Namun, jika lebih dari satu macam produk yang dihasilkan. Maka
digunakan dasar pembebanan jumlah satuan produk atas dasar satuan berat atau satuan
tertentu lainnya, misalnya kilogram, liter, dan sebagainya. Berikut ini contoh pembebanan
biaya overhead kepada produk atas dasar satuan berat masing-masing produk.

31
Keterangan Produk A Produk B Produk C
Anggaran BOP total : Rp 300.000,00
Rencana produksi (satuan) 20.000 15.000 20.000
Berat produk per satuan 5 kg 2 kg 1 kg
Berat produk total 100.000 kg 30.000 kg 20.000 kg
Tarif BOP per kg Rp 300.000,00/150.000 Rp. 2,00 Rp. 2,00 Rp. 2,00
Anggaran BOP tiap-tiap jenis produk Rp. 200.000,00 Rp. 60.000,00 Rp. 40.000,00
Tarif BOP per satuan produk. Rp. 10,00 Rp. 4,00 Rp. 2,00

2. Harga Pokok Bahan Baku


Apabila harga pokok bahan baku sebagai dasar pembebanan, maka tariff biaya
overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode x 100 % = Persentase biaya overhead dari biaya bahan baku
Anggaran harga pokok bahan baku dalam periode yang bersangkutan

Sebagai contoh, jika anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp 300.000,00 dan
anggaran harga pokok bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi Rp 250.000,00
dalam suatu periode tertentu, maka tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
dihitung sebagai berikut.
Rp. 300.000,00 x 100 % = 120 %
Rp. 250.000,00
Jadi setiap produk yang selesai dibuat dibebani biaya overhead pabrik sebesar 120 %
dari biaya bahan bakunya. Metode ini terbatas penggunaannya karena di dalam banyak
kasus tidak ada hubungannya erat antara harga pokok bahan baku dari suatu produk dan
biaya overhead pabrik yang terjadi.
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Apabila biaya tenaga kerja sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead
pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode x 100 % = Persentase BOP dari biaya tenaga kerja langsung.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung

Misalnya, untuk tahun yang akan datang anggaran biaya overhead pabrik
Rp300.000,00 dan biaya tenaga kerja langsung Rp 300.000,00. Tarif Biaya overhead pabrik
adalah:
Rp 300.000,00 x 100 % = 100 %
Rp 300.000,00
Setiap pesanan atau produk yang menyerap biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,00 akan
dibebani biaya overhead pabrik Rp 1,00 pula. Adapun biaya tenaga kerja langsung dihitung
dengan mengalikan jam kerja langsung yang digunakan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan tarif upah per jam yang ditentukan. Semakin banyak jam kerja yang
digunakan, semakin besar biaya tenaga kerja langsung dan semakin besar biaya overhead
pabrik yang dibebankan.

32
Metode ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut.
a. Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk. Nilai yang
ditempatkan sering kali tidak mempunyai hubungan yang erat dengan biaya
penyusutan.
b. Jumlah biaya tenaga kerja mencakup upah tenaga kerja dari berbagai tingkatan yang
ada di dalam perusahaan. Sehingga dalam metode ini dapat terjadi distribusi beban
biaya overhead pabrik kepada produk secara tidak tepat.
4. Jam Tenaga Kerja Langsung
Apabila jam tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya
overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode = Tarif per jam kerja langsung.
Taksiran jam tenaga kerja langsung

Apabila anggaran biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang Rp 300.000,00
dan jumlah jam kerja langsung ditaksir 200.000 jam, maka tarif biaya overhead pabrik atas
dasar jam kerja langsung adalah Rp 1,50 per jam kerja langsung (= Rp 300.000,00 :
200.000).
Suatu pekerjaan yang diselesaikan dengan 400 jam kerja langsung akan dibebani biaya
overhead pabrik sebesar Rp 600,00 (= 400 x Rp 1,50).
5. Jam Mesin
Apabila jam mesin sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode = Tarif per jam mesin
Taksiran jam mesin

Apabila anggaran biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang Rp 300.000,00
dan jumlah jam mesin ditaksir 300.000 jam, maka tariff biaya overhead pabrik atas dasar
jam mesin adalah Rp 1,00/ jam mesin (= Rp 300.000,00 : 300.000)
Suatu pekerjaan atau pesanan yang diselesaikan dengan 400 jam mesin akan dibebani biaya
overhead pabrik sebesar Rp. 400,00 (400 x Rp. 1,00)
6. Tingkat Aktivitas (Aktivity Level to Be Used)
Dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik, sangat tergantung pada tingkat
aktivitas yang dipilih. Semakin besar aktivitas yang diandaikan, semakin rendah tarif biaya
overhead tetap, karena biaya overhead tetap akan dibagi dengan tingkat aktivitas (jumlah
biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar, jam kerja langsung yang lebih besar, atau
jam mesin dan sebagainya) yang lebih besar.
Tingkat aktivitas yang dianggarkan dapat didasarkan pada kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan, kapasitas praktis, atau kapasitas normal. Apabila anggaran didasarkan
pada kapasitas sesungguhnya, ini berarti didasarkan pada ramalan penjualan periode yang
akan datang. Apabila anggaran didasarkan pada kapasitas praktis hal ini didasarkan pada

33
kemampuan fisik pabrik. Sedangkan apabila anggaran didasarkan pada kapasitas normal,
hal ini didasarkan pada kemampuan fisik pabrik dan peluang pasar jangka panjang.
Tingkat aktivitas yang dianggarkan berdasarkan kapasitas sesungguhnya diharapkan
merupakan pendekatan jangka pendek. Di dalam metode ini akan terjadi perbedaan tarif
biaya overhead pabrik antara periode yang satu dengan periode yang lain. Apabila
perubahan tarif biaya overhead pabrik cukup besar, maka biaya-biaya akibat kapasitas yang
mengganggur dikapitalisasikan dan termasuk harga pokok barang yang belum terjual.
Dengan memasukkan biaya-biaya kapasitas yang mengganggur ini perhitungan tarif biaya
overhead pabrik yang akan mempengaruhi manajemen di dalam mengambil keputusan-
keputusan khusus.

Kapasitas normal
Kapasitas normal merupakan pendekatan perencanaan dari pengawasan jangka
panjang. Kapasitas normal dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Tarif yang ditentukan atas
dasar kapasitas normal tidak akan berubah meskipun produksi yang sesungguhnya berubah.
Suatu konsep tarif berdasarkan kapasitas normal mengandaikan bahwa tarif tidak akan
berubah meskipun fasilitas yang ada dipakai pada tingkat aktivasi yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Dengan menggunakan tarif pembebanan atas dasar kapasitas normal,
kemungkinan akan terdapat selisih jika dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya
terjadi. Apabila terjadi selisih, lazimnya dikatakan biaya overhead pabrik lebih atau kurang
dibebankan (over-underapplied factoryoverhead).

Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.


Penyusunan anggaran atas dasar kapasitas sesungguhnya merupakan pendekatan
perencanaan dan pengawasan jangka pendek. Konsep kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan ini mengarah suatu tarif di mana biaya overhead dan produksi didasarkan pada
output sesungguhnya yang diharapkan pada periode yang akan datang. Dalam metode ini
biasanya menggunakan tarif yang berbeda-beda untuk masing-masing periode, tergantung
pada kenaikan atau penurunan dalam taksiran biaya overhean pabrik dan angka produksi.

Kapasitas teoritis dan kapasitas praktis


Kapasitas teoritis adalah kapasitas pabrik untuk menghasilkan produk pada kecepatan
penuh tanpa berhenti. Kapasitas Praktis adalah kapasitas penuh dengan memperhitungkan
kerugian-kerugian waktu yag tidak dapat dihindari, misalnya reparasi mesin, hari libur,
mesin rusak, dan lain-lain untuk menentukan kapasitas praktis, maka kapasitas teoritis
dikurangi dengan sebab-sebab intern pabrik.

34
Memasukkan atau tidak memasukkan elemen-elemen biaya overhead pabrik tetap
(inclusion or exclusion of fixed items).
Biasanya produser di dalam akuntansi biaya membebankan semua biaya overhead
pabrik pada produksi suatu periode. Prosedur yang demikian disebut Full Costing atau
Conventional Costing atau Absorption Costing. Dalam prosedur ini, baik biaya overhead
tetap ataupun biaya variabel, diperhitungkan dalam menghitung tarif biaya overhead
pabrik. Metode penentuqan harga pokok yang lain disebut Direct Costing yang sering kali
digunakan untuk membantu kepentingan intern manajemen.
Dalam metode direct costing hanya biaya overhead variabel yang dimasukkan dalam tarif
biaya overhead. Biaya overhead tetap tidak menjadi bagian harga pokok produk tetapi
diperlakukan sebagai biaya periode. Ini berarti bahwa biaya tetap dibebankan kepada
masing-masing periode seperti halnya biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
Dengan demikian biaya tetap tidak dimasukkan dalam barang dalam proses atau persediaan
produk selesai.
Pemakaian metode yang berbeda (metode full costing atau direct costing) akan
mempengaruhi harga pokok dan laba pada periode yang bersangkutan.
Contoh anggaran biaya overhead pabrik
Berikut ini disajikan contoh anggaran biaya overhead pabrik PT Mataram untuk tahun 2018.

PT MATARAM
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK TAHUN 2018
( Pada Kapasitas Normal = 200.000 jam kerja langsung
Elemen Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Total
Gaji pengawas Rp. 70.000,00 Rp. – Rp. 70.000,00
Upah tak lembur Rp 9.000,00 Rp. 66.000,00 Rp. 75.000,00
Upah lembur Rp. – Rp. 9.000,00 Rp. 9.000,00
Suplai Rp. 4.000,00 Rp. 19.000,00 Rp. 23.000,00
Reparasi dan pemeliharaan Rp. 3.000,00 Rp. 9.000,00 Rp. 12.000,00
Listrik Rp. 2.000,00 Rp. 18.000,00 Rp. 20.000,00
Minyak pelumas Rp. 1.000,00 Rp. 5.000,00 Rp. 6.000,00
Air Rp. 1.000,00 Rp. 1.000,00 Rp. 2.000,00
Pajak-pajak Rp. 4.000,00 Rp. 18.000,00 Rp. 22.000,00
Asuransi Kesehatan Rp. 1.000,00 Rp. 4.000,00 Rp. 5.000,00
Pensiun Rp. 2.000,00 Rp. 13.000,00 Rp. 15.000,00
Vakasi dan THR Rp. 2.000,00 Rp. 10.000,00 Rp. 12.000,00
Astek Rp. 1.000,00 Rp. 3.000,00 Rp. 4.000,00
Penyusutan Rp. 18.000,00 Rp. 18.000,00
Pajak kekayaan Rp. 4.000,00 Rp. 4.000,00
Asuransi kebakaran Rp. 3.000,00 Rp. 3.000,00
Rp. 125.000,00 Rp. 175.000,00 Rp. 300.000,00

35
Dengan mengendalikan bahwa jam kerja langsung pada kapasitas normal dipilih
sebagai dasar pembebanan, yaitu 200.000 jam kerja langsung, maka tarif pembebanan
biaya overhead untuk tahun 2018 kepada produk dihitung sebagai berikut.
Tarif BOP = Rp. 300.000,00 = Rp 1,50 per jam kerja langsung
200.000
Tarif biaya overhead di atas dapat dipecah menjadi dua yaitu tarif overhead
pabrik tetap dan tarif biaya overhead variabel sebagai berikut.
Tarif BOP tetap = Rp. 125.000,00 = Rp 0,625 per jam kerja langsung.
200.000,00
Tarif BOP variabel = Rp. 175.000,00= Rp 0,875 per jam kerja langsung.
200.000

E. Selisih antara Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan dan Sesungguhnya.


Biaya overhead pabrik yang dibebankan ( BOP-D) adalah biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada produk sebagai komponen harga pokok. Misalnya dalam tahun 2018
kapasitas yang sesungguhnya dicapai 190.000 jkl. Sedangkan biaya overhead pabrik yng
sesungguhnya terjadi Rp. 292.000,00. dari informasi tersebut biaya overhead pabrik yang
dibebankan pada tahun 2018 adalah Rp. 285.000,00, yaitu BOP per jkl dikalikan dengan
jumlah jam kerja langsung ( kapasitas ) sesungguhnya ( = 190.000 jkl @ Rp. 1.50 ).
Selisih biaya overhead pabrik yang terjadi pada tahun 2018 adalah sebesar Rp.
7.000,00 ( = Rp. 292.000,00 – Rp. 285.000,00 ). Selisih Rp. 7.000,00 ini disebut selisih
kurang dibebankan atau selisih tidak menguntungkan ( unfavorable ).

Jurnal untuk mencacat biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebagai berikut.
Barang dalam proses – BOP Rp. 285.000,00
BOP yang dibebankan Rp. 285.000,00
Jurnal untuk mencacat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai
berikut.
BOP yang sesungguhnya Rp. 292.000,00
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp. 292.000,00
Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya
adalah sebagai berikut.
BOP yang dibebankan Rp. 285.000,00
BOP yang sesungguhnya Rp. 285.000,00
Kemudian jurnal di atas diposting ke dalam rekening-rekening yang bersangkutan sebagai
berikut.
BOP yang sesungguhnya BOP yang Dibebankan Barang dlm. Proses BOP
292.000 285.000 285.000 285.000 285.000

36
F. Akuntansi Selisih Biaya Overhead Pabrik
Apabila ada perbedaan antara jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk, dan rekening Biaya Overhead
Pabrik yang Dibebankan sudah ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik yang
Sesungguhnya, maka rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya mempunyai saldo
(selisih) yang disebut selisih biaya overhead pabrik.
Akuntansi selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut.
1. Setiap akhir bulan, selisih biaya overhead pabrik dipindahkan dari rekening Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya ke rekening “ Selisih Biaya Overhead pabrik”.
Selisih kurang dibebankan dijurnal sebagai berikut.
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 7.000,00
Biaya overhed pabrik sesungguhnya Rp. 7.000,00

Hal ini dilakukan setiap akhir bulan karena selisih biaya overhead pabrik pada suatu bulan
akan dikompensasi dengan selisih biaya overhead pabrik dari rekening Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya ke rekening Selisih BOP dapat digambarkan sebagai berikut.
BOP yang sesungguhnya BOP yang Dibebankan Barang dlm. Proses BOP
292.000 285.000 285.000 285.000 285.000
7.000

Selisih BOP
7.000

2. Pada akhir tahun saldo rekening Selisih Biaya Overhead pabrik akan dibebankan atau
untuk mengurangi Harga Pokok Penjualan : atau dibagi kepada rekening Harga Pokok
Penjualan dan rekening-rekening Persediaan.
a. Apabila selisih disebabkan oleh keadaan – keadaan yang tidak berhubungan dengan
efisiensi pabrik maka selisih tersebut dibagi rata (relatif) ke dalam rekening-
rekening Harga Pokok Penjualan, persediaan Barang Jadi dan persediaan Barang
Dalam Proses.
Selisih kurang dibebankan tidak menguntungkan akan dijurnal sebagai berikut.
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang jadi xxx
Persediaan barang dalam proses xxx
Selisih biaya overhead pabrik xxx
Selisih lebih dibebankan (menguntungkan) akan dijurnal sebagai berikut.
Selisih biaya overhead pabrik xxx
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang jadi xxx
Persediaan barang dalam proses xxx

37
Untuk memberikan gambaran berikut ini contoh tabel perhitungan membagi
selisih, biaya overhead. Misalnya, pada akhir tahun 2018 diketahui ada selisih BOP
Rp14.000,00 bersifat tidak menguntungkan.
Saldo Saldo 31 Desember
Rekening Alokasi Selisih B OP
31 -12 – 2018 Setelah Alokasi
Selisih BOP (underappliea) Rp. 14.000,00 ( Rp. 14.000,00)
Persed. Barang dlm. Proses Rp. 40.000,00 4/56 x 14.000 = 1.000 Rp. 41.000,00
Persed. Barang jadi Rp. 80.000,00 8/56 x 14.000 = 2.000 Rp. 82.000,00
Harga pokok penjualan Rp. 440.000,00 44/56 x 14.000 = 11.000 Rp. 451.000,00
Rp. 574.000,00 - Rp. 574.000,00

Jurnal untuk membagi biaya overhead pabrik tersebut di atas adalah sebagai berikut.
Persediaan barang dalam proses Rp. 1.000,00
Persediaan barang jadi Rp. 2.000,00
Harga pokok penjualan Rp. 11.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00

b. Apabila selisih biaya overhead pabrik disebabkan ketidakefisienan pabrik yaitu


aktivasi perusahaan yang melampaui atau di bawah kapasitas yang dianggarkan
(normal), maka selisih terebut dpindahkan dari rekening selisih biaya overhead pabrik
ke rekening Harga Pokok Penjualan. Selisih ini tidak dikapitalisasi ke rekening-
rekening persediaan
Jurnal untuk mencacat selisih kurang dibebankan disebabkan ketidakefisienan pabrik
adalah sebagai berikut.
Harga pokok penjualan Rp. 14.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00

Untuk kepentingan pembuatan laporan keuangan sering kali selisih biaya overhead pabrik
diperlakukan tanpa memperhitungkan penyebab terjadinya selisih, meskipun analisis
terhadap selisih sudah dilakukan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut.
a. Selisih tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo rekening yang akan
dibebani dengan pembagian selisih tersebut.
b. Saldo rekening Barang Dalam Proses dan rekening Persediaan Barang Jadi relatif kecil
bila dibadingkan dengan Harga Pokok Penjualan.
Atas dasar pertimbangan di atas maka selisih biaya overhead pabrik dipindahkan ke
rekening Harga Pokok Penjualan atau secara langsung dipindahkan ke rekening
Ikhtisar Rugi/Laba.

38
Jurnal yang dibuat untuk menutup selisih BOP kurang dibebankan adalah sebagai berikut.
Harga pokok penjualan Rp. 14.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00
Atau :
Ikhtisar rugi/laba Rp. 14.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00

Selisih biaya overhead pabrik ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan ataukah ke
rekening Ikhtisar Rugi/Laba tergantung apakah manajemen menganggap sebagai suatu
selisih biaya pabrik ataukah biaya manajerial. Apabila selisih biaya overhead pabrik ditutup
ke rekening Harga Pokok Penjulan, maka selisih tersebut akan tampak dalam Laporan
Harga Pokok Penjualan seperti yang berikut.
PT MATARAM
Laporan Harga Pokok Penjualan
Periode yang berakhir 31 Desember 200A

Bahan baku yang dipakai Rp. 400.000,00


Biaya tenaga kerja langsung Rp. 500.000,00
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp. 285.000,00
Rp. 1.185.000,00
Kenaikan persediaan produk dalam proses Rp. 20.000,00
Harga pokok produk yang dibuat Rp. 1.165.000,00
Penurunan persediaan barang jadi Rp. 30.000,00
Harga pokok penjualan – normal Rp. 1.195.000,00
Selisih biaya overhead pabrik – kurang dibebankan Rp. 14.000,00
Harga pokok penjualan sesungguhnya Rp. 1.209.000,00

Apabila selisih biaya overhead pabrik ditutup ke rekening ikhtisar Rugi/Laba, maka selisih
tersebut akan tampak dalam laporan Rugi/Laba seperti yang berikut.

PT MATARAM
Laporan Rugi/Laba
Per 31 Desember 200A

Penjualan Rp. 2.000.000,00


Harga pokok penjualan normal Rp. 1.195.000,00
Biaya overhead pabrik kurang dibebani Rp. 14.000,00
Rp. 1.209.000,00
Laba Kotor Rp. 791.000,00
Biaya pemasaran Rp. 175.000,00
Biaya administrasi & umum Rp. 125.000,00
Rp. 300.000,00
Laba bersih sebelum pajak Rp. 491.000,00

39
Soal Latihan
1. PT Monte Sari memperkirakan biaya overhead pabrik untuk tahun 1998 Rp
320.000,00. Perkiraan biaya tersebut didasarkan pada perkiraan 80.000 satuan produk
yang akan diproduksi dengan biaya bahan baku Rp 400.000,00. Untuk produksi
tersebut memerlukan 80.000 jam kerja langsung dengan biaya upah yang diperkirakan
Rp 320.000,00. Mesin-mesin akan berjalan 50.000 jam.
Diminta :
Tarif biaya overhead pabrik yang dipakai utuk membebankan biaya overhead kepada
produk, jika masing-masing dasar pembebanan yang berikut dipilih.
a. Harga pokok bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Jam tenaga kerja langsung.
d. Jam mesin
e. Satuan produk.

40

Anda mungkin juga menyukai