Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntasi, sama halnya
dengan akuntasi keuangan, akuntansi pemerintah, akuntasi pajak, dan sebagainya. Ciri
utama yang membedakan akuntansi biaya dengan akuntansi yang lain adalah kajian
datanya. Akuntansi biaya mengkaji data-data biaya untuk digolongkan, dicatat, dianalisis,
dan dilaporkan dalam laporan informasi akuntansi.
A. Pengertian Akuntansi Biaya
Ditinjau dari aktivitasnya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan
penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta
menafsirkan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau
dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan manajemen.
B. Hubungan antara Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Manajemen
Akuntansi secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya merupakan bagian tak terpisahkan
dari kedua tipe akuntansi tersebut.
1. Hubungan antara Akuntansi Biaya dan Akuntansi Keuangan
Akuntansi kauangan mempunyai tujuan utama menyediakan informasi keuangan
berupa laporan keuangan bagi pihak-pihak di luar perusahaan, seperti pemegang saham,
pemerintah, kreditur dan masyarakat umum. Laporan tersebut berupa laporan rugi-laba,
neraca dan laporan arus kas. Untuk menyusun laporan rugi–laba dan neraca pada
perusahaan manufaktur, diperlukan informasi harga pokok barang jadi dan harga pokok
barang dalam proses pada akhir periode. Harga pokok barang jadi secara formal dihitung
dan disajikan dalam laporan harga pokok produksi yang merupakan lampiran dari laporan
rugi-laba. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian integral (tidak dapat
dipisahkan) dengan akuntansi keuangan, karena akuntansi biaya menghasilkan informasi
biaya yang diperlukan untuk penyusunan laporan keuangan.
2. Hubungan antara Akuntansi Biaya dan Akuntansi Menajemen.
Akuntansi manajemen mempunyai tujuan utama menyediakan informasi keuangan
bagi manajemen yang berguna untuk mengambil keputusan tertentu. Sebagai contoh,
seorang manager pemasaran akan memutuskan apakah perusahaan perlu memberikan
potongan harga kepada pembeli untuk jumlah pembelian tertentu, apakah perusahaan perlu
memberikan hadiah kepada pembeli untuk jumlah pembelian tertentu. Untuk mengambil
1
keputusn tersebut, manager memerlukan informasi yang relevan dengan keputusan yang
akan diambil, yaitu informasi biaya produksi. Informasi tersebut dihasilkan oleh bagian
akuntansi biaya.
Dari uraian di atas diketahui bahwa akuntansi biaya memerlukan bagian integral
dengan akuntansi manajemen, karena akuntansi biaya menghasilkan informasi biaya yang
diperlukan oleh akuntansi manajemen guna memberikan pengambilan keputusan tertentu.
C. Tujuan Akuntansi Biaya
Tujuan pkok akuntansi biaya dapat dirumuskan penentuan harga pokok produk,
pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus.
1. Penentuan harga pokok produk (product costing)
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan
jasa dengan cara tertentu.
2. Pengendalian biaya (cost control)
Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produk yang
seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu. Akuntansi biaya berfungsi sebagai
pemantau agar biaya yang sesungguhnya terjadi tidak menyimpang dari yang
seharusnya. Apabila terjadi penyimpangan maka segera dilakukan analisis selisih
biaya untuk mengetahui penyebabnya, sehingga manajemen dapat melakukan
tindakan koreksi.
3. Pengambilan keputusan Khusus (Special decision making)
Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi biaya masa
yang akan datang (future cost) karena pengambilan keputusan berhubungan dengan
masa depan. Informasi biaya masa yang akan datang tersebut jelas tidak dapat
diperoleh dari catatan karena memang tidak dicatat, melainkan diperoleh dari hasil
peramalan. Proses pengambilan keputusan khusus ini, sebagian besar merupakan
tugas manajemen perusahaan dengan memanfaatkan informasi biaya tersebut.
2
harus dicatat, digolongkan, dikumpulkan dan disajikan sesuai dengan keperluan
manajemen.
D. Ruang Lingkup Penerapan Akuntansi Biaya.
Akuntansi biaya merupakan bidang akuntansi yang penerapannya tidak terbatas
pada perusahaan manufaktur. Saat ini, akuntansi biaya sudah menjadi tuntutan bukan hanya
perusahaan manufaktur tetapi perusahaan jasa seperti perbankan, perusahaan asuransi, dan
usaha nir-laba seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, dan badan-badan social untuk
menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik akuntansi biaya. Pembahasan dalam buku ini
hanya dibatasi pada penerapan akuntansi biaya dalam perusahaan manfaktur, yaitu
perusahaan yang kegiatan pokoknya mengolah bahan menjadi produk selesai melalui suatu
proses produksi.
3
BAB II
KLASIFIKASI BIAYA
A. Penggolongan Biaya
Informasi biaya yang lengkap diperlukan oleh manajemen untuk tujuan-tujuan
tertentu antara lain; perencanaan, pengukuran, pengawasan, dan penilaian terhadap operasi
perusahaan. Oleh karena itu, biaya yang banyak ragamnya perlu diadakan penggolongan
sesuai dengan kebutuhan manajemen. Ada beberapa cara penggolongan biaya dimana
masing-masing cara pengorbanan dimaksud untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang
berbeda.
Beberapa penggolongan biaya tersebut antara lain :
1. atas dasar objek pengeluaran
2. atas dasar fungsi di dalam perusahaan
3. atas dasar hubungan biaya-biaya dengan produk yang dibiayai
4. atas dasar tingkah laku dalam hubungannya dengan volume kegiatan
5. atas dasar hubungan biaya dengan pusat biaya
6. atas dasar hubungan biaya dengan periode pembukuan
5
Biaya Produksi Langsung
(1) Biaya bahan baku
Biaya utama
Biaya produksi (2)Biaya tenaga kerja
Langsung
Biaya Produksi Biaya konversi
Tidak Langsung
(3) Biaya overhead pabrik
Biaya Biaya pemasaran
Biaya komersial
Biaya administrasi
dan umum
Bagan 1.1. Hubungan antara penggolongan biaya atas dasar fungsi di dalam
perusahaan dengan penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya
dengan produk yang dibiayai.
6
Pengeluaran penghasilan adalah biaya yang manfaatnya hanya dinikmati pada
periode yang bersangkutan, yaitu periode terjadinya biaya tersebut. Contoh
pengeluaran jenis ini adalah biaya pemeliharaan bangunan, biaya pemeliharaan mesin,
dan biaya servis kendaraan.
Suatu pengeluaran biaya digolongkan sebagai pengeluaran modal ataukah
sebagai pengeluaran penghasilan ditentukan manajer berdasarkan kreteria sebagai
berikut :
a. besarnya jumlah pengeluaran,
b. manfaat pengeluaran tersebut untuk masa yang akan datang.
c. Kebijakan manajemen.
7
BAB III
BIAYA BAHAN BAKU
8
Formulir 4.1. Surat Permintaan Pembelian
PT WONO LELO No. SPP :
Yogyakarta Tanggal :
Kepada Yth.
Kepala Bagian Pembelian
Dengan hormat,
Harap dibelikan barang-barang dalam jumlah dan spesifikasi kualitas seperti tersebut di
bawah ini :
Jumlah total
Diotorisasi oleh
Kepala bagian gudang
(…………………………)
Kepada Yth.
Pemasok _____
Dengan hormat,
Harap dikirim ke gudang barang-barang dalam jumlah dan spesifikasi kualitas seperti
tersebut di bawah ini :
Jumlah total
Diotorisasi oleh
Kepala bagian gudang
(…………………………)
9
Formulir 4.3Bukti Penerimaan Barang
No. Urut Kuantitas No. Kode Barang Jenis & kualitas Barang
Jumlah total
Diotorisasi oleh
Kepala bagian gudang
(…………………………)
Surat Order Pembelian dibuat rangkap lima. Lembar pertama diserahkan ke pemasok.
Lembar kedua diserahkan ke bagian akuntansi. Lembar ketiga diserahkan ke bagian utang.
Lembar keempat diserahkan ke bagian penerimaan barang. Lembar ke lima sebagai arsip
bagian pembelian.
Bagian penerimaan barang akan membuat Laporan Penerimaan Barang apabila barang
yang dipesan telah datang. Bagian penerimaan akan melakukan pencocokan antara barang
yang diterima dan barang yang dipesan. Pencocokan ini berguna untuk meningkatkan
pengendalian atasa standar barang yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Contoh Bukti
Penerimaan Barang dapat dilihat pada Formulir 4.3.
a. Harga pokok bahan baku yang dibeli
Berdasarkan standar akuntansi, harga pokok bahan yang dibeli meliputi harga faktur
ditambah biaya lainnya yang terjadi dalam rangka memperoleh bahan sampai dengan
bahan siap dipakai untuk kegiatan produksi, misalnya harga faktur ditambah biaya angkut
pembelian. Dalam prakteknya sering terjadi variasi untuk mengimplementasikan
penentuan harga pokok bahan yang dibeli, misalnya perlakuan biaya angkutan pembelian,
bahan baku untuk berbagai jenis bahan yang dibeli dalam satu paket pembelian. Hal ini
dapat menimbulkan masalah pengalokasian biaya angkutan pembelian tersebut untuk
masing-masing jenis bahan baku yang diangkut. Biaya angkutan ini dapat diperlakukan
sebagai elemen biaya overhead pabrik atau sebagai tambahan harga pokok bahan baku
yang dibeli.
1) Biaya angkutan pembelian diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik.
Perlakuan ini lebih praktis karena dapat mengurangi kesulitan dalam perhitungan harga
perolehan bahan baku. Namun demikian perlakuan ini tidak sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.
10
2) biaya angkutan pembelian diperlakukan sebagai elemen harga perolehan bahan.
Perlakuan ini memerlukan dasar alokasi biaya angkutan bahan baku. Misalnya :
perbandingan harga faktur yang dibeli atau perbandingan kuantitas fisik bahan.
a) Perbandingan harga faktur bahan yang dibeli untuk memermudah pemahaan
alokasi biaya angkutan pembelian dengan menggunakan perbandingan harga faktur
maka digunakan contoh sebagai berikut.
PT Sedang Maju pada tanggal 3 Januari 2018 membeli tiga (3) jenis bahan dengan
perincian harga sebagai berikut.
Bahan baku A = 1.000 buah dengan berat per buah 2 kg dan harga per buah Rp.
100,00.
Bahan baku B= 2.000 buah dengan berat per buah 3 kg dan harga per buag Rp. 200,00.
Bahan baku C = 3.000 buah dengan berat per buah 4 kg harga per buah Rp. 300,00
Untuk pembelian bahan tersebut dilakukan secara kredit sedang biaya angkut
pembelian dibayar tunai sebesar Rp 140.000,00. Pada tanggal 10 Januari 2018
perusahaan membayar utang dagang sebesar Rp. 1.400.000,00.
Dari data tersebut dapat dihitung alokasi biaya angkut pembelian atas harga faktur
sebagai berikut.
Harga Faktur Alokasi Biaya Harga Pokok
Jenis Bahan Baku (Rp) Angkutan Pembelian (Rp) Bahan baku (Rp)
1 (2) 3=1+2
A 100.000,00 10.000,00 110.000,00
B 400.000,00 40.000,00 440.000,00
C 900.000,00 90.000,00 990.000,00
1.400.000,00 140.000,00 1.540.000,00
Perbandingan biaya angkut atas dasar harga faktur = Rp 140.000,00 x 100% = 10 %
Rp 1.400.000,00
Alokasi biaya angkutan pembelian bahan baku untuk masing-masing jenis bahan
adalah
Bahan baku A = 10 % x Rp 100.000,00 = Rp. 10.000,00
Bahan baku B = 10% x Rp 400.000,00 = Rp. 40.000,00
Bahan baku C = 10% x Rp 900.000,00 = Rp. 90.000,00
Perbandingan harga faktur ini mempunyai kebaikan dan kelemahannya. Kebaikannya
yaitu mudah digunakan sedangkan kelemahannya yaitu pengalokasian yang kurang
adil apabila diterapkan pada bahan yang memiliki harga mahal dan dengan berat yang
ringan harus menanggung biaya angkutan yang tinggi.
b) Perbandingan kuantitas bahan
Dengan menggunakan pembelian bahan pada PT Sedang Maju di muka, maka
dapat dibuat perhitungan harga perolehan bahan sebagai berikut.
11
Harga Berat Harga Harga
Jenis Kuantitas Jumlah Alokasi Biaya
Per Buah Harga Faktur Per Pokok Per
Bahan (Buah) berat Angkutan
(Rp) Buah Bahan Buah
A 1.000 100,00 100.000,00 2 2.000 14.000,00 114.000,00 107
B 2.000 200,00 400.000,00 3 6.000 42.000,00 442.000,00 207
C 3.000 300,00 900.000,00 4 12.000 84.000,00 984.000,00 307
1.400.000,00 20.000 140.000,00 1.540.000,00
140.000
Perbandingan biaya angkut atas dasar kuantitas bahan = 20.000
= Rp 7,-
Alokasi biaya angkutan pembelian bahan baku untuk masing-masing jenis bahan adalah
Bahan baku A = 2.000 x Rp. 7,00 = Rp 14.000,00
Bahan baku B = 6.000 x Rp. 7,00 = Rp 42.000,00
Baha baku C = 12.000 x Rp. 7,00 = Rp 84.000,00
b. Pencacatan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Dalam akuntansi ada dua (2) metode pencatatan bahan baku yaitu metode pencatatan
fisik (physical) dan metode pencacatan perpetual (perpetual). Perusahaan yang relatif kecil
masih bisa menggunakan metode pencatatan fisik karena jumlah barang relative tidak
banyak dan mutasi persediaan juga tidak tinggi sehingga pimpinan perusahaan masih
mampu melakukan pengendalian persediaan. Dalam perusahaan-perusahaan besar lebih
banyak menggunakan metode perpetual dengan tujuan untuk mempermudah pengendalian
persediaan. Pimpinan perusahaan dapat setiap saat melihat jumlah yang ada di gudang
lewat catatan pembukuan. Apabila digunakan metode pencatatan perpetual untuk
mencatatat pembelian bahan baku yang dilakukan oleh PT Sedang Maju maka dapat dibuat
jurnal sebagai berikut.
1) Jurnal untuk mencacat pembelian bahan baku apabila biaya angkutan pembelian
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik adalah
a) Saat pembelian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2018
Persediaan bahan baku Rp. 1.400.000,00
Biaya angkutan pembelian Rp. 140.000,00
Kas Rp. 140.000,00
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
b) Saat pembebanan biaya angkutan pembelian ke dalam biaya overhead pabrik akhir
periode.
Biaya overhead pabrik Rp. 140.000,00
Biaya angkutan pembelian Rp. 140.000,00
2) Jurnal untuk mencacat pembelian bahan baku apabila biaya angkutan pembelian
dialokasikan ke harga pokok persediaan pada tanggal 3 Januari 2018
Persediaan bahan baku Rp. 1.540.000,00
Kas Rp. 140.000,00
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
Pengalokasian biaya angkutan pembelian tidak nampak dalam jurnal namun akan
kelihatan dalam pencacatan kartu persediaan.
12
3) Jurnal untuk mencacat bahan penolong apabila perusahaan dalam proses produksi
diperlukan bahan penolong. Misal PT sedang maju tanggal 5 Januari 2018 membeli
minyak pelitur untuk mebel sebesar Rp. 50.000,00 secara tunai.
Persediaan bahan penolong Rp. 50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
4) Jurnal untuk mencacat pembayaran utang dagang pada tanggal 10 Januari 2018 adalah
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
Kas Rp. 1.400.000,00
Apabila menggunakan metode fisik maka jumlahnya adalah sebagai berikut.
1) Jurnal untuk mencacat pembelian bahan baku apabila biaya angkutan pembelian
diperlakukan Biaya overhead pabrik adalah :
a) Saat pembelian dilakukan pada tanggal 3 Januari 2018
Pembelian bahan baku Rp. 1.400.000,00
Biaya angkut pembelian Rp. 140.000,00
Kas Rp. 140.000,00
Utang dagang Rp. 400.000,00
b) Saat pembebanan biaya angkutan pembelian ke dalam biaya overhead pabrik (akhir
periode)
Biaya overhead pabrik Rp. 140.000,00
Biaya angkutan pembelian Rp. 140.000,00
2) Jurnal untuk mencacat bahan penolong apabila perusahaan dalam proses produksi
diperlukan bahan penolong. Misal PT Maju pada tanggal 5 januari 2018 membeli
minyak pelitur untuk mebel sebesar Rp. 50.000,00 secara tunai.
Pembelian bahan penolong Rp. 50.000,00
Kas Rp. 50.000,00
3) Jurnal untuk mencacat pembayaran utang dagang pada tanggal 10 Januari 2018 adalah.
Utang dagang Rp. 1.400.000,00
Kas Rp. 1.400.000,00
Dalam metode fisik semua pembelian dicatat dalam rekening pembelian sedangkan dalam
metode pertual semua pembelian dicacat dalam rekening persediaan. Dalam pembahasan
selanjutnya akan digunakan metode perpetual.
2. Pemakaian bahan baku
Pemakaian bahan baku dalam perusahaan manufaktur melibatkan bagian produksi,
bagian gudang dan bagian akuntansi. Dalam rangka melakukan pengendalian bahan baku
perusahaan menetapkan prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku.
a. Prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku
Bagian produksi mengisi bukti permintaan barang (materials requisition from) yang
selanjutnya diserahkan ke bagian gudang. Bukti permintaan barang ini akan digunakan
13
sebagai dokumen pembukuan atas transaksi pemakaian bahan. Contoh bukti permintaan
barang dapat dilihat pada Formulir 4.4
Formulir 4.4 Bukti Permintaan Bahan
PT WONO LELO No. BPB :
Yogyakarta Tanggal :
Jenis Pemakaian :
Jumlah total
Diotorisasi oleh
(………………………)
Bukti penerimaan barang tersebut dibuat rangkap tiga. Lembar pertama diserahkan ke
bagian akuntansi, lembar kedua diarsip oleh bagian gudang dan lembar ketiga diserahkan
ke bagian produksi bersamaan dengan penyerahan bahan baku.
Pemakaian bahan baku ini selanjutnya dicatat oleh bagian gudang ke dalam kartu
gudang. Contoh Kartu Gudang dapat dilihat pada Formulir 4.5
Formulir 4.4 Kartu Gudang
Kartu Gudang
14
sebesar Rp. 5.000,00. Atas dasar pemakaian bahan baku dan penolong tersebut, bagian
akuntansi akan membuat jurnal sebagai berikut.
1). Jurnal untuk mencacat pemakaian bahan baku
Barang dalam proses – Biaya bahan baku Rp. 1.000.000,00
Persediaan bahan baku Rp. 1.000.000,00
2) Jurnal untuk mencacat pemakaian bahan penolong
Biaya overhead pabrik Rp. 5.000,00
Persediaan bahan pemnolong Rp. 5.000,00
Bahan penolong ini bukan bahan baku namun keberadaannya diperlukan dalam proses
produksi. Biasanya bahan penolong tidak dapat ditelusuri. Jejak biayanya ke dalam
masing-masing produksi. Misalnya, pemakaian minyak pelitur untuk produksi mebel. Oleh
karena tidak dapat ditelusuri jejak biayanya, maka pemakaian bahan penolong dimasukkan
ke dalam biaya overhead pabrik.
c. Perhitungan pemakaian bahan baku
Dalam perhitungan pemakaian bahan baku, ada berbagai metode penentuan harga
pokok bahan yang dipakai. Metode-metode tersebut yaitu Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama (Fisth In First Out = FIFO), Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In
First Out = LIFO) dan Metode rata-rata (Average).
1). Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out= FIFO)
Metode ini beranggapan bahwa bahan yang dibeli (masuk) lebih awal dipakai
(keluar) lebih awal pula. Metode ini lebih menekankan pada arus biayanya dan bukan
pada arus bahan secara fisik. Penekanan ini berarti bahwa secara fisik dapat terjadi
bahan yang dibeli lebih awal tidak dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga
pokoknya bahan yang dipakai berpedoman pada bahan yang masuk pertama keluar
pertama. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut.
Dalam bulan Januari PT Sukses mempunyai transaksi-transaksi yang berhubungan
dengan bahan A sebagai berikut.
1 Januari 2018 Saldo awal 8.000 satuan @ Rp. 60,00
4 Januari 2018 Perusahaan membeli 2.000 satuan @ Rp. 70,00
10 Januari 2018 Perusahaan membeli 2.000 satuan @ Rp. 80,00
11 Januari 2018 Bahan baku A yang dipakai 8.000 satuan nomor bukti01/01/18
12 Januari 2018 Perusahaan membeli 4.000 satuan @ Rp. 80,00
20 Januari 2018 Bahan baku yang dipakai 5.000 satuan dengan nomor bukti 02/01/18
30 Januari 2018 membeli 6.000 satuan @ Rp. 90,00
31 Januari 2018, 1000 satuan barang yang dibeli tanggal 30 Januari 2018 rusak
sehingga diretur kepada pemasok.
Dari data-data tersebut bagian akuntansi akan melakukan pembukuan ke dalam kartu
persediaan dengan menggunakan metode Masuk Pertama Keluar Pertama dan ke
dalam buku jurnal sebagai berikut.
15
PT Sukses Minimum :
Yogyakarta Maksimum :
Pesan :
Jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencacat pembelian dan pemakaian bahan di dalam buku
jurnal dengan menggunakan metode Masuk Keluar Pertama (FIFO) adalah sebagai berikut.
16
dibeli lebih awal dipakai lebih awal, tetapi dalam penentuan harga pokoknya bahan yang
dipakai berpedoman pada bahan yang masuk terakhir keluar pertama.
Berdasarkan transaksi-transaksi pada PT Sukses di muka bagian akuntansi akan
melakukan pembukuan ke dalam kartu persediaan dengan menggunakan Metode Masuk
Terakhir Keluar Pertama (LIFO) dan ke dalam buku jurnal sebagai berikut.
PT Sukses Minimum :
Yogyakarta Maksimum :
Pesan :
Jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencacat pembelian dan pemakaian bahan di dalam buku
jurnal dengan menggunakan metode Masuk Terakhir Pertama (LIFO) adalah sebagai
berikut.
PT Sukses Hal. Jurnal :
Yogyakarta
Buku Jurnal Umum
Tanggal Keterangan Debit Kredit
04 Januari 18 Persediaan bahan baku 140.000,00
Utang dagang 140.000,00
10 Januari 18 Persediaan bahan baku 160.000,00
Utang dagang 160.000,00
11 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 540.000,00
Persediaan bahan baku 540.000,00
12 Januari 18 Persediaan bahan baku 320.000,00
Utang dagang 320.000,00
20 Januari 18 Barang dalam proses – biaya BB 380.000,00
Persediaan bahan baku 380.000,00
30 Januari 18 Persediaan bahan baku 540.000,00
Utang dagang 540.000,00
31 Januari 18 Utang dagang 90.000,00
Persediaan bahan baku 90.000,00
17
3) Metode Rata-rata Bergerak
Dalam sistem pencatatan perpetual, metode rata-rata yang digunakan adalah Metode
Rata-rata bergerak. Dalam metode ini harga pokok persatuan bahan yang ada dalam
persediaan di gudang ditentukan dengan membagi jumlah harga pokok semua bahan yang
dibeli dengan jumlah kuantitasnya.
Harga pokok persediaan bahan yang ada di gudang hanya ada satu haga pokok, yang dapat
berubah seriap ada pembelian dengan harga di bawah ini atau harga rata-rata yang trlah
ditentukan atau apabila ada retur pembelian (pengembalian bahan) kepada pemasok.
Berdasarkan transaksi-transaksi pada PT Sukses di muka bagian akuntansi akan
melakukan pembukuan ke dalam kartu persediaan dengan menggunakan Metode Rata-rata
Bergerak (Moving Average Method) sebagai berikut.
PT Sukses Minimum :
Yogyakarta Maksimum :
Pesan :
Jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencacat pembelian dan pemakaian bahan di dalam buku
jurnal dengan menggunakan metode Rata-rata Bergerak adalah sebagai berikut.
18
Soal Latihan
1. PT Jayakarta selama bulan Februari 1999 telah melakukan transaksi pembelian bahan
baku dan penolong sebagai berikut.
1 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @ Rp.
1.000,00 secara kredit.
2 Februari 1999 : Meretur bahan baku A yang dibeli tanggal 1 Februari karena
rusak, 1.000 kg
3 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 6.000 kg dengan harga @
Rp. 1.000,00
5 Februari 1999 : Membeli bahan baku B sejumlah 6.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00 secara tunai.
7 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku B sejumlah 3.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00.
8 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @ Rp
1.000,00 dan B pembelian perusahaan membayar biaya angkut
pembelian Rp. 1.000.000,00
13 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 9.000 kg dengan harga @ Rp
1.000,00 dan bahan baku B sejumlah 8.000 kg dengan harga @
Rp. 1.500,00.
17 Februari 1999 : Membayar seluruh utang yang ditimbulkan pembelian bahan
pada tanggal 8 Februari 1999.
25 Februari 1999 : Membeli bahan baku B sejumlah 5.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00
27 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku B sejumlah 3.000 kg dengan harga @ Rp.
1.500,00
28 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 6.000 kg dengan harga @ Rp.
1.000,00
28 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 1.000 kg dengan harga @
1.000,00
Berdasarkan data pembelian tersebut Anda diminta
a. Membukukan transaksi ke dalam Kartu persediaan A dan Kartu persediaan B
dengan menggunakan metode FIFO dan membuat jurnalnya apabila biaya angkut
pembelian diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik dan potongan pembelian
diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik dan potongan pembelian diperlakukan
sebagai pendapatan lain.
b. Membukukan transaksi ke dalam kartu persediaan B dengan menggunakan metode
LIFO dan membuat jurnalnya apabila biaya angkut pembelian diperlakukan
19
sebagai biaya overhead pabrik dan potongan pembelian diperlakukan sebagai
pendapatan lain.
2. PT Jaya Sentosa selama bulan Februari 1999 telah melakukan transaksi pembelian
bahan baku dan penolong sebagai berikut.
1 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @
Rp 1.000,00 secara kredit.
2 Februari 1999 : Meretur bahan baku A yang dibeli tanggal 1 Februari karena
rusak, 1.000 kg.
3 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 6.000 kg.
5 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 5.000 kg dengan harga @
Rp 1.500,00 secara tunai.
7 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 3.000 kg
8 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 10.000 kg dengan harga @
Rp 2.000,00.
13 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 9.000 kg
17 Februari 1999 : Membayar seluruh utang yang ditimbulkan karena pembelian
bahan pada tanggal 8 Februari 1999
25 Februari 1999 : Membeli bahan baku A 5.000 kg dengan harga @ Rp
2.500,00
27 Februari 1999 : Pemakaian bahan baku A sejumlah 3.000 kg.
28 Februari 1999 : Membeli bahan baku A sejumlah 6.000 kg dengan harga @
Rp 3.000,00
28 Februari 1999 : Pemakaian bahan baklu A 1.000 kg
Berdasarkan data pembelian tersebut Anda diminta
a. Membukukan transaksi ke dalam kartu persediaan A dan kartu persediaan B
dengan menggunakan metode FIFO dan membuat jurnalnya.
b. Membukukan transaksi ke dalam kartu persediaan A dan kartu persediaan B
dengan menggunakan metode LIFO dan membuat jurnalnya.
c. Membukukan transaksi ke dalam kartu A dan kartu persediaan B dengan
menggunakan metode rata-rata bergerak dan membuat jurnalnya.
20
BAB IV
BIAYA TENAGA KERJA
21
1. Daftar Hadir (Timekeeping)
Perusahaan yang besar biasanya mempunyai pencatat waktu yang ada di departemen
personalia yang mempunyai fungsi mengumpulkan jam hadir karyawan. Dua sumber
dokumen yang digunakan yaitu kartu jam hadir (time card = clock card) dan kartu jam
kerja (labor job ticket). Contoh kartu jam hadir dan kartu jam kerja dapat dilihat pada
Formulir 5.1 dan Formulir 5.2
22
2. Perhitungan Biaya Gaji dan Upah
Atas dasar dokumen tersebut kemudian dibuat daftar gaji dan upah. Contoh daftar gaji
dan upah dapat dilihat pada tabel 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.3 Daftar Gaji
PT Jaya
Yogyakarta
Daftar Gaji Bulan Mei 2018
No. Jumlah Hari Jumlah Gaji Gaji Total Gaji
No. Nama Potongan
Peg. Kerja Jam Biasa Lembur Gaji Bersih
24
2) Insentif
Perusahaan memberikan insentif agar karyawan dapat bekerja lebih baik. Intensif
dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi keduanya. Ada
beberapa cara pemberian insentif yaitu insentif satuan dengan jam minimum dan taylor
differential piece rate plan.
a. Insentif satuan dengan jam minimum
Karyawan dibayar dengan dasar tarif per jam untuk menghasilkan jumlah output
standar. Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standar, karyawan menerima upah
tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan output di atas standar kali tarif upah per
satuan. Tarif upah per satuan standar per jam dengan satuan keluaran standar per jam.
Misalnya : Menurut time study dibutuhkan 5 menit untuk menghasilkan 1 unit output,
maka jumlah outputstandar per jam adalah 12 unit. Jika upah pokok sebesar Rp.
600,00/jam, tarif upah per unit Rp 50,00. Jika seorang karyawan dapat menghasilkan
14 unit per jam maka ia akan menerima upah :
Upah dasar Rp. 600,00
Insentif 2 x Rp 50,00 Rp. 100,00
Upah yang akan diterima Rp. 700,00
b) Taylor differential piece plan
Cara ini menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif
potong yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
Misalnya : Ditetapkan tarif upah Rp 40,00 per unit untuk karyawan yang menghasilkan
14 unit ke bawah dan Rp 60,00 per unit bagi karyawan yang dapat menghasilkan 15
unit per jam ke atas.
3) Premi Lembur
Dalam perusahaan, jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam dalam satu minggu, maka
ia berhak menerima upah lembur dan premi lembur. Misalnya, dalam satu minggu A
bekerja 44 jam dengan tarif upah Rp 600,00 per jam. Premi lembur dihitung 50% dari
tarif upah. Upah karyawan tersebut adalah
Jam biasa Rp. 600,00 x 40 = Rp24.000,00
Lembur Rp. 600,00 x 4 = Rp. 2.400,00
Premi lembur Rp. 300,00 x 4 = Rp. 1.200,00
Jumlah = Rp 27.600,00
b. Labor related cost
Labor related cost terdiri dari setup time yaitu biaya yang dikeluarkan menyiapkan
mesin sehingga siap digunakan dalam proses produksi, dan idle time yaitu biaya yang
dikeluarkan bagi karyawan karena mesin mengganggur.
1) Setup time
Sering kali sebuah pabrik memerlukan waktu dan sejumlah biaya untuk memulai
produksi. Biaya yang dikeluarkan untuk memulai produksi disebut set up cost.
25
Ada tiga cara perlakuan terhadap biaya ini :
a) Dimasukkan ke dalam kelompok BTKT,
b) Dimasukkan sebagai unsur BOP,
c) Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dan terpisah dari bahan baku,
BTKL dan BOP.
2) Idle time
Dalam mengolah produk, sering kali terjadi hambatan, kerusakan mesin atau
kekurangan pekerjaan. Hal ini menimbulkan waktu menggangur bagi karyawan.
Biaya yang dikeluarkan selama waktu tersebut diperlakukan sebagai unsur BOP.
Soal Latihan
1. PT Jaya memperkerjakan 4 karyawan A, B, C, dan D. Berdasarkan kartu jam hadir
dengan tarif upah A Rp. 1.000,00/jam, B bekeja 40 jam dengan tarif upah Rp
750,00/jam, C bekerja dengan tariff upah Rp 500,00/jam. Sedangkan D sebagai
mandor pabrik dibayar Rp 50.000,00
Pengganti waktu A B C
Pesanan X 15 jam 20 jam 10 jam
Pesanan Y 25 jam 20 jam 5 jam
Besarnya tarif pajak 10%
Dengan demikian upah karyawan tersebut adalah Rp 127.500,00 dengan perincian A =
Rp 40.000,00; B = Rp 30.000,00; C = Rp 7.500,00 dan D Rp 50.000,00
Berdasarkan data tersebut Ada diminta untuk membuat jurnal pencacatan transaksi
biaya gaji dan upah.
2. PT Abadi mempunyai data biaya tenaga kerja pada bulan Januari 2018 sebagai berikut.
a. Gaji dan upah dibayar pada tanggal 9 Januari dan 23 Januari 2018. Utang gaji pada
minggu terakhir tahun 2018 akan dibayar pada tanggal 9 Januari 2018.
b. Gaji yang belum dibayarkan pada tanggal 31 Desember 2017 sebesar Rp.
260.000,00 dengan perincian utang gajiRp 208.000,00, utang pajak Rp 26.000,00
dan asuransi tenaga kerja Rp 26.000,00
c Gaji yang dibayarkan pada tanggal 9 Januari 2018 adalah sebesar Rp 500.000,00
dengan perincian utang gaji Rp 400.000,00, utang pajak Rp 50.000,00 dan asuransi
tenaga kerja Rp 50.000,00
d. Gaji yang dibayarkan pada tanggal 23 Januari 2018 adalah sebesar Rp. 400.000,00
dengan perincian utang gaji Rp. 320.000,00 utang pajak Rp. 40.000,00 dan asuransi
tenaga kerja Rp. 40.000,00
e. Biaya gaji yang belum dibayar pada tanggal 31 Januari 2018 adalah sebesar Rp.
260.000,00 dengan perincian utang gaji Rp. 208.000,00 utang pajak Rp. 26.000,00
dan asuransi tenaga kerja Rp. 26.000,00
26
f. Biaya gaji dan upah tersebut kalau diperinci ke dalam masing-masing departemen
akan menjadi Gaji tenaga kerja langsung produksi sebesar Rp. 400.000,0. Gaji
tenaga kerja tidak langsung produksi sebesar Rp. 350.000,00. Gaji tenaga kerja
administrasi sebesar Rp. 250.000,00 dan gaji tenaga kerja bagian pemasaran sebesar
Rp 160.000,00.
Berdasarkan data tersebut Anda diminta untuk membuat jurnal yang diperlukan pada
tanggal 2 Januari 2018, 9 Januari 2018, 23 Januari 2018, 31 Januari 2018 serta alokasi
biaya gaji dan upah ke dalam masing-masing departemen yang terkait.
27
BAB V
BIAYA OVERHEAD PABRIK
28
3. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik dalam Hubungannya dengan Departemen.
Dalam hubungannya dengan departemen-departemen biaya overhead pabrik dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) golongan :
a. biaya overhead pabrik langsung departemen
b. biaya overhead pabrik tidak langsung departemen.
Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi
di suatu departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen
tersebut. Misanya biaya penyusutan mesin separtemen A, dan bahan penolong yang
terjadi di departemen A adalah biaya overhead pabrik langsung departemen A.
Biaya overhead pabrik tak langsung departemen adalah biaya overhead yang
memberikan manfaat lebih dari satu departemen. Misalnya, biaya pemeliharaan
gedung pabrik adalah biaya overhead pabrik tidak langsung bagi departemen A
maupun departemen B apabila kedua departemen itu berada dalam satu atap gedung
pabrik tersebut. Contoh lain biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah
biaya depresiasi gedung, gaji pengawas departemen, pajak kekayaan, dan sebagainya.
C. Pembebanan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan biaya overhead pabrik secara langsung pada pesanan atau produk
tidak dapat dilakukan karena hal-hal berikut.
Pertama, biaya overhead pabrik mencakup semua jenis biaya produksi tidak
langsung yang mempunyai sifat sangat bervariasi, ada biaya yang jumlahnya maupun
terjadinya tidak pasti, misalnya biaya reparasi dan pemeliharaan, ada biaya yang
terjadinya teratur tetapi hanya pada bulan tertentu.
Kedua, volume kegiatan produksi dari bulan ke bulan pada pesanan yang
memproduksi barang berdasarkan pesanan relative tidak stabil. Apabila biaya overhead
pabrik dibebankan secara langsung maka setiap satuan produk yang dihasilkan pada
bulan-bulan yang volume produksinya rendah akan dibebani biaya tetap lebih besar
dari pada bulan-bulan yang volume produksinya tinggi.
Dengan pertimbangan di atas maka biaya overhead pabrik dibebankan kepada setiap
pesanan atau produk berdasarkan tariff yang ditentukan di muka (pre determined rate).
Cara pembebanan ini dimaksudkan agar dapat membebankan biaya overhead pabrik
kepada setiap pesanan atau produk secara adil.
1. Langkah-langkah Pembebanan Tarif Biaya Overhead Pabrik.
Langkah-langkah pembebanan tarif biaya overhead pabrik meliputi tiga hal :
a. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik.
b. Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya overhead pabrik,
c. Menghitung tariff biaya overhead pabrik
29
2. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran biaya overhead pabrik disusun berdasarkan pada tingkat volume kegiatan
yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Anggaran biaya overhead pabrik
hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diketahui jumlah biaya
overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Demikian juga dapat diketahui
jumlah biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan biaya bahan, biaya overhead
pabrik yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
berhubungan dengan biaya penyelenggaraan fasilitas fisik pabrik. Hal ini sangat penting
dalam hubungannya dengan penentuan dasar pembebanan biaya overhead pabrik.
3. Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik.
Penentuan tarif biaya overhead pabrik dapat menggunakan dasar pembebanan yang
dapat dipilih dari salah satu dasar berikut ini :
a. satuan produk
b. biaya bahan baku
c. jam tenaga kerja langsung
d. biaya tenaga kerja langsung
e. jam mesin.
Faktor-Faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar pembebanan biaya
overhead pabrik adalah sebagai berikut.
a. Memilih dasar pembebanan yang mempunyai hubungan lebih dekat dengan biaya
overhead pabrik.
1) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya bahan (materials oriented overhead). Seperti biaya
sewa gudang, asuransi gudang, biaya bahan penolong, maka dasar pembebanan
yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah harga pokok bahan.
2) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berbuhungan dengan biaya tenaga kerja (labor oriented overhead) seperti biaya
gaji pengawas, biaya tenaga kerja tidak langsung, maka dasar pembebanan yang
lebih dekat dengan biaya overhead adalah biaya tenaga kerja langsung atau jam
kerja langsung.
3) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang
berhubungan dengan biaya penyelenggaraan fasilitas pabrik(investment oriented
overhead) seperti biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, biaya asuransi mesin,
biaya penyusutan mesin. Maka dasar pembebanan yang lebih dekat dengan biaya
overhead pabrik adalah jam mesin.
b. Apabila biaya overhead pabrik relative merata pada elemen-elemen biaya yang
mempunyai hubungan erat dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja atau biaya
penyelenggaraan fasilitas pabrik. maka dipilih dasar pembebanan yang paling mudah
penggunaannya yaitu jumlah satuan produk.
30
4. Faktor-Faktor Lain
Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan di dalam penentuan tariff overhead
pabrik ada empat.
a. Tingkat aktivitas yang dipakai
1) kapasitas normal,
2) kapasitas sesungguhnya yang diharapkan
3) kapasitas praktis,
b. Dimasukkan atau tidaknya elemen-elemen biaya overhead tetap dalam menghitung
harga pokok produk
1) full costing,
2) direct costing/variable costing.
c. Penggunaan tarif tunggal atau beberapa tariff
1) tarif tunggal
2) tarif per departemen.
3) tarif untuk setiap pusat biaya
4) tarif untuk setiap operasi.
d. Penggunaan tarif sendiri untuk departemen pembantu.
D. Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dengan persentase atau jumlah rupiah setiap
jam kerja langsung, jam mesin, kilogram, satuan produk, dan sebagainya. Biaya overhead
pabrik dibebankan kepada produk atas dasar jumlah satuan produk, harga pokok bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin, tingkat aktivitas.
1. Jumlah Satuan Produk
Apabila jumlah satuan produk sebagai dasar pembebanan, maka tariff biaya overhead
pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode= Biaya overhead pabrik per satuan
Jumlah satuan produk yang dianggarkan
Apabila anggaran biaya overhead untuk periode yang akan datang sebesar
Rp300.000,00 dan perusahaan merencanakan memproduksi 250.000 satuan produk, maka
untuk setiap satuan produk dibebani BOP dengan tarif 1,20 (=Rp. 300.000,00 : 250.000).
Dasar pembebanan satuan produk ini sesuai bagi perusahaan yang memproduksi satu
macam produk. Namun, jika lebih dari satu macam produk yang dihasilkan. Maka
digunakan dasar pembebanan jumlah satuan produk atas dasar satuan berat atau satuan
tertentu lainnya, misalnya kilogram, liter, dan sebagainya. Berikut ini contoh pembebanan
biaya overhead kepada produk atas dasar satuan berat masing-masing produk.
31
Keterangan Produk A Produk B Produk C
Anggaran BOP total : Rp 300.000,00
Rencana produksi (satuan) 20.000 15.000 20.000
Berat produk per satuan 5 kg 2 kg 1 kg
Berat produk total 100.000 kg 30.000 kg 20.000 kg
Tarif BOP per kg Rp 300.000,00/150.000 Rp. 2,00 Rp. 2,00 Rp. 2,00
Anggaran BOP tiap-tiap jenis produk Rp. 200.000,00 Rp. 60.000,00 Rp. 40.000,00
Tarif BOP per satuan produk. Rp. 10,00 Rp. 4,00 Rp. 2,00
Sebagai contoh, jika anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp 300.000,00 dan
anggaran harga pokok bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi Rp 250.000,00
dalam suatu periode tertentu, maka tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
dihitung sebagai berikut.
Rp. 300.000,00 x 100 % = 120 %
Rp. 250.000,00
Jadi setiap produk yang selesai dibuat dibebani biaya overhead pabrik sebesar 120 %
dari biaya bahan bakunya. Metode ini terbatas penggunaannya karena di dalam banyak
kasus tidak ada hubungannya erat antara harga pokok bahan baku dari suatu produk dan
biaya overhead pabrik yang terjadi.
3. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Apabila biaya tenaga kerja sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead
pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode x 100 % = Persentase BOP dari biaya tenaga kerja langsung.
Anggaran biaya tenaga kerja langsung
Misalnya, untuk tahun yang akan datang anggaran biaya overhead pabrik
Rp300.000,00 dan biaya tenaga kerja langsung Rp 300.000,00. Tarif Biaya overhead pabrik
adalah:
Rp 300.000,00 x 100 % = 100 %
Rp 300.000,00
Setiap pesanan atau produk yang menyerap biaya tenaga kerja sebesar Rp 1,00 akan
dibebani biaya overhead pabrik Rp 1,00 pula. Adapun biaya tenaga kerja langsung dihitung
dengan mengalikan jam kerja langsung yang digunakan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan tarif upah per jam yang ditentukan. Semakin banyak jam kerja yang
digunakan, semakin besar biaya tenaga kerja langsung dan semakin besar biaya overhead
pabrik yang dibebankan.
32
Metode ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain sebagai berikut.
a. Biaya overhead pabrik harus dipandang sebagai tambahan nilai produk. Nilai yang
ditempatkan sering kali tidak mempunyai hubungan yang erat dengan biaya
penyusutan.
b. Jumlah biaya tenaga kerja mencakup upah tenaga kerja dari berbagai tingkatan yang
ada di dalam perusahaan. Sehingga dalam metode ini dapat terjadi distribusi beban
biaya overhead pabrik kepada produk secara tidak tepat.
4. Jam Tenaga Kerja Langsung
Apabila jam tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya
overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode = Tarif per jam kerja langsung.
Taksiran jam tenaga kerja langsung
Apabila anggaran biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang Rp 300.000,00
dan jumlah jam kerja langsung ditaksir 200.000 jam, maka tarif biaya overhead pabrik atas
dasar jam kerja langsung adalah Rp 1,50 per jam kerja langsung (= Rp 300.000,00 :
200.000).
Suatu pekerjaan yang diselesaikan dengan 400 jam kerja langsung akan dibebani biaya
overhead pabrik sebesar Rp 600,00 (= 400 x Rp 1,50).
5. Jam Mesin
Apabila jam mesin sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Anggaran biaya overhead pabrik dalam satu periode = Tarif per jam mesin
Taksiran jam mesin
Apabila anggaran biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang Rp 300.000,00
dan jumlah jam mesin ditaksir 300.000 jam, maka tariff biaya overhead pabrik atas dasar
jam mesin adalah Rp 1,00/ jam mesin (= Rp 300.000,00 : 300.000)
Suatu pekerjaan atau pesanan yang diselesaikan dengan 400 jam mesin akan dibebani biaya
overhead pabrik sebesar Rp. 400,00 (400 x Rp. 1,00)
6. Tingkat Aktivitas (Aktivity Level to Be Used)
Dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik, sangat tergantung pada tingkat
aktivitas yang dipilih. Semakin besar aktivitas yang diandaikan, semakin rendah tarif biaya
overhead tetap, karena biaya overhead tetap akan dibagi dengan tingkat aktivitas (jumlah
biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar, jam kerja langsung yang lebih besar, atau
jam mesin dan sebagainya) yang lebih besar.
Tingkat aktivitas yang dianggarkan dapat didasarkan pada kapasitas sesungguhnya
yang diharapkan, kapasitas praktis, atau kapasitas normal. Apabila anggaran didasarkan
pada kapasitas sesungguhnya, ini berarti didasarkan pada ramalan penjualan periode yang
akan datang. Apabila anggaran didasarkan pada kapasitas praktis hal ini didasarkan pada
33
kemampuan fisik pabrik. Sedangkan apabila anggaran didasarkan pada kapasitas normal,
hal ini didasarkan pada kemampuan fisik pabrik dan peluang pasar jangka panjang.
Tingkat aktivitas yang dianggarkan berdasarkan kapasitas sesungguhnya diharapkan
merupakan pendekatan jangka pendek. Di dalam metode ini akan terjadi perbedaan tarif
biaya overhead pabrik antara periode yang satu dengan periode yang lain. Apabila
perubahan tarif biaya overhead pabrik cukup besar, maka biaya-biaya akibat kapasitas yang
mengganggur dikapitalisasikan dan termasuk harga pokok barang yang belum terjual.
Dengan memasukkan biaya-biaya kapasitas yang mengganggur ini perhitungan tarif biaya
overhead pabrik yang akan mempengaruhi manajemen di dalam mengambil keputusan-
keputusan khusus.
Kapasitas normal
Kapasitas normal merupakan pendekatan perencanaan dari pengawasan jangka
panjang. Kapasitas normal dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Tarif yang ditentukan atas
dasar kapasitas normal tidak akan berubah meskipun produksi yang sesungguhnya berubah.
Suatu konsep tarif berdasarkan kapasitas normal mengandaikan bahwa tarif tidak akan
berubah meskipun fasilitas yang ada dipakai pada tingkat aktivasi yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Dengan menggunakan tarif pembebanan atas dasar kapasitas normal,
kemungkinan akan terdapat selisih jika dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya
terjadi. Apabila terjadi selisih, lazimnya dikatakan biaya overhead pabrik lebih atau kurang
dibebankan (over-underapplied factoryoverhead).
34
Memasukkan atau tidak memasukkan elemen-elemen biaya overhead pabrik tetap
(inclusion or exclusion of fixed items).
Biasanya produser di dalam akuntansi biaya membebankan semua biaya overhead
pabrik pada produksi suatu periode. Prosedur yang demikian disebut Full Costing atau
Conventional Costing atau Absorption Costing. Dalam prosedur ini, baik biaya overhead
tetap ataupun biaya variabel, diperhitungkan dalam menghitung tarif biaya overhead
pabrik. Metode penentuqan harga pokok yang lain disebut Direct Costing yang sering kali
digunakan untuk membantu kepentingan intern manajemen.
Dalam metode direct costing hanya biaya overhead variabel yang dimasukkan dalam tarif
biaya overhead. Biaya overhead tetap tidak menjadi bagian harga pokok produk tetapi
diperlakukan sebagai biaya periode. Ini berarti bahwa biaya tetap dibebankan kepada
masing-masing periode seperti halnya biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
Dengan demikian biaya tetap tidak dimasukkan dalam barang dalam proses atau persediaan
produk selesai.
Pemakaian metode yang berbeda (metode full costing atau direct costing) akan
mempengaruhi harga pokok dan laba pada periode yang bersangkutan.
Contoh anggaran biaya overhead pabrik
Berikut ini disajikan contoh anggaran biaya overhead pabrik PT Mataram untuk tahun 2018.
PT MATARAM
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK TAHUN 2018
( Pada Kapasitas Normal = 200.000 jam kerja langsung
Elemen Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Total
Gaji pengawas Rp. 70.000,00 Rp. – Rp. 70.000,00
Upah tak lembur Rp 9.000,00 Rp. 66.000,00 Rp. 75.000,00
Upah lembur Rp. – Rp. 9.000,00 Rp. 9.000,00
Suplai Rp. 4.000,00 Rp. 19.000,00 Rp. 23.000,00
Reparasi dan pemeliharaan Rp. 3.000,00 Rp. 9.000,00 Rp. 12.000,00
Listrik Rp. 2.000,00 Rp. 18.000,00 Rp. 20.000,00
Minyak pelumas Rp. 1.000,00 Rp. 5.000,00 Rp. 6.000,00
Air Rp. 1.000,00 Rp. 1.000,00 Rp. 2.000,00
Pajak-pajak Rp. 4.000,00 Rp. 18.000,00 Rp. 22.000,00
Asuransi Kesehatan Rp. 1.000,00 Rp. 4.000,00 Rp. 5.000,00
Pensiun Rp. 2.000,00 Rp. 13.000,00 Rp. 15.000,00
Vakasi dan THR Rp. 2.000,00 Rp. 10.000,00 Rp. 12.000,00
Astek Rp. 1.000,00 Rp. 3.000,00 Rp. 4.000,00
Penyusutan Rp. 18.000,00 Rp. 18.000,00
Pajak kekayaan Rp. 4.000,00 Rp. 4.000,00
Asuransi kebakaran Rp. 3.000,00 Rp. 3.000,00
Rp. 125.000,00 Rp. 175.000,00 Rp. 300.000,00
35
Dengan mengendalikan bahwa jam kerja langsung pada kapasitas normal dipilih
sebagai dasar pembebanan, yaitu 200.000 jam kerja langsung, maka tarif pembebanan
biaya overhead untuk tahun 2018 kepada produk dihitung sebagai berikut.
Tarif BOP = Rp. 300.000,00 = Rp 1,50 per jam kerja langsung
200.000
Tarif biaya overhead di atas dapat dipecah menjadi dua yaitu tarif overhead
pabrik tetap dan tarif biaya overhead variabel sebagai berikut.
Tarif BOP tetap = Rp. 125.000,00 = Rp 0,625 per jam kerja langsung.
200.000,00
Tarif BOP variabel = Rp. 175.000,00= Rp 0,875 per jam kerja langsung.
200.000
Jurnal untuk mencacat biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebagai berikut.
Barang dalam proses – BOP Rp. 285.000,00
BOP yang dibebankan Rp. 285.000,00
Jurnal untuk mencacat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai
berikut.
BOP yang sesungguhnya Rp. 292.000,00
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp. 292.000,00
Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya
adalah sebagai berikut.
BOP yang dibebankan Rp. 285.000,00
BOP yang sesungguhnya Rp. 285.000,00
Kemudian jurnal di atas diposting ke dalam rekening-rekening yang bersangkutan sebagai
berikut.
BOP yang sesungguhnya BOP yang Dibebankan Barang dlm. Proses BOP
292.000 285.000 285.000 285.000 285.000
36
F. Akuntansi Selisih Biaya Overhead Pabrik
Apabila ada perbedaan antara jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk, dan rekening Biaya Overhead
Pabrik yang Dibebankan sudah ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik yang
Sesungguhnya, maka rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya mempunyai saldo
(selisih) yang disebut selisih biaya overhead pabrik.
Akuntansi selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut.
1. Setiap akhir bulan, selisih biaya overhead pabrik dipindahkan dari rekening Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya ke rekening “ Selisih Biaya Overhead pabrik”.
Selisih kurang dibebankan dijurnal sebagai berikut.
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 7.000,00
Biaya overhed pabrik sesungguhnya Rp. 7.000,00
Hal ini dilakukan setiap akhir bulan karena selisih biaya overhead pabrik pada suatu bulan
akan dikompensasi dengan selisih biaya overhead pabrik dari rekening Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya ke rekening Selisih BOP dapat digambarkan sebagai berikut.
BOP yang sesungguhnya BOP yang Dibebankan Barang dlm. Proses BOP
292.000 285.000 285.000 285.000 285.000
7.000
Selisih BOP
7.000
2. Pada akhir tahun saldo rekening Selisih Biaya Overhead pabrik akan dibebankan atau
untuk mengurangi Harga Pokok Penjualan : atau dibagi kepada rekening Harga Pokok
Penjualan dan rekening-rekening Persediaan.
a. Apabila selisih disebabkan oleh keadaan – keadaan yang tidak berhubungan dengan
efisiensi pabrik maka selisih tersebut dibagi rata (relatif) ke dalam rekening-
rekening Harga Pokok Penjualan, persediaan Barang Jadi dan persediaan Barang
Dalam Proses.
Selisih kurang dibebankan tidak menguntungkan akan dijurnal sebagai berikut.
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang jadi xxx
Persediaan barang dalam proses xxx
Selisih biaya overhead pabrik xxx
Selisih lebih dibebankan (menguntungkan) akan dijurnal sebagai berikut.
Selisih biaya overhead pabrik xxx
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan barang jadi xxx
Persediaan barang dalam proses xxx
37
Untuk memberikan gambaran berikut ini contoh tabel perhitungan membagi
selisih, biaya overhead. Misalnya, pada akhir tahun 2018 diketahui ada selisih BOP
Rp14.000,00 bersifat tidak menguntungkan.
Saldo Saldo 31 Desember
Rekening Alokasi Selisih B OP
31 -12 – 2018 Setelah Alokasi
Selisih BOP (underappliea) Rp. 14.000,00 ( Rp. 14.000,00)
Persed. Barang dlm. Proses Rp. 40.000,00 4/56 x 14.000 = 1.000 Rp. 41.000,00
Persed. Barang jadi Rp. 80.000,00 8/56 x 14.000 = 2.000 Rp. 82.000,00
Harga pokok penjualan Rp. 440.000,00 44/56 x 14.000 = 11.000 Rp. 451.000,00
Rp. 574.000,00 - Rp. 574.000,00
Jurnal untuk membagi biaya overhead pabrik tersebut di atas adalah sebagai berikut.
Persediaan barang dalam proses Rp. 1.000,00
Persediaan barang jadi Rp. 2.000,00
Harga pokok penjualan Rp. 11.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00
Untuk kepentingan pembuatan laporan keuangan sering kali selisih biaya overhead pabrik
diperlakukan tanpa memperhitungkan penyebab terjadinya selisih, meskipun analisis
terhadap selisih sudah dilakukan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut.
a. Selisih tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo rekening yang akan
dibebani dengan pembagian selisih tersebut.
b. Saldo rekening Barang Dalam Proses dan rekening Persediaan Barang Jadi relatif kecil
bila dibadingkan dengan Harga Pokok Penjualan.
Atas dasar pertimbangan di atas maka selisih biaya overhead pabrik dipindahkan ke
rekening Harga Pokok Penjualan atau secara langsung dipindahkan ke rekening
Ikhtisar Rugi/Laba.
38
Jurnal yang dibuat untuk menutup selisih BOP kurang dibebankan adalah sebagai berikut.
Harga pokok penjualan Rp. 14.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00
Atau :
Ikhtisar rugi/laba Rp. 14.000,00
Selisih biaya overhead pabrik Rp. 14.000,00
Selisih biaya overhead pabrik ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan ataukah ke
rekening Ikhtisar Rugi/Laba tergantung apakah manajemen menganggap sebagai suatu
selisih biaya pabrik ataukah biaya manajerial. Apabila selisih biaya overhead pabrik ditutup
ke rekening Harga Pokok Penjulan, maka selisih tersebut akan tampak dalam Laporan
Harga Pokok Penjualan seperti yang berikut.
PT MATARAM
Laporan Harga Pokok Penjualan
Periode yang berakhir 31 Desember 200A
Apabila selisih biaya overhead pabrik ditutup ke rekening ikhtisar Rugi/Laba, maka selisih
tersebut akan tampak dalam laporan Rugi/Laba seperti yang berikut.
PT MATARAM
Laporan Rugi/Laba
Per 31 Desember 200A
39
Soal Latihan
1. PT Monte Sari memperkirakan biaya overhead pabrik untuk tahun 1998 Rp
320.000,00. Perkiraan biaya tersebut didasarkan pada perkiraan 80.000 satuan produk
yang akan diproduksi dengan biaya bahan baku Rp 400.000,00. Untuk produksi
tersebut memerlukan 80.000 jam kerja langsung dengan biaya upah yang diperkirakan
Rp 320.000,00. Mesin-mesin akan berjalan 50.000 jam.
Diminta :
Tarif biaya overhead pabrik yang dipakai utuk membebankan biaya overhead kepada
produk, jika masing-masing dasar pembebanan yang berikut dipilih.
a. Harga pokok bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Jam tenaga kerja langsung.
d. Jam mesin
e. Satuan produk.
40