Anda di halaman 1dari 7

PAPER

PEMBERIAN HAK ATAS TANAH TERHADAP TANAH NEGARA KEPADA KANTOR


PERTAHANAN KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

Aprilia Putri Malaya

8111422360

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


PEMBERIAN HAK ATAS TANAH TERHADAP TANAH NEGARA KEPADA KANTOR
PERTAHANAN KOTA SEMARANG

Aprilia Putri Malaya

apriliapm23@students.unnes.ac.id

Abstrak

Hak atas tanah negara dapat diberikan kepada orang pribadi atau badan tergantung
peruntukannya dan persyaratannya, seperti hak atas tanah, hak guna bangunan dan sejenisnya
Hak Penggunaan dan Pendapatan. Tujuan paper ini adalah untuk mengetahui pemberian hak atas
tanah atas tanah negara, Masalah umum dan cara mengatasinya. Pendekatan hukum standar
dengan wilayah survey Kantor Pertanahan Kota Semarang yang sesuai dengan referensi. Topik
paper ini adalah mereka yang terlibat dalam pemberian hak atas tanah negara. Data primer dan
sekunder diperoleh dari Penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan menggunakan
alat pengumpulan data berupa penelitian legislatif dan wawancara Berdasarkan analisis kualitatif
diketahui bahwa proses pemberian hak Negara melawan negara pada prinsipnya bertindak
menurut ketentuan hukum berlaku Namun kenyataannya, masih ada masalah keputusan
pemberian hak atas tanah negara tidak dikeluarkan pada waktunya. Untuk mengatasi hal ini,
penjelasan yang jelas diberikan kepada pemohon dan para pihak keberatan diselesaikan sesuai
dengan prinsip keterbagian kontradiktif, yaitu sebuah perjanjian Dalam menentukan batas-batas
tanah, warga dan masyarakat memahami pentingnya jaminan kepastian hukum.  

Kata kunci : Hak Atas Tanah, Tanah Negara

Abstract

State land rights can be given to individuals or entities depending on their designation and
conditions, such as land rights, building use rights and the like. Rights of Use and Income. The
purpose of this paper is to find out the granting of land rights over state land, common problems
and how to solve them. Standard legal approach with the survey area of the Semarang City Land
Office according to the reference. The topic of this paper is those involved in granting state land
rights. Primary and secondary data were obtained from library research and field research using
data collection tools in the form of legislative research and interviews. Based on qualitative
analysis, it is known that the process of granting state rights against the state in principle acts
according to applicable legal provisions. the state was not issued in time. To overcome this, a
clear explanation was given to the applicant and the objecting parties were resolved in
accordance with the principle of contradictory division, namely an agreement. In determining
land boundaries, residents and the community understand the importance of guaranteeing legal
certainty.

Keywords: Land Rights, State Land


1. Pendahuluan

Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, terutama di
masyarakat Indonesia sebagian berpenghuni mereka bergantung pada negara. Dalam konteks
pembangunan nasional membangun masyarakat yang adil dan adil berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar (1945) Republik Indonesia, negara juga berhasil bagaimanapun juga
merupakan aset penting wadah juga untuk pengembangan implementasi dihasilkan sebagai
faktor produksi komoditas yang sangat komersial dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan
Nasional Tanah merupakan kebutuhan hidup orang yang sangat sederhana. Hampir semua
aktivitas kehidupan manusia adalah baik selalu langsung atau tidak langsung membutuhkan
tanah bersamaan dengan itu meningkatnya kebutuhan akan tanah dan meningkat sesuai
pembangunan dan hasil-hasilnya memperluas dan diversifikasi terhadap kebutuhan penduduk. Di
waktu manusia Orang mati masih membutuhkan tanah ke pemakamannya. Sangat penting tanah
untuk kehidupan manusia, lalu semuanya selalu berusaha untuk mendapatkannya. Negara
memainkan peran besar dalam dinamika pembangunan, lalu di dalam Pasal 33 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Ayat 3 menyebutkan bahwa tanah, air dan
kekayaan alam yang dikandungnya dikuasai dan digunakan oleh negara kekayaan terbesar
rakyat. Negara hanya menguasai negara tidak memiliki tanah. Gagasan utamanya adalah itu
Negara hanya mengatur negara, bukan? Kepemilikan tanah menunjukkan hal itu hubungan
hukum antara negara dan negara, air dan ruang sebagaimana adanya menurut undang-undang
Prinsip pertanian adalah keseimbangan kekuatan, bukanlah properti.

Peraturan dasar pertanahan kita lihat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun
1960 tentang Peraturan Pokok Pertanian atau yang biasa kita sebut Undang-Undang Pokok
Pertanian. Ketentuan tersebut hanya mengatur hal-hal yang bersifat pokok atau mendasar. Oleh
karena itu, perlu adanya peraturan pelaksanaan yaitu peraturan negara yang memuat ketentuan
tambahan tentang hak atas tanah. Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 16 UU Pokok Pertanian.
Hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak pakai. Hal tersebut juga menjadi dasar bagi
pemerintah untuk bertindak atas nama negara dalam melaksanakan kebijakan pertanahan.
Berdasarkan fakta di atas, agar pelaksanaan hak atas tanah negara untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat dapat lancar dan baik, maka perlu dilakukan kajian tentang pemberian hak
atas tanah negara pada Biro Pertanahan Kota Semarang. Agar tidak menimbulkan masalah
dengan menghambat proses pembangunan. Namun dengan perkembangan tersebut, tidak
menutup kemungkinan permintaan jasa pertanahan dari Kantor Pertanahan Kota Semarang juga
meningkat. Oleh karena itu Badan Pertanahan Kota Semarang harus dapat menunaikan tugas dan
tanggung jawabnya untuk senantiasa meningkatkan mutu pelayanan yang baik kepada
masyarakat di bidang pemberian hak atas tanah negara, agar lebih berdaya guna, lebih produktif
dan lebih baik. kualitas. ketentuan dan tata cara yang berlaku tertuang dalam Peraturan Menteri
Pertanian/Kepala Lembaga Negara Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Administrasi. Untuk memahami pentingnya pemberian
hak atas tanah atas tanah negara, maka penulis mengangkat permasalahan tersebut dalam
“PEMBERIAN HAK TANAH PADA KANTOR PERTANAHAN PEMERINTAH KOTA
SEMARANG”. Agar paper ini lebih jelas dan terarah serta menghasilkan informasi yang
bermanfaat, maka penulis merumuskan beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimana Pemberian Hak atas Tanah Negara pada Kantor Pertanahan Kota Semarang?

2. Masalah apa saja yang terjadi dalam pemberian hak atas tanah negara di Kantor Pertanahan
Kota Semarang dan bagaimana penyelesaiannya?

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan hukum normatif, yaitu. penelitian asas
hukum dilakukan terhadap asas hukum yang merupakan standar perilaku. Dalam hal ini
penelitian hukum dilakukan dengan melihat bahan pustaka sedemikian rupa sehingga pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan teoretis dan peraturan perundang-undangan dengan
menggunakan sumber hukum primer yang dikaitkan dengan hukum sekunder berupa bahan
pustaka untuk mendukung analisis hukum primer sumber spesifikasi penelitian yang akan
digunakan adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif
yaitu metode yang menggambarkan fakta-fakta yang muncul dalam penelitian dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memberikan gambaran tentang gejala yang
akan diatasi.

2. Pembahasan

Pada Kantor Pertanahan Kota Semarang dalam hal Pemberian Hak Atas Tanah terhadap
Tanah Negara dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa Pemberian Hak Milik,
Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai. Adapun Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah Negara
pada Kantor Pertanahan Kota Semarang, secara umum diatur dalam Peraturan Menteri Agraria
atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Berdasarkan data yang telah di
uraikan, dapat dijelaskan bahwa proses Pemberian Hak Atas Tanah Negara mulai dari
permohonan masuk hingga terbitnya Surat Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah secara garis
besar sudah sesuai dengan mekanisme kerja, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Namun pada
kenyataannya Pemberian Hak Atas Tanah terhadap Tanah Negara pada Kantor Pertanahan Kota
Semarang masih saja terdapat masalah-masalah yang sering timbul. Beradasarkan Hasil
Penelitian terhadap data primer yang telah diolah oleh penulis, masalah-masalah yang sering
timbul dalam Pemberian Hak Atas Tanah terhadap Tanah Negara adalah sebagai berikut:

a. Banyaknya tunggakan permohonan Hak Atas Tanah yang sudah diajukan oleh
masyarakat karena pemohon tidak menguasai tanahnya secara fisik dengan adanya surat-
surat tanah (alas Hak) yang belum dilengkapi, sehingga sulit untuk memulai kegiatan
pelayanan Pemberian Hak Atas Tanah terhadap Tanah Negara yang tepat waktu.
b. Pada saat Pemeriksaan Tanah sering ada keberatan dari pihak lain sehingga harus
menunggu penyelesaian dari pemilik tanah dengan pihak yang merasa keberatan.
c. Pada saat membuat keterangan warisan salah satu pihak ada yang tidak menghadiri
sehingga ada ahli waris yang tidak setuju. Kegiatan pelayanan Pemberian Hak Atas
Tanah terhadap Tanah Negara pada Kantor Pertanahan Kota Semarang secara umum
belum dapat dikatakan berjalan dengan baik karena masih terdapat masalah-masalah
dalam proses penyelesaiannya.

Dalam penetapan batas bidang tanah diadakan kesepakatan terlebih dahulu yaitu dengan
cara pengukuran yang berpedoman pada asas kontradiktur dilimatie. Dalam hal ini, sebidang
tanah yang akan di ukur ditetapkan terlebih dahulu letak, batas-batas dan penempatan tanda
batas. Dalam penetapan batas bidang tanah diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan
para pihak yang berkepentingan, dengan penunjukan batas oleh pemegang hak yang bersangkuta
dan sedapat mungkin disetujui oleh pemegang hak atas tanah yang berbatasan, dengan ketentuan
persetujuan tersebut dituangkan dalam suatu berita acara yang ditanda tangani oleh yang
memberikan persetujuan.

3. Kesimpulan

Proses Pemberian Hak Atas Tanah terhadap Tanah Negara Pada Kantor Pertanahan Kota
Semarang pada prinsipnya sudah berjalan sesuai dengan Peraturan dan Perundangundangan yang
berlaku yaitu mulai dari Surat Permohonan yang diajukan sampai penerbitan Surat Keputusan
Pemberian Hak Atas Tanah. Kantor Pertanahan Kota Semarang dalam hal Pemberian Hak Atas
Tanah terhadap Tanah Negara dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
Pemberian Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai. Masalah-masalah yang sering
timbul dalam Pemberian Hak Atas Tanah terhadap Tanah Negara Pada Kantor Pertanahan Kota
Semarang adalah:

 Banyaknya tunggakan permohonan Tanah Negara dari tahun ke tahun karena syarat-
syarat permohonan yang belum dilengkapi.
 Adanya pihak-pihak lain yang keberatan pada saat pemeriksaan tanah, sehingga
menunggu penyelesainnya.
 Salah satu ahli waris ada yang tidak setuju karena pada saat membuat Surat Keterangan
warisan tidak menghadiri.

Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pemberian hak atas tanah atas tanah
negara, Biro Provinsi Kota Semarang menyampaikan bahwa tujuannya adalah untuk
menjelaskan sejarah kepemilikan tanah sejelas mungkin dalam laporan temuan pemeriksaan
tanah. . Pemohon juga akan segera diberitahu tentang dokumen aplikasi yang tidak lengkap. Dan
untuk pihak lawan menunggu solusinya. Sementara itu akan dicapai kesepakatan tentang batas-
batas definisi bidang-bidang berdasarkan asas kontradiksi dilimatori. Hal ini dapat menyadarkan
anggota masyarakat akan pentingnya kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. 
Daftar Pustaka

- Artikel

Abdurrahman, Tebaran Pikiran Mengenai Hukum Agraria, Bandung: Alumni,1985.

Ali Achmad Chomzah, Pemberian Hak Atas Tanah Negara, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2002

Atang Ranoemiharjo, Perkembangan Hukum Agraria di Indonesia, Bandung: Tarsito, 1982.

Bachtiar Effendie, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksaannya, Bandung


Alumni, 1993.

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undangundang Pokok Agraria,
Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta : Djambatan,
1999.

Imam Sudiyat, Beberapa Masalah Penguasaan tanah di Berbagai Masyarakat Sedang


Bekembang, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman,1982.

Kartini Muljadi, Hak- Hak Atas Tanah, Jakarta, Prenada, 2004.

- Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Pokok – Pokok Agararia.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah
Nomor 16 tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai Atas Tanah Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Jo.PP Nomor 79 Tahun 1996 tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari
Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang No. 3 Tahun 1999 Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan


Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah Negara.
Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Anda mungkin juga menyukai