ver
sit
yPr
ess2015
ISBN 978-602-294-052-4
Pr
osi
ding
SEMI
NARNASI
ONALTEKNI
KSI
PIL
“
APLIKASIDAN PENGEMBANGAN
TEKNOLOGIRAMAH LI NGKUNGAN
DALAM BI
DANGTEKNI KSIPI
L”
Edi
tor:
Prof
.Dr.Ir
.IMadeAl itKaryawanSal
ain,DEA I
NNAGRAND BALIBEACH
Dr.I
r.INyomanSut ar
ja,MS Sabt
u,25Apr
il
IdaBagusRaiWidiarsa,ST,MASc,PhD
IGedeAdiSusi
la,ST,MSc ,PhD
DAFTAR ISI
KEYNOTE SPEAKER
STRATEGI PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI BETON YANG SUSTAINABLE ....... KS-1
KUAT LEKAT TULANGAN BAMBU APUS DENGAN PENAMBAHAN PIN PADA MUTU BETON K-
175 ......................................................................................................................................................................... SM-1
PENGARUH KUAT TEKAN DAN KOMPOSISI BAHAN BETON DENGAN SUBSITUSI LIMBAH
BETON BANGUNAN SEBAGAI AGREGAT KASAR .................................................................................... SM-39
KUAT TUMPU BATANG POHON KELAPA LAMINASI (GLUGU LAMINASI): HALF HOLE DAN FULL
HOLE ................................................................................................................................................................... SM-73
KAPASITAS LENTUR DAN DAYA LAYAN BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU PETUNG ....... SM-81
KEMAMPUAN DAKTILITAS BAJA TULANGAN DENGAN MUTU DIATAS 500 MPA UNTUK DISAIN
STRUKTUR KOLOM TAHAN GEMPA ........................................................................................................... SM-97
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana vii
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015
Sanur - Bali, 25 April 2015
ANALISIS GEMPA STATIK DAN DINAMIK PADA STRUKTUR BERATURAN DAN TIDAK
BERATURAN.................................................................................................................................................... SM-119
PEMANFAATAN ABU DAUN BAMBU DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN PENGUJIAN KUAT
TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS ....................................................................................................... SM-135
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SIRAP BAMBU SEBAGAI BAHAN PENUTUP ATAP ANGKUL-
ANGKUL DI DESA PANGLIPURAN .............................................................................................................. SM-143
RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA
PENIDA ............................................................................................................................................................. SM-151
EVALUASI KINERJA STRUKTUR AKIBAT PENGARUH GEMPA (STUDI KASUS GEDUNG D DAN
GEDUNG E FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN) .......................................... SM-187
BIDANG GEOTEKNIK
PROFIL PENURUNAN TANAH PADA TANAH YANG DIKOMPAKSI DI LABORATURIUM .................... GT-9
PERBANDINGAN MODULUS GESER TANAH LEMPUNG DENGAN PERKUATAN SERAT IJUK DAN
SERAT SABUT KELAPA BERDASARKAN METODE HARDIN DAN BLACK ........................................... GT-21
KUAT GESER SISA CAMPURAN LEMPUNG DAN PASIR YANG DIPADATKAN .................................... GT-29
TINJAUAN KORELASI NILAI CBR TANAH KAPUR ANTARA UJI CBR LANGSUNG DENGAN UJI
DCP ....................................................................................................................................................................... GT-37
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana viii
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015
Sanur - Bali, 25 April 2015
COST MODEL ESTIMASI KONSEPTUAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT .................. MK-15
ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM PENUTUP ATAP METAL, BITUMEN, DAN UPVC DITINJAU
DARI TATA LAKSANA DAN BIAYA ............................................................................................................. MK-25
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA
PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI ................................................................... MK-55
MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK GEDUNG HOTEL YANG SEDANG BEROPERASI .................... MK-89
ANALISIS PERBANDINGAN HARGA SATUAN DAN TITIK IMPAS PEKERJAAN BEKISTING KOLOM
SISTEM KONVENSIONAL DENGAN SISTEM PERI DALAM PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI
GEDUNG........................................................................................................................................................... MK-115
BIDANG TRANSPORTASI
APLIKASI TEKNOLOGI SOFTWARE SIDRA INTERSECTION 5.1 DAN SOFTWARE KAJI DALAM
PENENTUAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL PERKOTAAN ............................................................. TRANS-9
PENINGKATAN STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN (CAED) DENGAN BAHAN DARI
AGREGAT HASIL GARUKAN ASPAL LAMA DENGAN DAN TANPA SEMEN .................................. TRANS-59
MODEL PERPINDAHAN MODA KE BUS KOTA DI KOTA BANDA ACEH ......................................... TRANS-83
PENGARUH PEMOMPAAN SUMUR BOR TERHADAP PERUBAHAN MUKA AIR TANAH .............. HIDRO-1
DESAIN PENAMPANG SALURAN DRAINASE JALAN RAYA DENGAN KONSEP EKO HIDRAULIK
PADA JALAN A.YANI KOTA MARTAPURA .......................................................................................... HIDRO-41
STUDI PEMENUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN SIGI, SULAWESI TENGAH ............................... HIDRO-89
PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DAS PENET SEBAGAI AIR IRIGASI DAN AIR BAKU
PDAM ............................................................................................................................................................ HIDRO-97
BIDANG LINGKUNGAN
PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN FLY ASH MENJADI BAHAN BANGUNAN UNTUK
MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN ........................................................................................................ LK-1
PEMANFAATAN PLAT CETAK BEKAS SEBAGAI PELAPIS PADA ATAP RUMAH ................................. LK-9
PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI CAMPURAN BATU ALAM DAN APLIKASINYA ....................... LK-15
ANALISIS SICK BUILDING SYNDROME PADA GEDUNG KANTOR (STUDI KASUS PADA GEDUNG
SATKER PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II PROVINSI BALI - BALAI
PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VIII DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA , JALAN AHMAD
YANI NO 90 DENPASAR) .................................................................................................................................. LK-23
N. Pujianiki 1
1
Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Udayana
Email: hakipuji@yahoo.com
ABSTRAK
Pada penelitian ini, SPH digunakan untuk mengamati interaksi gelombang tsunami pada berbagai
jenis dinding laut. Dengan mensimulasikan run up gelombang tsunami tersebut, efektivitas
dinding laut terhadap rayapan gelombang akan dapat ditentukan. Gelombang tsunami dimodelkan
dengan dam break simulation. Sementara dinding laut dimodelkan dengan 5 kondisi awal yang
berbeda, yaitu 1 model dinding tegak, 2 model dinding miring dengan sudut yang berbeda dan 2
model dinding tegak dengan panjang lengan yang berbeda. Setiap dinding memberikan interaksi
yang berbeda terhadap serangan gelombang tsunami. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dinding
yang tegak lurus dapat mengurangi kecepatan rayapan gelombang tsunami dari pada rayapan
gelombang tsunami tanpa ada penghalang. Sementara dinding dengan sudut kemiringan justru
meningkatkan run up gelombang tsunami. Sedangkan dinding tegak dengan lengan dibagian
atasnya sangat signifikan mengurangi run up gelombang tsunami. Masa air yang melimpas juga
berkurang karena sebagian air dipantulkan kembali ke arah laut. Dengan demikian dinding model
ini dapat digunakan sebagai alternatif kontruksi bangunan perlindungan pantai.
1. PENDAHULUAN
Untuk mengurangi rayapan / run up gelombang tsunami di daerah pantai, maka dibangun seawall / dinding laut.
Dinding laut merupakan benteng pertahanan pantai dari terjangan tsunami yang dibangun menjulang tinggi agar
ketinggian gelombang tsunami yang mungkin terjadi dapat diredam oleh dinding.
Namun pada kenyataannya, seperti yang ditulis oleh Wuriastu (http://wuriastu.wordpress.com), dinding laut
yang dikatakan sebagai pelindung dari gelombang tsunami tadi justru merupakan salah satu faktor kerentanan
terhadap bencana tsunami itu sendiri. Baik hard structure (concrete) maupun soft structures (hutan pantai) tidak
akan mampu menahan terjangan tsunami. Rata-rata concrete hanya mampu menahan tsunami tidak lebih dari 5-7
m, dan rata-rata hutan pantai hanya mampu meredam tsunami dengan ketinggian maksimum 3-4 m. Tsunami
Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 menunjukkan bahwa gempa bumi berkekuatan 8,8 SR telah menghancurkan
wilayah Jepang Tengah, gelombang laut tanpa peduli melewati dinding laut setinggi 10 m menggulung ribuan
bangunan dan kendaraan di pesisir timur laut Jepang, wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa. Jenis
dinding laut yang dibangun tersebut berbentuk tegak lurus dan miring menjorok ke arah pantai. Pada
kenyataanya dinding laut yang telah dibangun pada umumnya belum mampu mengurangi besarnya rayapan / run
up gelombang tsunami, sehingga perlu diteliti jenis dinding laut / seawall yang efektif mengurangi run up
gelombang tsunami.
Pada kesempatan ini, interaksi rayapan gelombang tsunami tersebut akan disimulasikan pada model dinding laut
yang tegak dan dibandingkan dengan beberapa model dinding lainnya untuk mengetahui efektivitas dinding laut
dalam mengurangi run up / rayapan gelombang tsunami. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk
memodelkan interaksi beberapa jenis dinding laut dengan gelombang tsunami sehingga diperoleh jenis dinding
laut yang efektif mengurangi run up gelombang tsunami.
2. RUN UP TSUNAMI
Jumlah air yang besar yang mendorong tsunami ke pantai di atas permukaan laut rata rata disebut Run-up, yaitu
ketinggian vertikal maksimum di darat di atas permukaan laut yang dicapai oleh tsunami seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1. Topografi garis pantai juga menentukan ketinggian potensi run up gelombang.
Pantai yang datar memberikan sedikit perlawanan dan terus menuju ke pedalaman. Namun pantai yang curam
atau tebing akan memberikan run up gelombang yang semakin besar. Banjir adalah hasil dari tsunami yang
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-115
N. Pujianiki
bergerak jauh ke arah pedalaman dan diukur secara horisontal dari jalur tsunami. Banjir bisa terjadi hingga 300
meter atau lebih ke arah darat.
Gambar 1. Jarak dan tinggi run up diatas muka air normal (http://www.sms-tsunami-warning.com).
4. METODE PENELITIAN
WCSPH digunakan dalam penelitian ini dengan menerapkan boundary condition Monaghan. Shepard density
filtering dipilih untuk memastikan bahwa permukaan bebas yang halus dan dapat diterima secara fisik. Selain itu,
koreksi kepadatan diterapkan untuk menghemat masa air awal.
Untuk mengamati interaksi run up gelombang tsunami dengan berbagai jenis dinding, model Dam Break
digunakan untuk mensimulasi gelombang tsunami itu sendiri. Kondisi awal dari beberapa model simulasi dapat
dilihat pada Gambar 2. Model 1 mensimulasikan run up tsunami terjadi tanpa ada dinding pantai, selanjutnya
pada model lainnya akan diberikan berbagai jenis dinding penahan. Setiap model dirunning dalam waktu yang
sama. Pergerakan setiap partikel diamati dan diselidiki pada saat berinteraksi dengan model dinding laut. Run up
setiap model dibandingkan pada waktu yang sama untuk melihat efektifitas dinding laut dalam menahan rayapan
gelombang pada masing masing model.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-116
Model Numerik: Interaksi Run Up Gelombang Tsunami Dengan Dinding Laut
Tabel 1. Input parameter yang digunakan untuk membentuk model dalam SPH
0 Choose Starting options: 0=new, 1=restart, 2=new with CheckPointg, 3=restart with CheckPointing
2 Kernel: 1=gaussian, 2=quadratic; 3=cubic; 5=Wendland
1 Time-stepping algorithm: 1=Predictor-corrector, 2=Verlet, 3=Symplectic,4=Beeman
1 Density Filter: 0=none, 1=Shepard filter, 2=MLS
30 ndt_FilterPerform (if density filter is used) ?
1 Kernel correction 0=None, 1=Kernel correction, 2=Gradient kernel Correction
3 Viscosity treatment: 1=artificial; 2=laminar; 3=laminar + SPS
0.3 Viscosity value( if visc.treatment=1 it's alpha, if not kinem. visc approx 1.e-6)
0 vorticity printing ? (1=yes)
1 Equation of State: 1=Tait's equation, 2=Ideal Gas, 3= Morris
1.5 Maximum Depth (h_SWL) to calculate B
10 Coefficient of speed of sound (recommended 10 - 40 ) ??
1 Boundary Conditions: 1=Repulsive Force; 2=Dalrymple
15 ndt_DBCPerform ? (1 means no correction)
1 Geometry of the zone: 1=BOX, 2=BEACH, 3=COMPLEX GEOMETRY
1 Initial Fluid Particle Structure: 1= SC, 2= BCC
6.,4. Box dimension LX,LZ?
0.02,0.02 Spacing dx,dz?
0 Inclination of floor in X ( beta ) ??
0,0,0 Periodic Lateral boundaries in X, Y, & Z-Directions ? (1=yes)
0 Add wall
0 Add obstacle (1=y)
0 Add wavemaker (1=y)
0 Add gate (1=y)
0 Add Floating Body (1=yes)
2 Initial conditions: 2) particles on a staggered grid
1 Correct pressure at boundaries ?? (1=y)
0.02,1. Cube containing particles : XMin, Xmax ??
0.02,1.5. Cube containing particles : ZMin, Zmax ??
0 Fill a new region
3,0.1 Input the tmax and out
0. initial time of outputting general data
0.005,1.0,1.0 For detailed recording during RUN: out_detail, start, end
0.001,1 Input dt?? , i_var_dt ??
0.2 CFL number (0.1-0.5)
0.92 h=coefficient*sqrt(dx*dx+dz*dz): coefficient ???
0 Use of Riemann Solver: 0=None, 1=Conservative (Vila), 2=NonConservative (Parshikov)
3 Which compiler is desired: 1=gfortran, 2=ifort, 3=CVF, 4=Silverfrost FTN95
1 Precision of XYZ Variables: 1=Single, 2=Double
Masing masing model mempunyai kondisi awal yang berbeda. Perbedaannya adalah pada ada
tidaknya dinding penahan atau seawall pada titik X = 3 meter. Pada Model 1, simulasi di running
dengan tanpa ada dinding penahan sehingga air meluncur dengan bebas ke arah pantai. Jumlah total
partikel pada Model 1 adalah 4453 partikel sudah termasuk partikel untuk boundary sebanyak 703
partikel. Sedangkan untuk Model 2, dinding penahan di letakkan pada titik X = 3 meter dengan
ketinggian 0.5 meter. Jumlah total partakel yang membangun model ini adalah 4504 partikel. Untuk
Model 3, dinding penahan dibuat dengan kelandaian yg cukup curam. Bentuk dinding penahan seperti
ini banyak digunakan sebagai struktur pelindung pantai di lapangan. Sedangkan Model 4 dinding
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-117
N. Pujianiki
penahan dibuat lebih landai. Efek kemiringan dinding terhadap run up gelombang akan diamati.
Jumlah total partikel yang membangun Model 3 dan Model 4 adalah 4476 dan 4496 masing masing.
Model 5 dan Model 6 adalah model dinding yang belum pernah penulis temukan di lapangan. Model
ini diharapkan mampu menahan run up agar air yang melimpas dapat dikurangi. Model ini dibangun
dengan 4516 dan 4531 partikel masing masing. Perbedaan Model 5 dan Model 6 adalah panjang
lengan pada bagian atas dinding yang tegak. Model 6 memiliki lengan yang lebih panjang dari pada
Model 5. Masing masing model dirunning dalam waktu 30 detik. Gambar hasil simulasi akan
tercetak dengan software Matlab setiap 0.1 detik. Hasil simulasi masing masing model akan
dibandingkan untuk melihat efektifitas masing masing dinding dalam menahan rayapan gelombang
tsunami.
Initial Particle Configuration Initial Particle Configuration
6 6
4 4
Z(m)
Z(m)
2 2
0 0
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
X(m) X(m)
a. Model 1 ( np = 4453 dengan nb 703 ) b. Model 2 ( np = 4504 dengan nb = 754 )
4 4
Z(m)
Z(m)
2 2
0 0
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
X(m) X(m)
c. Model 3 ( np = 4476 dengan nb = 726 ) d. Model 4 ( np = 4486 dengan nb = 736 )
4 4
Z(m)
Z(m)
2 2
0 0
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
X(m) X(m)
e. Model 5 ( np = 4516 dengan nb = 766 ) f. Model 6 ( np = 4531 dengan nb = 781 )
Gambar 2. Kondisi awal setiap model, np adalah jumlah total partikel termasuk dan nb adalah jumlah partikel
boundary
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-118
Model Numerik: Interaksi Run Up Gelombang Tsunami Dengan Dinding Laut
Gambar 5 menjelaskan hasil simulasi untuk Model 3, progresnya menunjukkan hal yang sama sampai
dengan detik ke 0.5 dengan model sebelumnya. Bentuk dinding penahan yang berbeda dengan Model
2 menghasilkan model run up yang berbeda pula. Bentuk sisi miring pada dinding trapesium
menyebabkan limpasan air menjadi lebih jauh dari pada dinding tegak. Terbukti pada detik ke 1.7 air
sudah menyentuh lantai lebih dari X = 4 meter dan sampai di titik X = 6 m pada detik ke 2. Dengan
meningkatkan kemiringan trapesium menjadi lebih landai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6,
jangkauan run up gelombang Model 4 menjadi lebih jauh sehingga memperbesar tinggi run up.
Dengan demikian air mencapai posisi X = 6 lebih cepat yaitu pada detik ke 1.9.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-119
N. Pujianiki
Model 5 memiliki dinding tegak dengan lengan yang pendek dibagian atasnya seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan adanya tambahan lengan, rayapan gelombang tsunami
mencapai titik X = 6 m lebih lambat yaitu pada detik ke 2.1 dari pada Model 2 dengan dinding tegak tanpa
lengan. Demikian juga masa air yang sampai dibelakang dinding lebih sedikit. Dengan memperpanjang lengan
diatas dinding seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8, Model 6 menghasilkan run up gelombang yang paling
efektif. Selain memperlambat waktu rayapan yaitu pada detik ke 2.5 baru mencapai titik x = 6 m, masa air yang
melampoi dinding juga lebih sedikit. Jadi pengaruh lengan pada dinding vertikal sangat signifikan berpengaruh.
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-120
Model Numerik: Interaksi Run Up Gelombang Tsunami Dengan Dinding Laut
Dengan demikian hasil simulasi menunjukkan bahwa dinding laut yang sering digunakan dilapangan
yaitu dinding tegak dan dinding dengan kemiringan/slope menghasilkan run up cukup besar, bahkan
dinding miring dengan kemiringan sudut lebih kecil dari 45 derajat akan memberikan run up
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-121
N. Pujianiki
gelombang yang lebih besar. Sementara kombinasi dinding tegak dengan lengan dibagian atasnya
memberikan run up yang lebih kecil dan volume masa yang melimpas jauh lebih kecil dari pada
dinding tegak tanpa lengan. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lengan dinding yang menahan
masa air untuk melipas kemudian dipantulkan kembali kearah laut.
6. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemodelan ini adalah sebagai berikut:
1. Dinding laut berbentuk tegak/vertical dan sisi miring yang banyak digunakan di lapangan menghasilkan run
up gelombang tsunami yang cukup besar.
2. Dinding tegak dengan kombinasi lengan dibagian atasnya akan memberikan pengaruh run up yang
signifikan. Semakin panjang lengan dinding dibagian atas dinding tegak maka run up dan masa air yang
melimpas akan berkurang.
Dengan demikian dinding laut tegak yang dikombinansikan dengan lengan dibagian atasnya merupakan
alternative bangunan pantai yang dapat digunakan di lapangan. Untuk itu stabilitas dan dimensi dinding perlu
diteliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Dalrymple, R.A. and Roger, B. (2006) “Numerical Modeling of Water Wave with the SPH”, Coastal
Engineering Vol.53, (p.141-147).
Dalrymple, R.A, et al(2009)., “User Guide for the SPHysics code”,.
Monaghan, J.J. (1994), “Simulating Free Surface Flow with SPH”, Journal of Computational Physics Vol.110,
(pp: 399-406)
http://wuriastu.wordpress.com
http://www.sms-tsunami-warning.com
Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana HIDRO-122