Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB VI ANALISIS PERANCANGAN

ANALISIS PERUANGAN
1. Analisis Dimensi Ruang
Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan dimensi ruang yang akan mewadahi
kegiatan pengguna bangunan Museum Fotografi di Surakarta dengan mempertim-
bangkan jenis kegiatan pengguna, asumsi jumlah pengguna dan jumlah proyeksi
pengunjung, standar luasan ruang dan furnitur, serta kebutuhan ruang gerak (flow)
untuk mendukung kenyamanan pengguna. Dimensi ruang ditampilkan pada tabel 9
sampai dengan tabel 16 berdasarkan kelompok kegiatan yang ditentukan pada analisis
perencanaan.

Tabel 9. Tabel luas ruang kelompok kegiatan penerimaan


Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi
(m2) (m2) (m)
2
Parkir mobil 50 mobil, 50 x 15 m = 750 100%= 1980
pengunjung 5 bus besar 5 x 48 m2 = 240 990
Parkir motor 150 motor 150 x 1.6 m2 = 240 100%= 480
pengunjung 240
Parkir mobil 15 mobil 15 x 15 m2 = 225 100%= 450
pengelola 225
Parkir motor 40 motor 30 x 1.6 m2 = 64 100%= 128
pengunjung 64
Pos jaga 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 9.2 3
kursi kerja 4.6
Anjungan tiket & 3 meja dan 3 x 2.3 m2 = 6.9 100%= 13.8 3
info kursi kerja 6.9
Area penitipan 1 meja dan 1 x 2.3 m2 = 2.3 100%= 14.2 3
barang kursi kerja, 4 x 1.2 m2 = 4.8 7.1
4 lemari
Lobi Asumsi 200 8
Total kelompok ruang 3075.2

Tabel 10. Tabel luas ruang kelompok kegiatan ekshibisi


Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi
2 2
(m ) (m ) (m)
Galeri 20 foto 20 x 1.2 m2 = 24 200%= 720 8
ukuran A0 48 (10 ruang
commit to user @ 72)

57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi


2 2
(m ) (m ) (m)
Galeri temporer 15 foto 15 x 1.2 m2 = 18 200%= 108 6
ukuran A0 36 (2 ruang
@54 )
R. arsip koleksi 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 40%= 15.9 6
kursi kerja, 4 x 1.2 m2 = 4.8 6.5
4 lemari
R. konservasi 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 38 3.5
kursi kerja, 2 x 1.2 m2 = 2.4 19
2 lemari, 2 x 6 m2 = 12
2 meja
panjang
Studio dan 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 3.5
laboratorium kursi kerja,
komputer
R. kurasi 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 40%= 9.2 3.5
kursi kerja 4.6
R. preparasi 6 meja dan 6 x 2.3 m2 = 6.9 200%= 57 6
kursi kerja, 2 x 6 m2 = 12 38
2 meja
panjang
Gudang koleksi 1 meja dan 1 x 2.3 m2 = 2.3 200%= 21.3 6
kursi kerja, 10 x 1.2 m2 = 4.8 14.2
10 lemari
Total kelompok ruang 969.4

Tabel 11. Tabel luas ruang kelompok kegiatan edukasi


Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi
2 2
(m ) (m ) (m)
R. seminar Asumsi 200 6
2
R. kelas 25 meja dan 24 x 2.3 m = 57.5 60%= 276 3.5
kursi kerja 34.5 (3 ruang
@92)
R. baca 20 meja dan 20 x 2.3 m2 = 46 40%= 64.4 6
perpustakaan kursi kerja 18.4
R. koleksi 1 meja dan 1 x 2.3 m2 = 2.3 100%= 76.6 6
perpustakaan kursi kerja, 25 x 1.2 m2 = 36 38.3
25 lemari
Studio edukasi Asumsi 36 6
Total kelompok ruang 653
Tabel 12. Tabel luas ruang kelompok kegiatan pengelola

commit to user

58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi


2 2
(m ) (m ) (m)
R. kepala museum 1 meja dan 1 x 2.3 m2 = 2.3 40%= 22.5 3.5
kursi kerja, 1 x 1.2 m2 = 1.2 7
1 lemari, 2 x 7 m2 = 14
2 sofa dan
1 coffe table
R. rapat 15 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 40%= 48.3 3.5
kursi kerja 10 x 1.45 = 14.5 13.8
R. tamu 2 sofa dan 2 x 7 m2 = 14 40%= 19.6 3.5
1 coffe table 5.6
R. staff keuangan 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 9.2 3.5
kursi kerja 4.6
R. staff TU 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 9.2 3.5
kursi kerja 4.6
R. staff 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 9.2 3.5
operasional kursi kerja 4.6
R. staff edukasi 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 9.2 3.5
kursi kerja 4.6
R. staff humas 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 100%= 9.2 3.5
kursi kerja 4.6
R. CCTV 2 meja dan 2 x 2.3 m2 = 4.6 40%= 81 3.5
dan panel ME kursi kerja, 4 x 1.2 m2 = 4.8
4 lemari,
1 genset
Total kelompok ruang 217.4

Tabel 13. Tabel luas ruang kelompok kegiatan penunjang


Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi
2 2
(m ) (m ) (m)
Toko suvenir 1 meja dan 1 x 2.3 m2 = 2.3 60%= 15.2 3.5
kursi kerja, 6 x 1.2 m2 = 7.2 5.7
6 lemari,
2 meja
Kafe 60 orang, 60 x 1.6 m2 = 96 60%= 153.6 3.5
30 meja, 60 57.6
kursi
Studio foto Asumsi 40 6
R. cetak studio Asumsi 60 6
foto
Musala 50 orang, 50 x 0.72 m2 = 36 100%= 72 3.5
50 sajadah 36
Gudang 10 lemari 10 x 1.2 m2 = 12 100%= 24 3.5
12
Janitor 2 lemari 2 commit
x 1.2 m2 =to2.4
user 100%= 4.8 3.5
2.4

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ruang Kapasitas Perhitungan Luas (m2) Flow Total Tinggi


2 2
(m ) (m ) (m)
Toilet pengunjung 12 kloset, 12 x 1.4 m2 = 16.8 200%= 68.4 3.5
6 wastafel 6 x 1 m2 = 6 45.6
2
Toilet pengelola 12 kloset, 12 x 1.4 m = 16.8 200%= 92.4 3.5
2
6 wastafel, 6x1m =6 61.6
2 KM 2 x 4 m2 = 8
Total kelompok ruang 530.4

Tabel 14. Tabel rekapitulasi luas ruang


Nama Kelompok Ruang Luas Kelompok Ruang (m2)
Penerimaan 3075.2
Ekshibisi 969.4
Edukasi 653
Pengelola 217.4
Penunjang 530.4
Luas Bangunan 5445.4

2. Analisis Hubungan dan Organisasi Ruang


Analisis ini bertujuan mendapatkan hubungan antar ruang pada bangunan
Museum Fotografi di Surakarta dengan mempertimbangkan kelompok kegiatan ruang
dan alur kegiatan. Hubungan antar ruang didapatkan melalui diagram gelembung pola
kegiatan. Lihat tabel 16 untuk keterangan pembacaan diagram dan gambar 31-36
untuk diagram gelembung dari masing-masing kelompok ruang. Hasil analisis
kemudian. digunakan untuk menyusun organisasi ruang.
Tabel 15. Tabel keterangan pembacaan diagram hubungan ruang
Ragam Hubungan Derajat Hubungan Kode
Bentuk Ruang dalam ruang A
Ruang saling mengunci B
Ruang bersebelahan C
Dihubungkan ruang bersama D
Akses Umum Panah hitam
Pengelola Panah biru
Frekuensi Sering 1-1
Kadang-kadang 1-2
Jarang 1-3
Intensitas Ramai 2-1
Sedang 2-2
Sedikit 2-3

commit to user

60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 31. Hubungan ruang dari kelompok ruang penerimaan

Gambar 32. Hubungan ruang dari kelompok ruang ekshibisi


commit to user

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 33. Hubungan ruang dari kelompok ruang edukasi

Gambar 34. Hubungan ruang dari kelompok ruang pengelola

commit to user

62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 35. Diagram organisasi ruang Museum Fotografi di Surakarta.

Berdasarkan diagram yang ada, terbentuk pola susunan ruang yang menyebar
secara linear dari sebuah pusat (lobi). Pola ini sesuai dengan karakter organisasi ruang
radial. Tiap-tiap lengan memiliki jenis fungsi yang sama. Secara umum, ruang dalam
museum dapat dikategorikan menjadi tiga zona: zona galeri, zona perpustakaan dan
ritel, serta zona penunjang.

commit to user

63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS TAMPILAN EKSTERIOR


1. Analisis Organisasi Massa
Analisis ini bertujuan menentukan jenis organisasi massa sebagai dasar citra
bangunan Museum Fotografi di Surakarta dengan mempertimbangkan bentuk
organisasi ruang dan fungsi bangunan. Berdasarkan analisis organisasi ruang yang
telah dilakukan (halaman 66), pola yang terbentuk adalah pola radial. Pola ini kembali
dipakai untuk menyusun massa bangunan. Karakter pendefinisi dari pola organisasi
radial adalah keberadaan satu massa pusat dengan lengan-lengan linear. Massa pusat
tersebut dijadikan titik fokus bangunan. Lengan linear, di lain pihak, menjadi orientasi
interaksi pengguna saat berkegiatan dalam bangunan.
Sebagai konsekuensi pola organisasi radial, massa bangunan mengambil wujud
massa tunggal. Pada bangunan bermassa tunggal, kegiatan-kegiatan dilakukan dalam
satu naungan bangunan sehingga sirkulasi pengguna lebih efisien. Karakter yang
sering dikaitkan pada bangunan massa tunggal, seperti citra masif dan monoton, telah
teratasi dengan pemilihan pola organisasi radial. Pola organisasi tersebut memberi
citra menyebar serta memungkinkan eksplorasi desain yang berbeda pada masing-
masing lengan linear.
2. Analisis Bentuk
Analisis ini bertujuan menentukan bentuk dasar bangunan yang dapat
mengomunikasikan elemen seni fotografi untuk membangun citra bangunan sebagai
Museum Fotografi. Analisis mempertimbangkan konsep tanda hipersemiotika, idiom
estetika pascamodern, dan elemen fisik dalam arsitektur berupa bentuk massa.
Informasi berupa rol (gulungan) film sebagai elemen seni fotografi
dikomunikasikan melalui tanda ekstrem. Idiom camp digunakan untuk
mengekspresikan tanda tersebut dengan pola pikir membuat distorsi pada bentuk rol
film, yang awalnya memiliki tampilan visual biasa menjadi menarik perhatian.
Bentuk atap dibuat miring ke arah dalam dengan pertimbangan agar tampilan
fasad terjaga dari aliran hujan. Bentuk atap miring juga memudahkan perawatan
bangunan karena atap datar yang terlalu luas rawan akan kerusakan. Selain itu atap
miring dapat mengurangi panas dalam bangunan.

commit to user

64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 36. Gulungan film sebagai dasar pengolahan bentuk bangunan.

3. Analisis Tampilan Fasad


Analisis ini bertujuan menentukan citra bangunan Museum Fotografi di
Surakarta yang dapat mengomunikasikan fungsi museum/elemen seni fotografi.
Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan konsep tanda hipersemiotika, idiom
estetika pascamodern, dan elemen fisik dalam arsitektur.

Gambar 37. Instalasi seni Ring oleh Arnaud Lapierre.


Sumber: archdaily.com
Informasi berupa piksel sebagai elemen seni fotografi dikomunikasikan melalui
tanda ekstrem. Idiom camp digunakan untuk mengekspresikan tanda tersebut dengan
pola pikir membuat distorsi pada sebuah obyek yang awalnya memiliki tampilan
visual biasa menjadi menggugah dan menarik perhatian. Pemilihan tampilan
terinspirasi dari instalasi seni Ring karya Arnaud Lapierre. Material yang akan
digunakan pada fasad adalah stainless steel, dengan pertimbangan material tersebut
menghasilkan refleksi yang jelas seperti cermin namun lebih kuat secara struktur.
commit to user

65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS TAMPILAN INTERIOR


Analisis ini bertujuan menentukan citra ruang-ruang dalam Museum Fotografi di
Surakarta yang dapat memberikan informasi mengenai seni fotografi. Analisis dilakukan
dengan mempertimbangkan informasi yang ingin disampaikan, konsep tanda
hipersemiotika, idiom estetika pascamodern, dan elemen-elemen fisik dalam arsitektur.
Masing-masing ruang memiliki informasi dan makna untuk disampaikan melalui tanda-
tanda semiotika, khususnya tanda hipersemiotika. Tanda hipersemiotika tersebut
diterjemahkan menggunakan idiom estetika pascamodern untuk menemukan suasana atau
ekspresi yang sesuai. Hasil dari analisis adalah penentuan elemen-elemen arsitektur
(meliputi jenis sirkulasi, jenis pencahayaan, serta material dan wujud enclosure) pembentuk
tampilan ruang.
1. Analisis Interior Zona Galeri
Analisis ini bertujuan menentukan citra ruang-ruang dalam zona galeri dari
Museum Fotografi di Surakarta yang terdiri dari 17 ruang.
Informasi yang disajikan pada galeri perangkat dan proses fotografi analog
adalah perangkat-perangkat yang digunakan pada era prafotografi dan era fotografi
analog serta proses menghasilkan foto menggunakan perangkat-perangkat tersebut.
Informasi ini menceritakan kebudayaan pada masa lampau. Untuk mewujudkan efek
nostalgia, konsep tanda yang sesuai adalah tanda daur ulang. Tanda tersebut
diekspresikan menggunakan idiom pastiche, yang kemudian direalisasikan melalui
simulasi Hall of Mirrors, Istana Versailles, Prancis.

Gambar 38. Elemen arsitektur Hall of Mirrors untuk perancangan galeri.


Sumber: versailles3d.com, diolah oleh Dandy (2019)
Idiom pastiche mengisyaratkan imitasi murni dan mengutamakan tampilan
visual secara superfisial. Elemen commit to untuk
arsitektur user membentuk ruang berupa simulasi
Hall of Mirrors terdiri dari jenis sirkulasi menembus ruang, jenis pencahayaan general

66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lighting, dinding yang dilapisi fresco dan ukiran floral dengan jendela dan cermin
berbentuk jendela, serta langit-langit berbentuk lengkung. Obyek pameran berupa
kamera dan perangkat lain dapat dipajang di atas meja.
Informasi yang disajikan pada galeri perangkat dan proses fotografi digital
adalah perangkat-perangkat yang digunakan pada era fotografi digital serta proses
menghasilkan foto menggunakan perangkat yang demikian. Informasi ini
menceritakan kehidupan sehari-hari kontemporer, namun ditampilkan secara ironis
melalui gaya masa lalu. Arsitektur gotik akan digunakan untuk menunjukan kesan
masa lalu yang akan ditampilkan melalui tampilan interior gereja gotik Untuk
mewujudkan efek provokasi dari jukstaposisi tersebut, konsep tanda yang sesuai
adalah tanda daur ulang. Tanda tersebut diekspresikan menggunakan idiom parodi,
yang kemudian direalisasikan melalui melalui tampilan dinding warna-warni yang
bertolak belakang dengan kondisi gereja pada umumnya.

Gambar 39. Elemen arsitektur parodi nave gereja Gotik pada Paulinum der Universität Leipzig.
Sumber: leipzig.de, diolah oleh Dandy (2019)
Idiom parodi mengisyaratkan sebuah tiruan kritis sebuah entitas preseden untuk
menghasilkan tampilan beridentitas baru. Elemen arsitektur untuk membentuk ruang
berupa parodi nave gereja-gereja Gotik terdiri dari jenis sirkulasi menembus ruang,
jenis pencahayaan general lighting, dinding dengan cluster piers palsu sebagai
dekorasi, serta langit-langit berbentuk rusuk (ribbed ceiling). Ruang ini direncanakan
memiliki suasana sangat terang dan dilapisi cat berwarna berbagai warna yang
mencolok, sebagai permainan suasana atas gereja Gotik yang cenderung gelap. Obyek
pameran berupa kamera dan perangkat lain dapat dipajang di atas meja.
Pada galeri fotografi lanskap, informasi yang disajikan adalah foto-foto
dengan obyek pemandangan alam.commit to user yang ingin disampaikan adalah
Informasi
kehidupan sosial. Untuk mewujudkan makna simbolik dari informasi tersebut, konsep
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanda yang sesuai adalah tanda artifisial. Tanda tersebut diekspresikan menggunakan
idiom skizofrenia, yang kemudian direalisasikan melalui simulasi lanskap distopia.
Idiom skizofrenia ditandai dengan keterputusan elemen-elemen dalam sebuah karya.
Elemen arsitektur untuk membentuk ruang yang demikian terdiri dari jenis sirkulasi
menyusuri ruang, jenis pencahayaan beam lighting, serta dinding dan langit-langit
serta lantai dengan permukaan yang tidak beraturan. Ruang ini direncanakan memiliki
suasana industrial, namun direkayasa. Foto dapat dipajang dengan cara digantung dari
plagon untuk memberikan kesan tidak beraturan pada ruangan.
Informasi yang disajikan pada galeri fotografi kota adalah foto-foto dengan
obyek bangunan dan kehidupan urban, yang ditampilkan berdasarkan gaya seniman
tertentu. Untuk mewujudkan efek provokatif dari informasi tersebut, konsep tanda
yang sesuai adalah tanda daur ulang. Tanda tersebut diekspresikan menggunakan
idiom kitsch, yang kemudian direalisasikan melalui ruang bertema lukisan Starry
Night karya Vincent Van Gogh. Idiom kitsch ditandai dengan menghadirkan karya
adiseni menjadi elemen kehidupan sehari-hari yang dapat dijangkau massa. Elemen
arsitektur untuk membentuk ruang yang demikian terdiri dari jenis sirkulasi menyusuri
ruang, jenis pencahayaan spotlight, serta dinding dan langit-langit yang dilukis
menyamai Starry Night.

Gambar 40. Elemen arsitektur sebuah diner.


Sumber: 1950americandiner.it, diolah oleh Dandy (2019)
Pada galeri fotografi makanan, informasi yang disajikan adalah foto-foto
dengan obyek makanan. Informasi yang ingin disampaikan adalah kehidupan sehari-
hari. Untuk mewujudkan permainan bahasa dari informasi tersebut, konsep tanda yang
sesuai adalah tanda ekstrim. Tanda tersebut diekspresikan menggunakan idiom camp,
commit to user
yang kemudian direalisasikan melalui ruang bertema kedai makan khas Amerika

68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Serikat (diner). Idiom camp ditandai dengan distorsi hiperbolis dari elemen keseharian
sehingga menimbulkan kesan vulgar/norak. Elemen arsitektur untuk membentuk
ruang yang demikian terdiri dari jenis sirkulasi menyusuri ruang, dinding dan langit-
langit sebagaimana tampilan diner pada umumnya, penggunaan warna norak sebagai
warna dinding dan lantai, jenis pencahayaan general lighting dengan lampu gantung
dan lampu dinding, serta penggunaan dekorasi ruang dan lampu gantung berbentuk
obyek kehidupan sehari-hari biasa yaitu makanan menjadi karya seni melalui
deformasi. Foto dapat dipajang sesuai dengan konsep rumah makan, di mana foto
digantung pada dinding dan diletakkan di atas meja seperti foto menu makanan.

Gambar 41. Elemen arsitektur sebuah panggung.


Sumber: danieldaltonmep.co.uk
Informasi yang disajikan pada galeri fotografi persona adalah foto-foto dengan
obyek manusia. Informasi yang ingin disampaikan adalah kehidupan sehari. Untuk
mewujudkan permainan bahasa dari informasi tersebut, konsep tanda yang sesuai
adalah tanda daur ulang. Tanda tersebut diekspresikan menggunakan idiom pastiche,
yang kemudian direalisasikan melalui ruang bertema panggung teater. Idiom pastiche
mengisyaratkan imitasi murni dan mengutamakan tampilan visual secara superfisial.
Elemen arsitektur untuk membentuk ruang dengan tampilan panggung teater terdiri
dari jenis sirkulasi acak, jenis pencahayaan spotlight, dinding yang dilapisi tirai kain,
dan langit-langit dengan perancah besi. Foto akan dipajang menggunakan maneken
yang diletakkan di bawah sorotan lampu untuk menciptakan suasana panggung.

commit to user

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 42. Elemen arsitektur dari instalasi seni “Infinity Room: Let’s Survive Forever”.
Sumber: nws.artnet.com, diolah oleh Dandy (2019)
Pada galeri astrofotografi, informasi yang disajikan adalah foto-foto dengan
obyek benda langit, yang ditampilkan berdasarkan kehidupan sehari-hari yaitu luar
angkasa. Untuk mewujudkan efek permainan bahasa dari informasi tersebut, konsep
tanda yang sesuai adalah tanda ekstrim. Tanda tersebut diekspresikan menggunakan
idiom kitsch, yang kemudian direalisasikan melalui ruang yang mengadaptasi instalasi
seni “Infinity Room: Let’s Survive Forever” oleh Kusama Yayoi. Instalasi dibentuk
menggunakan cermin-cermin berbingkai yang diduplikasi dan ditata sedemikian rupa
hingga membentuk dinding. Idiom kitsch mengisyaratkan sampah artistic, seni palsu
dan murahan yang mengutamakan reproduksi dan adaptasi.
Jenis pencahayaan berupa general lighting yang dibantu dengan lampu berupa
lampu lalu lintas stik yang digantung berjajar pada plafon serta lampu downlight yang
dipasang di lantai untuk memberikan kesan berada di luar angkasa. Elemen arsitektur
untuk membentuk ruang yang demikian terdiri dari jenis sirkulasi acak. Foto dipajang
dengan bingkai yang sama dengan cermin dan berdampingin bersama dinding cermin.
Pada galeri fotografi fine art, informasi yang disajikan adalah foto-foto yang
menonjolkan teknik fotografi ketimbang terpaku pada obyek khusus, yang
ditampilkan berdasarkan gaya seniman tertentu. Untuk mewujudkan efek provokatif
dari informasi tersebut, konsep tanda yang sesuai adalah tanda daur ulang. Tanda
tersebut diekspresikan menggunakan idiom parodi, yang kemudian direalisasikan
melalui ruang dengan tema geometri Mondrian. Idiom parodi mengisyaratkan imitasi
serta permainan terhadap karya referen. Elemen arsitektur untuk membentuk ruang
yang demikian terdiri dari jenis sirkulasi menembus ruang, jenis pencahayaan general
commit to user
lighting, dinding dan langit-langit yang diluksi dengan pola geometri Mondrian namun

70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbentuk segitiga. Foto akan dipajang menghadap dinding sehingga pengunjung


mengamati foto melalui cermin.
2. Analisis Zona Perpustakaan dan Ritel
Ruang-ruang pada zona perpustakaan dan ritel tetap diolah berdasarkan elemen
pembentuk ruang, namun pengolahan akan diorientasikan pada tujuan pemenuhan
fungsi. Pengguna pada ruang ini membutuhkan ruang kondusif untuk melakukan
kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, sehingga dekorasi akan dikurangi agar
mencegah terciptanya gangguan visual selama beraktifitas.
3. Analisis Zona Penunjang
Ruang-ruang pada zona perpustakaan dan ritel tetap diolah berdasarkan elemen
pembentuk ruang, namun pengolahan akan diorientasikan pada tujuan pemenuhan
fungsi. Pengguna pada ruang ini membutuhkan ruang kondusif untuk melakukan
kegiatan yang membutuhkan konsentrasi, sehingga dekorasi akan dikurangi agar
mencegah terciptanya gangguan visual selama beraktifitas.

ANALISIS UTILITAS
Analisis ini bertujuan menentukan elemen penunjang fungsi bangunan antara
lain system air, pencahayaan, penghawaan, pemadam kebakaran, serta keamanan.
Penentuan konsep sistem utilitas atas pertimbangan kebutuhan fungsi bangunan serta
konsekuensi hasil analisis eksterior dan interior.
Sistem distribusi air bersih dirasa cocok menggunakan sistem downfeed karena
lebih hemat energi serta bangunan telah dikonsepkan memiliki ruang kosong di bawah
atap yang dapat difungsikan sebagi ruang untuk tangki air. Sistem downfeed bekerja
dimana air dipompa ke tangki atap iroof tank) lalu didistribusikan ke dalam bangunan
dengan menggunakan bantuan tenaga gravitasi melalui pipa. Selain didistribusikan ke
toilet, air ini juga didistribusikan untuk kebutuhan pemadaman kebakaran melalui
sprinkler dan hydrant.
Air kotor hasil limbah dari bangunan dirasa tidak berbahaya sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Air buangan (grey water) dari wastafeldan floor
drain dialirkan ke catch basin, lalu air yang bersih dari kotoran endapan dialirkan ke
sumur resapan. Limbah cair dari kloset (black water) disalurkan ke septic tank.
Sedangkan air hujan yang turun di atap dialirkan melalui talang menuju roof drain dan
commit to user
dialirkan ke sumur resapan.

71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sebagai bangunan publik, Museum Fotografi memerlukan lebih dari satu


sumber listrik agar dapat mengatasi kebutuhan listrik saat keadaan darurat. Sumber
listrik utama bangunan berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama atau trafo,
lalu dialirkan menuju Panel Utama yang selanjutnya dilanjutkan ke beberapa Sub
Panel untuk diteruskan ke semua perangkat listrik. Sebagai sumber listrik cadangan
saat keadaan darurat seperti mati listrik, makan bangunan museum dirasa memerlukan
emergency power/genset yang dilengkapi dengan automatic switch system yang dapat
langsung menggantikan sumber listrik secara otomotis saat PLN terputus.
Pencahayaan dan penghawaan ruang mayoritas menggunakan pencahayaan
buatanbuatan sebagai konsekuensi tampilan fasad yang tertutup dan diselubungi
material cermin. Pencahayaan dan penghawaan buatan dirasa lebih cocok untuk fungsi
bangunan dikarenakan meminimalisir adanya bukaan yang meningkatkan keamanan
bangunan museum. Penghawaan buatan memilih menggunakan AC central dengan
pertimbangan kebutuhan akan penghawaan buatan pada semua ruang yang tidak akan
efektif apabila menggunakan AC split.
Pencahayaan buatan pada zona perpustakaan dan ritel serta zona penunjang
menggunakan sisitem general lighting dengan menempatkan titik lampu pada titik
tengah ruangan atau pada beberapa titik yang dipasang secara simetris dan merata. Hal
ini bertujuan agar dapat menghasilkan pencahayaan yang terang secara menyeluruh.
Lampu yang digunakan adalah downlight dan TL yang menggunakan bolam LED
yang hemat energi. Sedangkan pada ruang galeri, selain menggunakan general lighting
terdapat pula accent lighting berupa spotlight yang disorot dari atas, beam lighting,
lampu hias gantung, lampu dinding, serta lampu yang dipasang pada lantai yang
menyesuaikan konsep masing-masing ruang galeri.
Museum sebagai bangunan publik membutuhkan adanya penanggulangan
kebakaran. Sistem penanggulangan kebakaran memerlukan adanya alat pendeteksi
asap dan panas atau api, alarm kebakaran, serta alat pemadam api. Alat pemadam api
berupa sprinkler dirasa perlu untuk mematikan api secara otomatis. Alat pemadam api
manual berupa APAR untuk memadamkan api yang ringan serta hidran untuk
memadamkan api dalam skala besar juga perlu disediakan untuk menjamin
keselamatan pengunjung dan pekerja.
Sistem keamanan yang ketat diperlukan pada obyek rancang bangun. Selain
menggunakan pengamanan fisik,commit
museumto sebaiknya
user juga menggunakan perangkat
elektronik (Pedoman Museum Indonesia,2008). Pengamanan fisik dibuat dengan
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

meminimalisir adanya bukaan serta penjagaan oleh Satpam pada beberapa area.
Perangkat elektronik yang digunakan dalam pengamanan museum meliputi Close
circuit television (CCTV) yang dapat digunakan untuk mengawasi berbagai ruangan
melalui kamera yang dihubungkan ke monitor, kontak magnetik yaitu alat yang akan
bekerja jika jendela atau pintu atau vitrin rusak dan alarm akan berbunyi, sensor infra
merah pasif yaitu sensoruntuk mendeteksi panas tubuh dan ditempatkan di sekitar
galeri atau obyek pameran dengan sensor layar alarm, serta dual tone sounder yang
berfungsi untuk memberikan peringatan bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di
dalam ruangan yang telah diproteksi alarm.
Agar komunikasi dalam bangunan berjalan dengan baik, maka diperlukan
adanya sistem komunikasi. Guide dan pengelola pada bangunan dapat mengunakan
walkie-talkie untuk saling berkomunikasi saat mengantarkan pengunjung atau saat ada
permasalahan. Speaker juga dirasa perlu dipasang pada beberapa area pana zona
pengunjung agar memungkinkan memberikan pengumuman. Selain menyediakan jasa
guide sebagai pemandu berkeliling museum, perlu disediakan juga audio guide yaitu
alat pendengar yang berfungsi sebagai pemandu untuk pengunjung yang diputar sesuai
dengan nomor yang berada pada keterangan di obyek pameran. Audio guide dirasa
perlu untuk menyesuaikan dengan konsep museum modern serta memberikan
kenyamanan kepada pengunjung untuk berkeliling sendiri dengan bebas.
Komunikasi atau hubungan dengan pihak luar serta konfirmasi masyarakat
dengan pengelola museum memerlukan adanya saluran telepon yang disalurkan dari
Telkom. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan modern ini, makan jaringan Telkom
dapat ditambahkan dengan jaringan internet. Jaringan komunikasi dari Telkom
disalurkan ke PABX dan didistribusikan ke telepon serta pemancar internet.

ANALISIS STRUKTUR
Analisis ini bertujuan menentukan struktur yang digunakan untuk sub-structure
/ pondasi, super-structure / struktur badan, dan upper-structure / sturktur atap.
Pertimbangan untuk menentukan struktur adalah konsekuensi bentuk dan tampilan
bangunan yang telah ditentukan berdasar analisis. Struktur perlu menyesuaikan
kriteria tampilan bangunan yaitu bangunan dua lantai, memiliki bentuk denah radial,
serta atap miring.
commit¬sub-structure
Pondasi telapak dipilih sebagai to user karena dinilai cocok untuk
kontruksi bangunan bertingkat rendah (lebih dari 1 lantai). Bentuk denah yang
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lengkung dan tidak teratur memerlukan penyesuaian penataan kolom secara radial
serta penggunaan balok kantilever untuk menopang beban lantai dua dan atap yang
tidak ditopang oleh kolom. Sebagai penguat struktur kolom dengan penataanyang
tidak simetris, maka diperlukan core sebagai penguat inti bangunan. Struktur baja
dinilai cocok sebagai upper-structure untuk menyesuaikan tampilan atap miring
dengan bentangan yang relatif besar.

commit to user

74

Anda mungkin juga menyukai