Load balancing adalah proses pendistribusian traffic jaringan ke beberapa server. Ini untuk
memastikan salah satu server tidak menanggung terlalu banyak beban permintaan.
Server website yang kelebihan beban membuat proses muat halaman menjadi lambat, atau
bahkan tidak terhubung sama sekali.
Secara sederhana, berikut prinsip kerja load balancing:
Mendistribusikan permintaan klien atau beban jaringan secara efisien di beberapa
server. Dengan pemerataan distribusi, website atau aplikasi menjadi lebih tanggap dan
stabil ketika diakses oleh pengguna.
Memastikan ketersediaan dengan mengirimkan permintaan hanya ke server yang
sedang online
Memberikan fleksibilitas untuk menambah atau mengurangi server sesuai permintaan
Cara Kerja Load Balancing
Apapun bentuknya, perangkat load balancing mendistribusikan traffic ke beberapa server
untuk memastikan tidak ada satu server pun yang menanggung beban berlebih. Secara efektif,
load balancing meminimalkan waktu respon server.
Fungsi load balancing sama seperti polisi lalu-lintas yang bertugas mencegah kemacetan dan
insiden di jalanan yang tidak diinginkan. Load balancer harus bisa memastikan arus lalu-
lintas jaringan tetap lancar sekaligus memberi rasa aman dalam sistem kerja jaringan yang
rumit.
Secara sederhana, berikut cara kerja load balancing:
Pengguna meminta akses masuk server website / aplikasi
Load balancer menerima dan mendistribusikan traffic ke beberapa server
Jika satu server down, perangkat ini mengalihkan traffic ke server lain yang tersedia
Load balancing menjadi metode paling terukur dalam menangani banyaknya permintaan
akses dari alur kerja multi aplikasi dan multi perangkat. Dengan akses tanpa batas dunia
digital saat ini, load balancing memastikan pengalaman pengguna yang lebih baik.
Jenis Load Balancing
Setelah mempelajari pengertiannya, yuk kita lanjutkan ke jenis load balancing. Berdasarkan
konfigurasinya, terdapat tiga jenis load balancing: hardware, software, dan virtual load
balancer.
Hardware Load Balancer
Sesuai dengan namanya, ini merupakan load balancer berbentuk perangkat keras. Alat ini
dapat mendistribusikan traffic sesuai dengan pengaturan yang dilakukan.
Karena berbentuk fisik, load balancer ini harus diletakkan di bersama dengan server di pusat
data lokal. Jumlah load balancer disesuaikan dengan traffic tertinggi yang diinginkan.
Biasanya, load balancer ini sanggup menangani traffic dalam jumlah besar. Meski demikian,
load balancer fisik memiliki harga yang terbilang mahal. Belum lagi, alat ini tidak sefleksibel
versi software-nya.
Software Load Balancer
Sebagaimana transisi jaman fisik ke digital, era load balancer fisik mulai tergantikan oleh
versi perangkat lunak. Lewat instalasi di server aplikasi atau virtual machine, Anda sudah
memiliki alat penyeimbang beban server.
Secara ekonomi, perangkat lunak load balancer lebih terjangkau dibandingkan load balancer
fisik. Versi perangkat lunak ini juga lebih fleksibel. Saat server menerima permintaan akses
yang lebih besar, Anda dapat mengubah load balancer ini sesuai kebutuhan.
Terdapat dua jenis load balancer perangkat lunak, komersial dan open source. Dua jenis ini
dapat menjadi alternatif Anda dibandingkan load balancer fisik.
Hardware Load Balancing vs Software Load Balancing
Secara bentuk, hardware load balancing dan software load balancing jelas berbeda. Hardware
load balancing membutuhkan ruang untuk menyusun dan menempatkan peralatan. Sedangkan
software load balancing cukup diinstal pada server atau virtual machine.
Selain dari bentuknya, berikut perbandingan antara hardware dan software load balancing:
Hardware Load Balancing
Kelebihan Kekurangan
Bekerja lebih cepat karena program berjalan Membutuhkan perawatan yang secara
menggunakan prosesor khusus fisik
Kelebihan Kekurangan