Anda di halaman 1dari 26

TUGAS APLIKASI JARINGAN KOMPUTER I

MENGIMPLEMENTASIKAN LOAD BALANCING


UNTUK MENGOPTIMALKAN JARINGAN

Esti Yuliana

(SIR200938)

Dosen Pengampu : Adnan Purwanto, S. Kom

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


(STMIK) WIDYA UTAMA PURWOKERTO
2012

ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan penggunaan sumber daya yang ada
didalam jaringan komputer telah mengakibatkan timbulnya pengembangan teknologi
jaringan itu sendiri. Ketersediaan akan sumber daya yang berbanding terbalik dengan
tingkat kebutuhan saat ini telah menuntut teknologi jaringan untuk mengambangkan
suatu teknik baru yang dapat mengatasi masalah tersebut. Load balancing merupakan
salah satu teknik routing yang dapat memanfaatkan beberapa sumber daya untuk
dapat digunakan secara bersamaan. Ketika banyak permintaan dari pemakai maka
server tersebut akan terbebani karena harus melakukan proses pelayanan terhadap
permintaan pemakai. Solusi yang cukup bermanfat adalah dengan membagi-bagi
beban yang datang ke beberapa server, Jadi tidak berpusat ke salah satu perangkat
jaringan saja. Teknologi itulah yang disebut Teknologi Load Balancing. Dengan
Teknologi Load`Balancing maka dapat diperoleh keuntungan seperti menjamin
reabilitas servis, availabilitas dan skalabilitas suatu jaringan. Akan tetapi, ada
berbagai metode pula yang dapat digunakan, diantaranya metode NTH dan PCC load
balancing. Kajian ini bertujuan untuk membandingkan metode mana yang lebih baik,
sehingga sumber daya yang ada terpakai secara optimal.

BAB I

A. Pendahuluan
Dalam sistem paralel dan mendistribusikan lebih dari satu prosesor memproses
program paralel. Jumlah waktu proses yang diperlukan untuk melaksanakan
semua proses ditugaskan untuk prosesor disebut beban kerja prosesor. Sebuah
sistem komputer didistribusikan dengan puluhan atau ratusan komputer yang
terhubung dengan jaringan kecepatan tinggi memiliki banyak keuntungan
dibandingkan sistem yang memiliki komputer standalone yang sama. Sistem
terdistribusi menyediakan berbagi sumber daya sebagai salah satu keuntungan
utama, yang menyediakan kinerja yang lebih baik dan keandalan daripada
sistem tradisional lain dalam kondisi yang sama.
Lokal penjadwalan yang dilakukan oleh sistem operasi terdiri dari distribusi
proses untuk irisan waktu prosesor. Load balancing adalah klasifikasi lebih
lanjut penjadwalan dinamis. Beban perjuangan berbagi untuk menghindari
negara unshared di prosesor yang tetap diam sementara tugas bersaing untuk
layanan di beberapa prosesor lain. Load balancing juga melakukan hal yang
sama namun ia pergi satu langkah di depan untuk berbagi beban dengan
mencoba untuk menyamakan beban pada semua prosesor.

B. Latar Belakang
Sering terjadi permasalahan pada jaringan komputer antara lain data yang
dikirimkan lambat, rusak dan bahkan tidak sampai ke tujuan. Komunikasi
sering mengalami time-out, hingga masalah keamanan. Selain itu terdapat 2
modem yang tidak terpakai secara optimal, sehingga akses internet tidak
maksimal.Oleh sebab itu, jaringan komputer memerlukan sebuah router,

yaitu alat yang berfungsi sebagai pengatur jalur lalu-lintas data sehingga
tepat pada sasarannya.Router mampu menjawab tantangan daripada
permasalahan jaringan komputer itu sendiri. Dengan berbagai fasilitas
yang dimiliki router, maka komunikasi pada jaringan komputer dapat
berjalan dengan baik.
Namun, harga router tidak murah, hal ini sesuai dengan kinerja yang
dihasilkan dari router itu sendiri. Hingga ditemukannya sebuah solusi yaitu
Sistem Operasi yang dikhususkan untuk networking, yaitu MikroTik Router
OS yang terbukti murah dan handal dalam melakukan kerjanya sebagai
router. Banyak digunakan di ISP sebagai Limit bandwidth, router pada
warnet, Gateway pada Kantor, hingga pada kafe sebagai hotspot.
Penanganan dan perawatan sebuah jaringan komputer dilingkungan suatu
organisasi/instansi sering menghadapi masalah. Masalah-masalah tersebut
biasanya terletak pada masalah keamanan, masalah keandalan, ketersediaan
dan skalabilitas jaringan komputer. Untuk merealisasikan penggunaan jaringan
komputer yang dapat mengimplementasikan seluruh aplikasi berbasis web perlu
adanya penyesuaian infrastruktur sesuai kebutuhan. Implementasi seluruh
aplikasi berbasis web diperkirakan membutuhkan sebuah konfigurasi server
yang

handal

dan

juga

dapat

mengantisipasi

kebutuhan

masa

depan.

Implementasi sistem jaringan komputer yang akan dilaksanakan di lingkungan


suatu organisasi akan menjadi suatu prototipe sistem jaringan komputer untuk
organisasi lainnya.
Dengan jumlah pengguna jaringan komputer berjumlah lebih dari 1000 orang
yang akan menggunakan fasiltas aplikasi layanan berbasis web maka dibutuhkan
sebuah konfigurasi server yang handal. Selain sisi konfigurasi hardware yang
menjadi pertimbangan agar server nanti andal maka terdapat layanan-layanan
yang ada pada server harus bisa mengantisipasi pengaksesan aplikasi berbasis
web tersebut secara simultan dan mempunyai frekuensi yang sanga tinggi.
Untuk itu akan diimplementasikan layanan Load Balancing yang dapat

meningkatkan keandalan aplikasi berbasis web dan sistem jaringan komputer.


Sebelum hal tersebut dilakukan maka infrastruktur jaringan komputer untuk
lingkungan suatu organisasi/instansi harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk menyelesaikan masalah ini maka dilakukannya konfigurasi Load Balancing
Pada Sistem Jaringan Komputer.

C. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada materi
kuliah Aplikasi Jaringan Komputer I. Pembahasan lebih dikhususkan pada
Mengimplementasikan load balancing untuk mengoptimalkan jaringan
D. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas ujian mid semester mata kuliah
Aplikasi Jaringan I di STMIK Widya Utama Purwokerto.
E. Manfaat
a.

Mahasiswa

dapat

menambah

pengetahuannya

tentang

mengimplementasikan load balancing untuk mengoptimalkan jaringan.


b.

Mahasiswa dapat menambah pengetahuan yang lebih tentang teknik untuk


mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara
seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput,
memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur
koneksi.

c.

Makalah ini adalah merupakan sarana untuk mengembangkan dan


mengimplementasikan teori dan ilmu pengetahuan yang didapatkan dalam
mata kuliah Aplikasi Jaringan Komputer I di STMIK Widya Utama Purwokerto.
BAB II

A. Tinjauan Pustaka
Load balance pada mikrotik adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik
pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan
optimal, memaksimalkan

throughput, memperkecil waktu tanggap dan

menghindari overload pada salah satu jalur koneksi. Selama ini banyak dari kita
yang beranggapan salah, bahwa dengan menggunakan loadbalance dua jalur
koneksi , maka besar bandwidth yang akan kita dapatkan menjadi dua kali lipat
dari bandwidth sebelum menggunakan loadbalance (akumulasi dari kedua
bandwidth tersebut). Hal ini perlu kita perjelas dahulu, bahwa loadbalance
tidak akan menambah besar bandwidth yang kita peroleh, tetapi hanya
bertugas untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat
terpakai secara seimbang.
Load balance pada mikrotik adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik
pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan
optimal, memaksimalkan

throughput, memperkecil waktu tanggap dan

menghindari overload pada salah satu jalur koneksi.


Selama ini banyak dari kita yang beranggapan salah, bahwa dengan
menggunakan loadbalance dua jalur koneksi , maka besar bandwidth yang akan
kita dapatkan menjadi dua kali lipat dari bandwidth sebelum menggunakan
loadbalance (akumulasi dari kedua bandwidth tersebut). Hal ini perlu kita
perjelas dahulu, bahwa loadbalance tidak akan menambah besar bandwidth
yang kita peroleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari kedua
bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara seimbang . (ferdi, 2010)

BAB III
A. Pengertian Load Balancing

Load Balancing adalah sebuah konsep yang gunanya untuk menyeimbangkan


beban atau muatan pada infrastruktur Teknologi Informasi sebuah perusahaan/
instansi. Agar seluruh departemen/ bagian dapat memanfaatkan secara
maksimal dan optimal yang berfungsi menggabungkan beberapa line Internet
Service Provider. Jaringan sangat penting bila skala dalam jaringan komputer
makin besar demikian juga traffic data yang ada dalam jaringan komputer
makin lama makin tinggi. Load balancing atau penyeimbangan beban dalam
jaringan sangat penting bila skala dalam jaringan komputer makin besar
demikian juga traffic data yang ada dalam jaringan komputer makin lama
makin tinggi.
Layanan Load Balancing memungkinkan pengaksesan sumber daya dalam
jaringan didistribusikan ke beberapa host lainnya agar tidak terpusat sehingga
unjuk kerja jaringan komputer secara keseluruhan bisa stabil. Ketika sebuah
sebuah server sedang diakses oleh para pengguna, maka sebenarnya server
tersebut sebenarnya sedang terbebani karena harus melakukan proses
permintaan kepada para penggunanya. Jika penggunanya banyak maka
prosesnyapun banyak. Session-session komunikasi dibuka oleh server tersebut
untuk memungkinkan para pengguna menerima servis dari server tersebut. Jika
satu server saja terbebani, tentu server tersebut tidak bisa banyak melayani
para penggunanya karena kemampuan melakukan processing ada batasnya.
Solusi yang paling ideal adalah dengan membagi-bagi beban yang datang ke
beberapa server. Jadi yang melayani pengguna tidak hanya terpusat pada satu
perangkat saja. Teknik ini disebut Teknik Load Balancing.

Adapun manfaat dari Load Balancing :


a.

Menjamin Reliabilitias layanan berarti kepercayaan terhadap sebuah


sistem untuk dapat terus melayani pengguna dengan sebaik-baiknya.
Jaminan realibilitas memungkinkan pengguna dapat melakukan pekerjaan
sebaik-baiknya dengan lancar melalui layanan tersebut.

b.

Skalabilitas dan ketersediaan Jika dalam sebuah jaringan komputer jika


hanya terdapat satu buah server mempunyai pengertian terdapat satu titik
masalah. Seandainya tiba-tiba server itu mati maka layanan terhadap
pengguna akan terganggu. Dengan melakukan penambahan server dan
membentuk server farm maka skalabilitas akan meningkat dan selain itu
faktor ketersediaan juga akan meningkat.

B. Metode Load Balancing


Berikut metode-metode dalam Load Balancing :
a.

Load`Balancing dengan Hardware / Switch


Sistem Load Balancing jenis ini diciptakan dengan menggunakan bantuan
sebuah chip khusus yang sering disebut ASICS. ASICS berwujud sebuah
microprocessor khusus yang hanya memproses algoritma dan perhitungan
spesifik sehingga performa Load Balancing cukup handal karena hanya
perhitungan dan logika Load Balancing saja yang dioptimasi didalamnya.
Load Balancing jenis ini umumnya berwujud sebuah switch. Kelemahannya
karena interfacenya yang kurang user friendly dan tingkat fleksibilitas
perangkat juga rendah karena sebagian besar inteligennya sudah tertanam
didalam hardware.

b. Load`Balancing dengan Software


Keuntungan yang paling menonjol menggunakan metode ini adalah : tingkat
kemudahan pemakaian yang lebih user friendly. Keuntungan lain jika ada
penambahan

fitur

atau

fasilitas

tambahan

tidak

perlu

mengganti

keseluruhan perangkat load balancing. Performa proses load balancing


dipengaruhi oleh prangkat komputer yang digunakan, tidak bisa hanya
mengandalkan kemampuan software yang canggih saja. Perangkat keras
yang dapat mempengaruhi performa metode ini adalah kartu jaringan yang
digunakan, besarnya RAM pada perangkat, media penyimpanan yang besar
dan cepat, dsb. Sehingga performa metode ini sulit untuk bisa diperkirakan.
b.

Load Balancing dengan perangkat perpaduan Hardware dan Software

Hardware yang dioptimasi dan diisi dengan platform berbasis Linux atau BSD
yang dioptimisasi adalah konfigurasi yang biasanya digunakan untuk
menjalankan software utama load balancing. Fleksibilitas yang luar biasa
didapatkan mulai dari menggunakan hardware yang selalu up to date sampai
dengan menggunakan operating system dengan patch terbaru. Sehingga
waktu guna dari perangkat ini dapat lebih panjang daripada sebuah switch
khusus yang tidak fleksibel. Solusi ini tentunya jauh lebih murah
dibandingkan dengan solusi hardware khusus atau solui software saja.
C. Algoritma dalam Load Balancing
Berikut algoritma dalam load balancing :
a)

Round Robin and Random Algorithms


Pada algoritma Round Robin and Random proses dibagi secara merata antara
semua prosesor. Setiap proses baru yang ditugaskan untuk prosesor baru
untuk putaran robin. Urutan proses alokasi dipertahankan pada setiap
prosesor lokal independen dari alokasi dari prosesor. Dengan algoritma round
robin sama beban kerja diharapkan untuk bekerja dengan baik. Round Robin
dan skema Acak bekerja dengan baik dengan jumlah proses lebih besar dari
jumlah prosesor .
Keuntungan dari algoritma Round Robin adalah bahwa hal itu tidak
memerlukan komunikasi antarproses. Round Robin dan algoritma Acak
keduanya bisa mencapai kinerja terbaik di antara semua algoritma load
balancing untuk aplikasi tertentu tujuan khusus. Dalam Robin Round umum
dan Acak tidak diharapkan untuk mencapai kinerja yang baik dalam kasus
umum.

b)

Algorithm Middle Manager


Dalam algoritma ini , prosesor pusat memilih host untuk proses baru.
Prosesor minimal dimuat tergantung pada beban keseluruhan yang dipilih
ketika proses dibuat. Load manajer memilih host untuk proses baru sehingga
beban prosesor menegaskan ke tingkat yang sama sebanyak mungkin. Dari

informasi tangan di manajer sistem pembebanan beban negara pusat


membuat load balancing penghakiman. Informasi ini diperbarui oleh
prosesor remote, yang mengirim pesan setiap kali beban pada mereka
perubahan. Informasi ini dapat bergantung pada menunggu proses induk
penyelesaian proses anak-anaknya, akhir eksekusi paralel Manajer load load
balancing membuat keputusan berdasarkan informasi beban sistem,
sehingga keputusan terbaik ketika proses dibuat. Tingginya tingkat
komunikasi antar-proses yang bisa membuat negara bottleneck. Algoritma
ini diharapkan untuk melakukan lebih baik daripada aplikasi paralel,
terutama bila kegiatan dinamis diciptakan oleh
host yang berbeda.
c)

Threshold Algorithm
Menurut algoritma ini, proses ditugaskan segera setelah penciptaan ke host.
Host untuk proses baru dipilih secara lokal tanpa mengirim pesan jarak
jauh. Setiap prosesor menyimpan salinan pribadi dari beban sistem. Beban
prosesor bisa mencirikan oleh salah satu dari tiga tingkatan: underloaded,
medium dan Overloaded. Dua parameter ambang tunder dan Tupper dapat
digunakan untuk menggambarkan level.
Pada awalnya, semua prosesor dianggap berada di bawah dimuat. Ketika
keadaan beban prosesor melebihi batas tingkat beban, maka mengirimkan
pesan tentang negara beban baru untuk semua prosesor terpencil, secara
teratur memperbarui mereka untuk keadaan beban aktual dari seluruh
sistem. Jika negara lokal tidak kelebihan beban maka proses dialokasikan
secara lokal. Jika tidak, remote di bawah prosesor dimuat dipilih, dan jika
tidak ada tuan rumah tersebut terjadi, prosesnya juga dialokasikan secara
lokal. Algoritma Ambang batas memiliki proses komunikasi yang rendah
antar dan sejumlah besar alokasi proses lokal. Kemudian menurunkan
alokasi overhead proses remote dan overhead dari pengaksesan memori
jauh, yang menyebabkan peningkatan kinerja.

Kelemahan dari algoritma ini adalah bahwa semua proses dialokasikan


secara lokal ketika semua prosesor terpencil kelebihan beban. Sebuah
beban pada satu prosesor kelebihan beban bisa jauh lebih tinggi dari pada
prosesor kelebihan beban lain, menyebabkan gangguan signifikan dalam
load balancing, dan meningkatkan waktu eksekusi sebuah aplikasi Dinamis
d) Central Queue Algorithm
Central Queue Algorithm bekerja pada prinsip distribusi dinamis. Ini pusat
kegiatan baru dan permintaan yang tidak terpenuhi sebagai antrian FIFO
pada host utama. Setiap aktivitas baru tiba di queue manager dimasukkan
ke dalam antrian. Kemudian, setiap kali permintaan untuk kegiatan diterima
oleh manajer antrian, ia bisa menghilangkan kegiatan pertama dari antrian
dan mengirimkannya ke pemohon. Jika tidak ada kegiatan siap dalam
antrian, permintaan buffer, sampai aktivitas baru tersedia. Jika aktivitas
baru tiba di queue manager sementara ada terjawab permintaan dalam
antrian, permintaan pertama yang akan dihapus dari antrian dan kegiatan
baru yang ditugaskan untuk itu.
Ketika beban prosesor berada di bawah ambang batas, manajer beban lokal
mengirim permintaan untuk aktivitas baru kepada manajer beban pusat.
Manajer beban pusat menjawab permintaan segera jika suatu aktivitas siap
ditemukan dalam antrian proses-permintaan, atau antrian permintaan
sampai aktivitas baru tiba.
e)

Local Queue Algorithm


Fitur utama dari algoritma ini adalah dukungan proses migrasi dinamis. Ide
dasar dari algoritma antrian lokal alokasi statis dari semua proses baru
dengan proses migrasi yang diprakarsai oleh tuan rumah pada saat beban
yang berada di bawah ambang batas, adalah parameter yang ditetapkan
pengguna dari algoritma.
Parameter yang mendefinisikan jumlah minimal proses siap manajer beban
upaya untuk memberikan pada setiap prosesor. Awalnya, proses-proses baru
yang dibuat pada host utama dialokasikan pada semua host di bawah
dimuat. Jumlah kegiatan paralel yang diciptakan oleh paralel pertama

membangun pada host utama biasanya cukup untuk alokasi pada semua host
remote. Sejak saat itu, semua proses dibuat pada host utama dan semua
host lainnya dialokasikan secara lokal.
Ketika tuan rumah yang mendapat di bawah dimuat, manajer beban lokal
berusaha untuk mendapatkan beberapa proses dari host remote. Ini secara
acak mengirimkan permintaan dengan jumlah proses siap lokal untuk
manajer beban terpencil. Ketika seorang manajer beban menerima
permintaan seperti itu, hal itu membandingkan nomor lokal proses siap
dengan jumlah yang diterima. Jika yang pertama lebih besar dari yang
terakhir, maka beberapa proses yang berjalan dipindahkan ke pemohon dan
konfirmasi afirmatif dengan jumlah proses yang ditransfer dikembalikan.
Parameter algoritma load balancing
Kinerja algoritma load balancing berbagai diukur dengan parameter berikut :
a)

Overload Rejection
Jika Load Balancing tidak tindakan overload mungkin diperlukan tambahan
penolakan. Ketika situasi overload berakhir maka langkah-langkah overload
pertama penolakan dihentikan. Setelah periode penjaga singkat Load
Balancing juga ditutup.

b)

Fault Toleran
Parameter ini memberikan bahwa algoritma dapat mentolerir kesalahan
berliku-liku atau tidak. Hal ini memungkinkan algoritma untuk terus
beroperasi dengan benar dalam hal kegagalan beberapa. Jika kinerja
menurun algoritma, menurunkan sebanding dengan keseriusan kegagalan,
bahkan kegagalan kecil dapat menyebabkan kegagalan total load balancing.

c)

Forecasting Accuracy
Peramalan adalah derajat kesesuaian hasil dihitung ke nilai sebenarnya yang
akan dihasilkan setelah eksekusi. Algoritma statis memberikan tingkat
akurasi yang lebih dari algoritma yang dinamis seperti dalam asumsi yang
paling bekas dibuat selama waktu kompilasi dan di kemudian ini dilakukan
selama eksekusi.

d) Stabilitas
Stabilitas bisa dicirikan dalam hal penundaan dalam transfer informasi
antara prosesor dan keuntungan dalam algoritma load balancing dengan
mendapatkan performa yang lebih cepat dengan jumlah waktu tertentu.
e)

Sentralisasi atau Desentralisasi


Skema terpusat menyimpan informasi global di node yang ditunjuk. Semua
nodepengirim atau penerima mengakses node yang ditunjuk untuk
menghitung jumlah beban-transfer dan juga untuk memeriksa bahwa tugas
harus dikirim atau diterima dari. Dalamload balancing didistribusikan, setiap
node menjalankan keseimbangan secara terpisah.Node menganggur dapat
memperoleh beban selama runtime dari antrian global bersama proses.

D. Load Balancing dalam Windows 2000 Advanced Server


Jika dalam sebuah jaringan komputer sudah terinstall dalam komputer servers
sistem operasi Windows 2000 Advanced Server maka tentunya dapat diinstall
juga layanan Load Balancing yang dapat membuat sebuah jaringan tersebut
dapat diperluas (skalabilitas), dapat diandalkan, dan selalu tersedia untuk
melayani

pengguna.

Dapat

diperluas

berarti

sebuah

jaringan

dapat

menambahkan infrastruktur seperti menambah domain baru, komponen sistem


lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Dalam penggunaan jaringan komputer tentunya terdapat aplikasi yang
mendukung optimalisasi penggunaan jaringan komputer dan salah satunya
adalah Aplikasi Kolaborasi yang berjalan dalan jaringan komputer. Aplikasi ini
dimaksudkan agar pengguna dapat melakukan kolaborasi dalam pekerjaan
melalui penggunaan jaringan komputer dan tentunya didalamnya terdapat
layanan pengiriman pesan (email) yang menjadi dasar dalam berkolaborasi.
Aplikasi kolaborasi ini biasanya bisa dikembangkan untuk membuat atau
mengatur sebuah pekerjaan bisa berjalan lebih efektif dan efisien tanpa harus
mempertimbangkan lokasi dari anggota kelompok yang berkolaborasi tersebut.

Dari sisi pembebanan penggunaan aplikasi ini cukup menyita sumber daya
dalam jaringan komputer seperti bandwidth, memory setiap host dan traffic.
Untuk Operating System menggunakan Windows 2000 Advanced Server Service
Pack 2 yang mendukung Load Balancing dan Cluster Service. Sedangkan untuk
Application terdiri dari sebagai berikut:
Microsoft Exchange 2000 ASP
Internet Information Service
Microsoft Terminal Service
Dari fitur operating sistem yang digunakan adalah sebagai berikut:
DNS
Active Directory
Load Balancing dan Cluster Service
Protocol TCP/IP
Khusus protocol TCP/IP, pengalamatan setiap host/client menggunakan alamat
statis tidak dinamik dengan pertimbangan jumlah titik jaringan yang terkoneksi
masih sedikit. Komputer server khususnya untuk akses jaringan komputer
menggunakan network adapter Fast Ethernet dengan speed 100Mbps. Network
processor yang digunakan adalah Switch dengan pertimbangan keandalan dan
kecepatan akses serta manajemen.

E. Contoh Konfigurasi Load Balancing


Berikut contoh konfigurasi load balancing :
a)

Konfigurasi Dasar
Berikut ini adalah Topologi Jaringan dan IP address yang akan kita gunakan

Gambar 1

/ip address
add address=192.168.101.2/30 interface=ether1
add address=192.168.102.2/30 interface=ether2
add address=10.10.10.1/24 interface=wlan2
/ip dns
set allow-remote-requests=yes primary-dns=208.67.222.222 secondary-dns=208.67.220.220

Untuk koneksi client, kita menggunakan koneksi wireless pada wlan2 dengan
range IP client 10.10.10.2 s/d 10.10.10.254 netmask 255.255.255.0, dimana IP
10.10.10.1 yang dipasangkan pada wlan2 berfungsi sebagai gateway dan dns
server dari client. Jika anda menggunakan DNS dari salah satu isp anda, maka
akan ada tambahan mangle.
Setelah pengkonfigurasian IP dan DNS sudah benar, kita harus memasangkan
default route ke masing-masing IP gateway ISP kita agar router meneruskan
semua trafik yang tidak terhubung padanya ke gateway tersebut. Disini kita
menggunakan fitur check-gateway berguna jika salah satu gateway kita putus,
maka koneksi akan dibelokkan ke gateway lainnya.
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 distance=1 check-gateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 distance=2 check-gateway=ping

Untuk pengaturan Access Point sehingga PC client dapat terhubung dengan


wireless kita, kita menggunakan perintah
/interface wireless
set wlan2 mode=ap-bridge band=2.4ghz-b/g ssid=Mikrotik disabled=no

Agar pc client dapat melakukan koneksi ke internet, kita juga harus merubah IP
privat client ke IP publik yang ada di interface publik kita yaitu ether1 dan
ether2.
/ip firewall nat
add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether1
add action=masquerade chain=srcnat out-interface=ether2

Sampai langkah ini, router dan pc client sudah dapat melakukan koneksi
internet. Lakukan ping baik dari router ataupun pc client ke internet. Jika
belum berhasil, cek sekali lagi konfigurasi yang telah dibuat.
b)

Webproxy Internal
Pada routerboard tertentu, seperti RB450G, RB433AH, RB433UAH, RB800 dan
RB1100 mempunyai expansion slot (USB, MicroSD, CompactFlash) untuk storage
tambahan. Pada contoh berikut, kita akan menggunakan usb flashdisk yang
dipasangkan pada slot USB. Untuk pertama kali pemasangan, storage tambahan
ini akan terbaca statusnya invalid di /system store. Agar dapat digunakan
sebagai media penyimpan cache, maka storage harus diformat dahulu dan
diaktifkan Nantinya kita tinggal mengaktifkan webproxy dan set cache-ondisk=yes untuk menggunakan media storage kita. Jangan lupa untuk
membelokkan trafik HTTP (tcp port 80) kedalam webproxy kita.
/store disk format-drive usb1
/store
add disk=usb1 name=cache-usb type=web-proxy
activate cache-usb

/ip proxy
set cache-on-disk=yes enabled=yes max-cache-size=200000KiB port=8080
/ip firewall nat
add chain=dstnat protocol=tcp dst-port=80 in-interface=wlan2 action=redirect to-ports=8080

c)

Pengaturan Mangle
Pada loadbalancing kali ini kita akan menggunakan fitur yang disebut PCC (Per
Connection Classifier). Dengan PCC kita bisa mengelompokan trafik koneksi
yang melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok.
Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan src-address, dst-address, srcport dan atau dst-port. Router akan mengingat-ingat jalur gateway yang
dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket selanjutnya yang
masih berkaitan dengan koneksi awalnya akan dilewatkan pada jalur gateway
yang sama juga. Kelebihan dari PCC ini yang menjawab banyaknya keluhan
sering putusnya koneksi pada teknik loadbalancing lainnya sebelum adanya PCC
karena

perpindahan

gateway.

Sebelum membuat mangle loadbalance, untuk mencegah terjadinya loop


routing pada trafik, maka semua trafik client yang menuju network yang
terhubung langsung dengan router, harus kita bypass dari loadbalancing. Kita
bisa membuat daftar IP yang masih dalam satu network router dan memasang
mangle pertama kali sebagai berikut
/ip firewall address-list
add address=192.168.101.0/30 list=lokal
add address=192.168.102.0/30 list=lokal
add address=10.10.10.0/24 list=lokal
/ip firewall mangle
add action=accept chain=prerouting dst-address-list=lokal in-interface=wlan2 comment=trafik lokal
add action=accept chain=output dst-address-list=lokal

Pada kasus tertentu, trafik pertama bisa berasal dari Internet, seperti
penggunaan remote winbox atau telnet dari internet dan sebagainya, oleh

karena itu kita juga memerlukan mark-connection untuk menandai trafik


tersebut agar trafik baliknya juga bisa melewati interface dimana trafik itu
masuk
/ip firewall mangle

add action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark in-interface=ether1 new-connection-m

add action=mark-connection chain=prerouting connection-mark=no-mark in-interface=ether2 new-connection-m

Umumnya, sebuah ISP akan membatasi akses DNS servernya dari IP yang hanya
dikenalnya, jadi jika anda menggunakan DNS dari salah satu ISP anda, anda
harus menambahkan mangle agar trafik DNS tersebut melalui gateway ISP yang
bersangkutan bukan melalui gateway ISP lainnya. Disini kami berikan mangle
DNS ISP1 yang melalui gateway ISP1. Jika anda menggunakan publik DNS
independent, seperti opendns, anda tidak memerlukan mangle dibawah ini.
/ip firewall mangle

add action=mark-connection chain=output comment=dns dst-address=202.65.112.21 dst-port=53 new-connection

add action=mark-connection chain=output dst-address=202.65.112.21 dst-port=53 new-connection-mark=dns pas


add action=mark-routing chain=output connection-mark=dns new-routing-mark=route-to-isp1 passthrough=no

Karena kita menggunakan webproxy pada router, maka trafik yang perlu kita
loadbalance ada 2 jenis. Yang pertama adalah trafik dari client menuju internet
(non HTTP), dan trafik dari webproxy menuju internet. Agar lebih terstruktur
dan mudah dalam pembacaannya, kita akan menggunakan custom-chain
sebagai berikut :
/ip firewall mangle

add action=jump chain=prerouting comment=lompat ke client-lb connection-mark=no-mark in-interface=wlan


add action=jump chain=output comment=lompat ke lb-proxy connection-mark=no-mark out-interface=!wlan2

Pada mangle diatas, untuk trafik loadbalance client pastikan parameter ininterface adalah interface yang terhubung dengan client, dan untuk trafik
loadbalance webproxy, kita menggunakan chain output dengan parameter outinterface yang bukan terhubung ke interface client. Setelah custom chain untuk

loadbalancing dibuat, kita bisa membuat mangle di custom chain tersebut


sebagai berikut
/ip firewall mangle

add action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp1 passthrough=

add action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp1 passthrough=

add action=mark-connection chain=client-lb dst-address-type=!local new-connection-mark=to-isp2 passthrough=


add action=return chain=client-lb comment=akhir dari loadbalancing
/ip firewall mangle

add action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp1 passth

add action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp1 passth

add action=mark-connection chain=lb-proxy dst-address-type=!local new-connection-mark=con-from-isp2 passth


add action=return chain=lb-proxy comment=akhir dari loadbalancing

Untuk contoh diatas, pada loadbalancing client dan webproxy menggunakan


parameter pemisahan trafik pcc yang sama, yaitu both-address, sehingga router
akan mengingat-ingat berdasarkan src-address dan dst-address dari sebuah
koneksi. Karena trafik ISP kita yang berbeda (512kbps dan 256kbps), kita
membagi beban trafiknya menjadi 3 bagian. 2 bagian pertama akan melewati
gateway ISP1, dan 1 bagian terakhir akan melewati gateway ISP2. Jika masingmasing trafik dari client dan proxy sudah ditandai, langkah berikutnya kita
tinggal membuat mangle mark-route yang akan digunakan dalam proses routing
nantinya
/ip firewall mangle

add action=jump chain=prerouting comment=marking route client connection-mark=!no-mark in-interface=wla

add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 passthrou

add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=to-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 passthrou

add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp1 new-routing-mark=route-to-isp1 pas

add action=mark-routing chain=route-client connection-mark=con-from-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 pas


add action=return chain=route-client disabled=no
/ip firewall mangle

add action=mark-routing chain=output comment=marking route proxy connection-mark=con-from-isp1 new-ro

add action=mark-routing chain=output connection-mark=con-from-isp2 new-routing-mark=route-to-isp2 out-inte

d) Pengaturan Routing
Pengaturan mangle diatas tidak akan berguna jika anda belum membuat
routing berdasar mark-route yang sudah kita buat. Disini kita juga akan
membuat routing backup, sehingga apabila sebuah gateway terputus, maka
semua koneksi akan melewati gateway yang masing terhubung
/ip route
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=1
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp1 distance=2
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.102.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=1
add check-gateway=ping dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.101.1 routing-mark=route-to-isp2 distance=2

e)

Pengujian
Dari hasil pengujian, didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 2

Dari gambar terlihat, bahwa hanya dengan melakukan 1 file download (1


koneksi), kita hanya mendapatkan speed 56kBps (448kbps) karena pada
saat itu melewati gateway ISP1, sedangkan jika kita mendownload file

(membuka koneksi baru) lagi pada web lain, akan mendapatkan 30kBps
(240kbps). Dari pengujian ini terlihat dapat disimpulkan bahwa
512kbps + 256kbps 768kbps
Loadbalancing menggunakan teknik pcc ini akan berjalan efektif dan
mendekati seimbang jika semakin banyak koneksi (dari client) yang
terjadi. Gunakan ISP yang memiliki bandwith FIX bukan Share untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal. Load Balance menggunakan PCC
ini bukan selamanya dan sepenuhnya sebuah solusi yang pasti berhasil
baik di semua jenis network, karena proses penyeimbangan dari traffic
adalah berdasarkan logika probabilitas.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Load balancing atau penyeimbangan beban dalam jaringan sangat penting


bila skala dalam jaringan komputer makin besar demikian juga traffic data
yang ada dalam jaringan komputer makin lama makin tinggi.
2. Layanan Load Balancing dimungkinkan pengaksesan sumber daya dalam
jaringan didistribusikan ke beberapa host lainnya agar tidak terpusat
sehingga unjuk kerja jaringan komputer secara keseluruhan bisa stabil.
3. Dengan menggunakan metode load balancing maka merupakan solusi yang
tepat dan efektif untuk menangani beban server yang sibuk.
4. Dengan menggunakan metode load balancing maka jalannya sebuah aplikasi
lebih terjamin dalam melayani para pengguna aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ferdi

Risky,

Mei

2010,

Konsep

Load

Balancing

dan

Manfaatnya,

http://ferdisky.blogspot.com/2010/05/konsep-load-balancing-dan-manfaatnya.html,
diakses 11 Juni 2012.
Pujo Dewobroto, 2012, Load Balance menggunakan Metode PCC,
http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=34 diakses 11 Juni 2012
Allan Leinword & Karen Fang Conroy, Netwok Management, A Practical Persepective,
Addison Wesley, New York, 1996.
Andrew S. Tanenbaum, Computer Network, 3 rd Edition, Prentice Hall, New Jersey,
1996.
Drew Heywood, Konsep dan Penerapan Microsoft TCP/IP, Andi Offset, Yogyakarta,
1999.
William Stalling, Komunikasi Data dan Komputer: Jaringan Komputer, Salemba
Teknika, Jakarta, 2000.

Mikrotik Load Balancing 2 ISP Dengan PCC

Mikrotik memperkenankan anda untuk melakukan load balancing dan failover antara 2 ISP
dengan menggunakan Per Connection Classifier (PCC). Dengan metode ini, anda dapat dengan
mudah menggabungkan 2 akses internet didalam sebuah routerboard dan menggunakannya untuk
warnet atau hotspot yang anda kelola.
Contoh penggunaan load balancing / failover :

Untuk melakukan load balancing dengan PCC gunakan script dibawah ini :
/ip address
add address=192.168.0.1/24 network=192.168.0.0 broadcast=192.168.0.255
interface=LAN
add address=10.111.0.2/24 network=10.111.0.0 broadcast=10.111.0.255
interface=ISP1
add address=10.112.0.2/24 network=10.112.0.0 broadcast=10.112.0.255
interface=ISP2

/ip firewall mangle


add chain=prerouting dst-address=10.111.0.0/24 action=accept in-interface=LAN
add chain=prerouting dst-address=10.112.0.0/24 action=accept in-interface=LAN
add chain=prerouting in-interface=ISP1 connection-mark=no-mark action=markconnection \
new-connection-mark=ISP1_conn
add chain=prerouting in-interface=ISP2 connection-mark=no-mark action=markconnection \
new-connection-mark=ISP2_conn
add chain=prerouting in-interface=LAN connection-mark=no-mark dst-addresstype=!local \
per-connection-classifier=both-addresses:2/0 action=mark-connection newconnection-mark=ISP1_conn
add chain=prerouting in-interface=LAN connection-mark=no-mark dst-addresstype=!local \
per-connection-classifier=both-addresses:2/1 action=mark-connection newconnection-mark=ISP2_conn
add chain=prerouting connection-mark=ISP1_conn in-interface=LAN action=markrouting \
new-routing-mark=to_ISP1
add chain=prerouting connection-mark=ISP2_conn in-interface=LAN action=markrouting \
new-routing-mark=to_ISP2
add chain=output connection-mark=ISP1_conn action=mark-routing new-routingmark=to_ISP1
add chain=output connection-mark=ISP2_conn action=mark-routing new-routingmark=to_ISP2
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0
add dst-address=0.0.0.0/0

gateway=10.111.0.1 routing-mark=to_ISP1 checkgateway=10.112.0.1 routing-mark=to_ISP2 checkgateway=10.111.0.1 distance=1 check-gateway=ping


gateway=10.112.0.1 distance=2 check-gateway=ping

/ip firewall nat


add chain=srcnat out-interface=ISP1 action=masquerade
add chain=srcnat out-interface=ISP2 action=masquerade

Penjelasan
IP Address
Set IP address untuk interface mikrotik yang mengarah ke ISP yaitu10.111.0.2/24 dan
10.112.0.2/24, sedangkan IP
LAN menggunakan 192.168.0.1/24
/ip address
add address=192.168.0.1/24 network=192.168.0.0 broadcast=192.168.0.255
interface=LAN
add address=10.111.0.2/24 network=10.111.0.0 broadcast=10.111.0.255
interface=ISP1
add address=10.112.0.2/24 network=10.112.0.0 broadcast=10.112.0.255
interface=ISP2

Routing
/ip firewall mangle
add chain=prerouting dst-address=10.111.0.0/24
add chain=prerouting dst-address=10.112.0.0/24

action=accept in-interface=LAN
action=accept in-interface=LAN

Selanjutnya menentukan routing agar kita dapat memaksa akses internet yang keluar dan masuk
lewat gateway tertentu. Hal ini penting untuk kita lakukan agar tidak terjadi looping.
add chain=prerouting in-interface=ISP1 connection-mark=no-mark action=markconnection \
new-connection-mark=ISP1_conn
add chain=prerouting in-interface=ISP2 connection-mark=no-mark action=markconnection \
new-connection-mark=ISP2_conn

Lakukan penandaan akses yang keluar dan masuk agar tidak tertukar interface.
add chain=prerouting in-interface=LAN connection-mark=no-mark dst-addresstype=!local \
per-connection-classifier=both-addresses:2/0 action=mark-connection newconnection-mark=ISP1_conn
add chain=prerouting in-interface=LAN connection-mark=no-mark dst-addresstype=!local \
per-connection-classifier=both-addresses:2/1 action=mark-connection newconnection-mark=ISP2_conn

Action mark connection hanya berlaku pada chain output dan prerouting di mangle, akan tetapi
chain prerouting juga menangkap trafik yang masuk ke router itu sendiri, untuk mencegah hal
tersebut kita menggunakan dst-address-type=!local, dan dengan memanfaatkan fitur PCC, kita
dapat menandai akses data dalam 2 grup berdasarkan destination dan source address.
add chain=prerouting connection-mark=ISP1_conn in-interface=LAN action=markrouting \
new-routing-mark=to_ISP1
add chain=prerouting connection-mark=ISP2_conn in-interface=LAN action=markrouting \
new-routing-mark=to_ISP2
add chain=output connection-mark=ISP1_conn action=mark-routing new-routingmark=to_ISP1
add chain=output connection-mark=ISP2_conn action=mark-routing new-routingmark=to_ISP2

Tentukan interface keluar dan masuk data pada routerboard dengan routing mark. Tambahkan
juga route untuk setiap routing mark.
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.111.0.1 routing-mark=to_ISP1 checkgateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.112.0.1 routing-mark=to_ISP2 checkgateway=ping

Selanjutnya, buatlah skema failover


add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.111.0.1 distance=1 check-gateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.112.0.1 distance=2 check-gateway=ping

Dan terakhir, tambahkan rules masquerade pada NAT agar klien dapat terhubung ke internet
dengan baik
/ip firewall nat
add chain=srcnat out-interface=ISP1 action=masquerade
add chain=srcnat out-interface=ISP2 action=masquerade

Referensi:

Anda mungkin juga menyukai