Persoalan kemiskinan masih menjadi isu utama dalam konteks pembangunan nasional
dan daerah. Penanganan permasalahan kemiskinan memerlukan adanya keterpaduan
dalam pelaksanaan kebijakan dan program-program pembangunan di bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat. Penanggulangan
kemiskinan menjadi agenda prioritas yang harus ditangani secara terintegrasi yang
menunjukkan adanya keberpihakan pada masyarakat kurang mampu, serta memfasilitasinya
agar mampu memenuhi dan mengakses berbagai pelayanan kebutuhan masyarakat, guna
mengurangi penduduk miskin.
Jumlah Penduduk miskin Kabupaten Polewali Mandar masih relatif tinggi, Jika
mengacu pada data BPS, Pada tahun 2015 jumlah penduduk miskin mencapai 18,22 persen
dari total penduduk. Angka tersebut terus bergerak turun hingga menjadi 15,60 persen pada
tahun 2019 yang berarti bahwa baik jumlah maupun persentase penduduk miskin di
Kabupaten Polewali Mandar terus mengalami penurunan secara konsisten, setidaknya
selama kurun waktu tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Meskipun terjadi trend
Dengan memperhatikan kondisi ini dan dengan berbagai perkembangan yang terjadi
dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan, baik secara regional maupun nasional,
maka pemerintah Kabupaten Polewali Mandar merasa perlu untuk menyusun dokumen
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Tahun 2020-2024 yang akan
digunakan sebagai acuan kebijakan pembangunan daerah di bidang penanggulangan
kemiskinan. Dokumen SPKD akan dituangkan dalam RKPD Tahun 2021, Renja Perangkat
Daerah Tahun 2021 serta menjadi acuan dalam revisi RPJMD 2019-2024.
Bab I Pendahuluan, memuat uraian beberapa hal yang menjadi latar belakang,
maksud dan tujuan, landasan hukum, serta sistematika penulisan;
Bab II Kond is i Umum Daerah, berisi deskripsi mengenai kondisi umum
Kabupaten Polewali Mandar dari aspek geografi dan demografi yang berkaitan
dengan kondisi kemiskinan daerah;
Bab III Kondisi Kemiskinan Daerah, bab ini memuat definisi dan konsep
kemiskinan yang mengacu pada buku atau hasil sebuah kajian dan informasi
kemiskinan daerah dengan memanfaatkan sumber data yang akurat;
Kabupaten Polewali Mandar merupakan salah satu dari enam kabupaten yang berada
2
di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dengan luas wilayah darat ±2.022.30 Km dan luas
2 2
wilayah laut ±460 km , serta panjang garis pantai ±94,12 Km . Berdasarkan letak geografis,
Kabupaten Polewali Mandar berbatasan dengan:
2 Persentase Terhadap
No. Kecamatan Luas Area (Km ) Luas Kabupaten (%)
1 Tinambung 21,34 1,06
2 Balanipa 37,42 1,85
3 Limboro 47,55 2,35
4 Tubbi Taramanu 356,95 17,65
5 Alu 228,30 11,29
6 Campalagian 87,84 4,34
7 Luyo 156,60 7,74
8 Wonomulyo 72,82 3,60
9 Mapilli 91,75 4,54
10 Tapango 125,81 6,22
11 Matakali 57,62 2,85
12 Polewali 26,27 1,30
13 Binuang 123,00 6,10
14 Anreapi 124,62 6,16
15 Matangnga 234,92 11,62
16 Bulo 229,15 11,33
Kab. Polewali Mandar 2.022,30 100,00
Sumber Data : BPS Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Letak astronomis adalah letak suatu wilayah dilihat dari posisi garis bujur dan garis
lintang, garis bujur merupakan garis khayal/imajiner yang menghubungkan Kutub Selatan
dan Kutub Utara bumi (secara vertikal). Garis bujur membagi bumi menjadi 2 bagian besar
yaitu belahan bumi bagian Barat biasa disebut dengan Bujur Barat dan belahan bumi bagian
Timur biasa disebut dengan Bujur Timur. Kabupaten Polewali Mandar secara astronomis
0 0 0 0
terletak pada posisi 118 53' 57,55”-119 29' 33,31” Bujur Timur dan 03 4’ 7,83”-3 32' 3,79”
Lintang Selatan, untuk lebih jelasnya, letak astronomis per kecamatan dan ketinggian dari
permukaan laut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
c. Topografi
Klimatologi atau kondisi cuaca pada periode tertentu di Kabupaten Polewali Mandar,
Selama tahun 2019 di Kabupaten Polewali Mandar tercatat sebanyak 122 hari hujan dengan
curah hujan sebesar 1.240,7 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember
dengan jumlah hari hujan 13 hari dan curah hujan tertinggi pada bulan Maret sebanyak 208,5
mm. Sebaliknya, jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juli dengan jumlah hari hujan
4 hari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebanyak 14,4 mm. curah hujan
menurut bulan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Kawasan hutan produksi ialah kawasan hutan yang diperuntukkan sebagai kawasan
produksi hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya dan khususnya
untuk pembangunan, industri dan ekspor. Berdasarkan olahan Bappeda Litbang dan
• Pemanfaatan kawasan;
• Pemanfaatan jasa lingkungan;
• Pemanfaatan hasil hutan kayu;
• Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu;
• Pemungutan hasil hutan kayu; atau
• Pemungutan hasil hutan bukan kayu.
Adapun pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan produksi antara lain berupa:
2018 2019
Lahan Pertanian Lahan Pertanian
No Kecamatan Lahan Lahan
Lahan Bukan Bukan Jumlah Lahan Bukan Bukan Jumlah
Sawah Sawah Pertanian Sawah Sawah Pertanian
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 Tinambung 335 1.562 237 2.134 335 1.562 237 2.134
2 Balanipa - 2.375 1.367 3.742 - 3.413 329 3.742
3 Limboro 63 4.629 63 4.755 63 4.629 63 4.755
4 Tutar 600 34.076 1.019 35.695 600 34.076 1.019 35.695
5 Alu - 22.114 716 22.830 - 22.114 716 22.830
6 Campalagian 2.583 5.574 627 8.784 2.227 5.464 1.092,84 8.784
7 Luyo 1.899 13.603 158 15.660 1.899 13.603 158 15.660
8 Wonomulyo 3.340 2.643 1.299 7.282 3.340 2.978 1.299 7.617
9 Mapilli 2.992 5.164 1.019 9.175 2.992 5.164 1.019 9.175
10 Tapango 1.405 10.086 1.090 12.581 1.405 10.086 1.090 12.581
11 Matakali 2.100 3.104 558 5.762 2.100 3.104 558 5.762
12 Polewali 1.026 1.228 373 2.627 1.023 1.228 376 2.627
13 Binuang 1.231 9.040 2.063 12.334 1.231 9.040 2.063 12.334
14 Anreapi 409 11.373 680 12.462 409 11.373 680 12.462
15 Matangnga 341 22.637 514 23.492 341 22.637 514 23.492
16 Bulo 185 19.899 2.831 22.915 185 19.899 2.831 22.915
Jumlah 18.509 169.107 14.614 202.230 18.150 170.370 14.045 202.565
Sumber Data : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Tanaman
No 2015 2016 2017 2018 2019
Holtikultura
1 Belimbing/ Star Fuit 32,200 - 15,300 16,400 -
2 Kerbau/ Buffalo 1 12 2 23 -
Sumber Data : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Produksi (Ton/Tahun)
Jenis Komoditi
No.
Perikanan Andalan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Tuna 3.186,50 3.450,30 3.579,00 3.474,71 3.966,46
2 Cakalang 3.874,10 4.005,50 4.720,81 4.845,58 5.293,90
3 Tongkol 3.630,60 3.538,00 2.485,81 2.571,90 2.285,60
4 Telor Ikan Terbang 7,50 7,60 7,65 7,65 7,70
5 Layang 1.385,50 1.130,70 1.328,03 1.379,04 1.783,13
6 Kakap/Kerapu 241,50 284,30 200,61 228,34 304,90
7 Cumi-cumi 16,50 16,90 17,30 15,18 17,86
8 Udang Windu 1.402,30 996,00 972,87 976,44 993,29
9 Rumput Laut 1.191,50 1.191,50 1.316,00 1.276,43 1.289,89
10 Bandeng 9.215,30 10.400,00 9.735,00 9.669,83 9.156,86
Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
budidaya dan Rumput laut yaitu Hasil produksi perikanan Budidaya berupa
budidaya air tawar, budidaya tambak gambaran capaian selama lima tahun
terakhir (2015-2019) belum menujukkan peningkatan ditahun 2019. Demikian
dengan Produksi Rumput laut berupa produksi rumput laut basah dan produkdi
rumput laut kering, capaiannnya masih belum menunjukan peningkatan ditahun
2019 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, gambaran capaian capaian
secara keseluruhan produksi perikanan budidaya dan rumput laut di tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
2 Budidaya Tambak
4 Produksi Rumput Laut Basah (Ton) 12.360,00 10.301,00 1.472,00 11.487,00 11.609,00
5 Produksi Rumput Laut Kering (Ton) 1.236,00 1.030,00 1.430,00 1.276,33 1.289,89
Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Kabupaten Polewali Mandar pada tahun
2019 mencapai 442.576 jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, jumlah penduduk
Kabupaten Polewali Mandar meningkat sekitar 1,23 persen. Pertumbuhan penduduk
kabupaten Polewali Mandar menggunakan metode perhitungan dimana data penduduk pada
tahun 2010 merupakan hasil sensus, sedangkan data tahun sebelum dan sesudah 2010
merupakan data proyeksi.
Sumber Data : BPS, Sensus Penduduk (SP) 2010 dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035/BPS-
Statistics Indonesia
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB merupakan Indikator untuk
mengetahui a).pertumbuhan ekonomi suatu daerah; b). Bahan analisis tingkat kemakmuran
masyarakat dan tingkat perubahan barang dan jasa; c). Bahan analisis produktivitas secara
sektoral d). Alat kontrol dalam menentukan kebijakan pembangunan.
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun
dasar.Dengan berdasar pada harga konstan tahun 2010 trend perkembangan ekonomi
Selama kurun waktu 5 tahun di Kabupaten Polewali Mandar dari tahun 2015-2019 didominasi
oleh Pertanian, Kehutanan dan Perikanandengan nilai 5,46%-6,27%.Pada tahun 2019 sektor
penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami loncatan kenaikan dari tahun 2017
5,05% menjadi 9,09%. Hal ini merupakan kondisi positif karena secara signifikan memacu
pengusaha lokal untuk mengembangkan usaha yang lebih inovatif. Sebaliknya sektor
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor mengalami penurunan ,
dimana pada tahun 2017 sudah memiliki konstribusi sebesar 7,26% turun pada tahun 2019
menjadi 4,8%.
Tabel 2. 13 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kabupaten Polewali Mandar
Tahun 2015-2019 atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010
2. Pertambangan 159,54 8,05 176,57 10,67 190,3 7,78 204,81 7,63 213,43 4,97
dan Penggalian
3. Industri 492,41 11,80 507,36 3,04 545,02 7,42 594,87 9,15 637,43 7,35
Pengolahan
4. Pengadaan Listrik 4,89 8,96 5,52 13,02 5,91 7 6,29 6,44 6,86 8,99
dan Gas
5. Pengadaan Air, 12,04 8,58 12,15 0,88 13,78 13,42 14,88 7,97 16,17 8,7
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
6. Konstruksi 546,03 8,47 589,68 7,99 630,78 6,97 671,08 6,39 688,61 4,64
7. Perdagangan 1136,3 4,63 1194,36 5,11 1281,1 7,26 1359,66 6,13 1428,58 4,8
Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan 106,89 6,95 108,15 1,17 112,15 3,70 119,26 6,34 127,62 7,01
Pergudangan
9. Penyediaan 19,15 3,10 21,14 10,42 22,21 5,05 24,02 8,14 26,20 9,09
Akomodasi dan
Makan Minum
10. Informasi dan 373,33 10,46 411,67 10,27 452,04 9,81 486,15 7,55 529,66 8,95
Komunikasi
11. Jasa Keuangan 161,49 7,29 196,10 21,43 214,38 9,32 222,22 3,66 233,22 4,95
dan Asuransi
12. Real Estate 262,66 6,36 275,87 5,03 292 5,85 310,47 6,32 333,12 7,29
13. Jasa Perusahaan 8,37 9,05 8,81 5,25 9,23 4,76 9,67 4,68 10,62 9,92
14. Administrasi 536,6 13,78 583,09 8,66 598,6 2,66 640,72 7,04 673,46 5,11
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
15. Jasa Pendidikan 346,88 7,15 392,07 13,03 420,36 7,21 437,55 4,09 469,5 7,3
16. Jasa Kesehatan 177,83 8,18 199,31 12,08 213,14 6,94 229,94 7,88 240,26 4,49
dan Kegiatan
Sosial
17. Jasa Lainnya 161,01 6,20 175,93 9,26 190,69 8,39 202,20 6,04 224,54 11,05
PDRB 7254,31 7,11 7784,97 7,32 8355,34 7,33 8878,28 6,26 9392,37 6,17
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. PDRB menurut harga berlaku digunakan
untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi
suatu daerah.
Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku pertumbuhan riil ekonomi menurut
sektor mengalami peningkatan yang signifikan. Pada sektor Pertanian, kehutanan, dan
perikanan selalu mendominasi dari tahun 2015-2019 dengan nilai lebih dari 3 milyar . Namun
demikian sampai dengan tahun 2019 peningkatannya sangat kecil dengan nilai Rp. 5415,1
milyar atau konstribusi sebesar 40, 51% sementara pada tahun 2015sudah memiliki nilai
sebesar Rp 3.780, 07 milyar atau konstribusi sebesar 40,33%. Sektor perdaganganBesar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor menempati urutan kedua dengan kontribusi
dari tahun 2015-2019 sebesar 15,51%-15,32%. seperti pada tabel 2.20
2018
Lapangan 2015 2016 2017 2019
No.
Usaha
Rp.(Milyar) % Rp.(Milyar) % Rp.(Milyar) % Rp.(Milyar) % Rp.(Milyar) %
1. Pertanian, 3780,07 40,33 4131,38 40,05 4592,20 40,36 5094,66 40,75 5415,41 40,51
Kehutanan &
Perikanan
2. Pertambangan 173,98 2,23 208,78 2,3 237,65 2,26 257,48 2,24 296,27 2,22
dan
Penggalian
3. Industri 521,62 6,28 588,19 6,06 625,06 6,16 701,35 6,16 770,40 6,27
Pengolahan
4. Pengadaan 3,31 0,04 3,89 0,04 4,53 0,04 4,81 0,04 5,07 0,04
Listrik dan Gas
5. Pengadaan 14,28 0,15 14, 58 0,14 16,54 0,15 17,89 0,14 19,09 0,14
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
6. Konstruksi 730,93 7,80 808,30 7,84 898,13 7,89 980,35 7,84 1023,95 7,66
7. Perdagangan 1453,25 15,51 1596,18 15,47 1765 15,51 1936,24 15,49 2048,54 15,32
Besar dan
Eceran;
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor
8. Transportasi 129,60 1,38 132,56 1,29 139,22 1,22 149,13 1,19 162,27 1,21
dan
Pergudangan
9. Penyediaan 24,23 0,26 27,34 0,27 29,48 0,26 32,55 0,26 35,84 0,27
Akomodasi
dan Makan
Minum
10. Informasi dan 404,89 4,32 448,78 4,35 495,11 4,35 545,05 4,36 598,02 4,47
Komunikasi
11. Jasa 214,36 2,29 270,19 2,62 308,08 2,71 329,54 2,64 350,70 2,62
Keuangan dan
Asuransi
12. Real Estate 331,50 3,54 361,60 3,51 384,86 3,38 412,47 3,30 442,83 3,31
13. Jasa 8,86 0,09 9,37 0,09 9,91 0,09 10,46 0,08 11,57 0,09
Perusahaan
14. Administrasi 664,14 7,09 719,89 6,98 745,29 6,55 819,06 6,55 896,07 6,70
Pemerintahan,
Pertahanan
dan Jaminan
Sosial Wajib
15. Jasa 411,32 4,39 472,21 4,58 528,14 4,64 574,33 4,59 636,90 4,76
Pendidikan
16. Jasa 219,04 2,34 246,05 2,39 268,70 2,36 294,34 2,35 309,65 2,32
Kesehatan dan
Kegiatan
Sosial
17. Jasa Lainnya 185,40 1,98 209,84 2,03 233,23 2,05 250,57 2,00 278,14 2,08
PDRB 9372,15 100 10314,87 100 11377,26 100 12.502,19 100 13.369,34 100
Rp50,00
Rp40,00
Rp30,21
Rp28,57
Rp26,29
Rp30,00 Rp24,13
Rp22,17
Rp20,00
Rp-
2015 2016 2017 2018 2019
2.2.2 Inflasi
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.Indikator yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Yakni
indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu..
Di Kabupaten Polewali Mandar terjadi perubahan yang signifikan terhadap laju inflasi
pada tahun 2019. Nilai rata-rata inflasi Kabupaten Polewali Mandar tahun 2015- 2019 di
kisaran 0.33-1,04. Nilai rata-rata inflasi tertinggi tahun 2015 yaitu 1,04 dan terendah tahun
2019 yaitu 0,33.
NILAI INFLASI
Series 1
1,2
1,04
1
0,8
0,64
0,6 0,58
0,56
0,4
0,33
0,2
0
2015 2016 2017 2018 2019
2.2.3 Ketenagakerjaan
Pada tahun 2019, di Kabupaten Polewali Mandar terdapat 315.235 penduduk usia
kerja. Yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun
ke atas. Penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran disebut angkatan kerja.
Tahun
No Ketenagakerjaan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Tingkat Kesempatan Kerja
(persen) 97,02 96,34 - - -
Pergerakan dari semua lapangan usaha pembentuk PDRB merupakan peluang dalam
meningkatkan kesempatan kerja. Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang penting
dalam mendapatkan peluang kesempatan kerja baik lokal dalam daerahnya sendiri maupun
keluar daerah, apalagi kesempatan kerja di luar negeri.
Tingkat pendidikan dan daya saing tenaga kerja, dilaksanakan dengan memberi
dukungan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan, serta meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya agar mampu menyekolahkan sampai tingkat pendidikan tinggi
(diploma/sarjana). Tentunya hal tersebut tidaklah mudah dan sangat dibutuhkan pendanaan
serta penanganan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan penduduknya.
Sampai tahun 2019, berdasarkan lapangan usaha, dari 207.885 penduduk yang
bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor-sektor lain yang cukup besar
peranannya dalam penyerapan tenaga kerja diantaranya sektor perdagangan sekitar 45.812
(22 Persen) dan jasa sekitar 28.840 (14 persen).
Gambar 2. 1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019
Lainnya; Pertanian,
22541; 11% Kehutanan,
Jasa
Perburuan
Kemasyaraka
dan
tan; 28840;
Perikanan;
14%
84800; 41%
Perdagangan
Besar,
Eceran,
Rumah Industri
Makan dan Pengolahan;
Hotel;… 25892; 12%
2.3.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi
peserta didik, oleh karena itu pembangunan pada bidang pendidikan di Kabupaten Polewali
Mandar merupakan sebuah strategi sebagai cerminan tingginya peradaban bangsa. Bahwa
bangsa yang beradab adalah bangsa yang sadar akan siapa dirinya (jati diri) dan apa yang
menjadi tujuan bersama sebagai bangsa (cita-cita nasional). Berapa indicator penilaian
bidang pendidikan adalah, capaian pendidikan anak usia dini, angka pastispasi kasar, angka
putus sekolah, angka melek huruf, angka melanjutnya sekolah dan fasilitas pendidikan.
Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Tinambung 3.877 4.363 2.709 2.695 3.870 4.075 2.437 2.334 99,82 93,41 89,96 86,60
Balanipa 4.961 5.721 2.913 2.898 3.960 5.070 2.636 2.524 79,82 88,63 90,49 87,09
Limboro 3.251 3.669 1.973 1.963 2.956 3.122 1.723 1.650 90,93 85,10 87,33 84,06
Tubbi Taramanu 4.906 5.751 2.874 2.860 3.941 4.726 2.180 2.087 80,33 82,17 75,85 72,97
Alu 2.865 3.382 1.696 1.687 2.372 2.970 1.452 1.390 82,79 87,82 85,61 82,39
Campalagian 10.741 11.970 6.227 6.195 10.080 11.225 5.727 5.484 93,85 93,78 91,97 88,52
Luyo 4.860 4.237 3.560 3.541 4.657 3.747 3.158 3.024 95,82 88,44 88,71 85,40
Wonomulyo 8.839 9.128 5.893 5.862 8.399 8.729 5.442 5.211 95,02 95,63 92,35 88,89
Mapilli 5.720 6.330 3.601 3.582 4.907 5.549 3.196 3.060 85,79 87,66 88,75 85,43
Tapango 3.887 4.101 2.788 2.773 2.873 3.591 2.526 2.419 73,91 87,56 90,60 87,23
Matakali 4.731 5.305 2.676 2.662 3.901 4.945 2.439 2.336 82,46 93,22 91.14 87,75
Polewali 10.629 11.341 6.907 6.871 9.463 11.012 6.616 6.335 89,03 97,09 95,79 92,20
Binuang 6.644 6.917 3.749 3.729 3.869 5.938 3.184 3.049 58,23 85,85 84,93 81,76
Anreapi 1.940 2.394 1.248 1.241 1.540 1.931 1.112 1.065 79,38 80,66 89,10 85,82
Matangnga 1.006 1.049 653 650 992 1.007 501 480 98,61 96,02 76,72 73,85
Bulo 2.496 2.639 1.217 1.211 2.389 2.153 1.053 1.008 95,71 81,60 86,52 83,24
Kabupaten 81.353 88.295 50684 50.420 70.169 79.790 45.382 43.456 86,25 90,37 89,54 86,19
Polewali Mandar
Sumber Data : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Angka partisipasi kasar adalah angka perbandingan antara banyaknya murid dari
jenjang pendidikan tertentu dengan banyaknya penduduk usia sekolah pada jenjang
yang sama dinyatakan dalam persen. Misalnya, GER Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
120
100
80
60
40
20
0
APK SD APM SD APS SD APK SMP APM SMP APS SMP APK SMA APM SMA APS SMA
2015 104,55 94,36 97,04 77,89 68,3 90,51 78,92 55,93 66,26
2016 125,94 96,24 98,01 102,91 73,02 89,93 75,96 58,61 67,15
2017 106,98 94,92 98,26 84,5 70,99 88,47 83,98 57,37 66,85
2018 101,28 93,14 98,46 85,06 68,23 87,49 92,43 55,72 63,95
Grafik 2. 6 Angka Putus Sekolah Kabupaten Polewali Mandar untuk SD dan SMP
Tahun 2015-2019
265
192
53
119 27
99
85 83
4
28
Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per
10.000 jumlah penduduk usia dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk
menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. elayanan pendidikan dapat
diamati dari rasio guru terhadap siswa. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru
tingkat pendidikan menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Selain itu juga untuk mengukur jumlah
ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama jangka waktu tahun
2015-2019, terlihat bahwa rasio guru terhadap muriduntuk pendidikan SD, namun
mengalami peningkatan di pendidikan SMP. Hal ini berarti masih adanya kekurangan
guru SD.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pentingnya kesadaran masyarakat
terhadap pola hidup sehat disertai dengan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.
3 JumlahRumahSakitAD/AU/AL/P 0 0 0 0 0
OLRI
4 JumlahRumahSakit Umum 0 0 0 2 2
(Swasta)
5 JumlahseluruhRumahSakit 1 1 1 3 3
Rasio tenaga medis per satuan penduduk adalah perbandingan jumlah seluruh
tenaga medis dengan jumlah penduduk. Data menunjukkan bahwa tahun 2015 di Kab.
Polewali Mandar jumlah tenaga medis 633 orang yang melayani 422.793 penduduk,
artinya 1-2 tenaga medis melayani 1000 penduduk. Tahun 2019 terjadi peningkatan
yang signifikan terhadap jumlah tenaga medis menjadi 769 orang, namun hal ini tidak
1. Dokter Umum 30 26 44
53 62
2. Dokter Gigi 21 17 20
23 23
3. Dokter Ahli 26 26 35 29 35
4. Dokter PTT 2 2 0 0 0
5. Bidan 142 135 222 239 264
6. Bidan PTT 113 113 10 0 0
7. Perawat, dll 229 319 310 346 385
8. Jumlah tenaga Medis 633 638 641 690 769
9. Jumlah Penduduk 422.793 427.484 432.692 437.662 442.576
Rasio Tenaga Medis per 1000
penduduk 1,49 1,49 1,49 1,57 1,73
Meskipun jumlah posyandu cenderung meningkat dari tahun 2015 hingga 2019,
namun rasio posyandu terhadap 1000 balita tidak mengalami perubahan berarti. Ini
disebabkan oleh pertambahan jumlah balita yang meningkat lebih cepat jika
dibandingkan dengan dengan pertambahan jumlah posyandu. Pada tahun 2019, rasio
posyandu terhadap balita sebesar 12,3 yang berarti bahwa secara rata-rata setiap
posyandu melayani 82 balita. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Jumlah Jumlah
No. Kecamatan Rasio
Posyandu Balita
1 Tinambung 30 2.973 10,09
2 Balanipa 37 3.134 11,81
3 Limboro 36 2.188 16,45
4 Tubbi Taramanu 52 2.473 21,03
5 Alu 35 1.584 22,10
6 Campalagian 76 6.860 11,08
7 Luyo 40 3.579 11,18
8 Wonomulyo 60 6.006 9,99
9 Mapilli 50 3.561 14,04
10 Tapango 42 2.904 14,46
11 Matakali 29 2.849 10,18
12 Polewali 44 7.455 5,90
13 Binuang 54 4.006 13,48
14 Anreapi 22 1.251 17,59
15 Matangnga 15 679 22,09
16 Bulo 23 1.175 19,57
Kab. Polewali Mandar 645 52.677 12,24
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
fluktuatif. Jumlah Pustu meningkat dari 54 unit pada tahun 2015 menjadi 56 unit pada
tahun 2019, sedangkan jumlah puskesmas tidak berubah dan Poliklinik berkurang 5 unit
pada tahun 2015 dan 8 unit pada tahun 2019. Akibatnya, rasio Puskesmas dan Pustu
kecamatan dan bahkan beberapa kecamatan telah memiliki Puskesmas lebih dari satu,
1 Jumlah Puskesmas 20 20 20 20 20
2 Jumlah Poliklinik 5 8 8 8 8
3 Jumlah Pustu 54 54 42 62 56
4 Jumlah Penduduk
422.793 427.484 432.692 437.662 442.576
a. Jaringan Jalan
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Tahun
No. Uraian Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase jaringan irigasi dalam kondisi baik adalah capaian panjang jaringan
dalam kondisi baik terhadap panjang kesleuruhan jaringan irigasi dan hasilnya
dinyatakan dalam persentase. Kondisi jaringan irigasi kewenangan Pemerintah
Kabupaten PolewaliMandar,baik jaringan primer, sekunder maupun tersier dari tahun
ke tahun selama periode 2014-2018, panjang jaringan yang kondisinya baik bertambah
dari 75.872 meter menjadi 84.488 meter, dengan demikian persentase jaringan irigasi
dalam kondisi baik pada tahun 2014 adalah 49,87 % kemudian pada tahun 2019
persentase jaringan irigasi dalam kondisi baik adalah 55,53 %, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.42 berikut.
Tabel 2. 27 Presentase Jaringan Irigasi Kewenangan Kabupaten dalam Kondisi
Baik Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2015-2019
Tahun
No. Uraian Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun
Uraian Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Rumah Layak
Unit 95.183 97.364 99.577 90.638 77.250
Huni
Jumlah Penduduk Jiwa 422.793 427.484 432.692 437.662 442.576
Rasio Rumah Layak Unit /
0,2251 0,2278 0,2301 0,2071 0,1746
Huni Jiwa
Sumber Data : Hasil Olah Data Bappeda Litbang Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Tahun
No. Uraian Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Luas permukiman
1. kumuh yang Ha 0,79 0 1,91 2,28 27,5
tertangani
Luas permukiman
2. Ha 40,7 40,7 131,48 132,07 132,07
kumuh
Persentase luasan
permukiman kumuh di Persen 1,94% 0,00% 1,45% 1,73% 20,82%
perkotaan yang tertangani
Sumber Data : Hasil Olah Data Bappeda Litbang Kabupaten Polewali Mandar, 2020
Dalam dokumen ini konsep, definisi dan pengukuran kemiskinan yang digunakan
menggunakan tiga konsep yakni: kemiskinan moneter, kemiskinan multidimensi dan
kemiskinan mikro dengan data Basis Data Terpadu (BDT) atau Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS).
1. Indikator pada dimensi kesehatan adalah gizi dan kematian anak. Indikator ini digunakan
untuk menggambarkan kebutuhan kesehatan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap
rumah tangga.
2. Indikator pada dimensi pendidikan adalah tahun lama bersekolah dan partisipasi sekolah
untuk semua anak usia sekolah. Indikator ini digunakan untuk menangkap akses rumah
tangga terhadap pendidikan, namun belum mencerminkan kualitas pendidikan itu sendiri.
3. Indikator pada dimensi standar hidup adalah bahan bakar memasak, sanitasi layak, air
minum bersih, listrik, lantai, dan kepemilikan beberapa barang konsumsi (radio, televisi,
telepon, sepeda, sepeda motor, mobil, truk, dan kulkas).
Persentase
Jumlah Jumlah
Wilayah penduduk
penduduk penduduk miskin
miskin
Sumber Data : BPS, Provinsi Sulawesi Barat dalam Angka, 2020 dan Statistik Indonesia, 2020.
Penduduk miskin Kabupaten Polewali Mandar masih relatif tinggi, walaupun dari tahun
ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2015 persentase penduduk miskin sebesar
18,22 persen menjadi 15,60 persen pada tahun 2019. Tingkat kemiskinan di Kabupaten
Polewali Mandar dapat dilihat pada grafik di bawah ini
miskinnya penduduk miskin akibat semakin jauhnya pengeluaran per kapita mereka dari
Mandar dalam sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini :
per kapita penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Semakin tinggi P2 menunjukkan
semakin miskinnya penduduk paling miskin akibat bobot yang lebih tinggi yang diterapkan
oleh pengkuadratan selisih pengeluaran per kapita Data kedalaman kemiskinan Kabupaten
Polewali Mandar dalam sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini :
setiap golongan ekonomi rumah tangga. Indikator ini dapat digunakan untuk melihat secara
umum apakah rumah tangga dengan golongan termiskin memiliki pengeluaran per kapita
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi kesenjangan yang cukup
besar antara rumah tangga di kuintil 1 dengan di kuintil di atasnya. Rumah tangga di kuintil
1 pengeluaran rata-ratanya hanya sebesar 464.300 rupiah sedangkan kuintil 5 sebesar
2.846.246 rupiah hal ini berarti bahwa terdapat selisih yang signifikan sebesar 2.381.946
rupiah
a. Aspek Pendidikan
Kondisi kemiskinan muldimensi terkait pendidikan dapat dilihat dari berbagai indikator
antara lain: capaian pendidikan, keberlanjutan sekolah dan APM/APK.
1. Capaian Pendidikan
mana pada tahun awal untuk 1 87% dan di tahun ke 12 mengalami penurunan hingga
18%. Tingkat keberlanjutan sekolah terendah berada pada kuintil 2 yaitu 17%.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Murni SMP di
Polewali Mandar tertinggi berada di kuintil 5, yaitu 89,13% dan terendah berada pada
kuintil 4 yaitu 54,44 %.
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Angka Partisipasi Murni SMA di
Polewali Mandar tertinggi berada di kuintil 5, yaitu 77,99% dan terendah berada pada
kuintil 1 yaitu 45,32 %.
b. Aspek Kesehatan
Kondisi kemiskinan muldimensi terkait kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator
antara lain ASI bayi ekslusif 6 bulan, kepemilikan jaminan kesehatan, Angka kelahiran,
Angka Kematian Ibu dan Anak imunisasi, angka kontrasepsi
1. Prevalensi Stunting
Stunting adalah suatu gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan ketika
panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur, tubuh pendek
pada anak yang berada pada standar normal, merupakan akibat dari kondisi gizi kronis
pada 1000 hari pertama kehidupan.
Stunting pada balita berdampak jangka panjang, seperti penurunan IQ, balita
dengan status IQ yang menurung dalam jangka panjang akan berdampak terhadap
potensi ataupun kemampuan anak dalam menyelesaikan pendidikan dimas
remajanya, sehingga akan berdampak terhadap kemampuannya dalam memperoleh
lapangan kerja atau mencipta lapangan kerja. Tentunga kondisi ini akan berdampak
terhadap income/penghasilan/kemiskinan. Berikut data stunting dapat dilihat pada
tabel berikut :
Grafik diatas memberikan gambaran bahwa terdapat 107 Desa dengan kategori
Prevalensi Stunting Tinggi, 51 Desa dengan kategori Prevalensi Stunting Sedang dan
9 desa dengan kategori Prevalensi Stunting Rendah.
Untuk wilayah lokus stunting dengan status dengan status “Rendah” angka
kejadian stunting 1-9%, “Sedang” 10-19%, angka kejadian stunting “Tinggi” > 20%
dapat dilihat pada peta dibawah ini.
2. Penyakit Diare
Diare merupakann sebuah kondisi ketika pengidapnya melakukan buang air
besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Disamping itu, feres pengidap diare lebih encer
dari Biasanya. Hal Ini perlu diwaspadai, meski diare bisa Berlangsung singkat, tapi Bisa
pula berlangsung selama beberapa hari, bahkan dalam beberapa Kasus bisa terjadi
huingga berminggu-minggu.
Kejadian diare dikabupaten polewali Mandar khusunya pada balita usia 0-59
bulan dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Triulan II 5
Kasus
Triulan III
12 Kasus
Triulan I 5
Kasus
4. Penyakit TBC
TBC Menurut WHO, setiap detik setidaknya ada satu orang yang
terinfeksi tuberkulosis (TBC)di dunia. Bahkan menjadi infeksi penyebab kematian
nomor satu di Indonesia. Sayangnya, masih banyak yang tidak menyadari atau bahkan
tidak tahu tentang penyakit ini, termasuk gejalanya dan pengaruhnya dalam jangka
panjang bukan hanya kesehatan tubuh dalam mengakses lingkungan yang berdampak
terhadap produktifitas kerja penferita
Awalnya, bakteri menyebar melalui udara ketika orang yang terinfeksi batuk,
meludah, bersin, atau berbicara. Tetesan air liur yang dihinggapi bakteri akan terbang
di udara bebas. Saat seseorang berada di area yang terkontaminasi tersebut, bakteri
akan terhirup dan mengendap di permukaan alveoli paru. Seiring waktu, bakteri yang
aktif akan berkembang biak dan menyebabkan kerusakan di bagian alveolus sehingga
menyebabkan tuberkulosis atau yang juga dikenal dengan TBC.
Jutaan orang diketahui memiliki bakteri penyebab TBC di dalam tubuhnya.
Namun, tidak semuanya akan jatuh sakit ketika terpapar oleh bakteri ini. Hanya sekitar
5 hingga 10 persen yang menyebabkan penyakit tuberkulosis aktif dan menularkannya
pada orang lain. Penyebaran penyakit yang paling aktif terjadi ketika paru sudah mulai
rusak akibat infeksi bakteri itu sendiri atau penyakit lain, contohnya bronkitis atau
emfisema—jenis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Berdasarkan keaktifan
bakterinya.
Berikut gambaran kejadian TB dikabupaten Polewali mandar empat tahun
berturut turut, dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa Angka CNR TB paru per
100.000 penduduk peride tahun 2015 s/d 2018 cenderung meningkat. Tahun 2015
sebesar 168/100.000 penduduk, ini berarti bahwa setiat 100.000 penduduk terdapat
168 kasus TB paru yang teridentifikasi, Tahun 2016 sebesar 156/100.000 penduduk,
ini berarti bahwa setiat 100.000 penduduk terdapat 156 kasus TB paru yang
teridentifikasi, Tahun 2017 sebesar 191/100.000 penduduk, ini berarti bahwa setiat
100.000 penduduk terdapat 191 kasus TB paru yang teridentifikasi, Tahun 2018
sebesar 203/100.000 penduduk ini berarti bahwa setiat 100.000 penduduk terdapat
203 kasus TB paru yang teridentifikasi dan pada tahun 2019 sebesar 213/100.000
penduduk ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk terdapat 213 kasus TB paru yang
teridentifikasi
Kecenderungan peningkatan ini tentunya berdampak besar terhadap kondisi
kemampuan penderita mengakses dunia kerja yang berdampak terhadap peningkatan
angka kemiskinan. (Profil Dinkes 2019).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pemakaian kontrasepsi tertinggi
berada di kuintil 3, yaitu 46,12% dan terendah berada pada kuintil 5 yaitu 28,33 %.
c. Infrastruktur Dasar (Sanitasi, Air Minum, Rumah Layak Huni dan Listrik)
Kondisi kemiskinan muldimensi terkait infrastruktur dasar dapat dilihat dari berbagai
indikator antara lain sanitasi layak, air minum layak, rumah layak huni dan cakupan listrik.
1. Cakupan Sanitasi
Sanitasi yang baik akan menghasilkan kualitas rumah tangga yang baik sehingga
akan terhindar dari segala macam penyakit. Di Kabupaten Polewali Mandar, penduduk
yang sudah mengakses sanitasi layak di Kabupaten Polewali Mandar sudah cukup baik
sebagaimana ditunjukkan dalam grafik di bawah ini.
Permasalahannya adalah untuk kuintil 1 masih banyak rumah tangga yang belum
dapat mengakses sanitasi yang layak sebesar 55,75 persen ini terjadi karena hampir
sebahagian penduduk miskin dipolewali mandar berada pada daerah pantai, dimana
tempat buang air besarnya sangat kurang. Faktor kebiasaan senang tidak buang air
di jamban juga mempengaruhi rendahnya akses sanitasi yang layak.
Untuk cakupan sanitasi layak di Kabupaten Polewali Mandar sudah cukup baik
sebagaimana grafik di atas, namun dilihat dari kuintil 1 jumlah sanitasi tidak layak sebesar
40 persen. Data BPS 2018 menunjukkan jumlah penduduk miskin dikabupaten polewali
mandar 69.250 penduduk Itu artinya masih ada 40 persen atau hampir 27.700 ribu penduduk
dikabupaten polewali mandar yang belum memiliki akses air minum layak.
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa Cakupan rumah layak huni terendah
pada kuintil 1 yaitu 23,87% dan tertinggi pada kuintil 5 yaitu 71,35%. Tingkat kemiskinan
sangat berpengaruh terhadap kepemilikan rumah layak huni.
Grafik 3. 19 Cakupan Rumah Dengan Bahan Berkualitas Baik : Atap. Lantai, Dinding
Tahun 2019 Kabupaten Polewali Mandar
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah di Kabupaten
Polewali Mandar belum berkualitas baik di semua kuintil belum ada yang melampaui 10%
4. Listrik
Berdasarkan data yang tersedia di Kabupaten Polewali Mandar terkait Jaringan
listrik PLN dari 16 Kecamatan terdapat 8 Desa dari 4 Kecamatan yang belum mendapat
akses jaringan listrik PLN. Penyebabnya adalah belum baiknya akses jalan menuju ke
wilayah-wilayah Desa dan kondisi permukiman warga yang tersebar. Data Rasio
Elektrifikasi Kabupaten Polewali Mandar saat ini sebesar 80,2%. Kondisi ini dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 3. 20 Cakupan Rumah Dengan Bahan Berkualitas Baik : Atap. Lantai, Dinding
Tahun 2019 Kabupaten Polewali Mandar
Berdasarkan DTKS bahwa jumlah rumah tangga miskin dan rentan miskin
tertinggi berada pada kecamatan Campalagian yakni sejumlah 6.784 Rumah Tangga
dan terendah berada pada kecamatan Matangnga sejumlah 997 Rumah Tangga.
Sedangkan total rumah tangga tertinggi berada pada kecamatan Polewali sejumlah
13.480 rumah tangga dan terendah pada kecamatan Matangnga sejumlah 1.322
rumah tangga.
Proporsi rumah tangga miskin dan rentan miskin terhadap total jumlah rumah
tangga di kecamatan Matangnga menempati posisi tertinggi sejumlah 87,24% dan
terendah pada kecamatan Polewali sejumlah 28,52%. Sedangkan proporsi rumah
tangga miskin dan rentan miskin total kabupaten sejumlah 51,56%.
Kondisi Ketenagakerjaan
Grafik 3. 22 Jumlah Pendapatan Rata – rata Sektor Tahun 2010 - 2019 (Sakernas)
Sulawesi Barat - Kabupaten Polewali Mandar
Data pada grafik dibawah menunjukkan bahwa anggota rumah tangga disabilitas yang
cacat tertinggi pada pada desil 1 yaitu 1.279 jiwa dan terendah pada desil 4 yaitu 69 Jiwa.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan sangat berpengaruh
terhadap penduduk disabilitas demikian pula sebaliknya.
Grafik 3. 25 Anggota Rumah Tangga Penduduk Disabilitas
Disabilitas: Cacat Tahun 2015 (BDT Anggota Rumah Tangga)
Sulawesi Barat - Kabupaten Polewali Mandar
Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa cakupan perlindungan sosial tertinggi pada
pada kuintil 2 mencapai 36,17% kemudian tertinggi kedua pada kuintil 1 mencapai 34,62%.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerima jaminan sosial sudah tepat
sasaran karena lebih banyak diterima oleh penduduk pada kuintil 1 dan 2.
Kondisi wilayah hunian yang terpencil dan terisolasi di Kabupaten Polewali Mandar
disebabkan karena konektivitas wilayah yang tidak optimal, topografi yang bergunung, posisi
wilayah yang berada di kawasan lindung dan buruknya kondisi jalan sehingga arus distribusi
barang dan pergerakan orang terbatas.
Penyebab keterisolasian ini saling terkait satu sama lain, konektivitas wilayah misalnya
sangat dipengaruhi oleh topografi, topografi yang bergunung menyebabkan investasi
infrastruktur menjadi lebih mahal dan sulit. Begitupula infrastruktur yang sulit dioptimalkan
Dari lokasi tersebut, beberapa wilayah desa termasuk kawasan hutan lindung sehingga
sangat menyulitkan dalam perizinan pelaksanaan pembangunan. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Polewali Mandar merupakan kawasan hutan yang mencapai 121.490 Ha. Terdiri
dari 77.550 Ha Hutan Lindung, 43.040 Ha Hutan Produksi dan 900 Ha Cagar Alam, data
detail dijelaskan pada tabel berikut ini :
Kondisi jalan di kabupaten Polewali Mandar dengan total panjang jalan 1.943.769 m
dengan kecamatan yang memiliki jalan terpanjang adalah Tubbi Taramanu yaitu 203.453,48
dan panjang jalan terendah pada kecamatan tinambung 51.300,47m.
Kondisi jalan di daerah yang terisolasi belum sepenuhnya baik, untuk kecamatan
Tubbi Taramanu dengan panjang jalan 203.453,48 m, kecamatan Matangnga 82.516.,55,
kecamatan Bulo 139.476,02, kecamatan Alu 102.792,60, Kecamatan Binuang 144.451,19
dan Kecamatan Tapango 131.127,27.
− Trayek Polewali-Wonomulyo
− Trayek Wonomulyo-Campalagian, dan
− Trayek Wonomulyo Tinambung
Selain jalur angkutan trayek yang masih kurang, jumlah kendaraan angkutan umum
yang beroperasi semakin menurun.
Titik blank spot wilayah Kabupaten Polewali Mandar berada pada wilayah pegunungan
yang tersebar di 29 desa atau sebesar 17% dari seluruh wilayah yang ada di kabupaten
Gambar 3. 3 Peta akses layanan Telekomunikasi Di Kabupaten Polewali Mandar
Polewali Mandar. Hal ini disebabkan tidak adanya jaringan listrik PLN untuk backup BTS.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Polewali Mandar saat ini hanya menjangkau sinyal 2G
dan 3G dari operator seluler. Sinyal 4G baru ada disekitar wilayah perkotaan.
Aksesibilitas
No. Kode Telekomunikasi IDM
Kecamatan / Desa Keterangan
Urut Statistik TAHUN 2015
2G 3G
012 LIMBORO
28 009 Todangtodang - - Tertinggal
29 010 Pendulangan - - Tertinggal
020 TUBBITARAMANU
31 006 Kel. Taramanu V - - Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
32 007 Ambopadang V - - Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
33 008 Tubbi - - -
34 009 Ratte - - Sangat
tertinggal
35 010 Besoangin - - Tertinggal
36 011 Piriangtapiko - - Tertinggal
37 012 Pullewani - - Tertinggal
38 013 Poda - - Sangat
tertinggal
39 014 Besoangin Utara - - Tertinggal
40 015 Arabua V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
41 016 Taramanutua - - Sangat
tertinggal
42 017 Taloba - - Tertinggal
43 018 Peburru - - Tertinggal
021 ALU
44 001 Saragian V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
45 002 Mombi V - Berkembang
46 003 Kel.Petoosang V - Berkembang
47 004 Kalumammang - - Tertinggal
48 005 Paopao V - Tertinggal Hanya 2
Dusun Pada
titik tertentu
terdapat
signal
49 006 Pupuuring - - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
50 007 Sayoang V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
031 LUYO
70 001 Sambaliwali V - Tertinggal
71 002 Tenggelang V - Tertinggal
72 003 Baru V V Berkembang
73 004 Mapilli Barat V V Berkembang
74 005 Luyo V V Berkembang
75 006 Mambu V V Berkembang
76 007 Pussui V - Tertinggal
77 008 Kel. Batupanga V V Berkembang
78 009 Batupangadaala V - Tertinggal
79 010 Puccadi V V Berkembang
80 011 Pussui Barat V - Tertinggal
041 MAPILLI
102 008 Beroangin V - Tertinggal
105 011 Sattoko V - Tertinggal
106 012 Landikanusuang V - Berkembang
042 TAPANGO
107 001 Bussu V - Tertinggal
108 002 Rappang V - Berkembang
109 003 Dakka V - Berkembang
110 004 Kel. Pelitakan V - Berkembang
111 005 Tapango V - Berkembang
112 006 Tapango Barat V - Tertinggal
113 007 Batu - - Tertinggal
114 008 Palatta V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
115 009 Riso V - Tertinggal
116 010 Kurrak V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
117 011 Tuttula V - Tertinggal
120 014 Kalimbua V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
044 BULO
128 001 Pulliwa V - Berkembang
129 002 Daala Timur - - Tertinggal
130 003 Bulo V - Tertinggal
131 004 Karombang - - Tertinggal
132 005 Patambanua - - Sangat
tertinggal
133 006 Lenggo - - Tertinggal
051 BINUANG
153 008 Kaleok - - Sangat
tertinggal
154 009 Rea V V Berkembang
155 010 Amola V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
052 ANREAPI
157 003 Kelapadua V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
158 004 Pappandangan V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
160 006 Kunyi V - Tertinggal Pada titik-titik
tertentu
terdapat
signal
061 MATANGNGA
161 001 Lilli - - Tertinggal
162 002 Tapua - - Tertinggal
163 003 Kel. Matangnga - - Tertinggal
164 004 Rangoan - - Tertinggal
165 005 Babbatapua - - Tertinggal
166 006 Mambutapua - - Tertinggal
167 007 Katimbang - - Tertinggal
Sumber data : Hasil Olahan Balitbangren 2019
3.5.1 Musim
Klimatologi atau kondisi cuaca pada periode tertentu di Kabupaten Polewali Mandar,
Selama tahun 2019 di Kabupaten Polewali Mandar tercatat sebanyak 122 hari hujan dengan
curah hujan sebesar 1.240,7 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember
dengan jumlah hari hujan 13 hari dan curah hujan tertinggi pada bulan Maret sebanyak 208,5
mm. Sebaliknya, jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juli dengan jumlah hari hujan
4 hari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebanyak 14,4 mm. curah hujan
menurut bulan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Sumber Data : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Polewali Mandar, 2020
rawan pangan, 39 desa kategori rentan dengan perincian 7 desa prioritas 2 dan 32 desa
prioritas 3. Total desa yang rawan dan rentan sejumlah 46 desa atau 27,54%. Terdapat
1. Rasio Lahan
2. Rasio Sarana
3. Rasio Penduduk Tidak Sejahtera
4. Akses Jalan
5. Rasio Tanpa Air Bersih
6. Rasio Penduduk per Tenaga Kesehatan per Density
Fluktuasi harga adalah satu lonjakan atau ketidaktepatan yang menimpa harga-harga
produk tertentu. Terjadinya fluktuasi harga dari produk-produk tertentu biasanya ditimbulkan
dari kenyataan-kenyataan yang langsung muncul di masyarakat. Yang mana fluktuasi ini
terjadi akibat adanya patokan nilai yang dikeluarkan oleh pemerintah dan sudah bisa diterima
Tidak dimungkiri karakteristik dari komoditas barang adalah harga ditentukan oleh
adanya penawaran dan permintaan pasar. Tidak semata-mata ditentukan oleh penyalur
maupun penjual. Maka dari itu diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat ketika muncul
fluktuasi, baik yang berupa kenaikan maupun penurunan. Fluktuasi harga di Kabupaten
Polewali Mandar banyak dipengaruhi oleh Fluktuasi Harga Produk di bidang pertanian,
bidang pertanian bermacam-macam. Salah satunya adalah disebabkan oleh naiknya harga
Selain itu hal yang memengaruhi yang selanjutnya adalah harga produk komunitasnya
sendiri memang sudah mengalami kenaikan. Seperti harga ayam dengan pakannya dan
budidaya juga menentukan terjadinya fluktuasi harga di bidang pertanian. Tak hanya itu
musim, ramalan penjualan juga ikut memengaruhi fluktuasi utamanya di bidang pertanian.
Sebagian besar naik turunnya harga produk di bidang perkebunan disebabkan oleh
adanya permintaan ekspor yang juga berkurang. Bisa juga karena memang kualitas produksi
dari komoditas ini sangat lemah sehingga memengaruhi permintaan. Komoditi perkebunan
Sesuai dengan posisi geografis, topografi wilayah, dan kondisi alam, Kabupaten
Polewali Mandar cukup rentan terhadap bencana alam. Wilayah rawan bencana alam di
kabupaten, antara lain:
1. Bencana tanah longsor, meliputi wilayah Kecamatan Alu, Tubbi Taramanu, Balanipa,
Mapilli, Anreapi, Bulo, Tapango, Matangnga dan Binuang.
2. Abrasi dan erosi pantai tersebar di wilayah pesisir, meliputi Kecamatan Tinambung,
Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali dan Binuang.
3. Kawasan gelombang pasang dan banjir tersebar di wilayah pesisir, meliputi Kecamatan
Tinambung, Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali dan
Binuang.
4. Kawasan rawan banjir, meliputi wilayah Kecamatan Tinambung, Limboro,
Campalagian, Luyo, Mapilli, Wonomulyo, Tapango, Matakali, Binuang dan Polewali.
5. Kawasan rawan gempa bumi berdasarkan riwayat kegempaan terutama di wilayah
Kecamatan Wonomulyo, Mapilli, Luyo, Campalagian, Balanipa, Tinambung, Limboro,
Alu dan Tubbi Taramanu.
6. Kawasan rawan gerakan tanah adalah kawasan yang sering terjadi gerakan tanah
pada kawasan perbukitan terjal tersebar di Kecamatan Alu, Tubbi Taramanu, Bulo,
Anreapi, dan Matangnga.
7. Kawasan rawan tsunami adalah kawasan pantai yang berada pada zona kerawanan
tinggi dengan daerah topografi yang landai dengan ketinggian <10 meter di atas
permukaan laut terutama di bagian pesisir Kecamatan Tinambung, Balanipa,
Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali dan Binuang.
8. Kawasan rawan intrusi air laut meliputi wilayah pesisir Kecamatan Tinambung,
Balanipa, Campalagian, Mapilli, Wonomulyo, Matakali, Polewali dan Binuang.
9. Untuk mewujudkan Kota dan Permukiman Inklusif, Aman, Tangguh dan Berkelanjutan
dibutuhkan Pengaturan pencegahan dan perlindungan dari bencana alam yang tinggi
dan sangat tinggi terdapat di Kecamatan Alu (2.320,88 ha), Anreapi (4.225,98 ha),
Binuang (2.189,89 ha), Bulo (12.764,49 ha), Campalagian (109,93 ha), Limboro (67,46
ha), Luyo ( 209,80 ha), Mapilli (340,36 ha), Matakali (1.144,53 ha), Matangnga
(11.149,74 ha), Polewali (13,26 ha), Tapango (1.883,52 ha), Tinambung (58,64 ha),
Tubbi Taramanu (14.106,57 ha), Wonomulyo (104,52 ha).
Polewali Mandar merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang tidak luput dari
masalah ekonomi akibat pandemi Covid-19. Efek covid-19 merupakan efek yang sangat luar
biasa yang yang berdampak pada pendapatan masyarakat dan hal-hal yang ditimbulkan
antara lain lapangan kerja yang semakin sedikit di segala sektor baik pertanian, perkebunan,
masyarakat mencapai titik terendah sampai kisaran 75 – 80 % dan yang paling berdampak
adalah pada sektor usaha kecil menengah (UKM) dan pariwisata. Tenaga kerja yang tidak
memiliki keahlian khusus dan atau tingkat Pendidikan yang rendah pada sektor UKM dan
pariwisata juga banyak terkena dampak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan atau
dirumahkan dikarenakan mengalami seleksi alami dalam persaingan kualitas dan loyalitas
kerja, sehingga hal ini memunculkan masalah baru dengan meningkatnya jumlah
pengangguran.
Dampak ekonomi ini membawa implikasi pula terhadap kehidupan sosial, yang jika
tidak terkendali berpeluang menyebabkan krisis di bidang politik. Situasi tersebut menjadi
lebih mengkhawatirkan apabila pandemi ini berlangsung dalam durasi yang lama.
Meskipun demikian, dampak dari pandemi ini rupanya memiliki dua sisi, di mana ada
sektor-sektor bisnis yang diuntungkan dan sektor-sektor bisnis yang dirugikan. Beberapa
sektor yang dirugikan antara lain dunia pariwisata, transportasi, konstruksi dan perhotelan,
sementara sektor yang diuntungkan antara lain bisnis retail dan makanan, farmasi dan
Untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi covid 19, maka dibutuhkan
strategi dan kebijakan dari seluruh sektor pembangunan khususnya pemulihan di sektor
pariwisata dan industri manufaktur. Fokus dan penguatan kapasitas sumber daya manusia
dan peningkatan daya saing usaha serta pembangunan infrastruktur untuk pengembangan
2020 dan terjadi kenaikan menjadi 32,84% pada kondisi Covid-19. Banyak penduduk rentan
di Polewali Mandar ketika terjadi Covid-19, dan Rata-Rata Peluang Jatuh Miskin Lebih Besar
Terjadi pada Kelompok Rentan Dampak Covid-19 sehingga bantuan sosial yang diberikan
perlu perluasan.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisa determinan kemiksinan. Determinan
kemiskinan menjelaskan akar masalah yang dihadapi pada masing-masing dimensi
kemiskinan moneter dan multidimensi yang terjadi di Kabupaten Polewali Mandar. Analisa
determinan kemiskinan menggunakan analisa pohon masalah yang dapat menggambarkan
secara komprehensif permasalahan-permasalahan utama dalam kemiskinan, penyebabnya
dan akar masalahnya. Secara mendetil dimensi kemiskinan moneter akan digambarkan
dengan permasalahan rendahnya tingkat pendapatan, sedangkan kemiskinan multidimensi
akan digambarkan dengan permasalahan dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur dasar.
Dari analisa di atas, permasalahan utama dalam pendidikan dalam konteks kemiskinan
adalah rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh: rendahnya tingkat partisipasi sekolah,
tingginya anak putus sekolah dan rendahnya asesibitias. Masing-masing diuraikan sebagai
berikut:
Polewali Mandar yang terkait dengan ketidakmampuan masyarkat miskin dan rentan untuk
mendapatkan pendidikan yang layak dan memadai. Dalam analisa ini ditemukan tiga hal akar
masalah rendahnya tingkat partisipasi sekolah yakni: biaya sekolah yang tinggi, waktu yang
habis untuk bekerja di usia dini/anak dan keterbatasan peran orang tua.
Dalam hal permasalahan biaya sekolah yang tinggi, biaya sekolah sebenarnya telah
digratiskan oleh pemerintah melalui BOS dan skema yang lain, namun dalam praktiknya
seringkali masyarakat miskin dan rentan masih mengalami permasalahn dengan biaya-biaya
pendukung. Biaya-biaya pendukung tersebut adalah: biaya seragam, tas dan sepatu, buku,
dan yang paling penting adalan biaya transportasi dari rumah menuju sekolah.
Dalam permasalahan waktu yang habis untuk bekerja di usia dini/anak, fenomena ini
dapat ditemui di hampir seluruh wilayah di Kabupaen Polewali Mandar. Secara umum, sektor
pertanian dalam arti luas sektor yang dominan di Kabupaten Polewali Mandar hal yang
cenderung membutuhkan tenaga kerja yang cukup intensif. Pilihannya kemudian bagi
keluarga miskin dan rentan, dalam melaksanakan pekerjaan dalam sektor pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan akan dibantu oleh anak-anak mereka. Hal ini yang
menyebakan anak-anak dari keluarga miskin dan rentan akan terbatas waktunya untuk dapat
bersekolah dikarenakan sebagian besar waktunya habis untuk bekerja membantu orang tua
mereka.
Terkait dengan keterbatasan peran orang tua, persoalan ini sangat terkait dengan
permasalahan kesadaran orang tua yang sangat terbatas akan arti penting pendidikan bagi
anak-anak mereka. Hal ini terjadi umumnya karena orang tua dari keluarga miskin dan rentan
umumnya juga berpendidikan rendah sehingga orang tuda kurang dapat memotivasi anak-
Dalam hal pernikahan dini, maka di beberapa wilayah di Kabupaten Polewali Mandar
masih sering ditemukan anaknya fenomena pernikahan dini atau pernikahan usia anak. Hal
ini tentu saja sangat berpengaruh pada pada kesempatan anak untuk dapat bersekolah
hingga jenjang yang tinggi. Hampir dapat dipastikan anak-anak yang menikah pada usia
anak akan putus dari sekolahnya.
Terkait dengan rendahnya pendapatan orang tua, hal yang umum terjadi orang tua dari
keluarga miskin dan rentan tidak mampu membiayai anak-anak mereka bersekolah secara
layak sehingga memaksa anak-anak putus sekolah. Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa biaya sekolah tidak hanya terkait dengan biaya resmi seperti SPP namun
juga biaya pendukung seperti biaya seragam, alat tulis dan transportasi ke selolah. Dalam
hal biaya pendukung ini orang tua dari kelurga miskin dan rentan sering mengalami kesulitan
dalam memenuhiya yang memaksa anak putus dari sekolah.
Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi.
Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan,
kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
Kondisi wilayah hunian yang terpencil dan terisolasi di Kabupaten Polewali Mandar
disebabkan karena konektivitas wilayah yang tidak optimal, topografi yang bergunung, posisi
wilayah yang berada di kawasan lindung dan buruknya kondisi jalan sehingga arus distribusi
barang dan pergerakan orang terbatas.
Penyebab keterisolasian ini saling terkait satu sama lain, konektivitas wilayah misalnya
sangat dipengaruhi oleh topografi, topografi yang bergunung menyebabkan investasi
infrastruktur menjadi lebih mahal dan sulit. Begitupula infrastruktur yang sulit dioptimalkan.
Secara lengkap permasalahan kemiskinan terkait dengan kesehatan dapat dilihat pada
analisa pohon masalah di bawah ini:
Dari analisa di atas, secara umum persoalan kesehatan yang terkait dengan
kemiskinan adalah rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin dan rentan yang
disebabkan oleh: tingginya prevalensi stuntung, tingginya penyakit menular, tingginga
kematian anak dan ibu, dan tinnginya PUS yang tidak terlayani KB.
Dalam hal rendahnya gizi ibu hamil, maka factor yang mempengaruhi adalah masih
kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya pemenuhan gizi seimbang pada saat
hamil, Rendahnya status gizi ibu hamil tersebut mempengaruhi keadaan Kesehatan dan
perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan dapat menyebabkan
berat badan rendah sehingga mempunyai resiko untuk menjadi anak stuting.
Selain rendahnya gizi ibu hamil, tingkat Pendidikan turut mempengaruhi peluang anak
lahir stunting. Tingkat pendidikan ibu yang rendah banyak dialami ibu yang tinggal di daerah
terpencil dengan akses pendidikannya sulit dan didukung factor kemiskinan. Kegiatan
sekolah ibu hamil maupun sekolah pengantin merupakan kegiatan yang diarahkan untuk
meningkatkan pemahaman ibu hamil dan calon ibu memahami tentang penyebab anak lahir
stunting dan dampak bagi anak apabila terlahir stunting. Faktor pengaruh lingkungan
berdampak besar pula anak lahir stunting, budaya masyarakat yang masih kuat, masih
mempercai mitos atau kebiasaan-kebiasaan ibu. Kesulitan mengakses air minum yang layak,
sanitasi yang tidak layak. Kondisi ini mempengaruhi kejadian infeksi karena sanitasi yang
buruk, kejadian penyakir diare dan cacingan misalkan pada anak dapat menggangu proses
penyerapan nutrisi makan, menyebabkan penurunan berat badab bayi dan balita.
Masih tingginya angka kematian anak dan ibu di Kabupaten Polewali Mandar salah
satu penyebanya adalah rendahnya cakupan layanan Antenatal Care.masih hal ini
ditunjukkan dengan masih banyak ibu yang enggang memeriksakan kehamilannya dengan
frekuensi kunjungan 4 kali selama masa kehamilan, rendahnya pemahaman ibu tentang
perawatan selama hamil, perawatan bayi dan semasa nifas. tingkat kesadaran masyarakat
terhadap persalinan yang aman masih rendah
Rendahnya cakupan ANC membuat ibu hamil kurang mendapatkan informasi dan
pemahaman tentang perawatan yang tepat selama hamil, perawatan bayi dan semasa nifas.
Bayinya ibu hamil yang mengalami pendarahan, hipertensi dan penyakit lainnya yang
menjadikan munculnya komplikasi kehamilan dan persalinan. Banyaknya ibu hamil yang
tidak mengetahui tanda-tanda bahaya selama kehamilan, berdampak pada kematian ibu
dan anak yang baru lahir
Guna menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk
penduduk miskin dan tidak mampu. Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan
sumberdaya di bidang Kesehatan yang adil dan merata untuk mempeoleh derajat kesehatan
yang setinggi tingginya. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistenm Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Di dalam Undang-Undang tersebut diatur
pula bahwa pelayanan Kesehatan meliputi pula pelayanan KB, namun masih besarnya
Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum terlayani dan belum menggunakan kontrasepri.
Tingginya Pasangan Usia Subur yang tidal terlayani KB merupakan persoalan yang
terkait dengan laju pertumbuhan penduduk, kurangntya tenaga penyuluh KB membuat masih
banyaknya PUS yang belum terjangkau layanan dan informasi tentang pentingnya KB,
khususnya pada PUS yang tergolong miskin. Jika hal ini berlangsung lama, tentu saja
menjadikan keluarga yang tergolong miskin akan menanggung beban ekonomi yang
semakin besar dan menambah bertambahnya penduduk miskin dan rentan miskin. Selian itu
belum tercukupinya alat kontra sepsi menjadi factor yang mempengaruhi masih banyaknya
PUS yang tidak ber KB.
terkait erat dengan kemiskinan adalah 1. Sulitnya akses air bersih; 2. Sanitasi yang tidak
Sulitnya akses air bersih atau air minum disebabkan oleh sumber air yang jauh,
masyarakat miskin dan rentan menganggap bahwa biaya penyanmbungan air minum
tergolong mahal, volume air yang tidak cukup sepanjang tahun serta kualitas air baku yang
buruk. Kondisi sanitasi yang tidak layak disebabkan oleh terbatasnya sambungan rumah air
limbah, tidak memiliki jamban, terletak di kawasan kumuh, perilaku BABS serta jamban yang
tidak memenuhi standar. Kondisi hunian yang tidak layak disebabkan oleh karena luasan
rumah yang tidak sesuai standar, tidak memiliki lahan untuk bangun rumah, dan kondisi
infrastruktur maka pembangunan harus diarahkan untuk bagaimana meningkatkan akses air
minum melalui sambungan rumah. Begitupula dengan akses sanitasi, kebijakan anggaran
harus diarahkan pada peningkatan layanan sanitasi. Sedangkan untuk mengatasi masalah
kemiskinan dari aspek hunian yang tidak layak maka program peningkatan kualitas rumah
swadaya melalui Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya harus ditingkatkan dalam rangka
Untuk mewujudkan hal tersebut, harus dilakukan melalui berbagai upaya terintegrasi
dan kolaborasi pendanaan antara mulai dari Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten dan
Pemerintah Desa mengingat kapasitas fiscal daerah yang sangat terbatas. Disamping itu
di daerah.
Polewali Mandar merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang tidak luput dari
masalah kemiskinan, efek covid-19 merupakan efek yang sangat luar biasa yang yang
berdampak pada pendapatan masyarakat dan hal-hal yang ditimbulkan antara lain lapangan
kerja yang semakin sedikit di segala sektor baik pertanian, perkebunan, industri, pariwisata
dan sektor lainnya. Pemerintah memperkirakan penurunan pendapatan masyarakat
mencapai titik terendah sampai kisaran 75 – 80 % dan yang paling berdampak adalah pada
sektor usaha kecil menengah (UKM) dan pariwisata. Tenaga kerja yang tidak memiliki
keahlian khusus dan atau tingkat Pendidikan yang rendah pada sektor UKM dan pariwisata
juga banyak terkena dampak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan atau
dirumahkan dikarenakan mengalami seleksi alami dalam persaingan kualitas dan loyalitas
kerja, sehingga hal ini memunculkan masalah baru dengan meningkatnya jumlah
pengangguran.
1000
800
600
400
200
0
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah alokasi Belanja Tidak Langsung lebih besar jika dibandingkan dengan Belanja
Langsung. Jumlah alokasi yang dimaksud mencapai selisih lebih dari 50 persen, dengan
selisih terbesar terjadi pada tahun 2016 dengan angka lebih dari 60 persen setara dengan
2.002,33 milyar atau naik 191,3 milyar dari tahun 2015. Perkembangan pos-pos Belanja
Tidak Langsung Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tahun
URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019
Belanja Pegawai 581,98 641,17 538,09 551,81 613,35
Belanja Bunga 0,27 0,27 0,003 - -
Belanja Subsidi - - - - -
Belanja Hibah 14,56 15,58 23,98 62,81 26,68
Belanja Bansos 0,88 2,03 5,22 5,67 4,12
Belanja Bantuan Keuangan 61,15 168,53 189,78 203,64 238,05
Belanja Tidak Terduga 1,0 0,5 0,5 0,5 3,00
Belanja Bagi Hasil 0,25 0,27 0,34 1,8 3,1
Sumber : LRA Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019
Dari delapan pos di atas, Belanja Tidak Langsung tidak dialokasikan untuk Belanja
Subsidi. Belanja Subsidi adalah Alokasi anggaran yang diberikan Pemerintah kepada
perusahaan negara, lembaga Pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi,
menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan/ atau jasa untuk memenuhi hajat hidup
orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat.
Tahun
URAIAN
2015 2016 2017 2018 2019
Komposisi pos Belanja Langsung Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari tiga pos, yaitu
Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Dari ketiga pos tersebut,
pos Belanja Langsung lebih banyak dialokasikan untuk Belanja Barang dan Jasa dengan
angka yang selalu meningkat sejak tahun 2015 sampai tahun 2019, dengan persentase
terbesar di tahun 2018 yang mencapai 53.40 persen dari total Belanja Langsung Kabupaten
Polewali Mandar.
Tabel 5. 4 Jumlah Realisasi Belanja Langsung Menurut Urusan Pemerintahan dan Bidang
Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019
REALISASI
URUSAN
ANGGARAN
URUSAN WAJIB
Pendidikan 1.561.234.100
Kesehatan 17.305.019.900
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 10.729.895.000
Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman 765.806.088
Sosial 1.094.479.350
Tenaga Kerja 423.954.500
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 774.303.142
Pemberdayaan Masyarakat Desa 392.243.140
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 195.777.900
JUMLAH URUSAN WAJIB 33.242.713.120
URUSAN PILIHAN
Kelautan dan Perikanan 1.622.484.928
Pertanian 3.984.434.000
JUMLAH URUSAN PILIHAN 5.606.918.928
TOTAL 38.849.632.048
Sumber : LRA Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019
Anggaran belanja sektoral Kabupaten Polewali Mandar tahun 2019 untuk urusan wajib
adalah Rp 567 milyar dan untuk urusan pilihan sebesar Rp 16.88 milyar. Dari total 583 milyar
lebih Belanja Langsung di Urusan Wajib, pos terbesar dialokasikan untuk kesehatan yang
mencapai angka Rp 248,48 milyar. Hal ini dapat dilihat sebagai upaya pemerintah daerah
Kabupaten Polewali Mandar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor
kesehatan.
Grafik 5. 2 Komposisi Anggaran Belanja Sektoral Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019
Urusan Pilihan
2,89%
Urusan Wajib
97,11%
Dilihat dari grafik di atas, komposisi anggaran urusan wajib sebesar 97,11 persen dari
total keseluruhan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan pada Belanja Langsung, dan 2,89
persennya merupakan Urusan Pilihan.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD pada seluruh urusan pemerintahan pada
dasarnya mengacu kepada dua strategi utama yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat
dan mengurangi pengeluaran. Pada tahun 2019, alokasi anggaran untuk penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Polewali Mandar sebesar Rp 237,95 milyar yang tersebar di
berbagai OPD baik urusan wajib maupun pilihan. Kegiatan yang dihitung merupakan
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penduduk miskin. Berikut ini rekapitulasi kegiatan
penanggulangan kemiskinan Kabupaten Polewali Mandar tahun 2019.
Penyediaan Rehabilitasi/Pem
Prasarana dan Penyediaan eliharaan
Sarana Air Air Minum Jaringan Irigasi
Pengembangan
Limbah dan Sanitasi 16%
sistem distribusi
1% Berbasis
Air Minum Pemberdayaan
Masyarakat
1% Petani
2%
0%
Penyediaan
Prasarana dan
Sarana Air
Minum bagi
Masyarakat
Berpenghasila
n Rendah Pembangunan
26% dan Peningkatan
Sumber Air
54%
Anggaran terbesar kedua pada alokasi Urusan Wajib ditempati oleh Urusan Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang dengan kegiatan yang meliputi :
Dari 7 kegiatan yang dilaksanakan pada Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang, 3 (tiga) kegiatan diantaranya dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang dan 4 (empat) lainnya dilaksanakan oleh Dinas Perumahan Rakyat dan
Dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh kedua SKPD ini, diharapkan mampu
menanggulangi kemiskinan Kabupaten Polewali Mandar melalui peningkatan sarana dan
prasarana publik serta distribusi air minum, penyediaan air minum dan sanitasi yang baik,
juga pemeliharaan jaringan irigasi untuk membantu pertanian yang merupakan salah satu
mata pencaharian penduduk Kabupaten Polewali Mandar.
Dari 7 (tujuh) kegiatan dalam Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Polewali Mandar, dana terbesar dialokasikan untuk Pembangunan dan
Peningkatan Sumber Air, yaitu sebesar Rp 33,06 milyar atau setara dengan 53,54 persen
dari total anggaran Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang mencapai Rp 61,75
milyar.
Urusan Kelautan
dan Perikanan
35%
Urusan Pertanian
65%
Urusan Pilihan Kabupaten Polewali Mandar terdiri dari Urusan Kelautan dan Perikan
dan Urusan Pertanian. Kegiatan yang termasuk ke dalam Urusan Kelautan dan Perikanan,
dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dengan anggaran mencapai Rp 1,20 Milyar
atau setara dengan 34,52 persen dari total anggaran Urusan Pilihan. Anggaran sejumlah ini
dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan, yaitu :
Urusan Pertanian pada Urusan Pilihan Kabupaten Polewali Mandar, dilaksanakan oleh
Dinas Pertanian dengan kegiatan Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis dan dialokasikan
dana sebesar Rp 2,28 milyar. Total anggaran ini setara dengan 65,48 persen dari total
Urusan Pilihan Kabupaten Polewali Mandar tahun 2019. Dengan mata pencaharian sebagian
besar penduduknya yang merupakan petani, anggaran ini diharapkan mampu mencukupi
anggaran dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Polewali Mandar.
d. Pembagian Ternak
l. Pembagian GPS
1) Kegiatan OPD belum menyasar sasaran yang tepat dan tidak terintegrasi untuk
penanggulangan kemiskinan.
2) Masih terjadi exclussion error dan inclussion error pada data terpadu
penanggulangan kemiskinan.
3) Belum adanya pemanfaatan CSR dalam penanggulangan kemiskinan.
4) Belum intensifnya advokasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan TKPK
kabupaten/kota dan Kecamatan.
5) Belum optimalnya pengunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
kemiskinan dalam intervensi penangulangan kemiskinan pada dokumen
perencanaan penganggaran daerah.
7.3 Meningkatnya penduduk miskin dan rentan akibat dampak pandemi Covid-19
Polewali Mandar merupakan salah satu kabupaten yang tidak luput dari masalah
kemiskinan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Efek Covid-19 merupakan efek yang
sangat luar biasa yang yang berdampak pada pendapatan masyarakat dan hal-hal yang
ditimbulkan antara lain lapangan kerja yang semakin sedikit di segala sektor baik pertanian,
perkebunan, industri, pariwisata dan sektor lainnya. Pemerintah memperkirakan penurunan
pendapatan masyarakat mencapai titik terendah sampai kisaran 75 – 80 % dan yang paling
berdampak adalah pada sektor usaha kecil menengah (UKM) dan pariwisata. Tenaga kerja
yang tidak memiliki keahlian khusus dan atau tingkat Pendidikan yang rendah pada sektor
UKM dan pariwisata juga banyak terkena dampak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK)
dan atau dirumahkan dikarenakan mengalami seleksi alami dalam persaingan kualitas dan
loyalitas kerja, sehingga hal ini memunculkan masalah baru dengan meningkatnya jumlah
pengangguran.
Bertalian erat dengan fakta bahwa pada periode RPJMD 2014-2019, APBD Kabupaten
Polewali Mandar belum dapat memberikan dampak yang signifikan dalam upaya
penanggulangan kemiskinan, maka dapat dianalisa permalalahan-permasalahan mendasar
di dalamnya sebagai berikut;
Secara normatif persoalan lemahknya koordinasi, integrasi dan sinergi program dan
kegiatan penanggulangan kemiskinan masih menjadi persoalan. TKPKD yang selama
seharusnya memiliki peran paling strategis dalam program dan kegiatan
penanggulangan kemiskinan masih sering menghadapi kendala teknis dan non-teknis
dalam upaya mengimplementasikan strategi dan kebijakan penanggulangan
kemiskinan secara optimal.
a. Penataan asistensi sosial reguler dan temporer berbasis keluarga dan siklus
hidup, melalui Program Keluarga Produktif dan Sejahtera, meliputi:
1) Mengintegrasikan berbagai asistensi sosial berbasis keluarga bagi keluarga miskin dan
rentan yang memiliki anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia, dalam bentuk
bantuan tunai bersyarat dan/atau sementara, bantuan pangan bernutrisi, dan
pendampingan pengasuhan. Untuk penyaluran asistensi sosial dalam bentuk bantuan
tunai, dikembangkan penyaluran dengan skema uang elektronik (UNIK) dan
memanfaatkan agen layanan keuangan digital sebagai tempat pencairan bantuan.
2) Memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial berbasis komunitas untuk PMKS yang
berada di luar sistem keluarga, serta menjadikan pelayanan di dalam lembaga/panti
sebagai alternatif terakhir. Pelayanan bagi lanjut usia dan rehabilitasi bagi penyandang
disabilitas dan kelompok masyarakat marjinal berbasis komunitas dapat dilakukan
melalui peningkatan kapasitas pendampingan sosial dan ekonomi.
3) Meningkatkan integrasi program pemberdayaan bagi penduduk miskin dan rentan,
melalui peningkatan kemampuan keluarga dan inklusi keuangan, serta peningkatan
akses layanan keuangan sehingga membuka kesempatan bagi pengembangan
ekonomi.
d. Optimalisasi aset-aset produksi secara memadai bagi masyarakat miskin dan rentan
sebagai modal dasar bagi pengembangan penghidupan
1) Mengoptimalkan hasil distribusi pemberian hak milik atas tanah melalui program
kepemilikan tanah terutama bagi petani gurem secara selektif, disertai pembinaan yang
memadai sebagai sumber penghidupan yang layak;
2) Melakukan inventarisasi kebutuhan pengembangan lahan penduduk miskin agar dapat
diketahui secara pasti upaya-upaya apa saja yang masih perlu dan bisa dilakukan oleh
para pihak dalam mendukung optimalisasi pengelolaan lahan tersebut;
3) Koordinasi dan harmonisasi peran para pihak di tingkat pusat dan daerah dalam
mendukung pengembangan lahan penduduk miskin secara maksima l;
Program dan kegiaan pokok merupakan RAD Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2020-
2024, uraian mengenai program dan kegiatan pokok dan prioritas yang akan dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar dengan dukungan prapihak. Secara khusus,
program dan kegiatan indikatif yang dijabarkan adalah turunan dari tiga strategi utama yakni:
perlindungan sosial, pelayanan dasar dan peningkatan penghidupan berkelanjutan, dengan
dukungan dari strategi pendukung yakni sistem pendukung kebijakan penanggulangan
kemiskinan daerah.
a) Kegiatan penyediaan layanan kesehatan untuk UKM dan UKP rujukan tingkat
daerah Kabupaten/Kota, dengan sub kegiatan:
- Pengelolaan jaminam kesehatan masyarakat
Kebijakan, program dan kegiatan pokok prioritas dalam perluasan penjangkauan dalam
penyediaan layanan publik terutama diarahkan pada paket pelayanan dasar minimal yaitu
administrasi kependudukan, kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial, dan infrastruktur
dasar (perumahan yang layak, akses terhadap listrik, air minum, sanitasi). Uraiannya sebagai
berikut:
Kebijakan, program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak atas identitas hukum dan administrasi kependudukan:
a) Advokasi dan KIE tentang kesehatan reproduksi remaja bagi masyarakat miskin
dan kelompok rentan
Kebijakan, program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak perumahan, akses terhadapa sanitasi, akses air bersih, dan
listrik sebagai beriktut:
a. Memfasilitasi penyediaan rumah sehat dan layak huni serta lingkungan perumahan yang
sehat bagi masyarakat miskin dan kelompok rentan.
1) Program Fasilitasi penyediaan rumah sehat dan layak huni
a) Fasilitasi penyediaan rumah sehat dan layak huni serta lingkungan yang sehat
bagi masyarakat miskin
2) Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
a) Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan pemukiman
bagi masyarakat miskin dan rentan
b) Fasilitasi kredit lunak untuk pembangunan dan perbaikan serta kepemilikan
rumah bagi masyrakat miskin dan rentan
3) Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam bagi Masyarakat Miskin dan
Rentan
a) Fasilitasi dan stimulasi rehabilitasi rumah akibat bencana alam
b. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar bagi masyarakat miskin
secara partisipatif.
1) Program Pengembangan Infratruktur Pedesaan
a) Kegiatan PANSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat)
b) Kegiatan SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
c) Kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
c. Meningkatkan akses terhadap elektrifikasi bagi masyarakat miskin dan rentan dan
rentan
2) Program Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan
a) Pengembangan mikro hidro pedesaan
a. Meningkatkan produksi, produktivitas, daya saing dan nilai tambah produk pertanian
(tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan)
d. Optimalisasi aset-aset produksi secara memadai bagi masyarakat miskin dan rentan
sebagai modal dasar bagi pengembangan penghidupan
1) Program integrasi pendataan; data rumah tangga sejahtera KB, data PMKS, data
jamkesnas/ jamkesda/BPJS Kesehatan, data penerima bantuan uiran (PBI) dengan
data basis terpadu (BDT)/ Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
1) Integrasi dan sinkronisasi dokumen SKPD dengan dengan dokumen RPJMD dan
dokumen Renstra OPD
Prinsip-prinsip
b. Transparan
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara terbuka dan dilaporkan secara
luas melalui berbagai media yang ada agar masyarakat dapat mengakses dengan mudah
tentang informasi dan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi.
c. Partisipatif
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melibatkan secara aktif
dan interaktif para pelaku penanggulangan kemiskinan, termasuk masyarakat miskin itu
sendiri.
e. Tepat waktu
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus dilakukan sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
f. Berkesinambungan
1) Hasil laporan rutin Satuan Kerja Perangkat Daerah / Kecamatan / Desa / Kelurahan
pelaksana kebijakan dan program;
2) Hasil pendataan Kantor Badan Pusat Statistik, Dinas KBKS, Dinas Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, dan lembaga pengumpul data lainnya;
3) Hasil penelitian dan kajian kemiskinan partisipatif yang dilakukan oleh perguruan tinggi,
lembaga swadaya masyarakat dan lembaga penelitian;
Data dan informasi tersebut akan dilaporkan secara berkala dan berjenjang kepada
Presiden melalui Gubernur Jawa Tengah. Hal itu tidak lain untuk menjamin kesinambungan
informasi dan bahan evaluasi pemerintah terhadap implementasi program penanggulangan
kemiskinan.
8.2.2 Pelaporan
8.2.3 Diseminasi
Hasil monitoring dan evaluasi penanggulangan kemiskinan menjadi hak publik yang
dapat diakses secara terbuka, cepat dan mudah. Oleh sebab itu, hasil laporan monitoring
dan evaluasi penanggulangan kemiskinan perlu didesiminasikan kepada para pengambil
keputusan, media massa dan masyarakat luas melalui berbagai saluran informasi seperti
media cetak, media elektronik, dan media komunikasi lain yang mudah diakses oleh publik.
Hasil temuan dari kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan: (1) memberikan umpan balik bagi perbaikan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, (2) melakukan pengarusutamaan dan sinkronisasi berbagai
kebijakan dan program, (3) meningkatkan keterbukaan pengelolaan, dan (4)
pertanggungjawaban publik terhadap pelaksanaan kebijakan dan program.
BUPATI