JUDUL
1
2 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
DAFTAR TABEL......................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................7
1. Latar Belakang.............................................................................................................8
2. Maksud dan Tujuan....................................................................................................10
3. Ruang Lingkup Kegiatan...........................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................14
1. Gambaran Umum Wilayah........................................................................................15
2. Status Gizi Masyarakat..............................................................................................19
3. Akses Pangan.............................................................................................................22
4. Mutu dan Keamanan Pangan.....................................................................................25
5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat...............................................................................25
6. Kelembagaan Pangan dan Gizi..................................................................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................28
1. Pendekatan Penelitian................................................................................................29
2. Sumber Data...............................................................................................................29
3. Metode Penelitian......................................................................................................29
4. Kerangka Pikir...........................................................................................................30
BAB IV ANALISIS PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INVESTASI PEMBANGUNAN.....31
1. Ketersediaan Pangan..................................................................................................32
2. Distribusi Pangan.......................................................................................................47
3. Konsumsi Pangan.......................................................................................................47
4. Keamanan Pangan......................................................................................................58
BAB V ANALISIS SITUASI STUNTING, PANGAN DAN GIZI DI KABUPATEN
BLITAR.....................................................................................................................61
1. Situasi Gizi.................................................................................................................62
2. Intervensi Spesifik Stunting.......................................................................................69
3. Intervensi Sensitif Stunting........................................................................................76
BAB VI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGANAN STUNTING, PANGAN
DAN GIZI DI KABUP ATEN BLITAR...................................................................84
BAB VII RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI KABUPATEN BLITAR.......................89
1. Tujuan dan Sasaran (outcome)...................................................................................90
2. Penguatan Rencana Aksi Pangan dan Gizi................................................................94
BAB VIII DRAFT PERBUP RAD-PG KABUPATEN BLITAR 2022-2027.......................103
2
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................109
3
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
7
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan pangan dan gizi adalah sebuah investasi strategis yang akan
memberikan dampak dalam jangka panjang bagi peningkatan kualitas dan produktifitas
sumberdaya manusia. Pengaruh pangan dan gizi begitu signifikan sehingga pemerintah
menetapkan program percepatan pangan dan gizi utamanya pada 1000 hari pertama
kehidupan (Perpres No 42 Tahun 2013). Selain itu, presiden telah mengeluarkan Perpres
No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang merupakan wujud
komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi
14% pada tahun 2024 yang searah dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2020-2024 dan memperkuat penerapan Strategi Nasional Percepatan
Penurunan Stunting 2018-2024 yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting,
meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan
gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta
meningkatkan akses air minum dan sanitasi.
Berkaitan dengan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2021-2024,
aspek kesehatan menjadi indikator yang dominan dalam output RAN-PG, namun untuk
mencapai output ini diperlukan sinergi antar multisektor dalam pelaksanaan programnya.
Demikian pula, aspek pemerataan akses pangan dan penggunaan pangan yang aman,
bergizi, dan beragam melalui program yang saling terintegrasi (multisektor) merupakan
perhatian utama agenda internasional dalam Sustainable Development Goals (SDGs).
Berdasarkan Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP 124/M.PPN/HK/10/2021 tentang
Penetapan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2021-2024, setiap pemerintah
daerah dihimbau untuk Menyusun RAD-PG sesuai dengan pedoman Bapenas yang
memfokuskan pada 4 tujuan strategis yaitu 1) peningkatan ketersediaan pangan beragam,
bergizi, seimbang, dan aman (B2SA), 2) peningkatan keterjangkauan pangan B2SA, 3)
peningkatan pemanfaatan pangan yang B2SA dan pelayanan gizi, 4) penguatan
kelembagaan dan tata kelola pangan dan gizi. Sedangkan berdasarkan Peraturan Presiden
No. 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan Dan Gizi, Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi (RAN-PG), terdiri dari lima pilar, yaitu: 1) perbaikan gizi masyarakat; 2)
peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam; 3) mutu dan keamanan pangan; 4)
8
perilaku hidup bersih dan sehat; dan 5) koordinasi pembangunan pangan dan gizi. RAD-
PG Kabupaten Blitar disusun mengacu pada keputusan terbaru yaitu Keputusan Kepala
Bapenas tahun 2021.
Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dan berkesinambungan, karena tujuan pembangunan adalah
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu pembangunan yang akan
dilaksanakan harus direncanakan dengan matang. Secara umum pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Blitar tahun 2016-2021 relatif stabil. Namun demikian, pada kondisi tersebut
masih dikhawatirkan terjadinya kerawanan gizi yang selanjutnya dapat menyebabkan
tingginya prevalensi stunting di Kabupaten Blitar.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak
asasi setiap rakyat Indonesia, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan. Pada kenyataannya di Kabupaten Blitar masih terdapat beberapa
kecamatan yang masuk dalam kategori rawan pangan. Rendahnya aksesibilitas pangan,
yaitu kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya,
mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di
tingkat rumah tangga. Pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya masalah
kekurangan gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi, dan anak.
Permasalahan gizi di dunia saat ini mengalami triple burden of nutrition yaitu
terjadinya kurang gizi (berat badan kurang, stunting, dan wasting), kelebihan berat badan
dan obesitas, serta kekurangan zat gizi mikro. Secara global, sekitar 800juta orang
mengalami masalah gizi kurang yang dapat berkontribusi pada stunting, wasting, dan
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Selain itu, di beberapa
negara terjadi kelaparan, dan sebaliknya perubahan gaya hidup yang mengarah pada
konsumsi makanan rendah serat, tinggi garam dan gula, serta kalori. Di sisi lain, penyakit
menular dan penyakit tidak menular juga meningkat. Sangat jelas peran pangan dan gizi
berkontribusi bermakna pada penanggulangan ke dua jenis penyakit ini.
Solusi terkait penanganan kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten Blitar
sebenarnya telah dilaksanakan melalui berbagai kegiatan penanggulangan rawan pangan
dan gizi. Banyak kemajuan telah dicapai dalam pembangunan pangan dan gizi yang
meliputi perbaikan gizi masyarakat, aksesibilitas pangan, mutu dan keamanan pangan,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan koordinasi dalam kelembagaan pangan dan
gizi. Keberhasilan tersebut antara lain ditandai dengan status gizi masyarakat yang
9
semakin membaik dan ketersediaan pangan yang mencukupi kebutuhan penduduk
Kabupaten Blitar.
Namun demikian, untuk memberikan arahan kepada Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) agar mempunyai target indikator dan program kerja yang jelas, maka perlu
disusun suatu Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) di Kabupaten Blitar
untuk 5 tahun ke depan agar dapat terukur capaian atau kinerjanya. Selain itu, OPD dapat
memprioritaskan atau mengalokasikan anggaran untuk kegiatan-kegiatan prioritas terkait
pembangunan pangan, kesehatan, dan gizi.
Data-data dari berbagai OPD dikompilasi dan selanjutnya dilakukan analisis situasi dan
penyusuan RAD-PG 2022-2027 Kabupaten Blitar dengan pembagian sebagai berikut:
1. Analisis Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan
a) Ketersediaan pangan
b) Distribusi pangan
c) Konsumsi pangan
d) Mutu dan Keamanan pangan
12
2. Analisis Situasi Pangan dan Gizi Di Kabupaten Blitar
a) Situasi gizi
b) Pelayanan Kesehatan Intervensi Stunting
c) Intervensi Sensitif Stunting
d) Penyakit Tidak Menular
3. Arah kebijakan dan strategi penanganan stunting, pangan, dan gizi di Kabupaten Blitar
4. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Kabupaten Blitar
5. Draft Perbup RAD-PG Kabupaten Blitar
13
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
15
laut, 36,4% wilayah kecamatan di antara ketinggian antara 200 - <300 meter di atas
permukaan air laut, 27,2% wilayah kecamatan berada pada ketinggian > 300 meter di
atas permukaan air laut.
Terdapat enam kecamatan yang wilayahnya berada di ketinggian > 300 meter di
atas permukaan laut. Secara administrasi Kabupaten Blitar memiliki 22 Kecamatan, 220
Desa dan 28 kelurahan. Berikut Tabel 1 merupakan nama-nama Kecamatan di
Kabupaten Blitar beserta luasan wilayah Kecamatan.
16
penggunungan berbatu, dengan luasan +689,49 Km2 dengan ketinggian antara 105-349
meter dari permukaan laut. Sedangkan untuk wilayah bagian Blitar Utara meliputi
Kecamatan Kanigoro, Talun, Selopuro, Kesamben, Doko, Wlingi, Gandusari, Garum,
Nglegok, Sanankulon, Ponggok, Srengat, Wonodadi, dan Udanawu. Wilayah bagian
Utara Kabupaten Blitar ini memiliki luas +898,94 Km 2 dengan ketinggian 150-420 meter
dari permukaan air laut. Pada bagian Utara ini perpaduan antaran dataran tinggi dan
rendah serta memiliki struktur tanah yang subur dan dialiri aliran sungai yang
keberadaannya di sekitar Gunung Kelud.
Berdasarkan keadaan morfologi, Kabupaten Blitar termasuk dalam jenis morfologi
pegunungan, perbukitan, dan daratan. Dari segi morfologi pegunungan, terletak pada
bagian Blitar Utara dengan ketinggian mencapai 167-2.800 meter dari permukaan laut,
yaitu Gunung Kombang, Gunung Kelud, Gunung Butak. Morfologi tersebut terbentuk
berasal dari letusan gunung api berumur muda dengan kemiringan antara 2 persen hingga
40 persen, meliputi Kecamatan Talun, Doko, Gandusari, Nglegok, dan Ponggok.
Sedangkan untuk morfologi perbukitan, berada pada wilayah Blitar bagian Selatan
dengan ketinggian berkisar 100 meter diatas permukaan air laut (dpl) hingga 350 meter
dpl. Morfologi tersebut umumnya terbentuk dari batuan gamping atau kapur dengan
kemiringan antara 20 persen sampai 40 persen, yang meliputi Kecamatan Panggungrejo,
Wates, dan Wonotirto. Kemudian untuk morfologi dataran, terletak di bagian tengah
wilayah Kabupaten Blitar. Daerah dataran ini ditempati oleh batuan hasil letusan gunung
api dan juga batuan lepas hasil dari endapan Sungai Brantas yang mengalir dari timur ke
barat, dengan kemiringan antara 0% sampai dengan sekitar 20 persen, meliputi
Kecamatan Wonodadi, sebagaian Kecamatan Kademangan, Srengat, Garum,
Sanankulon, Kanigoro, Sutojayan, Kesamben, Wlingi, Selopuro dan Selorejo.
Struktur geologi Kabupaten Blitar kaya akan jenis batuan, mulai dari satuan batu
gamping dan satuan batuan vulkanik dan marin yang berumur Miosen, satuan batuan
vulkanik muda, batuan endapan alluvial sungai dan satuan endapan alluvial pesisir.
Satuan batuan gamping terdiri dari batuan gamping terumbu yang banyak dijumpai di
wilayah Selatan Kabupaten Blitar dengan jumlah hampir 20% dari luas wilayah yang
meliputi Kecamatan Bakung, Wonotirto sebagian Kecamatan Panggungrejo dan sebagian
Kecamatan Wates. Sedangkan satuan batuan campuran terdiri dari endapan vulkanik
(breksi, tuva dan lava) serta endapan marin (batu gamping, napal, serpik, batu pesisir dan
konlomerat) terdapat di Kecamatan Sutojayan, sebagian Kecamatan Kademangan,
Wonotirto, Panggungrejo, Binangun, Wates, Kesamben, Selopuro dan Ponggok. Satuan
17
batuan vulkanik muda terdiri dari lava lahar breksi dan lava andesit sampai basalt,
terletak seluruhnya di bagian Utara wilayah Kabupaten Blitar dengan jumlah ± 50% dari
luas wilayah Kabupaten Blitar.
Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Blitar mempunyai pola yang
berbeda antara wilayah Utara dengan Selatan. Wilayah Utara Sungai Brantas membentuk
pola aliran (drainase system) radial dimana anak sungai dan sungai-sungai utamanya
seolah-olah berpusat pada Gunung Kelud dan Gunung Butak, kemudian menyebar keluar
dan bermuara di Sungai Brantas. Wilayah Selatan, sungai-sungai dan anak sungai
sebagian besar bermuara di Samudera Indonesia dan hanya sebagian kecil (disekitar
Kecamatan Binangun) bermuara di Sungai Brantas. Sumber-sumber mata air utama di
Kabupaten Blitar dengan debit air cukup besar terdapat di Kecamatan Srengat,
Gandusari, Wlingi, dan Kesamben. Sedangkan sumber air lainnya relatif kecil (rata-rata
< 5 liter/detik) terletak di Kecamatan Kesamben, Kademangan, Sutojayan dan Bakung.
Secara klimatologis, iklim di Kabupaten Blitar termasuk tipe C.3 yaitu iklim tropis
yang ditandai dengan adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Musim kemarau umumnya berlangsung antara bulan November – April. Sedangkan
musim penghujan antara bulan Mei – September dengan curah hujan rata-rata 2.000
hingga 3.000 mm/tahun. Dengan suhu rata-rata di Kabupaten Blitar berkisar antara 24,4 ̊
C dan 28,3 ̊C. Tempat disekitar pesisir pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif
lebih tinggi. Dilihat dari penggunan lahan luas wilayah Kabupaten Blitar sekitar 1,588,79
Km2 terbagi dalam beberapa kegunaan lahannya antara lain (Tabel 2):
18
2. Status Gizi Masyarakat
Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara dengan jumlah anak yang
mengalami stunting terbanyak di dunia (Titaley, dkk., 2019). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 30,8%
(Kementerian Kesehatan RI, 2019). WHO menargetkan untuk dapat menurunkan angka
stunting pada tahun 2025 sebanyak 40% (WHO, 2018). Sedangkan prevalensi stunting di
Kabupaten Blitar dari tahun 2018 ke 2020 meningkat dari 4,60% menjadi 19,00% di
tahun 2020. Kasus stunting dan juga gizi buruk dapat menjadi prioritas dari pemerintah
Kabupaten Blitar mengingat jumlahnya yang meningkat setiap tahunnya.
Stunting dapat berakibat fatal untuk masa depan anak baik jangka pendek dan
jangka panjang. Akibat dari stunting pada anak yaitu kemampuan kognitif atau
kecerdasan yang kurang, pendek dibanding teman sebayanya, terganggu pertumbuhan
dan perkembangan otak, rentan terhadap penyakit tidak menular (PTM), peningkatan
risiko overweight dan obesitas, serta produktivitas rendah di masa depan (Setiawan dkk.,
2018). Oleh sebab itu, stunting sangat penting diatasi untuk menyelamatkan masa depan
bangsa kedepannya. Upaya pencegahan dan penurunan stunting melibatkan multipihak
termasuk pemerintah daerah dengan seluruh OPD yang terkait. Peningkatan integrasi
kapasitas OPD di kabupaten/kota oleh pemerintah daerah perlu dilakukan untuk
mendukung percepatan penurunan angka stunting (Saputri, 2019). Namun, pada
realitanya rencana kerja pemerintah dalam aksi konvergensi penanggulangan stunting
belum secara optimal memprioritaskan keterlibatan antar OPD di beberapa daerah di
Indonesia (Permanasari dkk, 2020). Tak hanya itu, proses penanggulangan stunting yang
dilakukan oleh pemerintah juga perlu disertai dengan kolaborasi lintas sektor lainnya
sehingga tujuan upaya penanggulangan stunting yang telah dilakukan pemerintah dapat
terwujud secara efektif dalam jangka panjang.
Prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Blitar pada tahun 2020 mengalami
peningkatan yaitu mencapai 0,17% (Tabel 3). Meskipun demikian, hal ini ditangani
dengan cukup baik terlihat dari indikator cakupan balita gizi buruk yang tertangani di
Kabupaten Blitar yaitu mencapai 100%. Peningkatan prevalensi diimbangi juga dengan
cakupan posyandu per satuan balita yang cukup baik, yaitu 1:46 yang artinya setiap
posyandu melayani 46 balita. Meskipun cakupan kunjungan bayi pada tahun 2020 sedikit
menurun yaitu berada pada 99,09%, namun secara keseluruhan kinerja pemerintah dalam
memperhatikan kesehatan bayi dan balita di Kabupaten Blitar sudah baik.
19
Tabel 3. Indikator Terkait Kesehatan Bayi dan Balita Kabupaten Blitar
Tahun 2016-2020
No. Indikator Realisasi
2016 2017 2018 2019 2020
1 Angka Kematian Bayi/ 1000 10,45 9,13 9,03 7,82 6,84
KH (SDG’s)
2 Prevalensi Stunting 19,7% 23,2% 17,2% 18,06% 15,46%
3 Peningkatan Prevalensi 1,18 0,148 0,124 0,033 0,17
Balita Gizi Buruk (%)
4 Rasio posyandu per satuan 1:55 1:58 1:58 1:46 1:46
balita
5 Cakupan Kunjungan Bayi 92 91,04 94,76 100,39 99.09
(%)
6 Cakupan Balita Gizi Buruk 100 100 100 100 100
Mendapat Perawatan (%)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
20
Gambar 2. Kondisi Prevalensi Stunting dan Jumlah Balita Stunting Desa di
Kabupaten Blitar Tahun 2021
21
Dalam masa pandemi Covid-19 kegiatan imunisasi mengalami beberapa kendala
diantaranya:
1) Pada awal terjadinya pandemi belum ada pedoman pelaksanaan imunisasi pada
masa pandemik, sehingga imunisasi yang seharusnya berjalan sesuai jadwal
sempat tertunda dan hanya dilayani di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas)
saja.
2) Pada awal masa pandemi belum tersedia Alat Pelindung Diri yang cukup untuk
petugas imunisasi dan kader posyandu.
3) Setelah adanya pedoman imunisasi dalam masa pandemi, tata cara imunisasi
diganti dengan cara mengundang sasaran ke fasilitas pelayanan Kesehatan, tetapi
ada beberapa sasaran yang tidak hadir karena alasan kekhawatiran masyarakat
terhadap Covid-19.
f. Cakupan Pustu
Cakupan Pustu di Kabupaten Blitar sebesar 27.42% tidak mengalami perubahan
sampai dengan tahun 2020 karena tidak ada penambahan jumlah Pustu di Kabupaten
Blitar.
3. Akses Pangan
Keberhasilan meningkatkan status ketahanan pangan tidak terlepas dari
meningkatnya produksi beragam jenis bahan pangan dari sektor pertanian dalam arti
luas. Dari sisi ketersediaan energi dan protein, yang merupakan cerminan dari
ketersediaan pangan secara agregat, ketersediaan pangan di Kabupaten Blitar sudah
lebih dari cukup dibandingkan dengan standar kebutuhannya. Status ketahanan pangan
juga dipengaruhi oleh capaian pembangunan ketahanan pangan dari aspek
keterjangkauan pangan. Keterjangkauan pangan merupakan kemampuan masyarakat
dalam mengakses pangan, baik dari sisi akses terhadap ekonomi maupun akses fisik.
Keterjangkauan pangan dari sisi ekonomi dipengaruhi antara lain oleh tingkat
pendapatan atau daya beli, stabilitas harga pangan, maupun tingkat kemiskinan. Selain
itu pengeluaran untuk pangan juga dapat dijadikan indikator keterjangkauan pangan dari
sisi ekonomi karena dapat menunjukkan volume dan ragam bahan pangan yang dibeli
oleh masyarakat.
Pemanfaatan pangan dicerminkan oleh konsumsi pangan perseorangan atau
rumah tangga yang dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, pola
konsumsi pangan, dan pengetahuan pangan dan gizi. Kuantitas dan kualitas pangan yang
22
dikonsumsi secara langsung akan menentukan status gizi, namun penyerapan gizi dalam
tubuh dipengaruhi oleh kondisi fisik seseorang. Untuk dapat hidup secara sehat, aktif
dan produktif, maka diperlukan asupan pangan dan gizi yang sesuai dengan kebutuhan.
Upaya pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi tersebut dilakukan dengan penerapan pola
konsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA) yang dimulai dari
keluarga. Beberapa parameter sebagai indikator perkembangan kualitas pemanfaatan
pangan dan status gizi masyakat antara lain:
1) Konsumsi Energi, Protein dan PPH Konsumsi
2) Pengaruh Kondisi Rentan Rawan Pangan Terhadap Status Gizi
Persentase kekurangan gizi/energi merupakan indikator rentan rawan pangan,
penduduk dengan konsumsi energi kurang dari 1.400 kkal/kapita atau kurang dari 70
persen dari AKG dapat di kelompokkan dalam rawan pangan.
Berdasarkan data tahun 2021, tidak ditemui permasalahan ketersediaan pangan
utama sebab terjadi surplus di Kabupaten Blitar. Namun demikian, hal yang perlu
diwaspadai adalah terjadinya penurunan produktivitas tanaman pangan yaitu
produktivitas padi ladang yang cenderung menurun. Hal ini dapat mengganggu
ketahanan pangan di Kabupaten Blitar. Indikator yang digunakan sebagai tolak ukur
keberhasilan pemerintah daerah Kabupaten Blitar pada aspek pangan dapat dilihat pada
Tabel 4.
23
sebesar 110,14%, kemudian mengalami peningkatan di tahun-tahun selanjutnya. Angka
ini perlu ditingkatkan kembali setiap tahunnya agar terjadi surplus ketersediaan pangan
utama.
Produktivitas padi ladang mengalami penurunan sehingga mempengaruhi
produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Blitar, kecuali di tahun 2016 dan 2017 padi
ladang memberikan kontribusi pada kenaikan produktivitas padi. Melihat data pada
Gambar 3, maka produksi padi ladang perlu mendapat perhatian agar mengalami
peningkatan pada periode ke depan.
80
71.6 69
65.87 66.53 68
70 63.73
60 52.6
50 44 45 46
40
30
20
10
0
2016 2017 2018 2019 2020
24
400,000.00
411,082.0 423,485.0
300,000.00 0 0 380,687.8
1 320,282.6 340,216.0
200,000.00 0 0
100,000.00
0.00
2016 2017 2018 2019 2020
25
4. Mutu dan Keamanan Pangan
Kegiatan pengawasan mutu dan keamanan pangan dapat dilihat dari data
frekuensi keracunan pangan, cakupan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat,
jumlah kelompok penerima sertifikat mutu dan keamanan asal tanaman segar, serta
jumlah UKM/UMKM penerima sertifikat PIRT. Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan oleh OPD terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar antara lain kegiatan
Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) bagi Industri Rumah Tangga (IRT) pangan dan
pangan siap saji, sertifikasi PIRT, sertifikasi jasa boga, sertifikasi kantin sekolah, dan
sampling makanan jajanan. Tujuan utama pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
bukan hanya dari segi perdagangan semata, namun sebagai upaya untuk melindungi
masyarakat dari dampak buruk yang diakibatkan oleh konsumsi pangan yang tidak
aman. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan dapat
meliputi sosialisasi sertifikasi pangan segar asal tumbuhan, pemantauan pangan segar
(sampel sayur dan buah serta sampel pangan jajanan anak sekolah), serta workshop
pengawasan dan pembinaan keamanan pangan.
26
dan manfaat PHBS rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
Pemda Kabupaten Blitar telah mendata jumlah rumah tangga yang bersanitasi
(Gambar 5). Kinerja pemerintah pada indikator ini konsisten meningkat sepanjang tahun
2016 sampai dengan 2019. Pada tahun 2016 rumah tangga bersanitasi di Kabupaten
Blitar tercatat 242.438 rumah tangga, kemudian meningkat menjadi 243.150 rumah
tangga dan sedikit merangkak naik lagi di tahun 2018 menjadi 243.496 rumah tangga.
Pada 2019 dan 2020 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu menjadi 246.417 dan
300.137.
Dengan kenaikan yang signifikan di tahun 2020 tentunya menjadi hal yang
positif. Rumah tangga bersanitasi menjadi salah satu faktor lingkungan dan masyarakat
yang sehat, oleh karena itu dengan melakukan boosting pada indikator ini atau paling
tidak pada area ini menjadi penting. Artinya, pada periode pembangunan ke depan perlu
melakukan evaluasi dan peningkatan kinerja pada indikator ini.
350,000
300,137
300,000
242,438 243,150 243,496 246,417
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
0
2016 2017 2018 2019 2020
27
gizi. Keberlangsungan pembangunan ketahanan pangan dan gizi sangat ditentukan tidak
hanya oleh performa salah satu sektor saja tetapi juga oleh sektor lainnya. Dengan
demikian sinergi antar sektor, sinergi pemerintah dan masyarakat merupakan kunci
keberhasilan pembangunan ketahanan pangan.
Pembangunan ketahanan pangan dan gizi membutuhkan kelembagaan yang
mantap dengan didukung oleh sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia
mempunyai peran yang penting dan menentukan dalam pengelolaan kelembagaan
pangan dan gizi. Oleh karena itu, upaya pengembangan sumber daya manusia perlu
lebih dioptimalkan.
28
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Kegiatan penyusunan RAD-PG Kabupaten Blitar melibatkan lintas PD dalam
koordinasi dan supply data yang diperlukan. Metode ini dilakukan karena Rencana Aksi
Pangan dan Gizi tidak hanya berkaitan dengan aspek kesehatan tetapi juga aspek non-
kesehatan seperti bagaimana ketersediaan pangan, bagaimana sanitasi lingkungan,
termasuk juga berkaitan dengan aspek kinerja kelembagaan terkait yang bergerak dalam
penyuluhan dan pendidikan, seperti Dinas Pendidikan, Dinas Komunikasi dan
Informatika, Dinas Peternakan dan Perikanan dan PD lain yang terkait.
Oleh karenanya sangat penting dilakukan koordinasi lintas sektor, selain juga
berkaitan dengan target-target yang ingin dicapai oleh Kabupaten Blitar. Target-target
tahunan sangat terkait dengan renstra masing-masing PD. Sehingga koordinasi dan
komunikasi program lintas sektor menjadi sangat urgen dan menjadi kegiatan yang harus
dilaksanakan dalam rangka penyusunan RAD-PG Kabupaten Blitar.
2. Sumber Data
Sumber data untuk menyusun RAD-PG Kabupaten Blitar berasal dari OPD terkait
seperti Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas
Pendidikan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Peternakan dan Perikanan dan PD
lain yang terkait. Agar RAD-PG yang disusun sesuai dengan pedoman yang di atasnya
maka, data-data juga diperoleh dari RAD-PG Provinsi Jawa Timur dan RAN-PG di level
nasional.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis kebijakan dengan
menggunakan data sekunder yang telah ada. Metode analisis data sekunder sering
dinamakan existing statistics. Sumber data sekunder dapat berasal dari database instansi,
dokumen data statistik atau laporan hasil penelitian. Dalam penelitian analisis data
sekunder, peneliti mengumpulkan sumber-sumber informasi melalui sumber data yang
ditemukan tersebut. Peneliti menata kembali atau mengkombinasikan informasi ke dalam
cara baru untuk menjawab pertanyaan penelitian. Existing analysis research lebih sering
digunakan untuk penelitian deskriptif eksplanatori.
30
4. Kerangka Pikir
Kerangka Pikir dalam penyusunan RAD-PG Kabupaten Blitar ini dapat dilihat pada
Gambar 6 berikut.
Kelembagaan
Pangan & Gizi
Tujuan Strategis
1) Ketersediaan B2SA
2) Keterjangkauan B2SA
3) Pemanfaatan Pangan B2SA dan Pelayanan Gizi
4) Penguatan kelembagaan dan tata Kelola pangan dan gizi
Asupan Kesehatan
Pangan / Gizi
31
32
BAB IV
ANALISIS PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INVESTASI PEMBANGUNAN
1. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan merupakan kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi
dalam negeri dan cadangan pangan serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat
memenuhi kebutuhan. Di sisi lain, keterbatasan lahan pertanian dan dampak global
warming akan mempengaruhi masa tanam dan bahkan akan berpengaruh terhadap
produksi dan produktivitas lahan.
Produksi tanaman pangan di Kabupaten Blitar penting untuk diperhatikan karena
menyangkut bahan makanan pokok masyarakat yang akan mempengaruhi tingkat
ketahanan pangan rumah tangga. Pemantauan produksi tanaman pangan dilakukan pada
tanaman sumber karbohidrat dan protein yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
antara lain: padi, jagung, dan kedelai. Di samping itu, terdapat bahan pangan strategis
meliputi cabai, nanas, kakao, dan cengkeh.
Kabupaten Blitar merupakan daerah agraris, di mana kekuatan ekonomi didukung
sebagian besar dari sektor pertanian. Beberapa komoditas pertanian tanaman pangan pada
tahun 2021 ada yang mengalami kenaikan dan ada yang mengalami penurunan dibanding
tahun sebelumnya baik yang disebabkan pertambahan luas panen maupun
produktivitasnya. Lebih lanjut terkait hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Padi
Produksi padi tahun 2020 mengalami kenaikan 6,19 % dan produktivitasnya
mengalami kenaikan 1,23 %. Hal ini disebabkan karena ketersediaan air khususnya air
hujan sangat cukup dalam mendukung peningkatan produksi padi saat musim tanam
padi 2019/2020 dan musim tanam 2020. Sehingga kegiatan intensifikasi padi yang
dilakukan petani terlaksana sesuai yang diharapkan. Selain itu juga mendapatkan
bantuan benih padi, perpompaan dan pembangunan Jaringan Irigasi Tersier (JIT).
Penyuluhan kepada petani mengenai budidaya pertanian yang baik dan benar pun juga
dapat terlaksana dengan baik.
Dalam meningkatkan produktivitas padi sesuai dengan kearifan lokal, Dinas
Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar bekerjasama dengan MHI (Metode Hayati
Indonesia) telah melakukan uji coba penanam padi di 7 kecamatan sentra padi
(Wlingi, Talun, Selopuro, Doko, Sutojayan, Kesamben dan Gandusari) melakukan
percepatan tanam meningkatkan produktivitas padi 12 ton/ha. Selain itu juga
33
melakukan demplot padi lokal varietas unggul (Padi PIM) di Kecamatan Gandusari (3
Ha) dan Kecamatan Kademangan (10 Ha) melakukan percepatan tanam meningkatkan
produktivitas padi 12 ton/ha.
b. Jagung
Produksi dan produktivitas jagung di tahun 2020 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya, di mana produksi jagung naik 2,46% sedangkan
produktivitas juga naik 1,06%. Hal ini bisa terjadi karena terjadi perluasan areal tanam
jagung. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar telah bekerjasama dengan
LMDH (Lembaga Masyarakat Hutan) untuk mengoptimalkan lahan perhutani dengan
pengembangan budidaya jagung seluas ± 600 Ha. Selain itu juga bekerjasama dengan
KTH (Kelompok Tani Hutan) untuk mengoptimalkan lahannya dengan budidaya
jagung seluas (± 1.700 Ha). Selain itu juga petani mendapatkan pendampingan dan
pembinaan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, bantuan benih jagung
bermutu tinggi, bantuan pupuk, pemberantas OPT dan alsintan sehingga bisa
meningkatkan produksi dan produktivitas jagung.
c. Kedelai
Tanaman kedelai mengalami penurunan produksi 55,05% dibanding tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya luas tanam kedelai seluas 56,5%.
Minat petani untuk menanam kedelai menurun karena perawatan tanaman kedelai
lebih sulit dibanding komoditas lain sehingga petani lebih memilih menanam cabai
rawit dan bawang merah yang hasilnya lebih menjanjikan. Untuk produktivitas naik
7,14% melebihi dari yang ditargetkan 1%. Hal ini disebabkan karena kondisi iklim
mendukung dalam pertumbuhan kedelai serta minimnya serangan hama penyakit.
d. Cabai
Cabai besar dan cabai rawit rata-rata produksi di tahun 2020 Naik 41,61%
namun produktivitasnya menurun sebesar 12,65 %. Produksi naik karena luas tanam
juga naik sebesar 32,23 %. Tetapi untuk produktiviasnya turun 12,65% dibanding
tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh musim hujan yang maju membuat petani
tidak maksimal dalam mempersiapkan tanam cabe rawit seperti tahun lalu. Selain itu
kondisi hujan yang terus-menerus membuat tanaman cabe terserang hama dan jamur
antraknose sehingga produktivitas cabe turun.
34
e. Nanas
Produksi tanaman nanas di tahun 2020 mengalami kenaikan 108,41%
dibanding tahun 2019 sedangkan produktivitas masih tetap seperti tahun lalu.
Produksi nanas naik karena selain mendapatkan bantuan bibit dari APBD dan APBN
juga dipengaruhi oleh cuaca yang mendukung.
f. Kakao
Produksi tanaman tahunan kakao di tahun 2020 meningkat sebanyak 2,40%
dibandingkan tahun lalu dan produktivitas naik 2,41% melebihi dari yang ditargetkan
1%. Hal ini disebabkan karena pendampingan dan pembinaan dari Dinas Pertanian
dan Pangan Kabupaten Blitar seperti peremajaan tanaman kakao untuk meningkatkan
produksinya selain itu juga tingkat kesuburan tanah yang mendukung serta perawatan
tanaman yang baik dan benar sehingga produksi dan produktivitas kakao meningkat.
g. Cengkeh
Produksi tanaman tahunan cengkeh di tahun 2020 meningkat sebanyak 1,81%
sedangkan produktivitasnya meningkat 3,7% dibandingkan tahun 2019. Sehingga
produktivitasnya melebihi target yaitu 1%. Hal ini disebabkan oleh faktor iklim pada
tahun 2020 yang mendukung pertumbuhan tanaman cengkeh di mana dalam
pertumbuhanya memerlukan curah hujan yang cukup dan merata, karena sifat dari
tanaman tersebut tidak tahan terhadap kemarau panjang. Selain itu juga didukung
pendampingan dan pembinaan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar
dalam budidaya cengkeh yang baik dan benar.
35
Tabel 5. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Utama Dinas Pertanian
dan Pangan Tahun 2020
NO SASARAN INDIKATOR SATUA CAPAIAN
TARGET REALISASI
. STRATEGIS KINERJA N (%)
1. Meningkatnya 1.1. Persentase 1,57 0,41 145,5
produktivitas peningkatan
tanaman produktivitas
pertanian tanaman
pertanian
meliputi:
1) Tanaman pangan
a Padi % 2 1,23 61,3
b Jagung % 2 1,06 53
c kedelai % 1 7,14 714,3
2) Tanaman Hortikultural
d Cabe % 3 -12,65 -421,7
e Nanas % 1 0 0
3) Tanaman perkebunan
f Kakao % 1 2,41 241,2
g Cengkeh % 1 3,70 370,4
2. Meningkatnya 2.1. Nilai skor PPH - 87,6 89 101,6
ketahanan
pangan
masyarakat
Rata-rata 123,5
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2022, kondisi jenis lahan terbesar adalah jenis lahan sawah irigasi sebesar
29105.03 Ha diikuti lahan tegalan sebesar 1829.53 Ha dan lahan terbangun sebesar
466.88 Ha (Tabel 6).
Tabel 6. Kondisi Jenis Lahan 2022 dengan Data Awal LBS 2019
Jenis Lahan 2022 Luas Ha
Hutan 62.86
Kolam 3.55
Lahan Kering 717.98
Lapangan 1.74
Makam 3.80
Sawah Irigasi 29105.03
Sawah Tadah Hujan 329.99
Semak Belukar 19.65
Tegalan 1829.53
Terbangun 466.88
Tubuh Air 11.63
Grand Total 32552.65
36
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Kondisi jenis lahan Kabupaten Blitar tahun 2022 paling besar adalah jenis lahan sawah
irigasi diikuti tegalan, dan lahan kering. Apabila dibandingkan dengan tahun 2019 dan
2021, terdapat peningkatan lahan kering ladang/huma pada tahun 2022 (Tabel 7)
Tabel 7. Perbandingan Luas Lahan 2019, 2021 dan 2022 di Kabupaten Blitar
Lahan Sawah Lahan Sawah Lahan Kering Lahan Kering
Tahun
Irigasi Tadah Hujan Tegal/Kebun Ladang/Huma
2019 28.519 3.457 47.126 26
2021 27.808 4.167 47.685 26
2022 29.105 329,99 1.829,53 717,98
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki luas sawah yang lebih sempit daripada luas
bukan sawah yaitu sebesar 31.975 Ha (Tabel 8)
Tabel 8. Luas Lahan Sawah dan Bukan Lahan Sawah di Kabupaten Blitar, 2021
(Ha)
No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha)
1 Luas Sawah 31.975
2 Bukan Sawah 84.774
TOTAL 116.749
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki luas lahan sawah berdasarkan sistem
pengairan terbesar adalah pada luas lahan sawah yaitu irigasi sebesar 27,808 Ha (Tabel 9)
Tabel 9. Luas Lahan Sawah Menurut Sistem Pengairan di Kab. Blitar, 2021 (Ha)
No Sistem Pengairan Luas Lahan (Ha)
1 Irigasi 27.808
2 Tadah hujan 4.167
3 Rawa Pasang Surut -
4 Lebak, Polder,Lain -
TOTAL 31 975
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
37
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki luas lahan bukan sawah paling banyak
digunakan adalah untuk penggunaan tegal/kebun sebesar 47,685 Ha diikuti lahan bukan
pertanian sebesar 42,130 Ha, dan lainnya meliputi tambak, kolam, empang, hutan negara
dll sebesar 18,321 Ha (Tabel 10)
Tabel 10. Luas Lahan Bukan Sawah dan Penggunaannya di Kab. Blitar, 2021 (Ha)
No Penggunaan Luas Lahan (Ha)
1 Tegal/ Kebun 47.685
2 Ladang/ Huma 26
3 Perkebunan 13.122
4 Ditanami Pohon Hutan Rakyat 5.469
5 Padang Pengembalaan Rumput 19
6 Sementara Tidak Diusahakan 132
7 Lainnya (tambak, kolam,
18.321
empang, hutan negara dll)
8 Lahan Bukan Pertanian 42.130
TOTAL 158.879
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
38
Tabel 11. Rata-Rata Produksi (Kw/Ha) dan Produksi Tanaman Bahan
Makanan, 2019-2021
Jenis Bentuk Rata-Rata Produksi (Kw/Ha) Produksi (Kw)
No
Tanaman Produksi 2019 2020 2021 2019 2020 2021
Gabah
Kering
78,69 69 74,18 2.944.539 3.098.930 3.535.893
1 Padi Sawah Panen
(GKP)
Beras 50,38 44,17 47,49 1.825.614 1.921.340 2.270.043
Gabah
Kering
69,31 46 49,62 259.293 30.323 381.248
2 Padi Ladang Panen
(GKP)
Beras 44,37 29,45 31,77 160.762 18.800 244,76
Pipilan
3 Jagung 59,18 66,83 67,62 3.918.060 401.440 3.247.668
kering
4 Ketela Pohon Ubi Basah 199,90 226,30 225,33 1.219.022 756.810 739.010
Ketela
5 Ubi Basah 142,69 215,12 206,66 811.401 87.002 57.709
Rambat
Kacang Biji
6 11,59 11,59 11,14 63.908 11.671 10.081
Tanah Kering
Biji
7 Kedelai 9,66 14,71 13,00 149.593 67.243 46.930
Kering
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Jenis Bentuk
No 2019 2020 2021
Tanaman Produksi
1 Padi Beras 166,94 178,80 199,72
2 Jagung Pipilan
214,98 219,68 174,94
kering
3 Ketela Pohon Ubi Basah
98,48 0,98 59,34
4 Ketela
Ubi Basah 64,29 6,88 4,54-
Rambat
5 Kacang
Biji Kering 0,88 0,87 0,87-
Tanah
6 Kedelai Biji Kering 4,37 4,35 4,34-
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
39
Pada tahun 2019, Kabupaten Blitar memiliki luas tanam dan luas panen terbesar pada
jenis tanaman jagung, padi sawah dan kedelai. Sedangkan pada tahun 2020 dan 2021, luas
tanam dan luas panen terbesar adalah jenis tanaman jagung, padi sawah, dan padi ladang.
Pada tahun 2019, luas panen lebih besar daripada luas tanam kotor terjadi pada jenis
tanaman padi sawah, padi ladang, dan ketela pohon. Sedangkan pada tahun 2020 dan
2021 terjadi pada jenis tanaman padi ladang (Tabel 13).
Tabel 13. Luas Tanam Kotor (Ha) dan Luas Panen (Ha) Tanaman Bahan Makanan,
2019-2021
Luas Tanam Kotor Luas Panen
No Jenis Tanaman (Ha) (Ha)
2019 2020 2021 2019 2020 2021
1 Padi Sawah 42.422 45.764 48.290 43.303 44.912 45.384
2 Padi Ladang 5.033 6.402 5.201 5762 6.592 7.511
3 Jagung 63.780 64.761 55.897 59.276 60.071 48.028
4 Ketela Pohon 1.153 3.568 3.539 4.465 3.344 3.280
5 Ketela Rambat 317 415 285 279 404 279
6 Kacang Tanah 2.591 1.244 1.181 4.272 1.193 905
7 Kedelai 10.515 4.572 3.689 10.514 4.572 3.610
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki proporsi kelompok tani/ nelayan pemula
paling banyak daripada klasifikasi lanjut, madya, dan utama yaitu sebesar 1.024 (Tabel
14).
Tabel 14. Sasaran Kelas Kelompok Tani/ Nelayan Pelaksana Insus 2021
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki proporsi stok cadangan beras yang surplus
terlihat dari jumlah distribusi beras medium lebih besar daripada yang keluar (Tabel 15).
40
Produksi buah-buahan yang paling banyak adalah buah pisang dan nanas. Produksi pisang
memiliki jumlah terbesar pada tahun 2018, 2019, dan 2021. Tahun 2020, nanas memiliki
produksi terbesar daripada jenis tanaman yang lain. Pada tahun 2021, tiga produksi jenis
tanaman terbesar yaitu pisang, nanas, dan alpukat (Tabel 16).
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki produksi cabe rawit yang cukup besar.
Kecamatan Udunawu memiliki produksi cabe rawit terbesar sebesar 394,920 kuintal,
diikuti Kecamatan Ponggok sebesar 99,125 kuintal, dan Kecamatan Binangun sebesar
80,110 kuintal (Tabel 17).
41
Tabel 17. Produksi Tanaman Cabe Rawit Menurut Kecamatan (kuintal) di
Kabupaten Blitar, 2021
No Kecamatan Produksi (kuintal)
1 Udanawu 394.920
2 Wonodadi 8.717
3 Srengat 3.755
4 Ponggok 99.125
5 Sanankulon 6.513
6 Nglegok 2.550
7 Garum 3.576
8 Gandusari 2.145
9 Wlingi 900
10 Doko 0
11 Selorejo 573
12 Kesamben 76
13 Selopuro 1.202
14 Talun 3.405
15 Kanigoro 4.005
16 Kademangan 14.681
17 Sutojayan 1.963
18 Binangun 80.110
19 Wates 27.250
20 Panggungrejo 57.219
21 Wonotirto 85
22 Bakung 0
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar mengalami peningkatan luas panen (Ha) pada jenis
tanaman bawang merah, cabai besar, kentang, kubis, tomat, dan ketimun. Sedangkan
cabai rawit dan kacang panjang mengalami penurunan luas panen. Pada tahun 2021,
produksi (kuintal) bawang merah, kentang, tomat, dan ketimun mengalami peningkatan.
Sedangkan cabai besar, cabai rawit, kubis, dan kacang panjang mengalami penurunan
(Tabel 18).
42
Tabel 18. Luas Panen (Ha) dan Produksi (kuintal) Tanaman Sayuran Menurut Jenis
Tanaman di Kabupaten Blitar Tahun 2020 dan 2021
Luas Panen (Ha) Produksi (Kuintal)
No Jenis Tanaman
2020 2021 2020 2021
1 Bawang merah 328 1.296 34.704 139.862
2 Cabai Besar 1.038 1.248 114.923 83.010
3 Cabai Rawit 10.745 10.013 1.881.377 712.770
4 Kentang 36 83 10.610 13.659
5 Kubis 147 182 35.667 33.838
6 Tomat 136 155 28.162 36.278
7 Kacang Panjang 193 187 28.488 27.745
8 Ketimun 120 165 19.546 33.195
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, luas panen (Ha) bawang merah, kentang, dan kubis di Kabupaten Blitar
mengalami peningkatan sejak tahun 2018. Sedangkan komoditas pertanian yang
mengalami penurunan luas panen adalah cabai rawit, semangka, dan melon. Pada tahun
2021, produksi (kuintal) bawang merah dan kentang mengalami peningkatan sejak tahun
2018. Sedangkan cabai merah, semangka, dan melon mengalami penurunan produksi
sejak 2018 hingga 2021 (Tabel 19).
Tabel 19. Luas Panen (Ha) dan Produksi (kuintal) Tanaman Sayuran dan Buah-
buahan Semusim Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Blitar, 2018– 2021
Jenis Luas Panen (Ha) Produksi (Kuintal)
No
Tanaman 2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021
Sayuran
Bawang
1 95 140 328 1,296 11,440 18,150 34,704 139,862
merah
2 Bawang
- 8 - - - 570 - -
putih
3 Cabai
1,554 1,387 1,038 1,248 189,999 177,549 114,923 83,010
Besar
4 Cabai
11,044 11,024 10,745 10,013 1,127,203 1,503,782 1,881,377 712,770
Rawit
5 Kentang 16 36 51 83 3,350 8,270 10,610 13,659
6 Kubis 62 114 147 182 9,589 21,395 35,667 33,838
7 Kacang
248 255 193 187 37,901 48,472 28,488 27,745
Panjang
8 Ketimun 172 166 120 165 32,119 37,509 19,546 33,195
Buah-buahan
1 Semangka 181 151 55 40 54,702 48,960 24,375 10,835
2 Melon 170 122 92 82 45,882 31,881 29,320 23,167
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
43
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar mengalami penurunan luas panen (m2) laos/lengkuas
dan temulawak sejak tahun 2018 sehingga menyebabkan produksi (kg) laos juga
mengalami penurunan (Tabel 20).
Tabel 20. Luas Panen (m2) dan Produksi (kg) Luas Panen Tanaman Biofarmaka
Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Blitar 2018-2021
Jenis Luas Panen (m2) Produksi (kg)
No
Tanaman 2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021
82,235 44,54 124,21 233,803 123,210 130,80
1 Jahe 69,714 549,698
4 9 6
Kencur 24,923 18,22 60,322 33,975
2 18,130 33,428 17,591 93 394
6
Kunyit 44,185 39,60 157,318 112,579
3 12,883 22,051 18,099 50,766
6
4 Laos/Lengkuas 62,917 50,48 281,074 145,536
29,184 24,644- 68,413 49,568-
8
5 Temulawak 20,254 17,56 39,110 32,096
12,751 6,807- 16,063 20,493
4
6 Mengkudu/Pace 2,042 2,580 1,640 1,656 39,484 44,691 32,474 43,245
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar mengalami peningkatan luas areal (Ribu Ha) untuk
tanaman tebu dan tembakau sedangkan kakao mengalami penurunan luas areal. Selain itu,
produksi (kuintal) kelapa dan tembakau mengalami penurunan sedangkan kopi, kakao,
dan tebu mengalami peningkatan produksi (Tabel 21).
Tabel 21. Luas Areal (Ribu Ha) dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut
Jenis Tanaman di Kabupaten Blitar Tahun 2020 dan 2021
Jenis Luas Areal (Ribu Ha) Produksi (Kuintal)
No
Tanaman 2020 2021 2020 2021
1 Kelapa 18,16 18,16 26,16 21,42
2 Kopi 2,51 2,51 1,59 1,67
3 Kakao 5,04 4,52 2,65 2,67
4 Tebu 7,30 8,61 464,35 550,89
5 Tembakau 0,56 5,42 0,87 0,80
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Lahan hutan juga dapat ditanami tanaman bahan makanan sehingga dapat meningkatkan
ketahanan pangan suatu daerah. Di Kabupaten Blitar, setidaknya lahan seluas 3.019 Ha
dan 1.388 Ha ditanami komoditas jagung dan ketela pohon dengan nilai produksi kedua
komoditas pertanian tersebut mencapai lebih dari Rp 200 juta (Tabel 22).
44
Tabel 22. Luas Panen, Produksi dan Nilai Produksi dari Hutan yang Ditanami
Tanaman Bahan Makanan Tahun 2021
Jenis Luas Nilai Produksi
Bentuk Produksi
Makanan Panen (Juta Rp)
1.136.00
Jagung Pipilan Kering 3.019 193.582
0
Ketela Pohon Ubi Basah 1.388 74.281 20.900
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar menghasilkan produksi ternak besar terbesar adalah
sapi potong yaitu sebesar 1.335.005 ekor. Sedangkan produksi ternak kecil terbesar
adalah kambing sebesar 430.804 ekor. Produksi unggas terbesar adalah ayam pedaging
sebesar 13.357.160 ekor (Tabel 23).
Tabel 23. Populasi dan Produksi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya
Tahun 2021 (Ekor)
Jenis
No Populasi Produksi
Ternak/Unggas
Ternak Besar
Sapi potong 153,829 1,335,005
1
2 Sapi perah 19,640 1,800
3 Kerbau 1,120 679
4 Kuda 185 -
Ternak Kecil
5 Kambing 157,100 430,804
6 Domba 8,290 14,013
7 Babi 2,940 -
Unggas
Ayam
8 2,862,560 1,666,360
Kampung
9 Ayam Ras 20,051,400 2,400,905
10 Ayam Pedaging 3,396,800 13,357,160
11 Itik 1,510,000 389,125
12 Entok 64,900 96,150
13 Kelinci 11,260 11,180
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, 2022
45
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki pemotongan ternak terbesar pada jenis
ternak ayam yaitu sebesar 11.704.269 ekor diikuti oleh kambing sebesar 65.980 ekor dan
domba sebesar 28.654 ekor (Tabel 24).
Pada tahun 2021, Kabupaten Blitar memiliki produksi telur terbanyak berasal dari unggas
ayam ras sebesar 179.993 ton, diikuti oleh itik sebesar 10.481 ton, dan ayam buras
sebesar 1.494 ton (Tabel 25).
Dari perikanan, Kabupaten Blitar memiliki potensi perikanan air tawar yang ditunjukkan
dengan jumlah desa yang memiliki kolam, jumlah pemilik kolam, dan luas baku kolam
(Tabel 26). Hasil perikanan tawar ini dapat mendukung pemenuhan protein hewani pada
masyarakat di Kabupaten Blitar.
Tabel 26. Wilayah Potensi Budidaya Perikanan Ikan Air Tawar Konsumsi
Tahun 2021
Desa yang ada
Pemilik Kolam Luas Baku
Kolam
226 4,338 263
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, 2022
46
Kabupaten Blitar memiliki produksi ikan layang terbesar sebesar 945.100 ekor, 2.433.100
ekor, dan 570.300 ekor pada tahun 2017, 2019, dan 2012. Sedangkan pada tahun 2018
ikan tongkol sebagai produksi ikan terbesar dengan jumlah 1.585.000 ekor (Tabel 27).
Tabel 27. Produksi Ikan Laut Menurut Jenisnya, 2017-2021 (Ekor)
Secara umum dari sisi ketersediaan pangan, ketersediaan energi di Kabupaten Blitar pada
tahun 2021 adalah 6.385 kkal/kapita/hari. Sedangkan ketersediaan protein adalah 187.36
gr/kapita/hari. Perkembangan ketersediaan pangan nabati dan hewani yaitu 5542 dan 843.
Untuk menjamin ketersediaan pangan di masing-masing desa, Dinas Pertanian dan
Pangan Kabupaten Blitar mempunyai program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan
Lumbung Pangan (Tabel 28) (Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022).
Tabel 28. Jumlah Kelompok Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan Lumbung
Pangan di Kabupaten Blitar
Tahun
Program
2019 2020 2021
P2L 2 2 4
Lumbung Pangan 6 12 13
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
47
2. Distribusi Pangan
Untuk memenuhi bahan pangan yang dibutuhkan oleh setiap individu rumah tangga
dibutuhkan distribusi pangan yang berjalan lancar. Jika distribusi pangan terganggu maka
akan menyebabkan krisis pangan dan selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya
kerawanan pangan. Masih terdapat 1 desa rawan pangan di Kabupaten Blitar pada tahun
2021 yaitu Desa Kalitengah, Kecamatan Panggungrejo, namun pada tahun 2022 dan
seterusnya ditargetkan Kabupaten Blitar bebas dari desa rawan pangan.
Salah satu upaya untuk menjamin distribusi pangan di tingkat masyarakat, maka
pemerintah melalui Dinas Sosial telah memberikan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Data tahun 2019-2021 menunjukkan bahwa
jumlah penerima BPNT mengalami peningkatan dari 84.359 KPM pada tahun 2019
menjadi 93.446 dan 92.891 KPM di tahun 2020 dan 2021 (Tabel 29). Peningkatan jumlah
KPM salah satunya disebabkan juga oleh pandemik Covid-19.
Tabel 29. Jumlah Penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kabupaten
Blitar Tahun 2019-2021
Tahun Jumlah Penerima BPNT (KPM/tahun)
2019 84.359
2020 93.446
2021 92.891
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Blitar, 2022
3. Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat penting. Pemerintah
dan masyarakat memiliki kewajiban secara moral, sosial, maupun hukum untuk
melakukan pemenuhan kecukupan pangan bagi setiap warga Indonesia. Pemenuhan
kecukupan pangan perseorangan merupakan esensi dari ketahanan pangan yang
dicerminkan dengan tersedianya pangan yang cukup dari segi jumlah, mutu, aman,
beragam, bergizi, merata, terjangkau harganya serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat dengan tujuan untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
seimbang, dan berbasis pada potensi sumberdaya lokal dapat melalui penganekaragaman
pangan (diversifikasi pangan). Kecukupan pangan dan gizi perlu memperhatikan
48
keragaman konsumsi pangan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas SDM seperti
pertumbuhan fisik, perkembangan mental, kecerdasan maupun produktivitas kerja.
Keragaman dan keseimbangan konsumsi pangan pada tingkat keluarga akan menentukan
kualitas konsumsi pada tingkat yang lebih luas baik wilayah kabupaten/kota, provinsi
sampai ke tingkat nasional.
Gambaran kualitas konsumsi pangan penduduk di suatu wilayah tercermin dari
skor Pola Pangan Harapan (PPH). PPH merupakan susunan beragam pangan yang
didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi, baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan
segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya, dan agama. Adapun kelompok
pangan tersebut mencakup: (1) padi-padian, (2) umbi-umbian, (3) pangan hewani, (4)
minyak dan lemak, (5) buah/biji berminyak, (6) kacang-kacangan, (7) gula, (8) sayur dan
buah, serta (9) lain-lain.
Tabel 30. menyajikan data bahwa pada tahun 2021 skor PPH konsumsi di
Kabupaten Blitar yaitu sebesar 88,4. Hal ini menunjukkan bahwa skor PPH ini belum
mencapai target konsumsi di tingkat Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 88,8. Semakin
tinggi skor PPH menunjukkan semakin beragamnya konsumsi pangan.
Tabel 30. Kinerja PPH Konsumsi pangan Kabupaten Blitar Tahun 2021
Berat Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Pangan
No Kelompok Pangan Gram/ Kkal/ % Skor Skor Skor Skor
% Bobot
Kapita/ Kapita AKE*) Aktual AKE Maks PPH
Hari
1 Padi-padian 271,4 1,085 52,6 51,7 0,5 26,3 25,8 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 69,7 82 4,0 3,9 0,5 2,0 1,9 2,5 1,9
3 Pangan Hewani 82,9 181 8,8 8,6 2,0 17,5 17,2 24,0 17,2
4 Minyak dan Lemak 31,2 277 13,4 13,2 0,5 6,7 6,6 5,0 5,0
Buah/Biji
5 16,9 91 4,4 4,3 0,5 2,2 2,2 1,0 1,0
Berminyak
6 Kacang-kacangan 26,1 64 3,1 3,0 2,0 6,2 6,1 10,0 6,1
7 Gula 24,0 90 4,4 4,3 0,5 2,2 2,1 2,5 2,1
8 Sayur dan Buah 280,3 142 6,9 6,7 5,0 34,4 33,7 30,0 30,0
9 Lain-lain 71,9 52 2,5 2,5 - - - - -
49
Secara umum, konsumsi energi perkapita sehari penduduk di wilayah Kabupaten Blitar
tahun 2021 tercatat sebesar 2.062,4 kkal/kapita/hari (Tabel 31).
Tabel 31. Konsumsi Energi Per Kapita Sehari di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Konsumsi Energi Per Hari
No Kelompok Pangan
Kkal/ Kapita % % AKE*)
1 Padi-padian 1.085,3 52,6 51,7
2 Umbi-umbian 81,6 4,0 3,9
3 Pangan Hewani 180,8 8,8 8,6
4 Minyak dan Lemak 277,0 13,4 13,2
5 Buah/Biji Berminyak 90,6 4,4 4,3
6 Kacang-kacangan 63,6 3,1 3,0
7 Gula 90,1 4,4 4,3
8 Sayur dan Buah 141,7 6,9 6,7
9 Lain-lain 51,6 2,5 2,5
Total 2.062,4 100,0 98,2
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
Secara umum, konsumsi protein perkapita sehari penduduk di wilayah Kabupaten Blitar
tahun 2021 tercatat sebesar 55 gram per kapita per hari (Tabel 32).
Tabel 32. Konsumsi Protein Per Kapita Sehari di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Konsumsi Protein Per Hari
No Kelompok Pangan
Protein (gram) % % AKE*)
1 Padi-padian 24,6 44,8 43,2
2 Umbi-umbian 0,7 1,3 1,2
3 Pangan Hewani 14,7 26,8 25,8
4 Minyak dan Lemak 0,1 0,2 0,2
5 Buah/Biji Berminyak 0,9 1,7 1,6
6 Kacang-kacangan 6,6 11,9 11,5
7 Gula 0,1 0,2 0,2
8 Sayur dan Buah 5,5 10,0 9,7
9 Lain-lain 1,8 3,3 3,2
Total 55,0 100,0 96,6
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
50
Data konsumsi pangan dan gizi penduduk di Kabupaten Blitar tahun 2021 berdasarkan
kelompok atau jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 33 Selain 9 kelompok pangan
seperti dalam pengelompokan Pola Pangan Harapan, data pada Tabel 33 juga
mencantumkan konsumsi pangan berupa bahan minuman, bumbu-bumbuan, makanan dan
minuman jadi serta konsumsi lainnya seperti mie instan, dll. Sedangkan pada Tabel 34
dapat dilihat perbandingan antara konsumsi (kkal/kapita/hari) dan kebutuhan pangan
(kg/kapita/hari) penduduk di Kabupaten Blitar pada tahun 2021.
Tabel 33. Data Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2021
Rata-Rata Konsumsi Per Hari
Kelompok/Jenis Pangan Energi Protein
Berat (gr)
(Kkal) (gr)
A. Padi-padian
Beras (beras lokal, kualitas unggul, impor) 182,9 662,6 15,5
Beras ketan 1,7 6,0 0,1
Jagung basah dengan kulit 3,9 1,4 0,0
Jagung pipilan/beras jagung/jagung titi 3,6 11,5 0,3
Tepung terigu 4,0 13,3 0,4
Padi-padian lainnya : 0,5 1,9 0,0
B. Umbi-umbian
Ketela pohon/singkong 16,5 21,6 0,1
Ketela rambat/ubi jalar 10,0 12,5 0,1
Sagu (bukan dari ketela pohon) 0,0 0,1 0,0
Talas/keladi 1,1 1,2 0,0
Kentang 5,5 2,9 0,1
Gaplek 2,3 7,8 0,0
Umbi-umbian lainnya 0,7 2,0 0,0
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar 2022
51
Tabel 33. (Lanjutan)
Data Konsumsi Pangan Dan Gizi Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2021
Rata-Rata Konsumsi Per Hari
Kelompok/Jenis Pangan Berat Energi Protein
Gram (Kkal) (Gram)
C. Ikan
1] Ikan segar
Ekor kuning 0,1 0,1 0,0
Tongkol,tuna,cakalang,ikan kayu 2,1 1,9 0,3
Tenggiri 0,0 0,0 0,0
Selar 0,0 0,0 0,0
Kembung, lema/tatare, banyar/banyara 0,0 0,0 0,0
Teri 0,1 0,1 0,0
Bandeng 0,7 0,7 0,1
Gabus 0,1 0,1 0,0
Mujair 0,7 0,5 0,1
Mas/Nila 1,1 0,8 0,1
Lele 8,5 4,1 0,7
Kakap 0,0 0,0 0,0
Baronang 0,0 0,0 0,0
Patin 1,9 0,9 0,1
Bawal 0,1 0,1 0,0
Gurame 0,5 0,4 0,1
Ikan segar/basah lainnya 1,7 1,6 0,2
2] Udang dan hewan air lainnya yang segar
Udang, lobster 0,3 0,2 0,0
Cumi-cumi, sotong, gurita 0,0 0,0 0,0
Ketam, kepiting, rajungan 0,0 0,0 0,0
Kerang, siput, bekicot, remis 0,3 0,3 0,0
Udang dan hewan air lainnya yang segar
lainnya 0,1 0,1 0,0
3] Ikan diawetkan
Kembung diawetkan/peda 0,4 0,6 0,1
Tenggiri diawetkan 0,1 0,1 0,0
Tongkol/tuna/cakalang diawetkan 3,1 4,4 0,8
Teri diawetkan 0,3 0,8 0,2
Selar diawetkan 0,1 0,1 0,0
Sepat diawetkan 0,1 0,1 0,0
Bandeng diawetkan 0,0 0,1 0,0
Gabus diawetkan 0,0 0,0 0,0
Ikan dalam kaleng (sardencis, tuna dalam
kaleng, dsb) 0,0 0,1 0,0
Ikan diawetkan lainnya 2,0 6,1 0,9
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar 2022
53
Rata-Rata Konsumsi Per Hari
Kelompok/Jenis Pangan Berat Energi Protein
Gram (Kkal) (Gram)
F. Sayur-sayuran (lanjutan)
Mentimun 2,6 0,2 0,0
Daun ketela pohon/daun singkong 15,3 9,7 0,9
Terong 13,9 5,2 0,2
Tauge 2,6 0,9 0,1
Labu, labu siam, labu parang 5,1 1,0 0,0
Bahan sayur sop/cap cay/kimlo (paket) 20,0 2,7 0,1
Bahan sayur asam/lodeh (paket) 2,9 0,6 0,0
Nangka muda 4,0 1,6 0,1
Pepaya muda 15,2 3,0 0,2
Jengkol 0,1 0,2 0,0
Bawang merah 12,5 4,4 0,2
Bawang putih 6,8 5,6 0,3
Cabe merah 1,1 0,3 0,0
Cabe hijau 0,6 0,1 0,0
Cabe rawit 6,8 5,9 0,3
Sayur-sayuran lainnya 18,2 2,0 0,5
G. Kacang-kacangan
Kacang tanah tanpa Kulit 0,8 3,8 0,2
Kacang kedele 0,1 0,5 0,1
Kacang lainnya 0,9 2,8 0,2
Tahu 31,8 25,4 3,5
Tempe 20,4 29,1 2,4
Oncom 0,0 0,0 0,0
Hasil lain dari kacang-kacangan 0,2 0,4 0,0
H. Buah-buahan
Jeruk jeruk bali 4,3 1,3 0,0
Mangga 0,0 0,0 0,0
Apel 2,8 1,4 0,0
Rambutan 2,5 0,7 0,0
Duku 0,2 0,1 0,0
Durian 0,5 0,1 0,0
Salak 3,4 4,6 0,0
Pisang ambon 7,1 4,6 0,0
Pisang lainnya 34,7 39,3 0,3
Pepaya 17,5 6,1 0,1
Semangka 6,9 0,9 0,0
Tomat buah 0,4 0,1 0,0
Buah-buahan lainnya 10,7 4,1 0,1
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar 2022
Tabel 33. (Lanjutan)
Data Konsumsi Pangan Dan Gizi Penduduk Kabupaten Blitar Tahun 2021
Kelompok/Jenis Pangan Rata-Rata Konsumsi Per Hari
54
Berat Energi Protein
Gram (Kkal) (Gram)
I. Minyak dan Lemak
Minyak kelapa 2,1 17,9 0,0
Minyak goreng (kelapa sawit, bunga matahari) 24,1 217,7 0,0
Kelapa (tidak termasuk santan instan) 16,5 88,2 0,8
Minyak dan kelapa lainnya 5,0 41,4 0,1
J. Bahan minuman
Gula pasir 22,2 80,9 0,0
Gula merah, gula air (pohom aren, kelapa,
lontar) 0,9 3,6 0,0
Teh bubuk 0,2 0,3 0,0
Teh celup (sachet) 0,4 0,5 0,1
Kopi (bubuk, biji) 4,6 16,1 0,8
Kopi instan (sachet) 2,3 10,5 0,1
Bahan minuman lainnya 0,8 5,6 0,1
K. Bumbu-bumbuan
Garam 3,1 0,0 0,0
Kemiri 0,4 2,5 0,1
Ketumbar/jinten 0,4 1,8 0,1
Merica/lada 0,1 0,4 0,0
Asam 0,0 0,1 0,0
Terasi/petis 0,2 0,4 0,0
Kecap 2,3 0,9 0,1
Penyedap masakan/vetsin 1,0 0,0 0,0
Sambal jadi 0,3 0,2 0,0
Saus tomat 0,2 0,1 0,0
Bumbu maskan jadi/kemasan, bumbu racikan 0,4 0,0 0,0
Bumbu dapur lainnya (pala, jahe, kunyit, dsb.) 2,0 1,0 0,0
L. Konsumsi Lainnya
Mie instan 7,5 33,2 0,7
Kerupuk 7,4 33,5 0,3
Bubur bayi kemasan 0,2 0,4 0,0
Lainnya : 0,3 1,3 0,0
M. Makanan dan Minuman jadi
Roti tawar 1,4 2,3 0,1
Roti manis, roti lainnya 2,2 12,0 0,2
Kue kering, biskuit, semprong 3,8 16,0 0,2
Kue basah (kue lapis, bika ambon, lemper, dsb) 6,3 28,9 0,4
Makanan gorengan 11,3 51,1 1,4
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar 2022
55
Gram (Kkal) (Gram)
M. Makanan dan Minuman jadi (lanjutan)
Bubur kacang hijau 1,3 0,7 0,1
Gado-gado, ketoprak, pecel 10,6 12,3 0,6
Nasi campur/rames 69,7 81,3 2,7
Nasi goreng 6,7 14,7 0,2
Nasi putih 13,0 25,4 0,3
Lontong/ketupat sayur 2,3 1,8 0,0
Soto, gule, sop, rawon, cincang 11,7 6,7 0,4
Sayur matang (ditumis, disantan, dsb) 14,2 13,2 0,5
Sate, tongseng 0,3 0,9 0,1
Mie bakso, mie rebus, mie goreng 26,1 55,3 0,7
Mie instan 1,5 2,1 0,0
Makanan ringan anak-anak, krupuk/kripik 8,7 44,5 0,5
Ikan matang 0,4 3,6 0,4
Ayam/daging matang (ayam goreng,
rendang, dsb) 6,0 19,6 2,7
Daging olahan (sosis, nugget, daging asap,
dsb) 6,8 23,1 0,8
Bubur ayam 0,3 0,5 0,0
Siomay, batagor 1,2 1,9 0,1
Makanan jadi lainnya 1,9 15,9 0,6
Air kemasan 7,6 0,0 0,0
Air kemasan galon 6,2 0,0 0,0
Air teh kemasan, minuman
bersoda/mengandung CO2 5,8 2,0 0,0
Sari buah kemasan, minuman kesehatan,
minuman berenergi 2,0 0,9 0,0
Minuman jadi(kopi, kopi susu, teh, susu
coklat, dsb) 33,6 9,8 0,5
Es krim 1,3 5,2 0,1
Es lainnya 8,1 2,3 0,0
Minuman keras 0,0 0,0 0,0
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar 2022
Berdasarkan Tabel 34. Konsumsi padi-padian terbanyak adalah beras yaitu sebesar 824,8
kkal/kapita/hari sebanding dengan kebutuhan beras sebesar 93,7 kg/kapita/tahun.
Konsumsi umbi-umbian terbanyak adalah singkong dengan jumlah 62.9 kkal/kapita/hari
dengan kebutuhan singkong sebesar 21,1 kg/kapita/tahun. Konsumsi pangan hewani
terbanyak adalah daging unggas dengan jumlah 51,2 kkal/kapita/hari. Sedangkan
kebutuhan pangan hewani terbanyak adalah ikan dengan jumlah 11,5 kg/kapita/tahun.
Konsumsi minyak dan lemak terbanyak adalah minyak lainnya sebesar 217,7
kkal/kapita/hari dan kebutuhan minyak lainnya sebesar 9,7 kg/kapita/hari. Konsumsi
buah/biji berminyak terbanyak adalah kelapa sebesar 88,2 kkal/kapita/hari dan kebutuhan
56
kelapa sebesar 6,6 kg/kapita/tahun. Konsumsi kacang-kacangan terbanyak adalah kacang
kedelai sebesar 56,3 kkal/kapita/hari dengan kebutuhan kacang kedelai sebesar 9,6
kg/kapita/hari. Konsumsi gula terbanyak adalah gula pasir sebesar 86,6 kkal/kapita/hari
dengan kebutuhan gula pasir sebesar 86,6 kg/kapita/hari. Konsumsi sayuran dan buah
terbanyak adalah sayur sebesar 78,5 kkal/kapita/hari dengan kebutuhan 76,0
kg/kapita/tahun. Konsumsi minuman sebesar 47,6 kkal/kapita/hari dan kebutuhan
minuman sebesar 26,2 kg/kapita/tahun (Tabel 34).
Tabel 34. Konsumsi Pangan dan Kebutuhan Pangan Penduduk Kabupaten Blitar
Tahun 2021
Kebutuhan
Konsumsi Pangan
Kelompok/Jenis Pangan pangan
(Kkal/kapita/hari)
(kg/kapita/tahun)
1. Padi-Padian
Beras 824,8 93,7
Jagung 12,9 2,1
Terigu 247,6 13,2
Subtotal Padi-padian 1.085,3 108,9
2. Umbi-umbian
Singkong 62,9 21,1
Ubi Jalar 14,5 4,3
Kentang 2,9 2,2
Sagu 0,1 0,0
Umbi Lainnya 1,2 0,4
Subtotal Umbi-umbian 81,6 28,0
3. Pangan Hewani
Daging Ruminansia 44,5 3,7
Daging Unggas 51,2 6,7
Telur 28,5 8,3
Susu 28,2 3,0
Ikan 28,4 11,5
Subtotal Pangan Hewani 180,8 33,3
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
57
pangan
(Kkal/kapita/hari)
(kg/kapita/tahun)
4. Minyak dan Lemak
Minyak Kelapa 17,9 0,8
Minyak Lainnya 217,7 9,7
Margarin 41,4 2,0
Subtotal Minyak dan Lemak 277,0 12,5
5. Buah/Biji Berminyak
Kelapa 88,2 6,6
Kemiri 2,5 0,2
Subtotal Buah/Biji
90,6 6,8
Berminyak
6. Kacang-kacangan
Kacang Kedelai 56,3 9,6
Kacang Tanah 3,8 0,3
Kacang Hijau 0,7 0,2
Kacang lain 2,8 0,4
Subtotal Kacang-kacangan 63,6 10,5
7. Gula
Gula Pasir 86,6 9,3
Gula Merah 3,6 0,4
Subtotal Gula 90,1 9,6
8. Sayur dan Buah
Sayur 78,5 76,0
Buah 63,2 36,5
Subtotal Sayur dan Buah 141,7 112,5
9. Lain-lain
Minuman 47,6 26,2
Bumbu 4,0 2,7
Subtotal Lain-lain 51,6 28,9
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, 2022
4. Keamanan Pangan
Keamanan pangan menjadi bagian penting dalam konteks ketahanan pangan.
Keamanan pangan digunakan untuk mencegah pangan dari kemungkinan tiga cemaran,
yaitu cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
58
dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi (BPOM, 2015). Jaminan
keamanan pangan harus diawasi dari budidaya sampai dikonsumsi (from farm to
consumer) untuk memastikan di setiap tahap pengolahan, makanan sudah diolah sesuai
dengan kaidah-kaidah dalam keamanan pangan, misalnya good agricultural practice,
good personal hygiene, dll. (Gambar 7.)
Indikator tercapainya keamanan pangan di Kabupaten Blitar dapat dilihat dari
indikator antara lain: 1) cakupan penjamah / pengelola jajanan anak sekolah yang sudah
dilatih/dibina; 2) jumlah kelompok penerima sertifikat mutu dan keamanan asal tanaman
segar; 3) jumlah penjamah makanan yang sudah dilatih tentang keamanan pangan, dan 4)
jumlah UKM/UMKM penerima sertifikat PIRT. Pada tahun 2021, sebanyak 70 orang
tenaga penjamah / pengelola jajanan anak sekolah telah dibina dan akan ditingkatkan
jumlahnya pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2021, Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten, belum mempunyai data dasar jumlah kelompok penerima
sertifikat mutu dan keamanan asal tanaman segar. Namun mulai tahun 2022, sudah
ditargetnya sebanyak 5 kelompok penerima sertifikat mutu dan keamanan asal tanaman
segar. Pada tahun 2021, sebanyak 307 penjamah makanan telah dilatih tentang keamanan
pangan. Pada tahun 2022 dan seterusnya, target jumlah penjamah makanan yang dilatih
semakin meningkat.
Terkait mutu dan keamanan pangan asal hewan, Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Blitar memiliki program berupa pendampingan unit usaha hewan dan produk
hewan, melakukan pengawasan peredaran hewan dan produk hewan, dan pengujian
laboratorium kesehatan masyarakat veteriner. Data terkait program tersebut dapat dilihat
pada Tabel 35.
60
Sumber: Tobing, 2015
61
62
BAB V
ANALISIS SITUASI STUNTING, PANGAN DAN GIZI DI KABUPATEN BLITAR
1. Situasi Gizi
Stunting dan Determinannya
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dimulai sejak masa prakonsepsi dan
merupakan masalah Kesehatan masyarakat yang penting karena memiliki dampak yang
sangat besar kepada kualitas Sumber Daya Manusia. Penyebab stunting tidak semata-
mata karena faktor kesehatan, namun disebabkan oleh multifaktor seperti pada Gambar 8.
Penurunan Stunting
Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, perlindungan sosial,
sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan
Komitmen politis dan kebijakan pelaksanaan aksi; kebutuhan dan tekanan untuk
implementasi, tata kelola keterlibatan antar lembaga pemerintan dan non-pemerintah,
kapasitas untuk implementasi
Penyebab Tidak
Langsung
Proses
Prasyarat
Pendukung
63
kepada sasaran 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Beberapa situasi gizi yang
berhubungan dengan sasaran 1000 HPK antara lain:
a. Berat Badan Lahir Rendah
Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang dari 2500 gr. Berat
badan lahir rendah ada hubungannya dengan status gizi ibu pada masa kehamilan
bahkan pada masa remaja. Bayi yang lahir di Kabupaten Blitar tahun 2021 dilaporkan
14.050 (99.9%) ditimbang, hasilnya adalah bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) sejumlah 542 bayi (3,9%) di antaranya 247 bayi laki-laki dan 295 bayi
perempuan (Gambar 9).
300 295
290
280
270
260
250 247
240
230
220
Laki-laki Perempuan
.
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
Gambar 9. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Blitar 2021
Tabel 36. Prevalensi Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Blitar
Tahun 2021
64
Indikator Tahun 2021
c. Stunting
Kekerdilan atau stunting mencerminkan kondisi gagal tumbuh sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Permasalahan gizi balita pendek yang diukur
berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia (PB atau TB/U) merupakan
penanda awal dari stunting. Apabila panjang/tinggi badan lebih rendah dari minus dua
standar deviasi (< -2SD) median panjang atau tinggi anak seusianya berdasarkan
standar pertumbuhan anak dari WHO maka dapat dikategorikan pendek (stunted) atau
sangat pendek (severly stunted). Tidak hanya bertubuh lebih pendek, anak stunting
juga mengalami keterlambatan perkembangan di setiap tahap usia. Hal ini kemudian
dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia dan dalam konteks yang lebih
makro menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 2-3% produk domestik bruto (PDB)
per tahun (World Bank, 2014). Hasil data Bulan Timbang Agustus 2021 menunjukan
prevalenasi stunting di Kabupaten Blitar lebih rendah yaitu 7,43% atau sebanyak 5635
balita tergolong stutning dengan 4258 baita dengan status pendek (<-2SD) dan 1395
balita dengan balita sangat pendek (<-3 SD) (Gambar 10).
14
12.24
12
10.58
10.16
10 9.46 9.62 9.83
2.15 2.23
2
0.79
0
O N T N JO N K N K O R G DI M U O N N O G I ES JO R I
IRT BE NGA AYA RE ALU G O G U EGO DOK LITA UN DA RU AW OR ULO G A PUR LIN AT RE S A
OT SAM R E TOJ NG T ONG AN G L B AK NO GA AN NIG NK AN LO W W LO DU
B O
ON KE S U
G U P B IN N T E N
UD KA NA DEM SE S E AN
W S G A W A A G
N U P S K
PA B
KA
65
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
Gambar 10. Prevalensi Stunting Tiap Kecepatan Kabupaten Blitar 2021
Sementara, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di
Kabupaten Blitar adalah 14,5%. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan
prevalensi stunting di Jawa Timur baik pada tahun yang sama mapaun 2 tahun
terakhir (Gambar 11).
30.00% 28.00%
26.90% 26.00%
25.00%
20.00% 18.1%
13.8% 14.5%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2019 2020 2021
Tabel 37. Persentase Remaja Putri Anemia di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Indikator Tahun 2021
66
Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) ditandai dengan ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil KEK di Kabupaten
Blitar sebesar 4,54%, angka ini jauh diatas target nasional yaitu 10% (Tabel 38).
Tabel 38. Persentase KEK pada Ibu Hamil di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Indikator Tahun 2021
Tabel 39. Persentase Anemia pada Ibu Hamil di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Indikator Tahun 2021
67
Wonodadi 3.473 4.735
Udanawu 3.442 3.532
Srengat 5.046 6.538
Kademangan 5.427 6.108
Bakung 2.136 2.675
Ponggok 9.407 9.120
Sanankulon 4.505 5.275
Wonotirto 3.501 3.050
Nglegok 5.996 6.450
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
Tabel 40. (Lanjutan)
Rekapitulasi Keluarga Berisiko Stunting Tingkat Kecamatan Tahun 2021,
Kabupaten Blitar 2021
Kategori Keluarga Berisiko Stunting
Kecamatan
Berisiko Stunting Tidak Berisiko
Kanigoro 6.363 7.900
Garum 5.483 5.925
Sutojayan 3.406 4.723
Panggungrejo 4.029 3.318
Talun 4.644 6.132
Gandusari 6.164 5.876
Binangun 3.788 4.025
Wlingi 3.957 4.160
Doko 3.617 2.985
Kesamben 3.780 3.952
Wates 2.543 2.263
Selorejo 4.384 1.677
Selopuro 3.302 3.577
Jumlah 98.393 103.996
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
Sementara, sanitasi lingkungan yang buruk salah satunya disebabkan oleh faktor
fasilitas pendukung sanitasi yang tidak memadai. Rekapitulasi data keluraga yang
tidak memiliki fasilitas sumber air minum utama dan jamban yang layak di Kabupaten
Blitar ditunjukan pada Tabel 41.
68
Kademangan 404 1.806
Bakung 54 1.061
Ponggok 1.009 2.601
Sanankulon 471 750
Wonotirto 360 1.798
Nglegok 781 1.253
Kanigoro 437 1.004
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
Pasangan Usia Subur (PUS) 4 Terlalu merupakan faktor yang berkontribusi pada
persalinan berisiko tinggi di antaranya terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat
(perbedaan usia antar anak sangat dekat), dan terlalu banyak. Akibat yang terjadi dari
persalinan berisiko tinggi salah satunya anak yang lahir dapat menderita kekerdilan
(stunting). Data PUS 4 terlalu di Kabupaten Blitar ditunjukkan pada Tabel 42.
69
Srengat 56 3.037 56 1.711
Kademangan 87 2.890 40 1.488
Bakung 32 1.073 6 326
Ponggok 118 4.840 93 3.322
Sanankulon 41 2.561 57 1.746
Wonotirto 59 1.621 14 590
Nglegok 104 3.182 87 2.125
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
70
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin
Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
Tes laboratorium
Tata laksana/penanganan kasus
Temu wicara (konseling)
Di Kabupaten Blitar persentase ibu yang mendapatkan pelayanan Antenatal sejumlah
88,99%, dan angka ini di atas target nasional sebesar 85%. Data disajikan pada Tabel
43.
Tabel 43. Persentase Antenatal Care (ANC) di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Indikator Tahun 2021
b. Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Besi Folat Minimal 90 Tablet Selama Kehamilan
Ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD) di Kabupaten Blitar
berjumlah 14.142 ibu hamil (82,54%) dari keseluruhan jumlah sebesar 17.133 ibu
hamil (Gambar 12).
1200
984
1000 915
833
800 759762769
701728
621625628646
600 548583588
482
434438454
353368378
400 319
226
200
0
G O G O N U RI EM D
I N M K
U
N RT
N
O
K
G
U W A C A G
A
RU
O
K BUTI D N N
A U
S
BA O
D N A LEG
O
BA U
M N IN
A
D
A N
D
O
N M
A G
N
G
S L O B U A W E
W G D
A
K
71
c. Ibu Hamil KEK Mendapat Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Penanggulangan masalah KEK pada ibu hamil telah diupayakan oleh pemerintah
melalui kementerian kesehatan dengan menjalankan program PMT. Pada Kabuapten
Blitar, ibu hamil dengan KEK yang telah mendapat PMT hampir mencapai 100%
(Tabel 44).
Tabel 44. Persentase Ibu Hamil KEK Mendapat PMT di Kabupaten Blitar
Tahun 2021
Indikator Tahun 2021
Ibu hamil KEK mendapat PMT (%) 99,22
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
72
15,388 15,475
15,362 15,297
14,038
15,455 15,472
15,344 15,237 15,306 15,354
15,157 15,154
14,050
13,838
KN1 KN3
73
g. Bayi yang Mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif
Data menunjukkan cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif di Kabupaten Blitar tahun
2021 sebanyak 6.215 atau sebanyak 42,63% dari jumlah bayi 0 sampai 6 bulan
sebanyak 14.579 bayi (Tabel 46). Data tersebut menunjukan bahwa cakupan ASI
eksklusif di Kabupaten Blitar masih rendah jika dibandingkan target nasional sebesar
60%.
Tabel 46. Persentase Bayi Mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Blitar Tahun
2021
Indikator Satuan Tahun 2021
Tabel 47. Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Bayi 0-11 Bulan di
Kabupaten Blitar Tahun 2021
Indikator Tahun 2021
74
95.80%
87.90%
86.80%
Tabel 48. Balita Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Blitar Tahun 2021
Indikator Satuan Tahun 2021
75
Tabel 49. Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan
Puskesmas di Kabupaten Blitar 2021
Ditimbang
Jumlah Sasaran Balita (S)
Jumlah (D) % (D/S)
L P L+P L+P L+P
40.245 37.661 77.906 46.394 59.6
Keterangan: L=Laki-laki; P=Perempuan
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
Tabel 50. Kasus Diare yang Dilayani Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Kabupaten Blitar Tahun 2021
Balita Diare
Mendapat
Kecamatan Puskesmas Dilayani
Suplemen Seng
Jumlah % Jumlah %
Wonodadi Wonodadi 62 8,7 41 66,1
Udanawu Udanawu 31 5,8 31 100
Srengat Srengat 170 20,4 168 96,8
Kademangan Kademangan 239 34,6 207 86,6
Bakung Bakung 27 10,3 27 100
Ponggok Ponggok 0 0 0 0
Ponggok Bacem 27 5 27 100
Sanankulon Sanankulon 185 26,9 185 100
76
Wonotirto Wonotirto 360 97,3 359 99,7
Nglegok Nglegok 40 4,4 40 100
Kanigoro Kanigoro 468 49,7 462 96,7
Garum Garum 64 9,9 64 100
Sutojayan Sutojayan 30 5,6 30 100
Panggungrejo Panggungrejo 30 7 29 96,7
Talun Talun 126 16,9 121 96
Gandusari Gandusari 133 22,5 133 100
Gandusari Slumbung 64 17,8 54 84,4
Binangun Binangun 30 6,2 30 100
Wlingi Wlingi 151 27,3 151 100
Doko Doko 43 10,7 39 90,7
Kesamben Kesamben 119 20,1 118 99,2
Wates Wates 50 17,3 39 78
Selorejo Boro 22 6,5 22 100
Selopuro Selopuro 20 4,2 19 95
Jumlah 2.491 18,3 2.396 96,2
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
77
tidak langsung terjadinya Stunting (di luar bidang kesehatan) yang tidak hanya terfokus
pada sasaran 1000 HPK namun juga ditujukan untuk masyarakat umum.
a. Cakupan Rumah Tangga yang Menggunakan Sumber Air Minum Layak
Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan sehari-hari khususnya
terkait kesehatan masyarakat. Beberapa penyakit ditularkan melalui kualitas air yang
tidak bersih seperti diare yang menyebabkan morbiditas berulang hingga
menyebabkan gizi kurang, gizi buruk dan stunting pada balita. Selain itu, kandungan
bahan kimia dalam air minum dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis
(misalnya, kanker dan penyakit kardiovaskular), hasil reproduksi yang merugikan dan
efek pada kesehatan anak-anak (misalnya, perkembangan saraf). umlah rumah tangga
yang menggunakan air bersih menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari
tahun ke tahun, seperti pada. Jumlah sarana air minum memenuhi syarat di Kabupaten
Blitar tahun 2021 sebanyak 204 atau sebesar 86,4% dari jumlah sarana air minum
yang diuji/diambil sampelnya (Tabel 52).
78
21 BACEM 5 3 60.0 2 66.7 1 20.0 1 100.0
22 SRENGAT 13 13 100.0 13 100.0 13 100.0 12 92.3
23 WONODADI 11 11 100.0 9 818 11 100.0 9 81.8
24 UDANAWU 4 3 75.0 2 66.7 3 75.0 2 66.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.245 532 42.7 425 79.9 236 19.0 204 86.4
Sementara, akses sanitasi layak seperti penggunaan jamban di Kabupaten Blitar tahun
2021 sebanyak 389.697 keluarga. Dengan kata lain 96,8% keluarga di Kabupaten
Blitar telah memiliki akses jamban sehat (Tabel 54).
Tabel 54. Jumlah KK dengan Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi yang Layak
(Jamban Sehat) Menurut Kecamatan, dan Puskesmas Kabupaten Blitar 2021
KELUARGA
DENGAN AKSES
TERHADAP
JAMINAN SEHAT SEMI JAMBAN SEHAT FASILITAS
SHARING/KOMUNAL
PERMANEN (JSPP) PERMANEN (JSP) SANITASI YANG
JUMLAH
NO KECAMATAN LAYAK
KK
(JAMBAN
SEHAT)
JUMLAH JUMLAH JUMLAH
JUMLAH JUMLAH JUMLAH
KK KK KK JUMLAH %
SARANA SARANA SARANA
PENGGUNA PENGGUNA PENGGUNA
1 BAKUNG 10.254 909 1.258 5.002 5.000 3.524 3.765 10.023 97.7
2 WONOTIRTO 14.356 1.193 1.853 3.674 4.967 5.758 7.536 14.356 100.0
3 PANGGUNGREJO 18.997 537 1.710 2.433 6.367 9.260 8.377 16.454 86.6
4 WATES 11.127 368 596 2.650 3.313 5.937 7.089 10.998 98.8
5 BINANGUN 16.620 397 397 5.810 5.810 9.190 9.190 15.397 92.6
6 SUTOJAYAN 17.661 272 353 560 696 23.659 16.612 17.661 100.0
7 KADEMANGAN 22.768 1.775 1.338 5.524 6.890 12.309 14.540 22.768 100.0
8 KANIGORO 25.526 617 1.388 333 658 20.693 23.424 25.470 99.8
9 TALUN 20.317 545 890 1.246 1.250 16.167 17.392 19.532 96.1
10 SELOPURO 14.012 785 945 368 534 11.251 12.291 13.770 98.3
11 KESAMBEN 16.154 707 1.063 1.715 2.037 11.898 12.730 15.830 98.0
79
12 BORO 12.979 204 284 2.071 2.599 7.413 9.891 12.774 98.4
13 DOKO 13.317 45 65 490 612 11.563 12.437 13.114 98.5
14 WLINGI 17.257 248 744 696 1.392 11.277 14.180 16.316 94.5
15 GANDUSARI 16.225 800 825 1.987 4.680 10.422 10.720 16.225 100.0
16 SLUMBUNG 9.089 358 753 1.520 4.870 1.582 1.803 7.426 81.7
17 GARUM 17.954 2 150 1.710 1.816 14.294 13.805 15.771 87.8
18 NGLEGOK 24.116 2.794 2.844 1.077 1.122 16.889 20.150 24.116 100.0
19 SANANKULON 18.380 94 114 1.057 1.456 16.129 16.810 18.380 100.0
20 PONGGOK 19.199 1.054 1.461 3.181 3.413 11.676 13.490 18.364 95.7
21 BACEM 13.515 728 1.456 1.297 2.987 8.200 8.969 13.412 99.2
22 SRENGAT 23.074 0 0 357 454 17.007 21.997 22.451 97.3
23 WONODADI 15.225 834 2.648 127 175 12.402 12.402 15.225 100.0
24 UDANAWU 14.649 212 425 184 365 11.567 13.074 13.864 94.6
JUMLAH (KAB/KOTA) 402.771 15.478 23.560 45.069 63.463 270.067 302.674 389.674 96.8
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, 2021
80
Tabel 55. Program Dinas Lingkungan Hidup terkait Pengelolaan Sampah
Tahun
Sub Kegiatan Indikator Satuan
2019 2020 2021
Penanganan Sampah Jumlah Sampah Ton 49.947,50 56.534,45 54.977,76
dengan melakukan yang dilakukan
Pemilahan, Pemilahan,
Pengumpulan, Pengumpulan,
Pengangkutan, Pengangkutan,
Pengolahan, dan Pengolahan, dan
Pemrosesan Akhir Pemrosesan Akhir
Sampah di Sampah di
TPS/TPST/SPA TPS/TPST/SPA
Kab/Kota
Peningkatan Peran
serta Masyarakat Jumlah Bank
Unit 87 163 203
dalam Pengelolaan Sampah
Persampahan
Peningkatan Peran
serta Masyarakat Jumlah Sampah
Ton 61.106,81 62.496,27 61.703,70
dalam Pengelolaan yang dikurangi
Persampahan
Sumber: Dinas Lingkukan Hidup Kabupaten Blitar, 2021
81
Tabel 56. Kegiatan BKB, BKR, dan BKL yang Telah Dilaksanakan oleh
Dinas PPKBP3A
Indikator/Outcome Satuan Tahun
2019 2020 2021
Bina Keluarga Balita Jumlah Anggota
29.887 26.276 27.912
(BKB) yang Hadir
Bina Keluarga Remaja
19.271 17.701 18.686
(BKR)
Bina Keluarga Lansia
21.830 18.373 18.043
(BKL)
TOTAL 70.988 62.350 64.641
Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Blitar, 2021
Dinas PPKBP3A Kabupaten Blitar juga melakukan pendampingan pada ibu hamil
dengan tujuan untuk memberikan pendampingan serta memberikan pelayanan
pemeriksaan terhadap ibu hamil secara rutin, yang dilakukan oleh kader Tim
Pendamping Keluarga. Dengan mengikuti kegiatan ini peserta menjadi paham akan
pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 8 kali selama masa
kehamilannya. Selain itu, kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada bumil
agar dapat melahirkan dalam kondisi sehat baik ibu maupun anak yang dikandungnya.
Jumlah sasaran bumil tahun 2019 – 2021 dapat dilihat pada Tabel 57.
82
anak, pola makan, picky eater, dll. Kegiatan kelas parenting di TK dan KB di
Kabupaten Blitar dapat dilihat pada Tabel 58.
0.80%
0.60%
0.10% 0.10%
83
Gambar 16. Penyandang Kanker Tahun 2021 di Kabupaten Blitar
2) Diabetes Melitus (DM)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, prevalensi dari
penyandang DM di Kabupaten Blitar selama tiga tahun terkahir tidak mengalami
perubahan pada angka 2,6%. Angka prevalensi DM di Kabupaten Blitar lebih
rendah dibandingkan dengan nasional (Gambar 17).
3) Hipertensi
Prevalensi penyandang hipertensi di Kabupaten Blitar selama tiga tahun terkahir
tergolong cukup tinggi yaitu 38.8%. Bahkan, angka tersebut lebih tinggi dari
prevalensi hipertensi secara nasional yaitu 34,1% (Gambar 18).
84
Beberapa program yang terkait masalah stunting dan gizi yang perlu mendapat perhatian
adalah: (1) Cakupan ASI Ekslusif masih rendah (2) Pemberian tablet tambah darah pada
remaja putri dan (3) Cakupan PHBS yang belum merata. Hal yang penting untuk menunjang
keberhasilan program gizi khususnya dan kesehatan umumnya adalah melakukan pendekatan
pengarusutamaan gender (PUG). Pengarusutamaan gender merupakan langkah yang sangat
penting terkait ketersediaan pangan dan makanan yang bergizi serta pemanfaatan pangan
lokal yang ada di lingkungan sekitar. Perempuan berperan sebagai pemegang keputusan di
tingkat rumah tangga khususnya terkait pemenuhan kebutuhan harian keluarga terutama
kebutuhan pangan. Aspek lain adalah pengasuhan anak sebagai salah satu faktor penting
dalam masalah stunting. Dalam hal ini, perempuan juga sangat berperan, di sisi lain
perempuan memiliki peran ganda tidak hanya sebagai ibu rumah tangga namun juga sebagai
perempuan pekerja. Penguatan peran keluarga menjadi hal yang sangat penting untuk
membangun hubungan yang setara antara laki-laki dan perempuan. Beberapa kelembagaan
yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pendekatan-pendekatan tersebut adalah Bina
Keluarga Balita (BKB), Dasa wisma, PKK, dan sebagainya. Pemberdayaan perempuan
ditingkat keluarga maupun masyarakat merupakan potensi yang sangat baik karena
perempuan berperan untuk menyiapkan pangan bergizi di keluarga, memanfaatkan lahan atau
pekarangan yang ada serta keterampilan lainnya yang berhubungan dengan masalah gizi dan
kesehatan lainnya.
85
86
4 BAB VI
5 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGANAN STUNTING, PANGAN DAN
GIZI DI KABUPATEN BLITAR
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) memiliki posisi yang strategis di
dalam pembangunan pangan dan gizi. RAD-PG menjadi pedoman bagi Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) untuk:
1. menentukan prioritas kegiatan dan berbagai kegiatan lainnya yang lebih efektif dan
berbasis bukti,
2. menjadi alat advokasi untuk menjelaskan pentingnya pangan dan gizi kepada para
pengambil kebijakan,
3. menggalang komitmen perangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
perencanaan dan pelaksanaan pangan dan gizi, serta
4. sebagai arahan untuk menyiapkan perencanaan dan penganggaran yang baik di
daerah sehingga sesuai dengan prioritas nasional dan daerah.
87
RAD-PG yang menjadi bagian dari Strategi Ketahanan Pangan dan Gizi mengacu Kepada
RPJMN 2020-2024 dan agenda TPB/SDGs, yang dalam penyusunan dan pelaksanaannya
disinkronkan dengan gerakan atau rencana aksi lain yang mendukung pelaksanaan
pembangunan pangan dan gizi seperi: Percepatan Penurunan Stunting, Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), serta Stranas
Pengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender
(PPRG).
Strategi penanganan stunting, pangan, dan gizi di Kabupaten Blitar dapat mengacu pada
tujuan strategis nasional yang disesuaikan dengan kondisi di daerah. Berikut ini tujuan
strategis untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi.
1. Tujuan Strategis Peningkatan Ketersediaan pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang
dan Aman (B2SA):
a. Peningkatan produksi pangan yang beragam;
b. Penyediaan pangan yang aman (dalam proses produksi);
c. Pengelolaan cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat;
d. Penanganan kerusakan dan kehilangan hasil panen (food loss); dan
88
e. Pengayaan nilai gizi sumber pangan melalui biofortifikasi.
2. Tujuan Strategis Peningkatan keterjangkauan pangan yang Beragam, Bergizi
Seimbang dan Aman (B2SA):
a. Peningkatan stabilitas pasokan dan harga pangan;
b. Perluasan akses sistem informasi pasar dan harga Pangan;
c. Penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), koperasi, dan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) di bidang pangan;
d. Pengembangan sistem jaring pengaman sosial pangan dengan pemanfaatan jenis
pangan yang beragam;
e. Penyediaaan dan penyaluran Pangan untuk situasi darurat;
f. Penumbuhan kemandirian Pangan untuk masyarakat di daerah rentan rawan
pangan dan terdampak bencana; dan
g. Pengembangan sistem logistik pangan.
89
4. Tujuan Strategis Penguatan kelembagaan dan tata kelola pangan dan gizi:
a. Penguatan kelembagaan ketahanan pangan dan gizi tingkat desa/kelurahan;
b. Penguatan kemitraan antar pemangku kepentingan;
c. Pengendalian dampak pandemi COVID-19 terhadap ketahanan pangan dan gizi;
d. Penguatan dimensi gender dalam pembangunan pangan dan gizi; dan
e. Penguatan dukungan riset dan inovasi untuk ketahanan pangan dan gizi.
RAD-PG yang telah disusun ini merupakan panduan bagi seluruh organisasi perangkat
daerah agar selaras dengan kebijakan nasional. RAD-PG merupakan operasionalisasi SKPG
yang berisi penajaman kegiatan bidang pangan dan gizi yang sudah ada serta mengisi gap
kegiatan untuk mempercepat pencapaian tujuan RPJMN dan TPB/ SDGs dan juga
diselaraskan dengan RPJMD. RAD-PG menjadi instrumen penting dalam mengintegrasikan
kegiatan pembangunan bidang pangan dan gizi di daerah mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, termasuk upaya konvergensi penurunan stunting.
RAD-PG Kabupaten Blitar ini merupakan terjemahan dari RAN-PG 2021-2024 serta sejalan
dengan dokumen perencanaan lainnya di Pusat dan Daerah yang pemanfaatannya tidak hanya
di kalangan pemerintah tetapi juga penting bagi mitra non-pemerintah. Selain itu,
pemantauan RAD-PG dilakukan melalui beberapa metode sekali dalam setahun atau
sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, serta evaluasi RAD-PG dilakukan pada paruh waktu/mid-
term dan akhir periode
90
91
6 BAB VII
7 RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI KABUPATEN BLITAR
92
Tabel 59. Outcome Antara dan Outcome yang Ditargetkan dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi Kabupaten Blitar
Status awal Target
Pilar Indikator Outcome OPD OPD terkait
(2021) 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Outcome Antara
Akses Pangan Ketersediaan energi (kkal/kap/hari) 6385 7641 7098 5874 4649 3425 2200 Dinas Pertanian Dinas Peternakan
Ketersediaan protein (gr/kap/hari) 187.36 368.08 548.8 729.52 910.24 1090.96 1271.68 & Ketahanan & Perikanan
Pangan
Jumlah desa rawan pangan (desa) 1 0 0 0 0 0 0
Pola pangan harapan (Skor PPH) 88.4 90.6 92.8 95 97.2 98 99
Perkembangan Ketersediaan pangan Nabati 5542 4030 38.6 3379 2898 2417 1936
Perkembangan Ketersediaan pangan hewani 843 3611 3238 2495 1751 1008 264
Ketersediaan dan Konsumsi pangan (gram/kapita/ hari)
Konsumsi pangan Padi-padian 271,4 273,2 275 276,8 278,6 280,4 282,2
Konsumsi pangan Umbi-umbian 69,7 76,9 84,2 91,4 98,6 105,8 113
Konsumsi pangan Pangan Hewani 82,9 89,1 95,3 101,5 107,7 113,9 120,1
Konsumsi pangan Minyak dan Lemak 31,2 29,1 27 24,9 22,9 20,8 18,7
Konsumsi pangan Buah/Biji Berminyak 16,9 15,4 13,9 12,4 10,9 9,4 7,9
Konsumsi pangan Kacang-kacangan 26,1 29,4 32,6 35,8 39,1 42,3 45,5
Konsumsi pangan Gula 24,0 24,8 25,5 26,3 27,0 27,8 28,5
Mutu dan Konsumsi pangan Sayur dan Buah 280,3 274,5 268,6 262,8 257 251,2 245,4
Keamanan Konsumsi pangan Lain-lain 71,9 111,4 111,4 111,4 111,4 111,4 111,4
Pangan
Capaian Kecukupan Konsumsi Energi 2062.4 2075 2087.5 2100 2112.5 2125 2137.5
Pekarangan Pangan Lestari (kelompok) 4 6 8 10 12 14 16
Lumbung Pangan (kelompok aktif) 2 2 2 2 2 2 2
93
Keamanan Cakupan penjamah/pengelola jajanan anak
70 100 130 160 190 220 260 Dinas Kesehatan Dinas Pendidikan
Pangan sekolah yang sudah dilatih/dibina
Disperindag,
Cakupan penjamah makanan yang sudah dilatih
307 435 495 595 680 760 840 Dinas Kesehatan Dinas Koperasi &
tentang keamanan pangan
Usaha Mikro
Dinas Pertanian
Jumlah kelompok penerima sertifikat mutu dan
- 5 6 7 8 9 10 dan Ketahanan
keamanan asal tanaman segar
Pangan
Disperindag,
Jumlah UKM/UMKM penerima sertifikat PIRT - 386 400 415 430 445 460 Dinas Kesehatan Dinas Koperasi &
Usaha Mikro
Jumlah Pendampingan Unit Usaha Hewan dan Dinas Peternakan
- 40 50 70 80 90 90
Produk Hewan (unit usaha) & Perikanan
Jumlah Pengawasan Peredaran Hewan dan Dinas Peternakan
- 230 240 250 260 270 270
Produk Hewan (laporan) & Perikanan
Jumlah Pengujian Laboratorium Kesehatan Dinas Peternakan
- 80 50 50 50 50 50
Masyarakat Veteriner (laporan) & Perikanan
PHBS Persentase jumlah rumah tangga yang telah
54,8 56 58 60 63 66 70 Dinkes Dinas Perkim
menerapkan PHBS (%)
Sanitasi layak (%) 93 95 97 100 100 100 100 Dinkes
Ketersediaan air minum yang layak (%) 72 74 79 81 82 85 88 Dinkes
Jumlah Sampah yang dilakukan Pemilahan,
Pengumpulan, Pengangkutan, Pengolahan, dan
- 57.500 59.000 60.500 62.000 63.500 65.000 DLH
Pemrosesan Akhir Sampah di TPS/TPST/SPA
(ton)
94
Pangan & Gizi dalam setahun (kali) Ketahanan Peternakan &
Frekuensi pertemuan dan pelaporan SKPG (kali) - 2 2 2 2 2 2 Pangan, Bappeda Perikanan
Outcome
Prevalensi stunting
(pendek dan sangat 14,5 14,25 14 13,75 13,5 13,25 13
pendek) pada balita (%)
Prevalensi gizi kurang
3,5 3,5 3,5 3,25 3,25 3 3
(wasitng) pada balita (%)
Prevalensi gizi buruk
0,98 0,98 0,85 0,8 0,8 0,75 0,75
(severely wasitng) pada balita (%)
Prevalensi Balita BGM (%) 8,07 8 7,85 7,7 7,55 7,3 7,15
Dinas PPKBP3A,
Prevalensi ibu hamil KEK (%) 4,54 4,5 4,25 4 3,75 3,5 3,25 Dinas Kesehatan
Dinas Pendidikan
Prevalensi ibu hamil anemi (%) 8,41 8,3 8 7,7 7,4 7,1 7
Bumil KEK yang mendapat PMT %) 99,22 99,22 99,22 99,22 99,22 99,22 99,22
Cakupan kelas Bumil yang mengikuti konseling
60 65 70 75 80
gizi dan kesehatan (%) 52 55
Persentase remaja putri anemia (%) 2,7 4,2 3,7 3,2 2,7 2,2 1,7
Prevalensi diabetes melitus (%) 2,6 2,6 2,6 2,6 2,5 2,5 2,5
Prevalensi hipertensi (%) 38,8 38,8 38,8 35 35 35 35
95
2. Penguatan Rencana Aksi Pangan dan Gizi
Dalam RAD-PG Kabupaten Blitar tahun 2022-2027 memuat adanya kebijakan
pemerintah pusat terkait dengan kebijakan pangan dan gizi dalam situasi darurat. Hal ini
terkait dengan kondisi pandemik Covid-19 selama 2 tahun terakhir dan untuk
mengantisipasi adanya bencana alam lainnya. Selain itu, dalam RAD-PG juga memuat
adanya pengarusutamaan gender dalam ketersediaan pangan dan gizi.
a. Respon Kebijakan Pangan dan Gizi dalam Situasi Darurat
1) Kebijakan terkait ketersediaan pangan dan akses pangan
Pemerintah daerah melakukan upaya meningkatkan produksi pangan dengan
memperhatikan pemilihan kualitas bibit, meningkatkan daya guna lahan, dan
meningkatkan kapasitas petani. Selain itu, pemerintah juga mempromosikan
kebijakan pemanfaatan taman pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan
keluarga.
Pada masa pandemi Covid-19, di mana terjadi krisis ekonomi pada petani,
pemerintah melakukan intervensi pada input produksi pertanian yang memiliki
kontribusi relatif besar, seperti kebijakan tentang harga pupuk, benih unggul, dan
pestisida serta memberikan kebijakan insentif untuk keberlangsungan usaha
produsen pangan. Intervensi lain yang mungkin dilakukan adalah memberikan
program pinjaman tanpa agunan untuk petani dengan memberdayakan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Upaya lain dari pemerintah daerah dalam merespon
situasi kegawatdaruratan antara lain:
Mengembangkan integrated farming
Menggalakkan pertanian modern (traktor, cultivator, drone, irigasi tetes dll)
Meningkatkan pemasaran dengan sistem online atau marketplace
Meningkatkan cadangan pangan masyarakat dalam rangka kesiapsiagaan
bencana dan kegawatdaruratan
Penguatan pengendalian food waste dan food loss dalam rantai pasok
pangan
Melakukan koordinasi, kolaborasi antara pemerintah dengan perguruan tinggi,
komunitas, pelaku media, dan pelaku usaha (penta heliks)
Memberikan insentif untuk sektor logistik dalam rantai pasok pangan agar
distribusi pangan terjamin serta ketersediaan dan stabilitas harga pangan
tetap terjaga.
96
2) Kebijakan terkait gizi dan kesehatan masyarakat, aksi yang dapat dilakukan antara
lain:
Menyosialisasikan pedoman penanganan gizi dalam penanggulangan bencana
Menyediakan buffer stock MP-ASI, PMT bumil, dan PMT anak sekolah
Menyusun menu dan merencanakan kebutuhan bahan makanan dapur umum
Menyusun menu dan merencanakan kebutuhan bahan makanan untuk
kelompok rentan
Menyelenggarakan dapur khusus bayi dan anak balita darurat
Melakukan konseling menyusui, MP-ASI, dan PMBA
Surveilans gizi
Melakukan pengawasan jika mendapat bantuan berupa susu formula, kental
manis, dan produk bayi lainnya
Melakukan pengawasan donasi dan bantuan pangan lainnya
Membuat standar porsi dan gizi pengungsi
Mobilisasi sumber daya untuk menunjang kegiatan sub klaster gizi
Peningkatan sanitasi dan PHBS
97
Dalam bidang ketahanan pangan dan gizi, pengarusutamaan gender dapat berupa
memberikan peluang kepada perempuan untuk berpartisipasi mendapatkan pelatihan
peningkatan kapasitas dan peran, memilih bidang pekerjaan yang sesuai sehingga
dapat mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga. Selain itu,
pemberdayaan perempuan dalam keluarga merupakan potensi peluang yang baik
untuk dapat menyiapkan gizi bagi keluarganya melalui pemanfaatan pekarangan
dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, peningkatan ketrampilan untuk
mengelola gizi, kesehatan maupun kebutuhan lain yang mendukung terciptanya
kesejahteraan keluarga.
Rencana aksi pangan dan gizi yang dijabarkan berdasarkan tujuan strategis dapat
dilihat pada Tabel 60.
98
Tabel 60. Strategi, Aksi, dan Keluaran Penajaman Program Pangan dan Gizi 2022-2027
Statu
OPD /
Sub s Target
No Strategi Aksi Indikator Satuan Instansi
Kegiatan Awal
PJ
2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
Tujuan Strategis 1. Peningkatan Ketersediaan Pangan yang Beragam, Bergizi, dan Aman
1.1 Penyediaan Meningkatkan Rekomendasi Jumlah UMKM 0 5 6 7 8 9 10 Dinas
pangan yang Kerjasama dengan Keamanan kelompok Pertanian
aman (dalam BPOM dan Pangan Segar penerima &
proses instansi terkait Asal sertifikat Ketahanan
produksi) lainnya dalam Tumbuhan mutu dan Pangan
pengawasan mutu keamanan
dan keamanan asal tanaman
pangan segar
1.2 Pengelolaan Menjaga Ketersediaan Kkal/ 6385 7641 7641 7641 7641 7641 7641 Dinas
cadangan ketersediaan energi Kapita/Hari Pertanian
pangan cadangan pangan &
pemerintah di Ketahanan
pusat, provinsi/kabupate Pangan
pemerintah n/kota Ketersediaan Gram/ 187.36 368.0 548.8 729.5 910.2 1090. 1271.6 Dinas
daerah, dan protein Kapita/Hari 8 2 4 96 8 Pertanian
masyarakat &
Ketahanan
Pangan
Meningkatkan Diversifikasi Pola pangan Skor PPH 88.4 90.6 92.8 95 97.2 98 99 Dinas
keanekaragaman Pangan harapan Pertanian
pangan, &
mengembangkan Ketahanan
teknologi Pangan
pengolahan dan Perkembang Kkal/ 5542 4030 3860 3379 2898 2417 1936 Dinas
produk pangan an Kapita/Hari Pertanian
serta Ketersediaan &
meningkatkan Pangan Ketahanan
kesadaran Nabati Pangan
masyarakat Perkembang Kkal/ 843 3611 3238 2495 1751 1008 264 Dinas
dengan pola an Kapita/Hari Pertanian
konsumsi B2SA Ketersediaan &
Pangan Ketahanan
Hewani Pangan
Konsumsi Gram/ 271,4 273,2 275 276,8 278,6 280,4 282,2 Dinas
pangan Padi- Kapita/ Hari Pertanian
padian &
Ketahanan
Pangan
99
Gram/ 69,7 76,9 84,2 91,4 98,6 105,8 113 Dinas
Konsumsi
Kapita/ Hari Pertanian
pangan
&
Umbi-
Ketahanan
umbian
Pangan
Gram/ 82,9 89,1 95,3 101,5 107,7 113,9 120,1 Dinas
Konsumsi
Kapita/ Hari Pertanian
pangan
&
Pangan
Ketahanan
Hewani
Pangan
Gram/ 31,2 29,1 27 24,9 22,9 20,8 18,7 Dinas
Konsumsi
Kapita/ Hari Pertanian
pangan
&
Minyak dan
Ketahanan
Lemak
Pangan
Gram/ 16,9 15,4 13,9 12,4 10,9 9,4 7,9 Dinas
Konsumsi
Kapita/ Hari Pertanian
pangan
&
Buah/Biji
Ketahanan
Berminyak
Pangan
Gram/ 26,1 29,4 32,6 35,8 39,1 42,3 45,5 Dinas
Konsumsi
Kapita/ Hari Pertanian
pangan
&
Kacang-
Ketahanan
kacangan
Pangan
Gram/ 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0 Dinas
Kapita/ Hari Pertanian
Konsumsi
&
pangan Gula
Ketahanan
Pangan
Gram/ 280,3 280,3 280,3 280,3 280,3 280,3 280,3 Dinas
Konsumsi
Kapita/ Hari Pertanian
pangan
&
Sayur dan
Ketahanan
Buah
Pangan
Gram/ 71,9 111,4 111,4 111,4 111,4 111,4 111,4 Dinas
Konsumsi Kapita/ Hari Pertanian
pangan Lain- &
lain Ketahanan
Pangan
Capaian Kkal/ 2062,4 2075 2087, 2100 2150 2150 2200 Dinas
Kecukupan Kapita/Hari 5 Pertanian
Konsumsi &
Energi Ketahanan
100
Pangan
Tujuan Strategis 2. Peningkatan Keterjangkauan Pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman
2.1 Penumbu- Meningkatkan Koordinasi Jumlah desa Desa 1 0 0 0 0 0 0 Dinas
han kapasitas dan rawan Pertanian
kemandirian masyarakat desa Sinkronisasi pangan &
pangan dalam penguatan Kebijakan Ketahanan
untuk ketahanan pangan Kesejahteraa Pangan
masyarakat dan pencegahan n Rakyat Bina Jumlah 27.91 30059 31764 32832 33659 34503 35529 Dinas
di daerah stunting Bidang Keluarga Anggota 2 PPKBP3A
rentan rawan Pemberdayaa Balita (BKB) yang Hadir
pangan dan n Perempuan Bina Jumlah 18.68 18071 18710 19446 20077 20964 21703 Dinas
terdampak dan Keluarga Anggota 6 PPKBP3A
bencana Perlindungan Remaja yang Hadir
Anak, (BKR)
Pengendalian Bina Jumlah 18.04 22388 22757 23459 23722 23924 24460 Dinas
Penduduk Keluarga Anggota 3 PPKBP3A
dan Keluarga Lansia yang Hadir
Berencana, (BKL)
Administrasi Pendamping Jumlah 5.928 7281 7561 7617 7729 7811 7978 Dinas
Kependuduk an Ibu Hamil Sasaran PPKBP3A
an dan Bumil
Pencatatan Jumlah KPM 92.89 85.97 86.07 86.17 85.97 85.77 85.577 Dinas
Sipil, Penerima 1 7 7 7 7 7 Sosial
Pemberdayaa BPNT
n Masyarakat
dan Desa,
Transmigrasi
dan Tenaga
Kerja
101
Restrukturi- pangan
sasi Usaha Jumlah Jumlah - 386 400 415 430 445 460 Dinas
UKM/UMKM penerima Kesehatan,
penerima /tahun Diskopum
sertifikat
PIRT
3.2 Pemberian Cakupan pemberian Pengelolaan Cakupan Persen 42,63 45,5 48 50,5 53 55.5 58 Dinas
Air Susu ASI Eksklusif pada Pelayanan Pemberian Kesehatan
Ibu (ASI) bayi usia 6 bulan di Kesehatan ASI esklusif
ekslusif Kecamatan Gizi
serta Meningkatkan Masyarakat Pelaksanaan Jumlah 0 248 496 744 992 1240 1488 Dinas
penyediaan aksesbilitas terhadap Sosialisasi peserta /tahun Kesehatan
dan makanan tambahan PMBA
pemanfaata berbahan dasar
n Makanan pangan lokal
Pendamping
Air Susu
Ibu (MP -
ASI)
berbasis
pangan
lokal
3.3 Peningkatan Mendorong Pengelolaan Prevalensi Persen 2,7 4,2 3,7 3,2 2,7 2,2 1,7 Dinas
layanan kecamatan untuk Pelayanan Anemia pada Kesehatan
kesehatan meningkatkan Kesehatan Rematri
dan gizi pembinaan dan Gizi Pemberian Persen 33,52 42,5 45 47,5 50 52.5 55 Dinas
masyarakat pengawasan TTD pada Kesehatan,
pelaksanaan Rematri Dinas
suplementasi gizi Pendidikan,
untuk mencapai Pemuda dan
cakupan target Olahraga
sasaran sebesar 90 Pemeriksaan Persen 13,9 37.8 41.2 42 43 44 45 Dinas
pada tahun 2024 Hb pada Kesehatan
remaja
Meningkatkan Pengelolaan Cakupan Persen 65,24 64,8 65 66 67 68 70 Dinas
kapasitas puskesmas Pelayanan pelayanan Kesehatan
dalam melaksanakan Kesehatan kesehatan
pelayanan terpadu Penyakit dasar
(Pandu) PTM Menular dan masyarakat
Tidak miskin
Menular Cakupan Persen 100 100 100 100 100 100 100 Dinas
kelurahan Kesehatan
mengalami
KLB yang
102
ditangani < 24
jam
Jumlah Unit 18 18 18 18 18 18 18 Dinas
Puskesmas Kesehatan
Pengelolaan induk yang
Pelayanan meningkat
Kesehatan menjadi
Gizi puskesmas
rawat inap
Cakupan Persen 93,6 94,1 94,6 95 100 100 100 Dinas
imunisasi Kesehatan
dasar lengkap
bagi bayi 0-11
bulan
Balita gizi Persen 100 100 100 100 100 100 100 Dinas
buruk Kesehatan
mendapat
perawatan
Cakupan Persen 82,17 100 100 100 100 100 100 Dinas
kunjungan ibu Kesehatan
hamil K4
Cakupan Persen 88,85 100 100 100 100 100 100 Dinas
kunjungan Kesehatan
bayi
Cakupan ibu Persen 88,99 100 100 100 100 100 100 Dinas
hamil yang Kesehatan
mendapat
pelayanan
Antenatal
Care (ANC)
Cakupan Persen 79,08 100 100 100 100 100 100 Dinas
pertolongan Kesehatan
persalinan
oleh tenaga
Kesehatan
(Tolinakes)
yang memiliki
kompetensi
kebidanan
Meningkatkan Pengelolaan Persentase Persen 54,8 56 58 60 63 66 70 Dinas
penyehatan Pelayanan rumah tangga Kesehatan
lingkungan dan Kesehatan yang telah
penerapan pola hidup Lingkungan menerapkan
sehat masyarakat PHBS
103
Sanitasi layak Persen 93 95 97 100 100 100 100 Dinas
Kesehatan
Ketersediaan Persen 72 74 79 81 82 85 88 Dinas
air minum Kesehatan
layak
Jumlah Ton 54.977, 57.500 59.000 60.500 62.000 63.500 65.000 DLH
Sampah yang 76
dilakukan
Pemilahan,
Pengumpulan,
Pengangkutan
, Pengolahan,
dan
Pemrosesan
Akhir Sampah
di
TPS/TPST/SP
A (ton)
Jumlah Bank Unit 203 175 185 195 205 215 225 DLH
Sampah (unit)
Jumlah Ton 61.703, 64.000 65.000 66.000 67.000 68.000 69.000 DLH
Sampah yang 70
dikurangi
(ton)
Tujuan Strategis 4. Penguatan Kelembagaan dan Tata Kelola Pangan dan Gizi
4.1 Penguatan Membentuk forum Pelaksanaan Frekuensi Kali 2 2 2 2 2 2 2 Bappeda,
koordinasi koordinasi lintas Monitoring pertemuan Dinkes,
dalam sektor/ pemangku dan Evaluasi Dewan Dinas
perencanaan, kepentingan di Penyusunan Ketahanan Pertanian
pelaksanaan, daerah dalam Dokumen Pangan dalam dan
pemantauan perencanaan, Perencanaan setahun Ketahanan
dan evaluasi pelaksanaan dan Pembangunan dengan Pangan
rencana aksi monev yang Perangkat instansi terkait
pangan dan terintegrasi Daerah Frekuensi Kali 2 2 2 2 2 2 2
gizi Bidang pertemuan
Perekonomian dan pelaporan
SKPG
4.2 Penguatan Melibatkan sektor Pengelolaan Jumlah Lembaga 800 805 810 815 815 815 815 Dinas
peran sektor swasta, industri dan Pelayanan lembaga (TK) Pendidikan
non- perdagangan Kesehatan yang
pemerintah pangan, serta Gizi melaksanakan
dalam masyarakat untuk Masyarakat kegiatan
104
mendukung aktif melakukan parenting
ketahanan kegiatan tentang
pangan dan komunikasi kesehatan dan
gizi perubahan perilaku gizi seimbang,
mengenai pola asuh
penyediaan pangan Jumlah KB 315 320 325 330 330 330 330 Dinas
rumah tangga, kelompok Pendidikan
konsumsi bermain (KB)
masyarakat, food yang
loss dan food waste, melaksanakan
serta kesehatan kegiatan
lingkungan parenting
tentang
kesehatan dan
gizi seimbang,
pola asuh
105
106
BAB VIII
DRAFT PERBUP RAD-PG KABUPATEN BLITAR 2022-2027
BUPATI BLITAR
PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BLITAR
107
6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan
Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5680);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan
Minimal;
8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi;
9. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;
10. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017 tentang Kebijakan Strategis
Pangan dan Gizi;
11. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-
2024;
12. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2018
tentang Rencana Aksi Pangan dan Gizi;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan
dan Keuangan Daerah;
15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020
tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah;
16. Surat Edaran Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2021
Tentang Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan Dan Gizi; dan
17. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 59 Tahun 2020 tentang
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Provinsi Jawa Timur Tahun
2020-2024 (Berita Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2020 Nomor
59/E)
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
108
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Blitar;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Blitar;
3. Bupati adalah Bupati Blitar;
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah;
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2021-2026,
yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak 2021
sampai dengan tahun 2026;
6. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya
yang tersedia;
7. Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumberdaya daerah secara
terencana untuk mewujudkan visi daerah;
8. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Blitar
untuk periode 1 (satu) tahun;
9. Rencana Strategis Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renstra
PD adalah dokumen perencanaan PD di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Blitar untuk periode 5 (lima) tahun;
10. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi yang selanjutnya disebut RAD-
PG adalah rencana aksi tingkat Kabupaten Blitar tahun 2022-2027 berisi
program serta kegiatan di bidang pangan dan gizi guna mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing;
11. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan
Rencana Aksi Pangan dan Gizi, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil
tindakan sedini mungkin;
12. Evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan objektif atas implementasi
dan hasil dari Rencana Aksi Pangan dan Gizi yang telah selesai.
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Bupati ini meliputi:
a. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi;
b. Pemantauan dan Evaluasi Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi.
BAB II
RENCANA AKSI DAERAH PANGAN DAN GIZI
Pasal 3
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi adalah rencana aksi tingkat
kabupaten yang berisi program serta kegiatan di bidang pangan dan gizi guna
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pasal 4
1) Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi sebagaimana dimaksud dalam
109
Pasal 3 bertujuan untuk:
a. mengintegrasikan dan menyelaraskan perencanaan pangan
dan gizi nasional dan provinsi melalui koordinasi program
dan kegiatan multisektoral;
b. meningkatkan peran dan komitmen pemerintah daerah dalam
mengkoordinasikan pemangku kepentingan pangan dan gizi
untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi; dan
c. memberikan panduan bagi perangkat daerah dalam
melaksanakan kegiatan yang terdapat pada rencana aksi
pangan dan gizi.
2) Dokumen RAD-PG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
3) Dokumen RAD-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
a. BAB I: Pendahuluan
b. BAB II: Analisis Pangan dan Gizi sebagai Investasi
Pembangunan
c. BAB III: Analisis Situasi Stunting, Pangan, dan Gizi
d. BAB IV: Arah dan Kebijakan dan Strategi Penanganan
Stunting, Pangan, dan Gizi
e. BAB V: Rencana Aksi Pangan dan Gizi
f. BAB VI: Penutup
BAB III
KELEMBAGAAN PANGAN DAN GIZI
Pasal 5
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 6
1) Pemerintah Daerah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi;
2) Tata cara pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Aksi
Daerah Pangan dan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.
110
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar semua
orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini
dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Blitar.
Ditetapkan di Blitar
Pada tanggal (…tgl) (…bln) (...202..)
BUPATI BLITAR,
ttd
…………………..
111
8 DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli Obat dan
Pangan Aman untuk Dewasa. Badan POM, Jakarta.
BPS Kabupaten Blitar. 2022. Kabupaten Blitar dalam Angka 2022.
https://blitarkab.bps.go.id/publication/2022/02/25/9bb576865560d13c1e1125bb/
kabupaten-blitar-dalam-angka-2022.html
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar 2022. Rencana Kerja 2022.
https://diskopum.blitarkab.go.id/rencana-kerja-2022/
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar, 2022. Profil Stunting Kabupaten
Blitar 2022.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayan. (2018) Strategi
Nasional Percepatan Anak Kerdil (Stunting).
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS). 2021. Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan
dan Gizi (RAD-PG) 2021-2024. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional
Permanasari, Y., dkk (2020). Tantangan Implementasi Konvergensi pada Program
Pencegahan Stunting di Kabupaten Prioritas. Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Vol 30 No 4.
Saputri, R.A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting di
Indonesia. Journal of Political Issues. DOI:10.33019/JPI.V1I1.2
Setiawan, E. (2018) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak
Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur
Kota Padang Tahun 2018. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Titaley CR, Ariawan I, Hapsari D, Muasyaroh A, Dibley MJ. Determinants of the Stunting of
Children Under Two Years Old in Indonesia: A Multilevel Analysis of the 2013
Indonesia Basic Health Survey. Nutrients. 2019 May 18;11(5):1106. doi:
10.3390/nu11051106. PMID: 31109058; PMCID: PMC6567198.
Tobing, Bortiandy. 2015. Rantai Pasok Pangan (Food Supply Chain).
https://supplychainindonesia.com/rantai-pasok-pangan-food-supply-chain/ (Diakses 15
Januari 2023)
WHO, 2018. Stunting. Diakses secara online dari
https://apps.who.int/mediacentre/infographic/nutrition/infographic-stunting.pdf pada
tanggal 25 Oktober 2022.
112