Infeksi Nifas 1
Infeksi Nifas 1
A. Pengertian
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada
masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat
genital pada waktu persalinan dan nifas. Dengan ketentuan meningkatnya suhu
badan melebihi 38 tanpa menghitung hari pertama dan berturut- turut selama
B. Etiologi
Selama era pra antibiotik, sebagian besar pasien dengan sepsis nifas
terinfeksi oleh strptokokus beta- hemolitik golongan A. Daya tular streptokokus
piogenik membutuhkan upaya pencegahan, misalnya penyaringan pasien, personal
rumah sakit, dan pengunjung dari infeksi yang jelas dan samar untuk menghindari
kontaminasi pada ibu atau bayi kalau suatu kasus dideteksi dalam tempat
perawatan neonatus.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi atas terjadinya infeksi saluran genital antara lain: nutrisi
dan kesehatan yang buruk, anemia, ruptura membran prematur, pemanjangan
masa ruptura membran, pemanjangan masa persalinan, seksio sesarea,
pemeriksaan vagina yang sering selama persalinan, kelahiran operatif, laserasi
serviks atau vagina, pembuangan plasenta secara manual, dan ketuban pecah dini.
Infeksi nifas muncul sebagai peningkatan demam dan nyeri rahim pada
masa nifas hari kedua atau ketiga. Dengan terjadinya parametritis, peningkatan
suhu akan diderita, dan pasien dapat mengalami tanda- tanda peritonitis pelvis.
Fluktuasi suhu yang tak menentu dan menggigil yang hebat menunjukkan
terjadinya bakteremia dan diseminasi embolis sepsis, dengan kemungkinan
khusus terdapat penyebaran paru- paru.
Infeksi lokal:
2. Terjadi penanahan
Infeksi General :
a) Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam (PD) yang
berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga
rahim.
b) Alat-alat yang tidak steril.
c) Infeksi Droplet, sarung tangan dan alat- alat terkena infeksi, kontaminasi
yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong.
d) Infeksi rumah sakit.
e) Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini (KPD).
f) Infeksi intra partum.
F. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersi plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm dan dengan permukaan yang tidak rata, berbenjol-
benjol itulah tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian vulva, vagina dan perineum yang merupakan tempat masuknya kuman
patogen.
G. Pencegahan
1. Selama Kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi masa nifas,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
faktor penting. Koitus pada hamila tua sebaiknya dilakukan secara hati-
hati karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
2. Selama Persalinan
Usaha – usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin
masuknya kuman- kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan
dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan
banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi
pernapasan tidak boleh memasuki kamar bersalin, alat dan kain yang
dipakai dalam persalinan harus steril. Pemeriksaan dalam hanya boleh
dilakukan jika perlu, indikasi serta kondisi untuk bedah kebidanan harus
dipatuhi. Selanjutnya terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat
mungkin dan tranfusi darah diberikan menurut keperluan.
3. Selama Nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan lahir.
Sehingga harus dijaga agar luka-luka tidak terkontaminasi oleh kuman-
kuman dari luar, dengan cara menjaga kebersihan daerah genita.
Pengunjung mengunjungi dari luar hendaknya pada hari- hari pertama
dibatasi sedapat mungkin. Setiap penderita dengan tanda- tanda infeksi
nifas jangan dirawat bersama dengan pasien nifas yang normal. Lakukan
mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar dengan lancar.Perlukaan
dirawat dengan baik.Dan rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi
infeksi nosokomial
H. Penanganan
Tetapi antibiotika pada infeksi nifas biasanya mengikuti dua prinsip utama.
Pertama, tetapi antibiotik dini harus diberikan untuk membantasi, kemudian
menyingkirkan proses infeksi. Kedua, antibiotika harus memiliki cakupan anaerob
karena organisme ini terlibat pada 70% infeksi nifas. Antibiotika harus
dilanjutkan sekurang- kurangnya selama 48 jam setelah pasien menjadi afebris.
Organisme anareob terutama membutuhkan pemanjangan masa kemoterapi untuk
eliminasi.
Jika terdpat pus atau cairan, buka luka dan drain luka tersebut. Angkat kulit yang
nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan debridement, jangan mengangkat
jahitan fasia.
Jika infeksi supersial dan tidak meliputi jaringan dalam pantau akan timbulnya
abses dan beri antibiotika ampisilin 500 mg peroral 4 kali sehari selama 5 hari
ditambah metronidazole 400 mg peroral 3 kali sehari selama lima hari.
Jika infeksi cukup dalam meliputi otot dan menimbulkan nekrotik beri antibiotik
kombinasi sampai bebas panas 48 jam panisilin G sebanyak 2 juta unit IV setiap 6
jam ditambah gentamicin 5 mg/ kgBBIV setiap 24 jam ditambah metronidazole
500 mg IV setiap 8 jam. Jika sudah bebas demam 48 jam berikan ampisilin 500
mg peroral 4 kali sehari selama 5 hari ditambah metronodazole 400 mg peroral 3
kali sehari selama 5 hari.
Jika infeksi diduga karena sisa placenta lakukan eksplorasi digital dan keluarkan
bekuan serta sisa kotiledon, jika perlu gunakan forcep ovum atau kuret besar.
Penemuan suatu masa parametrial pelvis yang nyeri menunjukkan adanya suatu
abses. USG akan memastikan bahwa masa itu berisi cairan dan bukan padatan.
Adanya abses pelvis membutuhkan drainase pembedahan.
BAB II
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN METRITIS
Ibu datang ke RB Bidan R, dengan keluhan sudah dua hari panas badan, nyeri
perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina, berbau busuk. Ibu
mengatakan telah melahirkan anak keduanya 2 hari yang lalu, ibu melahirkan di
rumah dan ditolong oleh dukun tanpa pendamping tenaga medis. Ibu mengatakan
ASI sudah mulai keluar. Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang.
Subjektif :
Objektif :
S : 39,5 C
Assessment :
Evaluasi :
A. KESIMPULAN
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas
adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan,
ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
(Joint Committee on Maternal Welfare, AS). Infeksi masa nifas endometritis
adalah infeksi yang paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium
(biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke
seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah
berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang
lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Daftar Pustaka
Ambarwati, Eny. 2010. Asuhan Kebiasaan Masa Nias. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika