Anda di halaman 1dari 13

BAB I

A. Pengertian

Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada
masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat
genital pada waktu persalinan dan nifas. Dengan ketentuan meningkatnya suhu

badan melebihi 38 tanpa menghitung hari pertama dan berturut- turut selama

dua hari pada 10 hari pertama masa nifas.

Sepsis nifas masih merupakan penyebab yang bermakna pada morbiditas


dan mortalitas ibu masa nifas. Pasien nifas dengan infeksi saluran genetalia rentan
terhadap terjadinya syok sepsis, tromboflebitis pelvis, dan abses pelvis. Setelah
kelahiran pervaginam, sekitar 6-7 % ibu masa nifas menunjukkan morbiditas
demam. Setelah seksio sesarea primer, insidensi morbiditas demam sekitar dua
kali dibanding setelah kelahiran pervaginam. Sebagian besar demam ini
disebabkan oleh endometritis.

B. Etiologi

Patofisiologi sepsis nifas berhubungan erat dengan berbagai mikroba


penghuni vagina dan serviks. Organisme yang memiliki potensi patogen dapat
dibiakkan dari vagina pada sekitar 80% wanita hamil. Organisme ini termasuk
enterrococcus, streptococcus hemolitikus dan non hemolitikus, strptococcus
anaerob, basil enterik, bakteri pseudodifteria, dan spesies Niesseria selain N.
Gonore. Pertumbuhan yang berlebihan dari organisme ini selama kehamilan
dihambat oleh keasaman vagina, terutama sebagai akibat produksi asam laktat
oleh laktobasili.

Kavum uteri biasanya bebas dari bakteri selama kehamilan, Ph vagina


berubah dari bersifat asam menjadi alkalin, darah, dan lockhea disamping
menurunnya populasi laktobasili. Perubahan pH membantu peningkatan
pertumbuhan organisme anaerob. Sekitar 48 jam masa nifas, nekrosis progesif
dari sisa- sisa endometrium dan plasenta menghasilkan lingkungan dalam rahim
yang baik untuk perkembangbiakan bakteri anaerob.

Sekitar 70 % infeksi disebabkan oleh organisme anaerob. Kebanyakan


diantaranya adalah kokus anaerob meskipun infeksi campuran dengan Bacteroides
fragilis ditemukan pada sampai sepertiga kasus. Dari organisme anaerob,
Escherichia coli adalah patogen yang terbanyak ditemukan, kemudian
enterococcus, infeksi nifas akibat klostirdia jarang ditemukan.

Selama era pra antibiotik, sebagian besar pasien dengan sepsis nifas
terinfeksi oleh strptokokus beta- hemolitik golongan A. Daya tular streptokokus
piogenik membutuhkan upaya pencegahan, misalnya penyaringan pasien, personal
rumah sakit, dan pengunjung dari infeksi yang jelas dan samar untuk menghindari
kontaminasi pada ibu atau bayi kalau suatu kasus dideteksi dalam tempat
perawatan neonatus.

a. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan.


1) Ektogen atau kuman yang dating dari luar.
2) Autogen atau kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
3) Endogen atau dari jalan lahir sendiri.
b. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.
1) Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama/steril, tangan penolong.
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebaga
penyebab infeksi dirumah sakit.
3) Eschericia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi
terbatas.
4) Clostridium welchii
Kuman aerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.

C. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi atas terjadinya infeksi saluran genital antara lain: nutrisi
dan kesehatan yang buruk, anemia, ruptura membran prematur, pemanjangan
masa ruptura membran, pemanjangan masa persalinan, seksio sesarea,
pemeriksaan vagina yang sering selama persalinan, kelahiran operatif, laserasi
serviks atau vagina, pembuangan plasenta secara manual, dan ketuban pecah dini.

Setelah kelahiran, pembuluh tempat plasenta membeku, dan terdapat


eksudasi mirip cairan limfe bersama sejumlah besar neutrofil dan sel darah putih
yang lain untuk membentuk lokhea. Mikroorganisme vagina dengan mudah
masuk kavitas rahim dan dapat menjadi patogen pada tempat plasenta, tergantung
pada variabel seperti misalnya ukuran inokulum, pH lokal, dan tidak adanya
jaringan yang mati.

Mekanisme pertahanan tubuh yang normal biasanya mencegah setiap


infeksi progesif, tetapi rusaknya pertahanan ini akan memungkinkan bakteri untuk
menyerbu miometrium. Serbuan lebih jauh kedalam limfatik parametrium dapat
menyebabkan limfangitis, selulitis pelvis, dan kemungkinan meluasnya infeksi
dari emboli sepsis. Endomioparametritis adalah keadaan yang memiliki potensi
yang membahayakan jiwa. Ini biasanya dimulai dengan retensi sekundin yang
menghambat aliran lokhea dalam rahim yang pad gilirannya akan mengubah pH
lokal dan bekerja sebagai medium untuk pertumbuhan bakteri. Kalau aliran lokhea
tidak normal, invasi bakteri akan terjadi.

D. Tanda- tanda klinik

Infeksi nifas muncul sebagai peningkatan demam dan nyeri rahim pada
masa nifas hari kedua atau ketiga. Dengan terjadinya parametritis, peningkatan
suhu akan diderita, dan pasien dapat mengalami tanda- tanda peritonitis pelvis.
Fluktuasi suhu yang tak menentu dan menggigil yang hebat menunjukkan
terjadinya bakteremia dan diseminasi embolis sepsis, dengan kemungkinan
khusus terdapat penyebaran paru- paru.

Infeksi lokal:

1. Pembengkakan luka episiotomi

2. Terjadi penanahan

3. Perubahan warna lokal

4. Pengeluaran lokhea bercampur nanah

5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri

6. Temperatur badan dapat meningkat

Infeksi General :

1. Tampak sakit dan lemah

2. Temperatur meningkat diatas 39

3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat

4. Pernafasan dapat meningkat dan nafas terasa sesak

5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma

6. Terjadi gangguan involusi uterus

7. Lokhea berbau, bernanah serta kotor.

E. Cara Terjadinya Infeksi

a) Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam (PD) yang
berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga
rahim.
b) Alat-alat yang tidak steril.
c) Infeksi Droplet, sarung tangan dan alat- alat terkena infeksi, kontaminasi
yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong.
d) Infeksi rumah sakit.
e) Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini (KPD).
f) Infeksi intra partum.

F. Patofisiologi

Setelah kala III, daerah bekas insersi plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm dan dengan permukaan yang tidak rata, berbenjol-
benjol itulah tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian vulva, vagina dan perineum yang merupakan tempat masuknya kuman
patogen.

G. Pencegahan

1. Selama Kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi masa nifas,
harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
faktor penting. Koitus pada hamila tua sebaiknya dilakukan secara hati-
hati karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
2. Selama Persalinan
Usaha – usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin
masuknya kuman- kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan
dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan
banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi
pernapasan tidak boleh memasuki kamar bersalin, alat dan kain yang
dipakai dalam persalinan harus steril. Pemeriksaan dalam hanya boleh
dilakukan jika perlu, indikasi serta kondisi untuk bedah kebidanan harus
dipatuhi. Selanjutnya terjadinya perdarahan harus dicegah sedapat
mungkin dan tranfusi darah diberikan menurut keperluan.
3. Selama Nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan lahir.
Sehingga harus dijaga agar luka-luka tidak terkontaminasi oleh kuman-
kuman dari luar, dengan cara menjaga kebersihan daerah genita.
Pengunjung mengunjungi dari luar hendaknya pada hari- hari pertama
dibatasi sedapat mungkin. Setiap penderita dengan tanda- tanda infeksi
nifas jangan dirawat bersama dengan pasien nifas yang normal. Lakukan
mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar dengan lancar.Perlukaan
dirawat dengan baik.Dan rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi
infeksi nosokomial

H. Penanganan

Tetapi antibiotika pada infeksi nifas biasanya mengikuti dua prinsip utama.
Pertama, tetapi antibiotik dini harus diberikan untuk membantasi, kemudian
menyingkirkan proses infeksi. Kedua, antibiotika harus memiliki cakupan anaerob
karena organisme ini terlibat pada 70% infeksi nifas. Antibiotika harus
dilanjutkan sekurang- kurangnya selama 48 jam setelah pasien menjadi afebris.
Organisme anareob terutama membutuhkan pemanjangan masa kemoterapi untuk
eliminasi.

Anti biotika yang berspektrum luas, misalnya ampisilin dan sefalosporin


adalah obat baris pertama yang efektif untuk kasus infeksi nifas yang ringan dan
sedang. Bila infeksi bersifat sedang sampai berat, kombinasi aminoglikosid-
penisilin secara tradisional telah digunakan sebagai terapi baris pertama. Tetapi,
patogen pelvis utama yang resisten terdapat kombinasi ini adalah Bacteroides
fragilis, yang biasanya peka terhadap klindamisin atau Chlorampenicol. Karena
itu, penggunaan klindamisin dengan suatu aminoglikosid atau ampisilin harus
memiliki cakupan baris pertama yang lebih baik.

Infeksi Perineum dan Luka Abdomen


Jika terdapat pus atau cairan, buka luka dan drain luka tersebut. Angkat kulit
yang nekrotik dan jahitan subkutis dan buat jahitan situasi, jangan mengangkat
jahitan fasia. Kompres luka dan anjurkan ibu menjaga kebersihan. Antibiotika
tidak diperlukan jika terdapat abses tanpa selulitis.

Selulitis dan Fasiitis Nekrotika

Jika terdpat pus atau cairan, buka luka dan drain luka tersebut. Angkat kulit yang
nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan debridement, jangan mengangkat
jahitan fasia.

Jika infeksi supersial dan tidak meliputi jaringan dalam pantau akan timbulnya
abses dan beri antibiotika ampisilin 500 mg peroral 4 kali sehari selama 5 hari
ditambah metronidazole 400 mg peroral 3 kali sehari selama lima hari.

Jika infeksi cukup dalam meliputi otot dan menimbulkan nekrotik beri antibiotik
kombinasi sampai bebas panas 48 jam panisilin G sebanyak 2 juta unit IV setiap 6
jam ditambah gentamicin 5 mg/ kgBBIV setiap 24 jam ditambah metronidazole
500 mg IV setiap 8 jam. Jika sudah bebas demam 48 jam berikan ampisilin 500
mg peroral 4 kali sehari selama 5 hari ditambah metronodazole 400 mg peroral 3
kali sehari selama 5 hari.

Metritis ( Infeksi Uterus)

Antibiotik kombinasi yang diberikan adalah ampisilin 2 grIV setiap 6 jam


ditambah gentamicin 5 mg/KgBBIV tiap 24 jam ditambah dengan metronidazole
500 mgIV tiap 8 jam. Jika 72 jam setelah terapi masih ada demam kaji ulang
diagnosis.

Jika infeksi diduga karena sisa placenta lakukan eksplorasi digital dan keluarkan
bekuan serta sisa kotiledon, jika perlu gunakan forcep ovum atau kuret besar.

Penemuan suatu masa parametrial pelvis yang nyeri menunjukkan adanya suatu
abses. USG akan memastikan bahwa masa itu berisi cairan dan bukan padatan.
Adanya abses pelvis membutuhkan drainase pembedahan.
BAB II
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DENGAN METRITIS

Ibu datang ke RB Bidan R, dengan keluhan sudah dua hari panas badan, nyeri
perut bagian bawah, pagi ini keluar darah kotor dari vagina, berbau busuk. Ibu
mengatakan telah melahirkan anak keduanya 2 hari yang lalu, ibu melahirkan di
rumah dan ditolong oleh dukun tanpa pendamping tenaga medis. Ibu mengatakan
ASI sudah mulai keluar. Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang.

Subjektif :

1. Ibu mengatakan telah melahirkan 2 hari yang lalu


2. Ibu mengatakan sudah dua hari panas, nyeri perut bagian bawah.
3. Ibu mengatakan pagi ini keluar darah kotor dari vagina, dan berbau busuk.
4. Ibu mengatakan melahirkan dirumah dan ditolong oleh dukun.
5. Ibu mengatakan ASI sudah mulai keluar.

Objektif :

1. Keadaan umum : Lemah


2. Kesadaran : Compos mentis
3. Hasil TTV : TD : 90/60 mmHg
N : 86 x/menit
RR: 24 x/menit

S : 39,5 C

4. Hasil Head To Toe :


Rambut : Tampak bersih dan tidak rontok
Muka : Tidak ada kelainan pada wajah
Mata : Konjungtiva sedikit pucat, tidak ada pembengkakan
pada mata, fungsi penglihatan normal.
Hidung : Bersih, tidak ada polip, dan fungsi penciuman normal
Mulut : keadaan bersih tidak berbau, tidak ada caries gigi.
Telinga : simetris, tidak ada peradangan, fungsi pendengaran baik
Leher : tidak ada kelainan, tidak ada pembengkakan kelenjar dan
vena jugularis.
Dada : payudara tampak menonjol, simetris, keadaan bersih dan
ASI keluar lancar.
Abdomen : tidak ada luka operasi, TFU 3 jari dibawah pusat, ibu
merasakan nyeri tekan, pada perut bagian bawah.
Ekstremitas : tangan dan kaki tidak ada oedema, tida ada varises, reflek
patella kanan dan kiri normal.
Genetalia : perineum tidak ada bekas laserasi jalan lahir, tidak ada
bekas luka, masih tampak cairan lochea rubra, lochea
berbau busuk dan perdarahan normal.
5. Pemeriksaan penunjang :
Hemoglobin : 10,4 gr%
Golongan darah : O

Assessment :

Ny, K , 24 th, P2 A0, postpartum hari ke 2, dengan metritis

Masalah : Ibu cemas dengan kondisinya sekarang.

Kebutuhan : Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi, penjelasan mengenai


keadaan ibu sekarang.

Diagnosa Potensial : Potensial terjadinya syok hemorargo, abses pelvik


peritonitis, syok septik trombosis vena yang dalam, emboli pulmonal, infeksi
pelvik menahun penyumbatan dan infertilitas.
Planning :

1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang kondisinya saat ini.


2. Melakukan observasi keadaan umum dan tanda vital.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan rawat inap di RB bidan R.
4. Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit dan
menurunkan panas.
5. Melakukan penanganan metritis antara lain :
a. Memasang infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit.
b. Memberikan tranfuse sesuai golongan darah.
c. Memberikan antibiotik kombinasi sampai panas menurun selama 48
jam, yaitu:
1) Ampicilin 2 grIV setiap 6 jam
2) Gentamycin 5 mg/kg BBIV setiap 24 jam
3) Metronidazol 500 mgIV setiap 8 jam dengan dosis tunggal
6. Jika diduga ada sisa plasenta, maka lakukan eksplorasi dan keluarkan
bekuan serta sisa kotiledon.
7. Menganjurkan ibu untuk minum sedikitnya 8 liter/hari.
8. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, seperti bayam,
kacang hijau, dan protein hewan ( ikan dan hati ).
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene nya.
10. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 2 jam disiang hari dan 8 jam
dimalam hari.
11. Menganjurkan ibu untuk menyusui anaknya kapanpun anaknya ingin
menyusu.
12. Menganjurkan ibu untuk memberitahu petugas medis apabila ada
keluhan.

Evaluasi :

1. Ibu mengerti dengan kondisinya sekarang.


2. Keadaan umum ibu sudah mulai membaik.
3. Ibu mau menjalani rawat inap di RB bidan R
4. Ibu masih merasakan sakit perut bagian bawah masih sakit bila ditekan
keras dan bulat.
5. Lochea masih keluar, dan perdarahan normal.
6. Telah dilakukan penanganan Metritis pada ibu yaitu:
a. Pemasangan infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit.
d. Pemberian tranfuse sesuai golongan darah
e. Pemberian antibiotik kombinasi sampai panas menurun selama 48
jam, yaitu:
4) Ampicilin 2 grIV setiap 6 jam
5) Gentamycin 5 mg/kg BBIV setiap 24 jam
6) Metronidazol 500 mgIV setiap 8 jam dengan dosis tunggal.
7. Ibu telah menyusui anaknya sebanyak 2 kali.
8. Ibu mau memberitahu petugas medis apabila ada keluhan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas
adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan,
ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
(Joint Committee on Maternal Welfare, AS). Infeksi masa nifas endometritis
adalah infeksi yang paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam
postpartum dan bersifat naik turun. Kuman–kuman memasuki endometrium
(biasanya pada luka insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke
seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium.
Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah
berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang
lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.
Daftar Pustaka
Ambarwati, Eny. 2010. Asuhan Kebiasaan Masa Nias. Yogyakarta: Nuha
Medika.

FK UNPAD. 2005. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Suherni. 2008. Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya

Aswanti, Vera. (2013). Kesehatan Masa Persalinan dan Nifas(Online). Tersedia:


http://obstetriginekologi.com/persalinan-dan-nifas[ 26 Oktober 2015].

Anda mungkin juga menyukai