Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN RUJUKAN

PUSKESMAS PERUYUNG

KABUPATEN KENDAL

KECAMATAN PAGERUYUNG

TAHUN 2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan akses pelayanan
kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan secara nasional memang
telah mengalami peningkatan, namun di daerah terpencil, tertinggal,
perbatasan, pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih belum cukup
terpenuhi. Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan pun
belum cukup memadai, baik jumlah, jenis, kualitas tenaga kesehatan yang
dibutuhkan, serta distribusinya yang belum merata. Jumlah dokter di
Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain di
ASEAN, yaitu 19 orang dokter per 100.000 orang penduduk.
Sesuai dengan dasar Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009,
upaya

penyelenggaraan kesehatan perlu mengacu pada dasar-dasar:


1. Hak asasi manusia.
2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis.
3. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik.
4. Dukungan Regulasi.
5. Antisipatif dan Pro Aktif.
6. Responsif Gender.
7. Kearifan Lokal.
Akan tetapi pembangunan kesehatan yang belum merata terutama
dalam hal pemerataan prasarana dan fasilitas penunjang bagi stakeholder
kesehatan yang ada di daerah maka diperlukan tindakan rujukan dari
stakeholder kesehatan yang memiliki fasilitas kurang ke stakeholder yang
memiliki sarana lebih maju.
Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat
untuk memberikan informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan

2
dengan tegas. Rujukan dapat berwujud alat bukti, nilai-nilai, dan/atau
kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal
balik, terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan. Sistem rujukan
dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal dalam arti
rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu. Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya.
Untuk dapat mewujudkannya dan demi terselenggaranya
pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat,
swasta maupun pemerintah secara sinergis, maka diperlukan suatu sistem
rujukan yang tepat sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui dan memetakan segala aspek-aspek sistem rujukan yang
mencakup sarana prasarana dan pelaksanaan rujukan yang ada di
Puskesmas Pageruyung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal untuk
kemudian dielaborasi dan diintegrasikan sejalan dengan pelaksanaan sistem
rujukan yang sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui tentang pelaksanaan rujukan yang ada di Puskesmas
Pageruyung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal .
b. Mengetahui tentang prosedur sistem rujukan yang berlangsung di
Puskesmas Pageruyung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal.
c. Mengetahui tentang kelengkapan sarana prasarana dalam kaitan
pelaksanaan
rujukan yang berlangsung di Puskesmas Pageruyung, Kecamatan
Pageruyung, Kabupaten Kendal.

3
d. Mengetahui tentang pemanfaatan sumber daya yang terdapat di
Puskesmas dalam kaitan pelaksanaan rujukan yang berlangsung
Puskesmas Pageruyung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi: rujukan pasien dan rujukan
material (spesimen). Dalam hal ini yang tidak dimasukkan dalam
pembahasan ini adalah upaya Kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif pada sasaran masyarakat atau UKM. Ruang lingkup
rujukan meliputi rujukan horisontal dan rujukan vertikal.
4. Batasan Operasional
Batasan operasional rujukan meliputi :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan:
1) Antara masyarakat dengan puskesmas.
2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas.
3) Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap.
4) Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas
pelayanan lainnya.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat:
1) Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.
2) Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik
intrasektoral maupun lintas sektoral.

3) Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum


mampu mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat
5. Landasan Hukum
a. UU NO 23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. PP NO.22 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
c. UU NO.29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
d. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
e. Undang-undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik;
f. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;

4
g. Peraturan Menteri Kesehatan no. 1 tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
h. Peraturan Menteri Kesehatan no 19 tahun 2016 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu;
i. Peraturan Menteri kesehatan no 11 tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien;

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Standar ketenagaan sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah seorang dokter
umum, perawat/bidan dan sopir Ambulan. Bila dokter berhalangan atau tidak ada,
upaya rujukan dilakukan oleh perawat/ bidan yang sudah mendapat
pendelegasian wewenang dari dokter, dengan kualifikasi lulusan miminal DIII.
B. Distribusi ketenagaan
Petugas ketenagaan rujukan puskesmas Pageruyung terdiri dari:
1. Satu orang penanggung jawab rujukan di dalam gedung puskesmas (dokter
umum)
2. Satu orang pelaksana upaya rujukan didalam gedung puskesmas yaitu
perawat atau bidan yang mendapat pendelegasian wewenang dari dokter.
3. Satu orang pelaksanan rujukan yang ikut mendampingi pasien ke Fasilitas
kesehatan tingkat lanjut yaitu Perwat/Bidan telah mendapat pendelegasian
wewenang dari dokter.
4. Satu orang Sopir ambulan yang memiliki sertifikat pelatihan sopir ambulan
(minimal lulusan SMA).
C. Jadwal kegiatan
Jadwal pelayanan di Puskesmas Pageruyung adalah setiap hari kerja dengan
rincan jam buka sebagai berikut:
Hari Senin s/d Kamis : jam 07.30 - 13.00 WIB
Hari Jum’at : jam 07.30 - 10.00 WIB
Hari Sabtu : jam 07.30 - 11.30 WIB
Penyelenggaraan pelayanan rujukan dilakukan setiap hari sebelum jam
pelayanan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana, saat jam pelayanan
hingga setelah pelayanan untuk pencatatan kegiatan serta pengelolaan
peralatan yang telah dipakai selama pelayanan.

6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Kendaraan Ambulan
Kendaraan yang digunakan sebagai ambulance Puskesmas adalah Daihatsu
Luxio standard tahun pembuatan 2016 dengan kapasitas silinder 1500cc
bernomor polisi H 9596 D atas nama pemilik Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal.
Gambar mobil ambulan

gambar ambulance bagian depan gambar ambulance bagian belakang

gambar ambulace dari samping gambar ambulance bagian dalam

7
B. Kelengkapan Ambulan
Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan:
1. Tas PP (Kit PP)
Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. Isi tas PP:
a. Pembalut gulung
b. Kassa steril
c. Plester
d. Plester cepat
e. Cairan antiseptik
f. Obat-obatan

g. Alat medis tambahan


h. Gunting
i. Pinset
j. Senter
k. Buku catatan dan alat tulis
l. Stetoskop
m. Tensimeter
n. Termometer
2. Alat pelindung diri
3. Perlengkapan medis
a. Alat pemeriksaan
b. Emergency kit
4. Airways and breathing set
a. Tabung oksigen portable
b. Suction unit
c. Bag valve mask
d. ETT
e. Laringoscope
f. Pulse Oxymetri

8
5. Trauma set
a. Necsplint/collar splint
b. Long spine board
c. Wound toilet set
6. Alat angkut evakuasi
a. Scoope stretcher
b. Stretcher beroda
7. Lain-lain
a. Infus set
b. Bantal, sarung bantal, sprei, selimut
c. Kantung muntah
d. Box tissue
e. Empat buah alat pengikat lunak
f. Kantung sampah
8. Obat-obatan

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.

2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis


ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak
yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan
rincian beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien.

3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien.

4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.


A. Prosedur standar merujuk pasien
1. Prosedur Klinis:

a. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik


untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
b. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.

c. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.

d. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang


kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
e. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans,

1
0
agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap
atau rawat jalan.

2. Prosedur Administratif:

a. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.

b. Membuat catatan rekam medis pasien.

c. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).

d. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke


tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku register
rujukan pasien.
e. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.
f. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.

B. Prosedur standar membalas rujukan pasien

1. Prosedur Klinis

Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib


mengembalikan pasien ke RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim
setelah dilakukan proses antara lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan
selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.

b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis,


tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.

c. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien

1
1
sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit /
Puskesmas tersebut dalam keadaan:

1) Sehat atau Sembuh.

2) Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.

3) Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.

4) Pasien sudah meninggal.

d. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus


memberikan laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah
Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi
klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit / Puskesmas.

2. Prosedur Administratif

a. Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan


rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada
Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien
yang bersangkutan.

b. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang


bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima
petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana
komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili
dan sebagainya.
C. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien

1. Prosedur Klinis

a. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.

b. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah


Sakit/Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut.

c. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan


memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.

1
2
2. Prosedur Administratif

a. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku
register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis
pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah
ditindaklanjuti.

b. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan


rujukan telah diterima.

D. Persiapan Rujukan

1. Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh


minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten dan
memiliki kemampuan untuk tatalaksana kegawatdaruratan medis, maternal dan
perinatal.

2. Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi


terakhir pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang
lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan.

3. Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas


pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada
pasien.

4. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.

5. Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama


perjalanan merujuk. Jenis-jenis obat yang dibutuhkan diantaranya:
1. Epinephrin
2. Lidokain
3. Sulfas atropin
4. Kortikosteroid
5. D40%
6. Furosemide
7. Diazepam

1
3
6. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan secepatnya.
Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan:
1. Tas PP (Kit PP)
Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. Isi tas PP:
a. Pembalut gulung
b. Kassa steril
c. Plester
d. Plester cepat
e. Cairan antiseptik
f. Obat-obatan

g. Alat medis tambahan


h. Gunting
i. Pinset
j. Senter
k. Buku catatan dan alat tulis
l. Stetoskop
m. Tensimeter
n. Termometer
2. Alat pelindung diri
3. Perlengkapan medis
a. Alat pemeriksaan
b. Emergency kit
4. Airways and breathing set
a. Tabung oksigen portable
b. Suction unit
c. Bag valve mask
d. ETT
e. Laringoscope
f. Pulse Oxymetri

1
4
5. Trauma set
a. Necsplint/collar splint
b. Long spine board
c. Wound toilet set
6. Alat angkut evakuasi
a. Scoope stretcher
b. Stretcher beroda

7. Lain-lain
a. Infus set
b. Bantal, sarung bantal, sprei, selimut
c. Kantung muntah
d. Box tissue
e. Empat buah alat pengikat lunak
f. Kantung sampah
8. Obat-obatan

1
5
BAB V
LOGISTIK
A. Penyediaan Logistik
Logistik di layanan rujukan Puskesmas Pageruyung merupakan bahan yang
diperlukan untuk melakukan pelayanan rujukan yang terdiri dari alat alat tindakan
dan bahan medis habis pakai. Pengadaan alat-alat dan bahan medis habis pakai
melalui dua sumber yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal dan pengadaan
secara mandiri di Puskesmas.
Pengadaan alat-alat dan bahan medis habis pakai secara mandiri diupayakan
sesuai dengan kebutuhan dalam rencana kebutuhan , bahan medis habis pakai
setelah mendapatkan rekomendasi atau ijin dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Kendal.
 Jenis alat-alat yang harus tersedia

NO JENIS ALAT JUMLAH ALAT


1. MOBIL AMBULAN 1 UNIT
2. MINOR SET 1 SET
3. LAMPU KABIN 2
4. OKSIGEN SET 1 SET
5. INFUS SET 2 SET
6. STRECHER BERODA 1 BUAH
7. EMERGENCY KIT 1 SET
8. OKSIMETRI 1 BUAH
9. LIDOKAIN 5 ampul
10. STETOSKOP 1
11. TENSI 1
12. KASSA 1tromol
13. PLESTER 1
14. ANTISEPTIK 1 BOTOL
15. BAG VALVE MASK 1
16. SUCTION 1

1
6
17. MASKER 1 bok
18. HANDSCON 1box
19.

1
7
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan sasaran pelayanan rujukan Puskesmas Pageruyung harus menjadi


perhatian dan wajib dilakukan oleh seluruh tenaga medis. Pelaksanaan program
keselamatan sasaran dilakukan mengacu pada kebijakan dan SOP yang ditetapkan
Puskesmas. Setiap kejadian yang tidak diinginkan berkaitan dengan keselamatan
sasaran harus diidentifikasi, dilaporkan, dianalisis dan ditindak lanjuti oleh Puskesmas
secara periodik dan berkelanjutan

1
8
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan
aman baik itu bagi pekerjanya,masyarakatdan lingkungan sekitar tempat kerja.
Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis
maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja :
1. Tersedianya APD yang memenuhi standar serta dapat menggunakannya
dengan benar,baik itu masker ,penutup kepala, handscon, kaca mata
pelindung kaki dan sebagainya.
2. Tersedia tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non
infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun
spuit bekas.
3. Aturan untuk tidak melakukan recuping jarum suntik setelah dipakai ke pasien.
4. setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat menularkan
penyakit sehingga unsur keselamatan kerja dapat dilaksanakan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi,oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan dari nya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri,pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibanya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular ditempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip”
Universal Precaution”. Tindakan yang beresiko terpapar infeksi :
a. cuci tangan yang kurang benar.
b. Pengunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

1
9
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktik kebersihan ruangan yang belum memadai.
C. Prinsip Keselamatan Kerja.
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga hygiene sanitasi individu,hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5(lima)kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
4. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengeloaan limbah dan sanitasi ruangan.

2
0
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan upaya pengobatan umum


dilaporkan kepada tim mutu Puskesmas Pageruyung. Sasaran mutu upaya
pengobatan umum ditetapkan oleh tim mutu Puskesmas dan dipantau melalui
monitoring dan evaluasi pelaksanaan.
Pencapaian sasaran mutu dibahas dalam rapat tinjauan manajemen dan
dilaporkan kepada kepala Puskesmas. Setiap adanya kesalahan dalam upaya
pelayanan pengobatan di ruang pemeriksaan umum dilaporkan kepada tim mutu
Puskesmas Pageruyung.

2
1
BAB IX
PENUTUP

Demikian panduan pelayanan rujukan Puskesmas Pageruyung ini disusun dan


disahkan sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan rujukan di Puskesmas
yang berkualitas dan berkesinambungan.Panduan ini tentunya masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu pencermatan dan masukan akan dapat menyempurnakan
panduan ini.

2
2

Anda mungkin juga menyukai