Koagulopati Pada Usia Lanjut
Koagulopati Pada Usia Lanjut
2021
OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. II
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ III
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... IV
I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
II. CORONAVIRUS............................................................................................ 2
III. PATOGENESIS COVID-19..........................................................................3
A. RESPON HOST FISIOLOGIS........................................................................................................ 3
B. RESPON HOST PATOGEN........................................................................................................... 6
IV. IMMUNOPATOGENESIS BADAI SITOKIN............................................7
A. AKTIVASI SEL IMUN BAWAAN ABNORMAL......................................................................... 7
B. AKTIVASI SEL IMUN ADAPTIF ABNORMAL.......................................................................... 8
C. ABNORMAL SITOKIN DIHUBUNGKAN DENGAN BADAI SITOKIN..................................10
V. RINGKASAN.................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17
ii
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR SINGKATAN
IL : interleukin
HE : hemagglutinin esterase
RE : Retikulum Endoplasma
iv
PAMPs : Pathogen Associated Molecular Patterns
NK : natural killer
TF : tissue factor
v
IMUNOPATOGENESIS BADAI SITOKIN PADA COVID 19
Akiko Syawalidany Tahir, Satriawan Abadi*,
Suriani Alimuddin**, Harun Iskandar***
*Divisi Intensif dan Critical Care,
**Divisi Alergi Imunologi, ***Divisi Pulmonologi
Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
I. PENDAHULUAN
Corona virus adalah virus Ribonucleic acid (RNA) yang berasal dari family
Coronaviridae, dapat menyebar ke manusia dan mamalia lain. Betacoronavirus
yang menginfeksi dua dekade terkahir di Asia yakni; Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Betacoronavirus yang ketiga dari family Coronaviridae, SARS CoV-2 pertama
kali terdeteksi di Wuhan, Hubei, Cina, pada Desember 2019, menyebabkan kasus
pandemik di seluruh dunia, kemudian oleh World Health Organization (WHO)
dikenal sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19).1–3
Persentase pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) dan evaluasi
persentase keseluruhan dari tingkat kematian oleh COVID-19 memerlukan
penilaian yang akurat. Perburukan klinis cepat sering terjadi pada kasus yang
berat disebabkan oleh hiperinflamasi sistemik akibat sitokin yang berlebihan yang
disebut sebagai badai sitokin. Badai sitokin yang signifikan dilaporkan terjadi
pada pasien dengan sepsis dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).4,5
Istilah "sitokin" berasal dari kombinasi dua kata Yunani "cyto" yang berarti
sel dan "kinos" yang berarti gerakan. Sitokin adalah molekul pensinyalan sel yang
membantu komunikasi antar sel dalam respons imun dan merangsang pergerakan
sel menuju tempat peradangan, infeksi, dan trauma.6
Badai sitokin adalah kondisi hiperinflamasi sistemik tidak terkendali yang
disebabkan oleh sitokin berlebihan, dimana menyebabkan disfungsi endotel yang
memicu keadaan pro-koagulan, akhirnya berkembang menjadi koagulasi
1
diseminata intravaskular, menyebabkan embolisasi beberapa organ dan akibatnya
kegagalan multiorgan/multi organ failure (MOF).5,7
Badai sitokin ditandai dengan peningkatan laju endap darah (LED), C-
Reactive Protein (CRP), Tumor Necrosis Factor (TNF-α), berbagai interleukin
(IL) seperti IL-1β, IL-1RA, IL-2, IL-6, IL-7, IL-8, IL-9, IL-10, IL-10,
Granulocyte
Colony Stimulating Fever (GCSF), CXC Motif Chemokine Ligand10 (CXCL10),
Monocyte Chemoattractant Protein-1 (MCP-1), protein inflamasi makrofag
1/Machrophage inflammatory protein 1 (MIP-1), faktor pertumbuhan
fibroblast/Fibroblast Growth Factor (FGF), platelet derived growth factor
(PDGF), dan faktor pertumbuhan endotel vaskular/Vascular endothelial growth
factor (VEGF).7,8
Secara umum, badai sitokin terjadi pada berbagai penyakit, seperti
keganasan, penyakit rematik, dan sepsis. Meskipun berbagai pengobatan untuk
mengurangi badai sitokin telah diperkenalkan, belum ada rekomendasi perawatan
yang konkret telah dikeluarkan. Adanya penghambat sitokin, seperti IL-1 dan IL-6
atau Janus Tirosin Kinase (JAK) yang telah menunjukkan hasil yang menjanjikan
sebagai potensi untuk pengobatan COVID-19.4 Selanjutnya pada referat ini akan
membahas tentang imunopatogenesis badai sitokin pada COVID-19.
II. CORONAVIRUS
Coronavirus termasuk dalam famili Coronaviridae dalam ordo Nidovirales,
yang merepresentasikan tonjolan seperti mahkota di permukaan luar virus.
Dengan ukuran diameter sangat kecil (65–125 nm) dan mengandung RNA rantai
tunggal sebagai bahan nukleat, dengan ukuran panjang mulai dari 26 hingga
32kbs. Subkelompok famili virus corona adalah virus corona alfa, beta, gamma,
dan delta. Membran virus mengandung empat komponen struktural, yaitu protein
spike (S), envelope (E), membran (M) dan nucelocapsid (N).9,10
Struktur spike dibentuk oleh homotrimer S-glikoprotein, yang masing-
masing terdiri dari dua subunit, dimana S1 membentuk bagian yang terlibat dalam
pengenalan reseptor, dan S2 mengikat protein pada membran virus dan
2
memfasilitasi fusi virus. Komponen yang berperan penting dalam patogenesis dan
3
fusi virus kedalam sel host adalah Glikoprotein S dan hemagglutinin esterase
(HE), dikarenakan Glikoprotein S memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor
Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2) terhadap permukaan sel dan HE
mempunyai peran dalam ikatannya dengan asam sialik di permukaan sel host.10,11
4
menjadi struktur virus seperti envelope dan spike. Protein struktur virus dan
genom RNA kemudian dirakit menjadi virus yang utuh di dalam Retikulum
Endoplasma (RE) dan Apparatus Golgi, kemudian akan dikeluarkan dari sel
untuk memulai siklus baru.9
5
Respons imun yang tepat waktu, terlokalisasi, dan terkoordinasi
dengan baik sebagai garis pertahanan fisiologis pertama melawan infeksi
SARS-CoV-2 dimana mirip dengan virus sitopatik lainnya, infeksi SARS-
CoV-2 akan menginduksi kematian sel dan cedera pada sel epitel saluran
napas. Imunitas innate akan mengenal virus melalui Pathogen Associated
Molecular Patterns (PAMPs) dan mengenali jaringan yang rusak Damage
Associated Molecular Patterns (DAMPs) melalui Pattern Recognition
Receptors (PRRs) pada sel Antigen Presenting Cell (APC).10,14
6
Sehingga respons sitokin lokal dan sistemik terhadap infeksi
merupakan bagian penting dari respons awal host terhadap infeksi.
Pelepasan sitokin proinflamasi oleh sel natural killer (NK) dan makrofag,
ini nantinya akan mengamplifikasi dan mengaktifkan respon imun adaptif
lebih lanjut untuk meningkatkan clearence patogen atau mengatasi infeksi,
yang akan menyebabkan inflammasi sekitar 10-14 hari setelah infeksi. Sel
limfosit T berperan penting di fase ini, dimana sel T CD4+ berperan
menghasilkan sitokin proinflammasi, sel T CD8+ sebagai mediasi proses
sitotoksisitas, dan aktivasi sel B berperan dalam produksi antibodi.10,16
7
Gambar 6. Karakterisasi perkembangan patofisiologi penyakit COVID-19.14
8
neutrofil dapat digunakan memprediksi tingkat keparahan penyakit.
Neutrophil Extracellular Traps (NETs), yang merupakan jaringan
ekstraseluler DNA yang dilepaskan oleh neutrofil untuk mengendalikan
infeksi, juga diketahui dapat memperburuk peradangan. Penelitian
sebelumnya telah mengungkapkan bahwa NET yang abdormal berkontribusi
pada ARDS, fibrosis kistik, trombosis berlebihan, dan badai sitokin.16
9
monosit.
10
Kemudian, Sel Th1 pada pasien dengan COVID-19 derajat berat dilaporkan
merangsang produksi IL-6 oleh monosit inflamasi yang, bersama dengan sel
Th17 dapat secara langsung bergabung dengan sel imun innate dalam
memicu pelepasan sitokin proinflamasi yang selanjutnya berkontribusi pada
badai sitokin dan kerusakan organ selanjutnya.16
Sel T regulator (Treg) memainkan peran penting dalam meredam respon
inflamasi yang berlebihan serta respon imun antivirus. Oleh karena itu, Treg
penting untuk menjaga keseimbangan antara kekebalan antivirus dan badai
sitokin yang berbahaya, sehingga adanya penuranan kadar dari sel T CD4
dan CD8, sehingga terjadi penurunan fungsi dari sel Treg untuk meredam
respon inflamasi.16,23
- Sel B dan produksi antibodi: Seperti halnya CD4+ T, CD8+ sel T, dan
sel NK, sel B juga menurun pada pasien COVID-19 derajat berat,
dibandingkan dengan pasien derajat ringan, Infeksi virus mengaktifasi sel B
dengan bantuan sel T CD4 untuk memproduksi antibodi neutralisasi.16
Jumlah sel B pada pasien dengan penyakit derajat berat berkurang secara
signifikan, artinya tidak cukup antibodi diproduksi. Akibatnya, replikasi
virus tidak akan terhambat, dan infeksi virus akan menyebar ke seluruh
tubuh, yang
11
akan menyebabkan ketidakseimbangan lebih lanjut dalam respon imun dan
pelepasan lebih banyak sitokin proinflamasi oleh sel imun non-spesifik. 17
Zhao dkk, melakukan analisis terhadap 173 pasien COVID-19, untuk IgM
dan IgG spesifik SARS-CoV-2, menemukan bahwa mereka dengan penyakit
derajat berat atau kritis memiliki titer antibodi total yang tinggi serta respons
IgG yang tinggi, namun dikaitkan dengan hasil dan prognosis yang buruk.24
Banyak sitokin proinflamasi, seperti IL-6, TNF, IL-1, IL-2, IL-17, IFN-
gamma, G-CSF, MCP-1, IP-10, dan lainnya, ditemukan meningkat secara
signifikan pada pasien COVID-19 derajat berat.16 Peningkatan IL-6 paling
sering diukur dan dideteksi pada kasus infeksi SARS-CoV-2 yang parah.
Zhou dkk melaporkan bahwa sel Th1 penghasil GM-CSF patogen pada
pasien Covid-19 derajat berat menginduksi produksi IL-6 dari monosit
CD14+CD16+ sehingga dapat mempercepat peradangan yang terkait dengan
badai sitokin.25
Dalam studi Yang dkk, mempelajari 48 sitokin pada darah tepi pasien
Covid-19, ditemukan 14 marker sitokin yang meningkat. Diantara 14 sitokin
12
ini, IP-10, MCP-3, dan IL-1ra yang diidentifikasi sebagai biomarker untuk
13
tingkat keparahan dan outcome penyakit. Ditemukan juga bahwa kadar IP-10
lebih tinggi pada pasien dengan penyakit derajat berat dibandingkan dengan
derajat ringan.26
Adanya disfungsi dari respon imun dan yang tidak terkontrol inilah yang
mensekresi sejumlah besar sitokin, menyebabkan terjadinya badai sitokin.27
Kadar dari sitokin respons akut (TNF dan IL-1β) dan sitokin kemotaktik (IL-8
dan MCP-1) meningkat pada awal hipersitokinemia dan memfasilitasi
peningkatan IL-6 yang berkelanjutan, dimana IL-6 akan berikatan dengan
membrane bound IL-6 receptor (mIL-6R) atau soluble IL-6 receptor (sIL-
6R), membentuk kompleks yang bekerja pada gp130, mengatur kadar IL-6,
MCP-1 dan granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF)
melalui jalur Janus kinase-signal transducer and activator of transcription
(JAK- STAT), dan dengan demikian memperpanjang proses inflamasi.
Interleukin-6, bersama dengan sitokin pleiotropik lainnya, mendorong
respons fase akut yang meningkatkan serum feritin, komplemen, CRP, dan
faktor pro-koagulan.4,15
15
proinflamasi (IL-6, L-1, dan CSF), kemokin (CCL2, CCL-5, IP-10, dan
CCL3), dan Reactive Oxygen Species (ROS) telah diidentifikasi sebagai
penyebab ARDS.30
17
untuk diberi label patogen, dan dikenali sebagai target serangan oleh sistem
kekebalan inang. Selain itu, saat virus bersirkulasi ke seluruh bagian tubuh,
virus juga dapat menginfeksi organ lain yang mengekspresikan ACE2, seperti
jantung, ginjal, dan hati, yang selanjutnya memicu gangguan respons imun.
Hal ini menghasilkan amplifikasi kaskade, dimana sejumlah besar faktor
inflamasi diproduksi, akhirnya mengarah ke MODS.4,17
Berbagai studi memperlihatkan hasil yang signifikan dalam pengobatan
berbagai jenis badai sitokin, yang merupakan penghambat sitokin. Berikut
secara singkat penghambat badai sitokin dan cara kerjanya.4
18
V. RINGKASAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
diagnosis of COVID-19. J Pharm Anal. 2020;10(2):102–8.
12. Li G, Fan Y, Lai Y, Han T, et al. Coronavirus infections and immune
responses. J Med Virol. 2020;92(4):424–32.
13. Liu M, Wang T, Zhou Y, Zhao Y, et al. Potential role of ACE2 in
coronavirus disease 2019 (COVID-19) prevention and management. J
Transl Intern Med. 2020;8(1):9–19.
14. Bohn MK, Hall A, Sepiashvili L, Jung B, et al. Pathophysiology of
COVID- 19: Mechanisms Underlying Disease Severity and Progression.
Physiology. 2020 Sep 1;35(5):288–301.
15. Bhaskar S, Sinha A, Banach M, Mittoo S, et al. Cytokine Storm in COVID-
19—Immunopathological Mechanisms, Clinical Considerations, and
Therapeutic Approaches: The REPROGRAM Consortium Position Paper.
Front Immunol. 2020;11(July):1–16.
16. Wang J, Jiang M, Chen X, Montaner LJ. Cytokine storm and leukocyte
changes in mild versus severe SARS-CoV-2 infection: Review of 3939
COVID-19 patients in China and emerging pathogenesis and therapy
concepts. J Leukoc Biol. 2020;108(1):17–41.
17. Chen R, Lan Z, Ye J, Pang L, et al. Cytokine Storm: The Primary
Determinant for the Pathophysiological Evolution of COVID-19
Deterioration. Front Immunol. 2021;12(4):1–11.
18. Que Y, Hu C, Wan K, Hu P, et al. Cytokine release syndrome in COVID-
19: a major mechanism of morbidity and mortality. Int Rev Immunol.
2021;1– 14.
19. Zhang D, Guo R, Lei L, Liu H, et al. COVID-19 infection induces readily
detectable morphologic and inflammation-related phenotypic changes in
peripheral blood monocytes. J Leukoc Biol. 2021;109:13–22.
20. Qin C, Zhou L, Hu Z, Zhang S, et al. Dysregulation of immune response in
21
patients with coronavirus 2019 (COVID-19) in Wuhan, China. Clin Infect
Dis. 2020;71(15):762–8.
21. Zheng HY, Zhang M, Yang CX, Zhang N, et al. Elevated exhaustion levels
and reduced functional diversity of T cells in peripheral blood may predict
severe progression in COVID-19 patients. Cell Mol Immunol.
2020;17(5):541–3.
22. Diao B, Wang C, Tan Y, Chen X, et al. Reduction and Functional
Exhaustion of T Cells in Patients With Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19). Front Immunol. 2020;11(5):1–7.
23. Schorer M, Lambert K, Rakebrandt N, Rost F, et al. Rapid expansion of
Treg cells protects from collateral colitis following a viral trigger. Nat
Commun [Internet]. 2020;11(1).
24. Zhao J, Yuan Q, Wang H, Liu W, et al. Antibody responses to SARS-CoV-
2 in patients of novel coronavirus disease 2019. Clin Infect Dis. 2020;1–22.
25. Zhou Y, Fu B, Zheng X, Wang D, et al. in Severe Pulmonary Syndrome
Patients of a New Coronavirus. bioRxiv Prepr. 2020;(2).
26. Yang Y, Shen C, Li J, Yuan J, et al. Exuberant elevation of IP-10, MCP-3
and IL-1ra during SARS-CoV-2 infection is associated with disease
severity and fatal outcome. J Allergy Clin Immunol. 2020;2(12):1-10.
27. Cron RQ, Behrens EM. Cytokine Storm. Vol. 384, New England Journal of
Medicine. 2021. 1–586 p.
28. Karki R, Sharma BR, Tuladhar S, Williams EP, et al. Synergism of TNF-α
and IFN-γ Triggers Inflammatory Cell Death, Tissue Damage, and
Mortality in SARS-CoV-2 Infection and Cytokine Shock Syndromes. Cell.
2021;184(1):149–68.
29. Tisoncik JR, Korth MJ, Simmons CP, Farrar J, et al. Into the Eye of the
Cytokine Storm. Microbiol Mol Biol Rev. 2012;76(1):16–32.
22
30. Ye Q, Wang B, Mao J. The pathogenesis and treatment of the ‘Cytokine
Storm’’ in COVID-19.’ J Infect. 2020;80(6):607–13.
31. Levi M, Nieuwdorp M, Van Der Poll T, Stroes E. Metabolic modulation of
inflammation-induced activation of coagulation. Semin Thromb Hemost.
2008;34(1):26–32.
23