Mini Project
Mini Project
Disusun Oleh:
dr. Resti Apriani M, S.Ked
Pembimbing:
dr Umar Haji Ali
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
akan membengkak menjadi 300 juta orang (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III, 2006).
1.3 MANFAAT
1. Bagi Penulis
a. Sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti kegiatan internsip
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dengan
menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh
2. Bagi Puskesmas
a. Memberikan informasi kepada Puskesmas Kanjilo mengenai
kejadian diabetes mellitus di puskesmas Kanjilo, Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan.
b. Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan Program
Penanggulangan Penyait Kronis (Prolanis) di Puskesmas Kanjilo
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mensosialisasikan
kepada masarakat tentang diabetes mellitus dan pentingnya
kepatuhan pengobatan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Diabetes Federation) pada tahun 2035 terdapat 592 juta orang yang hidup
dengan diabetes di dunia.
2.1.4. Patogenesis
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Supaya berfungsi, maka bahan makanan harus dioleh
dalam proses yang dinamakan metabolisme. Dalam proses ini, dibutuhkan
insulin yang berfungsi memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan
sebagai bahan bakar. Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.
2.1.5 Tanda Dan Gejala
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Keluhan lain yang dapat ditemukan antara lain :
a) Gangguan penglihatan: katarak
b) Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
c) Kesemutan, rasa baal
d) Kelemahan tubuh
e) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di
daerah genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
Kriteria diagnostik diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa
menurut WHO 1985:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >= 200mg/ dl, atau
b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) >= 126 mg/dl, atau
c) Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram pada TTGO.
5
2.1.6 Diagnosis
Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa
(GDP), pemeriksaan gula darah 2 jamprandial (GD2PP), pemeriksaan
hBa1c, pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) berupa tes ksaan
penyaring. Menurut Widodo (2014), bahwa dari anamnesis sering
didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Keluhan lain yang
sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi dan pruritus vulvae.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut:
1. Gula darah puasa > 126 mg/dl
2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl
3. Gula darah acak > 200 mg/dl.
Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia, Departemen
Kesehatan RI juga menyarankan untuk mengacu pada ketentuan tersebut.
Kemudian cara diagnosis yang lain adalah dengan mengukur HbA1c > 6,5%
6. Pradiabetes adalah penderita dengan kadar glukosa darah puasa antara
100 mg/dl sampai dengan 125 mg/dl (IFG); atau 2 jam puasa antara 140
mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT), ataukadar A1C antara 5,7– 6,4
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus yang dapat ditemukan, antara lain :
a) Hipoglikemia. Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak
jarang terjadi dan ditandai dengan kadar gula darah di bawah 50-60
mg/dl.
b) Infeksi. Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena bakteri
tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi dan pertahanan tubuh
rendah.
c) Komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah.
d) Kerusakan pada ginjal (Nefropati). Adanya gagal ginjal dibuktikan
dengan kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar
6
antara 2% sampai 7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria
yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain merupakan salah
satu tanda awal nefropati diabetik.
e) Kerusakan saraf (Neuropati)
f) Kerusakan pada mata (Retinopati)
2.1.8 Penatalaksanaan
Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan
baik hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 %
dapat diobati dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli
berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan
dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan secara khusus, baik cara
hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang
menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak
terlalu tinggi (200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena
bahaya terjadinya hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari
resiko hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka
diberikan obat anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
1. Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihaapi.
2. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%,
dan lemak 20-25%.
3. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan
7
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
10
Jumlah
Kategori Umur (Tahun)
Penderita
Anak & Remaja ≤19 0 (0%)
Total 65 (100%)
11
BAB V
HASIL & PEMBAHASAN
Total 65 (100%)
13
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
14