Anda di halaman 1dari 14

Laporan Mini Project

PREVALENSI DIABETES MELLITUS PADA BULAN


SEPTEMBER 2022-OKTOBER 2022 DI PUSKESMAS
KANJILO KABUPATEN GOWA

Disusun Oleh:
dr. Resti Apriani M, S.Ked

Pembimbing:
dr Umar Haji Ali

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS KANJILO KABUPATEN GOWA
SULAWESI SELATAN
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Tujuan pembangunan
tersebut dapat dicapai dengan menyelenggarakan program pembangunan
nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pembangunan
kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Visi
pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
adalah mewujudkan Indonesia sehat tahun 2010. Tujuan
diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Depkes RI, 2004).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus
adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang
disebabkan karena defeksekresi insulin, gangguan kerja insulin atau
keduanya.
Di Indonesia, prevalensi DM mencapai 15,9-32,73%, dimana
diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia menderita DM. Di
masa mendatang, diantara penyakit degeneratif diabetes adalah salah satu
diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa
mendatang. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah
pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan
dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah tersebut

2
akan membengkak menjadi 300 juta orang (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III, 2006).

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan Umum dan Khusus
Memberikan gambaran kejadian diabetes mellitus di puskesmas Kanjilo
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

1.3 MANFAAT
1. Bagi Penulis
a. Sebagai salah satu prasyarat untuk mengikuti kegiatan internsip
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dengan
menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh
2. Bagi Puskesmas
a. Memberikan informasi kepada Puskesmas Kanjilo mengenai
kejadian diabetes mellitus di puskesmas Kanjilo, Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan.
b. Menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan Program
Penanggulangan Penyait Kronis (Prolanis) di Puskesmas Kanjilo
3. Bagi Masyarakat
a. Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mensosialisasikan
kepada masarakat tentang diabetes mellitus dan pentingnya
kepatuhan pengobatan

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus


2.1.1. Definisi
Diabetes melitus atau penyakit kencing manis merupakan penyakit menahun
yang dapat diderita seumur hidup. Diabetes melitus (DM) disebabkan oleh
gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai
dengan peningkatan gula darah atau sering disebut dengan kondisi
hiperglikemia yang disebabkan karena menurunnya jumlah insulin dari
pankreas.
2.1.2. Etiologi
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar gula
darah pada usia lanjut dapat disebabkan oleh :
a) Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
b) Resistensi insulin
c) Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
d) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
e) Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
f) Adanya faktor keturunan
2.1.3. Epidemiologi
Indonesia merupakan negara yang menduduki rangking keempat dari
jumlah penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan
India. Selain itu, penderita DM di Indonesia diperkirakan akan meningkat
pesat hingga 2-3 kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan tahun 2000.
Ditambah penjelasandata WHO (World Health Organization)bahwa, dunia
kini didiami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali
lipat, 366 juta pada tahun 2030. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI juga menyebutkan bahwa estimasi terakhir IDF (International

4
Diabetes Federation) pada tahun 2035 terdapat 592 juta orang yang hidup
dengan diabetes di dunia.
2.1.4. Patogenesis
Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Supaya berfungsi, maka bahan makanan harus dioleh
dalam proses yang dinamakan metabolisme. Dalam proses ini, dibutuhkan
insulin yang berfungsi memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan
sebagai bahan bakar. Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga
glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.
2.1.5 Tanda Dan Gejala
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia.
Keluhan lain yang dapat ditemukan antara lain :
a) Gangguan penglihatan: katarak
b) Kelainan kulit: gatal dan bisul-bisul
c) Kesemutan, rasa baal
d) Kelemahan tubuh
e) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
f) Infeksi saluran kemih. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di
daerah genital ataupun daerah lipatan kulit akibat jamur.
g) Penurunan berat badan yang drastis sering terjadi pada gejala awal.
Kriteria diagnostik diabetes melitus dan gangguan toleransi glukosa
menurut WHO 1985:
a) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >= 200mg/ dl, atau
b) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) >= 126 mg/dl, atau
c) Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram pada TTGO.

5
2.1.6 Diagnosis
Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:
pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa
(GDP), pemeriksaan gula darah 2 jamprandial (GD2PP), pemeriksaan
hBa1c, pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) berupa tes ksaan
penyaring. Menurut Widodo (2014), bahwa dari anamnesis sering
didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria, polidipsi, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Keluhan lain yang
sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi dan pruritus vulvae.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut:
1. Gula darah puasa > 126 mg/dl
2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl
3. Gula darah acak > 200 mg/dl.
Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia, Departemen
Kesehatan RI juga menyarankan untuk mengacu pada ketentuan tersebut.
Kemudian cara diagnosis yang lain adalah dengan mengukur HbA1c > 6,5%
6. Pradiabetes adalah penderita dengan kadar glukosa darah puasa antara
100 mg/dl sampai dengan 125 mg/dl (IFG); atau 2 jam puasa antara 140
mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT), ataukadar A1C antara 5,7– 6,4
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi diabetes melitus yang dapat ditemukan, antara lain :
a) Hipoglikemia. Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak
jarang terjadi dan ditandai dengan kadar gula darah di bawah 50-60
mg/dl.
b) Infeksi. Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena bakteri
tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi dan pertahanan tubuh
rendah.
c) Komplikasi kronis penyakit jantung dan pembuluh darah.
d) Kerusakan pada ginjal (Nefropati). Adanya gagal ginjal dibuktikan
dengan kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar
6
antara 2% sampai 7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria
yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain merupakan salah
satu tanda awal nefropati diabetik.
e) Kerusakan saraf (Neuropati)
f) Kerusakan pada mata (Retinopati)
2.1.8 Penatalaksanaan
Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan
baik hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 %
dapat diobati dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli
berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan
dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan secara khusus, baik cara
hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang
menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi DM.
Pedoman penatalaksanaan diabetes antara lain :
a) Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarganya.
b) Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.
c) Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak
terlalu tinggi (200-220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena
bahaya terjadinya hipoglikemia
d) Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari
resiko hipoglikemi.
e) Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani selama 2-4 minggu jika tidak terkontrol gula darahnya maka
diberikan obat anti diabetes oral.
f) Pilar Pengelolaan DM, antara lain :
1. Edukasi, meliputi: pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga,
perencanaan makan dan masalah yang mungkin dihaapi.
2. Perencanaan Makan dengan karbohidrat 45-60%, protein 10-20%,
dan lemak 20-25%.
3. Latihan jasmani 3 kali seminggu selama 30 menit disesuaikan
7
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
4. Farmakologis, apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan
olahraga.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

3.2. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi pada penelitian ini ialah seluruh pasien yang datang berobat di poli
umum Puskesmas Kanjilo. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling,
dengan sampel yang digunakan pada peneltian ini adalah seluruh pasien yang
terdiagnosis diabetes mellitus.

3.3. INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan
kesehatan dengan menggunakan rekam medis.

3.4. VARIABEL PENELITIAN


Variabel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis
diabetes mellitus.

3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan cara data sekunder rekam medis di Puskesmas Kanjilo.

3.6. CARA ANALISIS DATA


Analisis dilakukan dengan mempresentasikan data yang telah di kumpulkan
dan di tabulasi. Setelah analisis, dilakukan penyajian data dalam bentuk tabel.

3.7. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Mini project ini dilaksanakan pada September 2022 - Oktober 2022 di
Puskesmas Kanjilo.
9
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Intervensi Mini Project

LAPORAN DIABETES MELLITUS

MINI PROJECT dr. Resti Apriani M, S.Ked


September 2022 - Oktober 2022

No Lokasi Jumlah Pasien diabetes mellitus

Laki – Laki Perempuan


Puskesmas
1 23 Pasien 42 Pasien
Kanjilo
(35,38%) (64,62%)
Total 65 Pasien

Intervensi berupa skirining diabetes mellitus diadakan September 2022 -


Oktober 2022 di Puskesmas Kanjilo. Semua pasien diatas didapatkan dengan cara
mengumpulkan data sekunder rekam medis di Puskesmas Kanjilo. Hasilnya 65
pasien terdiagnosis diabetes mellitus, dengan 23 pasien laki – laki dan 42 pasien
perempuan.

10
Jumlah
Kategori Umur (Tahun)
Penderita
Anak & Remaja ≤19 0 (0%)

Dewasa 20-44 17 (26,15%)

Lansia 45-69 35 (53,84%)

Manula >70 13 (20%)

Total 65 (100%)

Intervensi berupa skirining diabetes mellitus diadakan September 2022 - Oktober


2022 di Puskesmas Kanjilo. Semua pasien diatas didapatkan dengan cara
mengumpulkan data sekunder rekam medis di Puskesmas Kanjilo. Hasilnya 65
pasien terdiagnosis diabetes mellitus, dengan 0 pada usia anak dan remaja, 17
pada usia dewasa, 35 pada usia lansia serta 13 pada usia manula.

11
BAB V
HASIL & PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran deskriptif kejadian


diabetes mellitus di puskesmas kanjilo. Penelitian ini ditinjau dari usia dan jenis
kelamin penderita diabetes mellitus. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder
berdasarkan data rekam medis puskesmas yang dilakukan dengan teknik total
sampling.

5.1. Gambaran kejadian diabetes mellitus di Puskesmas Kanjilo


Berikut merupakan hasil penelitian mini project yang berjudul gambaran
kejadian diabetes mellitus di Puskesmas Kanjilo. Sampel merupakan penderita
diabetes mellitus yang datang ke pemeriksaan kesehatan.

LAPORAN SKRINING DIABETES MELLITUS

MINI PROJECT dr. Resti Apriani M, S.Ked


September 2022 - Oktober 2022

No Lokasi Skrining Jumlah Pasien Hipetensi

Laki – Laki Perempuan


Puskesmas
1 23 Pasien 42 Pasien
Kanjilo
(35,38%) (64,62%)
Total 65 Pasien

Tabel 5.1 Laporan Jumlah Pasien diabetes mellitus Puskesmas Kanjilo

Dari gambaran di atas, didapatkan jumlah penderita diabetes mellitus pada


bulan September 2022 - Oktober 2022 sebanyak 65 pasien.
Dari gambaran di atas, dapat dilihat jumlah penderita diabetes mellitus
sebanyak 35,38% berjenis kelamin laki-laki dan 64,62% berjenis kelamin
perempuan. Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan
12
dimana perempuan lebih banyak terkena diabetes mellitus, salah satu alasan
mengapa risiko diabetes mellitus pada wanita semakin meningkat dari waktu ke
waktu adalah karena kecenderungan untuk tidak banyak bergerak jika
dibandingkan dengan kaum pria. Pria sendiri memang dikenal sebagai orang yang
cenderung suka melakukan kegiatan fisik

5.2. Penderita diabetes mellitus berdasarkan usia


Jumlah
Kategori Umur (Tahun)
Penderita
Anak & Remaja ≤19 0 (0%)

Dewasa 20-44 17 (26,15%)

Lansia 45-69 35 (53,84%)

Manula ≥70 13 (20%)

Total 65 (100%)

Tabel 5.2. Distribusi penderita diabetes mellitus berdasarkan usia


Dari gambaran di atas, dapat dilihat jumlah pasien diabetes mellitus paling
sedikit pada usia ≤19 tahun yakni 0%. Pada usia 45-69 tahun didapatkan pasien
diabetes mellitus paling banyak yaitu 53,84%. Pada usia 20-44 tahun didapatkan
pasien diabetes mellitus sebanyak 26,15% dan usia ≥70 tahun sebanyak 20%.
Hasil ini dikaitkan dengan riset yang menunjukkan bahwa penyakit DM sering
terjadi pada lansia karena organ tubuh lansia tidak dapat memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup atau organ tubuh tidak mampu menggunakan insulin
secara efektif serta komplikasi lebih cepat muncul pada lansia dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya karena disebabkan oleh berbagai faktor resiko
komplikasi.

13
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Diabetes mellitus meningkat seiring peningkatan jumlah usia.


2. Berdasarkan jenis kelamin, penderita diabetes mellitus dengan jenis
kelamin perempuan lebih besar dibanding laki – laki.
3. Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin
memeriksakan kesehatan, terutama gula darah ke pusat kesehatan terdekat.
Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko diabetes
mellitus. Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
gula darah secara rutin ketenaga kesehatan masih kurang.

6.2 Saran

1. Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat


berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat mendeteksi
secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia.
2. Lansia yang menderita diabetes mellitus dirujuk ke puskesmas untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.
3. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan
tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.

14

Anda mungkin juga menyukai