Bab I Latar Belakang
Bab I Latar Belakang
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO, 2017) menyatakan bahwa sekitar sepertiga dari
populasi penduduk di dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan kejadian
penyakit tuberkulosis memiliki potensi besar untuk meningkat. WHO melaporkan pada
tahun 2017, ada sekitar 9,6 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit tuberkulosis,
serta 1,5 juta meninggal akibat penyakit ini. Berdasarkan WHO Global TBC Report 2021,
kasus TBC di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan sejumlah 824.000 kasus dengan
insidensi 301 per 100.000 penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi salah
satu negara tertinggi dengan kasus terbanyak setelah india. Pada tahun 2021 masih banyak
kasus yang belum terlaporkan dan terdiagnosis sehingga perlu peningkatan penemuan dan
pengobatan di lapangan baik kegiatan aktif dan pasif (Kementerian Kesehatan RI, 2022).
Program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru dengan menerapkan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) yang direkomendasi oleh WHO di Indondesia
dimulai tahun 1995. Seiring dengan pembentukan GERDUNAS TBC, maka
Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru berganti nama menjadi Program
Penanggulangan Tuberkulosis (Mertaniasih, 2013)
Beberapa hal yang menjadi faktor resiko tuberkulosis meliputi faktor umur karena
insiden tertinggi penyakit tuberkulosis adalah pada usia dewasa muda di Indonesia
diperkirakan 75% penderita tuberkulosis adalah pada kelompok usia produktif. Faktor yang
kedua adalah jenis kelamin yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita, karena
sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor ketiga adalah kebiasaan merokok
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk terserang penyakit.
Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan faktor lingkungan.
Mycobacterium tuberculosis dapat masuk pada rumah yang memiliki bangunan yang gelap
dan tidak ada sinar matahari yang masuk. Faktor kelima adalah pekerjaan yang merupakan
faktor risiko kontak langsung dengan penderita. Risiko penularan tuberkulosis pada suatu
pekerjaan adalah seorang tenaga kesehatan yang secara kontak langsung dengan pasien
walaupun masih ada beberapa pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko yaitu seorang
tenaga pabrik. Faktor keenam adalah status ekonomi yang merupakan faktor utama dalam
keluarga masih banyak rendahnya suatu pendapatan yang rendah dapat menularkan pada
penderita tuberkulosis karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak
memenuhi syarat-syarat kesehatan (Sejati, A., & Sofiana, 2015)
1.3. Tujuan
Budi, I. S., Ardillah, Y., Sari, I. P., & Septiawati, D. (2018). Analisis Faktor Risiko Kejadian
penyakit Tuberculosis Bagi Masyarakat Daerah Kumuh Kota Palembang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 17(2), 87. https://doi.org/10.14710/jkli.17.2.87-94
Depkes RI. (2018). InfoDatin Tuberculosis. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Laporan Kinerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular. Kementerian Kesehatan RI.
Mertaniasih, N. M. (2013). Buku Ajar Tuberkulosis dengan Mikrobiologis. Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
Ridwan, A. (2019). Hubungan Tingkatan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan Penularan TB
PARU. JIM FKep, IV(2), 42–47.
Sejati, A., & Sofiana, L. (2015). Faktor-Faktor Terjadinya Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2), 122. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3372
WHO. (2017). Global Tuberculosis Report 2017.