Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

TB paru masih merupakan masalah kesehatan di masyarakat, terutama di Indonesia.


TB paru adalah penyebab kematian kesembilan di seluruh dunia dan penyebab utama dari
satu agen infeksius. TB paru dapat memperlemah fungsi fisik penderita dan menganggu
kualitas hidup mereka. Upaya penanggulangan TB Paru telah dilaksanakan di banyak
negara sejak tahun 1995, namun TB masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi (Ridwan, 2019)
Penderita tuberkulosis paru BTA positif dapat menularkan pada orang
sekelilingnya, terutama yang melakukan kontak erat. Setiap penderita tuberculosis paru
BTA positif dapat menularkan pada 10-15 orang per tahun. Daya penularan dari seorang
penderita tuberculosis paru BTA positif ditentukan oleh banyak bakteri yang dikeluarkan
dari paru-paru. Kondisi lingkungan dalam rumah yang tidak memenuhi syarat menjadi
media penularan penyakit tuberculosis paru (Budi, et al, 2018)

World Health Organization (WHO, 2017) menyatakan bahwa sekitar sepertiga dari
populasi penduduk di dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan kejadian
penyakit tuberkulosis memiliki potensi besar untuk meningkat. WHO melaporkan pada
tahun 2017, ada sekitar 9,6 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit tuberkulosis,
serta 1,5 juta meninggal akibat penyakit ini. Berdasarkan WHO Global TBC Report 2021,
kasus TBC di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan sejumlah 824.000 kasus dengan
insidensi 301 per 100.000 penduduk yang kemudian membawa Indonesia menjadi salah
satu negara tertinggi dengan kasus terbanyak setelah india. Pada tahun 2021 masih banyak
kasus yang belum terlaporkan dan terdiagnosis sehingga perlu peningkatan penemuan dan
pengobatan di lapangan baik kegiatan aktif dan pasif (Kementerian Kesehatan RI, 2022).
Program Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru dengan menerapkan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) yang direkomendasi oleh WHO di Indondesia
dimulai tahun 1995. Seiring dengan pembentukan GERDUNAS TBC, maka
Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru berganti nama menjadi Program
Penanggulangan Tuberkulosis (Mertaniasih, 2013)
Beberapa hal yang menjadi faktor resiko tuberkulosis meliputi faktor umur karena
insiden tertinggi penyakit tuberkulosis adalah pada usia dewasa muda di Indonesia
diperkirakan 75% penderita tuberkulosis adalah pada kelompok usia produktif. Faktor yang
kedua adalah jenis kelamin yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita, karena
sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor ketiga adalah kebiasaan merokok
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk terserang penyakit.
Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan faktor lingkungan.
Mycobacterium tuberculosis dapat masuk pada rumah yang memiliki bangunan yang gelap
dan tidak ada sinar matahari yang masuk. Faktor kelima adalah pekerjaan yang merupakan
faktor risiko kontak langsung dengan penderita. Risiko penularan tuberkulosis pada suatu
pekerjaan adalah seorang tenaga kesehatan yang secara kontak langsung dengan pasien
walaupun masih ada beberapa pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko yaitu seorang
tenaga pabrik. Faktor keenam adalah status ekonomi yang merupakan faktor utama dalam
keluarga masih banyak rendahnya suatu pendapatan yang rendah dapat menularkan pada
penderita tuberkulosis karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak
memenuhi syarat-syarat kesehatan (Sejati, A., & Sofiana, 2015)

Upaya yang dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan dan pengendalian


faktor resiko TBC dilakukan dengan cara membudayakan perilaku hidup bersih dan
sehat, membudayakan perilaku etika batuk, melakukan pemeliharaan dan perbaikan
kualitas perumahan dan lingkungannya sesuai dengan standar rumah sehat, peningkatan
daya tahan tubuh, penanganan penyakit penyerta TBC, penerapan pencegahan dan
pengendalian infeksi TBC di fasilitas pelayanan kesehatan, diagnosis TBC sedini
mungkin, termasuk uji kepekaan OAT bagi , pengobatan untuk semua pasien TBC,
termasuk untuk penderita resistan obat dengan disertai dukungan yang berpusat pada
kebutuhan pasien, upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan
beresiko tinggi serta pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC (Depkes RI, 2018).

Dalam upaya tercapainya program tersebut diperlukan juga peningkatan


pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terkait dengan TBC. Kegiatan promosi
kesehatan merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap serta
perilaku masyarakat terkait TBC. Diharapkan dari adanya kegiatan promosi kesehatan
mengenai TBC terjadi peningkatan pengetahuan yang akan berdampak perubahan sikap
dan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah

Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait paparan patogen TB Paru berdampak


pada bahaya resiko infeksi yang dapat menjangkit masyarakat.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan kepada masyarakat


terkait TBC bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait TB Paru
sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap TB Paru.

1.3.2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan kegiatan promosi kesehatan diharapkan masyarakat mampu:

1. Menjelaskan pengertian penyakit TB Paru

2. Menjelaskan penyebab TB Paru

3. Menjelaskan tanda dan gejala TB Paru

4. Menjelaskan pencegahan TB Paru

5. Menjelaskan pengertian batuk efektif

6. Menjelaskan manfaat etika batuk efektif

7. Mampu memodifikasi lingkungan


DAFTAR PUSTAKA

Budi, I. S., Ardillah, Y., Sari, I. P., & Septiawati, D. (2018). Analisis Faktor Risiko Kejadian
penyakit Tuberculosis Bagi Masyarakat Daerah Kumuh Kota Palembang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia, 17(2), 87. https://doi.org/10.14710/jkli.17.2.87-94
Depkes RI. (2018). InfoDatin Tuberculosis. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Laporan Kinerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular. Kementerian Kesehatan RI.
Mertaniasih, N. M. (2013). Buku Ajar Tuberkulosis dengan Mikrobiologis. Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
Ridwan, A. (2019). Hubungan Tingkatan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan Penularan TB
PARU. JIM FKep, IV(2), 42–47.
Sejati, A., & Sofiana, L. (2015). Faktor-Faktor Terjadinya Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2), 122. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3372
WHO. (2017). Global Tuberculosis Report 2017.

Anda mungkin juga menyukai