Tugas Manajemen Keperawatan
Tugas Manajemen Keperawatan
Disusun oleh :
SOFIE DAMAYANTY
NIM.1903059
Manajemen Konflik
Manajeman konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak
konflik, yaitu menentukan besarnya konflik dan gaya penanganan konflik (Rahim, 2002).
Yang dimaksud dengan besarnya konflik terkait dengan jumlah individu yang terlibat,
apakah konflik mengarah pada intrapersonal, interpersonal, intra kelompok, atau antar
kelompok. Kreitner dan Kinicki (2005) mengungkapkan lima gaya penanganan konflik
(Five Conflict Handling Styles). Model ini ditujukan untuk menangani konflik
berorientasi pada orang lain (concern for others) dan pemecahan masalah yang
berorientasi pada diri sendiri (concern for self). Kombinasi dari kedua variabel ini
menghasilkan lima gaya penanganan masalah yang berbeda, yaitu: integrating, obliging,
solving), seperti dalam menentukan diagnosis dan intervensi yang tepat dalam
suatu masalah. Dalam gaya ini pihakpihak yang berkepentingan secara bersama-
sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, bertukar informasi, kemudian
Gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang disebabkan oleh salah
Langkah-langkah untuk mencapai solusi ini antara lain adalah mulai dengan
dengan mamaparkan isu dan fakta dengan jelas, membedakan sudut pandang,
membuat kerangka isu utama berdasarkan prinsip yang umum, menjadi pendengar
2) Obliging (Smoothing)
Seseorang yang bergaya obliging lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk
memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Gaya ini sering pula disebut smothing
terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk mendorong terjadinya
Orientasi pada diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian terhadap
menang, kamu kalah”. Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena
penyelesaian masalah, masalah yang dipecahkan tidak terlalu penting, dan harus
mengambil keputusan dalam waktu yang cepat. Namun, teknik ini tidak tepat
untuk menangani masalah yang menghendaki adanya partisipasi dari mereka yang
terlibat dan juga tidak tepat untuk konflik yang bersifat kompleks . Kekuatan
utama gaya ini terletak pada minimalnya waktu yang dibutuhkan untuk
rasa berat hati untuk menerima keputusan oleh mereka yang terlibat.
4) Avoiding
yang sederhana, atau jika biaya yang 17 harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh
lebih besar daripada keuntungan yang akan diperoleh. Gaya ini tidak cocok untuk
menyelesaikan masalah-malasah yang sulit atau “buruk”. Teknik ini kurang tepat
pada konflik yang menyangkut isu-isu penting, dan adanya tuntutan tanggung
jawab untuk menyelesaikan masalah secara tuntas (Rahim, 2002). Kekuatan dari
5) Compromising
Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang
merupakan pendekatan saling memberi dan menerima (give and take approach)
memiliki kekuatan yang sama. Kekuatan utama dari kompromi adalah pada
prosesnya yang demokratis dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi
oleh Hendel (2005), gaya ini merupakan gaya yang paling banyak dipilih oleh
Proses manajemen konflik meliputi proses dari diagnosis, intervensi, dan evaluasi
antara lain identifikasi batasan konflik, besarnya konflik, sumber konflik, kemudian
mengkaji sumber daya yang ada apakah menjadi penghalang atau dapat dioptimalkan
(measurement), selanjutnya dilakukan proses analisis terhadap data - data yang telah
dikumpulkan, hal ini bertujuan untuk menentukan strategi resolusi konflik yang akan
diambil disesuaikan berdasarkan besarnya konflik dan gaya manajemen konflik yang
intervensi konflik, antara lain negosiasi, fasilitasi, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, litigasi,
dan force. Intervensi ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu proses dan struktural. Proses
yang dimaksud adalah intervensi yang dilaksanakan harus mampu memperbaiki keadaan
aktif dari individu yang berkonflik, dan juga penggunaan gaya penyelesaian konflik
diharapkan bersifat sealami mungkin dengan tujuan meningkatkan proses belajar dan
pemahaman individu atau organisasi dalam menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang
Proses ini juga diharapkan dapat merubah pola kepemimpinan seseorang dan
budaya dalam menyelesaikan konflik. Dengan demikian organisasi atau individu akan
memperoleh keterampilan baru dalam penanganan konflik. Selain itu, intervensi juga
diharapkan dapat memperbaiki struktur organisasi, seperti dalam hal mekanisme integrasi
dan diferensiasi, hirarki, prosedur, reward system, dan lain sebagainya. Pendekatan ini
berdasarkan berbagai sudut pandang individu yang terlibat di dalamnya menuju ke arah
konstruktif (Rahim, 2002). Manajemen konflik yang konstruktif bisa diidentifikasi dari
sama, dimana konflik dianggap sebagai suatu masalah yang berkualitas terhadap
setiap tindakan yang dilakukan, sekaligus hal ini sebagai feedback proses diagnosing
Menurut Huber (2010) outcome conflict adalah hasil dari proses manajemen konflik
antara lain:
1) Win-lose
Salah satu pihak mendominasi dan pihak yang lain terabaikan. Yang menduduki
porsi lebih besar mendapatkan kemenangan dan sebaliknya yang lebih sedikit
mengalami kekalahan.
2) Lose-lose
3) Win-win
Resolusi ini dicapai saat semua pihak menyetujui dan mendapatkan manfaat dari
penyelesaian konflik
1. Pengertian Manajemen
Manajeman dapat diartikan cara untuk mengatur beberapa hal secara baik dan
sesuai dengan tujuan. Tujuan pengaturan ini agar hal – hal dapat berjalan seimbang,
lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen adalah proses yang
dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen
tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi
(Mugianti, 2016).
pasien (Gillies, 1989). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga
efektif seyogianya memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat
inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen
penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya
3. Proses Keperawatan
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven dan
komunitas.
1) Pengkajian
2) Diagnosa Keperawatan
kesehatan baik aktual maupun potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini
terdapat pernyataan tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu
sindroma.
adalah:
3) Intervensi Keperawatan
menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan menulis rencana
Tindakan :
status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan dan kemampuan pemenuhan
kebutuhan gizi
Terapeutik :
1. Persiapkan materi dan media seperti jenis – jenis nutrisi, tabel makanan
3. Jelaskan pada keluarga mengenai kebutuhan kalori serta jenis makanan yang
dibutuhkan
4) Implementasi Keperawatan
3. Mempersiapkan materi dan media seperti jenis – jenis nutrisi, tabel makanan
5. Menjelaskan pada keluarga mengenai kebutuhan kalori serta jenis makanan yang
dibutuhkan
5) Evaluasi
Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap intervensi keperarwatan
dan kemudian membandingkan respon tersebut dengan standar. Standar ini sering
disebut sebagai “outcome criteria” perawat menilai sejauh mana tujuan atau hasil
pertumbuhan adalah :
DAFTAR PUSTAKA
Hendel, T., Fish, M..,Galon, V. (2005). Leadership style and choice of strategy in conflict
Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management ed. 4. Maryland Heights:
Saunders/Elsevier
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Shetach, A. (2012). Conflict leadership: Navigating toward effective and efficient team