Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun oleh :

SOFIE DAMAYANTY
NIM.1903059

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATANDAN KESEHATAN
UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2022
A. Resume mengenai Manajemen Konflik

Manajemen Konflik

1. Definisi Manajemen Konflik

Manajeman konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak

ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah penyelesaian yang konstruktif

atau destruktif (Ross, 1993).

2. Gaya Penyelesaian Konflik

Terdapat 2 hal yang memegang peranan penting dalam keberhasilan penyelesaian

konflik, yaitu menentukan besarnya konflik dan gaya penanganan konflik (Rahim, 2002).

Yang dimaksud dengan besarnya konflik terkait dengan jumlah individu yang terlibat,

apakah konflik mengarah pada intrapersonal, interpersonal, intra kelompok, atau antar

kelompok. Kreitner dan Kinicki (2005) mengungkapkan lima gaya penanganan konflik

(Five Conflict Handling Styles). Model ini ditujukan untuk menangani konflik

disfungsional dalam organisasi. Menggambarkan sisi pemecahan masalah yang

berorientasi pada orang lain (concern for others) dan pemecahan masalah yang

berorientasi pada diri sendiri (concern for self). Kombinasi dari kedua variabel ini

menghasilkan lima gaya penanganan masalah yang berbeda, yaitu: integrating, obliging,

dominating, avoiding, dan compromising.

1) Integrating (Problem Solving)

Proses integrasi berkaitan dengan mekanisme pemecahan masalah (problem

solving), seperti dalam menentukan diagnosis dan intervensi yang tepat dalam

suatu masalah. Dalam gaya ini pihakpihak yang berkepentingan secara bersama-
sama mengidentifikasikan masalah yang dihadapi, bertukar informasi, kemudian

mencari, mempertimbangkan dan memilih solusi alternatif pemecahan masalah.

Gaya ini cocok untuk memecahkan isu-isu kompleks yang disebabkan oleh salah

paham (misunderstanding), tetapi tidak sesuai untuk memecahkan masalah yang

terjadi karena sistem nilai yang berbeda. Kelemahan utamanya adalah

memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaian masalah (Rahim, 2002).

Langkah-langkah untuk mencapai solusi ini antara lain adalah mulai dengan

berdiskusi, dengan waktu dan tempat yang kondusif, menghargai perbedaan

individu, bersikap empati dengan semua pihak, menggunakan komunikasi asertif

dengan mamaparkan isu dan fakta dengan jelas, membedakan sudut pandang,

meyakinkan bahwa tiap individu dapat menyampaikan idenya masing-masing,

membuat kerangka isu utama berdasarkan prinsip yang umum, menjadi pendengar

yang baik. Setuju terhadap solusi yang menyeimbangkan kekuatan dan

memuaskan semua pihak sehingga dicapai “win-win solution”

2) Obliging (Smoothing)

Seseorang yang bergaya obliging lebih memusatkan perhatian pada upaya untuk

memuaskan pihak lain daripada diri sendiri. Gaya ini sering pula disebut smothing

(melicinkan), karena berupaya mengurangi perbedaan-perbedaan dan

menekankan pada persamaan atau kebersamaan di antara pihak-pihak yang

terlibat. Kekuatan strategi ini terletak pada upaya untuk mendorong terjadinya

kerjasama. Kelemahannya, penyelesaian bersifat sementara dan tidak menyentuh

masalah pokok yang ingin dipecahkan.


3) Dominating (Forcing)

Orientasi pada diri sendiri yang tinggi, dan rendahnya kepedulian terhadap

kepentingan orang lain, mendorong seseorang untuk menggunakan taktik “saya

menang, kamu kalah”. Gaya ini sering disebut memaksa (forcing) karena

menggunakan legalitas formal dalam menyelesaikan masalah. Gaya ini cocok

digunakan jika cara-cara yang tidak populer hendak diterapkan dalam

penyelesaian masalah, masalah yang dipecahkan tidak terlalu penting, dan harus

mengambil keputusan dalam waktu yang cepat. Namun, teknik ini tidak tepat

untuk menangani masalah yang menghendaki adanya partisipasi dari mereka yang

terlibat dan juga tidak tepat untuk konflik yang bersifat kompleks . Kekuatan

utama gaya ini terletak pada minimalnya waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan konflik. Kelemahannya, sering menimbulkan kejengkelan atau

rasa berat hati untuk menerima keputusan oleh mereka yang terlibat.

4) Avoiding

Teknik menghindar (avoiding) cocok digunakan untuk menyelesaikan masalah

yang sederhana, atau jika biaya yang 17 harus dikeluarkan untuk konfrontasi jauh

lebih besar daripada keuntungan yang akan diperoleh. Gaya ini tidak cocok untuk

menyelesaikan masalah-malasah yang sulit atau “buruk”. Teknik ini kurang tepat

pada konflik yang menyangkut isu-isu penting, dan adanya tuntutan tanggung

jawab untuk menyelesaikan masalah secara tuntas (Rahim, 2002). Kekuatan dari

strategi penghindaran adalah jika kita menghadapi situasi yang membingungkan


atau mendua (ambiguous situations). Sedangkan kelemahannya, penyelesaian

masalah hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan pokok masalah.

5) Compromising

Gaya ini menempatkan seseorang pada posisi moderat, yang secara seimbang

memadukan antara kepentingan sendiri dan kepentingan orang lain. Ini

merupakan pendekatan saling memberi dan menerima (give and take approach)

dari pihak-pihak yang terlibat. Kompromi cocok digunakan untuk menangani

masalah yang melibatkan pihak-pihak yang memiliki tujuan berbeda tetapi

memiliki kekuatan yang sama. Kekuatan utama dari kompromi adalah pada

prosesnya yang demokratis dan tidak ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi

penyelesaian konflik kadang bersifat sementara dan mencegah munculnya

kreativitas dalam penyelesaian masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Hendel (2005), gaya ini merupakan gaya yang paling banyak dipilih oleh

perawat dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.

Gambar 1. Gaya Penyelesaian Konflik


3. Proses Manajemen Konflik

Proses manajemen konflik meliputi proses dari diagnosis, intervensi, dan evaluasi

(feedback). Penentuan diagnosis merupakan dasar dari keberhasilan suatu intervensi.

Berikut adalah skema proses manajemen konflik menurut Rahim (2002):

Gambar 2. Proses Manajemen Konflik

Dalam proses diagnosis yang perlu dilakukan adalah pengumpulan data-data

antara lain identifikasi batasan konflik, besarnya konflik, sumber konflik, kemudian

mengkaji sumber daya yang ada apakah menjadi penghalang atau dapat dioptimalkan

untuk membantu penyelesaian konflik (Huber, 2010). Setelah proses identifikasi

(measurement), selanjutnya dilakukan proses analisis terhadap data - data yang telah

dikumpulkan, hal ini bertujuan untuk menentukan strategi resolusi konflik yang akan

diambil disesuaikan berdasarkan besarnya konflik dan gaya manajemen konflik yang

akan dipakai (integrating, obliging, dominating, avoiding, dan compromising).


Proses selanjutnya adalah intervensi. Terdapat bermacam-macam strategi

intervensi konflik, antara lain negosiasi, fasilitasi, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, litigasi,

dan force. Intervensi ditentukan berdasarkan dua hal, yaitu proses dan struktural. Proses

yang dimaksud adalah intervensi yang dilaksanakan harus mampu memperbaiki keadaan

dalam suatu organisasi, seperti misalnya intervensi mampu memfasilitasi keterlibatan

aktif dari individu yang berkonflik, dan juga penggunaan gaya penyelesaian konflik

diharapkan bersifat sealami mungkin dengan tujuan meningkatkan proses belajar dan

pemahaman individu atau organisasi dalam menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang

akan datang (Shetach, 2012).

Proses ini juga diharapkan dapat merubah pola kepemimpinan seseorang dan

budaya dalam menyelesaikan konflik. Dengan demikian organisasi atau individu akan

memperoleh keterampilan baru dalam penanganan konflik. Selain itu, intervensi juga

diharapkan dapat memperbaiki struktur organisasi, seperti dalam hal mekanisme integrasi

dan diferensiasi, hirarki, prosedur, reward system, dan lain sebagainya. Pendekatan ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan suatu organisasi untuk menyelesaikan konflik

berdasarkan berbagai sudut pandang individu yang terlibat di dalamnya menuju ke arah

konstruktif (Rahim, 2002). Manajemen konflik yang konstruktif bisa diidentifikasi dari

adanya proses kreativitas di dalamnya, penyelesaian masalah dilakukan secara bersama-

sama, dimana konflik dianggap sebagai suatu masalah yang berkualitas terhadap

perkembangan individu atau suatu organisasi yang harus ditemukan pemecahan

masalahnya (Hendel, 2005). Setelah intervensi, dilaksanakan suatu evaluasi terhadap

setiap tindakan yang dilakukan, sekaligus hal ini sebagai feedback proses diagnosing

pada konflik yang sudah ada ataupun konflik yang baru.


4. Outcome Resolusi Konflik

Menurut Huber (2010) outcome conflict adalah hasil dari proses manajemen konflik

antara lain:

1) Win-lose

Salah satu pihak mendominasi dan pihak yang lain terabaikan. Yang menduduki

porsi lebih besar mendapatkan kemenangan dan sebaliknya yang lebih sedikit

mengalami kekalahan.

2) Lose-lose

Semua pihak yang bertentangan mengalami kerugian. Teknik penyuapan,

memperjualbelikan, menggunakan pihak ketiga untuk mengancam dapat

memuncullkan hasil resolusi ini.

3) Win-win

Resolusi ini dicapai saat semua pihak menyetujui dan mendapatkan manfaat dari

penyelesaian konflik

B. Resume Penerapan SDKI, SIKI dan SLKI

1. Pengertian Manajemen

Manajeman dapat diartikan cara untuk mengatur beberapa hal secara baik dan

sesuai dengan tujuan. Tujuan pengaturan ini agar hal – hal dapat berjalan seimbang,

lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen adalah proses yang
dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Manajemen

merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah

tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi

(Mugianti, 2016).

2. Pengertian Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para

pasien (Gillies, 1989). Pekerjaan keperawatan harus diatur sedemikian rupa sehingga

tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan dapat tercapai (Mugianti, 2016).

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang

efektif seyogianya memahami hal ini dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat

pelaksana meliputi : menggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan

keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan

hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan

lingkungan praktek keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di

inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen

keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.

Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen

asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan

keperawatan dengan menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi

kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen
penting dalam manajemen asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya

manusia (perawat) dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat

(asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda

pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.

3. Proses Keperawatan

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang

sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien

merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah. Menurut Craven dan

Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan

asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan

komunitas.

1) Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, proses sistematis

dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan.

Pengkajian yang perlu dilakukan pada asuhan keperawatan anak dengan

gangguan pertumbuhan adalah biodata pasien, diagnosa medis, riwayat kesehatan,

pola pemenuhan kebutuhan dasar (seperti kebutuhan nutrisi), pemeriksaan fisik

(seperti BB dan TB balita).

Pengumpulan data dapat melakukan beberapa metode, yaitu: wawancara

melalui komunikasi efektif , observasi , dan pemeriksaan fisik. Pengkajian

merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis dengan

tujuan untuk menentukan diagnosa keperawatan yang tepat untuk menyusun


rencana tindakan keperawatan yang tepat, baik bagi individu, keluarga dan

komunitas (Craven & Hirnle, 2000).

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang gangguan status

kesehatan baik aktual maupun potensial. Secara implisit dalam diagnosa ini

terdapat pernyataan tentang respon klien yang secara legal dan berdasarkan ilmu

perawat. Diagnosa keperawatan dapat berupa aktual, resiko, wellness atau

sindroma.

Diagnosa keperawatan yang dapat diambil sebagai upaya manajemen

asuhan keperawatan sebagai algoritme deteksi dini gangguan pertumbuhan

adalah:

a. D.0108 Risiko Gangguan Pertumbuhan

Definisi Resiko Gangguan Pertumbuhan adalah berisiko mengalami gangguan untuk

bertumbuh sesuai dengan kelompok usianya (SDKI, 2016)

3) Intervensi Keperawatan

Tahap perencanaan melibatkan serangkaian tahap dimana perawat dan pasien

menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan menulis rencana

tindakan guna menyelesaikan masalah klien. Jenis rencana keperawatan meliputi :

intervensi mandiri, intervensi kerja sama (interdependensi) dan intervensi tergantung.

Intervensi yang dapat digunakan sebagai upaya manajemen asuhan keperawatan

sebagai algoritme deteksi dini gangguan pertumbuhan adalah :

I.12395 Edukasi Nutrisi


Definisi : Menyediakan informasi mengenal pemenuhan kebutuhan nutrisi

Tindakan :

Observasi : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi, Periksa

status gizi, status alergi, program diet, kebutuhan dan kemampuan pemenuhan

kebutuhan gizi

Terapeutik :

1. Persiapkan materi dan media seperti jenis – jenis nutrisi, tabel makanan

penukar, cara mengelola, cara menakar makanan

2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3. Jelaskan pada keluarga mengenai kebutuhan kalori serta jenis makanan yang

dibutuhkan

4. Ajarkan cara melaksanakan diet sesuai program (seperti makanan tinggi

protein, tinggi lemak)

5. Ajarkan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi

6. Anjurkan mendemonstrasikan cara pemberian makanan, menghitung kalori,

menyiapkan makanan (SIKI, 2018)

4) Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang

dilakukan langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana

keperawatan yang dibuat.

Implementasi yang dapat dilakukan sebagai upaya manajemen asuhan keperawatan

sebagai algoritme deteksi dini gangguan pertumbuhan adalah :

1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


2. Memeriksa status gizi (BB/TB), status alergi, program diet, kebutuhan dan

kemampuan pemenuhan kebutuhan gizi

3. Mempersiapkan materi dan media seperti jenis – jenis nutrisi, tabel makanan

penukar, cara mengelola, cara menakar makanan

4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

5. Menjelaskan pada keluarga mengenai kebutuhan kalori serta jenis makanan yang

dibutuhkan

6. Mengajarkan cara melaksanakan diet sesuai program (seperti makanan tinggi

protein, tinggi lemak)

7. Mengajarkan keluarga memantau kondisi kekurangan nutrisi

8. Menganjurkan mendemonstrasikan cara pemberian makanan, menghitung kalori,

menyiapkan makanan (SIKI, 2018)

5) Evaluasi

Pada tahap ini perawat mengkaji respon klien terhadap intervensi keperarwatan

dan kemudian membandingkan respon tersebut dengan standar. Standar ini sering

disebut sebagai “outcome criteria” perawat menilai sejauh mana tujuan atau hasil

keperawatan telah tercapai. Kriteria hasil dari implementasi keperawatan sebagai

upaya manajemen asuhan keperawatan sebagai algoritme deteksi dini gangguan

pertumbuhan adalah :

L.10102 Status Pertumbuhan (SLKI, 2018)

Definisi : Kemampuan untuk bertumbuh sesuai kelompok usia

1. Berat badan sesuai usia (cukup meningkat, meningkat)

2. Tinggi badan sesuai usia (cukup meningkat, meningkat)


3. Kecepatan pertambahan berat badan (cukup meningkat, meningkat)

4. Kecepatan pertambahan tinggi badan (cukup meningkat, meningkat)

5. Indeks massa tubuh (cukup meningkat, meningkat)

6. Asupan nutrisi (cukup meningkat, meningkat)

DAFTAR PUSTAKA

Hendel, T., Fish, M..,Galon, V. (2005). Leadership style and choice of strategy in conflict

management among Israeli nurse managers in general hospitals. Journal of Nursing

Management, 13, 137-146.

Huber, D. L. (2010). Leadership and Nursing Care Management ed. 4. Maryland Heights:

Saunders/Elsevier

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Rahim, M. Afzalur. (2002). Toward a theory of managing organizational conflict. The

International Journal of Conflict Management, 13 (3), 206-235

Shetach, A. (2012). Conflict leadership: Navigating toward effective and efficient team

outcomes. The Journal for Quality and Participation, 35(2), 25-30.

Anda mungkin juga menyukai