SOP Operasi Tapin
SOP Operasi Tapin
LEMBAR PENETAPAN
Ari Ranjani, ST
NIP. 1991 0203 201802 1 001
i
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
DAFTAR ISI
ii
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
iii
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
DAFTAR GAMBAR
iv
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
DAFTAR TABEL
v
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu aspek penting dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pengelolaan bendungan
yang efektif dan efisien adalah dengan menerapkan standar operasional prosedur dalam
pengelolaan bendungan yang merupakan penyederhanaan dari pedoman operasi,
pemeliharaan dan pemantauan. Standar operasional prosedur adalah serangkaian
instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan Pengelolaan
Bendungan, bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan
dalam penanganan darurat Pengendalian Bencana khususnya yang mengancam
keamanan Bendungan.
SOP pada dasarnya merupakan pedoman yang berisi prosedur operasional standar
kegiatan yang dijalankan dalam Pengelolaan Bendungan yang digunakan untuk
memastikan bahwa semua keputusan dan tindakan berjalan efektif sehingga terhindar dari
bencana yang mengancam masyarakat di hilir Bendungan.
Tujuan disusunnya pedoman penyusunan SOP ini untuk memberikan acuan bagi seluruh
unit kerja UPB dalam mengidentifikasi, merumuskan, menyusun, mengembangkan,
memonitor serta mengevaluasi SOP sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing,
sehingga diharapkan dapat:
1-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Saran yang diharapkan dapat dicapai melalui pedoman ini adalah setiap unit kerja memiliki
SOP nya masing-masing dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
1. Asas Pembakuan
SOP disusun berdasarkan tata cara dan bentuk yang telah dibakukan sehingga dapat
menjadi acuan yang baku dalam melaksanakan tugas.
2. Asas Pertanggungjawaban
SOP dapat dipertanggungjawabkan baik dari isi, bentuk, prosedur dan standar yang
ditetapkan maupun keabsahannya.
3. Asas Keterkaitan
Bahwa dalam pelaksanaannya SOP senantiasa terkait dengan kegiatan administrasi
umum baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Asas Kecepatan dan Kelancaran
Sebagai pendukung dalam melaksanakan tugas maka SOP dapat digunakan untuk
menjamin terselesaikannya suatu tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan, tepat sasaran, menjamin kemudahan dan kelancaran secara prosedural.
5. Asas Keamanan
SOP harus aman sehingga dapat menjamin kepentingan semua pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sehingga dapat
tercipta kenyamanan dalam pelaksanaan tugas.
6. Asas Keterbukaan
Adanya SOP dapat menciptakan suatu transparansi dalam pelaksanaan tugas
sehingga tidak akan muncul kecurigaan dibakukan sehingga dapat menjadi acuan yang
baku dalam melaksanakan tugas
1. Kemudahan
SOP harus dibuat secara jelas dan sederhana sehingga mudah dipahami dan
diterapkan.
2. Kejelasan
SOP harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus melaksanakan
kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan sampai dimana tanggung jawab
masing-masing pejabat/pegawai.
3. Keterukuran
SOP dapat memberikan pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu, hasil kerja
yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran bila
diperlukan adanya biaya pelayanan.
1-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
4. Fleksibilitas
Bahwa SOP harus mudah dan selalu bias menyesuaikan dengan kebutuhan dan
perkembangan kebijakan yang berlaku.
Ruang lingkup SOP meliputi berbagai prosedur pelaksanaan kegiatan tugas pokok dan
fungsi atau pemberian pelayanan baik internal maupun eksternal UPB yang dilakukan oleh
unit kerja di Balai Wilayah Sungai dalam pengelolaan Bendungan khususnya
kesiapsiagaan bencana banjir.
Daftar rujukan berasal dari Undang-undang, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, surat
edaran, sejumlah pedoman, manual hingga SOP dalam materi bimbingan teknis. Secara
rinci dasar hokum penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) terdiri dari:
1-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Prosedur Izin Penggunaan Dana Tanggap Darurat Akibat Bencana Atau Kegiatan
Mendesak.
15. Surat Edaran Inspektorat Jendral Kemen PUPR No 16/SE/IJ/2017 tentang Prosedur
Pelaksanaan Riview Penggunaan Dana Tanggap Darurat Akibat Bencana.
16. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13 Tahun 2020
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
17. Keputusan Presiden nomor 12 tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) nomor
04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) nomor
27/PRT/M/2015 tentang Bendungan.
20. Surat Edaran Direktur Jenderal SDA No. /SE/D/2017 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Bendungan.
21. Surat Edaran Direktur Jendral Sumber Daya Air No 02/SE/D/2023 Tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Bendungan di Direktorat Jendral Sumber
Daya Air.
22. SNI 2415-2415 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Banjir / SNI 2415-2016.
23. SNI 1731-1989 tentang Tata Cara Keamanan Bendungan.
24. SNI 3432-2020 tentang Tata Cara Penetapan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah
Untuk Bendungan.
25. Buku Saku Tanggap Darurat Bencana Daya Rusak Air, Direktorat OP Ditjen SDA, 2020.
26. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan – Bagian 1 – Umum.
27. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan – Bagian 2 –
Pengelolaan Operasi dan Pemeliharaan.
28. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan – Bagian 3 – Sistem
Instrumentasi dan Pemantauan.
29. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan – Bagian 4 – Inspeksi
Keamanan untuk Peralatan Hidromekanik dan Elektrik.
30. Pedoman Operasi, Pemeliharaan dan Pengamatan Bendungan – Bagian 5 – Operasi
dan Pemeliharaan Peralatan Hidromekanik dan Elektrik.
31. Manual Inspeksi Visual Bendungan Urugan.
32. Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan
1-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 2
GAMBARAN UMUM
Secara geografis, lokasi Bendungan Tapin berada pada 115°20' 14,6" BT dan '02°56'31"
LS. Secara administratif, Bendungan Tapin terletak di Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani,
Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan.
Manfaat utama dari Bendungan Tapin adalah untuk penyediaan air bagi daerah irigasi
seluas ± 5.472 ha, air baku 0,5 m3/s, PLTM sebesar 3,32 MW dan reduksi banjir Q50
sebesar 45,9% (218,6 m3/s).
Bendungan Tapin adalah sebuah bendungan timbunan batu dengan zonal inti tegak
dengan lereng hulu mempunyai kemiringan 1: 2,0 dan lereng hilir dengan kemiringan 1: 1,8
yang diberi lapisan rip rap batu berukuran besar (0,40 s/d 0,70 m). Tinggi bendungan dari
dasar galian pondasi 70,00 m dengan elevasi puncak + 151,00 mdpl, panjang puncak
262,70 m dan lebar puncak 12,00 m. Volume tampungan total waduk sebesar 70,52 juta
m3 dan luas genangan 4,11 km2. Pada puncak bendungan diberi perkerasan aspal dengan
elevasi ±151,00 m, dilengkapi dengan pagar kanan dan kiri, penangkal petir dan rumah
instrumen.
2-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
2-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Outlet
Mercu Pelimpah & Sal.
Samping
Musholla
Intake
2-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
2003 Detail Desain peningkatan Bendung menjadi PT. Tata Guna Patria
Waduk/Embung D.I Tapin dan D.I Batulicin seluas
4000 Ha
2004 Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
2006 Detail Desain Waduk Tapin Tahap II (Lanjutan) PT. Saicle Jasa
2007 Sertifikasi Bendungan Tapin dan Model Test PT. Mitraplan Enviratama
Bendungan/Pelimpah Bendungan Tapin
2008 Review Desain Bendungan Tapin
2010 Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), PT. Intimulya Multikencana
Penyusunan Land Acquisition Resettiment Action
Plan (LARAP) Tahap I
2012 Penyusunan Land Acquisition Resettiment Action PT. Saka Buana Yasa
Plan (LARAP) Tahap II dan Revieu Sertifikasi Selaras
Bendungan Tapin Tahap I
2013 Review Sertifikasi Bendungan Tapin Tahap II PT. Dehas Inframedia
Karsa
2015 Investigasi Geologi Tambahan Bendungan Tapin PT. Dehas Inframedia
di Kabupaten Tapin Karsa
2-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
2-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
2-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Tipe pelimpah pada Bendungan Tapin yaitu pelimpah samping tak berpintu dengan lebar
pelimpah sebesar 52 meter. Mercu pelimpah berada pada elevasi +145,50 m. Bangunan
pelimpah dilengkapi dengan saluran peluncur yang merupakan saluran terbuka dan
peredam energi berupa kolam olak datar tipe II (USBR Tipe II).
2-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Tipe bangunan pengambilan atau intake pada Bendungan Tapin adalah sadap miring
(Inclined shaft intake) dan dilengkapi 2 (dua) buah pintu intake yaitu pintu irigasi dan pintu
darurat dengan dimensi 2,70 x 3,00 m dan kemiringan pintu intake 1:1,3.
2-5
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Bangunan Intake
2-6
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Vibrating wire Piezometer (VWP) adalah pisometer elektrik untuk mengukur besarnya
tekanan air pori secara kontinu. VWP dipasang pada tubuh bendungan utama dan
bendungan pelana.
Nomor Koordinat
No. Stasiun Lokasi Keterangan
VWP X Y Z
Bendungan Utama
1 VWP-1 STA. 7+5 315,107.03 9,674,791.74 95.0 U/S - Timbunan Kondisi Baik
2 VWP-2 STA. 7+5 315,107.03 9,674,791.74 95.0 D/S - Timbunan Kondisi Baik
3 VWP-3 STA. 7+5 315,107.03 9,674,791.74 119.0 U/S - Timbunan Kondisi Baik
4 VWP-4 STA. 7+5 315,107.03 9,674,791.74 119.0 D/S – Timbunan Kondisi Baik
5 VWP-5 STA. 7+5 315,107.03 9,674,791.74 136.0 U/S – Timbunan Kondisi Baik
6 VWP-6 STA. 7+5 315,107.03 9,674,791.74 136.0 D/S - Timbunan Kondisi Baik
7 VWP-7 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 71.0 U/S - Pondasi Kondisi Baik
8 VWP-8 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 67.0 D/S - Pondasi Kondisi Baik
9 VWP-9 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 95.0 U/S - Timbunan Kondisi Baik
10 VWP-10 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 95.0 D/S - Timbunan Kondisi Baik
11 VWP-11 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 119.0 U/S - Timbunan Kondisi Baik
12 VWP-12 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 119.0 D/S - Timbunan Kondisi Baik
13 VWP-13 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 136.0 U/S - Timbunan Kondisi Baik
14 VWP-14 STA. 9+10 315,135.79 9,674,819.54 136.0 D/S - Timbunan Kondisi Baik
Bendungan Pelana
1 PZ-19 STA 4+0 314,567.33 9,673,870.91 144.0 - Kondisi Baik
2 PZ-20 STA 4+0 314,564.76 9,673,864.39 144.0 - Kondisi Baik
2-7
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Open Standpipe Piezometer (STP) atau dikenal juga dengan nama pisometer Casagrande
merupakan instrumen untuk mengukur besarnya tekanan air pori yang akan terjadi pada
tubuh bendungan. Adapun jenis STP yang dipasang adalah tipe low air entry.
1 STP-1 STA. 6+5 U/S Bendungan Utama 315092.617 9674777.91 95.0 Kondisi baik
2 STP-2 STA. 6+5 D/S Bendungan Utama 315085.7591 9674785.101 95.0 Kondisi baik
3 STP-3 STA. 10+5 U/S Bendungan Utama 315149.9513 9674833.812 95.0 Kondisi baik
4 STP-4 STA. 10+5 D/S Bendungan Utama 315143.0943 9674840.952 95.0 Kondisi baik
5 SP-19 STA. 4+0 U/S Bendungan Pelana 314,568.04 9673869.56 144.0 Kondisi baik
6 SP-20 STA. 4+0 D/S Bendungan Pelana 314,566.20 9673864.91 144.0 Kondisi baik
HILIR
Pelimpah
Keterangan:
VWP
HULU
Gambar 2-6. Denah Lokasi Open Standpipe Pieozometer dan Sumur Pantau
PG yang dipasang di as puncak bendungan. Jumlah Crest Settlement Survey Point adalah
12 buah dan diberi kode CP. Koordinat dan kondisi saat pemeriksaan lapangan pada
tanggal 12 Maret 2022 masing-masing PG dapat dilihat pada tabel berikut.
2-8
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
HILIR
Pelimpah
Keterangan:
CP (Crest Point) – 12 titik HULU
Surface Settlement Survey Point Upstream dan Downstream adalah PG yang dipasang
pada sisi hulu (upstream) dan hilir (downstream) lereng tubuh bendungan. Koordinat dan
kondisi saat pemeriksaan lapangan saat 12 Maret 2022 masing-masing PG dapat dilihat
pada tabel berikut.
2-9
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Tabel 2.7. Koordinat dan Kondisi Surface Settlement Survey Point Upstream dan
Downstream
No. Patok Koordinat Keterangan
Geser
X Y Z
1 SP-1 315050.1691 9674718.706 145.148 Kondisi Baik
2 SP-2 315064.5519 9674732.699 145.127 Kondisi Baik
3 SP-3 315078.9809 9674746.67 145.064 Kondisi Baik
4 SP-4 315093.2047 9674760.547 144.962 Kondisi Baik
5 SP-5 315107.5531 9674774.521 144.930 Kondisi Baik
6 SP-6 315121.8588 9674788.383 144.881 Kondisi Baik
7 SP-7 315136.1837 9674802.267 144.879 Kondisi Baik
8 SP-8 315150.4789 9674816.219 144.868 Kondisi Baik
9 SP-9 315164.8218 9674830.087 144.915 Kondisi Baik
10 SP-10 315179.2294 9674844.035 145.005 Kondisi Baik
11 SP-11 315189.2565 9674853.774 145.378 Kondisi Baik
12 SP-12 315025.946 9674743.186 145.527 Kondisi Baik
13 SP-13 315040.424 9674757.166 145.273 Kondisi Baik
14 SP-14 315054.655 9674771.113 145.324 Kondisi Baik
15 SP-15 315069.179 9674784.975 145.066 Kondisi Baik
16 SP-16 315083.489 9674798.912 145.056 Kondisi Baik
17 SP-17 315097.849 9674812.848 145.046 Kondisi Baik
18 SP-18 315112.086 9674826.819 145.044 Kondisi Baik
19 SP-19 315126.399 9674840.706 145.050 Kondisi Baik
20 SP-20 315140.781 9674854.631 145.074 Kondisi Baik
21 SP-21 315155.140 9674868.520 145.099 Kondisi Baik
22 SP-22 315169.281 9674882.442 145.112 Kondisi Baik
23 SP-23 315035.5107 9674790.886 130.119 Kondisi Baik
24 SP-24 315049.6387 9674804.820 130.111 Kondisi Baik
25 SP-25 315064.1459 9674818.790 129.990 Kondisi Baik
26 SP-26 315078.4816 9674832.701 130.016 Kondisi Baik
27 SP-27 315092.8211 9674846.903 129.880 Kondisi Baik
28 SP-28 315107.1316 9674860.587 130.084 Kondisi Baik
29 SP-29 315121.4974 9674874.614 129.851 Kondisi Baik
30 SP-30 315135.8558 9674888.413 129.910 Kondisi Baik
31 SP-31 315009.439 9674817.717 115.226 Kondisi Baik
2-10
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
HILIR
Pelimpah
Keterangan:
CP (Crest Point) – 12 titik
5. Multilayer Settlement
Multilayer settlement merupakan instrumen yang dipasang untuk mengamati gerakan arah
vertikal yang terjadi dalam tubuh bendungan. Sensor yang dipasang adalah datum
sebanyak 1 buah di ujung selubung dan spyder magnet (SM) sebanyak 7 buah di sepanjang
selubung inclinometer.
2-11
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
V-notch digunakan untuk mengukur besarnya debit rembesan yang terjadi pada tubuh
bendungan, yang dipasang kaki bendungan sebelah hilir. Instrumen ini dipasang pada
tubuh bendungan utama dan bendungan pelana.
2-12
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
X Y Z
7. Observation Well
Sumur pantau atau Observation Well (OW) digunakan untuk mengamati tinggi muka air
tanah di sisi hilir tubuh bendungan.
2-13
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
9. Klimatologi Stations
10. Inklinometer
Inklinometer adalah instrumen untuk mengetahui gerakan yang terjadi pada arah horizontal
dalam tubuh bendungan. Inklinometer dipasang di puncak bendungan pada STA. 8+10
dengan panjang total selubung 69.0 m.
HILIR
Pelimpah
Keterangan:
VWP
Open Stand Pipe (STp) HULU
Inklinometer
2-14
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
1. Rumah Genset
2-15
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
2. Rumah Intake
2-16
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3. Rumah Outlet
2-17
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
2-18
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
5. Area Luar
2-19
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 3
DATA TEKNIS BENDUNGAN TAPIN
3.1 UMUM
3-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3.2 WADUK
3-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
1) Bendungan Utama
a) Tipe : Timbunan Batu Zonal Inti Tegak
b) Tinggi Bendungan (incl. galian) : 70,00 m
c) Elevasi Puncak : EL. +151,00 m
d) Elevasi Dasar Sungai (incl. galian) : EL. +81,00 m
e) Panjang Puncak : 262,70 m
f) Lebar Puncak : 12,00 m
g) Kemiringan Bendungan : 1:2,0 (Hulu); 1:1,8 (Hilir)
h) Volume Tubuh Bendungan : 1.134.800 m3
2) Bendungan Pelana (Saddle Dam)
a) Tipe : Timbunan Batu Zonal Inti Tegak
b) Tinggi Bendungan (incl. galian) : 9,00 m
c) Elevasi Puncak : EL. +151,00 m
d) Elevasi Dasar Sungai (incl. galian) : EL. +142,00 m
e) Panjang Puncak : 38,00 m
f) Lebar Puncak : 7,00 m
g) Kemiringan Bendungan : 1:2,0 (Hulu); 1:2,0 (Hilir)
h) Volume Tubuh Bendungan : 15.448 m3
1) Pelimpah
a) Tipe Pelimpah : Pelimpah samping tanpa pintu
b) Debit Banjir Rencana
(1) Debit Banjir Rencana (QPMF) : 1926,6 m3/s
(2) Debit Banjir Rencana (Q1000) : 1034,0 m3/s
(3) Debit Banjir Rencana (Q100) : 641,4 m3/s
(4) Debit Banjir Outflow (Q1000) : 690,1 m3/s
c) Lebar Pelimpah : 52,0 m
3-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3.7 HIDROMEKANIKAL
3.8 INSTRUMENTASI
3-5
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Daerah Tangkapan Air (DTA) Bendungan Tapin memiliki luas 140,9 km2. Dalam kajian,
Sungai Tapin ditinjau sampai lokasi AWLR Kuranji, dengan luas DTA 288,7 km2.
1. Kondisi Topografi
DTA Bendungan Tapin memiliki elevasi antara 0 sampai 700 m. DTA Bendungan Tapin
memiliki kemiringan yang cukup curam, dengan kemiringan mencapai 40% pada area
perbukitan.
2. Tutupan Lahan
Penggunaan lahan DTA Bendungan Tapin didominasi oleh area semak belukar,
padang rumput, dan area hutan. Penggunaan lahan untuk permukiman dan tempat
kegiatan pada DTA Bendungan Tapin hampir tidak ada.
3-6
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
DTA Tapin memiliki tingkat erosi ringan pada area datar, sementara sebagian area curam
memiliki tingkat erosi yang berat. Tabel 3.2 menunjukkan perhitungan laju erosi pada
masing-masing subDTA.
3-7
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Total
Erosi Total Sedimentasi
Luas Laju Erosi SDR
No SubDTA dalam Kelas Erosi
SubDTA SubDTA Rerata SubDTA SubDTA
DTA SubDTA
(Juta
(Ha) (Ton/Ha/Th) (%) (Juta
Ton/Th)
Ton/Th)
3-8
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Total
Erosi Total Sedimentasi
Luas Laju Erosi SDR
No SubDTA dalam Kelas Erosi
SubDTA SubDTA Rerata SubDTA SubDTA
DTA SubDTA
(Juta
(Ha) (Ton/Ha/Th) (%) (Juta
Ton/Th)
Ton/Th)
3-9
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Dalam analisis banjir rencana digunakan metode SCS CN dengan hidrograf banjir sebagai
berikut:
Tabel 3.4. Debit Puncak, Volume Banjir dan Tinggi Limpasan Metode SCS
3-10
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
1 89 - 7,669
2 90 10,061 12,454
3 91 26,061 19,546
4 92 48,789 25,909
5 93 84,932 46,377
6 94 136,013 55,785
7 95 197,095 66,379
8 96 270,077 79,584
9 97 357,659 95,581
10 98 458,600 106,299
11 99 574,142 124,786
3-11
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3-12
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Min 89 0 7,669
Bendungan Tapin dilengkapi oleh pelimpah dengan lebar 52 m pada elevasi 145,5 m.
Pelimpah dalam kajian terdahulu memiliki koefisien debit 2,1 dengan kapasitas debit
mencapai 1245 m3/s. Puncak Bendungan Tapin terletak pada elevasi +151 m atau 5,5 m
dari elevasi pelimpah. Dalam penelusuran banjir, debit outflow melalui bangunan pengambil
diabaikan sehingga debit outflow dari bendungan terbatas hanya melalui pelimpah.
3-13
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Penelusuran banjir PMF pada Bendungan Tapin dengan Muka Air Normal pada elevasi
+145,5 m. Dalam hasil analisis diketahui bahwa pada kondisi PMF, terjadi overtopping
sebesar 15 cm (asumsi bahwa air hanya limpas melalui pelimpah, tidak melalui puncak
bendungan). Sementara pada periode ulang 0,5 PMF dan 1000 tahun, tinggi jagaan masih
terseisa 2,24 m dan 2,19 m secara berurutan.
Reduksi banjir pada Bendungan Tapin diketahui sudah cukup besar, dengan besaran
reduksi 43% pada periode ulang 25 tahun dan 41% pada periode ulang 50 tahun. Akan
tetapi debit outflow periode ulang 25 tahun masih sebesar 254.0 m3/s, melebihi kapasitas
sungai di hilir Bendungan Tapin sebesar 100 m3/s.
Untuk mengamankan Bendungan Tapin dari overtopping pada kondisi PMF, maka
diperlukan penanganan yang sesuai. Untuk meningkatkan manfaat Bendungan Tapin
dalam mereduksi banjir, dapat diterapkan upaya berupa penurunan muka air waduk
sebelum banjir datang. Dengan penurunan muka air banjir, tampungan yang disediakan
dari bendungan bertambah sehingga debit dan volume banjir ke hilir dapat dikurangi. Agar
tinggi jagaan bendungan memenuhi syarat 75 cm, diperlukan early release ke elevasi +142
m atau dengan penurunan 3,5 m.
3-14
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Simulasi waduk dilakukan dalam rangka mengetahui fungsi tampungan waduk terhadap
pemenuhan kebutuhan air. Dalam simulasi, air yang masuk ke waduk terdiri atas debit
sungai dan outflow dari waduk terdiri atas air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
irigasi, kebutuhan air baku, evaporasi di area genangan, Maintenance Flow, serta air yang
limpas apabila elevasi muka air berada di atas elevasi pelimpah. Kebutuhan air akan
diutamakan untuk irigasi.
30
25
20
Debiit (m3/s)
15
10
0
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020
Pola tanam yang disarankan pada studi terdahulu dan yang terpilih adalah pola tanam Padi-
Padi-Palawija dengan awal penyiapan lahan Padi 1 pada bulan Oktober-3.
Pada tahun 2021, diperkirakan kebutuhan air baku adalah sebesar 0,28 m3/s. Kebutuhan
air meningkat seiiring dengan peningkatan jumlah penduduk dimana pada tahun 2056,
3-15
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3-16
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Kebutuhan Air
Minggu Masa
Bulan l/s/ha
Ke Tanam
Kebutuhan Air Irigasi
2 0.966 MT-2
3 0.989 MT-2
1 0.783 MT-2
Jul 2 0.61 MT-3
3 0.549 MT-3
1 0.224 MT-3
Aug 2 0.335 MT-3
3 0.429 MT-3
1 0.452 MT-3
Sep 2 0.519 MT-3
3 0.449 MT-3
1 0.483 MT-3
Oct
2 0.367 MT-3
POW disusun dengan dasar elevasi muka air hasil simulasi dengan menghitung keandalan
dari elevasi muka air setiap bulannya.
Gambar 3-8. Rule Curve Elevasi Muka Air Waduk Bendungan Tapin
3-17
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Tabel 3.9. Pola Pengaturan Elevasi Muka Air Waduk Bendungan Tapin
POW (MAN 143.5-145.5)
Periode Pola Basah Pola Normal Pola Kering
1 143.5 143.5 143.3
MARET 2 143.5 143.5 143.1
3 143.5 143.1 142.3
1 143.5 142.5 141.5
APRIL 2 143.5 142.6 141.5
3 143.5 143.1 141.6
1 144.6 143.7 141.5
MEI 2 144.8 143.0 140.0
3 144.1 142.3 138.5
1 144.5 142.4 140.1
JUNI 2 144.7 142.0 140.1
3 144.4 141.4 139.0
1 144.0 141.7 138.1
JULI 2 144.5 141.4 137.3
3 144.7 140.9 136.4
1 144.9 140.9 136.0
AGUSTUS 2 145.2 140.6 135.3
3 145.5 140.3 134.1
1 145.5 139.5 132.8
SEPTEMBER 2 145.3 139.1 131.0
3 145.1 138.2 129.6
1 145.0 137.5 128.3
OKTOBER 2 145.1 137.3 126.9
3 145.0 138.4 125.1
1 143.5 137.1 121.3
NOVEMBER 2 142.9 136.5 121.2
3 142.6 135.0 119.6
1 142.6 133.6 120.8
DESEMBER 2 142.9 133.8 125.3
3 143.5 137.2 131.1
1 143.5 138.8 133.3
JANUARI 2 143.5 140.9 134.7
3 143.5 142.8 138.2
1 143.5 142.6 139.6
FEBUARI 2 143.5 143.5 140.8
3 143.5 143.5 141.8
3-18
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 4
STRUKTUR ORGANISASI UNIT PENGELOLA
BENDUNGAN TAPIN
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan ataupun personil adalah
sebagai berikut:
4-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
4-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
4-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
4-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
4-5
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
4-6
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
PELAKSANA DATA DAN EVALUASI PELAKSANA DATA DAN EVALUASI PELAKSANA DATA DAN EVALUASI
OPERASI PEMELIHARAAN PEMANTAUAN KASAT OPERASI KASAT PEMELIHARAAN
Muhammad Innayattullah, ST 1. Mei Hastika Putri, ST 1. Denok Kristanti, ST Muhammad Al Fath Noor Rahman, ST M. Fahmi Rizani, ST
2. Dedi Madila, ST 2. Ibnu Hajar, A.Md NIP. 1994061620190031007 NIP. 199506192019031009
4-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 5
OPERASI WADUK TAPIN
Kegiatan operasi waduk dimulai dari pengumpulan data hidrologi sampai dengan
penyusunan laporan dengan jadwal seperti pada Tabel 5.1 berikut.
Berdasarkan lingkup kegiatan tersebut menyusun POW adalah bagian yang sangat penting
karena digunakan sebagai dasar atau pedoman untuk melaksanakan operasi waduk.
5-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Setelah bendungan dioperasikan perlu diingat bahwa penghematan penggunaan air mutlak
diperlukan dan penetapan pola tanam yang baik dapat menghindari resiko gagal karena
kekurangan air.
5.4.1 Umum
Untuk memaksimalkan manfaat dan menghasilkan operasi waduk yang optimum, informasi
dan mengumpulkan data operasi yang nyata usai dan pemeliharaan waduk di masa depan,
hendaknya selalu mengikuti dan mengacu pada aturan kurva-kurva yang sudah dibuat.
Fungsi utama dari operasi normal adalah untuk melepaskan air untuk irigasi.
Dalam Pola Operasi Waduk Tapin, tinggi muka air pada bendungan dijaga oleh kurva
aturan yang menjadi dasar operasi pada Bendungan Tapin. Kurva aturan tersebut terdiri
dari kurva batas atas yang ditentukan dari operasi pada tahun basah, dan kurva batas
bawah yang ditentukan dari operasi pada tahun kering. Rencana tahunan operasi waduk
Tapin disusun dengan mempertimbangkan tinggi muka air Bendungan Tapin agar selalu
berada didalam rentang kurva batas atas dan batas bawah.
Operasi normal dilaksanakan dengan mengacu pada kurva aturan operasi waduk. Rule
curve (kurva aturan) dibuat sebagai acuan penentuan besarnya outflow serta pada elevasi
muka air dioperasikan pada setiap periode dasarian dalam satu tahun. Kurva aturan dibuat
setiap 5 tahunan adalah kurva pola operasi waduk dan dibuat setiap tahun berupa RTOW
(Rencana Tahunan Operasi Waduk). Pola operasi waduk dibuat pada kondisi inflow tahun
normal (debit andal 50%), basah (debit andal 20%), dan keing (debit andal 80%).
5-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Pola operasi waduk normal Untuk Bendungan Tapin dibagi menjadi tiga yaitu:
5-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Batas Bukaan
Batas Minimum Elevasi Q Kemampuan
No. Minimum Lepasan Pintu
Muka Air Waduk Optimal Suplesi Irigasi
Kisaran Tampungan % Intake
(HMAW,m) (m3/dtk) (Ha)
Waduk % (cm)
5-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Operasi Banjir adalah operasi dalam rangka mengatur muka air waduk agar tetap terjaga
pada elevasi yang direncanakan (aman) yang dilakukan dengan cara mengoperasikan
pintu pelimpah dan bila perlu pintu pengeluaran lainnya, Operasi banjir dilaksanakan,
apabila:
a. Ketinggian muka air waduk telah mencapai tinggi tertentu yang merupakan tingkat
siaga untuk pengamanan bendungan terhadap bahaya banjir,
5-5
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
5-6
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Mulai
Tidak
MAW≥CWL atau MAB
ya
Gawar Banjir
Buka Pintu
Pelimpah
Evaluasi MAW
Tidak
MAW≤CWL atau MAB
ya
Tutup Pintu
Pelimpah
Selesai
a. Elevasi
Elevasi muka air waduk di atas elevasi Muka Air Banjir (Normal High Water Level
atau Control Water Level).
1) Elevasi muka air minimum : + 116,00 m
2) Elevasi mercu Spillway : + 145,50 m
3) Elevasi puncak bendungan : + 151,00 m
b. Debit
Berdasarkan analisis debit banjir rancangan dengan menggunakan HSS SCS yang
5-7
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
dicocokkan dengan HSS Snyder didapatkan debit banjir seperti dalam Tabel
berikut ini.
Tabel 5.5. Analisis Debit Banjir Rancangan Bendungan Tapin Dengan Muka Air Normal
Diturunkan Pada Elevasi +143,5
El. MAB (m) 145.56 145.85 146.10 146.45 146.73 147.02 148.21 148.15 150.86
3
Q Inflow (m /s) 173.0 256.7 320.7 411.9 487.3 569.1 944.8 924.6 2054.4
3
Q Outflow (m /s) 1.5 24.0 52.9 105.2 155.6 214.3 510.8 493.7 1419.7
Tinggi jagaan (m) 5.44 5.15 4.90 4.55 4.27 3.98 2.79 2.85 0.14
Reduksi banjir 99% 91% 84% 74% 68% 62% 46% 47% 31%
c. Kondisi Teknis
Kondisi teknis pelimpah Bendungan Tapin adalah sebagai berikut:
4) Type Spillway : Pelimpah samping tanpa pintu
5) Elevasi mercu Spillway : + 145,50 m
6) Lebar Spillway : 52,00 m
7) Debit Sungai Maksimum : 100 m3/dtk
7. Prosedur Operasi Banjir
Dari batasan-batasan di atas maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengoperasian kondisi banjir adalah sebagai berikut,
a. Kriteria keadaan banjir
Kriteria keadaan banjir yaitu apabila banjir datang maka pengukuran dan
pencatatan ketinggian air pada papan duga di intake, ditingkatkan menjadi tiap 1
jam. Apabila berdasarkan hasil pengukuran dan pencatatan diramalkan akan
datang debit banjir rancangan kala ulang Q100 dan elevasi muka air terus naik, maka
status waduk ditingkatkan menjadi siaga banjir yang terdiri dari waspada, siaga,
awas (berdasarkan seperti dalam bimbingan teknis rencana tindak darurat dan
analis keruntuhan bendungan: Makasar 2009, seperti dalam Tabel berikut ini.
5-8
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
8) Waspada
Untuk siaga ini Penanggung Jawab bendungan mengambil tindakan-tindakan
sebagai berikut:
a) Pada saat elevasi muka air waduk di atas +147,20 m (Q25) maka akan
terjadi pelepasan air waduk 22,96 m3/s secara tetap dan bertahap.
Pengendalian ini dilakukan dengan cara memanfaatkan pelimpah.
b) Tindakan Pengendalian Banjir
Tindakan pengendalian banjir di Waduk Tapin adalah sebagai berikut:
a) Peringatan Bahaya Banjir
Bila elevasi air dari waduk +147,20 m (Q25), maka alarm berbunyi untuk
Penanggung jawab bendungan harus memerintahkan petugas
memperingatkan bahaya banjir Waspada pada penduduk di hilir waduk
berupa bunyi sirine.
b) Pengaturan Waduk untuk Pengendalian Banjir
Apabila hal di atas terjadi sehingga diperlukan pemberitahuan banjir, maka
Penanggung jawab bendungan harus segera mengambil langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Penanggung jawab bendungan harus mengumpulkan informasi-
informasi keadaan cuaca dan hidrologi dari alat pengukur
5-9
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
5-10
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
5-11
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
102 0,062 0,309 1,039 1,906 3,091 4,103 5,134 5,919 6,549 6,940
104 0,067 0,336 1,127 2,067 3,354 4,452 5,570 6,422 7,105 7,529
106 0,072 0,360 1,209 2,217 3,597 4,775 5,974 6,887 7,621 8,076
108 0,076 0,383 1,285 2,358 3,825 5,077 6,353 7,324 8,104 8,587
110 0,081 0,404 1,358 2,490 4,040 5,362 6,710 7,736 8,559 9,070
112 0,085 0,425 1,426 2,616 4,244 5,633 7,049 8,127 8,992 9,528
114 0,089 0,444 1,492 2,736 4,439 5,892 7,372 8,499 9,405 9,966
116 0,092 0,463 1,554 2,851 4,626 6,140 7,682 8,857 9,800 10,385
118 0,096 0,481 1,615 2,962 4,805 6,378 7,980 9,200 10,180 10,787
120 0,099 0,498 1,673 3,068 4,978 6,607 8,267 9,531 10,546 11,175
122 0,103 0,515 1,729 3,171 5,145 6,829 8,545 9,851 10,900 11,551
124 0,106 0,531 1,783 3,271 5,307 7,044 8,814 10,161 11,243 11,914
126 0,109 0,547 1,836 3,368 5,464 7,252 9,074 10,462 11,576 12,266
5-12
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
128 0,112 0,562 1,887 3,462 5,616 7,455 9,328 10,754 11,899 12,609
130 0,115 0,577 1,937 3,554 5,765 7,652 9,575 11,039 12,214 12,943
132 0,118 0,592 1,986 3,643 5,910 7,844 9,815 11,316 12,521 13,268
134 0,121 0,606 2,034 3,730 6,051 8,032 10,050 11,587 12,820 13,585
136 0,124 0,620 2,080 3,815 6,190 8,215 10,280 11,851 13,113 13,896
138 0,126 0,633 2,125 3,899 6,325 8,395 10,504 12,110 13,400 14,199
140 0,129 0,646 2,170 3,980 6,457 8,571 10,724 12,363 13,680 14,496
142 0,132 0,659 2,214 4,060 6,587 8,743 10,939 12,612 13,955 14,787
144 0,134 0,672 2,256 4,139 6,714 8,911 11,150 12,855 14,224 15,073
146 0,137 0,685 2,298 4,215 6,839 9,077 11,358 13,094 14,488 15,353
148 0,139 0,697 2,339 4,291 6,961 9,240 11,561 13,329 14,748 15,628
Untuk meningkatkan manfaat Bendungan Tapin dalam mereduksi banjir, dapat diterapkan
5-13
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
upaya berupa penurunan muka air waduk sebelum banjir datang. Dengan penurunan muka
air banjir, tampungan yang disediakan dari bendungan bertambah sehingga debit dan
volume banjir ke hilir dapat dikurangi. Pada Bendungan Tapin, muka air dapat diturunkan
dari MAN +145,5 m sampai ke elevasi apron pelimpah yakni +140,0 m. Agar debit outflow
periode ulang 25 tahun mendekati kapasitas hilir Bendungan Tapin yakni 100 m3/s maka
diperlukan early release ke elevasi +143,5 m atau dengan penurunan 2 m. Sementara agar
tinggi jagaan bendungan memenuhi syarat 75 cm, diperlukan early release ke elevasi +142
m atau dengan penurunan 3,5 m. Hal ini dilakukan ketika BMKG memberikan informasi
akan terjadi hujan yang sangat besar (PMF).
Dengan early release, debit outflow Q25 dapat diturunkan menjadi hanya 116 m3/s dengan
reduksi banjir 74%. Sementara pada kondisi PMF, muka air banjir dapat diturunkan menjadi
+150,22 dengan sisa tinggi jagaan 78 cm apabila muka air awal diturunkan ke +142 m.
5-14
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 6
OPERASI PERALATAN HIDROMEKANIKAL DAN
ELEKTRIKAL
1. Engine
a. Merk : Perkins
b. Model : 1104C – 44TAG2
c. Putaran : 1500 Rpm
2. Generator
a. Merk : Stamford
b. Tipe : UCI274C
c. Voltage : 400/230
d. Frequency : 50Hz
1. Pelaksanaan operasi pengelak, pintu intake, pintu darurat dan valve – valve.
2. Pelaksanaan operasi rutin untuk pemanasan diesel generator, paling tidak satu (1)
minggu sekali.
3. Pelaksanaan test operasi (setiap selesai servis & pemeliharaan rutin diesel generator).
1. Pekerjaan Persiapan
6-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Pengoprasian ini bisa dilakukan secara langsung pada panel (modul) kontrol
6-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
3) Tekan Ikon atau tanda tangan, kemudian tekan ikon atau tanda “I” pada
panel (modul) kontrol generator untuk start operasi. Maka diesel generator set
akan beroperasi.
b. Menghentikan Operasi Diesel Generator Set
Pengoprasian ini bisa dilakukan secara langsung pada panel (modul) kontrol
generator. Berikut ini langkah – langkah pengoprasiannya:
1) Tekan atau tanda “O” di panel (modul) kontrol generator untuk stop operasi
diesel generator set. Maka diesel generator berhenti beroperasi,
2) Matikan MCB yang berada pada panel kontrol diesel generator set,
3) Posisikan tuas pada accu dalam posisi OFF atau cabut kabel positif (+) dari
koneksi accu,
4) Sebelum meninggalkan diesel generator set tutup dan kunci semua pintu –
pintu yang ada pada diesel generator set,
5) Pengoperasian selesai.
Sumber daya arus listrik 3 phase/ 380 Volt/ 50 Hz yang dihasilkan dari diesel generator set
akan didistribusikan ke panel distribusi utama. Panel distribusi utama mempunyai input dan
output yang nantinya didistribusikan ke masing – masing panel kontrol lokal. Jika ingin
mengoperasikan pintu – pintu di bendungan Tapin maka sebaiknya mengoperasikan diesel
generator set.
Sumber daya arus listrik dari panel distribusi utama ini dihasilkan dari output diesel
generator set dan panel ini di tempatkan di rumah Genset. Panel distribusi utama ini
mempunyai satu input MCCB (moulded case circuit breaker) yang mempunyai fungsi
sebagai pengaman dan pemutus sumber daya listrik yang masuk maupun keluar. Panel ini
adalah sebagai panel pengatur sumber daya listrik.
6-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Pada gambar diatas adalah panel distribusi utama dengan detail komponen masing –
masing yang berada di dalam panel, berikut adalah penjelasan tentang peralatan/
komponen listrik yang ada dalam panel:
1. COS (change over switch) berfungsi sebagai saklar pilih untuk power dari Genset 1
atau Genset 2.
2. MCCB (moulded case circuit breaker) berfungsi sebagai pemutus dari input tegangan
yang masuk dan sebagai pengaman jika terjadi trouble ataupun konsleting arus listrik.
3. MCB (miniature circuit breaker) berfungsi sebagai pemutus input/ output tegangan dan
sebagai pengaman.
4. Volt meter berfungsi sebagai pengukur tegangan/ voltase pada input tegangan yang
masuk.
5. Ampere meter berfungsi sebagai pengukur arus listrik yang mengalir pada panel
sinkron.
6. Lampu indikator berfungsi sebagai indikator operasi peralatan yang ada dalam panel
sinkron tersebut.
1. Prosedur Pengoperasian
a. Persiapan
1) Pastikan diesel generator set dalam posisi hidup atau ON
2) Operasikan/ hidupkan COS (change over switch) pilih power yang dikehendaki,
apakah sumber daya dari diesel generator set 1 atau dari diesel generator set
2.
6-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Sumber daya arus listrik 3 phase/ 380 Volt/ 50 Hz yang dibutuhkan untuk operasi pintu dan
valve – valve disuplai dari diesel generator yang dioperasikan dari rumah genset. Panel
kontrol lokal pintu intake dioperasikan melalui panel control lokal yang dipasang/
ditempatkan di bangunan inlet atau dekat dengan hoist penggerak pintu.
6-5
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Berdasarkan di atas fungsi masing – masing komponen di pintu Panel Kontrol Lokal Pintu
Intake adalah sebagai berikut:
1. Voltmeter berfungsi menampilkan input tegangan 380VAC yang masuk kedalam panel,
2. Amperemeter berfungsi menampilkan arus dari phasa R, S, T, keluaran dari panel,
3. Lampu indikasi berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol beroperasi atau tidaknya
penggerak pintu,
4. Lampu indikasi juga berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol adanya masalah pada
penggerak pintu tersebut,
5. Tombol BUKA berfungsi sebagai tombol operasi “NAIK“,
6. Tombol STOP berfungsi sebagai tombol operasi “STOP“,
7. Tombol TUTUP berfungsi sebagai tombol operasi “TURUN“,
8. Tombol LAMP TEST berfungsi sebagai tombol “TES LAMPU“,
9. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
10. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
11. Tombol EMERGENCY berfungsi sebagai tombol “STOP DARURAT“,
Sedangkan didalam panel terdapat komponen – komponen listrik dengan fungsi sebagai
berikut:
1. MCCB Q1 berfungsi menyuplai tegangan 380VAC dari Panel Kontrol Lokal ke motor
listrik (hoist),
2. MCB Q2 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke lampu penerangan panel melalui
door switch,
6-6
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
a. Persiapan
1) Pastikan diesel generator atau sumber daya listrik dalam posisi hidup atau ON
2) Operasikan/ hidupkan MCCB pada Panel Kontrol Lokal Pintu Intake
Tahapan persiapan yang harus dilakukan sebelum mengoperasikan Panel Kontrol
Lokal Pintu Intake adalah sebagai berikut:
1) Pastikan bahwa tegangan yang benar telah tersedia di terminal kabel R, S, T,
N,
2) Pastikan/ operasikan MCCB ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit motor listrik
(actuator) dialiri tegangan,
b) Lampu – lampu indikasi menyala
c) Voltmeter dan Ampermeter bekerja
3) Pastikan/ operasikan MCB ke posisi kontak ON,
d) Lampu penerangan dalam panel akan menyala
e) Stop kontak (convinience outlet) dalam panel akan dialiri tegangan
4) Pastikan/ operasikan MCB kontrol ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit kontrol
dialiri tegangan,
Lampu – lampu indikasi gangguan bisa menyala dan bisa tidak menyala
(tergantung ada gangguan atau tidak)
5) Pastikan/ operasikan MCB power suplai ke posisi kontak ON, sehingga display
indikator akan menyala.
b. Tahapan Operasi
1) Tekan tombol “BUKA”,
a) Motor listrik (actuator) beroperasi menggerakkan transmisi alat angkat,
pintu bergerak naik/membuka
b) Lampu indikasi “BUKA”: Menyala / Hidup
2) Jika ingin menghentikan operasi pintu pada posisi tinggi bukaan tertentu, ketika
bukaan pintu mencapai bukaan yang dikehendaki, tekan tombol “STOP”,
a) Pintu berhenti beroperasi
b) Lampu indikasi “BUKA”: Padam /Mati
3) Jika ingin menambah lagi tinggi bukaan pintu, ulangi prosedur diatas,
4) Apabila selama pintu beroperasi membuka, dan tidak dilakukan penombolan
tombol “STOP“ maka pintu akan terus beroperasi membuka hingga posisi
“Terbuka Penuh“.
6-7
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
a. Persiapan
Lakukan tahapan pekerjaan Persiapan yang dilukiskan dalam persiapan Prosedur
Membuka/ Memperbesar Bukaan Pintu Intake.
b. Tahapan Operasi
Operator wajib memeriksa semua peralatan – peralatan yang akan dioperasikan
dari panel ini. Yakinkan bahwa peralatan – peralatan tersebut (motor listrik, unit
transmisi, dan daun pintu) telah siap untuk dioperasikan.
1) Tekan tombol “TUTUP”,
a) Motor listrik (actuator) beroperasi menggerakkan transmisi alat angkat,
pintu bergerak turun/ menutup
b) Lampu indikasi “TUTUP”: Menyala / Hidup
2) Jika ingin menghentikan operasi pintu pada posisi tinggi bukaan tertentu, ketika
bukaan pintu mencapai bukaan yang dikehendaki, tekan tombol“STOP”,
a) Pintu utama berhenti beroperasi
b) Lampu indikasi “TUTUP”: Padam / Mati
3) Jika ingin memperkecil lagi tinggi bukaan pintu, ulangi prosedur diatas,
4) Apabila selama pintu beroperasi menutup, dan tidak dilakukan penombolan
tombol “STOP“, maka pintu akan terus beroperasi menutup hingga posisi
“Tertutup Penuh“.
Motor listrik penggerak transmisi akan berhenti beroperasi secara otomatis
6-8
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
ketika pintu mencapai posisi “Tertutup Penuh“, akibat setting limit switch turun
penuh,
a) Pintu berhenti beroperasi
b) Lampu indikasi “Tertutup Penuh”: Menyala/Hidup
c) Lampu indikator “Tutup”: Padam/ Mati
Catatan:
Setiap selesai pengoperasian pintu dari Panel Kontrol Lokal biarkan arus listrik
didalam Panel Kontrol Lokal dalam kondisi kontak “ON”, kemudian tutup pintu
dan kunci pintu panel. Hal ini perlu dilakukan agar: Tidak semua orang dapat
melakukan pengoperasian pintu dari Panel Kontrol Lokal tanpa merusak kunci
pintu panel.
5) Operasikan MCCB Panel Pembagi Daya ke kontak “OFF” dan kunci dengan
kunci yang disediakan
6) Matikan/ hentikan operasi diesel generator
7) Pengoperasian selesai.
Sumber daya arus listrik 3 phase/ 380 Volt/ 50 Hz yang dibutuhkan untuk operasi pintu dan
valve – valve disuplai dari diesel generator yang dioperasikan dari rumah genset. Panel
kontrol lokal pintu darurat dioperasikan melalui panel control lokal yang dipasang/
ditempatkan di bangunan inlet atau dekat dengan hoist penggerak pintu.
6-9
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Berdasarkan gambar di atas fungsi masing – masing komponen di pintu Panel Kontrol Lokal
Pintu Darurat adalah sebagai berikut:
1. Voltmeter berfungsi menampilkan input tegangan 380VAC yang masuk kedalam panel,
2. Amperemeter berfungsi menampilkan arus dari phasa R, S, T, keluaran dari panel,
3. Lampu indikasi berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol beroperasi atau tidaknya
penggerak pintu,
4. Lampu indikasi juga berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol adanya masalah pada
penggerak pintu tersebut,
5. Tombol BUKA berfungsi sebagai tombol operasi “NAIK“,
6. Tombol STOP berfungsi sebagai tombol operasi “STOP“,
7. Tombol TUTUP berfungsi sebagai tombol operasi “TURUN“,
8. Tombol LAMP TEST berfungsi sebagai tombol “TES LAMPU“,
9. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
10. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
11. Tombol EMERGENCY berfungsi sebagai tombol “STOP DARURAT“,
Sedangkan didalam panel terdapat komponen – komponen listrik dengan fungsi sebagai
berikut:
1. MCCB Q1 berfungsi menyuplai tegangan 380VAC dari Panel Kontrol Lokal ke motor
listrik (hoist),
2. MCB Q2 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke lampu penerangan panel melalui
door switch,
3. Kontaktor MC1 berfungsi sebagai relay operasi “Naik“,
4. Kontaktor MC2 berfungsi sebagai relay operasi “Turun“,
5. Relay – relay untuk kontrol pengoperasian pintu tersebut.
a. Persiapan
1) Pastikan diesel generator atau sumber daya listrik dalam posisi hidup atau ON
2) Operasikan/ hidupkan MCCB pada Panel Kontrol Lokal Pintu Darurat
Tahapan persiapan yang harus dilakukan sebelum mengoperasikan Panel Kontrol
Lokal Pintu Darurat adalah sebagai berikut:
1) Pastikan bahwa tegangan yang benar telah tersedia di terminal kabel R,S,T,N,
2) Pastikan/ operasikan MCCB ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit motor listrik
(actuator) dialiri tegangan,
a) Lampu – lampu indikasi menyala
b) Voltmeter dan Ampermeter bekerja
3) Pastikan/ operasikan MCB ke posisi kontak ON,
a) Lampu penerangan dalam panel akan menyala
6-10
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
6-11
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
7) Pengoperasian selesai.
a. Persiapan:
Lakukan tahapan pekerjaan Persiapan yang dilukiskan dalam item 5.4.4.3 butir 1
poin a.
b. Tahapan Operasi
Operator wajib memeriksa semua peralatan – peralatan yang akan dioperasikan
dari panel ini. Yakinkan bahwa peralatan – peralatan tersebut (motor listrik, unit
transmisi, dan daun pintu) telah siap untuk dioperasikan.
1) Tekan tombol “TUTUP”,
a) Motor listrik (actuator) beroperasi menggerakkan transmisi alat angkat,
pintu bergerak turun/ menutup
b) Lampu indikasi “TUTUP”: Menyala / Hidup
2) Jika ingin menghentikan operasi pintu pada posisi tinggi bukaan tertentu, ketika
bukaan pintu mencapai bukaan yang dikehendaki, tekan tombol “STOP”,
c) Pintu utama berhenti beroperasi
d) Lampu indikasi “TUTUP”: Padam / Mati
3) Jika ingin memperkecil lagi tinggi bukaan pintu, ulangi prosedur diatas,
4) Apabila selama pintu beroperasi menutup, dan tidak dilakukan penombolan
tombol “STOP“, maka pintu akan terus beroperasi menutup hingga posisi
“Tertutup Penuh“.
Motor listrik penggerak transmisi akan berhenti beroperasi secara otomatis
ketika pintu mencapai posisi “Tertutup Penuh“, akibat setting limit switch turun
penuh,
a) Pintu berhenti beroperasi
b) Lampu indikasi “Tertutup Penuh”: Menyala/Hidup
c) Lampu indikator “Tutup”: Padam/ Mati
Catatan:
Setiap selesai pengoperasian pintu dari Panel Kontrol Lokal biarkan arus listrik
didalam Panel Kontrol Lokal dalam kondisi kontak “ON”, kemudian tutup pintu
dan kunci pintu panel. Hal ini perlu dilakukan agar: Tidak semua orang dapat
melakukan pengoperasian pintu dari Panel Kontrol Lokal tanpa merusak kunci
pintu panel.
5) Operasikan MCCB Panel Pembagi Daya ke kontak “OFF” dan kunci dengan
kunci yang disediakan
6) Matikan/ hentikan operasi diesel generator
7) Pengoperasian selesai.
6-12
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Sumber daya arus listrik 3 phase/ 380 V/ 50 HZ yang dibutuhkan untuk operasi peralatan
elektrik untuk penggerak hidromekanikal disuplai dari diesel generator yang dioperasikan
dari rumah genset. Panel kontrol lokal Hollow Jet Valve ini dioperasikan melalui panel
kontrol lokal yang dipasang/ditempatkan di dekat dengan hoist penggerak pintu tersebut.
Berdasarkan gambar di atas fungsi masing – masing komponen di pintu Panel Kontrol Lokal
Hollow Jet Valve adalah sebagai berikut:
1. Voltmeter berfungsi menampilkan input tegangan 380VAC yang masuk kedalam panel.
2. Amperemeter berfungsi menampilkan arus listrik dari phasa R, S, T, keluaran dari
panel.
3. Lampu indikasi berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol beroperasi atau tidaknya
penggerak pintu.
4. Lampu indikasi juga berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol adanya masalah pada
penggerak pintu tersebut.
5. Tombol BUKA berfungsi sebagai tombol operasi “NAIK“.
6. Tombol STOP berfungsi sebagai tombol operasi “STOP“.
7. Tombol TUTUP berfungsi sebagai tombol operasi “TURUN“.
8. Tombol LAMP TEST berfungsi sebagai tombol “TES LAMPU“.
9. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
10. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
6-13
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Sedangkan didalam panel terdapat komponen – komponen listrik dengan fungsi sebagai
berikut:
1. MCCB Q1 berfungsi menyuplai tegangan 380VAC dari Panel Kontrol Lokal ke motor
listrik (actuator) pintu pengatur.
2. MCCB Q2 berfungsi menyuplai tegangan 380VAC dari Panel Kontrol Lokal ke motor
listrik (actuator) Valve.
3. MCB Q3 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke lampu penerangan panel melalui
door switch.
4. MCB Q4 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke stop kontak (convinience outlet)
dalam panel.
5. MCB Q5 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke space heater/ pemanas ruangan.
6. MCB Q6 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke sirkuit kontrol.
7. Kontaktor MC1 berfungsi sebagai relay operasi “Naik“.
8. Kontaktor MC2 berfungsi sebagai relay operasi “Turun“.
9. Relay – relay untuk kontrol pengoperasian pintu tersebut.
a. Persiapan
1) Pastikan diesel generator atau sumber daya listrik dalam posisi hidup atau ON
2) Operasikan/ hidupkan MCCB pada Panel Kontrol Lokal Hollow Jet Valve yang
akan dioperasikan.
Tahapan persiapan yang harus dilakukan sebelum mengoperasikan Panel Kontrol
Lokal Hollow Jet Valve adalah sebagai berikut:
1) Pastikan bahwa tegangan yang benar telah tersedia di terminal kabel R, S, T,
N,
2) Pastikan/ operasikan MCCB ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit motor listrik
(actuator) dialiri tegangan,
a) Lampu – lampu indikasi menyala
b) Voltmeter dan Ampermeter bekerja
3) Pastikan/ operasikan MCB ke posisi kontak ON,
a) Lampu penerangan dalam panel akan menyala
b) Stop kontak (convinience outlet) dalam panel akan dialiri tegangan
4) Pastikan/ operasikan MCB kontrol ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit kontrol
dialiri tegangan,
a) Lampu – lampu indikasi gangguan bisa menyala dan bisa tidak menyala
(tergantung ada gangguan atau tidak)
6-14
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
b. Tahapan Operasi
Operator wajib memeriksa semua peralatan – peralatan yang akan dioperasikan
dari panel ini. Yakinkan bahwa peralatan – peralatan tersebut (motor listrik, unit
transmisi, dan daun pintu) telah siap untuk dioperasikan.
1) Tekan tombol “BUKA”,
a) Motor listrik beroperasi menggerakkan transmisi alat angkat, Hollow Jet
Valve bergerak membuka
b) Lampu indikasi “BUKA”: Menyala / Hidup
2) Jika ingin menghentikan operasi Hollow Jet Valve pada posisi tinggi bukaan
tertentu, ketika bukaan Hollow Jet Valve mencapai bukaan yang dikehendaki,
tekan tombol “STOP”.
a) Hollow Jet Valve berhenti beroperasi
b) Lampu indikasi “BUKA”: Padam /Mati
3) Jika ingin menambah lagi bukaan Hollow Jet Valve, ulangi prosedur diatas,
4) Apabila selama Hollow Jet Valve beroperasi membuka, dan tidak dilakukan
penombolan tombol “STOP“, maka Hollow Jet Valve akan terus beroperasi
membuka hingga posisi “Terbuka Penuh“. Motor listrik penggerak transmisi
akan berhenti beroperasi secara otomatis ketika Hollow Jet Valve mencapai
posisi “Terbuka Penuh“, akibat setting limit switch terbuka penuh,
a) Hollow Jet Valve berhenti beroperasi
b) Lampu indikasi “Terbuka Penuh”: Menyala/Hidup
c) Lampu indikator “BUKA”: Padam/Mati
Catatan:
Setiap selesai pengoperasian Hollow Jet Valve dari Panel Kontrol Lokal
biarkan arus listrik didalam Panel Kontrol Lokal dalam kondisi kontak “ON”,
kemudian tutup pintu dan kunci pintu panel.
Hal ini perlu dilakukan agar: Tidak semua orang dapat melakukan
pengoperasian katup dari Panel Kontrol Lokal tanpa merusak kunci pintu panel.
5) Operasikan MCCB Panel Pembagi Daya di rumah kontrol ke posisi kontak
“OFF” dan kunci dengan kunci yang disediakan,
6) Matikan/ hentikan operasi diesel generator atau sumber daya listrik,
7) Pengoperasian selesai.
a. Persiapan
Lakukan tahapan pekerjaan Persiapan yang dilukiskan dalam item 5.4.5.3 butir 1
point a.
b. Tahapan Operasi
Operator wajib memeriksa semua peralatan – peralatan yang akan dioperasikan
dari panel ini. Yakinkan bahwa peralatan – peralatan tersebut (motor listrik, unit
6-15
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Sumber daya arus listrik 3 phase/ 380 V/ 50 HZ yang dibutuhkan untuk operasi peralatan
elektrik untuk penggerak hidromekanikal disuplai dari diesel generator yang dioperasikan
dari rumah genset. Panel kontrol lokal Maintenance Valve ini dioperasikan melalui panel
kontrol lokal yang dipasang/ditempatkan di dekat dengan hoist penggerak pintu tersebut.
6-16
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Berdasarkan gambar di atas fungsi masing – masing komponen di pintu Panel Kontrol Lokal
Maintenance Valve adalah sebagai berikut:
1. Voltmeter berfungsi menampilkan input tegangan 380VAC yang masuk kedalam panel
2. Amperemeter berfungsi menampilkan arus listrik dari phasa R, S, T, keluaran dari panel
3. Lampu indikasi berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol beroperasi atau tidaknya
penggerak pintu.
4. Lampu indikasi juga berfungsi sebagai indikasi untuk mengontrol adanya masalah pada
penggerak pintu tersebut.
5. Tombol BUKA berfungsi sebagai tombol operasi “NAIK“.
6. Tombol STOP berfungsi sebagai tombol operasi “STOP“.
7. Tombol TUTUP berfungsi sebagai tombol operasi “TURUN“.
8. Tombol LAMP TEST berfungsi sebagai tombol “TES LAMPU“.
9. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
10. Tombol RESET BUZZER berfungsi sebagai tombol “RESET ALARM“,
11. Tombol EMERGENCY berfungsi sebagai tombol “STOP DARURAT“,
Sedangkan didalam panel terdapat komponen – komponen listrik dengan fungsi sebagai
berikut:
6-17
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
1. MCCB Q1 berfungsi menyuplai tegangan 380VAC dari Panel Kontrol Lokal ke motor
listrik (actuator) pintu pengatur
2. MCCB Q2 berfungsi menyuplai tegangan 380VAC dari Panel Kontrol Lokal ke motor
listrik (actuator) Valve
3. MCB Q3 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke lampu penerangan panel melalui
door switch
4. MCB Q4 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke stop kontak (convinience outlet)
dalam panel.
5. MCB Q5 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke space heater/ pemanas ruangan
6. MCB Q6 berfungsi menyuplai tegangan 220VAC ke sirkuit kontrol
7. Kontaktor MC1 berfungsi sebagai relay operasi “Naik “
8. Kontaktor MC2 berfungsi sebagai relay operasi “Turun “
9. Relay – relay untuk kontrol pengoperasian pintu tersebut.
a. Persiapan
1) Pastikan diesel generator atau sumber daya listrik dalam posisi hidup atau ON,
2) Operasikan/ hidupkan MCCB pada Panel Kontrol Lokal Maintenance Valve
yang akan dioperasikan.
Tahapan persiapan yang harus dilakukan sebelum mengoperasikan Panel Kontrol
Lokal Maintenance Valve adalah sebagai berikut:
1) Pastikan bahwa tegangan yang benar telah tersedia di terminal kabel R, S,T,N,
2) Pastikan/ operasikan MCCB ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit motor listrik
(actuator) dialiri tegangan,
a) Lampu – lampu indikasi menyala
b) Voltmeter dan Ampermeter bekerja
3) Pastikan/ operasikan MCB ke posisi kontak ON,
a) Lampu penerangan dalam panel akan menyala
b) Stop kontak (convinience outlet) dalam panel akan dialiri tegangan
4) Pastikan/ operasikan MCB kontrol ke posisi kontak ON, sehingga sirkuit kontrol
dialiri tegangan,
a) Lampu – lampu indikasi gangguan bisa menyala dan bisa tidak menyala
(tergantung ada gangguan atau tidak)
b. Tahapan Operasi
Operator wajib memeriksa semua peralatan – peralatan yang akan dioperasikan
dari panel ini. Yakinkan bahwa peralatan – peralatan tersebut (motor listrik, unit
transmisi, dan daun pintu) telah siap untuk dioperasikan.
1) Tekan tombol “BUKA”,
6-18
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
a. Persiapan
Lakukan tahapan pekerjaan Persiapan yang dilukiskan dalam item 5.4.6.3 butir 1
poin a.
b. Tahapan Operasi
Operator wajib memeriksa semua peralatan – peralatan yang akan dioperasikan
dari panel ini. Yakinkan bahwa peralatan – peralatan tersebut (motor listrik, unit
transmisi, dan daun pintu) telah siap untuk dioperasikan.
1) Tekan tombol “TUTUP”,
a) Motor listrik beroperasi menggerakkan transmisi alat angkat, Maintenance
Valve bergerak menutup
b) Lampu indikasi “TUTUP” : Menyala / Hidup
6-19
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
6-20
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
BAB 7
EVALUASI DAN PELAPORAN
Dokumen perencanaan bersama dengan data, informasi yang diperoleh saat tahap
pelaksanaan yang dituangkan dalam bentuk laporan menjadi material pelaksanaan tahap
evaluasi, Perbandingan yang dilakukan atas target-target yang ditetapkan pada tahap
perencanaan dengan capaian-capaian yang diperoleh saat tahap pelaksanaan menjadi dasar
evaluasi, Apakah pelaksanaan telah diselenggarakan dengan efisien dan efektif, Kelebihan
dan kelemahan pelaksanaan OPP dapat dijadikan dasar bagi perbaikan pelaksanaan
kegiatan OPP selanjutnya,
Dalam keadaan banjir pelaksanaan operasi waduk dicatat format “Laporan Operasi Waduk
pada Saat Banjir”, Data laporan banjir harus dikirim segera ke Unit Pengelola Bendungan
setelah banjir berakhir untuk bias dianalisis, Sedangkan apabila terjadi kekeringan bila
diperlukan maka dibuat laporan khusus tentang kondisi waduk sesuai dengan waktu yang
diperlukan (harian atau mingguan),
Pada kondisi musim hujan, Pengelola Bendungan diwajibkan memonitoring Muka Air Waduk
secara kontinyu dengan mempertahankan elevasi berada di bawah + 204,86 (elevasi normal),
Kegiatan pengelolaan bendungan seringkali terkait dengan instansi lain. Hubungan ini bias
7-1
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
bersifat informal ataupun formal melalui kontrak kerjasama. Instansi ini terbagi menjadi dua
yaitu:
Hubungan yang paling erat adalah hubungan antara pengelola dengan masyarakat pengguna
air, termasuk dengan pengguna tenaga listrik yang biasanya tergabung di (TKPSDA) wilayah
sungai Kalimantan III.
BWS harus melaporkan rencana pengelolaan bendungan ke Dewan Sumber Daya Air melalui
TKPSDA dan juga berkoordinasi dengan Komir dalam hal penggunaan air irigasi.
1. PSDA Provinsi Kalimantan Selatan: pola pengoperasian waduk, waktu dan pola tanam,
penyediaan air irigasi, pengendalian banjir.
2. Dinas Perikanan: kualitas air waduk, elevasi minimum muka air waduk.
3. Dinas pariwisata: pengelolaan lahan pariwisata, rekreasi
4. Kepolisian: keamanan
5. Dinas Lingkungan hidup: kualitas air, izin pembuangan limbah, bahan-bahan
berbahaya/beracun
6. PDAM: penyaluran air baku
7. BPBD dan PMI: penanggulangan bencana ketika terjadi keruntuhan bendungan
7-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
KETERANGAN:
RATA-RATA RELEASE :
DEBIT (Q) :
VOLUME :
…………………,……………….
Unit OP Waduk Tapin
Petugas
…………………………
7-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
WADUK/BENDUNGAN : TAPIN
MINGGU KE/BULAN :
VOLUME PENGALIRAN
TANGGAL JAM ELEVASI (JUTA M3) Q VOLUME
(WIB) (m3/dt) (m3)
Jumlah
Maksimum Harian
Rata-rata Harian
Minimum Harian
7-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
PERSIAPAN
MENGHADAPI BANJIR
PENANGGULANGAN
TINDAKAN DARURAT
BANJIR
SELESAI
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 11/SE/M/2018 Tahun 2018
Tentang Kesiapsiagaan Penanganan Bencana Banjir
Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No 24/SE/M Tahun 2020
Tentang Pedoman Pengawasan Intern Berbasis Risiko di Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
SOP-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
KOORDINASI
PENYUSUNAN PENETAPAN STATUS
DENGAN TRC BNPB/
RENCANA AKSI BENCANA
BPBD
Tidak
PEMBUATAN DESAIN/RENCANA
PENANGGULANGAN
Ya
PENGKAJIAN
SKALA PRIORITAS
PENYUSUNAN PENDANAAN
USULAN KEGIATAN
PENANGGULANGAN DAN PENDANAAN
Rencana Aksi
Hasil Kaji Cepat
Diperbaiki/
Ditolak/Tidak Disetujui Dilengkapi
STOP VERIFIKASI
Disetujui
PERSETUJUAN KPA
Tidak
PEKERJAAN DITERIMA
Ya
PEKERJAAN SELESAI
SOP-2
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
PUSAT KOMANDO
BPBD
POS PENDUKUNG DITJEN SDA
PROVINSI
SEKERTARIAT
POS PENDUKUNG DITJEN BM DINAS PUPR
(PUSAT DATA DAN
PROVINSI
TEKNOLOGI)
POS PENDUKUNG DITJEN CIPTA
KARYA
POS PENDUKUNG DITJEN
POS SIAGA BENCANA PENYEDIAAN PERUMAHAN
BALAI PRASARANA
PERMUKIMAN
WILAYAH DITJEN BUPATI/ WALIKOTA
CIPTA KARYA
UNIT PELAKSANA
BPBD KAB/
SATUAN TUGAS PELAKSANA/ KOTA
SATGASLAK
DINAS PUPR
KAB / KOTA
1. TEAM REAKSI CEPAT (TRC)
2. SATGAS DARURAT BENCANA
3. PELAKSANA PEMULIHAN PASCA BENCANA
Jalur Komando
Jalur Koordinasi
Jalur Pelaporan
SOP-3
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
MULAI
EVALUASI DATA
HIDROLOGI, OPERASI,
KONDISI BENDUNGAN
Tidak
NORMAL
Ya BANJIR DARURAT
EVALUASI DATA
HIDROLOGI, OPERASI,
KONDISI BENDUNGAN QOUT> Qkap. palung
TMA > MAB LONGSORAN
sungai hilir
AMBLESAN
PIPING > BATAS
DLL
PETUGAS HILIR
PENURUNAN MA
BUKAAN PINTU
SAMPAI BATAS
OUTLET IRIGASI
AMAN
KOORDINASI
PELAPORAN
SELESAI
SOP-4
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
MULAI
Ya
Tidak
El MA > El Batas OP
Normal Atas?
Tidak
El MA< El Batas OP
Normal Bawah?
Ya
Tidak Ya
El MA< El Batas OP Kaji Ulang RTOW (Pola
Normal Bawah? Tanam Disesuaikan)
SELESAI
SIAP
1. Pemantauan tinggi muka air pada peilschaal sampai batas jagaan
2. Monitoring perkembangan perubahan tinggi muka air pada peilschaal selang 2 jam sekali
3. Pemberitaan ke posko induk/Balai selang 6 jam sekali
4. Isyarat: Pemberitahuan perkembangan situasi kepada masyarakat 1 jam sekali
SOP-5
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
MULAI
KONDISI PELIMPAH
Tidak
Ya
PELIMPAH BERPINTU
BUKA PINTU
PEMBERITAHUAN/
PERINGATAN SATUAN
TUGAS BANJIR
PELAPORAN
SELESAI
SIAGA
1. Pemantauan tinggi muka air pada peilschaal sampai batas jagaan
2. Monitoring perkembangan perubahan tinggi muka air pada peilschaal selang 1 jam sekali
3. Pemberitaan ke posko induk/Balai selang 3 jam sekali
4. Isyarat: Pemberitahuan perkembangan situasi kepada masyarakat 1 jam sekali
SOP-6
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
MULAI
MONITORING RUTIN
(PENGELOLA)
Tidak Ya
ADA INDIKASI DARURAT?
INSPEKSI/PEMERIKSAAN
TAHAP 1
(PENGELOLA)
LAPORAN PENGELOLA KE
BALAI BENDUNGAN
KAJIAN/INSPEKSI BALAI
BENDUNGAN
REKOMENDASI KE PENGELOLA
Tidak Ya
DARURAT?
KOORDINASI DAN
PERINGATAN KE
INSTANSI TERKAIT
MULAI
AWAS
1. Pemantauan tinggi muka air pada peilschaal sampai batas jagaan atau saat bangunan
kritis (limpas/jebol/longsor)
2. Monitoring perkembangan perubahan tinggi muka air pada peilschaal secara terus
menerus
3. Pemberitaan ke posko induk/Balai selang seperempat jam sekali
4. Isyarat: Pemberitahuan perkembangan situasi kepada masyarakat 30 menit sekali
5. Masih ada waking (jagaan) dari puncak tanggul, masih ada waktu untuk memberikan info
kepada warga dihilir control point (pihak RAPI supaya aktif kontak ke masyarakat di
bagian hilir)
6. Ada beberapa inlet/masukan aliran limpasan permukaan yang masuk sungai,
dimungkinkan waktu rambat air semakin cepat
SOP-7
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
SOP-8
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
Bencana
ATK, Buku
Kepala BBWS menugaskan tim SK
3 pedoman, 20 menit TSBK
kaji cepat Penugasan/dokumen
Kendaraan
Proposan pengajuan
Pengajuan penggunaan dana tak ATK, buku dan penggunaan dana Kabag TU dan semua
10 1x24 jam
terdiga untuk tanggap darurat panduan tanggap darurat dan kepala bidang
lampiran
SOP-8
STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR OPERASI BENDUNGAN
SOP-8