Anda di halaman 1dari 228

PUTU AYU SUPUTRI

FISIKA TERAPAN
UNTUK JURUSAN NAUTIKA PELAYARAN NIAGA

POLTEKPEL SULAWESI UTARA | 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan bahan ajar Fisika Terapan ini dengan baik.
Bahan ajar ini disusun berdasarkan International Maritime Organisation
sebagaimana termuat dalam IMO Model Course 7.03 tentang Officer in Charge of a
Navigational Watch. Materi dalam bahan ajar ini dibuat ringkas tetapi lengkap dan
disertai contoh-contoh soal dengan penyelesaiannya supaya memudahkan pembaca
untuk memahami materi.
Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi pengajar, siswa/taruna dan para
pembaca untuk memahami dan menguasai konsep-konsep dasar fisika maupun
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam mempelajari materi-
materi teknika perkapalan.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB 1 Massa, Berat dan Gaya ...............................................................................4


BAB 2 Dinamika ......................................................................................................18
BAB 3 Gerak Melingkar dan Rotasi ......................................................................45
BAB 4 Statika ...........................................................................................................61
BAB 5 Usaha, Energi dan Daya ..............................................................................89
BAB 6 Pesawat Sederhana .......................................................................................101
BAB 7 Density ..........................................................................................................110
BAB 8 Fluida ............................................................................................................115
BAB 9 Kalor .............................................................................................................133
BAB 10 Gelombang, Bunyi dan Cahaya...................................................................145
BAB 11 Listrik ...........................................................................................................173
BAB 12 Magnet dan Elektromagnet ........................................................................210

DAFTAR PUSTAKA

ii
PENGENALAN SATUAN SI DAN FAKTOR KONVERSI

Besaran pokok dan satuannya


Besaran Pokok Simbol Satuan Simbol
panjang l meter m
massa m kilogram kg
waktu t sekon s
kuat arus I Ampere A
suhu T Kelvin K
jumlah zat N mol mol
intensitas cahaya J kandela cd

Beberapa besaran turunan dan satuannya


Besaran Turunan & Simbol Rumus Satuan dan Simbol
2
luas (A) panjang × lebar m
3
volume (V) panjang × lebar × tinggi m
massa jenis (𝜌) Massa/volume kg/m
3

kecepatan (v) Perpindahan / waktu m/s


2
percepatan (𝑎) Kecepatan/waktu m/s
2
gaya (F) massa × percepatan kg m/s = Newton (N)
2 2
usaha dan energi (W) gaya × perpindahan kg m /s = Joule (J)
2
tekanan (P) Gaya/luas kg/m.s = Pascal (Pa)
daya usaha⁄ 2 3
waktu kg m /s = Watt (W)
impuls dan momentum gaya × waktu kg m/s = N.s

Awalan satuan (Prefix of units)


Awalan Simbol Faktor Pengali Contoh
terra T 12
10 atau ×1000000000000 terrameter (Tm)
giga G 109 atau ×1000000000 gigameter (Gm)
mega M 106 atau ×1000000 megameter (Mm)
kilo k 103 atau ×1000 kilometer (km)
satuan 100 atau ×1 meter (m)
milli m 10-3 atau ×0,001 millimeter (mm)
mikro 𝜇 10-6 atau ×0,000001 mikrometer (𝜇m)
nano n 10-9 atau ×0,000000001 nanometer (nm)
piko p 10-12 atau ×0,000000000001 pikometer (pm)

1
Faktor Konversi Satuan
Panjang
• 1 nautical mile = 1,852 km = 1852 m
• 1 m = 1,0936 yard = 3,281 kaki = 39,37 inci
• 1 inci = 2,54 cm
• 1 kaki = 12 inci = 30,48 cm
Luas
2 4 2
• 1 m = 10 cm
2 2
• 1 are = 43.560 kaki = 4048 m
Volume
3
• 1 dm = 1 liter
3
• 1 cc (cm ) = 1 milliliter (mL)
• 1 gal = 3,786 L
Kelajuan
• 1 knot = 1 mil/jam = 1,852 km/jam
1000
• 1 km/jam = 3600 m/s = 0,2778 m/s
• 1 knot = 1 mil/jam = 1852 m/ 3600 s = 0,5144 m/s
Waktu
• 1 jam = 60 menit = 3600 sekon
Massa
• 1 ton = 1000 kg
• 1 kg = 2,204 lbs
Massa jenis
3 3
• 1 g/cm = 1000 kg/m
Gaya
2 5
• 1 N = 1 kg.m/s = 0,2248 pon = 10 dyne
Tekanan
2
• 1 Pa (Pascal) = 1 N/m
5
• 1 bar = 10 Pa
• 1 atm = 101,325 kPa = 1,01325 bar
• 1 atm = 760 mmHg
• 1 torr = 1 mmHg = 133,32 Pa
Energi
• 1 kW h = 3,6 MJ • 1 Btu = 1054,35 J
• 1 Joule = 1 N.m=1 Watt.sekon •
-7
1 erg = 10 J
• 1 Joule = 0,24 kal
• 1 Kal = 4,1840 J
Daya
• 1 watt = 1 Joule/sec = 0,86 kcal/h
• 1 daya kuda (HP) = 745,7 W
-3
• 1 W = 1,341 x 10 HP

2
Konstanta-Konstanta penting
Jenis Konstanta Simbol Nilai
Konstanta gravitasi G 6,672 × 10-11 N.m2/kg2
Percepatan gravitasi bumi 𝑔 9,81 m/s2
Massa jenis/densitas udara 𝜌𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 1,22 kg/m3
Massa jenis/densitas air tawar 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑟 1000 kg/m3
Massa jenis/densitas air laut 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑎𝑢𝑡 1025 kg/m3
Massa jenis/densitas besi 𝜌𝑏𝑒𝑠𝑖 7.860 kg/m3
Massa bumi M 5,98 × 1024 kg

3
BAB 1
MASSA, BERAT DAN GAYA

Massa
Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Massa
merupakan ukuran kelembaman (kemampuan mempertahankan keadaan gerak) suatu
benda. Massa benda adalah tetap di lokasi atau di tempat mana saja di alam semesta ini.
Massa benda tetap ketika benda bergerak. Massa merupakan besaran skalar (hanya
memiliki nilai dan tidak memiliki arah). Simbol massa adalah m, satuan dalam SI adalah
kilogram (kg). Massa diukur dengan neraca atau timbangan.

Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang merubah keadaan benda yang diam atau
benda yang bergerak lurus beraturan. Dengan demikian jika benda ditarik/didorong
maka pada benda bekerja gaya dan keadaan gerak benda dapat berubah. Gaya termasuk
besaran vektor, karena gaya mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton. 1
Newton sama dengan 1 kg m/s2. 1 Newton adalah gaya yang diperlukan untuk
mempercepat gerak benda satu kilogram hingga mengalami percepatan 1 m/s2.Oleh
karena gaya termasuk besaran vektor, maka gaya dapat dilukiskan dengan diagram
vektor yang berupa anak panah. Ketika meninjau suatu gaya, hal-hal berikut harus
diketahui:
a. besar gaya dinyatakan dengan panjang panah
b. arah gaya dinyatakan dengan arah mata panah
c. titik tangkap gaya bekerjadinyatakan pada pangkalanakpanah

Sebagai contoh sebuah kapal ditarik dengan gaya F yang berarah ke kanan dan besarnya
8.000 N dilukiskan dengan diagram vektor seperti pada gambar berikut.

F = 8.000 N

Gambar 1.1 Contoh diagram vektor gaya

Resultan Gaya
Ketika dua gaya atau lebih bekerja pada suatu titik, efek gabungan gaya-gaya tersebut
dapat digantikan oleh satu gaya yang memiliki efek sama dengan gabungan komponen
gaya-gaya tersebut. Gaya ini disebut dengan resultan gaya, dan proses untuk mencarinya
disebut dengan penjumlahan gaya.

Penjumlahan Dua Gaya yang Bekerja Pada Garis Lurus yang Sama
Jika gaya beraksi pada garis lurus yang sama dan dalam arah yang sama resultannya
adalah jumlah, tetapi jika gaya-gaya beraksi dalam arah yang berlawanan maka
resultannya adalah selisih dari kedua gaya dan arah resultan adalah pada gaya yang
lebih besar.

4
Contoh
Ketika memindahkan suatu benda seorang laki-laki menariknya dengan gaya 200
Newton, dan lelaki lainnya menarik dalam arah yang sama dengan gaya 300 Newton.
hitunglah resultan kedua gaya tersebut!

F1 = 200 N ∑F = 500 N
F2 = 300 N

Gambar 1.2 Penjumlahan dua gaya yang bekerja pada garis lurus yang sama

Resultan Gaya ∑F = F1 + F2 = 200 N + 300 N = 500 N ke kanan.

Penjumlahan Dua Gaya yang Tidak Bekerja Pada Garis Lurus yang Sama
Ketika dua gaya tidak bekerja pada garis yang sama, resultannya dapat diperoleh
dengan metode jajaran genjang.

F1
R
F2

F1
F2
R

Gambar 1.3 Penjumlahan gaya dengan metode jajaran genjang

Besarnya resultan gaya dapat diperoleh dengan persamaan

𝑅 = ∑𝐹 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹1 𝐹2 cos 𝛼

dengan 𝛼 adalah sudut yang dibentuk antara F1 dan F2.

Contoh
Sebuah gaya 3 Newton dan gaya 5 Newton beraksi pada suatu titik membentuk sudut
120 derajad satu sama lain. Hitunglah besar dan arah resultan gaya!

5
Resultan
3N
120°

A
5N

𝑅𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛𝑡 ∑𝐹 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹1 𝐹2 cos 𝛼


= √32 + 52 + 2 × 3 × 5 cos 120°
= √19
= 4,36 Newton

Arah resultan dapat kita peroleh dengan persamaan segitiga sinus.

c
A B 𝐴 𝐵 𝐶
= =
sin 𝑎 sin 𝑏 sin 𝑐

b a
C

Dengan mengambil segitiga ABC

Resultan
3N

𝛼 60°
A C
5N

Kita peroleh

Resultant 3
=
sin 60° sin 𝛼
3 × sin 60°
sin 𝛼 =
𝑅𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛𝑡
3 × sin 60°
sin 𝛼 =
4,36
sin 𝛼 = 0,596
𝛼 = 36,58°

Jadi diperoleh arah resultan gaya adalah 36,58° dari gaya 5 N.

6
Contoh
Sebuah kapal berlayar ke timur dalam satu jam dengan kecepatan 9 knot melalui arus
air berkecepatan 3 knot yang berarah 120 derajad dari utara. Hitunglah kecepatan dan
arah gerak kapal sebenarnya!

A 9 knot B
Resultan
3 knot

C D

Gaya kapal akan mendorong kapal dari A ke B dalam satu jam, dan arus akan mendorong
dari A ke C dalam satu jam. Resultan dapat diperoleh dengan persamaan:

∑𝑣 = √𝑣1 2 + 𝑣2 2 + 2𝑣1 𝑣2 cos 𝛼

Sudut BAC dapat diperoleh dengan ∠BAC = 120o - 90o = 30o

∑𝑣 = √92 + 32 + 2 × 9 × 3 cos 30°


= √81 + 9 + 2 × 9 × 3 × 0,866
= √136,764

Kecepatan resultan = 11,69 knot. Sehingga dalam 1 jam jarak tempuhnya adalah 11,69
miles.
Dengan meninjau segitiga ABD

A 𝛼 9 knot B
150o 3 knot
Resultan
D

Dengan menggunakan aturan segitiga sinus kita peroleh,

3 11,69
=
sin 𝛼 sin 𝛽
sin 𝛼 = (3 × sin 150°)/11,69
sin 𝛼 = (3 × sin 150°)/11,69
sin 𝛼 = 0,1283
𝛼 = sin^(−1) (0,1283)
𝛼 = 7,37°

Jadi diperoleh arah gerak kapal sebenarnya adalah 7,37° dari timur.

7
Berat/Gaya Gravitasi
Setiap benda yang dilepaskan dari ketinggian tertentu di atas permukaan bumi selalu
akan jatuh bebas ke permukaan bumi. Hal ini tentu saja disebabkan pada benda itu
bekerja sebuah gaya tarik, yang disebut gaya gravitasi. Gaya gravitasi antara dua benda
merupakan gaya tarik menarik yang besarnya berbanding lurus dengan kuadrat massa
masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.
Besarnya gaya gravitasi dapat ditulis dengan persamaan matematis

𝑚1 𝑚1
𝐹12 = 𝐹21 = 𝐹 = 𝐺
𝑟2

Dengan 𝐹12 = 𝐹21 = 𝐹 = besarnya gaya tarik menarik antara kedua benda (N);
𝐺 = tetapan umum gravitasi;
𝑚1 = massa benda 1 (kg)
𝑚2 = massa benda 2 (kg);
𝑟 = jarak antar pusat massa kedua benda (m)

Gambar 1.4 Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik
menarik yang besarnya berbanding lurus dengan kuadrat massa masing-
masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya.

Gaya gravitasi akan memberikan percepatan pada benda yang jatuh bebas, yang disebut
dengan percepatan gravitasi, disimbolkan dengan g, yang untuk bumi nilainya 9,81
m/s2. Gaya yang diberikan oleh benda terhadap penahan atau permukaan bumi disebut
berat. Berat adalah perkalian antara massa dengan percepatan gravitasi.
Besarnya berat dapat ditulis dengan persamaan matematis

𝑤 =𝑚×𝑔

Dengan 𝑤 = berat benda (N)


𝑚 = massa benda (kg)
𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)

Berat Benda Sedikit Berbeda di Berbagai Tempat di Permukaan Bumi


Telah kita ketahui bahwa berat benda adalah gaya gravitasi bumi yang bekerja pada
suatu benda, yang dinyatakan oleh 𝑤 = 𝑚 × 𝑔. Massa adalah besaran yang tetap dimana
saja. Karena berat benda berbeda sedikit, maka pasti faktor g yang berubah sedikit di
berbagai tempat di permukaan bumi.

8
Pengukuran yang teliti menunjukkan bahwa bumi tidak tepat benar berbentuk bola,
tetapi agak pepat pada kedua kutub dan agak menggembung pada sekitar katulistiwa.
Itulah sebabnya garis tengah katulistiwa lebih besar daripada garis tengah kutub. Garis
tengah katulistiwa sekitar 12.757 km, sedang garis tengah kutub 12.714 km. Oleh
karena bumi tidak tepat berbentuk bola, atau dengan kata lain, jari-jari permukaan
sedikit berbeda dari satu tempat ke tempat lain, maka besar percepatan gravitasi yang
tergantung pada jari-jari juga akan berbeda sedikit. Inilah yang menyebabkan
perbedaan percepatan gravitasi di berbagai tempat di permukaaan bumi.
Jari-jari permukaan bumi di kutub adalah yang terkecil, dan karena percepatan gravitasi
sebanding dengan 1/r2, maka kutub memiliki percepatan gravitasi terbesar. Sebaliknya
karena jari-jari permukaan bumi di katulistiwa adalah yang terbesar, maka katulistiwa
memiliki percepatanj gravitasi terkecil.

Percepatan Gravitasi Pada Ketinggian Tertentu di Atas Permukaan Bumi.


Misalkan titik A adalah tempat pada permukaan bumi dan titik B adalah tempat pada
ketinggian h di atas permukaan bumi (Gambar 1.5). Tentu saja jarak titik-titik tersebut
terhadap pusat bumi adalah: rA = R dan rB = (R+h), dengan R adalah jari-jari bumi.

h
rB=(R+h) A Permukaan bumi

rA=R

Pusat bumi

Gambar 1.5 Grafitasi pada ketinggian h dari permukaan bumi

Nilai perbandingan percepatan gravitasi di B dan A adalah


𝐺𝑀
𝑔𝐵 𝑟𝐵2 𝑟𝐴 2
= 𝐺𝑀 =( )
𝑔𝐴 𝑟𝐵
𝑟𝐴2

𝑔𝐵 𝑅 2
= ( )
𝑔𝐴 𝑅+ℎ

Dengan 𝑔𝐵 = percepatan gravitasi pada ketinggian h di atas permukaan bumi


𝑔𝐴 = percepatan gravitasi pada permukaan bumi (sekitar 9,81 m/s2)
R = jari-jari bumi (sekitar 6.370 km)

9
Contoh
Hitunglah percepatan gravitasi pada ketinggian h = 10 km!
Jawab
𝑔𝐵 𝑅 2
=( )
𝑔𝐴 𝑅+ℎ
𝑅 2 6.370 2
𝑔𝐵 = ( ) 𝑔𝐴 = ( ) (9,81) = 9.77 m/s 2
𝑅+ℎ 6.370 + 10

Hukum III Newton (Hukum Aksi-Reaksi)


Bila sebuah benda A melakukan gaya pada benda B, maka benda B juga akan melakukan
gaya pada benda A yang besarnya sama tetapi berlawanan arah. Kedua gaya yang
bekerja bersamaan pada kedua benda disebut gaya aksi dan reaksi. Gaya aksi-reaksi
bukan gaya sebab akibat, keduanya muncul bersamaan dan tidak dapat dikatakan yang
satu adalah aksi dan yang lainnya reaksi. Secara matematis dapat ditulis:

Faksi = - Freaksi

Contoh pasangan aksi reaksi adalah satelit/bulan/astronot yang tetap mengorbit di atas
bumi karena pengaruh gaya gravitasi bumi. Sebenarnya bukan hanya bumi saja yang
menarik satelit/bulan/astronot, melainkan satelit/bulan/astronot juga menarik bumi.

Gambar 1.6 Pasangan aksi reaksi adalah satelit/bulan/astronot yang tetap mengorbit
di atas bumi karena pengaruh gaya gravitasi bumi.

Contoh lain penerapan hukum aksi-reaksi adalah pada pesawat/helikopter. Sayap


pesawat atau baling-baling helikopter mendorong udara ke bawah, karena sifat
kelembaman udara, udara juga memberikan dorongan kepada sayap/baling-baling
sehingga tetap berada di udara.

Gambar 1.7 Pasangan aksi-reaksi pada sayap pesawat atau baling-baling helicopter

10
Gaya Gesek
Gaya gesek adalah gaya yang timbul pada dua bidang permukaan benda yang
bersinggungan dan mempunyai kekasaran dan arahnya melawan arah kecenderungan
gerak benda. Secara matematis gaya gesek dapat dituliskan sebagai berikut:

f = μ.N

dengan N adalah gaya normal (satuan Newton), yaitu gaya yang merupakan gaya reaksi
bidang tempat benda berada terhadap gaya aksi yang diberikan benda dan mempunyai
arah yang tegak lurus terhadap bidang tempat benda tersebut, sedangkan μ adalah
koefisien gesekan yang menyatakan tingkat kekasaran permukaan bidang.
Gaya gesek ada dua macam yaitu:
a) Gaya gesek statis (fs) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam keadaan diam
atau tepat akan mulai bergerak. Jika μs adalah koefisien gesek statis, maka

fs= μs.N

b) Gaya gesek kinetis(fk) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam keadaan sedang
bergerak. Jika μk adalah koefisien gesekan kinetis, maka:

fk= μk. N.

Koefisien gesek adalah konstanta yang menunjukkan sifat kasar licinnya permukaan dua
bidang yang bersentuhan. Nilai koefisien gesek berkisar antara 0 ≤ µ ≤ 1.

Contoh
Balok bermassa 1 kg sedang diam di atas permukaan bidang datar kasar. Koefisien gesek
statis adalah 0,4 dan percepatan gravitasi 10 m/s2. Tentukan (a) besar gaya gesek statis
(b) besar gaya tarik F minimum agar balok mulai bergerak!
Penyelesaian
Massa balok (m) = 1 kg
Koefisien gesek statis 𝜇𝑠 = 0,4
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Gaya berat (w) = m.g = 1 kg . 10 m/s2 = 10 Newton
Gaya Normal = w = 10 Newton
(a) Gaya Gesek statis
fs= μs.N. = 0,4 . 10 N = 4 Newton
(b) Ketika gaya tarik (F) mempunyai besar yang sama dengan gaya gesek statis,
maka benda tepat akan bergerak (benda masih diam). Benda mulai bergerak
ketika gaya tarik lebih besar dari gaya gesek statis. Jadi gaya tarik (F) minimum
agar balok mulai bergerak adalah 4 Newton

Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali pada bentuk dan ukuran
semula setelah gaya luar yang bekerja padanya dihilangkan. Pegas dan karet akan
kembali ke bentuk awal setelah gaya luar yang bekerja padanya dihilangkan, benda ini
disebut benda elastis. Lempung dan plastisin tidak kembali ke bentuk awal setelah gaya
luar dihilangkan, benda seperti itu disebut benda tak elastis atau plastis.

11
Tegangan 𝜎 adalah hasil bagi antara tegangan tarik𝐹 yang dialami kawat dengan luas
penampangnya 𝐴. Tegangan adalah besaran skalar dan memiliki satuan N/m2 atau
Pascal (Pa).
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝐹
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = atau 𝜎 =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐴

Regangan 𝑒 didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang ∆𝐿 dengan


panjang awal 𝐿.
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ∆𝐿
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑒 =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝐿

Lo

L

A F

Gambar 1.8 Benda mengalami regangan ketika diberikan tegangan

Karena pertambahan panjang ∆𝐿 dan Panjang awal 𝐿 adalah besaran yang sama, maka
regangan 𝑒 tidak memiliki satuan atau dimensi.

Modulus elastisitas atau Modulus Young (E) adalah perbandingan antara tegangan
dengan regangan pada suatu benda.
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜎 𝐹⁄ 𝐹.𝐿𝑜
𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝐸𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = ∆𝐿⁄𝐴 = 𝐴.∆𝐿
𝑒 𝐿𝑜

Berikut adalah modulus elastisitas untuk beberapa bahan:


No Bahan Modulus Young (Pa)
1 Alumunium 7 × 1010
2 Baja 20 × 1010
3 Besi 21 × 1010
4 Karet 0,05× 1010
5 Kuningan 9 × 1010
6 Nikel 21 × 1010
7 Tembaga 11 × 1010
8 Timah 1,6 × 1010
9 Beton 2,3 × 1010
10 Kaca 5,5 × 1010
11 Wolfram 41 × 1010

12
Contoh
Kawat logam panjangnya 60 cm dan luas penampangnya 8 cm2. Ujung yang satu diikat
pada atap dan ujung yang lain ditarik dengan gaya 100 N. ternyata panjangnya menjadi
66 cm. Tentukan:
a. Regangan kawat
b. Tegangan pada kawat
c. Modulus elastisitas kawat
Jawab
Regangan kawat:
∆𝐿 66 − 60 𝑐𝑚 6
𝑒= = = = 0,1
𝐿𝑜 60 𝑐𝑚 60

Tegangan kawat:
𝐹 100 𝑁
𝜎= = = 125.000 𝑁/𝑚2
𝐴 8 × 10−4 𝑚2

Modulus Elastisitas:
𝜎 125.000 𝑁/𝑚2
𝐸= = = 1,25 × 106 𝑁/𝑚2
𝑒 0,1

Hukum Hooke
Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar 1.9 Pegas ditarik dengan gaya F, maka pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar ∆x

Jika sebuah pegas kita tarik dengan gaya F, maka pegas akan mengalami pertambahan
panjang sebesar ∆x. Jika gaya F diperbesar menjadi 2F maka pegas akan mengalami
pertambahan panjang sebesar 2∆x. “Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas,
maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”.
Pernyataan ini pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke, sehingga dikenal dengan
hukum Hooke.
Untuk semua pegas berlaku,
𝐹 = 𝑘 ∆𝑥

DimanaF adalah gaya pegas, k adalah konstanta pegas dan ∆𝑥 adalah pertambahan
panjang pegas.

13
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah
elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas proporsional (batas hukum Hooke).
Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum Hooke dan mencapai batas
elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan
tidak melewati batas elastisitas. Tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara
batas hukum Hooke dan batas elastisitas.

Gambar 1.10 Kurva tegangan-regangan

Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas maka
benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan panjang
benda tidak akan kembali seperti semula, benda tersebut akan berubah bentuk secara
tetap. Jika pertambahan panjang mencapai titik patah, maka benda tersebut akan patah.

A. RANGKUMAN
1. Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh suatu benda. Massa
merupakan ukuran kelembaman (kemampuan mempertahankan keadaan gerak)
suatu benda.
2. Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang merubah keadaan benda yang
diam atau benda yang bergerak lurus beraturan. Gaya termasuk besaran vektor,
karena gaya mempunyai besar dan arah. Satuan gaya adalah Newton. 1 Newton
sama dengan 1 kg m/s2. 1 Newton adalah gaya yang diperlukan untuk
mempercepat gerak benda bermassa satu kilogram hingga mengalami
percepatan 1 m/s2.
3. Resultan gaya adalah sebuah gaya yang memiliki efek sama dengan gabungan
beberapa gaya.
4. Besarnya resultan dua gaya dapat diperoleh dengan persamaan
𝑅 = ∑𝐹 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹1 𝐹2 cos 𝛼
dengan 𝛼 adalah sudut yang dibentuk antara F1 dan F2.
5. Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik menarik yang besarnya
berbanding lurus dengan kuadrat massa masing-masing benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya. Besarnya gaya gravitasi dapat
ditulis dengan persamaan matematis

14
𝑚1 𝑚2
𝐹12 = 𝐹21 = 𝐹 = 𝐺
𝑟2
6. Berat adalah perkalian antara massa dengan percepatan gravitasi. Besarnya berat
dapat ditulis dengan persamaan matematis:
𝑤 =𝑚×𝑔
7. Percepatan gravitasi pada ketinggian h di atas permukaan bumi
𝑅 2
𝑔𝐵 = ( ) × 𝑔𝐴
𝑅+ℎ
8. Hukum III Newton: Bila sebuah benda A melakukan gaya pada benda B, maka
benda B juga akan melakukan gaya pada benda A yang besarnya sama tetapi
berlawanan arah.
Faksi = - Freaksi
9. Gaya gesek adalah gaya yang timbul pada dua bidang permukaan benda yang
bersinggungan dan mempunyai kekasaran dan arahnya melawan arah
kecenderungan gerak benda. Secara matematis gaya gesek dapat dituliskan
sebagai berikut:
f = μ.N
10. Modulus elastisitas atau ModulusYoung (E) adalah perbandingan antara
tegangan dengan regangan pada suatu benda.
Tegangan 𝜎 𝐹⁄
Modulus Elastisitas = = = 𝐴 = 𝐹. 𝐿𝑜
Regangan 𝑒 ∆𝐿⁄ 𝐴. ∆𝐿
𝐿𝑜
11. Hukum Hooke :”Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”.
Untuk semua pegas berlaku,
𝐹 = 𝑘 ∆𝑥

B. TUGAS
1. Sebuah gaya 500 Newton ke timur dan 500 Newton ke selatan. Hitunglah besar
dan arah resultan gaya!
2. Sebuah kotak meluncur sepanjang sebuah lantai horisontal dengan kelajuan awal
2,5 m/s. Kotak terhenti setelah meluncur 1,4 m. Carilah koefisien gesekan
kinetiknya. [Jawaban: 0,228]
3. Seutas kawat dengan panjang L dan jari-jari r ketika ditarik gaya F, kawat
bertambah panjang 5 cm. Kawat lain dengan bahan sama panjang ½ L jari-jari 2r
ditarik gaya 4F menghasilkan pertambahan panjang ....
4. Sebuah pegas dengan konstanta gaya 400 N/m diikatkan pada balok 3 kg yang
diam pada bantalan udara sehingga gesekan dapat diabaikan. Berapa
perpanjangan pegas yang diperlukan untuk memberikan percepatan balok 4
m/s2. [Jawaban: 3,0 cm]

C. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif
1. Sebuah balok bermassa 20 kg berada di atas lantai mendatar kasar (𝜇𝑠 = 0,6 dan
𝜇𝑘 = 0,3). Kemudian balok ditarik gaya mendatar sebesar F. Hitunglah besar
percepatan balok jika F = 140 N! (g = 10 m/s2)!
2. Sebuah gaya 300 Newton ke timur dan 500 Newton ke tenggara beraksi pada
suatu titik. Hitunglah besar resultan gaya!

15
3. Jika percepatan gravitasi di permukaan bumi dianggap 9,81 m/s2 dan jari-jari
bumi R, maka percepatan gravitasi bumi pada ketinggian R dari permukaan bumi
adalah ....
4. Seutas kawat baja (E = 2 × 1011 N/m2) panjang 1 m dan luas penampang 4 cm2
dipakai untuk menggantung beban 200 kN. Hitunglah pertambahan panjang
kawat!
5. Sebuah pegas mempunyai konstanta gaya k = 300 N/m. Sebuah benda 4 kg
digantungkan tanpa bergerak pada sebuah pegas seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah. Hitunglah pertambahan panjang pegas!

w=mg

Jawaban Tes Formatif


1. Diketahui:
m = 20 kg; 𝜇𝑠 = 0,6; 𝜇𝑘 = 0,3; F = 140 N; g = 10 m/s2

Ditanyakan:
Percepatan a....?

Penyelesaian:
Kita hitung dahulu besar gaya gesek statis maksimum:
𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 . 𝑁 = 𝜇𝑠 . 𝑚. 𝑔 = 0,6 × 20 × 10 = 120 Newton

karena besar gaya tarik lebih besar dari gaya gesek statis maka benda akan
bergerak.
Menurut hukum ke-2 Newton:
Σ𝐹 140 − 120 Newton N
𝑎= = = 1 = 1 m/s2
𝑚 20 kg kg

2. Penyelesaian:
300 N
45° Resultan

500 N

Menggunakan aturan cosinus


𝑅 = √𝐹1 2 + 𝐹2 2 + 2𝐹1 𝐹2 cos 𝛼
= √3002 + 5002 + 2 × 300 × 500 cos 45°

16
= √90.000 + 250.000 + 2 × 300 × 500 × 0,7071
= 743,05 Newton

3. Penyelesaian:

h=R
rB=(R+h) A Permukaan bumi

rA=R

Pusat bumi

𝑅 2 𝑅 2 𝑅 2
𝑔𝐵 = ( ) × 𝑔𝐴 = ( ) × 9,81 = ( ) × 9,81
𝑅+ℎ 𝑅+𝑅 2𝑅
1 2 1
= ( ) × 9,81 = × 9,81 = 2,45 m/s2
2 4

4. Penyelesaian:
E = 2 × 1011 N/m2; L0 = 1 m; A=4 cm2; F = 200 kN

𝐹. 𝐿𝑜
E=
𝐴. ∆𝐿
𝐹. 𝐿𝑜 200.000 𝑁 × 1 m
∆𝐿 = = = 2,5 × 10−3 m
𝐴. 𝐸 4 × 10−4 m2 × 2 × 1011 N/m2

5. Penyelesaian:
𝐹 = 𝑘 ∆𝑥
𝐹 𝑚. 𝑔 4 kg × 9,81 m/s2
∆𝑥 = = = = 0,1308 m
𝑘 𝑘 300 N/m

17
BAB 2
DINAMIKA

Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat
terhadap titik acuannya (titik asalnya). Gerak Relatif adalah suatu pergerakan benda
yang sangat terpengaruh dengan titik acuannya dan gerak relatif terjadi apabila suatu
benda bergerak terhadap benda lainnya.
Kinematika adalah ilmu yang mempelajari gerak tanpa mengindahkan penyebabnya,
sedangkan Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak dan gaya-gaya penyebabnya.
Gaya merupakan tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan perubahan posisi,
kecepatan, dan bentuk suatu benda.

2.1 Kecepatan dan Efek Perubahan Arah


Perpindahan adalah perubahan kedudukan suatu benda karena perubahan waktu.
Perpindahan merupakan besaran vektor.
Displacement is measured along the shortest path between two points and its
magnitude is always less than or equal to the distance.
Jarak adalah panjang lintasan sesungguhnya yang ditempuh oleh suatu benda
dalam waktu tertentu. Jarak merupakan besaran skalar.
Kelajuan adalah tingkatan bagaimana gerak benda melalui ruangan. Kelajuan
adalah besaran skalar yang besarnya sesuai dengan jarak tempuh dalam satu
satuan waktu. Satuan laju dan kecepatan adalah m/s, km/jam atau knot (mil/jam).
Kelajuan merupakan besaran skalar. Laju mungkin bervariasi sepanjang
perjalanan, sebagai contoh, jika kapal berjalan 180 km dalam 3 jam, adalah tidak
mungkin kapal tersebut berjalan dengan kecepatan konstan 60 km/jam selama 3
jam tersebut, melainkan kadang lebih cepat kadang lebih lambat, namun kelajuan
rata-ratanya 60 km/jam.
Kelajuan dapat diperoleh dengan rumus,

jarak tempuh
Kelajuan =
waktu tempuh

𝑠
𝑣=
𝑡

Kecepatan menunjukkan laju pada arah tertentu (spesifik).


Kecepatan v adalah besaran vektor yang besarnya sesuai dengan perpindahan
dalam satu satuan waktu. Oleh karena itu kecepatan menunjukkan 2 fakta tentang
gerak benda, yaitu laju dan arah gerakan. Sebagai konsekuensinya kecepatan
merupakan besaran vektor dan dapat diilustrasikan dengan menggambarkan
sebuah vektor berskala, panjang menyatakan laju gerak benda, dan arah panah
menyatakan arah gerak benda.

1 m/s ke timur

Gambar 2.1 Vektor kecepatan

18
Resultan Kecepatan dicari dengan diagram vektor kecepatan dengan cara yang
sama seperti pada diagram vektor gaya. Hal ini disebut dengan penjumlahan
vektor.

Contoh
Sebuah kapal berjalan ke arah utara dengan kecepatan 16 knots bergerak melawan
arus air yang kecepatannya 4 knot berarah tenggara. Hitunglah resultan laju dan
arah gerak kapal.
Penyelesaian

(𝑎𝑐)2 = (𝑎𝑏)2 + (𝑏𝑐)2 + 2 × 𝑎𝑏 × 𝑏𝑐 × 𝑐𝑜𝑠 1350

ingat bahwa cos(180 − 𝛼) = − cos α

(𝑎𝑐)2 = (𝑎𝑏)2 + (𝑏𝑐)2 − 2 × ab × bc × 450


(𝑎𝑐)2 = 162 + 42 − 2 × 16 × 4 × cos 450
(𝑎𝑐)2 = 256 + 16 − 90,51
𝑎𝑐 = √181,49 = 13,47 knot

Dengan aturan segitiga sinus, diperoleh:

4 𝑘𝑛𝑜𝑡 13,47 𝑘𝑛𝑜𝑡


=
sin 𝛼 sin 450

4 × 0,7071
sin 𝛼 =
13,47
𝑎 = sin−1 0,2100
𝑎 = 12,1224° = 12°7′
Jadi diperoleh:
Resultan Laju = 13,47 knots
Resultan arah = 12°7′ dari utara ke timur

Perubahan Kecepatan akan terjadi jika laju berubah atau jika arah gerak berubah,
atau kedua-duanya berubah. Pada perubahan kecepatan tanpa perubahan arah
akan dianggap bahwa laju dan kecepatan diperlakukan sama.

19
Kecepatan Linier memiliki satuan yang sama dengan satuan laju yaitu m/s,
km/jam, atau knots. Simbol kecepatan adalah 𝑣.

Jika benda bergerak dengan kecepatan rata-rata 40 m/s selama 5 s, maka jarak
tempuh total adalah 200 m.

Jarak tempuh = kecepatan rata − rata × waktu tempuh


𝑠 =𝑣×𝑡

Perpindahan (memiliki jarak dan arah) merupakan vektor; simbolnya 𝑠.

Percepatan Linier adalah perubahan kecepatan pada selang waktu tertentu. Jika
percepatan bertambah dikatakan mengalami percepatan, sebaliknya jika kecepatan
menurun dikatakan mengalami perlambatan (memiliki percepatan negatif).

Sebagai contoh jika sebuah kapal bergerak dengan laju dipercepat dari 2 m/s sampai
12 m/s dalam waktu 5 detik, maka total perubahan kecepatan adalah 12 – 2 = 10
m/s. Dalam waktu 5 detik kecepatan meningkat sebesar 10 m/s, maka dalam
waktu 1 detik besar perubahan kecepatan adalah 10:5 = 2 m/s. Maka percepatan
benda itu adalah 2 m/s2.

perubahan kecepatan
Percepatan =
selang waktu

∆𝑣 𝑣𝑡 − 𝑣𝑜
𝑎= =
∆𝑡 𝑡𝑡 − 𝑡𝑜
dengan :
𝑎 : percepatan (m/s2)
∆𝑣 : perubahan kecepatan (m/s)
∆𝑡 : selang waktu (s)
𝑣𝑡 : kecepatan akhir (m/s) 𝑡𝑡 : waktu akhir (m/s)
𝑣0 : kecepatan awal (m/s) 𝑡0 : waktu awal (m/s)

1 Nautical Mile International = 1,852 km


1 knots = 1,852 km/jam.

Contoh
Sebuah mesin kapal dimatikan ketika bergerak pada laju 18 knot dan kapal
berhenti setelah 20 menit. Diasumsikan perlambatan kapal konstan (diperlambat
beraturan). Hitunglah perlambatan kapal (dalam m/s2) dan jarak tempuh kapal
dalam nautical mile sejak mesin mati.
Penyelesaian
Perlambatan diperoleh berikut ini.

∆𝑣 𝑣𝑡 − 𝑣𝑜
𝑎= =
∆𝑡 𝑡𝑡 − 𝑡𝑜
1852m
0 − 18 knot −18 × 1,852 km/jam −18 × 3600s −18 × 1852m
𝑎= = = =
20 menit 1200 𝑠 1200s 3600 × 1200s
𝑎 = −0,00772 m/s

20
Jarak tempuh:
Jarak tempuh = kecepatan rata − rata × waktu tempuh

18 + 0 20
Jarak tempuh = knot × jam = 3 nautical miles
2 60

Contoh
Sebuah mobil bergerak dari posisi diam hingga mencapai laju 54 km/jam
menempuh jarak 90 m. Diasumsikan mobil bergerak lurus berubah beraturan
(kecepatan berubah dengan percepatan konstan). Hitunglah percepatan gerak
mobil tersebut!
Penyelesaian
km 54 × 103 m
Kecepatan maksimum = 54 = = 15 m/s
jam 3600s
1 1 m
Kecepatan rata − rata = 2 (𝑣o + 𝑣t ) = 2 (0 + 15) = 7,5 s

Jarak = kecepatan rata − rata × selang waktu


90 m = 7,5m/s × ∆𝑡

90𝑚
∆𝑡 = = 12 𝑠
7,5𝑚/𝑠

Percepatan:
∆𝑣 𝑣𝑡 − 𝑣𝑜 15 − 0𝑚/𝑠 𝑚
𝑎= = = = 1,25 2
∆𝑡 𝑡𝑡 − 𝑡𝑜 12𝑠 𝑠

2.2 Grafik Kecepatan-Waktu


Grafik kecepatan terhadap waktu dapat sangat berguna menjadi metode untuk
menyelesaikan permasalahan sekaligus menyediakan gambar dari sebuah fakta.
Daerah pada grafik kecepatan-waktu merepresentasikan jarak tempuh dan
slope/kemiringan kurva merepresentasikan percepatan. Slope/kemiringan grafik
perpindahan (jarak)-waktu merepresentasikan kecepatan.

Gambar 2.2 menjelaskan sebuah benda bergerak dengan kecepatan konstan 20


km/jam selama 4 jam.
Daerah yang dilingkupi oleh grafik adalah empat persegi panjang dengan tinggi 20
km/jam dan panjang 4 jam, luas persegi panjang adalah perkalian antara tinggi
dengan panjang, ini merupakan perkalian antara kecepatan dan waktu yang mana
menghasilkan jarak tempuh.

Oleh karena itu daerah yang dilingkupi grafik merepresentasikan jarak tempuh.

21
Gambar 2.2 sebuah benda bergerak dengan kecepatan konstan 20 km/jam
selama 4 jam

Daerah yang dilingkupi oleh grafik = tinggi × panjang

km
Jarak tempuh = kecepatan × waktu = 20 × 4jam = 80 km
jam

Gambar 2.3 menjelaskan sebuah benda yang awalnya diam, kecepatannya


bertambah menjadi 30 m/s dalam 6 detik, tingkat peningkatan kecepatannya
(disebut percepatan) konstan.

Gambar 2.3 sebuah benda yang awalnya diam, kecepatannya bertambah menjadi 30 m/s
dalam 6 detik dengan percepatan konstan

Daerah yang dilingkupi oleh grafik = Luas segitiga


1
Daerah yang dilingkupi oleh grafik = × 30 × 6 = 90 satuan jarak
2

22
Atau dengan persamaan:
Jarak = laju rata − rata × waktu

1
𝑠 = 𝑣̅ × 𝑡 = (0 + 30) × 6 = 90 m
2

Sekali lagi, daerah yang dilingkupi grafik kecepatan waktu merepresentasikan


perpindahan (jarak tempuh). Selanjutnya, pada setiap detik peningkatan kecepatan
adalah 5 m/s, ini adalah percepatan 5 m/s2 yang digambarkan oleh
slope/gradien/kemiringan grafik.
Percepatan yang besar akan ditunjukkan dengan slope/gradien yang lebih curam,
perlambatan akan ditunjukkan dengan slope/gradien yang arah kemiringannya
berlawanan.

Gambar 2.4 menunjukkan sebuah kapal yang diperlambat dari 16 knots menuju 10
knots dalam waktu 12 menit. Jarak tempuh selama waktu itu adalah

16 + 10 12
𝑠 = 𝑣̅ × 𝑡 = × = 2,6 nautical miles
2 60

Kapal kehilangan 6 knots dalam 12 menit yang ekuivalen dengan 30 knots dalam
60 menit. Jadi perlambatan dalam satuan yang sama dengan satuan pada grafik
adalah:
Perlambatan ≈ 30 knots per jam

2
Atau jika dinyatakan dalam satuan m/s menjadi:
km
1 knot = 1,852
jam

30 knots 30 × 1,852 km 30 × 1852 m


Perlambatan = = = = 4,287 × 10−3 m/s 2
1 jam 1 jam × 1 jam 1296 × 104 s 2

Gambar 2.4 Sebuah kapal yang diperlambat dari 16 knots menuju 10 knots dalam waktu
12 menit.
23
Contoh
Sebuah kereta yang awalnya diam, kemudian bergerak hingga mencapai kecepatan
90 km/jam dalam 25 detik. Kemudian selama 1,5 menit kereta bergerak dengan
kecepatan tersebut, kemudian kecepatannya berkurang sampai berhenti dalam 20
s. Anggap percepatan dan perlambatan beraturan(uniform), gambarkan grafik v-t,
hitunglah total jarak yang dilalui dan nyatakan percepatan dan perlambatan dalam
m/s2.

Gambar 2.5 Grafik v-t

km 90 × 103
90 = m/s = 25 m/s
jam 3600

Luas dibawah garis percepatan = 0,5 × 25 × 25 = 312,5 m


Luas dibawah garis kecepatan konstan = 25 × 90 = 2250 m
Luas dibawah garis perlambatan = 0,5 × 25 × 20 = 250 m
Jarak tempuh total = Total Luas = 312,5 + 2250 + 250 = 2812,5 m

peningkatan kecepatan 25 m/s


Percepatan = = = 1 m/s2
waktu 25 s

penurunan kecepatan 25 m/s


Percepatan = = = 1,25 m/s 2
waktu 20 s

Persamaan-Persamaan pada Gerak


Meskipun semua permasalahan-permasalahan dapat dikerjakan dengan prinsip-
prinsip tersebut, namun kadang lebih mudah untuk menyelesaikannya dengan
persamaan.
Simbol yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

24
𝑣𝑜 = kecepatan awal (m⁄s)
𝑣 = kecepatan akhir (m⁄s)
𝑡

𝑎= percepatan (m⁄s2)
𝑡 = waktu (s)
𝑠 = jarak tempuh (m)

Ada empat persamaan umum yang berkaitan dengan kecepatan linier,


percepatan, waktu dan perpindahan, yaitu:
1
𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 ± 𝑎𝑡 𝑠 = 𝑣𝑜 𝑡 ± 2 𝑎𝑡 2

𝑣0 +𝑣𝑡
𝑠 = 𝑣̅ 𝑡 = ( )𝑡 𝑣𝑡 2 = 𝑣𝑜 2 ± 2𝑎𝑠
2

Persamaan di atas menggunakan tanda (±) plus atau minus tergantung bagaimana
percepatan geraknya. Tanda (+) untuk percepatan positif (gerak dipercepat),
sedangkan tanda (−) untuk percepatan negatif (gerak diperlambat).

Contoh
Sebuah kapal bergerak dengan kecepatan awal 10 m/s, kemudian diberikan
percepatan tetap 2 m/s2 selama 6 detik. Hitunglah kecepatan pada akhir 6 detik
dan jarak tempuh selama waktu tersebut!
vo = 10 m/s a = 2 m/s2 t = 6 s

𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑎𝑡
Setelah 6 sekon,
𝑣𝑡 = 10 + (2 × 6) = 22 m/s
1
𝑠 = 𝑣𝑜 ± 𝑎𝑡 2
2
𝟏
𝒔 = 𝟏𝟎 × 𝟔 + × 𝟐 × 𝟔𝟐 = 𝟗𝟔 𝒎
𝟐

Contoh
Propeller kapal dihentikan ketika berjalan pada laju 25 knots, dan sejak propeller
dimatikan kapal masih menempuh jarak 4 km hingga berhenti. Hitunglah waktu
yang diperlukan untuk berhenti dalam menit, dan perlambatan rata-rata dalam
m/s2.
1 knot = 1,852 km/jam.
1852m
𝑣𝑜 = 25 knot = 25 × = 12,86 m/s
3600s
𝑣𝑡 = 0 𝑠 = 4000 m
2 2
𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 2𝑎𝑠
02 = 12,862 + 2 × 𝑎 × 4000
𝑎 = −0,02067 m/s 2
Tanda minus menunjukkan gerak diperlambat dengan perlambatan 0,02067 m/s2.

25
Gerak Yang Dipengaruhi Gravitasi (Gerak Vertikal)
Bumi menarik semua benda mengarah ke pusat bumi sehingga benda akan
mengalami gerak jatuh bebas, dengan mengabaikan hambatan udara maka benda
akan jatuh bebas ke bumi dengan percepatan tetap.
Percepatan tersebut merupakan percepatan gravitasi, nilainya bervariasi
tergantung kedudukannya di permukaan bumi namun diambil rata-rata 9,81 m/s2
dan direpresentasikan dengan ‘g ’.
Sehingga jika benda yang awalnya diam kemudian jatuh maka kecepatannya
bertambah 9,81 m/s2 setiap detiknya.

Contoh
Sebuah benda jatuh dari keadaan diam. Hitunglah kecepatan setelah jatuh selama 4
detik dan jarak tempuh selama waktu tersebut.
Penyelesaian
𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑎𝑡
Dalam gerak vertikal a = g
𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 + 𝑔𝑡 = 0 + 9,81 × 4
Kecepatan akhir vt = 39,24 m/s
1
𝑠 = 𝑣𝑜 𝑡 ± 𝑎𝑡 2
2
Dalam gerak vertikal s = h
1
ℎ = 𝑣𝑜 𝑡 + 𝑔𝑡 2
2
1
ℎ = 0 × 4 + × 9,81 × 42 = 78,48 meter
2
Jarak jatuh = 78,48 meter.

Contoh
Sebuah proyektil ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 300 m/s.
Hitunglah: (i) kecepatannya setelah 20 s, (ii) ketinggian diatas tanah setelah 20 s,
(iii) waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak ketinggian, (iv) ketinggian
maksimum yang dicapai, (v) waktu tempuh total dari meninggalkan tanah sampai
kembali ke tanah.
Penyelesaian
(i) kecepatannya setelah 20 s
𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 − 𝑔𝑡
𝑣𝑡 = 300 − 9,81 × 20
Kecepatan pada detik ke-20 = 103,8 m/s

(ii) ketinggian diatas tanah setelah 20 s


1
ℎ = 𝑣𝑜 𝑡 + 𝑔𝑡 2
2
ℎ = 300 × 20 + 0,5 × 9,81 × 202
ℎ = 4038 m
Ketinggian = 4038 m

(iii) waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak ketinggian


𝑣𝑡 = 𝑣𝑜 – 𝑔𝑡
0 = 300 – 9,81𝑡 maka didaptkan 𝑡 = 30,58 sekon

26
(iv) ketinggian maksimum yang dicapai
𝑣𝑡 2 = 𝑣𝑜 2 − 2𝑔ℎ
0 = 3002 − 2 × 9,81 × hmax
hmax = 4587 m
Ketinggian maksimum = 4587 m

(v) waktu tempuh total dari meninggalkan tanah sampai kembali ke tanah
𝑡 = 30,58 sekon × 2 = 61,16 sekon

2.3 Harga Sesaat


Untuk benda yang bergerak lurus, berdasarkan kemiringan grafik s-t dan v-t,
diperoleh harga sesaat,

∆𝑠 𝑑𝑠
𝑣 = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡

∆𝑣 𝑑𝑣 𝑑2 𝑠
𝑎 = lim = =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2

Dari daerah di bawah grafik v-t dan a-t,

𝑠 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡

𝑣 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡

Contoh
Kecepatan sebuah benda pada waktu t dinyatakan oleh persamaan berikut:
𝑣 = 3𝑡 2 − 4𝑡 m/s
Hitunglah perpindahan, kecepatan, percepatan setelah bergerak 3 detik dari diam.

𝑠 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡
3
𝑠 = ∫ (3𝑡 2 − 4𝑡 ) 𝑑𝑡
0
3
𝑠 = [𝑡 2 − 2𝑡 2 ] = 27 − 18 = 9 meter
0

Jadi perpindahan = 9 m setelah 3 detik.


𝑣 = 3𝑡 2 − 4𝑡 = 27 − 12 = 15 m/s

Kecepatan = 15 m/s pada detik ke 3

𝑑𝑣 𝑑
𝑎= = (3𝑡 2 − 4𝑡) = 6𝑡 − 4 = 14 m/s2
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Percepatan = 14 m/s2 setelah 3 s.

27
2.4 Perubahan Kecepatan
Kecepatan adalah besaran vektor yang menyatakan laju dan arah dan oleh karena
itu perubahan kecepatan terjadi jika laju berubah tanpa perubahan arah, atau jika
arah berubah ketika laju tetap, atau jika terjadi perubahan keduanya laju dan arah.

Gambar 2.6 Contoh perubahan kecepatan

Tinjau contoh sederhana Gambar 2.6 yang mengilustrasikan diagram ruang dan
vektor kecepatan.
Kasus A menyatakan benda bergerak 5 m/s ke timur, mengalami perubahan
kecepatan menjadi 12 m/s ke timur. Vektor masing masing kecepatan digambar
dari titik yang sama, perbedaan antara ujung-ujung vektor adalah perubahan
kecepatan, dalam kasus ini adalah 7 m/s.
Kasus B adalah sebuah benda dengan kecepatan awal 9 m/s ke timur, berubah
menjadi 2 m/s ke barat. Vektor diagram menunjukkan vektor masing-masing
kecepatan digambar dari titik yang sama, perbedaan antara titik ujung mereka
adalah perubahan kecepatan yaitu 11m/s.
Kasus C adalah sebuah benda dengan kecepatan awal 6 m/s ke timur berubah
menjadi 8 m/s ke selatan. Diagram vektor dibentuk pada prinsip yang sama dari
dua vektor yang digambar dari sebuah titik yang sama. Perubahan kecepatan
adalah selalu merupakan perbedaan antara ujung-ujung bebas kedua vektor, yaitu
√82 + 62 = 10 m/s. Arah perubahan kecepatan adalah S 36° 52’ W. Perubahan
kecepatan mengambil tempat dalam arah gaya kerja yang diberikan yaitu antara
perubahan dari timur ke baratdaya.
Pada semua kasus, diagram vektor dibentuk dengan menggambar vektor-vektor
kecepatan dari sebuah titik yang sama. Ini disebut dengan pengurangan vektor.
Percepatan adalah perubahan kecepatan terhadap waktu. Kemudian dalam semua
kasus harga percepatan dapat diperoleh dengan cara biasanya yaitu perubahan
kecepatan dibagi dengan selang waktu.

28
Contoh
Sebuah pesawat terbang mengalami perubahan kecepatan dari 400 km/jam
berarah barat menjadi 500 km/jam berarah timur laut dalam ½ menit. Hitunglah
kecepatan rata-rata dalam m/s2.

Gambar 2.7 Diagram ruang dan diagram vektor

𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐 cos 𝐴
𝑎2 = 5002 + 4002 − 2 × 500 × 400 cos 135𝑜
𝑎 = √692800 = 832,4 km/jam

Jadi perubahan kecepatan adalah 832,4 km/jam

perubahan kecepatan
percepatan =
selang waktu

832,4 × 103
percepatan = = 7,707 m/s2
3600 × 30

Jadi besar percepatan adalah 7,707 m/s2.

2.5 Kecepatan Relatif


Penjelasan di atas hanya untuk kecepatan objek bergerak melewati titik-titik tetap
pada bumi (sebagai acuan), yang mana ini disebut dengan kecepatan
absolut/mutlak.
Ketika kecepatan gerak objek A dinyatakan sebagai laju obyek A melewati obyek
bergerak lain B (atau dapat dikatakan kecepatan obyek A menurut obyek bergerak
B), ini disebut kecepatan relatif A terhadap B. Sebagai akibatnya ini adalah
kecepatan A seperti tampak oleh seorang yang bergerak dengan obyek B dan
sehingga kadang disebut sebagai kecepatan semu/relatif.

Gambar 2.8 Contoh kecepatan relatif/semu obyek-obyek berkecepatan sama bergerak


searah dan sejajar

Jika dua obyek bergerak sejajar dengan kecepatan tetap seperti pada Gambar 2.8,
kecepatan relatif satu dengan yang lain adalah nol. Sebagai contoh ketika dua orang
duduk saling menatap di dalam sebuah kereta api bergerak yang sama, mata satu sama
lain tidak bergerak, kecepatan semu satu terhadap lainnya adalah nol.
29
Akan tetapi, jika sebuah obyek bergerak dalam arah berlawanan terhadap obyek yang
lainnya misalkan kereta yang bergerak sejajar dalam arah berlawanan, masing masing
berkecepatan 50 km/jam seperti diilustrasikan oleh Gambar 2.9, obyek satu akan
melihat obyek lain dengan kecepatan 100 km/jam, sehingga kecepatan relatif satu
terhadap yang lain adalah 100 km/jam.

Gambar 2.9 Contoh kecepatan relatif/semu obyek-obyek berkecepatan sama bergerak


berlawanan arah dan sejajar

Kecepatan relatif obyek-obyek yang bergerak saling sejajar sederhana dan mudah
dipahami, tetapi ketika tidak saling sejajar maka agak rumit dan diperlukan
menggambar diagram-diagram vektor.
Tinjau sebuah benda A bergerak 30 m/s ke timur dan benda lain B bergerak 35 m/s 20 o
ke utara dari timur. Diagram ruang pertama digambar untuk menunjukkan kecepatan
absolute masing-masing, sebagaimana kecepatan tersebut relatif terhadap bumi, diberi
tanda A atau B di belakang vektor, dan E (untuk bumi) pada ujung vektor. Lihat Gambar
2.10.
Diagram vektor sekarang dapat digambar dengan E sebagai sebuah titik bersama untuk
dua kecepatan absolut, kecepatan relatif dari A ke B, atau dari B ke A, adalah vektor
penghubung dua pangkal vektor. Jika kecepatan B relatif terhadap A yang dicari, panah
ditaruh pada titik dari B ke A dan menggambarkan bagaimana gerak obyek B menurut
pandangan A. Jika kecepatan A relatif terhadap B yang dicari, panah ditaruh pada titik
dari A ke B dan menggambarkan bagaimana gerak obyek A menurut pandangan B. Ini
adalah pengurangan vektor.

Gambar 2.10 Kecepatan B relatif terhadap A

Contoh
Kapal pertama A berlayar ke barat dengan kecepatan 19 knots dan kapal lain B yang
jaraknya 5 nautical miles barat daya dari A berlayar ke utara 30o ke timur dengan
kecepatan 17 knots. Hitung jarak antara dua kapal ketika mereka berada pada posisi

30
terdekat satu sama lain. Hitunglah waktu saat mereka berada pada posisi terdekat satu
sama lain.

Gambar 2.11

𝑉𝑅 2 = 172 + 192 − 2 × 17 × 19 × cos 120𝑜


𝑉𝑅 2 = 973
𝑉𝑅 = √973 = 31,19 knot

17 31,19
=
sin 𝜃 sin 120𝑜

17 × 0,866
sin 𝜃 = = 0,472
31,19
𝜃 = sin−1 0,472 = 28𝑜 10′

Kecepatan B relatif terhadap A adalah 31,19 knots berarah 28° 10′ ke utara dari timur.
Sekarang bayangkan jika berada di kapal A diam semu dan melihat kapal B, yang mana
jaraknya 5 nautical miles arah barat daya, bergerak dengan laju semu 31,19 knots dalam
arah 28° 10′ ke utara dari timur. Sebuah diagram ruang untuk jarak sekarang kita
gambar untuk merepresentasikan kondisi semu ini sebagaimana dalam Gambar 2.12.

Gambar 2.12

𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝛼 = 45° − 28°10′ = 16°50′


𝐴𝐵2 = jarak terdekat (𝑛𝑒𝑎𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑝𝑝𝑟𝑜𝑎𝑐ℎ) = 5 × sin 16° 50′ = 1,448 nautical miles.
Jarak semu (apparent distance) yang ditempuh oleh B untuk memperoleh posisi
jarak terdekat (nearest approach) = 𝐵1𝐵2 = 5 × cos 16° 50′ = 4,7855 𝑛𝑎𝑢𝑡𝑖𝑐𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑙𝑒𝑠

31
Untuk menempuh 4,7855 nautical miles pada laju semu (apparent speed) 31,19
knots:
jarak 4,7855 × 60
waktu = = = 9,2 menit
laju 31,19

2.6 Gaya Gesek


Kita telah mengamati bahwa permukaan suatu benda, meskipun sehalus apapun
itu, adalah tidak sempurna halusnya dan pasti tetap memiliki kekasaran. Ketika
kita meletakkan suatu balok pada permukaan lantai, maka gaya berat balok
tersebut akan menekan lantai. Sebagai akibatnya akan timbul gaya reaksi (gaya
normal) nilainya sama dengan berat benda namun arahnya berlawanan dengan
arah berat benda.
Ketika kita menarik balok tersebut secara horisontal maka akan mengalami
hambatan akibat adanya gaya normal dan kekasaran permukaan. Gaya hambat ini
disebut dengan gaya gesek. Gaya gesek bekerja dalam arah yang berlawanan
terhadap arah gerak balok tersebut.
Sehingga, dimanapun setiap ada gerakan relatif antara dua bagian, gaya gesek
muncul, sehingga untuk mengatasi gesekan sejumlah energi akan terbuang.
Gaya gesek dapat juga disebut sebagai gaya yang timbul pada dua bidang
permukaan benda yang bersinggungan dan mempunyai kekasaran dan arah gaya
gesek melawan arah kecenderungan gerak benda.

Gambar 2.13 Gaya gesek

Dalam aplikasi teknik gesekan dapat diinginkan maupun tidak diinginkan. Ada
peralatan dan perangkat yang dikenal sebagai piranti gesek seperti sabuk dan tali,
gesekan kopling, rem, mur dan baut, yang mana gesekan menguntungkan dan
upaya dilakukan untuk memaksimalkan gesekan tersebut. Dan sebaliknya, gesekan
sangat tidak diinginkan pada bagian-bagian bergerak mesin, yang mana
menyebabkan kehilangan energi yang dapat menghasilkan perubahan bentuk
energi menjadi energi panas. Untuk meningkatkan efisiensi mesin, gesekan harus
dikurangi seminim mungkin dengan pelumasan (lubrication).

Karakteristik Gaya Gesek


Gaya gesek memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Seft-adjusting, ketika gaya tarik F meningkat, gaya gesek f juga meningkat, dan
sampai suatu saat ketika benda akan bergerak maka sejumlah gaya gesek akan
muncul untuk melawan arah gerakan benda.
b. Gaya gesek selalu bekerja dalam arah yang berlawanan terhadap arah gerakan
(selalu melawan arah gaya tarik F)
c. Gaya gesek adalah gaya pasif (gaya gesek ada jika gaya tarik F ada)
32
Tipe Gaya Gesek
Gaya gesek dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Gesekan pada permukaan tanpa pelumas
2. Gesekan pada permukaan berpelumas
Pada gesekan permukaan tanpa pelumas, gesekan yang muncul antara dua
permukaan tak berpelumas disebut gesekan solid atau gesekan kering. Ini dapat
terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
1. Sliding friction (gesekan luncur), yaitu gesekan yang muncul ketika sebuah
permukaan benda meluncur diatas permukaan lain.
2. Rolling friction (gesekan bergulir), yaitu gesekan ketika antara kedua
permukaan terpisah oleh gotri (bola-bola kecil) atau laker/roller.
Harus diingat bahwa gesekan bergulir selalu lebih kecil daripada gesekan
luncur.

Pada Gesekan pada permukaan berpelumas, lebih lanjut dibagi menjadi berikut:
a. Gesekan licin atau tak kental (boundary friction),
b. Gesekan viscous (kental)
Jika diantara dua permukaan gesekan ada sebuah lapisan tipis minyak atau
pelumas, minyak akan terserap ke dalam permukaan. Sebagai akibatnya kontak
antara logam-logam akan digantikan dengan kontak antar lapisan tipis minyak dan
tentu saja gaya gesekan akan terkurangi. Dalam kasus seperti itu gaya gesekan
disebut sebagai gesekan licin (boundary friction).
Pada bab ini kita hanya akan membahas gesekan antar permukaan yang tak
terlumasi.

Batas Gesekan
Gambar 2.14 menunjukkan sebuah grafik antara gaya kerja dan gesekan. Selama
kondisi statis dimana gaya kerja meningkat dari nilai nol, gaya gesek juga akan naik
sebanding dengan gaya kerja. Pada kondisi tertentu ketika gaya kerja tepat cukup
untuk melampaui gesekan maka benda akan bergerak. Setelah itu tiba-tiba besar
gesekan menurun menuju suatu nilai yang tetap konstan sepanjang waktu
bergerak, seperti ditunjukkan Gambar 2.14

Gambar 2.14 Grafik antara gaya kerja dan gesekan

Ketika gerak tepat akan terjadi, gaya gesek mengalami nilai maksimum. Kondisi ini
disebut dengan batas keseimbangan (limitting equilibrium). Gesekan yang bekerja
pada kondisi ini disebut batas gesekan (limitting friction).
Batas gaya gesek ini dapat didefinisikan sebagai harga maksimum gaya gesek yang
muncul ketika benda tepat akan bergerak pada permukaan benda lain. Ketika gaya
33
kerja lebih kecil dari pada batas gesekan maka benda tetap diam, dan gesekan
disebut sebagai gesekan statis, yang nilainya antara nol sampai batas gesekan
(limitting friction).

Hukum Gesekan
Hukum gesekan statis dinyatakan sebagai berikut:
1. Gaya gesek selalu bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah
kecenderungan gerak benda.
2. Besar gaya gesek berbanding lurus dengan gaya normal antara kedua
permukaan.
3. Besar gaya gesek tergantung pada kondisi permukaan bidang kontak.
4. Gaya gesek tidak tergantung pada luas dan bentuk permukaan bidang
kontak.

Hukum gesekan dimanis atau kinetis:


1. Gaya gesek selalu bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah
kecenderungan gerak benda
2. Besar gaya gesek berbanding lurus dengan gaya normal antara kedua
permukaan.
3. Besarnya gaya gesek dinamis menghasilkan rasio tetap terhadap gaya
normal antara dua permukaan tetapi rasionya adalah sedikit lebih kecil
daripada keadaan batas gesekan (limitting friction)
4. Gaya gesekan mendekati konstan pada laju sedang tetapi berkurang sedikit
seiring dengan meningkatnya laju.

Sudut gesekan

Sudut gesekan adalah sudut yang dibentuk antara Gaya Normal (N) dengan
resultan (R) dari Gaya Normal (N) dan gaya gesek batas(f ). Sudut gesekan diberi
simbol 𝜙.

𝑓
tan ϕ =
𝑁

𝑓
ϕ = tan−1
𝑁

34
Koefisien Gesekan
Koefisien gesekan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya gesek batas (f )
terhadap gaya Normal (N) antara dua benda yang bergesekan. Koefisien gesekan
diberi simbol 𝜇.
𝑓
μ = tan ϕ =
𝑁

Sehingga besar gaya gesekan dapat dirumuskan dengan persamaan

𝑓 = μN

dengan 𝑁 adalah gaya normal (satuan Newton), yaitu gaya yang merupakan gaya
reaksi bidang tempat benda berada terhadap gaya aksi yang diberikan benda dan
mempunyai arah yang tegak lurus terhadap bidang tempat benda tersebut,
sedangkan 𝜇 adalah koefisien gesekan yang menyatakan tingkat kekasaran
permukaan bidang kontak.

Gesekan Statis dan Dinamis


Gaya gesek ada dua macam yaitu:
a. Gaya gesek statis (𝑓𝑠) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam
keadaan diam atau tepat akan mulai bergerak. Jika 𝜇𝑠 adalah koefisien gesek
statis, maka

𝑓𝑠 = 𝜇𝑠. 𝑁

b. Gaya gesek kinetis (𝑓𝑘) adalah gaya gesek yang dialami benda dalam
keadaan sedang bergerak. Gaya gesek kinetis selalu lebih kecil dari pada
gaya gesek statis (gesekan kinetis sekitar 40 sampai 75 persen dari gaya
gesek statis maksimum). Jika 𝜇𝑘 adalah koefisien gesekan kinetis, maka:

𝑓𝑘 = 𝜇𝑘. 𝑁

Koefisien gesek adalah konstanta yang menunjukkan sifat kasar licinnya


permukaan dua bidang yang bersentuhan. Nilai koefisien gesek berkisar
antara 0 ≤ µ ≤ 1.

Sudut Istirahat (Angle of Repose)


Berdasarkan gambar dibawah. Tinjau sebuah benda yang beratnya w berada diatas
bidang horisontal yang dimiringkan dengan sudut 𝛼.

35
Gambar 2.16 Sudut istirahat (angle of repose)

Benda berada dalam keseimbangan dibawah pengaruh gaya-gaya berikut:


a. Berat, w (yang dapat diuraikan menjadi dua komponen 𝑤 sin 𝛼 dan 𝑤 cos 𝛼
seperti pada gambar
b. Gaya Normal, N, dan
c. Gaya gesek, f (= 𝜇𝑁).

Dalam kondisi batas ketika benda tepat akan meluncur ke bawah, gaya gesek harus
bekerja ke atas searah bidang supaya seimbang.
Tinjau gaya-gaya sejajar dan tegak lurus bidang.
𝑓 = 𝑤 sin 𝛼 (i)
𝑁 = 𝑤 cos 𝛼 (ii)
Dari persamaan (i) dan (ii), kita peroleh

𝑓 𝑤 sin 𝛼
= = tan 𝛼
𝑁 𝑤 cos 𝛼

sedangkan
𝑓
= μ = tan ϕ
𝑁

Dimana 𝜙 adalah sudut gesekan.


Sudut 𝛼 disebut sudut istirahat (angle of repose) dan adalah sama dengan sudut
gesekan ketika benda dalam kondisi batas keseimbangan pada bidang miring.

Kerucut Gesekan (Cone of Friction)


Jika garis OA pada Gambar 2.17 merupakan sudut maksimum gesekan 𝜙 yang
dibentuk dengan gaya normal diputar mengitari OB sebagai sumbu, kerucut yang
terbentuk disebut dengan kerucut gesekan (cone of friction). Jika resultan R antara
gaya normal dan gaya gesekan berada didalam kerucut gaya, maka gaya yang
bekerja tidak cukup besar untuk menyebabkan benda bergerak. Prinsip ini
digunakan dalam mekanisme self-locking.

36
Gambar 2.17 Kerucut gesekan (cone of friction)

Gerak Benda Pada Bidang Horisontal


Gambar di bawah menunjukkan sebuah benda berada di atas bidang horisontal
ditarik dengan gaya F yang membentuk sudut 𝜃 terhadap permukaan bidang
horisontal. Nilai gaya f dapat ditentukan dengan meninjau batas keseimbangan.

Gambar 2.18 Gerak pada bidang horisontal

Penyelesaian gaya-gaya sejajar bidang (gaya-gaya horisontal), kita peroleh


𝑓 = 𝐹 cos 𝜃
𝜇𝑁 = 𝐹 cos 𝜃 (i)
Penyelesaian sistem gaya tegak lurus bidang (gaya-gaya vertikal), kita peroleh
𝑁 + 𝐹 sin 𝜃 = 𝑊
𝑁 = 𝑊 − 𝐹 sin 𝜃 (ii)
Substitusi nilai N ke dalam persamaan (i), kita peroleh

𝜇(𝑊 − 𝐹 sin 𝜃) = 𝐹 cos 𝜃


𝜇𝑊 − 𝜇𝐹 sin 𝜃 = 𝐹 cos 𝜃
𝐹 (cos 𝜃 + 𝜇 sin 𝜃) = 𝜇𝑊

karena
sin ϕ
𝜇 = tan ϕ =
cos ϕ
maka kita peroleh

37
sin ϕ sin ϕ
𝐹 (cos 𝜃 + sin 𝜃) = .𝑊
cos ϕ cos ϕ

sin ϕ sin ϕ
𝐹 (cos 𝜃 + sin 𝜃) × cos ϕ = . 𝑊 × cos ϕ
cos ϕ cos ϕ
𝐹(cos 𝜃 . cos ϕ + sin 𝜃 . sin ϕ) = 𝑊. sin ϕ
𝐹 cos(𝜃 − ϕ) = 𝑊. sin ϕ
𝑊. sin ϕ
𝐹=
cos(𝜃 − ϕ)
Untuk supaya 𝐹 bernilai minimum, cos(𝜃 − 𝜙) harus bernilai maksimum
cos(𝜃 − 𝜙) = 1 maka pastilah 𝜃 − 𝜙 = 0
Maka kita peroleh 𝜃 = 𝜙
Jadi sudut kemiringan gaya F harus sama dengan sudut gesekan

Contoh
Tarikan 25 N dengan sudut 30o terhadap horisontal diperlukan untuk
memindahkan balok kayu pada meja mendatar. Jika koefisien gesekan antara
benda yang bersentuhan adalah 0,2 maka hitunglah berat balok!
Penyelesaian
Diketahui:
W = berat benda
F = gaya (= 25 N)
N = gaya normal
𝜇 = koefisien gesekan (= 0,2)

Gambar 2.19

Penyelesaian gaya-gaya sejajar terhadap bidang,


𝑓 = 𝐹 cos 30°
𝜇𝑁 = 𝐹 cos 30° (i)

Penyelesaian gaya-gaya tegak lurus bidang,


𝑁 + 𝐹 sin 30° = 𝑤
𝑁 = 𝑤 − 𝐹 sin 30°

Substitusi harga N ke dalam persamaan (i), kita peroleh


𝜇(𝑤 − 𝐹 sin 30°) = 𝐹 sin 30°
0,2(𝑤 − 25 × 0,5) = 25 × 0,866
𝑤 = 120,75 Newton
38
Contoh
Sebuah benda yang diam di atas bidang datar kasar memerlukan tarikan 18 N
dengan kemiringan 30o terhadap bidang untuk tepat akan bergerak. Ditemukan
bahwa dorongan 22 N dengan kemiringan 30o terhadap bidang diberikan untuk
tepat akan bergerak. Tentukan berat benda dan koefisien gesek bidang.
Penyelesaian
Diketahui
w = berat benda
F = gaya yang bekerja
N = gaya normal
𝜇 = koefisien gesek

Gambar 2.20

Kasus I. Penyelesaian gaya-gaya sejajar bidang,


𝑓 = 𝐹 cos 30°
𝜇𝑁 = 18 cos 30° (i)
Dan penyelesaian gaya-gaya tegak lurus bidang,
𝑁 + 𝐹 cos 30° = 𝑤 (ii)
𝑁 + 18 cos 30° = 𝑤
𝑁 = 𝑤 − 18 sin 30°
𝑁=𝑤−9
Substitusi nilai N ke dalam persamaan (i), kita peroleh
𝜇(𝑤 − 9) = 18 cos 30°
Berdasarkan gambar 2.20
Kasus II. Penyelesaian gaya-gaya sejajar bidang,
𝑓 = 𝐹 cos 30°
𝜇𝑁 = 22 cos 30° (i)
Dan penyelesaian gaya-gaya tegak lurus bidang,
𝑁 = 𝑤 + 𝐹 sin 30°
𝑁 = 𝑤 + 22 sin 30°
𝑁 = 𝑤 + 11 (ii)

Substitusi nilai N ke persamaan (i), kita peroleh


𝜇(𝑤 + 11) = 22 cos 30°

Dari persamaan (i) dan (ii), kita peroleh


μ(w − 9) 18 cos 30°
=
μ(w + 11) 22 cos 30°

39
22(𝑤 − 9) = 18(𝑤 + 11)
22𝑤 − 198 = 18𝑤 + 198
4𝑤 = 396
𝑤 = 99 Newton

Dengan memasukkan nilai w ke persamaan (1), kita peroleh


𝜇(99 − 9) = 18 cos 30°
18 𝑐𝑜𝑠 30°
𝜇 = = 0,1732 Newton
90

Soal Latihan
1. Sebuah kapal berlayar ke timur dengan kecepatan 18 knots melewati arus 3
knots yang arahnya 40° ke timur dari utara. Hitunglah laju resultan dan
arah kapal.
2. Sebuah lokomotif yang awalnya diam, dipercepat beraturan sampai
kecepatan maksimum, memerlukan waktu 1 menit dan menempuh jarak 0,5
km. Lokomotif kemudian berjalan pada kecepatan maksimum selama 2
menit dan akhirnya diperlambat secara teratur memerlukan 30 detik untuk
berhenti. Hitunglah laju maksimum, gambarkan grafik kecepatan-waktu dan
hitunglah jarak total yang ditempuh.
3. Sebuah benda bergerak sehingga jarak yang ditempuh dari titik asal
diberikan oleh persamaan: 𝑠 = 0,2𝑡2 + 10,4 Hitunglah kecepatan dan
percepatan 5 detik setelah benda muai bergerak dan kecepatan rata-rata
pada 10 detik gerakannya.
4. Laju dan arah kapal motor berubah dari 9 knot ke utara menjadi 11 knot ke
barat dalam waktu 30 detik. Hitung percepatan rata-rata dalam m/s2. (1
knot = 1,852 km/jam)
5. Dua kereta api, yang pertama panjang 20 m dan yang kedua panjangnya 40
m, saling mendekat satu sama lain dalam arah berlawanan pada track
sejajar, laju kereta yang lebih pendek 50 km/jam dan yang lebih panjang
100 km/jam. Hitung waktu yang diperlukan untuk melewati satu sama lain.
6. Sebuah benda yang beratnya 1000 N diam pada bidang datar, koefisien
gesekan antara benda dan bidang 0,1. Hitunglah besarnya gaya yang bekerja
30° terhadap bidang datar yang akan menyebabkan benda tepat akan
bergerak.
7. Hitunglah gaya yang diperlukan untuk memindahkan beban 300 N menaiki
bidang miring, gaya bekerja sejajar bidang miring. Kemiringan bidang
adalah seperti ketika benda yang sama tertahan pada bidang yang sangat
halus dimiringkan pada sudut tersebut dan sebuah gaya 60 N bekerja pada
kemiringan 30o terhadap bidang menahan bersama-sama dalam
keseimbangan. Asumsikan bahwa koefisien gesekan antara bidang kasar
dan beban sama dengan 0,3.

40
IMPULS DAN MOMENTUM
Suatu penerapan hukum fisika yang begitu hebat, adalah roket, yang didasari
atas hukum ketiga Newton, dan penerapan impuls dan momentum. Dengan
semua hal di atas roket dapat bergerak melawan gravitasi bumi.

Konsep Impuls
Apakah yang menyebabkan suatu benda diam menjadi bergerak? Telah kita
ketahui adalah gaya. Bola diam yang bergerak ketika gaya tendangan anda bekerja
pada bola. Gaya tendangan anda pada bola termasuk gaya kontak yang bekerja
hanya dalam waktu singkat. Gaya seperti itu disebut gaya impulsif. Jadi gaya
impulsif mengawali suatu percepatan dan menyebabkan bola bergerak cepat dan
makin cepat. Ketika kaki menendang bola adalah terdapat selang waktu kontak
antara permukaan kaki dengan permukaan kontak, yang selanjutnya disebut
selang waktu kontak singkat (∆𝑡).

Gambar 2.21 Impuls ketika gaya tendangan anda bekerja pada bola

Hasil kali antara gaya impulsif (𝐹) dengan selang waktu kontak (∆𝑡) disebut
besaran impuls dan diberi lambang I.
𝐼 = 𝐹. ∆𝑡

Impuls termasuk besaran vektor. Arah impuls I searah dengan arah gaya impulsif
F.

Konsep Momentum
Dalam fisika momentum didefinisikan sebagai ukuran kesukaran untuk
menghentikan suatu benda. Jika ada dua benda bergerak bersama-sama, kita akan
lebih sukar menghentikan benda yang massa dan kecepatannya lebih besar
dibandingkan dengan yang massa dan kecepatannya kecil. Momentum dirumuskan
sebagai hasil kali antara massa dan kecepatan.

𝑝 = 𝑚. 𝑣

Momentum merupakan besaran vektor, arah momentum searah dengan arah


kecepatannya.

Hubungan Antara Impuls dan Momentum


Hukum II Newton menyatakan, jika suatu benda yang bergerak dikenai gaya maka
benda itu akan mengalami percepatan
F = m a.

41
Jika nilai F ini disubstitusikan pada persamaan impuls, maka:
I = F .Δt
I = m a .Δt
I = m Δv
I = m (v2 – v1)
I = p 2 – p1
I = ∆p
Persamaan diatas menyatakan bahwa impuls yang diberikan akan menyebabkan
perubahan kecepatan suatu benda, hingga akhirnya menyebabkan perubahan
momentum.

IMPULS = PERUBAHAN MOMENTUM

Aplikasi Impuls dan Momentum Dalam Kehidupan Sehari-hari:


1. Sabuk pengaman pada mobil.
2. Sarung Tinju.
3. Helm.
4. Matras
5. Palu
Semua contoh diatas bertujuan memperkecil atau memperbesar gaya impuls
dengan memperlama atau mempersingkat waktu kontak.

Hukum Kekekalan Momentum


“ Dalam peristiwa tumbukan, momentum total sistem sesaat sebelum tumbukan
sama dengan momentum total sistem sesaat setelah tumbukan, asalkan tidak ada
gaya luar yang bekerja pada sistem ”.
Formula hukum kekekalan momentum di atas dinyatakan oleh
𝑚𝐴 𝑣𝐴 𝑚𝐵 𝑣𝐵

𝑚𝐴 𝑣𝐴′ 𝑚𝐵 𝑣𝐵′

Gambar 2.22 Tumbukan antara benda A dan benda B

𝑝𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝑝𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ

𝑝𝐴 + 𝑝𝐵 = 𝑝𝐴′ + 𝑝𝐵′

𝑚𝐴 𝑣𝐴 + 𝑚𝐵 𝑣𝐵 = 𝑚𝐴 𝑣𝐴′ + 𝑚𝐵 𝑣𝐵′

42
Tumbukan
Pada setiap jenis tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum tetapi tidak
selalu berlaku hukum kekekalan energi mekanik, sebab sebagian energi mungkin
diubah menjadi energi bentuk lain, misalnya panas atau bunyi, akibat tumbukan
atau terjadi perubahan bentuk benda.
Besarnya koefisien restitusi (e) untuk semua jenis tumbukan berlaku :

𝑣𝐴′ − 𝑣𝐵 ′
𝑒=−
𝑣𝐴 − 𝑣𝐵

dengan:
v’A; v’B= kecepatan benda A dan B setelah tumbukan
vA ; vB = kecepatan benda A dan B sebelum tumbukan

Macam tumbukan yaitu:


1. Tumbukan elastis sempurna, yaitu tumbukan yang tak mengalami perubahan
energi. Koefisien restitusi e = 1, berlaku hukum kekekalan momentum dan
hukum kekekalan energi mekanik (karena pada kedudukan/posisi sama, maka
yang diperhitungkan hanya energi kinetiknya)
2. Tumbukan elastis sebagian, yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum
kekekalan energi mekanik sebab ada sebagian energi yang diubah dalam
bentuk lain, misalnya panas. Koefisien restitusi 0 < e < 1.
3. Tumbukan tidak elastis , yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan
energi mekanik dan kedua benda setelah tumbukan melekat dan bergerak
bersama-sama. Koefisien restitusi e = 0.

A. RANGKUMAN
1. Momentum merupakan hasil kali massa sebuah benda dengan kecepatan.
Momentum merupakan besaran vektor yang arahnya searah dengan
kecepatannya. Momentum dirumuskan 𝑝 = 𝑚. 𝑣.
2. Impuls merupakan perubahan momentum yaitu hasil kali gaya dengan waktu
yang ditempuhnya. Impuls merupakan Besaran vektor yang arahnya se arah
dengan arah gayanya. Impuls dirumuskan dengan persamaan 𝐼 = 𝐹. ∆𝑡.
3. Macam-macam tumbukan:
a. Lenting sempurna, e = 1
b. Lenting sebagian, 0 < e < 1
c. Tak lenting, e = 0
4. Hukum kekekalan momentum: momentum awal = momentum akhir

B. TUGAS
1. Sebutir peluru bermassa 30 gr ditembakan dari senapan yang massanya 1,5 kg.
Jika peluru saat lepas memiliki kecepatan 100 m/s maka tentukan kecepatan
senapan sesaat setelah peluru lepas?
2. Bola A 1,5 kg dan bola B 2 kg bergerak saling mendekati dengan kecepatan
masing-masing 8 m/s dan 6 m/s. Jika kedua bola tersebut bertumbukan secara
lenting sempurna, maka berapakah:
a. jumlah momentum setelah tumbukan,
b. energi kinetik setelah tumbukan,
c. kecepatan kedua bola setelah bertumbukan!

43
C. TES FORMATIF
1. Sebuah kapal bermassa 300 ton bergerak dengan kecepatan tetap 20 m/s.
Berapakah momentum yang dimilikinya?
2. Sebuah bola dipukul dengan gaya sebesar 45 N, jika gaya itu bekerja pada bola
hanya dalam waktu 0.1 s. Berapakah besarnya impuls pada bola tersebut?
3. Dalam suatu permainan sepak bola, seorang pemain melakukan tendangan
pinalti. Tepat setelah ditendang bola melambung dengan kecepatan 60 m/s. Bila
gaya tendangan 300 N dan sepatu pemain menyentuh bola selama 0,3 s maka
tentukan:
a. impuls yang bekerja pada bola,
b. perubahan momentumnya, c. massa bola

Jawaban Tes Formatif


1. Penyelesaian:
m = 300 ton = 300.000 kg
v = 20 m/s
Momentum:
p = m.v = 300.000 kg . 20 m/s = 600.000 kg.m/s = 6 . 105 kg.m/s

2. F = 45 N
∆t = 0,1 s
Impuls:
I = F. ∆t = 45 N.0,1 s = 4,5 N.s
3. Penyelesaian:
a. I = F. ∆t = 300 N.0,3 s = 90 N.s
b. ∆p = I = 90 N.s
c. I = m (v2 – v1)
90 N.s = m (60 m/s - 0)
90 𝑁.𝑠
m = 60 𝑚/𝑠 = 1,5 kg

44
BAB 3
GERAK MELINGKAR DAN ROTASI

Pada gerak lurus ada tiga besaran dasar, yaitu posisi x, kecepatan v dan percepatan
a. analogi dengan gerak lurus, pada gerak melingkar juga ada tiga besaran dasar,
yaitu posisi sudut 𝜃, kecepatan sudut 𝜔, dan percepatan sudut 𝛼.

Perpindahan Anguler
Perpindahan anguler dari benda yang berputar diukur dalam radian. Simbol
perpindahan anguler adalah 𝜃. Satu radian adalah sudut yang dibentuk pada pusat
lingkaran dengan busur yang panjangnya sama dengan jari jari lingkaran.

Gambar 3.1 Satu radian adalah sudut yang dibentuk pada pusat lingkaran dengan
busur yang panjangnya sama dengan jari jari lingkaran

1 putaran = 2 𝜋 𝑟𝑎𝑑

Kecepatan Anguler
Kecepatan anguler adalah laju perubahan perpindahan anguler. Simbol kecepatan
anguler adalah ‘𝜔’ dan satuannya adalah rad/s.
Kecepatan anguler rata-rata (𝜔 ̅) didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan
anguler (∆𝜃) dengan selang waktu tempuhnya (∆𝑡).

∆𝜃 𝜃2 − 𝜃1
𝜔= =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1

Kecepatan anguler (𝜔) didefinisikan sebagai turunan pertama dari fungsi posisi
sudut 𝜃 terhadap waktu 𝑡.
𝑑𝜃
𝜔=
𝑑𝑡

Karena laju rotasi sering dinyatakan dalam putaran per detik atau putaran per
menit, konversi berikut diperlukan:
𝑟𝑎𝑑 putaran
𝜔( ) = 2𝜋𝑛 dimana 𝑛 = laju dalam
𝑠 detik

𝑟𝑎𝑑 2𝜋𝑁 putaran


𝜔( )= dimana 𝑁 = laju dalam
𝑠 60 menit

45
Percepatan Anguler
Percepatan anguler adalah laju perubahan kecepatan anguler, dinyatakan dalam
rad/s2. Simbol percepatan anguler adalah’ 𝛼’.
Percepatan anguler rata-rata (𝜔 ̅) didefinisikan sebagai hasil bagi percepatan
anguler (∆𝜔) dengan selang waktu tempuhnya (∆𝑡).

∆𝜔 𝜔2 − 𝜔1
𝛼= =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1

Percepatan anguler sesaat (𝛼) didefinisikan sebagai turunan pertama dari fungsi
kecepatan anguler 𝜔 terhadap waktu 𝑡.

𝑑𝜔 𝑑 2 𝜃
𝜔= = 2
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Persamaan-Persamaan
Dengan cara yang sama untuk gerak lurus, empat persamaan dapat diturunkan
untuk memberikan hubungan untuk gerak melingkar antara perpindahan anguler,
kecepatan anguler, percepatan anguler dan waktu.

𝜔𝑡 = 𝜔𝑜 + 𝛼𝑡
𝜔0 + 𝜔𝑡
𝜃 =𝜔̅𝑡 = ( )𝑡
2
1
𝜃 = 𝜔𝑜 𝑡 ± 𝛼𝑡 2
2
𝜔𝑡2 = 𝜔𝑜2 ± 2𝛼𝜃

dengan
𝜔𝑡 = kecepatan anguler awal (rad⁄s)
𝜔𝑜 = kecepatan anguler awal (rad⁄s)
̅ = kecepatan anguler rata − rata (rad⁄s)
𝜔
𝛼 = percepatan anguler (rad⁄s2 )
𝑡 = waktu (s)
𝜃 = perpindahan anguler (rad)

Contoh
Sebuah roda berputar kecepatannya bertambah secara teratur dari 150
putaran/menit menjadi 350 putaran per menit dalam 30 detik. Hitunglah
percepatannya.

2𝜋 × 150
𝜔0 = = 15,71 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60
2𝜋 × 350
𝜔𝑡 = = 36,65 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60

Dari persamaan (i) diatas,


𝜔𝑡 = 𝜔𝑜 + 𝛼𝑡
𝜔𝑡 − 𝜔 0
𝛼=
𝑡
36,65 − 15,71
𝛼= = 0,698 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2
30
46
Contoh
Sebuah batang berputar 40 putaran/menit diperlambat secara teratur 0,017 rad/s2
selama 15 detik. Hitunglah (i) kecapatan anguler pada akhir waktu, dan (ii) jumlah
putaran yang dilakukan oleh batang selama 15 detik.
Percepatan, 𝛼 = −0,017 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2

2𝜋 × 40
𝜔0 = = 4,19 𝑟𝑎𝑑/𝑠
60
𝜔𝑡 = 𝜔0 + 𝛼𝑡
𝜔𝑡 = 4,19 + (−0,017 × 15)
𝜔𝑡 = 3,93 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠

Kecepatan anguler akhir dalam putaran/menit:


3,93 × 60
𝜔𝑡 = 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2𝜋
𝜔0 + 𝜔𝑡
𝜃=𝜔 ̅𝑡 = ( )𝑡
2
4,19 + 3,93
=( ) × 15
2
= 60,9 𝑟𝑎𝑑

Jumlah putaran:
60,9 𝑟𝑎𝑑
=
2𝜋
= 9,96

Hubungan Antara Gerak Lurus dan Gerak Melingkar


Tinjau sebuah titik yang bergerak pada lintasan melingkar, jika 𝜃 menyatakan
perpindahan linier, 𝑟 menyatakan jari-jari dan 𝑠 menyatakan panjang busur
lingkaran atau jarak tempuh gerak linier, maka:

Perpindahan Linier = Jari-Jari × Perpindahan Anguler


𝑠 = 𝑟𝜃

Jika 𝑣 menyatakan kecepatan linier, 𝜔 menyatakan kecepatan anguler dan 𝑟 jari-


jari, maka:

Kecepatan Linier = Jari-jari × Kecepatan Anguler


𝑣 = 𝑟𝜔

Kemudian jika 𝛼 menyatakan percepatan anguler dan 𝑎 menyatakan percepatan


linier, maka:
Percepatan Linier = Jari-jari × Percepatan Anguler
𝑎 = 𝑟𝛼

Contoh
Sebuah roda memiliki diameter 240 mm bagian tengahnya disambung dengan
batang yang diameternya 40 mm yang dipasang pada 2 bearing sehingga batang
horisontal. Sebuah senar dililitkan melingkari batang. Salah satu ujung senar
dipatri pada batang, sedangkan ujung lainnya diberi beban. Ketika beban dibiarkan

47
jatuh dari keadaan diam, akan jatuh menempuh jarak 2 m dalam 5 detik. Dengan
mengabaikan ketebalan senar, hitunglah (i) kecepatan linier beban setelah 5 detik,
(ii) kecepatan anguler roda dan batang setelah 5 detik, (iii) kecepatan linier
pinggiran roda setelah 5 detik, (iv) kecepatan linier beban, (v) percepatan anguler
roda dan batang.

Beban berpindah 2 m dalam 5 detik,


𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 2 𝑚 𝑚
Kecepatan rata − rata = = = 0,4
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 5𝑠 𝑠

Kecepatan awal adalah nol karena berawal dari diam,


Kecepatan akhir = 2 × kecepatan rata-rata
= 2 × 0,4
=0,8 m/s

Kecepatan Linier = radius × kecepatan anguler

Kecepatan anguler:
𝑣 0,8
𝜔= = = 40 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝑟 0,02

Kecepatan linier pada pinggiran roda:


𝑣 = 𝑟𝜔 = 40 × 0,12 = 4,8 𝑚⁄𝑠

Catat bahwa jari-jari roda enam kali jari-jari batang, keduanya berotasi pada
kecepatan anguler yang sama, sehingga kecepatan linier pinggiran roda 6 kali
kecepatan permukaan batang, 6 × 0,8 = 4,8 m/s.
Percepatan linier beban:
perubahan kecepatan 0,8
𝑣= = = 0,16 𝑚/𝑠 2
waktu 5

Percepatan anguler batang:


𝑎 = 𝑟𝛼
𝑎 0,16
𝛼= = = 8 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2
𝑟 0,02

48
Gaya Sentripetal
Pada suatu gerak melingkar selalu diperlukan resultan gaya ke arah pusat
lingkaran yang bekerja pada benda bermassa m, agar benda itu mengalami
percepatan sentripetal sebesar as. Tanpa gaya sentripetal gerak melingkar tidak
dapat terjadi.

Gambar 3.2 Gaya sentripetal

Dari hubungan F = ma diperoleh besar gaya sentripetal,

𝑣2
𝐹𝑠 = 𝑚 𝑎𝑠 = 𝑚𝜔2 𝑅 = 𝑚
𝑅

Beberapa gaya sentripetal pada gerak melingkar horisontal adalah sebagai berikut:
1. Sebuah batu diikat pada ujung seutas tali dan diputar mendatar di atas
kepala. Gaya sentripetal diberikan oleh tegangan tali (T)

𝑣2
𝐹𝑠 = 𝑇 = 𝑚
𝑅

2. Gerakan bulan mengitari bumi. Gaya sentripetal diberikan oleh gaya gravitasi
bumi pada bulan.
𝑣2
𝐹𝑠 = 𝐹𝐺 = 𝑚
𝑅

Momen Gaya/Torsi
Momen gaya atau torsi adalah ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada
suatu benda untuk memutar benda tersebut terhadap suatu poros tertentu.
𝐹

O 𝑟

𝜃 𝑙
sin 𝜃 =
𝑟
𝑙
𝑙 = 𝑟 sin 𝜃

Gambar 3.3 Torsi atau momen gaya


49
Perhatikan gambar di atas! Sebuah gaya 𝐹digunakan untuk memutar sebuah
batang pada jarak 𝑟 dari sumbu putar. Arah gaya 𝐹 membentuk sudut 𝜃 terhadap
lengan 𝑟. Maka besarnya momen gaya tergantung pada besar gaya 𝐹 dan panjang
lengan momen 𝑙, dirumuskan dengan persamaan

𝜏=𝑙𝐹

𝜏 = (𝑟 sin 𝜃)𝐹

𝜏 = 𝑟 𝐹 sin 𝜃

Lengan momen (𝑙) merupakan panjang garis yang ditarik dari titik poros O sampai
memotong tegak lurus garis kerja vektor gaya 𝐹.
Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya atau
lebih yang bekerja terhadap suatu poros, dirumuskan sebagai berikut

Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + ⋯ + 𝜏𝑛

torsi 𝛕 termasuk besaran vektor yang memiliki nilai dan arah. Arah momen gaya
mengikuti aturan putaran tangan kanan.
𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑟𝑠𝑖 𝛕

𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝐅

Gambar 3.4 Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan

Dilihat dari atas, jika arah putaran keempat jari/arah gaya berlawanan arah
putaran jarum jam, maka torsi bertanda positif (+), sebaliknya jika arah putaran
keempat jari searah jarum jam, maka torsi bertanda negatif (-).

1. Momen Inersia
Besaran yang menyatakan ukuran kelembaman benda yang mengalami gerak
rotasi adalah momen inersia (analog dengan massa pada gerak translasi).
Momen inersia I dari partikel m dan berjarak r dari poros dinyatakan oleh,

𝐼 = 𝑚𝑟 2

Momen inersia dari beberapa partikel (titik massa) terhadap suatu poros
diperoleh dengan menjumlahkan secara aljabar biasa tiap-tiap momen inersia.
𝑛

𝐼 = ∑ 𝑚𝑖 𝑟𝑖2 = 𝑚1 𝑟12 + 𝑚2 𝑟22 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑟𝑛2


𝑖=1

50
Momen inersia benda tegar yang massanya terdistribusi kontinu dihitung dengan
metode integrasi yaitu:
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚

Dimana 𝑑𝑚 adalah elemen massa kecil benda berjarak 𝑟 dari poros rotasi.

𝑑𝑚

Gambar 3.5 Momen inersia benda tegar yang massanya terdistribusi kontinu

Distribusi massa pada suatu benda mempengaruhi besar momen inersia benda
tersebut. Momen inersia suatu benda tergantung pada poros rotasinya. Makin
tersebar massa benda terhadap poros rotasinya makin besar momen inersianya.

2. Kaitan Torsi dengan Percepatan Sudut

Sebuah gaya 𝐅yang tegak lurus pada lintasan partikel memberikan percepatan
tangensial 𝑎𝑡 , menurut hukum kedua Newton
𝐅 = 𝑚𝑎𝑡
Torsi pada pusat rotasi diperoleh
𝜏 = 𝐹𝑟 = (𝑚𝑎𝑡 )𝑟
Karena 𝑎𝑡 = 𝑟𝛼 maka diperoleh
𝜏 = (𝑚𝑟𝛼)𝑟 = (𝑚𝑟 2 )𝛼
Ingat bahwa 𝑚𝑟 adalah momen inersia, sehingga
2

𝜏 = 𝐼𝛼

Persamaan ini menunjukkan bahwa torsi yang bekerja pada suatu partikel
sebanding dengan percepatan anguler, dan konstanta proporsionalnya adalah
momen inersia.

3. Momentum Anguler
Momentum adalah ukuran kesukaran untuk merubah gerak suatu benda. Pada
besaran momentum linier dinyatakan oleh 𝐩 = 𝑚𝐯. Pada gerak rotasi yang
analog dengan momentum linier adalah momentum sudut. Massa analog
dengan momen inersia, kecepatan linier analog dengan kecepatan sudut, maka
momentum sudut L sama dengan hasil kali momen inersia I dengan kecepatan
sudut 𝛚.
51
𝐋 = 𝐼𝛚

Seperti momentum linier, momentum sudut juga merupakan suatu besaran vektor.

arah rotasi

Gambar 3.6 Arah momentum sudut L dari suatu benda yang berputar

Arah momentum sudut L dari suatu benda yang berputar diberikan oleh aturan
tangan kanan: putar keempat jari yang dirapatkan sesuai dengan arah gerak rotasi,
maka arah tunjuk jempol menyatakan arah vektor momentum sudut.
Dengan memasukkan 𝐼 = 𝑚𝑟 2 dan 𝜔 = 𝑣/𝑟, maka kita peroleh besar momentum
sudut 𝐿 sebagai berikut:
𝑣
𝐿 = (𝑚𝑟 2 ) ( ) = 𝑚𝑟𝑣
𝑟

Kaitan Antara Momentum Sudut Dengan Torsi


Gaya adalah turunan fungsi momentum linier p terhadap waktu, atau ditulis 𝐹 =
𝑑𝑝
. Dari persamaan ini kita dapat turunkan kaitan antara momentum sudut L
𝑑𝑡
dengan momen gaya 𝜏.

𝑑𝑝 𝑑(𝑚𝑣)
𝐹= =
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Kecepatan linier 𝑣 = 𝑟𝜔, sehingga
𝑑(𝑚𝑟𝜔)
𝐹=
𝑑𝑡

Dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan 𝑟, kita peroleh

𝑑(𝑚𝑟 2 𝜔)
𝑟𝐹 =
𝑑𝑡

𝑑(𝐼𝜔)
𝜏=
𝑑𝑡
𝐼𝜔 adalah momentum sudut 𝐿, sehingga
𝑑𝐿
𝜏= (∗)
𝑑𝑡

Persamaan tersebut menyatakan kaitan antara momentum sudut L dengan momen


gaya 𝜏. Momen gaya adalah turunan dari fungsi momentum sudut terhadap waktu.

52
4. Hukum Kekekalan Momentum Sudut
Pada gerak translasi telah anda kenal hukum kekekalan momentum linier, yang
menyatakan bahwa jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada suatu sistem yang
mengalami gerak translasi (Σ𝐹𝑙𝑢𝑎𝑟 = 0), maka momentum linier sistem selalu
tetap.

𝒑𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 = 𝒑𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏

Analogi dengan gerak tersebut, pada gerak rotasi dikenal hukum kekekalan
momentum sudut, yang menyatakan bahwa jika tidak ada momen gaya luar yang
bekerja pada suatu sistem yang mengalami gerak rotasi (Σ𝜏𝑙𝑢𝑎𝑟 = 0), maka
momentum sudut sistem selalu tetap.
Untuk resultan torsi luar sama dengan nol, maka dari persamaan (*) kita peroleh,

𝑑𝐿
jika 𝜏 = = 0, maka 𝐿 = konstan
𝑑𝑡

𝑳𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏 = 𝑳𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏

𝐿1 = 𝐿2

𝐼1 𝜔1 = 𝐼2 𝜔2

Kekekalan momentum dapat didemonstrasikan dengan baik oleh seorang penari


es.

Gambar 3.7 Kekekalan momentum anguler pada penari es

Pada gambar 3.7 penari diperlihatkan penari memulai rotasinya dengan kedua
lengan terentang. Dengan melipat kedua lengannya, penari itu memperkecil
momen inersianya terhadap poros (𝐼 = 𝑚𝑟 2, untuk 𝑟 mengecil maka 𝐼 juga
mengecil) dan sebagai akibatnya dia berputar lebih cepat (kecepatan sudut
bertambah besar).
Jika 𝐿1 = 𝐼1 𝜔1 adalah momentum sudut awal penari (Gambar A) dan𝐿2 = 𝐼2 𝜔2
adalah momentum sudut akhir penari (Gambar B), dan pada penari tidak bekerja
resultan torsi (Σ𝜏𝑙𝑢𝑎𝑟 = 0), maka momentum sudut penari adalah tetap.

5. Energi Kinetik Rotasi


Anda telah mengetahui bahwa benda bermassa m yang bergerak translasi dengan
1
kecepatan v memiliki energi kinetik 2 𝑚𝑣 2 . Walaupun benda tidak bergerak
translasi, tetapi jika benda tersebut berrotasi terhadap suatu poros, maka benda

53
tersebut memiliki energi kinetik yang disebut energi kinetik rotasi. Energi kinetik
rotasi dapat diturunkan dari energi kinetik translasi

1 1 1 1
𝐸𝐾 = 𝑚𝑣 2 = 𝑚(𝑟𝜔)2 = 𝑚𝑟 2 𝜔2 = (𝑚𝑟 2 )𝜔2
2 2 2 2

Anda telah mengenal 𝑚𝑟 2 sebagai momen inersia 𝐼, maka

1
𝐸𝐾 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝜔2
2

Persamaan tersebut menyatakan energi kinetik dari suatu benda tegar yang
momen inersianya I dan berputar dengan kecepatan sudut 𝜔.

Gerak Gasing dan Giroskop


Jenis gerak yang sangat tidak biasa dan menarik adalah berputarnya gasing
terhadap sumbu simetrinya, seperti ditunjukkan pada gambar 4.7.

Gambar 3.8 Gerak presisi gasing

Jika gasing berputar dengan sangat cepat, sumbu gasing berputar terhadap sumbu
z, menyapu keluar membetuk lintasan kerucut. Gerak sumbu gasing mengelilingi
sumbu vertikal z disebut dengan gerak presesi (precessional motion), yang
biasanya relatif lebih lambat dibandingkan dengan putaran gasing.

Dalam hal ini, sangat wajar untuk bertanya-tanya mengapa gasing tidak jatuh.
Karena pusat massa tidak di atas langsung poros titik O, sebuah torsi netto jelas
beraksi pada gasing disekitar O, torsi dihasilkan oleh gaya gravitasi 𝑀𝐠. Gasing
pasti akan jatuh jika tidak berputar. Karena putaran gasing inilah timbul
momentum sudut 𝐋 yang arahnya sepanjang sumbu simetri porosnya.
Sebagaimana akan kita lihat, gerakan sumbu simetri ini terhadap sumbu z (gerak
presisi) terjadi karena torsi menghasilkan perubahan arah sumbu simetri. Ini
adalah contoh yang sangat baik tentang pentingnya sifat dasar arah momentum
anguler.
54
Ada dua gaya bekerja pada gasing yaitu gaya gravitasi 𝑀𝐠 yang arahnya ke bawah
dan gaya normal n yang arahnya ke atas titik poros O. Gaya normal menghasilkan
torsi nol terhadap poros karena lengan momen pada titik ini adalah nol. Sedangkan
gaya gravitasi menghasilkan torsi𝝉 = 𝐫 × 𝑀𝐠 terhadap O, dimana arah 𝝉 tegak
lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh 𝐫 dan 𝑀𝐠. Vektor 𝝉 terletak dalam
bidang horisontal 𝑥𝑦 tegak lurus terhadap vektor momentum anguler. Torsi netto
dan momentum anguler pada gasing terkait dengan persamaan
𝑑𝐋
𝝉=
𝑑𝑡

Dari persamaan tersebut kita lihat bahwa adanya torsi menghasilkan perubahan
momentum anguler 𝑑𝐋 (perubahannya dalam arah yang sama dengan 𝝉). Oleh
karena itu seperti vektor torsi, 𝑑𝐋 juga harus pada sudut kanan 𝐋. Gambar 3.9
mengilustrasikan gerak presisi yang dihasilkan dari sumbu simetri gasing. Dalam
waktu ∆𝑡, perubahan momentum anguler adalah ∆𝐋 = 𝐋𝑓 − 𝐋𝑖 = 𝛕 ∆𝑡. Karena ∆𝐋
tegak lurus terhadap 𝐋, besarnya 𝐋 tidak berubah (|𝐋𝑓 | = |𝐋𝑖 |). Sebaliknya yang
berubah adalah arah 𝐋. Karena perubahan momentum anguler ∆𝐋 adalah dalam
arah 𝛕, yang mana terletak pada bidang 𝑥𝑦, gasing mengalami gerak presisi.

Fitur penting dalam gerak presesi dapat diilustrasikan dengan memperhatikan


giroskop sederhana. Alat ini terdiri dari sebuah roda yang bebas berrotasi pada
sumbunya yang berputar mengelilingi poros yang jaraknya ℎ dari pusat massa
roda tersebut. Ketika diberikan sebuah kecepatan anguler 𝜔 disekitar sumbu, roda
memiliki momentum anguler 𝐋 = 𝐼𝜔 mengarah di sepanjang sumbu seperti yang
ditunjukkan gambar. Mari kita tinjau torsi yang bekerja pada roda terhadap poros
O.

55
Gambar 3.9 Gerak presisi giroskop sederhana

Sekali lagi gaya yang diberikan oleh penyangga pada poros tidak menghasilkan
torsi disekitar O, dan gaya gravitasi 𝑀𝐠 menghasilkan torsi yang besarnya 𝑀𝑔ℎ
terhadap O, dimana poros tegak lurus terhadap penyangga. Arah torsi ini tegak
lurus terhadap poros (dan tegak lurus terhadap 𝐋), sebagaimana ditunjukkan oleh
Gambar 3.9 torsi ini menyebabkan momentum anguler berubah arahnya tegak
lurus terhadap poros. Oleh karena itu sumbu bergerak dalam arah torsi (yaitu pada
bidang horisontal).

Untuk menyederhanakan penjelasan sistem, kita harus membuat asumsi: total


momentum anguler presisi roda adalah jumlah momentum anguler 𝐼𝜔 akibat
berrotasi dan momentum anguler akibat gerakan pusat massa sekitar poros. Dalam
perlakuan kita, kita harus mengabaikan kontribusi dari gerak pusat massa dan
mengambil total momentum anguler menjadi hanya 𝐼𝜔. Dalam prakteknya, ini
adalah pendekatan yang baik jika 𝜔 dibuat sangat besar.

Dalam waktu 𝑑𝑡, torsi akibat gaya gravitasi merubah momentum anguler sistem
sebesar 𝑑𝐋 = 𝝉 𝑑𝑡. Ketika ditambahkan secara vektor terhadap total momentum
anguler awal 𝐼𝜔, penambahan momentum anguler ini menyebabkan pergeseran
arah momentum anguler total. Diagram vektor dalam gambar 4.8b
menggambarkan bahwa dalam waktu 𝑑𝑡, vektor momentum anguler berputar
menempuh sudut 𝑑𝜙, yang mana ini juga merupakan sudut putar poros. Dari
segitiga vektor yang dibentuk oleh vektor 𝐋𝑖 , 𝐋𝑓 dan 𝑑𝐋, kita lihat bahwa

𝑑𝐿 (𝑀𝑔ℎ)𝑑𝑡
sin( 𝑑𝜙) ≈ 𝑑𝜙 = =
𝐿 𝐿

Dimana kita harus menggunakan fakta bahwa, untuk sudut yang kecil sin 𝜃 ≈ 𝜃.
Pembagian oleh 𝑑𝑡 dan menggunakan hubungan 𝐿 = 𝐼𝜔, kita peroleh bahwa laju
rotasi poros terhadap sumbu vertikal adalah
𝑑𝜙 𝑀𝑔ℎ
𝜔𝑝 = =
𝑑𝑡 𝐼𝜔

Laju anguler 𝜔𝑝 disebut frekuensi presisi (precessional frequency). Hasil ini valid
hanya ketika 𝜔𝑝 ≪ 𝜔. Sebaliknya, sebuah gerak yang lebih rumit terlibat. Seperti
56
yang anda lihat dalam persamaan di atas kondisi 𝜔𝑝 ≪ 𝜔 dijumpai ketika 𝐼𝜔 lebih
besar dibandingkan dengan 𝑀𝑔ℎ. Lebih jauh lagi, catat bahwa frekuensi presesi
menurun seiring dengan peningkatan 𝜔, yaitu ketika roda berputar lebih cepat
sekitar sumbu simetrinya.

6. Stabilitas Kompas Gyro


Stabilitas giroskop adalah konsekuensi dari kekekalan momentum anguler.

Gambar 3.10 Kompas gyro

Sesuai dengan persamaan 𝐋 = 𝐼𝛚 ketika sebuah giroskop berputar pada kecepatan


anguler tinggi maka akan timbul momentum anguler yang besar. Kemudian jika
massa/momen inersia roda/cakram giroskop lebih besar maka momentum
anguler giroskop juga akan besar, sehingga giroskop akan lebih stabil. Jika tidak
ada torsi yang bekerja pada giroskop tersebut maka momentum angulernya akan
tetap sehingga arah sumbu simetri giroskop juga tetap.

𝑑𝐿
𝜏= = 0, maka 𝐿 = konstan
𝑑𝑡

Sifat inilah yang mebuat giroskop dapat digunakan sebagai sebuah pedoman yang
merupakan alat penting di kapal yang berguna untuk menentukan arah dan haluan
kapal.

A. RANGKUMAN
1. Perpindahan anguler (𝜃 ) dari benda yang berputar diukur dalam radian.
2. Kecepatan anguler rata-rata (𝜔 ̅) didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan
anguler (∆𝜃) dengan selang waktu tempuhnya (∆𝑡).
∆𝜃 𝜃2 − 𝜃1
𝜔= =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1
3. Kecepatan anguler (𝜔) didefinisikan sebagai turunan pertama dari fungsi posisi
sudut 𝜃 terhadap waktu 𝑡.
𝑑𝜃
𝜔=
𝑑𝑡
4. Percepatan anguler rata-rata (𝜔 ̅) didefinisikan sebagai hasil bagi percepatan
anguler (∆𝜔) dengan selang waktu tempuhnya (∆𝑡).
∆𝜔 𝜔2 − 𝜔1
𝛼= =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1
57
5. Empat persamaan memberikan hubungan untuk gerak melingkar antara
perpindahan anguler, kecepatan anguler, percepatan anguler dan waktu:
𝜔𝑡 = 𝜔𝑜 + 𝛼𝑡
𝜔0 + 𝜔𝑡
𝜃 =𝜔 ̅𝑡 = ( )𝑡
2
1
𝜃 = 𝜔𝑜 𝑡 ± 𝛼𝑡 2
2
𝜔𝑡2 = 𝜔𝑜2 ± 2𝛼𝜃

6. Perpindahan Linier = Jari-Jari × Perpindahan Anguler


𝑠 = 𝑟𝜃
7. Jika 𝑣 menyatakan kecepatan linier, 𝜔 menyatakan kecepatan anguler dan 𝑟 jari-
jari, maka:
Kecepatan Linier = Jari-jari × Kecepatan Anguler
𝑣 = 𝑟𝜔
8. Kemudian jika 𝛼 menyatakan percepatan anguler dan 𝑎 menyatakan percepatan
linier, maka:
Percepatan Linier = Jari-jari × Percepatan Anguler
𝑎 = 𝑟𝛼
9. Gaya sentripetal adalah gaya yang membelokkan arah gerak benda sehingga
bergerak melingkar, besarnya gaya sentripetal dirumuskan:
𝑣2
𝐹𝑠 = 𝑚 𝑎𝑠 = 𝑚𝜔2 𝑅 = 𝑚
𝑅
10. Momen gaya atau torsi adalah ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada
suatu benda untuk memutar benda tersebut terhadap suatu poros tertentu.
Besarnya momen gaya dirumuskan:
𝜏=𝑙𝐹
11. Momen inersia I dari partikel m dan berjarak r dari poros dinyatakan oleh:
𝐼 = 𝑚𝑟 2
12. Torsi yang bekerja pada suatu partikel sebanding dengan percepatan anguler, dan
konstanta proporsionalnya adalah momen inersia.
𝜏 = 𝐼𝛼
13. Momentum sudut L sama dengan hasil kali momen inersia I dengan kecepatan
sudut 𝛚.
𝐋 = 𝐼𝛚
14. Momen gaya adalah turunan dari fungsi momentum sudut terhadap waktu:
𝑑𝐿
𝜏=
𝑑𝑡
15. Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa jika tidak ada momen
gaya luar yang bekerja pada suatu sistem yang mengalami gerak rotasi (Σ𝜏𝑙𝑢𝑎𝑟 =
0), maka momentum sudut sistem selalu tetap.
𝐿1 = 𝐿2
𝐼1 𝜔1 = 𝐼2 𝜔2

16. Energi kinetik dari suatu benda tegar yang momen inersianya I dan berputar
dengan kecepatan sudut 𝜔 dirumuskan:
1
𝐸𝐾 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝜔2
2

17. Stabilitas giroskop adalah konsekuensi dari kekekalan momentum anguler.

58
B. TUGAS
1. Jelaskan mengapa giroskop dapat digunakan sebagai sebuah pedoman yang
merupakan alat penting di kapal yang berguna untuk menentukan arah dan haluan
kapal!

C. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif
1. Sebuah roda berputar kecepatannya berkurang secara teratur dari 150
putaran/menit menjadi 50 putaran/menit dalam 30 detik. Hitunglah
percepatannya!
2. Sebuah benda bergerak melingkar dengan kecepatan sudut awal 4 rad/s dan
mengalami percepatan sudut 0,5 rad/s2, maka kecepatan sudut benda pada detik
ke-4 adalah ..... rad/s.
3. Kapal bergerak melingkar dengan jari-jari 100 m. Jika kecepatan kapal adalah 10
m/s, serta massa kapal adalah 100 ton. Berapa gaya sentripetal kapal yang
mengarah ke pusat lintasan lingkaran tersebut?
4. Sebuah capstan (putaran jangkar) terdiri dari sebuah drum diameter 2 m yang
mana sebuah tali terlilit pada sisi drum, dan empat buah tuas/pengukit panjangnya
masing-masing 2 meter yang dipasang dengan sudut yang tepat sama satu dengan
yang lain. Jika seseorang mendorong pada ujung setiap tuas dengan gaya 500 N,
berapa tegangan yang dialami tali? Perhatikan gambar berikut!

5. Perkirakan besar momentum anguler dari sebuah bola bowling yang berputar 10
putaran/s, seperti ditunjukkan gambar di bawah. (diketahui massa bola bowling 6
2
kg, jari-jari 12 cm, momen inersia bola padat 𝐼 = 𝑚𝑟 2 )
5

59
Jawaban Tes Formatif
1. Penyelesaian:
150×2𝜋 𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑎𝑑
𝜔0 = 150 putaran/menit = 60 = 15,7 𝑠
𝑠
50×2𝜋 𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑎𝑑
𝜔𝑡 = 50 putaran/menit = 60 𝑠 = 5,23 𝑠
Percepatan sudut:
∆𝜔 𝜔𝑡 − 𝜔0 5,23 − 15,7 𝑟𝑎𝑑/𝑠
𝛼= = = = −0,349 𝑟𝑎𝑑/𝑠 2
∆𝑡 𝑡 30 𝑠

2. Penyelesaian:
𝜔0 = 4 rad/s ; 𝛼 = 0,5 rad/s2; t = 4 s
Kecepatan sudut pada detik ke-4:
𝜔𝑡 = 𝜔𝑜 + 𝛼𝑡 = 4 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠 + 0,5 𝑟𝑎𝑑 ⁄𝑠 2 × 4 𝑠 = 6 𝑟𝑎𝑑/𝑠

3. Diketahui:
r = 100 m; v = 10 m/s; m = 100 ton = 100000 kg.
Gaya sentripetal:
𝑣2 102
𝐹𝑠 = 𝑚 = 100.000 × = 100.000 N
𝑅 100

4. Penyelesaian:

𝜏𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒 = 𝜏𝑎𝑛𝑡𝑖𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒

Karena 𝜏 = 𝐹. 𝑑, maka

𝑃. 𝑟 = 4𝐹. 𝑅

4𝐹. 𝑅 4 × 500 𝑁 × 2𝑚
𝑃= =
𝑟 1𝑚
= 4000 𝑁

Jadi tegangan tali P = 4000 N

5. Penyelesaian:
𝑟𝑎𝑑 𝑟𝑎𝑑
𝜔 = 10 putaran/s = 10 × 2𝜋 𝑠 = 62,8 𝑠 ;
m = 6 kg; r = 12 cm = 0,12 m;
2
Momen inersia bola padat 𝐼 = 5 𝑚𝑟 2
2 2 𝑟𝑎𝑑
𝐿 = 𝐼. 𝜔 = 𝑚𝑟 2 . 𝜔 = × 6 × 0,122 × 62,8 = 2,170 𝑘𝑔. 𝑚2
5 5 𝑠

60
BAB 4
STATIKA

Statika adalah bahasan dalam fisika yang mempelajari tentang sistem gaya dalam
keadaan benar-benar diam.

4.1 Vektor Gaya


Gaya simbol F, adalah tarikan atau dorongan yang merubah arah dan keadaan
benda. Satuan gaya adalah Newton. Satu Newton adalah gaya yang apabila
dikenakan pada benda 1 kg menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan
sebesar 1 m/s2.
Gaya termasuk besaran vektor yaitu besaran yang memiliki nilai dan arah.
Vektor digambarkan dengan garis panah berskala. Pada vektor gaya panjang
garis menyatakan besar gaya dan arah panah menyatakan arah garis kerja gaya.
U

12,5 N

20 N Gaya 12,5 N
15 N bekerja dengan
arah ke Barat
Gaya 20 N bekerja
dengan arah ke Timur
Laut Gaya 15 N
bekerja dengan
arah ke Selatan

Gambar 4.1

4.2 Resultan Gaya


Resultan dari beberapa gaya adalah sebuah gaya yang menghasilkan efek yang
sama jika menggantikan gaya-gaya tersebut. Gambar 1.2 menunjukkan tiga gaya
yang nilainya 5, 10 dan 8 N menarik benda dengan arah yang sama. Diperoleh
resultan gayanya adalah 23 N dalam arah yang sama. Ini adalah kasus sederhana
berupa gaya-gaya sejajar yang mana resultan gaya diperoleh dengan
penjumlahan aljabar biasa.
8N
8N 5N 10 N
5N 10 N Resultan = 8 + 5 + 10 = 23 N

Diagram ruang Diagram vektor

Gambar 4.2

Diagram ruang menggambarkan sistem gaya, sedangkan diagram vektor


menggambarkan vektor-vektor secara berskala dan dihubungkan dari ujung ke
ujung.

61
8N 8N
10 N 23°
10 N
5N
5N

Diagram ruang Diagram vektor

Gambar 4.3 Menentukan resultan gaya

Equilibrant
Equilibrant adalah gaya tunggal yang apabila ditambahkan ke suatu sistem gaya
akan menyebabkan benda dalam keseimbangan. Dengan kata lain equilibrant
akan menetralkan gaya-gaya lain.

Gambar 4.4 Menggambarkan equilibran

Segitiga Gaya
Jika tiga gaya bekerja pada suatu titik dalam keadaan setimbang, diagram vektor
yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam nilai dan arah,
akan berbentuk segitiga tertutup.

Gambar 4.5 Segitiga gaya

Poligon Gaya
Jika beberapa gaya bekerja pada sebuah titik berada dalam kesetimbangan, maka
diagram vektor yang digambarkan dengan skala merepresentasikan gaya dalam
nilai dan arah, akan berbentuk poligon tertutup.

62
Gambar 4.6 Resultan dengan poligon gaya

Teorema di atas pada dasarnya sama, kecuali bahwa segitiga gaya berlaku hanya
untuk sistem tiga gaya sedangkan poligon gaya untuk gaya yang lebih dari tiga.

Gaya Concurrent dan Gaya Coplanar Parallel


Garis-garis aksi dari 3 gaya coplanar (sebidang) dalam keseimbangan, atau
sejumlah gaya dalam kesetimbangan yang mana dapat direduksi menjadi 3 gaya,
pasti akan bertemu pada titik yang sama atau paralel satu dengan lainnya.

Gambar 4.7 Gaya concurrent dan gaya coplanar parallel

Notasi Bow
Metode ini untuk mendefinisikan gaya dalam sistem gaya dengan memberikan
huruf pada ruang dalam diagram ruang dengan huruf kapital A, B, C dst. Sehingga
masing-masing gaya dapat dinyatakan oleh dua huruf dari dua ruang yang
terpisah gaya, seperti gaya AB, gaya BC dan seterusnya.

Gambar 4.8 Notasi Bow untuk menentukan diagram ruang dan diagram vektor

63
Vektor masing-masing gaya dalam diagram vektor diberi label dengan huruf kecil
pada pangkal dan ujung vektor seperti ab, bc, dst.

4.3 Komponen Gaya


Gaya dapat diuraikan menjadi komponen vertikal dan horizontal
• FX adalah komponen gaya horisontal, sejajar sumbu x
• FY adalah komponen gaya vertikal, sejajar sumbu y

Gambar 4.9 Komponen horisontal dan vertikal gaya

𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃 𝐹𝑦 = 𝐹 sin 𝜃

Contoh soal
Sebuah benda ditarik dengan gaya 100 N yang kemiringannya 60 o terhadap
horisontal. Tentukan komponen-komponen rectanguler gaya!
Penyelesaian:
100 N

60°

𝐹𝑥 = 𝐹 cos 𝜃 = 100 𝑁 × cos 600 = 100 𝑁 × 0,5 = 50 𝑁


𝐹𝑦 = 𝐹 sin 𝜃 = 100 𝑁 × sin 600 = 100 𝑁 × 0,866 = 86,6 𝑁

64
Penjumlahan Dua Vektor dengan Aturan Cosinus

Gambar 4.10 Resultan dua gaya dengan metode jajaran genjang

Jika dua buah gaya A dan B bekerja pada satu titik membentuk sudut 𝛼, maka
resultan gaya R dapat diperoleh dengan persamaan:

𝑅 = √𝐴2 + 𝐵 2 + 2. A. B. cos α

Aturan Segitiga Sinus

c
A B

b a
C
Gambar 4.11 Aturan segitiga sinus

Sebuah segitiga memiliki sisi A, B dan C, berhadapan dengan sudut a, b dan c,


maka berlaku prinsip segitiga sinus sebagai berikut.

𝐴 𝐵 𝐶
= =
sin 𝛼 sin 𝛽 sin 𝛾

Contoh Penerapan
1. Tali Sling
Dua buah tali disambung kemudian kedua ujung tali dipasang pada suatu atap,
kemudian diberi beban 400 N seperti gambar di bawah. Jika tali membentuk sudut
50o dan 60o terhadap vertikal, hitunglah besar gaya tarikan pada masing-masing tali!

65
Jawab
Pertama kita gambarkan dalam diagram ruang kemudian kita buat diagram
vektornya dengan Notasi Bow. A
60°
50° 60°
c
b a C Diagram 400 N
vektor

Beban
50°
400 N

B
Diagram ruang
Gambar 4.12 Diagram ruang dan diagram vektor pada tali sling

Untuk menghitung gaya-gaya pada tali AC dan BC, kita hitung terlebih dahulu
sudut acb (di depan vektor gaya 400 N).
Jumlah sudut segitiga = 1800 maka besar sudut acb:
1800 = 600 + 500 + 𝑎𝑐𝑏
1800 = 1100 + 𝑎𝑐𝑏
𝑎𝑐𝑏 = 1800 − 1100 = 700

Kemudian tentukan besar gaya pada tali AC dan BC.

Gaya pada tali AC Gaya pada tali BC

AC Beban 𝐵𝐶 𝐴𝐵
= 0
=
sin 50o sin 70o sin 60 sin 700

AC 400 𝐵𝐶 400
= =
0,766 0,9397 0,866 0,9397

400 × 0,766 400 × 0,866


AC = = 326 N 𝐵𝐶 = = 368,9 𝑁
0,9397 0,9397

2. Jib Crane
Sudut antara jib dan tiang vertikal (vertical
post) pada JIB Crane adalah 42o, dan antara tie
dan jib sudutnya 36o. Hitunglah gaya pada jib
dan tie ketika benda bermassa 3,822 × 103 kg
dibebankan pada kepala crane!

Gambar 4.13 JIB crane


66
Kita gambarkan diagram ruang dan diagram vektor dengan Notasi Bow,

Gambar 4.14 Diagram ruang dan diagram vektor dengan Notasi Bow pada jib crane.

Berdasarkan diagram vektor,


Sudut cab = 180° - (42° + 36°) = 102°
Menggunakan aturan segitiga sinus,

Gaya pada jib 37,5


0
=
sin 102 sin 360

37,5 × 0,9781
Gaya pada jib = = 62,38 kN
0,5878
Gaya pada tie 37,5
=
sin 420 sin 360

37,5 × 0,6691
Gaya pada tie = = 42,69 kN
0,5878

3. Mekanisme Torak Mesin (Reciprocating Engine Mechanism)


Connecting rod dan crank pada torak mesin mengkonversi gerak bolak-balik pada
piston menjadi gerak rotasi pada sumbu crank. Berdasarkan gambar di bawah dan
dengan melihat pertemuan gaya pada crosshead, bagian bawah lengan piston
menekan secara vertikal turun pada crosshead. Dorongan connecting road muncul
sebagai gaya hambat ke atas dengan kemiringan 𝜙, dan gaya pada guide merupakan
sebuah gaya horisontal untuk menyeimbangkan komponen horisontal dari dorongan
connecting road.

67
Gambar 4.15 Sistem gaya pada thorak mesin

Karena gaya piston selalu bekerja secara vertikal, dan gaya guide selalu horisontal.
Vektor diagram gaya-gaya pada crosshead selalu berbentuk segitiga yang menyudut
ke kanan. Catat bahwa sudut antara Top Dead Centre (pusat garis mesin) dan
connecting road adalah 𝜙 dalam diagram ruang, adalah sama dengan sudut antara
gaya piston dan gaya dalam connecting road dalam diagram vektor.

Contoh Soal
Piston pada torak mesin mendorong dengan gaya 160 kN pada crosshead ketika
crank 35o dari Pas Top Dead Centre. Jika langkah pada piston adalah 900 mm dan
panjang connecting road adalah 1,65 m, hitunglah gaya pada crosshead guide dan
gaya pada connecting rod!
Penyelesaian:
Berdasarkan diagram ruang,
Panjang crank = ½ × langkah = 0,45 m
Panjang connecting rod = 1,65 m
Sudut crank terhadap Top Death Center (TDC) = 𝜃 = 35°
Menggunakan aturan segitiga sinus:

0,45 1,65
=
sin ∅ sin 350

0,45 × 0,5736
sin ∅ = = 0,1564
1,65

∅ = sin−1 0,1564 = 90

68
Berdasarkan diagram vektor,
Sudut ∅ = 90
gaya pada guide
tan ∅ =
gaya pada piston

gaya pada guide = 160 × tan 90 = 25,34 kN

gaya piston
cos ∅ =
gaya pada connecting rod

160
gaya pada connecting rod = = 162 kN
cos 90

4.4 Momen Gaya


Gaya tidak hanya cenderung untuk menggerakan benda tetapi juga untuk memutar
benda. Ukuran keefektifan sebuah gaya yang bekerja pada suatu benda untuk memutar
benda tersebut terhadap suatu poros tertentu disebut momen gaya atau torsi.

Gambar 4.16 Torsi atau momen gaya

Besarnya momen gaya tergantung pada besar gaya 𝐹 dan panjang lengan momen 𝑙,
dirumuskan dengan persamaan

Momen gaya = gaya × lengan momen

𝜏 = 𝐹. l

Lengan momen (d) merupakan panjang garis yang ditarik dari titik poros O sampai
memotong tegak lurus garis kerja vektor gaya 𝜏. Terkadang gaya disimbolkan juga
dengan huruf P, maka momen gaya kadang dirumuskan:

𝜏 = P. d

Torsi 𝜏 termasuk besaran vektor yang memiliki nilai dan arah. Arah momen gaya
mengikuti aturan putaran tangan kanan.

69
Gambar 4.17 Arah momen gaya mengikuti aturan putaran tangan kanan

Dilihat dari atas, jika arah putaran keempat jari/arah gaya berlawanan arah putaran
jarum jam, maka torsi bertanda positif (+), sebaliknya jika arah putaran keempat jari
searah jarum jam, maka torsi bertanda negatif (−).

Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya atau lebih
yang bekerja terhadap suatu poros, dirumuskan sebagai berikut.

Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + ⋯ + 𝜏𝑛

Keseimbangan Rotasi (Rotational Equilibrum)


Ketika sebuah benda dikenai beberapa gaya berada dalam kesetimbangan rotasi,
jumlah momen gaya searah jarum jam terhadap suatu titik adalah sama dengan jumlah
momen gaya berlawanan arah jarum jam terhadap titik yang sama.
Sebagai contoh perhatikan gambar 1.18 di bawah ini!

Perhatikan gaya-gaya sebidang 𝐹1, 𝐹2, 𝐹3 dan 𝐹4 bekerja bersama-sama pada sebuah
benda dan menjaga benda tetap pada kesetimbangan. AA adalah sumbu yang mana
benda dapat berputar. 𝑙1, 𝑙2, 𝑙3 dan 𝑙4 adalah jarak masing-masing gaya tegak lurus
terhadap O.

Momen gaya dari gaya-gaya tersebut adalah:


Momen gaya 𝐹1 adalah 𝜏1 = 𝐹1 × 𝑙1, searah jarum jam (-)
Momen gaya 𝐹2 adalah 𝜏2 = 𝐹2 × 𝑙2, berlawanan arah jarum jam (+)
Momen gaya 𝐹3 adalah 𝜏3 = 𝐹3 × 𝑙3, searah jarum jam (-)
Momen gaya 𝐹4 adalah 𝜏4 = 𝐹4 × 𝑙4, berlawanan arah jarum jam (+)

Gambar 4.18 Sebuah benda dikenai beberapa gaya berada dalam kesetimbangan rotasi

70
Resultan momen-momen gaya ini adalah sama dengan penjumlahan aljabar dari semua
momen gaya disekitar O.

Momen gaya resultan


Σ𝜏 = 𝜏1 + 𝜏2 + 𝜏3 + 𝜏4
Σ𝜏 = −𝐹1𝑙1 + 𝐹2𝑙2 − 𝐹3𝑙3 + 𝐹4𝑙4

Karena benda berada dalam keseimbangan rotasi, maka berdasarkan prinsip momen,
momen resultan pastilah nol.
−𝐹1𝑙1 + 𝐹2𝑙2 − 𝐹3𝑙3 + 𝐹4𝑙4 = 0

𝐹1𝑙1 + 𝐹3𝑙3 = 𝐹2𝑙2 + 𝐹4𝑙4

Jika sistem berada pada keseimbangan rotasi maka:

Jumlah momen gaya berlawanan arah jarum jam = jumlah momen gaya searah jarum
jam

∑𝜏𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒 = ∑𝜏𝑎𝑛𝑡𝑖𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒

Kondisi Kesetimbangan Untuk Benda-Benda di Bawah Pengaruh Gaya-Gaya


Sebidang Non-Concurrent (Tidak Bertemu pada Satu Titik)
Ketika sebuah benda di bawah pengaruh sistem gaya sebidang non-concurrent, maka
benda mungkin akan berputar ke arah resultan momen sistem gaya, atau mungkin
benda akan bergerak secara horisontal atau vertikal ke arah komponen gaya vertikal
dan horisontal.

Benda dapat berada dalam kesetimbangan jika jumlah aljabar semua gaya luar dan momen
gaya terhadap suatu titik pada bidang tersebut adalah nol

Secara matematik, kondisi kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai berikut:


∑ 𝐻 = 0 (jumlah semua komponen gaya horisontal nol)
∑ 𝑉 = 0 (jumlah semua komponen gaya vertikal nol)
∑ 𝜏 = 0 (jumlah semua momen gaya nol)

Ketika gaya-gaya sebidang bertemu pada suatu titik, sistem gaya disebut dengan
sistem gaya sebidang concurrent. Sistem ini akan setimbang jika memenuhi kondisi
∑ 𝐻 = 0 dan ∑ 𝑉 = 0.
Ketika gaya-gaya sebidang tidak bertemu pada suatu titik sistem disebut dengan sistem
gaya sebidang non-concurrent. Sistem ini akan seimbang jika semua dari ketiga kondisi
kesetimbangan terpenuhi ∑ 𝐻 = 0, ∑ 𝑉 = 0 dan ∑ 𝜏 = 0.

Kondisi ∑ 𝐻 = 0 dan ∑ 𝑉 = 0 meyakinkan bahwa sistem tidak direduksi menjadi gaya


tunggal dan kondisi ∑ 𝜏 = 0 meyakinkan bahwa sistem tidak berubah menjadi sebuah
kopel. Pada kasus sistem gaya sebidang non-concurrent ∑ 𝜏 bisa sama dengan nol
tetapi sistem belum tentu setimbang karena titik dimana momen gaya diambil mungkin
berada pada garis aksi dari resultan gaya. Maka pada kasus ini, semua dari tiga kondisi
kesetimbangan harus terpenuhi.

71
Teorema Varignon

Jumlah aljabar dari momen dua gaya terhadap titik pada bidang, sama dengan momen
gaya dari resultan 2 gaya tersebut terhadap suatu titik

Contoh
• Kasus 1: Ketika dua gaya bertemu pada satu titik.

Gambar 4.19 Gaya P dan Q bekerja pada titik A

Gambar 4.19 menunjukkan gaya P dan Q bekerja pada titik A. besarnya P dinyatakan
oleh AB dan Q dinyatakan oleh AD. Dengan metode jajaran genjang diperoleh AC yang
menyatakan resultan R dari P dan Q.
Ambil titik manapun O pada bidang gaya P dan Q dan dalam garis CD sebagaimana
pada gambar.
Gabungkan OB dan OA.
Momen gaya P terhadap O = 2 ΔOAB
Momen gaya Q terhadap O = 2 ΔOAD
Momen gaya R terhadap O = 2 ΔOAC

Tetapi luas ΔOAB = luas ΔABC = luas ΔACD


Penjumlahan aljabar momen gaya dari gaya P dan Q = 2 ΔOAB + 2 ΔOAD
= 2 ΔACD + 2 ΔOAD
(Substitusi ΔACD untuk + ΔOAB yang sama)
= 2 ΔACD + 2 ΔOAD
= 2 (ΔACD + ΔOAD)
= 2 ΔOAC
= momen gaya R terhadap O
Catatan: berdasarkan Gambar 1.20 tinjau gaya P yang dapat dinyatakan dalam besar
dan arah oleh garis AB. Tentukan O menjadi titik yang mana momen gaya dari gaya ini
ditentukan.

Gambar 4.20 Momen gaya dari gaya P terhadap titik O adalah AB × OM = 2 ΔAOB

Gambar OM tegak lurus terhadap AB dan gabungkan OA dan OB.


Sekarang momen gaya dari gaya P terhadap O = P × OM
=AB × OM

72
Tetapi AB × OM adalah sama dengan dua kali luas segitiga OAB karena secara geometri
luas segitiga ini sama dengan (AB × OM)/2.
Jadi momen gaya dari gaya P terhadap titik O adalah AB × OM = 2 ΔAOB

• Kasus 2: ketika dua gaya sejajar satu sama lain.


Ambil P dan Q menjadi dua gaya sejajar sebagaimana Gambar 1.21.

Gambar 4.21 Gaya P dan Q menjadi dua gaya sejajar

Gambar garis AB tegak lurus terhadap gaya P dan Q sehingga bertemu pada titik A dan B.
Letakkan titik sembarang O pada bidang kedua gaya pada garis AB. Resultan gaya P dan
Q akan menjadi R yang mana sama dengan jumlah gaya P dan Q. Buatlah resultan ini
bekerja melalui sebuah titik C pada AB sehingga Q × CB = P × CA.

Jumlah momen dari gaya P dan Q terhadap O


= P × OA + Q × OB
= P(OC + CA) + Q(OC-CB)
= (P + Q) OC + P × CA - Q × CB
ingat karena Q × CB = P × CA, maka:
= (P + Q) OC
= momen gaya R terhadap O
Catatan: Teorema Varignon dapat diaplikasikan pada kasus dimana dua gaya
menghasilkan resultan tunggal dan tidak dapat diaplikasikan ketika gaya membentuk
kopel karena resultan gaya pada kopel adalah nol.

4.5 Kopel
Kopel adalah pasangan dua gaya yang besarnya sama namun arahnya berlawanan
bekerja pada sebuah benda dengan syarat bahwa garis aksi kedua gaya tidak pada satu
garis lurus.

Gambar 4.22 Kopel

Efek ketika kopel bekerja pada benda tegar adalah benda akan berotasi tanpa
berpindah pada sumbunya. Jarak tegak lurus antara garis aksi dari dua gaya
pembentuk kopel disebut lengan kopel.
Momen dari sebuah kopel atau sering disebut torque sama dengan perkalian salah satu
gaya pembentuk kopel dengan lengan kopel.

73
Berikut adalah contoh-contoh kopel dalam kehidupan sehari-hari
1. Pembuka dan penutup keran
2. Pemutar tutup pen
3. Membuka tutup botol
4. Pembuka mur baut
5. Stir mobil

Aplikasi Teknik Momen Gaya


Beberapa aplikasi teknik penting dari momen-momen diantaranya adalah:
1. Tuas/ Pengungkit
2. Timbangan
3. Tower Crane
4. Lever Safety Valve (Tuas Katup Pengaman)

Sifat Kopel
1. Penjumlahan aljabar momen-momen gaya pembentuk kopel terhadap titik
manapun pada bidang yang sama selalu tetap.
Perhatikan dua gaya sejajar dan berlawanan arah dengan besar P masing-masing
membentuk kopel P × AB dimana titik A dan B adalah titik dimana gaya P dan P
bekerja. Berdasarkan Gambar 4.25 (a).

(a) (b)

(c)

Gambar 4.25 Penjumlahan aljabar momen-momen gaya pembentuk kopel terhadap


titik manapun pada bidang yang sama selalu tetap

Momen gaya terhadap O = P × OB - P × OA


= P(OB - OA)
= P × AB

Berdasarkan gambar 4.25 (b)


Momen gaya terhadap O = P × OB + P × OA
= P(OB + OA)
= P × AB

74
Berdasarkan Gambar 4.25 (c)
Momen gaya terhadap O = P × OA - P × OB
= P(OA - OB) = P × AB
Pada semua dari ketiga kasus, kita temukan bahwa jumlah momen pada
masing-masing kasus tidak tergantung pada letak titik O, dan hanya
tergantung pada konstanta lengan kopel, sehingga “jumlah aljabar momen
gaya pembentuk kopel terhadap titik manapun pada bidang yang sama adalah
tetap”.
2. Setiap ada dua kopel yang momen dan arahnya sama, pada bidang yang sama
efek-efek mereka adalah ekuivalen. (Any two couples of equal moments and
sense, in the same plane are equivalent in their effect).
3. Dua kopel bekerja pada sebuah tempat di atas benda tegar yang mana
momen-momennya sama tetapi arahnya berlawanan, setimbang satu sama
lain. (Two couple acting in one place upon a rigid body whose moments are
equal but opposite in sense, balance each other).
4. Sebuah gaya bekerja pada benda tegar dapat diganti dengan gaya yang sama
seperti gaya yang bekerja pada titik lain dan sebuah kopel yang mana
momennya sama dengan momen gaya terhadap titik dimana gaya yang sama
bekerja. (A force acting on a rigid body can be replaced by an equal like force
acting at any other point and a couple whose moment equals the moment of the
force about the point where the equal like force is acting).
5. Beberapa kopel sebidang adalah ekuivalen dengan sebuah kopel single yang
momennya sama terhadap jumlah aljabar momen-momen dari setiap kopel.
(Any numbers of coplanar couples are equivalent to a single couple whose
moment is equal to the algebraic sum of the moments of the individual couples).

Aplikasi Teknik Momen Gaya


Beberapa aplikasi teknik penting dari momen-momen diantaranya adalah:
1. Tuas/Pengungkit
Tuas didefinisikan sebagai besi tegar, lurus atau melengkung yang dapat berputar
disekitar titik tetap yang disebut titik tumpu. Tuas bekerja berdasarkan prinsip
momen bahwa ketika tuas berada dalam keseimbangan, jumlah aljabar momen-
momen gaya terhadap titik tumpu adalah nol.

Gambar 4.26 Prinsip tuas menggambarkan sebuah besi linggis digunakan untuk
memindahkan kayu berat

Lengan kuasa adalah jarak antara titik tumpu dengan garis aksi gaya kuasa.
Lengan beban adalah jarak antara titik tumpu dengan titik dimana beban bekerja.
Prinsip momen dapat diaplikasikan ketika tuas berada dalam keseimbangan.

Momen terhadap titik F


𝑃 ×𝑎 = 𝑊 ×𝑏

75
Keuntungan mekanis tuas

𝑊 𝑎 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑠𝑎
𝐾𝑀 = = =
𝑃 𝑏 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛

Kuasa × lengan kuasa = beban × lengan beban

Contoh
Seorang pria dan anak mengangkat beban 300 N dengan menggunakan batang
yang panjangnya 2 m dan beratnya 100 N. pria dan anak mengangkat pada ujung-
ujung batang, sedangkan beban diletakkan diantara pria dan anak. Dimana beban
harus diletakkan supaya pria memikul beban dua kali beban yang dipikul anak?
Penyelesaian

Berat batang bekerja pada pusat G. Ambil beban yang dipikul W dan beban yang
dipikul pria 2W.
Ketika berat 300 N bekerja pada jarak x meter dari pria.
Σ𝑉 = 0
𝑊 + 2𝑊 = 300 + 100 = 400
𝑊 = 133,3 𝑁
Dengan mengambil momen gaya terhadap titik A (anak)
2𝑊 × 2 = 300(2 − 𝑥) + 100 × 1
4𝑊 = 600 − 300𝑥 + 100
4 × 133,3 = 700 − 300𝑥
533,2 = 700 − 300𝑥
300𝑥 = 166,8
𝑥 = 0,556 𝑚

Contoh
Hitunglah kuasa yang diperlukan pada ujung batang besi yang beratnya 100 N
dan panjang 6 meter untuk mengangkat beban 1500 N pada ujung lain. Titik
tumpu dijaga berada pada jarak 4,5 m dari ujung dimana kuasa diberikan.
Penyelesaian
Ini adalah tuas tipe 1 dimana titik tumpu berada diantara W dan P.

76
Dengan mengambil momen gaya terhadap titik tumpu F
𝑃 × 4,5 + 100 × 1,5 = 1500 × 1,5
𝑃 × 4,5 + 150 = 2250
𝑃 = 466,6 𝑁
Berdasarkan gambar berat batang bekerja pada pusat G. Ambil beban yang
dipikul W dan beban yang dipikul pria 2W.
Ketika berat 300 N bekerja pada jarak x meter dari pria.
Σ𝑉 = 0
𝑊 + 2𝑊 = 300 + 100 = 400
𝑊 = 133,3 𝑁
Dengan mengambil momen gaya terhadap titik A (anak)
2𝑊 × 2 = 300(2 − 𝑥) + 100 × 1
4𝑊 = 600 − 300𝑥 + 100
4 × 133,3 = 700 − 300𝑥
533,2 = 700 − 300𝑥
300𝑥 = 166,8 maka 𝑥 = 0,556 𝑚

Contoh
Hitunglah kuasa yang diperlukan pada ujung batang besi yang beratnya 100 N
dan panjang 6 meter untuk mengangkat beban 1500 N pada ujung lain. Titik
tumpu dijaga berada pada jarak 4,5 m dari ujung dimana kuasa diberikan.
Penyelesaian
Berdasarkan gambar di bawah ini adalah tuas tipe 1 dimana titik tumpu berada
diantara W dan P.

Dengan mengambil momen gaya terhadap titik tumpu F


𝑃 × 4,5 + 100 × 1,5 = 1500 × 1,5
𝑃 × 4,5 + 150 = 2250
𝑃 = 466,6 𝑁

2. Tuas Katup pengaman (Lever Safety Valve)


Tuas katup pengaman adalah sebuah pengganjal boiler yang tujuannya untuk
menjaga tekanan dalam boiler tetap berada pada tingkat yang aman dan untuk
melepaskan tekanan udara ketika tekanan meningkat melewati batas aman.

Gambar 4.27 Lever safety valve

77
Berdasarkan Gambar 4.27 ini terdiri dari katup V kuat yang terhubung dengan tuas
FA, yang mana titik tumpu adalah pada F. Pada ujung A, sebuah beban w digantung
yang mana akan memberikan momen pada katup untuk menjaganya tetap berada
pada tempatnya melawan tekanan uap dari bawah, yang mana memberikan
momen yang berlawanan terhadap titik tumpu F. Segera setelah momen akibat
tekanan uap meningkat, katup terangkat ke atas dari dudukannya dan melepaskan
tekanan uap ke atmosfir. Ketika tekanan uap di dalam boiler turun menuju nilai
aman katup otomatis menempati dudukannya dan menghentikan keluarnya uap
lebih lanjut.

Ambil 𝑤𝐿 = berat tuas (bekerja pada pusat gravitasi G)


𝑤𝑉 = berat katup
𝑤 = berat beban di ujung A
𝑝 = intensitas aman tekanan uap
𝐴 = luas katup (= 𝜋⁄4 𝑑2 dimana 𝑑 adalah diameter katup)
Untuk menghitung besarnya beban w yang mana akan pertama menjaga katup
pada dudukannya melawan tekanan uap, mari kita ambil momen terhadap titik
tumpu F,

𝑤 × 𝐴𝐹 + 𝑤𝐿 × 𝐺𝐹 + 𝑤𝑉 × 𝑉𝐹 = 𝑝 × 𝐴 × 𝑉𝐹

𝑉𝐹(𝑃 × 𝐴 − 𝑤𝑉 ) − 𝑤𝐿 × 𝐺𝐹
𝑤=
𝐴𝐹

Karena semua besaran kecuali w dan AF diketahui, maka w dapat dihitung


kemudian. Dan reaksi pada 𝐹 = 𝑝 × 𝐴 − 𝑤𝐿 − 𝑤𝑉 − 𝑤. Reaksi ini akan bekerja ke arah
bawah ketika tekanan uap adalah lebih besar dan ke arah atas ketika ini lebih kecil
dari pada gaya-gaya ke bawah lainnya.

Resultan Sistem Gaya Coplanar (Sebidang), Non-Concurrent Non-Paralel


(i) Besar, arah dan letak resultan sistem gaya sebidang, non-concurrent, non-
paralel dapat diperoleh secara analitis dengan persamaan

𝑅 = √(Σ𝐻)2 + (Σ𝑉)2

Dimana
Σ𝐻 = Jumlah aljabar komponen horizontal semua gaya
Σ𝑉 = Jumlah aljabar komponen vertikal semua gaya

(ii) Arah resultan gaya ditentukan dengan menggunakan persamaan

Σ𝑉
tan 𝛼 =
Σ𝐻

(iii) Letak resultan ditentukan dengan mengambil momen dari semua komponen
tegak lurus gaya terhadap sebuah titik pada bidangnya dan persamaan jumlah
aljabar momen-momen dari semua gaya dengan resultan menggunakan
persamaan.

Momen gaya resultan R = jumlah aljabar komponen tegak lurus dari semua gaya

78
Contoh
Gaya 1P, 3P, -4P masing-masing bekerja pada sisi-sisi segitiga samasisi dengan sisi
20 mm digambar pada lapisan tipis padat. Hitunglah besar, arah dan letak resultan
gaya-gaya tersebut.
Penyelesaian
Berdasarkan gambar dibawah

Penyelesaian gaya-gaya horisontal:


∑𝐻 = −1𝑃 cos 60° + 3𝑃 + 4𝑃 cos 60° = −0,5 𝑃 + 3𝑃 + 2𝑃 = 4,5 𝑃
Penyelesaian gaya-gaya vertikal:
∑𝑉 = −1𝑃 sin 60° − 4𝑃 sin 60° = −4,33 𝑃
Resultan gaya:
𝑅 = √(Σ𝐻)2 + (Σ𝑉)2 = √(4,5 P)2 + (−4,33 P)2 = 6,24 𝑃

Arah resultan 𝜃:
Σ𝑉 −4,33 P
tan 𝜃 = = = −0,962
Σ𝐻 4,5 P

𝜃 = tan−1 (−0,962) = −43,90 terhadap horizontal


Letak resultan gaya,
Ambil x = jarak tegak lurus antara B dan garis gaya resultan.
Kemudian ambil momen disekitar B maka diperoleh:
ΣMB : 6,24 P × x = P × 0 + 3 P × 0 + 4P × sin 600
Maka x = 11,1 mm

79
Contoh
Empat gaya yang nilainya 10 N. 20 N, 30 N dan
40 N garis gayanya bekerja sepanjang keempat
sisi persegi ABCD, seperti gambar di samping
kanan. Hitunglah besar, arah dan posisi
resultan gaya.

Penyelesaian
Besarnya resultan gaya R
Penyelesaian semua komponen gaya horisontal
Σ𝐻 = 10 − 30 = −20 𝑁
Dan penyelesaian semua komponen vertikal
Σ𝑉 = 20 − 40 = −20 𝑁
Sekarang, resultan gaya
R = √(ΣH)2 + (ΣV)2 = √(−20)2 + (−20 P)2 = 28,28 N

Untuk menghitung arah resultan gaya,


perhatikan gambar berikut.

Ambil 𝜃 = sudut yang dibentuk resultan


terhadap horizontal

Σ𝑉 −20
tan 𝜃 = = =1
Σ𝐻 −20
𝜃 = tan−1 (1) = 450

Karena 𝜃 terletak antara sudut 180° dan 270° jadi sudut aktual 𝜃 = 180° + 45° =
225°

Posisi resultan gaya:


Ambil x = jarak tegak lurus antara A dan garis resultan gaya.
Sekarang dengan mengambil momen gaya terhadap A, kita peroleh:
ΣMA : 28,28 × x = 10 × 0 + 20 × 1 + 30 × 1 + 40 × 0 = 50

50
x= = 1,768
28,28

80
4.6 Pusat Gravitasi (Titik Berat) dan Centroid (Pusat Geometri)
Centroid dari sebuah luasan
terletak pada pusat geometri.
Titik G menyatakan centroid.
Titik berat pada benda homogen
terletak pada pusat geometrinya
(centroid).
Pusat gravitasi/titik berat suatu
benda dapat didefinisikan sebagai
titik dimana berat benda tersebut
diasumsikan bekerja. Pusat
gravitasi benda atau obyek
biasanya disimbolkan dengan c.g
atau lebih sederhana dengan G.
Letak pusat gravitasi tergantung
pada bentuk benda.

Menentukan Pusat Gravitasi/Titik Berat


Pusat gravitasi/titik berat suatu benda dapat didefinisikan sebagai titik dimana berat
benda tersebut diasumsikan bekerja. Pusat gravitasi benda atau obyek biasanya
disimbolkan dengan c.g atau lebih sederhana dengan G. Letak pusat gravitasi
tergantung pada bentuk benda.

Menentukan Pusat Gravitasi/Titik Berat


Pusat gravitasi beberapa benda dapat diketahui dengan penyeimbangan obyek pada
suatu titik. Sebagai contoh untuk mengetahui titik berat batang maka kita gantung
batang dengan tali, kemudian kita atur letak ikatan tali hingga kondisi batang menjadi
vertikal. Maka letak pusat gravitasi terletak pada ikatan tali tersebut.
Pusat gravitasi sebuah massa yang digantung dari sebuah titik tunggal terletak pada
garis vertikal di bawah titik gantung (Gambar 4.28a). Pusat gravitasi sebuah massa
yang ditunjang oleh sebuah titik tunggal terletak secara vertikal di atas titik penunjang
(Gambar 4.28b). Pusat massa merupakan tempat massa benda terpusat. Apabila
benda mengalami rotasi maka titik pusat massa menjadi pusat rotasi.

(a) (b)
Gambar 4.28 Pusat gravitasi beberapa benda dapat diketahui dengan penyeimbangan
obyek pada suatu titik

Benda yang bentuknya tidak teratur titik beratnya dapat diketahui:


a. Benda digantung lalu tarik garis vertikal segaris dengan tali.
b. Ulangi untuk ujung penggantung yang berbeda, kemudian tarik garis vertikal
segaris dengan tali.
c. Perpotongan kedua garis tersebut merupakan titik berat benda.

81
Partikel-partikel pada gambar di bawah ini masing-masing mempunyai gaya berat w1,
w2, ...., wn dengan resultan gaya berat w. Resultan dari seluruh gaya berat benda yang
terdiri atas bagian-bagian kecil benda dinamakan gaya berat. Titik tangkap gaya berat
tersebut yang disebut titik berat.

Gambar 4.29 Titik berat

82
Letak centroid beberapa bidang geometri

83
Letak Pusat Gravitasi Benda Pejal Teratur
Tabel di bawah memberikan letak pusat gravitasi benda-benda pejal teratur

84
Menentukan Titik Berat Dari Gabungan Beberapa Benda Yang Bentuknya Teratur

(a). Titik berat benda homogen satu dimensi (garis)


Contoh
Tentukanlah letak titik berat benda homogen satu dimensi seperti gambar
berikut ini!

Jawab:
Bangun 1 𝐿1 = 4cm 𝑥1 = 0, 𝑦1 = 2
Bangun 2 𝐿2 = 6cm 𝑥2 = 3, 𝑦2 = 0

𝐿1 𝑋1 + 𝐿2 𝑋2
𝑥𝑜 =
𝐿1 + 𝐿2

(4)(0) + (6)(3)
𝑥𝑜 = = 1.8 cm
6+4

𝐿1 𝑌1 + 𝐿2 𝑌2
𝑦𝑜 =
𝐿1 + 𝐿2

(4)(2) + (6)(0)
𝑦𝑜 = = 0.8 cm
6+4

Bentuk benda homogen berbentuk garis (1 dimensi) dan letak titik beratnya

(b). Titik berat benda-benda homogen berbentuk luasan (dua dimensi)

85
Jika tebal diabaikan maka benda dapat dianggap berbentuk luasan (dua dimensi), dan
titik berat gabungan benda homogen berbentuk luasan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:

𝐴1 𝑋1 + 𝐴2 𝑋2 𝐴1 𝑌1 + 𝐴2 𝑌2
𝑋𝑜 = 𝑌𝑜 =
𝐴1 + 𝐴2 𝐴1 + 𝐴2

Keterangan
A1 = luas bidang 1
A2 = luas bidang 2
x1 = absis titik berat benda 1 x2 = absis titik berat benda 2
y1 = ordinat titik berat benda 1 y2 = ordinat titik berat benda 2

Contoh
Tentukan lokasi titik berat luasan berikut ini!

Penyelesaian
Bagi luasan menjadi 3 bagian.
Data yang diperlukan:
A1 = 20 × 50 = 1000 A2 = 30 × 20 = 600 A3 = 20 × 10 = 200
x1 = 10 x2 = 35 x3 = 30
y1 = 25 y2 = 40 y3 = 15

𝐴1 𝑥1 + 𝐴2 𝑥2 + 𝐴3 𝑥3
𝑥0 =
𝐴1 + 𝐴2 +𝐴3

(1000 × 10) + (600 × 35) + (200 × 30)


𝑥0 = = 20.56
1000 + 600 + 200

𝐴1 𝑦1 + 𝐴2 𝑦2 + 𝐴3 𝑦3
𝑦0 =
𝐴1 + 𝐴2 +𝐴3

(1000 × 25) + (600 × 40) + (200 × 15)


𝑦0 = = 28.89
1000 + 600 + 200

Jadi letak koordinat titik berat bangun tersebut adalah (20.56 ; 28.89)

86
Titik berat benda homogen berbentuk luasan yang bentuknya teratur terletak pada
sumbu simetrinya. Untuk bidang segi empat, titik berat diperpotongan diagonalnya,
dan untuk lingkaran terletak dipusat lingkaran.

Titik berat bidang homogen diperlihatkan pada tabel berikut:

Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga:

Gambar 4.30 Titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga

87
Letak titik berat dari gabungan beberapa benda pejal homogen berdimensi tiga dapat
ditentukan dengan persamaan:

𝑉1 𝑥1 + 𝑉2 𝑥2 𝑉1 𝑦1 + 𝑉2 𝑦2
𝑥𝑜 = 𝑌𝑜 =
𝑉1 + 𝑉2 𝑉1 + 𝑉2

Keterangan:
V1 =volume benda 1
V2 = volume benda 2
𝑥1 = absis titik berat benda 1
𝑥2 = absis titik berat benda 2
𝑦1 = ordinat titik berat benda 1
𝑦2 = ordinat titik berat benda 2

SOAL LATIHAN
1. Dua tali pengangkat terhubung pada papan beban yang bermuatan 25 kN. Jika tali
membentuk sudut 32o dan 42o terhadap vertikal, hitunglah tegangan pada
masing- masing tali!
2. Sudut antara jib dan vertical post (tiang vertikal) pada sebuah jib crame adalah
40o, dan antara jib dan tie sudutnya 45o. Hitunglah gaya pada jib dan tie ketika
beban 15kN tergantung pada kepala crane!
3. Ketika crank pada torak mesin membentuk sudut 60o terhadap Top Dead Centre,
gaya kuasa piston efektif pada crosshead adalah 180 kN. Jika langkah pada piston
adalah 600 mm, dan panjang connecting road adalah 1,25 m, hitunglah gaya
beban pada guide dan dorongan pada
connecting road.
4. Sebuah persegi LMNS memiliki gaya yang
bekerja sepanjang sisi-sisinya seperti
diilustrasikan pada gambar di bawah.
Hitunglah besar F1 dan F2, jika sistem
direduksi menjadi sebuah kopel. Hitung juga
besarnya kopel, jika sisi persegi panjangnya
2 m.
5. Diberikan sebuah bangun datar sebagai
berikut. Tentukan koordinat titik berat
diukur dari titik O

88
BAB 5
USAHA, ENERGI DAN DAYA

11.1 WORK

Definition: Work
When a force exerted on an object causes it to move, work is done on the object
(except if the force and displacement are at right angles to each other).

This means that in order for work to be done, an object must be moved a distance d
by a force F, such that there is some non-zero component of the force in the direction
of the displacement. Work is calculated as:

𝑊 = 𝐹. ∆𝑥 cos 𝜃

where F is the applied force, ∆𝑥 is the displacement of the object and θ is the angle
between the applied force and the direction of motion.

Figure 5.1 The force F causes the object to be displaced by ∆𝑥 at angle θ

It is very important to note that for work to be done there must be a component of
the applied force in the direction of motion. Forces perpendicular to the direction of
motion do no work.

Figure 5.2
Figure 5.2 (a) The force F causes the object to be displaced by ∆𝑥 in the same
direction asthe force. θ = 180o and cos θ = 1. Work is done in this situation. (b) A
force F is applied to the object. The object is displaced by ∆y at right angles to the
force. θ = 90o and cos θ = 0. Work is not done in this situation.

Definition: Joule
1 joule is the work done when an object is moved 1 m under the application of a
force of 1 N in the direction of motion.

The work done by an object can be positive or negative. Since force (F) and
displacement (s) are both vectors, the result of the above equation depends on their
directions:

89
• If F acts in the same direction as the motion then positive work is being done. In
this case the object on which the force is applied gains energy.
• If the direction of motion and F are opposite, then negative work is being done.
This means that energy is transferred in the opposite direction. For example, if
you try to push a car uphill by applying a force up the slope and instead the car
rolls down the hill you are doing negative work on the car. Alternatively, the car
is doing positive work on you!

Question 1: If you push a box 20 m forward by applying a force of 15 N in the


forward direction, what is the work you have done on the box?
Answer
The force applied is F =15 N.
The distance moved is s=20 m.
The applied force and distance moved are in the same direction. Therefore, F=15 N.
These quantities are all in the correct units, so no unit conversions are required.
We know from the definition that work done is W = Fs = (15 N) (20 m) = 300 J
Remember that the answer must be positive as the applied force and the motion are
in the same direction (forwards). In this case, you (the pusher) lose energy, while the
box gains energy

Question 2: What is the work done by you on a car, if you try to push the car up a hill
by applying a force of 40 N directed up the slope, but it slides downhill 30 cm?
Answer
The force applied is F=40 N
The distance moved is s=30 cm. This is expressed in the wrong units so we must
convert to the proper S.I. units (meters) s=30 cm = 0.3 m.
The applied force and distance moved are in opposite directions. Therefore, if we
take s=0.3 m, then F= – 40 N
The applied force and distance moved are in opposite directions. Therefore, if we
take s=0.3 m, then F= – 40 N
Again, we have the applied force and the distance moved so we can proceed with
calculating the work done:
W = Fs
W= (−40 N)(0.3 m)
W= −12J
Note that the answer must be negative as the applied force and the motion are in
opposite directions. In this case the car does work on the person trying to push.
Question 3: Calculate the work done on a box, if it is pulled 5 m along the ground by
applying a force of F=10 N at an angle of 60◦ to the horizontal.

Answer
The force applied is F=10 N
The distance moved is s=5 m along the ground
The angle between the applied force and the motion is 60◦
These quantities are in the correct units so we do not need to
perform any unit conversions.

Since the force and the motion are not in the same direction, we must first calculate
the component of the force in the direction of the motion.

90
From the force diagram we see that the component of the
applied force parallel to the ground is
𝑊 = 𝐹. cos 𝜃 × 𝑠
𝑊 = 10 𝑁 cos 60o × 5 m
𝑊 = 25 𝐽
Note that the answer is positive as the component of the force F
is in the same direction as the motion.

11.2 ENERGY
Energy is the capacity to do work. When positive work is done on an object, the
system doing the work loses energy. In fact, the energy lost by a system is exactly
equal to the work done by the system. An object with larger potential energy has a
greater capacity to do work.
a. Potential Energy
The potential energy of an object is generally defined as the energy an object has
because of its position relative to other objects that it interacts with. There are
different kinds of potential energy such as gravitational potential energy,
chemical potential energy, electrical potential energy, to name a few. In this
section we will be looking at gravitational potential energy.

Definition: Potential energy


Potential energy is the energy an object has due to its position or state.

Gravitational potential energy is the energy of an object due to its position above
the surface of the Earth. The symbol PE is used to refer to gravitational potential
energy. We can define potential energy (or gravitational potential energy, if you
like) as:

𝑃𝐸 = 𝑚𝑔ℎ

PE = potential energy measured in joules (J)


m = mass of the object (measured in kg)
g = gravitational acceleration (9.8 m·s−2)
h = perpendicular height from the reference point (measured in m)

Question 4
A suitcase, with a mass of 1 kg, is placed at the top of a 2 m high cupboard. By
lifting the suitcase against the force of gravity, we give the suitcase potential
energy.
Objects have maximum potential energy at a maximum height and will lose their
potential energy as they fall.

91
The potential energy is a maximum
PE = mgh = 1 × 9.8 × 2 = 19.6 J

The potential energy is a minimum


PE = mgh = 1 × 9.8 × 0 = 0 J

b. Kinetic Energy

Definition: Kinetic Energy


Kinetic energy is the energy an object has due to its motion.

Kinetic energy is the energy an object has because of its motion. This means that
any moving object has kinetic energy. The faster it moves, the more kinetic
energy it has. Kinetic energy (KE) is therefore dependent on the velocity of the
object.
Kinetic energy is defined as:
1
𝐾𝐸 = 𝑚𝑣 2
2

Consider the 1 kg suitcase on the cupboard that was discussed earlier. When the
suitcase falls, it will gain velocity (fall faster), until it reaches the ground with a
maximum velocity. The suitcase will not have any kinetic energy when it is on top
of the cupboard because it is not moving.
Once it starts to fall it will gain kinetic energy, because it gains velocity. Its kinetic
energy will increase until it is a maximum when the suitcase reaches the ground.

The kinetic energy is a minimum

The kinetic energy is a maximum

c. Mechanical Energy
Mechanical energy U, is simply the sum of gravitational potential energy (PE) and
the kinetic energy (KE).
Mechanical energy is defined as:

𝑈 = 𝑃𝐸 + 𝐾𝐸
1
𝑈 = 𝑚𝑔ℎ + 𝑚𝑣 2
2

92
d. Conservation of Mechanical Energy

Definition: Conservation of Energy


The Law of Conservation of Energy: Energy cannot be created or destroyed, but is
merely changed from one form into another.

So far we have looked at two types of energy: gravitational potential energy and
kinetic energy. The sum of the gravitational potential energy and kinetic energy is
called the mechanical energy. In a closed system, one where there are no external
forces acting, the mechanical energy will remain constant. In other words, it will
not change (become more or less).

This is called the Law of Conservation of Mechanical Energy and it states:


The total amount of mechanical energy in a closed system remains constant.

This means that potential energy can become kinetic energy, or vice versa, but
energy cannot ’disappear’. The mechanical energy of an object moving in the
Earth’s gravitational field (or accelerating as a result of gravity) is constant or
conserved, unless external forces, like air resistance, acts on the object.
We can now use the conservation of mechanical energy to calculate the velocity
of a body in freefall and show that the velocity is independent of mass.
In the absence of friction, mechanical energy is conserved and

𝑈𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 = 𝑈𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟

In the presence of friction, mechanical energy is not conserved. The mechanical


energy lost is equal to the work done against friction.

∆𝑈 = 𝑈𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 − 𝑈𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 = work done against friction

In general mechanical energy is conserved in the absence of external forces.


Examples of external forces are: applied forces, frictional forces, air resistance,
tension, normal forces.
In the presence of internal forces like the force due to gravity or the force in a
spring, mechanical energy is conserved.

e. Using the Law of Conservation of Energy


We can now apply this to the example of the suitcase on the cupboard. Consider
the mechanical energy of the suitcase at the top and at the bottom. We can say:

1 The mechanical energy (U) at the top

The mechanical energy will remain constant throughout


the motion and will always be a maximum

The mechanical energy (U) at the bottom


2
93
𝑈𝑡𝑜𝑝 = 𝑈𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚

𝑃𝐸𝑡𝑜𝑝 + 𝐾𝐸𝑡𝑜𝑝 = 𝑃𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 + 𝐾𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚

1 1
𝑚𝑔ℎ1 + 𝑚(𝑣1 )2 = 𝑚𝑔ℎ2 + 𝑚(𝑣2 )2
2 2
1 1
[(1)(9.8)(2)] + [( (1)(0)] = [(1)(9.8)(0)] + (1)(𝑣2 )2
2 2
1
19.6 = (𝑣2 )2
2

39.2 = 𝑣2 2

𝑣2 = √39.2 = 6.26 𝑚. 𝑠 −1

The suitcase will strike the ground with a velocity of 6.26 m·s−1.

From this we see that when an object is lifted, like the suitcase in our example, it
gains potential energy. As it falls back to the ground, it will lose this potential
energy, but gain kinetic energy. We know that energy cannot be created or
destroyed, but only changed from one form into another. In our example, the
potential energy that the suitcase loses is changed to kinetic energy.
The suitcase will have maximum potential energy at the top of the cupboard and
maximum kinetic energy at the bottom of the cupboard. Halfway down it will
have half kinetic energy and half potential energy. As it moves down, the
potential energy will be converted (changed) into kinetic energy until all the
potential energy is gone and only kinetic energy is left. The 19.6 J of potential
energy at the top will become 19.6 J of kinetic energy at the bottom.

Worked Example
1. During a flood a tree trunk of mass 100 kg falls down a waterfall. The waterfall is
5 m high. If air resistance is ignored, calculate:
a. The potential energy of the tree trunk at the top of the waterfall.
𝑃𝐸 = 𝑚𝑔ℎ = (100)(9.8)(5) = 4900 𝐽 = 4.9 𝑘𝐽

b. The kinetic energy of the tree trunk at the bottom of the waterfall.
𝑈𝑡𝑜𝑝 = 𝑈𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚
𝑃𝐸𝑡𝑜𝑝 + 𝐾𝐸𝑡𝑜𝑝 = 𝑃𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 + 𝐾𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚

𝑃𝐸𝑡𝑜𝑝 + 0 = 0 + 𝐾𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚

𝑃𝐸𝑡𝑜𝑝 = 𝐾𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚

𝐾𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝑃𝐸𝑡𝑜𝑝 = 4900 𝐽 = 4.9 𝑘𝐽

94
c. The magnitude of the velocity of the tree trunk at the bottom of the waterfall.

1
𝐾𝐸𝑏𝑜𝑡𝑡𝑜𝑚 = 𝑚(𝑣2 )2
2
1
4900 = (100)(𝑣2 )2
2

4900 = (50)(𝑣2 )2

4900
= (𝑣2 )2
50
4900
𝑣2 = √ = √98 = 9.899 𝑚. 𝑠 −1 = 9.90 𝑚. 𝑠 −1
50

2. A 2 kg metal ball is suspended from a rope. If it is released from point A and


swings down to the point B (the bottom of its arc):
a. Show that the velocity of the ball is independent of it mass.
b. Calculate the velocity of the ball at point B.

Answer
Step 1: Analyze the question to determine what information is provided
• The mass of the metal ball is m = 2 kg
• The change in height going from point A to point B is h = 0,5 m
• The ball is released from point A so the velocity at point, 𝑣𝐴 = 0 m·s−1.
All quantities are in SI units.
Step 2: Analyze the question to determine what is being asked
• Prove that the velocity is independent of mass.
• Find the velocity of the metal ball at point B.
Step 3: Apply the Law of Conservation of Mechanical Energy to the situation
As there is no friction, mechanical energy is conserved. Therefore:
𝑈𝐴 = 𝑈𝐵

𝑃𝐸𝐴 + 𝐾𝐸𝐴 = 𝑃𝐸𝐵 + 𝐾𝐸𝐵

95
1 1
𝑚𝑔ℎ𝐴 + 𝑚(𝑣𝐴 )2 = 𝑚𝑔ℎ𝐵 + 𝑚(𝑣𝐵 )2
2 2
1
𝑚𝑔ℎ𝐴 + 0 = 0 + 𝑚(𝑣𝐵 )2
2
1
𝑚𝑔ℎ𝐴 = 𝑚(𝑣𝐵 )2
2

As the mass of the ball m appears on both sides of the equation, it can be
eliminated so that the equation becomes:

1
𝑔ℎ𝐴 = (𝑣 )2
2 𝐵

2𝑔ℎ𝐴 = (𝑣𝐵 )2

This proves that the velocity of the ball is independent of its mass. It does not
matter what its mass is, it will always have the same velocity when it falls
through this height.

Step 4: Calculate the velocity of the ball


We can use the equation above, or do the calculation from ’first principles’:

2𝑔ℎ𝐴 = (𝑣𝐵 )2
2(9.8)(0.5) = (𝑣𝐵 )2

9.8 = (𝑣𝐵 )2

𝑣𝐵 = √9.8 𝑚. 𝑠 −1

f. Energy graphs
• Potential energy: The potential energy starts off at a maximum and
decreases until it reaches zero at the bottom of the cupboard. It had fallen a
distance of 2 meters.

96
The potential energy is a maximum at the top
The kinetic energy is zero at the top

The mechanical energy will remain constant throughout


the motion and will always be a maximum

The potential energy is zero at the bottom


The kinetic energy is a maximum at the bottom

• Kinetic energy: The kinetic energy is zero at the start of the fall. When the
suitcase reaches the ground, the kinetic energy is a minimum. We also use
distance on the x-axis

• Mechanical energy: The mechanical energy is constant throughout the motion


and is always a maximum. At any point in time, when we add the potential
energy and the kinetic energy, we will get the same number.

g. Relationship Between Energy and Work


Energy is the capacity to do work. When positive work is done on an object, the
system doing the work loses energy. In fact, the energy lost by a system is exactly
equal to the work done by the system. An object with larger potential energy has
a greater capacity to do work.

Definition: Work-Energy Theorem


The work-energy theorem states that the work done on an object is equal to the
change in its kinetic energy:

𝑊 = ∆𝐾𝐸 = 𝐾𝐸𝑓𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝐾𝐸𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙

97
Question 4: A ball of mass 1 kg is dropped from a height of 10 m. Calculate the
work done on the ball at the point it hits the ground assuming that there is no air
resistance?
Answer
Step 1: Determine what is given and what is required
We are given:
• mass of the ball: 𝑚 = 1 𝑘𝑔
• initial height of the ball: ℎ𝑖 = 10 m
• final height of the ball: ℎ𝑓 = 0 𝑚
We are required to determine the work done on the ball as it hits the ground.
Step 2: Determine how to approach the problem
The ball is falling freely, so energy is conserved. We know that the work done is
equal to the difference in kinetic energy. The ball has no kinetic energy at the
moment it is dropped, because it is stationary. When the ball hits the ground, all
the ball’s potential energy is converted to kinetic energy.

Step 3: Determine the ball’s potential energy at 𝒉𝒊


𝑃𝐸 = 𝑚𝑔ℎ
𝑃𝐸 = (1𝑘𝑔)(9.8 𝑚𝑠 −1 )(10𝑚) = 98 𝐽
Step 4: Determine the work done on the ball
The ball had 98 J of potential energy when it was released and 0 J of kinetic
energy. When the ball hit the ground, it had 0 J of potential energy and 98 J of
kinetic energy. Therefore 𝐾𝐸𝑖 =0 J and 𝐾𝐸𝑓 =98 J
From the work-energy theorem:
𝑊 = ∆𝐾𝐸
𝑊 = 𝐾𝐸𝑓 − 𝐾𝐸𝑖 = 98 𝐽 − 0 𝐽 = 98 𝐽
Step 5: Write the final answer
98 J of work was done on the ball.

In order to stretch a rubber-band we have to do work on it. This means we


transfer energy to the rubber-band and it gains potential energy. This potential
energy is called elastic potential energy. Once released, the rubber-band begins to
move and elastic potential energy is transferred into kinetic energy.

Extension: Other forms of Potential Energy


➢ Elastic potential energy - potential energy is stored in a compressed or extended
spring or rubber band. This potential energy is calculated by:

1
𝑃𝐸 = 𝑘𝑥 2
2

Where k is a constant that is a measure of the stiffness of the spring or rubber


band and x is the extension of the spring or rubber band.

➢ The electrical potential energy of an electrically charged object is defined as the


work that must be done to move it from an infinite distance away to its present
location, in the absence of any non-electrical forces on the object.
This energy is non-zero if there is another electrically charged object nearby
otherwise it is given by:
𝑞1 𝑞2
𝑃𝐸 = 𝑘
𝑑
98
Where k is Coulomb’s constant. For example, an electric motor lifting an elevator
converts electrical energy into gravitational potential energy.

11.3 POWER
For example, a mother pushing a trolley full of groceries can take 30 s or 60 s to
push the trolley down an aisle. She does the same amount of work, but takes a
different length of time. We use the idea of power to describe the rate at which
work is done.
Definition: Power
Power is defined as the rate at which work is done or the rate at which energy is
expended. The mathematical definition for power is:

𝑃 = 𝐹. 𝑣

is easily derived from the definition of work. We know that:


𝑊 = 𝐹. 𝑥
However, power is defined as the rate at which work is done. Therefore,

∆𝑊
𝑃=
∆𝑡
This can be written as:
𝐹. ∆𝑥
𝑃=
∆𝑡

𝑃 = 𝐹. 𝑣

The unit of power is watt (symbol W).

Question 5: A forklift lifts a crate of mass 100 kg at a constant velocity to a height of 8


m over a time of 4 s. The forklift then holds the crate in place for 20 s. Calculate how
much power the forklift exerts in lifting the crate? How much power does the forklift
exert in holding the crate in place?
Answer
Step 1: Determine what is given and what is required
We are given:
• mass of crate: m=100 kg
• height that crate is raised: h=8 m
• time taken to raise crate: 𝑡𝑟𝑎𝑖𝑠𝑒 =4 s
• time that crate is held in place: 𝑡ℎ𝑒𝑙𝑑 =20 s
Step 2: Determine how to approach the problem
We can use:
𝐹. ∆𝑥
𝑃=
∆𝑡
to calculate power. The force required to raise the crate is equal to the weight of the
crate.
Step 3: Calculate the power required to raise the crate
∆𝑥
𝑃 = 𝑚. 𝑔
∆𝑡
8𝑚
𝑃 = (100𝑘𝑔)(9.8 𝑚. 𝑠 −1 ). = 1,960 𝑊
4𝑠

99
Step 4: Calculate the power required to hold the crate in place
While the crate is being held in place, there is no displacement. This means there is
no work done on the crate and therefore there is no power exerted.
Step 5: Write the final answer
1,960 W of power is exerted to raise the crate and no power is exerted to hold the
crate in place.

100
BAB 6
PESAWAT SEDERHANA DAN MESIN PENGANGKAT

Pesawat sederhana adalah alat-alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan.


Mesin pengangkat adalah sebuah mekanisme yang didesain untuk mengangkat beban
berat dengan gaya yang relatif kecil. Gaya yang diberikan biasanya disebut kuasa dan
diberi simbol F, sedangkan beban yang diangkat diberi simbol W.

Rasio Kecepatan dan Keuntungan Mekanis


Adalah jelas bahwa tidak ada mesin yang sempurna, ada sejumlah usaha yang hilang
karena gesekan antara komponen-komponen yang bergerak, sehingga

Usaha yang diberikan kepada mesin = Usaha yang hilang pada gesekan + Usaha berguna
yang dilakukan

Usaha yang diberikan ke mesin adalah perkalian antara gaya kuasa yang diberikan dan
jarak tempuh gerak mesin.
Usaha berguna yang dilakukan adalah perkalian antara beban dan jarak beban
terangkat. Jika besarnya kuasa menjadi kecil dibandingkan dengan jumlah beban yang
diangkat maka jarak tempuh perpindahan kuasa harus lebih besar dibandingkan dengan
jarak perpindahan beban. Rasio antara jarak pindah oleh kuasa terhadap jarak pindah
oleh beban dalam waktu yang sama disebut rasio kecepatan (velocity ratio), yang
nilainya tetap untuk setiap mesin tertentu tergantung desainnya.

Jarak pindah oleh kuasa


Rasio Kecepatan (𝑉. 𝑅) =
Jarak pindah oleh beban

Keuntungan menggunakan mesin pengangkat adalah mengangkat beban yang besar


dengan kuasa yang kecil, kemudian istilah keuntungan mekanis (mechanical advantage)
digunakan untuk mengekspresikan rasio ini,

Beban diangkat
Keuntungan Mekanis =
Kuasa Dilakukan

Atau, dengan simbol


𝑊
𝑀𝐴 =
𝐹

Efisiensi suatu mesin adalah perbandingan antara usaha berguna dilakukan terhadap
usaha diberikan ke mesin.

Usaha berguna dilakukan


𝜂 (Efisiensi) =
Usaha diberikan ke mesin

W × Jarak pindah oleh W


=
F × Jarak pindah oleh F

Dimana 𝑊⁄𝐹 adalah keuntungan mekanis = MA,

dan

101
Jarak pindah oleh W 1 1
= =
Jarak pindah oleh F Rasio kecepatan V. R

sehingga diperoleh,
MA
𝜂=
VR

Kuasa ideal adalah kuasa yang diperlukan untuk mengangkat beban W jika tidak ada
gesekan. Jika ada secara teori mesin sempurna tanpa gesekan dimana efisiensinya satu
atau 100%, keuntungan mekanis akan sama dengan rasio kecepatan, sehingga

𝑊
Kuasa Ideal =
𝑉𝑅

Sehingga kuasa yang diperlukan untuk mengatasi gesekan = kuasa aktual - kuasa ideal

𝑊
Kuasa untuk mengatasi gesekan = 𝐹 −
𝑉𝑅

Beban ideal adalah beban yang akan diangkat oleh kuasa dilakukan jika tidak ada
gesekan,

Ideal Load = 𝐹 × 𝑉𝑅

Dan, beban yang hilang karena gesekan = beban ideal - beban aktual
= 𝐹 × 𝑉𝑅 − 𝑊

Bidang Miring
Bidang miring merupakan sebuah bidang miring yang digunakan untuk memindahkan
sebuah benda ke ketinggian tertentu.

Gambar 6.1 Bidang miring

Penggunaan bidang miring mempunyai keuntungan yang disebut dengan keuntungan


mekanis yang dirumuskan sebagai berikut

Beban Jarak Perpindahan


Keuntungan Mekanis = =
Kuasa Ketinggian

𝑊 𝑆
𝑀𝐴 = =
𝐹 ℎ

102
Tuas/Pengungkit
Sistem kerja tuas terdiri atas tiga komponen, yaitu beban, titik tumpu, dan kuasa. Beban
adalah benda yang akan dipindahkan. Hubungan antara lengan kuasa 𝑙𝑘 , lengan beban
𝑙𝑏 , beban 𝑊, dan kuasa 𝐹 secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

𝐹 × 𝑙 𝑘 = 𝑊 × 𝑙𝑏

Gambar 6.2 Tuas/pengungkit

Katrol
Katrol sangat baik digunakan untuk memindahkan beban ke atas. Katrol dapat
dibedakan menjadi katrol tunggal tetap, katrol tunggal bergerak, dan takal.

Katrol Tunggal Tetap


Sesuai dengan namanya, sistem katrol ini dibuat sedemikian rupa sehingga katrol
tersebut tetap pada posisinya. Contoh yang sering kamu lihat sehari-hari, seperti katrol
yang digunakan untuk menimba air.

Gambar 6.3 Katrol Tunggal Tetap

Titik tumpu yang merupakan pusat lingkaran katrol diberi nama A, kemudian AB dan AC
masing-masing disebut lengan beban dan lengan gaya. Keuntungan katrol jenis tunggal
ini sama dengan 1. Hal ini dikarenakan perbandingan antara lengan beban dan lengan
gaya sama dengan 1. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑊 𝐴𝐵
𝑀𝐴 = = =1
𝐹 𝐴𝐶

103
Katrol Tunggal Bergerak
Katrol tunggal jenis ini dirancang sedemikian rupa sehingga katrol ini bergerak.

Gambar 6.4 Katrol Tunggal Bergerak

Titik C merupakan titik tumpu katrol, AC adalah lengan beban dan BC adalah lengan
gaya. Katrol jenis ini mempunyai keuntungan mekanis 2, artinya perbandingan antara
berat beban dan gaya sama dengan dua. Jika kamu mengangkat beban menggunakan
katrol jenis ini, kamu hanya perlu memberikan gaya sebesar setengah kali berat beban.
Dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑊 𝐴𝐵
𝑀𝐴 = = =1
𝐹 𝐴𝐶
Katrol Takal
Takal adalah katrol majemuk yang terdiri atas katrol-katrol tetap dan katrol-katrol
bergerak. Takal biasa digunakan untuk mengangkat beban yang berat. Takal dapat
menggunakan dua katrol di mana satu sebagai katrol tetap dipasang di atas dan satu lagi
sebagai katrol bergerak. Takal
juga dapat menggunakan tiga atau empat katrol. Perhatikan gambar 6.5! Keuntungan
mekanik tergantung jumlah katrol dan tali yang menanggung beban.

Gambar 6.5 Katrol takal

104
Blok Katrol Tali (Rope Pulley Block)
Blok Katrol Tali terdiri dari dua blok katrol, satu di atas dan satu di bawah, masing-
masing terdiri dari sejumlah katrol yang masing-masing bebas berputar pada
sumbunya. Tali diulir pada setiap katrol membelit dari atas ke bawah seperti
ditunjukkan oleh gambar 8.6 ujung tali diikatkan kuat ke blok berlawanan dengan katrol
terakhir.

Gambar 6.6Blok Katrol Tali

Rasio Kecepatan (VR) = Jumlah tali penahan blok muatan

Contoh
Satu set blok katrol tali memiliki dua katrol pada masing-masing blok. Hitunglah
efisiensi ketika mengangkat beban 448 N jika kuasa yang diperlukan adalah 120 N.

Jumlah total katrol = 4


Rasio Kecepatan (VR) = 4
Beban 448
Keuntungan Mekanis = = = 3,73
Kuasa 120

Efisiensi
𝑀. 𝐴
𝜂= × 100%
𝑉. 𝑅
3,73
= × 100%
4
= 93,3 %

Roda dan Poros


Terdiri dari sebuah roda katrol dipasang erat dengan poros yang mana dipasang pada
bearing horisontal. Tali pembawa muatan diulir dan dipasang kuat pada poros,
sedangkan tali untuk kuasa diulir dan dipasang kuat pada katrol, sebagaimana gambar
6.7.
Jika D = diameter Rodaa (R = jari-jari roda) dan d = diameter poros (r = jari-jari poros)

105
Rasio Kecepatan,
Jarak Perpindahan oleh Kuasa Keliling Roda πD
VR = = =
Jarak Perpindahan oleh Beban Keliling Poros πd

𝐷 𝑅
𝑉𝑅 = =
𝑑 𝑟

Roda

Poros

Kuasa F

Beban W

Gambar 6.7 Roda dan Poros

Dongkrak Sekrup (Screw Jack)

Pitch

Gambar 6.8 Dongkrak Sekrup (Screw Jack)

Dapat dilihat pada gambar 6.8 bahwa ketika batang diputar pada jarak efektif R
sebanyak satu putaran, jarak Perpindahan oleh kuasa adalah keliling lingkaran yang
dibentuk oleh kuasa, yaitu 2𝜋𝑅, dan jarak beban terangkat adalah jarak vertikal sekrup

106
naik, yang mana untuk satu putaran batang sama dengan satu pitch. Sehingga Rasio
Kecepatan diperoleh,

Jarak Perpindahan Oleh Kuasa 2πR


VR = =
Jarak Pindah oleh Beban Pitch

Roda Gigi
Gigi roda merupakan contoh pesawat sederhana. Gigi roda banyak digunakan pada
mesin-mesin. Ketika kamu melewati tanjakan, sepeda kamu akan terasa berat. Hal ini
dikarenakan tarikan gaya gravitasi yang bekerja pada badan dan sepedamu. Sepeda
masa kini telah dilengkapi dengan gigi roda yang lebih dari satu.

Gambar 6.9 Roda gigi

Gigi roda ini berfungsi meningkatkan atau menurunkan putaran. Ketika sepeda akan
melewati tanjakan, kamu pasti memindahkan gigi roda belakang sedemikian rupa
sehingga rantai akan terhubung dengan gigi roda yang paling besar. Gigi roda depan
yang berhubungan langsung dengan pedal tempat mengayuh pun diubah sedemikian
rupa sehingga rantai akan terhubung pada gigi roda yang paling kecil. Hal ini
mengakibatkan laju sepeda akan melambat, tetapi kamu akan merasakan kayuhan
kakimu menjadi ringan. Sehingga dengan gaya sama seperti digunakan untuk mengayuh
sepeda pada jalan datar, kamu dapat melewati tanjakan.

A. RANGKUMAN
1. Pesawat sederhana adalah alat-alat yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan.
2. Rasio antara jarak pindah oleh kuasa terhadap jarak pindah oleh beban dalam
waktu yang sama disebut rasio kecepatan (velocity ratio), yang nilainya tetap
untuk setiap mesin tertentu tergantung desainnya.
Jarak pindah oleh kuasa
Rasio Kecepatan (V. R) =
Jarak pindah oleh beban

3. Keuntungan menggunakan mesin pengangkat adalah mengangkat beban yang


besar dengan kuasa yang kecil, kemudian istilah keuntungan mekanis
(mechanical advantage) digunakan untuk mengekspresikan rasio ini,
𝑊
𝑀. 𝐴 =
𝐹

4. Efisiensi suatu mesin adalah perbandingan antara usaha berguna dilakukan


terhadap usaha diberikan ke mesin.

107
Usaha berguna dilakukan
𝜂 (Efisiensi) =
Usaha diberikan ke mesin
M. A.
𝜂=
V. R.

5. Kuasa ideal adalah kuasa yang diperlukan untuk mengangkat beban W jika tidak
ada gesekan. Jika ada secara teori mesin sempurna tanpa gesekan dimana
efisiensinya satu atau 100%, keuntungan mekanis akan sama dengan rasio
kecepatan, sehingga
𝑊
Kuasa Ideal =
𝑉𝑅

6. Bidang miring merupakan sebuah bidang miring yang digunakan untuk


memindahkan sebuah benda ke ketinggian tertentu.

𝑊 𝑆
𝑀. 𝐴. = =
𝐹 ℎ

7. Sistem kerja tuas terdiri atas tiga komponen, yaitu beban, titik tumpu, dan kuasa.
Beban adalah benda yang akan dipindahkan. Hubungan antara lengan kuasa 𝑙𝑘 ,
lengan beban 𝑙𝑏 , beban 𝑊, dan kuasa 𝐹 secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut.
𝐹 × 𝑙 𝑘 = 𝑊 × 𝑙𝑏

8. Katrol sangat baik digunakan untuk memindahkan beban ke atas. Katrol dapat
dibedakan menjadi katrol tunggal tetap, katrol tunggal bergerak, dan takal.

9. Roda dan Poros terdiri dari sebuah roda katrol dipasang erat dengan poros yang
mana dipasang pada bearing horisontal. Rasio Kecepatan roda dan poros
dirumuskan
𝐷 𝑅
𝑉. 𝑅. = =
𝑑 𝑟

10. Rasio Kecepatan dongkrak sekrup (screw jack),

Jarak Perpindahan Oleh Kuasa 2𝜋𝑅


𝑉𝑅 = =
Jarak Pindah oleh Beban 𝑃𝑖𝑡𝑐ℎ

11. Gigi roda ini berfungsi meningkatkan atau menurunkan putaran.

B. TUGAS
1. In a wheel and differential axle type of lifting machine, a crank handle of 240 mm
radius takes the place of the wheel and the diameters of the differential axle are
110 mm dan 80 mm respectively. If an effort of 80 N is required at the handle to
lift a load of 1,12 kN, find the velocity ratio, mechanical advantege and efficiency
at this load!
2. Two toggle bars are used in a screw jack to raise a casting of 3 ton mass. The
screw thread has a pitch of 12 mm. One toggle is 500 mm long and the effort
applied to its ind is 220 N. the other toggle is 450 mm long, find the effort
required at the end of this toggle if the efficiency when lifting this load is 35%.

108
C. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif
1. Seorang mendorong sebuah peti seberat 600 N. Pria ini menggunakan sebuah
papan dengan panjang 4 m yang digunakan sebagai bidang miring. Jika jarak
permukaan tanah dan bak truk 2 m, hitunglah keuntungan mekanis penggunaan
bidang miring ini! Berapa gaya yang diperlukan untuk mendorong peti itu?
2. Sebuah batu seberat 700 N akan dipindahkan dengan tuas yang panjangnya 2 m.
Untuk membuat sistem pengungkit, digunakan sebuah batu sebagai tumpuan.
Jika jarak titik tumpu terhadap beban 0,5 m, hitunglah gaya yang diperlukan
untuk menggerakkan batu!
3. Satu set blok katrol tali memiliki tiga katrol pada masing-masing blok. Hitunglah
efisiensi ketika mengangkat beban 500 N jika kuasa yang diperlukan adalah 100
N.

Jawaban Tes Formatif


1. Diketahui: Bidang miring s = 4 m; h = 2 m; w = 600 N.
Ditanya: M.A....?
Jawab:
𝑆 4𝑚
MA = 𝐻 = 2 𝑚 = 2
𝑊
MA = 𝐹
𝑊 600 𝑁
𝐹= = = 300 𝑁
𝑀𝐴 2

2. Diketahui: Tuas panjang 2 m; 𝑙𝑏 = 0,5 m; w = 700 N.


Ditanya: F....?
Jawab:
Terlebih dahulu kita hitung lengan kuasa:
𝑙𝑘 = 2 - 0,5 m = 1,5 m
Persamaan tuas:
𝐹 × 𝑙𝑘 = 𝑤 × 𝑙𝑏
𝑤 × 𝑙𝑏 700 𝑁 × 0,5 𝑚
𝐹= = = 233,3 𝑁
𝑙𝑘 1,5 𝑚

3. Diketahui:
Jumlah total katrol = 2 × 3 = 6
Rasio Kecepatan (V.R.) = jumlah katrol = 6
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 500
Keuntungan Mekanis 𝑀. 𝐴. = = =5
𝐾𝑢𝑎𝑠𝑎 100

Efisiensi
𝑀. 𝐴
𝜂= × 100%
𝑉. 𝑅.
5
= × 100%
6
= 83,3 %

109
BAB 7
DENSITY

7.1 Density (Massa Jenis/Rapat Massa)


Massa jenis adalah massa setiap satu satuan volume benda. Massa jenis rata-rata
setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya.
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3).

𝑚
𝜌=
𝑉
Dengan:
𝜌 = massa jenis (kg/m3)
𝑚 = massa (kg)
𝑉 = volume (m3)

Massa jenis beberapa benda:


Nama zat 𝜌 dalam kg/m3 𝜌 dalam gr/cm3
Air (4 derajat Celcius) 1.000 kg/m3 1 gr/cm3
Alkohol 800 kg/m3 0,8 gr/cm3
Air raksa 13.600 kg/m3 13,6 gr/cm3
Aluminium 2.700 kg/m3 2,7 gr/cm3
Besi 7.900 kg/m3 7,9 gr/cm3
Udara (27 C)
0 1,2 kg/m3 0,0012 gr/cm3
Es 920 kg/m3 0,92 gr/cm3

Massa Jenis Relatif


Massa jenis relatif benda adalah massa jenis benda dibandingkan dengan massa
jenis air murni. Massa jenis air murni adalah 1 g/cm3 atau sama dengan 1000
kg/m3.

ρbenda
ρrelatif benda =
ρair murni

Massa jenis zat cair dapat diukur dengan


hidrometer. Hidrometer terbuat dari pipa
kaca berskala dengan pemberat dibagian
bawah. Apabila dimasukkan ke dalam zat
cair hidrometer akan mengapung karena
gaya apung (gaya Archimedes). Nilai massa
jenis zat cair dapat dibaca pada skala
hidrometer yang tepat pada permukaan zat
cair.

Contoh
Hitunglah massa jenis relatif air garam yang
massa jenisnya 1025 kg/m3
Massa jenis relatif air garam diperoleh
dengan rumus,
ρbenda
ρrelatif benda =
ρair murni

110
ρair garam 1025 kg/m3
ρrelatif air garam = = = 1,025
ρair murni 1000 kg/m3

Perhatikan bahwa massa jenis relatif tidak memiliki satuan.

Contoh
Hitunglah massa jenis bahan bakar minyak yang massa jenis relatifnya 0,92!
Massa jenis minyak diperoleh dengan rumus,
𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 𝜌𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 × 𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖
𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 0,92 × 1000 𝑘𝑔⁄𝑚3 = 920 𝑘𝑔/𝑚3

Contoh
Ketika sebuah tangki penuh berisi air tawar massanya 120 ton. Hitunglah berapa
ton jika diisi penuh minyak yang massa jenis relatifnya 0,84.
Volume air tawar tersebut = Volume tangki
𝑚 120.000 𝑘𝑔
𝑉= = = 120 𝑚3
𝜌 1000 𝑘𝑔/𝑚3

Massa jenis minyak


𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 0,84 × 1000 𝑘𝑔⁄𝑚3 = 840 𝑘𝑔/𝑚3

Massa minyak
𝑘𝑔
𝑚 = 𝜌 × 𝑉 = 840 × 120𝑚3 = 100800 𝑘𝑔 = 100,8 𝑡𝑜𝑛
𝑚3

Contoh Soal
1. Sebuah tangki berisi 120 ton ketika penuh berisi air tawar. Hitunglah berapa ton
minyak diesel dengan massa jenis relatif 0,880 akan diisikan, dengan
memberikan 2% volume tangki untuk pemuaian!
2. Sebuah tangki ketika penuh berisi 130 ton air garam. Hitunglah berapa ton bahan
bakar minyak dengan massa jenis relatif 0,940 akan mengisi tangki tersebut,
dengan membiarkan 1% volume tangki untuk pemuaian!
3. Tangki berukuran 8 m × 6 m × 7 m sedang diisi dengan minyak diesel yang massa
jenis relatifnya 0,9. Hitunglah berapa ton minyak diesel dalam tangki ketika
ullage-nya 3 meter.

Penyelesaian
1. Diketahui:
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 120 ton = 120.000 kg
𝜌𝑎𝑖𝑟 = 1.000 kg/m3
In Load Lines (2002 Edition), the IMO suggests that weight shall be calculated on
the basis of the following values for specific gravities and densities of liquids:
Saltwater = 1.025; Freshwater = 1.000; Oil fuel = 0.950; Diesel fuel = 0.900;
Lubricating oil = 0.900
Karena tangki penuh air maka:
𝑚 120.000 𝑘𝑔
𝑉𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 = 1.000 𝑘𝑔/𝑚3 = 120 𝑚3
𝑎𝑖𝑟
2 % volume tangki kosong maka volume terisi minyak 98%, sehingga:
𝑉𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 98% × 120 𝑚3 = 117,6 𝑚3

111
𝑘𝑔
𝑚𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 × 𝑉𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 880 × 117,6 𝑚3 = 103.488 𝑘𝑔
𝑚3
= 103,488 𝑡𝑜𝑛

2. Diketahui:
𝑚𝑎𝑖𝑟 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 = 130 ton = 130.000 kg
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 = 1.025 kg/m3
Karena tangki penuh air maka:
𝑚 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 130.000 𝑘𝑔
𝑉𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 = 1.025 𝑘𝑔/𝑚3 = 126,83 𝑚3
𝑎𝑖𝑟 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚
1 % volume tangki kosong maka volume terisi BBM 99%, sehingga:
𝑉𝐵𝐵𝑀 = 99% × 126,83 𝑚3 = 125,56 𝑚3
𝑘𝑔
𝑚𝐵𝐵𝑀 = 𝜌𝐵𝐵𝑀 × 𝑉𝐵𝐵𝑀 = 940 3 × 125,56 𝑚3 = 118.026 𝑘𝑔 = 118,026 𝑡𝑜𝑛
𝑚
6m
3. Diketahui: 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖= 8 × 6 × 7 m
𝑢𝑙𝑙𝑎𝑔𝑒 = 3 m Kosong
𝜌𝑟𝑒𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 = 0,9 gr/cm3
Karena tangki penuh air maka: 3m
𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 = 0,9 × 1000 = 900 𝑘𝑔/𝑚3
7m
𝑉𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑜𝑙𝑎𝑟 = 8 × 6 × (7 - 3) m = 192 m3
Minyak Solar
Massa minyak solar saat ullage 3 meter:
𝑚 = 𝜌 × 𝑉 = 900 × 192
= 172.800 𝑘𝑔
= 172,8 𝑡𝑜𝑛 8m

Specific volume is defined as the number of cubic meters occupied by one kilogram
of matter. It is the ratio of a material's volume to its mass, which is the same as the
reciprocal of its density. In other words, specific volume is inversely proportional to
density. Specific volume may be calculated or measured for any state of matter, but it is
most often used in calculations involving gases.
The standard unit for specific volume is cubic meters per kilogram (m3/kg), although it
may be expressed in terms of milliliters per gram (mL/g) or cubic feet per pound
(ft3/lb).

The "specific" part of a specific volume means that it is expressed in terms of unit mass.
It is an intrinsic property of matter, which means it does not depend on sample size.
Similarly, specific volume is an intensive property of matter that is unaffected by how
much of a substance exists or where it was sampled.

Specific Volume Formulas


There are three common formulas used to calculate specific volume (ν):
1. ν = V / m where V is volume and m is mass
2. ν = 1 /ρ = ρ-1 where ρ is density
3. ν = RT / PM = RT / P where R is the ideal gas constant, T is temperature, P is
pressure, and M is the molarity
The second equation usually is applied to liquids and solids because they are relatively
incompressible. The equation may be used when dealing with gases, but the density of
the gas (and its specific volume) may change dramatically with a slight increase or
decrease in temperature.

112
The third equation only applies to ideal gases or to real gases at relatively low
temperatures and pressures that approximate ideal gases.
Table of Common Specific Volume Values
Engineers and scientists typically refer to tables of specific volume values. These
representative values are for standard temperature and pressure (STP), which is a
temperature of 0 °C (273.15 K, 32 °F) and pressure of 1 atm.

Specific Volume
Substance Density (kg/m3)
(m3/kg)
Air 1.225 0.78
Ice 916.7 0.00109
Water (liquid) 1000 0.00100
Salt Water 1030 0.00097
Mercury 13546 0.00007
R-22* 3.66 0.273
Ammonia 0.769 1.30
Carbon dioxide 1.977 0.506
Chlorine 2.994 0.334
Hydrogen 0.0899 11.12
Methane 0.717 1.39
Nitrogen 1.25 0.799
Steam* 0.804 1.24
Substances marked with an asterisk (*) are not at STP.

Since materials aren't always under standard conditions, there are also tables for
materials that list specific volume values over a range of temperatures and pressures.
You can find detailed tables for air and steam.

Uses of Specific Volume


Specific volume is most often used in engineering and in thermodynamics calculations
for physics and chemistry. It is used to make predictions about the behavior of gases
when conditions change.

Consider an airtight chamber containing a set number of molecules:


• If the chamber expands while the number of molecules remains constant, the gas
density decreases and the specific volume increases.
• If the chamber contracts while the number of molecules remains constant, the
gas density increases and the specific volume decreases.
• If the chamber's volume is held constant while some molecules are removed, the
density decreases and the specific volume increases.
• If the chamber's volume is held constant while new molecules are added, the
density increases and the specific volume decreases.
• If the density doubles, its specific volume is halved.
• If specific volume doubles, density is cut in half.

Specific Volume and Specific Gravity


If the specific volumes of two substances are known, this information may be used to
calculate and compare their densities. Comparing density yields specific gravity values.
One application of specific gravity is to predict whether a substance will float or sink
when placed on another substance.

113
For example,
if substance A has a specific volume of 0.358 cm3/g and substance B has a specific
volume of 0.374 cm3/g, taking the inverse of each value will yield the density. Thus, the
density of A is 2.79 g/cm3 and the density of B is 2.67 g/cm3. The specific gravity,
comparing the density of A to B is 1.04 or the specific gravity of B compared to A is 0.95.
A is denser than B, so A would sink into B or B would float on A.

Example Calculation
The pressure of a sample of steam is known to be 2500 lbf/in2 at a temperature of 1960
Rankine. If the gas constant is 0.596 what is the specific volume of the steam?
ν = RT / P
ν = (0.596)(1960)/(2500) = 0.467 in3/lb

114
BAB 8
FLUIDA

Dalam bab ini anda akan mempelajari mekanika fluida yang dibagi menjadi dua
studi: statistika fluida dan dinamika fluida. Fluida adalah zat yang dapat mengalir
sehingga yang termasuk fluida adalah zat cair dan gas.

8.1 Fluida Statis


Dalam statika fluida dipelajari fluida yang ada dalam keadaan diam (tidak
bergerak). Fluida yang diam disebut fluida statis. Jika yang diamati zat cair maka
disebut hidrostatis. Dalam fluida statis anda akan mempelajari hukum-hukum
dasar yang antara lain dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Mengapa
semakin dalam menyelam semakin besar tekanannya? Mengapa kapal laut yang
terbuat dari besi dapat mengapung di permukaan air laut? Mengapa balon udara
yang berisi gas panas dapat naik ke udara?

Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja pada suatu
bidang dibagi dengan luas bidang tersebut. Rumus tekanan

𝐹
𝑃=
𝐴

Satuan SI untuk tekanan adalah Pascal (disingkat Pa) untuk memberi penghargaan
kepada Blaise Pascal, penemu hukum Pascal.

1 Pa = 1 N . m-2

Untuk keperluan cuaca digunakan satuan atmosfer (atm), cmHg atau mmHg, dan
milibar (mb).

1 mb = 0,001 bar; 1 bar = 105 Pa


1 atm = 76 cmHg = 1,01 x 105 = 1,01 bar

Untuk menghormati Torricelli, fisikawan Italia penemu barometer, ditetapkan


satuan tekanan dalam torr.
Dimana 1 torr = 1 mmHg

Vacum adalah daerah ruang tanpa materi, tekanan nol, tidak ada udara.
Kenyataannya hampir tidak ada ruang yang vakum sempurna, melainkan vakum
parsial. Vakum Parsial (Imperfect vacuum) adalah vakum tidak sempurna seperti
yang dibuat di laboratorium atau di ruang angkasa.

Manometer
Manometer adalah alat pengukur tekanan gas di dalam ruang tertutup. Barometer
adalah alat ukur tekanan udara dalam ruang terbuka.

115
Gambar 8.1 (a) Manometer terbuka (b) barometer raksa

Barometer Aneroid
Barometer aneroid pada dasarnya terdiri atas circular, hollow, sealed vessel S yang
biasanya terbuat dari logam lentur tipis.

Skala

Pointer

Sumbu

Tekanan
Atmosfer
Sealed
Vessel

Gambar 8.2 Barometer aneroid

Tekanan udara pada vessel dihilangkan hingga mendekati nol sebelum disegel,
sehingga perubahan pada tekanan atmosfer akan menyebabkan bentuk vessel
mengembang atau mengkerut. Perubahan kecil ini dapat diperbesar dengan
menggunakan tuas dan dibuat untuk menggerakkan jarum penunjuk dengan
kalibrasi tertentu.

116
Piezometer
Piezometer adalah salah satu
alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan cairan
statis di sistem dengan
mengukur ketinggian yang
kolom cairan naik melawan
gravitasi, atau perangkat yang
mengukur tekanan (lebih
tepatnya, kepala pisometrik)
dari tanah pada titik tertentu.
Sebuah piezometer dirancang
untuk mengukur tekanan
statis, dan dengan demikian
berbeda dari tabung pitot
dengan tidak menunjuk ke
dalam aliran fluida.
Prinsip kerja pada piezometer
yakni dengan menggunakan
diafragma yang akan
menyebabkan defleksi dan
menyebabkan perubahan pada tegangan dan frekuensi pada kawat yang bergetar.
Apabila terdapat perubahan maka akan ditransmisikan menuju perangkat
pembacaan kumparan listrik yang kemudian akan bekerja pada dinding kapsul.
Kemudian piezometer akan mencampurkan batu berporos pada area bagian depan
diafragma, yang nantinya akan memungkinkan cairan melewati daerah tersebut dan
juga akan mencegah partikel yang ada disekitar untuk langsung menimpa daerah
bagian diafragma.
Dan juga konstruksi baja yang tahan terhadap karat (titanium) serta pengevakuasian
pada kapsul akan meningkatkan ketahanan korosi pada tingkat yang lebih tinggi.
Serta tabung pelepasan gas integral yang terletak di dalam main housing akan selalu
melindungi perlengkapan dari kerusakan yang akan disebabkan oleh sambaran petir.

Bourdon Pressure Gauge


Tekanan yang beberapa kali lebih besar dari pada tekanan atmosfer dapat diukur
dengan Bourdon pressure gauge.

Gambar 8.3 Bourdon Pressure Gauge

117
Bourdon pressure gauge menggunakan prinsip bahwa pipa berlubang yang salah
satu ujungnya tertutup yang dibengkokkan melingkar, akan tegang dan lurus ketika
bagian dalamnya diberikan tekanan. Pergeseran ujung pipa akibat tekanan
dihubungkan dengan tuas dan roda gigi hingga memutar jarum penunjuk.

Tekanan Hidrostatik
Tekanan zat cair dalam keadaan tidak mengalir dan hanya disebabkan oleh berat zat
cair sendiri disebut tekanan hidrostatika. Besarnya tekanan hidrostatika suatu titik
dalam zat cair yang tidak bergerak dapat diturunkan sebagai berikut:

Gambar 8.4 Zat cair dalam wadah silinder

Tinjau zat cair dengan massa jenis ρ berada dalam wadah silinder dengan luas alas A
dan ketinggian h seperti pada Gambar 17. Volume zat cair dalam wadah V = Ah
sehingga berat zat cair dalam wadah adalah:

F = mg = ρVg = ρAhg

dengan demikian tekanan hidrostatika di sebarang titik pada luas bidang yang
diarsir oleh zat cair dengan kedalaman h dari permukaan adalah:

𝐹 𝜌𝑔ℎ𝐴
𝑃ℎ = = = 𝜌𝑔ℎ
𝐴 𝐴

dengan
𝜌: massa jenis zat cair (kg/m3)
g : percepatan gravitasi, m/s2
h : kedalaman titik dalam zat cair diukur dari permukaan zat cair, m.

Contoh
Hitunglah tekanan hidrostatik pada kedalaman 10 m dari permukaan air!
Penyelesaian:
𝑃ℎ = 𝜌𝑔ℎ
= 1000 kg/m3 × 9,82 m/s2 × 10 m
= 98.200 Pascal

Biasanya tekanan yang kita ukur adalah perbedaan tekanan dengan tekanan
atmosfir, yang disebut Tekanan Gauge atau tekanan yang dilihat dengan alat ukur.
Adapun tekanan sesungguhnya disebut tekanan mutlak, dimana :
Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer

Ph= Pgauge+ Patm

dengan tekanan atmosfer Patm (Po) = 1,01 × 105 Pa.

118
Perhatikan:
✓ Jika disebut tekanan pada suatu kedalaman tertentu, ini yang dimaksud adalah
tekanan mutlak.
✓ Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan tekanan udara luar Po = 1 atm = 76
cmHg = 1,01 × 105 Pa.

Contoh
Berapa kedalaman suatu posisi penyelam dalam fluida tak bergerak (air) diukur dari
permukaan yang mempunyai tekanan sebesar tiga kali tekanan udara luar. (Po = 1
atm = 1,01 × 105 N/m2).
Penyelesaian:

Po

Gambar 8.5 Ilustrasi tekanan hidrostatik.

Tekanan hidrostatis titik A:


𝑃𝐴 = 3 𝑃0
Besar tekanan di titik A
𝑃𝐴 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ
3 𝑃0 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ
3 𝑃0 − 𝑃0 = 𝜌𝑔ℎ

2𝑃0
ℎ=
𝜌𝑔
2 × 1,01 × 105 N/𝑚2
= 𝑘𝑔
103 𝑚3 × 10𝑚/𝑠 2
= 20,2 𝑚

Jadi kedalaman posisi tersebut adalah 20 m.

Hukum Pascal
Tekanan yang bekerja pada fluida statis dalam ruang tertutup akan diteruskan ke
segala arah dengan sama rata, hal ini dikenal sebagai Prinsip Pascal. Tinjau sistem
kerja penekan hidrolik seperti pada Gambar 19. apabila dikerjakan tekanan p1 pada
penampang A1maka tekanan yang sama besar akan diteruskan ke penampang A2
sehingga memenuhi P1= P2 dan diperoleh perumusan sebagai berikut:

119
𝑃1 = 𝑃2

𝐹1 𝐹2
=
𝐴1 𝐴2

𝐹1 (𝐷1 )2
=
𝐹2 (𝐷2 )2

Dengan 𝐷1 = diameter penampang 1, 𝐷2 = diameter penampang 2

𝐹1

𝑃1
𝐴1 𝑃2 𝐴2

𝐹2

Gambar 8.6 Sistem hidrolik

Alat-alat teknik yang menggunakan sistem prinsip Pascal adalah rem hidrolik dan
pengangkat mobil dalam bengkel.

Gambar 8.7Contoh-contoh aplikasi hukum pascal

Contoh
Seorang pekerja bengkel memberikan gaya tekan pada pompa hidrolik dengan gaya
200 N. apabila perbandingan penampang silinder kecil dan besar 1 : 10, berapa berat
beban yang dapat diangkat oleh pekerja tersebut.
Penyelesaian
Dengan menggunakan persamaan hukum Pascal diperoleh :
𝐴2 10
𝐹2 = 𝐹1 = 200 𝑁 = 2000 𝑁
𝐴1 1

120
Prinsip Archimedes
Di dalam fluida yang diam, suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruh
volumenya akan mengalami gaya tekan ke atas (gaya apung/Bouyant Force) sebesar
berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut, yang lazim disebut gaya
Archimedes.

Gambar 8.8 Gaya-gaya pada kapal di atas permukaan air.

Contoh
Massa jenis air tawar adalah 1000 kg/m3. Oleh karenanya ketika sebuah benda
dibenamkan ke dalam air tawar akan kehilangan efek massa sebesar 1000 kilogram
untuk setiap 1 m3 air didesak/dipindahkan. Ketika sebuah kotak berukuran 1 m3 dan
massa 4000 kg dibenamkan ke dalam air tawar maka akan kehilangan massa sebesar
1000 kg. Jika diukur dengan necara pegas maka akan ditunjukkan nilai 3000 kg.
Disini diperoleh gaya apung 1000 kg × 10 m/s2 = 10.000 Newton.

Gambar 8.9 benda dibenamkan ke dalam air tawar akan kehilangan efek massa

121
Perhatikan elemen fluida yang dibatasi oleh permukaan s (Gambar 7.10)
𝐹𝑎

𝑤
Gambar 8.10 Elemen fluida yang dibatasi permukaan s.

Pada elemen ini bekerja gaya-gaya :


- gaya berat benda W
- gaya-gaya oleh bagian fluida yang bersifat menekan permukaan s, yaitu gaya
angkat ke atas Fa.

Kedua gaya saling meniadakan, karena elemen berada dalam keadaan setimbang
dengan kata lain gaya-gaya keatas = gaya - gaya ke bawah.
Artinya resultan seluruh gaya pada permukaan s arahnya akan ke atas, dan besarnya
sama dengan berat elemen fluida tersebut dan titik tangkapnya adalah pada titik
berat elemen.
Prinsip Archimedes yaitu bahwa suatu benda yang seluruhnya atau sebagian tercelup
di dalam satu fluida akan mendapat gaya apung sebesar dengan berat fluida yang
dipindahkan oleh benda tersebut.

Secara matematis hukum Archimedes diformulasikan:

𝐹𝑎 = 𝑤𝑓

𝐹𝑎 = 𝑚𝑓 𝑔

𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔

𝐹𝑎 : gaya apung (N)


𝑤𝑓 : berat fluida yang di desak (N)
𝑚𝑓 : massa fluida yang di desak (kg)
𝜌𝑓 : massa jenis fluida (kg/m3)
𝑉𝑏𝑓 : volume benda yang tercelup (m3)
𝑔 : percepatan gravitasi (m/s2)

Perhatikan:
▪ Hukum Archimedes berlaku untuk semua fluida termasuk gas dan zat cair.
▪ Jika benda tercelup semua maka Vbf= volume benda.

Benda yang dimasukkan ke dalam zat cair, akan terjadi tiga kemungkinan keadaan
yaitu terapung, melayang dan tenggelam.

122
mengapung 𝐹𝑎
𝐹𝑎 > 𝑤

𝐹𝑎
melayang
𝐹𝑎 = 𝑤
𝑤
tenggelam 𝐹𝑎
𝐹𝑎 < 𝑤
𝑤

Gambar 8.11 Benda mengapung melayang dan tenggelam.

Ketiga kemungkinan keadaan tersebut terjadi ditentukan oleh perbandingan massa


jenis benda dengan massa jenis fluida, syaratnya adalah:
▪ ρbenda rata rata< ρfluida : keadaan mengapung
▪ ρbenda rata rata> ρfluida : keadaan tenggelam
▪ ρbenda rata rata = ρfluidaρ : keadaan melayang

a. Benda akan tenggelam dalam fluida jika gaya apung ke atasnya tidak mampu
menahan beratnya.
FA < w
b. Benda melayang dalam fluida syaratnya gaya apung ke atasnya harus sama
dengan berat bendanya.
FA = w
c. Benda terapung dalam fluida syaratnya apabila gaya apung lebih besar dari berat
benda
FA > w

Kapal Laut
Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut, tetapi mengapa kapal laut
yang terbuat dari besi bisa mengapung di atas air?
Badan kapal yang terbuat dari besi di dalamnya berrongga.
Ini menyebabkan volume air laut yang dipindahkan oleh badan kapal menjadi sangat
besar.
Gaya apung sebanding dengan volume air yang dipindahkan, sehingga gaya apung
menjadi sangat besar.
Gaya apung ini mampu mengatasi berat total kapal sehingga kapal laut mengapung
di permukaan air laut.
Jika dijelaskan menggunakan konsep massa jenis, maka massa jenis rata-rata besi
berrongga dan udara yang menempati rongga masih lebih kecil daripada massa jenis
air laut. Itulah sebabnya kapal mengapung.

123
FA

Gambar 8.12 Sistem gaya pada kapal laut

Contoh
Sebuah gunung es (iceberg) berada di tengah lautan. Berapa prosentase bagian
gunung yang terlihat di udara apabila diketahui massa jenis es 0,92 gr/cm3 dan
massa jenis air laut 1,03 gr/cm3.
Penyelesaian:
𝐹𝑎
Va

𝑤 Vb

Gambar 8.13 Gunung Es/ Ice berg

Berat gunung es adalah

W = ρes V g

Gaya apung (Fa) = berat air laut yang dipindahkan = ρair laut . Vb . g
karena kesetimbangan maka volume es yang terlihat di udara adalah:

𝑉𝑢 = 𝑉𝑏 − 𝑉𝑏𝑓

dengan,
𝜌𝑏
𝑉𝑏𝑓 = 𝑉𝑏 = 0,89 𝑉𝑏
𝜌𝑓
Jadi bagian gunung yang muncul di udara sebesar 11%.

Contoh
Sebuah kapal bermuatan 7000 ton sedang mengapung di air tawar. Hitunglah
muatan kapal saat terapung di draft yang sama dalam air dengan densitas 1.015 kg
per meter kubik, atau 1,015 ton/m3.
muatan baru massa jenis fluida baru
=
muatan lama massa jenis fluida lama
124
massa jenis fluida baru × muatan lama
muatan baru =
massa jenis fluida lama
3
1,015 𝑘𝑔/𝑚 × 7000 𝑡𝑜𝑛
=
1,000 𝑘𝑔/𝑚3
= 7105 𝑡𝑜𝑛

Stabilitas Benda Terapung


Untuk kebanyakan kapal pusat gaya apung (centre of bouyancy) B kapal biasanya
terletak di bawah pusat gravitasi/titik berat G, seperti ditunjukkan oleh gambar (a)
ketika kapal ini dikenakan kemiringan dengan sudut lunas kapal/keel kecil 𝜃,
sebagaimana digambarkan pada gambar (b), maka pusat gaya apung berpindah
menuju posisi B’, dimana

Gambar 8.14

BM = pusat pembungkukan/curvature dari pusat gaya apung = 𝐼⁄𝑉


GM = tinggi metasentrik (the metacentric height)
M = posisi metasenter
I = momen kedua dari luasan bidang air disekitar garis pusat/centreline (the
second moment of area of the water plane about its centreline)
V = volume terpindahkan kapal

Tinggi metasentrik GM dapat diperoleh dengan eksperimen memiringkan sederhana,


dimana beban P dipindahkan secara transversal sejauh x.

Gambar 8.15
Dari tinjauan keseimbangan rotasi dimana pada kondisi kesetimbangan momen gaya
searah jarum sama dengan momen gaya berlawanan arah jarum jam,

𝜏𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒 = 𝜏𝑎𝑛𝑡𝑖𝑐𝑙𝑜𝑐𝑘𝑤𝑖𝑠𝑒

Dimana momen gaya = gaya × lengan momen


𝜏=𝐹𝑙
125
Maka kita peroleh
𝑊(𝐺𝑀) tan 𝜃 = 𝑃𝑥
𝑃𝑥
𝐺𝑀 = 𝑐𝑜𝑡 𝜃 … (∗)
𝑊
Dimana W = berat kapal, dan
1
cot 𝜃 =
tan 𝜃

Contoh
Seorang arsitek angkatan laut sedang melakukan perhitungan hidrostatis pada
sebuah kapal penjelajah, dimana dia memperoleh data-data sebagai berikut:
M = massa kapal penjelajah = 100 ton
K B = jarak vertikal dari pusat gaya apung (B ) di atas lunas kapal (keel ) K = 1,2 m
B M = jarak metasenter (M ) di atas pusat gaya apung = 2,4 m

Dia kemudian melakukan eksperimen pemiringan, dimana dia memindahkan massa


50 kg menempuh jarak transversal 10 m sepanjang dek kapal. Setelah melakukan itu,
dia menemukan hasil bahwa sudut lunas kapal/keel adalah 𝜃 = 1°. Hitunglah tinggi
metasentrik G M dan posisi pusat gravitasi/titik berat dari kapal diatas lunas
kapal/keel. Asumsikan g = 9,81 m/s2.
Penyelesaian
𝑃 = 50 𝑘𝑔 × 9,81𝑚/𝑠 2 = 490,5 N
𝑘𝑔 𝑚
𝑊 = 100 𝑡𝑜𝑛 × 1000 × 9,81 2
𝑡𝑜𝑛 𝑠
= 981 kN
𝑥 = 10 𝑚
1
𝜃 = 1° 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑛𝑎, tan 𝜃 = 0,017455 dan cot 𝜃 = = 57,29
tan 𝜃
Dari persamaan (*)
𝑃𝑥
𝐺𝑀 = cot 𝜃
𝑊
490,5 𝑁 × 10 𝑚 × 57,29
=
981 × 103 𝑁
= 0,286 𝑚
Jadi diperoleh tinggi metasentrik 𝐺𝑀 = 0,286 𝑚
𝐾𝑀 = 𝐾𝐵 + 𝐵𝑀
= 1,2 𝑚 + 2,4 𝑚 = 3,6 𝑚
𝐾𝐺 = 𝐾𝑀 − 𝐺𝑀
= 3,6 − 0,286 = 3,314 𝑚
Jadi diperoleh pusat gravitasi diatas lunas kapal/keel, KG = 3,314 m, (dimana ‘K ’
adalah sebuah titik pada lunas keel)

126
8.2 Fluida Dinamis
Fluida yang mengalir disebut fluida dinamis. Jika yang dipelajari zat cair maka
disebut hidrodinamika. Fluida yang akan dipelajari dianggap sebagai fluida ideal,
yaitu fluida yang tunak (kecepatan konstan sepanjang waktu), tak termampatkan
(tidak mengalami perubahan volume ketika dimampatkan), tak kental (non-
viscous), streamline (aliran garis arus/tidak turbulen).

Pengertian Debit
Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui suatu
penampang tertentu dalam selang waktu tertentu. Satuan SI untuk debit adalah
m3/s

volume 𝑉
Debit = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄=
selang waktu 𝑡

Misalkan sejumlah fluida melalui penampang pipa seluas A dan setelah selang waktu
t menempuh jarak L. Volume fluida adalah V = A L, sedang jarak L = vt, sehingga debit
Q dapat kita nyatakan sebagai

𝑉 𝐴𝐿 𝐴(𝑣𝑡)
𝑄= = =
𝑡 𝑡 𝑡

𝑄 = 𝐴𝑣

Persamaan Kontinuitas
Pada fluida tak termampatkan, debit fluida di titik mana saja selalu konstan.
Sehingga hasil kali antara kelajuan fluida dan luas penampang selalu konstan.

𝑄1 = 𝑄2 = 𝑄1 = ⋯ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2 = 𝐴3 𝑣3 = ⋯ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

Kelajuan aliran fluida tak termampatkan berbanding terbalik dengan kuadrat jari-
jari penampang atau diameter penampang.

𝑣1 𝑟2 2 𝐷2 2
=( ) =( )
𝑣2 𝑟1 𝐷1

Gambar 8.16 Fluida bergerak secara steady flow (aliran tunak) melalui pipa yang luas
penampangnya bervariasi

127
Fluida bergerak secara steady flow (aliran tunak) melalui pipa yang luas
penampangnya bervariasi. Volume fluida yang mengalir melalui luas A1 pada interval
waktu t harus sama dengan volume yang mengalir melalui luasan A2 dalam interval
waktu yang sama. Sehingga,𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2

Contoh
Diketahui air mengalir melalui sebuah pipa. Jika diameter pipa bagian kiri 10 cm dan
bagian kanan 6 cm, serta kelajuan air pada bagian kiri 5 m/s. Hitunglah kelajuan air
yang melalui pipa bagian kanan!

Penyelesaian:
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2
𝐴1 𝑣1 𝐷12 (0,1 𝑚)2
𝑣2 = = 2 𝑣1 = 5 𝑚/𝑠 = 13,9 𝑚/𝑠
𝐴2 𝐷2 (0,06 𝑚)2

Asas Bernoulli
Pada pipa mendatar, tekanan fluida paling besar adalah pada bagian yang kelajuan
alirannya paling kecil, dan tekanan paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan
alirnya paling besar. Hukum bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (P),
1
energi kinetik per satuan volume (2 𝜌𝑣 2 ), dan energi potensial per satuan volume
(𝜌𝑔ℎ) memiliki nilai sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.
1
𝑃 + 2 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑔ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

Contoh
Bagian dari sebuah pipa air tawar vertikal meruncing secara teratur dari diameter
120 mm di bagian bawah menjadi diameter 60 mm pada bagian atas. Perbedaan
ketinggian 5 m. Ketika volume alir adalah 0,0424 m3/s tekanan pada bagian bawah
160 kN/m2, hitunglah tekanan pada bagian atas.
Penyelesaian
volume alir
Kecepatan =
luas
0,0424
𝑣1 = = 3,75 𝑚/𝑠
0,7854 × 0,122
0,0424
𝑣2 = = 15 𝑚/𝑠
0,7854 × 0,062

Karena volumen alir selalu tetap maka


𝑣1 × 𝐴1 = 𝑣2 × 𝐴2
3,75 × 0,7854 × 0,122
𝑣2 =
0,7854 × 0,062
= 3,75 × 22
= 15 𝑚/𝑠

Dengan mengambil bagian bawah sebagai level acuan, ℎ1 = 0 dan ℎ2 = 5


Ambil 𝑃2 = tekanan bagian atas
1 1
𝑃1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑃2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔ℎ2
2 2
1 1
160.000 + × 1000 × 3,75 + 1000 × 9,81 × 0 = 𝑝2 + 1000 × 152 + 1000 × 9,81 × 5
2
2 2
128
160.000 + 7031,25 + 0 = 𝑝2 + 112500 + 49050
𝑃2 = 5481,25 𝑁/𝑚2
𝑃2 = 5,481 𝑘𝑁/𝑚2

Teorema Torricelli
Kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang yang terletak pada jarak h di bawah
permukaan atas fluida dalam tangki sama seperti kelajuan yang akan diperoleh
sebuah benda yang jatuh bebas dari ketinggian h.

𝑣2 = √2𝑔ℎ

Debit fluida menyembur keluar dari lubang dengan luas 𝐴2 dapat dihitung dari
persamaan debit:

𝑄 = 𝐴𝑣 −→ 𝑄 = 𝐴2 √2𝑔ℎ

Penerapan Hukum Bernoulli Pada Karburator


Fungsi karburator adalah untuk menghasilkan campuran bahan bakar dengan udara
sebelum disemprotkan ke silinder untuk pembakaran. Prinsip kerja karburator
adalah sebagai berikut (Gambar 8.17) penampang pada bagian atas jet menyempit,
sehingga udara yang mengalir pada bagian ini bergerak dengan kelajuan yang tinggi.
Sesuai asas Bernoulli, tekanan pada bagian ini rendah. Tekanan didalam tangki
bahan bakar sama dengan tekanan atmosfir. Tekanan atmosfir memaksa bahan
bakar tersembur keluar melalui jet, sehingga bahan bakar bercampur dengan udara
sebelum memasuki silinder mesin.
Dari tangki minyak

Udara
Jet Katup
Pengapung

Minyak

Gambar 8.17 Prinsip kerja karburator

A. RANGKUMAN
1. Tekanan didefinisikan sebagai gaya normal (tegak lurus) yang bekerja pada suatu
bidang dibagi dengan luas bidang tersebut. Rumus tekanan
𝐹
𝑝=
𝐴
2. Manometer adalah alat pengukur tekanan gas di dalam ruang tertutup.
Barometer adalah alat ukur tekanan udara dalam ruang terbuka.
3. Tekanan zat cair dalam keadaan tidak mengalir dan hanya disebabkan oleh berat
zat cair sendiri disebut tekanan hidrostatika. Besarnya tekanan hidrostatika
129
suatu titik dalam zat cair yang tidak bergerak dirumuska:
𝑝ℎ = 𝜌𝑔ℎ
4. Biasanya tekanan yang kita ukur adalah perbedaan tekanan dengan tekanan
atmosfir, yang disebut Tekanan Gauge atau tekanan yang dilihat dengan alat
ukur. Adapun tekanan sesungguhnya disebut tekanan mutlak, dimana :
Tekanan mutlak = tekanan gauge + tekanan atmosfer
Ph= Pgauge+ Patm
5. Tekanan yang bekerja pada fluida statis dalam ruang tertutup akan diteruskan ke
segala arah dengan sama rata, hal ini dikenal sebagai Prinsip Pascal.
𝐹1 𝐹2
=
𝐴1 𝐴2
6. Di dalam fluida yang diam, suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruh
volumenya akan mengalami gaya tekan ke atas (gaya apung/Bouyant Force)
sebesar berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut, yang lazim disebut
gaya Archimedes.
𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔

7. Debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui
suatu penampang tertentu dalam selang waktu tertentu. Satuan SI untuk debit
adalah m3/s
volume 𝑉
Debit = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 =
selang waktu 𝑡

8. Pada fluida tak termampatkan, debit fluida di titik mana saja selalu konstan.
Sehingga hasil kali antara kelajuan fluida dan luas penampang selalu konstan.
𝑄1 = 𝑄2 = 𝑄1 = ⋯ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2 = 𝐴3 𝑣3 = ⋯ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛

9. Hukum bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari tekanan (p), energi kinetik per
1
satuan volume (2 𝜌𝑣 2 ), dan energi potensial per satuan volume (𝜌𝑔ℎ) memiliki
nilai sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.
1
𝑃 + 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑔ℎ = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
2

10. Teorema Torricelli menyatakan kelajuan fluida menyembur keluar dari lubang
yang terletak pada jarak h di bawah permukaan atas fluida dalam tangki sama
seperti kelajuan yang akan diperoleh sebuah benda yang jatuh bebas dari
ketinggian h.
𝑣2 = √2𝑔ℎ

B. TUGAS
1. Jelaskan prinsip kerja karburator kaitannya dengan hukum Bernoulli!
2. Carilah tekanan di kedalaman 10 m di bawah permukaan danau bila tekanan di
permukaan danau adalah 1 atm.
3. Penghisap besar pada sebuah dongkrak hidrolik mempunyai jari-jari 20 cm.
Berapakah gaya yang harus diberikan pada penghisap kecil berjari-jari 2 cm untuk
mengangkat sebuah mobil yang massanya 1500 kg.
4. Sebuah gabus mempunyai kerapatan 200 kg/m3. Carilah bagian volume gabus yang
tenggelam bila gabus terapung di air.

130
C. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif:
1. Dalam sebuah bejana diisi air (ρ = 1000 kg/m3). Ketinggian airnya adalah 85 cm.
Jika g = 10 m/s2 dan tekanan udara 1 atm (1,01 × 105 Pascal) maka tentukan:
- tekanan hidrostatis di dasar bejana;
- tekanan mutlak di dasar bejana.
2. Bejana berhubungan digunakan untuk mengangkat sebuah beban. Beban 1000 kg
diletakkan di atas penampang besar 2000 cm2. Berapakah gaya yang harus
diberikan pada bejana kecil 10 cm2 agar beban terangkat?
3. Balok kayu bermassa 20 kg memiliki volume 5.10-2 m3. Jika balok dimasukkan
dalam air (ρair = 1000 kg/m3) diberi beban maka berapakah massa beban
maksimum yang dapat ditampung di atas balok itu?
4. Perhatikan gambar berikut!

A1
V1 P2 A2 V2
P1 A2

Air mengalir melalui pipa mendatar dan menyempit. Besarnya diameter pipa
besar dan kecil masing-masing 5 cm dan 3 cm. Jika diketahui tekanan di A1
sebesar 1,6 × 105 N/m2 dan memiliki kecepatan 3 m/s, maka hitunglah:
a. kecepatan aliran di A2
b. tekanan di A2.

Jawaban Tes Formatif


1. Diketahui:
𝜌 = 1000 kg/m3
ℎ = 85 cm = 0,85 m
𝑔 = 10 m/s2
𝑝𝑎𝑡𝑚 = 1 atm = 1,01 × 105 Pa h
Ditanyakan: a) 𝑝ℎ ....?
b) 𝑝𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 ....?
Jawab:
kg m
a) 𝑝ℎ = 𝜌 𝑔 ℎ = 1000 m3 . 10 s2 . 0,85 m = 8.500 Pa
b) 𝑝𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 = 𝑝𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 + 𝑝𝑎𝑡𝑚
= 8.500 + 101.000 Pa
= 109.500 Pa

2. Diketahui:
𝑚𝑏 = 1000 kg
𝐴2 = 2000 cm2
𝐴1 = 10 cm2
𝑔 = 10 m/s2
m
𝐹2 = 𝑚𝑏 . 𝑔 = 1000 kg . 10 = 10.000 N
s2
Ditanyakan: 𝐹1 ....?
Jawab:
𝐹1 𝐹2
=
𝐴1 𝐴2
131
𝐴1 𝐹2 10 cm2 × 10.000 N
𝐹1 = = = 50 N
𝐴2 2000 cm2

3. Diketahui:
𝑚𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 20 kg
𝑉 = 5 . 10-2 m3 𝐹𝐴
𝜌𝑎𝑖𝑟 = 1000 𝑘𝑔/𝑚3
Ditanyakan: massa beban ...?
Jawab:
𝐹𝐴 = 𝑤
𝜌. 𝑉. 𝑔 = 𝑤𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 + 𝑤𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝜌. 𝑉. 𝑔 = (𝑚𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 + 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 ). 𝑔
w
𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = (𝜌. 𝑉) − 𝑚𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘
𝑘𝑔
= (1000 3 . 5 . 10−2 𝑚3 ) − 20 𝑘𝑔
𝑚
= 50 − 20
= 30 𝑘𝑔

4. Diketahui:
𝑑1 = 5 cm
𝑑2 = 3 cm
𝑃1 = 1,6 × 105 N/m2
𝑣1 = 3 m/s
Ditanyakan: a. 𝑣2 ....? b. 𝑃2 ....?
Penyelesaian:
a. Persamaan kontinuitas:
𝑄1 = 𝑄2
𝐴1 𝑣1 = 𝐴2 𝑣2
1 2
𝐴1 . 𝑣1 𝜋(2 𝑑1 ) . 𝑣1 𝑑1 2 . 𝑣1 (5 𝑐𝑚)2 . 3 𝑚/𝑠
𝑣2 = = 1 = = = 8,33 𝑚/𝑠
𝐴2 𝜋( 𝑑2 )2 𝑑2 2 (3 𝑐𝑚)2
2
b. Persamaan Bernoulli:
1
𝑝1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
2
1 1
𝑝1 + 𝜌𝑣1 2 + 𝜌𝑔ℎ1 = 𝑝2 + 𝜌𝑣2 2 + 𝜌𝑔ℎ2
2 2

Karena pipa mendatar ℎ1 = ℎ2 , maka:


1 1
𝑝1 + 𝜌𝑣1 2 = 𝑝2 + 𝜌𝑣2 2
2 2
1
𝑝2 = 𝑝1 − 𝜌(𝑣2 2 − 𝑣1 2 )
2
1
= 1,6 × 105 − × 1000 × (8,332 − 32 )
2
= 160.000 − 30.194
= 129.805 𝑁/𝑚2

132
BAB 9
KALOR

9.1 Suhu
Suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda. Suhu termasuk besaran pokok. Satuan suhu dalam SI adalah Kelvin
(K). Untuk mengetahui besar suhu suatu benda secara tepat, kita memerlukan alat
ukur suhu yaitu termometer. Termometer memanfaatkan perubahan sifat fisik
benda atau zat akibat adanya perubahan suhu. Sifat ini disebut sifat termometrik.
Berbagai jenis termometer dibuat berdasarkan sifat- sifat termometrik zat.
Termometer zat cair dibuat dengan menggunakan pipa kapiler yang diisi dengan
raksa atau alkohol. Jika pipa kapiler terkena panas maka raksa atau alkohol di
dalam pipa akan memuai. Posisi raksa atau alkohol dalam pipa kapiler yang terbaca
pada skala thermometer menunjukkan suhu suatu benda.
Dalam sistem Internasional (SI) satuan suhu adalah Kelvin (K).

Perbandingan skala dari berbagai termometer:


TK = Tc + 273

C R F − 32 K − 273
= = =
5 4 9 5

Gambar 9.1 Perbandingan skala beberapa termometer


Contoh
50 oC = ..... K = ..... oR = ..... oF
Penyelesaian
50 oC = 50 + 273 K = 323 K
4
50 oC = 5×50 oR = 40 oR
9
50 oC =( 5×50) + 32 oF = 90 + 32 oF = 122 oF

Contoh
77 oF = ..... K
Penyelesaian
5
77 oF = (77-32) × 9 oC = 25 oC = 25 + 273 K = 297 K

133
9.2 Kalor
Kalor (Q) adalah energi yang merambat dari benda yang suhunya tinggi ke benda
yang suhunya rendah. Satuan kalor dalam SI adalah Joule. 1 kalori (kal) = 4,2 J atau
1 J = 0,24 kalori. 1 kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 10C pada 1 gram air.

Kalor Jenis
Kalor jenis adalah besarnya kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan 1°C dalam
setiap 1 kg massa. Kalor jenis dinyatakan dengan persamaan:

Q
c= atau Q = mcT
m T
dengan:
c = kalor jenis (J/kg°C atau J/kg K)
m = massa zat (kg)
ΔT = perubahan suhu (°C atau K)
Q = jumlah kalor (J)

Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor adalah besar kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu zat
tanpa memperhatikan massa zat. Kapasitas kalor dilambangkan dengan C
(perhatikan perbedaan simbol C dan c). Kapasitas kalor dinyatakan dengan
persamaan:
Q
C= atau Q = C.T
T

Asas black
Perpindahan kalor akan berhenti saat terjadi kesetimbangan kalor. Artinya aliran
kalor akan terhenti sampai kalor benda yang melepas kalor sama dengan benda
yang menerima kalor.
Asas Black dinyatakan sebagai berikut:

Qlepas = Qditerima

9.3 Perubahan Wujud Zat


Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal tiga wujud zat, yakni padat, cair , dan
gas. Zat-zat tersebut dapat berubah wujud jika menyerap atau melepaskan kalor.
Pada gambar 5.1 ditunjukkan diagram perubahan wujud zat.

134
Gambar 9.2 Diagram perubahan wujud zat

Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair, membeku adalah perubahan
wujud dari cair menjadi padat, menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas,
menyublim adalah perubahan wujud dari padat langsung langsung menjadi gas (tanpa
melalui wujud cair), deposisi adalah kebalikan dari menyublim yaitu perubahan
langsung dari wujud gas ke wujud padat. Pada gambar, panah ke bawah menyatakan
dilepaskan kalor dan panah ke atas menyatakan diperlukan kalor.

1. Melebur dan Membeku


Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Kalor yang diperlukan
untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur
atau kalor lebur. Kalor yang dilepaskan pada waktu zat membeku dinamakan kalor
laten beku atau kalor beku. Untuk zat yang sama, kalor lebur = kalor beku. Kedua
jenis kalor laten ini disebut kalor lebur dan diberi simbol Lf. Jika banyak kalor yang
diperlukan oleh zat yang massanya m kg untuk melebur adalah Q Joule, maka:

Q = m.Lf
dengan:
m= massa (kg)
Q = jumlah kalor (J)
Lf = kalor lebur (J/kg)

2. Menguap, Mendidih, dan Mengembun

Gambar 9.3 Penguapan air

135
Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap. Pada waktu menguap
zat menyerap kalor. Peristiwa yang memperlihatkan bahwa pada waktu menguap
memerlukan kalor adalah mendidih. Pada waktu mendidih, suhu zat tetap sekalipun
pemanasan terus dilakukan. Semua kalor yang diberikan pada zat cair digunakan
untuk mengubah wujud dari cair menjadi uap. Suhu tetap ini disebut titik didih yang
besarnya sangat bergantung pada tekanan di permukaan zat itu. Titik didih zat pada
tekanan 1 atm disebut titik didih normal

Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat 1 kg zat cair menjadi uap pada
titik didih normalnya dinamakan kalor laten uap atau kalor uap. Kalor uap disebut
juga kalor didih. Sedangkan kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg uap
menjadi cair pada titik didih normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor
embun. Kalor didih = kalor embun. Jika banyaknya kalor yang diperlukan untuk
mendidihkan zat yang massanya m kg adalah Q Joule, maka:

Q = m.LV
dengan:
m = massa (kg)
Q = jumlah kalor (J)
LV = kalor uap (J/kg)

3. Menyublim
Menyublim adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi gas atau sebaliknya dari
gas langsung menjadi padat. Contoh menyublim adalah berubahnya wujud kapur
barus menjadi gas.

Contoh
Berapa banyak kalor diperlukan untuk mengubah 10 g es pada 00C menjadi air pada
500C?
Penyelesaian:
Dik:
me = 10 g = 10 X 10-3 kg
c = 4200 J/kg K
To = 00C
Lf = 3,3 X 105 J/kg
T = 500C
Dit: Q?
Penyelesaian:
Kalor yang diterima es 00C untuk melebur semua menjadi air 00C
Q1 = me.Lf
= (10 x 10-3 kg)(3,3 x 105J/kg)
= 3,3 x 103 J
Kalor yang diterima air 00C untuk menjadi air pada suhu 500C
Q2 = me.c.∆T
= (10 x 10-3kg)(4200 J/kg K)(50K)
= 2,1 x 103J
Maka banyak kalor yang diperlukan,
QT = Q1 + Q2
= 3,3 x 103 J + 2,1 x 103 J
= 5,4 x 103 J

136
Contoh
Berapa banyak kalor yang diperlukan untuk mengubah 50 g air pada 1000C menjadi
uap pada 1000C?
Penyelesaian:
Dik: ma = 50 g = 50 x 10-3kg
Lv = 2256 x 103J/kg
T = 1000C
Dit: Q?
Jwb:
Q = m.Lv
= (50 x 10-3 kg)(2256 x 103 J/kg)
= 112800 J

9.4 Pemuaian Zat


A. Pemuaian Panjang
Pemuaian panjang terjadi pada zat padat yang berbentuk batang atau silinder
yang lebar penampangnya lebih kecil daripada panjangnya. Pada pemuaian
panjang dikenal istilah koefisien muai panjang (α), yaitu perbandingan antara
pertambahan panjang terhadap panjang awal benda per satuan kenaikan suhu.
Pertambahan panjang benda jika suhunya dinaikkan dapat ditulis dengan
persamaan:

∆l = l0 α ∆T atau lt = l0 (1 + α ∆T)

Keterangan: l0 = panjang benda mula- mula (m)


∆l = pertambahan panjang benda (m)
α = koefisien muai panjang (1/0C)
∆T = kenaikan suhu (0C)
Lt = panjang benda setelah kenaikkan suhu (m)

B. Pemuaian Luas
Pemuaian luas terjadi pada zat padat yang berbentuk lempengan atau pelat
tipis. Pertambahan luas bidang suatu benda jika suhu dinaikkan dapat ditulis
sebagai:

∆A = A0 𝛽 ∆T atau At = A0 (1 + 𝛽 ∆T)

Keterangan : 𝐴0 = luas bidang benda mula- mula (m2)


∆𝐴 = pertambahan luas (m2)
𝛽 = koefisien muai luas (1/0C)
∆T = kenaikkan suhu (0C)
At = luas setelah kenaikkan suhu (m2)

C. Pemuaian Volume
Pemuaian volume juga disebut muai ruang. Muai volume terjadi pada zat padat,
cair, dan gas. Pertambahan volume suatu benda jika suhunya dinaikkan dapat
ditulis sebagai berikut :

∆V = V0 γ ∆T atau Vt = V0 (1 + γ ∆T)

137
Keterangan : V0 = Volume benda mula-mula (m3)
∆V= kenaikkan volume (m3)
∆T= kenaikkan suhu (0C)
γ = koefisien muai ruang (1/0C)
Vt = volume setelah kenaikkan suhu (m3)

D. Pemuaian Gas
Sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T, dan berada dalam
ruang tertutup yang bervolume V. Proses yang dapat dilakukan terhadap gas
tersebut adalah:
i. Isobarik
Bila sejumlah gas bermassa tertentu, pada tekanan tetap, ternyata volumenya
sebanding dengan temperatur mutlaknya, dikenal dengan hukum Gay-Lussac.
Proses ini disebut proses isobarik.

𝑉 𝑛𝑅
= = 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
𝑇 𝑃

Jadi pada tekanan tetap berlaku:

𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2

ii. Isotermik
Sejumlah gas bermassa tertentu pada temperatur konstan, ternyata tekanan gas
berbanding terbalik dengan volumenya atau dikenal dengan Hukum Boyle.
Proses ini disebut dengan proses isotermik.

𝑝𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 = 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡

Jadi pada temperatur tetap berlaku:

𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2

iii. Isokhorik
Gas dapat diekspansikan pada volume tetap dan prosesnya disebut dengan
proses isokhorik. Pada proses ini tekanan gas sebanding dengan temperatur
mutlaknya.

𝑃 𝑛𝑅
= = 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡
𝑇 𝑉

Jadi pada volume tetap berlaku:

𝑃1 𝑃2
=
𝑇1 𝑇2

138
Kesimpulan dari kenyataan-kenyataan di atas, maka untuk gas bermassa tertentu
dapat dituliskan dalam bentuk:

𝑃𝑉
= 𝑛𝑅 = 𝑐
𝑇
𝑃1 . 𝑉1 𝑃2 . 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2

Persamaan ini disebut persamaan Boyle-Gay Lussac.

9.5 Perpindahan Kalor


a. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor dengan zat perantara tanpa disertai aliran
zat perantara.
 Contoh konduksi

Kalor dari dalam elemen Kalor dari ujung batang yang satu
ke permukaan luar setrika ke ujung yang lain merambat
merambat melalui konduksi melalui konduksi

Gambar 9.4 Perpindahan kalor secara konduksi

Laju kalor dalam peristiwa konduksi:

T
H = kA
L
Dengan:
H = arus kalor (J/s)
k = konduktivitas termal (W/moC)
A = Luas penampang aliran (m2)
T = temperatur tinggi (oC)
L = panjang penghantar (m)

b. Perpindahan Kalor Secara Konveksi


Konveksi adalah perpindahan kalor melalui aliran massa suatu medium perantara.
Misalnya, pada radiator pendingin mesin menggunakan air sebagai medium alir
penghantar kalor.

139
Pemanasan di bawah menyebabkan
massa jenis zat cair di bawah mengecil
akibat pemuaian
panas

Gambar 9.5 Perpindahan panas dengan konveksi

- Massa jenis yang kecil akan ke atas dan massa jenis yang besar akan ke bawah
- Molekul-molekul zat cair yang berada di bawah (bergerak lebih kencang)
bergerak naik
- Molekul-molekul zat cair yang berada di atas (bergerak lebih lambat) bergerak
naik
- Akibatnya, bagian atas zat cair menjadi panas
- Kita katakan kalor telah berpindah dari bagian bawah ke bagian atas

Laju kalor dalam peristiwa konveksi:

∆𝑄
𝐻= = ℎ. 𝐴. ∆𝑇
∆𝑇
Keterangan:
H = laju kalor (watt atau J/s)
H = koefisien konveksi bahan (Wm-2K-1)
A = luas penampang yang bersentuhan dengan fluida (m2)
∆T = beda suhu antara benda dan fluida (K atau oC)

c. Perpindahan Kalor Secara Radiasi


Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara, melalui pancaran radiasi
elektromagnetik. Misalnya, sinar matahari yang sampai ke bumi tanpa medium apa
pun di ruang hampa udara.

Kalor merambat tanpa perantara. Dari api unggun kalor merambat


Sebagian besar ruang antar bintang melalui radiasi dan konveksi
dan planet adalah hampa (melalui udara)

Gambar 9.6 perpindahan panas dengan radiasi

Laju kalor dalam peristiwa radiasi, kemudian diberi nama Hukum Stefan
Boltzmann:

W = e σ T4

140
Keterangan:
W = daya/laju kalor (W/m2)
e = emisivitas (daya pancaran) permukaan benda
T = suhu mutlak benda (K)
σ = tetapan Stefan = 5,672 x 10-8 Wm-2K4

A. RANGKUMAN
1. Suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau
dinginnya suatu benda.
2. Perbandingan skala dari berbagai thermometer:
𝐶 𝑅 𝐹 − 32 𝐾 − 273
= = =
5 4 9 5
3. Kalor (Q) adalah energi yang merambat dari benda yang suhunya tinggi ke benda
yang suhunya rendah.
4. Kalor jenis adalah besarnya kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan 1°C
dalam setiap 1 kg massa. Kalor jenis dinyatakan dengan persamaan:
Q
c= atau Q = mcT
m T
5. Kapasitas kalor adalah besar kalor yang diperlukan untuk meningkatkan suhu zat
tanpa memperhatikan massa zat. Kapasitas kalor dilambangkan dengan C
(perhatikan perbedaan simbol C dan c). Kapasitas kalor dinyatakan dengan
persamaan:
Q
C= atau Q = C.T
T
6. Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair, membeku adalah
perubahan wujud dari cair menjadi padat, menguap adalah perubahan wujud
dari cair menjadi gas, menyublim adalah perubahan wujud dari padat langsung
langsung menjadi gas (tanpa melalui wujud cair), deposisi adalah kebalikan dari
menyublim yaitu perubahan langsung dari wujud gas ke wujud padat.
7. Pertambahan panjang suhu benda jika suhunya dinaikkan dapat ditulis dengan
persamaan:
∆l = l0 α ∆T atau lt = l0 (1 + α ∆T)
8. Pemuaian luas terjadi pada zat padat yang berbentuk lempengan atau pelat tipis.
Pertambahan luas bidang suatu benda jika suhu dinaikkan dapat ditulis sebagai:
∆A = A0 𝛽 ∆T atau At = A0 (1 + 𝛽 ∆T)
9. Pemuaian volume juga disebut muai ruang. Muai volume terjadi pada zat padat,
cair, dan gas. Pertambahan volume suatu benda jika suhunya dinaikkan dapat
ditulis sebagai berikut:
∆V = V0 γ ∆T atau Vt = V0 (1 + γ ∆T)
10. Pemuaian panjang terjadi pada zat padat yang berbentuk batang atau silinder
yang lebar penampangnya lebih kecil daripada panjangnya. Pertambahan
panjang benda jika suhunya dinaikkan dapat ditulis dengan persamaan:
∆l = l0 α ∆T atau lt = l0 (1 + α ∆T)
11. Pemuaian luas terjadi pada zat padat yang berbentuk lempengan atau pelat tipis.
Pertambahan luas bidang suatu benda jika suhu dinaikkan dapat ditulis sebagai:
∆A = A0 𝛽 ∆T atau At = A0 (1 + 𝛽 ∆T)
12. Pemuaian volume juga disebut muai ruang. Muai volume terjadi pada zat padat,
cair, dan gas. Pertambahan volume suatu benda jika suhunya dinaikkan dapat
ditulis sebagai berikut :
∆V = V0 γ ∆T atau Vt = V0 (1 + γ ∆T)

141
13. Sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T, dan berada dalam
ruang tertutup yang bervolume V. Proses yang dapat dilakukan terhadap gas
tersebut adalah:

Isobarik
Bila sejumlah gas bermassa tertentu, pada tekanan tetap, ternyata volumenya
sebanding dengan temperatur mutlaknya, dikenal dengan hukum Gay-Lussac.
Jadi pada tekanan tetap berlaku:
𝑉1 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
Isotermik
Sejumlah gas bermassa tertentu pada temperatur konstan, ternyata tekanan
gas berbanding terbalik dengan volumenya atau dikenal dengan Hukum
Boyle. Jadi pada temperatur tetap berlaku:
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2
Isokhorik
Gas dapat diekspansikan pada volume tetap dan prosesnya disebut dengan
proses isokhorik. Pada proses ini tekanan gas sebanding dengan temperatur
mutlaknya. Jadi pada volume tetap berlaku:
𝑃1 𝑃2
=
𝑇1 𝑇2
14. Kesimpulan dari kenyataan-kenyataan di atas, maka untuk gas bermassa tertentu
dapat dituliskan dalam bentuk: Persamaan ini disebut persamaan Boyle-Gay
Lussac.
𝑃1 . 𝑉1 𝑃2 . 𝑉2
=
𝑇1 𝑇2
15. Terdapat tiga mekanisme perpindahan kalor, yaitu:
• Konduksi adalah perpindahan kalor dengan zat perantara tanpa disertai
aliran zat perantara.
• Konveksi adalah perpindahan kalor melalui aliran massa suatu medium
perantara.
• Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara, melalui pancaran
radiasi elektromagnetik.

B. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan:
a. Suhu
b. Kalor
c. Sifat termometrik
2. Apakah nama alat yang digunakan untuk mengukur suhu secara tepat?
3. Jelaskan dan beri contoh 3 macam perpindahan kalor berikut ini!
a. Konduksi
b. Konveksi
c. Radiasi
4. Carilah temperatur dalam skala Celcius yang ekivalen dengan 41°F.
5. Carilah temperatur dalam skala Fahrenheit yang ekivalen dengan -10°C.
6. Sebuah jembatan baja panjangnya 1000 m. Berapakah pertambahan panjangnya
bila temperatur naik dari o sampai 30°C.

142
7. Sejumlah gas bermassa m, bertekanan P, bertemperatur T, berada dalam ruang
tertutup bervolume V, dapat mengalami proses-proses berikut :
a. Isobarik
b. Isotermik
c. Isokhorik
Jelaskan pengertian proses-proses tersebut!

C. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif
1. Konversikan satuan suhu berikut:
a. 45 oC = ....... K
b. 303 K = ....... oF
c. 20 oR = ....... oF
2. Panjang batang rel masing-masing 10 meter, dipasang pada suhu 20oC.
Diharapkan pada suhu 30oC rel tersebut saling menempel. Koefisien muai batang
rel kereta api 1,2 × 10-5/oC. Hitunglah jarak antara kedua batang rel pada saat
dipasang!
3. Air sebanyak 0,5 kg pada 1000C diuapkan seluruhnya. Maka kalor yang
diperlukannya sebesar.... (diketahui kalor uap air = 2256 x 103J/kg)
4. 1 kg tembaga pada suhu (300) akan dilebur seluruhnya menjadi cair. Berapakah
kalor yang diperlukan untuk peleburan tembaga itu? (diketahui kalor jenis
tembaga 390 J/kg℃, kalor lebur tembaga 206.000 J/kg, titik lebur normal
tembaga 1083 ℃).
5. Sebuah gas volumenya 2 L, temperatur 30°C dan tekanan 1 atm. Gas ini
dipanaskan sampai 60°C dan ditekan sampai volume 1,5 L. Carilah tekanannya
yang baru.

Jawaban Tes Formatif


1. Penyelesaian:
a. 45℃ = 45 + 273 𝐾 = 318 𝐾
9
b. 303 𝐾 = [(303 − 273) 5] + 32℉ = 86℉
9
c. 20°𝑅 = (20 × 4) + 32℉ = 45℉
2. Diketahui: Rek kereta:
𝑙0 = 10 m
∆𝑇 = 30 - 20 ℃ = 10℃
𝛼 = 1,2 × 10-5/oC
Ditanyakan: ∆𝑙....?
Jawab:
∆l = l0 α ∆T = 10 m × 1,2 × 10-5/oC × 10℃ = 1,2 × 10-3 m = 1,2 mm
∆𝑙
∆𝑙
𝑙0 𝑙0 𝑙0

3. Diketahui:
mair = 0,5 kg
𝑇 = 100℃
Lv = 2256 x 103J/kg
Ditanyakan: Q ...?
Jwb:
Q = m.Lv

143
= (0,5 kg)(2256 x 103 J/kg)
= 1.128.000 J
4. Diketahui:
mtembaga = 1 kg
𝑇0 = 30℃
Lf tembaga = 206.000 J/kg
c tembaga = 390 J/kg℃
Titik Lebur = 1.083 ℃
Ditanyakan: Q ...?
Jwb:
Kalor diperlukan (Q) = Kalor untuk menaikkan suhu tembaga dari 30℃ menjadi
1083 ℃ (Q1) + Kalor untuk merubah wujud tembaga menjadi cair (Q2).

Q = Q1 + Q2
= m.ctembaga.∆𝑇 + m.Lf tembaga
= (1 kg)( 390 J/kg℃)(1.083℃ - 30℃) + (1 kg)( 206.000 J/kg)
= 410.670 J+ 206.000 J
= 616.670 J
5. Diketahui: V1 = 2 L; T1 = 30°C; p1 = 1 atm; T2 = 60°C; V2 = 1,5 L
Ditanya: p2 ....?
Jawab:
Persamaan Boyle-Gay Lussac:
1 𝑎𝑡𝑚 × 2 𝐿 𝑝2 × 1,5 𝐿
=
30℃ 60℃
1 𝑎𝑡𝑚 × 2 𝐿 × 60℃
𝑝2 = = 2,67 atm
30℃ × 1,5 𝐿

144
BAB 10
GELOMBANG, BUNYI DAN CAHAYA

Getaran
Getaran adalah gerak bolak balik disekitar titik kesetimbangan. Pada gerakan berulang
yang dimaksud dengan satu getaran lengkap adalah gerakan dari suatu titik awal
kembali ke titik awal tadi. Benda yang bergetar seringkali disebut juga melakukan
gerakan harmonis sederhana.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Getaran harmonis sederhana adalah gerak bolak balik
yang melewati suatu titik kesetimbangan.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang
bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi
itu. Resonansi sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, resonansi
bunyi pada kolom udara dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bunyi. Berdasarkan
hal tersebut, maka dapat dibuat berbagai macam alat musik. Alat musik pada umumnya
dibuat berlubang agar terjadi resonansi udara sehingga suara alat musik tersebut
menjadi nyaring.

Frekuensi Getaran
Salah satu besaran yang sering dipakai untuk menggambarkan karakter sebuah getaran
adalah frekuensi. Jumlah pengulangan atau getaran lengkap yang terjadi tiap satuan
waktu dinamakan frekuensi getaran f.
Jadi satuan getaran dapat berupa getaran/menit, bahkan getaran/jam. Bila satuan
waktunya dinyatakan dalam sekon maka didapatkan satuan getaran/sekon atau sering
juga dinamakan siklus/sekon dan 1 getaran/sekon = 1 siklus/sekon = 1Hz (Hertz,
mengikuti nama fisikawan Jerman, Heinrich Hertz). Jadi getaran dengan frekuensi 200
Hz menyatakan bahwa dalam satu sekon terjadi 200 getaran lengkap.
Benda yang bergetar dengan frekuensi yang tinggi menandakan bahwa dalam suatu
waktu tertentu benda itu melakukan banyak getaran lengkap, sementara getaran
dengan frekuensi rendah menandakan bahwa jumlah getaran lengkap yang terjadi
hanya sedikit.
Besar kecilnya frekuensi getaran tergantung dari sistemnya.

Frekuensi Getaran Pada Sistem Pegas Massa


Pada sistem pegas massa, frekuensi tergantung pada massa balok yang dikaitkan pada
pegas (m) dan karakter pegas yang dinyatakan oleh konstanta pegasnya (k). Pegas yang
”keras” mempunyai konstanta pegas yang besar, sedangkan pegas yang sudah lemas
(sudah lama) mempunyai konstanta pegas yang kecil.

Gambar 10.1 Sistem Pegas-Massa horisontal

Nah, pada sistem pegas-massa (lihat Gambar 10.1), frekuensi getaran f adalah:
1 𝑘
𝑓= √
2𝜋 𝑚

145
dengan k = konstanta pegas dan m = massa benda yang terikat pada pegas.

Frekuensi Getaran Pada Sistem Bandul Sederhana


Pada sistem bandul sederhana seperti yang terlihat pada Gambar 12.2 di bawah ini,
frekuensi ayunan adalah
1 𝑔
𝑓= √
2𝜋 𝐿

dengan g = percepatan gravitasi dan L = panjang tali bandul.

Gambar 10.2 Sistem Bandul Sederhana

Perioda Getaran
Waktu yang dibutuhkan sistem untuk membuat satu getaran lengkap dinamakan waktu
perioda atau perioda saja. Dari pengertian ini dan pengertian frekuensi getaran, dengan
mudah relasi antara T dan f dapat dimengerti, yaitu bahwa perioda getaran (T) adalah
balikan dari frekuensi getaran, atau dirumuskan

1
𝑇=
𝑓

Gelombang
Gelombang pada dasarnya adalah gangguan atau getaran yang merambat. Ciri-ciri
gelombang terdiri dari panjang gelombang, periode, frekuensi, amplitudo dan cepat
rambat gelombang.
Panjang Gelombang (Wavelength) adalah “Jarak terdekat dari dua buah titik identik
pada gelombang berjalan”.

Gambar 10.3 Panjang gelombang

146
Periode T : Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu gelombang (1 osilasi). Jika
dalam waktu t detik terbentuk n gelombang maka periode dirumuskan:
𝑡
𝑇=
𝑛
Frekuensif : Jumlah gelombang yang timbul dalam satu detik. Jika dalam waktu t detik
terbentuk n gelombang maka frekuensi dirumuskan:
𝑛
𝑓=
𝑡

Amplitudo adalah simpangan maksimum gelombang.

Gambar 10.4 Gelombang Transversal

Cepat Rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam setiap satuan
waktu. Jika periode gelombang T, panjang gelombang 𝜆 dan frekuensi 𝑓 maka cepat
rambat gelombang,

𝜆
𝑣= =𝜆𝑓
𝑇
Pengelompokan Gelombang

147
• Gelombangmekanik adalah gelombang yang dalam permambatannya memerlukan
medium. Contohnya gelombang tali, gelombang bunyi, gelombang gempa/seismik, dll.
• Gelombangelektromagnetik adalah gelombang yang dalam perambatannya tidak
memerlukan medium. Contohnya gelombang cahaya, gelombang radio.
• Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap
arah getar.

Gambar 10.5 Gelombang transversal

• Gelombang Longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar terhadap


arah getar. Gambar 12.7 menunjukkan sebuah gelombang longitudinal pada pegas yang
direntangkan. Arah getaran horisontal searah dengan arah rambat gelombang. Masing-
masing daerah rapatan diikuti oleh daerah renggangan.

Gambar 10.6 Gelombang Longitudinal

• Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap disetiap titik yang
dilalui gelombang. Misalnya seutas tali yang digerakkan ke atas dan ke bawah berulang-
ulang.
• Gelombang stasioner adalah gelombang yang amplitudonya berubah-ubah. Gelombang
stasioner dibagi menjadi dua, yaitu geombang stasioner akibat pemantulan pada ujung
terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas. Perpaduan antara dua gelombang
atau lebih pada suatu medium pada saat bersamaan interferensi atau superposisi. Hasil
interferensi antara kedua gelombang yang koheren dengan arah rambat yang saling
berlawanan bertemu pada suatu titik. Pertemuan ini akan menghasilkan pola gelombang
yang disebut gelombang stasioner.

148
Persamaan Gelombang Berjalan
Semua gelombang akan merambat dari sumber ke tujuannya. Gelombang inilah yang
dinamakan gelombang berjalan.

p
a b

Gambar 10.7 Gelombang berjalan

Persamaan gelombang berjalan:

𝑦 = ±𝐴 sin(𝜔𝑡 ± 𝑘𝑥)
atau
2𝜋
𝑦 = ±𝐴 sin(2𝜋𝑓𝑡 ± 𝑥)
𝜆

Dengan
𝜔 = 2𝜋𝑓

2𝜋
𝑘=
𝜆
Keterangan:
𝑦 = simpangan (m)
𝐴 = amplitudo (m)
𝜔 = kecepatan anguler (rad/s)
𝑘 = bilangan gelombang
𝑥 = jarak (m)

Fase, Sudut Fase dan Beda Fase Gelombang


Dua gelombang dikatakan sefase, bila keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang
bersesuaian berada pada tempat yang sama selama osilasi (misalnya, keduanya berada
pada puncak) pada saat yang sama. Dan dua gelombang berlawanan fase jika
perpindahan keduanya tepat berlawanan arah (misalnya, puncak dan lembah).

Beda fase antara dua gelombang menyatakan ukuran seberapa jauh, diukur dalam sudut,
sebuah titik pada salah satu gelombang berada di depan atau di belakang titik yang
bersesuaian dari gelombang lainnya.
Besar sudut fase
𝜃 = 𝜔𝑡 − 𝑘𝑥
Sedangkan besar fase
𝑡 𝑥
𝜑= −
𝑇 𝜆
Beda fase
𝑥2 − 𝑥1 Δ𝑥
Δ𝜑 = =
𝜆 𝜆

149
Beda fase juga dapat dinyatakan
Δθ
Δ𝜑 =
2𝜋
Keterangan:
𝜃 = sudut fase
𝜑 = fase
Δ𝜑 = beda fase

Sifat-sifat Gelombang
1. Pemantulan (Refleksi)
Pemantulan adalah peristiwa pengembalian seluruh atau sebagian dari suatu berkas
partikel atau gelombang bila berkas tersebut bertemu dengan bidang batas antara dua
medium.
2. Pembiasan (Refraksi)
Pembiasan adalah perubahan arah gelombang saat gelombang masuk ke medium baru
yang mengakibatkan gelombang bergerak dengan kelajuan yang berbeda. Pada
pembiasan ini akan terjadi perubahan cepat rambat, panjang gelombang dan arah,
sedangkan frekuensinya tetap.Misalnya cahaya merambat dari udara ke air sehingga
arah perambatannya akan mengalami pembelokan.

Gambar 10.8 Pembiasan gelombang

3. Pelenturan (Difraksi)
Difraksi merupakan peristiwa penyebaran atau pembelokan gelombang pada saat
gelombang tersebut melintas melalui celah sempit atau mengelilingi ujung penghalang.
Selanjutnya terjadi gelombang setengah lingkaran yang melebar di daerah bagian
belakang celah tersebut.

150
Gambar 10.9 Contoh peristiwa difraksi adalah gelombang air dapat melalui celah sempit
akan membentuk sumber gelombang baru.

4. Interferensi
Interferensi terjadi jika dua buah gelombang atau lebih yang koheren bertemu pada
suatu titik. Interferensi ini akan saling memperkuat (konstruktif) jika fase gelombang
pada titik tersebut sama dan akan saling melemahkan (destruktif) jika fasenya
berlawanan. Gelombang resultan merupakan jumlah dari gelombang-gelombang
tersebut.

(a) (b)

Gambar 10.10 (a) Interferensi Konstruktif, (b) Interferensi destruktif

5. Penguraian (Dispersi)
Perubahan bentuk gelombang ketika gelombang merambat pada suatu medium.
Medium nyata yang gelombangnya merambat dapat disebut sebagai medium
nondispersi. Dalam medium nondispersi, gelombang mempertahankan bentuknya.
Contoh medium nondispersi adalah udara sebagai medium perambatan dari gelombang
bunyi.
Gelombang-gelombang cahaya yang terdapat dalam vakum adalah nondispersi secara
sempurna.Cahaya putih(polikromatik) yang dirambatkan pada prisma kaca mengalami
dispersi sehingga membentuk spektrum warna-warna pelangi.Dispersi gelombang yang
terjadi dalam prisma kaca terjadi karena kaca termasuk medium dispersi untuk
gelombang cahaya.

151
Gambar 10.11 Dispersi cahaya putih

6. Pengkutuban (Polarisasi)
Polarisasi adalah proses pembatasan getaran vektor yang membentuk suatu gelombang
transversal sehingga menjadi satu arah. Misalnya polarisasi gelombang cahaya.
Gelombang cahaya memiliki arah getar ke segala arah kemudian dilewatkan ke sebuah
polarisator/polaroid, maka akan keluar gelombang yang mempunyai satu arah getar.
Polarisasi ini disebut polarisasi linier.

Gambar 10.12 Polarisasi gelombang

Gelombang Bunyi (Sound)


Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal yang dihasilkan oleh benda yang
bergetar yang perambatannya memerlukan medium perantara.

Gambar 10.13 Ilustrasi gelombang bunyi

Telingan manusia normal dapat mendengar bunyi Audiosonik yang frekuensinya antara
20 Hz sampai dengan 20.000 Hz. Di luar batas-batas frekuensi bunyi tersebut manusia
tidak dapat mendengarnya. Frekuensi getaran di bawah 20 Hz disebut gelombang
infrasonik.

152
Telinga manusia tidak mampu mendengar frekuensi infrasonik ini. Frekuensi gelombang
bunyi yang melebihi batas pendengaran manusia, yaitu frekuensi di atas 20.000 Hz
disebut gelombang ultarsonik.

Kecepatan perambatan gelombang bunyi dalam zat cair tergantung 2 hal:


• Modulus Bulk (𝛽)
• Massa Jenis (𝜌)
𝛽
𝑉=√
𝜌

Modulus Bulk (B)didefinisikan sebagai berikut

𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 Δ𝑃
𝛽= =
𝐹𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 Δ𝑉/𝑉

Contoh
Hitunglah kecepatan bunyi di air yang memiliki modulus bulk 2,1 x 10 9 dan massa jenis
(density) 1000 kg/m3.
𝛽 2,1 × 109 𝑁/𝑚2
𝑣𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑎𝑖𝑟 = √ = √ = 1,4 km/s
𝜌 1,0 × 103 𝑘𝑔/𝑚3

Kecepatan bunyi dalam zat padat


Y
vbunyi dalam zat padat = √
ρ

Dengan 𝑣 = kecepatan gelombang bunyi (m/s), 𝑌 = Modulus Young (N/m2) dan 𝜌 =


Massa jenis (kg/m3).

Kecepatan bunyi dalam medium gas

𝛽 𝛾𝑝
𝑣=√ =√
𝜌 𝜌
atau
𝑅𝑇
𝑣 = √𝛾
𝑀
Dengan:
• 𝑣 = cepat rambat bunyi (m/s)
• 𝛽 = modulus bulk, 𝛽 = 𝛾. 𝑝
• 𝛾 = tetapan Laplace ( 𝛾 = 𝐶𝑝 /𝐶𝑣 )
• 𝑝 = tekanan gas (Pascal)
• 𝑅= Tetapan umum gas (8300 Jkmol−1 K −1 )
• 𝑇 = suhu mutlak (K)
• 𝑀= massa molekul gas (kg/kmol)

Contoh
153
Untuk udara pada keadaan normal : 𝛾 = 1,4 (𝑔𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑜𝑚𝑖𝑘), p = 1 atm = 1,0 × 105 Pa,
dan 𝜌 = 1,3 𝑘𝑔/𝑚3 , Hitunglah kecepatan bunyi yang merambat melalui udara tersebut!

(1,0 × 105 )
𝑣 = √1,4 = 330 m/s
1,3

Kecepatan bunyi di udara meningkat seiring dengan meningkatnya kelembaban udara.


Gelombang bunyi dalam mengalami pemantulan, pembiasan dan difraksi seperti
gelombang lainnya. Kecepatan bunyi dalam air laut sekitar 15000 m/s dan meningkat
seiring dengan meningkatnya temperatur, tekanan dan keasinan air laut.

Echo Sounding
Echo Sounding adalah tehnik yang menggunakan pulsa bunyi untuk menentukan
kedalaman air. Interval waktu antara pulsa bunyi dilepas dengan pulsa bunti diterima
dicatat, dan kedalaman dapat dihitung dari laju rambat gelombang bunyi dalam air.

Gambar 10.14 Echo sounding untuk menentukan kedalaman laut

Kedalaman air dapat diperoleh dengan rumus:

𝑣×𝑡
𝐷=
2

Dengan 𝐷 adalah kedalaman air, 𝑣 adalah laju bunyi di air, 𝑡 adalah selang/interval
waktu antara bunyi dipancarkan hingga diterima kembali.

154
Efek Doppler
Efek Doppler adalah efek di mana seorang pengamat merasakan perubahan frekuensi
dari suara yang didengarnya manakala ia bergerak relatif terhadap sumber suara. Efek
ini ditemukan oleh seorang ahli fisika Austria Christian Doppler pada tahun 1842. Untuk
menghormati penemuan tersebut maka efek ini disebut efek Doppler.

Gambar 10.15 Efek Doppler

Persamaan umum efek dopler adalah sebagai berikut:

𝑣 ± 𝑣𝑝
𝑓𝑝 = ( )𝑓
𝑣 ± 𝑣𝑠 𝑠

Dengan:
𝑓𝑝 = frekuensi yang didengar oleh pengamat (Hz)
𝑓𝑠 = frekuensi dari sumber bunyi (Hz)
𝑣 = kecepatan gelombang bunyi diudara (m/s)
𝑣𝑠 = kecepatan gerak sumber bunyi (m/s)
𝑣𝑝 = kecepatan gerak pengamat (m/s)

Pada persamaan di atas cepat rambat bunyi di udara selalu bertanda positif. Sedangkan
untuk komponen-komponen persamaan lain berlaku ketentuan berikut:
• 𝑣𝑠 bertanda positif (+) bila sumber bergerak menjauhi pendengar.
• 𝑣𝑠 bertanda negatif (-) bila sumber bergerak mendekati pendengar.
• 𝑣𝑝 bertanda positif (+) bila pendengar bergerak mendekati sumber bunyi.
• 𝑣𝑝 bertanda positif (-) bila pendengar bergerak menjauhi sumber bunyi.

Contoh
Sebuah kereta api melewati stasiun padalarang dengan kecepatan 20 m/s sambil
membunyikan sirine dengan frekuensi 2000 Hz. Jika cepat rambat bunyi di udara 340
m/s, berapa frekuensi bunyi yang didengar oleh pengamat yang diam di stasiun ketika
kereta itu :
a. Mendekati stasiun
b. Menjauhi stasiun
Jawab:
𝑣 ± 𝑣𝑝 340 ±0
a. 𝑓𝑝 = 𝑣 − 𝑣 𝑓𝑠 = 340 −20 × 2000 = 2125 Hz
𝑠
𝑣 ± 𝑣𝑝 340 ± 0
b. 𝑓𝑝 = 𝑣 + 𝑣 𝑓𝑠 = 340+ 20 × 2000 = 1889 Hz
𝑠

155
Gelombang Cahaya dan Optika Geometri
Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan
cahaya.Model yang mengganggap bahwa cahaya berjalan dengan lintasan berbentuk
garis lurus dikenal sebagai model berkas dari cahaya. Menurut model ini, cahaya
mencapai mata kita dari setiap titik dari benda, walaupun berkas cahaya meninggalkan
setiap titik dengan banyak arah, dan biasanya hanya satu kumpulan kecil dari berkas
cahaya yang dapat memasuki mata si peneliti.

Gambar 10.16 Berkas cahaya datang dari setiap titik pada benda.
Sekumpulan berkas yang meninggalkan satu titik diperlihatkan memasuki mata

Pemantulan cahaya dibedakan 2 macam yaitu :


a. Pemantulan teratur (speculer reflection)
Yaitu : pemantulan cahaya dalam satu arah.

Contoh : pemantulan pada kertas lapis dari perak, aluminium atau dari baja.
b. Pemantulan baur (diffuse reflection)
Yaitu : pemantulan cahaya ke segala arah.

Contoh : pemantulan kertas putih tanpa lapis.

Hukum Pemantulan Cahaya


a. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
b. Sudut datang sama dengan sudut pantul
𝜃𝑖 = 𝜃𝑟

156
Garis normal

Sinar datang Sinar pantul

𝜃𝑖 𝜃𝑟
bidang datar

Pemantulan dan Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Datar


a. Bayangan yang terbentuk merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar pantul
(maya). Jarak, tinggi dan bentuk bayangan yang terbentuk sama seperti benda yang
dicerminkan.
b. Pembentukan bayangan pada cermin datar dapat digambarkan pada skema berikut:

Cermin datar

c. Sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar adalah:


- Maya
- Tegak seperti bendanya
- Sama besar dengan bendanya
- Jarak bayangan ke cermin = jarak benda ke cermin
d. Jika ada dua cermin datar yang membentuk sudut 𝛼, maka berlaku rumus berikut:

360°
𝑛= −1
𝛼

Bayangan nyata adalah bayangan yang tidak dapat dilihat langsungdalam cermin, tetapi
dapat ditangkap oleh layar. Dalam prosespemantulan cahaya, bayangan nyata dibentuk
oleh pertemuan langsungantara sinar-sinar pantul di depan cermin.
Bayangan maya adalah bayangan yang langsung dapat dilihat melaluicermin, tetapi
tidak dapat ditangkap oleh layar. Dalam prosespemantulan cahaya, bayangan maya
dibentuk oleh perpanjangan sinar-sinarpantul (biasanya dilukis dengan garis putus-
putus) yang bertemudi belakang cermin.

157
Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung
Cermin lengkung ada 2 jenis, yaitu cermin cekung dan cermin cembung. Pada kedua
cermin ini dapat dibagi menjadi empat ruang seperti gambar berikut:

a. Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung bersifat nyata, kecuali jika benda berada
antara cermin dengan f yang membuat bayangan maya, tegak dan diperbesar.
b. Bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung akan selalu bersifat maya/semu, tegak,
diperkecil dan berada di belakang cermin.
c. Dalam cermin cekung gunakan aturan berikut:
- Ruang benda dan ruang bayangan menggunakan nomor ruang yang sama.
- Jumlah nomor ruang benda dan bayangan harus sama dengan lima.
- Bayangan yang berada di depan cermin selalu nyata terbalik dan bayangan dibelakang
cermin selalu maya dan sama tegak.
- Jika nomor bayangan lenih besar daripada nomor benda maka bayangan diperbesar.
- Jika nomor bayangan lebih kecil daripada nomor benda maka bayangan diperkecil.
Ruang Benda Ruang Bayangan Sifat Bayangan
I IV Maya, tegak, diperbesar
II III Nyata, terbalik, diperbesar
III II Nyata, terbalik, diperkecil

Pemantulan pada cermin lengkung berlaku rumus sebagai berikut:

1 1 1
= +
𝑓 𝑠0 𝑠𝑖
dengan:
𝑓 = jarak fokus (cm)
𝑠0 = jarak benda (cm)
𝑠𝑖 = jarak bayangan (cm)

Jadi panjang fokus adalah setengah dari radius kelengkungan.

1
𝑓= 𝑅
2
Perbesaran pada cermin cekung atau cembung
𝑠𝑖 ℎ𝑖
𝑀=| |=
𝑠𝑜 ℎ𝑜
dengan
𝑀 = perbesaran bayangan
ℎ0 = tinggi benda (cm)
ℎ𝑖 = tinggi bayangan (cm)

Cermin Cekung
Cermin yang terlalu melengkung seringkali menghasilkanberkas cahaya pantul tidak
pada satu titik Gambar 10.17. Untuk membentuk bayangan yang tajam berkas-berkas
pantul tersebut harusjatuh pada satu titik yaitu dengan cara memperbesar jari-
jarikelengkungan, seperti yang ditujukkan pada Gambar 10.18.

158
Gambar 10.17 Berkas paralel mengenai cermin cekung tidak terfokus pada satu titik

Dengan membuat lengkungan cermin lebih mendatar, maka berkas-berkas parallel yang
sejajar sumbu utama akan dipantulkan tepat mengenai fokus (f). Dengan kata lain titik
fokus merupakan titik bayangan dari suatu benda yang jauh tak berhingga sepanjang
sumbu utama, seperti yang terlihat pada Gambar 12.19.

Gambar 10.18 Berkas cahaya parallel dipantulkan tepat mengenai fokus

Menurut Gambar 10.18 CF = FA, dan FA = f (panjang fokus) dan CA = 2 FA = R. Jadi


panjang fokus adalah setengah dari radius kelengkungan.

1
𝑓= 𝑅
2

Persamaan berlaku dengan anggapan sudut θ kecil, sehingga hasil yang sama berlaku
untuk semua berkas cahaya.
Sinar istimewa pada cermin cekung:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.
2. Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan dipantulkan kembali melalui titik pusat
kelengkungan

159
Cermin Cembung
Sinar istimewa pada cermin cembung:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus.
2. Sinar datang menuju titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang menuji titik pusat kelengkungan dipantulkan kembali seolah-olah berasal
dari titik pusat kelengkungan.

Persamaan cermin cekung jika akan diterapkan pada cermin cembung, jarak fokus
haruslah dianggap negatif begitu juga untuk jari-jari kelengkungan.

Pembiasan
1. Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua
medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju
cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) :
“Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat
dinamakan indeks bias.”
Secara matematis dapat dirumuskan :

c
n=
v

dimana
n = indeks bias
c = laju cahaya dalam ruang hampa ( 3 x 108 m/s)
v = laju cahaya dalam zat
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n 1).

Contoh
1. Apa yang dimaksud indeks bias air = 1,3.
Jawab :
Yang dimaksud indeks bias air = 1,3 adalah perbandingan antara laju cahaya dalam
ruang hampa dengan laju cahaya di dalam air besarnya 1,3.

2. Hitung laju cahaya dalam berlian (n = 2,42).


Penyelesaian :
Diketahui :
n = 2,42
c = 3 x 108 m/s
160
Ditanyakan
v = ...
Jawab
c
v=
n
3,00 x10 8 m / s
v=
2,42
v = 1,24 x10 8 m / s

Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snellius (1591 - 1626)
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut
bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snellius yang berbunyi:
- sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
- hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap dan
disebut indeks bias.

Hukum Snellius 𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2

Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection)


Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada bidang batas dua
zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.

- Cahaya datang yang berasal dari air (medium optik lebih rapat) menuju ke udara
(medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas cahaya J).
- Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 90°dan dalam hal ini berkas bias
akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang dimana hal ini terjadi
dinamakan sudut kritis (sudut batas).
Sudut kritis adalah sudut datang yang mempunyai sudut bias 90° atau yang mempunyai
cahaya bias berimpit dengan bidang batas.
- Apabila sudut datang yang telah menjadi sudut kritis diperbesar lagi, maka cahaya
biasnya tidak lagi menuju ke udara, tetapi seluruhnya dikembalikan ke dalam air
(dipantulkan)(berkas L). Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal
sempurna.
- Syarat terjadinya pemantulan internal sempurna :
1) Cahaya datang berasal dari zat yang lebih rapat menuju ke zat yang lebih renggang.
2) Sudut datang lebih besar dari sudut kritis.
Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya :
a. Terjadinya fatamorgana
b. Intan dan berlian tampak berkilauan
161
c. Teropong prisma
d. Periskop prisma
e. Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran. Serat
ini digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal video, dan
data komputer.

Pembentukan Bayangan pada Lensa Cembung


Setiap lensa mempunyai dua buah titik fokus di sebelah kiri dan kanannya, tetapi ke dua
jarak fokus ke lensanya sama. Agar lebih mudah memahami pembentukan bayangan
yang terjadi, maka perhatikan bagian-bagian lensa cembung di bawah ini:

SU : sumbu utama
O : titik pusat optik lensa
f1 dan f2 : titik api (fokus) lensa.
O - f1 dan O - f2 : f = jarak titik api lensa.
R1 dan R2 : jari-jari kelengkungan lensa.
I, II, III : nomor ruang untuk meletakkan benda
(I), (II), (III), (IV) : nomor ruang untuk bayangan benda

Tiga berkas cahaya/sinar istimewa pada lensa cembung:


1. Sinar datang sejajar sumbu utama (SU) akan dibiaskan melalui titik api (fokus/f);

f2
f1
2. Sinar datang melalui titik api (f) akan dibiaskan sejajar sumbu utama (SU);
a

3. Sinar datang melalui titik pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

162
Sebenarnya, dua dari tiga berkas cahaya ini sudah cukup untuk mencari lokasi titik
bayangannya, yang merupakan titik perpotongannya. Penggambaran yang ketiga dapat
digunakan untuk memeriksa.
Lensa cembung mempunyai sifat seperti cermin cekung. Oleh karena itu bayangan yang
dibentukpun hampir sama, yaitu :
- Bayangan nyata, terjadi dari perpotongan sinar-sinar bias yang mengumpul. Bayangan
nyata pada lensa cembung terjadi jika benda teletak di ruang II dan III.
- Bayangan maya, terjadi dari perpotongan perpanjangan sinar-sinar bias yang divergen
(menyebar). Bayangan maya pada lensa cembung terjadi jika benda terletak di ruang I.

Contoh
Pembentukan bayangan pada lensa cembung dan sifat bayangannya: benda terletak
lebih jauh dari dua jarak fokus (di ruang III)

f2

Sifat bayangan yang terjadi :


- nyata (dibelakang lensa)
- terbalik
- di ruang (II)
- diperkecil (dari III ke (II))

Pembentukan Bayangan pada Lensa Cekung


Lensa cekung bersifat seperti cermin cembung. Oleh karena itu, lensa cekung
mempunyai titik api (fokus) yang dinyatakan dengan negatif. Agar lebih mudah
memahami pembentukan bayangan yang terjadi, maka perhatikan bagian-bagian lensa
cekung di bawah ini:

SU : sumbu utama
O : titik pusat optik lensa
f1 dan f2 : titik api (fokus) lensa.
O - f1 dan O - f2 : f = jarak titik api lensa.
R1 dan R2 : jari-jari kelengkungan lensa.

163
Tiga berkas cahaya/sinar istimewa pada lensa cekung
1. Sinar datang sejajar sumbu utama (SU) akan dibiaskan seolah-olah dari titik api (f1);

f2

2. Sinar datang seolah-olah menuju titik api (f2) akan dibiaskan sejajar sumbu utama (SU)

3. Sinar datang melalui titik pusat optik lensa (O) tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

f2

Lensa cekung hanya dapat membentuk satu macam bayangan, yaitu bayangan maya dari
benda yang terletak di depan lensa dengan sembarang penempatan.

Contoh: Pembentukan bayangan pada lensa cekung dan sifat bayangannya

M1 f1

Sifat bayangan yang terjadi :


- maya (di depan lensa)
- tegak
- diperkecil

f1
164
Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Bayangan, dan Jarak Titik Fokus

1 1 1
+ =
So Si f

Si h hi = M  ho
M= = i
So ho

So = jarak benda ke lensa


Si = jarak bayangan ke lensa (bernilai negatif bila bayangan bersifat maya)
f = jarak titik api lensa (berharga positif)
M = perbesaran bayangan
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan

Hubungan antara jarak benda (So), jarak bayangan (Si), dan jarak fokus (f)
Sama halnya pada cermin lengkung, pada lensa juga berlaku persamaan :

1 1 1 R
+ = f =
So Si f 2

Si hi hi = M  ho
M = =
So ho

Keterangan
So = jarak benda
Si = jarak bayangan
f = jarak fokus
R = jari-jari kelengkungan lensa
M = perbesaran bayangan
ho = tinggi benda
hi = tinggi bayangan

Untuk lensa cembung, penggunaan persamaan tersebut dengan memperhatikan tanda


sebagai berikut:
f bernilai positif (+) menunjukkan jarak fokus lensa cembung.
So bernilai positif (+) menunjukkan bendanya nyata.
Si bernilai positif (+) menunjukkan bayangannya nyata (berada dibelakang lensa)
Si bernilai negatif (-) menunjukkan bayangannya maya (berada di depan lensa)

Sedangkan untuk lensa cekung :


f bernilai negatif (-) menunjukkan jarak fokus lensa cekung.
So bernilai positif (+) menunjukkan bendanya nyata.
Si bernilai negatif (-) menunjukkan bayangannya maya (berada di depan lensa).

165
Lensa cekung selalu membentuk bayangan maya walaupun letak benda diubah-ubah di
depan lensa cekung.

Contoh Soal
1. Sebuah benda yang tingginya 5 cm terletak 9 cm di depan lensa cembung. Jika jarak
fokus lensa 6 cm, tentukanlah :
a. jarak bayangannya
b. perbesarannya
c. tinggi bayangannya

Penyelesaian
Diketahui
ho = 5 cm
So = 9 cm
f = 6 cm
Ditanyakan :
a. Si = ...
b. M = ...
c. hi = ...

Jawab :
a. b. Si c. hi = M  ho
1 1 1 M =
+ = So hi = 2 x5cm
𝑆𝑜 𝑆1 𝑓
18cm hi = 10cm
M =
1 1 1 9cm
= −
𝑆𝑖 𝑓 𝑆𝑜 M = 2kali
1 1 1
= −
𝑆𝑖 6 9

1 6 4
= −
𝑆𝑖 36 36

1 2
=
𝑆𝑖 36

𝑆𝑖 36
=
1 2

𝑆𝑖 = 18 𝑐𝑚

2. Sebatang lilin yang tingginya 12 cm diletakan di depan lensa cekung sejauh 10 cm.
Jika jarak fokusnya 15 cm, tentukan :
a. jarak bayangannya
b. perbesarannya
c. tinggi bayangannya
Penyelesaian
Diketahui
ho = 12 cm
So = 10 cm
166
f = - 15 cm
Ditanyakan
a. Si = ...
b. M = ...
c. hi = ...
Jawab
a. 1 1 1 b. c. Si hi = M  ho
+ = M =
So Si f So hi = 0,6  12cm
1 1 1 − 6cm hi = 7,2cm
= − M =
Si f So 10cm
1 1 1 6
= − M =
Si − 15 10 10
1 2 3 M = 0,6kali
=− −
Si 30 30
1 5
=−
Si 30
Si 30
=−
1 5
Si = − 6cm

Kekuatan (Daya) Lensa


Kekuatan lensa atau daya lensa adalah kemampuan suatu lensa untuk
memusatkan/mengumpulkan atau menyebarkan berkas sinar yang diterimanya.
Besarnya daya (P) lensa berkebalikan dengan jarak titik apinya (fokus). Semakin kecil
fokus semakin besar daya lensanya.
1
P=
f
Keterangan
P = daya lensa, satuannya dioptri
f = jarak titik api, satuannya meter (m)

Contoh soal:
1. Raka seorang pelajar SMP menggunakan kacamata dari lensa yang mempunyai titik
api – 200 cm. Hitung daya lensa kacamata tersebut!
Penyelesaian
Diketahui
f = - 200 cm = - 2 m
Ditanyakan
P = ...
Jawab
1
P=
f
1
P=
− 2m
P = − 0,5dioptri

167
Jadi, daya lensa dari kacamata itu – 0,5 dioptri atau dengan kata lain Raka
menggunakan kacamata minus setengah ( - 0,5 ).

Sextant
Alat untuk mengukur sudut dalam bidang datar dan vertikal di kapal dinamakan Sextan
dimana sudut diukur dengan cara mengepitkan dua buah benda yang ada di antara
sudut yang akan diukur.
Sextan menggunakan prinsip cahaya dan berdasarkan ketentuan bahwa sudut yang
terjadi antara arah pertama dan arah terakhir daripada sebuah cahaya yang telah
dipantulkan, dua kali besarnya sudut yang terjadi antara dua buah reflektor tadi, satu
terhadap lain (lihat gambar dibawah ini).

Jalannya sinar dapat dilihat pada gambar 10.19.

(sumber: wikipedia.org)

168
𝛽
B
𝛽 𝛽

A 𝛾 𝜃
C

Gambar 10.19 Sextant

Perhatikan segitiga ABC yang dibentuk oleh sudut 𝜃, 2𝛽 dan 𝛾. Karena jumlah sudut
pada segitiga adalah 180o, maka berlaku:
𝜃 + 2𝛽 + 𝛾 = 180°

2𝛽 + 𝛾 = 180° − 𝜃 (*)
1
Perhatikan bahwa sudut A = 90 + 2 𝛾
Kemudian perhatikan segitiga ABD, dimana berlaku persamaan:
1
𝛼 + 𝛽 + (90 + 𝛾) = 180°
2
1
𝛼 + 𝛽 + 𝛾 = 90°
2
1
(𝛼 + 𝛽 + 𝛾) × 2 = 90° × 2
2

2𝛼 + 2𝛽 + 𝛾 = 180° (**)

Substitusi persamaan (*) ke persamaan (**) diperoleh

2𝛼 + 2𝛽 + 𝛾 = 180°

2𝛼 + 180° − 𝜃 = 180°

𝜃 = 2𝛼

Persamaan ini menunjukkan bahwa sudut antara matahari dan horisontal adalah dua
kali besar sudut yang dibentuk oleh kedua cermin reflektor.

A. TUGAS
1. Jelaskan yang dimaksud dengan :
a. Gelombang
b. Gelombang transversal
169
c. Gelombang longitudinal
d. Gelombang mekanik
e. Gelombang elektromagnetik
f. Frekuensi
g. Periode
h. Panjang gelombang
2. Dalam waktu 7 detik terbentuk 350 gelombang. Hitunglah periode dan frekuensi
gelombang!
3. Sebuah gelombang berjalan dengan persamaan simpangan:
Y = 0,04 sin (12πt – 8x) m. x dalam meter dan t dalam detik.
Tentukanlah:
a. arah rambatan gelombang;
b. amplitudo gelombang;
c. frekuensi gelombang;
d. bilangan gelombang;
e. panjang gelombang;
f. kecepatan gelombang.
4. Sebuah gelombang merambat dengan kecepatan 480 m/s. Jika frekuensi gelombang
tersebut adalah 12 Hz, panjang gelombangnya adalah ….
5. Sebuah kapal mengirim pulsa ultrasonik ke dasar laut. Jika cepat rambat bunyi di dalam
air laut 1.400 m/s, waktu yang dicatat fathometer mulai dari pulsa dikirim hingga
diterima kembali adalah 2 sekon. Kedalaman air laut adalah .... m.
6. Jelaskan yang dimaksud dengan:
a. Dispersi gelombang;
b. Difraksi gelombang;
c. Interferensi gelombang;
d. Polarisasi gelombang.
7. Suatugelombangdatangdari medium yang berindeks bias 3/2menuju medium yang
berindeks bias 3/4√6. Jikabesarsudutdatangadalah 60° tentukanbesarsudutbias yang
terjadi!
8. Dua cermin datar yang masing-masing panjangnya 1,8 m disusun berhadapan seperti
pada gambar. Jarak antara cermin 20 cm. Suatu berkas sinar jatuh tepat pada ujung
salah satu cermin denga sudut datang 60°. Berapa kalikah sinar tersebut dipantulkan
oleh pasangan cermin sebelum sinar keluar dari cermin?
9. Sebuah benda tingginya 6 mm diletakkan didepan lensa cembung yang jarak fokusnya 8
cm sehingga terbentuk bayangan 40 cm di depan lensa. Tentukan letak benda dan tinggi
bayangan!
10. Carilah di internet atau buku referensi materi tentang teropong bumi!

B. TES FORMATIF
Soal Tes Formarif
1. Tegangan pada tali diberikan dengan cara mengantung sebuah benda bermassa 3 kg
pada salah satu ujung seperti terlihat pada gambar. Panjang tali 2,5 m dan massanya 50
g. Berapakah laju gelombang pada tali?
2. Fungsi gelombang untuk suatu gelombang harmonik pada tali adalah:
𝑦(𝑥, 𝑡) = 0,03 sin[2,2 𝑥 − 3,5 𝑡]
dengan y dan x dalam meter dan t dalam sekon. Hitung amplitudo, panjang gelombang,
frequensi, periode, dan laju gelombang.
3. Sebuah SONAR digunakan untuk mengetahui kedalaman laut. Gelombang ditembakkan
oleh transmitter dengan kelajuan dalam air 1.344 m/s diterima oleh receiver dalam
waktu 3 detik. Berapa kedalaman air laut tersebut?
170
4. Cahaya berjalan di udara memasuki air dengan sudut datang 45°. Jika indeks bias air
adalah 1,33, berapa sudut biasnya?
5. Sebuah obyek tingginya 1,2 cm diletakkan 4 cm dari lensa cembung ganda dengan fokus
12 cm. Tentukan letak bayangan, nyatakan apakah bayangan tersebut nyata atau maya,
dan tentukan tingginya!
6. Pak Agus adalah seorang guru yang menggunakan kacamata + ¾ dioptri. Hitung titik api
dari kacamata tersebut!

Jawaban Tes Formatif


1. Tegangan pada tali:
𝑁
𝐹 = 𝑚𝑔 = 3 𝑘𝑔 × 9,81 = 29,4 𝑁
𝑘𝑔
Massa per satuan panjang:
𝑚 0,05 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝜇= = = 0,02
𝐿 2,5 𝑚 𝑚
Oleh karena itu, lajunya adalah:
𝐹 29,4 𝑁
𝑣=√ =√ = 38,3 𝑚/𝑠
𝜇 0,02 𝑘𝑔/𝑚
2. Bila fungsi gelombang ini dibandingkan dengan persamaan gelombang, kita dapat
Amplitudo A = 0,03 m
Bilangan gelombang k = 2,2 m-1
Frekuensi sudut 𝜔 = 3,5 s-1
Panjang gelombang 𝜆 = 2𝜋⁄𝑘 = 2,8 𝑚
Periode 𝑇 = 2𝜋/𝜔 = 1,80 s
Oleh karena itu laju gelombangnya menjadi
𝜆 2,86 𝑚
𝑣 = 𝑓𝜆 = = = 1,59 m/s
𝑇 1,80 𝑠
3. Kedalaman air
𝑚
𝑣 × 𝑡 1 344 𝑠 × 3 𝑠
𝑑= = = 2016 𝑚
2 2
4. Dengan mengambil n = 1 untuk udara, kita mendapatkan
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
1,00 × sin 45° = 1,33 sin 𝜃2
1,00 × sin 45°
sin 𝜃2 =
1,33
1,00 × 0,707
=
1,33
sin 𝜃2 = 0,53
𝜃2 = 32°
Jadi sudut biasnya 32°.
5. Jarak bayangan ditentukan secara aljabar dengan persamaan
1 1 1
+ =
𝑠 𝑠′ 𝑓
1 1 1
+ =
4 𝑐𝑚 𝑠′ 12 𝑐𝑚
1 1 1 1 3 1
= − = − =−
𝑠′ 12 𝑐𝑚 4 𝑐𝑚 12 𝑐𝑚 12 𝑐𝑚 6 𝑐𝑚

𝑠 ′ = −6 𝑐𝑚

171
Jarak bayangan negatif, yang menunjukkan bahwa bayangan tersebut adalah maya dan
pada sisi datang lensa tersebut.
Perbesarannya adalah
𝑠′ −6 𝑐𝑚
𝑚=− =− = +1,5
𝑠 4 𝑐𝑚

Bayangan tersebut adalah 1,5 kali lebih besar dari obyeknya dan tegak. Karena tinggi
obyeknya 1,2 cm, maka tinggi bayangannya adalah 1,8 cm.

6. Penyelesaian :
Diketahui :
P = + ¾ dioptri = + 0,75 dioptri
1
P=
f
1
0,75 =
f
0,75 f = 1
1
f =
0,75
f = 1,33meter
Jadi, titik api dari lensa kacamata

172
BAB 11
LISTRIK STATIS DAN DINAMIS

11.1 Listrik Statis


Muatan Listrik
Charles Agustin Coulomb (1736-1806) adalah sarjana Fisika Perancis pertama yang
menjelaskan tentang kelistrikan secara ilmiah. Percobaan dilakukan dengan
menggantungkan dua buah bola ringan dengan seutas benang sutra seperti
diperlihatkan pada Gambar 11.1.a. Selanjutnya sebatang karet digosok dengan bulu,
kemudian didekatkan pada dua bola kecil ringan yang digantungkan pada tali. Hasilnya
adalah kedua bola tersebut tolak menolak (Gambar 11.1.b). Beberapa saat kemudian
bola dalam keadaan seperti semula. Kedua bola tersebut juga akan tolak menolak
apabila sebatang gelas digosok dengan kain sutra dan kemudian didekatkan pada dua
bola (Gambar 11.1.b)
Apabila sebatang karet yang telah digosok bulu didekatkan pada salah satu bola yang
dan bola yang lain didekati oleh gelas yang telah digosok dengan kain sutra, maka bola-
bola tersebut saling tarik menarik (Gambar 11.1.c)

Gambar 11.1 a. Kedua b. Kedua bola c. Kedua bola bermuatan


bola tidak bermuatan bermuatan sejenis tak sejenis

Gejala-gejala di atas dapat diterangkan dengan mudah dengan konsep muatan listrik.
Dari gejala-gejala di atas tersebut jelas bahwa ada dua macam muatan listrik. Benyamin
Franklin menamakan muatan yang ditolak oleh gelas yang digosok dengan kain sutra
disebut muatan posistif, sedangkan muatan yang ditolak oleh karet yang digosok dengan
bulu disebut muatan negatif.

Hukum Coulomb
Dari percobaan yang telah dilakukan, Coulomb menyimpulkan bahwa terdapat dua jenis
muatan yaitu muatan positif dan negatif. Selain itu juga diperoleh kuantitatif gaya-gaya
pada partikel bermuatan oleh partikel bermuatan yang lain. Hukum Coulomb
menyatakan bahwa gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua partikel
bermuatan berbanding langsung dengan perkalian besar muatan dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua muatan tersebut.

173
Gambar 11.2 Gaya tarik-menarik atau tolak-menolak antara dua partikel bermuatan

Hukum Coulomb pada dua partikel bermuatan dinyatakan dalam persamaan sebagai:

𝑞1 𝑞2
𝐹12 = 𝐹21 = 𝑘
𝑟2
Dimana:
F12= Gaya pada muatan 1 oleh muatan 2
F21= Gaya pada muatan 2 oleh muatan 1
r = jarak antara dua muatan 1 dan muatan 2
k = tetapan Coulomb yang besarnya tergantu pada sistem satuan yangdigunakan.

Jika medium dimana muatan-muatan berada adalah vakum atau udara, maka

1
𝑘= = 9 × 109 𝑁𝑚2 𝐶 −2
4𝜋𝜀0
Tentu saja
1 2 −1 −2
𝜀0 = = 8,85 × 10−12 𝐶 𝑁 𝑚
4𝜋𝑘

Medan Listrik
Jika suatu muatan listrik Q berada pada suatu titik, maka menurut hukum Coulomb
muatan lain disekeliling muatan Q mengalami gaya listrik. Jadi dapat dikatakan bahwa
terdapat medan listrik di setiap titik di sekeliling muatan Q. Dapat dikatakan bahwa
muatan listrik adalah sumber medan
listrik. Arah dari medan listrik pada suatu tempat adalah sama dengan arah gaya yang
dialami muatan uji positif di tempat itu. Jadi pada muatan positif, arah medan listriknya
adalah arah radial menjauhi sumber medan (arah keluar). Sedang pada muatan negatif
arah medannya adalah arah radial menuju ke muatan tersebut (arah ke dalam).
Medan listrik dapat digambarkan dengan garis-garis khayal yang dinamakan garis-garis
medan (garis-garis gaya). Garis-garis medan listrik tidak pernah saling berpotongan,
menjauhi muatan positif dan menuju ke muatan negatif. Apabila garis gayanya makin
rapat berarti medan listriknya semakin kuat. Sebaliknya yang garis gayanya lebih
renggang maka medan listriknya lebih lemah. Arah garis gaya muatan positif dan negatif
diperlihatkan pada Gambar 11.3. Gambar 11.3a adalah ilustrasi arah medan listrik
dengan sumber medan muatan positif, sedangkan Gambar 11.3b adalah ilustrasi arah
medan listrik dengan sumber medan muatan negatif.

174
(a) (b)
Gambar 11.3 a Ilustrasi arah medan listrik dengan sumber medan muatan positif, (b)
Ilustrasi arah medan listrik dengan sumber medan muatan negatif.

Apabila dalam ruangan terdapat dua buah muatan listrik yang saling berinteraksi, maka
arah medan listriknya dapat digambarkan seperti pada Gambar 11.4.a.

Gambar 11.4.a. Arah medan listrik oleh dua muatan positif

Pada Gambar 11.4a diperlihatkan bahwa arah medan listrik menjauhi sumber medan
listrik. Medan listrik di titik A lebih kuat dibanding dengan medan listrik ditik B.
Mengapa? Sedangkan titik C adalah titik atau daerah yang medan listriknya sama dengan
nol. Atau dapat dikatakan bahwa di titik C tidak ada medan listriknya.

Gambar 11.4.b Arah medan listrik

Kuat Medan Listrik


Untuk menentukan kuat medan listrik pada suatu titik, padatitik tersebut ditempatkan
muatan pengetes q’ yang sedemikiankecilnya sehingga tidak mempengaruhi muatan
sumber/muatanpenyebab medan listrik.Gaya yang dialami oleh muatan pengetes q’
adalah

1 𝑞 𝑞′
𝐹=
4𝜋𝜀0 𝑟 2

175
maka kuat medan listrik E pada jarak r didefinisikan sebagai hasil bagigaya Coulomb
yang bekerja pada muatan uji q’ yang ditempatkan padajarak r dari sumber medan
dibagi besar muatan uji q’
𝐹
𝐸=
𝑞′

1 𝑞
𝐸=
4𝜋𝜀0 𝑟 2

𝑞
𝐸=𝑘
𝑟2

Dari persamaan di atas jelas bahwa kuat medan listrik samadengan gaya pada muatan
positif q’ dibagi dengan besarnya q’. Dalamsistem MKS, dimana gaya dalam Newton,
muatan dalam coulomb, kuatmedan listrik dinyatakan dalam satuan Newton per
coulomb.

Hukum Gauss
Hukum Gauss diperkenalkan oleh Karl Friedrich Gauss(1777–1866) seorang ahli
matematika dan astronomi dari Jerman.Hukum Gauss menjelaskan hubungan antara
jumlah garis gaya yang
menembus permukaan yang melingkupi muatan listrik dengan jumlahmuatan yang
dilingkupi.
Hukum Gauss dapatdigunakanuntukmenghitung kuat medanmedan listrik dari
beberapakeping sejajar ataupun bolabermuatan.Selanjutnya didefinisikanflux listrik (φ)
yaitu jumlahgaris gaya dari medanlistrik E yang menembustegak lurus suatu bidang(A).

Secara matematika hubungan tersebut dinyatakan sebagai

𝜙 = 𝐸 ×𝐴

Apabila medan listrik tidak tegaklurus menembus bidang, berarti medan listrik
membentuk sudut θ terhadap bidang seperti diperlihatkan pada Gambar 13.5, maka flux
listrik dinyatakan sebagai

𝜙 = 𝐸 𝐴 cos 𝜃

Gambar 11.5 Apabila medan listrik tidak tegaklurus menembus bidang,


berarti medan listrik membentuk sudut θ terhadap bidang

Berdasarkan konsep flux listrik tersebut, Gauss mengemukakanhukumnya sebagai


berikut :
Jumlah garis medan yang menembus suatupermukaan tertutup sebanding dengan
jumlahmuatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan itu.

176
Secara matematis dinyatakan sebagai

𝑞
𝜙 = 𝐸 𝐴 cos 𝜃 =
𝜀0
dengan:
𝜙 = flux listrik (jumlah garis gaya listrik )
E = kuat medan listrik pada permukaan tertutup
A = luas permukaan tertutup
𝜃 = sudut antara E dan garis normal bidang
q = muatan yang dilingkupi permukaan tertutup
𝜀0 = permitivitas udara

Jika E tegak lurus dengan bidang A, maka diperoleh


𝑞
𝐸𝐴=
𝜀0
1𝑞
𝐸=
𝜀0 𝐴
𝑞
Jika 𝐴 = 𝜎 adalah muatan per satuan luas, maka
1
𝐸= 𝜎
𝜀0
𝜎
𝐸=
𝜀0

Kuat Medan Listrik Antara Dua Keping Sejajar


Dua keping konduktor sejajar luas masing-masing kepingadalah A. Jika pada masing-
masing keping diberi muatan yang berbeda,yaitu positif dan negatif maka akan timbul
medan listrik sepertidiperlihatkan pada Gambar 11.6.

Gambar 11.6 Dua keping konduktor sejajar luas masing-masing kepingadalah A

Besarnya kuat medanlistrik antara dua kepingsejajar memenuhi persamaan

𝜎
𝐸=
𝜀0

apabila ruang diantara duakeping bukan udara atauhampa melainkan suatubahan


dengan permitivitasε, maka
𝜎
𝐸=
𝜀

Kuat Medan Listrik Oleh Bola Konduktor


Pada sebuah bola konduktor yang jari-jarinya R, apabila diberi muatanlistrik sebanyak Q
maka muatan akan menyebar di seluruh permukaanbola. Kuat medan listrik dapat
177
dinyatakan dalam tiga keadaan yaitukuat medan listrik di dalam bola konduktor, pada
kulit bola dan di luarbola konduktor.

Gambar 13.7 Kuat medan listrik oleh bola konduktor

b. Kuat medan listrik di dalambola konduktor r<R, adalah :

E=0

c. Kuat medan listrik pada kulitbola ; r = R


𝑄
𝐸. 𝐴 =
𝜀0

𝑄
𝐸. 4𝜋𝑅 2 =
𝜀0

1 𝑄
𝐸=
4𝜋𝑅 2 𝜀0

1 𝑄
𝐸=
4𝜋𝜀0 𝑅 2

𝑄
𝐸=𝑘
𝑅2

d. Kuat medan listrik di luar bola ; r > R


𝑄
𝐸. 𝐴 =
𝜀0
𝑄
𝐸. 4𝜋𝑟 2 =
𝜀0
1 𝑄
𝐸=
4𝜋𝑟 2 𝜀0
1 𝑄
𝐸=
4𝜋𝜀0 𝑟 2

𝑄
𝐸=𝑘
𝑟2

Potensial dan Energi Potensial


Potensial listrik adalah besaran skalar yang dapat dihitungdari kuat medan listrik
dengan operator pengintegralan. Untukmenghitung potensial di suatu titik harus ada
perjanjian besar potensiallistrik pada suatu titik pangkal tertentu. Misalnya di tak
berhinggadiperjanjikan potensialnya nol. Potensial listrik di titik tertentumisalkan titik
A, yang berada dalam medan magnet E dan berjarak rdari muatan q sebagai sumber
medan listrik dapat dinyatakan sebagai
178
𝑞
𝑉𝑎 = 𝑘 (∗)
𝑟

Potensial oleh beberapa muatan titik dapat dihitung denganmenjumlah secara aljabar
potensial oleh masing-masing titik bermuatantersebut, potensial di b oleh muatan q1, q2,
-q3, ….. dan qn,berturut-turut jaraknya dari a adalah r1, r2, r3,….. rn:

𝑞1 𝑞2 𝑞3 𝑞𝑛
𝑉𝑏 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑛 = 𝑘 ( + − + ⋯ + )
𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟𝑛

Persamaan (*) menunjukkan potensial listrik di titik A. Apabila dititik A ada muatan q’,
maka energi potensial yang dimiliki (Ea) yangdimiliki muatan q’ tersebut adalah

𝐸𝑎 = 𝑞 ′ . 𝑉𝑎

Gambar 11.8 Muatan q’ dipindahkan dari posisi awal (1) ke posisiakhir (2)

Apabila muatan q’ dipindahkan dari posisi awal (1) ke posisiakhir (2) seperti
diperlihatkan pada Gambar 11.8, maka besarnyausaha W12. Besarnya usaha untuk
perpindahan ini sama dengan ΔEp.Secara matematis dapat dinyatakan sebagai

𝑊12 = ∆𝐸𝑝
𝑊12 = 𝐸𝑝2 − 𝐸𝑝1

Dengan mengingat persamaan 𝐸𝑎 = 𝑞 ′ . 𝑉𝑎 , maka

𝑊12 = 𝐸𝑝2 − 𝐸𝑝1 = 𝑞 ′ 𝑉2 − 𝑞′𝑉1

𝑊12 = 𝑞 ′ (𝑉2 − 𝑉1 ) (∗∗)

Contoh
Berapa usaha yang diperlukan untuk membawa elektron (q’ = -1,6 x 10-19C) dari kutub
positif baterai 12 V ke kutub negatifnya?
Penyelesaian
V = -12 V
Q’ = -1,6 x 10-19 C
𝑊 = ∆𝐸𝑝 = 𝑞 ′ . 𝑉
= (-1,6 × 10-19)(-12)
= 1,92 × 10-18 Joule

Persamaan (**) menyatakan bahwa usaha untuk memindahkanmuatan uji q’ dari titik 1
ke titik 2 sama dengan besar muatan ujidikalikan dengan beda potensial antaraV2dan V1.
Persamaan (**)dapat dituliskan dalam bentuk beda potensial sebagai

𝑊12 = 𝑞 ′ . 𝑉21

179
Contoh
Dari Contoh soal di atas, berapakah beda potensial antara titik P dan Q?
Penyelesaian :
q = 40 μC = 40 x 10-6 C
rp= 20 cm = 20 x 10-2 m
rQ= 60 cm = 60 x 10-2 m
𝑞 40 × 10−6
𝑉𝑝 = 𝑘 = (9 × 109 )
𝑟𝑝 20 × 10−2
= 1,8 × 105 volt = 180 kV
𝑞 9
40 × 10−6
𝑉𝑄 = 𝑘 = (9 × 10 )
𝑟𝑄 60 × 10−2
= 3,6 × 10 volt = 36 kV
4

Beda potensial titik P dan Q adalah VPQ


𝑉𝑃𝑄 = 𝑉𝑃 − 𝑉𝑄
= 180 kV - 36 kV = 154 kV
Jadi beda potensial antara P dan Q adalah 154 kV.

Kapasitor
Jika suatu sistem yang terdiri dari dua konduktordihubungkan dengan kutub-kutub
sumber tegangan, maka keduakonduktor akan bermuatan sama tetapi tandanya
berlawanan.dikatakan telah tejadi perpindahan muatan dari konduktor yang satu
kekonduktor yang lain. Sistem dua konduktor yang akan bermuatan dantandanya
berlawanan ini dinamakan kapasitor.Jika besarnya muatan kapasitor tersebut masing-
masing q danbeda potensial antara kedua konduktor dari kapasitor tersebut VAB,maka
kapasitansi kapasitor:
𝑞
𝐶=
∆𝑉

Gambar 11.9 Kapasitor pelat sejajar

Apapun bentuk konduktornya,suatu kapasitordiberi simbol:

Gambar 11.10 Simbol kapasitor

Besarnya kapasitansi suatu kapasitor bergantungan padabentuk dan ukuran konduktor


pembentuk sistem kapasitor tersebut. Adatiga macam kapasitor menurut bentuk dari

180
konduktor penyusunannya,yaitu kapasitor dua plat sejajar, kapasitor dua bola
konsentris dankapasitor silinder koaksial.

Kapasitor Plat Sejajar


Pada keping sejajar kuat medan listrik dinyatakan dalampersamaan berikut
𝜎
𝐸=
𝜀0
Atau
𝑞
𝐸=
𝜀0 𝐴

Hubungan antara kuat medan listrik dan beda potensial Vantara dua keping sejajar yang
berjarak d adalah
𝑉 = 𝐸𝑑
𝑞𝑑
𝑉= 𝐴
𝜀0
𝑞
𝑉=
𝐶
atau
𝑞
𝐶=
𝑉

dengan:
C= kapasitansi kapasitor keping sejajar (Farad)
A = luas tiap keping (m2)
d = jarak pisah antar keping (m)

Contoh
Tentukan kapasitas kapasitor keping sejajar yang luas masing-masingkepingnya adalah
2,25 cm2. Jarak antara keping adalah 2 mm.Diketahui bahan dielektriknya mika, dengan
𝜀𝑟 = 7,0 dan 𝜀0 =8,85 x 10-12 C2/Nm2.
Penyelesaian:
A = 2,25 cm2 = 2,25 × 10-4 m2
d = 2 mm = 2 × 10-3 m
𝜀𝑟 = 7,0
𝜀0 = 8,85 x 10-12 C2/Nm2

𝐴
𝐶 = 𝜀𝑟 𝜀0
𝑑
−12
2,25 × 10−4
= (7,0)(8,85 × 10 )
2 × 10−3
=6,9693 × 10-12 F
= 7 piko Farad
= 7 pF

Kapasitor Bola
Kapasitor bola adalah sistem dua konduktor terdiri dari dua bolasepusat radius R1dan
R2. bentuk dari kapasitor bola diperlihatkanseperti pada Gambar 11.11.

181
Gambar 11.11 Kapasitor Bola

Besarnya beda potensial antara a dan b,


∆𝑉 = |𝑉𝑏 − 𝑉𝑎 |
𝑄 1 1
= ( − )
4𝜋𝜀0 𝑎 𝑏
𝑄 𝑏−𝑎
= ( )
4𝜋𝜀0 𝑎𝑏

𝑎𝑏
𝑄 = 4𝜋𝜀0 ∆𝑉
𝑏−𝑎

Jadi kapasitans dari kapasitor dua bola kosentris yang radiusnya a dan b,
𝑎𝑏
𝐶 = 4𝜋𝜀0
𝑏−𝑎

Kapasitor Silinder
Kapasitor silinder terdiri atas dua silinder koaksial denganradius R1dan R2, Panjang
silinder adalah L dengan R2<< L, muatanpada silinder dalam adalah +Q, sedangkan pada
silinder luar adalah –Q,arah medan listrik dan permukaan Gauss diperlihatkan
padaGambar13.12.

Gambar 11.12 Kapasitor silinder

Menurut Gauss, untuk daerah R1≤ r ≤ R2kuat medan listrik Er,

𝜆 𝑄
𝐸𝑟 = =
2𝜋𝜀0 𝑟 2𝜋𝜀0 𝐿 𝑟

2𝜋𝜀0 𝐿
𝑄= 𝑏 𝑉𝑎𝑏
𝑙 𝑛𝑎

182
Jadi kapasitansi kapasitor silinderdengan radius a dan b, sertapanjang L adalah,

2𝜋𝜀0 𝐿
𝐶= 𝑏
𝑙 𝑛𝑎

Contoh
Sebuah kapasitor berbentuk silinder dengan diameter luar adalah 3 cm dan diameter
silinder dalam adalah 2 cm. Panjang silinder adalah 5 cm.
a. Berapakah kapasitasi kapasitor tersebut apabila diantara kedua silinder diisi udara?
b. Berapakah kapasitansinya apabila diantara kedua silinder diberi bahan yang
permitivitasannya adalah 4?

Penyelesaian :
a = 2 cm = 2 x 10-2 m
b = 3 cm = 3 x 10-2 m
L = 5 cm = 5x10-2 m
𝜀0 = 8,85 x 10-12 C2/Nm2
𝜀𝑟 = 4

a. Kapasitansi kapasitor silinder jika antara dua silinder diisi bola adalah

2𝜋𝜀0 𝐿
𝐶= 𝑏
𝑙𝑛 𝑎
𝑏 3
𝑙𝑛 = 𝑙𝑛 = 0,4
𝑎 2

2 × 3,14 × 8,85 × 10−12 × 5 × 10−2


𝐶= = 6,95 × 10−12 𝐹 = 6,95 𝑝𝐹
4 × 10−1

b. Kapasitansi kapasitor silinder jika antara dua silinder diisidielektrikum adalah

2𝜋𝜀0 𝐿
𝐶= 𝑏
𝑙𝑛
𝑎

Bila kapasitans dari kapasitor ketika diisi udara adalah C0, maka setelah diisi
dilektrikum, kapasitansi dari kapasitor adalah
𝐶 = 𝜀𝑟 𝐶0
𝐶 = 4 × 6,95 pF = 27,79 pF

Sambungan Kapasitor Seri


Dua buah kapasitor C1dan C2disambung seri sepertidiperlihatkan pada Gambar 13.13.
Pada sambungan seri besarnyamuatan pada masing-masing kapasitor sama. Ketika dua
kapasitortersebut dihubungkan dengan sumber tegangan seperti pada Gambar13.13,
maka keping kiri dari kapasitor C1bermuatan positif q. Kepingkanan kapasitor C1akan
menarik elektron dari keping kiri kapasitor C2sehingga muatan keping kanan kapasitor
C1bermuatan –q dan kepingkiri kapasitor C2bermuatan +q.

183
Gambar 13.13 Kapasitor-kapasitor disambung seri

Beda potensial ΔV pada kapasitor tersambung seri dapat dinyatakan Sebagai

∆𝑉 = ∆𝑉1 + ∆𝑉2
dengan
𝑄 𝑄 𝑄
∆𝑉 = ∆𝑉1 = ∆𝑉2 =
𝐶𝑠 𝐶1 𝐶2

Besarnya Kapasitans pengganti kapasitor terhubung seri diperoleh dari

∆𝑉 = ∆𝑉1 + ∆𝑉2
𝑄 𝑄 𝑄
= +
𝐶𝑠 𝐶1 𝐶2
𝑄 𝑄 𝑄
= +
𝐶𝑠 𝐶1 𝐶2

1 1 1
= +
𝐶𝑠 𝐶1 𝐶2

Untuk n kapasitor disambung seri, kapasitans yang senilai CS,


𝑛
1 1 1 1 1
= ∑ = + + ⋯+
𝐶𝑠 𝐶𝑖 𝐶1 𝐶2 𝐶𝑛
𝑖=1

Sambungan Kapasitor Paralel


Dua buah kapasitor yang kapasitansnya C1dan C2disambungkan secara pararel seperti
diperlihatkan pada Gambar 13.14.Beda tegangan pada ujung-ujung kapasitor yang
terhubung paraleladalah sama. Sedangkan muatan pada total kapasitor akan terbagi
padaC1dan C2.

184
Gambar 11.14 Kapasitor-kapasitor disambung paralel

Beda potensial ΔV pada kapasitor tersambung paralel dapat dinyatakansebagai

∆𝑉 = ∆𝑉1 = ∆𝑉2
Dengan
𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2

𝑄 = ∆𝑉. 𝐶𝑝 𝑄1 = ∆𝑉. 𝐶1 𝑄2 = ∆𝑉. 𝐶2

Besarnya kapasitans pengganti kapasitor terhubung paralel dapatdiperoleh dari

𝑄 = 𝑄1 + 𝑄2

∆𝑉. 𝐶𝑝 = ∆𝑉. 𝐶1 + ∆𝑉. 𝐶2

𝐶𝑝1 = 𝐶1 + 𝐶2

Untuk n kapasitor disambung seri, kapasitans yang senilai Cp,


𝑛

𝐶𝑝 = ∑ 𝐶𝑖 = 𝐶1 + 𝐶2 + ⋯ + 𝐶𝑛
𝑖=1
Contoh
Enam buah kapasitor masing masing C1= 4 pF, C2= 1 pF, C3= 3 pF, C4= 6 pF, C5= 2 pF,
dan C6= 8 pF. Disambung seperti pada gambar berikut. Berapakah kapasitans dari
kapasitor pengganti?

185
Penyelesaian :
Sambungan 6 kapasitor tersebut adalah kombinasi antara sambungan kombinasi seri
dan paralel.
• Sambungan C2dan C3disambung paralel dan diperoleh Cp1= 4 pF
• Sambungan C4dan C5disambung paralel dan diperoleh Cp2= 8 pF
• Pada rangkaian sebelah kanannya C1disambung seri dengan Cp1dan diperoleh
kapasitor pengganti Cs1=2 pF
• Pada rangkaian sebelah kanannya Cp2disambung seri dengan C6dan diperoleh
kapasitor pengganti Cs2= 4pF
• Langkah terakhir Cs1tersambung paralel dengan Cs2hasilnya 6 pF
• Jadi kapasitans pengganti ke enam kapasitor tersebut adalah sebuah kapasitor
yang memiliki kapasitans sebesar 6 pF

Energi Kapasitor
Jika suatu kapasitor dihubungkan dengan sumber tegangan artinya kapasitor tersebut
dimuati. Pada saat itu terjadi perpindahan muatan dari konduktor dengan potensial
rendah ke potensial tinggi. Suatu kapasitor yang dimuati dengan dihubungkan dengan
sumber tegangan dan kemudian sumber tegangan dilepaskan maka pada kapasitor
masih ada beda tegangan akibat muatan pada dua konduktor. Jadi kapasitor dapat
disimpan enegi. Berikut akan dihitung energi yang dapat disimpan dalam kapasitor.
Mula-mula jumlah muatan dalam kapasitor adalah nol, maka untuk menambah muatan
diperlukan usaha W. Usaha total untuk memuati kapasitor sebanyak Q adalah
186
1 𝑄2
𝑊=
2 𝐶

Usaha ini tidak hilang melainkan tetap tersimpan dalam kapasitormenjadi energi
kapasitor U adalah

1 𝑄2 1 2 1 𝑄
𝑈= = 𝐶𝑉𝑎𝑏 =
2 𝐶 2 2 𝑉𝑎𝑏
Contoh
Sebuah kapasitor memiliki kapasitas 4𝜇𝐹 diberi beda potensial 25 volt. Berapakah
energi yang tersimpan?
1 1
𝑊 = 2 𝐶𝑉 2 = 2 (4 × 10−6 𝐹)(25 𝑉)2 = 1,25 × 10−3 Joule

Jadi energi yang tersimpan adalah 1,25 × 10-3 Joule

A. TUGAS

1. Sebuah titik bermuatan +5 Coulomb berada di titik P dalam medan listrik yang
ditimbulkan oleh muatan (-), sehingga mengalami gaya sebesar 0,05 N dalam arah
menuju muatan tersebut. Maka kuat medan listrik dan arahnya dititik P adalah …..
A. 6 x 10-2 N/C menuju muatan (-) B. 5 x 10-2 N/C menuju muatan (-)
C. 4 x 10 N/C menuju muatan (-)
-2 D. 2 x 10-2 N/C menuju muatan (-)
E. 1 x 10-2 N/C menuju muatan (-)

2. Sebuah titik bermuatan q berada di titik P dalam medan listrik yang ditimbulkan
oleh muatan (+), sehingga mengalami gaya sebesar 0,05N. Jika besar muatan
tersebut adalah +5 x 10-6 Coulomb. Maka kuat medan listrik dititik P adalah …..
A. 2,5 x 103 N/C B. 3 x 103 N/C C. 4,5 x 103 N/C
D. 8 x 103 N/C E. 10 x 103 N/C

3. Perhatikan gambar berikut!


+q1 +q2
+ +
A P Q R S T B

Muatan q1 dan q2 diletakkan pada titik A dab B seperti pada gambar, AP = PQ = QR =


RS = ST = TB. Jika q1 = ¼ q2, maka yang memiliki kuat medan listrik nol adalah titik
.....
A. P B. Q C.R
D. S E. T

4. Sebuah kapasitor mempunyai kapasitas 4 mikro Farad. Jika beda potensial antara
keping-kepingnya 100Volt, maka kapasitor menyimpan energi listrik sebesar .....
A. 10-2 joule B. 2 x 10-2 joule C. 4 x 10-2 joule D. 4 x 10-6 jouleE. 6 x 10-2
joule

5. Sebuah titik bermuatan q berada di titik P dalam medan listrik yang ditimbulkan
oleh muatan (-), sehingga mengalami gaya sebesar 1N dalam arah menuju muatan

187
tersebut. Jika besar medan di titik P besarnya 0,2 N/C. Maka besar dan jenis muatan
pada titik P adalah …
A. +5 C B. -5 C C. +5 mC D. -5 mC E. +2 C
6. Perhatikan gambar. Kuat medan listrik di titik A adalah 4E, maka kuat medan listrik
di titik B adalah .....

1m 1m 1m
D C B A

A. E B. 4E C. 9E D. ¼ E E. 1/9 E

7. Pada rangkaian kapasitor C1, C2 dan C3 seperti gambar. C1= C2 = C3 = 2 mikro Farad,
jika energi potensial listeik pada C1 = 4 joule, maka nilai beda potensial antara A dan
B adalah .....
C2

A B
C1

C3
A. 1000 volt B. 1500 volt C. 3000 volt D. 6000 volt E. 12000 volt

8. Dua partikel masing-masing bermuatan q1 dan q2 yang besar dan jenisnya tedak
diketahui, terpisah sejauh x. Diantara kedua muatan itu dan pada garis hubungnya
terdapat titik P pada jarak 1/3 x dari q1. Jika medan listrik di titik P sama dengan nol,
maka .....

1/3 X
Q1 P
Q2
X

A. q1 dan q2 adalah muatan-muatan yang tidak sejenis


B. potensial dititik P yang disebabkan oleh q1 dan q2 sama
C. besar muatan q1 = 3 kali besar muatan q2 dan sejenis
D. besar muatan q1 = 4 kali besar muatan q2 dan sejenis
E. besar muatan q1 = 1/4 kali besar muatan q2 dan sejenis

11.2 Listrik Dinamis


Atom dan elektron
Kita potong-potong suatu benda padat, misalnya tembaga, kedalam bagian-bagian yang
selalu lebih kecil, dengan demikian maka pada akhirnya kita dapatkan suatu atom. Kata
atom berasal dari bahasa Yunani dan berarti “tidak dapat dibagi”.
Dalam beberapa waktu kemudian barulah dapat ditemukan buktinya melalui percobaan,
bahwa benda padat tersusun atas atom. Dari banyak hasil percobaan ahli fisika seperti
Rutherforddan Bohr menarik kesimpulan, bahwa suatu atom harus tersusun mirip
seperti sistim tata surya kita (gambar 11.15).

188
Planet
Lintasan planet

Matahari

Gambar 11.15 Model sistim tata surya

Dari gambaran model ini atom terdiri atas matahari sebagai inti atom dan disekitar inti
pada lintasan berbentuk lingkaran atau ellips beredar planet sebagai elektron-elektron.
Lintasannya mengelilingi inti dan membentuk sesuatu yang disebut dengan kulit
elektron (gambar 11.16).

Elektron
Inti atom
Lintasan

Gambar 11.16Model atom

Elektron-elektron pada kulit terluar disebut elektron valensi, mereka terletak paling
jauh dari inti dan oleh karena itu paling baik untuk dipengaruhi dari luar.

Muatan listrik - Pembawa muatan


Elektron mengelilingi inti atom dengan kecepatan yang sangat tinggi ( 2200 km/det.).
Pada gerakan melingkar, meski berat elektron tidak seberapa, maka disini harus
bertindak suatu gaya sentrifugal yang relatip besar, yang bekerja dan berusaha untuk
melepaskan elektron keluar dari lintasannya. Sekarang tenaga apakah yang menahan
elektron tetap pada lintasannya mengitari inti ?
Tenaga yang menahan bumi tetap pada lintasannya adalah grafitasi. Grafitasi antara
elektron-elektron dan inti atom belum mencukupi, sebagaimana terbukti secara
perhitungan, dan tidak dapat menahan elektron-elektron yang terjauh untuk tetap pada
lintasannya. Oleh karena itu disini harus bertindak suatu tenaga lain, yaitu tenaga listrik.

Diantara inti atom dan elektron terdapat tenaga listrik.

Tenaga listrik semacam ini sederhana membuktikannya. Kita gosokkan penggaris mika
(bahan sintetis/plastik) dengan suatu kain wol, maka pada bahan ini bekerja suatu gaya
tarik terhadap kertas, yang pada prinsipnya lebih besar daripada tenaga gravitasi.

Yang bertanggung jawab terhadap tenaga listrik kita sebut muatan


listrik.

189
Terhadap inti atom, elektron bersifat menjalankan suatu tenaga listrik. Jadi elektron
memiliki muatan listrik. Kita katakan elektron sebagai suatu pembawa muatan.
Oleh karena inti atom juga mempunyai sifat menjalankan tenaga listrik, maka inti atom
juga mempunyai muatan listrik.
Hal ini terbukti bahwa elektron-elektron tidak saling tarik-menarik, melainkan tolak-
menolak. Demikian pula tingkah laku inti atom (gambar 11.17).
a b c

Inti atom Elektron Elektron-elektron Inti-inti atom

Gambar 11.17 Efek dinamis antara: a) inti atom dan elektron


b) elektron-elektron
c) inti-inti atom

Oleh karena elektron-elektron saling tolak-menolak, inti atom dan elektron saling tarik-
menarik, maka inti atom harus berbeda muatan dengan elektron, artinya membawa
suatu jenis muatan yang berbeda dengan muatan elektron.
Muatan inti atom dinamakan muatan positip dan muatan elektron dinamakan muatan
negatip. Dengan demikian untuk muatan listrik berlaku :

Muatan-muatan yang sama saling tolak-menolak, muatan-muatan


yang berbeda saling tarik-menarik.

- - + + + -
Muatan Muatan Muatan
negatip positip tidak sama

Gambar 11.18 Efek dinamis muatan-muatan listrik

Atom netral - Susunan atom


Atom hidrogen memperlihatkan susunan yang paling sederhana. Terdiri atas sebuah
elektron dan sebuah proton (biasa disebut inti atom).
Elektron sebagai pembawa muatan listrik terkecil dinamakan muatan elementer.

Elektron adalah pembawa muatan elementer negatip, proton


merupakan pembawa muatan elementer positip.

a b
Elektron

Elektron Netron
+ + Proton
+ +
+ +

Proton

Lintasan

190
Gambar 13.19 Gambar skema atom:
a) atom hidrogen
b) atom karbon

Muatan elementer negatip elektron sama besarnya dengan muatan elementer positip
proton. Oleh karenanya muatan-muatan atom memiliki pengaruh yang persis sama.
Atom secara listrik bersifat netral.

Atom netral terdiri atas muatan positip yang sama banyaknya dengan
muatan negatip.

Atom karbon misalnya memiliki 6 elektron dan juga 6 proton. Selain proton inti atom
juga mengandung bagian yang secara listrik bersifat netral, yang biasa disebut dengan
netron. Proton dan netron menentukan berat atom yang sebenarnya .
Atom yang lain semuanya berjumlah 103 buah dengan susunan yang hampir sama.
Pembagian elektron pada lintasan elektron berdasarkan pada aturan tertentu. Namun
jumlah elektron tetap selalu sama dengan jumlah proton.

Ion
Atom kehilangan sebuah elektron, dengan demikian maka atom tersebut memiliki lebih
banyak muatan positipnya daripada muatan negatip. Atom yang secara utuh bermuatan
positip, melaksanakan suatu reaksi listrik, yaitu menarik muatan negatip.
Atom yang ditambah/diberi sebuah elektron, maka secara utuh dia bermuatan negatip
dan menarik muatan positip.
Atom yang bermuatan seperti ini sebaliknya dapat juga menarik muatan yang berbeda,
berarti atom tersebut bergerak. Atas dasar inilah maka atom seperti ini dinamakan ion
(ion = berjalan, bhs. Yunani).

Atom bermuatan positip maupun negatip atau kumpulan atom disebut


ion.

- - -
-
+ + +

Atom netral Ion positip Ion negatip


Gambar 11.20 Skema pembentukan ion

Dapat disimpulkan bahwa :

Kelebihan elektron menghasilkan muatan negatip, kekurangan


elektron menghasilkan muatan positip.

Arus listrik
Arus listrik pada dasarnya merupakan gerakan muatan secara
langsung.

191
Pembawa muatan dapat berupa elektron-elektron maupun ion-ion.
Arus listrik hanya dapat mengalir pada bahan yang didalamnya tersedia pembawa
muatan dengan jumlah yang cukup dan bebas bergerak.

Penghantar, bukan penghantar, semi penghantar


Penghantar - Mekanisme penghantar
Bahan yang memiliki banyak pembawa muatan yang bebas bergerak
dinamakan penghantar.

Kita bedakan antara:


Penghantar elektron
Yang termasuk didalamnya yaitu logam seperti misalnya tembaga, alumunium, perak,
emas, besi dan juga arang.
Atom logam membentuk sesuatu yang disebut struktur logam. Dimana setiap atom
logam memberikan semua elektron valensinya (elektron-elektron pada lintasan terluar)
dan juga ion-ion atom positip.
+ + +

- -
-
+ + +
-
- + + +
- -
-
- -
+ + +
- -
+ + +
-
- -
-
+ + +
Ion-ion atom
Elektron-elektron bebas
Gambar 11.21 Kisi-kisi ruang suatu logam dengan awan elektron

Ion-ion menempati ruang dengan jarak tertentu serta sama antara satu dengan yang lain
dan membentuk sesuatu yang disebut dengan kisi-kisi ruang atau pola geometris atom-
atom (gambar 11.21).
Elektron-elektron bergerak seperti suatu awan atau gas diantara ion-ion yang diam dan
oleh karenanya bergerak relatip ringan didalam kisi-kisi ruang.
Elektron tersebut dikenal sebagai elektron bebas. Awan elektron bermuatan negatip
praktis termasuk juga didalamnya ion-ion atom yang bermuatan positip.

Sepotong tembaga dengan panjang sisinya 1 cm memiliki kira-kira 1023 (yaitu satu
dengan 23 nol) elektron bebas. Melalui tekanan listrik dengan arah tertentu, yang dalam
teknik listrik dikenal sebagai tegangan, elektron-elektron bebas dalam penghantar
digiring melalui kisi-kisi (gb. 11.22). Dengan demikian elektron-elektron penghantar
mentransfer muatan negatipnya dengan arah tertentu. Biasa disebut sebagai arus listrik.

Dapat disimpulkan bahwa :

Arus listrik (arus elektron) dalam suatu penghantar logam adalah


merupakan gerakan elektron bebas pada bahan penghantar dengan
arah tertentu. Gerakan muatan tidak mengakibatkan terjadinya
perubahan karakteristik bahan.
192
- - -
+ + + +
+
-
- - - Tekanan listrik Gambar 11.22
+
+ + + + (Tegangan) Mekanisme penghantar
-
+
-
+
- logam
+ + +
- - - -

Ion atom Elektron-elektron bebas

Kecepatan arus tergantung pada rapat arus. Penghantar logam dengan beban biasa
maka kecepatan elektronnya hanya sebesar  3 mm/detik, tetapi gerakan elektron
tersebut menyebarkan impuls tumbukan mendekati dengan kecepatan cahaya
c=300.000 km/detik. Oleh karenanya dibedakan disini antara kecepatan impuls dan
kecepatan elektron.

Contoh
a) Berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh elektron pada suatu penghantar kawat
untuk kembali ke tempatnya semula ? Panjang kawat  =1200 m dengan kecepatan
sedang =3 mm/s
b) Berapa lama waktu yang dibutuhkan impuls untuk jarak yang sama ?

 
Jawaban : a) Kecepatan: v = ; Waktu: t =
t v
1200 m 400.000
t= = 400.000 s = h = 111 jam
0,003 m/s 3600

b) t =
v
1200 m 4
t= = s = 0,000004 s
300.000.00 0 m/s 1000.000

Penghantar ion
Termasuk disini yaitu elektrolit (zat cair yang menghantarkan arus), peleburan (misal
peleburan alumunium) dan ionisasi gas. Sebagai pembawa muatan dalam hal ini adalah
ion positip dan ion negatip. Biasa disebut sebagai arus ion.
Arus listrik (arus ion) didalam suatu elektrolit, peleburan atau ionisasi
gas adalah merupakan gerakan terarah ion-ion bahan/zat cair. Dalam
hal ini termasuk juga sebagai transfer bahan/zat.

Bukan penghantar
Bahan yang hanya memiliki sedikit pembawa muatan dan terikat
dalam molekul tersendiri, dinamakan bahan bukan penghantar.

Termasuk dalam hal ini yaitu bahan padat, seperti bahan sintetis, karet, kaca, porselen,
lak, kertas, sutera, asbes, dan zat cair, seperti air murni, oli, fet, dan juga ruang hampa
termasuk disini gas (juga udara) dengan aturan tertentu. Bahan-bahan tersebut
sebagian juga dikenal sebagai bahan isolasi, dengan demikian maka dapat mengisolasi
bahan yang berarus listrik.

193
Semi penghantar
Semi penghantar adalah bahan yang setelah mendapat pengaruh dari
luar maka elektron valensinya lepas dan dengan demikian mampu
menghantarkan listrik.
Termasuk disini yaitu silisium, selenium, germanium dan karbon oksida.

Pada temperatur rendah, elektron valensi bahan tersebut terikat sedemikian rupa
sehingga tidak ada elektron bebas didalam kisi-kisi. Jadi dalam hal ini dia bukan sebagai
bahan penghantar.
Melalui pemanasan, sebagian elektron terlepas dari lintasannya, dan menjadi elektron
yang bergerak dengan bebas. Dengan demikian maka menjadi suatu penghantar. Juga
melalui pengaruh yang lainnya, seperti misalnya cahaya dan medan magnit
mengakibatkan perubahan sifat kelistrikan bahan semi penghantar.

Arus elektron
Gambar 11.23
Model suatu
rangkaian arus

Pembangkit Penghantar Beban


tegangan (lampu)

Arus Listrik
Dalam konduktor logam terdapat elektron-elektron yang bebas dan mudah untuk
bergerak sedangkan pada konduktor elektrolit, muatan bebasnya berupa ion-ion positif
dan negatif yang juga mudah bergerak. Bila dalam konduktor ada medan listrik maka
muatan muatan tersebut bergerak dan gerakan dari muatan-muatan ini yang dinamakan
arus listrik.
Arah arus listrik diperjanjikan searah dengan gerakan muatan-muatan positif. Arah arus
listrik adalah dari benda bermuatan positif ke benda bermuatan negatif. Sedangkan
aliran elektron adalah dari benda bermuatan negatif ke benda bermuatan positif.
Bila medan yang menyebabkan gerakan-gerakan muatan tersebut arahnya tetap akan
dihasilkan arus searah; sebaliknya bila medan listrik arahnya bolak-balik maka akan
dihasilkan arus bolak-balik secara harmonik, hasilkan arus bolak-balik (AC- Alternating
Current).

Kuat Arus
Kuat arus ( i ) di definisikan sebagai Jumlah muatan yang mengalir melalui suatu
penampang persatuan waktu.
Karena arah arus adalah searah dengan arah muatan positif, maka jumlah muatan yang
lewat adalah jumlah muatan positif.
dq
i=
dt

dq = jumlah muatan (Coulomb)


dt = selisih waktu (detik)
i = kuat arus

194
Satuan dari kuat arus adalah Coulomb/detik yang disebut juga : Ampere.
Ditinjau dari dari suatu konduktor dengan luas penampang A dalam suatu interval
waktu dt, maka jumlah muatan yang lewat penampang tersebut adalah jumlah muatan
yang terdapat dalam suatu silinder dengan luas penampang A, yang panjangnya V dt.

Gambar 11.24 Suatu konduktor dengan luas penampang A dalam suatu


interval waktu dt, maka jumlah muatan yang lewat penampang tersebut
adalah jumlah muatan yang terdapat dalam suatu silinder dengan luas
penampang A, yang panjangnya V dt

Bila n adalah partikel persatuan volume dan e muatan tiap partikel.

dq = n.e.V.A.dt

sehingga diperoleh besarnya :

dq
i= = n. e.V . A
dt

Rapat arus J didefinisikan sebagai kuat arus persatuan luas. Satuan rapat arus adalah
Ampere/m2.
i
J = = n. e.V
A

Hukum Ohm
Hubungan antara tegangan, kuat arus dan hambatan dari suatu konduktor dapat
diterangkan berdasarkan hukum Ohm.
Dalam suatu rangkaian listrik, kuat arus berbanding lurus dengan beda potensial
antara kedua ujung-ujungnya dan berbanding terbalik dengan besarnya hambatan
kawat konduktor tersebut.

Hambatan kawat konduktor biasanya dituliskan sebagai “R”.

Gambar 11.25 Sebuah resistor diberikan beda potensial VAB mengalir arus sebesar i

V AB
i=
R
dengan:
I = kuat arus (Ampere)
VAB= beda potensial titik A dan titik B (Volt)
R = hambatan (Ohm)

195
Hambatan Suatu Penghantar
Suatu penghantar panjangnya l, Luas penampangnya A dan hambatan jenis 𝜌.

Gambar 11.26 Besarnya hambatan suatu penghantar panjangnya l, Luas penampangnya


A dan hambatan jenis 𝜌

Besarnya hambatan dari penghantar/konduktor tersebut dinyatakan dalam


l
R = .
A

Dari hubungan diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Hambatan berbanding lurus dengan panjang konduktor.
2. Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang konduktor.
3. Hambatan berbanding lurus dengan resistivitas atau hambat jenis dari konduktor
tersebut.

Harga dari hambat jenis/resistivitas antara nol sampai tak terhingga.


= 0 disebut sebagai penghantar sempurna (konduktor ideal).
 = ~ disebut penghantar jelek (isolator ideal).

Hambatan suatu konduktor selain tergantung pada karakteristik dan geometrik benda
juga tergantung pada temperatur. Sebenarnya lebih tepat dikatakan harga resistivitas
suatu konduktor adalah tergantung pada temperatur.

Grafik hambat jenis lawan temperatur untuk suatu konduktor memenuhi hubungan :
(t) = 0 + at + bt 2 + ...
(t) = hambat jenis pada suhu t 0 C
0 = hambat jenis pada suhu 0 0 C
a, b = konstanta.

Untuk suhu yang tidak terlampau tinggi, maka suhu t 2 dan pangkat yang lebih tinggi
dapat diabaikan sehingga diperoleh :
𝑎. 𝑡. 𝜌0
𝜌(𝑡) = 𝜌0 + 𝑎. 𝑡 = 𝜌0 +
𝜌0

196
𝜌(𝑡) = 𝜌0 (1 + 𝛼. 𝑡) 𝛼 = koefisien suhu hambat jenis

Karena hambatan berbanding lurus dengan hambat jenis, maka diperoleh :

R(t) = R0 ( 1 + .t )

Susunan Seri Hambatan

Gambar 11.27 Susunan seri hambatan

Bila tahanan-tahanan : R1, R2, R3, ...


disusun secara seri, maka :
Kuat arus (i) yang lewat masing-masing tahanan sama besar :
⎯→i = i1 = i2 = i3 = ....
⎯→VS = Vad = Vab + Vbc + Vcd + ...
⎯→RS = R1 + R2 + R3 + ...

Susunan Paralel Hambatan

Gambar 11.28 Susunan seri hambatan

Bila disusun secar paralel, maka :


⎯→ Beda potensial pada masing-masing ujung tahanan besar ( VA = VB ).
⎯→ i + i1 + i2 + i3 + ....
1 1 1 1
⎯→ = + + +...
R p R1 R2 R3

Alat Ukur Kuat Arus, Beda Tegangan dan Tahanan


a. Jembatan wheatstone
Dipakai untuk mengukur besar tahanan suatu penghantar.

R5

Gambar 11.29 Rangkaian jembatan Wheatstone

197
Jembatan wheatstone terdiri dari empat tahanan disusun segi empat dan Galvanometer.
Rangkaian jembatan wheatstone dirumuskan:

RX . R2 = R1 . R3

• R1 dan R2 biasanya diketahui besarnya.


• R3 tahanan yang dapat diatur besarnya sehingga tidak ada arus yang mengalir lewat
Galvanometer.
• RX tahanan yang akan diukur besarnya.
Bila arus yang lewat G = 0, maka hambatan R5 diabaikan (R5= ~) dan berlaku
persamaan:

RX . R2 = R1 . R3

R1 . R3
RX =
R2
b. Amperemeter/Galvanometer
Alat ini:
• Dipakai untuk mengukur kuat arus.
• Mempunyai hambatan yang sangat kecil.
• Dipasang seri dengan alat yang akan diukur.

Untuk mengukur kuat arus yang sangat besar (melebihi batas ukurnya) dipasang
tahanan SHUNT paralel dengan Amperemeter (alat Amperemeter dengan tahanan Shunt
disebut AMMETER)

Gambar 11.30 Amperemeter dengan tahanan Shunt

Sebuah Amperemeter yang mempunyai batas ukur maksimum I Ampere dan tahanan
dalam Rd Ohm, supaya dapat dipakai untuk mengukur arus yang kuat arusnya n x i
Ampere harus dipasang Shunt sebesar:
1
RS = Rd
n −1
c. Voltmeter
Alat ini :
• Dipakai untuk mengukur beda potensial.
• Mempunyai tahanan dalam yang sangat besar.
• Dipasang paralel dengan alat (kawat) yang hendak diukur potensialnya.
Untuk mengukur beda potensial yang melebihi batas ukurnya, dipasang tahanan depan
seri dengan Voltmeter.

Gambar 11.31 Voltmeter dengan tahanan depan Rv


198
Untuk mengukur beda potensial n × batas ukur maksimumnya, harus dipasang tahanan
depan (RV):
Rv = ( n - 1 ) Rd

Energi Listrik (Hukum Joule)


Karena gerakan muatan-muatan bebas yang menumbuk partikel yang tetap dalam
penghantar, maka terjadi perpindahan energi kinetik menjadi energi kalor, sehingga
penghantar menjadi panas. Hubungan antara gerakan muatan yang disebabkan oleh
kuat medan dengan panas yang ditimbulkan, berdasarkan Joule :
1. Tahanan kawat penghantar.
2. Pangkat dua kuat arus dalam kawat penghantar.
3. Waktu selama arus mengalir.

W=i2.r.t=V.i.t

Dengan W = Jumlah Kalor (Joule), i = Kuat arus yang mengalir (Ampere), r = Tahanan
kawat penghantar (Ohm), t = Waktu (detik), V = Beda potensial antara dua titik A dan B
(Volt).
Karena : 1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori

W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori

Daya
Daya adalah banyaknya usaha listrik (energi listrik) yang dapat diserap atau dilepaskan
tiap detik. Simbol daya adalah P, berasal dari kata Power. Satuan daya dalam SI adalah
Watt. 1 Watt = 1 Joule/s.
𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
𝐷𝑎𝑦𝑎 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑊
𝑃=
𝑡
V .i.t
P= = V .i
t
𝐼 2 . 𝑅. 𝑡
𝑃= = 𝐼2. 𝑅
𝑡
𝑉2
𝑃=
𝑅

Rangkaian Arus Searah


Arus searah dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber, antara lain :
1. Elemen Elektronika
2. Thermo elemen
3. Generator arus searah

a. Elemen Elektrokimia
Adalah elemen yang dapat menghasilkan energi listrik dari energi kimia selama reaksi
kimia berlangsung. Elemen ini terdiri dari elektroda-elektroda positif (Anoda), elektroda
negatif (Katoda) dan elektrolit.
199
Macam-macam elemen elektrokimia
1) Elemen Primer: elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah
sejumlah energi dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-
elektroda sebuah elemen karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada
elektroda-elektroda tersebut. Untuk menghilangkan proses polarisasi itu
ditambahkan suatu zat depolarisator. Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator,
dibedakan dua macam elemen primer :
1. Elemen yang tidak tetap: elemen yang tidak mempunyai depolarisator,
misalnya pada elemen Volta.
2. Elemen tetap: elemen yang mempunyai depolarisator. misalnya : pada elemen
Daniel, Leclanche, Weston, dll.

2) Elemen Sekunder : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah


dialiri arus dari sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang
dihasilkan, misalnya : Accu.
Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah
Pb; sedangkan sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.
− Banyaknya muatan yang dapat disimpan dalam akumulator dinyatakan dalam
tenaga akumulator (kapasitas akumulator) yaitu : Jumlah maksimum muatan
listrik yang dapat disimpan dalam akumulator.
Biasanya dinyatakan dalam :
Ampere - jam (Ah = Ampere hour)
1 Ah = 3600 Coulomb.
− Daya guna akumulator.
Tidak semua energi listrik yang dikeluarkan oleh akumulator dapat
dipergunakan, sehingga dikenal istilah daya guna efisiensi rendeman = ,
yaitu :

Tenaga Berguna
𝜂= × 100%
Tenaga Total

3) Elemen Bahan Bakar : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi
kimia bahan bakar yang diberikan secar kontinue menjadi energi listrik.
Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan
angkasa.

b. Thermo Elemen
Thermo Elemen adalah elemen yang dapat menghasilkan energi listrik dari kalor dengan
cara pemanasan pada pasangan-pasangan logam tertentu. Dasar dari thermoelemen ini
adalah penemuan dari :
- Seebeck : yaitu mengenai terjadinya arus listrik karena perbedaan suhu pada logam.
- Peltier : yang menemukan bahwa pada suhu yang sama, logam yang berlainan
mempunyai kelincahan elektron bebas yang berbeda.

c. Generator Arus Searah


Generator adalah alat untuk menghasilkan listrik dari energi mekanik.

200
Gaya Gerak Listrik
Gaya gerak listrik (GGL) adalah besarnya energi listrik yang berubah menjadi energi
bukan listrik atau sebaliknya, jika satu satuan muatan melalui sumber itu, atau kerja
yang dilakukan sumber arus persatuan muatan. Satuan gaya gerak listrik adalah
Joule/Coulomb = Volt.

dW
Gaya Gerak Listrik, =
dq

GGL bukan merupakan besaran vektor, tetapi GGL diberi arah dan di dalam sumber arus,
arahnya dari kutub negatif ke kutub positif.

Gambar 11.32 Simbol Gaya Gerak Listrik (GGL)

Persamaan Rangkaian Arus Searah

Gambar 11.33 Sumber arus 𝜀 dan tahanan dalam (r) mengalirkan arus i ke suatu
tahanan luar R

Elemen yang mempunyai sumber arus 𝜀 dan tahanan dalam (r) ditutup oleh kawat yang
mempunyai tahanan luar R, akan menghasilkan kuat arus yang besarnya :

i=

R+r

Bila beberapa elemen (n buah elemen) yang masing-masing mempunyai GGL  Volt
disusun secara seri, kuat arus yang timbul :

Gambar 11.34 Rangkaian seri GGL

GGL pengganti 𝜀𝑠 = 𝑛 𝜀

Hambatan dalam pengganti 𝑟𝑠 = 𝑛 𝑟


𝜀𝑠
𝑖=
𝑟𝑠 + 𝑅
𝑛𝜀
𝑖=
𝑛𝑟+𝑅

201
Bila beberapa elemen (m buah elemen) yang masing-masing mempunyai GGL, Volt dan
tahanan dalam r disusun secara paralel, kuat arus yang timbul :

Gambar 11.35 Rangkaian Paralel GGL

GGL pengganti paralel 𝜀𝑝 = 𝜀

𝑟
Hambatan dalam pengganti paralel 𝑟𝑝 = 𝑛
𝜀𝑝 𝜀
𝑖= =𝑟
𝑟𝑝 + 𝑅 +𝑅 𝑛
Tegangan Jepit
Tegangan jepit adalah beda potensial kutub-kutub sumber arus bila sumber itu dalam
rangkaian tertutup/mencatu beban. Jadi tegangan jepit sama dengan selisih potensial
antara kedua ujung kawat penghubung yang dilekatkan pada kutub-kutub dengan
jepitan.

Tegangan jepit VAB= i . R

Pengertian GGL dan tegangan jepit dapat dijelaskan dengan menggunakan rangkaian
seperti pada gambar 12.26 ketika saklar terbuka, tidak ada arus yang mengalir, sehingga
tidak ada beda tegangan pada hambatan dalam r, dan tegangan yang diukur oleh
voltmeter sama dengan GGL 𝜀.

Voltmeter

Saklar r

a b a b
𝜀
Baterai

Lampu pijar
R

Gambar 11.36 Rangkaian untuk mengukur GGL dan tegangan jepit sebuah baterai

Ketika saklar ditutup kuat arus i yang mengalir dari baterai, sehingga ada beda tegangan
Ir pada hambatan dalam r. Tegangan yang diukur oleh voltmeter sama dengan tegangan
jepit VAB, dengan

202
𝑉𝐴𝐵 = 𝜀 − 𝐼𝑟

Tegangan jepit 𝜀 juga dapat dihitung dari hambatan luar lampu R dengan menggunakan
hukum Ohm:

𝑉𝐴𝐵 = 𝐼𝑅

Gaya gerak listrik adalah tegangan pada ujung-ujung baterai saat baterai tidak
dihubungkan ke beban, sedangkan tegangan jepit VAB adalah tegangan pada ujung-ujung
baterai saat baterai mencatu arus ke beban.

Hukum Kirchhoff
1. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang ):
a. Kuat arus dalam kawat yang tidak bercabang dimana-mana sama besaranya.
b. Jumlah arus yang menuju suatu titik cabang sama dengan jumlah arus yang
meninggalkannya.

Gambar 11.37 Arus listrik pada titik percabangan

Bila P adalah cabangnya, maka:

i masuk = i keluar

i1 + i2 + i3 = i 4 + i5

2. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu )


Dalam suatu rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (GGL) dalam satu
rangkaian tertutup (Loop) sama dengan jumlah aljabar tegangan jatuh (hasil kali i ×
R).
  =  i.R

Untuk menuliskan persamaan diatas, perlu diperhatikan tanda dari pada GGL, yaitu
sebagai berikut:

: positif

: negatif

Dimana: arah i adalah arah acuan dalam loop itu. Sebagai contoh daripada
pemakaian Hukum Kirchoff misalnya dari rangkaian listrik di bawah ini :

203
Gambar 11.38 Rangkaian contoh pemakaian hukum Kirchoff

Misalkan hendak menghitung besarnya arus yang mengalir pada masing-masing


tahanan.
Maka langkah yang harus dilakukan:
− Tentukan masing-masing arus yang mengalir pada R1, R2, R3, R4, R5 dan Rd adalah
i1, i2, i3, i4, i5 dan I
− Arah referensi pada masing-masing I loop adalah : arah searah dengan jarum jam.
− Arus yang searah dengan arah perumpamaan/referensi dianggap positif.
Hukum kirchoff II.

Gambar 11.39 Rangkaian contoh pemakaian hukum Kirchoff dengan asumsi


arah loop dan arah arus

Pada loop I : i1 R1 - I3 R3 - I2 R2 = 0.....................( 1 )


Pada loop II : i4 R4 + i3 R3 - i5 R5 = 0....................( 2 )
Pada loop III ; i2 R2 + i5 R5 + i.r= .....................( 3 )

Hukum Kirchoff I .
Pada titik A : i = i1 + i2...........................................( 4 )
Pada titik D : i4 + i5 = i...........................................( 5 )
Pada titik C : i2 = i3 + i5..........................................( 6 )

Dengan 6 buah persamaan di atas, dapat dihitung i1 ; i2 ; i3 ; i4 ; i5 dan i .

204
Elektrolisa
Elektrolisa adalah peristiwa terurainya larutan elektrolit (larutan asam, basa dan
garam) karena adanya arus listrik, larutan elektrolit adalah suatu penghantar listrik,
karena didalamnya terdapat muatan-muatan bebas yang berupa ion-ion positif dan
negatif yang mudah sekali bergerak bila dikenai medan listrik. Mudah terurainya zat
elektrolit di dalam larutan, adalah karena di dalam larutan gaya tarik-menarik (gaya
coulomb) antara ion positif dan negatif menjadi sangat berkurang (permitivitas air jauh
lebih kecil daripada udara).
Pada elektrolisa larutan AgNO3, ion Ag+ yang telah terurai dari molekul AgNO3 akan
bergerak ke kutub negatif (katode = K) dan di sini akan memperoleh satu elektron
sehingga atom Ag yang netral, dan demikian juga ion (NO3)- akan pergi kekutub positif
(Anoda = A) yang akan memberikan elektronnya sehingga menjadi gugusan sisa asam
yang netral. Banyaknya zat yang diendapkan pada peristiwa elektrolisa telah dapat
dihitung oleh Faraday.

11.40 Elektrolisa larutan AgNO3

Hukum Faraday I
“Massa zat yang diendapkan selama proses elektrolisa sebanding dengan jumlah muatan
listrik yang melalui larutan itu”
m=z.q
atau
m=z.I.t
dimana:
m = massa zat yang diendapkan.
q = I . t = jumlah muatan listrtik yang melalui larutan.
z = tara Kimia listrik zat, yaitu massa zat yang dipisahkan oleh muatan 1 coulomb
selama proses elektrolisa satuan kg/coulomb.

Hukum Faraday II
“ Massa sebagai zat yang dipisahkan oleh suatu arus listrik pada proses elektrolisa
berbanding lurus dengan tara kimia listrik masing-masing “ .
Misalkan zat A dan B bersama-sama dipisahkan oleh suatu arus listrik yang besarnya
sama dan dalam waktu yang sama pula, maka :

mA : m B = z A : zB

BA = berat atom ; v = valensi atom


BA/v = berat ekivalen

205
BA A BAB
zA : z B = :
vA vB

Pelaksanaan praktis pada peristiwa elektolisa ialah pada voltmeter yang dapat
digunakan untuk :
1. Mengukur kuat arus (i) dengan jalan elektrolisa suatu larutan garam
2. Menentukan tara kimia listrik zat
3. Menentukan muatan listrik terkecil (muatan elemeter)
4. Memperoleh logam murni dari garam-garam atau Hidroksida logam tersebut
5. Menyepuh
Macam-macam voltmeter yang sering dipergunakan adalah : voltmeter perak, voltmeter
tembaga, voltmeter Hoffman (voltmeter gas H2)

B. TUGAS
1. Arus sebesar 5 Amper mengalir dalam penghantar metal, berapa coulomb besar
muatan q yang berpindah selama 1 menit.
2. Kuat arus sebesar 8 ampere mengalir melalui penghantar. Berapa jumlah elektron
yang bergerak melalui penghantar tersebut tiap menit, jika muatan 1 elektron = 1,6 .
10-19 C.
3. Metode ampermeter-voltmeter dipasang sedemikian rupa untuk maksud
mengetahui besar hambatan R. Ampermeter A dipasang seri terhadap R dan
menunjukkan 0,3 A. Voltmeter V dipasang pararel terhadap R dan menunjukkan
tegangan sebesar 1,5 volt. Hitung besar hambatan R.
4. Sepotong penghantar yang panjangnya 10 meter berpenampang 0,5 mm2
mempunyai hambatan 50 ohm. Hitung hambatan jenisnya.
5. Hambatan kawat pijar pada suhu 0 0C adalah 6 ohm. Berapa hambatannya pada suhu
10000 c, jika koefesien suhu  = 0,004.
6. Hambatan berapa ohm harus dihubungkan pararel dengan hambatan 12 ohm agar
menghasilkan hambatan pengganti sebesar 4 ohm.
7. Berapa banyak hambatan 40 ohm harus dipasang pararel agar menghasilkan arus
sebesar 15 amper pada tegangan 120 volt.
8. Baterai 24 volt dengan hambatan dalam 0,7 ohm dihubungkan dengan rangkaian 3
kumparan secara pararel, masing-masing dengan hambatan 15 ohm dan kemudian
diserikan dengan hambatan 0,3 ohm. Tentukan :
a. Buatlah sketsa rangkaiannya.
b. Besar arus dalam rangkaian seluruhnya.
c. Beda potensial pada rangkaian kumparan dan antara hambatan 0,3 ohm.
d. Tegangan baterai pada rangkaian.
9. Hambatan yang disusun seperti pada gambar dibawah ini, dipasang tegangan 30 volt.
Tentukanlah :
a. Hambatan penggantinya.
b. Arus pada rangkaian.

206
10. Dua baterai mempunyai potensial masing-masing 25 volt dan 10 volt. Hambatan
dalam masing-masing baterai adalah 0,4 ohm dan 1 ohm, kedua baterai tersebut
dihubungkan seri dengan hambatan R = 2,5 ohm, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini. Tentukanlah :
a. Arus I pada rangkaian.
b. Misalkan potensial di a = 0, cari potensial relatif di b dan c.
c. Hitung beda potensial antara titik-titik a dan b , b dan c, c dan a.

11. Hitung usaha dan daya rata-rata yang diperlukan untuk memindahkan muatan
96.000 coulomb dalam waktu 1 jam pada beda potensial 50 volt.
12. Kuat arus yang sebenarnya 5 ampere mengalir dalam konduktor yang mempunyai
hambatan 20 ohm dalam waktu 1 menit. Tentukanlah :
a. Besar energi listrknya.
b. Besar daya listriknya.
13. Sebuah Voltmeter yang mempunyai hambatan 1000 ohm dipergunakan untuk
mengukur potensial sampai 120 volt. Jika daya ukur voltmeter = 6 volt, berapa besar
hambatan multiplier agar pengukuran dapat dilakukan?
14. Sebuah galvanometer dengan hambatan 5 ohm dilengkapi shunt agar dapat
digunakan untuk mengukur kuat arus sebesar 50 ampere. Pada 100 millivolt jarum
menunjukkan skala maksimum. Berapa besar hambatan shunt tersebut.
15. Dalam larutan perak nitrat dialirkan arus 4 amper. Jika tara kimia listrik Ag = 1,12
mg/c, berapa mg perak yang dipisahkan dari larutan selama dialiri arus 50 detik.
16. Arus listrik 10 ampere dialirkan melalui larutan CuSO4. Berapa lama diperlukan
untuk memperoleh 50 gram tembaga murni. massa atom Cu = 63,5 Cu bervalensi 2.
17. Dari rangkaian di bawah ini, maka tentukan arus yang dihasilkan Baterai.

18. Hitunglah VAB

207
19. Pada gambar di samping. Hitunglah besar tentukan arah dari I1, I2 dan I3 ?

20. Sebuah bujursangkar ABCD dibuat dari kawat yang berbeda-beda, tahanan AB = 2
ohm, tahanan BC = 7 ohm, tahanan CD = 1 ohm. Tahanan DA = 10 ohm sedangkan
diagonal BD dihubungkan dengan tahanan dari 2 ohm. Titik A dihubungkan dengan
Kutub + dari elemen baterai yang tahanan dalamnya 1 ohm sedangkan titik C
dihubungkan dengan kutub - dari elemen tersebut. Kuat arus induk dari kutub +
elemen yang masuk ke titik A adalah 1 Ampere.
a. Berapa besar dan arah arus yang melalui diagonal BD.
b. Berapa besar dan arah arus yang lain pada setiap cabang.
c. Berapakah GGL elemen tersebut.

C. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif
1. Sebuah kapasitor keping sejajar berbentuk bujur sangkar dengan sisi 10 cm dan
jarak pemisah 1 mm. (a) hitung kapasitansinya (b) jika kapasitor ini dimuati hingga
12 V, berapa banyak muatan yang dipindahkan dari satu keping ke keping yang lain?
2. Kapasitor 2 𝜇𝐹 dan kapasitor 4 𝜇𝐹 terhubung seri diseberang baterai 18 V seperti
terlihat pada gambar. Carilah muatan pada kapasitor ini dan beda potensial di
seberang masing-masingnya!
3. Sebuah kawat nikrom (resistivitas 10-6 Ω.m) memiliki jari-jari 0,65 mm. Berapakah
panjang kawat yang dibutuhkan untuk memperoleh resistansi 2,0 Ω?
4. Perhatikan gambar berikut!
R1 R2
i1 i2
+ - + -
i3
v1 v2
+

10 V v3 R3 12 V

Diketahui: i3 = 2A
v2 = -10 V
R1 = 8  ;
R3 = 1 
Ditanya : i1, i2 = ...
R2 = ...

208
Jawaban Soal Tes Formatif:
1. (a) Kapasitansi:
𝜀0 𝐴 (8,85 𝑝𝐹/𝑚)(0,1 𝑚)2
𝐶= = = 8,85 × 10−11 𝐹
𝑑 0,001 𝑚
(b) Muatan yang dipindahkan
𝑄 = 𝐶𝑉 = (8,85 × 10−11 𝐹)(12 𝑉) = 1,06 × 10−9 𝐶

2. Kapasitor ekivalen
1 1 1 1 1 3
= + = + =
𝐶𝑒𝑞 𝐶1 𝐶2 2𝜇𝐹 4𝜇𝐹 4𝜇𝐹
4
𝐶𝑒𝑞 = 𝜇𝐹
3
Muatan pada masing-masing keping kapasitor ekivalen pada gambar adalah
4
𝑄 = 𝐶𝑒𝑞 𝑉 = ( 𝜇𝐹) (18 𝑉) = 24 𝜇𝐶
3
ini adalah besar muatan pada masing-masing keping kedua kapasitor semula. Beda
potensial di seberang kapasitor 2 𝜇𝐹 dengan demikian menjadi
𝑄 24 𝜇𝐶
𝑉1 = = = 12 𝑉
𝐶1 2 𝜇𝐹
𝑄 24 𝜇𝐶
𝑉2 = = = 6𝑉
𝐶2 4 𝜇𝐹
Perhatikan bahwa jumlah semua beda potensial ini adalah 18 V, seperti diinginkan.

3. Luas penampang lintang kawat ini adalah:


𝐴 = 𝜋𝑟 2 = (3,14)(6,5 × 10−4 𝑚)2 = 1,33 × 10−6 𝑚2
Kemudian panjang kawat:
𝑅𝐴 (2 Ω)(1,33 × 10−6 𝑚2 )
𝐿= = = 2,66 𝑚
𝜌 10−6 Ω. m

4. Penyelesaian:
Gunakan Hukum Kirchoff Tegangan (KVL) pada loop sebelah kiri :
-10 + v1 + v3 =0
-10 + i1.R1 + i3.R3 = 0
-10 + 8i1 +2.1 =0
8i1 = 8
i1 = 1A

Gunakan Humum Kirchoff Arus (KCL) pada titik simpul 1 :


im = i k
i1 = i 2 + i3
1 = i2 + 2
i2 = -1A

Gunakan hukum Ohm:


v − 10
R2 = 2 = = 10
i2 −1

209
BAB 12
MAGNET DAN ELEKTROMAGNET

1. Prinsip Kemagnetan
Magnetmemiliki dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Magnet memiliki sifat
pada kutub berbeda saat didekatkan akan saling tarik menarik (utara - selatan).
Tapi jika kutub berbeda didekatkan akan saling tolak-menolak (utara-utara atau
selatan-selatan). Batang magnet dibagian tengah antara kutub utara-kutub selatan,
disebut bagian netral. Bagian netral magnet artinya tidak memiliki kekuatan
magnet.

Gambar 12.1 Daerah netral pada magnet permanet

Logam besi bisa menjadi magnet secara permanen atau sementara dengan cara
induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa logam yang tidak bisa menjadi
magnet, misalnya tembaga, aluminium logam tersebut dinamakan diamagnetik.
Hukum coulomb untuk gaya antara dua kutub magnetik, menyatakan bahwa
“besarnya gaya tolak-menolak atau gaya tarik-menarik antara kutub-kutub magnet,
sebanding dengan kuat kutubnya masing-masing dan berbanding terbalik dengan
kuadrat jaraknya”.

𝑚1 𝑚2
𝐹=𝑘
𝑟2
Faktor proporsionalitas 𝑘, muncul tergantung pada medium dimana kutub-kutub
magnet berada, nilainya bervariasi, berbanding terbalik dengan permeabilitas
magnetik 𝜇 medium. Faktor k digunakan nilai 1 untuk permeabilitas ruang hampa 𝜇0 ,
sehingga
𝑘 = 1⁄𝜇0 = 1

Garis Gaya Magnet


Daerah disekitar magnet dimana benda lain masih mengalami gaya magnet
dinamakan dengan medan magnet.
Medan magnet dapat digambarkan dengan garis – garis gaya magnet yang keluar
dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan.
Garis Gaya Magnet adalah garis khayal yang keluar dari kutub utara magnet dan
masuk di kutub selatan magnet. Garis-garis ini berfungsi untuk membantu
memvisualisasikan medan magnet yang ada disekitar magnet. Selanjutnya disepakati
bahwa garis-garis gaya magnet keluar dari kutub utara dan masuk di kutub selatan.
Bumi merupakan magnet alam raksasa, buktinya mengapa kompas menunjukkan
arah utara dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi garis
gaya magnet yang tidak tampak oleh mata kita tapi bisa diamati dengan kompas

210
keberadaannya. Batang magnet memancarkan garis gaya magnet yang melingkupi
dengan arah dari utara ke selatan.

Gambar 12.2 : Garis medan magnet utara-selatan

Ujung kutub utara selatan muncul pola garis gaya yang kuat. Daerah netral pola garis
gaya magnetnya lemah. Pembuktian secara visual garis gaya magnet untuk sifat
tarik-menarik pada kutub berbeda dan sifat tolak-menolak pada kutub sejenis
dengan menggunakan magnet dan serbuk halus besi Gambar 12.3. Tampak jelas
kutub sejenis utara-utara garis gaya saling menolak satu dan lainnya. Pada kutub
yang berbeda utara-selatan, garis gaya magnet memiliki pola tarik menarik. Sifat
saling tarik menarik dan tolak menolak magnet menjadi dasar bekerjanya motor
listrik.

Gambar 12.3 Pola garis medan magnet tolak menolak dan tarik menarik

Untuk mendapatkan garis gaya magnet yang merata disetiap titik permukaan maka
ada dua bentuk yang mendasari rancangan mesin listrik. Bentuk datar (flat) akan
menghasilkan garis gaya merata setiap titik permukaannya. Bentuk melingkar
(radial), juga menghasilkan garis gaya yang merata setiap titik permukaannya
Gambar 12.4.

Gambar 12.4 Garis gaya magnetpada permukaan rata dan silinder

211
2. Medan Magnet/Induksi Magnet
a. Terjadinya medan magnet oleh arus listrik
Terjadinya medan magnetik disekitar arus listrik ditunjukkan oleh Hans Christian
Oersted melalui percobaan.
Percobaan yang dilakukan Oersted mengamati jarum kompas yang diletakkan di
bawah kawat yang dilalui arus listrik. Hasil percobaan diperlihatkan pada Gambar di
bawah ini. Gambar b memperlihatkan posisi jarum kompas ketika tidak dialiri arus,
jarum kompas menunjuk arah utara. Selanjutnya jarum kompas dialiri arus ke arah
utara seperti diperlihatkan pada Gambar a, akibatnya penunjukan jarum
menyimpang ke arah timur. Apabila jarus kompas dialiri arus ke arah selatan maka
penunjukan jarum menyimpang ke arah barat (Gambar c).

Gambar 12.5Jarum menyimpang akibat medan magnet

Sehingga arahmedan magnet/induksi medan magmetik disekitar arus listrik


bergantung pada arah arus listrik dan dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan.
Perhatikan gambar berikut!

Gambar 12.6 Medan magnet di sekitar kawat berarus

212
b. Medan Magnet Bumi
Bumi dipandang sebagai sebuah magnet batang yang besar yang membujur dari
utara ke selatan bumi. Magnet bumi memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan
selatan. Kutub utara magnet bumi terletak di sekitar kutub selatan bumi. Adapun
kutub selatan magnet bumi terletak di sekitar kutub utara bumi.
Magnet bumi memiliki medan magnet yang dapat mempengaruhi jarum kompas
dan magnet batang yang tergantung bebas. Medan magnet bumi digambarkan
dengan garis-garis lengkung yang berasal dari kutub selatan bumi menuju kutub
utara bumi.

Gambar 12.7 Letak magnet bumi menyimpang terhadap utara-selatan geografis

Magnet bumi tidak tepat menunjuk arah utara-selatan geografis. Penyimpangan


magnet bumi ini akan menghasilkan garis-garis gaya magnet bumi yang
menyimpang terhadap arah utara-selatan geografis.
Jika kita perhatikan kutub utara jarum kompas dalam keadaan setimbang tidak tepat
menunjuk arah utara dengan tepat. Penyimpangan jarum kompas itu terjadi karena
letak kutub-kutub magnet bumi tidak tepat berada di kutub-kutub bumi, tetapi
menyimpang terhadap letak kutub bumi. Hal ini menyebabkan garis-garis gaya
magnet bumi mengalami penyimpangan terhadap arah utara-selatan bumi.
Akibatnya penyimpangan kutub utara jarum kompas akan membentuk sudut
terhadap arah utara-selatan bumi (geografis). Sudut yangdibentuk oleh kutub utara
jarum kompas dengan arah utara-selatan geografis disebutdeklinasi (Gambar
bawah).
Pernahkah kamu memperhatikan mengapa kedudukan jarum kompas tidak
mendatar. Penyimpangan jarum kompas itu terjadi karena garis-garis gaya magnet
bumi tidak sejajar dengan permukaan bumi (bidang horizontal). Akibatnya, kutub
utara jarum kompas me- nyimpang naik atau turun terhadap permukaan bumi.
Penyimpangan kutub utara jarum kompas akan membentuk sudut terhadap bidang
datar permukaan bumi. Sudut yang dibentuk oleh kutub utara jarum kompas dengan
bidang datar disebut inklinasi (Gambar bawah). Alat yang digunakan untuk
menentukan besar inklinasi disebut inklinator.

Gambar 12.8 Sudut inklinasi dansudut deklinasi


213
3. Induksi Magnetik DiSekitar Kawat Berarus
a. Untuk Kawat Lurus Dan Panjang
Besarnya medan magnet disekitar kawat lurus panjang berarus listrik. Dipengaruhi
oleh besarnya kuat arus listrik dan jarak titik tinjauan terhadap kawat. Semakin
besar kuat arus semakin besar kuat medan magnetnya, semakin jauh jaraknya
terhadap kawat semakin kecil kuat medan magnetnya.

Gambar 12.9 medan magnet disekitar kawat lurus panjang berarus listrik

Berdasarkan perumusan matematik oleh Biot-Savart maka besarnya kuat medan


magnet disekitar kawat berarus listrik dirumuskan dengan:
𝜇0 . 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑎
Untuk jumlah N lilitan, maka
𝜇0 . 𝐼 𝑁
𝐵=
2𝜋𝑎
Dimana:
𝐵= Medan magnet dalam tesla ( T )
𝜇0 = permeabilitas ruang hampa
𝐼= Kuat arus listrik dalam ampere ( A )
𝑎= jarak titik P dari kawat dalam meter (m)

b. Untuk Kawat Melingkar


Besar dan arah medan magnet disumbu kawat melingkar berarus listrik dapat
ditentukan dengan rumus :

Gambar 12.10 medan magnet disekitar kawat melingkar berarus listrik

𝜇0 . 𝐼. 𝑎
𝐵𝑝 = sin 𝜃
2. 𝑟 2
Untuk jumlah N lilitan, maka
𝜇0 . 𝐼. 𝑎. 𝑁
𝐵𝑝 = sin 𝜃
2. 𝑟 2
Dimana
𝐵𝑝 = Induksi magnet di P pada sumbu kawat melingkar dalam tesla ( T)
𝐼= kuat arus pada kawat dalam ampere( A )
𝑎 = jari-jari kawat melingkar dalam meter( m )
𝑟 = jarak P ke lingkaran kawat dalam meter( m )
214
𝜃 = sudut antara sumbu kawat dan garis hubung P ke titik pada lingkaran kawat
dalam derajad (°)
𝑥 = jarak titik P ke pusat lingkaran dalam meter ( m )

Besarnya medan magnet di pusat kawat melingkar dapat dihitung:


𝜇0 . 𝐼
𝐵=
2. 𝑎
Untuk jumlah N lilitan, maka
𝜇0 . 𝐼 𝑁
𝐵=
2. 𝑎
Dimana:
• 𝐵 = Medan magnet dalam tesla ( T )
• 𝜇0 = permeabilitas ruang hampa = 4𝜋 . 10 -7Wb/Amp. m = 1,257 . 10-6 Wb/A.m
• 𝐼 = Kuat arus listrik dalam Ampere ( A )
• 𝑎 = jarak titik P dari kawat dalam meter (m)= jari-jari lingkaran yang dibuat

c. Untuk Solenoida
Sebuah kawat dibentuk seperti spiral yang selanjutnya disebut kumparan , apabila
dialiri arus listrik maka akan berfungsi seperti magnet batang.

Gambar 12.11 medan magnet pada solenoida

Tanda = arah menembus bidang kertas


Tanda = arah keluar bidang kertas

• induksi magnet pada ujung solenoida


𝜇0 . 𝐼. 𝑁
𝐵=
2. 𝑙

• induksi magnet ditengah solenoida


𝜇0 . 𝐼. 𝑁
𝐵= = 𝜇0 . 𝐼. 𝑛
𝑙
Keterangan
𝑙 = panjang solenoida (m)
𝐼= arus pada solenoida (A)
𝑁 = banyaknya lilitan
𝑛 = banyaknya lilitan persatuan panjang (N/ l )
215
d. Untuk Toroida

Toroidaadalah solenoida yang dilengkungkan,besar induksi magnet pada sumbunya:

𝜇0 . 𝐼. 𝑁 𝜇0 . 𝐼. 𝑁
𝐵= =
𝑙 2𝜋𝑟

Dimana 𝑙 = 2𝜋𝑟

Gambar 12.12 toroida

4. Gaya Magnetik (Gaya Lorentz)


Kawat yang berarus listrik atau muatan listrik yang bergerak dalam medan magnet
homogen, akan mendapatkan suatu gaya karena pengaruh medan magnet tersebut
yang disebut gaya Lorentz.

a. Kawat berarus listrik


Kedalam kawat P dan Q yang sejajar dialirkan arus listrik. Bila arah arus dalam
kedua kawat sama, kawat itu saling menarik.

Penjelasannya sebagai berikut :


Dilihat dari atas arus listrik P menuju kita digambarkan sebagai arus listrik dalam
kawat P menimbulkan medan magnet. Medan magnet ini mengerjakan gaya Lorentz
pada arus Q arahnya seperti dinyatakan anak panah F. Dengan cara yang sama dapat
dijelaskan gaya Lorentz yang bekerja pada arus listrik dalam kawat P.
Kesimpulan :

Arus listrik yang sejajar dan searah tarik-menarik dan yang berlawanan arah tolak-
menolak.

Arahgaya magnetik atau gaya lorentz bergantung pada arah arus dan arah medan
magnet, dapat ditunjukkan dengan kaidah tangan kanan.

216
Gambar 12.13 Gaya Lorentz

b. Kawat bermuatan listrik yang bergerak dalam medan magnet.

F = B I l sin 𝛼

Dimana:
F = gaya Lorentz (N)
B = Induksi magnetic (Wb)
I = kuat arus listrik (A)
l= panjang kawat (m)
𝛼= sudut antara kawat dengan medan magnet

c. Muatan listrik yang bergerak dalam medan magnet

Gambar 12.14 Muatan listrik yang bergerak dalam medan magnet

F = q v B sin 𝜃

Dimana 𝜃 = sudut antara v dan B.

Bila tidak ada gaya lain yang mempengaruhi gerakan partikel, maka berlaku:

𝐹𝐺𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑜𝑟𝑒𝑛𝑡𝑧 = 𝐹𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑒𝑛𝑡𝑟𝑖𝑝𝑒𝑡𝑎𝑙

𝑣2
𝑚 = 𝑞𝑣𝐵
𝑅
𝑚𝑣
𝑅=
𝑞𝐵

217
d. untuk dua kawat yang bermuatan listrik yang bergerak sejajar:
0
F = I1  I 2
2a

5. Permeabilitas
Permeabilitas atau ”daya hantar magnetik (𝜇)” adalah kemampuan bahan media
untuk dilalui fluk magnet. Ada tiga golongan media magnet yaitu ferromagnet,
paramagnet dan diamagnet.
• Ferromagnet mudah dijadikan magnet dan menghasilkan medan magnet yang
kuat, memiliki daya hantar magnetik yang baik. Contohnya : besi, baja, nikel,
cobal serta campuran beberapa logam seperti Alnico dan permalloy.
• Paramagnet kurang baik untuk dijadikan magnet, hasilnya lemah dan
permeabilitasnya kurang baik. Contohnya :aluminium, platina, mangan,
chromium.
• Diamagnet bahan yang lemah sebagai magnet dan berlawanan, permeabilitas
nya dibawah paramagnet. Contohnya: bismuth, antimonium, tembaga, seng, emas
dan perak.

Gambar 12.15 KurvaBH inti udara

Kurva BH mengandung informasi yang berhubungan dengan permeabilitas suatu


bahan. Satuan permeabilitas Wb/Am. Permeabilitas hampa udara diperoleh dari
perbandingan antara kerapatan fluk dan kuat medan magnet gambar 14.15.
Persamaan permeabilitas hampa udara:
𝐵
𝜇0 =
𝐻

𝜇0 = 1,257 . 10-6 Wb/A.m

Dengan 𝜇0 Permeabilitas hampa udara, B Fluk magnet, H Kerapatan magnet.

Permeabilitas untuk bahan magnet sifatnya tidak konstan, selalu diperbandingkan


terhadap permeabilitas hampa udara, dimana perbandingan tersebut disebut
permeabilitas relatif gambar 12.16.

218
Gambar 12.16 Kurva BH ferromagnetik

Persamaan permeabiltas bahan magnet :


𝜇 = 𝜇0 𝜇𝜏

Dengan 𝜇 adalah Permeabilitas bahan, 𝜇0 adalah Permeabilitas hampa udara, 𝜇𝜏


Permeabilitas relatif.

6. Prinsip Kerja Motor Listrik DC


Prinsip motor listrik bekerja berdasarkan hukum tangan kiri Fleming. Sebuah kutub
magnet berbentuk U dengan kutub utaraselatan memiliki kerapatan fluk magnet 𝜙.
Sebatang kawat penghantar digantung bebas dengan kabel fleksibel. Di ujung kawat
dialirkan arus listrik DC dari terminal + arus I mengalir ke terminal negatif. Yang
terjadi adalah kawat bergerak arah panah akan mendapatkan gaya sebesar F. Gaya
yang ditimbulkan sebanding dengan besarnya arus I. Jika polaritas aliran listrik
dibalik positif dan negatifnya, maka kawat akan bergerak kearah berlawanan panah
F.

Gambar 12.17 Prinsip dasar motor DC

𝐹 =𝐵×𝐿×𝐼

Dengan F:gaya mekanik (Newton), B:kerapatan fluk magnet (Tesla), L:panjang


penghantar (meter), I:arus (amper)

219
Hukum tangan kiri Fleming merupakan prinsip dasar kerja motor DC. Telapak
tangan kiri berada diantara kutub utara dan selatan, medan magnet 𝝓memotong
penghantar. Arus I mengalir pada kawat searah keempat jari. Kawat akan
mendapatkan gaya F yang arahnya searah ibu jari.

Gambar 12.18 Prinsip tangan kiri Flemming

7. Prinsip Dasar Kerja Generator


Prinsip kerja generator dikenalkan Michael Faraday 1832, sebuah kawat penghantar
digantung dua ujungnya ditempatkan diantara kutub magnet permanen utara-
selatan. Antara kutub utara dan selatan terjadi garis medan magnet 𝜙. Kawat
penghantar digerakkan dengan arah panah, maka terjadi dikedua ujung kawat
terukur tegangan induksi oleh Voltmeter. Besarnya tegangan induksi tergantung
oleh beberapa faktor, diantaranya :kecepatan menggerakkan kawat penghantar,
jumlah penghantar, kerapatan medan magnet permanen B.

𝑈 =𝐵×𝐿×𝑣×𝑍

Dengan U: Tegangan induksi; B Kerapatan medan magnet (Tesla); L Panjang


penghantar (meter); v Kecepatan gerakan (m/det); Z Jumlah penghantar.

Terjadinya tegangan induksi dalam kawat penghantar pada prinsip generator terjadi,
oleh beberapa komponen. Pertama adanya garis medan magnet yang memotong
kawat penghantar sebesar B. Kedua ketika kawat penghantar digerakkan dengan
kecepatan v pada penghantar terjadi aliran elektron yang bergerak dan
menimbulkan gaya gerak listrik (U). Ketiga panjang kawat penghantar L juga
menentukan besarnya tegangan induksi karena makin banyak elektron yang
terpotong oleh garis medan magnet.

220
Gambar 12.19 Prinsip hukum Lorentz

Prinsip tangan kanan Flemming menjelaskan terjadinya tegangan pada generator


listrik. sepasang magnet permanen menghasilkan garis medan magnet 𝜙, memotong
sepanjang kawat penghantar menembus telapak tangan. Kawat penghantar
digerakkan kearah ibu jari dengan kecepatan v. Maka pada kawat penghantar timbul
arus listrik I yang mengalir searah dengan arah keempat jari.

Gambar 12.20 Prinsip tangan kanan Flemming

A. TUGAS
1. Tentukan arah medan magnet dari gambar-gambar di bawah ini!

i i i i i

xxxx ooo
xxxx i ooo i
x ooo

2. Tentukan besarnya induksi magnet disuatu titik yang berjarak 3 cm dari kawat
lurus panjang yang berarus listrik 15 A?
3. Arus sebesar 2,5 A mengalir dalam kawat berupa lingkaran dengan jari-jari 5 cm.
Berapa besar induksi magnet dititik P, bila:
a. titik P berada disumbu lingkaran yang berjarak 5 cm dari pusat lingkaran
b. titik P berada di pusat lingkaran

221
4. Suatu solenoida terdiri dari 500 lilitan berarus 2,5 A. panjang solenoida 50 cm.
Tentukanlah:
a. induksi magnet di tengah-tengah solenoida
b. induksi magnet pada ujung solenoida
5. Sebuah toroida memiliki jari-jari 50 cm dialiri arus sebesar 2,5 A. Jika toroida
tersebut memiliki 100 lilitan, hitunglah besar induksi magnetic pada sumbunya.
6. Seutas kawat penghantar panjangnya 200 cm, berarus listrik 10 A, berada dalam
medan magnet homogen dengan induksi magnet 0,02 tesla, dan membentuk
sudut 300 terhadap arus listrik. Hitung besar gaya loretz yang ditimbulkan pada
kawat tsb.
7. Sebuah penghantar berarus listrik berada di dalam medan magnetik. Bilakah
penghantar itu mengalami gaya magnetic dan bilakah penghantar itu tidak
mngalami gaya?

B. TES FORMATIF
Soal Tes Formatif
1. Sebuah kawat lurus panjang dialiri arus 5 miliampere berada diruang hampa .
Tentukan besarnya induksi magnetik pada titik yang berada sejauh 10 cm disebelah
kanan kawat, bila kawat vertikal?
2. Sebuah kawat melingkar dialiri arus listrik sebesar 4 A (lihat gambar). Jika jari-jari
lingkaran 8 cm dan arak titik P terhadap sumbu kawat melingkar adalah 6 cm maka
tentukan medan magnet pada :
a. pusat kawat melingkar ( O )
b. dititik P
3. Suatu solenoida terdiri dari 300 lilitan berarus 2 A. panjang solenoida 30 cm.
Tentukanlah:
a. induksi magnet di tengah-tengah solenoida
b. induksi magnet pada ujung solenoida
4. Sebuah toroida memiliki jari-jari 50 cm dialiri arus sebesar 1 A. Jika toroida tersebut
memiliki 60 lilitan, hitunglah besar induksi magnetic pada sumbunya.
5. Sebuah kawat penghantar berarus listrik 5 A arahnya keluar bidang gambar,
memotong tegak lurus garis-garis gaya magnet dengan besar induksi magnet B = 2 x
10-4 tesla.Bila panjang kawat yang terpengaruh B adalah 4 cm, tentukan besar dan
arah gaya magnetic yang timbul pada kawat!

i B

6. Belitan kawat rongga udara memiliki kerapatan 2.500 A/m, Hitung besar fluk
magnetnya, bila diketahui 𝜇0 = 1,257 . 10-6 Wb/Am.
7. Besi toroid mempunyai keliling 0,3 meter dan luas penampang 1 cm2. Toroida
dililitkan kawat 600 belitan dialiri arus sebesar 100mA. Agar diperoleh fluk mahnet
sebesar 60𝜇Wb pada toroida tsb. Hitung a) kuat medan magnet b) kerapatan fluk
magnet c) permeabilitas absolut dan d) permeabiltas relatif besi.
8. Kumparan kawat dengan 50 belitan, dialirkan arus sebesar 2 Amper, kumparan
kawat ditempatkan diantara kutub utara dan selatan. Gaya F yang terukur 0,75
Newton. Hitung besarnya kerapatan fluk magnet, jika lebar permukaan kutub 60 mm
dan kebocoran fluksi diabaikan.
9. Model generator DC memiliki kerapatan fluk magnet sebesar 0,8 Tesla, panjang
efektif dari penghantar 250 mm, digerakkan dengan kecepatan 12 m/detik. Hitung
besarnya tegangan induksi yang dihasilkan.
222
Jawaban Soal Tes Formatif
1. Diketahui : I = 5 miliampere = 5 . 10 – 3 Ampere
a = 10 cm = 0,1 meter
Ditanya : B = ….?
Jawab :
𝜇0 . 𝐼 4𝜋 . 10−7 . 5. 10−3
𝐵= = = 10−10 Tesla
2𝜋𝑎 2𝜋. 0,1

2. Jawab :
Diketahui : I = 4 A
a = 8 cm = 8 . 10 – 2 m
x = 6 cm = 6 . 10 – 2 m
sin θ = a / r = 8 / 10 = 0,8
r = √𝑎2 + 𝑥 2 = √82 + 62 = 10 𝑐𝑚 = 0,1 𝑚
Ditanya :a. B0 = ……. ?
b. BP = ……. ?
Dijawab :

𝜇0 .𝐼 4𝜋.10−7 .4
a. 𝐵 = = 2. = 3,14 . 10−5 Tesla
2.𝑎 8 . 10−2
𝜇0 .𝐼.𝑎 4𝜋 .10−7 . 4 . 8 . 10−2
b. 𝐵𝑝 = sin 𝜃 = = 2,0096 . 10−5 Tesla
2.𝑟 2 2 .(0,1) 2

3. Penyelesaian:
N = 300 lilitan
I=2A
l = 30 cm = 0,3 m
𝜇0 = 4𝜋 x 10-7Wb/A.m
n = N/l = 300/0,3 = 1000 lilitan/m
ditanya : a. B ditengah solenoida
b. B diujung solenoida
jawab:
a. Di tengah solenoida
𝜇0 . 𝐼. 𝑁
𝐵= = 𝜇0 . 𝐼. 𝑛 = 4𝜋. 10−7 . 2 . 1000 = 25,12. 10−4 Tesla
𝑙
b. Di ujung solenoida
𝜇0 . 𝐼. 𝑁 4𝜋. 10−7 . 2 .300
𝐵= = = 12,56 . 10−4 Tesla
2. 𝑙 2 . 0,3

4. Penyelesaian
Diketahui: r = 50 cm = 0,5 m, N = 60, I = 1 A
Ditanya : B pada sumbu toroida?
Dijawab :
 NI 4  10 −7  60  1
B= 0 = = 2,4  10 −5 Tesla
2r 2 0,5
223
5. Penyelesaian:
Diketahui: i = 5 A F
B = 2 x 10-4 tesla
L = 4 cm = 4 x 10-2 m
Sin 900 = 1
i B
F = BI l sin 900
= (2 x 10-4)(5)( 4 x 10-2)
= 4 x 10-5 Newton

6. Jawaban :
B = 𝜇0 . H
B = 1,257 . 10-6 Wb/Am . 2500A/m = 0,00314 T = 3,14mT

7. Jawaban :
𝐼.𝑁 0,1 𝐴 .600 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
a) Kuat medan magnet 𝐻 = 𝑙 = = 200 A/m
𝑚 0,3 𝑚
𝜙 60.10−6
b) Kerapatan fluk magnet𝐵 = = 1,0 .10−4= 0,6 T
𝐴
𝐵 0,6
c) Permeabilitas absolut/bahan𝜇0 = 𝐻 = 200= 0,003 Wb/Am
𝜇 0,003
d) Permeabilitas relatif𝜇𝜏 = 𝜇 = 1,257 .10−8 = 2.400
0

8. Jawaban:
Panjang efektif penghantar => L = 50. 60.10-3 = 3m

𝐹 0,75 𝑁
Gaya F = B.L.I =>𝐵 = 𝐼.𝐿 = 2 𝐴 .3𝑚 = 0,125 Tesla

9. Jawaban :
U = B.L.v.Z
= 0,8 Tesla. 250.10-3 meter. 12 m/det = 240 Volt

224
DAFTAR PUSTAKA

IMO, Model Course 7.04, Officer In Charge of an Engineering Watch, 2012, IMO
Publication.

Halliday, Resnick. Fundamental of Physics 8-th Edition, Jearl Walker

Giancoli, Douglas C. 2000. Physics, 3rd Edition. USA: Prentice Hall International.

Tipler, Paul.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 1 (alih bahasa: Prasetyo dan
Rahmad W. Adi). Jakarta: Erlangga.

Tipler, Paul. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid 2 (alih bahasa: Bambang
Soegijono) Jakarta: Erlangga.

Kanginan, Marten. Fisika Untuk SMA. 2004. Jakarta: Erlangga.

Yulianti, Fitri, Inovasi Tanpa Batas Fisika SMA/MA Kelas X, XI, XII, Yogyakarta,
2011

www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai