Anda di halaman 1dari 31

Modul Ajar Mekanika Fluida

BAB 1
SISTEM SATUAN

KOMPETENSI:
Mengetahui, memahami, menjelaskan besaran pokok, besaran turunan, dimensi, sistem satuan dan
simbol yunani. Serta dapat mengkonversikan sistem satuan dari CGS ke MKS atau sebaliknya.

1.1. SISTEM SATUAN


Sistem satuan yang ada selama ini terdiri dari sistem SI (System International d’unites )
atau metrik dan sistem satuan British atau imperial. satuan juga dibagi menjadi dua bentuk
yaitu MKS (meter, kilogram, second) dan CGS (centimeter, gram, second). Meskipun ada
dua sistem satuan, dalam buku ini menggunakan sistem satuan SI (metrik). Disamping itu
secara umum di Indonesia menggunakan bentuk MKS. Sebagai contoh satuan kedua sistem
ini dapat diperhatikan pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Sistem satuan International dan British

Dari sistem satuan dasar di atas dapat diperhatikan faktor konversi satuan SI ke British
atau sebaliknya seperti diuraikan berikut
Tabel 1.2 Konversi satuan
BESARAN KONVERSI
1 m = 39,37 inci = 3,281 ft
1 inci = 2,54 cm
Panjang 1 km = 0,61 mil
1 mil = 5280 ft = 1,609 km
1 ft = 12 inci = 0,3048 m = 30,48 cm
1 liter = 1000 cm3 = 3,531 x 10-2 ft3 = 10-3 m3
Volume
1 ft3 = 2,832 x 10-2 m3 = 7,48 galon
1 galon = 231 in3 = 3,786 liter
Massa 1 kg = 103 gram = 6,85 x 10-2 slug
1 slug = 14,59 kg
Gaya 1 N = 0,2448 lbf = 105 dyne
1 lbf = 4,448 N

Asrori dkk 1
Sistem Satuan

1 dyne = 10-5 N = 2,248 x 10-6 lbf


1 ton = 2000 lb = 1000 kg
1 Pa = 1 N/m2
1 atm = 1,013 x 105 Pa = 14,70 lb/in2
Tekanan
1 lb/in2 (psi) = 6895 Pa
1 bar = 105 Pa = 14,5 lb/in2
Debit , Laju aliran volume 1 gal/h = 1,263 ml/s = 4,546 l/h
1 ft3/s = 28,32 l/s
Konsumsi bahan bakar 1 mil/gal = 0,3540 km/l
lb.sec/ft2 x 47,88 = Pa.sec
lb.sec/in2 x 6895 = Pa.sec
Poise x 10 = Pa.sec
Viskositas Dinamik
100 cp = 1 Poise
cp x 10-3 = Pa.sec
cp x 2,09.10-5 = lb.sec/ft2
ft2 /sec x (9,29 x 10-2) = m2/sec
In2/sec x (6,45 x 10-4) = m2/sec
Viskositas Kinematik Stoke x 10-4 = m2/sec
100 cSt = 1 stoke
m2/sec x 10,764 = ft2/sec
Power, daya 1 Horsepower = 745,7 W
1 Hp.h = 2,685 MJ
1 kW.h = 3,6 MJ
Energi
1 Btu = 1,055 kJ
1 Therm = 105,5 MJ

Tabel 1.3 Faktor kelipatan satuan


Kelipatan Nama Simbol SI
12
1.000.000.000.000 = 10 tera T
1.000.000.000 = 109 giga G
1.000.000 = 106 mega M
1.000 = 103 kilo k
0,01 = 10-2 centi c
0,001 = 10-3 mili m
0,000 001 = 10-6 micro 
0,000 000 001 =10-9 nano n
0,000 000 000 001 =10-12 pico p

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 2
Modul Ajar Mekanika Fluida

1.2. SATUAN DAN DIMENSI


Dimensi merupakan besaran terukur yang menunjukkan karakteristik suatu objek
seperti massa, panjang, waktu, temperatur, dan sebagainya. Satuan adalah suatu standar
untuk mengukur dimensi, misalnya satuan untuk massa, panjang, dan waktu adalah kilogram
(kg), meter (m), dan detik (sec).
1.2.1 Besaran Pokok
Dalam pembahasan mekanika fluida pada umumnya ada 4 besaran pokok seperti yang
ada dalam tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.4 besaran pokok
Besaran Satuan (SI) dimensi
Panjang Meter (m) L
massa Kilogram (Kg) M
Waktu Second (s) T
Temperatur Kelvin (K) 

1.2.2 Besaran Turunan


Tabel 1.3 berikut menunjukan beberapa besaran yang sering digunakan dalam ilmu
mekanika fluida yang merupakan turunan dari satuan pokok di atas.
Tabel 1.5 Beberapa besaran turunan
Besaran Simbol Satuan (SI) Dimensi
-1
Kecepatan v m/s ms LT-1
Percepatan a m/s2 ms-2 LT-2
Gaya F N (Newton)
kg.m/s2 kg ms-2 MLT-2
Kerja (Energy/Work) W J (Joule)
N.m
kg.m2/s2 kg m2s-2 ML2T-2
Daya (Power) P W (Watt)
N m/s
kg.m2/s3 kg.m2s-3 ML2T-3
Tekanan p Pa (Pascal)
N/m2
kg/m/s2 kg m-1s-2 ML-1T-2
Massa jenis  kg/m3 kg m-3 ML-3
Berat jenis  N/m2
kg/m2/s2 kg m-2s-2 ML-2T-2
Debit Q m3/s m3s-1 L3T-2
Tegangan Permukaan  N/m
kg/s2 kg s-2 MT-2

1.2.3 Persamaan Dimensi


Apabila suatu persamaan merupakan sebuah pernyataan dari sesuatu yang secara fisik
betul-betul ada, maka persamaan tersebut harus mempunyai dimensi yang sama pada kedua
ruas persamaan tersebut.

Asrori dkk 3
Sistem Satuan

Contoh 1.1
Buktikan bahwa persamaan v2 = u2 + 2 ax.
Penyelesaian:
Persamaan  v2 = u2 + 2 as
Dimana  v = kecepatan akhir
u = kecepatan awal
a = percepatan
s = jarak
Dimensi  v = LT-1
u = LT-1
a = LT-2
s=L
Sehingga dimensi dari  v2 = (LT-1)2 = L2T-2
u2 = (LT-1)2 = L2T-2
2as = (LT-2).L = L2T-2
Kesimpulannya bahwa dimensinya sama, dengan demikian persamaan di atas adalah benar.

1.3. LAMBANG YUNANI (GREEK ALPHABET)


Berikut daftar simbol/lambang huruf yunani yang dipakai sebagai simbol dalam rumus
matematis dan keteknikan.
Tabel 1.6 Daftar simbol yunani

Nama Huruf kecil Huruf besar Nama Huruf kecil Huruf besar
alpha   nu  
beta   xi  
gamma   omicron  
delta   pi  
epsilon   rho  
zeta   sigma  
eta   tau  
theta   upsilon  
iota   phi  
kappa   chi  
lambda   psi  
mu   omega  

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 4
Sifat-sifat Fluida

BAB 2
SIFAT-SIFAT FLUIDA

KOMPETENSI:
Mengetahui, memahami, menjelaskan dan menghitung kerapatan, kekentalan, kemampatan,
tegangan permukaan, tekanan uap, dan kapilaritas

2.1 KERAPATAN (DENSITY)


adalah jumlah/kuantitas suatu zat pada suatu unit volume. Berikut beberapa besaran
yang berkaitan dengan kerapatan yaitu,
2.1.1 Massa jenis/rapat massa (mass density)
 Massa jenis cairan
dilambangkan  (rho) satuan kg/m3 adalah suatu ukuran dari konsentrasi massa dan
dinyatakan dalam bentuk massa tiap satuan volume.
massa m
 = [kg/m3] (2.1)
satuan volume V
Oleh karena temperatur dan tekanan mempunyai pengaruh (walaupun sedikit) maka
kerapatan cairan dapat didefinisikan sebagai: massa tiap satuan volume pada suatu
temperatur dan tekanan tertentu. Sehingga kerapatan dari air pada tekanan dan temperatur
standard atau pada tekanan atmosfer (760 mm Hg) dan temperatur 4oC adalah 1000 kg/m3.
 Massa jenis gas
Kerapatan gas dapat dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan gas;
pv
R (hukum boyle dan hukum charles) (2.2)
T
Dimana; p = tekanan mutlak [Pa]; v = volume spesifik atau volume persatuan massa [m3/kg];
T = suhu mutlak [oK] dan R= konstanta gas [J/kgK].
Karena =1/v, persamaan 2.2 dapat ditulis;
p
 (2.3)
RT
2.1.2 Berat Jenis (specific weight)
dilambangkan  (gamma) dari suatu benda adalah besarnya gaya grafitasi yang bekerja
pada suatu massa dari suatu satuan volume, oleh karena itu berat jenis dapat di definisikan
sebagai: berat tiap satuan volume.
berat w mg Vg
  =    g (2.4)
satuan volume V V V

dimana:  = berat jenis dengan satuan N/m3 untuk sistem SI atau kgf/m3 untuk sistem MKS ;
 = kerapatan zat, dalam kg/m3 untuk sistem SI, atau kgm (kilogram massa) untuk sistem
MKS; g = percepatan gravitasi = 9,81 m/det2

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 6
Modul Ajar Mekanika Fluida

2.1.3 Volume Jenis (specific volume)


dilambangkan υ, satuan m3/kg. Merupakan volume per satuan massa dari suatu fluida.
V 1
υ= = (2.5)
m 

2.1.4 Kerapatan Relatif (Spesific Gravity)


Dilambangkan SG, dan tak berdimensi. Specific Gravity (SG) mempunyai dua
pengertian yaitu,
 Perbandingan dari massa jenis suatu cairan terhadap massa jenis air pada temperatur dan
tekanan standar (20oC, 1 atm)
 Perbandingan dari berat jenis suatu cairan terhadap berat jenis air pada temperatur dan
tekanan standar (20oC, 1 atm)
 zatcair 
SG   zatcair (2.6)
 air  air
Dikarenakan pengaruh temperatur dan tekanan sangat kecil terhadap kerapatan maka untuk
keperluan praktis pengaruh tersebut diabaikan.

Contoh 2.1
Satu liter minyak mempunyai berat 7,0 N. Hitung berat jenis, rapat massa dan rapat relatif?
Pembahasan:
7N
 Berat jenis () = = 7,0 x 1000 = 7. 103 N/m3
0, 001 m3
 7.10 3
 Rapat massa () = = = 713,56 kg/m3
g 9,81
 min yak 713,56
 Rapat relatif (SG) = = = 0,713
 air 1000
Contoh 2.2
A reservoir of oil has a mass of 825 kg. The reservoir has a volume of 0.917 m3. Compute
the density, specific weight, and specific gravity of the oil.
Pembahasan:
mass m 825
 Density   oil     900 kg/m3
volume V 0.917
weight mg
 Spesific Weight =  oil     g  900 x9,81  8829 N/m3
volume V

2.2 KEKENTALAN (VISCOSITY)


Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser () pada waktu
bergerak atau mengalir. Kekentalan disebabkan adanya kohesi antara partikel zat cair
sehingga menyebabkan adanya tegangan geser antara molekul-molekul yang bergerak. Zat
cair ideal tidak memiliki kekentalan. Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kekentalan dinamik () atau kekentalan absolute dan kekentalan kinematis ().

Asrori dkk 7
Sifat-sifat Fluida

2.2.1 Kekentalan dinamis


Kekentalan dinamis dilambangkan  (mu) ialah gaya geser per satuan luas yang
dibutuhkan untuk menggeser lapisan zat cair dengan satu satuan kecepatan terhadap lapisan
yang berlekatan di dalam zat cair tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam ilustrasi
gambar 2.1.

Gambar 2.1 Distribusi kecepatan dalam zat cair akibat pergerakan plat
Apabila sebuah papan di tarik dengan gaya (F) sebagaimana gambar 2.1 di atas, maka
akan terjadi distibusi kecepatan sepanjang jarak antar papan (y) maka besar gaya (F) yang
diperlukan untuk menggeser papan pada kecepatan tetap (v), dapat dituliskan:
dv
F = A (2.7)
dy
F
Karena adalah tegangan geser () maka pers. 2.7 menjadi,
A
dv
  (2.8)
dy
Dengan demikian berdasarkan hukum newton maka persamaan viskositas dapat ditulis,

 (2.9)
dv
dy
Dimana:  = Kekentalan dinamis (Pa.s atau Ns/m2 atau kg/ms), persamaan ini berlaku pada
fluida newtonian dan aliran yang terjadi adalah laminer;  = tegangan geser (N/m2); dv/dy =
gradien kecepatan (s-1)

2.2.2 Kekentalan kinematis


Kekentalan kinematis(nu) adalah perbandingan kekentalan dinamis terhadap massa jenis.

  (2.10)

Dimana:  = kekentalan kinematis (m2/s);  = kekentalan dinamik (kg/m.s);  = massa jenis (kg/m3)

Hal-Hal yang berkaitan dengan viskositas:


a) Satuan viskositas dalam sistem CGS adalah
 viskositas dinamis = Poise (Ps) = g/cm.s
1 Pa.s = 10 P = 1000 cP
 viskositas kinematis = Stokes(St) = cm2/s
1 m2/s = 1 . 104 St

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 8
Modul Ajar Mekanika Fluida

b) Satuan viskositas dalam industri dapat berupa:


 Derajat Engler (oE), suhu ukur standar: 20oC, 50oC dan 100oC
 Second Saybolt Universal (SSU), suhu ukur standar: 100oF, 130oF dan 210oF
 Second Redwood I (RI) atau Redwood Standard atau Redwood commercial, suhu ukur
standar: 70oF, 100oF dan 140oF
 Second Redwood II (RII) atau Redwood Admiralty, suhu ukur standar: 210oF
 Second DIN 4
 Second Cawan Ford
 Society of Automotive Engineering (SAE)
 American Petroleum Institute (API)
c) Berikut daftar viskositas dinamis dan kinematis dari beberapa fluida pada suhu dan
tekanan standar:
Tabel 2.1 Viskositas beberapa fluida

d) Pada zat cair pada umumnya viskositas akan menurun apabila suhu dinaikkan,
sedangkan pada gas berlaku sebaliknya yaitu viskositas akan naik jika suhu naik. Aliran
gas jauh lebih kompleks dibandingkan dengan aliran zat cair karena besarnya pengaruh
kompresibilitas, densitas dan temperatur. Pembahasan mengenai aliran gas lebih detail
dipelajari dalam dinamika gas. Oleh karena itu dalam diktat ini lebih banyak membahasan
aliran zat cair dan dibatasi pada gas yang densitasnya dapat diabaikan.
e) Peralatan untuk mengukur kekentalan disebut viskometer. Ada beberapa macam metode
pengukuran kekentalan suatu cairan yaitu:
 Viskosimeter kapiler ( contoh : viskometer Ostwald )
 Viskometer bola jatuh ( viscometer Hoeppler )
 Viskometer Cup dan Bob ( Brookfield, Viscotester)

Asrori dkk 9
Sifat-sifat Fluida

Contoh 2.3
Suatu pelat terletak sejauh 0,5 mm dari pelat yang lain tetap. Pelat tersebut bergerak dengan
kecepatan 0,25 m/s dan memerlukan suatu gaya tiap satuan luas sebesar 2 Pa (N/m2) untuk
menjaga kecepatan yang tetap. Tentukan viskositas cairan yang terletak di antara dua pelat
tersebut.
Pembahasan:
 
  = 2/(0,25/0,5.10-3) = 4 .10-3 N.s/m2
dv v
dy y
Contoh 2.4
Hitung kekentalan kinematik zat cair yang mempunyai rapat relatif 0,95 dan kekentalan
dinamik 0,0011 Pa.s
Pembahasan:
 Zatcair
SG   zat cair = SG. air = 0,95x1000 = 950 kg/m3
 air
kekentalan kinematik

  = 0,0011/950 = 1,16 x 10-6 m2/s

2.3 KEMAMPATAN/KOMPRESIBLITAS (COMPRESSIBILITY)
Kemampatan adalah perubahan (pengecilan) volume karena adanya perubahan
(penambahan) tekanan, yang ditunjukan oleh perbandingan antara perubahan tekanan (dp) dan
perubahan volume (dV) terhadap volume awal (V0). Perbandingan tersebut dikenal dengan
modulus elastisitas atau modulus bulk (K).
dp
K  (2.11)
dV
V0
Tanda (-) di dalam persamaan tersebut menunjukkan bahwa pertambahan tekanan mengurangi
volume. Karena dV/V0 tidak berdimensi maka : K dinyatakan dalam satuan dari tekanan p atau
gaya tiap satuan luas yaitu pascal (N/m2). Apabila besaran K ditinjau dari satuan massa cairan
maka pers. 2.11 dapat ditulis :
dp
K (2.12)
d
0
Karena ρV = tetap dan d (ρV) = 0 atau dV/V0 = -dρ/ρ
Sedangkan besarnya kompresibitas berbanding terbalik dengan dengan modulus bulk
atau, C=1/K, Nilai K untuk air sangat besar yaitu 2,1 x 109 N/m2, sehingga perubahan volume
karena perubahan tekanan akan sangat kecil dan dapat diabaikan, oleh karena itu secara
umum zat cair merupakan fluida yang tidak dapat termampatkan (incompressible). Tetapi
pada kondisi tertentu di mana perubahan tekanan sangat besar dan mendadak, maka anggapan
zat cair ter kompresibel tidak bisa berlaku. Contoh: misalnya terjadi pada penutupan katup
turbin PLTA secara mendadak, sehungga mengakibatkan perubahan (kenaikan yang sangat
besar) atau dikenal dengan istilah water hammer.

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 10
Modul Ajar Mekanika Fluida

Contoh 2.5
A liquid compressed in cylinder has a volume of 1000 cm3 at 1 MN/m2 and a volume of 995
cm3 at 2 MPa. What is its bulk modulus of elasticity (K)?
Penyelesaian:
dp 2 1
K  =  = 200 MPa
dV (995  1000) / 1000
V0

2.4 TEGANGAN PERMUKAAN (SURFACE TENSION)


Tegangan permukaan σ (notasi : sigma), bekerja pada bidang permukaan yang sama
besar di semua titik. Adanya tegangan permukaan akan meminimalkan luas permukaan.
Contoh: titik cairan akan cenderung membentuk menyerupai bola.

Gambar 2.2 Gaya-gaya yang bekerja pada tetesan air

Adanya tegangan permukaan tersebut menaikkan tekanan di dalam suatu tetesan


cairan. Untuk suatu tetesan cairan dengan jari-jari r, tekanan internal p diperlukan untuk
mengimbangi gaya tarik karena tegangan permukaan σ, dihitung berdasarkan gaya yang
bekerja pada suatu belahan tetesan cairan seperti Gbr. 2.2. Gaya gaya pada tetesan air tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut,
Gaya tekanan dalam = tegangan permukaan pada keliling
p.π .r2 = 2.π .r.σ
p.r = 2.σ
sehingga,
2.
p (2.13)
r
Dimana: p = tekanan [N/m2]; σ = tegangan permukaan [N/m]; r = jari-jari tetesan [m]
Contoh 2.6
Suatu tetesan air terukur mempunyai diameter 45 m. Tentukan tekanan internal yang terjadi
pada tetesan air pada suhu 30oC?
Penyelesaian:
Dari persamaan 2.11 dan tabel A-1 (Lampiran) diperoleh,
2. 2 x 7,12.10-2
p = = 6329 Pa
r (45 2) x106
Catatan: Besarnya tegangan permukaan air pada beberapa temperatur ditunjukan dalam
tabel A-1 (Lampiran)

Asrori dkk 11
Sifat-sifat Fluida

2.5 KAPILARITAS
Kapilaritas terjadi akibat adanya gaya kohesi dan adhesi antar molekul, jika kohesi
lebih kecil dari pada adhesi maka zat air akan naik (meniskus cekung) dan sebaliknya jika
lebih besar maka zat cair akan turun (meniskus cembung). Hal ini dapat dilihat pada suatu
pipa vertikal diameter kecil (pipa kapiler) yang dimasukkan ke dalam suatu cairan. Seperti
pada Gbr. 2.3a dn Gbr 2.3b kapilaritas akan membuat air naik pada tabung gelas yang berisi
air sementara pada air raksa akan turun.

c)

Gambar 2.3 a) meniskus cekung, b) meniskus cembung, c) gejala kapilaritas

Kenaikan atau penurunan zat cair di dalam suatu pipa kapiler dapat dihitung dengan
menyamakan gaya angkat yang dibentuk oleh tegangan permukaan dengan gaya berat.
Dengan demikian keseimbangan gaya-gaya pada gambar 2.3c adalah:
Gaya angkat = gaya berat
2π r σ cos θ = π r2 h 
2 cos 
h (2.14)
 .r
dimana: h = kenaikan atau penurunan zat cair (m);  = tegangan permukaan (N/m); = berat
jenis zat cair (kg/m3); = sudut antara tegangan permukaan terhadap dinding pipa vertikal,
Pada kondisi tabung bersih: θ = 0o untuk air dan θ = 140o untuk air raksa; r=jari-jari tabung (m)
Catatan: Pers 2.14 tersebut berlaku untuk d < 3 mm

Contoh 2.7
Berapa kenaikan kapilaritas dari air dengan temperatur kamar yang terjadi pada sebuah pipa
kaca bersih berdiameter 2,5 mm? (Jika diketahui tegangan permukaan air di udara sekitar
0,073 N/m)
Penyelesaian
Dari pers. 2.12 diperoleh,
2 cos
h dimana pada pipa kaca bersih θ = 0o
 .r
(2)(0,073)(1)
h= = 0,012 m = 12 mm
(9810)(0,00125)

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 12
Modul Ajar Mekanika Fluida

2.6 TEKANAN UAP


Tekanan uap dari zat cair adalah tekanan mutlak pada temperatur tertentu dimana pada
kondisi tersebut zat cair akan menguap atau berubah fase dari cairan menjadi gas. Tinggi
tekanan uap dapat dirumuskan :
pu
h= (2.15)

dimana: pu= tekanan uap (Pa); h = tinggi tekanan uap (m); = berat jenis cairan (N/m3)

Pembahasan mengenai tekanan uap dapat dilihat pada fenomena kavitasi yang terjadi
pada pompa atau turbin. Air dengan kondisi biasa akan mendidih dan menguap pada tekanan
1 atm pada suhu 100oC, apabila tekanan berkurang sampai cukup rendah, air pada suhu udara
lingkungan (20oC-33oC) akan mendidih dan menguap. Penguapan akan menghasilkan
gelembung gelembung uap. Tempat-tempat bertekanan rendah atau berkecepatan tinggi inilah
akan mudah terjadi kavitasi, terutama pada bagian sisi isap mesin-mesin hidrolik tersebut.

Contoh 2.8
Berapa besar tekanan uap yang dapat menyebabkan terjadinya kavitasi pada inlet dari suatu
pompa yang mengalirkan air pada temperatur 35oC.
Penyelesaian:
Kavitasi terjadi apabila tekanan berkurang sampai mencapai tekanan uap, Dari tabel A-1.
sifat-sifat air (Lampiran) diperoleh:
pu
 0,58 m  pu = (0,58)( 9752) = 56,56 N/m2

Asrori dkk 13
Statika Fluida

BAB 3
STATIKA FLUIDA

KOMPETENSI:
Mengetahui, memahami, menjelaskan dan menghitung tekanan statis, hukum pascal beserta
aplikasinya, hukum archimedes, pengukuran dan alat ukur tekanan

1.4. TEKANAN DAN SATUAN


Tekanan dapat didefinisikan sebagai besarnya gaya persatuan luas sehingga satuan
dasar dari tekanan (sistem S.I) adalah Newton per meter persegi (N/m2), yang biasanya
dinyatakan dalam Pascal (Pa). Tekanan juga dinyatakan dalam bentuk tekanan atmosfir yang
besarnya 101325 N/m2, dengan demikian Pascal adalah satuan tekanan yang amat kecil.
Satuan yang lebih praktis adalah kN/m2, MN/m2, Atm atau Bar ( 1 bar = 1 atm = 105 Pa).
Dalam sistem British satuan tekanan lebih dikenal dengan psi (pound-force per
square inch) atau lbf/in2.
Berikut beberapa variasi dan konversi dari satuan tekanan yang sering di jumpai dalam
beberapa aplikasi keteknikan.
Tabel 3.1 Konversi satuan tekanan

PRESSURE UNITS
pound-force
technical
per
pascal bar atmosphere atmosphere torr
square inch
(Pa) (bar) (at) (atm) (Torr)
(psi)
1 Pa 1 N/m2 10−5 1.0197×10−5 9.8692×10−6 7.5006×10−3 145.04×10−6

1 bar 100,000 106 dyn/cm2 1.0197 0.98692 750.06 14.5037744

1 at 98,066.5 0.980665 1 kgf/cm2 0.96784 735.56 14.223

1 atm 101,325 1.01325 1.0332 1 atm 760 14.696

1 Torr =
1 torr 133.322 1.3332×10−3 1.3595×10−3 1.3158×10−3 1 mmHg 19.337×10−3

1 psi 6,894.76 68.948×10−3 70.307×10−3 68.046×10−3 51.715 1 lbf/in2

Variasi satuan tekanan ini dikarenakan range pengukuran tekanan ini sangat lebar dari
ukuran tekanan yang sangat kecil (contoh : tekanan darah) atau bahkan vakum sampai dengan
tekanan yang besar (tangki bertekanan). Aplikasi satuan tekanan contohnya sebagai berikut
pada pengukuran tekanan darah (mmHg), Tekanan paru-paru/jantung (cmH2O), Tekanan gas
pada pipa (inH2O), sistem vakum (micron Hg, torr, inHg) dan pada meteorologi (kPa, Atm,
hPa, mbar)

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 15
Modul Ajar Mekanika Fluida

1.5. SKALA PENGUKURAN TEKANAN


3.2.1 Tekanan Atmosfir
Tekanan atmosfir atau disebut tekanan udara/tekanan barometrik adalah tekanan yang
berhubungan dengan berat atmosfir atau udara di atas permukaan bumi. Tekanan atmosfir
juga diakibatkan oleh adanya gaya gravitasi bumi. Besarnya tekanan atmosfir dipermukaan
bumi berbeda-beda tergantung dari ketinggian tempat tersebut dipermukaan bumi. Dalam
grafik Gbr. 3.1 menunjukkan semakin dekat posisi tempat tersebut dengan permukaan bumi,
maka akan semakin besar tekanannya.

Gambar 3.1 Grafik hubungan tekanan atmosfir dengan ketinggian


Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata tekanan atmosfir pada permukaan laut adalah
1,013 x 105 N/m2. Besarnya tekanan atmosfir pada permukaan laut ini digunakan untuk
mendefinisikan satuan tekanan lain, yakni atm (atmosfir). Jadi 1 atm = 1,013 x 105 N/m2 =
101,3 kPa (kPa = kilo pascal). Satuan tekanan lain adalah bar (sering digunakan pada
meteorologi). 1 bar = 1,013 x 105 N/m2 = 101 kPa.

3.2.2 Tekanan Terukur (Gauge Pressures)


Disebut juga tekanan relatif yaitu tekanan yang ditunjukan oleh alat ukur, tekanan ini
diukur dengan bantuan alat ukur tekanan, tekanan atm sebagai datum atau tekanan atmosfir
pada skala gauge diberi tanda nol (0). Tekanan terukur dapat lebih besar atau lebih kecil dari
pada tekanan atmosfer setempat. Tekanan terukur yang lebih besar daripada tekanan atmosfer
setempat adalah tekanan positif, sedang yang lebih kecil daripada tekanan atmosfer setempat
adalah tekanan negatif. Misalnya ketika ban sepeda motor kempes, tekanan dalam ban =
tekanan atmosfir (Tekanan atmosfir = 1,01 x 105 Pa = 101 kPa). Ketika ban diisi udara,
tekanan ban pasti bertambah dan menjadi lebih besar dari 101 kPa, maka kelebihan tekanan
tersebut disebut juga tekanan terukur. Tekanan yang ditunjukan oleh alat ukur dapat di
ilustrasikan seperti pada gambar 3.2 berikut,

Asrori dkk 16
Statika Fluida

Gambar 3.2 Tekanan terukur

3.2.3 Tekanan mutlak (Absolute Pressure)


Tekanan absolut merupakan jumlah dari tekanan atmosfir dan tekanan terukur,
sehingga tekanan mutlak (absolut) selalu bernilai positif (+). Jika tekanan gauge minus maka
tekanan absolut = tekanan atmosfir - tekanan gauge. Secara matematis bisa ditulis :
pabs = patm + pukur (3.1)

Contoh 3.1
Ban sepeda motor yang kempes sedang di isi angin, setelah di isi di ukur dengan alat ukur
tekanan menunjukkan 200 kPa. Berapa tekanan absolut (dalam kPa) angin dalam ban tersebut ?
Penyelesaian:
Dari per. 3.1  pabs = patm + pukur
pabs = 101,3 + 200 = 301,3 kPa

3.2.4 Tekanan vakum (Vacuum Pressure)


Tekanan dibawah tekanan atmosfir atau tekanan terukur menunjukkan tekanan negatif,
kondisi seperti ini disebut partial vacuum, apabila tekanan terukur menunjukkan tekanan
atmosfir negatif maka disebut perfect vacuum atau absolut zero pressure. Contoh aplikasi
tekanan vakum adalah vacuum cleaner¸ prinsip pompa, vacuum frying. Sedangkan di otomotif
diterapkan pada teknologi brake vaccum boster dan karburator vakum atau Constant Velocity (CV)

Gambar 3.3 skema brake vacuum booster

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 17
Modul Ajar Mekanika Fluida

Lebih jelasnya hubungan antara tekanan atmosfir, tekanan terukur, tekanan absolut
dan vakum dapat dilihat dalam diagram pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Satuan dan skala pengukuran tekanan

1.6. TEKANAN HIDROSTATIS


3.3.1 Tinggi Tekan (Pressure Head)
Tinggi tekan disebut juga tinggi kolom zat cair atau sering dikenal juga dalam istilah
head. Untuk mempermudah penjelas mengenai tinggi tekan ini dapat diilustrasikan bagaimana
gaya-gaya yang terjadi pada suatu titik di dalam fluida seperti Gbr. 3.5. Bila di tinjau pada
titik X dengan luasan A yang berada setinggi (h) dalam suatu wadah terbuka yang berisi
cairan yang bermassa jenis  maka titik tersebut akan mengalami tekanan sebesar p. Arah
tekanan titik X tersebut berlawanan dengan gaya berat (w) dan arah tekanan atmosfir (patm).
Dengan demikian keseimbangan gaya pada titik X dapat dituliskan sebagai berikut;
p = patm + w/A (3.2)

Gambar 3.5 Distribusi gaya pada sebuah titik

karena,  = m/V maka m = hA


sehingga beratnya adalah:
w = mg = hAg
dimana; w = gaya berat, = massa jenis, m = massa, g = percepatan grafitasi, V=hA = Volume
kolom zat cair. Dengan demikian Pers. 3.2 akan menjadi,
p = patm + gh (tekanan absolut) (3.3)
atau

Asrori dkk 18
Statika Fluida

p = gh (tekanan terukur) (3.4)


jika dinyatakan dalam head atau tinggi kolom cairan maka pers 3.4 menjadi,
p p
h=  (3.5)
g 
Pada umumnya satuan h dapat berupa meter kolom air (mka) atau cm Hg (air raksa).

Contoh 3.2
Bila seorang penyelam sedang bekerja pada kedalaman air 18 m(di bawah permukaan air
laut), sedangkan berat jenis air laut adalah 10.000 N/m3, maka berapa besar tekanan yang di
terima oleh penyelam tersebut
Penyelesaian:
p =  h = (10.000)(18) = 180 kN/m2

Contoh 3.3
Tekanan di dalam tangki tertutup adalah 100 kN/m2. Berilah bentuk tekanan tersebut dalam
tinggi tekanan terhadap air (mka) dan air raksa (dengan ; SG = 13,6).
Penyelesaian:
Dari data diperoleh: air = 1000 kg/m3 ; Hg = SG. air = 13,6 . 1000 = 13600 kg/m3
Dengan pers. 3.5 diperoleh untuk
p 100000
 Tinggi tekanan terhadap air  hair = = = 10,194 m (air) atau mka
 air g 1000.9,81
p 100000
 Tinggi tekanan terhadap air raksa  hHg = =
 Hg g 13600.9,81
= 0,749 m (air raksa) = 74, 9 cmHg

Contoh 3.4
For the vessel containing glycerin ( = 1261 kg/m3) under pressure as shown fig. 3.6, find the
pressure at the bottom of the tank .

Penyelesaian :
P = 50 +  h
= 50 + (12 ,37)(2)
= 74,74 kPa
Gbr 3.6

3.3.2 Hukum pascal untuk tekanan di satu titik


Hukum Pascal menyatakan besarnya tekanan pada sebuah titik di dalam cairan yang
dalam keadaan diam adalah sama besarnya untuk semua arah. Pernyataan ini dapat di
ilustrasikan distribusi gaya yang terjadi pada sebuah prisma ABC yang sangat kecil, seperti
pada gambar 3.7.

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 19
Modul Ajar Mekanika Fluida

Gambar 3.7 Distribusi tekanan pada bagian terkecil fluida berbentuk prisma ABC

Dari gambar di atas dapat di uraikan sebagai berikut:


p1 = besarnya tekanan dibidang AB persatuan luas
p2 = besarnya tekanan dibidang BC persatuan luas
p3 = besarnya tekanan dibidang AC yang bersudut  dengan bidang AB, persatuan luas
Karena F = p.A, maka:
F1= p1.AB.s (3.6)
F2= p2. BC.s (3.7)
F3= p3.AC.s (3.8)
Bila cairan dalam keadaaan diam, maka semua gaya dalam keadaaan seimbang (F=0) dan
tegak lurus pada bidang kerja masing-masing. Sehingga kesetimbangan gaya-gayanya dapat
ditulis sebagai berikut,
 Pada arak tegak (sumbu y)
 Fy = 0
F1 – F3y = 0 (3.9)
Karena F3y = F3. cos  maka pers.3.9 menjadi,
p1.AB.s = p3.AC.s. cos  (3.10)
Karena AB = AC.cos  maka pers.3.10 menjadi,
p1 = p3 (3.11)
 Pada arak mendatar (sumbu x)
Fx = 0
F2 – F3x = 0 (3.12)
Karena F3x = F3. sin  maka pers.3.12 menjadi,
p2. BC.s = p3.AC.s. sin  (3.13)
Karena BC = AC.sin  maka pers.3.13 menjadi,
p2 = p3 (3.14)
Sehingga dari pers. 3.11 dan 3.14 diperoleh,
p1 = p2 = p3 (3.15)
Karena sudut  adalah sebarang, maka berarti bahwa besarnya tekanan pada setiap titik pada
cairan statis adalah sama untuk semua arah

Asrori dkk 20
Statika Fluida

3.3.3 Prinsip Kerja Dongkrak Hidrolis


(a) Ketinggian silinder sama

Gambar 3.8 Gambar dongkrak dengan tinggi silinder sama


Gaya F yang bekerja pada silinder 1 akan menimbulkan tekanan p1 persatuan luas yang
diteruskan ke segala arah melalui cairan, sehingga secara matematis dapat ditulis persamaan;
p=0
p 1 = p2
F w
 (3.16)
a A
(b) Ketinggian silinder tidak sama

Gambar 3.9 Gambar dongkrak dengan tinggi yang berbeda


Tekanan yang terjadi pada silinder 2 (p2) selain akibat dari tekanan silinder 1 (p1) juga
akibat pengaruh tekanan statis setinggi h, sehingga kesetimbangan tekanan yang terjadi pada
dongkrak dapat dirumuskan sebagai berikut,
Tekanan pada silinder (2) = Tekanan silinder (1) + Tekanan hidrostatis cairan di silinder (1)
p 2 = p1 +  h
w F
  h (3.17)
A a
3.3.4 Penerapan Prinsip Pascal
Berpedoman pada prinsip Pascal ini, manusia telah menghasilkan beberapa alat, baik
yang sederhana maupun canggih untuk membantu mempermudah kehidupan. Beberapa di
antaranya adalah pompa hidrolik, dongkrak hidrolik, forklift, rem hidrolik dan lain-lain.
Contoh aplikasi dalam otomotif yaitu pada brake system di mobil (Gbr. 3.10), ketika kaki
menginjak pedal rem maka fluida yang berada dalam master cylinder akan mentransmisikan

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 21
Modul Ajar Mekanika Fluida

tekanan ke kampas (brake pads) sehingga gaya gesek akan menahan laju disk brake yang
terpasang pada peleg dan akhirnya mobil akan berhenti.

Gambar 3.10 Mekanisme rem hidrolik

Contoh 3.5
Gaya sebesar 850 N menekan pada silinder (a) pada dongkrak hidrolisnya yang mempunyai
luasan 15 cm2, sedangkan yang besar luasnya A= 150 cm2. Jika massa jenis cairan dalam
dongkrak adalah 1000 kg/m3. Berapa besar beban yang mampu diangkat oleh silinder (A)
apabila:
(a) Silinder terletak pada ketinggian yang sama (Gbr. 3.11a)
(b) Bila silinder (A) yang lebih besar berada 75 cm lebih rendah dari pada silinder kecil.
Gbr. 3.11b)

Penyelesaian:
(a) Dari pers . 3.16 diperoleh,
F w A
  w=F
a A a
Sehingga ,
150
w = (850 ) ( ) = 8500 N = 868 kg
15
(b) Dari pers. 3.17 diperoleh,
F 
w  A   h 
 a 
 850 
= 150.10-4  ( 4
)  (103.9,81)(0, 75)  = 8650 N = 882 kg
 15.10 

Asrori dkk 22
Statika Fluida

3.3.5 Hukum Archimedes (Gaya Apung)


Prinsip Archimedes menyatakan bahwa : “Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya
atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada
benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan”.
Gaya apung terjadi karena adanya perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang
berbeda. Tekanan fluida bertambah terhadap kedalaman, semakin dalam fluida (zat cair),
semakin besar tekanan fluida tersebut. Ketika sebuah benda dimasukkan ke dalam fluida,
maka akan terdapat perbedaan tekanan antara fluida pada bagian atas benda dan fluida pada
bagian bawah benda. Fluida yang terletak pada bagian bawah benda memiliki tekanan yang
lebih besar daripada fluida yang berada di bagian atas benda. (lihat gambar 3.12).

Gambar 3.12 Distibusi gaya pada benda terapung dalam zat cair

Pada gambar di atas, tampak sebuah benda melayang di dalam air. Fluida yang berada
dibagian bawah benda memiliki tekanan yang lebih besar daripada fluida yang terletak pada
bagian atas benda. Hal ini disebabkan karena fluida yang berada di bawah benda memiliki
kedalaman yang lebih besar daripada fluida yang berada di atas benda (h2 > h1). Gaya-gaya
dalam arah horisontal pada benda tersebut ada pada kondisi setimbang, akan tetapi tidak
demikian dengan arah vertikal.
Besarnya tekanan fluida pada kedalaman h2 adalah :
F2
p2   F2=P2A = gh2A (3.18)
A
Besarnya tekanan fluida pada kedalamana h1 adalah :
F1
p1   F1=P1A = gh1A (3.19)
A
F2 = gaya yang diberikan oleh fluida pada bagian bawah benda, F1 = gaya yang diberikan oleh
fluida pada bagian atas benda, A = luas permukaan benda. Selisih antara F2 dan F1 merupakan
gaya total yang diberikan oleh fluida pada benda, yang kita kenal dengan istilah gaya apung.
Besarnya gaya apung adalah :
Fapung = F2 –F1
Fapung = (gh2A)- (gh1A) = g(h2-h1) = FgAh
Fapung = FgV (3.20)
Pers. 3.20 menunjukan resultan gaya (gaya apung) sama dengan berat fluida yang di
pindahkan dan inilah pembuktian dari prinsip archimedes.

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 23
Modul Ajar Mekanika Fluida

1.7. PENGUKURAN TEKANAN ATMOSFIR


3.4.1 Barometer Air Raksa
Tekanan Atmosfir pertama kali di ukur oleh Evangelista Torricelli (1608-1647), murid
Galileo. Pada tahun 1643 Torricelli menggunakan metode barometer air raksa yang untuk
mengukur tekanan atmosfir. Barometer tersebut berupa tabung kaca yang panjang dan berisi
air raksa (Hg), seperti gambar 3.13

Gambar 3.13 Barometer air raksa


Ketika tabung kaca yang berisi air raksa dibalik maka pada bagian ujung bawah
tabung (pada gambar terletak di bagian atas) tidak terisi air raksa, isinya cuma uap air raksa
yang tekanannya sangat kecil sehingga diabaikan atau tekanan vacum (p2 = 0). Pada
permukaan air raksa yang berada di dalam wadah terdapat tekanan atmosfir yang arahnya ke
bawah (atmosfir menekan air raksa yang berada di wadah). Tekanan atmosfir tersebut
menyangga kolom air raksa yang berada dalam pipa kaca. Pada gambar, tekanan atmosfir
dilambangkan dengan po. Besarnya tekanan atmosfir dapat dihitung menggunakan persamaan:
po = p2 + Hg.g.h , karena p2 = 0 maka,
po = Hg.g.h (3.21)
Dari percobaan torricelli diperoleh tinggi air raksa pada tabung adalah 76 cm sedangkan
massa jenis air raksa Hg = 13,6. 103 kg/m3 , sehingga tekanan atmosfir adalah
po = (13,6. 103 kg/m3)(9,81 m/s2) (0,76 m) = 1,013 . 105 N/m2 = 1 atm = 1 bar
Dalam bentuk lain tekanan atmosfir dapat dinyatakan dengan tinggi tekan kolom air raksa
yaitu 76 cmHg = 760 mmHg.

3.4.2 Barometer Aneroid


Barometer aneroid menggunakan skala milibar (mb). “Aneroid" berarti "tanpa cairan".
Bagian yang terpenting dari alat ini adalah bejana tertutup yang sebagian udaranya telah
dikeluarkan yang disebut sel aneroid. Sel aneroid mengembang dan mengkerut karena
perbedaan tekanan dan terhubung jarum yang akan menunjukkan skala pengukuran (Gbr.3.14).

Gambar 3.14 Barometer aneroid sistem mekanik

Asrori dkk 24
Statika Fluida

Contoh 3.6
Sebuah Barometer pada level diatas permukaan air laut menunjukan 760,5 mmHg dan diatas
sebuah gunung terbaca 650 mmHg (Gbr. 3.15). Jika apabila rata-rata rapat massa udara di
asumsikan 1,2 kg/m3 dan rapat massa air raksa adalah 13600 kg/m3. Hitunglah ketinggian
gunung tersebut!

Penyelesaian:
Persamaan untuk menghitung tinggi (H) gunung pada Gbr.3.14 di atas adalah;
Tekanan udara setinggi H = Tekanan pengukuran di atas gunung – Tekanan
pengukuran di atas permukaan air laut
Dengan pers. 3.21 maka dapat dihitung;
Tekanan di atas gunung = Hg.g.h = (13600)(9,81)(0,65) = 86720 N/m2
Tekanan diatas permukaan air laut = Hg.g.h = (13600)(9,81)(0,7605) = 101463 N/m2
Sedangkan,
Tekanan udara setinggi H = ud.g.H
Sehingga,
(1,2)(9,81)(H) = 101463 – 86720
11,772 H = 14743  H = 1252,38 m

1.8. PENGUKURAN TEKANAN DENGAN TUBE GAUGES


Pengukuran tekanan dan alat ukur pada umumnya dapat dibagi seperti diagram
gambar 3.16.

Gambar 3.16 Diagram metode pengukuran tekanan.

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 25
Modul Ajar Mekanika Fluida

3.5.1 Piezometer tube


Tabung piezometer Terdiri dari sebuah tabung tegak yang terbuka pada satu ujungnya
dan terhubung dengan atmosfir.

Gambar 3.17 Tabung Piezometer


Tekananan pengukuran (pressure gauge) di titik (A) adalah
pA =  g h (3.22)

Kelemahan piezometer :
 Hanya untuk mengukur tekanan pengukuran pada permukaan cairan
 Tidak cocok untuk pengukuran cairan yang bertekanan tinggi
 Tidak cocok untuk mengukur fluida yang bertekanan negatif (vakum)
 Lambat mendeteksi perubahan tekanan yang cepat

Contoh 3.7
Sebuah tabung piezometer dipasang pada pipa yang dilewati air. Pada tabung ukur tersebut air
naik setinggi 10 cm di atas sumbu pipa.
(a) Hitung tekanan air dalam pipa?
(b) Jika tekanan air = 1 bar, berapa panjang piezometer agar bisa untuk mengukur tekanan
ini?
Penyelesaian:
Data:
 h = 10 cm = 0,1 m (b) Diketahui 1 bar = 105 N/m2, maka
 air = 1000 kg/m2 p = gh
Solusi: 105 = 1000.9,81. h
(a) p = gh h = 10,2 m

p = 1000.9,81.0,1
= 981 N/m2

3.5.2 Simple Manometer


Manometer ini tidak banyak bedanya dengan tabung piezometer, hanya saja
manometer ini berbentuk pipa U (U tube) dimana ujung yang satu melekat pada titik yang
diukur tekanannya (gauge point) sedang ujung yang lain berhubungan langsung dengan udara
luar (atmosfer), seperti tampak pada Gbr. 3.18.

Asrori dkk 26
Statika Fluida

a b
) )

Gambar 3.18 Manometer pipa-U sederhana


Dengan melihat Gbr. 3.18a, dapat dihitung tekanan pada titik (A);
Tekanan pada x = Tekanan pada x’ (pada garis putus-putus x-x’)
px  px '
p A  1 gh1  patm   2 gh2
p A  patm   2 gh2  1 gh1 (Tekanan Absolut)
Sedangkan untuk tekanan terukur (pgauge), adalah;
p A( gauge )   2 gh2  1 gh1
p A( gauge )   2 h2   1h1 (3.23)
 Jika yang diketahui kerapatan relatif (SG) dari cairan, maka:
p A( gauge )  SG2 air h2  SG1 air h1
p A( gauge )   air ( SG2 h2  SG1h1 ) (3.24)

Contoh 3.8
Sebuah manometer berbentuk U berisi air raksa dipakai untuk mengukur tekanan, bila dalam
pipa-U berisi air raksa yang mempunyai kerapatan relatif =13,6 seperti Gbr.3.19 di bawah.
Dimana h1 = 30 cm, h2 = 20 cm, Hitung berapa tekanan ukur (gauge pressure) dititik A?

Penyelesaian:
px = px’
pA+ air.h1 = patm +  Hg(h2+h1)
untuk tekanan terukur, patm = 0
pA = Hg(h2+h1) - air.h1
pA = SGHg air(h2+h1) - air.h1
pA = air (SGHg(h2+h1) - h1)
Gbr. 3.19 pA = 9,81.103 (13,6(0,2+0,3) – 0,3 )
pA = 63,765.103 N/m2 = 63,8 kN/m2

3.5.3 Differential Manometer


Manometer diferensial terdiri dari pipa U dimana kedua ujungnya terletak pada titik
yang diukur, seperti pada Gbr.3.20. Alat ukur ini digunakan untuk mengukur beda tekanan
antara dua titik pada satu pipa atau antara dua pipa. Fluida dalam tabung/pipa yang diukur

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 27
Modul Ajar Mekanika Fluida

tekanan tersebut bisa berbeda dan fluida yang digunakan dalam pipa-U bisa lebih dari satu
macam.

Gambar 3.20 Manometer Diferensial


Dari gambar 3.20 berlaku persamaan:
px = px’
pA + 1.g.h1 = pB + 1.g.h3 + 2.g.h2
pA + 1.h1 = pB + 1.h3 + 2.h2
pA – pB = 1.h3 + 2.h2 - 1.h1
pAB = -1 (h1 - h3) + 2.h2
pAB = - 1.h2 + 2.h2
pAB = h 2 ( 2 - 1) (3.25)

3.5.4 Manometer Diferensial Terbalik


Merupakan tipe dari differensial manometer akan tetapi posisi tabung-U dibalik.
Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan yang rendah antara dua titik dengan tingkat
akurasi sebagai pertimbangan utama.

Gambar 3.21 Differensial Manometer Terbalik.

Perbedaan tekanan dititik A dan B dapat diuraikan sebagai berikut:


px = pX’
pA - 1.h1 = pB - 2.h2 - 3.h3
pA - pB = 1.h1 - 2.h2 - 3.h3
pAB = air.SG1.h1 - air. SG2.h2 - airSG3.h3
pAB = air (SG1.h1 - SG2.h2 - SG3.h3) (3.26)

Asrori dkk 28
Statika Fluida

Tinggi tekan (Head mka) dititik A dan B , menjadi:


p AB
 SG1.h1  SG2 .h2  SG3 .h3 (3.27)
 air

Contoh 3.9
Pada manometer seperti pada Gbr.3.22 diketahui SG1 = SG3 = 1 ; SG2 = 0,95 ; h1 = h2 = 0,3 m
dan h3 = 1m. Hitunglah perbedaan tekanan antara A dan B (PAB) dalam cm air.
Penyelesaian:

Persamaan dari Gbr 3.22 adalah


pA – h11-h22 = pB – h33
p A  pB
= h1SG1 + h2SG2 – h3SG3

p A  pB
= (0,3 . 1) +(0,3 .0,95)- ( 1.1)

= - 0,415 m = -41,5 cm
Nilai (-) menunjukan pB > pA
Gbr. 3.22

3.5.5 Manometer diferensial dalam satu pipa


Manometer deferensial tersebut juga dapat dipasang diantara dua penampang pada satu
aliran saluran tertutup seperti tampak pada Gbr. 3.23

Gambar 3.23 Manometer deferensial pada satu pipa

Persamaan untuk perbedaan tekanan antara penampang (1) dan penampang (2) adalah:
p1+h11 = h22 + (h1- h2+z) 1 + p2
p1 - p2 = 1 (z - h2) + 2 h2 (3.28)

3.5.6 Micro Manometer


Alat ukur tekanan ini merupakan modifikasi dari bentuk manometer yang sudah ada
(simple dan differential manometer) dengan tujuan untuk mengukur tekanan atau beda
tekanan yang sangat kecil. Modifikasi ini untuk meningkatkan respon pembacaan variasi
tekanan dan meningkat akurasi serta sensitivitas pengukuran. Ada dua (2) metode
micromanometer , yaitu diantaranya;

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 29
Modul Ajar Mekanika Fluida

(a) Inclined tube manometer


Manometer pipa-U kurang peka untuk mendeteksi perbedaan tekanan yang sangat
kecil, karena perbedaan ketinggian pada kedua kaki juga sangat kecil, maka manometer ini
dimodifikasi dengan cara memiringkan salah satu kaki pipa-U agar kenaikan tinggi cairan
yang kecil tetap dapat terlihat, dengan memiringkan salah satu kaki manometer pipa-U maka
panjang jarak yang ditempuh cairan semakin panjang dan memungkinkan penggunaan skala
yang teliti. Cairan yang digunakan pada manometer ini adalah 90-97% propilen glykol dan 3-
10% air, dengan tambahan zat pewarna.

Gambar 3.24 Inclined tube manometer

Sebagai contoh seperti gambar 3.25. tekanan pengukuran pada manometer ini dapat
diuraikan dengan meninjau tekanan di x dan x’ (garis putus-putus x-x’),

Gambar 3.25 Skema manometer pipa miring

Penyelesaian persamaan pada kasus manometer pada gambar 3.24 di atas, sama halnya
dengan uraian pembahasan perhitungan tekanan pada manometer sebelum. Maka tekanan
terukur (pgauge) pada titik A untuk manometer pipa miring Gbr. 3.25 adalah;

pA = air (SG2.L sin  - SG1.h1) *(3.29)

Catatan: *Penggunakan rumus dan notasi tergantung dari kasus manometer yang digunakan.
Contoh 3.10
Salah satu ujung tabung U miring dihubungkan dengan sebuah sistem membawa udara
bertekanan kecil. Jika ujung lain terhubung dengan atmosfer dan sudut kemiringan 30
terhadap horizontal dan tabung mengandung oli dengan kerapatan relatif 0,8. Hitung tekanan
udara di sistem untuk bacaan manometer 500 mm sepanjang kemiringan, dan tinggi ekivalen
untuk kolom air vertikal (mka).

Asrori dkk 30
Statika Fluida

Pembahasan:

Data:
 Kerapatan relatif oli (SGo) = 0,8
 Sudut manometer () = 30
 Panjang kemiringan (h) = 0,5 m
Solusi:
Persamaan pada pot. X – X’:
X X’ p = o.g.z = SGo. air.g.h sin 
p = (0,8)(1000)(9,81)(0,5 sin 3o)
p =205,36 N/m2
Jika dinyatakan dalam mka, gunakan pers. 3.5
p 205,36
hair = = = 0,0209 meter kolom air
 air 9810

(b) Manometer dengan ujung yang diperbesar (Manometer with enlarged ends)

Gambar 3.26 Manometer dengan ujung diperbesar

Persamaan manometer pada gambar 3.26 di atas dapat di uraikan dengan melihat garis
potongan X-X’. sehingga diperoleh tekanan terukur pada titik A adalah;
a
pA(gauge) = air [(SG2. h2 - SG1.h1) + .h2(SG2-SG1)] (3.30)
A

Keterangan:
h = selisih ketinggian
A = luas penampang tabung besar
a = luas penampang tabung kecil
h2 = tinggi cairan pada tabung kecil
dimana:
a
h  h2
A

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 31
Modul Ajar Mekanika Fluida

(c) Manometer diferensial dengan kedua ujung diperbesar


Salah satu jenis manometer micro adalah seperti gambar 3.27. Manometer jenis ini
sering di gunakan untuk mengukur perbedaan kecil tekanan gas, di mana manometer ini pada
prinsipnya merupakan modifikasi dari bentuk manometer diferensial . peralatan ini terdiri dua
reservoir besar masing-masing berpenampang (A), yang berisi zat cair dengan kerapatan
relatif (SG2) dan di hubungkan dengan dengan Pipa-U berpenampang dengan luas (a) yang
berisi zat cair dengan kerapatan relatif (SG1). Jika sebuah perbedaan tekanan gas, p2 – p1
diberikan maka sebuah bacaan perbedaan ketinggian (y) akan terbentuk.

Gambar 3.27 Manometer diferensial dengan ke dua ujung diperbesar

Dengan berdasar gambar 3.27 perbedaan tekanan antara p2 – p1 atau (p21) dapat di
hitung, yaitu;
p21 = 1.y [SG1(1+a/A) - SG2(1-a/A)] (3.31)

1.9. PENGUKURAN TEKANAN SISTEM MEKANIK


3.6.1 Bourdon Tube Pressure Gauge
Alat ukur tekanan tipe tabung Bourdon ini (Gbr. 3.28) adalah sebuah peralatan yang
didalamnya terdapat sebuah pipa lengkung (perunggu yang menggandung phospor), apabila
mendapat tekanan dari luar maka pipa tsb akan menggerakkan jarum yang menunjukkan skala
tekanan pada dial. Tipe ini banyak di gunakan dalam industri di karenakan bersifat portabel,
ketelitian cukup tinggi, tidak mudah terpengaruh perubahan temperatur dan range
pengukurannya yang lebar yaitu -0,6 bar– 0 (tekanan vakum) dan 0–1600 bar (tekanan terukur).

Gambar 3.28 Alat ukur tekanan tabung bourdon

Asrori dkk 32
Statika Fluida

3.6.2 Diapragm Pressure Gauge


Alat ukur tipe difragma menggunakan deformasi elastis dari suatu diafragma
(membran) untuk mengukur perbedaan tekanan yang tidak diketahui dengan tekanan
referensi. Diafragma memiliki membran fleksibel dengan dua sisi, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 3.29.

Gambar 3.29 Alat Ukur tekanan tipe diafragma

Diaphragm pressure gauge digunakan untuk mengukur tekanan dengan range normal
dan vacuum hingga 200 psig. Misalnya, untuk memantau tekanan dari tabung gas, mengukur
tekanan atmosfer, dan mengukur tekanan vakum dalam pompa vakum.

3.6.3 Elemen Penghembus (Bellows Element)


Prinsip kerjanya didasarkan pada perubahan volume dari elemen bellows (material :
kuningan, fosfor, perunggu, monel, dan stainless steel sehingga diperoleh hubungan yang
linear antara tekanan dan simpangan. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan rendah
(absolut atau relatif), tekanan diferensial, tekanan vacuum sampai tekanan 0 – 400 psig

Gambar 3.30 Mekanisme bellows element

D4-Ototronik- T.Mesin-Polinema 33

Anda mungkin juga menyukai