Anda di halaman 1dari 64

Kinematika

Roda Gigi
TUJUAN BAB INI

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

 Mengenali jenis-jenis roda gigi dan mendeskripsikan fitur-fitur utama


roda gigi.
 Mendeskripsikan karakteristik penting roda gigi, persamaan dan
perbedaan di antara tiap jenis roda gigi, keuntungan serta kerugian
pemakaian masing-masing jenis roda gigi secara umum.
 Mendefinisikan rasio kecepatan pada dua roda gigi yang
berpasangan.
 Menentukan jumlah gigi pasangan roda gigi sehingga menghasilkan
rasio kecepatan tertentu.
 Menentukan nilai susunan yang berhubungan dengan rasio
kecepatan total antara poros input dan output dari penurun
kecepatan (atau penaik putaran) jenis roda gigi yang menggunakan
lebih dari dua roda gigi.
1. Pendahuluan

 RODA GIGI adalah roda silindris bergigi, yang digunakan untuk


mentransmisikan gerak dan daya dari satu poros berputar ke
poros berputar lainnya.

 Umumnya, transmisi roda gigi menghasilkan putaran pada roda


gigi output yang berbeda dengan putaran pada roda gigi input.

 Jenis-jenis roda gigi yang paling umum adalah roda gigi lurus,
roda gigi miring, roda gigi kerucut, dan roda gigi cacing.
Roda gigi miring
(helical gear)

Roda gigi lurus


(spur gear)

Roda gigi kerucut Roda gigi cacing


(bevel gear) (wormgear)
RODA GIGI LURUS Roda gigi miring
(helical gear)
 mempunyai gigi yang lurus dan tersusun
sejajar dengan sumbu porosnya.

 Bentuk kurva pada muka-gigi~nya mem-


punyai geometri khusus yang disebut kurva
involut.
Bentuk ini memungkinkan dua gigi bekerja
Roda gigi lurus sama dengan transmisi daya yang halus
(spur gear) dan positif.

 Poros-poros untuk pasangan roda gigi ini terletak sejajar satu terhadap yang
lain.

Roda gigi kerucut Roda gigi cacing


(bevel gear) (wormgear)
RODA GIGI MIRING Roda gigi miring
(helical gear)
 memiliki gigi-gigi yang susun-
annya membentuk sudut ter-
hadap sumbu poros.
Sudut ini, disebut sudut kemi-
ringan (helical angle).
[Umumnya berkisar antara 10o
hingga 30o, tetapi dalam
Roda gigiada
praktek lurus
pula yang sampai
(spur
45°]. gear)

 Roda gigi miring bekerja lebih halus dibandingkan gigi roda gigi lurus dan untuk
ukuran yang sama mengalami tegangan lebih kecil.
Karena itu, untuk kapasitas pentransmisian daya yang sama, roda gigi miring
dapat dirancang berukuran
Roda gigi Rodagigi
lebih kecil dibandingkan roda
kerucut gigi cacing
lurus.
(bevel gear) (wormgear)
RODA GIGI MIRING Roda gigi miring
(helical gear)
 Satu kekurangan roda gigi
miring adalah terjadinya gaya
aksial, sebagai gaya tambah-
an disamping gaya penggerak
yang arahnya menyinggung
silinder dasar roda gigi.

 Gaya aksial ini harus diper-


Roda gigi lurusketika memilih
timbangkan
(spur gear)
bantalan yang mendukung
porosnya selama operasi.

 Umumnya, poros yang mendukung pasangan roda gigi miring tersusun sejajar
satu terhadap yang lain.
Tetapi ada rancangan khusus, yang disebut roda gigi miring silang, yang
memiliki sudut
Rodakemiringan 45o, dan kedua porosnyaRoda
gigi kerucut gigi cacing
membentuk sudut 90o satu
terhadap yang(bevel
lain. gear) (wormgear)
RODA GIGI KERUCUT Roda gigi miring
(helical gear)
 mempunyai gigi-gigi yang tersusun pada permukaan berbentuk kerucut.

 Bentuk dasar gigi roda gigi kerucut lurus sama dengan bentuk gigi roda gigi
lurus, namun gigi-gigi tersebut dibuat tirus: lebih lebar di bagian luar dan
mengecil ke dalam.

 Pasangan roda gigi ini umumnya memiliki poros-poros yang membentuk sudut
90o satu terhadap yang lain. Sekalipun ada juga dengan sudut selain 90o.
Roda gigi lurus
(spur gear)
 Roda gigi kerucut dapat pula dibuat
dengan gigi yang miring, seperti
pada roda gigi miring, yang disebut
roda gigi kerucut spiral.
Jenis ini bekerja lebih halus dan
dapat dibuat lebih kecil dibanding
roda gigi kerucut lurus untuk
Roda gigi kerucut kapasitasRoda gigi cacingdaya yang
pentransmisian
(bevel gear) sama. (wormgear)
RODA GIGI CACING Roda gigi miring
(helical gear)
 bekerja dengan poros-poros yang membentuk sudut 90o satu terhadap yang lain.

 Jenis ini umumnya digunakan sebagai transmisi dengan perbandingan reduksi


kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan roda gigi jenis lain.

Roda gigi yang kecil disebut cacing sebagai penggerak dan roda gigi yang besar
disebut roda cacing sebagai bagian yang digerakkan.

 Roda
Gigi gigi
padalurus
cacing memiliki bentuk yang sama
(spur gear)
dengan ulir sekrup, dan memang lebih sering
disebut ulir ketimbang gigi.
 Gigi pada roda gigi cacing dapat lurus seperti
pada roda gigi lurus, dan dapat juga miring.
 Kerugian dari pasangan roda gigi cacing adalah
efisiensi mekanisnya rendah dibandingkan
kebanyakan roda gigi jenis lain karena kontak
gesek yang berlebihan antara permukaan ulir
cacing danRoda gigiroda
gigi-gigi kerucut
gigi cacing. Roda gigi cacing
(bevel gear) (wormgear)
ANEKA RAGAM RODA GIGI LAINNYA
Batang gigi (rack) adalah
batang bergigi yang begerak
linier, bukan berputar.

Jika roda gigi lingkaran dipa-


sangkan dengan batang gigi,
kombinasinya disebut sebagai
transmisi batang gigi-pinyon
(rack and pinion transmision).
Roda gigi miter adalah pasang-
an roda gigi kerucut yang hanya
berfungsi memindahkan putaran
poros input ke poros output yang
membentuk sudut 90o satu
terhadap yang lain, tanpa terjadi
perubahan nilai putaran.
PINYON: 11 gigi = Zp LINGKAR Pasangan Roda Gigi
JARAK BAGI
DIAMETER
LINGKAR PROFIL  Pinyon (pinion)
KEPALA GIGI
(INVOLUT)  : roda gigi kecil
nP • Jumlah gigi  ZP

JARAK PUSAT
LINGKAR
JARAK BAGI • Putaran  nP rpm
DIAMETER
LINGKAR
JARAK BAGI TITIK nG
JARAK
BAGI
 Roda gigi (gear)
 : roda gigi besar
• Jumlah gigi  ZG
• Putaran  nG rpm

RODA GIGI: 18 gigi = ZG

 Jika roda gigi yang lebih kecil (pinyon) menggerakkan roda gigi yang lebih
besar, maka yang terjadi adalah reduksi atau penurunan putaran.

ZP
 Hubungan nG dan nP terkait dengan ZP dan ZG: nG  nP
ZG
SEKILAS TENTANG ASPEK-ASPEK DESAIN RODA GIGI
Misalkan, akan dirancang sebuah penurun kecepatan (reducer) untuk
mentransmisikan daya dari poros motor listrik yang berputar pada 1750 rpm ke
sebuah mesin yang bekerja pada putaran sekitar 292 rpm.

Dengan beberapa pertimbangan, diputuskan menggunakan roda gigi dengan


penurun kecepatan reduksi-ganda seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.

1750
rpm Reduksi I

292
rpm

Reduksi II

Untuk ini diperlukan berbagai informasi mengenai: sifat-sifat umum roda gigi,
susunan roda gigi dan prosedur dalam menentukan ukuran-ukuran roda gigi.
Untuk gambar desain di bawah ini:
 Poros input (poros 1) dihubungkan ke poros motor dan berputar dengan kecepatan
yang sama dengan putaran motor, yaitu 1750 rpm.
 Roda gigi 1 menggerakkan roda gigi 2, yang memiliki ukuran lebih besar sehingga
menyebabkan kecepatan putar poros 2 lebih lambat dibandingkan poros 1. Tetapi
putaran belum turun sampai 292 rpm.

Roda gigi 4
1750
rpm
Roda gigi 1

292
rpm

Roda gigi 3
Roda gigi 2

 Roda gigi ketiga (roda gigi 3) diletakkan pada poros yang sama dengan roda gigi 2
dan dibuat berpasangan dengan roda gigi 4 yang ditempatkan pada poros output.
Dengan ukuran yang sesuai untuk keempat roda gigi tersebut, akan dapat
dihasilkan besar putaran output yang sama besar atau mendekati putaran yang
diinginkan.
Proses ini memerlukan pengetahuan tentang konsep rasio kecepatan dan
teknik perancangan susunan roda gigi seperti yang akan didiskusikan dalam
mata kuliah ini.

Disamping hal-hal tersebut, diperlukan pula pengenalan bentuk umum roda gigi, fitur-
fitur geometri dari setiap roda gigi dan cara menghitung ukuran-ukuran dari fitur-fitur
penting ini. Hal ini dibutuhkan untuk peninjauan kekuatan dan ketahanan aus, nantinya.
Berikut ini adalah beberapa parameter penting yang harus ditetapkan
atau dipilih untuk setiap roda gigi yang dirancang:

 Jumlah gigi
 Bentuk gigi
 Ukuran gigi yang dinyatakan dengan jarak bagi (pitch)
 Lebar gigi
 Model dan ukuran bakal roda gigi yang akan dimesin menjadi roda
gigi
 Desain naf roda gigi yang merupakan sarana penyambungan roda
gigi pada poros
 Tingkat kepresisian gigi dan metode manufaktur yang sesuai untuk
menghasilkan tingkat kepresisian tersebut
 Cara dan peralatan untuk meletakkan roda gigi pada poros
2. Model-model Roda Gigi Lurus
Gambar berikut memperlihatkan beberapa model berbeda dari roda gigi lurus
Lubang
komersial. bingkai
naf
 Roda gigi berukuran be-
sar, biasanya dibuat
naf dengan jeruji, dengan
maksud untuk mengu-
rangi berat roda gigi.
 Gigi-giginya dibuat pada
bingkai yang didukung
oleh beberapa jeruji
yang berhubungan de-
ngan naf.

 Lubang pada naf umumnya dirancang dengan suaian rapat bersama poros
yang dipasang untuk mendukung roda gigi tersebut.
 Umumnya dibuat alur pasak di dalam lubang naf untuk tempat dudukan
pasak agar diperoleh pentransmisian torsi yang mantap.
 Rancangan naf pejal umumnya dipilih untuk roda gigi berukuran kecil.
Pada gambar terlihat lubang poros bersama alur pasak.
Terdapat sekrup yang mengarah ke alur pasak, dipakai untuk mengunci pasak
setelah terpasang.
Alur pasak Sekrup
 Roda gigi lurus yang
dibuat berbentuk batang
datar memanjang dise-
but batang gigi (rack).
Batang gigi sebenarnya
adalah sebuah roda gigi
lurus dengan jari-jari tak
berhingga.
Profil giginya lurus (tidak
melengkung) berbentuk
involut seperti umumnya
roda gigi lurus

 Salah satu cara mendapatkan gigi roda gigi kecil (pinyon) adalah membuatnya
langsung pada permukaan poros yang mendukung roda gigi tersebut.
Hal ini sering dilakukan pada poros input transmisi roda gigi jenis penurun
putaran.
3. Geometri Roda Gigi Lurus:
Bentuk Gigi INVOLUT
Bentuk gigi roda gigi lurus yang banyak digunakan adalah bentuk
involut kedalaman penuh.

Karakteristik bentuk involut ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.

 Bentuk involut inilah yang memungkinkan


putaran roda gigi yang digerakkan
mempunyai proporsi yang tetap terhadap
roda gigi yang menggerakkan dari sejak
awal terjadinya kontak hingga akhir kontak
antar gigi.

 Aksi yang diberikan kedua gigi yang bersentuhan tersebut sangat halus.
Jika tidak demikian, maka akan terjadi penambahan dan penurunan kecepatan
selama terjadinya kontak. Hal ini dapat menimbulkan getaran, suara berisik dan
osilasi torsi yang akan mengganggu kerja sistem.
KURVA INVOLUT dapat digambarkan dengan mengguna-
kan silinder dan tali (atau kawat). Lakukan prosedur
berikut:

 Belitkan tali pada lingkar luar silinder


 Ikatkan pensil pada ujung tali.
 Mulailah menggambar dengan posisi mata pensil rapat
pada lingkar luar silinder.
 Gerakkan pensil ke arah luar silinder dengan tetap
menjaga tali tetap lurus.
 Kurva yang akan tergambar adalah bentuk kurva involut.
MENGGAMBARKAN
Lingkar silinder atau
KURVA INVOLUT lingkaran dasar
roda gigi

Tali yang
dibelitkan
MENGGAMBARKAN
KURVA INVOLUT
Merekam jejak ujung tali
selama tali dilepas dari
lingkar luar silinder.

Kurva
INVOLUT
Gambar di bawah ini menunjukkan dua buah lingkaran dasar dari roda-roda gigi
yang berpasangan.
 Garis-garis singgung kedua
lingkaran dasar roda gigi, yang
ditarik dari titik kontak antara
kedua kurva involut, tampak
berimpit.

 Posisi kedua garis singgung


yang berimpit tersebut selalu
sama selama lingkaran dasar
kedua roda gigi berputar.
Inilah yang terjadi selama dua
gigi roda gigi bekerja sama.
Lingkaran
jarak bagi
Lingkaran
kepala
Lingkaran
dasar GARIS
Titik-titik
batasAKSI
kontak gigi

Garis  bidang
kontak
Prinsip dasar kinematika, menyebutkan bahwa:

Garis hubung Untuk dua benda yang berputar


pusat kedua roda dan bersentuhan, jika melalui
gigi titik kontaknya dibuat sebuah
Garis  bidang garis yang tegak lurus terhadap
kontak permukaan kontak kedua benda..
Bidang kontak; dan garis tersebut selalu
Titik kontak memotong garis hubung pusat
kedua benda pada titik yang
sama, maka rasio kecepatan
sudut kedua benda tersebut
konstan.
Kedua garis selalu
berpotongan di titik ini
Pernyataan ini merepresentasi-
kan pula
hukum roda gigi.

Seperti yang baru saja didemonstrasikan, gigi roda gigi yang dibuat dengan
bentuk involut terbukti memenuhi hukum tersebut. .
4. Tata Nama Roda Gigi Lurus dan
Fitur-fitur Gigi Roda Gigi
Gambar di bawah ini menunjukkan fitur-fitur roda gigi.

Terminologi dan simbol yang


digunakan disini mengikuti stan-
dar American Gear Manufac-
turers Association (AGMA).
Diameter Lingkaran Jarak Bagi
Gambar di bawah ini memperlihatkan gigi-gigi dari dua roda gigi yang
berpasangan.
Dalam gambar tampak dua
buah busur lingkaran dari
masing-masing roda gigi
tepat dan selalu bersing-
gungan selama siklus kerja
sama berlangsung.

Titik jarak bagi Busur lingkaran tersebut


bagian dari sebuah lingkar-
an yang disebut lingkaran
jarak bagi (pitch circle).
Diameter lingkaran ini dise-
but diameter lingkaran ja-
rak bagi (pitch circle dia-
meter).
Titik singgung kedua lingkaran disebut titik jarak bagi (pitch point).
Jarak Bagi
Jarak antargigi yang bersebelahan dan ukuran-ukuran gigi dikontrol oleh
jarak bagi (pitch) gigi.
Dikenal ada 3 istilah terkait
jarak bagi:
1. Jarak bagi lingkaran.
2. Jarak bagi diametral, dan
3. Modul metrik

Jarak Bagi Lingkaran


: Panjang busur pada
lingkaran jarak bagi roda gigi
yang diukur dari sebuah titik
tertentu pada satu gigi
hingga ke titik yang terletak
pada posisi yang sama pada
gigi di sebelahnya.
Bila D menunjukkan diameter jarak bagi dan Z menunjukkan jumlah gigi, maka
D
jarak bagi lingkaran (p) dapat dihitung dari rumus: p =
Keliling lingkaran
jumlah gigi
Z
Jarak Bagi
Agar dua buah roda gigi yang berpasangan dapat bekerja sama, maka
jarak bagi kedua roda gigi tersebut harus sama: p = pG = pP
atau

 DG  DP
p 
ZG ZP

Jarak Bagi Diametral


: Jumlah gigi per inci
diameter lingkaran jarak
bagi.

Sistem jarak bagi diametral


ini umum digunakan di
Amerika Serikat
Bila D menunjukkan diameter jarak bagi dan Z menunjukkan jumlah gigi, maka
ZG Z P
jarak bagi diametral (Pd) dapat dihitung dari rumus: Pd   [gigi per inci]
DG DP
Gambar di bawah ini menunjukkan alat yang digunakan untuk
menentukan jarak bagi diametral sebuah roda gigi dengan cara
mencocokkan profil roda gigi tersebut dengan profil yang tergambar pada
alat ini.

Tampak bahwa jika nilai


jarak bagi diametral mem-
besar maka ukuran fisik gigi
mengecil, demikian pula se-
baliknya.

Hubungan antara
jarak bagi lingkaran (p)
dan
jarak bagi diametral (Pd)

p Pd  
Sistem Modul Metrik
Jarak bagi roda gigi dalam sistem metrik didasarkan pada parameter yang
disebut dengan modul, m, yang menggunakan satuan mm.

Modul sebuah roda gigi ditentukan dengan membagi diameter lingkaran


jarak bagi (DG atau DP) dalam mm dengan jumlah gigi (ZG atau ZP).

DG D
m  P
ZG ZP

Hubungan antara
modul (m)
dan
jarak bagi diametral (Pd)

25,4 m
m dalam mm
Pd Pd dalam gigi/inci
Fitur-fitur Gigi
Fitur-fitur gigi penting diketahui ketika
melakukan perancangan dan pemerik-
saan gigi roda gigi.

Kedua gambar berikut menunjukkan


fitur- fitur tersebut:

Beberapa istilah dalam bahasa Inggris:


Lingkaran jarak bagi = pitch circle
Jarak bagi lingkaran = circular pitch
Lingkaran kepala = addendum circle
Lingkaran kaki = dedendum circle
Kepala gigi = addendum
Kaki gigi = dedendum
Lebar gigi = face width
Tebal gigi = tooth thickness
Lebar ruang = width of space
Muka gigi = face
Panggul gigi = flank
Kelonggaran kepala = clearance
a
b
c

 Tinggi kepala (a): Jarak radial dari lingkaran jarak


bagi sampai bagian terluar gigi.
 Tinggi kaki (b) : Jarak radial dari lingkaran jarak
bagi sampai lingkaran kaki gigi.
 Kelonggaran kepala (c) : Jarak radial dr. bag. atas
gigi ke bag. dasar gigi pasangannya ketika kedua
gigi pada posisi hubungan penuh. c ba
 Kedalaman total (ht): Jarak radial dari bagian atas
gigi ke bagian kaki gigi . ht  a  b
 Kedalaman kerja (hk): Jarak masuk radial bag. gigi
ke ruang antargigi pasangannya. hk  ht  c
 Diameter lingkaran kepala (Do): diameter lingkaran terluar roda gigi yang
melingkupi bagian luar gigi roda gigi. Do  D  2a
 Hubungan Diameter Lingkaran Kepala dengan Pd dan Z:
Z 1 Z 2
Do  2 
Pd Pd Pd

 Hub. Diameter Lingkaran


Kepala dengan modul ( m )
dan Z:

Do = m Z + 2m = m (Z+2)

 Diameter lingkaran kaki (DR):


Diameter lingkaran pada bagian kaki
gigi.

DR = D – 2b
 Tebal gigi [tooth thickness] ( t ):
Panjang busur yang diukur
pada lingkaran jarak bagi dari
satu sisi gigi ke sisi lainnya.
t = p / 2 =  / 2Pd t
• Ruang antargigi [width of
space]: Panjang busur yang
diukur pada lingkaran jarak bagi,
dari sisi kanan satu gigi ke sisi kiri
gigi sebelahnya.
Secara teoritis, ruang antargigi sama dengan tebal gigi. Tetapi untuk
alasan praktis, jarak antara gigi dibuat lebih lebar (untuk ini ada istilah
“kelonggaran sisi kontak”)
• Kelonggaran sisi kontak (backlash) diberikan agar pelumas dapat mene-
robos masuk diantara gigi-gigi yang bersinggungan.
Penentuan besarnya kelonggaran sisi kontak bergantung pada besarnya
jarak pusat-pusat roda gigi dan jarak bagi atau modul roda gigi. Untuk ini
telah disediakan tabel daftar kisaran kelonggaran sisi kontak yang
disarankan oleh AGMA.
 Lebar gigi [face width] ( F ):
Lebar dari gigi yang diukur
sejajar dengan sumbu roda gigi.
 Filet [fillet]: Busur yang meng-
hubungkan profil gigi involut ke
permukaan kaki gigi.

 Muka gigi [face]: Permukaan


gigi roda gigi dari lingkaran
jarak bagi ke lingkaran terluar
dari roda gigi.

 Pinggul gigi [flank]: Permukaan gigi roda gigi dari lingkaran jarak bagi
ke lingkaran kaki dari roda gigi, termasuk kelengkungan .
 Jarak pusat [center distance] (C): Jarak dari pusat pinyon ke pusat
roda gigi; hasil penjumlahan radius jarak bagi dari dua roda gigi yang
bekerja sama.

C = DG/2 + DP/2 = (DG + DP)/2

 Hubungan jarak pusat dan ZG, ZP,


dan Pd :

1  Z G Z P  Z G  Z P 
C   
2  Pd Pd  2 Pd
Jarak
Pusat  Hubungan jarak pusat dan ZG, ZP,
(C )
dan m :

C = (DG + DP) / 2
= (m ZG + m ZP) / 2
= [(ZG + ZP) m] / 2
SUDUT TEKAN
 Sudut tekan adalah sudut yang terbentuk diantara garis singgung
lingkaran jarak bagi dengan garis yang tegak lurus permukaan kontak
gigi (garis normal atau garis aksi) roda gigi.

Selama dua gigi roda gigi bekerja sama dan mentransmisikan daya, gaya
dipindahkan dari gigi roda gigi penggerak ke gigi roda gigi yang digerakkan.
Hal ini terjadi sepanjang garis aksi.

Garis singgung
lingkaran jarak bagi Roda gigi yang digerakkan • Besarnya sudut te-
kan akan berpenga-
ruh pada bentuk gigi
roda gigi yang sebe-
narnya.

Roda gigi penggerak


Garis normal
(garis aksi)
SUDUT TEKAN
Di bawah ini ditunjukkan tiga bentuk gigi roda gigi berdiameter lingkaran
jarak bagi yang sama tetapi dengan sudut tekan yang berbeda.
Ketiga gigi ini memiliki
tebal gigi yang sama,
t t t karena seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya
tebal gigi dihitung hanya
berdasar pada jarak bagi.
Paling umum digunakan
t = p / 2 =  / 2Pd

 Perbedaan bentuk antara ketiga gigi disebabkan karena sudut tekan


menentukan ukuran lingkaran dasar.
Ingat: - lingkaran dasar adalah lingkaran tempat kurva involut dibentuk dan
- garis aksi selalu menyinggung lingkaran dasar .

 Ukuran lingkaran dasar (Db) diperoleh dari Db = D cos 


RASIO KONTAK
Rasio kontak didefinisikan sebagai perbandingan antara panjang garis
aksi dengan jarak bagi dasar roda gigi.
Panjang garis aksi
Rasio kontak 
Jarak bagi dasar
 Garis aksi adalah garis lurus yang terbentuk dari jejak titik kontak antara dua
gigi dari awal hingga akhir persinggungan kedua gigi roda gigi.
Titik awal dan akhir kontak antara dua gigi merupakan titik-titik perpotongan
antara garis tegak lurus bidang kontak dan lingkaran kepala kedua roda gigi.
 Jarak bagi dasar adalah diameter lingkaran dasar dibagi jumlah gigi pada roda
gigi.
 Persamaan untuk menghitung rasio kontak ( mf), adalah
RoP  RbP  RoG  RbG  C sin 
2 2 2 2

mf 
p cos
Nilai minimal rasio kontak yang dianjurkan adalah 1,2 dan pasangan roda
gigi lurus umumnya selalu mempunyai rasio kontak 1,5 atau lebih besar.
RASIO KONTAK
 Persamaan untuk menghitung rasio kontak ( mf), adalah

RoP  RbP  RoG  RbG  C sin 


2 2 2 2

mf 
p cos
dengan:
 = Sudut tekan
RoP = Jari-jari lingkaran kepala pinyon
= DoP/2 = (ZP + 2)/(2Pd)
RbP = Jari-jari lingkaran dasar pinyon
= DbP/2 = (DP/2) cos  = (ZP/2Pd) cos 
RoG = Jari-jari lingkaran kepala roda gigi
= DoG/2 = (ZG + 2)/(2Pd)
RbG = Jari-jari lingkaran dasar roda gigi
= DbG/2 = (DG/2) cos  = (ZG/2Pd) cos 
C = Jarak pusat
= (ZP + ZG)/(2Pd)
p = Jarak bagi lingkaran
= (DP/ZP) = /Pd
CONTOH: Jika sepasang roda gigi memiliki data sebagai berikut:

ZP = 18, ZG = 64, Pd = 8, dan  = 20o

Untuk ini:
RoP = (ZP + 2) / (2Pd) = (18 + 2) / [2(8)] = 1,250 in
RbP = (ZP/2Pd) cos  = 18 / [2(8)] cos 20o = 1,05715 in
RoG = (ZG + 2) / (2Pd) = (64 + 2) / [2(8)] = 4,125 in
RbG = (ZG /2Pd) cos  = 64 / [2(8)] cos 20o = 3,75877 in
C = (ZP + ZG)/(2Pd) = (18 + 64) / [2(8)] = 5,125 in
p =  /Pd =  /8 = 0,392699 in
dan rasio kontak adalah:

(1,250) 2  (1,05715) 2  (4,125) 2  (3,75877) 2  (5,125) sin 20


mf 
(0,392699) cos 20
m f  1,66

Harga ini cukup baik karena di atas harga minimum yang disarankan, yaitu 1,20.
CONTOH SOAL:
Sepasang roda gigi diketahui bahwa jumlah gigi pinyon 11 dan jumlah gigi roda
gigi 18. Hitung fitur-fitur gigi roda gigi yang telah dideskripsikan pada bagian ini.
Bentuk roda gigi sesuai dengan standar AGMA dan mempunyai jarak bagi
diametral 12 dan sudut tekan 20o.

Penyelesaian
Diketahui Pd = 12; ZP = 11; ZG = 18;  = 20o,

Analisis Perlu diingat bahwa roda gigi adalah komponen mekanik yang
presisi. Pada umumnya, ukuran-ukuran dibulatkan paling
sedikit dalam per seribu inci (0,001 inci). Bahkan sering pula
untuk roda gigi yang lebih akurat diperlukan pembulatan ukuran
hingga 0,0001 inci.
Demikian pula, dalam pemeriksaan fitur-fitur roda gigi dengan
menggunakan teknik metrologi, sangat penting untuk
menggunakan ukuran standard sampai derajat ketelitian yang
tinggi.
Hasil Diameter Lingkaran Jarak Bagi
Untuk pinyon,
DP = ZP / Pd = 11/12 = 0,9167 in
Untuk roda gigi,
DG = ZG / Pd = 18/12 = 1,500 in

Jarak Bagi Lingkaran


Untuk ini ada tiga kemungkinan:
a. Menggunakan hanya data Pd (paling diharapkan):
p =  /Pd = /12 = 0,2618 in
b. Menggunakan data DP dan ZP pada pinyon:
p = DP/ZP =  (0,9167 in) /11 = 0,2618 in
c. Menggunakan data DG dan ZG pada roda gigi:
p = DG/ZG =  (1,500 in) /18 = 0,2618 in

Tinggi Kepala
Diperoleh dari tabel,
a = 1 / Pd = 1/12 = 0,0833 in
Tinggi Kaki
Diperoleh dari tabel, dan ingat bahwa roda gigi 12 pitch
adalah roda gigi kasar. Sehingga
b = 1,25 / Pd = 1,25/12 = 0,1042 in

Kelonggaran kepala
Diperoleh dari tabel,
c = 0,25 / Pd = 0,25/12 = 0,0208 in
Diameter Lingkaran Kepala
Untuk pinyon,
DoP = (ZP + 2)/(Pd) = (11 + 2)/12 = 1,0833 in
Untuk roda gigi,
DoG = (ZG + 2)/(Pd) = (18 + 2)/12 = 1,6667 in

Diameter Lingkaran Kaki


Untuk pinyon,
DRP = DP – 2b = 0,9167 in – 2(0,1042 in) = 0,7083 in
Untuk roda gigi,
DRG = DG – 2b = 1,500 in – 2(0,1042 in) = 1,2917 in
Kedalaman Total
ht = a + b = 0,0833 in + 0,104 in = 0,1875 in

Kedalaman Kerja
hk = 2a = 2(0,0833 in) = 0,1667 in

Tebal Gigi
t =  / 2Pd =  / 2(12) = 0,1309 in

Jarak Pusat
C = (ZG + ZP) / (2Pd) = (18 + 11)/[2(12)] = 1,2083 in

Diameter Lingkaran Dasar


Untuk pinyon:
DbP = DP cos  = (0,9167 in) cos (20o) = 0,8614 in
Untuk roda gigi
DbG = DG cos  = (1,500 in) cos (20o) = 1,4095 in
5. GANGGUAN PADA GIGI-GIGI RODA GIGI YANG
BERPASANGAN
Gangguan pada gigi-gigi roda gigi yang berpasangan dapat terjadi antara ujung
kepala gigi pinyon dengan bagian lengkungan kaki roda gigi bila jumlah gigi
pinyon telah melewati batas minimal tertentu.

Karena itu perlu ada kontrol terhadap jumlah gigi minimal pada pinyon (atau
jumlah gigi maksimal pada roda gigi besar-nya) seperti yang ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel di bawah:
1. Penggunaan pasangan batang gigi dan pinyon dengan sudut tekan 14½o,
kedalaman penuh, sistem involut, tidak akan memunculkan gangguan jika
pinyon yang digunakan mempunyai jumlah gigi paling sedikit 32.

2. Bila pasangan batang gigi dan pinyon tersebut menggunakan sudut tekan 20o,
kedalaman penuh, sistem involut, gangguan tidak akan terjadi bila pinyon
memiliki tidak kurang dari 18 gigi.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel di bawah:
3. Bila pasangan batang gigi dan pinyon menggunakan sudut tekan 25o, kedalaman
penuh, sistem involut, maka pinyon yang digunakan harus tidak kurang dari 12 gigi
sehingga dapat dipastikan roda gigi tidak akan mengalami gangguan .
4. Bila pasangan roda gigi tersebut adalah pinyon dan roda gigi dengan sudut tekan 20o,
kedalaman penuh, sistem involut, maka pinyon yang digunakan minimal 17 gigi asalkan
roda gigi besarnya maksimal 1309 gigi atau dengan rasio kecepatan maksimal 6,31.
Bila menggunakan pinyon 13 gigi, roda gigi besarnya tidak boleh melebihi 16 gigi atau
dengan rasio kecepatan maksimal 1,23, untuk memastikan roda gigi tidak akan
mengalami gangguan .
Beberapa Cara Mengatasi Gangguan
Bila terjadi gangguan akibat kombinasi jumlah gigi yang tidak memenuhi
ketentuan dalam tabel di atas, maka ada cara yang dapat ditempuh, yakni:
 dengan melakukan pemotongan bawah (undercut),
 memodifikasi tinggi kepala pada pinyon atau roda gigi, atau
 memodifikasi jarak pusat.
Namun, cara-cara ini harus dilakukan secara hati-hati karena perubahan bentuk
gigi atau kesejajaran roda gigi yang berpasangan dapat berakibat pada ketidak
akuratan analisis tegangan dan keausan.

Pemotongan bawah
: adalah proses pengu-
rangan bahan pada bagian
filet atau kaki gigi pada roda
gigi, seperti yang ditunjukkan
pada gambar di samping ini,
dengan maksud untuk meng-
hilangkan gangguan.
6. RASIO KECEPATAN & SUSUNAN RODA GIGI

SUSUNAN RODA GIGI adalah sepasang atau lebih roda


gigi yang bekerja sama dalam mentransmisikan daya..

Rasio Kecepatan
RASIO KECEPATAN didefinisikan sebagai perbandingan
kecepatan putar antara roda gigi input dengan roda gigi output
untuk pasangan tunggal roda gigi.

Normalnya terjadi perubahan kecepatan putar dari satu roda gigi ke roda gigi
berikutnya karena perbedaan ukuran dari kedua roda gigi yang berpasangan.
Dalam mencari persamaan
untuk menghitung rasio kece-
patan, perlu diperhatikan aksi
dua roda gigi yang berpasang-
an, seperti ditunjukkan pada
gambar di samping ini.

Karena tidak mungkin terjadi


Titik jarak bagi
slip di antara dua roda gigi
yang berpasangan maka tidak
vt
akan ada gerak relatif antara
dua lingkaran jarak bagi pada
titik jarak bagi kedua roda gigi.

Oleh karena itu, kecepatan linier (vt) suatu titik mana pun pada lingkaran jarak
bagi adalah sama.

Kecepatan linier titik mana pun yang berjarak R dari pusat putaran yang
berputar dengan kecepatan sudut, , didapat dari .

vt = R = RPP = RGG
Rasio kecepatan (VR) untuk pasangan roda gigi selanjutnya dapat dituliskan
sebagai
kecepatan putar roda gigi input
VR 
kecepatan putar roda gigi output
 n R D Z
 P  P  G  G  G
G nG RP DP Z P
Namun perlu diingat, tidak semua buku dan artikel menggunakan definisi yang
sama untuk rasio kecepatan. Beberapa mendefinisikannya sebagai perbandingan
kecepatan output dengan kecepatan input, hal ini merupakan kebalikan dari yang
diatas.

Nilai Susunan
Jika terdapat lebih dari dua roda gigi bekerja sama, istilah nilai susunan [train
value (TV)] menyatakan perbandingan kecepatan input (untuk gigi pertama dalam
susunan) dengan kecepatan output (untuk gigi terakhir dalam susunan).
Dalam hal ini, nilai susunan (TV) diperoleh dari hasil perkalian nilai VR untuk tiap-
tiap pasangan roda gigi dalam susunan dan sepasang roda gigi adalah tiap
kumpulan yang terdiri dari dua roda gigi dengan sebuah roda gigi sebagai
penggerak dan sebuah roda gigi sebagai yang digerakkan.
Sebagai contoh, perhatikan skema susunan roda gigi dalam gambar di bawah ini.
Untuk susunan roda gigi ini:
 Roda gigi A dan B merupakan pasangan roda gigi pertama, dan
 Roda gigi C dan D merupakan pasangan kedua.
Dengan demikian, rasio kecepatan tiap pasangan roda gigi ini, masing-masing dapat
dinyatakan dengan
VR1 = nA / nB
VR2 = nC / nD
dan nilai susunan untuk susunan
roda gigi ini adalah
II
TV  VR1 VR2  
n A nC n A

nB nD nD

yang dapat dituliskan dalam


perbandingan jumlah gigi sebagai

TV  VR1 VR2  
ZB ZD
I Z A ZC
= hasil perkalian jumlah gigi r.g.
yang digerakkan dibagi hasil per-
kalian jumlah gigi r.g. penggerak.
Contoh Soal 2
Untuk susunan roda gigi seperti pada gambar, jika poros input berputar sebesar
1750 rpm searah jarum jam, hitung kecepatan poros output dan arah putarannya.

Penyelesaian
Dari data jumlah gigi tiap roda gigi yang diberikan, nilai susunan untuk susunan
roda gigi ini dapat ditentukan, yakni Z Z
TV  B D
Z A ZC
(70)(54)
  10,5
(20)(18)
Dari hubungan nilai susunan
dan kecepatan putar dapat
dituliskan dan dihasilkan
n
nD  A
TV
(1750 rpm)
  166,7 rpm
(10,5)
searah jarum jam (susunan
positif, karena putaran output
searah putaran input).
Contoh Soal 3
Tentukan nilai susunan untuk susunan roda gigi seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Jika poros yang menopang roda gigi A berputar pada 1750 rpm searah jarum jam,
hitung kecepatan putaran dan arah putaran poros yang mendukung roda gigi E.
Penyelesaian
Terlebih dahulu amati arah putaran.
Roda gigi A: searah jarum jam;
Roda gigi B: melawan arah jarum jam;
Roda gigi C: melawan arah jarum jam;
Roda gigi D: searah jarum jam;
Roda gigi E: melawan arah jarum jam;
Jadi susunan r.g. ini termasuk susunan
negatif.
Z Z Z Z Z
TV   B D E   B E
Z A ZC Z D Z A ZC
(20)(54)
  10,5
(22)(18)

Putaran roda gigi E menjadi:


nE = nA / TV
= (1750 rpm)/(–10,5) = –166,7 rpm
(melawan arah jarum jam)
Roda Gigi Antara
Roda gigi antara adalah:
roda gigi dalam sebuah susunan roda gigi yang bekerja
sebagai penggerak dan sekaligus sebagai yang digerakkan.

Karakteristik roda gigi antara:

1. Tidak mempengaruhi nilai susunan


(train value) dari susunan roda gigi.

2. Pemakaiannya akan menyebabkan


roda gigi output berbalik arah.

3. Dapat digunakan untuk mengisi


ruang antara dua roda gigi dalam
Roda gigi antara susunan roda gigi bila jarak pusat
(roda gigi D) yang diinginkan antara kedua roda
gigi tersebut lebih besar dibanding
jarak pusat antara dua roda gigi itu
sendiri.
Roda Gigi Internal
Roda gigi internal adalah:
roda gigi yang gigi-giginya dibuat pada sisi bagian dalam
cincin, bukan pada sisi luar dari bakal roda gigi.
 Roda gigi internal selalu berpasangan
dengan pinyon eksternal standard dan
berputar dalam arah yang sama dengan
pinyon.
 Jarak pusat roda gigi Internal:
C  ( DG  DP ) / 2
 ( Z G  Z P ) /(2 Pd )

 Sebagian besar deskripsi fitur-fitur


roda gigi internal sama seperti deskripsi
roda gigi eksternal, kecuali:
- Tinggi kepala, a, adalah jarak radial dari lingkaran jarak bagi ke bagian dalam gigi
- Diameter dalam, Di adalah Di = D – 2a
- Diameter kaki, DR adalah DR = D + 2b dengan b = tinggi kaki
- Ruang antar gigi yang diperlukan oleh roda gigi internal dan pasangannya lebih kecil
dibandingkan dua roda gigi eksternal yang bekerja sama.
Batang Gigi dan Pinyon
Fungsi transmisi batang gigi dan pinyon (rack and pinion transmisson) ini
adalah untuk menghasilkan gerak linier batang gigi bila pinyon yang bergerak
berputar sebagai penggerak. Atau sebaliknya, menghasilkan gerak berputar
pinyon jika batang gigi yang bergerak linier berlaku sebagai penggerak.
Kecepatan linier dari batang gigi, vR, harus sama dengan kecepatan linier jarak
bagi pinyon, vP, . Dengan P adalah kecepatan sudut pinyon:

vR = vt = RP P = (DP/2) P
Konsep jarak pusat tidak diterapkan pada pasangan pinyon-batang gigi karena pusat batang
gigi tidak berhingga. Tetapi batang gigi dibuat dengan ukuran khas yaitu jarak antara garis
jarak bagi dan permukaan rujukan, umumnya bagian belakang batang gigi. Ukuran ini
dinyatakan dengan B seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Contoh Soal 4
Tentukan kecepatan linier batang gigi jika pinyon sebagai penggerak berputar
sebesar 125 rpm. Pinyon mempunyai 24 gigi dan jarak bagi diametral 6.

Penyelesaian
Pertama-tama, menghitung diameter lingkaran jarak bagi pinyon.
DP = ZP/Pd = 24/6 = 4,000 in

Kecepatan putar dalam rad/s:


P = (125 put/menit (2 rad/per put)(1 menit / 60 s) = 13,09 rad/s

Dengan demikian, kecepatan linier jarak bagi pinyon maupun batang gigi adalah

vR = vt = (DP/2) P = (4,000 in/2) (13,09 rad/s) = 26,2 in/s

Anda mungkin juga menyukai