Roda Gigi
TUJUAN BAB INI
Jenis-jenis roda gigi yang paling umum adalah roda gigi lurus,
roda gigi miring, roda gigi kerucut, dan roda gigi cacing.
Roda gigi miring
(helical gear)
Poros-poros untuk pasangan roda gigi ini terletak sejajar satu terhadap yang
lain.
Roda gigi miring bekerja lebih halus dibandingkan gigi roda gigi lurus dan untuk
ukuran yang sama mengalami tegangan lebih kecil.
Karena itu, untuk kapasitas pentransmisian daya yang sama, roda gigi miring
dapat dirancang berukuran
Roda gigi Rodagigi
lebih kecil dibandingkan roda
kerucut gigi cacing
lurus.
(bevel gear) (wormgear)
RODA GIGI MIRING Roda gigi miring
(helical gear)
Satu kekurangan roda gigi
miring adalah terjadinya gaya
aksial, sebagai gaya tambah-
an disamping gaya penggerak
yang arahnya menyinggung
silinder dasar roda gigi.
Umumnya, poros yang mendukung pasangan roda gigi miring tersusun sejajar
satu terhadap yang lain.
Tetapi ada rancangan khusus, yang disebut roda gigi miring silang, yang
memiliki sudut
Rodakemiringan 45o, dan kedua porosnyaRoda
gigi kerucut gigi cacing
membentuk sudut 90o satu
terhadap yang(bevel
lain. gear) (wormgear)
RODA GIGI KERUCUT Roda gigi miring
(helical gear)
mempunyai gigi-gigi yang tersusun pada permukaan berbentuk kerucut.
Bentuk dasar gigi roda gigi kerucut lurus sama dengan bentuk gigi roda gigi
lurus, namun gigi-gigi tersebut dibuat tirus: lebih lebar di bagian luar dan
mengecil ke dalam.
Pasangan roda gigi ini umumnya memiliki poros-poros yang membentuk sudut
90o satu terhadap yang lain. Sekalipun ada juga dengan sudut selain 90o.
Roda gigi lurus
(spur gear)
Roda gigi kerucut dapat pula dibuat
dengan gigi yang miring, seperti
pada roda gigi miring, yang disebut
roda gigi kerucut spiral.
Jenis ini bekerja lebih halus dan
dapat dibuat lebih kecil dibanding
roda gigi kerucut lurus untuk
Roda gigi kerucut kapasitasRoda gigi cacingdaya yang
pentransmisian
(bevel gear) sama. (wormgear)
RODA GIGI CACING Roda gigi miring
(helical gear)
bekerja dengan poros-poros yang membentuk sudut 90o satu terhadap yang lain.
Roda gigi yang kecil disebut cacing sebagai penggerak dan roda gigi yang besar
disebut roda cacing sebagai bagian yang digerakkan.
Roda
Gigi gigi
padalurus
cacing memiliki bentuk yang sama
(spur gear)
dengan ulir sekrup, dan memang lebih sering
disebut ulir ketimbang gigi.
Gigi pada roda gigi cacing dapat lurus seperti
pada roda gigi lurus, dan dapat juga miring.
Kerugian dari pasangan roda gigi cacing adalah
efisiensi mekanisnya rendah dibandingkan
kebanyakan roda gigi jenis lain karena kontak
gesek yang berlebihan antara permukaan ulir
cacing danRoda gigiroda
gigi-gigi kerucut
gigi cacing. Roda gigi cacing
(bevel gear) (wormgear)
ANEKA RAGAM RODA GIGI LAINNYA
Batang gigi (rack) adalah
batang bergigi yang begerak
linier, bukan berputar.
JARAK PUSAT
LINGKAR
JARAK BAGI • Putaran nP rpm
DIAMETER
LINGKAR
JARAK BAGI TITIK nG
JARAK
BAGI
Roda gigi (gear)
: roda gigi besar
• Jumlah gigi ZG
• Putaran nG rpm
Jika roda gigi yang lebih kecil (pinyon) menggerakkan roda gigi yang lebih
besar, maka yang terjadi adalah reduksi atau penurunan putaran.
ZP
Hubungan nG dan nP terkait dengan ZP dan ZG: nG nP
ZG
SEKILAS TENTANG ASPEK-ASPEK DESAIN RODA GIGI
Misalkan, akan dirancang sebuah penurun kecepatan (reducer) untuk
mentransmisikan daya dari poros motor listrik yang berputar pada 1750 rpm ke
sebuah mesin yang bekerja pada putaran sekitar 292 rpm.
1750
rpm Reduksi I
292
rpm
Reduksi II
Untuk ini diperlukan berbagai informasi mengenai: sifat-sifat umum roda gigi,
susunan roda gigi dan prosedur dalam menentukan ukuran-ukuran roda gigi.
Untuk gambar desain di bawah ini:
Poros input (poros 1) dihubungkan ke poros motor dan berputar dengan kecepatan
yang sama dengan putaran motor, yaitu 1750 rpm.
Roda gigi 1 menggerakkan roda gigi 2, yang memiliki ukuran lebih besar sehingga
menyebabkan kecepatan putar poros 2 lebih lambat dibandingkan poros 1. Tetapi
putaran belum turun sampai 292 rpm.
Roda gigi 4
1750
rpm
Roda gigi 1
292
rpm
Roda gigi 3
Roda gigi 2
Roda gigi ketiga (roda gigi 3) diletakkan pada poros yang sama dengan roda gigi 2
dan dibuat berpasangan dengan roda gigi 4 yang ditempatkan pada poros output.
Dengan ukuran yang sesuai untuk keempat roda gigi tersebut, akan dapat
dihasilkan besar putaran output yang sama besar atau mendekati putaran yang
diinginkan.
Proses ini memerlukan pengetahuan tentang konsep rasio kecepatan dan
teknik perancangan susunan roda gigi seperti yang akan didiskusikan dalam
mata kuliah ini.
Disamping hal-hal tersebut, diperlukan pula pengenalan bentuk umum roda gigi, fitur-
fitur geometri dari setiap roda gigi dan cara menghitung ukuran-ukuran dari fitur-fitur
penting ini. Hal ini dibutuhkan untuk peninjauan kekuatan dan ketahanan aus, nantinya.
Berikut ini adalah beberapa parameter penting yang harus ditetapkan
atau dipilih untuk setiap roda gigi yang dirancang:
Jumlah gigi
Bentuk gigi
Ukuran gigi yang dinyatakan dengan jarak bagi (pitch)
Lebar gigi
Model dan ukuran bakal roda gigi yang akan dimesin menjadi roda
gigi
Desain naf roda gigi yang merupakan sarana penyambungan roda
gigi pada poros
Tingkat kepresisian gigi dan metode manufaktur yang sesuai untuk
menghasilkan tingkat kepresisian tersebut
Cara dan peralatan untuk meletakkan roda gigi pada poros
2. Model-model Roda Gigi Lurus
Gambar berikut memperlihatkan beberapa model berbeda dari roda gigi lurus
Lubang
komersial. bingkai
naf
Roda gigi berukuran be-
sar, biasanya dibuat
naf dengan jeruji, dengan
maksud untuk mengu-
rangi berat roda gigi.
Gigi-giginya dibuat pada
bingkai yang didukung
oleh beberapa jeruji
yang berhubungan de-
ngan naf.
Lubang pada naf umumnya dirancang dengan suaian rapat bersama poros
yang dipasang untuk mendukung roda gigi tersebut.
Umumnya dibuat alur pasak di dalam lubang naf untuk tempat dudukan
pasak agar diperoleh pentransmisian torsi yang mantap.
Rancangan naf pejal umumnya dipilih untuk roda gigi berukuran kecil.
Pada gambar terlihat lubang poros bersama alur pasak.
Terdapat sekrup yang mengarah ke alur pasak, dipakai untuk mengunci pasak
setelah terpasang.
Alur pasak Sekrup
Roda gigi lurus yang
dibuat berbentuk batang
datar memanjang dise-
but batang gigi (rack).
Batang gigi sebenarnya
adalah sebuah roda gigi
lurus dengan jari-jari tak
berhingga.
Profil giginya lurus (tidak
melengkung) berbentuk
involut seperti umumnya
roda gigi lurus
Salah satu cara mendapatkan gigi roda gigi kecil (pinyon) adalah membuatnya
langsung pada permukaan poros yang mendukung roda gigi tersebut.
Hal ini sering dilakukan pada poros input transmisi roda gigi jenis penurun
putaran.
3. Geometri Roda Gigi Lurus:
Bentuk Gigi INVOLUT
Bentuk gigi roda gigi lurus yang banyak digunakan adalah bentuk
involut kedalaman penuh.
Aksi yang diberikan kedua gigi yang bersentuhan tersebut sangat halus.
Jika tidak demikian, maka akan terjadi penambahan dan penurunan kecepatan
selama terjadinya kontak. Hal ini dapat menimbulkan getaran, suara berisik dan
osilasi torsi yang akan mengganggu kerja sistem.
KURVA INVOLUT dapat digambarkan dengan mengguna-
kan silinder dan tali (atau kawat). Lakukan prosedur
berikut:
Tali yang
dibelitkan
MENGGAMBARKAN
KURVA INVOLUT
Merekam jejak ujung tali
selama tali dilepas dari
lingkar luar silinder.
Kurva
INVOLUT
Gambar di bawah ini menunjukkan dua buah lingkaran dasar dari roda-roda gigi
yang berpasangan.
Garis-garis singgung kedua
lingkaran dasar roda gigi, yang
ditarik dari titik kontak antara
kedua kurva involut, tampak
berimpit.
Garis bidang
kontak
Prinsip dasar kinematika, menyebutkan bahwa:
Seperti yang baru saja didemonstrasikan, gigi roda gigi yang dibuat dengan
bentuk involut terbukti memenuhi hukum tersebut. .
4. Tata Nama Roda Gigi Lurus dan
Fitur-fitur Gigi Roda Gigi
Gambar di bawah ini menunjukkan fitur-fitur roda gigi.
DG DP
p
ZG ZP
Hubungan antara
jarak bagi lingkaran (p)
dan
jarak bagi diametral (Pd)
p Pd
Sistem Modul Metrik
Jarak bagi roda gigi dalam sistem metrik didasarkan pada parameter yang
disebut dengan modul, m, yang menggunakan satuan mm.
DG D
m P
ZG ZP
Hubungan antara
modul (m)
dan
jarak bagi diametral (Pd)
25,4 m
m dalam mm
Pd Pd dalam gigi/inci
Fitur-fitur Gigi
Fitur-fitur gigi penting diketahui ketika
melakukan perancangan dan pemerik-
saan gigi roda gigi.
Do = m Z + 2m = m (Z+2)
DR = D – 2b
Tebal gigi [tooth thickness] ( t ):
Panjang busur yang diukur
pada lingkaran jarak bagi dari
satu sisi gigi ke sisi lainnya.
t = p / 2 = / 2Pd t
• Ruang antargigi [width of
space]: Panjang busur yang
diukur pada lingkaran jarak bagi,
dari sisi kanan satu gigi ke sisi kiri
gigi sebelahnya.
Secara teoritis, ruang antargigi sama dengan tebal gigi. Tetapi untuk
alasan praktis, jarak antara gigi dibuat lebih lebar (untuk ini ada istilah
“kelonggaran sisi kontak”)
• Kelonggaran sisi kontak (backlash) diberikan agar pelumas dapat mene-
robos masuk diantara gigi-gigi yang bersinggungan.
Penentuan besarnya kelonggaran sisi kontak bergantung pada besarnya
jarak pusat-pusat roda gigi dan jarak bagi atau modul roda gigi. Untuk ini
telah disediakan tabel daftar kisaran kelonggaran sisi kontak yang
disarankan oleh AGMA.
Lebar gigi [face width] ( F ):
Lebar dari gigi yang diukur
sejajar dengan sumbu roda gigi.
Filet [fillet]: Busur yang meng-
hubungkan profil gigi involut ke
permukaan kaki gigi.
Pinggul gigi [flank]: Permukaan gigi roda gigi dari lingkaran jarak bagi
ke lingkaran kaki dari roda gigi, termasuk kelengkungan .
Jarak pusat [center distance] (C): Jarak dari pusat pinyon ke pusat
roda gigi; hasil penjumlahan radius jarak bagi dari dua roda gigi yang
bekerja sama.
1 Z G Z P Z G Z P
C
2 Pd Pd 2 Pd
Jarak
Pusat Hubungan jarak pusat dan ZG, ZP,
(C )
dan m :
C = (DG + DP) / 2
= (m ZG + m ZP) / 2
= [(ZG + ZP) m] / 2
SUDUT TEKAN
Sudut tekan adalah sudut yang terbentuk diantara garis singgung
lingkaran jarak bagi dengan garis yang tegak lurus permukaan kontak
gigi (garis normal atau garis aksi) roda gigi.
Selama dua gigi roda gigi bekerja sama dan mentransmisikan daya, gaya
dipindahkan dari gigi roda gigi penggerak ke gigi roda gigi yang digerakkan.
Hal ini terjadi sepanjang garis aksi.
Garis singgung
lingkaran jarak bagi Roda gigi yang digerakkan • Besarnya sudut te-
kan akan berpenga-
ruh pada bentuk gigi
roda gigi yang sebe-
narnya.
mf
p cos
Nilai minimal rasio kontak yang dianjurkan adalah 1,2 dan pasangan roda
gigi lurus umumnya selalu mempunyai rasio kontak 1,5 atau lebih besar.
RASIO KONTAK
Persamaan untuk menghitung rasio kontak ( mf), adalah
mf
p cos
dengan:
= Sudut tekan
RoP = Jari-jari lingkaran kepala pinyon
= DoP/2 = (ZP + 2)/(2Pd)
RbP = Jari-jari lingkaran dasar pinyon
= DbP/2 = (DP/2) cos = (ZP/2Pd) cos
RoG = Jari-jari lingkaran kepala roda gigi
= DoG/2 = (ZG + 2)/(2Pd)
RbG = Jari-jari lingkaran dasar roda gigi
= DbG/2 = (DG/2) cos = (ZG/2Pd) cos
C = Jarak pusat
= (ZP + ZG)/(2Pd)
p = Jarak bagi lingkaran
= (DP/ZP) = /Pd
CONTOH: Jika sepasang roda gigi memiliki data sebagai berikut:
Untuk ini:
RoP = (ZP + 2) / (2Pd) = (18 + 2) / [2(8)] = 1,250 in
RbP = (ZP/2Pd) cos = 18 / [2(8)] cos 20o = 1,05715 in
RoG = (ZG + 2) / (2Pd) = (64 + 2) / [2(8)] = 4,125 in
RbG = (ZG /2Pd) cos = 64 / [2(8)] cos 20o = 3,75877 in
C = (ZP + ZG)/(2Pd) = (18 + 64) / [2(8)] = 5,125 in
p = /Pd = /8 = 0,392699 in
dan rasio kontak adalah:
Harga ini cukup baik karena di atas harga minimum yang disarankan, yaitu 1,20.
CONTOH SOAL:
Sepasang roda gigi diketahui bahwa jumlah gigi pinyon 11 dan jumlah gigi roda
gigi 18. Hitung fitur-fitur gigi roda gigi yang telah dideskripsikan pada bagian ini.
Bentuk roda gigi sesuai dengan standar AGMA dan mempunyai jarak bagi
diametral 12 dan sudut tekan 20o.
Penyelesaian
Diketahui Pd = 12; ZP = 11; ZG = 18; = 20o,
Analisis Perlu diingat bahwa roda gigi adalah komponen mekanik yang
presisi. Pada umumnya, ukuran-ukuran dibulatkan paling
sedikit dalam per seribu inci (0,001 inci). Bahkan sering pula
untuk roda gigi yang lebih akurat diperlukan pembulatan ukuran
hingga 0,0001 inci.
Demikian pula, dalam pemeriksaan fitur-fitur roda gigi dengan
menggunakan teknik metrologi, sangat penting untuk
menggunakan ukuran standard sampai derajat ketelitian yang
tinggi.
Hasil Diameter Lingkaran Jarak Bagi
Untuk pinyon,
DP = ZP / Pd = 11/12 = 0,9167 in
Untuk roda gigi,
DG = ZG / Pd = 18/12 = 1,500 in
Tinggi Kepala
Diperoleh dari tabel,
a = 1 / Pd = 1/12 = 0,0833 in
Tinggi Kaki
Diperoleh dari tabel, dan ingat bahwa roda gigi 12 pitch
adalah roda gigi kasar. Sehingga
b = 1,25 / Pd = 1,25/12 = 0,1042 in
Kelonggaran kepala
Diperoleh dari tabel,
c = 0,25 / Pd = 0,25/12 = 0,0208 in
Diameter Lingkaran Kepala
Untuk pinyon,
DoP = (ZP + 2)/(Pd) = (11 + 2)/12 = 1,0833 in
Untuk roda gigi,
DoG = (ZG + 2)/(Pd) = (18 + 2)/12 = 1,6667 in
Kedalaman Kerja
hk = 2a = 2(0,0833 in) = 0,1667 in
Tebal Gigi
t = / 2Pd = / 2(12) = 0,1309 in
Jarak Pusat
C = (ZG + ZP) / (2Pd) = (18 + 11)/[2(12)] = 1,2083 in
Karena itu perlu ada kontrol terhadap jumlah gigi minimal pada pinyon (atau
jumlah gigi maksimal pada roda gigi besar-nya) seperti yang ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel di bawah:
1. Penggunaan pasangan batang gigi dan pinyon dengan sudut tekan 14½o,
kedalaman penuh, sistem involut, tidak akan memunculkan gangguan jika
pinyon yang digunakan mempunyai jumlah gigi paling sedikit 32.
2. Bila pasangan batang gigi dan pinyon tersebut menggunakan sudut tekan 20o,
kedalaman penuh, sistem involut, gangguan tidak akan terjadi bila pinyon
memiliki tidak kurang dari 18 gigi.
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari tabel di bawah:
3. Bila pasangan batang gigi dan pinyon menggunakan sudut tekan 25o, kedalaman
penuh, sistem involut, maka pinyon yang digunakan harus tidak kurang dari 12 gigi
sehingga dapat dipastikan roda gigi tidak akan mengalami gangguan .
4. Bila pasangan roda gigi tersebut adalah pinyon dan roda gigi dengan sudut tekan 20o,
kedalaman penuh, sistem involut, maka pinyon yang digunakan minimal 17 gigi asalkan
roda gigi besarnya maksimal 1309 gigi atau dengan rasio kecepatan maksimal 6,31.
Bila menggunakan pinyon 13 gigi, roda gigi besarnya tidak boleh melebihi 16 gigi atau
dengan rasio kecepatan maksimal 1,23, untuk memastikan roda gigi tidak akan
mengalami gangguan .
Beberapa Cara Mengatasi Gangguan
Bila terjadi gangguan akibat kombinasi jumlah gigi yang tidak memenuhi
ketentuan dalam tabel di atas, maka ada cara yang dapat ditempuh, yakni:
dengan melakukan pemotongan bawah (undercut),
memodifikasi tinggi kepala pada pinyon atau roda gigi, atau
memodifikasi jarak pusat.
Namun, cara-cara ini harus dilakukan secara hati-hati karena perubahan bentuk
gigi atau kesejajaran roda gigi yang berpasangan dapat berakibat pada ketidak
akuratan analisis tegangan dan keausan.
Pemotongan bawah
: adalah proses pengu-
rangan bahan pada bagian
filet atau kaki gigi pada roda
gigi, seperti yang ditunjukkan
pada gambar di samping ini,
dengan maksud untuk meng-
hilangkan gangguan.
6. RASIO KECEPATAN & SUSUNAN RODA GIGI
Rasio Kecepatan
RASIO KECEPATAN didefinisikan sebagai perbandingan
kecepatan putar antara roda gigi input dengan roda gigi output
untuk pasangan tunggal roda gigi.
Normalnya terjadi perubahan kecepatan putar dari satu roda gigi ke roda gigi
berikutnya karena perbedaan ukuran dari kedua roda gigi yang berpasangan.
Dalam mencari persamaan
untuk menghitung rasio kece-
patan, perlu diperhatikan aksi
dua roda gigi yang berpasang-
an, seperti ditunjukkan pada
gambar di samping ini.
Oleh karena itu, kecepatan linier (vt) suatu titik mana pun pada lingkaran jarak
bagi adalah sama.
Kecepatan linier titik mana pun yang berjarak R dari pusat putaran yang
berputar dengan kecepatan sudut, , didapat dari .
vt = R = RPP = RGG
Rasio kecepatan (VR) untuk pasangan roda gigi selanjutnya dapat dituliskan
sebagai
kecepatan putar roda gigi input
VR
kecepatan putar roda gigi output
n R D Z
P P G G G
G nG RP DP Z P
Namun perlu diingat, tidak semua buku dan artikel menggunakan definisi yang
sama untuk rasio kecepatan. Beberapa mendefinisikannya sebagai perbandingan
kecepatan output dengan kecepatan input, hal ini merupakan kebalikan dari yang
diatas.
Nilai Susunan
Jika terdapat lebih dari dua roda gigi bekerja sama, istilah nilai susunan [train
value (TV)] menyatakan perbandingan kecepatan input (untuk gigi pertama dalam
susunan) dengan kecepatan output (untuk gigi terakhir dalam susunan).
Dalam hal ini, nilai susunan (TV) diperoleh dari hasil perkalian nilai VR untuk tiap-
tiap pasangan roda gigi dalam susunan dan sepasang roda gigi adalah tiap
kumpulan yang terdiri dari dua roda gigi dengan sebuah roda gigi sebagai
penggerak dan sebuah roda gigi sebagai yang digerakkan.
Sebagai contoh, perhatikan skema susunan roda gigi dalam gambar di bawah ini.
Untuk susunan roda gigi ini:
Roda gigi A dan B merupakan pasangan roda gigi pertama, dan
Roda gigi C dan D merupakan pasangan kedua.
Dengan demikian, rasio kecepatan tiap pasangan roda gigi ini, masing-masing dapat
dinyatakan dengan
VR1 = nA / nB
VR2 = nC / nD
dan nilai susunan untuk susunan
roda gigi ini adalah
II
TV VR1 VR2
n A nC n A
nB nD nD
TV VR1 VR2
ZB ZD
I Z A ZC
= hasil perkalian jumlah gigi r.g.
yang digerakkan dibagi hasil per-
kalian jumlah gigi r.g. penggerak.
Contoh Soal 2
Untuk susunan roda gigi seperti pada gambar, jika poros input berputar sebesar
1750 rpm searah jarum jam, hitung kecepatan poros output dan arah putarannya.
Penyelesaian
Dari data jumlah gigi tiap roda gigi yang diberikan, nilai susunan untuk susunan
roda gigi ini dapat ditentukan, yakni Z Z
TV B D
Z A ZC
(70)(54)
10,5
(20)(18)
Dari hubungan nilai susunan
dan kecepatan putar dapat
dituliskan dan dihasilkan
n
nD A
TV
(1750 rpm)
166,7 rpm
(10,5)
searah jarum jam (susunan
positif, karena putaran output
searah putaran input).
Contoh Soal 3
Tentukan nilai susunan untuk susunan roda gigi seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini. Jika poros yang menopang roda gigi A berputar pada 1750 rpm searah jarum jam,
hitung kecepatan putaran dan arah putaran poros yang mendukung roda gigi E.
Penyelesaian
Terlebih dahulu amati arah putaran.
Roda gigi A: searah jarum jam;
Roda gigi B: melawan arah jarum jam;
Roda gigi C: melawan arah jarum jam;
Roda gigi D: searah jarum jam;
Roda gigi E: melawan arah jarum jam;
Jadi susunan r.g. ini termasuk susunan
negatif.
Z Z Z Z Z
TV B D E B E
Z A ZC Z D Z A ZC
(20)(54)
10,5
(22)(18)
vR = vt = RP P = (DP/2) P
Konsep jarak pusat tidak diterapkan pada pasangan pinyon-batang gigi karena pusat batang
gigi tidak berhingga. Tetapi batang gigi dibuat dengan ukuran khas yaitu jarak antara garis
jarak bagi dan permukaan rujukan, umumnya bagian belakang batang gigi. Ukuran ini
dinyatakan dengan B seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Contoh Soal 4
Tentukan kecepatan linier batang gigi jika pinyon sebagai penggerak berputar
sebesar 125 rpm. Pinyon mempunyai 24 gigi dan jarak bagi diametral 6.
Penyelesaian
Pertama-tama, menghitung diameter lingkaran jarak bagi pinyon.
DP = ZP/Pd = 24/6 = 4,000 in
Dengan demikian, kecepatan linier jarak bagi pinyon maupun batang gigi adalah