( RK3K )
1 K E B I J A K A N K 3*)
2 Mematuhi perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3, serta
mengintegrasikannya ke dalam semua aspek kegiatan operasi.
3 Melaksanakan identifikasi bahaya seuai dengan sifar dan skala resiko K3 dalam semua aktivitas
operasi.
4 Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran - sasaran K3.
5 Menyediakan sumberdaya yang cukup untuk mengimplementasikan Sistem manajemen K3,
6 Mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara SMK3.
7 Memelihara program Lindungan Lingkungan terhadap kegiatan disemua area lokasi kerja.
8 Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran akan kebijakan ini kepada semua personil secara
berkala.
9 Mengelola dan menangani semua material, baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya,
termasuk mengendalikan potensi bahaya terhadap pekerja.
10 Meningkatkan kompetensi pekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.
11 Meninjau aspek Manajemen K3 secara periodik agar tetap relevan.
12 Pelaksanaan aktivitas konstruksi dalam keadaan aman, yang artinya efisien dan memenuhi
Peraturan Perundang - Undangan K3 & Lingkungan Hidup.
13 Sumberdaya yang berkualitas
14 Keselamatan harus direncanakan dalam tiap-tiap aktivitas kerja dan mendapatakan perhatian, yang
sama halnya dengan mutu dan produksi.
PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA -
RK3K)
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
1. Pekerjaan persiapan
1/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
3.6.2 Penggalian
1) Kecelakaan terkena alat gali (cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat, 1) Jarak antara penggali harus aman,
2) Terluka karena terkena pecahan batu hasil galian, 2) Bila penggalian dilakukan pada cuaca gelap atau malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,
3) Kecelakaan akibat operasional alat berat baik di tempat lokasi galian, transportasi maupun di tempat 3) Penggalian harus dilakukan oleh orang yang ahli dengan metode yang benar,
pembuangan. 4) Operasional alat berat harus dilakukan sesuai dengan standar.
3.1.2 Penggalian
1) Kecelakaan terkena alat gali (cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat, 1) Jarak antara penggali harus dijaga agar selalu pada jarak yang aman,
2) Bahaya akibat lereng galian longsor, 2) Bila penggalian dilakukan pada malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,
3) Kecelakaan akibat operasional alat berat baik di tempat lokasi galian, transportasi maupun di tempat 3) Membuat dan mempertahankan kemiringan yang stabil.
pembuangan.
2/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
3.2.2 Penggalian
1) Kecelakaan terkena alat gali (cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat, 1) Jarak antara penggali harus aman,
2) Terluka karena terkena pecahan batu hasil galian, 2) Bila penggalian dilakukan pada cuaca gelap atau malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,
3) Kecelakaan akibat operasional alat berat baik di tempat lokasi galian, transportasi maupun di tempat 3) Penggalian harus dilakukan oleh orang yang ahli dengan metode yang benar,
pembuangan. 4) Operasional alat berat harus dilakukan sesuai dengan standar.
3/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
3.3.2 Penggalian
1) Kecelakaan terkena alat gali (cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat, 1) Jarak antara penggali harus aman,
2) Terluka karena terkena pecahan batu hasil galian, 2) Bila penggalian dilakukan pada cuaca gelap atau malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,
3) Kecelakaan akibat operasional alat berat baik di tempat lokasi galian, transportasi maupun di tempat 3) Penggalian harus dilakukan oleh orang yang ahli dengan metode yang benar,
pembuangan. 4) Operasional alat berat harus dilakukan sesuai dengan standar.
3.4.2 Penggalian
1) Kecelakaan terkena alat gali (cangkul, balencong dll.) akibat jarak antar penggali terlalu dekat, 1) Jarak antara penggali harus aman,
2) Terluka karena terkena pecahan batu hasil galian, 2) Bila penggalian dilakukan pada cuaca gelap atau malam hari harus menggunakan lampu penerangan yang cukup,
3) Kecelakaan akibat operasional alat berat baik di tempat lokasi galian, transportasi maupun di tempat 3) Penggalian harus dilakukan oleh orang yang ahli dengan metode yang benar,
pembuangan. 4) Operasional alat berat harus dilakukan sesuai dengan standar.
4/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
7. Pekerjaan timbunan
3.7.1 Pengukuran dan pematokan
1) Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja secara umum, 1) Harus menggunakan perlengkapan kerja yang standar,
2) Terluka akibat kondisi dan penggunaan meteran yang salah, 2) Pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan meteran yang sesuai dengan standar,
3) Kecelakaan akibat pengaturan lalu lintas kurang baik, 3) Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan standar,
4) Kecelakaan akibat jenis dan cara penggunaan peralatan, 4) Alat dan cara menggunakan harus benar sesuai dengan standar,
5) Kecelakaan akibat metode pemasangan patok. 5) Pemasangan patok harus benar dan sesuai dengan syarat.
3.7.2 Pemadatan
1) Kecelakaan akibat pengaturan lalu lintas kurang baik, 1) Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan standar,
2) Kecelakaan akibat operasional alat berat di tempat lokasi pemadatan, 2) Pengoperasian alat berat harus dilakukan oleh operator alat berat yang berpengalaman,
3) Kecelakaan akibat metode penimbunan pada jalan tanjakan. 3) Pelaksanaan penimbunan pada jalan tanjakan harus dilakukan dengan metode yang benar.
3.7.3 Penyiraman
Gangguan kesehatan akibat debu yang timbul saat penyiraman. Pekerja harus selalu memakai masker dan perlengkapan kerja standar.
3.8.2 Pemadatan
1) Kecelakaan akibat operasional alat berat di tempat lokasi pemadatan, 1) Pengoperasian alat berat harus dilakukan oleh operator alat berat yang berpengalaman,
2) Kecelakaan akibat metode penimbunan pada jalan tanjakan. 2) Pelaksanaan penimbunan pada jalan tanjakan harus dilakukan dengan metode yang benar.
3.8.3 Penyiraman
Gangguan kesehatan akibat debu yang timbul saat penyiraman. Pekerja harus selalu memakai masker dan perlengkapan kerja standar.
3.9.2 Pembuangan
Kecelakaan akibat hasil potongan pohon tercecer dijalan. Metode pengangkutan dan pembuangan hasil potongan harus memenuhi syarat.
5/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
7.1.2 Penyiapan
1) Gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja yang sesuai 1) Pekerja harus memakai pakaian dan perlengkapan kerja yang sesuai dan memenuhi syarat,
dengan syarat, 2) Menutup material dengan plastik sehingga debu tidak beterbangan,
2) Gangguan paru-paru akibat debu dari material di gudang/tempat penyimpanan, 3) Menyediakan alat pemadam kebakaran di gudang atau tempat penyimpanan material,
3) Terjadi bahaya kebakaran dari gudang/material, 4) Mengecek alat concrete mixer sebelum digunakan termasuk penguat-penguatnya, dijalankan oleh orang yang ahli dibidangnya,
4) Terjadi bahaya akibat concrete mixer , 5) Memasang rambu-rambu pada lokasi pekerjaan untuk melindungi personel yang bekerja dari kendaraan yang melintasi proyek dan menempatkan
5) Terjadi kecelakaan akibat pemasangan rambu-rambu lalu lintas sementara untuk pengamanan kurang petugas bendera disemua tempat kegiatan pelaksanaan.
memadai dan tidak memenuhi syarat.
7.1.4 Penulangan
1) Terluka akibat pelaksanaan penulangan tidak dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman dan ahli 1) Pelaksanaan penulangan harus dilakukan oleh pekerja yang terampil dan berpengalaman dibidangnya, dilengkapi dengan helm, sarung tangan,
dibidangnya, seperti : tertimpa besi tulangan, terkena kawat tulangan, dan lain-lain, sepatu boot yang sesuai dan memenuhi syarat seta memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut : Sisa-sisa besi/kawat baja ditempatkan sedemikian
2) Tertimpa benda jatuh seperti bekisting, besi tulangan dan peralatan kerja lainnya, rupa sehingga tidak menimbulkan bahaya, Besi tulangan yang menjorok ke luar dari lantai atau dinding harus diberi pelindung, Bila melakukan
penyambungan besi tulangan maka ujungnya menjorok ke luar tidak boleh menimbulkan bahaya, Besi tulangan tidak boleh disimpan pada perancah
atau papan acuan yang dapat membahayakan kestabilannya,
2) Untuk pemasangan tulangan dibawah permukaan tanah/didaerah galian harus diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini : Memakai pakaian dan
perlengkapan kerja terutama helm yang sesuai dengan standar, Dinding galian harus diberi penahan dinding secukupnya, Pada daerah pemasangan
bekisting harus diberi penerangan secukupnya, Dilarang menyimpan/menempatkan tanah galian dipinggir pembuatan bekisting, tanah galian harus
dibuang pada tempat yang aman yang telah ditentukan, Disediakan jalan keluar untuk menyelamatkan diri bila terjadi bahaya, Dipasang tangga yang
sesuai dan memenuhi syarat dari segi kekuatanya.
6/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
7.1.5 Pengecoran
1) Gangguan kesehatan atau gangguan fisik akibat pekerja tidak memakai perlengkapan kerja yang sesuai 1) Pelaksanaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga terampil yang berpengalaman dan dalam melaksanakan pekerjaan, harus memakai pakaian dan
dengan syarat, perlengkapan kerja sesuai dengan standar,
2) Kecelakaan akibat concrete mixer (kena rantai, roda pemutar dll), 2) Semua gigi, rantai-rantai dan roda pemutar dari pengaduk beton harus dilindungi sedemikian sehingga aman,
3) Tertimpa pengaduk beton ketika alat tersebut sedang diangkat, 3) Penyangga pengaduk beton harus dilindungi oleh pagar pengaman untuk mencegah para pekerja lewat di bawahnya ketika alat yang bersangkutan
4) Terjatuh dari tempat pengecoran, sedang diangkat,
5) Terluka akibat membersihkan tabung pengaduk beton, 4) Operator mixer beton tidak diperkenankan menurunkan penyangga sebelum semua pekerja berada di tempat yang aman,
6) Terluka akibat terkena percikan beton pada saat menuangkan beton dari pengaduk beton, 5) Pada waktu membersihkan tabung pengaduk, tindakan-tindakan pengamanan harus diambil untuk melindungi para pekerja di dalamnya, misalnya
7) Terjadi gangguan pada mata dan pendengaran akibat getaran vibrator dan debu pada saat mencampur dengan mengunci tombol dalam posisi terbuka melepaskan sikring-sikring atau dengan cara mematikan sumber tenaga,
semen, agregat dan air, 6) Ketika beton sedang dituang dari bak muatan, pekerja harus berada pada jarak yang aman terhadap setiap percikan beton,
8) Terluka akibat arus pendek atau tersengat aliran listrik ketika menggunakan vibrator listrik, 7) Pelaksanaan pencampuran aggregate, semen dan air harus tidak menimbulkan debu yang beterbangan, pekerja harus menggunakan masker
9) Kecelakaan akibat penyalur uetori ke alat vibrator , pernapasan,
10) Luka akibat penggunaan vibrator , 8) Pekerja yang menggunakan vibrator listrik harus ahli dan berpengalaman di bidangnya,
11) Gangguan kesehatan oleh debu akibat pencampuran beton, 9) Pipa-pipa penyaiur uetori ke alat vibrator harus memmenuhi ketentuan sebagai berikut: Hubungan pipa harus diikat dengan rantai pengaman atau
12) Kecelakaan akibat robohnya cor beton, cara lain yang efektif, Mulut pipa pengeluaran harus terikat kuat sehingga dapat mencegah gerakan bergeser,
13) Terjadi kecelakaan akibat proses penumpahan adukan beton, pengadukan beton, alat penggetar dan water 10) Bila menggunakan vibrator listrik, maka : Dihubungkan ke tanah (earthed), Bagian-bagian yang penting harus cukup diberi isolasi, Arus listrik
tanker, harus dimatikan bila sedang tidak digunakan, Diusahakan sedemikian rupa bila beton mulai mengeras maka harus dilindungi terhadap arus air yang
14) Terjadi kecelakaan atas orang luar yang masuk kedalam areal pekerjaan, mengalirkan bahan-bahan kimia, dan getaran begitu juga terhadap pekerja, Diusahakan sedemikian rupa tidak boleh meletakkan beban di atas beton
15) Terjadi kecelakaan kerja ketika bekerja pada kedaan gelap atau malam hari akibat penerangan tidak cukup, yang sedang mengeras,
16) Kecelakaan akibat lantai kerja sementara roboh. 11) Bahan-bahan kering dari beton harus dicampur pada ruang yang tertutup : Debu harus tersalur/terbuang ke luar, Bila debu tidak dapat terbuang,
maka para pekerja harus menggunakan alat pernapasan,
12) Selama pengecoran papan acuan dan penumpunya harus dicegah terhadap kerusakan,
13) Pengoperasian alat pengaduk, penggetar dan water tanker harus dilakukan oleh orang yang ahli dan berpengalaman dan harus selalu dijaga agar
tidak ada orang luar maupun pekerja lain yang tidak berkepentingan berada di tempat pengecoran beton,
14) Membatasi daerah pekerjaan pengecoran dengan pagar atau rambu yang informatif,
15) Menyiapkan penerangan apabila harus bekerja pada malam hari,
16) Lantai kerja sementara yang menahan pipa pemompa beton harus kuat untuk menumpu pipa yang sedang berisi dan mempunyai faktor
pengaman sedikitnya 4.
7/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
7.4.2 Pemasangan
1) Terjepit saat mengangkat tulangan. Luka akibat membengkokan tulangan baja/besi, 1) Pembengkokan tulangan menggunakan peralatan yang memenuhi persyaratan,
2) Luka karena jarak antar sesama pembuat tulangan, 2) Diusahakan sedemikian rupa pekerja yang melakukan pekerjaan pembengkokan tulangan mempunyai jarak yang cukup sesama pekerja,
3) Luka di tangan akibat kawat baja pada saat mengikat tulangan, 3) Diusahakan sedemikian rupa pada saat pengikatan baja tulangan menggunakan sarung tangan yang sesuai,
4) Kecelakaan akibat tanah longsor/benda jatuh Jika pemasangan tulangan dibawah permukaan tanah, 4) Jika pemasangan tulangan dibawah permukaan tanah, maka tanah perlu memakai dinding penahan tanah yang sesuai. Menyiapkan tangga yang
5) Kecelakaan akibat tulangan runtuh jika pemasangan tulangan dilakukan pada ketinggian tertentu, sesuai dan aman,
6) Luka akibat sisa-sisa (potongan) tulangan maupun kawat baja, 5) Apabila penulangan dilakkan pada ketinggian tertentu maka perancah yang digunakan harus sesuai dan aman,
7) Terluka akibat pekerja dan alat. 6) Diusahakan sedemikian rupa sisa-sisa potongan baja tulangan dan kawat baja ditempatkan pada tempat yang sesuai,
7) Para pekerja menggunakan helm, sarung tangan dan sepatu boot yang sesuai. Diberi perlindungan atau tanda/rambu yang menunjukan ada
pekerjaan penulangan.
8/9
PERENCANAAN
1 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko Bahaya
JENIS/TYPE PEKERJAAN PENGENDALIAN RISIKO K3
IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3
7.17.2 Penggalian
1) Potensi bahaya akibat pipa gas, pipa air, dan konduktor listrik, yang terkena galian, 1) Sebelum pekerjaan di mulai pada setiap tempat galian pemberi kerja harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas segala instalasi di bawah
2) Kecelakaan akibat terkena cangkul/alat penggali alin dari sesama pekerja, tanah seperti saluran pembuangan, pipa gas, pipa air, dan konduktor listrik, yang dapat menimbulkan bahaya selama waktu pekerjaan,
3) Terkena cangkul sendiri/ luka akibat lainnya jika penggalian dilakukan malam hari, 2) Diusahakan agar menjaga jarak antar pekerja jika penggalian mengunakan tenaga manusia dengan alat bantu (Cangkul, balincong, dll),
4) Runtuhnya lereng galian, 3) Diusahakan sedemikian rupa penggalian yang dilakukan dimalam hari menggunakan lampu penerangan yang cukup,
5) Terpeleset pada saat menggali, 4) Penggalian pada lereng dan tebing jalan diusahakan agar tetap mempertahankan kemiringan lereng,
6) Tertimpa benda jatuh dari atas, 5) Apabila tanah tidak menjamin tempat berpijak yang aman, harus disediakan konstruksi penyangga yang cukup,
7) Potensi kecelakaan akibat penggalian menggunakan mesin penggali/ Excavator , 6) Apabila orang sedang bekerja pada ketinggian yang berbeda, sarana yang cukup seperti papan lantai harus disediakan untuk mencegah orang yang
8) Bahaya terperosok ke tempat penggalian, ada dibawahnya tertimpa alat atau benda yang terjatuh dari atas,
9) Bahaya akibat genangan air di tempat galian. 7) Excavator yang dilengkapi dengan unit untuk panggilan yang dalam harus dirancang sedemikian rupa sehingga gigi pengeruknya tidak dapat
mendekati lengannya sampai sejarak 40 cm atau harus dilengkapi dengan suatu alat penyetop yang dapat dipercaya dapat mencegah kejadian ini.
Operator excavator harus : Sedikitnya berumur 18 tahun, Sudah terbiasa menjalankan dan memelihara mesin yang bersangkutan,
8) Untuk maksud pengamanan segera setelah memungkinkan bagian atas sumuran harus dilindungi dengan pagar yang cukup atau pegangan
pengaman dan injakan serta pintu masuk,
9) Apabila sumuran sedang digali ke dalam lapisan yang mengandung air, harus disediakan suatu sarana untuk menyelamatkan diri.
7.17.3 Pemompaan
1) Kena setrum, 1) Kabel-kabel yang mengalirkan listrik diberi perlindungan secukupnya. Apabila ada sambungan kabel diberi isolasi yang cukup aman,
2) Kaki tergenang air/lecet, 2) Para pekerja dilengkapi dengan sepatu boot/karet, sarung tangan, helm yang sesuai,
3) Runtuhnya dinding, 3) Jika perlu dilakukan pembuatan dinding penahan rembesan,
4) Terpeleset pada saat menurunkan slang pompa, 4) Lakukan penyumbatan dan pemompaan agar air dapat keluar dari lokasi pemasangan gabion,
5) Genangan air hasil pemompaan. 5) Pada saat pemompaan dilakukan sebagai langkah dewatering, pengaliran air hasil pemompaan diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan resiko bahaya kecelakaan.
7.17.4 Penyiapan Lantai Kerja
1) Bahaya akibat bahan-bahan dan alat yang akan dipakai, 1) Penyiapan peralatan dan bahan sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan. Pemeriksaaan terhadap peralatan dan bahan sebelum pelaksanaan
2) Bahaya akibat genangan air. pekerjaan,
2) Diusahakan sedemikian rupa lantai kerja terbebas dari air, Jika perlu dibuat penahan rembesan air dan dipasang perancah atau tangga yang sesuai
dan memenuhi faktor keamanan.
7.17.5 Pemasangan
1) Luka karena tertimpa batu, 1) Untuk menjaga resiko kecelakaan para pekerja yang melakukan pemasangan batu dilengkapi dengan sarung tangan, helm dan sepatu boot,
2) Debu dari campuran agregat, semen dan air, 2) Diusahakan sedemikian rupa menghindari kontak langsung antara tangan/kulit terhadap adukan semen,
3) Luka tangan/kaki karena adukan. 3) Diusahakan sedemikan rupa menghindari tangan terjepit oleh batu.
7.17.6 Penimbunan
1) Potensi longsor dari tanah timbunan, 1) Timbunan diusahakan agar tetap kering agar tidak membahayakan lalu lintas maupun pekerja,
2) Potensi kecelakaan akibat alat penimbun, 2) Pelaksanaan timbunan pada tanjakan agar dijaga sedemikian rupa agar tidak membahayakan alat pemadat dengan mesin,
3) Potensi kecelakaan akibat alat pemadat dengan menggunakan mesin, 3) Penimbunan dengan menggunakan mesin harus dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya,
4) Potensi luka akibat cangkul/peralatan sejenisnya untuk penimbunan dan pemadatan cara manual. 4) Penimbunan menggunakan peralatan manual (cangkul/peralatan sejenisnya) dilakukan dengan hati-hati dan mempunyai jarak yang cukup dengan
pekerja lainnya.
9/9
2) PEMENUHAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERSYARATAN LAINNYA
Nomor Dokumen Peraturan Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 14 tahun 1969 Perlindungan terhadap Tenaga Kerja dan Pembinaan Norma Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja
3. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Umum Nomor: 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.02/MEN/1992 Tata Cara Penunjukkan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
7. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 384/KPTS/M/2004 Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 01/Men/1980 Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
10. SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
11. SNI 19-0229-1987 Pekerjaan di dalam Ruangan Tertutup.
12. SNI 19-0230-1987 K3 untuk Pekerjaan Penebangan dan Pengangkutan Kayu.
13. SNI 19-0231-1987 Kegiatan Konstruksi, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja.
14. SNI 19-1955-1990 Perancah, Keselamatan Kerja pada Pemasangan dan Pemakaian.
15. SNI 19-1956-1990 Tangga Kerja, Keselamatan Kerja pada Pembuatan dan Pemakaian.
16. SNI 03-1962-1990 Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran.
17. SNI 19-3993-1995 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja tentang Keselamatan Kerja Las Busur Listrik.
18. SNI 19-3994-1995 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
19. SNI 19-3997-1995 Pedoman Keselamatan Kerja Listrik pada Pentanahan.
20. SNI 05-0572-1989 Gergaji Kayu Tangan.
21. SNI 06-0652-1989 Sarung Tangan Kerja Berat dari Kulit Sapi.
22. SNI 05-0738-1989 Persyaratan Umum dan Cara Uji untuk Kerja Traktor Tangan.
23. SNI 03-0963-1989 Cara Uji Kerja Excavator Darat Hidrolik.
24. SNI 09-0964-1989 Cara Uji Kerja Traktor Rantai Kelabang.
25. SNI 03-0965-1989 Cara Uji Kerja Loader.
26. SNI 09-0966-1989 Cara Uji Kerja Motor Grader.
27. SNI 19-1717-1989 Keselamatan Kerja Mesin Gergaji Bundar/Lingkar untuk Pekerjaan Kayu.
28. SNI 19-1721-1989 Penilaian dan pengendalian Kebisingan di Tempat Kerja.
29. SNI 19-1957-1990 Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja.
30. SNI 19-1961-1990 Peraturan Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
31. SNI 18-2036-1990 Ketentuan Keselamatan Kerja Radiasi.
32. SNI 19-3996-1995 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja tentang Penyimpanan dan Pengamanan Bahan Peledak.
3) SASARAN DAN PROGRAM
1. SASARAN K3
- Menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
- Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
- Meningkatkan kesadaran para karyawan untuk Mematuhi segenap peraturan K3
- Menjamin proses pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar
- Memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi dalam bidang K3
- Meningkatkan kinerja para karyawan secara menyeluruh
Dalam mencapai tujuan dan sasaran K3 sebagaimana tertuang dalam rencana, perusahaan kami akan
terus mengorganisir pelaksanaannya dan menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan
sistem manajemen yang diterapkan dan harus didukung dengan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang memadai.
I. Jaminan Kemampuan
I.1 Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana
Menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana dan dana yang memadai.
Penyediakan sumber daya tersebut, perusahaan kamai akan membuat prosedur yang dapat
memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan agar penerapan SMK3 dapat efektif adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan dan
memiliki kompetensi kerja dan kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui sertifikat
K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, surat ijin kerja/operasi atau surat
penunjukan dari instansi yang berwenang
c. Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif;
d. Membuat peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli;
e. Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja secara aktif.
I.2 Integrasi
Mengintegrasikan SMK3 ke dalam sistem manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal
pengintegrasian tersebut terdapat kemungkinan pertentangan dengan tujuan dan prioritas
perusahaan, maka :
a. Tujuan dan prioritas SMK3 harus diutamakan;
b. Penyatuan SMK3 dengan sistem manajemen perusahaan dilakukan secara selaras dan seimbang.
I.3 Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan
serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, serta memiliki budaya perusahaan yang
mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Untuk itu perusahaan kami akan
melakukan hal hal sebagai berikut :
a. Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan
tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan
pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan
pengunjung;
b. Membuat prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung
jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3;
c. Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau
kejadian-kejadian lainnya.
Pekerja/buruh harus memahami serta mendukung penerapan SMK3, dan perlu disadarkan
terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi dan psikologis yang mungkin dapat
menciderai dan melukai pada saat bekerja serta harus memahami sumber bahaya tersebut
sehingga dapat mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui
program pelatihan harus tersedia dan didokumentasikan.
Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan :
c. Menjamin bahwa informasi yang terkait dikomunikasikan kepada orang- orang di luar
perusahaan yang membutuhkannya.
II.2 Pelaporan
Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan untuk menjamin
bahwa SMK3 dipantau dan kinerjanya ditingkatkan.
Prosedur pelaporan internal harus ditetapkan untuk menangani :
a. Pelaporan terjadinya insiden;
b. Pelaporan ketidaksesuaian;
c. Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Pelaporan identifikasi sumber bahaya.
II.3 Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen dan harus dibuat sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan dan
didokumentasikan serta diperbarui apabila diperlukan.
Dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif. Pendokumentasian
dalam penerapan SMK3 dapat mendukung kesadaran pekerja/buruh dalam rangka mencapai
tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3.
Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan perusahaan. Apabila
unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan secara menyeluruh, maka
pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam keseluruhan dokumentasi yang ada.
Mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk :
a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3;
b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3;
c. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur;
d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain dari
sistem manajemen perusahaan;
e. Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan.
d. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu;
e. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan;
f. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.
b. Izin kerja;
c. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi
keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan
sebagainya, lingkungan kerja, sifat pekerjaan , cara kerja dan proses produksi;
III.7 Pembelian/pengadaan
Sistem pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur pemeliharaan barang dan jasa
harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan K3.
Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus menjelaskan kepada semua
pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personil yang memiliki kompetensi
kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi
terkait yang berwenang.
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah
dipenuhinya standar K3;
d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap
persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran;
e. Pemeriksaan/investigasi yang memadai harus dilaksanakan untuk menemukan penyebab
permasalahan dari suatu insiden;
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang.
Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti
sumber bahaya yang di dapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus
dalam proses tinjauan ulang manajemen.
Selain hal tersebut diatas tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap
seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
Hasil dari tinjauan ulang tersebut diatas dapat digunakan untuk pengembangan penerapan SMK3
dan peningkatan kinerja K3 di perusahaan.
3 ORGANISASI KEGIATAN K3
STRUKTUR ORGANISASI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (P2K3)
KETUA P2K3
SEKRETARIS P2K3
ANGGOTA I
ANGGOTA II ANGGOTA III
Emergency/
P3K Kebakaran
Kedaruratan
URAIAN TUGAS DAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
1. Nama :
Jabatan : Manager
Tugas :
1. Melaksanakan kebijakan dan peraturan-peraturan K3.
2. Membuat sistem kerja yang aman bagi setiap bawahannya dan setiap orang lain pada setiap tempat kerja yang menjadi
tanggungjawabnya.
3. Mengadakan perencanaan dan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi karyawan.
Wewenang :
1. Menunjuk personil yang menjadi tanggungjawab dalam pelaksanaan keselamatan kerja sehari-hari.
2. Mengefektifkan fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan mengadakan dialog bersama secara
berkala untuk membahas hambatan-hambatan mengenai masalah K3.
3. Mengadakan perubahan metode atau sistem K3 yang disesuaikan dengan perubahan kebijakan perusahaan yaitu perubahan
teknologi, proses dan lain-lain.
Tanggung jawab :
1. Mendisiplinkan peraturan-peraturan yang berlaku dengan memberi sanksi pada setiap orang yang melanggar kebijakan K3.
2. Menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat
3. Membangun dan mempertahankan program keselamatan dan kesehatan kerja
4. <emastikan pekerja dilatih atau bersertifikat, seperti yang dipersyaratkan
5. Pelaporan kasus kecelakaan dan penyakit kerja kepada otoritas yang tepat
6. Menyediakan fasilitas bantuan medis
7. Menyediakan informasi keselamatan dan kesehatan bagi karyawan
8. Mendukung supervisor dalam kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja mereka
9. Mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan pengawas
2. Nama :
Jabatan : Pelaksana
Tugas :
1. Menjaga Keselamatan diri sendiri dan orang-orang disekitarnya terhadap segala sesuatu yang ditimbulkan oleh kelalaian
dalam proses kerja.
2. Bekerja sama dengan Manajer K3, Supervisor dan sesama karyawan dalam melaksanakan aturan K3.
3. Memberi laporan kepada atasannya jika terdapat kondisi yang tidak aman dalam proses kerja.
4. Mengerti secara pasti semua tindakan-tindakan yang diperlukan dalam keadaan darurat.
5. Mentaati semua aturan dan instruksi keselamatan yang berlaku di perusahaan.
6. Memberi masukan-masukan dalam upaya meningkatkan pencegahan dan pengendalian kecelakaan
Wewenang :
1. Menggunakan peralatan yang masih layak pakai.
2. Menggunakan peralatan dan permesinan sesuai dengan standar kerja dan memperhatikan rambu-rambu yang ada di tempat
kerja.
Tanggung jawab :
1. Mendisiplinkan peraturan-peraturan yang berlaku dengan memberi sanksi pada setiap orang yang melanggar kebijakan K3.
2. Memerintahkan pekerja untuk mengikuti tatacara kerja yang aman
3. Menegakkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
4. Mengoreksi tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
5. Memastikan hanya pekerja yang berwenang dan terlatih yang mengoperasikan peralatan
6. Pelaporan dan menyelidiki semua kecelakaan / insiden
7. Memeriksa daerah sendiri dan mengambil tindakan perbaikan untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya
8. Memastikan peralatan dipelihara dengan benar
9. Mempromosikan kesadaran keselamatan pekerja
3. Nama :
Jabatan : KETUA P2K3
PANITIA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TUJUAN PEMBENTUKAN P2K3
Tugas :
1. Membuat program dan rencana penerapan/pelaksanaan K3 dan pemeliharaan lingkungan secara rutin setiap tahun.
Wewenang :
1. Memastikan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia sesuai dengan resiko kerja yang ada, berada dalam kondisi layak,
serta diperlakukan dengan baik, dan digunakan dengan sebagaimana mestinya.
2. Memastikan bahwa pekerja/karyawan telah menggunakan dan memanfaatkan sarana dan prasarana perlindungan diri
dengan sebaik-baiknya.
Tanggung jawab :
1. Memberikan motivasi, latihan, dan pendidikan kepada pekerja mengenai K3.
2. Senantiasa mengembangkan perihal K3 yang telah ada di perusahaan dengan mengikuti seminar, training , dan lain
sebagainya.
3. Menjelaskan masalah keselamatan dan kesehatan pada semua karyawan
4. Koordinasi kegiatan keselamatan dan kesehatan antar departemen
5. Mengumpulkan dan menganalisis statistik K3
6. Menyediakan pelatihan K3
7. Melakukan penelitian tentang masalah-masalah khusus
4. Nama :
Jabatan : SEKRETARIS P2K3
PANITIA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TUJUAN PEMBENTUKAN P2K3
Tugas :
1. Mewakili ketua dalam memimpin rapat apabila ketua berhalangan hadir.
2. Wajib mengikuti rapat P2K3.
3. Menyiapkan bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam rapat P2K3.
4. Melakukan monitoring pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di segala aspek.
5. Melakukan identifikasi potensi terjadinya resiko dan kemudian membuat laporan hasil analisanya.
6. Melakukan identifikasi kebutuhan akan sarana dan prasarana perlindungan diri, pengobatan (perlengkapan kotak P3K), dan
lain sebagainya.
7. Dalam melakukan identifikasi diperbolehkan mengajukan permohonan untuk mengikutsertakan pihak yang berkompeten
dibidangnya.
8. Melakukan inspeksi mengenai kelayakan dan keamanan peralatan, cara pengoperasian mesin yang benar dan aman, dan
sarana serta prasarana perlindungan diri yang sesuai dengan kebutuhan.
9. Membuat prosedur dan instruksi kerja semua mesin yang digunakan oleh perusahaan.
10. Memasang petunjuk-petunjuk atau rambu-rambu keselamatan terhadap suatu daerah atau mesin.
11. Melakukan investigasi jika terjadi kecelakaan kerja dan segera melaporkan kepada Ketua P2K3 dalam kurun waktu tidak
boleh lebih dari 2 x 24 jam. Untuk laporan secara langsung diperkenankan melalui sarana telekomunikasi sehingga
kejadian dapat segera ditangani dan dapat melakukan identifikasi secara bersama-sama.
Wewenang :
1. Mengatur pelaksanaan training dan bertanggung jawab terhadap pelaksaannya.
2. Melakukan pemeriksaan pada area-area yang berpotensi terhadap terjadinya resiko kerja.
3. Mengawasi aktivitas pembuangan limbah baik dari sisi jenis limbah yang dibuang sampai pada proses pembuangannya.
4. Melakukan peninjauan terhadap lingkungan perusahaan dan membuat laporan kepada Ketua P2K3 minimal tiga bulan sekali.
5. Memberikan saran-saran kepada Ketua P2K3 sehubungan dengan pelaksanaan K3.
Tanggung jawab :
1. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dengan segera.
2. Melaksanakan program-program pengelolaan dan pemantauan lingkungan perusahaan.
3. Mempersiapkan materi yang akan digunakan/dibahas pada saat rapat P2K3.
4. Membuat undangan, daftar hadir, dan notulen rapat P2K3 dan menyerahkan kepada Ketua, General Manager dan
Pimpinan perusahaan.
5. Menyusun laporan dan mendokumentasikan hasil inspeksi, audit, kecelakaan kerja yang terjadi, hasil identifikasi
kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, kondisi kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah pabrik, dan
pelaksanaan training .
6. Secara rutin membuat laporan bulanan kepada Ketua, General Manager dan Pimpinan perusahaan.
5. Nama :
Jabatan : DIVISI KESELAMATAN KERJA
Tugas :
1. Melakukan inspeksi dan memastikan bahwa semua orang yang berada di daerah operasinya telah menggunakan alat
perlindungan diri dengan benar, aman, dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
2. Melakukan pemeriksaan pada area-area yang berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan kerja.
3. Memastikan bahwa alat perlindungan diri di daerah operasinya sesuai dan layak digunakan.
4. Memastikan bahwa isi kotak P3K di area kerja sesuai dengan standar.
5. Memasang rambu-rambu atau petunjuk keselamatan terhadap suatu daerah atau mesin.
6. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dengan segera.
7. Memberikan laporan mengenai data-data kecelakaan kerja dalam jangka waktu 3 bulan sekali.
8. Memberikan saran-saran kepada Ketua P2K3 sehubungan dengan pelaksanaan K3.
Wewenang :
1. Melakukan investigasi jika terjadi kecelakaan kerja dan segera melaporkan kepada Ketua P2K3 dalam kurun waktu tidak
boleh lebih dari 2 x 24 jam. Untuk laporan secara langsung diperkenankan melalui sarana telekomunikasi sehingga
kejadian dapat segera ditangani dan dapat melakukan identifikasi secara bersama-sama.
2. Melakukan training secara teratur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan K3 seperti P3K, pernafasan buatan, ergonomi,
gizi, dan hal lain yang terkait.
Tanggung jawab :
1. Memerintahkan pekerja untuk mengikuti tatacara kerja yang aman
2. Menegakkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
3. Mengoreksi tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
4. Memastikan hanya pekerja yang berwenang dan terlatih yang mengoperasikan peralatan
5. Pelaporan dan menyelidiki semua kecelakaan / insiden
6. Memeriksa daerah sendiri dan mengambil tindakan perbaikan untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya
7. Memastikan peralatan dipelihara dengan benar
8. Mempromosikan kesadaran keselamatan pekerja
6. Nama :
Jabatan : DIVISI KESEHATAN KERJA
Tugas :
1. Membuat dan melaksanakan program-program pencegahan terjadinya gangguan kesehatan yang mungkin timbul pada
pekerja (tindakan preventive ).
2. Memastikan bahwa alat perlindungan yang disediakan sesuai dengan kebutuhan dan dalam kondisi layak pakai.
3. Memastikan bahwa semua orang di daerah operasinya telah memanfaatkan alat perlindungan yang disediakan dengan baik.
4. Melakukan investigasi jika terjadi gangguan kesehatan pada pekerja dan segera melaporkan kepada Ketua P2K3.
5. Memastikan bahwa isi kotak P3K di area kerja sesuai dengan standar.
7. Melaksanakan program-program pencegahan timbulnya gangguan kesehatan yang mungkin terjadi.
8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dengan segera.
9. Memberikan laporan mengenai data-data kesehatan kerja dalam jangka waktu 3 bulan sekali.
10. Memberikan saran-saran kepada Ketua P2K3 sehubungan dengan pelaksanaan K3.
Wewenang :
1. Melakukan training secara teratur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan K3 seperti P3K, pernafasan buatan, ergonomi,
gizi, dan hal lain yang terkait.
Tanggung jawab :
1. Memerintahkan pekerja untuk mengikuti tatacara kerja yang aman
2. Menegakkan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
3. Mengoreksi tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman
4. Memastikan hanya pekerja yang berwenang dan terlatih yang mengoperasikan peralatan
5. Pelaporan dan menyelidiki semua kecelakaan / insiden
6. Memeriksa daerah sendiri dan mengambil tindakan perbaikan untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya
7. Memastikan peralatan dipelihara dengan benar
8. Mempromosikan kesadaran keselamatan pekerja