Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PAI

Khutbah Idul Fitri, Khutbah Idul Adha, Khutbah Sholat Jum’at

Guru Pembimbing : Drs. Muhammad AR

DISUSUN OLEH :

Nadjuya Magfira Rahma (24)

SMA NEGERI 7 MATARAM


2021/2022
‫‪1. Khutbah Idul Fitri‬‬

‫‪Mengetuk Pintu Surga‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َو بَ َر َكاتُهُ‬


‫َأ ْكبَ ُر هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ‬

‫ق َو ْع َدهُ َون َ‬
‫َص َر‬ ‫ص َد َ‬ ‫ص ْيالً‪ ،‬اَل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ‪َ ،‬‬ ‫هللَا ُ َأ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم ُ‪Z‬د هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ ِ‬
‫اب َوحْ َدهُ‪ ،‬الَِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْال َح ْم ُد‬‫َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَ َز َم اَأْلحْ َز َ‬

‫ي لَوْ اَل َأ ْن هَدَانَا هَّللا ُ‪َ .‬أ ْشهَ ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَهُ‬‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي هَدَانَا لِهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد َ‬
‫ٰ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬و َعلَى ٰأ لِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َواالَهُ َأ َّمابَ ْعدُ؛‬ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اللّهُ َّم َ‬

‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل‬ ‫ق تَ ْق َواهُ َك َما قَا َل تَ َعالَى‪ :‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح َّ‬ ‫فَيَآ َأيُّهَا النَّاسُ ‪ ،‬اتَّقُوا هللاَ َح َّ‬
‫َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمونَ ‪َ .‬وا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن يَوْ َم ُك ْم ٰه َذا يَوْ ٌم َع ِظ ْي ٌم‪َ ،‬و ِع ْي ٌد َك ِر ْي ٌم‪َ ،‬أ َح َّل هللاُ لَ ُك ْم فِ ْي ِه الطَّ َعا َم‪َ ،‬و َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم‬
‫ْظي ٍْم ‪ ،‬فَ َسبِّحُوْ ا‪َ Z‬ربَّ ُك ْم فِ ْي ِه َو َعظِّ ُموْ هُ َوتُوْ بُوْ ا‪ِ Z‬إلَى هللاِ‬
‫ْح َوتَحْ ِم ْي ٍ‪Z‬د َوتَ ْهلِ ْي ٍل َوتَع ِ‬‫صيَا َم‪ ،‬فَه َُو يَوْ ُم تَ ْسبِي ٍ‬
‫فِ ْي ِه ال ِّ‬
‫َّحي ُم‪ .‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْمد‬ ‫َوا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Idul Fitri yang Diberkahi Allah SWT‬‬
‫‪Kehidupan di dunia ini sejatinya adalah sebuah ujian dan tidak ada satu pun orang hidup kecuali‬‬
‫‪diuji oleh Allah SWT, bahkan para nabi dan utusan Allah pun tak luput dari ujian. Sejak kita‬‬
‫‪terlahir di dunia ini, dihadapkan dengan berbagai ujian, ketika akan memasuki sekolah ada ujian,‬‬
‫‪di setiap kenaikan kelas ada ujian, dan bahkan mau lulus pun ada ujian. Ketika akan melamar‬‬
‫‪kerja kita diuji dan saat promosi jabatan pun pasti ada seleksi ujian.‬‬

‫‪Demikian juga, kehidupan dunia ini, sejatinya adalah ujian, di mana tempat kelulusannya adalah‬‬
‫‪kehidupan akhirat kelak yaitu surga atau neraka, bahagia atau sengsara selamanya. Allah‬‬
‫‪berfirman di awal Surat al-Mulk:‬‬

‫ق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم َأحْ َسنُ َع َماًل َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر (‪)2‬‬ ‫ك الَّ ِذي بِيَ ِد ِه ْال ُم ْل ُ‬
‫ك َوهُ َو َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر (‪ )1‬الَّ ِذي خَ لَ َ‬ ‫تَبَ َ‬
‫ار َ‬
Ujian yang diselenggarakan oleh manusia tentu sangat berbeda dengan ujian yang
diselenggarakan Allah SWT. Ujian di sekolah maupun di dunia kerja sangat bersifat rahasia,
jangankan jawabannya, soal-soalnya pun bersifat rahasia.

Sangat berbeda dengan ujian masuk surga, jangankan soal-soalnya, kunci jawaban pun sudah
diberitahukan oleh Allah dan sudah menjadi rahasia umum. Maka sungguh bodohlah kita jika
tidak lulus masuk surga. Dan kunci masuk surga itu adalah kalimah la ilaha illa Allah. Itu adalah
kalimat Tauhid, yaitu kalimat pembeda antara muslim dan non-muslim, kalimat penentu
kebahagiaan di surga atau kesengsaraan di neraka.

Nabi SAW bersabda:

‫إن هللا حرم على النار من قال ال إله إال هللا يبتغي بذلك وجه هللا‬

“Sesungguhnya Allah mengharamkan seseorang yang mengucapkan la ilaha illa Allah dengan
ikhlas karena Allah”.

Kalimat Tauhid di atas tentu bukan hanya sekedar diucapkan, tapi perlu diyakini dengan sepenuh
hati bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan keyakinan tersebut
dibuktikan dengan pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah dengan berbagai macam
ibadah.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Di setiap Ramadan, kita selalu mendengar dan bahkan hafal hadis Rasulullah SAW yang artinya,
“Ketika masuk bulan Ramadan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan
pintu-pintu neraka ditutup” (HR Bukhari dan Muslim).

Memang begitulah keutamaan bulan Ramadan di mana setan-setan akan dibelenggu, pintu surga
akan dibuka dan pintu neraka akan ditutup. Tetapi hadis di atas tidak tepat dimaknai secara
tekstual. Untuk memahaminya perlu memahami makna majazi.

Setan dibelenggu di bulan Ramadan bukan berarti setan tidak akan menggoda manusia untuk
melakukan perbuatan dosa. Buktinya saat puasa pun masih banyak yang tidak shalat dan batal
puasa lantaran tidak kuat menahan lapar dan akhirnya pergi mencari makan. Secara majazi, setan
dibelenggu berarti umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa diberikan kemampuan lebih
oleh Allah untuk tidak menuruti bisikan-bisikan setan.

Lantas bagaimana dengan adanya kata pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup?

Maksud pintu surga dibuka karena di bulan puasa amal shaleh akan dilipat gandakan pahalanya
sehingga kesempatan masuk surga jadi lebih besar. Sedangkan pintu neraka ditutup berarti di
bulan puasa kesempatan kita untuk melakukan perbuatan dosa lebih kecil dibandingkan dengan
bulan-bulan biasa.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Kalimat Tauhid yang sudah kita punyai dan kita simpan dalam hati, bisa jadi tidak dapat kita
gunakan untuk membuka pintu-pintu surga. Hal itu dikarenakan pintu surga terkunci dari dalam.
Maka oleh karena itu kita perlu mengetuk pintu-pintu tersebut. Ada satu hadis yang mencakup
amalan-amalan yang dapat mengetuk pintu-pintu surga, yaitu hadis yang berbunyi:

‫صلُّوا َوالنَّاسُ نِيَا ٌم تَ ْد ُخلُوا ْال َجنَّةَ بِ َساَل ٍم‬


َ ‫ َو‬،‫صلُوا اَأْلرْ َحا َم‬ ْ ‫ َوَأ‬،‫»َأ ْف ُشوا ال َّساَل َم‬
ِ ‫ َو‬،‫ط ِع ُموا الطَّ َعا َم‬

Nasihat ini disampaikan oleh Nabi SAW saat memasuki kota Madinah. Dalam hadis tersebut ada
empat amalan yang dapat membantu kita mengetuk dan membuka pintu surga:

Pertama, menebarkan salam. Salam secara bahasa dipahami sebagai ucapan, yaitu assalamu
‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dan ini adalah ucapan salam yang harus kita jadikan
sebagai tradisi baik kita.

Salam juga dimaknai sebagai keselamatan dan perdamaian. Setiap muslim di manapun berada
dituntut untut menebarkan keselamatan dan perdamaian, baik dalam bentuk ucapan maupun
perbuatan, sebagai wujud keimanan kepada Allah SWT. Dan tidak patut seorang muslim
menimbulkan keresahan, kerusakan, dan kehancuran tatanan kehidupan, karena itu menjadi
penghalang baginya untuk masuk surga.

Kedua, Memberi makan. Di antara hikmah diwajibkannya puasa Ramadan adalah agar kita dapat
merasakan lapar dan dahaga. Sementara, banyak orang yang lapar bukan karena puasa, tetapi
kelaparan karena ketiadaan. Dan lapar di sini tidak terbatas dengan kosongnya perut dari
makanan dan minuman, tetapi kosongnya akal dari ilmu.

Maka, dalam konteks ini kita dituntut tidak hanya berbagi makanan sebagai nutrisi badan, tetapi
juga berbagi donasi pendidikan sebagai nutrisi jiwa bagi yang membutuhkan.

Ketiga, menjalin silaturrahim atau kasih saying. Agama kita sangat menganjurkan untuk
menjalin silaturrahim, karena silaturrahim mendatangkan manfaat yang luar biasa; 1) dapat
memperpanjang umur dan melapangkan rezeki, 2) akan dijauhkan dari neraka, 3) menjadi salah
satu sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, 4) dapat menjaga kerukunan dan
keharmonisan dengan sesame, dan 5) dapat menjadikan kita sebagai makhluk yang mulia.

Maka momentum Idul Fitri ini sangat tepat kita manfaatkan untuk bersilaturrahim kepada orang
tua, keluarga, sanak saudara, tetangga, mitra kerja dan kepada semuanya, tetapi tentu harus tetap
mejaga protokol kesehatan.

Keempat, shalat malam. Shalat sunnah yang paling besar pahalanya adalah qiyamul lail. Semoga
ritual shalat tarawih, shalat witir, dan bangun malam untuk sahur yang kita lakukan sebulan
kemarin mampu kita pertahankan selama sebelas bulan ke depan, sehingga tujuan diwajibkannya
puasa dapat terwujud yaitu terwujudnya jiwa yang bertakwa dan hadirnya jiwa-jiwa yang shalih
yang suka menebar kebajikan, keselamatan, dan perdamaian, serta jiwa yang peduli terhadap
kemiskinan dan ramah terhadap lingkungan.

Hadirin yang dimuliakan Allah

Demikian khutbah singkat pada kesempatan ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Semoga
Allah selalu membimbing kita di jalan yang lurus dan memberikan kekuatan kepada kita untuk
beristiqamah di jalan tersebut. Amin ya rabbal ‘alamiin.

ْ ‫ات َواَأْلرْ ضُ ُأ ِع َّد‬


‫ت‬ ُ ‫ضهَا ال َّس َما َو‬ ُ ْ‫ارعُوا ِإلَ ٰى َم ْغفِ َر ٍة ِّمن َّربِّ ُك ْم َو َجنَّ ٍة َعر‬
ِ ‫ َو َس‬.‫من ال َّر ِح ِيم‬ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬.‫َّجي ِْم‬ ِ ‫أ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشيْط ِن الر‬
َ ِ‫ َوتَقَبَّلْ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ُ‫الوتَهُ اِنّه‬ ِ ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِمنَ اآليَا‬
َ ‫ بَا َر‬. َ‫لِ ْل ُمتَّقِين‬

ِ ‫ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ا اِنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر الر‬..‫هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬
‫َّح ْي ُم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×٣‬هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×٤‬هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو َأصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَرْ َوهللِ‬
‫ْا َ‬
‫لح ْم ُد‬

‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬
‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫َوَأ ْشهَ ُد َّ‬
‫‪َ.‬أ َّما بَ ْع ُد‬

‫فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫ال تَعاَلَى ِإ َّن‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬
‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬ ‫‪.‬هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬

‫ض اللّهُ َّم ع َِن‬


‫ك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ‬
‫ك َو ُر ُسلِ َ‬‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬
‫اللهُ َّم َ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ‬
‫ض‬ ‫ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫ك يَا َأرْ َح َم الر ِ‬
‫َّاح ِم ْينَ‬ ‫‪َ .‬عنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬

‫ت اللهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ كَ‬
‫ت اَالَحْ يآ ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوَأ ْع ِل َكلِ َماتِكَ ِإلَى‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬‫َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ْال ُم َو ِّح ِديّن َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬
‫يَوْ َم ال ِّد ْي ِن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِتَن َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫صةً‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال َخا ِس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َسا ِن وَِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء‬ ‫َو ْ‬
‫َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرْ‬
‫‪2. Khutbah Idul Adha‬‬

‫‪Khutbah I‬‬

‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َو بَ َر َكاتُهُ‬


‫َأ ْكبَ ُر هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ‬
‫هللَا ُ َأ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا‬
‫َص َ‪Z‬ر َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ‬
‫ق َو ْع َدهُ َون َ‬ ‫ص ْيالً‪ ،‬اَل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ‪َ ،‬‬
‫ص َد َ‬ ‫َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْحانَ هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ ِ‬
‫اب َوحْ َدهُ‪ ،‬الَِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللَا ُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ْا َ‬
‫لح ْم ُد‬ ‫َوهَ َز َم اَأْلحْ زَ َ‬
‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي هَدَانَا‬
‫ي لَوْ اَل َأ ْن هَدَانَا هَّللا ُ‪َ .‬أ ْشهَ ُد َأن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ‬
‫لِهَ َذا َو َما ُكنَّا لِنَ ْهتَ ِد َ‬
‫ٰ‬
‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى ُم َح َّم ٍد‪َ ،‬و َعلَى ٰأ لِ ِه َو َ‬
‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َواالَهُ َأ َّمابَ ْعدُ؛ فَيَآ َأيُّهَا النَّاسُ ‪ ،‬اتَّقُوا هللاَ‬ ‫َو َرسُوْ لُهُ اللّهُ َّم َ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمونَ ‪َ .‬وا ْعلَ ُموْ ا‬ ‫ق تَ ْق َواهُ َك َما قَا َل تَ َعالَى‪ :‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح َّ‬ ‫َح َّ‬
‫َظ ْي ٌم‪َ ،‬و ِع ْي ٌد َك ِر ْي ٌم‪َ ،‬أ َح َّل هللاُ لَ ُك ْم فِ ْي ِه الطَّ َعا َم‪َ ،‬و َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي ِه الصِّ يَا َم‪ ،‬فَه َُو يَوْ ُم‬
‫َأ َّن يَوْ َم ُك ْ‪Z‬م ٰه َذا يَوْ ٌم ع ِ‬
‫َوا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هو‬ ‫ْح َوتَحْ ِم ْي ٍ‪Z‬د َوتَ ْهلِي ٍْل َوتَ ْع ِظي ٍْم ‪ ،‬فَ َسبِّحُوْ ا‪َ Z‬ربَّ ُك ْم فِ ْي ِه َو َعظِّ ُموْ هُ َوتُوْ بُوْ ا ِإلَى هللاِ‬
‫تَ ْسبِي ٍ‬
‫َّحي ُم‪ .‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَرُ‪ ،‬هللاُ َأ ْكبَ ُر َوهللِ ال َح ْمد‬ ‫ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Idul Adha yang Diberkahi Allah SWT‬‬

‫)‪seorang manusia mulia dan nabi terakhir yang dipilih Allah SWT untuk menjadi teladah (uswah‬‬
‫‪bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.‬‬

‫‪Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd.‬‬

‫‪Kaum Muslimin jamaah Iedil Adha rahimakumullah.‬‬

‫‪Pada pagi hari ini, kaum Muslimin yang menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT,‬‬
‫‪dhuyufurrahman, telah berkumpul melaksanakan wuquf di ‘Arafah dan sedang berada di Mina‬‬
‫‪untuk melaksanakan Jumratul ‘Aqabah. Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai‬‬
‫‪belahan dunia yang mukim di Arab Saudi. Mereka berlatarbelakang bangsa, ras, warna kulit,‬‬
budaya dan strata sosial yang berbeda satu sama lain, namun mereka memiliki tujuan yang sama,
yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid mengesakan
Allah SWT semata.

Bagi kaum Muslimin yang belum memiliki kemampuan menjadi tamu Allah SWT atau yang
tertunda berangkat menunaikan haji tahun ini meskipun sudah melunasinya ongkosnya, mereka
melaksanakan sholat Idul-Adha dan ibadah qurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun
mereka berada. Ibadah Qurban yang dilaksanakan kaum Muslimin, sebagai salah satu upaya
mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Deskripsi kehidupan kaum Muslimin ini, menggambarkan interelasi kuat antara orang yang
menunaikan ibadah haji, dengan saudara-saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena
itu, kita melaksanakan sholat Idul Adha dan ibadah qurban pada hakikatnya sebagai bentuk
kesadaran memenuhi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd.

Kaum Muslimin jamaah Idil Adha rahimakumullah.

Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki
fondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Nabi Ibrahim
AS dikenal sebagai peletak pertama ibadah qurban. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan
Nabi Ibrahim AS terhadap anaknya Nabi Isma’il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah
Qurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak
kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang
mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Alquran surat as-Shaffat ayat
102:

ِ َ‫ال يَآَأب‬
ُ‫ت ا ْف َعلْ َماتُْؤ َستَ ِج ُدنِ ْي ِإ ْن َشآ َء هللا‬ َ ‫ي ِإنِِّ ْي َأ َرى فِ ْي ال َمن َِام َأنِِّ ْي َأ ْذبَ ُح‬
َ َ‫ك فَا ْنظُرْ َما َذا ت ََرى ق‬ َّ َ‫فَلَ َّما بَلَ َغ َم َعهُ ال َس ْع َي قَا َل يَابُن‬
َ‫صابِ ِر ْين‬
َ ‫ِمنَ ال‬

“Tatkala anak itu sampai umurnya dan sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim
berkata ; Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah apa pendapatmu. La menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang
‫‪diperintahkan oleh Allah kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang‬‬
‫‪yang sabar”.‬‬

‫‪Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi‬‬
‫‪anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan qurban, setiap 10 Dzulhijah dan pada hari‬‬
‫‪tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.‬‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×٣‬هللاُ اَ ْكبَرْ (‪ )×٤‬هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو َأصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ‬
‫اَ ْكبَرْ َوهللِ ْا َ‬
‫لح ْم ُد‬
‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫َّ‬
‫‪ِ .‬كث ْيرًا َأ َّما بَ ْع ُد‬
‫فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ‬
‫ال‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫َلى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬
‫صلُّوْ نَ ع َ‬ ‫‪.‬تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫ك َو َمآلِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئ َ‬
‫ك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫اللهُ َّم َ‬
‫َّاش ِد ْينَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم‬ ‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬‫َوارْ َ‬
‫ك يَا َأرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ‬‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫ان اِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ‬ ‫‪.‬بِاِحْ َس ٍ‬
‫ت اللهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل‬
‫ت اَالَحْ يآ ِء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن َخ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ك ْال ُم َو ِّح ِديّن َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬ ‫ال ِّشرْ كَ َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫ك ِإلَى يَوْ َم ال ِّد ْي ِن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِتَن َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما‬
‫َوَأ ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة‬
‫بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ َّ‬
‫اس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل‬
‫إن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَ ِ‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬ ‫َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّ ِ‬
‫بى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‬ ‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ َ‬
‫َو ْاِإل حْ َس ِ‬
‫َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَرْ‬
3. Khutbah Sholat Jumat
Empat Tanda Orang Istiqamah

Khutbah Pertama
ِ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهلل‬
ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬
‫ض ّل لَهُ َو َم ْن‬ Zِ ‫ر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا‬Zِ ْ‫ذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُو‬Zُ ْ‫نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُو‬
ُ‫د َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬Zُ َ‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشه‬ َ ‫يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬
‫اط ال ُم ْستَقِي ِْم ِإلَى يَوْ ِم‬
Zِ ‫الصِّر‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن َسا َر َعلَى نَه ِْج ِه القَ ِوي ِْم َو َدعَا ِإلَى‬ َ
‫ال ِّد ْي ِن َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬
ِ َ‫ َوَأ َرنَا الب‬،ُ‫ق َحقّا ً َوارْ ُز ْقنَا اتِّبَا َعه‬
‫اط َل‬ َّ ‫ ال َح‬Z‫ َوَأ َرنَا‬،ً‫ ِع ْلما‬Z‫ َو ِز ْدنَا‬،‫ َوا ْنفَ َعنَا بِ َما َعلَّ ْمتَنَا‬،‫اللّهُ َّم َعلِّ ْمنَا َما يَ ْنفَ ُعنَا‬
ُ‫ اجْ تِنَابَه‬Z‫بَا ِطالً َوارْ ُز ْقنَا‬

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk
bertakwa kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam ayat:

َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran:
102)

Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah
sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Semoga shalawat dari Allah
tercurah kepada beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut keluarga
beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga akhir zaman.

Ma’asyirol muslimin rahimakumullah


Sebelumnya ada dua adab penting pada hari Jumat saat mendengarkan Khutbah Jumat yang
perlu diterangkan.

Pertama: Diam dan tidak berbicara saat mendengar khutbah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫ َواِإل َما ُم يَ ْخطُبُ فَقَ ْد لَ َغوْ ت‬. ‫ت‬ ِ ‫ك يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َأ ْن‬
ْ ‫ص‬ َ ِ‫ِإ َذا قُ ْلتَ ل‬
َ ِ‫صا ِحب‬

“Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’
Sungguh engkau telah berkata sia-sia.” (HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851).

Kedua: Dilarang al-habwah, yaitu duduk sambil memeluk lutut saat mendengarkan khutbah.

Dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya (Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata:

ُ‫ نَهَى َع ِن ْال ُح ْب َو ِة يَوْ َم ْال ُج ُم َع ِة َواِإل َما ُم يَ ْخطُب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
“Rasulullah SAW melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang
berkhutbah.” (HR. Tirmidzi, no. 514 dan Abu Daud, no. 1110. Al Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Kali ini kami akan mengangkat tema mengenai bagaimanakah tanda seseorang itu istiqamah.
Karena setiap hari kita terus mengulang ayat:

ِ ‫ص َراطَ الَّ ِذينَ َأ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬


َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين‬ ِ ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬
ِّ ‫ا ْه ِدنَا ال‬

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
(QS. Al-Fatihah: 6-7). Ayat ini berisi perintah untuk meminta terus istiqamah di atas jalan yang
lurus.

Shirathal mustaqim menurut Ibnu Katsir adalah:

Mengikuti jalan Nabi

Mengikuti generasi salaf dari para sahabat seperti Abu Bakar dan ‘Umar

Mengikuti kebenaran
Mengikuti Islam

Mengikuti Al-Qur’an

Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan bahwa semua pengertian di atas itu benar dan semua
makna di atas itu saling terkait. Siapa yang mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mengikuti sahabat sesudahnya yaitu Abu Bakar dan Umar, maka ia telah mengikuti kebenaran.
Siapa yang mengikuti kebenaran, berarti ia telah mengikuti Islam. Siapa yang mengikuti Islam,
berarti ia telah mengikuti Al-Qur’an (Kitabullah), itulah tali Allah yang kokoh. Itulah semua
termasuk ash-shirothol mustaqim (jalan yang lurus). Semua pengertian di atas itu benar saling
mendukung satu dan lainnya. Walillahil hamd. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1:213.

Bagaimana kita bisa istiqamah pada jalan yang lurus?

Syafiq Al-Balji rahimahullah berkata bahwa ada empat cara untuk istiqamah :
Pertama: Tidak meninggalkan perintah Allah karena sedang mengalami musibah.
Kedua: Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia.
Ketiga: Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri.
Keempat: Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

(Hilyah Al-Auliya’, 8:17, dinukil dari At-Tadzhib Al-Maudhu’i li Hilyah Al-Auliya’, hlm. 50).
Tetap istiqamah walaupun mendapatkan musibah.

Allah Ta’ala berfirman:

ِ ‫فَِإ َّن َم َع ْال ُعس‬


‫ْر يُ ْسرًا‬

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu:

ِ ‫ِإ َّن َم َع ْال ُعس‬


‫ْر يُ ْسرًا‬

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).

Tentang ayat di atas, Qatadah rahimhuallah berkata:

َ ِ‫لَ ْن يَ ْغل‬
‫ب ُع ْس ٌر يُ ْس َري ِْن‬
“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

Ingatlah hikmah di balik musibah sungguh luar biasa


Pertama: Musibah itu sebagai ujian, siapakah yang mampu bersabar.
Kedua: Untuk membersihkan hati manusia dan supaya lepas dari sifat-sifat buruk karena ketika
musibah datang, maka kesombongan, ujub, hasad berubah menjadi ketundukan kepada Allah.
Ketiga: Iman seorang mukmin menjadi kuat.
Keempat: Musibah menunjukkan kuatnya Allah dan lemahnya manusia.
Kelima: Dengan adanya musibah, kita jadi semangat berdoa dengan ikhlas.
Keenam: Musibah itu untuk membangunkan seseorang yang sedang lalai.
Ketujuh: Nikmat itu baru dirasakan kalau kita mengetahui lawannya. Kita baru rasakan nikmat
sehat ketika kita mendapatkan sakit.
Tidak meninggalkan perintah Allah walaupun sibuk dengan urusan dunia
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah menceritakan tentang shalat pada suatu hari di mana beliau bersabda,

ْ ِ‫َت لَهُ نُوراً َوبُرْ هَانا ً َونَ َجاةً يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َو َم ْن لَ ْم يُ َحاف‬
ٌ ‫ظ َعلَ ْيهَا لَ ْم يَ ُك ْن لَهُ نُو ٌر َوالَ بُرْ ه‬
‫َان َوالَ ن ََجاةٌ َو َكانَ يَوْ َم‬ ْ ‫َم ْن َحافَظَ َعلَ ْيهَا َكان‬
‫ف‬ٍ َ‫ْالقِيَا َم ِة َم َع قَارُونَ َوفِرْ عَوْ نَ َوهَا َمانَ َوُأبَ ِّى ْب ِن خَ ل‬

“Siapa yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, keselamatan pada
hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan
keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun,
Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, 2:169. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan).

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa (hlm. 37-38)
mengenai hadits di atas, Siapa yang sibuk dengan hartanya sehingga melalaikan shalatnya, maka
ia akan dikumpulkan bersama Qarun.
Siapa yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan dikumpulkan
bersama Fir’aun.
Siapa yang sibuk dengan kekuasaannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan dikumpulkan
bersama Haman (menterinya Fir’aun).
Siapa yang sibuk dengan perdagangannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan
dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf.

Ketiga: Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri.

Dalam hadits disebutkan,

ِ َّ‫اس بِ َس َخ ِط هَّللا ِ َو َكلَهُ هَّللا ُ ِإلَى الن‬


‫اس‬ ِ َّ‫ضا َء الن‬ َ ‫اس َو َم ِن ْالتَ َم‬
َ ‫س ِر‬ ِ َّ‫اس َكفَاهُ هَّللا ُ ُمْؤ نَةَ الن‬
ِ َّ‫ضا َء هَّللا ِ بِ َسخَ ِط الن‬ َ ‫َم ِن ْالتَ َم‬
َ ‫س ِر‬

“Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia
dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka
Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2414 dan Ibnu Hibban, no.
276. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Keempat: Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW.

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫د ْال ِعقَا‬Zُ ‫َو َما َآتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا َواتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.” (QS. Al-Hasyr: 7).

Dalam hadits Al-‘Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:

ٌ‫ضالَلَة‬
َ ‫ور فَِإ َّن ُك َّل ُمحْ َدثَ ٍة بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬ ‫وَِإيَّا ُك ْم َو ُمحْ َدثَا ِ ُأل‬
ِ ‫ت ا ُم‬

“Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama)
adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud, no. 4607; Tirmidzi, no. 2676; dan
An-Nasa’i, no. 46. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Demikian tanda kita bisa istiqamah, kesimpulannya adalah:


1. Tidak meninggalkan perintah Allah tatkala kita tertimpa musibah.
2. Tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia.
3. Tidak mengikuti komentar orang dan hawa nafsu sendiri.
4. Beramal sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‫‪Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.‬‬

‫َأقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِإنَّهُ هُ َو ال َس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِع ْينَ‬


‫اف اَأل ْنبِيَا ِء َوالمرْ َسلِ ْينَ نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َأ ْش َر ِ‬
‫الح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعال ِم ْينَ َوال َّ‬
‫َ‬

‫َلى الطَّا َع ِة َو ُحضُوْ ِر ْال ُج ْم َع ِة َو ْال َج َما َع ِة‪.‬‬


‫ش َماظَهَ َر َو َمابَطَ ْن‪َ .‬و َحافِظُوْ اع َ‬ ‫اَ َّما بَ ْع ُد ‪ :‬فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُواهللاَ تَ َعال َى‪َ .‬و َذر ْ‬
‫ُوالفَ َو ِ‬
‫اح َ‬
‫َوا ْعلَ ُموْ ااَ َّن هللاَ اَ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه‪َ .‬وثَنَّى بِ َمالَِئ َك ِة قُ ْد ِس ِه‪ .‬فَقَا َل تَ َعال َى َولَ ْم يَزَ لْ قَاِئالً َعلِ ْي ًما‪ :‬اِ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي َ‬
‫ُصلُّوْ نَ ع َ‬
‫َلى النَّبِ ْى‬
‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬
‫يَا َ يُّهَاالَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬

‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬


‫آل‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ت اَألحْ يَا ِء‬ ‫ك َح ِم ْي ٌ‪Z‬د َم ِج ْي ٌد اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوالم ْسلِ َما ِ‬
‫ت َوالمْؤ ِمنِ ْينَ َوالمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َأ ْنتَ ْال َوهَّابُ اللَّهُ َّم‬ ‫ك َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال َّد ْع َو ِة َربَّنَا اَل تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ِإ ْذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً ِإنَّ َ‬ ‫ت ِإنَّ َ‬ ‫ِم ْنهُ ْم َواَأل ْم َوا ِ‬
‫اآلخ َر ِة اَللَّهُ َّم َأصْ لِحْ‬ ‫ور ُكلِّهَا َوَأ ِجرْ نَا ِم ْن ِخ ْز ِ‬ ‫ُأل‬
‫ب ِ‬ ‫ى ال ُّد ْنيَا َو َع َذا ِ‬ ‫ِإنَّا نَ ْسَألُكَ الهُدَى َوالتُّقَى َوال َعفَافَ َوال ِغنَى اللَّهُ َّم َأحْ ِس ْن عَاقِبَتَنَا فِى ا ُم ِ‬
‫طانَةَ السُّوْ ِء َو ْال ُم ْف ِس ِد ْينَ َوقَرِّ بْ ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْه َل‬
‫صاَل ُح ْاِإل ْساَل ِم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ اَللَّهُ َّم َأ ْب ِع ْد َع ْنهُ ْم بِ َ‬ ‫ُواَل ةَ ُأ ُموْ ِرنَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْقهُ ْم لِ َما فِ ْي ِه َ‬
‫صاَل ُحهُ ْم َو َ‬
‫ص ِح ْينَ يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ِإ َما ًما َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي‬
‫ْالخَ ي ِْر َوالنَّا ِ‬
‫آخ ُر َد ْع َوانَا َأ ِن‬‫صحْ بِ ِه و َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن َو ِ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬ ‫ار َو َ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ْال َح ْم ُد هلل َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ‬

Anda mungkin juga menyukai