Anda di halaman 1dari 40

PEMANFAATAN TUMBUHAN

SEBAGAI OBAT TRADISIONAL


OLEH MASYRAKAT SUKU MAYBRAT
DI KAMPUNG SIRE DISTRIK MARE SELATAN
KABUPATEN MAYBRAT
OLEH
BASTIAN HARA
2009 55 123
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MAOKWARI
2013
2
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pemanfaatan
Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Maybrat di Kampung
Sire Distrik Mare Selatan Kabupaten Maybrat” adalah karya saya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam tubuh tulisan dan
dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa apa yang saya nyatakan tidak sesuai, maka saya
bersedia menerima pembatalan skripsi ini dan pencabutan gelar.
Manokwari, Juli 2013
Bastian Hara
2009 55 123
3
RINGKASAN
BASTIAN HARA. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh
Masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire Distrik Mare Selatan Kabupaten
Maybrat. Dibawah bimbingan Jonni Marwa dan Yubelince Runtuboy
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh Suku Maybrat yang bermukim di Kampung Sire Distrik Mare
Selatan Kabupaten Maybrat sebagai obat tradisional,mengetahui bagaimana cara
masyarakat kampung Sire dalam mengambil bahan baku, meramu, menggunakan
dan bagaimana khasiatnya terhadap penyakit yang diobati serta bagaimana pola
transfer pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Menggunakan metode deskriptif dengan teknik wawancara semi structural (semi
struktur interview) dan observasi lapang.
Hasil penelitian menunjukan bahawa terdapat 47 spesies tumbuhan dari 30
famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire sebagai
obat tradisional. Bagi Uraian informasi tentang pemanfaatan tumbuhan obat dan
pengobatan secara tradisional.
4
PEMANFAATAN TUMBUHAN
SEBAGAI OBAT TRADISIONAL
OLEH MASYRAKAT SUKU MAYBRAT
DI KAMPUNG SIRE DISTRIK MARE SELATAN
KABUPATEN MAYBRAT
Oleh
Bastian Hara
2009 55 123
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2013
5
Penguji Diluar Komisi Pembimbing :
1. Ir. B. B. Rettob, M.Si
2. Dina Arung Padang, S. Hut, M.Si
6
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Adapun
judul tulisan ini adalah “Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh
Masyarakat Suku Maybrat Di Kampung Sire Distrik Mare Selatan Kabupaten Maybrat” .
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Johnny Marwa, S.Hut.M.Si.
dan Ibu Yubelince Runtuboy, S.Hut. M.Si selaku Komisi Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
Ucapan terima kasih juga yang tulus juga penulis sampaikan kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Papua.
2. Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua.
3. Ketua Program Studi Kehutanan, Wolfram Y. Mofu, S.Hut. M. Si. serta
seluruh dosen pengasuh mata kuliah.
4. Bapak Ir. B. B. Retob, M. Si selaku Dosen Wali.
5. Bapak Marthen Sraun, S.Sos selaku Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten
Maybrat beserta seluruh staf.
6. Rekan-rekan Kelas Reguler Sore teristimewa Rusqi Dachlan, Suyadi, Abraham
Patabang, Melky B Panie, Budi Surnajaya, Hendrik Mardy, Edy Wahab,
Efendy Hanadar, Yahya Rumpopang, Yaya, Yolanda Noya, Abdi Setyadi,
Sudarwanto, Yoslianto, Tasdiq, Jusuf Melianus Pical. Saudara-saudaraku
8
Thitus Charles Mayor S.Hut dan Oktovianus Yumte, S.Hut, Abraham Wanma,
S.Hut serta yang lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya .
Skripsi ini penulis persebmbahkan buat Ayahanda Bernadus Hara (Alm.),
Ibunda Terkasih Martina Yumte serta saudaraku yang selalu penulis kasihi dan
banggakan diantaranya Naftali Hara, Yulianus Hara, Susance Frasawi, A.Mdp,
Rosita Frasawi, Monika Yumte, Yolanda Yumte, Arkilaus Korain, Yansen
Frasawi, Ortizan Yumte, Salmon Korain, Wenan Korain, Wempi Nauw, Yonas
Kosamah, Isack Yable, mamaku tercinta Meriana Yumte, Tabita Yumte, Salomi
Yumte (alm.), dan Omku Yakobus Yumte SE, Drs.Yakob Kocu, Bapak
Wehelmus Nauw, juga kepada Istriku Yulfince Baransano serta Anak-anakku
tersayang juga keluarga yang sangat penulis cinta dan sayang antara lain Agusto
Hara, Sterlita Hara , Ice Hara, Stevano Hara, Kendi Hara, Roby Hara.
Akhirnya Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih membutuhkan
pennyempurnaan untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah
penulis harapkan dan akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkannya.
Manokwari, 16 Juli 2013
Penulis
9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Sire pada tanggal 13 Juli
1976, sebagai anak ke 2 dari 5 bersaudara dengan ayah
bernama Bernadus Hara (Alm.) dan Ibu bernama
Martina Yumte.
Penulis memulai pendidikan formal di SD Negeri 20 Sire pada tahun 1986,
dan lulus tahun 1991, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
SLTP Negeri 01 Ayamaru, dan lulus pada tahun 1994, pada tahun 1995 penulis
melanjutkan pendidikan di SKMA Manokwari dan lulus pada tahun 1998.
Pada tahun 1999 penulis diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil dan
bertugas di salah satu Instansi Departemen Kehutanan SUP Balai Inventarisasi
dan Perpetaan Hutan Wilayah X Kab. Biak Numfor (SUP BIPHUT), Pada tahun
2009 oleh pimpinan, penulis ditugaskan untuk melanjutkan pendidikan dan
terdaftar sebagai salah satu Mahasiswa Tugas Belajar pada Universitas Negeri
Papua Fakultas Kehutanan Program Strata Satu (S1) Kehutanan Universitas
Negeri Papua Manokwari.
10
DAFTAR ISI
Teks Halaman
CAVER ……………………………………………………….............. i
LEMBAR JUDUL ………………………………………..................... ii
PERNYATAAN ……………………………………………............... iii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………...... iv
KATA PENGATAR ……………………………………………….... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………… vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xi
DAFTAR LAPIRAN ………………………………………………… xii
PENDAHULUAN ………………………………………………….... 1
Latar Belakang ……………………………………..…...………..… 1
Masalah ………………..………………………….…………...….... 2
Tujuan ……………………..……………………..…………..…….. 4
Manfaat ………………………..……..…………………………...... 4
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 5
Pengertian Etnobotani ……………………………….…………….. 5
Pengertian Tumbuhan Obat ……………………………….............. 6
Sistem Pengtahuan Tradisional ………………………..…..……….. 7
Pentingnya Tumbuhan Obat Tradisional ……................................... 8
Perkembangan Penelitian Tumbuhan Obat Tradisional ….................. 9
KEADAAN UMUM …………………………………………………. 11
Administrasi Kampung ……………………….……..………........... 11
Pemerintahan …………………….………………………………… 11
Penduduk …………………………..…………………………......... 12
Agama ……………………………………….……………………… 12
Mata Pencaharian ………………………………….……………….. 13
11
Pendidikan ……………………………………..…………………… 13
Kesehatan …………………………………….………………......... 13
METODE PENELITIAN ……………………………………………. 15
Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………… 15
Objek, Alat dan Bahan …………………………….………………... 15
Metode dan Teknik Penelitian …………………………..………….. 16
Pelaksanaan Penelitian …………………………….……….………. 16
Penentuan Responden ……………………….……………………… 16
Variabel Pengamatan ………………………….……………………. 16
Analisis Data ……………………………………….………............. 18
HASIL DAN PEMBAHASN …………………………………………. 19
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat ………………………………. 19
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitusnya ….………. 24
Bagian Tumbuhan Yang di Manfaatkan ………………………….. 26
Jenis-Jenis Penyakit dan Cara Pemanfaatan Tumbuhan Obat …….. 27
Cara dan Waktu Pengambilan Bahan Baku Tumbuhan Obat …….. 35
Cara Petik …………………………………………………… 35
Cara Potong …………………………………………………. 35
Cara Kikis …………………………………………………… 36
Cara Cabut …………………………………………………... 36
Cara Meramu ……………………………………………….. 37
Diparut dan Direbus ………………………………………... 38
Ditumbuk dan Dipanaskan ……………………………... 38
Dikikis dan Dipanaskan ……………………………….. 39
Dipanaskan dan Diperas ………………………………... 39
Dikikis ………………………………………………….. 39
Ditumbuk ………………………………………………. 40
Diparut ………………………………………………….. 40
Dipanaskan ……………………………………………... 41
Dikunyah ………………………………………………. 41
Direbus …………………………………………………. 42
12
Tanpa Diramu ….……………………………………………. 42
Cara Pengobatan …………………………………………….. 42
Pengobatan Penyakit Dalam ………………………………… 43
Pengobatan Penyakit Luar ………………………………….. 43
Mandi ………………………………………………....... 44
Tempel …………………………………………………. 45
Gosok/Oles ……………………………………………... 45
Tetes ……………………………………………………. 45
Makan ………………………………………………...... 46
Minum ………………………………………………..... 46
Dosis dan Waktu Pengobatan ……………………………….......... 47
Konservasi Tradisional ……………………………………………. 47
Pemasaran …………………………………………………………. 48
Tranfer Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Tradisional …………………………………………………………
49
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………... 51
Kesimpulan ………………………………………………………... 51
Saran ………………………………………………………………. 52
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 53
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Data Penyebaran Penduduk Kampung Sire Berdasarkan Jenis
Klamin ……………………………………………………………
2. Sebaran Penduduk Kampung Sire Berdasarkan Tingkat Umur
...........................................................................................................
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ………..............
4. Data Tingkat Pendidikan Kampung Sire Distrik Mare Selatan …...
5. Alat yang di Gunakan Pada Penelitian ……………….…………..
6. Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian ………………………..
7. Tumbuhan yang digunakan Sebagai Obat Tradisional Oleh Suku
Maybrat di Kampung Sire ………………………..…….................
8. Jenis-Jenis Penyakit yang di Obati dan Cara Pemanfaatan
Tumbuhan ………………………..…………………………….....
9. Presentase Banyaknya Spesies Tumbuhan Obat Dalam Mengobati
Tiap Jenis Penyakit …………………………..…………………..
10. Cara Meramu Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Maybrat di
Kampung Sire ……………………..………..………………………….
11. Cara Pengobatan Penyakit Oleh Masyarakat Suku Maybrat di
Kampung Sire …………………….……………………………...
12
12
13
13
15
16
20
28
32
38
44
14
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Bagan Struktur Administrasi Pemerintahan Kampung ..………..
2. Diagram Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat Menurut
Tipe Pertumbuhan ………...…..…………………………………
3. Diagram Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat Menurut
Tipe Pertummbuhan atau Perawakan …………..........................
4. Diagram Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat Menurut
Famili …………………...……………...……………………….
5. Diagram Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan
Obat Tradisional ………….…………………………..................
11
21
22
25
26
15
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian …………………………………………....
2. Data Iklim Rata-Rata Curah Hujan, Hari Hujan, Suhu Maximum,
Suhu Minimum dan Kelembaban Udara Selama 5 Tahun
Terakhir (2003 – 2007) …………………………………………….
3. Foto-Foto Spesies Tumbuhan ……………………………………..
56
57
58
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam hayati yang menyediakan hasil
hutan berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu, telah memberikan
manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salah satu manfaat yang sampai saat
ini masih dirasakan oleh manusia terutama masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan adalah sebagai sumber penghasil obat-obatan herbalis.
Sejak jaman dahulu masyarakat tradisional Papua yang tinggal di dalam atau
sekitar hutan telah diketahui memanfaatkan hasil hutan yang dimilikinya dalam
kehidupannya sehari-hari baik sebagai bahan sandang, pangan, perumahan, alat
berburu/perang, obat-obatan (bahan kimia), rempah-rempah, kosmetik dan bahan
penghasil serat serta bahan pelengkap lain dalam berbagai kegiatan upacara
tradisional maupun kegiatan sosial religiusnya (Powell, 1976).
Salah satu pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional adalah pemanfaatan terhadap jenis tumbuhan yang terdapat di dalam
hutan. Bentuk pemanfaatan tersebut diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan
seseorang yang kemudian diturunkan pada generasi berikutnya, sehingga
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan kebiasaan tersebut hanya menjadi
pengetahuan masyarakat setempat (Ajijah dan Iskandar, 1995). Papua tidak hanya
memiliki keanekaragaman flora yang tinggi tetapi juga memiliki keanekaragaman
budaya yang luar biasa, yang tercermin pada 733 Suku etnik asli dan 500 bahasa
(Jones, 1998; Siljer dan keikknen, 1984 dalam Maturbongs dan Sadsoeitoeboen,
1999).
17
Suku Maybrat adalah salah satu Suku di Papua yang mendiami daerah
Kepala Burung, yang diketahui bahwa masyarakatnya juga memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa produk seperti noken/tas, bangunan rumah, bahan pangan, bahan obatobatan
tradisional dan lain-lain yang digunakan oleh masyarakat setempat yang
berasal dari tumbuhan.
Kampung Sire merupakan salah satu Kampung di Distrik Mare Selatan
Kabupaten Maybrat, yang sebagian besar hidupnya masih tergantung dari alam.
Diperkirakan bahwa pada masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire juga
memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan baku untuk ramuan obat tradisional.
Masalah
Indonesia memiliki hutan tropis yang didalamnya terdapat 30.000 spesies
tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat,
tetapi baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri
obat tradisional. Peluang pengembangan tumbuhan obat tradisional masih sangat
terbuka luas sejalan dengan berkembangnya industri jamu, obat herbal,
fitofarmatika dan kosmetika tradisional (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Penggunaan tumbuhan sebagai obat cenderung mengalami peningkatan
dengan adanya isu back to nature dan krisis yang berkepanjangan mengakibatkan
turunnya daya beli masyarakat terhadap obat-obatan modern yang relatif lebih
mahal harganya. Tumbuhan yang berkhasiat obat juga dianggap hampir tidak
18
memiliki efek samping yang membahayakan. Hal ini didukung dengan maraknya
produk obat-obatan herbalis yang diperjualbelikan dewasa ini.
Pemanfaatan tumbuhan hutan yang berkhasiat sebagai obat di Papua,
berbeda antara satu Suku dengan Suku lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan ekologi dan beragamannya budaya di Papua. Namun untuk
pengembangan tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat di Papua
sangat diperlukan karena data mengenai spesies-spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat dari seluruh Suku di Papua belum terhimpun dengan
lengkap.
Kemajuan teknologi secara tidak langsung telah merubah pola hidup
manusia. Seperti halnya pada masyarakat tradisional yang sebelumnya hidup
berdampingan dengan alam lingkungannya, dengan adanya kemajuan teknologi
akan merubah pola hidup tradisionalnya.
Pengetahuan obat tradisional pada masyarakat di Kampung Sire dalam
menggunakan sumberdaya hayati khususnya dalam hal pengobatan tradisional
memiliki keunikkan yang perlu dikaji. Obat tradisional yang digunakan oleh
masyarakat setempat belum dilakukan kajian tentang pengembangan pemanfaatan
obat tradisional serta dipublikasikan dan pengembangan obat tradisional oleh
masyarakat setempat sendiri belum diolah dalam industri sebagai penggunaan
obat modern. Beranjak dari pemikiran di atas, maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan terhadap tumbuhan sebagai obat
tradisional oleh Suku Maybrat yang bermukim di Kampung Sire Distrik Mare
Selatan Kabupaten Maybrat.
19
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku
Maybrat yang bermukim di Kampung Sire Distrik Mare Selatan Kabupaten
Maybrat sebagai obat tradisional.
2. Mengetahui bagaimana cara masyarakat Kampung Sire dalam mengambil
bahan baku, meramu, menggunakan dan khasiatnya terhadap penyakit.
3. Mengetahui pola transfer pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan hutan
sebagai obat tradisional terhadap generasi selanjutnya.
4. Mengetahui kehidupan sosial-ekonomi, tentang spesies tumbuhan yang
dipasarkan, bentuk produk yang dipasarkan dan pola pemasaran.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dasar dalam
melestarikan pengetahuan lokal terhadap obat tradisional di Kampung Sire dan
menyediakan informasi botani tentang jenis-jenis tumbuhan yang bermanfaat
sebagai obat secara umum di Papua.
20
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Etnobotani
Etnobotani adalah studi tentang hubungan (interaksi) manusia dengan
tetumbuhan. Alcorn (1984) menyatakan bahwa etnobotani merupakan suatu studi
yang secara keseluruhan menjelaskan pemanfaatan tumbuhan dalam budaya suatu
kelompok masyarakat. Plaktins dalam Kogoya (2004) memperluas makna dan
ruang lingkup etnobotani dengan memberi batasan etnobotani sebagai disiplin
ilmu yang meliputi penyelidikan dan evaluasi pengetahuan fase-fase kehidupan
masyarakat primitif beserta pengaruh lingkungan tetumbuhan terhadap adatistiadat,
kepercayaan dan kelompok etnik yang bersangkutan.
Tumbuhan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Tumbuhan
juga berfungsi dan berperan strategis dalam pembangunan berkelanjutan yaitu
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Kemampuan tumbuhan memberi manfaat bagi manusia tidak dapat diukur dan
tidak terbatas. Polunnin (1960) menyatakan bahwa manusia selalu membutuhkan
tumbuhan dalam kehidupannya sehari-hari untuk bahan bakar, industri seperti:
produksi bahan masakan, bubur kayu, pembuatan kertas, dalam perkayuan, dalam
industri tekstil, penyamak kulit, pewarnaan pengecatan, gum, lilin, serat-seratan
dan bahan baku obat-obatan.
21
Pengertian Tumbuhan Obat
Tjitrosoepomo (1994) mendefinisikan tumbuhan obat sebagai spesies
tumbuhan yang sebagian, seluruh tumbuhan dan atau eksudat (ekstrak / getah)
tumbuhan tersebut digunakan sebagai ramuan obat-obatan. Selanjutnya
mengelompokkan tanaman berkhasiat obat menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui
atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional.
2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah
telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang
berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara
medis.
3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga
mengandung atau memiliki senyawa atau bahan biokatif berkhasiat obat
tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai
bahan obat.
Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang
tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978 (Lubis, 1983), yaitu :
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula
bahan baku obat (precursor).
22
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman
tersebut digunakan sebagai obat.
Sistem Pengetahuan Tradisional
Pengetahuan merupakan unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang
manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Pengetahuan
tradisional juga diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan
digunakan oleh suatu komunitas, masyarakat, atau suku bangsa tertentu yang
bersifat turun-temurun dan terus berkembang sesuai dengan perubahan
lingkungan. Pengetahuan tradisional yang dikembangkan dan digunakan oleh
suatu kelompok etnik dari generasi ke generasi dan sifatnya dinamik yang
diturunkan secara lisan (Dove, 1985). Suatu pengetahuan tradisional suatu etnik
telah teruji dan beradaptasi dengan budaya lingkungan lokal etnik tersebut.
Pengetahuan tradisional adalah sebagai suatu pengetahuan yang unik pada
suatu komunitas atau masyarakat tertentu dan berkembang selama kurun waktu
yang lama dan terus akan berkembang sejalan dengan berubah dan pertambahan
waktu (Battiste dan Hendreson, 2000). Dalam sudut pandang yang luas
pengetahuan tradisional suatu masyarakat dapat disebut sebagai kebudayaan
(tradisi).
Menurut Emery (1996) dalam Surnaryo dan Laxman (2003), bidang-bidang
yang banyak dikaji dari pengetahuan tradisional meliputi :
23
a. Pengetahuan pengelolaan sumber daya, peralatan, teknik, praktek, dan aturan
yang terkait dengan bidang pengembangan ternak, pertanian, agroforestri,
pengelolaan air, dan meramu makanan dari organisme liar;
b. Sistem klasifikasi untuk tanaman, binatang, tanah, air, dan cuaca;
c. Pengetahuan empiris tentang flora, fauna dan sumberdaya dan
penggunaannya;
d. Cara pandang masyarakat tradisional tentang alam semesta dan persepsinya
tentang hubungan antara proses alami dengan alam semesta.
Pentingnya Tumbuhan Obat Tradisional
Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia diduga berpengaruh terhadap
pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia akan terus meningkat. Peningkatan
kualitas hidup manusia dengan upaya meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi
penduduk adalah syarat mutlak dalam mendukung kekuatan bangsa. Pemerintah
telah menyelenggarakan berbagai usaha di bidang kesehatan dengan melibatkan
peran masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan diri pribadi. Usaha pengobatan
oleh pemerintah telah dicanangkan untuk program yang dikenal dengan nama
Program Tumbuhan Obat untuk Keluarga (TOGA) atau yang umum disebut
apotik hidup (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan sangat
pesat terutama yang menyangkut penemuan obat-obatan sintesis baru. Penemuan
tersebut tidak terlepas dari pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat yang
digunakan dalam pengobatan tradisional. Zuhud dan Yuniarsih (1995)
24
menyatakan bahwa pengetahuan dan pengalaman masyarakat mengenai
pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan obat, sangat berharga sekali bagi
kegiatan pengembangan penelitian yang lebih lanjut, khususnya untuk
pengembangan obat-obatan tradisional maupun obat fitofarmatik yang telah teruji
manfaat dan khasiatnya.
Powell (1976) mengungkapkan bahwa sumberdaya tumbuhan di Papua New
Guinea merupakan dasar bagi masyarakat yang hidupnya mengembara seperti
berburu dan pengumpul, nelayan, berkebun dan pertanian menetap. Keuntungan
dari tumbuhan yang mereka peroleh yaitu digunakan sebagai makanan, obat,
racun, bahan dasar yang digunakan untuk membangun rumah, perahu dan rakit,
untuk membuat perkakas dan senjata, pakaian serta wadah yang dipakai.
Papua memiliki berbagai macam hasil hutan bukan kayu, untuk contoh hasil
hutan bukan kayu seperti kopal, gaharu, tanaman obat-obatan, kulit masoi dan
minyak lawang. Jumlah tumbuhan dan tanaman obat yang tercatat di Indonesia
cukup banyak, dari jumlah tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk
pengobatan tradisional, namun sebagian tumbuhan obat yang terbesar masih
tersimpan secara in-situ di kawasan hutan (Sumarliani dan Pudja, 1997).
Perkembangan Penelitian Tumbuhan Obat Tradisional
Pengamatan dan penelitian tentang penggunaan tumbuhan sebagai bahan
sebenarnya sudah lama dilakukan. Pemanfaatan sebagai obat tradisional oleh
masyarakat Tanimbar-Kei dari hasil pengamatan Purwanto dan Waluyo (1990)
diketahui terdapat 164 spesies tumbuhan.
25
Penelitian Sulistiohadi (1997) pada masyarakat Suku Sough di desa Dembek
Kecamatan Ransiki Kabupaten Manokwari diketahui bahwa masyarakat Suku
Sough memanfaatan 68 spesies tumbuhan, yang tergolong dalam 38 famili dan
famili Moraceae adalah yang paling banyak dimanfaatkan. Salah satu
pemanfaatan daun muda Ficus sp. digunakan untuk obat penurun panas.
Penelitian etnobotani oleh Tuharea (1997) mengungkapkan bahwa pada
masyarakat Suku Meyah menggunakan tumbuhan tingkat pohon sebanyak 33
spesies yang termasuk dalam 16 famili dan 22 genus. Bagian pohon yang paling
banyak digunakan sebagai bahan baku obat adalah kulit kayu (21 spesies),
misalnya kulit pohon Ficus benjamina digunakan untuk pengobatan patah tulang;
cara meramu lebih banyak dengan cara mengikis atau memarut (17 spesies);
diantaranya Grewia sp. yang digunakan untuk pengobatan diare, mual, ayan dan
sakit panas; sedangkan dengan cara diminum (getahnya) sebanyak 23 spesies
pohon, misalnya getah dari pohon Ficus sp.
Alhmid dan Sumarliani (1996) mengungkapkan bahwa pada masyarakat
Suku Wetipoheselo diketahui menggunakan 24 spesies tumbuhan sebagai bahan
ramuan obat tradisional yang tergolong dalam 15 famili. Asteraceae (Bidens
pilosa) adalah famili dengan frekuensi kehadiran spesies tertinggi, disusul
Fabaceae (Desmodium sp.).
26
KEADAAN UMUM
Administrasi Kampung
Berdasarkan pembagian administrasi pemerintahan, Kampung Sire termasuk
dalam wilayah pemerintahan Distrik Mare Selatan Kabupaten Maybrat. Luas
wilayah Kampung Sire adalah 116 km2. Batas-batas wilayah Kampung Sire
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Renis Distrik Mare Selatan;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Sidi Distrik Mare Selatan;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Seni Distrik Mare Selatan;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Mosun Distrik Aifat Utara.
Kampung Sire terletak di sepanjang jalan utama Distrik Mare Selatan
sehingga transportasi dari Kampung ke Kota atau Kota ke Kampung dapat dicapai
dengan mudah. Untuk mencapai Kampung Sire dapat di tempuh melalui jalan
darat dengan menggunakan kendaraan selama ± 2 jam dari Ibu kota Kabupaten
Maybrat.
Pemerintahan
Kampung Sire dipimpin oleh seorang kepala kampung dan sekeretaris
kampung yang dipilih oleh masyarakat setempat melalui rapat pemilihan kepala
kampung.Kepala kampung dan kekeretaris kampung dibantu oleh beberapa kepala
urusan dan badang pemerintahan kampun (Baperkam). Struktur pemerintahan
Kampung Sire disajikan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Struktur Administrasi Pemerintahan Kampung Sire
27
Keterangan :
Baperkam : Badan Pemerintahan Kampung
Kaur I : Kepala Urusan Kampung
Kaur II : Kepala Urusan Pemerintahan
Kaur III : Kepala Urusan Pembangunan
Kaur IV : Kepala Urusan Umum
Kaur V : Kepala Urusan Kesehatan Masyarakat
Sumber: Balai Kampung Sire, 2012
Penduduk
Penduduk Kampung Sire berasal dari Suku Maybrat. Jumlah penduduk
Kampung Sire adalah sebanyak 388 jiwa yang terdiri dari 98 KK dengan rincian
214 laki-laki dan 174 perempuan. Data penduduk berdasarkan jenis kelamin dan
tingkat umur disajikan pada tabel 1 dan tabel 2 berikut ini :
Tabel 1. Data Penyebaran Penduduk Kampung Sire Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Nisbah (%)
Laki-laki 214 55,15
Perempuan 174 44,84
Total 388 100
Sumber : Data Sensus Penduduk Tahun 2010
Tabel 2. Sebaran Penduduk Kampung Sire Berdasarkan Tingkat Umur.
No.
Sebaran Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah
(Jiwa)
Nisbah
Pria (Jiwa) Wanita (Jiwa) (%)
1.
2.
3.
0-20
20-50
>50
79
97
38
68
95
11
147
192
49
37,89
49,48
12,63
Total 214 174 388 100
Sumber : Data Sensus Penduduk Tahun 2010
Agama
Masyarakat Kampung Sire seluruhnya (388 jiwa) memeluk agama Kristen
Protestan yang tersebar (beribadah) di Gereja Kristen Injili (GKI) Pengharapan
Sire dan aliran Gereja Pekabaran Injil (GPI) “Jalan Suci” Kampung Sire.
Masyarakat Kampung Sire dalam kehidupan beragamanya merupakan penganut
28
yang taat. Hal ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari selalu berpatokan pada
ajaran agama. Sarana ibadah kedua gereja tersebut yang digunakan yaitu gereja
dengan kontruksi bangunan yang permanen.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kampung Sire terdiri atas bertani, pegawai
negeri sipil dan swasta. Data tentang jumlah penduduk berdasarkan mata
pencaharian disajikan pada tabel 3. dibawah ini :
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian.
No. Mata Pencaharian
Jenis Kelamin Jumlah
Pria (Jiwa) Wanita (Jiwa) (Jiwa)
1.
2.
3.
Bertani
PNS
Swasta
170
29
15
165
6
3
335
35
18
Total 214 174 388
Sumber : Data Sensus Penduduk Tahun 2010
Pendidikan
Tingkat pendidikan Masyarakat di Kampung Sire bervariasi yaitu mulai dari
yang tidak berpendidikan (tidak sekolah) sampai pada yang berpendidikan dari
tingkat SD, SMP, SMU dan Sarjana yang dapat diandalkan sebagai motivator
dapat dilihat pada tabel. 4
Tabel 4. Data Tingkat Pendidikan Kampung Sire Distrik Mare Selatan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
(Jiwa)
Tidak Berpendidikan
(Jiwa)
SD (Jiwa)
SMP
(Jiwa)
SMU
(Jiwa)
PT
(Jiwa)
37 104 115 105 27 388
Sumber : Data Sensus Penduduk Tahun 2010
Kesehatan
Pelayanan Kesehatan di Kampung Sire sampai saat ini ditangani oleh
Puskesmas yang berada di Kampung Sire dan merupakan satu-satunya Puskesmas
yang dapat melayani kesehatan masyarakat setempat.Operasional Puskesmas tidak
29
berjalan dengan baik karena petugas kesehatan jarang ada di tempat. Tenaga
medis yang di kontrak dari pemerintah Kabupaten Maybrat terdapat 2 (dua) orang.
Di Kampung sire terdapat 1 (satu) orang dari masyarakat yang menjadi kader dari
puskesmas yang dapat membantu masyarakat lain dalam pelayanan kesehatan.
30
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan penelitian di Kampung Sire Distrik Mare Selatan
Kabupaten Maybrat, Peta lokasi Penelitian (Lampiran 1).Waktu pelaksanaan
penelitian selama 3 (tiga) minggu, yang di mulai dari tanggal 23 April sampai
dengan 14 Mei 2013.
Objek, Alat dan Bahan
Objek yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat setempat.Pada penelitian
tersebutdi gunakan Alat, jumlah/unit serta fungsi yang digunakan dalam
menunjang penelitian ini telah tertera pada tabel 5.
Tabel 5. Beberapa jenis Peralatan yang di gunakan
No Nama Alat Jumlah / Unit Kegunaan / Fungsi
1 Kamera digital 1 Pengambilan data
2 Gunting stek 1 Memotong
3 Pisau cutter 1 Memotong
4 Parang 1 Memotong
5 Penggaris (mistar) 1 Mengukur
6 Alat tulis menulis 1 Mengisi data
Adapun bahandan jumlah serta kegunaanya yang akan digunakan pada penelitian
ini telah tertera pada tabel 6.dibawahini antara lain:
Tabel 6. Bahan yang di gunakan pada penelitian ini
No Nama Bahan Jumlah/unit Keterangan/Fungsi
1 Kanton plastik Di sesuikan Tempat di isi bagin tumbuhan
2 Koran Di sesuaikan Untuk membungkus bagian tumbuhan
3 Tally sheet Di sesuaikan Data pertanyaan
4 Tali rafia 1 Pengikat
5 Plate band 1 Pengikat
6 Alkohol 1 Pengawet
31
Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dekriptif dengan teknik wawancara
semi struktural (semi struktural interview) dan observasi lapang.
Pelaksanaan Penelitian
Pada persiapan awal, peneliti melakukan wawancara dengan penduduk
Kampung, untuk mendapat informasi tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional secara langsung, sedangkan dalam melaksanakan kegiatan penelitian,
peneliti dibantu seorang pengenal jenis pohon/tumbuhan
Penentuan Responden
Responden dalam Penelitian ini terdiri dari Responden kunci dan responden
contoh. Penentuan responden dilakukan secara purposif (sengaja) dimana
responden kunci terdiri para tetua adat, kepala kampung dan tabib/dukun.
Sedangkan responden contoh terdiri dari penduduk/masyarakat yang meramu dan
menggunakan tumbuhan sebagai obat tradisional.
Variabel Pengamatan
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui wawancara semi struktural yang mengacu pada
daftar pertanyaan (quisioner) yang dapat dilihat pada Lampiran 2 .
Data primer meliputi :
1. Informasi Pemanfaatan Tumbuhan
32
Informasi mengenai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional
(pohon, herba, terna, perdu, liana dan merambat), nama daerah jenis tersebut,
bagian tumbuhan yang digunakan, cara penggunaan dan cara pelestarian
(konservasi).
Deskripsi jenis tumbuhan obat tradisional meliputi : Karakteristik morfologi
(akar, batang, daun, bunga, buah dan biji), lokasi/keadaan tempat tumbuh
(habitat). Untuk deskripsi jenis tumbuhan dibantu dengan tally sheet lapang
(Lampiran 3). Jenis tumbuhan obat yang didapat dilapang dilakukan
identifikasi dengan bantuan buku panduan. Apabila ada jenis tumbuhan obat
yang tidak dapat diidentifikasi maka dibuat spesimen (herbarium) untuk
diidentifikasi pada Herbarium Manokwariense Unipa.
2. Pola Transfer Pengetahuan tentang Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat
Tradisioanal. Data ini meliputi bagaimana cara mereka memperoleh
pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat tradisional? Bagaimana cara
mereka memtransfer pengetahuan tersebut kepada orang lain atau kepada
keturunan mereka?
3. Informasi Sosial-ekonomi
Jenis tumbuhan obat tradisional yang dipasarkan, bentuk produk yang
dipasarkan (apakah produk tumbuhan obat tersebut dipasarkan dalam bentuk
mentah / sudah diramu?) dan pola pemasarannya (apakah pola pemasarannya
dengan cara dibarter atau dijual dengan harga jual yang sudah ditetapkan).
4. Informasi Sosiokultur
33
Data yang dikumpulkan yaitu sejarah, aspek demografi, status sosial,
pekerjaan dan lama berdomisili) serta budaya yang berkaitan dengan
pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional.
5. Konservasi Tumbuhan Obat
Apakah masyarakat menanam tumbuhan yang mereka gunakan sebagai obat
tradisonal. Atau apakah masyarakat hanya mengambil tumbuhan obat tersebut
dari hutan sekitar kampung untuk digunakan sebagai ramuan obat tradisional.
Data sekunder sebagai penunjang meliputi keadaan umum lokasi penelitian
menyangkut iklim, topografi dan vegetasi
Analisis Data
Data hasil observasi lapang disusun secara floristik yaitu menyusun
deskripsi dari ciri-ciri yang ada pada tumbuhan secara teratur dan data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel dan gambar/foto yang menjelaskan perawakan jenis
yang digunakan sebagai obat tradisional dan pola pemanfaatannya oleh
masyarakat suku Maybrat di Kampung Sire.
34
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama digunakan oleh
masyarakat Suku Maybrat yang berdomisili di Kampung Sire Distrik Mare
Selatan Kabupaten Maybrat.Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagian besar
diperoleh dari hutan di sekitar tempat tinggal masyarakat
setempat.Ketergantungan pola hidup mereka dengan keberadaan hutan
mencerminkan corak hidup masyarakat pedalaman Papua yang pola kehidupannya
banyak memanfaatkan sumber hutan untuk memenuhi sebagian besar
kebutuhannya (Boelars, 1986).
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 responden, ditemukan 47 spesies
tumbuhan dari 30 famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Maybrat
di Kampung Sire sebagai obat tradisional. Informasi tentang pemanfaatan
tumbuhan obat dan pengobatan tradisional oleh masyarakat Suku Maybrat
khususnya Kampung Sire dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:
35
Tabel 7. Jenis Tumbuhan dan bagian-bagiannya yang digunakan sebagai
obat tradisional Oleh suku Maybrat di Kampung Sire
No
Jenis Jenis Bagian yang
dimanfaatkan
Lokasi
Perdangan Lokal Ilmiah Famili Pengamatan
1 Putri malu Abu Mimosa pudica Verbenaceae Daun Kebun
2 Kalikarpa Hohorur Calicarpa sp. Verbenaceae Daun Hutan
3 Bunga pangoda Montagio Cleodendron japonica Verbenaceae Daun Hutan
4 Premna Woro Premna corymbosa Verbenaceae Daun Hutan
5 Arachase Basi Raphidophora peekelii Araceae Daun Hutan
6 Rengass Burka Gustovia sp. Anacardiaceae Daun Hutan
7 Daun gatal Afa ati Laportea indica Urticaceae Daun Hutan
8 Gadong cina Akaif Smilax sp. Urticaceae Daun Kebun
9 Saninten Kaser Pypturus argenteus Urticaceae Kulit batang Kebun
10 Daun gatal babi Frit Dendrocnide sp. Urticaceae Daun Hutan
11 Melinjo/Genemo Rus Gnetum gnemon Gnetaceae Kulit batang Hutan
12 Tali Genemo A Rus Gnetum Gnemonoides Gnetaceae Batang Hutan
13 Tali kuning A Senah Archingelesia flava Menisermaceae Batang Hutan
14 Tali kuning Etiak Archingelesia sp. Menisermaceae Batang Hutan
15 Tali susu A Sis Merremia sp. Convolulaceae Kulit batang Hutan
16 Pepaya Beceren Carica papaya Caricaceae Buah muda Kebun
17 Gedi Bobat Abelmoschus manihot Malvaceae Daun Kebun
18 Jahe Bofit Zingiber officinale Zingibereceae Daun Hutan
19 Daun pandan Bomata Zingiber sp. Zingibereceae Umbi Kebun
20 Ebe Phrynium sp. Maranthaceae Daun Hutan
21 Ara Ebiah Ficus tracypison Moraceae Daun Hutan
22 Ara Fangkes Ficus septic Moraceae Daun Kebun
23 Terap/Cempedak Kenak Artocarpus
heterophylla
Moraceae Bunga Hutan
24 Ara Hererem Ficus sp. Moraceae Daun Hutan
25 Mayana Frara Coleus sp. Lamiaceae Daun Hutan
26 Pulai/Kayu susu Fass Alstonia macrophyla Apocynaceae Kulit batang Hutan
27 Pulai/Kayu susu Swe Alstonia scholaris Apocynaceae Kulit batang Hutan
28 Kayu raja/
Sesendok
Hba Endospermum
moluccanum
Euphorbiaceae Daun Hutan
29 Kareoumbi Kau Omalanthus populneus Euphorbiaceae Daun Kebun
30 Liana Heriros Memecylon sp. Melastomataceae Kulit batang Hutan
31 Ara Hasuah Gynantroches sp. Rhizophoraceae Daun Hutan
32 Tali susu Kafu Merremia peltata Convolulaceae Batang Kebun
33 Kisampang Kameti Euodia sp. Rutaceae Kulit batang Hutan
34 Mengkudu Fayu Morinda Citrifolia Rutaceae Buah Pekarangan
35 Tesmania Kutere Teijsmaniadendron
holrungii
Papilionaceae Daun Hutan
36 Lingua Embu Pterocarpus indicus Peteocarpaceae Daun Hutan
37 Pakis hutan Maing Cyathea sp. Cyatheaceae Daun Kebun
38 Buah raja Naa Pangium edule Floucaurtiaceae Daun Hutan
39 Tembesu Sakin Fagraea racemosa Loganiaceae Daun Hutan
40 Tembesu Smi tekof Fagraea sp. Loganiaceae Daun Hutan
41 Matoa Sah Pometia pinnata Sapindaceae Batang Hutan
42 Matoa Kma Pometia coreacea Sapindaceae Kulit batang Hutan
43 Sirsak Sirsak Annona muricata Annonaceae Kulit batang Pekarangan
44 Rumput Kabesfetiah Paspalum conjugatum Poaceae Daun Kebun
45 Alang-alang Sukesuk Imperata cylindrica Poaceae Bagian akar Kebun
46 Drakaena/Suji Tohesi Dracaena
angustifolius
liliaceae Daun Hutan
47 Rumput Wahef Commelina nudiflora Commelinaceae Daun Hutan
Sumber : Data Primer 2013
36
Tabel 7 di atas menujukan bahwa spesies tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan obat oleh Suku Maybrat di Kampung Sire terdapat 47 jenis tumbuhan dari
30 famili dan lokasi pengamabilan tumbuhan obat bervariasi yaitu pengambilan di
hutan, kebun dan pekarangan rumah dapat di lihat pada Diagram 2 dibawah ini.
Gambar 2. Diagram Jumlah Jenis yang Ditemukan Menurut Tempat
Tumbuh
Gambar 2 atas menujukan bahwa spesies tumbuhan yang digunakan
sebagai bahan obat tradisional oleh Suku Maybrat di Kampung Sire paling banyak
di peroleh dari hutan berjumlah 34 spesies tumbuhan, 11 spesies pengambilan di
kebun dan 2 spesies pengambilan di pekarangan rumah.
Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh suku Maybrat di
Kampung Sire menurut family seperti disajikan pada gambar berikut.
37
Gambar 3.Diagram Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat Menurut
Famili
Gambar 3. Menunjukkan bahwa terdapat 30 famili tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional jumlah spesies terbanyak, pada
famili Verbenaceae dan Moracea masing-masing 4 spesies dan kemudian diikuti
oleh spesies dari famili Urticaceae berjumlah 3 spesies. Jumlah spesies yang
38
terendah dari famili Mimosaceae, Smilacaceae, Araceae, Caricaceae, Malvaceae,
Annonaceae, Liliaceae, Rubiaceae, Commelinaceae, Lamiaceae, Flacourtiaceae,
Cyatheaceae, Papilionaceae, Rutaceae, Rhizophoraceae, Melastomataceae,
Maranthaceae dan Anacardiaceae, masing-masing hanya 1 spesies. Menurut
Tjitrosoepomo (1993), famili Moraceae banyak digunakan karena memiliki daun
yang lunak, berserat dan batangnya mengandung getah putih serta banyak tumbuh
di daerah tropis. Lebih lanjut dikatakan bahwa biasanya famili Moraceae terdiri
dari pohon-pohon dan jarang merupakan perdu. Steenis (1992) mengungkapkan
bahwa spesies-spesies yang termasuk dalam famili verbenaceae dapat meliputi
tipe pertumbuhan semak, perdu, pohon dan umumnya memiliki batang berkayu
yang keras.
Spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili Moraceae dan
Verbenaceae banyak digunakan karena memiliki kandungan bahan kimiawi yang
lebih baik untuk di manfaatkan sebagai pengobatan penyakit oleh masyarakat
Kampung Sire, dibanding famili lain. Menurut Prosea (2003), kandungan bahan
kimiawi untuk spesies-spesies dalam famili Moraceae adalah normoglycalmic,
triterpene, anti bakteri, furanocoumarus dan ß-sitosterol, sedangkan untuk spesies
dalam famili Verbenaceae mengandung pipertone oxide, callicaponen dan steroid.
Kandungan kimiawi untuk spesies dari famili Urticaceae yaitu monoridin,
tryptophan, histidine, alkaloid, flavonoid, formic acid dan authraguinones
(Prosea, 2003). Famili ini merupakan salah satu famili yang digunakan dengan
jumlah spesies 3, setelah famili Moraceae dan Verbenaceae yang masing-masing
4 spesies.
39
Dari hasil penelitian yang diperoleh bila dibandingkan dengan penelitianpenelitian
sejenisnya yang dilakukan pada beberapa daerah yang berbeda,
tergolong banyak jumlah spesies tumbuhan obat yang ditemukan. Hal ini
disebabkan karena dalam menggali informasi dari masyarakat tidak mengalami
banyak kesulitan, dan juga masyarakat tidak tertutup secara adat atau
kepercayaan. Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Howay (2003) pada
masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sembaro ditemukan 40 spesies yang
dimanfaatkan sebagai obat. Alhamid dan Sumarliani (1996) menemukan 30
spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat. Masyarakat pada Pulau Mansinam
Kabupaten Manokwari memanfaatkan 25 spesies tumbuhan sebagai obat
tradisional (Hamzah, 1999).
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitusnya
Berdasarkan habitus spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire, bila ditinjau dari tipe
pertumbuhannya dapat digolongkan dalam lima tipe yaitu herba, perdu, pohon,
liana dan rumput.
Spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe pertumbuhan disajikan pada
gambar 4 sebagai berikut:
40
Gambar 4. Diagram Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat Menurut
Tipe Pertumbuhan/Perawakan
Gambar 4 di atas spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat suku maybrat di Kampung Sire berjumlah 47 spesies adalah dari
golongan pohon berjumlah 17 spesies disusul oleh golongan perdu berjumlah 12
spesies, herba berjumlah 8 spesies, liana berjumlah 7 spesies dan rumput
berjumlah 3 spesies. Tumbuhan pohon umumnya memiliki kulit batang yang
lunak dan mengandung getah sehingga kelompok ini banyak dijadikan bahan baku
obat tradisional oleh masyarakat setempat. Tingkat tertinggi dalam pertumbuhan
suatu tumbuhan adalah pohon, sehingga diduga pohon memiliki jumlah
kandungan kimiawi yang lebih banyak dibandingkan dengan tipe pertumbuhan
yang lain. Misalnya untuk tumbuhan dalam tipe pertumbuhan pohon yang
memiliki jumlah kandungan kimiawi banyak yaitu Alstoniaspp. mengandung
monoterpenoid, flavonoid, cheretine, polifenol, alkaloid bisindole, saponin dan
oxindole (Prosea, 2003).
41
Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian pada Kampung Sire Distrik Mare Selatan
dijumpai 8 bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional. Pada
umumnya bersumber dari bagian daun, kulit, getah dan batang dapat dilihat
gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Diagram bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan
obat tradisional
Dalam pemanfaatan tumbuhan untuk obat tradidisonal, bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan hanya satu bagian saja dari suatu spesies tumbuhan dan tidak
mengkombinasikan bagian tumbuhan dengan spesies yang lain. Tumbuhan yang
digunakan seperti ini misalnya Laportea indica (Afa ati) hanya digunakan bagian
daun sebagai obat untuk mengobati penyakit badan pegal-pegal. Dalam
memanfaatkan tumbuhan, masyarakat juga menggunakan lebih dari satu bagian
tumbuhan dari spesies yang sama sebagai obat. Misalnya pada Kafu(Merremia
42
peltata) yang bagian getahnya digunakan sebagai obat penawar racun ular dan
bagian daun digunakan untuk mengobati luka lama.
Bagian daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan (28 spesies),
disusul bagian kulit 7 spesies, bagian getah dan batang masing-masing 4 spesies,
bagian buah 2 spesies, bagian bunga, umbi dan rhizoma masing-masing 1 spesies
(untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 2 dan 5). Daun umumnya bertekstur
lunak karena mempunyai kandungan air yang tinggi (70%-80%) dan merupakan
tempat akumulasi fotosintat yang diduga mengandung unsur-unsur atau zat
organik yang memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit (Fann, 1982).
Contoh pada daun tumbuhan Afa ati (Laportea indica) memiliki kandungan
kimiawi flavonoid dan formic acid (Prosea, 2003). Keuntungan lain dari daun
adalah memiliki serat yang lunak sehingga mudah untuk mengekstrak (zat-zat)
yang akan digunakan sebagai obat. Semua bagian tumbuhan yang digunakan
sebagai obat oleh masyarakat Kampung Sire (daun, rhizoma, umbi, getah, batang,
kulit, buah dan bunga) adalah bagian yang masih segar.
Dapat dikatakan bahwa jumlah spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan
untuk bagian daun, getah dan buah oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung
Sire lebih banyak dibandingkan dengan pemanfaatan bagian tumbuhan yang
lainya.
Jenis-Jenis Penyakit dan Cara Meramu Tumbuhan Obat Tradisional
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Suku Maybrat di
Kampung Sire, memberikan informasi tentang jenis penyakit yang diderita oleh
masyarakat di Kampung ini dan cara pemanfaatan tumbuhan dalam mengobati
43
penyakit tersebut. Berbagai cara pemanfaatan tumbuhan obat dalam mengobati
penyakit yang diderita telah dikenal dan membudaya berkat adanya pola
pewarisan pengetahuan/pengalaman dari generasi ke generasi. Cara pemanfaatan
tumbuhan obat sangat tergantung dari spesies tumbuhan dan manfaat tumbuhan
itu sendiri. Jenis-jenis penyakit yang diobati dan cara pemanfaatan tumbuhan obat
oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire dapat dilihat pada tabel 8
sebagai berikut:
Tabel 8. Jenis-jenis Penyakit yang diobati dan Cara pemanfaatan Tumbuhan
Obat Masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire
No
Nama
Lokal
Nama Ilmiah Jenis Penyakit
Cara Meramu, Frekuensi dan
Dosis pemakaian
Bentuk
prodak
1 Abu Mimosa pudica Maag
Ambil segenggam daun direbus
dengan air 3 gelas hingga
mendapatkan 2 gelas ramuan dan
air rebusannya diminum.
Air rebusan
2 Afa Ati Laportea indica.
Pegal-pegal
Daun diambil 3-5 helaian, lalu
pada bagian bawah daun diolesoles
pada bagian tubuh yang sakit
Bahan mentah
3 Akaif Smilax sp. Sakit perut
Ambil segenggam daun dikunyah,
lalu air kunyahannya ditelan.
Bahan mentah
4 Arus
Gnetum
gnemonoides
Sakit limpa
Batang dipotong mengeluarkan
air. Air tersebut diminum habis
hingga batang tidak megeluarkan
airnya lagi.
Bahan mentah
5 Asenah
Archingelesia
flava
Malaria
Batang diptong pendek, lalu
diambil 2 buah direbus dengan air
3 gelas hingga mendapatkan 2
gelas ramuan dan air rebusannya
diminum.
Air rebusan
6 Asewe Merremia sp. Batuk
Batang dipotong mengeluarkan
getah. Getah diminum habis
hingga batang tidak megeluarkan
getahnya lagi.
Bahan mentah
7 Basi
Raphidophora
peekelii
Menguatkan
badan wanita
setelah bersalin
Daun diambilkan sebanyak 10-15
helaian dipanaskan lalu
ditempelkan pada tubuh wanita
tersebut.
Bahan mentah
8 Beceren Carica papaya Asma
Ambil 1 buah muda diparut lalu
campur 5 gelas air hangat.Saring
hingga mendapatkan 2 gelas
ramuan lalu diminum
Air rebusan
9 Bobat
Abelmoschus
manihot Memperlancar
persalinan
Ambil daun sebanyak 4
genggaman lalu ditumbuk.setelah
itu campur air 5 gelas Saring
airnya diminum
Air ramuan
44
Lanjutan :
No
Nama
Lokal
Nama Ilmiah Jenis Penyakit
Cara Meramu, Frekuensi dan
Dosis pemakaian
Bentuk
prodak
10 Bofit Zingiber sp. Luka lama
Ambil umbi secukupnya
ditumbuk lalu ditempelkan pada
luka
Bahn mentah
11 Bomata
Zingiber
officinale
Luka bakar
Ambil daun secukupnya ditumbuk
lalu ditempelkan pada luka
Bahan mentah
12 Burka Gustovia sp. Sakit limpa
Ambil daun secukupnya, tempel
pada perut yang terasa sakit.
Bahan mentah
13 Ebe Phrynium sp.
Sakit
telinga/nanah
Ambil 1 helaian daun dipanaskan
lalu diperas airnya diteteskan
pada telinga sakit
Cairan daun
14 Ebiah Ficus tracypison Menambah nafsu
makan
Ambil 2 genggam daun direbus
dengan 5 gelas air hinggga
mendidih lalu daun dimakan
Air rebusan
15 Fankes Ficus septica Sakit gigi
Ambil 1 helaian daun dipanaskan
lalu ditempelkan pada gigi sakit
Bahan mentah
16 Frara Coleus sp. Penyakit kulit
Ambil daun secukupnya
dipanaskan lalu digosok pada
tubuh yang sakit kulit/panu
Bahan mentah
17 Fass
Alstonia
macrophyla
Malaria
Kulit ditumbuk sebanyak 3
sendok makan campur dengan air
panas 1- 3 gelas. Disaring hingga
emdapat 2 gelas ramuan lalu
diminum
Ramuan
18 Fayu
Morinda
Citrifolia
Sakit limpa
Ambil 2-3 buah matang lalu
dimakan
Bahan mentah
19 Ferit Dendrocnide sp.
Sakit
telinga/nanah
1 helaian daun dipanaskan, peras
airnya diteteskan pada telinga
sakit
Cairan daun
20 Hba
Endospermum
moluccanum
Sakit malaria
Ambil segenggam daun direbus
dengan air 5 gelas. Disaring
hingga 2 gelas lalu air rebusanya
diminum
Air rebusan
21 Hererem Ficus sp. Luka lama
Ambil daun secukupnya dikunyah
kemudian air kunyahannya
diteteskan pada luka
Cairan daun
22 Hriros Memecylon sp.
Memperlancar
persalinan
Batang dipotong hingga
mengeluarkan air. Airnya
ditampung sebanyak 3 gelas lalu
diminum
Bahan mentah
23 Ara Hasuah Gynantroches sp. Luka lama
Daun ditumbuk secukupnya lalu
dipanaskan kemudian
ditempelkan pada luka
Ramuan
24 Kabesfetiah
Paspalum
conjugatum
Sakit perut
Segenggam daun dikunyah
kemudian air kunyahanya ditelan
Cairan daun
25 Kafu Merremia peltata
Penawar bisa ular,
luka lama
- Batang dipotong megeluarkan
getah. Getah diminum habis untuk
penawar racun ular.
- Daun diambil secupuknya
ditumbuk lalu ditempelkan pada
luka.
Bahan mentah
(getah)
26 Kau
Omalanthus
populneus
Luka baru
Ambil daun secukuipnya dikunyah
lalu ditempelkan pada luka
Bahan mentah
45
Lanjutan :
No
Nama
Lokal
Nama Ilmiah Jenis Penyakit
Cara Meramu, Frekuensi dan
Dosis pemakaian
Bentuk
prodak
27 Kameti Euodia sp. Luka bisul/nanah
Kikis kulit secukupnya kemudian
ditempelkan pada tempat yang
sakit
Serbuk
28 Kaser
Pypturus
argenteus
Luka lama
Kulit dikupas secukupnya lalu
ditempelkan pada luka
Teresan (kulit)
29 Kenak
Artocarpus
heterophylla
Sakit perut
Ambil 1 helai bunga, kikis bagian
luar hingga mendapat bagian
dalam tangkai bunga, campur
dengan garam lalu dimakan
Ramuan
30 Kma Pometia coreacea Sakit gigi
Kulit dikikis sebanyak 1 sendok
makan lalu dipanaskan kemudian
ditempelkan pada gigi sakit
Serbuk kulit
31 Kutere
Teijsmaniadendr
on holrungii
Penawar bisa ular
Daun 2 helaian dikunyah lalu air
kunyahanya ditelan.
Cairan daun
32 Lingua
Pterocarpus
indicus
Sakit serampa
Getah diambil secukupnya lalu
oles pada tubuh yang terkena
serampa
Cairan getah
33 Maing Cyathea sp.
Hidung tersumbat
/beringus
Daun 1 helai dipanaskan lalu
tempelkan pada hidung yang sakit
Bahan mentah
34 Montagio
Cleodendron
japonica
Luka memar
Daun 5 helai panaskan lalu
ditempelkan pada luka
Bahan mentah
35 Naa Pangium edule Sakit limpah
Daun 5 helai panaskan lalu
ditempel pada tubuh yang sakit
Bahan mentah
36 Arus Gnetum gnemon Luka baru
Ambil segenggam kulit lalu
dikunyah, lalu air kunyahanya
diteteskan pada luka.
Cairan kulit
37 Sakin
Fagraea
racemosa Penawar bisa ular
Ambil 2 helai daun muda
dimakan
Bahan mentah
38 Semitekoh Fagraea sp.
Sakit
telinga/nanah
Ambil 1 helai daun panaskan lalu
peras, air perasanya diteteskan
pada bagian telinga yang sakit
Cairan daun
39 Sah Pometia pinnata Penawar bisa ular
Batang dipotong mengeluarkan
getah, getahnya diminum habis.
Cairan getah
40 Sirsak Annona muricata Sakit panas dalam
Ambil segenggam kulit batang
direbus dengan air sebanyak 5
gelas, lalu disaring hingga
mendapatkan 2 gelas ramuan.
Diminum
Air rebusan
41 Sukesuk
Imperata
cylindrica
Cacingan
Cabut segenggam rhizoma,
direbus dengan air sebanyak 5
gelas lalu disaring hingga
mendapatkan 2 gelas ramuan.
Diminum
Air rebusan
42 Swe Alstonia scholaris
Sakit malaria,
limpah
Ambil segenggam kulit batang
rebus dengan air sebanyak 5 gelas
disaring hingga mendapatkan 2
gelas ramuan. Lalu diminum
Air rebusan
43
Tohesi
Dracaena
angustifolius
Menguatkan
badan wanita
setelah bersalin
dan sakit maag
Panaskan daun sebanyak 5 helai
lalu ditempel pada tubuh wanita
sesudah bersalin
Ambil 5 helai daun, rebus dengan
Bahan mentah
46
air 5 gelas, Saring hingga 2 gelas
lalu diminum.
44 Etiak Archingelesia sp. Sakit malaria
Batang diparut hingga
mendapatkan 2 gelas lalu direbus
dengan 5 gelas hingga mendidh.
Disaring hingga mendapatkan 2
gelas. Air rebusanya diminum
Air Ramuan
45 Wahef
Commelina
nudiflora Mencegah darah
putih pada wanita
setelah bersalin
Ambil segenggam daun muda
direbus dengan air sebanyak 5
gelas hingga mendidih Lalu
disaring hingga mendapatkan 2
gelas ramuandiminum 2 kali
sehari
Air ramuan
46 Woherur Calicarpa sp. Rematik
Ambil segenggam daun muda
direbus dengan air sebanyak 5
gelas hingga mendidih lalu
disaring daunnya dimakan
Air rebusan
47 Woro
Premna
corymbosa
Gatal-gatal
Ambil daun 10-15 direbus dengan
air 1 ltr hingga mendidih.
Didinginkan campur dengan air
sebanyak 2 ltr lalu dimandikan
Ramuan
Sumber Data Primer 2013
Dari tabel 8. di atas menunjukkan bahwa terdapat 47 spesiestumbuhan obat
yang memiliki 26 khasiat/kegunaan yaitu 24 khasiat untuk mengobati sakit
penyakit dan 2 khasiat sebagai perangsang tubuh manusia. Dari 47 spesies
tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire
44 spesies berkhasiat untuk mengobati penyakit, baik penyakit ringan maupun
penyakit dengan kategori berat. 3 spesies tumbuhan obat lainnya dijadikan
sebagai obat perangsang. Khasiat perangsang yang dimaksud adalah hasil
tumbuhan yang diberikan dapat menambah daya/vitalitas tubuh dan membantu
mempercepat kontraksi otot.
Persentase banyaknya tiap spesies tumbuhan obat dalam mengobati jenis
penyakit seperti dirinci pada Tabel 9.
47
Tabel 9. Persentase Banyaknya Spesies Tumbuhan Obat Dalam Mengobati
Tiap Jenis Penyakit.
No
Nama Penyakit Jumlah Spesies Persentase
1. Sakit maag 2 4 %
2. Badan pegal-pegal 1 2 %
3. Sakit perut 3 6 %
4. Sakit Limpah 5 10 %
5. Sakit malaria 5 10 %
6. Sakit batuk 1 2 %
7. Menguatkan badan wanita setelah bersalin 2 4 %
8. Sakit asma 1 2 %
9. Luka bakar 1 2 %
10. Bisul 1 2 %
11. Sakit rematik 1 2 %
12. Badan gatal-gatal 1 2 %
13. Luka lama 5 10 %
14. Sakit Telinga 3 6 %
15. Sakit gigi 2 4 %
16. Sakit kulit 1 2 %
17. Penawar racun ular 4 8 %
18. Sakit serampa 1 2 %
19. Hidung tersumbat/beringus 1 2 %
20. Luka memar 1 2 %
21. Luka baru 2 4 %
22. Sakit panas dalam 1 2 %
23. Sakit cacingan 1 2 %
24. Mencegah darah putih wanita setelah bersalin 1 2 %
25 Memperlancar persalinan 2 4 %
26 Menambah nafsu makan 1 2 %
Total 50 100 %
Pada tabel 9. di atas menunjukkan bahwa untuk mengobati penyakit maag,
badan pegal-pegal, batuk, asma, luka bisul/nanah, luka bakar, rematik, badan
gatal-gatal, kulit/panu, serampa, beringus, luka memar, panas dalam cacingan,
mencegah darah putih pada wanita setelah bersalin dan perangsang menambah
nafsu makan masing-masing memanfaatkan 1 spesies tumbuhan obat dengan
persentase 2%. Untuk mengobati sakit gigi, luka baru, menguatkan badan wanita
48
setelah bersalin dan perangsang memperlancar persalinan masing-masing
memanfaatkan 2 spesies tumbuhan obat dengan persentase 4%.
Pengobatan sakit perut dan telinga masing-masing menggunakan 3 spesies
tumbuhan obat dengan persentase 6%. Pemanfaatan tumbuhan obat untuk
mengobati sakit karena racun ular 4 spesies dengan persentase 8%. Untuk
mengobati penyakit malaria, luka lama dan sakit limpah masing-masing
menggunakan 5 spesies tumbuhan dengan persentase 10% (lebih jelas dapat
dilihat pada lampiran 6). Jenis penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan
lebih banyak spesies tumbuhan obat yaitu sakit malaria, luka lama dan limpah
masing-masing 5 spesies tumbuhan obat.
Dari seluruh jenis ramuan ini ada beberapa jenis ramuan yang dapat
digunakan masyarakat umum untuk mengobati penyakit malaria, batuk, luka, sakit
perut, sakit gigi dan sakit rematik, karena penyakit-penyakit tersebut adalah
penyakit yang sering di derita masyarakat. Pada tabel 8. di atas menunjukkan
bahwa terdapat 3 (tiga) spesies tumbuhan yang dapat menyembuhkan lebih dari
satu penyakit. Spesies tersebut adalah Kafu (Merremia peltata), untuk mengobati
luka lama dan penawar racun ular, Tahasi (Dracaena angustifolius) untuk
mengobati sakit maag dan menguatkan badan wanita setelah bersalin dan Swe
(Alstonia scholaris) untuk mengobati sakit malaria dan sakit limpah.
Kandungan kimiawi yang terdapat dalam spesies tumbuhan obat merupakan
salah satu faktor yang melandasi penggunaan tumbuhan sebagai obat oleh
masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire. Menurut Winarto (2007), spesies
tumbuhan Alstonia scholaris mengandung zat kimiwai cheretine dan saponin
49
sehingga dapat mengobati sakit malaria dan limpah; Merremia spp. mengandung
zat oxidase dan hidroxy fatty acid yang dapat mengobati sakit batuk, penawar
racun ular dan luka;Imperata cylindrica mengandung antiviral sehingga dapat
mengobati sakit cacingan; Morindacitrifolia mengandung capric acid sehingga
dapat mengobati sakit limpah; Coleus sp. mengandung calcium oxalata yang
dapat mengobati penyakit kulit/panu; Smilax sp. mengandung Flavonoid astilbin
sehingga dapat mengobati sakit perut dan Abelmoschus manihot/Memecylon
sp.Mengandungzat lendir yang baik yang merangsang/memudahkan proses
persalinan.
Menurut Prosea (2003), spesies tumbuhan Dracaena sp. mengandung zat
homoisoflavonois dan saponin yang dapat mengobati sakit maag dan menguatkan
tubuh wanita setelah bersalin; Euodia sp. mengandung furano monoterpenes yang
mengobati luka bisul; Ficus spp. mengandung anti bakteri dan ß-sitosterol yang
dapat mengobati sakit gigi, luka dan menambah nafsu makan; Mimosa pudica
mengandung nematicidae yang dapat mengobati sakit maag dan Carica papaya
mengandung ß-karoten yang dapat mengobati sakit asma. Kandungan kimiawi
dalam tumbuhan obat Zingiber spp. yaitu methyl heptenone dan geraniol yang
dapat mengobati sakit luka lama dan bakar (Muhlisah, 1999).
Kandungan kimiawi untuk semua spesies tumbuhan obat yang diperoleh
dalam penelitian ini tidak dapat diulas secara keseluruhan dengan lengkap. Hal ini
sebabkan karena belum lengkapnya informasi atau penelitian-penelitian yang
mendalam tentang kandung kimiawi tumbuh-tumbuhan tersebut.
50
Cara Pengambilan Bahan Baku Tumbuhan Obat
Pengambilan bahan baku obat tradisional oleh masyarakat di Suku Maybrat
di Kampung Sire masih dilakukan secara tradisional dan sederhana, yang mana
memiliki berbagai variasi tergantung bagian tumbuhan yang akan dimanfaatkan.
Cara pengambilan bahan baku tumbuhan obat yang dilakukan masyarakat Suku
Maybrat umumnya dilakukan dengan beberapa cara yakni sebagai berikut:
a. Cara Petik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian terbanyak yang digunakan
sebagai obat tradisional adalah daun. Dengan demikian dalam pemanfaatannya,
pengambilan bagian daun umumnya dengan cara dipetik. Tujuan pengambilan
bagian-bagian tumbuhan sangat tergantung pada jenis penyakit yang akan diobati.
Misalnya untuk sakit perut pemanfaatannya dipetik bagian daun muda dari Akaif
(Smilax sp.) dan langsung dikunyah. Setelah dikunyah airnya ditelan.
b. Cara Potong
Cara ini dilakukan khusus untuk bagian batang tumbuhan yang berkayu.
Bagian batang yang dipotong untuk digunakan sebagai obat umumnya
berdiameter relatif besar dan tidak terdapat kerusakkan fisik pada bagian batang
tersebut. Misalnya pada batang tumbuhan Hariros (Memecylon sp.), yang
dipotong batangnya dan diminum air/lendir yang dikeluarkan dari dalam batang
tumbuhan ini. Ahasenah (Archingelesia sp.), batang dipotong dengan ukuran kirakira
3-5 cm lalu batang tersebut direbus dengan air hingga mendidih. Didinginkan
kemudian air rebusannya diminum untuk mengobati sakit malaria. Alat yang
51
digunakan dalam mengambil bagian batang tumbuhan obat biasanya dengan
menggunakan parang yang sebelumnya sudah ditajamkan (asa tajam).
c. Cara Kikis
Pada cara ini biasanya didahului dengan membersihkan kulit luar tumbuhan
kemudian bagian kulit batang dikikis. Pengikisan lakukan dengan tujuan agar
dapat digunakan bagian dalam kulit tumbuhan tersebut. Pengikisan juga bertujuan
untuk mendapatkan cairan/getah yang dapat digunakan sebagai obat. Bagian kulit
tumbuhan yang dikikis untuk diambil cairan/getahnya misalnya Kma (Pometia
coreacea), sedangkan bagian dalam kulit yang digunakan obat misalnya Kaser
(Pypturus argenteus) yang masing-masing digunakan untuk mengobati sakit
karena racun luar dan sakit luka. Proses pengikisan bagian tumbuhan obat
menggunakan pisau atau parang.
d. Cara Cabut
Cara ini dilakukan khusus untuk bagian rhizoma dan umbi tumbuhan yang
digunakan sebagai obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 (satu) spesies
tumbuhan yang menggunakan bagian rhizoma sebagai obat yaitu tumbuhan
Sukesuk (Imperata cylindrica) untuk mengobati penyakit cacingan. Caranya
dengan mencabut pada bagian tumbuhan umbi, diperoleh 1 (satu) spesies
tumbuhnan yaitu tumbuhan Bomata (Zingiber officinale) yang berkhasiat
mengobati sakit luka bakar. Cara mencabut bagian tumbuhan obat biasanya
dilakukan secara manual (dengan menggunakan kedua tangan) atau dengan
bantuan alat. Alat bantu tersebut biasanya dibentuk dari batang tumbuhan yang
52
sudah diruncing tajam dan akan dipakai bersama-sama dalam mencabut bagian
tumbuhan obat.
Penelitian Hamzah (1999) menemukan bahwa pada masyarakat Pulau
Mansinam Kabupaten Manokwari mengenal 3 cara dalam pengambil bahan baku
tumbuhan obat tradisional yaitu cara petik, cabut dan kikis. Dibandingkan dengan
Suku Maybrat di Kampung Sire maka hampir memiliki kemiripan/kesamaan
dalam cara pengambilan bahan baku tumbuhan obat kecuali cara potong.
Pengambilan bahan baku tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat Suku
Maybrat tidak dengan menggunakan pertimbangan atau aturan-aturan adat dan
kepercayaan terhadap magis (supranatural).
Waktu pengambilan bahan baku tumbuhan obat oleh masyarakat
disesuaikan dengan penyakit yang mereka derita. Tumbuhan yang digunakan
sebagai obat dapat dipakai kapansaja apabila dibutuh, tidak dibatasi oleh waktu.
Pada saat masyarakat menderita sakit, mereka dapat langsung mengambil bahan
baku tumbuhan obat dan digunakannya. Pada saat tertentu masyarakat Kampung
Sire ada yang menderita sakit malaria, mereka dapat langsung mengambil bahan
baku tumbuhan obat contohnya Swe (Alstonia scholaris) dan meramunya untuk
digunakan mengobati penyakit tersebut.
Cara Meramu
Masyarakat Suku Maybrat dalam meramu/membuat obat tradisional dari
tumbuhan, pada umumnya dilakukan secara sederhana. Dimana dari spesies yang
diperoleh, sebagian spesies tersebut hanya dapat diramu secara langsung pada
tempat atau lokasi dimana tumbuhan itu diperoleh. Cara meramu obat tradisional
53
oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire secara rinci dapat dilihat pada
tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Cara Meramu Obat tradisional Oleh Masyarakat Suku Maybrat di
Kampung Sire
No. Cara Meramu Jumlah Spesies
1. Diparut + Direbus 1
2. Ditumbuk + Dipanaskan 1
3. Dikikis + Dipanaskan 1
4. Dipanaskan + Diperas 1
6. Dikikis 2
7. Ditumbuk/digerus 4
8. Diparut 1
9. Dipanaskan 9
10. Dikunyah 6
11. Direbus 10
12. Tanpa diramu 11
Total 47
Tabel 10. Menunjukkan cara meramu obat Tradisional oleh Suku Maybrat di
Kampung Sire bervariasi sebagai berikut :
a. Diparut dan Direbus
Jenis tumbuhan yang diparut dan direbus terdapat satu spesies yaitu, Etiak
(Archingelesia sp.). Proses diparut ini khusus pada bagian tumbuhan yang
memiliki tekstur agak keras, umumnya pada bagian batang tumbuhan yang
berkayu. Setelah diparut kemudian hasil parutan tersebut direbus dengan air
hingga mendidih, didinginkan dan siap diminum.
b. Ditumbuk dan Dipanaskan
Jenis tumbuhan yang ditumbuk dan dipanaskan terdapat satu spesies yaitu,
Ara Hasuah (Gynantroches sp.). Cara ditumbuk bertujuan untuk mengeluarkan
(mengekstrak) eksudat (zat-zat) yang terkandung dalam bagian organ tumbuhan.
Misalnya pada bagian daun tumbuhan yang bertekstur agak keras dan kering
54
(tidak berdaging), setelah ditumbuk kemudian hasil tumbukkan tersebut
dipanaskan di api lalu ditempelkan pada luka. Ramuan dipanaskan dengan tujuan
agar khasiat dari tumbuhan obat ini dapat menyembuhkan penyakit tersebut.
c. Dikikis dan Dipanaskan
Jenis tumbuhan yang dikikis dan dipanaskan terdapat satu spesies yaitu, Ara
Kma (Pometia coreacea). Cara meramu ini khusus dilakukan pada bagian
tumbuhan yang memiliki tekstur kering yaitu bagian kulit batang. Setelah dikikis
kemudian hasilnya dipanaskan di api dengan tujuan agar khasiat dari tumbuhan
obat ini dapat lebih baik dalam menyembuhkan penyakit.
d. Dipanaskan dan Diperas
Jenis tumbuhan yang dikikis dan dipanaskan terdapat satu spesies yaitu,
Hariros (Memecylon sp.). Cara meramu dengan memanaskan dan diperas
umumnya dilakukan pada bagian daun tumbuhan yang masih muda dan memiliki
tekstur berair (berdaging). Daun dipanaskan bertujuan agar daun menjadi lemah
sehingga mudah untuk diperas. Apabila daun diperas akan mengeluarkan cairan,
cairan tersebut diteteskan pada telinga yang sakit. Cairan yang dikeluar dari daun
tersebut dipercaya oleh masyarakat dapat mengobati penyakit sakit telinga.
e. Dikikis
Jenis tumbuhan yang dikikis dan dipanaskan terdapat dua spesies yaitu,
Kenak (Artocarpus heterophylla) dan Kameti (Euodia sp.). Proses meramu
dengan dikikis khusus pada bagian tumbuhan bunga dan kulit. Pada bagian bunga
tumbuhan misalnya Kenak (Artocarpus heterophylla), yang digunakan sebagai
55
obat hanya pada bagian ibu tangkai bunga yang berdaging tebal terdapat pada
bagian dalam bunga. Jadi bunga yang terdapat dibagian luar dikikis habis, setelah
itu bagian ibu tangkai bunga dicampur dengan garam lalu dimakan. Sedang pada
bagian kulit tumbuhan misalnya kulit yang terdapat pada batang tumbuhan
dikikis, setelah itu dapat langsung digunakan oleh penderita. Jadi proses meramu
dengan dikikis pada bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional ini,
bertujuan hanya untuk mengambil/mengekstrak bagian tertentu dari tumbuhan
tersebut.
f. Ditumbuk atau Digerus
Tumbuhan yang diramu dengan cara menumbuk bagian daun misalnya
Bomata (Zingiber officinale), menumbuk bagian umbi misalnya Bofit (Zingiber
sp.) dan menumbuk bagian kulit misalnya Fass (Alstonia macrophyla) dan Etiak
(Archingelesia sp.) meramu dengan menumbuk bagian tumbuhan dapat dilakukan
pada bagian umbi, daun dan kulit tumbuhan. Bagian dari tumbuhan obat yang
ditumbuk bertujuan agar tumbuhan yang dijadikan obat dapat dihancurkan
(diekstrak) dengan baik sehingga dapat dengan mudah digunakan oleh pasien.
Dengan menumbuk tumbuhan lalu digunakan oleh pasien dalam mengobati
penyakit, khasiat yang dirasakan sangat baik.
g. Diparut
Jenis tumbuhan yang diparut terdapat satu spesies yaitu, Beceren (Carica
papaya). Proses meramu dengan diparut khusus pada bagian tumbuhan yaitu buah
yang berdaging tebal, tujuannya yaitu untuk mengekstrak kandungan kimia yang
terdapat dalam buah tersebut. Apabila proses pemarutan sudah selesai dilakukan
56
dilanjutkan dengan mencampur air panas tujuannya untuk melarutkan kandungan
zat kimia dalam buah tersebut, setelah itu disaring sehinga hasil saringannya dapat
langsung digunakan oleh penderita.
h. Dipanaskan
Jenis tumbuhan yang dipanaskan terdapat sembilan spesies yaitu, Tohesi
(Dracaena angustifolius), Waif (Commelina nudiflora), Swe (Alstonia scholaris),
Maing (Cyathea sp.), Montagio (Cleodendron japonica), Naa (Pangium edule),
Semitekoh (Fagraea sp.), Asenah (Archingelesia sp.). Proses ini dilakukan
hampir pada semua bagian daun tumbuhan yang tujuannya untuk melemaskan
daun. Pemanasan ini sama artinya dengan dirauh pada api sampai daun terlihat
layu selanjutnya siap digunakan untuk mengobati penyakit, salah satu contohnya
pada daun tumbuhan.
i. Dikunyah
Jenis tumbuhan yang dikunyah terdapat enam spesies yaitu, Kau
(Omalanthus populneus), Rus (Gnetum gnemon), Akaif (Smilax sp.), Hererem
(Ficus sp.), Kabesfetiah (Paspalum conjugatum), Kutere (Teijsmaniadendron
holrungii). Meramu dengan mengunyah ini dilakukan pada bagian daun dan
bagian kulit yang memiliki tekstur lunak, cara ini dilakukan dengan tujuan
menghancurkan atau mengekstrak daun/kulit dan sekaligus mengeluarkan airnya
untuk proses pengobatan, sisa dari daun yang hancur tersebut ditempel pada
bagian yang luka. Misalnya spesies tumbuhan yang diramu dengan cara dikunyah
bagian daun untuk mengobati luka baru.
57
j. Direbus
Jenis tumbuhan yang diparut terdapat sepuluh spesies yaitu, Abu (Mimosa
pudica), Sukesuk (Imperata cylindrica), Asenah (Archingelesia flava), Ebiah
(Ficus tracypison), Hba (Endospermum moluccanum), Sirsak (Annona muricata),
Sukesuk (Imperata cylindrica), Tohesi (Dracaena angustifolius), Etiak
(Archingelesia sp.), Waif (Calicarpa sp.). Cara meramu seperti ini dilakukan
pada bagian akar, daun, batang dan kulit tumbuhan. Bagian tumbuhan tersebut
dapat dibersihkan terlebih dahulu kemudian direbus dengan air hingga mendidih,
didinginkan dan siap diminum. Tumbuhan yang diramu dengan cara merebus
bagian daun air rebusan tersebut diminum untuk mematikan cacing yang ada di
dalam perut dan merebus bagian rhizoma.
k. Tanpa diramu
Jenis tumbuhan yang tanpa diramu atau dapat dimanfaatkan langsung
terdapat sebelas spesies yaitu, Afa Ati (Laportea indica), Akaif (Smilax sp.), Arus
(Gnetum gnemonoides), Bofit (Zingber sp.), Fankes (Ficus septika), Fayu
(Morinda Citrifolia), Kafu (Merremia peltata), Hriros (Memecylon sp.), Frara
(Coleus sp.), Fankes (Ficus septika ), Ebe (Phrynium sp.).
Cara Pengobatan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Suku Maybrat
di Kampung Sire ditemukan 2 cara pengobatan penyakit yang sudah dikenal yaitu:
58
a. Pengobatan Penyakit Dalam
Cara ini tidak dapat dilakukan secara visual namun dapat diobati
berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien. Contohnya pengobatan penyakit
malaria dapat diobati dengan meminum rebusan air Ahasenah (Archingelesia
flava).
b. Pengobatan Penyakit Luar
Cara ini lebih banyak dilakukan berdasarkan pada kemampuan visual.
Misalnya, untuk mengobati bagian tubuh yang luka digunakan daun tumbuhan
Kahu (Omalanthus populneus). Caranya dikunyah sampai lunak lalu ditempelkan
pada luka. Penyakit badan gatal-gatal digunakan bagian daun tumbuhan Woro
(Premna corymbosa) dengan cara merebus daun dan air rebusannya dimandikan.
Umumnya penyakit luar pengobatannya dilakukan dengan tetes, gosok/oles dan
tempel sedangkan penyakit dalam dilakukan dengan pengobatan dimakan dan
diminum.
Berikut ini dijelaskan beberapa metode pengobatan penyakit yang dilakukan
oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire dapat di lihat tabel 11 berikut
ini:.
59
Tabel 11. Cara pengobatan penyakit oleh Masyarakat Suku Maybrat di
Kampung Sire.
No.
Cara
Pengobatan
Jumlah
Spesies
Jenis Penyakit
1. Mandi 19 Badan gatal-gatal.
2. Tempel 5
Menguatkan badan wanita setelah bersalin,
luka lama, luka baru, luka memar, hidung
tersumbat/beringus, limpah, sakit gigi, luka
bisul/bernanah dan luka terbakar
3. Gosok/Oles 3 Badan pegal-pegal, serampa, Sakit kulit.
4. Tetes 1 Sakit telinga, luka baru, luka lama.
5. Makan 5
Menambah nafsu makan, sakit limpah,
rematik, Penawar racun ular, sakit perut.
6. Minum 14
Sakit maag, perut, limpah, malaria, batuk,
asma, memperlancar persalinan, penawar
racun ular, sakit panas dalam, cacingan,
mencegah darah putih pada wanita setelah
bersalin.
Total 47
Tabel 11. Diatas menunjukkan bahwa cara pengobatan dengan minum
memiliki jumlah terbanyak. Terdapat 9 jenis penyakit dan 1 sebagai perangsang
yang cara penggunaannya dengan meminum. Disusul 9 jenis penyakit yang
pengobatannya dengan cara menempel pada bagian yang sakit, 4 jenis penyakit
dan 1 perangsang yang dapat digunakan dengan cara makan sedangkan cara tetes
dan gosok/oles hanya dapat mengobati masing-masing 3 jenis penyakit. Khusus
untuk sakit badan gatal-gatal diobati dengan cara memandikan. Pemakaian
ramuan obat tradisional oleh masyarakat Suku Maybrat pada tatel 11 di atas
menunjukkan bahwa terdapat masing-masing.
a. Mandi
Proses dimandikan ini dilakukan dengan memandikan cairan dari bagian
tumbuhan langsung pada seluruh tubuh. Bagian tumbuhan yang digunakan
60
pengobtan ini adalah daun. Sebelumnya daun tersebut direbus, airnya dimandikan
untuk mengobati penyakti gata-gatal yang diderita. Tumbuhan yang cara
pemakaiannya seperti ini yaitu Woro (Premna corimbosa).
b. Tempel
Pengobatan dengan cara ini dilakukan dengan menempelkan daun atau
bagian lain dari tumbuhan yang telah diremas atau dihancurkan pada bagian tubuh
yang sakit. Contoh tumbuhan ini adalah Basi (Raphidophora peekelii).
c. Gosok/Oles
Pemakaian ramuan dengan cara digosok dilakukan dengan menggosokkan
bagian tumbuhan di atas permukan tubuh yang sakit. Bagian tumbuhan yang
menggunakan cara pemakaian ini yaitu daun dan getah. Misalnya untuk bagian
tumbuhan daun yaitu Afa ati (Laportea indica), caranya ambil 3-5 helaian daun
lalu bagian bawah dari daun tersebut oles/gosok pada tubuh yang sakit. Untuk
bagian tumbuhan yang getah dipakai yaitu Lingua (Pterocarpus indicus), caranya
ambil getah secukupnya lalu dioleskan pada bagian tubuh yang terdapat sakit
serampa.
d. Tetes
Biasanya cara ditetes ini dilakukan dengan meneteskan cairan dari bagian
tumbuhan langsung pada bagian tubuh yang sakit atau luka. Pengobatan dengan
cara ini lebih banyak dilakukan dengan menggunakan getah, daun atau batang
muda yang telah dipanaskan dan kemudian diperas airnya untuk diteteskan pada
bagian tubuh yang sakit.
61
e. Makan
Cara pemakaian obat seperti ini paling mudah. Biasanya bagian tumbuhan
yang dimakan yaitu daun, bunga dan buah. Untuk bagian daun yang digunakan
bisa berupa daun muda dan daun matang, daun muda dapat langsung dimakan.
Sedangkan daun matang harus direbus sebelum dimakan. Contoh tumbuhan yang
dipakai daun muda untuk dimakan Sakin (Fagraea racemosa) dan daun matang
Ebiah (Ficus tracypison).
Pada bagian tumbuhan bunga dan buah dapat langsung digunakan sebagai
obat tanpa harus diramu. Bagian bunga misalnya Kenak (Artocarpus
heterophylla), bunganya dibersihkan lalu dimakan bagian ibu tangkai bunga.
Bagian buah misalnya Fayu (Morinda citrifolia), buahnya dibersihkan lalu
dimakan.
f. Minum
Bagian tumbuhan yang disiapkan dibersihkan terlebih dahulu kemudian
direbus atau menyeduh bahan dengan air panas kemudian diminum. Contoh
tumbuhan ini adalah Abu (Mimosa pudica) yang berkhasiat untuk menyembuhkan
sakit maag. Selain itu ada juga yang tanpa direbus dapat dipakai sebagai obat,
misalnya pada bagian tumbuhan Ahaqif (Smilax sp.) dan Kafu (Merremia
peltata). Pada Ahaqif (Smilax sp.), daun tumbuhan dikunyah dan airnya langsung
ditelan(diminum). Sedangkan pada Kafu (Merremia peltata), getahnya langsung
diminum tanpa perlu diramu.
62
Dosis Pengobatan dan Waktu Pengobatan
Pemakaian tiap-tiap ramuan tumbuhan obat tradisional oleh masyarakat
Maybrat di Kampung Sire memiliki dosis dan waktu pemakaian yang berbeda.
Namun pada dasarnya untuk pengobatan penyakit digunakan selama pasien sakit
dengan waktu pemakaian dua kali sehari untuk ramuan yang diminum, yaitu dosis
rata-rata adalah seper empat (1/4) gelas hasil tumbukan bagian tumbuhan
dicampur dengan air hingga mencapai dua gelas penuh.
Untuk pengobatan luka dengan cara penempelan, ramuan diganti dengan
ramuan baru jika ramuan sebelumnya telah kering. Banyaknya bagian tumbuhan
yang digunakan untuk mengobati luka tergantung besar kecilnya luka yang
diderita.
Konservasi Tradisional
Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional
oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire sebagian besar berasal dari hutan
alam dan hanya sebagian kecil yang berasal dari bekas kebun atau pekarangan.
Banyaknya spesies yang dimanfaatkan dari hutan alam menunjukkan sebagian
besar kehidupan masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire tergantung dari alam
sekitarnya.
Usaha konservasi pada masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire secara
langsung sudah terlihat dari cara pengambilan tumbuhan yang akan dijadikan
obat, seperti hanya mengambil bagian tertentu dari tumbuhan tanpa menebang
atau mematikan tumbuhan tersebut. Namun usaha konservasi yang dilakukan
secara khusus belum nampak, ini bukan berarti masyarakat tidak menyadari
63
pentingnya perlindungan tumbuhan obat melainkan mereka menganggap belum
adanya ancaman yang serius bagi kepunahan spesies tumbuhan obat tradisional.
Selain itu cara pengambilan bahan baku obat tidak semua dilakukan dengan cara
menebang seluruh pohon, melainkan hanya mengambil bagian tertentu dari
tumbuhan tersebut, misalnya daun, buah, kulit, rhizoma, getah, batang, bunga dan
umbi.
Dengan demikian masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire telah
melakukan tindakan konservasi yaitu melalui pelestarian tumbuh-tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional. Selain itu
masyarakat juga menanam beberapa spesies tumbuhan obat disekitar
rumah/pekarangan seperti Afa ati (Laporteaindica), Sirsak(Annona
muricata),Kenak (Artocarpus heterophylla) dan Bomata (Zingiber officinale). Hal
ini dimaksudkan agar dalam pengambilan bahan baku obat tradisional mudah
jangkauannya.
Pemasaran
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat Suku Maybrat di
Kampung Sire, ternyata ditemukan 1 dari 47 spesies tumbuhan yang dikumpulkan
memiliki nilai ekonomis. Tumbuhan tersebut adalah Afa Ati (Laporteaindica)
yang bagian daunnya digunakan untuk mengobati badan yang pegal-pegal. Daun
tumbuhan ini dijual dalam keadaan yang segar dan tidak mengalami
kerusakkan/cacat pada daunnya. Spesies tumbuhan ini biasanya dapat dijual ke
pasar atau dipesan oleh masyarakat luar.
64
Harga jual dari tumbuhan ini tidak menentu, jika dipasar banyak masyarakat
yang menjual tumbuhan obat ini maka harga jualnya akan rendah (murah) sebesar
Rp. 2000,- (dua ribu rupiah) per 10 helaian daun. Penentuan harga jual dari
tumbuhan obat ini tergantung dari banyak produk tumbuhan obat ini yang dijual
ke pasar, apabila banyak yang menjual harga tumbuhan obat ini murah dan bila
sedikit saja yang menjual tumbuhan obat ini maka harga jualnya akan mahal. Dari
hasil penjualan ini dapat menambah pendapatan keluarga mereka. Pemesanan
tumbuhan obat ini oleh masyarakat luar sebelumnya masyarakat Kampung Sire
sudah melakukan perjanjian dengan masyarakat luar tersebut untuk menjual
tumbuhan obat tersebut. Harga jualnya apabila dipesan oleh masyarakt luar lebih
memuaskan (cukup tinggi) dibanding dijual langung ke pasar tanpa adanya
pemesanan dari masyarakat luar. Biasanya harga jual untuk tumbuhan obat ini
apabila dipesan sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah) per 10 helaian daun.
Transfer Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan oleh
masyarakat Suku Maybrat yang berdomisili di Kampung Sire. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan pada masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire
mengenai pola pewarisan pengetahuan meliputi spesies-spesies tumbuhan,
pemanfaatannya sebagai obat, diketahui bahwa pengetahuan tersebut berasal dari
warisan generasi terdahulu (nenek moyang) dan pengalaman mereka.
Pewarisan pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional dilakukan secara langsung dengan menggunakan penilaian tertentu dari
65
orang tua atau tetua adat. contohnya kepatuhan terhadap orang tua atau tetua adat,
tingkat emosional dan usia mencukupi (20 tahun). Pola transfer pengetahuan
dilakukan secara langsung saat sela-sela acara-acara adat, sedang berburu,
berkebun, mencari kayu bakar, dalam perjalanan yang panjang. Namun tergantung
dari informen yang akan mewariskan pengetahuan tersebut.
66
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat 47 spesies dari 30 famili tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
obat tradisional oleh masyarakat Suku Maybrat di Kampung Sire;
2. Dari 47 spesies tumbuhan obat berkasiat mengobati 24 macam penyakit
dan 2 sebagai obat perangsang/stimulan;
3. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Kampung Sire yaitu bagian daun yaitu 28 spesies. Cara peramuan obat
lebih banyak dilakukan dengan cara merebus yaitu 10 spesies, sedangkan
cara pemakaian terbanyak dengan cara diminum yaitu 19 spesies;
4. Terdapat empat spesies tumbuhan yang dapat dibudidayakan oleh
masyarakat sebagai Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yaitu Afa ati
(Laporteaindica), Sirsak(Annona muricata),Kenak (Artocarpus
heterophylla) dan Bomata (Zingiber officinale).
5. Terdapat satu jenis spesies tumbuhan yang di pasakan Afa ati (Laportea
indica) sedangkan jenis-jenis yang lainpada saat masyarakat sakit baru di
ambil di hutan untuk mengobati kesakitannya.
6. Tradisi pewarisan pengetahuan pemanfaatan tumbuhan yang digunakan
sebagai obat tradisional berasal dari generasi sebelumnya yang diperoleh
(diturunknan) melalui kegiatan penuturan (bercerita) dan kegiatan
langsung pada proses pengobatan.
67
Saran
Saran dari hasil penelitian ini adalah:
1. Perlu adanya pengembangan pengetahuan tumbuhan obat tradisional yang
lebih luas di masyarakat Kampung Sire agar pengetahuan tersebut tidak
punah atau hilang melalui penyuluhan.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memenuhi atau mengetahui
komponen kimia organik penyusun tumbuhan berkhasiat obat dalam
rangka usaha pemenuhan bahan baku obat, serta perlu tersedianya hutan
penyangga/pembudiyaan tumbuhan obat secara luas oleh masyarakat dan
instansi terkait dalam usaha pembudiyaan serta pelestariannya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Alcorn, J. B. 1984. Huastec Mayan Etnobotany. University Of Texas. Austin.
Alhamid, H. dan N. Sumarliani. 1996. Pengetahuan Masyarakat Tentang
Tumbuhan Berkhasiat Obat pada Suku Wetipoheselo di Lembah
Baliam Irian Jaya. Buletin Penelitian Kehutanan I (1). Balai
Penelitian Kehutanan Manokwari.Halm 56-74
Ajijah, N. dan Iskandar. 1995. Menggali Budaya Tua Tempo Doeloe.
DalamProseding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II.
Ikatan Pustakaan Indonesia (IPI). Jakarta.
Battiste, M. & J. Y. Henderson. 2000. Protectign Indigenous Knowledge and
Heritage Hlm 22-34. Purich Publishing Ltd. Canada.
Boelars, J. 1986. Manusia Irian, Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Gramedia.
Jakarta.
Dove, M. R. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam
Modernisasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Fann, A. 1982. Plant Anatomy Third Edition. Pergamon Press. Jerusalem.
Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)Jilid 1.
Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.
Hamza, P. 1999. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh
Masyarakat Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Skripsi
Mahasiswa Kehutanan. Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Kogoya, F. 2004. Tumbuhan Serat Alami dalam dalam Kehidupan
Masyarakat Suku Dani di Kampung Tikarpura, Distrik Kelila
Kabupaten Jayawijaya. Skripsi Mahasisiwa Pertanian. Universitas
Negeri Papua. Manokwari.
Lubis, S. 1983. Mengenal Apotik Hidup Obat Asli Indonesia 212 hlm.
Bahagia. Pekalongan.
Maturbongs, R. H. dan M. J. Sadsoeitoeboen,. 1999.Keanekaragaman
Tumbuhan penghasil Warna Di Propinsi Irian Jaya. Makalah
seminar keanekaragaman Bahan Pewarna Alami Irian Jaya di
Jayapura. Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih. Manokwari.
69
Muhlisah, F. 1999. Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Penebar Swadaya.
Jakarta.
Petocz, R. 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan di Irian Jaya.
Grafitipers Jakarta.
Polunnin, N. 1960.Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberap Ilmu
Serumpun. Tjitrosoepomo G. (Penerjemah); Soerodikoesoemo W.
(Ed); Terjemahan Tahun 1986; Fakultas Biologi Universitas Gajah
Mada Press. Jogjakarta. Terjemahan dari : Longma Group Uk Limited,
London.
Powell, J. M. 1976. Ethobotany in K. Paijmans (eds.), New Guinea Vegetation
Elsever Scientific Publising Company. P. : 106-183. Amsterdam-
Oxfaord-New York.
Primack, R.B; J. Supriatna; M. Indrawandan P. Kramadibrata. 1998. Biologi
Konservasi.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Prosea (Plant Resources Of South-East Asia) No. 12. 2003. Medicinal and
Poisonous Plants Jld. I, II &III. Bogor. Indonesia.
Purwanto, Y. dan E. B. Waluyo. 1990. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat
Tradisional Oleh Masyarakat Tanimbar – Kei. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi. LIPI. Jakarta
Steenis, C. G. G. J. van. 1992. Flora. Surjowinoto M. (Penerjemah). PT. Pradnya
Surjowinoto, M (Penerjemah); PT. Pradnja Paramita. Jakarta.
Sulistiohadi. 1997. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh
Masyarakat Suku Suogh di Desa Dembek Kecamatan Ransiki
Kabupaten Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan Faperta Uncen
Manokwari. (Tidak Diterbitkan)
Sumarliani, N. dan M. U. Pudja. 1997. Pengaruh Diameter Pohon, Cara
Pengeringan dan Kadar Air Terhadap Rendaman Minyak
Lawang(Cinnamomum cullilawang). Buletin Penelitian Kehutanan I
(1). Balai Penelitian Kehutanan Manokwari.Halm 34-52
Sunaryo dan Laxman. 2003. Peranan Pengetahuan Ekologi Lokal Dalam
Sistem Agroforestri. World Agroforestri Centre (ICRAF). Bogor.
Supriadi, A.K dan F. R. Kusuma.2001.Tumbuhan obat Indonesia.
Penggunaan dan Khasiatnya. Edisi pertama Agustus 2001. PPO:
10.2.4. Pustaka Populer Obor. 145 hal. Jakarta.
70
Tuharea, A. 1997. Identifikasi Beberapa Jenis Pohon Yang Digunakan
Sebagai Obat Oleh Suku Meyach di Kampung Mojuwteb Mandopi
Gunung KabupatenDATI II Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan
Faperta Uncen Manokwari.
Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah
Mada University Press. Yohyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan Cet. 1. Gadjah
Mada University Press. Yohyakarta.
Winarto, W. P., 20007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobatan Herbal
Jld. I, II & III. Karyasari Herba Media. Jakarta Timur.
Zuhud, E. A. M. dan Yuniarsih. 1995. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di
Cagar Alam Penanjungan Pengandaran. dalam Proseding Seminar
dan Lokakarya Etnobotani II. Ikatan Pustakaan Indonesia (IPI).
Jakarta.
71
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Kampung Sire
Lampiran 2. Data Iklim Rata-Rata Curah Hujan, Hari Hujan, Suhu Maximum, Suhu Minimum
dan Kelembaban Udara Selama 5 Tahun Terakhir (2003 – 2007).
Bulan
Suhu Udara (0C) Curah Hujan
(mm)
Hari Hujan
(Hr)
Kelembaban
Maximum Minimum (%)
Januari 31,1 25,1 169 18 84
Februari 31,1 25,1 128 15 84
Maret 31,3 25 231 16 83
April 31,4 25,1 254 19 84
Mei 31,4 25,2 189 15 84
Juni 31,1 24,9 314 20 85
Juli 30,6 24,5 410 23 85
Agustus 30,6 24,3 195 14 85
September 31,1 24,3 266 18 85
Oktober 31,3 24,7 226 16 83
November 31,8 25,1 163 14 84
Desember 31,7 24,7 258 19 85
Rata-rata 31,2 24,8 234 17 84
Sumber : Kantor Stasiun Meterologi dan Geofisika Klas II Jefman – Sorong, 2008
Lampiran 3. Foto-Foto Spesies Tumbuhan Obat yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Suku Maybrat di Kampung
Sire.
1. Abu (Mimosa pudica) 2. Afa Ati (Laportea indica) 3. Akaif (Smilax sp.) 4. A rus (Gnetum gnemonoides)
5. A senah (Archingelesia
flava)
6. A Swe (Meremia sp.)
7. Basi (Raphidophora peekilii)
8. Beceren (Carica papaya)
9. Bobat (Abelmoschus
manihot)
10. Buss (Zingiber sp.) 11. Bofit (Zingiber officinale) 12. Burka (Gustovia sp.)
13. Ebe (Phrynium sp.)
14. Ebiah (Ficus tracypison) 15. Fankes (Ficus septica) 16. Farara (Coleus sp.)
17. Fass (Alstonia
macrophyla)
18. Fayu (Morinda citrifolia) 19. Ferit (Dendrocnide sp.) 20. Hba (Endospernum
moluccanum)
21. Harerem (Ficus sp.) 22. Hariros (Memecylon sp.) 23. A hasuh (Gynantroches sp.) 24. Kabesfetiah (Paspalum
conjugatum)
25. Kafu (Meremia
peltata)
26. Kau (Omalanthus
populneus) 27. Kameti (Euodia sp.)
28. Kaser (Pypturus
argenteus)
29. Kenak (Artocarpus
heterophylla)
30. Kma (Pometia coreacea) 31. Kutere (Teijsmadendron hollungii) 32. Lingua (Pterocarpus
indicus)
33. Meing (Cyathea sp.) 34. Montago (Cleodendron
japonica.)
35. Naa (Pangium edule) 36. Rus (Gnetum gnemon)
37. Sakin (Fagraea
racemosa)
38. Semitekoh (Fagraea sp.) 39. Sah (Pometia pinnata)
40. Sirsak (Annona muricata)
41. Sukesuk (Imperata
cylindrica)
42. Swe (Alstonia scholaris) 43. Tahasi (Dracaena angustifolius) 44. Tiak (Archingelesia sp.)
45. Wahef (Commelina
nudiflora)
46. Wohorur (Calicarpa sp.) 47. Woro (Premna corymbosa)

Anda mungkin juga menyukai