Anda di halaman 1dari 98

PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK SWAMEDIKASI PADA

MASYARAKAT ALLIMBANGENG KELURAHAN CABENGE,


KECAMATAN LILIRILAU, KABUPATEN SOPPENG

THE USE OF TRADITIONAL MEDICINE FOR SELF MEDICATION IN


THE ALLIMBANGENG COMMUNITY CABENGE VILLAGE OFFICE
SOPPENG DISTRICT

SKRIPSI

SULFIANA BASRI
1668041008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


JURUSAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN HASIL PENELITIAN

PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK SWAMEDIKASI PADA


MASYARAKAT ALLIMBANGENG KELURAHAN CABENGE,
KECAMATAN LILIRILAU, KABUPATEN SOPPENG

Oleh:
SULFIANA BASRI
1668041008

Telah Memenuhi Syarat dan Layak Untuk Diseminarkan


Makassar, 2023
Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Najamuddin, M.Hum. Mubarak Dahlan, S.S., M.Pd


NIP: 19640723 1992203 1 003 NIP: 19770302 2006604 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi

Dr. Abdul Rahman A. Sakka, S.Pd., M.Si.


NIP: 197830511 200912 1 006
MOTTO
” Semua orang memiliki pilihan untuk jalan yang akan ia lalui, berjalan pelan
atau cepat adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan yang di inginkan”.
(Sulfiana Basri)

”Dan jika setiap jalan tertutup dihadapan mu, jalan rahasia akan
memperlihatkan lorong tersembunyi yang tak dapat dilihat oleh orang lain”
(Jalaluddin Rumi)

PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda hormat dan tanda baktiku Kepada
Ibunda tercinta Hajerah dan ayahandaku terkasih Basri yang telah
memberikan cinta, kasih sayang, pengorbanan dan doa-doa terbaik dalam
setiap sujudnya untuk penulis. Saudara-saudariku yang telah menjadi
contoh dan penasihat terbaik untuk penulis.
ABSTRAK

Sulfiana Basri, 2023. Penggunaan Obat Tradisional Untuk Swamedikasi Pada


Masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten
Soppeng. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Hukum, Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh Najamuddin dan Mubarak
Dahlan.

Penelitian ini bertujuan (1)Untuk mengetahui data empiris klasifikasi obat


tradisional untuk swamedikasi dalam kebudayaan masyarakat Allimbange. (2)
Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang diobati dengan obat tradisional dalam
praktek swamedikasi oleh masyarakat Allimbangeng. (3) Untuk mengetahui
penyebab masyarakat Allimbangeng masih menggunakan obat tradisional saat
fasilitas kesehatan terjangkau. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif yang dianalisa dan dituliskan secara deskriptif. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Klasifikasi
obat tradisional untuk swamedikasi dalam kebudayaan masyarakat Allimbange
terdiri dari tumbuh-tumbuhan herbal seperti Kulit manggis, daun sirsak, akar
pinang, temulawak, kunyit, jahe, daun sirih, daun pare, daun jambu biji, sereh, dan
jeruk nipis. (2)Jenis penyakityang dapat diobati dengan obat tradisional oleh
masyarakat Allimbangeng dalam pengobatan sendiri seperti penyakit asam urat,
kolesterol, lambung, struk, diabetes, kencing batu, sakit gigi, diare, demam, dan
sakit kepala. (3) Alasan masyarakat Allimbangeng masih menggunakan obat
tradisional karena merupakan warisan budaya, bahan-bahan obat mudah di
dapatkan, tidak memiliki efek samping, cukup murah tidak memakan biaya.
Kata Kunci:Penggunaan obat tradisional, Swamedikasi masyarakat.

i
ii

ABSTRAK

Sulfiana Basri, 2023. The use of traditional medicine for self-medication in the
Allimbangeng community, Cabenge Village, Lilirilau District, Soppeng Regency.
Anthropology Education Study Program, Faculty of Social Sciences and Law,
Makassar State University. Mentored by Najamuddin and Mubarak Dahlan.
This study aims (1) To determine the empirical data of the classification of
traditional medicine for self-medication in the culture of the Allimbange
community. (2) To find out the types of diseases treated with traditional medicine
in self-medication practice by the Allimbangeng community. (3) To find out why
Allimbangeng people still use traditional medicine when health facilities are
affordable. This research uses a type of qualitative research that is analyzed and
written descriptively. Data collection techniques are carried out using
observation, interview and documentation methods. Based on the results of this
study shows that, (1) The classification of traditional medicine for self-medication
in the culture of the Allimbange community consists of herbal plants such as
mangosteen peel, soursop leaves, areca nut root, ginger, turmeric, ginger, betel
leaf, bitter melon leaf, guava leaf, lemongrass, and lime. (2) Types of diseases that
can be treated with traditional medicine by the Allimbangeng community in self-
medication such as gout, cholesterol, stomach, receipt, diabetes, urinary stones,
toothache, diarrhea, fever, and headache. (3) The reason why the Allimbangeng
people still use traditional medicine is because it is a cultural heritage, medicinal
materials are easy to obtain, have no side effects, are quite cheap, do not cost
money.
Keywords:Use of traditional medicine, community self-medication.

ii
iii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Bidang Pendidikan

Antropologi di Universitas Negeri Makassar. Dan tak lupa kita haturkan Shalawat

serta salam terhadap junjungan besar Nabi Muhammad SAW sebagai tsuri

tauladan bagi umat manusia. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak

dapat diselesaikan sendiri, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dukungan selama proses penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta saya

Bapak Basri danIbu Hajerah, yang telah menjadi motivasi dan pengarah terbaik

untuk pengalaman hidup penulis, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan yang sangat berharga. Terima kasih juga kepada keluarga kecil penulis

Suami dan anak ( Miasbahuddin dan Ukkasyah Al Aun ) yang senantiasa

mendoakan, mencurahakan kasih sayang, perhatian, motifasi, nasihat, serta

dukungan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman

penulis yang telah memberikan semangat dan motivasi selama proses penulisan

skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

menjadi sumbangan yang berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan di

bidang yang diteliti. Terciptalah sebuah karya tulis sederhana sebuah skripsi

iii
iv

dengan judul “PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL UNTUK

SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT ALLIMBANGENG KELURAHAN

CABENGE, KECAMATAN LILIRILAU, KABUPATEN SOPPENG” dapat

terselesaikan.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

kata “Terima kasih” kepada seluruh pihak membantu, memotivasi dan mendoakan

penulis. Selama ini menjadi alasan utama penulis dengan tekun menyelesaikan

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, sangat diharapkan

berbagai masukan, saran dan kritikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

1. Prof.Dr.Ir. H. Husain Syam, M.TP.,IPU.,ASEAN Eng Rektor

Universitas Negeri Makassar.

2. Prof. Dr. Jumadi, S.Pd., M.Si,Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,

Universitas Negeri Makassar.

3. Dr. Firdaus W. Suhaeb, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi

AntropologiFakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri

Makassar.

4. Dr. Abdul Rahman A. Sakka, S.Pd.,M.Si selaku Ketua Porgram Studi

Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas

Negeri Makassar.

5. Dr. Najamuddin, M,Hum danMubarak Dahlan, S.S.,M.Pd selaku

pembimbing I dan pembimbing II, yang sabar dan ikhlas membimbing dan

mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

iv
v

6. Dr. A Octamaya Tenri Awaru, M.Pd dan St. Junaeda, S.Ag.,M.Pd.,M.A

selaku pengarah I dan pengarah II, Yang yelah meluangkan waktunya

memberikan masukan, saran, dan koreksi yang bermanfaat untuk skripsi

ini.

7. Seluruh Dosen dan StafProgram Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar, yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan serta pengalaman selama penulis

menempuh pendidikan.

8. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Soppeng yang telah memberi isin

untuk melakukan penelitian

9. Kepada para narasumber atau informan yang telah bersedia meluangkan

waktu dan memberikan informasi selama melakukan peelitian.

10. Teman-teman Pendidikan Antropologi FIS-H UNM angkatan 2016

“ALLIRI” yang telah menjadi wadah perekat masing-masing karakter

yang disatukan dalam jurusan dan angkatan yang sama.

Makassar, 02 Mei 2023

Penulis

v
vi

Daftar Isi
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................24
A. Konsep Dasar..............................................................................................24
1. Obat dan Pengobatan Tradisional.......................................................24
2. Swamedikasi...........................................................................................30
3. Antropologi Kesehatan.........................................................................33
B. Pendekatan Teori.........................................................................................35
C. Penelitian Relevan.......................................................................................37
D. Kerangka Pikir Penelitian...........................................................................38
PETA KONSEP....................................................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................41
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................................41
B. Lokasi Penelitian.........................................................................................42
C. Deskripsi Fokus...........................................................................................42
D. Sumber Data................................................................................................43
E. Infoman Penelitian......................................................................................44
F. Instrumen Penelitian...................................................................................45
G. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................45
H. Teknik Analisis Data...................................................................................46
I. Teknik Pengabsahan Data...........................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................33

vi
vii

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.......................................33


B. HASIL PENELITIAN.................................................................................42
C. PEMBAHASAN.........................................................................................57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................64
KESIMPULAN..................................................................................................64
IMPLIKASI........................................................................................................66
SARAN..............................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................68
LAMPIRANA :.................................................................................................70
PERSURATAN.................................................................................................70

vii
viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Cabenge…………………………35
Tabel 1.2 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Cabenge……..…….…36
Tabel 1.3 Sarana Pendidikan………………………………….…….……..37
Tabel 1.4 Kepala Kelurahan……………………………………...….…….38
Tabel 1.5 Sarana Peribadatan………………………………………………41
Tabel 1.6 Klasifikasi Obat Tradisional…………………………………… 45
Tabel 1.7 Jenis Penyakit…………………………………………...……….52

viii
ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1Skema Kerangka Pikir………………………………………………23


Gambar 1.1 Peta Wilayah Kabupaten Soppeng…………………………….…..34

ix
x

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Usulan Judul Penelitian…………………………………………..……..70


Surat Persetujuan Judul dan Pembimbing………………………………….….71
Surat Pengesahan Judul Skripsi dan Pembimbing……………………………..72
Surat Permohonan Undangan Seminar………………………………………...73
Undangan Ujian Seminar Proposal………………………………………….…74
Lembar Pengesahan Proposal…………………………………………………..75
Surat Izin Penelitian Fakultas………………………………………………….76
Surat Izin Penelitian DPMPTSP Provinsi Sulsel……………………………….77
Surat Izin Penelitian DPMPTSP Kab. Soppeng………………………………..78
Daftar Nama-nama Informan…………………………………………………..80
Daftar Instrumen Wawancara…………………………………………………..81
Dokumentasi Wawancara……………………………………………………….83

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Kesehatan merupakan keadaan optimal bagi setiap orang, baik jasmani,

rohani, dan sosial. Di era modern yang menuntut setiap orang selalu aktif

berkarya dan berprestasi tentu saja tetap sehat merupakan hal yang paling

utama. Tanpa tubuh dan jiwa yang sehat, seseorang tidak dapat menjalankan

kehidupan yang normal, sehingga setiap manusia selalu mengupayakan agar

dirinya tetap sehat.

Sehat atau tidaknya individu, keluarga, dan masyarakat tegantung dari

tindakan manusia itu sendiri. Ketika seorang dalam keadaan sakit, tentunya

akan mencari berbagai alternatif, mengatasi atau membiarkan keadaan

sakitnya, serta menentukan siapa yang akan mengatasi. Tindakan ini akan

dilakukan oleh tiap individu secara berbeda, dimulai dari pemilihan obat

mederen ataupun tradisional, mencari bantuan kesehatan, sampai dengan

melakukan pengobatan sendiri (Fitriani, 2011).

Ketika saya mengalami pilek, salah sorang tetangga saya menyarankan

beberapa jenis tanaman obat untuk dikonsumsi. Menurut pengalamannya,

tanaman itu sangat berkhasiat dalam menyembuhkan pilek. Pengetahuan atas

tanaman obat tersebut ia peroleh dari orang tuanya. Transformasi ilmu

pengetahuan tanaman obat tradisional ini tersalurkan lewat budaya lisan. Bagi

masyarakat sederhana budaya lisan memainkan peran signifikan dalam

membangun ilmu pengetahuan dari moral hingga kesehatan.

1
2

Jika kita mengajukan pertanyaan spesifik, mengapa tanaman obat itu

efektif menyembuhkan flu? Atau setidaknya meredakan flu? Hampir setiap

orang pengguna obat tradisional di sekitar saya tidak dapat memberikan

jawaban yang pasti dan detail. Hal-ihwal tanaman obat dan penyakit tidak lah

diketahui secara pasti dalam pengetahuan masyarakat tradisional. Hal ini

dikarenakan tidak adanya sistem kesahatan yang menyeluruh dan spesifik

seperti yang ada pada masyarakat modern.

Akan tetapi, dengan pengetahuan yang terbatas itu, penggunaan obat

tradisional tetap berlaku pada masyarakat. Banyak hal yang mengondisikan

perilaku tersebut. Hal ini akan menjadi bahasan utama dalam penelitian saya.

Penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi bukan semata pengaruh

kondisi ekonomi masyarakat, hal ini juga berkaitan dengan kebudayaan. Kaitan

antara ekologi dan kebudayaan ini lah yang menjadi fokus dalam kajian

antropologi kesehatan. Beberapa gejala sakit yang belum diketahu dalam

khazanah pengetahuan masyarakat kerap dianggap sebagai gangguan jin atau

kesurupan. Salah satu contoh kasus yang pernah saya temui adalah seorang

dengan gejala epilepsi. Si pesakitan itu dianggap oleh keluarganya dirasuki jin.

Sehingga si pesakitan itu dibawa ke sandro untuk diobati dengan cara yang

unik.

Obat tradisional dari tanaman sejauh ini hanya digunakan untuk

pengobatan pada sakit fisik yang relatif ringan serta diketahui gejalanya dalam

kebudayaan masyarakat. Gejala penyakit yang lebih serius akan dianggap

sebagai gangguan roh jahat atau jin. Alih-alih sebagai penyakit fisik, dan di
3

bawa ke dokter/rumah sakit. Mereka masih mempercayai hal-hal supranatural

sebagai penyebab sakit dan cara untuk mengobatinya adalah dengan

membawanya ke sandro yang bisa berkomunikasi dengan hal-hal yang

supranatural.

Sejauh ini, menurut pelacakan saya, belum ada penelitian mengenai cara-

cara orang terdahulu, baik sebelum aksara maupun sesudah aksara di

kepulauan Indonesia, dalam menentukan klasifikasi tanaman obat. Tentu hal ini

sangat penting untuk diketahui, mengingat ragamnya pengetahuan tanaman

obat tradisional di Indonesia. Meski tidak memiliki kaitan yang spesifik,

penemuan fosil manusia di Kalimantan Selatan memberikan bukti bahwa

manusia telah melakukan operasi amputasi sejak 31 ribu tahun lalu. Penemuan

ini dipublikasin lewat jurnal Nature.

Penemuan fosil manusia amputasi ini menunjukan kepada kita bahwa

manusia yang mendiami kepulauan Indonesia ini 31 ribu tahun lalu telah

mengembangkan teknik pengobatan yang cukup baik. Terlihat bagaimana

presisinya pemotongan kaki tersebut pada bagian tengkorak. Dalam jurna

ltersebut dikatakan bahwa manusia ini hidup 10 tahun setelah operasi amputasi

dilakukan. Artinya mereka telah mengenal obat antibiotik, sehingga pasien

tersebut mampu melewatkan masa penyembuhan pasca operasi.

Dari sini, bukan berlebihan bila kita berasusi jika pengetahuan tanaman

obat tradisional telah dikembangkan sejak puluhan ribu tahun lalu oleh

masyarakat kita. Tentu saja, pengetahuan ini tidak dimiliki oleh setiap individu

dalam satu komunitas. Melainkan hanya orang-orang tertentu dengan


4

keterampilan tertentu yang memiliki pengetahuan ini dan mereka senantiasa

dipercayai oleh anggota komunitasnya. Mereka biasa kita sebut dengan ragam

istilah seperti panrita, sandro, dukun, atau pun shaman. Selain berperan sebagai

dokter bagi kumunitasnya, acap kali mereka juga merupakan pemimpin

upacara keagamaan.

Saat ini pengetahuan atas tanaman obat tradisional atau farmakologi

tradisional hampir dimiliki oleh setiap orang. Kamajuan teknologi informasi

dewasa ini terut andil dalam percepatan arus informasi mengenai tanaman obat.

Kita dengan mudah mendapatkan beberapa penelitian farmakologi atas

tanaman obat tradisional yang dimiliki oleh masyarakat tertentu.

Jared Diamond menuliskan pengelamnnya saat mempelajari cara hidup

salah stau suku di Papua. Ia menuturkan bahwa pengetahuan farmakologi

tradisional oleh suku setempat diperoleh melalui coba-coba. Tidak seperti

percobaan eksperimen pada farmasi modern yang dilakukan dengan alat-alat

canggih dan prosedur ilmiah, coba-coba pada masyarakat tradisionl berarti

mengonsumsi dahulu hingga efeknya manjur atau tidak.

Pengetahuan tentang tanman berkhasiat obat pada masayarakat tradisional

ini telah dipelajari oleh ahli etnobotani Barat dan perushaan-perusahaan

farmasi barat telah mengekstrak obat-obat tanaman itu. Meski demikian

Diamond menegaskan bahwa, “keefektifan keseluruhan pengetahuan medis

tradisional cenderung terbatas”. Penyakit seperti epilepsi, malaria, cacar, tidak

mampu diobati oleh obat-obat tradisional tersebut (Diamond, 2017).


5

Pengobatan sendiri atau dikenal dengan swamedikasi, umumnya dilakukan

untuk mengatasi keluhan ataupun penyakit ringan yang biasanya dialami oleh

masyarakat. Pengobatan umumnya menggunakan obat-obatan yang termasuk

dalam golongan obat yang masih relatif aman untuk digunakan dalam

pengobatan sendiri. Pertimbangan penting dalam pengobatan sendiri adalah

penggunaan obat harus aman dan efektif. Obat yang aman untuk kebanyakan

orang belum tentu aman untuk orang tertentu, dan juga dapat membahayakan

jika digunakan secara tidak benar.

Indonesia memiliki kekayaan tumbuhan lima besar di dunia. Tumbuhan

adalah bahan baku yang digunakan sebagai obat herbal. Berdasarkan riwayat

penggunaan tumbuhan, obat herbal dapat diklasifikasikan menjadi obat herbal

tradisional dan obat herbal nontradisional. Obat herbal tradisional Indonesia

yang dikenal sebagai obat tradisional mengandung tumbuhan berkhasiat obat

yang telah digunakan secara turuntemurun yang merupakan warisan budaya

bangsa Indonesia (Sambara, 2016)

Tumbuhan obat tradisional merupakan ramuan bahan alam yang secara

tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Keanekaragaman tumbuhan obat-obatan dapat menunjang adanya ketersediaan

obat-obat tradisional yang siap pakai. Obat tradisional masih banyak digunakan

sebagai alternatif dalam masyarakat, hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat

masih mengakui khasiat dari pengobatan tradisional. Masyarakat yang

menggunakan obat tradisional menganggap bahwa obat tradisional lebih aman,


6

bahkan lebih aman dibanding obat –obatan kimia, serta lebih murah harganya

dan lebih muda didapat (Jumiarni & Komalasari, 2017).

Penggunaan obat tradisional dalam mengobati diri sendiri telah

dilestarikan oleh masyarakat itu sendiri. Kemampuan masyarakat untuk

mengobati sendiri, mengenali gejala penyakit dan memelihara kesehatan perlu

ditingkatkan dalam rangka menjaga kesehatan. Untuk ini obat tradisional

merupakan potensi yang besar karena sudah dikenal oleh masyarakat, serta

sudah merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat (Jacob, 1996).

Dalam setiap keluarga selalu memperhatikan yang namanya kesehatan.

Mereka akan memperhatikan hal seperti kemana harus memeriksa kesehatan,

namun pada masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge Kabupaten

Soppeng ini yang menjadi lokasi penelitian umumnya jika terkena penyakit

cenderung masih memilih mengobati diri sendiri dengan alasan sakit masih

ringan, hemat biaya, hemat waktu. Pengobatan sendiri atau Swamedikasi pada

masyarakat Allimbangeng ini menggunakan obat tradisonal yang berasal dari

tanaman yang berkhasiat obat yang diracik sendiri dan umumnya ditanam di

dekat rumah, contohnya seperti daun kumis kucing, jambu biji, kencur, dan

masih banyak yang lainnya.

Karena obat tradisional ini sudah diturunkan secara turun temurun oleh

keluarga ataupun informasi dari masyarakat lain yang pernah mengalami sakit

serupa dan sudah menggunakan obat tersebut maka masyarakat ini sudah yakin

akan khasiat dari obat tradisional tersebut, dan efek samping yang ditimbulkan

lebih ramah pada tumbuhan daripada obat yang diolah oleh pabrik. Begitupun
7

pengamatan peneliti ketika melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat

Allimbangen Kel.Cabenge ini misalnya jika terkena diare maka daun jambu

bijiyang digunakan sebagai obatnya, diolah dengan cara ditumbuk lalu diperas

dengan air dan diminum. Fenomena lain yang juga terlihat yaitu ketika

seseorang dengan tingkat pendidikan yang relatif bagus juga masih cenderung

memilih mengobati diri sendiri dengan obat tradisional ketimbang memilih

pengobatan yang lebih moderen. Pemikiran dan pengetahuan masyarakat

inilah yang menjadikan masyarakat lebih memilih menggunakan obat

tradisional untuk pengobatan sendiri daripada segera berobat ke puskesmas

ataupun ke rumah sakit selama masih bisa disembuhkan dengan obat-obatan

tradisional ini, padahal jika dilihat dari jarak pusat kesehatan hanya sekitar ±

3,1 km yang tentunya tidak terlalu jauh dari lokasi penelitian tersebut.

Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sendiri pada

masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge Kabupaten Soppeng. Hal ini

terkait dengan belum adanya penelitian sejenis pada masyarakat Allimbangeng

Kelurahan Cabbenge Kabupaten Soppeng tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dianalisis

dalam penelitian ini adalah:


8

1. Bagaimana klasifikasi obat tradisional untuk swamedikasi dalam

kebudayaan masyarakat Allimbange Kelurahan Cabenge, Kecamatan

Lilirilau, Kabupaten Soppeng?

2. Jenis penyakit apa saja yang diobati dengan obat tradisional oleh

masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau,

Kabupaten Soppeng dalam pengobatan sendiri?

3. Mengapa masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan

Lilirilau, Kabupaten Soppeng masih menggunakan obat tradisional di saat

yang sama fasilitas kesehatan telah terjangkau?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dianalisis oleh peneliti maka, tujuan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui data empiris klasifikasi obat tradisional untuk

swamedikasi dalam kebudayaan masyarakat Allimbange Kelurahan

Cabenge Kabupaten Soppeng.

2. Untuk mengetahui data empiris jenis-jenis obat dan penyakit yang diobati

dengan obat tradisional dalam praktek swamedikasi oleh masyarakat

Allimbangeng Kelurahan Cabenge Kabupaten Soppeng.

3. Untuk mengetahui data empiris penyebab masyarakat Allimbangeng

Kelurahan Cabenge Kabupaten Soppeng masih menggunakan obat

tradisional pada saat yang sama fasilitas kesehatan telah terjangkau.

D. Manfaat Penelitian
9

Suatu penelitian selain memiliki tujuan sebagai dasar dari kegiatannya

juga dapat memberikan manfaat dari penelitian tersebut, manfaat dari

penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberi

informasi mengenai penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi pasa

masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabbenge Kabupaten Soppeng.

2. Secara praktis sebagai bahan evaluasi dan masukan terhadap masyarakat,

akademis, dan organisasi serta lembaga terkait lainnya mengenai

penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sendiri pasa masyarakat

Allimbangeng Kelurahan Cabbenge Kabupaten Soppeng.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Obat dan Pengobatan Tradisional

Penyakit, dengan rasa sakit dan penderitaanya, merupakan kondisi

biologis yang dapat diprediksi; serta merupakan gejala kebudayaan yang

universal. Setiap mahluk hidup pernah dan pasti akan mengalami sakit yang

disebabkan oleh kondisi eksternal dan internal. Penyakit dikatakan sebagai

gejala kebudayaan karena persepsi atas penyakit tidak lah universal, melainkan

berdasarkan keterampilan dan pengetahuan yang khas masing-masing

komunitas masyarakat. Persepsi atas sakit ini menentukan cara penanganan

atau pengobatan terhadap sakit dalam suatu masyarakat. Hal ini lah yang

menyebabkan ragamnya cara pengobtan di dunia ini.

Keberadaan penyakit dalam tubuh manusia memerlukan adaptasi

kebudayaan untuk menyembuhkannya. Dalam hal ini manusia

mengembangkan ilmu pengetahuan tentang obat-obatan dan pengobatan. Pada

masyarakat tradisional, pengetahuan atas ini biasanya diwariskan secara lisan

dan disampaikan secara turun-temurun. Selain itu pelestarian ilmu pengetahuan

tentang obat dan pengobatan ini lewat praktek langsung.

Obat adalah semua zat, baik zat kimia maupun tumbuh-tumbuhan yang

dalam dosis layak maupun mempengaruhi organ-organ tumbuhan agar

berfungsi normal. Apabila kita menggunakan obat tersebut dalam dosis yang

berlebihan akan berubah menjadi racun yang tidak kita inginkan atau setidak-

27
28

tidaknya menimbulkan gejala keracunan yang tidak kita hendaki. Sebaliknya

apabila kita menggunakan obat dalam dosis yang terlalu kecil , dapat

menimbulkan bahaya kekebalan dari penyakit tersebut. Umumnya masyarakat

kurang memahami bahwa obat selain menyembuhkan penyakit, juga

mempunyai efek samping yang merugikan kesehatan. Bahaya ikatan dari obat

sering timbul pada penyalah gunaan obat, misalnya terlalu sering dan

sembarangan meminum obat terlampau bayak takaran yang salah (Widjayanti,

1998).

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat. Pengobatan tradisional awalnya dikenal dengan ramuan jamu-

jamuan, hingga saat ini jamu masih diyakini sebagai obat mujarab untuk

mengobati berbagai penyakit bahkan telah dikembangkan dalam industri

modern. Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik berbeda-

beda pada suatu wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya merupakan warisan

secara turun-temurun dan seringkali hanya sebagian kecil masyarakat yang

mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat.

Pengobatan tradisional adalah pengobatan yang dikembangkan oleh

masyarakat tradisional dengan menggunakan obat-obatan yang tersedia di

lingkungan sektiar mereka, seperti tanaman dan mineral. Pengobatan

tradisional memiliki ciri khusus yaitu adanya kausalitas personalistik pada


29

penyakit yang diderita. Personalistik berarti penyakit disebabkan oleh agen-

agen yang dengan sengaja menjatuhkan penyakit kepada korban mereka

(santet).

Di zaman yang sudah moderen ini masyarakat masih banyak

menggunakan tanaman berkhasiat obat untuk pengobatannya sendiri.

Pengobatan dengan tanaman atau bahan alam didasarkan pada konsep totalitas.

Bahan-bahan berkhasiatnya dalam bentuk yang kompleks, tapi hasil

pengobatannya tidak tertuju pada bagian tubuh tertentu. Akan tetapi suatu

pengobatan yang bersifat keseluruh tubuh. Dengan menggunakan tanaman obat

atau tanaman penyembuh mempunyai sejumlah sasaran, yakni untuk

memelihara agar tetap sehat, mengusahakan hidup lebih panjang dan

meningkatkan daya produktif, menyembuhkan penyakit, dan mengurangi

penderitaan sakit karena tidak adanya kesembuhan (Widjayanti, 1998).

Pengembangan obat dari alam ini bukan masalah yang mudah dan

sederhana, karena mempunyai aspek permasalahan yang cukup luas dan

kompleks. Oleh karena itu, untuk mengembangkannya harus dilakukan secara

bertahap dan sistematis. Pengembangan obat dari bahan alam dilakukan dengan

cara mendorong terbentuknya obat kelompok fitoterapi, yakni obat dari bahan

alam, terutama dari bahan nabati yang manfaatnya telah jelas dan terbuat dari

bahan baku, baik yang berupa simplisia atau sediaan galenik yang telah

memenuhi persyaratan minimal, sehingga terjamin adanya keseragaman

komponen aktif, keamanan serta kegunaannya.


30

Dalam undang-undang No.36 tahun 2009 menyebutkan bahwa obat

tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut

yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman dandapat di terapkan sebagai norma yang berlaku dimasyarakat.

Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya

bangsa dan banyak damanfaatkan masyarakat sejak berabad- abad yang lalu,

namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum

sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai (Sulasmono, 2010).

Upaya pengobatan menggunakan obat tradisional ini telah dikenal dari

dulu dan dilaksanakan jauh sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obat

moden. Sampai saat ini, masyarakat masih mengakui dan memanfaatkan

pelayanan kesehatan secara tradisional dan obat tradisionalnya. Sejalan dengan

deklarasi Alma Alta dan anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization) dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, upaya kesehatan dengan obat tradisional perlu

dimanfaatkan dan dikembangkan sebaik-baiknya agar lebih berdaya dan

berhasil guna.

a. Jenis dan sumber perolehan obat tradisional

Obat tradisional oleh Departemen Kesehatan diklasifikasikan sebagai

jamu, fitofarmaka, dan tanaman obat keluarga (TOGA).

1) Jamu, merupakan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan


31

tersebut yang dipergunakan berdasarkan pengalaman dalam upaya hidup

sehat. Satu macam jamu bisa terbuat dari campuran 5-10 macam tanaman,

bahkan mungkin lebih, setiap bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun,

kulit, buah, dan bijinya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan jamu. Jamu

harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,

klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi

persyaratan mutu yang berlaku.

2) Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan dengan

obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah

dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan

produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria

aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan

dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang

digunakan dalam produk jadi.

3) Toga, merupakan tanaman obat keluarga atau apotik hidup. Tanaman yang

ditanam di pekarangan atau halaman rumah ini umumnya berupa berbagai

jenis tanaman obat yang digunakan secara empirik untuk mengatasi penyakit

atau keluhan yang umum dirasakan oleh masyarakat. Peran obat tradisional

dalam bentuk tanaman obat keluarga sebagian besar masih berkisar pada

kebutuhan rumah tanga terutama pada masyarakat pedesaan (Bambang,

2009).

Berbeda dengan negara-negara seperti Cina, Korea, India, dan Sri

Lanka yang memberlakukan pengobatan tradisional dalam sistem pelayanan


32

kesehatan formal, di Indonesia pada saat ini upaya pelayanan pengobatan

tradisional baru berperan pada tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat.

Adapun pada tingkat pelayanan kesehatan formal, upaya pelayanan kesehatan

dilakukan melalui cara kesehatan modern. Demikian, pemerintah dalam

kebijakan obat tradisionalnya telah bermaksud untuk meningkatkan peran

obat tradisional ke tingkat profesional dasar. Maksudnya, obat tradisional

diharapkan dapat masuk ke programPosyandu, Puskemas, balai pengobatan,

balai kesehatan ibu dan anak, maupun klinik bersalin.

Sumber perolehan obat tradisional ini sendiri bisa bersumber dari obat

tradisional buatan sendiri yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita

yang mempunyai kemampuan menyediakan ramuan obat tradisional untuk

mengobati keluarga sendiri. Ada pula bersumber dari pembuat jamu, yang

menjadi salah satu penyedia obat tradisional yang paling muda ditemui yaitu

jamu gendong, pembuatan jamu gendong sebagai obat tradisional didasarkan

pada pengalaman secara turun temurun bahan –bahannyapun hampir sama

semua berasal dari tumbuh-tumbuhan hanya komposisi yang berbeda.

Sumber perolehan lainnya obat tradisional buatan industri, Departemen

Kesehatan membagi industri obat tradisional menjadi dua kelompok, yakni

IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) dan IOT (Industri Obat Tradisional),

saat ini industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional

dalam bentuk sediaan modern berupa herbal terstandar atau fitofarmaka

seperti tablet dan kapsul.


33

2. Swamedikasi

a. Pengertian Pengobatan Sendiri (Swamedikasi)

Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan tindakan pemilihan

dan penggunaan obat-obatan, baik obat tradisional maupun obat moderen

oleh seseorang untuk mengobati penyaki atau gejala yang dapat dikenali

sendiri, bahkan untuk penyakit kronis tertentu yang telah didiagnosis oleh

dokter sebelumnya. Masyarakat sudah menjadi lebih insyatif akan

tanggung jawabnya atas kesehatan diri dan keluarga. Dimana-mana

dirasakan kebutuhan akan penyuluhan yang jelas dan tepat mengenai

penggunaan secara aman dari obat obatan yang dapat dibeli bebas di apotik

guna swamedikasi (Tjay, 1993).

Manfaat optimal dari swamedikasi apabila penggunaannya masih

rasional. Salah satu keuntungan swamedikasi yang dapat disebut adalah,

bahwa seringkali obat-obat untuk penyakit tersebut memang sudah tersedia

di lemari obat, ataupun dari tanaman yang berkhasiat obat yang ditanam

oleh keluarga tersebut. Lagipula bagi orang yang tinggal di desa terpencil,

dimana belum ada praktek dokter, swamedikasi akan menghemat banyak

waktu yang diperlukan untuk pergi ke kota mengunjungi seorang dokter.

Swamedikasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi

pemeliharaan kesehatan, namun bila tidak dilakukan secara benar justru

menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan yaitu tidak sembuhnya

penyakit atau munculnya penyakit baru karena efek samping dari obat yang

digunakan. Dalam melakukan swamedikasi yang aman, efektif dan


34

terjangkau, masyarakat perlu memiliki bekal pengalaman dan keterampilan.

Masyarakat mutlak memerlukan informasi yang jelas sumbernya dan

terpercaya sehingga penentuan kebutuhan obat dapat diambil berdasarkan

alasan yang rasional (Syafitri, 2017).

b. Golongan Obat dalam Swamedikasi

Adapun Golongan obat yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri

adalah golongan obat bebas dan obat bebas terbatas dan obat wajib apotek,

yaitu:

1. Obat bebas, adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli

tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas

adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh obat

dari golongan ini adalah parasetamol.

2. Obat bebas terbatas, adalah obat yang sebenarnya termasuk obatkeras,

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan

disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan

etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi

berwarna hitam.

3. Obat Wajib Apotek, adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh

apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Apoteker di

apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat dimaksud

diwajibkan untuk (Kemenkes Nomor347/Menkes/SK /VII/1990 ) : (1)

Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang

disebutkan Obat Wajib Apoteker yang bersangkutan. (2) Membuat


35

catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. (3) Memberikan

informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek

samping, dan lain-lain yang peru diperhatikan oleh pasien (Widjayanti,

1998).

c. Kelebihan dan Kekurangan Swamedikasi

Kelebihan pengobatan sendiri ini bisa meliputi aman apabila

digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat diperkirakan),

sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat

relatif lebih murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat waktu

karena tidak perlu menggunakan fasilitas atau profesi kesehatan, kepuasan

karena ikut berperan serta dalam sistempelayanan kesehatan, menghindari

rasa malu atau stres apabila harus menampakkan bagian tubuh tertentu di

hadapan tenaga kesehatan, dan membantu pemerintah untuk mengatasi

keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat. Sementara itu

adapun kekurangan dalam swamedikasi antaralain, obat dapat

membahayakan kesehatan apabila tidak digunakan sesuai dengan aturan,

pemborosan biaya dan waktu apabila salah menggunakan obat,

kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang tidak diinginkan,

misalnya sensitifitas, efek samping atau resistensi, penggunaan obat yang

salah akibat salah diagnosis dan pemilihan obat dipengaruhi oleh

pengalaman menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan sosialnya.


36

3. Antropologi Kesehatan

Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik

maupun lingkungan sosial budaya. Perilaku manusia merupakan hasil dari

segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang

terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain,

perilaku merupakan reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal

dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku kesehatan dapat dirumuskan

sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,

khusus yang menyangkut pengetahuan an sikap tentang kesehatan, serta

tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Untuk melakukan

pendekatan perubahan pilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai

beberapa macam latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

Oleh sebab itu, petugas kesehatanharus menguasai antropologi, khususnya

antropologi kesehatan (Notoatmojo, 2003).

Kegunaan ilmu antropologi bagi ilmu kesehatan terletak dalam tiga

kategori utama. Pertama, ilmu antropologi memberikan suatu cara yang jelas

dalam memandang masyarakat secara keseluruhan, maupun para anggota

individual mereka. ilmu antopologi menggunakan pendekatan yang

menyeluruh, atau bersifat sistem. dimana peneliti secara tetap menanyakan

bagaimana seluruh bagian dari sistem itu saling menyesuaikan dam bagaimana

sistem itu bekerja. "Cara yang khas" dari imu antropologi juga menekankan

cara-cara pentingnya relativisme budaya dalam meniiar cara-cara yang


37

berlainan, yaitu kebutuhan untuk menginterpreksikan bentuk-bentuk asli dala,

kontek budaya dimsns bentuk itu ada, dan bukan menilainya.

Kedua, ilmu antropologi memberikan suatu model yang secara

operasional berguna untuk menguraikan proses-proses perubahan sosial dan

budaya, dan juga membantu memahami keadaan dimana para warga dari

“kelompok sasaran melakukan respon terhadap kondisi yang berubah dan

adanya kesempatan baru. Para ahli antropologi tidak mempunyai "hukum-

hukum" yang diformulasikan, yang meramalkan secara tepat tingkah laku

semua individu dan kelompok yang berada dalam keadaan yang khusus, namun

mereka mampu meramalkan dengan sangat tepat kemungkinan luasnya pilihan-

pilihan yang akan dilakukan, apabila masyarakat berada dalam situasi-situasi

baru yang memperbolehkan atau memaksakan bentuk tingkah laku yang baru

kepada mereka.

Ketiga, ahli antropologi menawarkan kepada ilmu-ilmu kesehatan suatu

metodologi penelitian yang longgar dan efektif untuk menggali serangkaian

masalah teoritis dan praktis yang sangat luas, yang dihadapi dalam berbagai

program kesehatan. Sebagai suatu unsur dalam metodologi ini, ilmu

antropologi menawarkan kosep tentang "premis-premis" atau "asumsi-asumsi"

yang mendasari tingkahlaku, prinsip-prinsip ini menjadi kunci penting untuk

memahami rasional dari perbuatan yang jika dipandang dari asumsi-asumsi

budaya yang sangat berbeda, sering nampak tidak rasional (Fortes/Anderson,

1986).
38

B. Pendekatan Teori

C. Penelitian Relevan

Penelitian tedahulu dilakukan oleh Rinda Metia Pangastuti Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tentang “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern Dengan

tindakan Pemilihan Obat Untuk Pengobatan Mandiri di Kalangan Masyarakat

Desa Bantir, Kecamatan Candirito, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah”

dalam penelitiannya berfokus pada berfokus pada dua faktor yaitu hubungan

pengetahuan masyarakat dalam pemilihan obat tradisional dan obat moderen.

Dan juga penelitia terdahulu yang dilakukan oleh Rizky Aji Pangestu

Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah tentang

“Eksistensi Obat Tradisional Sebagai Salah Satu Pilihan Pengobatan pada

Masyarakat Moderen” yang mana pada penilitian ini hanya berfokus pada

bagaiman eksistensi obat tradisional pada kalangan masyarakat moderen.

Perbedaan penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas, dengan

penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus penelitian yang diamati

yaitu pada penelitian ini hanya akan berfokus pada penggunaan obat tradisional

untuk pengobatan sendiri pada masyarakat Allimbangeng, Kelurahan Cabenge,

Kabupaten Soppeng. Perbedaan lainnya terletak pada subjek dan objek yang

diteliti, tempat penelitian, serta waktu pelaksanaannya. Sejauh pengetahuan

peneliti, penelitian tentang penggunaan obat tradisional untuk pengobatan


39

sendiri pada masyarakat Allimbangeng, Kelurahan Cabenge, Kabupaten

Soppeng belum pernah dilakukan.

D. Kerangka Pikir Penelitian

Penggunaan obat tradisional pada masyarakat yang ada di Allimbangeng,

Kelurahan Cabenge, Kabupaten Soppeng merupakan suatu fakta bahwa

indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat

beragam termasuk dalam hal pengobatan. Obat tradisional yang sudah ada

sejak zaman nenek moyang kita yang mempunyai kemampuan menyediakan

ramuan obat tradisional untuk mengobati keluarga sendiri menjadi salah satu

hal yang diwarisi masyarakat sampai sekarang. Masyarakat yang menggunakan

obat taradisional menganggap bahwa obat tradisional lebih aman, bahkan lebih

alan dibanding obat- obatan kimia, serta lebih murah harganya dan lebih muda

didapat.

Waktu yang terus bergulir dan teknologi dalam ilmu pengetahuan terus

berkembang seiring perkembangan zaman, begitu pula dengan ilmu

pengobatan yang kian hari semakin canggih dengan adanya teknologi yang

dibantu dengan tenaga medis menjadi salah satu alternatif pengobatan ketika

masyarakat sekarang sedang mengalami gangguan kesehatan. Namu demikian

meski teknologi semakin canggih, pengobatan medis yang modern sudah

dimana mana, sarana dan prasarana yang sudah sagat memadai namun

penggunaan tradisional untuk untuk pengobatan sendiri (swamedikasi) yang

dilakukan oleh masyarakat Allimbangeng ini masih sering dilakukan. Meski

tidak dapat dipungkiri bahwa seiring perkembangan zaman akan ada perubahab
40

yang terjadi dalam masyarakat maka dari itu peneliti ingin mengetahui

sebenarnya sejauh mana pengetahuan masyarakat dalam penggunaan obat

tradisional untuk pengobatan sendiri pada masyarakat Allimbangeng Kelurahan

Cabenge Kabupaten Soppeng, apa saja jenis obat tradisional yang dipakai, dan

bagaimana cara pemanfaatan dan khasiat dari pengguna obat tradisional

tersebut untuk pengobatan sendiri pada masyarakat Allimbangeng Kelurahan

Cabbenge Kabupaten Soppeng.

PETA KONSEP

Obat Tradisional Pengobatan Sendiri


(Swamedikasi)

Masyarakat

 Pengetahuan Masyarakat
 Jenis-jenis obat tradisional
 Cara penggunaan dan khasiat
obat tradisional
41

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Flick sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif adalah keterkaitan spesifik pada studi


hubungan sosial yang berhubungan dengan fakta dari pluralitas
dunia kehidupan. Metode ini diterapkan untuk melihat dan
memahami subjek dan objek penelitian yang meliputi orang,
lembaga berdasarkan fakta yang tampil secara apa adanya
(Gunawan, 2015) .”

Sementara menurut Sunggono mengemukakan bahwa:

“… Semua ciri atau faktor yang menujukkan variasi, berdasarkan


fungsinya yang terbagi dalam tiga yakni, variable sebab,
penghubung, dan akibat. Sedangkan variabel sebab dapat
42

dibedakan menjadi bebas, moderator, kendali random (Sunggono,


2002).”

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian

deskriptif kualitatif lebih fokus pada fenomena, kejadian, perilaku, sikap dan

penelitian kualitatif lebih mengarah pada penelitian sosial. Perlu adanya

deskripsi khusus dalam penelitian. Alasan peneliti menggunakan pendekatan

deskriptif karena peneliti yang akan meneliti langsung pada masyarakat

penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi di Allimbangeng Kelurahan

Cabenge,Kabupaten hal tersebut sesuai dengan penelitian deskriptif

kualitatif.

Variabel penelitian ini yaitu variabel tunggal meneliti penggunaan Obat

Tradisional Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat Allimbangeng Kelurahan

Cabenge, Kabupaten Soppeng. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif, desain penelitiaanya dirancang untuk menggambarkan bagaimana

Penggunaan Obat Tradisional Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat

Allimbangeng Kelurahan Cabenge Kabupaten SoppengHal ini bertujuan untuk

memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Peneliti juga akan

menggambarkan secara luas fakta-fakta yang di temukan dilapangan sehingga

akan mendeskripsikan hasil temuan dilapangan, baik mengenai individu,

keadaan, gejala dan kondisi tertentu. Sebagaimana pengertian penelitian

deskriptif adalah sebagai berikut:

“Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berhubungan


dengan upaya menjawab masalah-masalah yang ada sekarang dan
memaparkannya berdasarkan data yang ditemukan. Oleh karena
berkaitan dengan masalah yang sedang berlangsung” (Wina, 2015).
43

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Allimbangeng, Kelurahan Cabenge,

Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Dengan judul penelitian Penggunaan

Obat Tradisional untuk Pengobatan Sendiri pada Masyarakat Allimbangeng

Kelurahan Cabenge Kabupaten Soppeng. Alasan pemilihan lokasi di daerah ini

karena masyarakat di lokasi tersebut menggunakan obat tradisional untuk

pengobatan sendiri. Hal itulah yang melatar belakangi penulis mengambil

lokasi penelitian di tempat tersebut.

C. Infoman Penelitian
Setiap orang dalam suatu setting kebudayaan adalah informan bagi

penelitian. Dalam melakukan penelitian, sejatinya yang dilakukan peneliti

khususnya penelitian antropologi adalah belajar. Sehingga hubungan yang

terbangun antara peneliti dan informan penelitian serupa hubungan antara

murid dengan guru. Dalam hal ini, posisi saya adalah seorang murid yang ingin

mempelajarai cara masyarakat Allimbangnge kelurahan Cabengnge Kabupaten

Soppeng tentang penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi.

Untuk memudahkan peneliti dalam menentukan informan penelitian,

penulis akan membuat beberapa kriteria sebagai landasan, yaitu:

a. Pernah menggunakan obat tradisional sebagai swamedikasi.

b. Memiliki pengetahuan dalam meracik obat tradisional.

Dengan dua kriteria ini, informan penelitian tidak dibatasi jumblahnya.

Karena penulis ingin mengambil banyak data untuk diolah sehingga

melahirkan penelitian yang komprehensif. Semakin banyak informasi yang


44

diperoleh dari berbagai pihak, semakin mudah juga penulis untuk menganalisis

dan membuat kesimpulan atasnya. Untuk memudahkan penulis dalam

pendalaman mencari informasi, penulis akan menetapkan beberapa informan

sebagai informan kunci. Informan kunci yang dimaksud adalah mereka yang

menurut penulis memiliki kedalaman ilmu mengenai subjek penelitian yang

penulis angkat.

D. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus penelitian yang akan diteliti agar tidak terjadi perbedaan

pandangaan, terlebih dahulu harus memperjelas apa yang menjadi deskripsi

fokus pada suatu penelitian. Adapun yang menjadi deskripsi fokus pada

penelitian ini yaitu:

a). Pengelompokan atau klasifikasi obat tradisional yang digunakan untuk

swamedikasi, yaitu praktik medis mandiri di mana individu menggunakan

obat-obatan atau pengobatan alternatif tanpa bantuan dokter atau tenaga

medis terlatih.

b). Jenis penyakit apa saja yang diobati dengan obat tradisional oleh

masyarakat adalah proses mencari tahu penjelasan ilmiah dari jenis

penyakit yang dapat diobati dengan pengobatan tradisional.

c). Alasan masyarakat menggunakan obat-obatan tradisional sebagai proses

swamedikasi penyembuhan dalam berbagai penyakit.

E. Sumber Data
1. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari

individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang biasa dilakukan


45

oleh peneliti. Pada penelitian ini yang menjadi sumber atau informan

utama adalah masyarakat Allimbangeng, Kelurahan Cabenge, Kabupaten

Soppeng. dalam penelitian ini membutuhkan 5-10 Informan dari

masyarakat yang menggunakan obat tradisional sebagai bahan pengobatan.

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik tentang

dirinya maupun orang lain atau suatu kejadian atau suatu hal kepada

peneliti atau pewawancara mendalam. Para informan tidak dipahami

sebagai objek penelitian peneliti, melainkan sebagai subyek. Mereka harus

dipandang sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi peneliti, baik

sumber informasi tentang dirinya, tentang orang lain, ataupu tentang

kejadian-kejadia (Afrisal, 2015).

2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada serta diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

pengumpul data primer atau oleh pihak lainnya misalnya dalam bentuk

tabel-tabel atau diagram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk

di proses lebih lanjut. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen-

dokumen yang berhubungan dengan hasil penggunaan obat tradisional

untuk pengobatan sendiri pada masyarakat Allimbangeng, Kelurahan

Cabenge, Kabupaten Soppeng.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah orang yang

melakukan penelitian itu sendiri. Yaitu peneliti. Peneliti dalam penelitian

kualitatif merupakan instrumen kunci dalam penelitian, menganalisis,


46

danmengeskplorasi seluruh hasil penelitian secara cermat, tertib, dan leluasa,

bahkan ada yang menyebutnya sebagai Key instrument.

Key instrument, peneliti harus dibekali kemampuan metode penelitian

kualitatif, etika penelitian, dan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang diteliti.

Oleh karena itu, hasil penelitian kualitatif bergantung pada orang yang meneliti

(Junaidi Ghoni, 2017). Instrument penelitian ini adalah pedoman wawancara,

pedoman observasi, alat perekam, kamera dan buku untuk mencatat dan

peneliti itu sendiri. Sehingga data yang disajikan lebih valid.

G. Teknik Pengumpulan Data


Prosedur atau merupakan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam

pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi, metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

peneliti turun ke lapangan dan melakukan pengamatan terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan ruang, tempat, waktu kegiatan. Yang sangat relevan

dengan data yang dibutuhkan. Adapun hal yang diamati adalah bagaimana

cara Penggunaan Obat Tradisional untuk Pengobatan Sendiri pada

Masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge Kabupaten Soppeng. Dalam

melakukan pengamatan peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan-

kegiatan subjek penelitiannya. Peneliti hanya mengamati interaksi yang

terjadi.

2. Wawancara, merupakan salah satu teknik untuk mengumpulkan data atau

informasi. Metode wawancara pada penelitian kualitatif menggunakan

pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan

pada informan dan narasumber. Hal itu digunakan untuk memudahkan


47

dalam melakukan wawancara, menggali informasi data dari subjek

penelitian yaitu Masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge Kabupaten

Soppeng.

3. Dokumentasi, merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Tanpa adanya dokumentasi

maka penelitian itu tidak akan dianggap sah. Maka dokumentasi berfungsi

untuk memperkuat hasil penelitian dan sebagai bukti. Dokumen ini berupa

foto, berkas berupa catatan.

H. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif, analisis data dimulai sejak peneliti

menentukan fokus penelitian sampai dengan pembuatan laporan penelitian

selesai. Jadi teknik analisis data dilaksanakan sejak merencanakan penelitian

sampai penelitian selesai.Teknik analisis data pada penelitian ini penulis

menggunakan tiga prosedur perolehan data.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan

terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun

penambahan data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh di

lapangan mungkin jumlahnya sangat banyak. Reduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

akan direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2017).


48

2. Penyajian Data (Display Data)

Dengan mendisplay atau menyajikan data akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah

itu perlu adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah

dipahami. Dalam penyajian data selain menggunakan teks secara

naratif, juga dapat berupa bahasa nonverbal seperti bagan, grafik,

denah, matriks, dan tabel.

3. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)

Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data.

Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukan

masih bersifat sementara, dan akan ada perubahan-perubahan bila

tidak dibarengi dengan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Bila

kesimpulan yag dikemukan pada tahap awal, didukung dengan bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat penelitian kembali ke

lapanganmengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan

merupakan kesimpulan dapat dipercaya (Sugiyono, 2017).

I. Teknik Pengabsahan Data


Pengujian validitas dan keorisinilan data dalam hasil penelitian ini yang

menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara,

dan dokumentasi menggunakan teknik triangulasi dalam pengujian kredibilitas

pengecekan data. Triangulasi sumber adalah mengecek kebenaran data atau

informasi yang diperoleh peneliti dari wawancara dengan informan dan

narasumber, observasi dalam waktu dan situasi yang berbeda, Sehingga


49

ditemukan kepastian data Triangulasi dilakukan dengan tujuan

membandingkan data yang diperoleh dari data informan dan narasumber

berupa observasi dan wawancara. Triangulasi berfungsi sebagai metode untuk

mengecek hasil yang diperoleh penelitiselama melakukan penelitian dengan

membandingkan sumber data dari informan yaitu Masyarakat Allimbangeng

Kelurahan Cabenge Kabupaten Soppengdan mengkroscheck kembali ke

masyarakat yang lainnya sebagai pengguna obat tadisional sebagai pengobatan

mandiri, Teknik ini mampu untuk meningkatkan kekuatan data yang

didapatkan dilapangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


1. Profil Umum Kabupaten Soppeng

Kabupaten Soppeng adalah salah satu kabupaten yang berada di Sulawesi

Selatan.Hasil Pencarian H.R. van Heekeren Kabupaten Soppeng memiliki jejak

sejarah yang cukup tua, Mencari jejak selama nama Soppeng tidak mudah,

karena namanya lahir di zaman prasejarah. Dengan penemuan fosil-fosil hewan

vertebrata dan peralatan ruang angkasa (Batu Serpi) dan alat-alat batu.

Penemuan ini menunjukkan bahwa di wilayah Soppeng, ada dalam kehidupan

zaman batu. Namun, itu belum ditemukan. Kisah-kisah rakyat diperoleh

dengan nama pohon, menjelaskan bahwa nama Soppeng telah diambil dari

nama pohon yang menyimpan buah seperti anggur dan Bugis dan terutama

Soppeng Bugis yang menyebutkan dengan nama Caloppeng atau Coppeng.

Dekat istana kerajaan Soppeng, menumbuhkan pohon coppeng besar.

Asal muasal penanaman Soppeng oleh para pakar sejarah sampai

sekarang ini belum ada kesepakatan, akan tetapi sebagian pendapat

menyatakan bahwa Soppeng berasal dari dua kata dalam bahasa bugis yaitu;

Sossok yang bermakna turun dan Lappeng yaitu nama salah satu tempat di

dekat istana Datu Soppeng yang terletak di jantung kota WatanSoppeng pada

masa lampau. Diyakini bahwa pemukiman awal orang-orang terdahulu berada

di bukit sebelah barat kota watansoppeng yang sekarang bernama Sewo yang

kemudian penduduknya turun membuka pemukiman baru didaerah Lappeng.

35
36

Sehingga orang pada saat itu menyebut orang Sewo Sossok i Ri Lappeng yang

artinya mereka turun ke Lappeng. Sossok-Lappeng inilah kemudian diyakini

sebagai cikal bakal penamaan Kerajaan Soppeng.

Salah satu sumber sejarah yang bisa menelusuri asal usul nama Soppeng

adalah lontara yang merupakan warisan leluhur Bugis-Makassar. Beberapa ahli

sejarah berpendapat bahwa yang menyebutkan kata Soppeng berasal dari

gabungan dari dua kata. Kata tersebut adalah Sosso dan Lappeng, kata sosso ini

berarti turun dan Leppang adalah suatu tempat ketika itu, orang-orang Sewo

(Soppeng Riaja) meninggalkan wilayahnya menuju ke Lappeng sebuah tempat

yang berada di dekat istina Datu’ Soppeng.(Tengke, 2007)

Kabupaten Soppeng memiliki ibu kota kabupaten yaitu Watansoppeng,

seperti yang ada dalam peta. Terletak di sisi timur provinsi Sulawesi Selatan ,

tepatnya, sekitar 174 km dari Makassar melalui Buludua atau sekitar 235 km

melalui Sidenreng Rappang, Astronomis, area ini antara 40 06 LS dan 40 'LS

1190 42 '18"BT dan 1200 06 '13 "bt.

Lokasi Penelitian

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kabupaten Soppeng


37

2. Kelurahan Cabenge

a. Gambaran Kelurahan Cabenge

Kelurahan Cabenge adalah salah satu Kelurahan Yang ada di

Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan

dengan Jumlah Penduduk 4720 Jiwa dengan 1486 Kepala Keluarga.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Cabenge

NO. JENIS KELAMIN JUMLAH

1. Laki-laki 2258

2. Perempuan 2462

3. Kepala Keluarga 1486

Mayoritas Mata pencaharian penduduk di kabupaten Soppeng adalah

Petani dan berwiraswasta. Kelurahan Cabenge dapat dijadikan sebagai

daerah komuditas dibidang pertanian karena letak geografisnya berada pada

bantarang Sungai Walennae. Komoditasutama kelurahan Cabenge adalah

Padi dan Hasil perkebunan seperti Jagung dan apabila ada hasil kebun

lainnya maka itu merupakan hasil pekerjan sampingan Petani. Sedangkan

Mata Pencaharian sebagai Wiraswasta bergelut dibidang Usaha Kecil

seperti Jualan di Pasar dan pemilik Kios Yang kebanyakan menjual

keperluan rumah tangga dengan jumlah terbatas.


38

Tabel 1.2 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Cabenge

NO. JENIS PEKERJAAN JUMLAH

1. PNS/TNI/POLRI/Pensiunan 97/2/6/52

2. Karyawan Bumn/Swasta/Honorer 3/23/27

3. Petani dan Wiraswasta 512

4. Tukang 69

5. Nelayan 3

6. Peternak 10

7. Industri 4

8. Konstruksi 6

9. Sopir 5

10. Mengurus Rumah Tangga 25

TOTAL 1417

Proporsi Kepala Keluarga laki-laki yang bekerja sebagai petani dan

Wiraswasta lebih besar dibandingkan Kepala Keluarga Wanita. Masyarakat

di kelurahan ini memiliki jiwa tingkat sosial yang tinggi, hal ini dibuktikan

dengan masih tetap lestarinya tradisi gotong royong. Proses pembangunan

rumah, hajatan, dan beberapa perayaan hari besar menjadi bukti

kekompakan dan kebersamaan warga di Kelurahan Cabenge. Bukti lain

bahwa warga Kelurahan Cabenge memiliki tingkat jiwa sosial yang tinggi

adalah masih lestarinya berbagai ritual keagamaan yang diadakan secara

berjamaah.
39

Jumlah sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Cabenge adalah 11

sekolah, antara lain; 2 TK, 8 SD/MI, dan 1 MTs. Distribusi penduduk

menurut tingkat pendidikan didominasi oleh lulusan SMP dan SMA.

Tabel 1.3 Sarana Pendidikan

NO. NAMA SEKOLAH ALAMAT KET.

1. SDN 161 Karya Cabenge Aktif

2. SDN 202 Walennae Cabenge Aktif

3. SDN 102 Cabenge Cabenge Aktif

4. SDN 107 Allimbangeng Allimbangeng Aktif

5. SDN 108 Talepu Talepu Aktif

6. SDN Bulu Lita Talepu Aktif

7. SDA MTs As’Adiyah Cabenge Aktif

Cabenge

8. MTs As’Adiyah Cabenge Cabenge Aktif

9. TK As’Adiyah Cabenge Cabenge Aktif

10. TK Petta Marilalenge Talepu Aktif

11. SD Unggulan/SD Dewi Cabenge Tidak

Aktif

Secara garis besar, kelurahan Cabenge memiliki berbagai potensi untuk

menjadi desa yang makmur dan sejahtera. Selain memiliki tanah yang

subur, sumber daya manusia yang baik, pemerintahan desa yang sehat dan
40

kondusif, juga semua masyarakat dan aparat desa bekerja sama untuk

membangun kelurahan Cabenge yang kini semakin maju.

Sejak berdirinya Kelurahan Cabenge pada Tahun 1992, sudah beberapa

kali terjadi pergantian kepala kelurahan yaitu :

Tabel 1.4 Kepala Kelurahan

NO. NAMA MASA JABATAN

1. Andil 1992-1998

2. Drs. A. Zulkarnain 1998-2000

3. H. Mahmud 2000-2002

4. Dra. Andi Anda 2002-2005

5. Drs. H. Suratman, SH 2005-2007

6. Drs. Muhammad Yusuf 2007-2012

7. A. Zukri Rauf, S.Sos 2012-2016

8. A. Ahmad Masykur, S.IP 2016-Sekarang

b. Letak Geografis Kelurahan

Kelurahan Cabenge adalah salah satu Kelurahan yang ada di

Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan

Indonesia di mana pada Tahun 1992 Kelurahan Induk yaitu Kelurahan 16

Pajalesang dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kelurahan yaitu Kelurahan

Pajalesang, Kelurahan Cabenge dan Kelurahan Macanre.

Secara Geografis berada pada ketinggian ± 100 meter dari permukaan

laut dan termasuk wilayah rendah dibandingkan wilayah kelurahan yang


41

ada disekitarnya dan Kelurahan Cabenge berada dibantaran sungai

Walennae.

Wilayah Kelurahan Cabenge memiliki luas Kurang lebih 489,9031 Ha

yang berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Macanre-Kelurahan Ujung

Kec. Lilirilau.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paroto Kec. Lilirilau.

3. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kelurahan Pajalesan dan Desa

Jampu Kec. Liliriaja.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Pajalesang dan kelurahan

Macanre Kec. Lilirilau.

c. Iklim Dan Curah Hujan

Pada umumnya, iklim dan curah hujan di Kelurahan Cabenge hampir

sama dengan daerah lainnya di Kabupaten Soppeng termasuk di yakni

terdapat dua musim (musim hujan dan musim kemarau). Curah hujan

tertinggi biasanya terjadi pada bulan September, sedangkan curah hujan

terendah terjadi pada bulan November. Temperatur udara yang ada di

Soppeng berada pada sekitar 24°C - 30°C keadaan angin berada pada

kecepatan lemah sampai sedang. Sedangkan, curah hujan rata-rata 180 ml

dan hari hujan 15 hari.

1. Hidrologi dan Tata Air

Mayoritas masyarakat cabenge menggunakan PDAM dan Sumur bor

sebagai sumber air bersih. Selain itu masih ada beberapa yang
42

menggunkan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan

keperluan kehiduan sehari-hari.

2. Kondisi Lingkungan Permukiman

Secara geografis Kelurahan Cabenge berada pada ketinggian kurang

lebih 100M dari permukaan laut dan termasuk wilayah rendah

dibandingkan wilayah kelurahan yang ada di sekitarnya. Kelurahan

Cabenge berada dibantaran sungai walennae. Sebagian besar rumah

penduduk di kelurahan cabeng setempat berbentuk rumah kayu dan

rumah batu.

3. Keadaan Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kekayaan dan keragamaan budaya Kelurahan Cabenge sebagai suatu

rumpun budaya hanya terdiri dari suku Bugis. Rumpun Bugis mewarnai

seluruh aktivitas masyarakat yang ada di Kelurahan Cabenge.

a. Mata Pencaharian Utama Mata Pencaharian Utama masyarakat

kelurahan cabenge adalah Petani dikarenakan letak geografisnya

berada pada bantaran sungai walennai. Selain bertani, mata

pencaharian lain yang ada kelurahan cabenge diantaranya

wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, TNI, Polri, Karyawan BUMN

maupun swasta, tukang, industri, konstruksi, nelayan, sopir, dan

Pengurus Rumah Tangga.

b. Gotong Royong dan Kehidupan Keagamaan

1) Sosial Dan Gotong Royong


43

Gotong royong merupakan kegiatan yang masih sering

dilakukan oleh masyarakat desa Labuku, bahu membahu dalam

melaksanakan suatu kegiatan, untuk menyelesaikannya secara

bersama-sama.

2) Keagamaan

Seluruh masyarakat kelurahan cabenge memeluk agama Islam,

sehingga memiliki fasilitas peribadatan yang menjadi sarana

beribadah bagi masyarakat setempat. Di Kelurahan cabenge

terdapat 7 tempat peribadatan berupa bangunan mesjid.

Tabel 1.5 Sarana Peribadatan

NO. NAMA MASJID ALAMAT KET.

1. Masjid Besar Shirathal Cabenge Aktif

Mustaqim

2. Masjid Raodatul Cabenge Aktif

Jannah

3. Masjid Miftahul Khaer Allimbangeng Aktif

4. Masjid Al-Ikhlas Talepu Aktif

5. Masjid Raodatul Talepu Aktif

Jannah

6. Masjid Babul Khaer Cakke Aktif

7. Mushallah SDN 161 Cabenge Aktif

Karya
44

B. HASIL PENELITIAN
1. Bagaimana Klasifikasi Obat Tradisional Untuk Swamedikasi Dalam

Kebudayaan Masyarakat Allimbange Kelurahan Cabenge, Kecamatan

Lilirilau, Kabupaten Soppeng?

Dalam penelitian ini, fokus pada rumusan masalah tentang klasifikasi

obat tradisional untuk swamedikasi dalam kebudayaan masyarakat

Allimbange, yang berada di Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau,

Kabupaten Soppeng. Hal ini penting untuk dipelajari karena penggunaan obat

tradisional masih menjadi praktik yang umum di masyarakat, terutama dalam

pengobatan swamedikasi di daerah-daerah tertentu. Dengan memahami

klasifikasi obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Allimbange,

diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang berguna bagi

pihak-pihak terkait dalam mempromosikan kesehatan masyarakat secara

holistik dan terpadu.

Berdasarkan dari hasil wawancara pada tanggal 20 February 2023

dengan masyarakat Cabenge, Ibu Rita Dewi(Umur 35 Tahun) mengatakan

bahwa:

“Jenis obat tradisional yang digunakan untuk pengobatan sendiri


(Swamedikasi) biasanya saya menggunakan obat tradisional jenis
tumbuhan yang berhasiat sebagai obat, selain natural dapat
mengurangi biaya pengobatan juga dengan menggunakan daun-
daun yang memiliki khasiat untuk penyembuhan. Karena kalau
pengobatan tradisional itu tidak ada efek sampingnya sedangkan
kalau pakai obat dokter bisa menimbulkan ketergantungan dengan
obat tersebut”.
45

Hal yang sama disampaikan oleh informan dalam penelitian ini yaitu

Ibu Tuti salah satu masyarakat cabenge pada tanggal 20 February 2023

mengatakan bahwa:

“Saat ini, pengobatan sendiri (Swamedikasi) dengan obat


tradisional semakin dikenal pada kalangan masyarakat terutama
yang ada di kampung-kampung. Masyarakat memilih untuk
mengobati diri sendiri dengan menggunakan ramuan tradisional.
Kami merasa lebih nyaman menggunakan obat tradisional karena
sudah digunakan oleh turun temurun selama bertahun-tahun. Kami
juga merasa bahwa penggunaan obat tradisional lebih murah dan
mudah diakses daripada obat modern yang dijual di apotek”.

Dari hasil wawancara ini, dapat kita lihat bahwa meskipun pengobatan

sendiri dengan obat tradisional dapat menjadi pilihan yang menarik bagi

beberapa orang dengan alasan tidak memakan biaya dan bahan-bahannya

mudah untuk didapatkan. Tetapi perlu adanya pengetahuan yang cukup

tentang jenis-jenis obat tradisional dan cara penggunaannya yang aman dan

efektif. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

tren pengobatan sendiri dengan obat tradisional dan membantu masyarakat

untuk membuat keputusan yang tepat dalam memilih metode pengobatan

yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ada beberapa klasifikasi bahan pengobatan tradisional tentunya mesti

dilakukan dengan benar dan tepat. Berdasarkan dari hasil Wawancara, 18

Februari 2023 dengan masyarakat Cabenge, Ibu Neng selaku penjual Jamu

(Umur 45 Tahun) Tahun mengatakan bahwa:

“Berdasarkan pengalaman turun-temurun banyak bahan-bahan obat


yang bisa didapatkan dari alam misalnya: Daun sirih, Temulawak,
Jahe, Kunyit, Daun Pare, Daun jambu biji, Sereh, dan Jeruk nipis,
dan banyak lagi bahan-bahan obat tradisional yang lainnya.
Tentunya bahan-bahan ini harus diolah dengan benar dan cukup
46

mudah untuk mengolah obat tradisional ini salah satunya dengan


cara untuk pembuatannya semuanya ditumbuk lalu direbus dan
kemudian disaring airnya, lalu diminum”.

Hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa ada beberapa alasan

masyarakat menggunakan pengobatan tradisional yang Pertama, merupakan

Warisan budaya, Pengobatan tradisional telah menjadi bagian dari warisan

budaya suatu masyarakat. Beberapa orang merasa lebih nyaman

menggunakan pengobatan tradisional karena mereka merasa bahwa ini adalah

bagian dari identitas mereka dan merupakan cara yang lebih alami dan teruji.

Kedua, Ketersediaan bahan Obat tradisional sering kali lebih mudah

ditemukan dan lebih terjangkau daripada obat modern. Masyarakat yang

tinggal di pedesaan atau daerah terpencil seringkali lebih sulit untuk

mengakses obat modern yang terkadang harus didapatkan di apotek atau

rumah sakit. Ketiga, Tidak memiliki efek samping pengobatan tradisional

lebih aman dibandingkan dengan obat modern yang seringkali diketahui

memiliki bahan kimia atau zat tambahan. Keempat, Keyakinan Sebagian

orang percaya bahwa obat tradisional memiliki kekuatan spiritual atau mistis

yang membantu menyembuhkan penyakit atau memberikan perlindungan.

Keyakinan seperti ini seringkali terkait dengan aspek kepercayaan agama atau

kepercayaan lokal. Kelima, Pengalaman Beberapa kelompok masyarakat

merasa bahwa mereka memiliki pengalaman pribadi yang baik dengan

pengobatan tradisional dan telah terbukti efektif dalam menyembuhkan

penyakit mereka atau keluarga mereka. Ini bisa meningkatkan kepercayaan

mereka pada obat tradisional dan membuat mereka lebih memilih pengobatan
47

ini dibandingkan dengan obat modern yang belum pernah mereka coba

sebelumnya.

Tabel 1.6 Klasifikasi Obat Tradisional

NO. NAMA BAHAN KHASIAT

1. Ekstrak Kulit Anti Oksidan

Manggis

2. Daun Sirsak Pengobatan kanker

3. Akar Pinang Untuk menguatkan badan dan penghilang rasa

lelah

4. Temulawak, Kunyit Meningkatkan sistem kekebalan tubuh,

membantu pencernaan, mengurangi

peradangan pada sendi, dan meningkatkan

kesehatan hati.

5. Daun Sirih biasanya digunakan sebagai antiseptik alami

untuk membantu mengatasi infeksi pada mulut,

gigi, tenggorokan, dan saluran kemih. Selain

itu, daun sirih juga diyakini dapat membantu

mengatasi bau badan dan mengurangi rasa

gatal pada kulit.

6. Jahe Mengurangi mual dan muntah, serta membantu

mengatasi masalah pencernaan seperti gas dan

kembung. Selain itu, jahe juga dapat membantu

meningkatkan sirkulasi darah dan membantu


48

mengatasi nyeri pada sendi.

7. Kunyit Mengatasi masalah pencernaan, meningkatkan

sistem kekebalan tubuh, dan membantu

mengatasi peradangan pada tubuh.

8. Daun Pare Membantu mengatasi masalah pencernaan

seperti sembelit, dan meningkatkan kesehatan

hati.

9. Daun Jambu Biji Membantu meningkatkan sistem kekebalan

tubuh, membantu mengatasi diare, dan

membantu mengurangi gejala pilek.

10. Sereh Membantu mengatasi infeksi pada saluran

kemih, serta membantu mengatasi masalah

pencernaan seperti gas dan kembung.

11. Jeruk Nipis Jeruk nipis mengandung vitamin C yang

penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, jeruk nipis juga diyakini dapat

membantu mengatasi batuk dan pilek,

membantu mengatasi masalah pencernaan,

serta membantu mengurangi noda hitam pada

kulit.

Sumber: Dioleh Oleh Peneliti


49

Berdasarkan dari hasil Wawancara, 19 Februari 2023 dengan

masyarakat Cabenge, Ibu Ida selaku pengguna obat tradisional (Umur 54

Tahun) Tahun mengatakan bahwa:

“Dari klasifikasi obat-obat (ramuan) yang telah kami gunakan


hingga hari ini sangat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat
mengobati berbagai macam penyakit, tidak ada efek samping yang
ditimbulkan dari obat tradisional ini, sehingga kami
mengkonsumsinya sebagai obat rutin yang dapat menyembuhkan
segala macam penyakit. Khasiat dari obat tradisional ini sangat
baik. Buktinya banyak orang yang memiliki penyakit akut setelah
mengkonsumsi obat tradisional ada perubahan sehingga kami
percaya pengobatan tradisional ini sangat bermanfaat bagi
kesehatan”.

Hal yang sama disampaikan oleh informan dalam penelitian ini yaitu

Ibu Rita Dewi (Umur 35 Tahun) salah satu masyarakat cabenge mengatakan

bahwa:

“Jenis-jenis obat-obatan tradisional ini biasanya dicampur dengan


berbagai bahan alami lainnya seperti gula aren, santan, kayu manis,
dan akar-akar kayu lainnya hal ini dapat membantu untuk
mengatasi berbagai macam penyakit. Jadi pengobatan sendiri
(Swamedikasi) dengan obat-obatan tradisional dapat mengatasi
beragam penyakit asal kita rajin untuk membuatnya dan
meminumnya”.
Pengobatan tradisional biasanya menggunakan bahan-bahan alami dan

tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan, seperti

yang dapat terjadi pada pengobatan konvensional. Oleh karena itu,

pengobatan tradisional dapat menjadi alternatif yang baik untuk mengatasi

berbagai masalah kesehatan, terutama bagi mereka yang ingin menghindari

obat-obatan kimia atau memiliki kondisi kesehatan tertentu yang membatasi

penggunaan obat-obatan tertentu.


50

Namun, sebaiknya pengobatan tradisional tidak dijadikan satu-satunya

pilihan pengobatan, dan tetap perlu dikonsultasikan dengan dokter atau ahli

kesehatan terlebih dahulu sebelum digunakan. Hal ini penting untuk

memastikan bahwa pengobatan tradisional yang digunakan aman dan sesuai

untuk kondisi kesehatan seseorang, serta untuk memperoleh perawatan yang

optimal dan efektif.

Pengobatan tradisional merujuk pada pengobatan yang telah digunakan

selama berabad-abad oleh masyarakat tertentu untuk mengobati penyakit dan

memelihara kesehatan. Pengobatan tradisional ini biasanya menggunakan

bahan-bahan alami, seperti tumbuhan, akar, dan ramuan yang sudah teruji

keefektifannya oleh pengalaman turun-temurun.Sementara itu, pengobatan

alternatif merujuk pada metode pengobatan yang tidak diakui secara resmi

oleh dunia medis modern. Pengobatan alternatif ini bisa mencakup

pengobatan herbal, akupunktur, pijat, terapi energi, dan lain-lain.

Pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif seringkali dianggap

sebagai suatu kesatuan, karena keduanya menggunakan bahan-bahan alami

untuk mengobati penyakit. Namun, pengobatan alternatif tidak selalu berasal

dari pengobatan tradisional, karena pengobatan alternatif juga dapat

mengambil inspirasi dari metode pengobatan modern yang tidak

konvensional. Dalam beberapa kasus, pengobatan tradisional dan pengobatan

alternatif juga dapat membantu pasien yang mengalami penyakit kronis yang

sulit diobati oleh pengobatan konvensional.Namun, ada juga masyarakat yang

menganggap pengobatan alternatif lebih "alami" dan lebih "aman"


51

dibandingkan dengan pengobatan konvensional, sehingga mereka cenderung

memilih pengobatan alternatif sebagai pengganti pengobatan konvensional.

2. Jenis Penyakit Apa Saja Yang Diobati Dengan Obat Tradisional Oleh

Masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau,

Kabupaten Soppeng Dalam Pengobatan Sendiri?

Obat tradisional merupakan pengobatan yang telah digunakan selama

berabad-abad oleh masyarakat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan

gangguan kesehatan. Penggunaan obat tradisional biasanya berasal dari

pengalaman dan pengetahuan turun-temurun yang telah diwariskan dari

generasi ke generasi.Beberapa obat tradisional telah terbukti efektif dalam

mengobati beberapa penyakit. Sebagai contoh, beberapa tanaman seperti jahe

dan kunyit telah digunakan secara tradisional untuk mengurangi rasa sakit

dan peradangan, dan belakangan ini telah diteliti dan terbukti memiliki sifat

antiinflamasi dan analgesik.

Berdasarkan dari hasil Wawancara, 18 Februari 2023 dengan

masyarakat Cabenge, Ibu Neng selaku penjual Jamu (Umur 45 Tahun) Tahun

mengatakan bahwa:

“Obat-obatan tradisional banyak khasiat makanya kami banyak


menggunakan bahan-bahan herbal sebagai pengobatan misalnya
dapat meredakan pegal-pegal, menurunkan panas saat demam,
dapat memelihara daerah kewanitaan, dapat menjadi obat
kebugaran”.
Hal yang sama disampaikan oleh informan dalam penelitian ini yaitu

Ibu Nasrah (Umur 41Tahun) salah satu masyarakat cabenge mengatakan

bahwa:
52

“Banyak khasiatnya pengobatan bahan-bahan tradisional dapat


menyembuhkan segala macam jenis penyakit dengan obat
tradisionallambung, asam urat,kolesterol, batuk-batuk, rhematik,
diabetes, sakit kepala, dan banyak penyakit lain dapat disembuhkan
dengan obat-obat tradisional”.
Pengobatan tradisional telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai

jenis penyakit, terutama di daerah-daerah di mana akses ke fasilitas kesehatan

modern terbatas. Beberapa jenis pengobatan tradisional seperti akupunktur,

ramuan herbal, dan yoga telah terbukti efektif dalam membantu mengurangi

gejala penyakit tertentu. Meskipun pengobatan modern telah menjadi lebih

umum, pengobatan tradisional masih digunakan oleh banyak orang karena

diyakini dapat membantu mengatasi berbagai jenis penyakit dengan lebih

alami. Meskipun beberapa pengobatan tradisional mungkin tidak memiliki

dukungan ilmiah yang kuat, banyak orang masih memilih untuk mencoba

pengobatan tradisional karena dianggap lebih aman dan memiliki efek

samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan modern.

Pengobatan tradisional dapat menjadi alternatif bagi mereka yang tidak ingin

menggunakan obat-obatan modern atau mencari cara mengatasi penyakit

dengan cara yang lebih alami.

Wawancara bersama Ibu Mastang (Umur 43 Tahun) pada tanggal 22

February 2023, salah satu masyarakat cabenge, mengatakan bahwa:

“Obat-obat herbal sebagai pengobatan tradisional masyarakat bugis


secara umum, dan khususnya di cabenge bahannya di ambil dari
tanaman di kebun para petani, mudah di dapatkan. Penyakit yang
dapat di obati juga seperti penyakit darah tinggi, kurang darah,
struk, rhumatik, dan lambung. Banyak penyakit yang bisa di obati
dengan obat herbal ini, dan tidak memiliki efek samping bagi para
pengkonsumsinya”.
53

Masyarakat di beberapa daerah masih percaya dengan efektivitas obat

tradisional sebagai pengobatan berbagai penyakit. Beberapa obat tradisional

telah digunakan sejak lama dan dianggap sebagai bagian dari warisan

budaya dan tradisi. Banyak orang masih memilih untuk menggunakan obat

tradisional sebagai alternatif. Masyarakat Allimbangeng Kelurahan

Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng salah satunya masih

menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan yang menurut mereka

sangat efektif dalam penyembuhan.

Tabel 1.7Jenis Penyakit

No. Jenis Penyakit yang Dapat di Obati dengan Pengobatan


Tradisional (Masyarakat Allimbangeng)
1. Asam urat

2. Kolesterol

3. Lambung

4. Struk

5. Batuk-batuk

6. Sakit kepala

7. Diabetes

8. Kencing Batu

9. Demam

10. Sakit Gigi

11. Diare

Sumber: Dioleh peneliti dari hasil Wawancara


54

Berbagai jenis penyakit yang dapat di Obati menggunakan pengobatan

tradisional menurut masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge,

Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng. Dari hal tersebut dapat kita lihat

jenis penyakit yang dapat di obati menggunakan pengobatan tradisional

cukup efektif dan dipercayai oleh masyarakat. Hal ini dapat di pengaruhi

oleh asumsi masyarakat bahwa menggunakan obat modern memiliki banyak

efek samping, selain itu harganya yang cukup tinggi, dan kepercayaan

masyarakat yang tinggi terhadap khasiat bahan-bahan herbal yang mudah

untuk di dapatkan dan alami.Ada banyak obat tradisional yang telah

digunakan selama berabad-abad untuk mengobati berbagai penyakit. Obat

tradisional sering kali terbuat dari bahan alami seperti tumbuhan, rempah-

rempah, dan mineral.

Wawancara bersama Ibu Halwatia (Umur 59 Tahun) pada tanggal 22

February 2023, salah satu masyarakat cabenge, mengatakan bahwa:

“Biasanya jika saya terkena diare, saya pakai pucuk daun jambu
biji. Jambu bijinya saya petik langsung di dekat rumah lalu saya
bersihkan kemudian langsung saya makan, dengan cara di kunyah,
bisa juga direbus dan diberikan garam sedikit lalu airnya
diminum”.

Ditambahkan oleh Ibu Nurwati (Umur 51 Tahun) pada tanggal 18

February 2023, salah satu masyarakat cabenge, mengatakan bahwa:

“Betul bahwa daun jambu biji itu sebagai obat diare, terutama daun
jambu biji yang masih muda. Selain itu juga biasanya saya minum
jamuuntuk obat pegal-pegal dan supaya badan saya tetap sehat
bugar. Jamu yang diminum seperti jamu beras kencur”.
55

Banyak masyarakat yang berpendapat bahwa mereka percaya dengan

pengobatan tradisional dengan bahan-bahan herbal dengan mereka

membuktikannya sendiri sebagai pengalaman mereka. Walaupun banyak

pendapat-pendapat lain bahwa penggunaan obat-obat herbal harus sesuai

dengan takaran-takaran atau mengkonsumsinya dengan cara yang benar

serta sesuai dengan hasil penelitian ilmiah.

3. Mengapa Masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan

Lilirilau, Kabupaten Soppeng Masih Menggunakan Obat Tradisional Di

Saat Yang Sama Fasilitas Kesehatan Telah Terjangkau?

Masyarakat memilih obat tradisional sebagai bentuk pengobatan

alternatif yang dianggap lebih alami, lebih mudah diakses, lebih murah, dan

memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat berbahan

kimia. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan obat tradisional sebagai

pengobatan alternatif harus dilakukan dengan hati-hati dan selalu dengan

berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan untuk memastikan keamanan

dan efektivitas pengobatan tersebut.

Wawancara bersama Ibu Neng (Umur 48 Tahun) pada tanggal 18


February 2023, salah satu masyarakat cabenge, mengatakan bahwa:
“Kebanyakan masyarakat yang masih hidup di lingkungan
perkampungan lebih memilih obat tradisional, karena beberapa
alasan yang beragam, di antaranya adalah kepercayaan pada
efektivitas dan keamanannya yang telah teruji dari pengalaman
turun-temurun, ketersediaannya yang mudah dan terjangkau, serta
kecenderungan untuk mempertahankan tradisi dan budaya lokal”.
56

Masyarakat setempat menggunakan pengobatan tradisional dengan

beberapa alasan menurut mereka, salah satunya adalah percaya pada

efektivitasMeskipun tidak selalu didukung oleh bukti ilmiah yang kuat,

beberapa pengobatan tradisional diyakini efektif dalam mengobati berbagai

macam penyakit atau gangguan kesehatan. Beberapa orang memilih

pengobatan tradisional karena mereka telah melihat hasilnya sendiri atau

karena rekomendasi dari orang-orang yang mereka percayai.

Ditambahkan oleh Ibu Nurwati (Umur 51 Tahun) salah satu

masyarakat cabenge, mengatakan bahwa:

“Selain itu, beberapa orang mungkin juga merasa bahwa obat


tradisional lebih alami dan memiliki sedikit atau tidak ada efek
samping yang merugikan seperti pada obat-obatan modern.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa tidak semua obat
tradisional aman atau cocok untuk semua orang, dan konsultasi
dengan tenaga kesehatan yang terlatih sangat penting sebelum
mengonsumsinya”.

Kemudian alasan masyarakat yang lain menggunakan pengobatan

tradisional dengan alasan minimnya efek samping. Beberapa masyarakat

percaya bahwa pengobatan tradisional lebih aman dan memiliki sedikit atau

tidak ada efek samping yang merugikan dibandingkan dengan pengobatan

modern. Mereka juga percaya bahwa pengobatan tradisional lebih alami

karena menggunakan bahan-bahan alami yang dapat ditemukan di alam.

Wawancara bersama Ibu Mastang (Umur 43 Tahun) salah satu


masyarakat cabenge, mengatakan bahwa:
“Alasan utama masyarakat disini menggunakan obat-obat
tradisional atau obat herbal karena mudah untuk di dapatkan dan
tanpa perlu mengeluarkan biaya mahal, tumbuh-tumbuhan obat
banyak bisa kita dapatkan disekitar kebun-kebun petani, Apalagi
kondisi perekonomian masyarakat disini relatif rendah maka,
57

mereka lebih memilih pengobatan tradisional lebih murah dan


dipercayai dapat menyembuhkan penyakit”.

Alasan ketersediaan dan biaya sehingga banyak masyarakat setempat

memilih pengobatan tradisional karena lebih mudah ditemukan dan lebih

terjangkau dari pengobatan modern yang seringkali memerlukan biaya dan

aksesibilitas yang tinggi. Dari beberapa alasan di atas sehingga membentuk

Budaya dan tradisi pengobatan tradisional sering kali diwariskan secara

turun-temurun dalam keluarga atau komunitas tertentu, dan dipercayai

sebagai bagian integral dari identitas budaya mereka. Orang-orang sering

memilih pengobatan tradisional untuk menjaga warisan budaya dan tradisi

mereka.

Pengobatan tradisional telah digunakan oleh masyarakat sejak ribuan

tahun yang lalu sebagai cara untuk mengobati berbagai penyakit dan

gangguan kesehatan. Pada masa lalu, pengobatan tradisional adalah satu-

satunya pilihan yang tersedia bagi masyarakat karena teknologi medis

modern belum ada. Pengobatan tradisional berkembang dari pengalaman

dan pengetahuan yang diperoleh dari praktisi pengobatan tradisional yang

diwariskan dari generasi ke generasi.

Pada saat ini, pengobatan tradisional tetap menjadi pilihan untuk

banyak orang di seluruh dunia karena berbagai alasan. Pertama, pengobatan

tradisional seringkali memiliki sejarah dan budaya yang kaya, yang

diwariskan dari generasi ke generasi. Kedua, pengobatan tradisional

seringkali mudah ditemukan dan lebih terjangkau daripada pengobatan

modern yang seringkali memerlukan biaya dan aksesibilitas yang tinggi.


58

Ketiga, beberapa orang percaya bahwa pengobatan tradisional lebih aman

dan memiliki sedikit atau tidak ada efek samping yang merugikan

dibandingkan dengan pengobatan modern. Terakhir, pengobatan tradisional

juga dapat memberikan keuntungan tambahan, seperti mempertahankan

tradisi dan budaya lokal, serta meningkatkan rasa kepercayaan diri dan

kemandirian individu.

Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan tradisional tidak

selalu aman atau efektif untuk semua kondisi kesehatan, dan konsultasi

dengan tenaga medis yang terlatih selalu disarankan sebelum memilih

pengobatan apa pun. Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi medis

modern, pengobatan tradisional dapat dikombinasikan dengan pengobatan

modern untuk memberikan perawatan yang terintegrasi dan terbaik bagi

penderita penyakit.

Berdasarkan dari hasil Wawancaradengan pada tanggal 20 February

2023, salah satu masyarakat Cabenge, Ibu Tuti (umur 44 tahun) mengatakan

bahwa:

“Biasanya masyarakat juga selain memikirkan biaya pengobatan


modern seperti di klinik atau rumah sakit, masyarakat juga
kurangnya percaya pada sistem medis modern, beberapa orang
mungkin memiliki pengalaman buruk dengan sistem medis
modern, merasa tidak mendapat perawatan yang cukup atau tidak
merasa nyaman dengan prosedur medis modern.beberapa kasus,
mereka mungkin memilih pengobatan tradisional sebagai alternatif
yang lebih baik”.

Memilih pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan modern

adalah hak setiap individu dalam menentukan cara mengobati dirinya

sendiri. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua pengobatan tradisional


59

aman atau efektif untuk semua kondisi kesehatan. Oleh karena itu, penting

bagi masyarakat untuk berkonsultasi dengan tenaga medis terlatih sebelum

memilih pengobatan apa pun, baik pengobatan tradisional maupun modern.

Selain itu, beberapa pengalaman buruk dengan sistem medis modern

mungkin saja terjadi, namun hal ini tidak dapat digeneralisasi dan tidak

boleh menghalangi masyarakat untuk mencari perawatan kesehatan yang

berkualitas dan aman.

Pengobatan tradisional terkadang dianggap lebih ramah lingkungan

karena bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam dan tidak

menimbulkan limbah berbahaya seperti yang sering terjadi pada pengobatan

modern. masyarakat merasa lebih nyaman dan familiar dengan pengobatan

tradisional karena telah mempraktikannya sejak lama dan menurunkannya

dari generasi ke generasi.Pengobatan tradisional seringkali lebih mudah

diakses oleh masyarakat pedesaan yang jauh dari fasilitas medis modern.

Masyarakat percaya bahwa pengobatan tradisional dapat membantu

memperbaiki keseimbangan energi dalam tubuh dan memperkuat sistem

kekebalan tubuh secara alami. Pengobatan tradisional seringkali mencakup

pendekatan holistik yang lebih komprehensif dalam menangani kesehatan,

termasuk aspek fisik, emosional, dan spiritual.

C. PEMBAHASAN
Pembahasan tentang penggunaan obat tradisional untuk swamedikasi

pada masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau,

Kabupaten Soppeng dapat meliputi penjelasan mengenai jenis-jenis obat

tradisional yang paling banyak digunakan untuk swamedikasidan alasan


60

mengapa masyarakat memilih obat tradisional sebagai pilihan utama untuk

mengatasi masalah kesehatan. Selain itu, pembahasan juga dapat mencakup

tinjauan pustaka tentang teori-teori terkait penggunaan obat tradisional dan

swamedikasi, serta kelemahan dan rekomendasi penelitian lebih lanjut. Hasil

penelitian juga dapat dibahas dalam konteks budaya dan kearifan lokal

masyarakat, serta implikasi praktis dari hasil penelitian bagi masyarakat dan

dunia kesehatan. Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Pada rumusan masalah pertama ini membahas tentang Klasifikasi Obat

Tradisional Untuk Swamedikasi Dalam Kebudayaan Masyarakat Allimbange

Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng:

Banyak generasi telah mengetahui bahwa alam menyediakan banyak

bahan obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam

penyakit. Beberapa contoh bahan obat tersebut adalah daun sirih, temulawak,

jahe, kunyit, daun pare, daun jambu biji, sereh, dan jeruk nipis.

Klasifikasi obat tradisional dalam masyarakat Allimbangeng yaitu

menggunakan tanaman berkhasiat obat diantaranya daun sirih, temulawak,

jahe, kunyit, daun pare, daun jambu biji, sereh, dan jeruk nipis merupakan

beberapabahan obat tradisional yang dapat membantu menyembuhkan berbagai

macam penyakit.Menggunakan bahan-bahan obat alami seperti daun sirih,

temulawak, jahe, kunyit, daun pare, daun jambu biji, sereh, dan jeruk nipis

telah menjadi bagian dari pengobatan tradisional yang turun-temurun. Bahan-

bahan tersebut dipercaya dapat membantu menyembuhkan berbagai macam


61

penyakit dengan cara yang lebih alami dan tidak menimbulkan efek samping

yang berbahaya.

Alam telah menyediakan bahan-bahan obat tradisional yang turun-

temurun digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit. Beberapa

bahan obat alami yang terkenal seperti yang telah dijelaskan dalam hasil

penelitian ini. Hingga saat ini masih digunakan untuk membantu

menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dalam rumusan masalah pertama

ini memberikan temuan hasil penelitian bahwa klasifikasi obat tradisional

hampir semuanya berasal dari tumbuhan yang tersedia dan mudah untuk di

temukan di lingkungan sekitar kita.

Pada rumusan masalah kedua ini membahas tentang Jenis Penyakit Apa

Saja Yang Diobati Dengan Obat Tradisional Oleh Masyarakat Allimbangeng

Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng Dalam

Pengobatan Sendiri:

Cabenge merupakan salah satu daerah di mana masyarakat Bugis masih

sering menggunakan obat-obat herbal sebagai pengobatan tradisional. Bahan-

bahan untuk membuat obat herbal tersebut diambil dari tanaman yang tumbuh

di kebun para petani di sekitar daerah tersebut ataupun ditanam warga sendiri

di pekarangan rumahnya. Masyarakat Bugis telah lama menggunakan obat-

obat herbal sebagai pengobatan tradisional.

Salah satu keunggulan pengobatan tradisional ini adalah mudah

didapatkan. Banyak penyakit yang dapat disembuhkan dari pengobatan

tradisional ini sebagai upaya swamedikasi seperti penyakit yang dapat diobati
62

dengan obat herbal ini meliputi darah tinggi, kurang darah, stroke, rheumatik,

asam urat, lambung, kolesterol, batuk-batuk, sakit kepala, diabetes, kencing

batu, demam, sakit gigi, diare. Dari hasil penelitian ini jenis penyakit yang

dapat disembuhkan melalui pengobatan tradisional menurut masyarakat

Allimbangeng, Cabenge. Tetapi semua hasil penelitian ini perlu untuk di tes

secara ilmiah, karena penelitian ini hanya meliputi pendapat masyarakat

mengenai pengobatan tradisional dengan upaya swamedikasi.

Pada rumusan masalah ketiga ini membahas tentang Alasan Masyarakat

Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng

Masih Menggunakan Obat Tradisional Di Saat Yang Sama Fasilitas Kesehatan

Telah Terjangkau:

Dalam hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa alasan

mengapa masyarakat masih menggunakan pengobatan tradisional. Alasan

pertama adalah karena pengobatan tradisional merupakan warisan budaya suatu

masyarakat yang telah menjadi bagian dari identitas mereka dan dianggap

sebagai cara yang lebih alami dan teruji. Alasan kedua adalah ketersediaan

bahan obat tradisional yang lebih mudah ditemukan dan lebih terjangkau

daripada obat modern, terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan atau

daerah terpencil. Alasan ketiga adalah karena pengobatan tradisional dianggap

lebih aman dan tidak memiliki efek samping yang sering terkait dengan

penggunaan obat modern yang mengandung bahan kimia atau zat tambahan.

Alasan keempat adalah keyakinan beberapa orang bahwa obat tradisional

memiliki kekuatan spiritual atau mistis yang membantu menyembuhkan


63

penyakit atau memberikan perlindungan, yang terkait dengan aspek

kepercayaan agama atau kepercayaan lokal. Alasan kelima adalah pengalaman

pribadi yang baik dengan pengobatan tradisional, di mana beberapa kelompok

masyarakat merasa bahwa pengobatan tradisional telah terbukti efektif dalam

menyembuhkan penyakit mereka atau keluarga mereka, yang dapat

meningkatkan kepercayaan mereka pada obat tradisional dan membuat mereka

lebih memilih pengobatan ini dibandingkan dengan obat modern yang belum

pernah mereka coba sebelumnya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Setelah diuraikan secara menyeluruh mengenaiPenggunaan Obat

Tradisional Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat Allimbangeng Kelurahan

Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Klasifikasi Obat Tradisional Untuk Swamedikasi Dalam Kebudayaan

Masyarakat Allimbange Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau,

Kabupaten Soppengdalam konteks swamedikasi atau disebut sebagai

pengobatan mandiri. Memahami jenis-jenis obat tradisional yang

digunakan,dan bagaimana masyarakat mengklasifikasikan obat tradisional

tersebut dalam kebudayaan mereka. Adapun klasifikasi obat yang digunakan

oleh masyarakat setempat baik yang dedaunan serta biji-bijian seperti daun

sirih, jeruk nipis, temulawak, jahe, kunyit, sereh, daun pare, kulit manggis,

daun sirsak, akar pinang, dan daun jambu biji. Dengan demikian,

masyarakat menjadikan bahan-bahan obat tradisional tersebut menjadi

pengobatan swamedikasi. Klasifikasi bahan obat-obatan tradisional ini

menjadi pilihan masyarakat karena alami, tanpa adanya efek samping. Hal

ini menunjukkan bahwa masyarakat di Allimbange mengandalkan obat-

obatan tradisional sumber pengobatan mereka sebagai upaya swamedikasi.

2. Adapun Jenis penyakit yang dapat di obati dengan obat tradisional Oleh

Masyarakat Allimbangeng Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau,

Kabupaten Soppeng dalam pengobatan sendiri Faktor-faktor yang

64
65

memengaruhi pemilihan pengobatan masyarakat di daerah tersebut dan

dapat memberikan wawasan yang berguna dalam pengembangan upaya

kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Adapun penyakit yang dapat

diobati melalui pengobatan tradisional ini seperti Asam urat, Kolesterol,

lambung, Struk, Batuk-batuk, sakit kepala, diabetes, kencing batu, demam,

sakit gigi, dan diare. Hasil penelitian dapat menjadi acuan bagi pemerintah

dan tenaga kesehatan untuk mengembangkan pendekatan yang lebih baik

dalam mempromosikan penggunaan pengobatan modern di daerah tersebut,

serta memperkuat penggunaan obat tradisional secara aman dan efektif

sebagai bentuk pengobatan yang komplementer.

3. Adapun faktor yang mempengaruhi serta alasan masyarakat Allimbangeng

Kelurahan Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng masih

menggunakan obat tradisional di saat yang sama fasilitas kesehatan telah

terjangkauMasyarakat memilih obat tradisional sebagai warisan budaya

turun-temurun, bentuk pengobatan alternatif yang dianggap lebih alami,

bahannya lebih mudah untuk di dapatkan karena telah disediakan oleh alam,

lebih mudah untuk dibuat serta tidak perlu mengeluarkan biaya, dan tidak

memiliki efek samping yang lebihdibandingkan dengan obat berbahan

kimia, serta pengobatan tradisional terkadang dianggap lebih ramah

lingkungan karena bahan-bahan yang digunakan berasal dari alam dan tidak

menimbulkan limbah berbahaya seperti yang sering terjadi pada pengobatan

modern.
66

IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa implikasinya Perlu

adanya upaya edukasi dan promosi tentang penggunaan obat tradisional secara

aman dan efektif sebagai bentuk swamedikasi di masyarakat Allimbangeng.

Hal ini penting untuk memastikan bahwa masyarakat menggunakan obat

tradisional dengan benar dan tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya

bagi kesehatan.Pentingnya keterlibatan tenaga kesehatan dan pemerintah

setempat dalam mengedukasi dan memberikan informasi tentang penggunaan

obat modern yang terjangkau dan berkualitas di wilayah tersebut. Hal ini dapat

membantu meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan

keamanan penggunaan obat modern, serta mengurangi ketergantungan pada

obat tradisional.

SARAN

Sehubungan dengan kesimpulan yang disebutkan diatas maka beberapa

saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang

memengaruhi penggunaan obat tradisional di masyarakat Allimbangeng,

sehingga dapat ditemukan solusi yang tepat dalam mempromosikan

penggunaan obat modern yang efektif dan terjangkau di wilayah tersebut.

Penelitian tentang keselamatan dan efek samping penggunaan obat

tradisional untuk swamedikasi pada masyarakat Allimbangeng Kelurahan

Cabenge, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng.


67

2. Pentingnya peran masyarakat dalam menjaga keberlanjutan penggunaan

obat tradisional di wilayah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan

mempromosikan budaya penggunaan obat tradisional yang aman dan teruji,

serta melakukan upaya konservasi dan pengembangan tanaman obat yang

ada di wilayah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Afrisal. (2015). Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya


MendukungPenggunaan Kualitatif Dlam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta:
Rajawali Pers.
Bambang, Mursino. (2009). Sehat Usia Lanjut dengan Ramuan Tradisional.
Jakarta: Penebar Sedaya.
Bungin, B. (2012). Analisis Data Penelitian Kualitatis.Jakarta: Rajawali Pers.
Diamond, J. (2017). The Word Until Yesterday. Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Fitriani. (2011). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fortes/Anderson. (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI-Pers.
Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan praktek. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ian, C. (1986). Teori-teori Sosial Moderen. Jakarta: CV. Rajawali.
Irma Nurtiana Syafitri, Ika Ratna Hidayati, & Liza Pristianty. (2017). Hubungan
Tingkat Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Parasetamol Rasional dalam
Swamedikasi. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(1), 19–
26.
Jacob, & agoes . (1996). Antropologi kesehatan indonesia, jilid 1. Jakarta: JCG.
Jumiarni, W. O., & Komalasari, O. (2017). Inventory of Medicines Plant As
Utilized By Muna Tribe in Kota Wuna Settlement. Majalah Obat
Tradisional, 22(1), 45. https://doi.org/10.22146/tradmedj.24314
Junaidi Ghoni, dan F. A. (2017). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Kuswanto. (2009). Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran.
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sambara, Jefri. & Ni Nyoman Yuliani. (2016). PEMANFAATAN TANAMAN
OBAT TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT KELURAHAN MERDEKA
KECAMATAN KUPANG TIMUR 2016 Jefrin Sambara, Ni Nyoman Yuliani,
Maria Yuniati Emerensiana.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta.
Sulasmono. (2010). Praktik Kefarmasian. Bandung: PT Radika Afitama.
Sunggono, B. (2002). Metode Penelitian Hukum. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada.

68
69

Tengke, A. W. & A. N. (2007). Orang Soppeng, Orang Beradab: Sejarah, Silsilah


Raja-raja dan Objek Wisata. Makassar: Pustaka Refleksi.
Tjay, T. H. & K. R. (1993). Swamedikasi, Cara Mengobati Gangguan Sehari-hari
Dengan Obat Sederhana. Jakarta: PT Elex Media Computindo.
Widjayanti, N. (1998). Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius.
Wina, S. (2015). Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Prenadamedia Group.
70

LAMPIRANA :
PERSURATAN
71

1. Usulan Judul Penelitian


72

2. Persetujuan Judul Dan Pembimbing


73

3. Pengesahan Judul Skripsi dan Pembimbing


74

4. Permohonan Undangan Seminar


75

5. Undangan Ujian Seminar Proposal


76

6. Lembar Pengesahan Proposal


77

7. Permintaan Izin Fakultas Melaksanakan Penelitian


78

8. Surat Izin Penelitian dari DPMPTSP Provinsi Sulawesi Selatan


79

9. Surat Izin Penelitian DPMPTSP Kabupaten Soppeng


80

LAMPIRAN B :
INSTRUMEN PENELITIAN
81

1. Daftar Nama-Nama Informan


1. Nama : Nasrah
Umur : 41 9. Nama : Tuti 44
Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 43
Pekerjaan : Ibu Rumah Jenis Kelamin : Perempuan
tangga Pekerjaan : Ibu Rumah
tangga
2. Nama : Mastang
Umur : 43 10. Nama : Gusnawati
Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 58
Pekerjaan : Guru Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah
3. Nama : Rita Puspita tangga
Umur : 35
Jenis Kelamin : Perempuan 11. Nama : Rusdi
Pekerjaan : Guru Umur : 58
Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Nama : Nurwati Pekerjaan : Tukang
Umur : 51 Kayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah 12. Nama : Hajerah
tangga Umur : 55
Jenis Kelamin : Perempuan
5. Nama : 54 Ida Pekerjaan : Ibu Rumah
Umur : 61 tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : ibu rumah 13. Nama : Jumarna
tanga Umur : 60
Jenis Kelamin : Perempuan
6. Nama : Neng Pekerjaan : Guru
Umur : 45
Jenis Kelamin : Perempuan 14. Nama : Mariani
Pekerjaan : Penjual Jamu Umur : 56
Jenis Kelamin : Perempuan
7. Nama : Halwatia Pekerjaan : Ibu Rumah
Umur : 59 tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :Ibu Rumah 15. Nama : Bansuhari
tangga Umur : 58
Jenis Kelamin : Perempuan
8. Nama : Baharuddin Pekerjaan : Ibu Rumah
Umur : 44 tangga
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Penjual Ikan
82

2. DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA


No. Rumusan Masalah Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana klasifikasi obat 1. Apakah Bapak/ibu pernah menggunakan obat
tradisional tradisional?
untukswamedikasi dalam 2. Apa yang ibu/bapak rasakan menggunakan obat
kebudayaan masyarakat tradisional sebagai pengobatan swamedikasi?
Allimbange Kelurahan 3. Bapak/ibu tahu obat-obat tradisional, atau
Cabenge, Kecamatan tumbuhan herbal yang digunakan pengobatan
Lilirilau, Kabupaten swamedikasi?
Soppeng? 4. Apa saja obat/tumbuhan herbal yang digunakan
sebagai pengobatan swamedikasi pada masyarakat
disini?
5. Bagaimana bapak/ibu tahu jika tumbuhan dan
dedaunan itu dapat menjadi pengobatan tradisional?
6. Bagaimana cara pembuatan atau pengolahan bahan-
bahan obat tersebut untuk dapat diminum?
7. Apa yang bapak/ibu rasakan setelah mengkonsumsi
obat-obat herbal tersebut sebagai pengobatan?
2. Jenis penyakit apa saja yang 1. Penyakit apa saja yang dapat diobati dari bahan-
diobati dengan obat bahan herbal yang telah di olah tersebut?
tradisional oleh masyarakat 2. Apakah ada dampak yang bapak/ibu rasakan
Allimbangeng Kelurahan selama mengkonsumsi obat herbal tersebut?
Cabenge, Kecamatan 3. Seberapa efektif penggunaan obat herbal ini
Lilirilau, Kabupaten sebagai pengobatan swamedikasi?
Soppeng dalam pengobatan 4. Apakah ada bukti orang yang menggunakan
sendiri? pengobatan tradisional sembuh dari penyakit yang
di deritanya?
5. Bapak/ibu mendapat pengetahuan dari mana bahwa
penggunaan obat tradisional dapat menyembuhkan
berbagai penyakit?
3. Mengapa masyarakat 1. Apa saja alasan bapak/ibu menggunakan obat
Allimbangeng Kelurahan herbal sebagai pengobatan swamedikasi?
Cabenge, Kecamatan 2. Apakah bapak ibu tahu dampak dan efek samping
Lilirilau, Kabupaten menggunakan obat herbal ini tanpa arahan tenaga
Soppeng masih kesehatan?
menggunakan obat 3. Seberapa rutin bapak/ibu mengkonsumsi obat-obat
tradisional di saat yang herbal yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ini?
sama fasilitas kesehatan 4. Mengapa bapak ibu memilih pengobatan tradisional
telah terjangkau? sedangkan pelayanan kesehatan sudah cukup
banyak di daerah ini?
5. apakah bapak ibu tidak takut akan
dampakmengkonsumsi obat herbal ini tanpa arahan
dari tenaga kesehatan?
83

LAMPIRANC :
DOKUMENTASI
84

DOKUMENTASI WAWANCARA

Gambar 1,Wawancara dengan Ibu Mastang (Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2, Wawancara dengan Ibu Nasrah (Dokumentasi Pribadi)


85

Gambar3, Wawancara dengan Ibu Rita (Dokumentasi Pribadi)

Gambar4, Wawancara dengan Ibu Nuerwati (Dokumentasi Pribadi)


86

Gambar 5, Wawancara dengan Ibu Petta Ida (Dokumentasi Pribadi)

Gambar6,Wawancara dengan Mba Neng (Dokumentasi Pribadi)


87

RIWAYAT HIDUP

Sulfiana Basri, Lahir di Soppeng pada tanggal 7 Juli 1997.


Anak Pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Basri
dan Ibu Hajerah. Peneliti mulai menjejakkan dunia Pendidikan
di Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 107 Allimbangeng dan
tamat pada tahun 2009. Kemudian pada tahun yang sama,
peneliti melanjutkan sekolah ke Tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Lilirilau, dan tamat pada
tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama, peneliti melanjutkan sekolah ke
tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Liliriaja dan mengambil
jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hingga tamat pada tahun 2015. Pada tahun
2016 Peneliti melanjutkan Pendidikan kejenjang perguruan tinggi dan berhasil
diterima sebagai mahasiswi pada program studi Pendidikan Antropologi Fakultas
Ilmu Sosial pada waktu itu melalui jalur SBMPTN. Pada tahun 2019
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Enrekang Sulawesi Barat,
serta melaksanakan Praktek Pengalaman lapangan (PPL) di SMP Negeri 7 Satap
Maiwa.

Anda mungkin juga menyukai