Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan Panduan Penyelenggaraan Program
Kesehatan Indera.
Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B disusun
sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan Program Hepatitis B bagi tenaga
kesehatan yang bekerja di Puskesmas Putat Jaya .
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah terlibat dalam menyusun panduan ini,dan kami menyadari
panduan ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya kami mengharapkan semoga Panduan Penyelenggaraan Program
Deteksi Dini Hepatitis B dapat memberi manfaat bagi pelaksanaan kegiatan
program Puskesmas Putat Jaya.


Surabaya, Januari
2021

Penyusun

1 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I DEFINISI........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................4
1.2 TUJUAN.......................................................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum :.....................................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus :....................................................................................................4
1.3 DEFINISI OPERASIONAL.........................................................................................5
BAB II RUANG LINGKUP.......................................................................................................6
2.1 UPAYA DETEKSI DINI HEPATITIS B.....................................................................6
BAB III TATA LAKSANA........................................................................................................7
3.1 PROMOSI KESEHATAN............................................................................................9
3.2 SURVEILANS KESEHATAN.....................................................................................8
3.3 DETEKSI DINI .........................................................................................................11
3.3 PENATALAKSANAAN KASUS .............................................................................13
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

2 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


BAB I
DEFINISI

1.1 LATAR BELAKANG


Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja.
Puskesmas Putat Jaya sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ada
di Kota Surabaya bertanggung jawab menyelenggarakan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) Essensial dan Pengembangan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.
Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil adalah langkah awal
pencegahan penularan hepatitis B secara vertikal, yaitu penularan dari ibu
kepada anaknya pada saat proses persalinan (kelahiran). Oleh sebab itu
Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Sub. Direktorat Penyakit
Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencernaan melalui Permenkes No. 52 Tahun
2017 mencanangkan target untuk deteksi dini Hepatitis B yang ditularkan
secara vertikal dari ibu ke anaknya pada tahun 2019 ini sebanyak 70 %. Dimana
untuk target ini meningkat setiap tahunnya, untuk tahun 2018 ditargekan
sebanyak 60 %.

Agar program Deteksi Dini Hepatitis B ini dapat dikelola,baik dari aspek
manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat
yang mencakup promotif,preventif dan kuratif,rehabilitasi,maka diperlukan
suatu pedoman Penyelenggaraan Deteksi Dini Hepatitis B di Puskesmas Putat
Jaya. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi petugas puskesmas dalam
pelaksanaan program Deteksi Dini Hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas.

3 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Sebagai panduan dan acuan bagi tenaga kesehatan dalam
menyelenggarakan Program Deteksi Dini Hepatitis B di wilayah kerja
Puskesmas Putat Jaya.
1.2.2 Tujuan Khusus :
1 Menyelenggarakan Program Deteksi Dini Hepatitis B sesuai standar
profesi dan standar operasional prosedur.
2 Menyelenggarakan Program Deteksi Dini Hepatitis B melalui upaya
kesehatan berbasis masyarakat secara efektif dan effisien.
3 Melakukan evaluasi Program Deteksi Dini Hepatitis B secara
berkesinambungan melalui pencatatan, pelaporan dan monitoring hasil
kegiatan.

1.3 DEFINISI OPERASIONAL


1.3.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan


upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
1.3.2 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan


menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,
kelompok dan masyarakat.
1.3.3 UKM Pengembangan adalah upaya kesehatan masyarakat yang telah

ditentukan program dan cakupannya di seluruh Puskesmas di Indonesia.


Upaya-upaya ini ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
pada 5 aspek mendasar kesehatan yang paking berkaitan satu dengan yang
lain
1.3.4 Deteksi Dini Hepatitis B adalah deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil

dan orang yang berisiko tinggi melalui pemeriksaan darah dengan


menggunakan tes cepat (RDT) HBsAg.

4 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


1.3.5 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau ketrampilan melalui


pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
1.3.6 Kader Kesehatan adalah setiap orang yang dipilih oleh masyarakat dan

dilatih untuk menangani masalah kesehatan perorangan atau masyarakat


serta bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pemberi
pelayanan kesehatan.
1.3.7 SPM adalah Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

1.3.8 PKP (Penilaian Kinerja Puskesmas) adalah suatu proses yang objektif

dan sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan


informasi untuk menentukan seberapa efektif dan efisien pelayanan
Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil
kinerja/ prestasi Puskesmas.

5 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 UPAYA DETEKSI DINI HEPATITIS B


2.1.1 Tujuan :
1. Meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam Deteksi
Dini Hepatitis B
2. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi Ibu hamil
dan orang yang berisiko
2.1.2 Sasaran : Seluruh masyarakat pada umumnya yang
memeriksakan kesehatannya di Puskesmas Putat Jaya.

6 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


BAB III
TATA LAKSANA

Tatalaksana Deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dan Risti dilakukan secara
menyeluruh melalui berbagai tahapan pencegahan yaitu
promotif,preventif,kuratif dan rehabilitatif.

3.1 Promosi Kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan dilaksanakan dengan strategi advokasi,


pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan, yang ditujukan untuk:

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat deteksi dini

penularan Hepatitis B secara inklusif terpadu dalam pelayanan


antenatal sejak awal kunjungan pemeriksaan trimester pertama (K1).
2. Meningkatkan pengetahuan dan tanggung jawab ibu hamil sampai

menyusui, pasangan seksual, keluarga, dan masyarakat perihal


kesehatan dan keselamatan anak, termasuk perilaku hidup bersih dan
sehat serta pemberian makanan pada bayi.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk turut serta menjaga

keluarga sehat sejak dari kehamilan.

Dalam kegiatan promosi kesehatan, dipastikan tersosialisasikannya


peraturan dan pedoman ini bagi setiap ibu hamil, masyarakat, dan pelaksana
serta pengambil kebijakan di setiap jenjang pemerintahan, dengan cara sebagai
berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan, peran dan tanggung jawab tenaga


kesehatan pada umumnya dalam menjamin kelahiran anak yang sehat
dan bebas dari penyakit serta ancaman kecacatan dan kematian.
2. Meningkatkan peran dan tanggung jawab penyelenggara pelayanan

kesehatan dalam memenuhi standar pelayanan, standar prosedur


operasional.

Secara khusus pesan promosi kesehatan yang utama bagi ibu hamil yaitu:
7 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B
1. Ibu hamil dan bayi yang dikandungnya berhak tetap sehat dan makin

sehat.
2. Pelayanan antenatal terpadu 10 T bermanfaat bagi kesehatan ibu hamil

dan bayi yang dikandungnya.


3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak.

4. Deteksi dini penyakit baik menular maupun tidak menular wajib

ditangani secara dini pada ibu hamil.


5. Rujukan dan pendampingan dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk

memastikan kehamilan berlangsung dengan baik dan janin yang


dikandung sejahtera.
6. Masyarakat dapat mendukung secara pribadi ataupun kelompok agar

setiap ibu/perempuan hamil tetap sehat.

3.2 Surveilans Kesehatan

Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan


terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan
informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan
secara efektif dan efisien.

Penyelenggaraan surveilans kesehatan merupakan prasyarat program


kesehatan, dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menyediakan informasi
tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya serta masalah
kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya secara objektif,
terukur, dapat diperbandingkan antar waktu, antar wilayah, dan antar kelompok
masyarakat sebagai bahan pengambilan keputusan. Secara institusional
kesehatan, pemantauan wilayah setempat perlu dilakukan secara
berkesinambungan sehingga dapat memberikan informasi mengenai besaran
masalah, faktor risiko, endemisitas, patogentas, virulensi dan mutasi, kualitas
pelayanan, kinerja program serta dampaknya agar dilakukan respon tindak
lanjut dengan cepat. Pengambilan keputusan sebagai respons cepat
mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik, keamanan dan
potensi dampak yang dapat terjadi berbasis indikator keberhasilan program.
8 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B
Dalam program Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak, populasi
utama target surveilans kesehatan adalah populasi ibu hamil di wilayah kerja
setiap tahun secara berkesinambungan. Surveilans kesehatan pada program
Eliminasi Penularan ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan, pelaporan,
dan analisis terhadap data ibu hamil dan anak yang terinfeksi Hepatitis B yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan Eliminasi Penularan. Pencatatan,
pelaporan, dan analisis data tersebut dapat menggunakan sistem informasi.

Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan, dalam melakukan analisis


data mengacu pada indikator kegitan Eliminasi Penularan yang dibuat
berdasarkan lingkup dalam Eliminasi Penularan. Indikator kegiatan Eliminasi
Penularan tersebut terdiri atas indikator program kesehatan ibu dan
anak/kesehatan keluarga, program pencegahan dan pengendalian Hepatitis
Virus khususnya Hepatitis B. Indikator kegitan Eliminasi Penularan tersebut
sebagai berikut:

Cara menghitung
No Indikator Sumber data
dan
pelayanan
manfaat indikator
1. Cakupan ibu Jumlah ibu hamil Kartu/kohort
hamil yang yang dites dibagi ibu dan
dideteksi dini jumlah sasaran ibu Register
Hepatitis B hamil, dikali 100% Pelayanan
Antenatal
(Proporsi ibu Angka ini (KIA/Kesga);
hamil dites menggambarkan Register
HBsAg saat kualitas DDHB
ANC) pelayanan
KIA/Kesga dan
kontribusi terhadap
penemuan kasus
HBV

9 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


Angka ini dapat
digunakan untuk
menghitung
kebutuhan
reagen/logistik
2. Proporsi ibu Jumlah ibu hamil Register
hamil hep B yang dites dan hasil Pelayanan
positif positif di bagi jumlah Antenatal;
ibu hamil yang Register
diperiksa Hepatitis B DDHB
saat ANC, dikali
100%

Angka ini dapat


digunakan untuk
menghitung
kebutuhan HBIg
3. Proporsi ibu Jumlah ibu hamil Register
hamil hep B positif hep B yang di DDHB
positif rujuk dibagi jumlah
mendapat ibu hamil yang
tatalaksana Hepatitis B, dikali
(diRujuk) 100%
4. Proporsi bayi Jumlah bayi baru Register
baru lahir dari lahir dari ibu Pelayanan
ibu Hepatitis B Hepatitis B dibagi Antenatal/
jumlah bayi lahir PNC/KF;
pada periode waktu Kartu/kohort
yang sama, dikali bayi (KN);
100% Register
DDHB
5. Proporsi bayi Jumlah bayi baru Register
baru lahir dari ibu lahir dari ibu hep B Pelayanan

10 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


Hepatitis B yang yang mendapat HB0 Antenatal/
mendapat HB0 dan HBIg <24 jam PNC/KF;
dan HBIg kurang dibagi jumlah bayi Kartu/kohort
dari 24 jam lahir dari ibu bayi (KN);
Hepatitis B pada Register
periode waktu yang DDHB
sama, dikali 100%
6. Proporsi bayi usia Jumlah bayi usia 9- Kartu/kohort
9- 12 bulan dari 12 bulan dari ibu Balita;
ibu Hepatitis B Hepatitis B yang Register
yang diperiksa diperiksa Hepatitis B DDHB
hep B virologis (virologis dan/atau
atau serologis serologis) dibagi
dengan jumlah bayi
yang lahir dari ibu
Hepatitis B, dikali
100%
7. Proporsi bayi Jumlah bayi usia 9- Kartu/kohort
terinfeksi 12 bulan terinfeksi Balita;
Hepatitis B Hepatitis B dibagi Register
bayi usia 9-12 bulan DDHB
lahir dari ibu
terinfeksi Hepatitis B
yang diperiksa, dikali
100%

3.3 Deteksi Dini

Deteksi dini adalah upaya untuk mengenali secepat mungkin gejala,


tanda, atau ciri dari risiko, ancaman, atau kondisi yang membahayakan.
Deteksi dini, skrining, atau penapisan kesehatan pada ibu hamil dilaksanakan
pada saat pelayanan antenatal agar seorang ibu hamil mampu menjalani

11 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, serta melahirkan bayi yang
sehat dan berkualitas.

Deteksi dini dilakukan sejak masa konsepsi hingga sebelum mulainya


proses persalinan, sifatnya wajib melalui pelayanan antenatal terpadu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mewujukan deteksi
dini yang paripurna maka dilakukan:

1. Deteksi dini kehamilan dalam pelayanan antenatal terpadu berkualitas

dan lengkap dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di setiap fasilitas


pelayanan kesehatan.
2. Deteksi dini risiko infeksi Hepatitis B dilakukan melalui pemeriksaan

darah paling sedikit 1 (satu) kali pada masa kehamilan.

Adapun langkah – langkah deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil di UPTD
Puskesmas Putat Jaya adalah sebagai Berikut :
1. Dokter atau bidan menerima ibu hamil.
2. Dokter atau bidan menjelaskan kepada ibu hamil tentang penyakit hepatitis
B.
3. Dokter atau bidan memberikan surat pengantar pemeriksaan ke
laboratorium.
4. Ibu hamil melakukan pemeriksaan darah untuk deteksi dini hepatitis B.
5. Ibu hamil menyerahkan hasil dari labolatorium kepada petugas KIA.
6. Dokter atau bidan menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium kepada ibu
hamil.
7. Dokter atau bidan melakukan tindak lanjut sesuai hasil pemeriksaan
laboratorium.
A. HbSAg non Reaktif
a) Ibu hamil melakukan ANC rutin sesuai jadwal.
B. HbSAg Reaktif
a) Dokter atau bidan melakukan KIE kepada ibu hamil.
b) Dokter akan merujuk ibu hamil ke Rumah Sakit untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
c) Dokter atau bidan memberikan penjelasan bahwa bayinya
mendapatkan HBIg gratis.

12 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


d) Ibu Hamil melakukan ANC sesuai jadwal.

Pemeriksaan laboratorium sebagai deteksi dini Eliminasi Penularan


dilakukan secara inklusif bersama pemeriksaan rutin lainnya yang dilakukan
pada ibu hamil sesuai dengan T8 pada pelayanan antenatal terpadu lengkap.
Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil dan bayinya merupakan misi negara
sehingga ditetapkan sebagai standar bagi setiap ibu hamil di fasilitas
pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun masyarakat/swasta.

Deteksi dini Hepatitis B dilaksanakan dengan tes cepat (rapid diagnostic


test). Untuk menjamin hasil pemeriksaan yang akurat, setiap hasil yang reaktif
pada deteksi dini wajib dirujuk kepada dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) untuk penegakan diagnosis. Puskesmas dengan sarananya harus
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit,
kondisi kesehatan, atau faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan
dan masyarakat. Penyelenggaraan laboratorium puskesmas berdasarkan
kondisi dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap
berprinsip pada pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya.
Untuk menjamin keberlangsungan program Eliminasi Penularan maka kualitas
baku mutu pemeriksaan laboratorium menjadi pilar utama deteksi dini dan
konfirmasi diagnosis untuk intervensi program kesehatan.

Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan, persalinan, dan nifas


merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan antenatal untuk
identifikasi risiko dan komplikasi. Pemeriksaanlaboratorium tersebut
dilakukan sesuai dengan beberapa hal sebagai berikut:

A. Alat – alat yang disiapkan :


1. Form permintaan laboratorium

2. Form hasil pemeriksaan laboratorium

3. Alat pemeriksaan HBsAg

4. Spuit 3 ml

5. Alcohol swab

6. Pipet tetes

13 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


7. Tabung pemeriksaan

8. APD

9. Buku register hasil pemeriksaan laboratorium

10. Alat tulis

B. Bahan :
1. Darah yang diperiksa (specimen)

C. Langkah – langkah Pemeriksaan :


1. Petugas laboratorium menerima dan mengkaji form permintaan
pemeriksaan laboratorium.
2. Petugas laboratorium melakukan identifikasi pasien.
3. Petugas laboratorium melakukan Inform Concern.
4. Petugas laboratorium menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Petugas laboratorium menggunakan APD.
6. Petugas laboratorium mengeluarkan strip test pemeriksaan dari
bungkusnya.
7. Petugas laboratorium memberikan label identitas pasien pada strip test.
8. Petugas laboratorium mengambil darah menggunakan spuit 3 ml, lalu
masukkan ke tabung pemeriksaan.
9. Petugas laboratorium memasukkan 100µ sampel serum, plasma atau
whole blood ke dalam sampel area menggunakan pipet tetes.
10.Petugas laboratorium menginterpretasikan hasil dalam 20 menit.
11.Petugas laboratorium melepaskan sarung tangan.
12.Petugas laboratorium mencatat hasil pemeriksaan pada buku register
laboratorium dan blanko hasil pemeriksaan.
13.Petugas laboratorium mencuci tangan.
14.Petugas laboratorium memberikan hasil pemeriksaan kepada dokter.

D. Cara Membaca Validitas Hasil Pemeriksaan


1. Hasil valid apabila garis kontrol keluar garis/dot.

2. Hasil invalid apabila garis kontrol tidak keluar, maka pemeriksaan harus

14 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


diulang.
3. Hasil dinyatakan reaktif atau positif jika terdapat dua garis yaitu garis

kontrol dan garis hasil.


E. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium:
Pada Hepatitis B adanya HBsAg secara kualitatif pada penggunaan
RDT HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) disebut darah reaktif Hepatitis
B.

3.4 Penatalaksaan Kasus

Apabila ibu hamil terinfeksi Hepatitis B maka dilakukan penanganan


kesehatan melalui tata laksana medis, asuhan keperawatan, dan asuhan
kebidanan sesuai kebutuhan. Tatalaksana medis, asuhan kebidanan, dan
asuhan keperawatan pada ibu hamil terinfeksi Hepatitis B dilakukan sesuai
dengan tata laksana keprofesian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

a. Penatalaksanaan pada Ibu hamil

1. Bila hasil pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi reaktif, maka

pasien dirujuk ke rumah sakit yang telah mampu melakukan


tatalaksana Hepatitis B dan C terdekat.
2. Penanganan selanjutnya sesuai SOP rumah sakit rujukan

3. Pembiayaan secara mandiri, atau menggunakan BPJS atau asuransi

lainnya.
4. Hasil pemeriksaan, penanganan dan rekomendasi tim ahli di rumah

sakit rujukan dikirim ke puskesmas yang merujuk untuk umpan balik


(feedback).
5. Bila hasil deteksi dini hepatitis B di puskesmas nonreaktif, maka

pemeriksaan anti-HBs untuk mengetahui ada tidaknya antibodi.


6. Bila hasil pemeriksaan HbsAg dan anti-HBs non- reakif, maka

dianjurkan vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali secara mandiri.

b. Penatalaksaan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B reaktif

1. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang hepatitis B (HbsAg) reaktif,

maka dianjurkan agar diberikan Hepatitis B Immunoglobulin


(HBIg), vitamin K, vaksinasi hepatitis B hari ke-0 (HB 0) diberikan
15 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B
sesegera mungkin kurang dari 24 jam setelah kelahiran, diikuti
vaksinasi hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi
nasional.
2. Setelah bayi berusia di atas 9 bulan, perlu dilakukan pemeriksaan

HbsAg dan anti-HBs pada bayi tersebut.

c. Penatalaksanaan bayi yang dilahirkan dari Ibu dengan hepatitis B non-

reaktif

Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan hepatitis B non- reaktif, maka
diberikan vitamin K dan HB 0 sesegera mungkin (dianjurkan agar
diberikan kurang dari 24 jam) setelah kelahiran, diikuti vaksinasi
hepatitis B berikutnya sesuai jadwal program imunisasi nasional.

Selain tata laksana medis, asuhan kebidanan, dan asuhan keperawatan,


pada ibu hamil baik yang negatif maupun positif terinfeksi Hepatitis B juga
dilakukan konseling. Pada pelayanan antenatal maupun pemeriksaan
laboratorium Hepatitis B, pemberitahuan hasil pemeriksaan laboratorium sama
seperti pada pemeriksaan laboratorium pada umumnya yaitu dilakukan oleh
yang meminta pemeriksaan, disertai penjelasan atas hasil pemeriksaan disertai
dengan rencana tindak lanjut disebut konseling kesehatan pasca tes.
Penyampaian hasil tes dan konseling kesehatan diberikan secara individual
sesuai ketentuan. Konseling pada ibu hamil yang negatif maupun positif
terinfeksi Hepatitis B dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Konseling Kesehatan Untuk Ibu Hamil Hepatitis B


1) Pesan mempertahankan hasil tetap negatif, pencegahan agar tidak

terinfeksi di kemudian hari.


2) Anjuran masuk kelas ibu hamil.

3) Ajakan agar pasangan juga diperiksa Hepatitis B.

4) Jadwalkan untuk tes ulang bila ada IMS, atau termasuk populasi

berisiko.
5) Hindari perilaku berisiko.

b. Konseling Untuk Ibu Hamil Positif Hepatitis B:

16 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


1) Kepatuhan pengobatan

2) Pilihan cara persalinan.

3) Pilihan pemberian makanan bayi.

4) Penanganan pada bayi.

5) Penurunan faktor risiko penularan Hepatitis B.

6) Penanganan bagi pasangan seksualnya.

7) Imunisasi pada bayi dari Ibu Hepatitis B

Setiap bayi dari ibu Hepatitis B wajib dilakukan imunisasi dengan


jadwal imunisasi seperti telah ditetapkan, terutama untuk jadwal Imunisasi
Hepatitis yaitu HB0,1,2,3. Keberhasilan Eliminasi Penularan Hepatitis B dari
ibu ke anak bukan semata-mata terlindungi dengan pemberian HBIg saat lahir
tetapi lebih merupakan kombinasi dengan imunisasi.

17 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi merupakan pekerjaan mengumpulkan,menyusun dan


mencatat semua aktifitas kegiatan dalam Program Deteksi Dini Hepatitis B.
Dengan berprinsip ‘’Mencatat Yang Anda Kerjakan Dan Kerjakan Yang Anda
Catat” maka semua kegiatan harus didokumentasikan dengan baik.
Dokumentasi bertujuan untuk menyediakan informasi,menyediakan alat
bukti yang akurat tentang kegiatan serta sebagai bahan untuk melakukan
peningkatan serta perbaikan kinerja program.Dokumentasi dapat berupa
pencatatan di buku kegiatan,buku bantu,laporan kegiatan,register,form
kegiatan,dokumentasi gambar dan sebagainya.
Sistem pendokumentasian dalam Program Deteksi Dini Hepatitis B adalah
sebagai berikut :
1. Pencatatan di Form ANC
2. Laporan Bulanan
3. Pencatatan melalui aplikasi SIHEPI offline dan online

18 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5559);

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penanggulangan


Hepatitis Virus;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi


Penularan Human Immunideficiency Virus, Sifilis dan Hepatitis B dari
Ibu ke Anak;

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/322/2019 tentang


Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana
Hepatitis B;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan


Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1113);

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 tahun 2014 tentang Penangulangan


Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1755);

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Pelayan Kesehatan masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, dan Pelayanan
Kesehatan Seksual

19 Panduan Penyelenggaraan Program Deteksi Dini Hepatitis B

Anda mungkin juga menyukai