Anda di halaman 1dari 2

Koneksi antar materi modul 3.

Setiap guru sesungguhnya adalah pemimpin, minimal menjadi pemimpin pembelajaran


di dalam kelasnya. Sebagai pemimpin guru, harus dapat melakukan kerja-kerja pengelolaan
sumber daya kelas/ sekolah yang ada. Pengelolaan sumber daya (aset) sesungguhnya
merupakan giat bijak dan bajik. Bukan semata-semata sebagai tindakan regulatif, tetapi lebih
dari itu merupakan ikhtiar apresiasi terhadap seluruh sumber daya potensial dan faktual
komunitas yang secara nyata ketika dikelola sebaik-baiknya akan mendongkrak produktifitas
komunitas secara signifikan. Di dalam kelas, sekolah maupun masyarakat sekitar dalam rangka
misi pengelolaan sumber daya, guru harus melakukan langkah-langkah: Berkomunikasi/
berkolaborasi dg seluruh stack holder, menginventaris aset yang ada, mengklasifikasi aset
berdasarkan daya gunanya, merancang skenario pemanfaatan aset yang disesuaikan dengan
visi perubahan yang diinginkan/ diimpikan, serta konsisten mendorong terciptanya perubahan.

Pengelolaan sumber daya (aset yang ada) secara baik akan berdampak positif pada
peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat difahami, aset komunitas (kelas) merupakan
kekayaan familiar yang pada dasarnya secara fisik sudah berkarib dengan murid. Misal
pengelolaan sumber daya manusia (guru, dll), lingkungan geografis: iklim, kesuburan tanah,
taman dll ketika dihidup berdayakan secara tepat maka pasti akan berimplikasi pada perbaikan
mutu pembelajaran secara langsung.

Keberadaan guru sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sangat berkaitan
dengan pandangan KHD tentang filosofi pendidikan, contoh sederhananya dapat dilihat dalam
narasi pratap trilokanya. Di 3 posisi tersebut, jelas bahwa guru adalah pemimpin sekaligus aset
yang mengelola dan memberdayakan aset komunitas yang ada. Begitu pun dengan visi guru
penggerak yang intinya adalah mewujudkan tipologi pelajar pancasila jelas sangat berhubungan
dengan pengeloaan sumber daya, contoh rillnya dimensi gotong royong, berkebhinnekaan
global dll nyata adalah sebentuk agenda pengelolaan sumber daya. Begitu pula, dengan
coaching yang memang nyata adalah seperangkat mekanisme dan pendekatan pemberdayaan
yang bervisi pengelolaan aset.

Banyak pencerahan yang didapatkan setelah mempelajari modul ini, yang paling
signifikan adalah paradigma pengelolaan sumber daya berbasis aset yang dipandang jauh lebih
produktif dan konstruktif. Point ini adalah pengetahuan dan referensi paradigmatik baru bagi
saya secara pribadi, sebelumnya saya memilki cara pandang terbalik (pengelolaan sumber
daya) dengan pendekatan berbasis kekurangan.

Seluruh pemikiran baru yang ada sedikitnya telah saya imbas bagikan ke warga sekolah
secara umum. Ada pengharapan besar pengelolaan komunitas berbasis aset akan menjadi
paradigma kolektif komunitas yang berujung pada peningkatan mutu sekolah dalam segala
aspek.

Anda mungkin juga menyukai