Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

PERKEMBANGAN STUDI HADIS DI INDONESIA

OLEH:
ASTI
30700121030

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
PERKEMBANGAN STUDI HADIS DI INDONESIA

Abstrak
Artikel ini membahas mengenai perkembangan ilmu hadis di Indonesia.
Dalam artikel ini menjelaskan mengenai keterlambatan kajian hadis di Indonesia
dalam kurun waktu yang Panjang, seperti perkembangan masuknya ilmu hadis yang
bermula di abad ke XX. Dalam perkembangannya diceritakan fenomena kajian hadis
yang menunjukkan adanya perkembangan, hadis yang menunjukkan kemajuan dari
sisi kuantitas dan kualitas. Hingga pendapat yang berargumen mengenai kemajuan
ilmu hadis yang dibuktikan dengan munculnya program studi Ilmu Hadis, terdapat
buku dan penelitian yang membahas ilmu hadis, terobosan baru yang telah
ditemukan. Karena itu fenomena baru tentang pengkajian Hadis di Indonesia
diproyeksikan memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang.

Abstract
This article discusses the development of hadith science in Indonesia. This
article explains the delay in the study of hadith in Indonesia over a long period of
time, such as the development of the entry of hadith science which began in the 20th
century. In its development, the phenomenon of hadith studies shows progress, hadith
shows progress in terms of quantity and quality. Until the opinions that argue about
the progress of hadith science are proven by the emergence of the Hadith Science
study program, there are books and research that discusses hadith science, new
breakthroughs have been found. Because of this, the new phenomenon of Hadith
study in Indonesia is projected to have promising prospects in the future.
PENDAHULUAN
Umat beragama Islam menyepakati bahwa sunnah Nabi atau Hadis
merupakan sumber ajaran umat islam selain al-Qur’an. Hadis memiliki empat alasan
normatif hingga disebut sebagai sumber ajaran yaitu pertama, terdapat ayat al-Qur’an
yang berisikan perintah untuk umat Islam agar taat pada peraturan Nabi Muhammad.
Kedua, sunnah Nabi adalah bentuk dari penyampaian risalah dari Tuhan. Ketiga, ayat
– ayat al-Qur’an menyebutkan bahwa Muhammad merupakan berbicara yang
sumbernya dari Tuhan. Dan Keempat, dalam al-Qur’an terdapat ayat yang
menegaskan bahwa umat Islam taat dan beriman kepada Nabi Muhammad.
Berdasarkan keempat ayat tersebut maka disimpulkan bahwa sunnah meruapakan
sumber ajaran Islam, namun dalam metode untuk mendapatkan hadis sebagai sumber
ajaran, umat Islam melakukannya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda
dan terkait dengan asumsi dasar, perbedaan peran dan fungsi Nabi dalam sejarah
ditafsirkan dengan pandangan dan metode yang berbeda1. Sebagai salah satu dari
sumber ajaran umat Islam, dalam memahami ilmu hadis harus dilakukan dengan cara
yang bertanggung jawab, baik dan benar, hal ini disebabkan karena hadis mempunyai
dampak eskatologis, yang bersangkutan dengan keselamatan dunia dan juga di
akhirat2
Beberapa waktu belakangan para ulama menyebutkan bahwa hadis di
Indoneisa memiliki perkembangan yang dan kemajuan yang pesat dilihat dari aspek
kuantitas maupun kualitas. Dugaan tersebut terlihat dari semakin banyaknya studi
ilmu hadis yang diajakrakn diberbagai UIN atau IAIN di Indonesia. Ilmu hadis
banyak berkembang dan tertuang dalam kurikulum dan silabusnya, banyaknya judul-
judul skripsi, tesis, disertasi, dan buku-buku yang diterbitkan tentang ilmu hadis, Saat
ini ilmu hadis tidak lagi bersifat konvensional, tetapi sudah menemukan terobosan-
terobosan baru dengan materi yang segar, filosofis dan sosiologis, khususnya setelah
1
Tasfir. 2007. Kajian Hadis Di Indonesia Sejarah dan Pemikiran. STAIN ponoroge Press.
hal 1
2
Buchari M, Metode Pemahaman Hadis (Sebuah Kajian Hermeneutik) (Jakarta: Nuansa Madani,
1999), hal 8.
tahun 2000-an. Imu hadis mulai dibahas oleh para ulama pada abad ke-14 dengan
membahas mengenai perkemabangan ilmu modern dari persentuhan dunia Islam
dengan dunia Barat3, sehingga perlunya pengkajian lebih lanjut mengenai proses
pembakuan ilmu hadis tanpa harus menghilangkan otensitas spritualitas oleh
perubahan kehidupan masyarakat modern dalam era teknologi dan informasi yang
begitu cepat. Dalam beberapa generasi yang telah lewat, terdapat ayat-ayat hadis yang
sepertinya susah untuk dipahami karena kata – kata yang terdapat dalam redaksi
hadist tersebut sulit untuk dipahami karena penggunaan bahasanya yang asing dan
sulit untuk dipahami karena berada dalam konteks redaksi tertentu (gharīb) maupun
karena dipandang bertentangan satu sama lainnya (mukhtalīf)4.
Berdasarkan penjelasan diatas maka fenomena tentang pengkajian ilmu Hadis
di Indonesia menarik untuk diteliti, dianalisa, dan diproyeksikan ke masa depan. dan
menjadi pokok pembahasan mengenai bagaiman perkembangan ilmu hadis di
Indonesia, bagaimana prospek ilmu hadis di masa depan? dan apa yang menjadi
tantangan dan problematika bagi perkembangan kajian Hadis ke depan dan
solusinya?

PEMBAHASAN
Perkembangan Studi Hadis Di Indonesia
Penyebaran agama Islam di Indonesia merupakan salah satu peristiwa
kejadian yang bersejarah di Indonesia. Pada jaman dulu, para pedang muslim yang
ada di wilayah Indonesia selama beberapa abad sebelum Islam menjadi agama yang
mapan dalam masyarakat lokal. Perkembangan ilmu hadis di Indonesia terjadi pada
abad XVII-XVIII yang memberikan gambaran mengenai perkembangan hadis yang
belum berkembang dan belum tersusun secara teoritis. Menurut Azyumardi, tiga
ulama yang berperan dalam mengembangkan kajian hadis dan melakukan
3
Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998), hal 53.
4
Jamāl al-Dīn Muḥammad ibn Mukarram ibn Mandhūr al-Afriqī al-Mishrī, Lisān al-‘Arab (Beirūt:
Dār Fikr, 1990), Jilid IX, hal 91.
pembahruan Gerakan Islam di Nusantara pada abad ke XVII yaitu Nuruddīn al-
Raniri, Abd al-Ra’uf al-Sinkili, dan Muhammad Yusuf al-Maqassari.
Penyebaran ilmu hadis diIndonesia diperkiran pada abad ke 13 dengan kondisi
yang cukup memprihatikan, hal ini dikarenakan kurangnya menimbulkan persepsi
yang kurang baik bagi sejarah intelektual Islam di Indonesia. Padahal, dalam
sejarahnya, dinamika intelektual umat Islam sebelum abad ke-19 M memiliki
intensitas yang cukup tinggi5
Upaya dari penelusuran mengenai perkembangan sejarah hadis di Indonesia
belum dilakukan secara sistematis hal ini disebabkan karena adanya beberapa
permasalahan seperti kenyataan bahwa kajian hadis intens kajian di keislaman yang
lain, seperti al-Qur’an, fikih, akhlak dan sebagainya. kajian hadis bisa dikatakan
berkembang sangat lambat, terutama bila dilihat dari kenyataan bahwa para ulama
Nusantara telah menulis di bidang hadis sejak abad ke-17. Namun demikian, seperti
terlihat kemudian, tulisan-tulisan tersebut tidak dikembangkan lebih jauh. Kajian
hadis setelah itu mengalami kemandekan hampir satu setengah abad lamanya. Untuk
itulah, perhatian para pengamat terhadap kajian hadis Indonesia masih sangat kurang.
Kalaupun ada pengamat yang menaruh perhatian, perhatiannya masih parsial dan
tidak komprehensif.
Pada pertengahan abad ke-19, banyak sekali anak-anak muda dari Jawa yang
tinggal menetap beberapa tahun di Makkah dan Madinah untuk memperdalam
pengetahuan mereka. Bahkan banyak di antara mereka menjadi ulama yang terkenal
dan mengajar di Makkah atau di Madinah. Karena para ulama dari Jawa ini akhirnya
turut aktif dalam alam intelektualisme dan spritiualisme Islam yang berpusat di
Makkah, mereka juga mempengaruhi perubahan watak Islam di Nusantara. Dan
dengan makin kuatnya keterlibatan mereka dalam kehidupan intelektual dan spritual
Timur Tengah, Islam di Nusantara, dan semakin jelas di Jawa, makin kehilangan
sifat-sifatnya yang lokal dan titik beratnya pada aspek tarekat semakin berkurang.

5
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII
(Bandung: Mizan, 2004), hal 201-206.
Dalam beberapa literatur menjelaskan tentang perkembangan hadis pada abad
ke 19 dan abad 20, dari beberapa literatur yang membahas hal tersebut karya-karya
hadis di Indonesia lebih banyak bersifat pengantar dari pada pembahasan, apalagi
yang bersifat analisa. tanpa ada sedikit informasi dalam menjelaskan hal-hal pokok
yang berkaitan dengan hadis. Dalam hal mengkaji lebih banyak dominan dalam
mengkaji hadi yang sesungguhnya dibandingkan masuk pada katergori karya, kajian
sejarah masih lebih dominan dibahas dari pada kajian hadis.
pada abad XX karakteristik kajian dimulai dan kajian tersebut masih bersifat
individual, Pada abad XXI dilakukan rekontruksi ilmu hadis dalam bidang
pemahamanhadis atau fiqh al-hadith. Para pengkaji hadis pada abad XXI adalah
Muhammad Syuhudi Ismail, Said Agil al-Munawar, Ali Musthafa Ya’qub, Lutfi
Fathullah, Kamarudin Amin, Daniel Djuned, Edi Safri, Buchari M, Daud Rasyid
Sitorus, Nizar Ali, dan lain-lain. Seluruh karya yang ditulis oleh pemerhati hadis di
Indonesia, dari awal sampai sekarang, baik yang bersifat utuh maupun yang berupa
makalah-makalah yang sudah diterbitkan dan terjemahan-terjemahan, dapat dilihat
secara jelas corak pemikiran mereka6

Prospek Kajan Hadis Ke Depan


Jika dilihat dari peningkatan kajian hadis dapat dikatakan bahwa kajian hadis
memiliki kemajuan yang dilihat dari kuantitas dan kualitas Hal itu karena hadis yang
lahir dan berkembang dibeberapa perguruan tinggi. Dan semakin banyaknya prodi
yang berkembang untuk membahas mengenai kajian di bidang hadis. Para alumni IH
tentunya berkompeten menjadi dosen, guru dan pengajar Hadis dan ilmunya.
Dibanding dengan tahun 1980-an, ketika TH dibuka dosennya sangat kurang. Pada
waktu itu, dosen pembimbing skripsi takhrîj Hadis saja sulit ditemukan, namun
sekarang keadaan sudah berbeda dimana haids tidak susah ditemukan, hal Ini adalah

6
Saputra, H. (2017). Genealogi Perkembangan Studi Hadis di Indonesia. AL QUDS:
Jurnal Studi Alquran dan Hadis, 1(1), hal 65
satu bukti nyata atas kemajuan yang jelas bagi perkembangan kajian Hadis di
Indonesia. Dan jika dilihat dari aspek kualitas, judul-judul skripsi, tesis, disertasi
sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern yang bertujuan memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat. Karena itu, juduljudul itu tidak lagi berputar
dalam tema-tema yang konvensional.
Jika dilihat dari peningkatan aspek metodologi dan pendekatan dalam
mengkaji eksistensi hadis, pemahaman hadis sudah berkembang dan bervariasi. hal
ini disebabkan karena terjadinya interaksi yang intens antara metodologi yang ada
dengan metodologi yang muncul dari kalangan islam sendiri. Semakin kedepan
semakin diperikiran akan muncul metode-metode baru dalam pengkajian hadis
walaupun metode-metode yang akan muncul tidak selamanya terjamin akan sejalan
dengan maqâshid syar‘iyah (tujuan hakiki dari syariah) oleh karena metodologi yang
muncul ada yang bebas nilai, ada yang tidak bebas nilai. Metodologi yang memiliki
nilai bebas secara keseluurhan mendukung maqâshid syar‘iyah dan bisa tidak.. Untuk
metodelogi yang tidak bebas nilai terbagi atas dua yaitu nilai yang sesuai dengan
ajaran Islam dan nilai yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. contohnya ketika nas
Alquran dan Hadis berhadapan dengan akal secara lahiriah, kadang-kadang nas bisa
ditakwil atau diinterpretasi dengan pendapat akal, jika akal yang dijadikan dasar
takwil tidak bebas nilai, yaitu nilai iman dan Islam.
Apabila hadis bertentangan dengan akal yang tidak bebas nilai namun
nilainya adalah nilai sekunder dan atheis maka nas tidak boleh ditakwil dan
diinterpretasi berdasarkan pendapat akal. Perkembangan metodologi yang diharapkan
merupakan metodologi yang terikat dengan nilai islam dan islam contohnya seperti
metode kontekstual, hermeneutika, dan livingHadis yang bebas nilai dan bebas
menafsirkan nas Hadis oleh orang yang tidak menguasai bahasa Arab, tidak
menguasai asbâb al-wurûd, tidak menguasai usul fikih, dan tidak mengenal ilmu
syariat, penafsirannya bisa menyimpang dari maqâshid syarî‘ah.

Problematika dan Solusi Dalam Perkembangan Kajian Hadis


Dalam berkembangnya kajian hadis tidak lepas dari adanya permasalahan –
permasalahan dan tantangan yang terjadi. Beberapa permasalahan dan tantangan yang
terjadi yaitu:7
- Inkar sunna dan terdapat pendapat yang menolak Sunnah berupaya dalil nakli
dan dalil akli. dalam Al-Qur’an ditafsirkan secara terpisah dari ayat lain dan
hadis-hadis sesuai dengan keinginan mereka, seperti ayat yang artinya: “tidak
kewajiban atasmu kecuali menyampaikan,” “Alquran penjelasan bagi segala
sesuatu,” dan “Kami tidak luputkan dari Alquran sesuatu pun.” Dalil akli
mereka adalah hadis telah membuat perpecahan, hadis qath‘i, dan orang yang
pandai bahasa Arab untuk memahami Alquran tidak perlu keterangan orang
lain. Dalil-dalil mereka ini tidak benar. Sebab, Alquran lengkap meliputi
berbagai aspek kehidupan, tapi secara global dan umum. Salat, puasa, zakat
dan haji tidak bisa dilaksanakan tanpa adanya penjelasan detail dari Hadis.8
- Orientasi dan pemikiran ornag – orang yang berpikir pemikiran barat itu benar
secara teori dan pemikiran ulama hadis tidak kuat. padahal teori yang
dikembangkan orientalis berbeda dengan teori yang diterapkan di kalangan
ulama Hadis. Teori orientalis berpegang pada yang tertulis, sementara teori
ulama hadis berdasarkan hapalan dan tulisan. Metode ulama hadis bersifat
tidak bebas nilai yaitu nilai keimanan dan ke isleman sedangkan metode
orientalis bersifat bebas niali. Metode bebas nilai terdapat penolakan terhadap
hadis tentang wujud Tuhan, Malaikat, Surga dan Neraka, dan Hadis-Hadis
eskatologis lainnya. Hal-hal gaib hanya bisa diterima dengan metode tidak
bebas nilai, yaitu nilai iman dan Islam.
- Pendekatan denga nilai dalam mengkaji hadis memiliki penolakan sebahagian
eskatologis.

7
Wahid, R. A., & Masri, D. (2019). Perkembangan Terkini Studi Hadis di
Indonesia. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. 42(2), hal 275-277

8
Kassim Ahmad, Hadis Ditelanjangi: Sebuah Re-evaluasi Mendasar atas Hadis (t.t.p: Trotoar, 2006).
- Dalam Fiqih Rakyat, sebuah teks membawa kemaslahtan, status, hadis dan
dijadikan sebagai sumber hukum yang punya hak mentakhshish atau
ditakhshish, menasakh atau dinasakh, dan hak-hak lain secara penuh
sebagaimana diatur dalam usul fikih. Tolok ukur esensi bergantung terhdapa
setiap orang dan penilaian teori ini karena secara langsung mendorong karya
ulama Hadis yang terdiri dari ratusan ribu jilid atau lebih, karena dengan ini
semua itu sudah tidak berguna. Artinya, semua karya ulama mengenai ilmu-
ilmu Hadis, takhrij Hadis, ilmu Rijal al-Hadis, kritik sanad dan matan, dan
berbagai ilmu tentang Hadis tidak diperlukan lagi. Konsekuensi yang
dihasilkan oleh teori ini sangat fatal.
- Hermeneutika yang berarti penafsiran terhadap dokumen tertulis. Setiap
penafsiran yang dilakukan siapa saja dipandang sah. Penafsir dalam hal ini
bebas siapa saja tanpa syarat dan tanpa rambu-rambu mencakup semua ayat
dan Hadis, termasuk ayat dan hadis tentang iman dan ibadah. Pandangan
seperti ini, termasuk pandangan bebas nilai dan tanpa batas yang akan
mengabaikan nilai iman.
- Pemahaman kaku yang membuat timbulnya keresahan masyarakt seperti
adanya pemahaman hadis isbal, hadis jenggot, dan haramnya maulid Nabi dan
berbagai event Islam karena dipandang bid‘ah dhalâlah yang dapat
menyebabkan masuk neraka.
- pemahaman tentang kontekstual dan teori living hadis yang tidak memiliki
persyaratan dan tidak terbatas bagi penafsirnya. Living hadis yang berarti
penjelmaan Hadis dalam bentuk kepercayaan dan pengamalan yang sudah
mengkristal dalam masyarakat. Pada hadis sahih dan hasil penelitian living
hadis memiliki penjelasan yang bertentangan dari para ulama. tampaknya
teori living Hadis yang seperti ini perlu disempurnakan dengan batasan dan
persyaratan penguasaan ilmu-ilmu syariat bagi penganjurnya.
Dalam mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan yang terjadi seperti diatas
maka dapat dilakukan penafsiran cara untuk mengatasi tantangan dan ekses – ekses
yang timbul sebagai berikut, yaitu: 9
- penguatan akidah, yaitu bahwa hadis menjelaskan operasional terhadap
alquran. alquran yang menjelaskan ayat-ayatnya yang bersifat mujmal dan
‘amm, mutlak berhajat kepada penjelasan. Penjelasan terhadap Alquran yang
paling absah adalah Hadis. Dalam al-Qur’an berkali-kali menjelaskan bahwa
orang Mukmin memperpegangi penjelasan Hadis Nabi. Keberadaan Hadis
Nabi dalam sejarah tidak sepanjang masa dalam bentuk tertulis, akan tetapi
dalam bentuk hapalan yang disampaikan secara berantai. Teori- teori yang
bertumpu terhadap sejarah hadir harus mutlak untuk dipertimbangkan hapalan
karena dalam hapalan terbukti dalam sejarah islam
- usaha dalam menjadi eksistensi hadis yang dilakukan dengan usaha khusus
seperti pengadaan lembaga-lembaga kajian Hadis, pusat-pusat pelatihan dan
penghapalan Hadis dan mengembangkan ilmu-ilmu hadis yang dibangun oleh
para ulama.
- Pengembangan ilmu oksidentalisme. Dalam mengkaji perbandingan agama,
kembangkan teori hanya mencari persamaan dan perbedaan, sehingga tidak
boleh menilai mana yang autentik dan mana yang rasional. Oleh karena
menilai itu akan menimbulkan ketegangan dan ketidakharmonisan
antarpemeluk agama. Orang – orang yang tidak mempecayai hadis boleh
menilai autensitas Alquran dan Hadis, namun sebagai umagt Islam tidak boleh
menyelidiki asal usul kitab suci atau mencela agama lain. Menurut pakar
Islam sepatutnya umat Islam untuk patuh saja kepada teori-teori, dan
menerimanya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka yang memandang remeh

9
Wahid, R. A., & Masri, D. (2019). Perkembangan Terkini Studi Hadis di
Indonesia. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. 42(2), hal 277-278
banyak yang bermental pecundang sehingga paling tinggi ia berani bersikap
defensif, tidak dinamis sehingga oksidentalisme tidak berkembang, sementara
orientalisme berkembang dan tidak sedikit pakar Islam yang menjadi agennya.

KESIMPULAN
Perkembangan hadis di Indoneisa terjadi secara bertahap dari keaddan hadis
yang tidak masuk kurikulum hingga hadis banyak digunakan, dipelajari dalam
perguruan tinggi seperti sarjana, pascasarjana, dan jenjang S3, banyaknya skripsi,
tesis dan disertasi yang membahas mengenai hadis dengan ragam judul yang menarik.
Metode dan pendekatan yang diterapakan dalam karya-karya sarjana dan
dipublikasikan dalam buku menunjukkan perkembangan dan kemajuan hadis di
Indonesia. Dalam perkembangannya juga hadis didasarkan keepada kondisi dan
factor-faktor tertentu dan perkembangan hadis tidak lepas dari tantangan dan ekses-
ekses yang timbul atau muncul dalam masa perkembangan hadis

DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra. 1998 Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu.

Azyumardi Azra. 2004. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII &XVIII (Bandung: Mizan)

Buchari M. 1999. Metode Pemahaman Hadis (Sebuah Kajian Hermeneutik) (Jakarta:


Nuansa Madani)

Kassim Ahmad. 2006. Hadis Ditelanjangi: Sebuah Re-evaluasi Mendasar atas Hadis
(t.t.p: Trotoar).

Jamāl al-Dīn. 1990. Muḥammad ibn Mukarram ibn Mandhūr al-Afriqī al-Mishrī,
Lisān al-’Arab. Beirūt: Dār Fikr,

Saputra, H. (2017). Genealogi Perkembangan Studi Hadis di Indonesia. AL QUDS:


Jurnal Studi Alquran dan Hadis, 1(1), 41-66.

Tasfir. 2007. Kajian Hadis Di Indonesia Sejarah dan Pemikiran. STAIN ponoroge
Press.

Wahid, R. A., & Masri, D. (2019). Perkembangan Terkini Studi Hadis di


Indonesia. MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman. 42(2), 263-280.

Anda mungkin juga menyukai