Anda di halaman 1dari 10

Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019)

DIGITALISASI HADIS
(Studi Hadis di Era Digital)

Siti Syamsiyatul Ummah


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto Sleman Yogyakarta
Email: zenjafa.keai@gmail.com

Abstract
As the second sourceof Islamic teaching after the Qur’an, the study of the hadis continued
to be developed increasingly against the rapidly growing age of technology marked by the
development of technology as one of the tools of information and communication in the
global era. Accordingly, hadis were developed to balance and adapt to the present digital
age. Access to the hadis that used to be obtained manually has now been accessed through
the internet software/ applications. As the Maktabah Syamilah, the Lidwa Pusaka, the
Jawami’ al-Kalim and so on. With this development, it is expected that society in special
millennial generations use the software provided as the digitization forms of the hads to be
used as best possible. So the essence of hadis doesn’t fade or fade in the midst of today’s
modern society.
Keywords: Hadith And Digital

Abstrak
Sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an, kajian mengenai studi hadis terus
dikembangkan terlebih menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat yang
ditandai dengan perkembangan teknologi sebagai salah satu sarana informasi dan
komunikasi di era global. Maka, hadis pun turut serta dikembangkan guna menyeimbangi
dan menyesuaikan diri dengan kondisi di era yang digital saat ini. Akses terhadap pencarian
hadis yang dulu biasanya didapatkan secara manual kini telah dipermudah melalui software/
aplikasi di internet. Seperti Maktabah Syamilah, Lidwa Pusaka, Jawami’ al-Kalim dan lain
sebagainya. Dengan perkembangan ini, diharapkan masyarakat khususnya generasi
millennial supaya bisa memanfaatkan software yang disediakan sebagai bentuk digitalisasi
dari kitab hadis untuk digunakan dengan sebaik mungkin. Sehingga esensi hadis tidak hilang
atau pudar di tengah kehidupan masyarakat modern saat ini.
Kata kunci: Hadis dan Digital

daerah-daerah yang berbeda. Untuk beberapa


A. PENDAHULUAN
waktu belakangan, para ulama mengatakan
Tidak dapat dipungkiri bahwa Hadis bahwa pengkajian Hadis berkembang di India.
adalah sumber kedua ajaran Islam setelah Mereka tidak menyebut perkembangan tafsir
Alquran. Alquran tidak dapat dipisahkan dari di sana. Di Indonesia, banyak kalangan
Hadis karena keterangan ayat-ayatnya bersifat mengatakan bahwa pengkajian Hadis
mujmal (global) dan ‘amm (umum). Hadis terlambat perkembangannya dibanding
berfungsi memberi penjelasan kepada bidang-bidang lain, seperti tafsir, fikih, dan
Alquran. Oleh karena itu, Hadis tidak dapat tasawuf. Keterlambatan kajian Hadis di
dipisahkan dari Al-quran. Hal ini berlaku Indonesia berlangsung dalam kurun waktu
sejak masa Nabi Saw. Akan tetapi, dalam yang panjang, mulai dari awal masuknya
perkembangan kajian keduanya tidak Islam ke Indonesia sampai sekitar akhir abad
selamanya sejalan dan seiring, terutama di ke-20.
2 Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10

Kemudian, fenomena kajian Hadis Dewasa ini, perkembangan teknologi


belakangan menunjukkan adanya informasi dan komunikasi yang semakin maju
perkembangan di Indonesia dan bahkan telah menggerakkan hati umat Islam untuk
keadaan terkini, Hadis mengalami kemajuan mendigitalisasi kitab suci dan bukubuku
yang pesat, baik dari aspek kuantitas, maupun Islam. Seperti AlQuran sekarang ini sudah
kualitas. Hal ini tampak dari semakin tersedia dalam versi digital yang dilengkapi
banyaknya program studi Ilmu Hadis (IH) di dengan terjemahan, sound, dan tafsir dari
berbagai UIN/IAIN di Indonesia, kurikulum ulama terkenal. Namun, digitalisasi hadis
dan silabusnya, serta berkembangnya judul- agak ketinggalan dari digitalisasi Al-Quran.
judul skripsi, tesis, disertasi, dan buku-buku Hal tersebut, antara lain mengingat hadis
yang diterbitkan, tidak lagi bersifat memiliki karaktersitik tersendiri dan
konvensional, tetapi sudah menemukan jumlahnya juga lebih banyak dari AlQuran.3
terobosan-terobosan baru dengan materi yang Hal ini sebagaimana ditulis oleh
segar, filosofis dan sosiologis, khususnya Muhammad Afatih Suryadilaga bahwa kajian
setelah tahun 2000-an. Karena itu fenomena dalam studi hadis yang terus mengalami
baru tentang pengkajian Hadis di Indonesia perkembangan seiring dengan adanya
menarik untuk diteliti, dianalisa, dan peradaban manusia yang telah berkembang
diproyeksikan ke masa depan.1 dari masa ke masa yang saat ini sudah berada
Berdasarkan sejarah perkembangan ilmu- di tatanan era globalisasi. Dimana
ilmu hadis, secara umum sejak abad ke-10 H. merabahnya informasi ke semua lintas budaya
sampai abad ke-14 H. ijtihad dalam masalah dan wilayah yang ditandai dengan adanya
tersebut di atas terhenti dan tidak ada usaha mesin sebagai pengganti tenaga manusia dan
untuk mengembangkannya, kecuali ada informasi. Sehingga kesadaran atas dunia baru
beberapa kitab ilmu-ilmu hadis dalam bentuk juga merambah ke dalam studi agama (Islamic
syair yang merupakan susunan ulang dan studies). Al-Dirasah al-Islamiyyah menjadi
syarahan tanpa ada pengembangan. sesuatu yang menarik di era global dimana
kajian agama sudah berkembang dengan baik
Pada permulaan abad ke-14 H, para ulama
sesuai dengan sifat dari ilmu pengetahuan
hadis mulai bangkit membahas ilmu-ilmu
yang pasti akan selalu mengalami
hadis dan mengaitkannya dengan
perkembangan. Hal ini juga berlaku pada
perkembangan pengetahuan modern sebagai
kajian studi hadis.4
akibat persentuhan antara dunia Islam dengan
dunia Barat.7 Perlunya kajian ulang terhadap Selain itu, mengingat kajian hadis
proses pembakuan hadis, tanpa perlu memiliki konten yang komplek dan
menghilangkan otensitas spritualitas oleh membutuhkan banyak data dan rujukan yang
perubahan kehidupan masyarakat modern didapat dari kitab hadis utama yang seringkali
dalam era teknologi dan informasi yang begitu belum dikaji bahkan dikodifikasi secara rapi.
cepat. Ulama Timur Tengah yang tergolong Seperti dalam men-takhrij hadis, untuk
tanggap akan masalah ini, antara lain al- menemukan satu hadis yang memiliki
Qasimī, Maḥmūd al-Ṭahān, Abū Ṣuhbah, kesamaan tema, redaksi baik secara makna
Subḥi al-Ṣalīh, Muḥammad ‘Ajjaj al-Khatīb, ataupun lafdzi harus dilakukan dengan
M.M. Azamī, Musṭafā al-Ṣibā’ī, Nūr al-Dīn membuka kitab-kitab hadis yang ada,
‘Itr, dan Naṣiruddīn al-Albanī.2 sedangkan kitab-kitab hadis itu tak sedikit
jumlahnya dan satu kitab terdiri lebih dari satu

1
Ramli Abdul Wahid & Dedi Masri, 3
Hamdan Husein Batubara, “Pemanfaatan
“Perkembangan Terkini Studi Hadis Di Indonesia”, Ensiklopedi Hadis Kitab 9 Imam Sebagai Media Dan
MIQOT, Vol. XLII No. 2 Juli-Desember 2018, 264. Sumber Belajar Hadis”, Muallimuna, VOL. 2, NO. 2,
2
Hasep Saputra, “Genealogi Perkembangan Studi APRIL, 2017, 65.
Hadis Di Indonesia”, Al Quds, Volume 1, Nomor 1, 4
Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis
2017, 44-45. Di Era Global”, Esensia, Vol. 15, No. 2, September
2014, 200.
Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10 3

jilid, tentu hal ini sangat melelahkan dan Bahasa Arab saja dan fitur-fiturnya juga
membutuhkan banyak waktu. Dengan masih perlu dikembangkan.7 Maka, sekalipun
perkembangan zaman dan teknologi, kini akses hadis menjadi mudah tetapi penggunaan
telah hadir berbagai software atau aplikasi terhadap aplikasi-aplikasi ini pun juga harus
hadis yang dapat digunakan untuk lebih hati-hati.
memudahkan pencarian hadis di beberapa
kitab hadis yang ada. Software atau aplikasi B. PEMBAHASAN
hadis telah banyak dikenal dalam kurun waktu
belakangan ini, seperti Maktabah Syamilah, 1. Sejarah literasi hadis
Lidwa Pusaka, Gawamil Kaleem, Mausyu’ah Dalam sejarahnya hadis memang terlambat
dan sebagainnya. Sofware atau aplikasoi ini untuk dibukukan. Para ahli sejarah mencatat,
berisi kitab-kitab hadis dan tafsir yang telah hadis baru seabad lebih kemudian dibukukan.
digitalisasi, sehingga pengguna dapat Selama itulah hadis bertebaran di masyarakat
menggunakannya dengan lebih praktis dan Islam dan umumnya dilestarikan hanya dalam
cepat. Meskipun begitu, kehati-hatian dan bentuk hafalan saja. Setidaknya dalam proses
ketelitian harus tetap menjadi dasar sikap historiografinya, hadis mengalami beberapa
pengguna, karena seringkali masih terjadi periode, dari periode keterpeliharaan dalam
kesalahan di dalam software atau aplikasi ini, hafalan hingga periode dibukukannya hadis
baik penomoran hadis ataupun ketidak tersebut (pentadwinan). Pertama adalah
lengkapan data yang tersedia.5 periode keterpeliharaan hadis dalam hafalan
Melihat perkembangan hadits sendiri yang yang berlangsung pada abad I hijriyah. Kedua,
sekarang sudah ber-era digital maka sudah periode pentadwinan hadis, yang masih
semestinya kita harus mengetahui bagaimana bercampur antara hadis dengan fatwa sahabat
cara memanfaatkan hal itu, terlebih para dan tabi’in yang berlangsung pada abad ke 2
akademi-akademisi tersebut sudah begitu hijriyah. Ketiga, periode pentadwinan dengan
bersemangat mengembangkan kajian hadits di memisahkan hadis dari fatwa sahabat dan
era digital ini. Peran kita sebagai regenerasi tabi’in, berlangsung sejak abad ke 3 hijriyah.
hanyalah memaksimal mungkin dan Keempat periode seleksi keshahihan hadis dan
mengembangkanya guna mengembangkan kelima periode pentadwinan hadis tahdzib
hirroh kajian hadits menuju era ke-emasan dengan sistematika penggabungan dan
kembali.6 Kendati demikian, beberapa penyarahan yang berlangsung semenjak abad
aplikasi hadis tersebut memiliki keterbatasan ke 4 hijriyah.8 Keenam, masa pembersihan,
dari sisi fitur dan konten hadis. Seperti E- penyusunan, dari awal abad ke04 sampai
Hadits pada Smartphone berbasis Java jatuhnya kota Bagdad tahun 656 H. Terakhir,
Eclipse yang mengembangkan yang Ketujuh, masa pen-syarh-an, pen-takhrij-an
dikembangkan oleh Syifa Nur Rakhmah dan pemabahasan hadis, dimulai tahun 656 H.
masih terbatas pada beberapa hadis pilihan sampai sekarang.9
saja. Adapun aplikasi yang tergoling lengkap Pada masa khalifah Umar bin Khattab
adalah aplikasi Mausu'ah al-Hadits al-Syarif sebenarnya sudah terpikir untuk membukukan
dan perpustakaan digital Maktabah Syamilah. hadis, tetapi setelah sebulan beristikharah
Namun kelemahan kedua aplikasi ini adalah iapun membatalkan niatnya dengan alasan
pada bahasanya yang masih terbatas pada kekhawatiran akan bercampurnya al-Qur’an

5 Dliya Ul Fikriyyah, “Telaah Aplikasi Hadis (Lidwa


7
Hamdan Husein Batubara, “Pemanfaatan
Pusaka)”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Ensiklopedi Hadis”, 65.
Hadis, Vol. 17, No. 2, Juli 2016, 274.
8
M. Zulkarnain Mubhar, “Quo Vadis Studi Hadis ?
6 Asyhad Abdillah Rosyid, “Periodesasi Merefleksikan Perkembangan dan Masa depan Studi
Perkembangan Studi Hadits (Dari Tradisi Hadis”, Al-Qalam, Volume 7 Nomor 2, 2015, 113.
9
Lisan/Tulisan Hingga Berbasis Digital)”,. M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis
http://osf.io/r7y5g/download/?format=Pdf akses Pada dari Teks ke Konteks, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016),
21 Mei 2019. 8.
4 Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10

dengan hadis.4 Kemudian, pada masa tabi’in melalui surat edarannya kepada para gubernur
banyak muncul hadis-hadis palsu dimana di daerah agar menunjuk ulama ditempat
awal kemunculannya dikaitkan dengan masing-masing untuk menghimpun hadis-
peristiwa politik yang sering disebut sebagai hadis, dan salah satu gubernur yang cukup
fitnatul kubro yang diawali dengan tanggap dengan perintah khalifah adalah
terbunuhnya khalifah Ustman bin Affan, gubernur Madinah Abu Bakar Muhammad
sehingga berimplikasi pada perpecahan umat ibn Amr Ibn Hazm yang pelaksanaanya
Islam menjadi beberapa golongan, seperti ditangani oleh Ibn Syihab al-Zuhri. Pada abad
khawarij, syi’ah, murji’ah dan lain ini juga para ulama mulai menyusun kitab
sebagainya. Dalan situasi yang cukup “rumit” hadis dan meletakkan pula landasan
ini, setiap golongan menggunakan dalil-dalil epistemologisnya. Sejak dikeluarnya perintah
yang dinisbatkan kepada Nabi Saw untuk tersebut, kegiatan kodifikasi ini terus berlanjut
mendukung kelompoknya. Kondisi inilah sampai abad ke 4 dan ke 5 Hijriyah dan
yang menyebabkan kebutuhan akan kodifikasi mencapai puncaknya pada abad ke 3 H,
dan menyeleksi hadis semakin dirasakan, karena pada abad ini banyak muncul para
karena jika tidak segera diambil tindakan pengumpul hadis seperti imam Ahmad bin
kodifikasi hadis akan semakin banyak hadis Hanbal, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-
palsu bercampur dengan hadis asli. Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibn Majah, al-Damiri,
dan lain sebagainya.
Berbeda dengan kodifikasi al-Qur’an,
dimana para sahabat tidak menemukan Pada abad-abad tersebut perkembangan
banyak kendala dalam pengerjaannya, karena ilmu hadis cukup dinamis, disamping
tugas “panitia” kodifikasi hanya munculnya karya monumental di abad ke-3 H
mengumpulkan naskah-naskah al-Qur’an yang berupa kitab hadis yang dikenal dengan
yang sudah ada di tangan para sahabat untuk al-Kutub al-Sittah juga banyak bermunculan
disesuaikan dengan hafalan para sahabat kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis
lainnya yang secara mutawathir mereka dengan sistematika dan metode pemilahan
terima dari Nabi Saw dan secara ilmiyah dapat hadis yang berbeda-beda. Selain itu, ada juga
dipastikan sebagai ayat-ayat al-Qur’an. ulama yang melakukan kritik terhadap hadis-
Sementara dalam kodifikasi hadis banyak hadis yang dihimpun oleh ulama sebelumnya,
menemui berbagai macam kendala dan baik kritik matan maupun kritik sanad, seperti
kerumitan terkait dengan hadis yang lebih kritik matan yang dilakukan oleh ulama
banyak terpelihara dalam ingatan daripada mu’tazilah seperti al-Nazhzham dan kritik
dalam catatan. Apalagi hadis dalam ingatan sanad yang dilakukan oleh al-Daruquthni
para sahabat ini telah tersebar secara luas ke terhadap Shahihayni. Kemudian muncul lagi
berbagai daerah Islam yang dikunjungi oleh kalangan ulama yang merupakan anti tesis
para sahabat nabi. Rentang waktu yang cukup terhadap kritik-kritik tersebut, sehingga
lama serta munculnya perbedaan misi politik membuat keilmuan hadis semakin
10
serta madzhab pada masa itu juga menambah berkembang.
sulitnya “proyek” kodifikasi ini karena untuk Dalam perjalanan hadis sejak masa
menghimpun hadis-hadis yang cukup banyak pewahyuan sampai munculnya berbagai kitab
tersebut tentunya dibutuhkan ketelitian yang standar dan variasi di dalamnyaa dapat dilihat
cukup tinggi baik dalam kerangka ontologi, dalam kalsifikasi di bawah ini:
epistemologis, maupun aksiologi, sehingga
hadis benar-benar dapat 1. ‫عرص الوىح والتكوين‬, masa kelahiran hadis dan
dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. pembentukan masyarakat Islam. Periode
Kodifikasi hadis secara resmi pertama kali ini ditandai dengan pewahyuan hadis oleh
digagas oleh khalifah Umar ibn Abd Aziz Nabi Muhammad Saw. dengan cara lisan,
tertulis maupun demonstrasi praktis.

10
M. Zulkarnain Mubhar, “Quo Vadis Studi”, 113-
115.
Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10 5

Terhadap penjagaan hadis Nabi Muhamad madrasah di berbagai daerah sebagai pusat
Saw., pada masa tersebut dilakukan dengan Pendidikan keagamaan. Waktu periode ini
cara menghafal dan terkadang jika adalah masa sahabat kecil sampai tabiin.13
memungkinkan bagi sahabat tertentu dapat 4. ‫عصر الكتابة والتدوين‬, masa pembukuan hadis
menulis hadis-hadis yang diperolehnya. dimulai awal abad ke-2 H. sampai di
Masa ini juga dinamai dengan masa penghujung abad tersebut. Abad kedua
pembentukan masyarakat Islam. Karena Hijriah merupakan momentum baru bagi
pada masa inilah Nabi Muhammad Saw., perkembangan hadis dimana hadis yang
menggambleng masyarakat dengan baik sebelumnya dipelihara melalui tradisi
dengan meninggalkan Mutiara yang sangat hafalan dilakukan dengan cara pembukuan.
berharga berupa al-Qur’an dan hadis. Kitab hasil kodifikasi ulama pada masa
Rentang waktu masa ini berjalan selama 23 tersebut masih ada sampai sekarang adalah
tahun, selama Nabi Muhammad Saw. Muwatta’ karya imam Malik ibn Anas.
diutus oleh Allah Swt. sebagai Rasulullah Walaupun sebagai upaya awal, namun apa
untuk menyebarkan ajaran Islam.11 yang dilakukan Malik ibn Anas merupakan
2. ‫عرص اتثبت والاقالل من الرواية‬, masa pematerian dan suatu hal yang baru dan dapat dijadikan
penyelidikan riwayat. Hanya berjalan pada kajian oleh ulama sesudahnya. Ini
masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin merupakan revolusi dahsyat dan
(11-40 H.). masa ini ditandai dengan upaya menimbulkan berbagai kritik yang
sahabat besar dalam menerima dan dilakukan para orientalis. Hadis adalah
meriwayatkan hadis. Hanya terhadap produk ulama abad pertengahan Islam.14
periwayat-periwayat tertentu saja yang 5. ‫عرص التجريد والتصحيح والتنقيح‬, masa penyaringan,
dapat diterima. Oleh karena itu, Nampak pemeliharaan dan perlengkapan,
bahwa pada masa ini hadis tidak banyak berlangsung selama satu abad penuh
yang dimaterikan karena adanya kehati- dimulai awal sampai di penghujung abad
hatian sahabat dalam menerima dan ke-3 H. Hadis-hadis yang dibukukan tidak
meriwayatkan hadis. Hadis baru tersebar seperti pada masa sebelumnya, kini telah
luas dan menjadi suatu yang penting sejak ada upaya penyaringan dari unsur-unsur
wafatnya Usman bin Affan dan masa-masa yang bukan hadis Nabi Muhammad Saw.
sesudahnya. Persoalan di bidang politik Hanya hadis-hadis tertentu yang
lambat laun menjadi suatu persoalan dimasukkan dalam buku hadis. Kitab-kitab
keagamaan dengan munculnya justifikasi- hadis yang muncul dalam masa ini antara
justifikasi ajaran Islam melalui hadis.12 lain Musnad Ahmad, Kutub al-Sittah, Sahih
3. ‫عرص الانتشار الرواية اىل ا ألمصار‬, masa penyebaran ke al-Bukhari dan Sahih Muslim.15
berbagai wilayah. Pelopornya adalah para 6. ‫عرص الهتذيب والرتتيب والاس تدراك‬, masa pembersihan,
sahabat kecildan tabiin besar dari penyusunan, penambahan dan
berakhirnya Khulafa’ al-Rasyidin sampai pengumpulan hadis, dari awal abad ke-4
awal Dinasti Munawiyahabad pertama sampai jatuhnya kota Bagdad tahun 656 H.
Hijriah. Hadis pada masa ini sudah tersebar Mulai dari masa ini dan sesudahnya, ulama
ke berbagai wilayah kekuasaan Islam yang yang berperan dalam kegiatan hadis
tidak hanya di wilayah Hijaz melainkan disebut ulama muta’akhkhirin. Kegiatan
telah sampai ke Yaman dan bahkan sampai yang dilakukan hanya mencukupkan diri
ke Afrika. Penyebaran hadis tersebut juga dengan mengutip kitab-kitab hadis yang di-
diabrengi dengan munculnya madrasah-
11 14
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah
Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta: Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, vii
15
Kalimedia, 2017), vii. M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah
12
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, ix
Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, viii.
13
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah
Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, vii
6 Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10

tadwin oleh ulama abad ke 2 dan 3 H. oleh masing-masing , qabl al-tadwin (sebelum
karena itu, corak tadwin pada masa ini dan pembukuan), inda al-tadwin (masa
sesudahnya telah beraneka ragam seperti pembukuan) dan ba’da al-tadwin (setelah
menertibkan hadis, spesialisasi hadis, pembukuan).18 Pembahasan yang dilakukan
kitab-kitab komentar dan sebagainyaa. nampak bahwa hanya berpatokan pada
Seperti yang dilakukan oleh Isma’il ibn prestasi besar umat Islam dalam menjaga
Ahmad yang menghimpun kitab sahih al- hadis. Tradisi hafalan ke tradisi tulis oleh
Bukhari dan sahih Muslim dalam satu ‘Ajjaj al-Khatib dianggap sebagai sesuatu
kitab.16 yang penting. Oleh karna itu, masa-masa
7. ‫عرص الرشح وامجلع والتخرجي والبحث عن الرواية والزوائد‬, masa sebelum dan sesudah pembukuan sudah
pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan cukup dikategorikan secara general dengan
dan pembahasan hadis. Rentang waktu menafikan peristiwa-peristiwa yang terjadi
relatif Panjang dimulai tahun 656 H. setiap periodenya.19
sampai sekarang. Masa ini merupakan Dan dalam menyusun kitab hadis, para
kelanjutan masa sebelumnya dan ulama tidak hanya mendasarkan pada aspek-
menambah semakin banyaknya khazanah aspek ontology, tetapi juga meliputi aspek
hasil tadwin ulama hadis. Jika epitemologi yang berupa kritik sanad dan
dihubungkan dengan sejarah matan serta aspek aksiologi yang berupa
perkembangan ‘ulum al-hadis, maka masa tujuan penyusunannya baik secara praktis
ini merupakan suatu masa keemas an dan maupun teoritis. Penyusunan kitab-kitab hadis
kematangan ‘ulum al-hadis. Oleh karena berdasarkan aspek-aspek tersebut disebut
itu, tidak heran jika masa terakhir ilmu riwayah dan ilmu dirayah. Ilmu riwayah
perkembangan hadis telah menekankan pada ketepatan menghimpun
menyempurnakan dirinya dengan berbagai segala yang dinisbahkan kepada Nabi Saw,
karya hadis yang tetap mengacu pada hasil sedangkan ilmu dirayah lebih menekankan
ulama sebelumnya, mutaqaddimin. Hasil pada faktor diterima dan tidaknya sesuatu
karya ulama pada periode ini antara lain yang dinisbahkan kepada Nabi tersebut.13
syarh Sahih al-Bukhari seperti Fath al- Kedua ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan
Bari karya al-‘Asqalani, ‘Umdah al-Qari satu sama lain dalam menentukan status hadis.
karya Muhammad ibn Ahmad al-‘Aini dan Tetapi dengan dibukukannya hadis Nabi
Irsyad al-Sari karya al-Qastalani. Hal SAW dan selanjutnya dijadikan rujukan oleh
serupa juga ditemukan pada kitab-kitab ulama yang datang kemudian, maka pada
lain seperti Sahih Muslim, Sunan al- periode selanjutnya ilmu hadis riwayah tidak
Tirmizi, Sunan al-Nasa’i, dan Sunan Ibn lagi banyak berkembang. Berbeda halnya
Majah.17 dengan ilmu hadis dirayah yang senantiasa
Periodesasi di atas terkesan lebih terperinci berkembang dan melahirkan berbagai cabang
dan menyebut berbagai generasi yang terlibat ilmu hadis. Oleh karena itu, pada umumnya
dalam setiap tahap perkembangan hadis. Oleh yang dibicarakan oleh ulama hadis dalam
karena itu, terdapat tujuh tahapan. Namun, kitab-kitab ulumul hadis yang mereka susun
pada perkembangannya ada juga ulama yang adalah ilmu hadis dirayah.20
hanya membagi ke dalam tiga periode saja
seperti yang dilakukan oleh Muhammad
Ajjajal-Khatib. Ketiga periode tersebut

16
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah di M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian Hadis
Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, ix. dari Teks ke Konteks,5-9.
17 19
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah M. Alfatih Suryadilaga, Aplikasi Penelitian
Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, ix Hadis, 9.
20
M. Zulkarnain Mubhar, “Quo Vadis Studi, 115.
18
M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Syarah
Hadis dari Klasik hingga Kontemporer, x. Lihat juga
Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10 7

2. Hadis di Era Digital


Melihat perkembangan Hadits di era Atau dalam bentuk software tertentu yang
sebelumnya yang tidak begitu signifikan, digagas oleh individu maupun pemerhati
maka perkembangan hadits mulai di galakan hadis lainnya. Seperti software maktabah
kembali oleh para ilmuwan hadits dengan syamilah, maktabah alfiyah li al-sunnah al-
sebuah kemasan menarik, hal inilah yang nabawiyyah.22
membuat para ilmuan hadits ingin Selain untuk mempermudah akses dan
memasukan kajian hadits dalam era digital hal pemanfaatan hadis, adanya digitalisasi hadis
ini guna mengembangkan studi hadits di era tidak lain juga untuk menarik minat
yang sudah memasuki globalisasi, dengan masyarakat khususnya para remaja millennial
mengembangkan keberadaan internet maka
supaya tidak mengesampingkan studi hadis
tampak hadits akan terlihat menarik, hal ini diantara banyak disiplin ilmu yang lain yang
sebagaimana melihat manfaat internet yang juga terus berkembang. Dengan begitu,
dapat mempermudah tata kerja dan peranan hadis sebagai sumber ajaran islam
mempercepat suatu proses suatu pekerjaan, kedua setelah al-Qur’an akan nyata adanya
sehingga segala sesuatu dapat ditemukan melalui pelibatan-pelibatan hadis dalam aspek
dengan cara praktis dan cepat.21 kehidupan dan dalam pemecahan-pemecahan
Seiring perkembangan manusia, yang di problematika sosial selain al-Qur’an. Disnilah
era sekarang merupakan era global yang kemudian peranan sebenarnya dari para
didukung dengan kemajuan teknologi generasi millenila sebagai regerasi dituntut
informasi memunculkan berbagai produk baru dan dipertanyakan agar turut serta melibatkan
hadis di media global, seperti buku dalam diri dan memanfaatkan digitalisasi pada hadis
bentuk pdf seperti dalam dengan sebaik mungkin sehingga lambat laun
kajian hadis akan kembali pada puncak
http://www.omelketab.net/chm/fiqeh/sobolel
kejayaannya.
salam. zip ,
3. Lidwa Pusaka
http://www.omelketab.net/chm/fiqeh/alawttar
. zip, Salah satu software yang bisa digunakan
untuk mengakses studi hadis dengan mudah
http://www.omelketab.net/chm/hadith/bokhar
sebagai sumber rujukan ialah Lidwa Pusaka.
i. zip,
Lidwa Pusaka merupakan singkatan dari
http://www.islamiccouncil.org/programs/Had
Lembaga Ilmu dan Dakwah serta Publikasi
ith4.zip. Atau dalam
Sarana Keagamaan, adalah sebuah lembaga
http://www.saaid.net/book, yang berisi antara
yang bergerak di bidang pengembangan dan
lain:
publikasi ilmu dan dakwah Islam. Lidwa
didirikan oleh para alumnus dari Timur
Tengah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam
dan Arab (LIPIA) Jakarta serta beberapa
Perguruan Tinggi lainnya.23
Pada awalnya, Lidwa hanya dapat diakses
melalui CD yang dijual dan beredar. Namun,
saat ini tingkat kesadaran dan semangat umat
Islam di Indonesia dalam mencari ilmu-ilmu
agama semakin meningkat yang ditunjukkan
dengan semakin beragamnya dan semakin

21
Luthfi Maulana, “Periodesasi Perkembangan 22
Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Kajian Hadis,
Studi Hadits (Dari Tradisi Lisan/Tulisan Hingga 202.
Berbasis Digital), Esensia, Vol 17, No. 1, April 2016, 23 Dliya Ul Fikriyyah, “Telaah Aplikasi Hadis”, 275.
120.
8 Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10

diminatinya acara-acara bertemakan Islam di 6. Dilengkapi dengan indeks hadits.


TV, radio, internet, maupun media publikasi 7. Pembagian hadits-hadits berdasarkan
lainnya. Di internet website-website yang kategori.
menyediakan informasi tentang Islam 8. Fasilitas pencarian / searching hadits
semakin menjamur, baik yang memang dengan teks Indonesia ataupun arab untuk
memiliki kompetensi maupun yang tidak. mempermudah dan mempersingkat
Masyarakat saat ini juga mulai menuntut agar pencarian hadits.
informasi dapat diakses dari manapun, baik 9. Fasilitas Copy text Arab maupun
dari kantor, rumah, cafe, airport, bahkan Indonesia yang akan mempermudah
masjid. Berdasarkan realitas yang ada Lidwa orang-orang yang akan mengutip isi hadits
Pusaka sebagai pemilik content Ensiklopedi yang diinginkan.
Hadits Kitab 9 Imam tergerak untuk meng- 10. Dapat menambahkan bookmark pada
online-kan software aplikasi Ensiklopedi suatu hadits.
Hadits Kitab 9 Imam yang selama ini hanya 11. Dapat menambahkan notes/catatan pada
tersedia dalam bentuk CD. suatu hadits.
12. Font Arab dan Indonesia dapat diubah
Maka Lidwa Pusaka ini dapat
sesuai keinginan pengguna.
diklasifikasikan berdasarkan bentuk akses
13. On-Screen Keyboard untuk menulis huruf
yang tersedia menjadi tiga versi, yaitu : Versi
ArabOn-Screen Keyboard untuk menulis
CD, Versi Onine gratis dan Versi Online
huruf Arab
berbayar. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam
14. Berbasis Adobe Flex (Rich Internet
versi Online saat ini versi betanya sudah dapat
Application) sehingga dapat digunakan
diakses di http://lidwa.com/app. Untuk fitur-
diberbagai sistem operasi selama
fitur yang tersedia di versi online ini adalah
mempunyai web browser.24
sama persis dengan versi CD yang terbaru.
Berikut ini adalah beberapa fitur yang ada Berikut ini beberapa conten yang
pada Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam versi terdapat dalam lidwa pusaka, diantaranya:
Online:
1. Menampilkan lebih dari 62 ribu hadits Hadits dari 9 kitab
lengkap dengan terjemah dalam bahasa
Indonesia.
2. Menyediakan pilihan 9 kitab hadits
utama: Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan
Nasa`i, Sunan Ibnu Majah, Musnad
Ahmad, Muwatha` Malik, dan Sunan
Darimi.
3. Menampilkan diagram sanad yang
menggambarkan alur periwayatan
sebuah hadits.
4. Menyediakan data-data seluruh perawi
(periwayat) hadits lengkap dengan
komentar beberapa ulama terhadap Terdapat 62 ribu hadits lebih dari 9 kitab
perawi tersebut. hadits (Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
5. Untuk setiap hadits, jika ada, akan Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan
ditampilkan hadits-hadits terkait yang Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad,
akan menjadi pembanding atau penguat Muwatha’ Malik, dan Sunan Darimi atau yang
hadits tersebut. biasa disebut dengan kutubut tis’ah) yang

24
Dliya Ul Fikriyyah, “Telaah Aplikasi Hadis”,
276-277.
Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10 9

dalam aplikasi ini lengkap dengan teks Arab 4. Jawami’ al-Kalim


dan terjemah dalam bahasa Indonesia. Jawami’ al-Kalim/Jawamiul kalam adalah
Derajat Keshahihan Hadits sebuah software berbahasa arab yang khusus
memuat matan-matan hadis. Software ini
berbeda dengan maktabah Syamilah, karena
hanya fokus pada kitba-kitab hadis. Lebih dari
1400 kitab hadis termuat pada software ini.
Jawami’ul kalim (‫ )جوامع الكلم‬merupakan
sebuah software dari Islamweb khusus untuk
mencari hadis sekaligus mengetahui
kedudukannya; sahih atau dha’if. Juga dapat
dengan mudah mengetahui keadaan rawi;
Setiap hadits yang ditampilkan (kecuali Tsiqat apa tidak, hanya dengan mengklik
Musnad Ahmad) dilengkapi dengan derajat nama yang disebutkan dalam suatu hadis.
keshahihan hadist menurut ulama. Kelebihan lain adalah hadis-hadisnya telah
diberi harakat, jadi mudah dibaca, pencarian
Statistik Seorang Perawi matan hadis yang cepat, pencarian rawi yang
disertai profil dan status rawi dan komentar
para ulama mengenai rawi tersebut, bahkan
disertakan pula Tahdzibul Kamal karya dari
al-Mizzi. Ringkasnya, software ini sangat
baik bagi yang ingin mengenal hadis serta
derajatnya dengan cepat.
Berikut ini kelebihan lain dari
software Jawami’ al-Kalim:
1. Matan sanad yang berharkat
2. Penyajian takhrij rijal hadis yang lengkap
3. Penggunaan warna berbeda untuk matan
Statistik keberadaan perawi dalam sanad dan sanad serta kata yang dicari
berbagai hadits dari setiap buku hadits 4. Pencarian bisa berdasar tema
ditampilkan dalam bentuk grafik yang 5. Bisa membandingkan isi beberapa kitab
informatif. Serta masih banyak lagi conten- 6. Mengklasifikasi hadis qauliyah, fi’liyah
conten lain yang disediakan pada aplikasi atau taqririyah.26
Lidwa Pusaka.
Akan tetapi, software ini juga memiliki
kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1. Tidak bisa memastikan jalur sanad dalam
kefaktaan kualitas 1. sanad atau status
guru muris atau liqo (bertemu
langsung)nya para perawi.
2. Belum ada kajian tentang kitab asli dan
terjemahnya.
3. Belum dilengkapi dengan keterangan guru
murid.25

25
Dliya Ul Fikriyyah, “Telaah Aplikasi Hadis”, 26
Shabri Shaleh Anwar dan Ade Jamaruddin,
278-280, 282. Takhrij Hadis Jalan Manual dan Digital, (Riau: PT.
Indragiri, 2018), 58-59.
10 Siti Syamsiyatul Ummah / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 4, 1 (September 2019): 1-10

Berikut Tampilan dari software jawami’ al DAFTAR PUSTAKA


kalim: Wahid, Ramli Abdul & Dedi Masri,
“Perkembangan Terkini Studi Hadis
Di Indonesia”, MIQOT, Vol. XLII No.
2 Juli-Desember 2018.
Saputra, Hasep, “Genealogi Perkembangan
Studi Hadis Di Indonesia”, Al Quds,
Volume 1, Nomor 1, 2017.
Batubara, Hamdan Husein, “Pemanfaatan
Ensiklopedi Hadis Kitab 9 Imam
Sebagai Media Dan Sumber Belajar
Contoh pencarian pada hadis bisa dengan Hadis”, Muallimuna, VOL. 2, NO. 2,
memasukkan kata kunci dari matan hadis APRIL, 2017.
yang hendak dicari dan mengikuti langkah-
langkah selanjutnya untuk mendapatkan hadis Suryadilaga, Muhammad Alfatih, “Kajian
yang sedang dicari. 27 Hadis Di Era Global”, Esensia, Vol.
15, No. 2, September 2014.
-------, Aplikasi Penelitian Hadis dari Teks ke
Konteks, Yogyakarta: Kalimedia,
2016.
-------Metodologi Syarah Hadis dari Klasik
hingga Kontemporer, Yogyakarta:
Kalimedia, 2017.
Fikriyyah, Dliya Ul, “Telaah Aplikasi Hadis
(Lidwa Pusaka)”, Jurnal Studi Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis, Vol. 17,
C. KESIMPULAN
No. 2, Juli 2016.
Dari kajian di atas dapat disimpulkan
Rosyid, Asyhad Abdillah, “Periodesasi
bahwa kajian studi dari masa ke masa terus
Perkembangan Studi Hadits (Dari
mengalami perbedaan perkembangan.
Tradisi Lisan/Tulisan Hingga Berbasis
Terlebih di era digital seperti sekarang ini
Digital)”,
studi hadis pun dikembangkan untuk
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Mubhar M. Zulkarnain, “Quo Vadis Studi
Hal ini terbukti pada akses studi hadis yang Hadis ? Merefleksikan Perkembangan
sekarang sudah bisa dilakukan melalui dan Masa depan Studi Hadis”, Al-
software atau aplikasi-aplikasi untuk Qalam, Volume 7 Nomor 2, 2015.
mempermudah masyarakat khususnya Maulana, Luthfi, “Periodesasi Perkembangan
generasi millennial sebagai regenarsi untuk Studi Hadits (Dari Tradisi
mendapatkan hadis yang sedang dicari serta Lisan/Tulisan Hingga Berbasis
untuk mempermudah dalam memahami studi Digital), Esensia, Vol 17, No. 1, April
hadis. 2016.
Anwar, Shabri Shaleh dan Ade Jamaruddin,
Takhrij Hadis Jalan Manual dan
Digital, Riau: PT. Indragiri, 2018.

27
Shabri Shaleh Anwar dan Ade Jamaruddin,
Takhrij Hadis Jalan Manual dan Digital, 60, 62.

Anda mungkin juga menyukai