Anda di halaman 1dari 28

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBIASAAN TADARUS SUROH AL WAQI’AH


DI MA AL FATAH BANJARNEGARA

Disusun Oleh:
Nama Peneliti : Laelatan Namila
Pembimbing : Wildan Mubarok Khasan. S.Pd
Bidang Penelitian : Ilmu Keagamaan
Jenjang : Madrasah Aliyah

DIREKTORAT PENENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DIREKTORAT KSKK

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MADRSAH ALIYAH AL FATAH BANJARNEGARA

2022
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................xv
DAFTAR ISI................................................................................................xix
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah....................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................9
D. Tinjauan Pustaka.............................................................................10
E. Metode Penelitian..........................................................................16
F. Sistematika Penulisan.....................................................................19
G. KESIMPULAN...................................................................................111
H. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................113
I. DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................123
PENDAHULUAN

Tidak sedikit hadis yang memberikan isyarat akan keutamaan Al- Qur’an dan anjuran
membacanya, banyak sekali c6nt6h yang diberikan Nabi Muhammad dalam sabdanya yang
bertujuan untuk membangkitkan minat baca terhadap al-Qur’an sekaligus menjadikan
pedoman hidup dalam setiap amalan sehari-hari. Keutaman membaca al-Qur’an ini
menjadikan umat manusia akan memiliki perlindungan kelak di hari kiamat, Karena Al- Qur’an
dapat memberikan syafā’at bagi para pembacanya.1
Fenomena interaksi atau “pembiasaan tadarus” masyarakat Muslim terhadap al-Qur’an
dalam ruang sosial sangat dinamis dan variatif. Dalam penelitian karya ilmiyah ini dengan
segala kompleksitasnya menjadi menarik untuk dilakukan penelitian, untuk melihat bagaimana
proses budaya/pembiasaan tadarus Suroh Al Wqi’ah di MA Al Fatah Banjarnegara, dan
bagaimana dampak terhdap para siswa-siswi di MA Al Fatah.

A. Latar Belakang Masalah

Membaca menjadi salah satu gerbang utama dalam mengetahui suatu ilmu. Selain
itu membaca juga menjadi syarat utama untuk membangun peradaban. Semua
peradaban yang berhasil bertahan lama, justru dimulai dari satu kitab (bacaan), seperti
Peradaban Yunani yang dimulai dengan karya Homer pada abad ke-9 sebelum Masehi
dan berakhir dengan dengan kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan
karya Newton dan berakhir dengan filsafat Hegel. Sementara kehadiran al-Qur’an
melahirkan peradaban Islam, khususnya dipicu oleh daya kekuatan yang tumbuh dari
semangat yang ayat-ayat al-Qur’an dengan wahyu pertamanya adalah perintah
membaca.2
Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian. Qs. al-Isrā’/17: 82
Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. Qs. al-A’rāf/7: 204
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah- lah hati menjadi tenteram.

1
Yahya bin Sharf al-Nawawi, al-Tibyān fī adāb Hamālah al-Qur’an (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996), 18.
2
Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak: Membaca, Menulis Dan Mencintai Al- Qur’an (Jakarta: Gema Insani,
2004), 20.
Qs. Al Raʽd/13: 28
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi petunjuk bagi kehidupan umat
Muslim. al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw Agar dibaca, dipelajari,
dipahami, dikaji, diyakini serta diamalkan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia
maupun akhirat. Itulah sebabnya Al-Qur’an dijadikan sebagai mitra dialog dalam
menyelesaikan problematika kehidupan kaum muslimin.3
Berinteraksi dengan al-Qur’an merupakan kegiatan yang berharga bagi umat
Muslim. Karena tidak semua umat Muslim bisa selalu menyempatkan waktu untuk
berinteraksi dengan al-Qur’an. Kegiatan tersebut bisa berbentuk interaksi lisan, tulisan,
maupun perbuatan, baik berupa pemikiran, pemahaman, pengalaman, emosional,
maupun spiritual. Kegiatan berinteraksi dengan al-Qur’an menghasilkan pemahaman
serta penghayatan terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca. Pemahaman dan
penghayatan individual yang diungkapkan serta dikomunikasikan secara verbal maupun
dalam bentuk tindakan. Kemudian tindakan tersebut dapat mempengaruhi individu lain
sehingga dapat membentuk kesadaran bersama, dan dalam taraf tertentu dapat
melahirkan tindakan-tindakan baru yang bersifat kolektif dan terorganisasi. Kegiatan
berinteraksi dengan al-Qur’an meliputi berbagai macam hal, yakni membaca al-Qur’an,
memahami, menafsirkan, serta mengamalkan apa yang ada di dalam al- Qur’an.4
Seiring dengan perkembangan zaman, kajian mengenai al-Qur’an mengalami
perkembangan, dari kajian teks kepada kajian sosial-budaya, kemudian sering disebut
dengan istilah ,. M. Mansur berpendapat bahwa , bermula dari fenomena al-Qur’an
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yaitu makna dan fungsi al-Qur’an yang riil
dipahami dan dialami masyarakat Muslim. Fenomena masyarakat dengan al-Qur’an,
misalnya fenomena sosial terkait dengan pelajaran membaca al-Qur’an, fenomena
penulisan bagian-bagian tertentu dari ayat- ayat al-Qur’an yang kemudian dijadikan
do’a, wirid, pengobatan, dan bahkan dijadikan sebagai jimat, dan lain sebagainya yang
terjadi pada kelompok masyarakat Muslim tertentu namun tidak di kelompok
masyarakat Muslim lainnya.5
, juga kerap dijumpai pada lingkungan pesantren di mana pesantren sangat erat
kaitannya dengan kegiatan-kegiatan keagamaan dan merupakan lembaga pendidikan
Islam yang berakar dari budaya masyarakat Indonesia.6 Keberadaan pesantren
mengalami pasang-surut dari masa ke masa, mengharuskan bertransformasi dengan
dunia luar meski di satu sisi harus mempertahankan tradisi kuat di dalam pesantren.
Tentu hal ini merupakan upaya lembaga pendidikan yang sudah lebih ratusan tahun bisa
eksis sesuai tuntutan zaman. Ada anggapan pesantren terkadang dipandang jumud,
tidak tertib, terlalu sederhana, tempat penampungan anak-anak nakal, dan tidak terlalu
responsif terhadap perkembangan zaman. Tentu penilaian negatif dari luar pesantren ini
secara umum kurang tepat, namun juga tidak semuanya salah.7
Madrasah Aliyah Al Fatah adalah salah satu lembaga pendidikan dibawah naungan
Pondok Pesantren Al Fatah, yang pasrtinya mampu menyemaikan pengetahuan manusia
Indonesia secara mendalam. Tradisi keilmuan Madrasah Aliyah yang berbasis pesantren
dengan sejumlah perangkatnya, memberikan nuansa berbeda dengan madrasah Aliyah
di luar pesantren. Tradisi keilmuan yang kuat dalam pesantren memberikan bekal pada
siswa kelak setelah dinyatakan Lulus memiliki kemampuan dalam menguasai kitab
kuning (klasik), kemudian mendapat ijazah dari seorang kyai, untuk mengamalkan
ilmunya di tengah masyarakat. Ada banyak pengalaman yang terasa di pesantren untuk
dikembangkan di masyarakat. Untuk itu, terasa penting menjaga tradisi keilmuan di
pesantren yang sudah membumi di kalangan siswa agar tidak usang, dan mampu
menjadi bekal kelak di masyarakat. Tradisi membaca kitab kuning yang menggunakan
ilmu alat, seperti gramatika, dan mantiq. Sebagai produk intelektual pesantren, kitab
kuning tidak saja ada pada masa awal perkembangan Nusantara, seperti yang
diperkirakan para peneliti bahwa kitab kuning berbahasa Arab dan Jawi baru pada
sekitar abad ke-16M, serta menjadi kurikulum massal di pesantren sekitar abad 18-19M.
Ketika banyak pelajar Indonesia belajar di Makkah.8
Membahas mengenai tradisi, maka perlu diketahui bahwa tradisi adalah adat
kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.
Bisa juga diartikan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan
yang paling baik dan benar.9 Kata lain yang memiliki makna hampir sama adalah budaya.
Tradisi sering dibahasakan dengan adat istiadat. Ada hal yang berkaitan erat dengan
tradisi, pertama adalah karakter, kedua adalah kondisi geografis. Semua tradisi adalah
sesuatu yang diciptakan. Tradisi serta adat istiadat tercipta karena berbagai macam
alasan. Tradisi berkembang seiring dengan mengalirnya waktu, namun juga bisa
diubah atau ditransformasikan sesuai kehendak pihak yang berkompeten atasnya.10
Jika menghubungkan antara tradisi dan semua lembaga dibawah naungan
pesantren maka kaitannya cukup erat dengan aturan-aturan yang mengikat yang biasa
ada pada rutinitas siswa, di mana siswa harus mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.
Adapun diantaranya berhubungan dengan perilaku, dan ibadah. Dalam hal ini peneliti
tertarik pada ruang lingkup ibadah di mana madrasah akan mengharuskan para
siswanya untuk melakukan ritual ibadah bersama seperti ṣalāt berjama’ah, merutinkan
bacaan surah-surah tertentu dalam al-Qur’an, dan lain-lain.
Ada yang menarik dalam ritual / pembiasaan di Madrasah Aliyah Al Fatah
Parakancanggah Banjarnegara, Yaitu adanya anjuran untuk membaca Qs. al-Wāqiʽah
Sebelum memulai Pelajaran pertama. Seperti yang diketahui bahwa Qs. al-Wāqiʽah
memiliki faedah atau keutamaan untuk memperlancar rejeki sebagaimana dijelaskan
dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitabnya, Syuʽab al-Imān no hadis
2396 dalam Mausūʽah Hadīṡ Maktabah al-Syamilah jilid 6 hlm: 14.11
Barang siapa membaca Qs. al-Wāqiʽah/56 setiap malam, maka ia tidak akan
mengalami kefakiran
Hadis ini begitu gamblang dalam menjelaskan faedah pembiasaan tadarus Qs. al-
Wāqiʽah. Jika hadis ini diterima secara harfiyah maka manusia akan belomba-lomba
untuk mendawamkannya, namun jika dilihat dari penamaan Qs. al-Wāqiʽah sangat
berbanding terbalik dengan hadis di atas, di mana al- Wāqiʽah diartikan sebagai hari
kiamat.Pada isu ini yang menjadi titik perhatian bagi peneliti untuk melakukan suatu
penelitian di Madrasah Aliyah Al Fatah yaitu adanya tradisi pembiasaan tadarus Qs. al-
Wāqiʽah di dalamnya dan mengapa memilih surah tersebut untuk dijadikan bacaan rutin
setiap hari, padahal dalam praktiknya siswa tidak sedang dalam kegiatan mencari rejeki,
Kejanggalan inilah yang kemudian mendasari peneliti ingin membahas lebih dalam pada
bab selanjutnya.

B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah
Konsep identifikasi masalah (problem identification) adalah proses dan hasil
pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Dengan kata lain, identifikasi masalah adalah
salah satu proses penelitian yang boleh dikatakan paling penting di antara proses lain.
Masalah penelitian (research problem) akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan
juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut sebagai penelitian atau tidak. Pada
kasus ini peneliti menemukan suatu tradisi pembiasaan tadarus Qs. al- Wāqiʽah yang
dilakukan di Madrasah Aliyah Al Fatah, di mana pada umumnya surah ini dibaca sebagai salah
satu upaya untuk melancarkan rejeki oleh masyarakat Muslim. Jika membaca Qs. al-Wāqiʽah
memiliki tujuan untuk melancarkan rezeki maka mengapa pihak pesantren memilih surah
tersebut menjadi rutinitas bacaan siswa, yang menurut peneliti pemilihan suratnya cukup
menarik. Hal inilah yang kemudian memicu peneliti untuk mengulik lebih dalam tentang
beberapa hal seperti:

a. Mengapa Madrasa Aliyah membiasakan siswa membaca beberapa surah


tertentu di dalam al-Qur’an?
b. Apa landasan pemilihan surah tersebut?
c. Mengapa ada waktu-waktu tertentu dalam membaca surah-surah pilihan?
d. Apakah memiliki maksud dan tujuan tersendiri dalam membiasakan
pembiasaan tadarus surah-surah pilihan?
e. Apakah ada dampak yang cukup signifikan yang disadari oleh siswa setelah
membaca surah tertentu?
f. Bagaimana siswa mengaplikasikan bacaan surah-surah tersebut dalam
kesehariannya?
Namun karena diperlukannya fokus dan kesesuaian dengan judul dan bidang
penuaian lomba, maka dalam penelitian ini peneliti akan lebih condong kepada satu
permasalahan saja yaitu mengenai bagaimana tradisi pembiasaan tadarus Qs. al-
Wāqiʽah di Madrasah Aliyah Al Fatah dilaksanakan, apa tujuannya, serta relevansi dari
praktik tersebut.

2. Rumusan Masalah

Suatu rumusan masalah ditandai dengan pertanyaan penelitian, yang umumnya


disusun dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang menjadi
arah sebenarnya kemana penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin
dikaji / dicari tahu oleh si peneliti. Untuk mempermudah penyusunan skripsi ini, maka
disusun rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana siswa di Madrasah Aliyah Al Fatah mempraktikan pembiasaan tadarus


Qs. al-Wāqiʽah? apa yang mereka pahami tentang surah tersebut?

b. Mengapa Madrasah Aliyah memilih Qs. al-Wāqiʽah dan apa tujuannya?

c. Apa relevansi praktik pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah di Madrasah Aliyah Al


Fatah dalam kajian pembiasaan tadarus Al- Qur’an secara umum?

3. Batasan Masalah
Batasan masalah bertujuan untuk menetapkan batas-batas masalah yang akan
diteliti dan objek mana yang tidak termasuk dalam pembahasaan, sehingga
pembahasan menjadi lebih terarah dan tidak menyimpang dari fokus penelitian,
maka dari itu penulis memfokuskan dengan batasan sebagai berikut: Seberapa
paham siswa mengenai praktik pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah dan mengapa
pihak pesantren memilih surah ini untuk dibaca setiap hari.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Dari berbagai pokok masalah diatas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Mengetahui bagaimana siswa di Madrasah Aliyah Al Fatah mempraktikan
pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah, dan menggali apa yang siswa pahami
tentang Qs. al-Wāqiʽah.
b. Mengetahui penjelasan di balik pemilihan Qs. al-Wāqiʽah sebagai bacaan harian
siswa dan tujuan dari praktik pembiasaan tadarus Qs. al- Wāqiʽah bagi siswa.
c. Mendalami relevansi dari tradisi pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah di Madrasah
Aliyah Al Fatah dalam praktik seremonial keagamaan dalam pembiasaan tadarus
al-Qur’an secara umum.

2. Manfaat
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lebih
mendalam bagi masyarakat, terlebih dalam ruang lingkup pesantren,
khususnya siswa di Madrasah Aliyah Al Fatah.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya, dan dapat menambah pengetahun di bidang
al-Qur’an, khusunya pada kajian , yang mengacu kepada pembiasaan tadarus
Qs. al-Wāqiʽah.
D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelusuran yang telah dilakukan, penulis tidak menemukan karya tulis
baik skripsi, tesis, disertasi, ataupun jurnal yang mendiskusikan secara spesifik tentang
Tradisi Pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah di Madrasah Aliyah Al Fatah,
Parakancanggah Banjarnegara. Namun di lain sisi penulis menemukan beberapa
literasi yang masih berkaitan dengan tema besar penulis seperti:
Dalam artikel jurnal yang ditulis oleh Sutarimah Ampuni. Faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi pemahaman bacaan antara lain adalah karakteristik pembaca,
karakteristik bacaan, dan faktor lingkungan. Proses pemahaman bacaan yang
berbahasa asing pada dasarnya sama dengan
pemahaman berbahasa. Namun demikian ada beberapa karakteristik individu
yang secara spesifik telah terbukti berhubungan dengan pembelajaran bahasa asing,
antara lain: inteligensi, bakat dan minat, motivasi, gaya kognitif, dan strategi
perilaku.12
Dalam buku karya Amin Haedari. Tantangan pesantren adalah seiring dengan
perkembangan modernitas, tentu tidak dapat melepaskan diri dari dinamika tersebut.
Sebaliknya, pesantren justru dituntut untuk berbenah, mengadaptasi diri, dan
melakukan sinergitas dengan segala dasar dan tradisi pesantren yang baik dan
senantiasa relevan dengan kondisi sekarang.13
Dalam buku karya Abd. Halim. Madrasah Aliyah sebagai pengembangan
masyarakat, sangat diharapkan mempersiapkan sejumlah konsep pengembangan
SDM, baik untuk peningkatan kualitas Madrasah Aliyah itu maupun untuk peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat. Untuk itu sebenarnya sering diselenggarakan seminar
tentang pengembangan SDM. Namun untuk kalangan Madrasah Aliyah agaknya
wacana pengembangan SDM masih perlu dikembangkan lagi.14
Dalam buku yang karya Muhammad Sholikhin. Setiap kali suatu agama datang
pada suatu daerah, mau tidak mau ajaran agama tersebut harus bisa menyesuaikan
diri dengan beberapa aspek lokal, sekiranya tidak bertentangan secara diametrik
dengan ajaran substantif agama tersebut. Demikian pula dengan kehadiran islam di
jawa, sejak awalnya islam begitu mudah diterima, karena para pendakwahnya
menyampaikan islam secara harmonis, yakni merengkuh tradisi yang baik sebagai
bagian dari ajaran agama sehingga masyarakat merasa “enjoy” untuk menerima islam
menjadi agamanya.15
Dalam artikel jurnal M. Syaifuddien Zuhriy. Salah satu lembaga pendidikan
Islam yang merupakan subkultur masyarakat Indonesia adalah pesantren.
Pesantren adalah salah satu institusi yang unik dengan ciri-ciri khas yang sangat
kuat dan lekat. Peran yang diambil adalah upaya-upaya pencerdasan bangsa yang
telah turun temurun tanpa henti. Pesantren Lah yang memberikan pendidikan
pada masa-masa sulit, masa perjuangan melawan kolonial dan merupakan pusat
studi yang tetap survive sampai masa kini.16
Dalam artikel jurnal Muhammad Shodiq. Madrasah Aliyah pada akhir abad
ke-20 sekarang ini, berdirinya berbeda dengan masa lalu. Jika pada masa lalu
Madrasah Aliyah berdiri sekaligus cikal bakal desa setempat, maka sekarang
Madrasah Aliyah yang berdiri pada keadaan lingkungan desa atau masyarakat yang
sudah ramai atau maju. Kondisi masyarakatnya relatif baik dan kondisi ekonominya
boleh dikatakan mapan. Para pendiri dan pengasuhnya bukan cikal bakal dari
daerah itu, tetapi dari luar kota yang mendapatkan amanat untuk mendirikan dan
mengasuh Madrasah Aliyah tersebut.17
Dalam Disertasi Siti Hasanah Ai, menjelaskan tentang peningkatan
kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an melalui metode resitasi (penugasan)
menurutnya dalam pembelajaran PAI mengenai ilmu tajwid hukum bacaan nun
mati/tanwin dan mim mati, siswa harus dilibatkan secara aktif. Hal ini bisa
dilakukan apabila guru dapat menyajikan materi pembelajaran dengan
menggunakan metode yang bervariasi dan menuntut siswa untuk mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Dalam fenomena sering ditemukan kenyataan siswa
yang malas untuk membaca al-Qur’an bahkan menulis ayat-ayat al-Qur’an sehingga
kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an itu rendah. Alternatif yang dapat
dilakukan ialah dengan menggunakan metode resitasi (penugasan) yakni siswa
diberi tugas berupa menulis dan menghafal.18
Peneliti juga melirik skripsi milik Nur Choirum Mauzuroh. Penelitian ini
menjelaskan beberapa point pada Qs. al-Wāqiʽah yang kemudian menurutnya
bisa diterapkan pada bidang pendidikan, adapun bahasan penelitiannya meliputi
beberapa penjelasan seperti kejadian hari kiamat, kejadian terbentuknya
manusia, tumbuhnya tanaman, adanya api dan air.19 Dalam artikel jurnal yang di
tulis oleh Dewi Murni memaparkan bahwa, Tadarus Al Qur’an adalah ragam
bentuk dan model praktik resepsi dan respon masyarakat dalam memperlakukan
dan berinteraksi dengan al-Qur’an di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Adapun mengenai arti penting peranannya dalam dunia Islam modern ini tidak
lepas dari pemanfaatan dari al-Qur’an itu sendiri benar-benar harus dirasakan
oleh pemegangnya. Harus diingat juga bahwa Peranan al-Qur’an bagi kehidupan
umat adalah sebagai kitab suci yang perlu dikaji penafsirannya untuk
ekperimentasi intelektual, tanpa taklīd-buta dan berpaling dari merenungi ayat-
Nya, baik ayat yang tersurah maupun yang tersirat, kemudian juga tidak
mengenyampingkan sebagai kitab suci yang wajib ‘dibaca’ sebagai ekperimentasi
ibadah ritual.20
Syahrul Rahman. Dalam artikel jurnalnya, mengatakan bahwa bagi pengkaji
yang berorientasi akademis, kajian , artinya memahami dan menjelaskan mengapa
dan bagaimana al-Qur’an dipahami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang
seharusnya berdasarkan pertimbangan teoritis keilmuan tafsir. Seberapa kuat
landasan teoritis yang menjadi dasar sebuah pemahaman bukanlah bagian dari
fokus penelitian ,.21
Ferdiansyah irawan menjelaskan bahwa al-Qur’an merupakan kalam Ilahi dan
mukjizat abadi Rasulullah, sepanjang sejarah umat Islam Al- Qur’an dijadikan
sebagai petunjuk, kitab panutan untuk kehidupan manusia. Manusia juga
merenungkan ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai sudut. Meskipun al-Qur’an
diturunkan pada masa lampau, namun keagungan dan kedalaman maknanya justru
semakin bertambah; semakin hari semakin bertambah kajian dan penelitian yang
dilakukan terhadap al-Qur’an. Kata syifa yang berarti kesembuhan digunakan untuk
menunjukan bahwa selain mengalami penyakit fisik, manusia juga mengalami
penyakit batin atau hati, dan dengan al-Qur’an sebagai penyembuhnya.22
Dalam Disertasi Laelasari. Dijelaskan bahwa hadis mentradisi dalam bentuk
Sunnah. Sunah bergulir di masyarakat dari masa ke masa membentuk sebuah
amalan yang mentradisi. Amalan tersebut terkadang telah menyatu dengan tradisi
lokal. Orang yang selalu mendekatkan diri pada Allah swt dengan berbentuk
amalan ibadah. Sungguh Allah akan mendekat kepadanya lebih cepat. Maka,
sibukkanlah diri dengan berbagai amalan ibadah wajib dan Sunnah. Rasulullah Saw
Telah menganjurkan orang-orang beriman untuk membaca al-Qur’an.23
Artikel jurnal karya Sulihin Azis dan Andriani. Pada jurnal ini dijelaskan
pembedahan makna Qs. al-Wāqiʽah dengan metode analisis semantik yaitu
mengkaji kosa kata yang membentuk makna dan konsep. Data dalam penelitian ini
adalah makna yang terkandung dalam al-Qur’an Qs. al-Wāqiʽah/56: 1-44. Adapun
sumber data dalam penelitian ini adalah Qs. al-Wāqiʽah/56: 1-44 yang terdapat
dalam Tafsīr al-Misbāḥ.24
Karya milik Yustina Marina Basrianty, dalam penelitiannya mengatakan
bahwa Qs. al-Wāqiʽah diyakini oleh siswa Madrasah Aliyah Baitul Hikmah
Pamekasan sebagai perantara untuk memudahkan segala urusan, selain itu juga
untuk melancarkan rezeki. Dalam praktiknya mereka juga dianjurkan merutinkan
bersedekah karena dengan bersedekah akan melancarkan rezeki sesamanya.25
Namun dalam penelitian tersebut tidak ditemukan adanya penjelasan
mengenai konektivitas antara praktik dan bacaan kedua surah tersebut, ini lah yang
menjadi kekurangan dalam penyusunan skripsi. Hal ini bisa terjadi karena adanya
dua pembahasan surah dalam satu penelitian dan membuat kajian ini terlihat
hanya fokus pada hasil penemuan di lapangan saja tanpa mendalami kedua surah
tersebut.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu
proses pencarian dan penangkapan makna yang diberikan oleh suatu realitas
dan fenomena sosial.26 Ada pun caranya yaitu peneliti terlibat secara interaktif
dengan subjek. 27

2. Sumber Data
a. Dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis data yaitu
data primer dan sekunder. Data primer (utama) adalah sumber data yang diperoleh
dari observasi dan wawancara dengan subjek yang diamati. Sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang diteliti dan dikumpulkan
oleh pihak-pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang
diperoleh melalui kajian pustaka. Berupa buku, jurnal, skripsi, tesis, website.
Adapun dalam pencantuman ayat Al- Qur’an dan terjemahnya merujuk kepada
Departemen Agama RI, Mushāf al-Qur’an Terjemah Edisi Tahun 2002 yang
diterbitkan oeh Pena Pundi Aksara. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan selama 32 hari, terhitung sejak dimulainya observasi dilaksanakan.
Adapun sasaran subjek penelitian ini akan dilakukan di Madrasah Aliyah Al Fatah
kel. Tirtajaya, kec. Sukmajaya, Kota Depok. Terpilihnya Madrasah Aliyah Al Fatah
dalam penelitian ini karena peneliti tertarik dengan fenomena tradisi pembiasaan
tadarus Qs. al-Wāqiʽah yang dilaksanakan setiap hari dan ingin menggali lebih jauh
mengenai tujuan dari tradisi tersebut.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan seluruh data yang menjadi pusat perhatian seorang
peneliti dalam ruang lingkup & waktu yang telah ditentukan. 28 Adapun populasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa dan guru / ustadz di
Madrasah Aliyah Al Fatah tahun ajaran 2020/2021.
b. Sampel
Sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih untuk digunakan
dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik nonprobability
sampling29 yaitu suatu sampel yang diambil tanpa adanya probabilitas yang
diketahui mengenai termasuknya satuan-satuan individu dalam populasi. Dengan
kategori Convenience sampling30 (sampel secara kebetulan) teknik sampling ini
diambil dari sebagai anggota sampel yaitu orang-orang yang mudah ditemui atau
yang berada pada waktu yang tepat, mudah ditemui dan dijangkau.
F. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi
non partisipasi, di mana ketika pelaksanaannya peneliti tidak terlibat
langsung dalam kegiatan kelompok yang diteliti dan memposisikan diri
sebagai sebagai observer. Adapun observasi yang dilakukan meliputi
pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian dan perilaku obyek yang
dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan
kepada tujuan penelitian. Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul
data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan
jawaban atau tanggapan.31 Wawancara ini menggunakan metode
wawancara terstruktur di mana peneliti sudah menyiapkan berbagai
macam pertanyaan kepada calon subjek.

G. Teknik Analisa Data


Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
data interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian
kegiatan analisis yang dilakukan secara berurutan.32

Adapun tahap-tahap analisisnya adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data, merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan


abstraksi data kasar yang berdasarkan dari catatan-catatan tertulis di
lapangan (fieldnote).
2. Penyajian data, setelah data direduksi langkah selanjutnya adalah memilah-
milah data sesuai dengan pengelompokkan yang telah ditentukan dengan
membuat semacam skema atau tabel. Hal ini memudahkan dalam
pemahaman.
3. Kesimpulan, dalam hal ini peneliti berusaha untuk menarik kesimpulan
berdasarkan semua hal dari reduksi data dan penyajian data.
H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing- masing
menampakkan titik berat yang berbeda, namun dalam satu kesatuan yang saling
mendukung dan melengkapi.

Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara global namun
integral komprehensif dengan memuat: latar belakang, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka dan sistematika Penulisan.

Bab kedua berisi al-Qur’an dan praktik pembiasaan tadarus surat-surat tertentu.
Adapun isi bahasannya mengenai pengertian al-Qur’an, fungsi- fungsi al-Qur’an, bacaan
surat-surat pilihan dalam al-Qur’an, dan penjelasan tentang Qs. al-Wāqiʽah.

Bab ketiga membahas tentang profil institusi yaitu Madrasah Aliyah Al Fatah.
Adapun bahasannya meliputi sejarah lahirnya Madrasah Aliyah Al Fatah, profil institusi
seperti: gambaran umum, sumber daya manusia (guru dan siswa), visi dan misi pesantren,
program dan kegiatan Madrasah Aliyah, struktur kepengurusan, sarana dan prasarana
Madrasah Aliyah Al Fatah, dan profil informan.

Bab keempat membahas tentang tradisi pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah di


Madrasah Aliyah Al Fatah kel. Tirtajaya, kec. Sukmajaya Kota Depok. Adapun bahasannya
meliputi sejarah awal dan pelaksanaan pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah, pemahaman
siswa tentang Qs. al-Wāqiʽah, tujuan pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah, manfaat dari
membaca Qs. al-Wāqiʽah dan relevansi praktik pembiasaan tadarus Qs. al-Wāqiʽah dalam
ritual keagamaan.

Bab kelima merupakan penutup. Pada bab ini penulis mencoba menjawab rumusan
masalah yang diangkat, dan memberikan rekomendasi
16
17

5
Muhamamad Mansur, Living Qur’an Dalam lintasan Sejarah Studi Al-
Qur’an, Dalam Metodologi Penelitian Living Qur’an Dan Hadis, Syahiron
Syamsudidin (ed.) (Yogyakarta: TH Press, 2007), 6-7.
6
Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren, Asal Usul Dan
Perkembangan Pesantren Di Jawa (Jakarta: Depag RI, 2004), 61-64.
7
Shiddiq, Ahmad. "Tradisi Akademik Pesantren." TADRIS: Jurnal
Pendidikan Islam, vol.10, no.2 (2015): 218-229.
18

8
Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam (Ciputat:
Kalimah, 2001), 39-40.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 1208.
19

10
Ahmad Muhakamurrahman, et al. “Pesantren: Siswa, Kiai, Dan
Tradisi.” Kajian Islam Dan Budaya. Vol. 12, No. 2, (Desember 2014) 115.
11
Hadis ini juga ditakhrīj oleh al-Baihaqi dalam kitabnya: Syu’ab al-
Iman, Lihat CD. al-Maktabah al-Syāmilah. Islamic Global Software. Ridwana
Media, jilid VI. 13, 15, dan 16.
20
21

12
Sutarimah Ampuni, "Proses Kognitif Dalam Pemahaman
Bacaan."Buletin Psikologi, vol.6, no.2 (Desember 1998): 22.
13
Amin Haedari, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan
Modernitas Dan Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta: IRD Press, 2004),
5.
14
Abd Halim, Manajemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 3.
22

15
Muhammad Sholikhin, Ritual Dan Tradisi Islam Jawa: Ritual-ritual
Dan Tradisi- tradisi Tentang Kehamilan, Kelahiran, Pernikahan, Dan Kematian
Dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Islam Jawa (Yogyakarta: Narasi,
2010), 9.
16
M Syaifuddien Zuhriy, "Budaya Pesantren Dan Pendidikan Karakter
Pada Madrasah Aliyah Salaf." Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan, vol.19, no.2 (November 2011): 288.
17
Muhammad Shodiq, "Pesantren Dan Perubahan Sosial". Jurnal Sosiologi Islam,
vol.2, no.2 (September 2011): 122.
23

18
Ai Siti Hasanah, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam
Membaca Al- Qur’an Melalui Metode Resitasi (Penelitian Tindakan Kelas
Pada Bidang Studi PAI di Kelas VII SMPN 3 Cileunyi-Bandung)” (Disertasi S3.,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung 2014), 3.
19
Nur Choirum Mauzuroh, "Nilai-Nilai Pendidikan Keimanan Yang
Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah Al-Wāqiʽah Ayat 57-74." (Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 66-67.
24

20
Dewi Murni, "Paradigma Umat Beragama Tentang ,: Menautkan
Antara Teks Dan Tradisi Masyarakat." Syahadah, vol.4, no.2 (Oktober 2016):
74.
21
Syahrul Rahman, ",: Studi Kasus Pembiasaan tadarus Al-Ma’ṡūrah Di
Pesantren Khalid Bin Walid Pasir Pengaraian Kab. Rokan Hulu". Jurnal
Syahadah, vol.4, no.2, (Oktober 2016): 59.
22
Ferdiansyah Irawan, “Penggunaan Ayat Al-Qur’an Dalam
Pengobatan Alternatif (Studi , Pada Praktik Pengobatan Alternatif Patah
Tulang Ustadz Sanwani Di Ds. Mekar Kondang-Tangerang)” (Disertasi S3.,
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2017), 17.
25

23
Laelasari, “Tradisi Membaca SurahYāsīn Tiga Kali Pada Ritual Rebo
Wekasan: Studi Living Sunnah Di Kampung Sinagar Desa Bojong Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Cianjur” (Disertasi S3., Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung, 2019), 10.
24
Sulihin Azis Andriani, "Analisis Semantik Terjemahan Al-Qur’an
Surah Al- Wāqiʽah." Celebes Education Review, vol.1, no.2 (Oktober 2019):
56-62. 61.
25
Yustina Marida Basrianty, “Tradisi Pembiasaan tadarus Surah Yāsīn
Setelah Maghrib Dan Al-Wāqiʽah Setelah Subuh: Kajian , Di Madrasah Aliyah
Baitul Hikmah Pamekasan Madura” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya,
2020), 83.
26

26
Metode kualitatif merupakan bagian dari proses pengetahuan yang
dapat dianggap sebagai produk sosial dan juga proses sosial. Pengetahuan
sebagai sebuah proses setidaknya memiliki tiga prinsip dasar yakni
empirisme yang berpangku pada fakta dan data, objektivitas dan kontrol.
Lihat Royce Singleton, Jr, Bruce C. Straits, Margaret M. Straits and Ronald J.
McAllister, Approaches to Social Research, (New York: Oxford University
Press, 1988), 28-37.
27
Gumilar Rusliwa Somantri, "Memahami Metode Kualitatif". Makara,
Sosial Humaniora, vol 9, no.2 (Desember 2005): 58.
27

28
Saputra, M. Rosyid, dan Slamet Riyadi, "Sistem Informasi Populasi
Dan Historikal Unit Alat-alat Berat Pada PT. Daya Kobelco Construction
Machinery Indonesia". Jurnal Penelitian Dosen FIKOM (UNDA), vol. 6, no. 2
(2019): 1.
29
Amirullah, Populasi Dan Sampel (Pemahaman, Jenis, dan Teknik)
(Malang: Bayumedia Publishing Malang, 2015), 71.
30
Amirullah, Populasi dan Sampel, 71.
28

31
Merlita Futriana, “Wawancara, 2013,” Diakses, 15
juni, 2019,
http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html
32
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2002), 280

Anda mungkin juga menyukai