Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP TENTANG AL-QUR’AN, AS-SUNNAH, DAN IJTIHAD


DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

Dosen Pengampu :
Endang Switri, S.PD.I, M. PD.I

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Hapsari Maharani ( 06081182328054 )
Maghfiroh Azzahra ( 06081182328010 )
Nanda Aliyatuzzahrah ( 06081182328004 )
Rendi Kurniawan ( 06081182328016 )
Yudha Mahendra ( 06081382328073 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023/2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2


BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 3
2.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
2.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
2.3 Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Al-Qur’an ....................................................................................................... 4
2.2 Pengertian As-Sunnah ...................................................................................................... 4
2.3 Pengertian Ijtihad ............................................................................................................. 4
2.4 Al-Qur’an Sebagai Inspirasi Kebudayaan Islam di Indonesia ......................................... 5
A. Ayat-ayat Al-Qur`an sebagai inspirasi pengembangan kebudayaan Islam di Indonesia. . 5
B. Keanekaragaman corak penafsiran al-Qur’an .................................................................. 6
C. Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan budaya ........................................................ 7
2.5 As-Sunnah sebagai penguat pengembangan budaya Islam di Indonesia ......................... 7
A. Fungsi as-Sunnah dalam pengembangan budaya Islam di Indonesia .............................. 8
B. Model penerapan as-Sunnah dalam pengembangan budaya Islam di Indonesia. ............ 8
2.6 Ijtihad Sebagai Mekanisme Kontekstualisme Al-Qur'an dan As-sunnah ......................... 9
A. Makna dan Berbagai Bentuk Ijtihad................................................................................. 9
B. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Keanekarragaman Ijtihad Ulama ....................... 10
C. Keanekaragaman Ijtihad Ulama Terkait Pengembangan Budaya Islam Di Indonesia ....11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Interaksi antara agama Islam dan kebudayaan asli Indonesia menjadi topik menarik untuk
dibahas. Islam sebagai agama universal yang dianggap sebagai rahmat bagi seluruh alam, telah
berbaur dengan berbagai kebudayaan lokal sejak hadir di dunia. Kehadirannya telah
memungkinkan Islam dan kebudayaan lokal saling bersinergi dan memperkuat satu sama lain.
Sebagai ajaran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada seluruh umat manusia, Islam
memiliki peran sentral dalam membentuk kehidupan manusia di bumi.
Al-Qur'an, sebagai wahyu Ilahi, diakui sebagai sumber absolut kebenaran dalam
pandangan umat Islam. Namun, kebenaran ini hanya dapat terwujud melalui interaksi al-
Qur'an dengan realitas sosial manusia. Dalam perspektif Quraish Shihab, kebenaran tersebut
harus diwujudkan melalui pembacaan, pemahaman, dan penerapan dalam kehidupan sehari-
hari. Saat kebenaran ini diinterpretasikan oleh individu dengan latar belakang budaya atau
pengetahuan yang beragam, kemungkinan munculnya kebenaran parsial juga ada. Namun
demikian, kebenaran mutlak tetap dianggap sebagai milik Tuhan.

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Al-Qur’an?
2. Apa itu As-Sunnah?
3. Apa itu Ijtihad?
4. Bagaimana Peran Al-Qur’an Sebagai Inspirasi Kebudayaan Islam di Indonesia?
5. Bagaimana Peran As-Sunnah Sebagai Penguat Pengembangan Budaya Islam di
Indonesia?
6. Bagaimana Peran Ijtihad Sebagai Mekanisme Kontekstualisasi Al-Qur`an dan As-
Sunnah?

2.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian Al-Qur’an dan Perannya dalam membangun kebudayaan
Islam di Indonesia.
2. Untuk menjelaskan pengertian As-sunnah dan Perannya sebagai penguat pengembangan
kebudayaan Islam di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan pengertian Ijtihad dan Perannya sebagai mekamisme kontekstualisme
Al-Qur’an dan As-sunnah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qur’an


Al-Qur’an adalah petunjuk lengkap, pegangan, panduan dan pedoman bagi umat
muslim untuk menjalankan segala aspek kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat umum
maupun pribadi. Keseluruhan tersebut meliputi ilmu pengetahuan dan kalam mulia yang
hanya bisa dimengerti oleh orang-orang cerdas.
Menurut Bahasa, Al-Qur’an berasal dari Bahasa arab qara-a – yaqra’u – qur’anan
dan bisa diartikan sebagai bacaan atau sesuai yang dibaca berulang-ulang. Menurut Istilah
Alquran bisa diartikan kitab suci bagi umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT
serta diturunkan kepada Rasullullah SAW menjadi mukjizatnya. Alquran disampaikan
menggunakan jalan mutawatir berasal dari pencipta melalui malaikat Jibril pada Nabi
Muhammad SAW dan bernilai ibadah Jika seorang membacanya pada dalam Alquran ada
isi yang memuat aneka macam jenis hukum mengenai kehidupan insan.
Al-Qur‟an memiliki peranan luas dan besar terhadap pengembangan kebudayaan
umat manusia. Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu
pendidikan sosial, moral, spritual, material serta alam semesta. Al-Qur‟an merupakan
sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan pernah mengalami
perubahan.

2.2 Pengertian As-Sunnah


As-Sunnah atau Al-Hadits dimengerti sebagai sebuah cerita atau percakapan baik
dalam bentuk konteks agama atau duniawi atau sejarah yang aktual dalam pandangan
etimologi. Dinamai Al-Hadits dengan disandarkan pada setiap ucapan, kalimat dan
perbuatan Nabi SAW. Dari hal tersebut, diketahi Al-Hadits memiliki tiga bentuk, yaitu Al-
Hadits qauliyah (berisi ucapan dan pernyataan Nabi Muhammad SAW), Al-Hadits fi’liyah
(berisi Tindakan tau perbuatan yang pernah dilakukan Nabi), dan Al-Hadits taqririyah
(persetujuan Nabi atas peristiwa atau kejadian yang terjadi).
As-Sunnah juga merupakan sumber pedoman Islam setelah Al-Qur’an. As-Sunnah
memperkuat dan memperjelas berbagai soal yang ada maupun tidak ada dalam Al-Qur’an.
Hal yang disampaikan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW juga dapat dijadikan
landasan dalam praktik Pendidikan, budaya dan sosial kehidupan seorang muslim.

2.3 Pengertian Ijtihad


Ijtihad biasa diketahui sebagai pemikiran Islam. Pemikiran Islam yang dimaksud
adalah pemikiran yang disertai dengan akal-budi manusia untuk memaknai dan memberi

4
aktualisasi terhadap ajaran Islam. Oleh karena itu, Ijtihad dapat disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan keperluan atau tuntutan kehidupan yang ada untuk dicarikan
sebuah solusi yang tetap berpegang pada prinsip ajaran Islam. Poin tersebut merupakan hal
yang penting agar ajaran Islam dapat diterjemahkan dengan baik serta memberikan
tanggapan terhadap perkembangan ajaran Islam yang sesuai dari masa kemasa dan sesuai
dengan zaman.
Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan zaman semakin menyebar dan
mengambil alih budaya, menjadikan eksistensi ijtihad, terutama dibidang Pendidikan dan
budaya sangat dibutuhkan.

2.4 Al-Qur’an Sebagai Inspirasi Kebudayaan Islam di Indonesia


A. Ayat-ayat Al-Qur`an sebagai inspirasi pengembangan kebudayaan Islam di
Indonesia.
Q.S Al-Baqarah/2:185

َّ ‫ش ِهدَ مِ ۡنكم ال‬


‫شهۡ َر‬ ِ َ‫اس َو بَ ِي ٰنت ِمنَ ۡاله ٰدى َو ۡالف ۡرق‬
َ ‫ان فَ َم ۡن‬ ِ ‫ِى ا ۡن ِز َل ف ِۡي ِه ۡالق ۡر ٰان هدًى لِل َّن‬
ۡ ‫ضانَ الَّذ‬
َ ‫شَهۡ ر َر َم‬
ۡ ۡ ۡ
‫ّللا بِکم اليسۡ َر َو َل ي ِر ۡيد بِکم العسۡ َر َولِتکمِ لوا‬ ۡ
ٰ ‫سفَر فَ ِعدَّة ِمن اَيَّام اخ ََر ي ِر ۡيد‬َ ‫ع لى‬ ٰ َ ‫فَ ۡليَـص ۡمه ؕ َو َمن کَانَ َم ِر ۡيضًا ا َ ۡو‬
ۡ
َ‫ع ٰلى َما َه ٰدٮك ۡم َولَعَلَّک ۡم ت َۡشكر ۡون‬ َ ٰ ‫ۡال ِعدَّة َ َولِتکَبِروا‬
َ ‫ّللا‬

Artinya : “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,


sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu
bersyukur.”

Q.A An-Nisa/4:1

َّ ‫سا ًء َواتَّقوا‬
َ‫ّللا‬ َ ِ‫ِيرا َون‬ َّ َ‫أَيُّ َها النَّاس اتَّقوا َربَّكم الَّذِي َخلَقَكم مِ ن نَفس َواحِ دَة َو َخلَقَ مِ ن َها زَ و َج َها َوب‬
ً ‫ث مِ نه َما ِر َج ًال َكث‬
‫علَيكم َرقِيبًا‬ َ َّ ‫ام ِإ َّن‬
َ َ‫ّللا َكان‬ َ َ ‫الَّذِي ت‬
َ ‫سا َءلونَ ِب ِه َواْلَر َح‬
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya;
dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-
Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Prinsip kebudayaan juga terdapat pada ayat tersebut, menyatakan bahwa perbedaan
ras/suku, warna kulit dan kepercayaan telah ditetapkan oelh Allah SWT. Maka muslim

5
yang membaca Al-Qur’an patut mengamalkan bahwa perbedaan dalam budaya
bukanlah hal yang dapat menciptakan perpecahan namun memang telah diciptakab
oleh Ilahi sebagai cara manusia untuk belajar saling mencintai dan menjaga satu sama
lain.

B. Keanekaragaman corak penafsiran al-Qur’an


Tafsir Al-Qur’an adalah Langkah atau proses untuk mengartikan dan memaknai Al-
Qur’an yang dilakukan oleh manusia sesuai kemampuan kompetensi memahaminya.
Pada zaman nabi, Nabi Muhammad adalah penafsir satu-satunya atau penafsir tunggal.
Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan berkembang pula aliran aliran
mazhab dan pemikiran yang memunculkan corak penafsiran Al-Qur’an.
Tafsir Al-Qur’an memiliki beberapa corak, antaranya yaitu sebagai berikut
1. Corak Tafsir Fiqhi
Corak tafsir fiqhi adalah tafsir yang cenderung mencari hukum-hukum fikih-fikih
yang ada dalam Al-Qur’an. Munculnya corak tafsif ini diketahui akibat dari adanya
permasalahan yang timbul mengenai hukum fikih namun Nabi Muhammad SAW
telah meninggal dunia, mau tidak mau ulama-ulama yang mumpuni harus berusaha
berijtihad dalam mencari hukum-hukum persoalan yang ada.
Kemudian muncul para Imam Madzhab Abu Hanifah, Imam Malik, al-Shafi’I dan
Imam Ahmad bin Hambal.
2. Corak Tafsir Ilmi
Tafsir Ilmi adalah tafsir yang berfokus memahami Al-Qur’an berdasarkan
pendekatan ilmiah atau menggali kandungan Al-Qur’an berdasarkan teori-teori
penetahuan. Alasan munculnya tafsir ini adalah karena kandungan Al-Qur’an pada
dasarnya berisi tentang kalimat-kalimat ilmiah, mengajak umat manusia untuk
merenungkan dan memikirkan fenomena-fenimena alam, menunjukkan besarnya
kekuasaan Allah yang luar biasa.
3. Corak Tafsir Filsafi
Banyaknya buku-buku filsafat Yunani yang diterjemahkan ke Bahasa arab pada
zaman kejayaan Islam membuat banyak cendekiawan yang tertarik dan mendalami
ilmu ini. Dampaknya adalah berbagai bidang keilmuan Islam diselipi filsafat, tidak
terkecuali dengan ilmu tafsir.
Ilmu Tafsir Filsafi ini terbagi menjadi dua golongan ulama. Pertama yang menolak
ilmu dengan sumber buku karangan hasil para ahli filsafat karena beranggapan
bahwa filsafar dan agama adalah hal yang bertentangan, maka merka melakukan
penolakan. Kedua adalah golongan orang-orang yang mengagumi filsafat dan
mempelajarinya dengan baik selama tidak bertentangan dengan norma-norma dan
ajaran Islam, serta mereka juga berusaha untuk menghilangkan pertentangan antara
agama dan filsafat.
4. Corak Tafsir Tarbawi
Kata Tarbawi mengandung sifat atau mengandung arti mengenai pendidikan, dari
hal ini dapat diketahui bahwa tafsir tarbawi adalah proses untuk memaknai Al-

6
Qur’an untuk kepentingan mengembangkan pendidikan. Tafsir tarbawi
menggunakan konsep untuk keperluan tarbiyah (pendidikan Islam).
5. Corak Tafsir I’tiqadi
Kata I’tiqadi memiliki arti keyakinan atau kepercayaan. Maka definisi dari tafsir
I’tiqadi adalah tafsir yang berfokus pada persoalan akidah. Corak tafsir ini
membutuhkan kepandaian, keinginan, pemahaman logika yang lebih besar
dibanding penulisan untuk memudahkan membelokkan pandangan yang
belawanan dengan pemahamannya.
6. Corak Tafsir Adabi Ijtima’i
Tafsir adabi ijtima’I berfokus bahasannya dalam mengemukakan ungkapan-
ungkapan al-Qur'an secara teliti, selanjutnya menjelaskan makna-makna yang
dimaksud oleh al-Qur'andengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian
berusaha menghubungkanal-Qur'an yang tengah dikaji dengan kenyataan sosial
dan sistem budaya yang ada.

C. Ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan budaya


Ciri-ciri kebudayaan Islam adalah berdasarkan kepada ajaran-ajaran agama Islam
dengan dua sumbernya yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian segala kegiatan
atau hasil budaya wajib merujuk kepada ajaran agama. Ciri lain kebudayaan Islam
adalah menyeimbangkan antara keperluan dunia (materi) dan akhirat (ukhrawi).
Konsep kebudayaan dalam Islam adalah bahwa kebudayaan wajib berdasar kepada
ajaran-ajaran agama Islam.
Pandangan Islam terhadap manusia dan kebudayaannya adalah seperti yang
terdapat dalam Al-Qur’an berikut ini.

‫علِيم‬ َّ ‫ّللاِ أَتقَاكم إِ َّن‬


َ َ‫ّللا‬ َّ َ‫ارفوا إِ َّن أَك َر َمكم عِند‬
َ َ‫يَا أَيُّ َه ا النَّاس إِنَّا َخلَقنَاكم ِمن ذَكَر َوأنث َ ٰى َو َجعَلنَاكم شعوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَع‬
‫َخبِير‬

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan dan Kami menjadikan kamu bangsa dan puak supaya kamu berkenal
kenalan, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yangbertakwa
di antara kamu.” (Quran, surah Al-Hujurat:13).

2.5 As-Sunnah sebagai penguat pengembangan budaya Islam di Indonesia

As-Sunnah merupakan sumber dari ajaran agama Islam dan dipergunakan sebagai
unsur pembentuk syariat Islam setelah Al-Qur'an. Sunnah dan budaya atau tradisi sejak
lama menjadi kontroversi. Sunnah Nabi juga menjadi teladan dan pedoman dalam
menjalankan segala macam aktifitas kehidupan seorang muslim. Hal ini yang
menjadikan Sunnah sebagai teladan dan contoh ideal dalam mengamalkan sesuai dengan
kaidah kan konteksnya.

7
A. Fungsi As-Sunnah dalam pengembangan budaya Islam di Indonesia
a. Memperkuat Hukum-Hukum Al-Qur’an
Al-Qur’an dan As-Sunnah keduanya sama-sama menjdi sumber hukum.
Contohnya, dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan mengerjakan sholat wajib,
zakat, puasa serta haji. Kemudian Rassulullah dalam hadisnya memperkuat
perintah tersebut dengan menyatakan “Islam ditegakkan atas lima dasar, yaitu
syahadat, salat, zakat, puasa dan haji”.
b. Memberi Perincian dan Penafsirat ayat-ayat Al-Qur’an
As-Sunnah memberikan penafsiran atau merincikan ayat-ayat Al-Qur’an yang
masih Mujmal (belum jelas petunjuknya), juga memberi Taqyid (syarat) untuk ayat
ayat Al-Qur’an yang masih umum.
Contohnya, dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci mengenai kewajiban
sholat berapa rakat dan tata cara sholat, tidak mengatur dengan detail nisab-nisab
zakat, dan tidak juga memaparkan tata cara atau kaidah haji. Dimana kemudian
dalam hadis-hadisnya Rasulullah memperinci hal-hal tersebut dengan sangat jelas.
c. Menetapkan Hukum yang tidak ada dalam Al-Qur’an
Dalam hal ini hukum-hukum yang dimaksud hanya sebatas hukum hadis,
contohnya hukum berpoligami dengan seorang Wanita dan bibinya sendiri adalah
haram. Kedudukan As-Sunnah dan hadis yang menetapkan hukum diatas
membuktikan bahwa keduanya adalah sumber hukum Islam. Banyak sekali hukum
hadis/sunnah yang tidak tertulis jelas dalam Al-Qur’an, contohnya adalah larangan
bagi seorang pria untuk memakai sutera dan emas. Atau juga larangan atau
keharaman untuk memakan burung yang berkuku tajam, hewan bertaring, dan
lainnya.
B. Model penerapan as-Sunnah dalam pengembangan budaya Islam di Indonesia.
Tradisi dan budaya adalah kebiasaan yang sudah ada sejak lama dan turun
temurun dialihkan ke generasi selanjutnya. Tradisi budaya merupakan nilai-nilai
yang dipegang oleh penganutnya sejak lama dan dianggap benar hingga sekarang.
Beberapa Model Penerapan As-Sunnah dalam budaya Islam adalah sebagai berikut

1. Sunah Nabi mengenai batas pakaian wanita menutup aurat.


Terdapat hadis yang mengatakan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat
terkecuali kedua tangan dan wajah, karena itu wanita wajib mengenakan pakaian
yang mmenutup seluruh tubuhnya kecuali telapak tangan dan wajah. Sunah ini
tidam membatasi muslimah untuk menentukan keputusannya dalam berpakaian.
Terdapat juga hadis yang menerangkan tentang keleluasaan muslimah dalam
memilih ukuran, jenis dan bentuk pakaiannya.

2. Sunnah Nabi tentang tradisi bersiwak


Nabi Muhammad SAW menggunakan siwak yang terbuat dari kayu Arak untuk
membersihkan mulutnya.

8
3. Sunnah Nabi tentang janggut dan pakaian
Nabi Muhammad SAW telah memakai pakaian tradisi Arab dan memanjangkan
janggut yang juga menjadi tradisi saat itu. Sunnah ini mengartikan rasa
nasionalisme dan setiap muslim dapat mengenakan pakaian (bangsanya) tanpa rasa
ragu dan sungkan.

4. Sunnah Nabi tentang makan kurma dan minum susu


Hasil pertanian pada zaman Nabi saat itu adalah kurma dan susu hasil perahan
sapisapi, serta ternak kambinh dan onta. Maka pada saat itu Rasulullah serta
sahabatnya selalu minum susu dan kurma. Sunnah ini mengartikan untuk mencintai
produk dalam negri hasil lokal.

5. Sunnah tentang Budaya Poligami


Rasulullah SAW memang menikahi 9 wanita dan Allah memberikan banyak
manfaat atas itu, namun yang demikian itu hanya di khususkan untuk beliau. Selain
Rasulullah dibolehkan poligami tidam lebih dari 4 orang. Berpoligami memiliki
banyak kebermanfaatan bagi wanita maupun laki laki.
Tetapi orang yang tidak mampu berpoligami dan takut kalau tidak dapat berlaku
adil, maka hendaknya cukup menikah dengan satu istri saja.

2.6 Ijtihad Sebagai Mekanisme Kontekstualisme Al-Qur'an dan As-sunnah


A. Makna dan Berbagai Bentuk Ijtihad
Ijtihad adalah proses membuat keputusan hukum tentang permasalahan umat Islam
yang tidak dapat diselesaikan dengan hukum yang ada di Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Hukum yang dihasilkan melalui ijtihad selalu berubah sesuai dengan lokasi dan waktu,
serta tujuan hukum Islam. Beberapa bentuk dari ijtihad adalah sebagai berikut:
1. Ijma
Ijma adalah persetujuan para ulama dalam menciptakan hukum Islam berdasarkan
Al-Qur'an dan hadist supaya umat Islam dapat meyakininya. Hasil dari ijma, yaitu
fatwa atau keputusan yang diambil secara kolektif oleh para ulama dan ahli agama
yang boleh diikuti oleh seluruh umat manusia. Ijma termasuk penerapan adzan dan
iqomah dua kali di sholat Jumat, yang dimulai pada masa kepemimpinan Ustman
bin Affan, keputusan untuk membukukan Al Quran pada masa kepemimpinan Abu
Bakar As Shidiq, kesepakatan para ulama untuk mengharamkan minyak babi, dan
menjadikan as sunnah sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Quran.
2. Qiyas
Qiyas adalah proses menemukan hukum suatu perkara baru yang belum pernah ada
sebelumnya, tetapi memiliki sebab, manfaat, dan bahaya yang sama dengan perkara
sebelumnya, sehingga memiliki hukum yang sama. Contohnya adalah menentukan
apakah narkotika halal atau haram, karena qiyas adalah analogi. Dalam Al Quran
dan Al Hadits, narkoba tidak disebutkan dan tidak ada di zaman Nabi Muhammad
SAW. Karena itu, para ulama dan ahli ijtihad menganalogikan narkoba dengan
khamr, atau minuman yang memabukan. Konsumsi narkoba memiliki efek yang

9
sama atau bahkan lebih berbahaya daripada minuman beralkohol. Oleh karena itu,
diputuskan bahwa penggunaan narkoba merupakan pelanggaran hukum.
3. Istishab
Istishab adalah peraturan atau hukum ketentuan sampai ada alasan yang memadai
untuk mengubahnya. Hakikat istishab adalah memberlakukan undang-undang lama
selama belum ada undang-undang yang mengubahnya.Misalnya, jika seseorang
pada awalnya suci dari najis, itu akan ditetapkan suci sampai ada bukti yang
menunjukkan bahwa dia terkena najis.
4. Urf
Urf artinya penetapan dibolehkannya tata cara atau kebebasan rakyat selama hal
tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang ada pada dalam Al-Qur`an
serta hadist. Misalnya ialah budaya tahlilan atau kirim doa yg diperbolehkan dalam
islam sebab secara umum dikuasai ulama menegaskan kebolehan membaca bacaan
Al-Qur`an serta kalimat thayyibah pada mayit.
5. Maslahah
Mursalah merupakan cara memilih aturan sesuai pertimbangan manfaat serta
kegunaannya. misalnya pencatatan perkawinan pada surat resmi, tujuannya sebagai
maslahat untuk sahnya gugatan pada perkawinan, pembagian harta, nafkah, dan
lain sebagainya.
6. SududzDzariah
Sududz Dzariah adalah keputusan aturan perihal hal-hal yang diizinkan makhruh
atau haram buat kepentingan manusia contoh keharaman mencaki-maki
sesembahan non-muslim karena berpotensi munculnya celaan pada Allah swt.
7. Istihsan
Istihsan merupakan tindakan meninggalkan satu hukum ke hukum lain sebab bukti
Syariah yang mensyaratkannya. Contohnya merupakan kasus orang yang makan
dan minum sebab lupa di waktu beliau sedang berpuasa. Berdasarkan kaidah umum
puasa orang ini batal sebab sudah memasukan sesuatu ke dalam tenggorokannya
serta tidak menahan puasanya sampai di ketika berbuka. Akan tetapi, hukum ini
dikecualikan oleh hadist Nabi SAW yang mengatakan: “Siapa yang makan atau
minum karena lupa ia tidak batal puasanya karena hal itu merupakan rizki yang
diturunkan Allah kepadanya.” (HR. Tirmidzi).

B. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Keanekarragaman Ijtihad Ulama


1. Perbedaan Pendapat Ulama sebagai Fitrah dan Kehendak Allah
Perbedaan pendapat antar Ulama banyak sekali faktornya, salah satunya
adalah karena metodologi berpikir yang tak seirama. Namun, perbedaan pendapat
di kalangan ulama membentuk pemikiran yang beragam dan menciptakan banyak
pemikiran lainnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai variasi
warna kulit, bahasa, tabiat, dan bentuk tubuh. Dalam keragaman inilah terdapat
keindahan dan kesempurnaan.

2. Perbedaan Kultur atau Budaya dimana Masing-Masing Mujtadid Hidup


Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk paling sempurna serta Allah
menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal
satu dengan yang lain. Hal inilah yang menjadi cikal-bakal suatu budaya lahir.

10
Budaya yang terdapat di lebih kurang masyarakat tentunya memiliki karakteristik
spesial atau pembeda antara budaya satu dengan budaya yang lain, mirip mirip
halnya bahasa dan kebiasaan. Selain itu, budaya jua berpengaruh terhadap cara
berpikir seseorang insan, terkhususnya bagi Mujtahid. seorang Mujtahid bisa
mempertimbangkan apakah suatu budaya yang hayati di lingkungan daerah
tinggalnya sesuai menggunakan syariat Islam atau tidak dengan sesuai ilmu agama
yang dia punya karena itu, munculah banyak pendapat yang berbeda antara satu
ulama denga ulama yang lain yang disebabkan sebab suatu budaya. sebab, budaya
yang ada pada global ini sangat majemuk.

C. Keanekaragaman Ijtihad Ulama Terkait Pengembangan Budaya Islam Di


Indonesia
1. Tradisi Keagamaan yang Beragam
Indonesia memiliki tradisi keagamaan yang beragam, termasuk Nahdlatul Ulama
(NU) yg cenderung lebih tradisional serta Muhammadiyah yang lebih moderat.
Kedua organisasi ini mempunyai pandangan serta pendekatan yang berbeda
terhadap berita-gosip keagamaan serta budaya, yang tercermin pada ijtihad-ulama
mereka.
2. Pendekatan Terhadap Seni dan Budaya Lokal
Ulama-ulama Indonesia telah mengembangkan ijtihad dalam menghubungkan nilai-nilai
Islam dengan seni dan budaya lokal. Mereka telah berkontribusi dalam mengintegrasikan
seni tradisional seperti wayang kulit, gamelan, tari, dan seni rupa dalam konteks Islam,
menjadikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari budaya Islam di Indonesia.
3. Pendekatan Terhadap Modernitas
Banyak ulama Indonesia sudah melakukan ijtihad guna menyelaraskan ajaran Islam
dengan perkembangan modernitas. Mereka menghadapi tantangan baru seperti teknologi,
globalisasi, serta perubahan sosial, dan berusaha membawa prinsip-prinsip Islam ke pada
empiris terkini tanpa mengabaikan akar budaya serta nilai-nilai tradisional.
4. Pendidikan Islam
Ulama-ulama Indonesia telah berkontribusi dalam mengembangkan ijtihad terkait sistem
pendidikan Islam. Mereka mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan
budaya serta kebutuhan lokal sambil mempertahankan nilai-nilai Islam.
5. Pemikiran Tentang Pluralisme dan Toleransi
Seiring dengan keberagaman etnis, bahasa, dan budaya di Indonesia, ulama-ulama telah
melakukan ijtihad buat mengembangkan pemahaman Islam yang inklusif dan toleran.
Mereka berkontribusi dalam membangun pandangan yang menerima disparitas serta
mendorong obrolan antaragama serta kerjasama lintas budaya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akmansyah, M. (2015). AL-QUR’AN DAN AL-SUNNAH SEBAGAI DASAR IDEAL


PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 129-138.

Dr. Alamsyah, M. (2020). Relasi Sunnah dan Budaya Dalam Konstruk Fikih Nusantara. Bandar
Lampung: Pusaka Media.

Sudrajat, A. (2016). AL-QURAN DALAM PERSPEKTIF BUDAYA. Pendidikan Agama Islam


Universitas Negeri Yogyakarta., 6-7.

Syukur, A. (2015). MENGENAL CORAK TAFSIR AL-QUR’AN. Mengenal Corak Tafsir al-
Quran, 86-96.

Ula, M. (2019). SISTEM PENGENALAN DAN PENERJEMAHAN. Jurusan Teknik


Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, 104-112.

12

Anda mungkin juga menyukai