Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP TENTANG AL-QUR’AN, AS-SUNNAH, DAN


IJTIHAD DALAM MEMBANGUN KEBUDAYAAN
ISLAM DI INDONESIA

Disusun Oleh:
1. Intan Cahyani Aprilianti (06081282227029)
2. Sandrina Putri Athaillah (06081382227066)
3. Raudha Aura Humairah (06081282227030)
4. Zelvy Salsabila Zalisca (06081282227018)
5. M. Haikal Fikri Hakim (06081282227017)
6. Bella Sevta Yolanda (06081282227019)

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Dr. Zaimuddin, M.S.I

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................2
2.1 Pengertian Al-Qur'an .............................................................................................................2
2.2Pengertian As-sunnah. ..............................................................................................................2
2.3 Pengertian Ijtihad ..................................................................................................................2
2.4 Al-Qur'an Sebagai Inspirasi Kebudayaan Islam di Indonesia .................................................3
A. Ayat-ayat Al-Qur'an Sebagai Inspirasi Pengembangan Kebudayaan Islam Di Indonesia .....3
B. Keanekaragaman Corak Penafsiran Islam Di Indonesia .......................................................4
C. Ayat-ayat Al-Qur'an yang Berkaitan dengan Budaya ......... Error! Bookmark not defined.
2.5As-sunnah Sebagai Penguat Pengembangan Budaya Di Indonesia ..........................................7
A. Fungsi As-sunnah dalam Pengembangan Budaya Islam Di Indonesia ................................7
B. Model Penerapan As-sunnah dalam Pengembangan Budaya Islam Di Indonesia ................8
2.6Ijtihad Sebagai Mekanisme Kontekstualisme Al-Qur'an dan As-sunnah .................................8
A. Makna dan Berbagai Bentuk Ijtihad ....................................................................................8
B. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Keanekarragaman Ijtihad Ulama ............................ 10
C Keanekaragaman Ijtihad Ulama Terkait Pengembangan Budaya Islam Di Indonesia .......... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persentuhan agama Islam dengan kebudayaan asli Indonesia, tentumerupakan pembahasan yang
menarik, di mana Islam sebagai agamauniversal merupakan rahmat bagi semesta alam, dan
dalam kehadirannyadi muka bumi ini, Islam berbaur dengan beragam kebudayaan lokal
(localculture), sehingga antara Islam dan kebudayaan lokal pada suatumasyarakat tidak bisa
dipisahkan, keduanya merupakan bagian yang salingmendukung dan menguatkan. Islam sebagai
agama yang diturunkan olehAllah SWT. untuk semua umat manusia telah memainkan perannya
didalam mengisi kehidupan umat manusia di muka bumi ini. KehadiranIslam di tengah-tengah
masyarakat yang sudah memiliki kebudayaantersendiri, menjadikan Islam dengan budaya
setempat mengalamiakulturasi, yang pada akhirnya tata pelaksanaan ajaran Islam
menjadiberagam.Namun demikian, al-Qur‘an dan hadis sebagai sumber hukumIslam tetap
menjadi ujung tombak pada masyarakat yang mayoritasmuslim, sehingga Islam begitu identik
dengan keberagaman.
Al-Qur‘an sebagai wahyu Allah, dalam pandangan dan keyakinanumat Islam adalah sumber
kebenaran dan mutlak benarnya. Meskipundemikian, kebenaran mutlak itu tidak akan tampak
manakala al-Qur‘antidak berinteraksi dengan realitas sosial, atau menurut Quraish
Shihab,dibumikan, dibaca, dipahami, dan diamalkan. Ketika kebenaran mutlak itudisikapi oleh
para pemeluknya dengan latar belakang kultural atau tingkatpengetahuan yang berbeda akan
muncul kebenaran-kebenaran parsial,sehingga kebenaran mutlak tetap milik Tuhan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Al-Qur’an?
2. Apa Itu As-sunnah?
3. Apa Itu Ijtihad?
4. Bagaimana Peran Al-Qur’an sebagai inspirasi kebudayaan Islam Di Indonesia?
5. Bagaimana Peran As-sunnah Sebagai Penguat Pengembangan Budaya Di Indonesia?
6. Bagaimana Peran Ijtihad Sebagai Mekanisme Kontekstualisme Al-Qur’an dan As-
sunnah?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian Al-Qur’an dan Perannya dalam membangun kebudayaan
Islam di Indonesia.
2. Untuk menjelaskan pengertian As-sunnah dan Perannya sebagai penguat pengembangan
kebudayaan Islam di Indonesia.
3. Untuk menjelaskan pengertian Ijtihad dan Perannya sebagai mekamisme kontekstualisme
Al-Qur’an dan As-sunnah
1

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al-Qur’an
Menurut bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata ‫( قر ا‬Qara’a) yang artinya membaca. Al-Qur’an
menurut istilah adalah wahyu Allah SWT. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
melalui perantara yaitu malaikat Jibril dan diterima oleh umat Islam agar dapat dijadikan
petunjuk dan pedoman hidup manusia Al-Qur’an terdiri atas 114 surah, 30 Juz dan 6.236
ayat. Al-Qur’an diurunkan oleh Allah SWT. Melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur
selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Isi kandungan Al-Qur’an terdiri dari Akidah, Ibadah dan
muamalah, hokum, sejarah, akhlak dan ilmu pengetahuan.
2.2 Pengertian As-sunnah
Menurut bahasa, As-Sunnah beararti “kebiasaan’’. As-Sunnah menurut istilah syariat ialah
segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW dalam bentuk ucapan,
perbuatan, penetapan, sifat tubuh serta akhlak. Ketokohan dan kepribadian Rasulullah SAW.
Merupakan penambah kejelasan dalam sebuah ajaran islam. Sunnah bisa juga disebut hadis,
hadis secara bahasa adalah berbicara, perkataan, percakapan. Secara istilah hadis / sunnah
merupakan segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Rasulullah
SAW. yang dijadikan dasar dan landasan syariat islam.

2.3 Pengertian Ijtihad


Ijtihad merupakan suatu cara untuk mendalami suatu hukum yang sudah ada pada zaman
Rasullulah SAW. Ijtihad berasal dari kata “al-jahd” atau “al-juhd” yang memiliki arti “al-
masyoqot” (kesulitan atau kesusahan) serta “athoqot” (kesanggupan dan kemampuan) atas
dasar firman Allah Swt dalam QS. Yunus: 9: Artinya: ….”dan (mencela) orang yang tidak
memperoleh (sesuatu untuk disedekahkan) selain kesanggupan”. Dilihat dari kata masdar
dari fiil madhi yaitu “ijtihada”, penambahan hamzah dan ta’ pada kata “jahada” menjadi
“ijtihada” pada wazan ifta’ala, memiliki arti usaha untuk lebih sungguh-sungguh. Seperti
halnya “kasaba” menjadi “iktasaba” yang artinya usaha lebih kuat dan sungguh-sungguh.
Maka dari itu “ijtihada” memiliki arti usaha keras atau pengerahan daya upaya.Ada arti
lain dari Ijtihad yaitu berusaha meningkatkan daya dan upaya yang dimilikinya Dengan itu,
ijtihad dapat berfungsi sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
menyangkut tentang hukum Islam
Ijtihad (Arab: i ‫ ) ا ج داهت‬merupakan proses-proses menetapkan hukum syariat Islam
dengan memaparkan pemikiran serta tenaga dengan sungguh-sungguh. Dapat diartikan
bahwa ijtihad adalah penetapan sumber hukum Islam.Dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan umat manusia terhadap pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di tempat
dan waktu tertentu.

1
2.4 Al-Qur'an Sebagai Inspirasi Kebudayaan Islam di Indonesia
A. Ayat-ayat Al-Qur'an Sebagai Inspirasi Pengembangan Kebudayaan Islam Di
Indonesia

َ ‫ان م َن ْٱل ُم ْْشك‬


َ َ َ َ ً َ َ ْ َ َّ ْ َّ َ َ ْ َ ٓ َ ْ َ ْ َ َّ ُ
‫ي‬ ِِ ِ ‫ثم أوحينا ِإليك أ ِن ٱت ِبع ِملة ِإب َ َٰر ِهيم ح ِنيفا ۖ وما ك‬

Artinya: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim


seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
QS An-Nahl (16) : 123

َ ً َ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ ُْ َ ْ َّ ِّ ً ُ ُ ُ ْ َ ُ ٓ َّ َ َ َ َ ْ َ
َٰ َ ‫يضا أ ْو َع‬
‫َل‬ ‫َٰت ِّم َن ٱل ُهد َٰى َوٱلف ْرق ِان ۚ فمن ش ِهد ِمنكم ٱلشهر فليصمه ۖ ومن كان م ِر‬
َ ِّ َ َ
ٍ ََٰٰ ‫اس وبين‬ ِ ‫يه ٱلق ْر َءان هدى للن‬
ِ ‫شه ُر رمضان ٱل َِذى أُ ِنزل ِف‬
َ ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ َ ۟ ُ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ُ ُ َّ ُ ُ َ َ
َ َّ ‫وا ْٱلع َّد َة َول ُت َك ِّ ُّب ۟وا‬
َٰ َ ‫ٱَّلل َع‬ ٌ َّ َ َ
‫َل َما هد َٰىك ْم َول َعلك ْم تشك ُرون‬ ِ ِ ِ ‫ش و ِلتك ِمل‬ ‫َسف ٍر ف ِعدة ِّم ْن أ َّي ٍام أخر ۗ ي ِريد ٱَّلل ِبكم ٱليش وَل ي ِريد ِبكم ٱلع‬

Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
QS al-Baqarah (2):185

1
B. Keanekaragaman Corak Penafsiran Islam Di Indonesia
Tafsir Al-Qur’an merupakan proses memahami makna kalam Allah yang dilakukan
manusia sesuai kompetensi dan kemampuan dalam memahaminya. Pada masa Nabi
belum muncul keberagaman corak dalam penafsiran, sehingga Nabi menjadi satu satunya
sumber penafsiran atau mufasir tunggal. Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan
menjadikan berkembangnya pula aliran madhhab dan pemikiran yang memberikan
dampak pada keberagaman corak penafsiran Al-Qur’an.
a. Pengertian corak tafsir Al-Qur’an
Kata corak mempunyai banyak makna dalam kamus besar Bahasa Indonesia diantaranya,
corak berarti bunga atau gambar (ada yang berwarna warna) pada kain (tenunan,
anyaman), juga bermakna berjenis-jenis warna pada warna dasar, juga berarti sifat
(faham, macam, bentuk) tertentu. Biasanya digunakan sebagai terjemahan dari kata al-
aun, dalam bahasa Arab yang berarti warna.
Keahlian atau spesifikasi yang dimiliki oleh seorang mufasir yang dilatarbelakangi oleh
pendidikan, lingkungan maupun akidahnya disebut corak tafsir. Jika seorang mufasir
menafsirkan menafsirkan ayat – ayat Al-Qur’an dengan pendekatan analisa kebahasaan
atau disebut corak lughawi, maka ia merupakan seorang ahli bahasa. Jika kecenderungan
penafsirannya lebih menggunakan pendekatan ilmiah atau dikenal corak ilmi, maka ia
adalah seorang pakar dalam bidang ilmu pengetahuan (sains). Akan tetapi, hal di atas
bukan berarti mufasir hanya memiliki satu keahlian dalam cabang ilmu saja, karena
dalam menafsirkan al-Qur’an membutuhkan banyak perangkat dan persyaratan akademis
maupun metodologis.
Kata tafsir merupakan masdar dari kata fassarayufassiru-tafsiran, yang dalam kamus al-
Munawwir bermakna tafsiran, interpretsi, penjelasan, komentar, dan keterangan. kata
tafsir juga diambil dari kata al-fasru yang berarti menjelaskan dan menyingkap sesuatu
yang tertutup.

b. Kemunculan dan keberagamancorakpenafsiran Al-Qur’an


Al-Qur’an benar benar terbuka untuk ditafsirkan oleh para mufasir. Kondisi sosio-
kultural dimana ia tinggal, situasi politik sekitarnya dan kecendrungan keahlian
memahami seorang mufasir sangat berpengaruh pada mufasir. Sehingga jika objek kajian
tunggal (teks Al-Qur’an), maka hasil pnafsirannya tidak lah tunggal, melainkan plural.
Oleh sebab itu muncul keberagaman corak-corak penafsiran yang tidak dapat dihindari
dalam sejarah pemikiran umat islam.Munculnya keberagaman corak penafsiran menjadi
hal positif yang menunjukan kekayaan pemikiran umat islam yang digali dari Al-Qur’an.
Jadi, corak tafsir adalah nuansa atau sifat khusus yang mewarnai sebuah penafsiran dan
merupakan salah satu bentuk ekspresi intelektual seseorang mufasir, ketika ia
menjelaskan maksud-maksud ayat al-Qur’an. Artinya bahwa kecenderungan pemikiran
atau ide tertentu mendominasi sebuah karya tafsir. Kecenderungan inilah yang kemudian
muncul ke permukaan pada periode abad pertengahan.
4

1
Adapun corak-corak tafsir yang berkembang dan populer hingga masa modern ini adalah
sebagai berikut:
1. Corak Lughawi
Corak lughawi adalah penafsiran yang dilakukan oleh mufasir ahli bahasa dengan
kecendrungan atau pendekatan analisa kebahasaan. Tafsir model ini biasanya lebih
diwarnai dengan kupasan kata perkata, mulai dari asal dan bentuk kosa kata sampai pada
kajian gramatika. Sebagai landasan dan acuan tak jarang mufasir mencantumkan bait-bait
syair Arab.
Seorang yang menafsirkan Al-Qur’an dengan corak lughawi harus paham dan mengerti
bahasa yang digunakan Al-Qur’an yaitu bahasa Arab dengan segala aturannya, dengan itu
seorang mufasir akan mudah mendapatkan makna dan susunan kalimat Al-Quran
sehingga mampu mengetahui maknanya. Di antara kitab tafsir yang menekankan aspek
bahasa adalah Tafsir al-Jalalain karya bersama antara al-Suyu’ti dan al-Mahalli’, Mafa’tih
al-Ghaib karya Fakhruddi’n al-Ra’zi, dan lain-lain.
2. Corak Filsafat
Berkembangnya kebudayaan dan pengetahuan umat islam menjadikan pemicu munculnya
keberagaman penafsiran. Bersamaan dengan itu pada masa Khilafah ‘Abbasiyah banyak
penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Di antara bukubuku yang
diterjemahkan adalah buku-buku filsafat, yang akhirnya dikonsumsi oleh umat Islam.
3. Corak ilmi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta munculnya usaha penafisran Al-Qur’an
yang berkaitan dengan perkembangan ilmu yang terjadu membuat corak ini ada.
Perkembanga ilmu pengetahuan memerdekakan dari keraguan, dan melepas belengguu
berfikir terdapat dalam Al-Qur’an Allah ta’ala telah mendorong kita untuk mengamati
ayat-ayat kauniyah, di samping ayat- qur’aniyah. untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an
yang berisi informasi ilmu pengetahuan diperlukan ta’wil ‘ilmi‛ (penafsiran secara
ilmiah). Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi sebenarnya belum pernah melakukan
takwil ayat-ayat al-Qur’an yang berisi informasi ilmu pengetahuan tersebut. Ia hanya
diberi tugas untuk menyampaikan kepada manusia tanpa menakwilkannya. Kalaupun
Nabi melakukan takwil, maka takwil itu merupakan sesuatu yang nisbi atau relatif,
sempurna hanya Allah, karena pengetahuan Allah bersifat sempurna dan mutlak,
sedangkan hasil takwil yang dilakukan oleh manusia bersifat relatif, sebagai
konsekuensinya, takwil harus bersifat berkembang terus seiring kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.

1
4. Corak Fiqhi
Corak fiqhi merupakan corak yang berkembang. Tafsir fiqhi lebih popular disebut tafsir
ayat al-Ahkam atau tafsir ahkam karena lebih berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam
al-Qur’an. Tafsir ini berusia sangat tua, karena kelahirannya bersamaan dengan kelahiran
tafsir al-Qur’an itu sendiri.
5. Corak tasawwuf
Menurut Quraish Shihab, corak ini muncul akibat munculnya gerakan sufi sebagai reaksi
dari kecenderungan berbagai pihak terhadap materi, atau sebagai kompensasi terhadap
kelemahan yang dirasakan. Faktor lain adalah karena berkembangnya era penerjemahan
karya-karya filsafat Yunani di dunia Islam, maka muncul pula tafsir-tafsir sufi falsafi.
6. Corak al-Adabi wa al-Ijtima ’i
Corak tafsir yang memadukan filologi dan sastra, dan corak tafsir kemasyarakatan. Corak
tafsir kemasyarakatan ini sering dinamakan juga ijtima‘i. Kata al-Adabi dilihat dari
bentuknya termasuk yang berarti sopan santun, tata krama dan sastra. Secara leksikal,
kata tersebut bermakna norma-norma yang dijadikan pegangan bagi seseorang dalam
bertingkah laku dalam kehidupannya dan dalam mengungkapkan karya seninya. Oleh
karena itu, istilah al-adabi bisa diterjemahkan sastra budaya. Sedangkan kata alIjtima’i
bisa diterjemahkan kemasyarakatan atau sosial. Jadi secara etimologis tafsir al-Adabi al-
Ijtima‘i adalah tafsir yang berorientasi pada satra budaya dan kemasyarakatan, atau bisa
disebut dengan tafsir sosio-kultural.
Jadi, corak penafsiran al-Adabi al-Ijtima‘i adalah corak penafsiran yang berorientasi pada
sastra budaya kemasyarakatan. Suatu corak penafsiran yang menitikberatkan penjelasan
ayat al-Qur’an pada segi-segi ketelitian redaksionalnya, kemudian menyusun kandungan
ayat-ayatnya dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama turunnya
ayat, kemudian merangkaikan pengertian ayat tersebut dengan hokum hukum alam yang
berlaku dalam masyarakat dan pembangunan dunia. Contoh Tafsir Adabi Ijtima‘I antara
lain adalah mengenai masalah sosial.
C. Ayat-ayat Al-Qur'an yang Berkaitan dengan Budaya
Ciri-ciri kebudayaan Islam adalah berdasarkan kepada ajaran-ajaran agama Islam dengan
dua sumbernya yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian segala kegiatan atau hasil
budaya wajib merujuk kepada ajaran agama. Ciri lain kebudayaan Islam adalah
menyeimbangkan antara keperluan dunia (materi) dan akhirat (ukhrawi). Konsep
kebudayaan dalam Islam adalah bahwa kebudayaan wajib berdasar kepada ajaran-ajaran
agama Islam.

1
Pandangan Islam terhadap manusia dan kebudayaannya adalah seperti yang terdapat
dalam Al-Qur’an berikut ini.
ُ َٰ ْ َ ‫َٰٓ َ ُّ َ َّ ُ َّ َ َ ْ َٰ ُ ْ ِّ ْ َ َ َّ ُ ْ َٰٰ َ َ َ ْ َٰ ُ ْ ُ ُ ْ ً َّ َ َ ۤ َ َ َ َ ُ ْ َّ َ ْ َ َ ُ ْ ْ َ ه‬
َ ‫ىك ْم ۗا َّن ه‬
‫اَّلل َع ِل ْي ٌم‬ ِ ‫اَّلل اتق‬ ِ ‫يايها الناس ِانا خلقنكم من ذك ٍر وانث وجعلنكم شعوبا وقبا ِٕىل ِلتعارفوا ۚ ِان اكرمكم ِعند‬
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan
perempuan dan Kami menjadikan kamu bangsa dan puak supaya kamu berkenal
kenalan, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang yangbertakwa di
antara kamu.” (Quran, surah Al-Hujurat:13).

Nabi Muhammad SAW bersabda, “sesungguhnya Allah maha indah dan menyukai
keindahan” yang mana kesenian merupakan bagian dari keindahan.

Allah berfirman dalam QS. An-Nur 24: Ayat 31


َ ۖ ‫ى‬ ُ ْ ْ ‫َو ُق ْل ِّل ْل ُم ْؤم َٰنت َي ْغ ُض ْض َن م ْن َا ْب َصاره َّن َو َي ْح َف ْظ َن ُف ُر ْو َج ُه َّن َو ََل ُي ْبد ْي َن زْي َن َت ُه َّن ا ََّل َما َظ َه َر م ْن َها َو ْل َي‬
‫ضب َن ِبخ ُم ِر ِه َّن َعَل ُج ُي ْو ِب َٰ ِه َّن َوَل ُي ْب ِد ْي َن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ‫ث َا َخ َٰو ته َّن َا ْو ن َس ۤاىه َّن َا ْو ما‬ ْٓ َ ْ َ َّ َ ْ ْٓ َ ْ َ َّ َ ْ ْ َ َّ َ ْ ُ ُ ۤ َ ْ َ ْ َ َّ ۤ َ ْ َ ْ َ َّ َ ْ ُ ُ ۤ َ ‫ْ َ َ ُ َّ َّ ُ ُ ْ َ َّ َ ْ ى َ ۤ َّ َ ْ ى‬
ِ ِٕ ِ ِِ ِ ِ ‫ِزيَن َتهن َ ِاَل ِلُبعول َ ِت ِهن او ابا ِٕى ِه َن ا ُو ابا ِء ْبعول ِت ِهن او ابنا ِٕى ِهَن او ا ْبنا ِء َّبعول ِت ِ َهن ا ْو ِاخو ِان ِه ىن او ب ِ ِث ِاخو ِان ِهن او ب‬
َ‫ضب َن ب َا ْر ُجله َّن ل ُي ْع َل َم َما ُي ْخف ْي‬ ْ ْ ‫الن َس ۤاء َۖو ََل َي‬ِّ ِّ
‫الر َج ِال ا ِو الطف ِل ال ِذ ْي َن ل ْم َيظ َه ُر ْوا َعَل َع ْو َٰر ِت‬ ِّ ‫ي غ ّْب اوِل ِاَل ْرَب ِة ِم َن‬ َّ
َ ْ ‫التابع‬ َّ ُ َ ْ ْ َ
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ملكت اي ۗمانهن ا ِو‬
َ ْ ُ ُ َّ َ َ ُ ْ ْ َ َ ‫ْ ْ َ َّ َ ُ ْ ُ ْٓ َ ه‬
‫اَّلل َج ِم ْي ًعا ا ُّيه ال ُمؤ ِمن ْون ل َعلك ْم تف ِل ُح ْون‬ ِ ‫ِمن ِزين ِت ِهن وتوبوا ِاِل‬

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
(auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra
mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau
para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau
para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka
mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung." (QS. An-Nur 24: Ayat 31)

2.5 As-sunnah Sebagai Penguat Pengembangan Budaya Di Indonesia


A. Fungsi As-sunnah dalam Pengembangan Budaya Islam Di Indonesia
1. As-sunnah sebagai penguat hukum dalam Al-Qur’an
2. As-sunnah sebagai penjelas Al-Quran
3. As-sunnah sebagai penguat Hukum

1
B. Model Penerapan As-sunnah dalam Pengembangan Budaya Islam Di Indonesia
1. As-Sunnah tentangberpakaian
Sebagai umat muslim, kita diwajibkan berpakaian sesuai dengan syariat islam, seperti
yang telahdi isyaratkan Rasul dalam hadisnya,
Artinya: "Ada dua golongan dari umatku yang belum pernah aku lihat: (1) suatu kaum
yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang-orang
dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepala
mereka seperti punuk unta yang miring (sepertibenjolan). Mereka itu tidak masuk surga
dan tidak akan mencium wanginya, walaupun wanginya surge tercium sejauh jarak
perjalanan sekian dan sekian." (HR Muslim).

2. As-Sunnah Tentang Hijab bagiperempuan


Indonesia sebagai negara yang banyak masyarakatnya menganut agama islam, pasti
banyak yang perempuan mengenakan hijab untuk menutup auratnya, seperti yang telah
diperintahkan Rassulullah dalam hadisnya,
Dari Ummu ‘Atiyah, ia berkata, “Rasulullah saw memerintahkan kami untuk keluar pada
hari fitri dan adha, baik gadis yang menginjak akil baligh, wanita-wanita yang sedang
haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan
sholat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku
bertanya, “wahai rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab”
Rasulullah menjawab, “hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.” (HR.
Muslim).
2.6 Ijtihad Sebagai Mekanisme Kontekstualisme Al-Qur'an dan As-sunnah
A. Makna dan Berbagai Bentuk Ijtihad
Ijtihad adalah suatu langkah untuk mengambil sebuah keputusan hukum mengenai
permasalahan umat Islam yang tidak mampu dipecahkan dengan hukum yang terdapat di
Al-Qur`an dan As-sunnah. Hukum yang didapatkan melalui Ijtihad bersifat dinamis
karena beralih sesuai dengan pemilihan tempat dan waktu, serta sasaran atau target yang
ingin dicapai oleh hukum islam. Ada beberapa bentuk-bentuk dari ijtihad, di antaranya
sebagai berikut:
1. Ijma
Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menemukan hukum Islam berdasarkan Al-
Qur`an dan hadist supaya bisa diyakini oleh umat Islam. Hasil dari ijma yaitu berupa
fatwa atau keputusan yang diambil secara bersama oleh para ulama dan ahli agama yang
memiliki wewenang untuk diikuti oleh seluruh umat. Beberapa contoh dari ijma adalah
diadakannya adzan dan iqomah dua kali di sholat Jumat dan mulai diterapkan pada masa
kepemimpinan Ustman bin Affan, diputuskannya untuk membukukan Al Quran dan
dilakukan pada masa kepemimpinan Abu Bakar As Shidiq, kesepakatan para ulama atas
diharamkannya minyak babi, dan menjadikan as sunnah sebagai sumber hukum Islam
yang kedua setelah Al Quran.

1
2. Qiyas
Qiyas adalah langkah menemukan hukum suatu perkara baru yang belum pernah
ada sebelumnya, akan tetapi memiliki kesamaan seperti sebab, manfaat, bahaya, serta
berbagai aspek dalam perkara sebelumnya, sehingga hal tersebut memiliki hukum yang
sama. Berhubung qiyas adalah analogi atau perumpamaan, maka contohnya adalah
menentukan hukum halal haram dari narkotika. Narkotika tidak disebutkan dalam Al
Quran dan Al hadits ,selain itu belum ada di zaman Nabi Muhammad SAW. Maka, para
ulama dan ahli ijtihad kemudian menganalogikan narkotika ini sebagai khamr (minuman
yang memabukan). Sebab sifat atau efek dari konsumsi narkotika sama atau bahkan lebih
berbahaya dibanding minuman memabukan tadi. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa
narkotika hukumnya haram.

3. Istishab
Istishab adalah ketentuan hukum atau aturan sampai ada alasan yang memadai untuk
mengubah ketentuan tersebut. Hakikat dari istishab yaitu memberlakukan apa yang telah
berlaku sebelumnya selama belum ada hukum yang mengubahnya.Misalnya seseorang
pada awalnya suci dari najis maka akan ditetap dinyatakan bahwa dia suci dari najis,
sampai ada bukti yang menunjukkan bahwa dia terkena najis.

4. Urf
Urf adalah penetapan bolehnya adat atau kebebasan masyarakat selama hal tersebut
tidak bertentangan dengan hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur`an dan hadist.
Contohnya adalah budaya tahlilan atau kirim doa yang diperbolehkan dalam islam karena
mayoritas ulama menegaskan kebolehan membaca bacaan Al-Qur`an dan kalimat
thayyibah kepada mayit.

5. Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah adalah cara menentukan hukum berdasarkan pertimbangan
manfaat dan kegunaannya. Contohnya adalah pencatatan perkawinan dalam surat resmi,
tujuannya agar menjadi maslahat untuk sahnya gugatan dalam perkawinan, pembagian
harta, nafkah, dan lain sebagainya.

6. Sududz Dzariah
Sududz Dzariah adalah keputusan hukum tentang hal-hal yang diizinkan makhruh
atau haram untuk kepentingan manusia. Sebagai contoh adalah keharaman mencaki-maki
sesembahan non-muslim karena berpotensi munculnya celaan kepada Allah.swt
.
7. Istihsan
Istihsan adalah tindakan meninggalkan satu hukum ke hukum lain karena bukti
Syariah yang mensyaratkannya. Contohnya adalah kasus orang yang makan dan minum
karena lupa pada waktu ia sedang berpuasa. Menurut kaidah umum, puasa orang ini batal
karena telah memasukan sesuatu ke dalam tenggorokannya dan tidak menahan puasanya
sampai pada waktu berbuka. Akan tetapi, hukum ini dikecualikan oleh hadist Nabi SAW
9

1
yang mengatakan: “Siapa yang makan atau minum karena lupa ia tidak batal puasanya
karena hal itu merupakan rizki yang diturunkan Allah kepadanya.” (HR. Tirmidzi).

B. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Keanekarragaman Ijtihad Ulama


1. Perbedaan Pendapat Ulama sebagai Fitrah dan Kehendak Allah
Faktor penyebab berbedanya pendapat ulama sangatlah banyak, salah satuya adalah
masalah metodologi berpikir yang berbeda. Namun, perbedaan pendapat di kalangan
ulama laksana sebuah taman yang dipenuhi aneka bunga dengan berbagai warna dan
bentuk. Taman tersebut terlihat indah dan tidak membosankan. Berbeda kalau taman itu
hanya berisi satu macam bunga saja, ia terlihat monoton, kaku, dan tidak sedap untuk
terus dipandang mata. Allah subhanahu wata'ala menciptakan manusia dengan berbagai
variasi warna kulit, bahasa, tabiat, dan bentuk tubuh. Dalam keragaman inilah terdapat
keindahan dan kesempurnaan. Dengan kata lain, perbedaan merupakan fitrah dan
kehendak Allah SWT. Allah berfirman dalam Surat al-Maidah ayat 48:
ُ ۤ ْ َ َّ َ َ ُ ‫َ ْ َٰ َ ُ َ ْ ً َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ٓ َ ْ َ َ ه‬ َ َ ْ َ َ ِّ ً ِّ َ ُ ِّ َ ْ َ َٰ ْ َ ْ َ ٓ َ ْ َ ْ َ
‫اَّلل َوَل تت ِب ْع اه َوا َءه ْم َع َّما‬ ‫ي َيد ْي ِه ِمن ال ِكت ِب ومهي ِمنا علي ِه فاحكم بينهم ِبما انزل‬ ‫وانزلنا ِاليك الكتب بالحق مصدقا لما ب‬
ۗ َٰ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َٰ ‫َ ۤ َ َ َ ْ َ ِ ِّۗ ُ ٍّ ِ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ْ ْ َ ً َّ ْ َ ً َ َ ْ َ ۤ َ ه ُ َ َ َ َ ُ ْ ُ َّ ً َّ َ ً َّ ى ْ ِّ َ ْ ُ َ ُ ْ ْ َ ٓ ى‬
‫جاءك ِمن الحق ِلكل جعلنا ِمنكم ِشعة و ِمنهاجا ۗولو َۙشاء اَّلل لجعلكم امة و ِاحدة ول ِكن ليبلوكم ِ ِف ما اتىكم فاست ِبقوا الخّب ِت‬
َ َ ُ َ ْ َ ُْ ُ ُُ َ َ ُ ‫َ ه‬
َ‫اَّلل َم ْر ِج ُعك ْم َج ِم ْي ًعا ف ُين ِّبئك ْم ِب َما كنت ْم ِف ْي ِه تخت ِلف ْون‬
ِ ‫ِاِل‬

Artinya: “Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan.”

2. Perbedaan Kultur atau Budaya dimana Masing-Masing Mujtadid Hidup


Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan menjadikan
manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal antara satu dengan
yang lain. Hal inilah yang menjadi cikal-bakal suatu budaya lahir. Budaya yang ada di
sekitar masyarakat tentunya memiliki ciri khas atau pembeda antara budaya satu dengan
budaya yang lain, seperti seperti halnya bahasa dan kebiasaan. Selain itu, budaya juga
berpengaruh terhadap cara berpikir seorang manusia, terkhususnya bagi Mujtahid.
Seorang Mujtahid bisa mempertimbangkan apakah suatu budaya yang hidup di
lingkungan tempat tinggalnya itu sesuai dengan syariat Islam atau tidak dengan
berdasarkan ilmu agama yang dia punya. Oleh karena itu, munculah banyak pendapat
yang berbeda antara satu ulama denga ulama yang lain yang disebabkan karena suatu
budaya. Sebab, budaya yang ada di dunia ini sangat beragam.

C. Keanekaragaman Ijtihad Ulama Terkait Pengembangan Budaya Islam Di


Indonesia
1. Tidak mengingkari orang ang menyelisihi ijtihad ulama.
2. Jika mengingkari harus disertai dengan penjelasan hujjah atau dalil.
3. Boleh mengikuti salah satu dari dua pendapat yang lebih diyakini kebenarannya.
10

1
4. Perselisihan antara dua orang dalam masalah ijtihadiyah tidak mengeluarkan orang
tersebut dari area iman.
5. Menyadari keutamaan ulama yang berijtihad

11

1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kami jelaskan, dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran
islam terdapat tiga macam, yaitu Al-Qur’an, hadits dan ijtihad. Al-Qur’an sebagai
sumber hukum Islam yang pertama yaitu Al-Qur’an berisi tentang semua kehidupan
yang ada di alam, perintah, akidah dan kepercayaan, akhlak yang murni, mengenai
syari’at dan hukum dan sebagai petunjuk umat Islam.Sedangkan Hadits itu sebagai
sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-Qur’an mengajarkan kita untuk
mempercayai dan menerima apa yang telah disampaikan oleh Rasul untuk dijadikan
sebagai pedoman hidup. Selain itu dalam hadits juga terdapat pernyataan bahwa
berpedoman pada hadits itu wajib, bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan
Rasulullah berkenaan menjadikan hadist sebagai pedoman hidup setelah Al-Qur’an
sebagai sumber yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep
ijtihad,setiap peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya.

12

1
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jwb22.dhafi.link/id/456
72510/as-sunnah-sebagai-penguat-pengembangan-budaya-islam-di-
indonesia/&ved=2ahUKEwidsJaSkoz6AhXfG7cAHWgCAqwQFnoECDEQAQ&usg=AOv
Vaw3H1AGWBJhva7-9H5rj9L
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jwb22.dhafi.link/id/456
72510/as-sunnah-sebagai-penguat-pengembangan-budaya-islam-di-
indonesia/&ved=2ahUKEwidsJaSkoz6AhXfG7cAHWgCAqwQFnoECDEQAQ&usg=AOv
Vaw3H1AGWBJhva7-9H5rj9L
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/berita-terkini/kumpulan-hadits-
tentang-menutup-aurat-wanita-yang-shahih-1wnmMFXBd5o
https://tafsirweb.com/691-surat-al-baqarah-ayat-185.html
https://tafsirweb.com/691-surat-al-baqarah-ayat-185.html
https://tafsirweb.com/4471-surat-an-nahl-ayat-123.html
https://core.ac.uk/download/pdf/231325899.pdf
http://mabmi.weebly.com/budaya.html
https://www.google.com/amp/s/wolipop.detik.com/hijab-update/d-5756012/hukum-
pakaian-tipis-dan-hadits-tentang-batasannya-pada-wanita-lengkap/amp
https://www.neliti.com/publications/62392/ijtihad-sebagai-alat-pemecahan-masalah-umat-
islam
https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/landasan-agama/dasar-hukum-islam/amp

13

Anda mungkin juga menyukai