Anda di halaman 1dari 17

URGENSI AL – QURAN DALAM PENATAAN KEHIDUPAN SOSIAL

KEMASYARAKATAN

Disusun Oleh :

Nanda Zahra Sausan (1111230013)

Hidayatusshibyan Hamamy (1111230015)

Raisya Aliya Putri (1111230018)

Anindya Maheswari (1111230171)

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Drs.H.Suaidi,M.Pd sebagai dosen
dengan mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang didalamnya terdapat


penjelasan dan penerapan atas aqidah, akhlak, hukum, bahkan sosial
kemasyarakatan pun tidak luput dari pembahasan didalamnya. Berbicara seputar
“Urgensi Al-Qur’an Dalam Penataan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan”, tentu
hal ini sangat berkaitan dengan Indonesia yang mayoritas masyarakatnya
Bergama islam.
Namun dalam penataan kehidupan sosial berdasarkan Al-Qur’an, tidak
hanya melibatkan orang muslim semata, tetapi masyarakat non muslim pun juga.
Maka dari itu hal ini merupakan bukti nyata dari definisi “ Al-Qur’an Sebagai
Kebenaran Bukan Pembenaran”.
Islam diturunkan oleh Allah untuk umat manusia tidak hanya
menyelesaikan persoalan yang terkait dengan aqidah dan ibadah semata, namun
ajaran Islam juga menjadi solusi permasalah sosial kemasyarakatan (Bayumi &
Jaya, 2018). Keluasan dan kemenyeluruhan Islam yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia ini (Adeni & Lestari, 2020) menjadikan Islam relevan untuk
diterapkan dan diimplementasikan pada setiap tempat dan zaman. Hal ini
dibuktikan dengan semakin berkembangnya Islam yang relatif cepat dan
meningkatnya jumlah pemeluk agama Islam dunia hingga saat ini mencapai 1,8
miliar. Bukti sejarah menunjukkan bahwa di masa pemerintahan khalifah Umar
bin Abdul Aziz, dengan kebijakan ekonomi yang diterapkan, telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan, menumbuhkan daya beli, pengurangan kemiskinan,
mengurangi pajak karena banyak masyarakat yang memilih Islam sebagai
agamanya
Di sisi lain, problem ketimpangan sosial di masayarakat muslim masih
menjadi persoalan yang hingga kini belum dapat diselesaikan dengan baik
(Husada, 2019). Memang, ketimpangan sosial merupakan suatu hal yang aksioma
dalam kehidupan manusia. Munculnya ketimpanga tersebut disebabkan karena
manusia memiliki kencenderungan dan pilihan kebijakan masingmsing dalam
memenuhi kebutuhan mereka dalam kehidupan ini (Hidayah, 2018). Manusia
dituntut untuk berusaha memenuhi kebutuhannya masing-masing di dunia,
dengan disandaingkan dengan mencari kebutuhan utama akhirat (Al-Qashash:77),
sehingga berpangku tangan, bermalas-malasan serta tidak melakukan usaha
dianggap melanggar sunnatullah. Pekerjaan dan usaha manusia di dunia ini sangat
beragam (Al-Isra:84) termasuk hasil yang diperoleh oleh manusia dari usahanya
juga dengan hikmah-Nya tidak sama antara seseorang dengan yang lain (Ali
Imran:37). Meski demikian, Islam hadir diantaranya untuk meminimalisir dan
membuat ketimpangan sosial tidak terlalu tajam melalui nilai-nilai yang diajarkan
olehnya
Di dalam makalah ini kita akan sama-sama membahas “Urgensi Al-
Qur’an Dalam Penataan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan”. Dimana kita akan
mengetahui apa saja keterkaitan al-qur’an dalam penataan kehidupan sosial
kemasyarakatan khususnya bagi umat muslim dan umumnya untuk umat
beragama yang ada di Indonesia. Mengingat ada banyak suku, ras, dan agama
yang di Indonesia ini, semoga isi dari makalah ini akan sama-sama membawa kita
kepada kemasyarakatan yang adil, dan berkeadilan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari makalah ini.
Diantaranya :
1. Apa itu Al-Qur’an ?
2. Apa itu sosial kemasyarakatan ?
3. Apa maksud dari urgensi Al-Qur’an dalam penataan kehidupan sosial
kemasyarakatan ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa itu Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui apa itu sosial kemasyarakatan.
3. Untuk mengetahui apa maksud dari urgensi Al-Qur’an dalam penataan
kehidupan sosial kemasyarakatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Al-Qur’an
a. Definisi al-qur’an
Al-Qur‟an secara etimologi merupakan bentuk mashdar dari kata kerja (fi‟il)
yaitu “qara‟a” yang diartikan sebagai “membaca”. Dengan demikian bila diartikan
dengan Al-Qur‟an bermakna “bacaan” atau “yang dibaca” (maqru‟). Dalam
manuskrip Al-Qur‟an beraksara kufi yang awal, kata ini ditulis tanpa
menggunakan hamzah yakni Al-Qur‟an, dan hal ini telah menyebabkan sejumlah
kecil sarjana muslim memandang bahwa terma itu diturunkan dari akar kata
qarana yaitu “menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain” atau
mengumpulkan”, dan Al-Qur‟an berarti “kumpulan” atau “gabungan”.
Sedangkan menurut terminologi Al-Qur‟an adalah “kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi-Nya, melalui perantaraan malaikat Jibril yang lafadz-
lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat Al-
Fatihah dan diakhiri surat An-Nas. Proses turunnya Al-Qur‟an atau yang biasa
disebut dengan nuzulul qur‟an adalah suatu penyampaian/penetapan/turunnya Al-
Quran, baik ke lawh mahfudz, ke Bayt al-izzah maupun kepada Rasulullah SAW
sendiri.
Namun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama mengenai definisi
Nuzul. Jumhur ulama, antara lain Ar-Razi dan Imam As-Suyuthi mengatakan
bahwa arti Nuzulul Qur‟an secara hakiki tidak cocok untuk Al-Quran sebagai
kalam Allah yang berada pada Dzatnya. Sebab, dengan memakai ungkapan
diturunkan, menghendaki adanya materi kalimat atau lafal, atau tulisan huruf yang
real yang harus diturunkan. Karena itu, kata nuzulul qur‟an harus dipakai makna
majazi, yaitu makna menetapkan/memberitahukan/ memahamkan/menyampaikan
Al-Qur‟an. Sedangkan sebagian ulama, antara lain Imam Ibnu Taimiyah dan
golongan Jahamiyah mengatakan bahwa pengertian nuzulul qur‟an tidak perlu
dialihkan dari arti hakiki kepada arti majazi. Sebab, kata nuzul dengan arti turun
dari tempat yang tinggi itu sudah menjadi bahasa tradisi dan kebiasaan orang
Arab.
Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang diturunkan secara berangsur-
angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau selama 23 tahun (13 tahun di
kota Mekkah dan 10 tahun di kota Madinah) yaitu mulai 17 Ramadhan tahun 41
dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada‟ tahun 63
dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H . Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab
kepada masyarakat Arab yang manyoritas buta huruf dan bahkan sedikit diantara
mereka bisa menulis dan membaca, pada masa itu juga mereka belum mengenal
Alqirthas yang berarti kertas yang dimana pada masa ini kita pakai untuk
menampung tulisan yang kita tulis, melainkan mereka hanya menggunakan batu,
tulang, kelopak kurma dan kulit binatang untuk menulis Al-Qur‟an.
Namun, mereka adalah pakar bahasa dan sastra. Walaupun bangsa Arab pada
waktu itu masih buta huruf, tapi mereka mempunyai ingatan yang sangat kuat.
Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari pada
pujangga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah dengan
hafalan semata. Mereka mendapati Al-Qur‟an melebihi seluruh perkataan mereka
dengan maknanya yang indah yang tidak mampu mengimbanginya dan merasa
lemah dihadapan cahaya kemukjizatan Al-Qur‟an.
Ketika Al-Qur‟an turun kepada Nabi Muhammad Saw, beliau menyampaikan
kepada para sahabatnya secara perlahan-lahan agar mereka menghafal lafaznya,
dan mampu memahami maknanya. Nabi Muhammad SAW sangat perhatian
dalam menghafal Al-Qur‟an dan dalam memperolehnya. Al-Qur‟an sepenuhnya
hanya bisa diapresiasikan dalam bahasa Arab. Al-Qur‟an adalah sebuah dokumen
hukum suci yang terdiri dari peraturan-peraturan tentang perkawinan, perceraian,
wasiat, warisan, gharimah, qishash dan sebagainya, meskipun tampaknya ia
mengandung ikonsistensi dan kode hukum yang diberikan, dilakukan secara tidak
lengkap dan sistematis. Peraturan-peraturan individu sepertinya dinyatakan dari
waktu kewaktu dengan kebutuhan yang ada, dan mennaskh beberapa peraturan
yang mendahuluinya.
Perlu kita ketahui, bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur‟an tidak sekaligus
sebagaimana kitab-kitab yang kita ketahui, akan tetapi sedikit demi sedikit secara
berangsur-angsur, sebab ada suatu hikmah atau rahasia yang terkandung di
dalamnya. Wahyu itu diturunkan pada setiap ada peristiwa ataupun kejadian,
supaya mereka kaum muslimin bertetap hati, tidak merasa jenuh dan Nabi sering
dikunjungi oleh malaikat Jibril untuk dibangun kegembiraan dan kesenangan hati.
Kadang-kadang turun hanya terdiri dari beberapa ayat saja, dan kadang-kadang
terdiri dari beberapa ayat, lima sampai sepuluh ayat bahkan ada yang hanya satu
ayat. Tetapi ada pula yang sekali turun terdiri dari satu surat lengkap yaitu terdiri
dari beberapa surat yang pendek, seperti Surat Al-Fatihah, Surat Al-Alaq dan
sebagainya. Dengan demikian Nabi SAW selalu merasa gembira karenanya.
Untuk orang-orang yang ummi akan lebih mudah cara menghafal dan
memahaminya.
b. Alqur’an dan kehidupan sehari – hari
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-
sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya. Misalnya nilai etik, yakni
nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan
dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia.
Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada
benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini mencakup
setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori. Ketergantungan tidak hanya
mengacu pada objek yang ada di dunia seperti lukisan, patung, tindakan, manusia,
dan sebagainya, namun juga reaksi kita terhadap benda dan nilai.
Toshihiko Izutsu (1995: 113-157) menjelaskan beberapa nilai moral yang
disinggung oleh al-Qur’an antara lain:
1) Kesederhanaan dan Kemurahan hati
Al-Qur’an menekankan pentingnya hidup sederhana dan bermurah hati
kepada sesama, sebagaimana dinyatakan dalam beberapa ayat berikut: Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah
kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki
dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS. Al-Isra: 29-30).
2) Keberanian
Al-Qur’an menghargai keberanian dan mencemooh sikap pengecut. Ini
tampak dalam beberapa ayat berikut: Mengapakah kamu tidak memerangi
orang-orang yang merusak sumpah (janji)-nya, padahal mereka telah keras
kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai
139 memerangi kamu? Mengapa kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah
yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan)
tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menilong kamu
terhadap mereka. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin dan
Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana (QS. At-Taubah:13-15).
3) Kesetiaan dan Amanah
Kesetiaan (wafa) dan keterpercayaan (amanah) merupakan ciri nilai
paling tinggi dan paling nyata pada masyarakat Arab Islam maupun pra-Islam.
Al-Qur’an menyebutkan: Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia
kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di
atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat
ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri 140 dan barangsiapa
menaati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang
besar (QS. Al-Fath: 10)
4) Kejujuran
Kejujuran yang terambil dari kata sidq adalah berkata benar. Ciri orang
jujur adalah tidak suka bohong, meski demikian jujur yang berkonotasi positif
berbeda dengan jujur dalam arti lugu dan polos yang terkandung di dalamnya
konotasi negatif. Jujur di sini bukan dalam arti mau mengatakan semua yang
diketahui apa adanya, tetapi mengatakan apa yang diketahui sepanjang
membawa kebaikan dan tidak menyebutnya (bukan berbohong) jika
diperkirakan membawa akibat buruk kepada dirinya atau orang lain.Kejujuran
termasuk salah satu moral yang diajarkan oleh al-Qur’an: Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama-sama
orang-orang yang benar (jujur) (QS. At-Taubah: 119).
5) Kesabaran
Al-Qur’an menekankan pentingnya kesabaran dalam menjalankan
perintah Allah, atau ketika seseorang mendapati musibah atau sedang berada
pada posisi yang tidak menguntungkan.
c. Sosial Kemasyarakatan
d. Urgensi Al-Qur’an Dalam Penataan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan terdapat beberapa urgensi yang
berhubungan dengan nilai – nilai al Qur’an dalam kehidupan sehari – hari. Salah
satu contohnya seperti :
a) Dalam Kehidupan Pribadi
 Meningkatkan ketekunan dalam mempelajari Al-Qur'an dan hadis.
 Mempelajari ayat-ayat kauniyah (alam semesta) dalam rangka
meningkatkan keimanan.
 Memanfaatkan waktu luang untuk menguasai suatu bidang
ketrampilan untuk bekal masa depan.
 Memiliki semangat keilmuan yang tinggi untuk kepentingan dunia
dan akhirat.
 Memperbanyak bergaul dengan orang saleh.
b) Dalam Kehidupan Keluarga
Penerapan Al-qur'an dan hadis dalam keluarga, sebagai seorang
anak kalian harus:
 Menaati bimbingan dan anjuran kedua orang tua.
 Menjaga amanah kedua orang tua.
 Menjaga nama baik kedua orang tua.
 Mendoakan kebaikan bagi orang tua.
 Mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh.
c) Dalam Kehidupan Bermasyarakat
 Ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat selama tidak
melanggar Norma-norma agama.
 Menjaga diri dari perilaku yang dapat menimbulkan keresahan
dalam masyarakat, baik ucapan, perbuatan, maupun tingkah laku.
 Menjaga kerukunan dan gemar menolong
 Rela berkorban demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang
harmonis.
 Gemar bermusyawarah dalam menghadapi setiap permasalahan
dalam masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak boleh lepas dari nilai-nilai yang ada
dalam Al-quran, baik itu dalam lingkup keluarga maupun masyarakat sebab al-quran
diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk serta pedoman bagi manusia di alam dunia ini

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari. (1992). Shahih al-Bukhari (5th ed.). Dar al-
Kitab al- ‘Ilmiyyah.

Abi Fada’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqy. (2006). Tafsir Al-Quran Al-Adzim. Dar al-Kutub al-
Ilmiyah.

Abu Isa Muhammad At-Tirmidzi. (2003). Sunan Tirmudzi. Dar al-Fikr.

Adeni, A., & Lestari, W. (2020). Studi Kritis atas Dominasi Politik dalam Penulisan Sejarah
Islam menuju Sejarah Utuh dari Perspektif The New History. JUSPI (Jurnal Sejarah
Peradaban Islam), 3(2). https://doi.org/10.30829/juspi.v3i2.6777

Ahyuni, A. (2019). Konteks Hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah Melalui
Dakwah Individual ke Penguatan Masyarakat. Mamba’ul ’Ulum, 15(2).
https://doi.org/10.54090/mu.18

Al-Naisaburi, M. bin al-H. (1991). No Title (3rd ed.). Darul Kutub al-ilmiah

Akhirudin, A. Dakwah Islam Kontemporer Kajian Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi. Jurnal
Dakwah: Media Komunikasi dan Dakwah, 22(1), 1-44.

Aprina, D., Mansyur, M. H., & Abidin, J. (2023). Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDN Anggadita 01. Innovative: Journal Of Social Science
Research, 3(3), 6544-6553.

Bahruddin, U., Ramadhan, M. F., Halomoan, H., Alzitawi, D. U. D. M., & Hamid, M. A.
(2021). The Quality Improvement of Interaction Indicators in Arabic Language
Learning for Higher Education. Izdihar : Journal of Arabic Language Teaching,
Linguistics, and Literature, 4(1). https://doi.org/10.22219/jiz.v4i1.15919

Bakar, A. (2014). NUZUL AL-QUR’AN; Sebuah Proses Gradualisasi. Madania: Jurnal


Ilmu-Ilmu Keislaman, 4(2), 230-248.

Fabriar, S. R. (2019). Urgensi Psikologi Dalam Aktivitas Dakwah. An-Nida: Jurnal


Komunikasi Islam, 11(2).

Firdausiyah, U. W. (2021). Urgensi Ma’na-Cum-Maghza di Era Kontemporer: Studi


Penafsiran Sahiron Syamsuddin atas Q 5: 51. Contemporary Quran, 1(1), 29-39.
Idris, M., Mokodenseho, S., Willya, E., & Otta, Y. A. (2022). Urgensi pendidikan Islam
dalam pelestarian lingkungan. Journal of Islamic Education Policy, 7(1).

Istianah, I., & Maslahat, M. M. (2022, November). Urgensi Meneladani Akhlak Rasulullah di
Era Disrupsi. In EAIC: Esoterik Annual International Conferences (Vol. 1, No. 01).

Kamal, T. (2019). Urgensi Studi Teologi Sosial Islam. Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi, 22-38.

Khaerul, K. U., Asisah, N., Muttaqin, Z., Anam, M. M., & Aziza, R. R. (2022).
PENINGKATAN KUALITAS TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPQ)
MELALUI METODE PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (PAR). Jurnal
Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 5(4), 411-416.

Mustofa, M. B., & Wuryan, S. (2020). Urgensi Komunikasi Interpersonal Dalam Al-Qur’an
Sebagai Pustakawan. Al-Hikmah Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan
Kebudayaan, 11(2), 85-94.

Pancasilawati, A. (2012). Urgensi Kaidah Fikih dan Aplikasinya Terhadap Masalah-Masalah


Sosial. FENOMENA, 4(2).

Riswanti, Y. (2008). Urgensi Pendidikan Islam dalam Membangun Multikulturalisme. Jurnal


Kependidikan Islam Vol 3, No. 2, Juli-Desember 2008.

Risieri Frondizi, 2001, Pengantar Filsafat Nilai, Yogjakarta : Pustaka Pelajar

Subarkah, M. A., & Kurniyati, E. (2021). Implementasi Sikap Kesalehan Spiritual Dan Sosial
Pada Mata Kuliah Al-Islam Dan Kemuhammadiyahan. Tadarus Tarbawy: Jurnal
Kajian Islam dan Pendidikan, 3(1).

Widodo, A. (2019). Urgensi bimbingan keagamaan islam terhadap pembentukan keimanan


mualaf. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 1(01), 66-90.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai