Anda di halaman 1dari 262

PENELITIAN

KUALITATIF
ii
PENELITIAN
KUALITATIF

Dr. M. Sobry Sutikno


Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I

Holistica
Lombok, 2020

iii
PENELITIAN KUALITATIF

Penulis:
Dr. M. Sobry Sutikno
Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I

Editor : Nurlaeli, SE.


Disain Cover : Tim Holistica
Tata Letak : Tim Holistica

Penerbit: Holistica
Lombok

e-mail: redaksiholistica@yahoo.co.id

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

ISBN 978-602-18045-6-8

Cetakan, April 2020

-------------------------------------------
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphoto copy, atau
memperbanyak dalam bentuk apa pun, baik sebagian atau
keseluruhan isi buku ini serta memperjualbelikan tanpa izin dari
Penerbit.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Shalawat


dan salam kepada Rasulullah. Mudah-mudahan buku
yang berada di tangan Anda saat ini bermanfaat dan
berkah, dalam rangka mengembangkan keilmuan dan
kreativitas Anda dalam melakukan penelitian, khusus-
nya penelitian kualitatif.
Buku ini sengaja kami hadirkan dalam rangka
untuk menambah literatur Anda tentang penelitian
kualitatif (qualitative research). Inti pembahasan dalam
buku ini adalah memaparkan tentang kajian konseptual
seputar apa itu penelitian kualitatif serta bagaimana cara
praktis menulis dan melakukan penelitian kualitatif
secara benar sesuai dengan kaidah metodologi riset yang
berlaku.
Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih
belum sempurna, namun penulis yakin bahwa buku ini
dapat mewakili buku-buku penelitian yang lazim
digunakan mahasiswa, guru, dosen, dan praktisi
penelitian, baik secara teoretik maupun praktis. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun tentu
diperlukan untuk menyempurnakan buku ini. Pembaca
dapat berdiskusi dengan penulis melalui E-Mail:

v
msobrysutikno@gmail.com (Dr. M. Sobry Sutikno) dan
prossayangamalia@gmail.com (Prosmala Hadisaputra).

Lombok, April 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Bagian 1
PENDAHULUAN ……..............................................… 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 2
C. Manfaat atau Kontribusi .......................................... 3
D. Metode Penelitian dan Pendekatan Analsisis ....... 3

Bagian 2
KONSEP UMUM PENELITIAN KUALITATIF …….. 5
A. Definisi Penelitian ………………………………….. 5
B. Penelitian Kualitatif ………………………………… 8
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif ……………….. 11
D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif …………………………………….. 19
E. Kegunaan Penelitian Kualitatif …………………… 25
F. Keunggulan Penelitian Kualitatif ……………….… 30

Bagian 3
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF ………………… 31
A. Proposal Penelitian ………………………………… 31
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitianc ………. 31
2. Sistematika Penyusunan Proposal ………………… 24

B. Laporan Penelitian ………………………………… 38


1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian ……………. 38

vii
2. Sistematika Laporan Penelitian ……………………. 39

Bagian 4
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN ……………………………….. 43
A. Topik …………………………………………………. 43
1. Definisi Topik ……………………………………….. 43
2. Tips Memilih Topik ………………………………… 44
3. Cara Praktis Menemukan Topik ………………….. 45
B. Identifikasi Masalah ………………………………… 47
1. Definisi Identifikasi Masalah ……………………… 47
2. Kriteria Masalah yang Baik ………………………... 50
3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian ……. 52
4. Model-Model Identifikasi Masalah ………………. 53
5. Contoh Identifikasi Masalah ……………………… 56

C. Merumuskan Judul …………………………………. 58


1. Kriteria Judul Penelitian …………………………... 58
2. Komposisi Judul Penelitian Kualitatif …………… 62

Bagian 5
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN, MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ………………. 65
A. Latar Belakang Masalah …………………………….. 65
1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM) ……….. 65
2. Cara Praktis Menulis LBM …………………………. 70

B. Fokus Penelitian ……………………………………… 72

viii
C. Rumusan Masalah …………………………………… 75
1. Definisi Rumusan Masalah …………………………. 75
2. Karakteristik Rumusan Masalah …………………… 77
3. Kesalahan Umum dalam Membuat
Rumusan Masalah .............................................. 79
4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah …… 81

D. Tujuan Penelitian …………………………………… 83


1. Tujuan Penelitian …………………………………... 83
2. Menulis Tujuan Penelitian ………………………… 85
E. Manfaat Penelitian …………………………………. 86
1. Macam-Macam Sifat Manfaat Penelitian ………… 87
2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian ……. 87
F. Penelitian yang Relevan ……………………………. 88

Bagian 6
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ………………. 91
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………… 91
B. Lokasi dan Watu Penelitian ………………………… 101

Bagian 7
SUMBER DATA (Populasi & Sampel) ………………. 103
A. Konsep Populasi dan Sampel ……………………... 103
1. Definisi Populasi …………………………………… 103
2. Definisi Sampel …………………………………….. 107

B. Teknik Sampling …………………………………… 108


1. Probability Sampling ……………………………….... 110
2. Nonprobability sampling …………………………..… 113

ix
C. Teknik Sampling Penelitian Kualitatif …………… 117
D. Ukuran Sampel dalam Penelitian Kualitatif …….. 120

Bagian 8
TEKNIK PENGUMPULAN DATA …………………… 123
A. Observasi (Pengamatan) ……………………………. 123
1. Definisi Observasi …………………………………… 123
2. Macam-Macam Observasi ………………………… 125
3. Manfaat Observasi …………………………………. 127
4. Persiapan Sebelum Observasi …………………….. 128
5. Merekam Data Observasi …………………………. 135
6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi …………... 139
7. Etika Observasi …………………………………….. 141

B. Wawancara …………………………………………... 142


1. Definisi Wawancara ……………………………….. 142
2. Klasifikasi Wawancara ……………………………. 144
3. Wawancara Efektif …………………………………. 149
4. Kelebihan dan kekurangan wawancara ………….. 155
5. Etika Wawancara …………………………………… 156

C. Dokumentasi ………………………………………... 159


1. Konsep Dokumentasi ………………………………. 159
2. Macam-Macam Dokumen …………………………. 161
3. Langkah-Langkah Menyeleksi Dokumen ………... 162
4. Keunggulan dan Kelemahan Dokumentasi ……… 163

Bagian 9
ANALISIS DATA ……………………………………….. 163
A. Konsep Analisis Data Kualitatif …………….……. 163

x
B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif …… 167
1. Analisis Sebelum di Lapangan …………………… 168
2. Analisis Selama di Lapangan …………………….. 168

Bagian 10
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ……………… 183
A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti ………………….. 183
B. Observasi mendalam ………………………………... 184
C. Pembahasan teman sejawat ………………………… 185
D. Triangulasi Data ……………………………………… 185

Bagian 11
KAJIAN PUSTAKA, DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN …………………………………. 189
A. Kajian Pustaka ……………………………………… 189
B. Data Temuan ………………………………………… 192
C. Pembahasan …………………………………………. 193

Bagian 12
DATA DAN KRITERIANYA …………………………. 195
A. Definisi Data ………………………………………... 195
B. Kriteria Data ………………………………………... 196

Bagian 13
PENUTUP (Bagian Akhir Penelitian) ……………….. 199
A. Simpulan …………………………………………….. 199
B. Saran …………………………………………………. 200

xi
Bagian 14
SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN …………………………... 203
A. Pendahuluan ………………………………………... 203
B. Teknik Penyajian Proposal dan
Laporan Penelitian ..................................................... 204
C. Teknik Penulisan …………………………………… 207

Bagian 15
PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS):
SEBUAH PENGATAR ………………………………… 221
A. Konsep Penelitian Metode Campuran
(Mixed Methods) ......................................................... 221
B. Mengapa Mixed Methods digunakan? …………….. 223
C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian
Metode Campuran ………………………………… 224
D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian
Mixed Methods .......................................................... 226
E. Strategi Penelitian Mixed Method ………………….... 228

Bagian 16
KESIMPULAN …………...............……………………... 231

GLOSARIUM .......................................................... 233


INDEKS ...................................................................... 239

DAFTAR PUSTAKA …………………………………… 241


BIODATA PENULIS …………………………………… 247

xii
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kajian mengenai metode penelitian kualitatif
sudah banyak dilakukan oleh para sarjana yang konsen
di bidang penelitian. Hal tersebut diketahui dari sebaran
buku dan artikel jurnal tentang cara pelaksanaan
penelitian kualitatif yang dapat dikatakan sangat banyak.
Sistematika penyusunan buku dan jurnal tersebut sangat
bervariasi, dari yang klasik hingga yang kontemporer,
dari yang tebal hingga sekadar buku saku. Namun
bagaimanapun, cara para penulis-penulis terdahulu
memiliki perbedaan. Ada yang menekankan sisi
filosofisnya ada pula yang sekadar teori. Oleh karena itu,
penulis di sini merasa bahwa menghadirkan buku yang
teoretis, praktis, tetapi sederhana dan mencakup banyak
aspek penelitian, adalah isu yang urgen.

Penelitian Kualitatif 1
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Selain alasan itu, penulis melihat bahwa


kebutuhan pada buku-buku penelitian semakin banyak.
Hal tersebut disebabkan oleh berbagai persyaratan yang
mengharuskan seseorang melakukan penelitian. Misal-
nya, seorang guru disyaratkan memiliki penelitian untuk
dapat naik pangkat, maka ia memerlukan buku
penelitian sebagai referensi dalam melakukan penelitian.
Demikian juga dosen dan mahasiswa. Dosen memiliki
kewajiban melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi,
salah satunya adalah penelitian. Mahasiswa harus
membuat sebuah penelitian sebagai syarat mendapatkan
gelar. Oleh karena itu, mereka senantiasa memerlukan
buku metodologi penelitian sebagai referensi dalam
melakukan penelitian. Singkat kata, buku penelitian
sangat diperlukan dalam dunia pendidikan.
Juga, banyaknya lomba-lomba karya tulis ilmiah
yang banyak diadakan, melatar belakangi kajian ini.
Misalnya, lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) yang
hampir tiap bulan diselenggarakan oleh berbagai
lembaga dan komunitas. Tidak hanya bagi siswa dan
mahasiswa, guru dan dosen pun sering kali ditantang
untuk mengikuti penelitian kompetetif. Justeru itu,
penulis sangat tertarik untuk melakukan kajian tematik
terhadap tema-tema penting dalam penelitian kualitatif.

B. Rumusan Masalah
Agar kajian ini tidak menjadi sekadar kajian
konseptual, maka penulis membuat dua rumusan
masalah yaitu: 1) Apa yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif? 2) Bagaimana tahapan-tahapan membuat

2 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

proposal penelitian kualitatif? 3) Bagaimana teknik


pengumpulan data penelitian kualitatif? 4) Bagaimana
konsep mixed method? Adapun jawaban dari empat
rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1) Rumusan masalah pertama dijawab pada Bagian 2; 2)
Rumusan masalah kedua dijawab pada Bagian 3 sampai
dengan Bagian 14; 3) Rumusan masalah keempat dijawab
pada Bagian 15.

C. Manfaat atau Kontribusi


Hasil kajin ini berkontribusi sebagai referensi
dalam dunia penelitian kualitatif, terutama bagi mereka
yang bergelut di bidang pendidikan, seperti guru di
sekolah, dosen, widyawasra, peneliti, dan mahasiswa.
Selain itu, hasil kajian ini dapat menjadi referensi dalam
mengajar MK Metodologi Penelitian di perguruan tinggi,
dan sebagai referensi dalam penyusunan buku panduan
penulisan skripsi, tesis, dan laporan penelitian lainnya.

D. Metode Penelitian dan Pendekatan Analsisis


Agar kajian ini bernilai ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan secara akademis, maka penulis
melakukan kajian ini dengan pendekatan studi
kepustakaan (library research). Dokumen-dokumen
dengan topik penelitian kualitatif dikumpulkan secara
daring/online dan luring/offline. Dokumen-dokumen
yang dikumpulkan secara online adalah dokumen
berupa artikel jurnal dan buku digital atau soft file dan
artikel di laman internet, yang dikumpukan melalui
pencarian (searching) di database online, Google Scholar.

Penelitian Kualitatif 3
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Adapun dokumen-dokumen yang dikumpukan secara


daring adalah berupa buku-buku yang diperolh di
perpustakaan pribadi penulis, perpustakaan kampus
tempat penulis mengajar, dan perpustakaan daerah milik
pemerintah baik di kapubaten maupun provinsi. Adapun
pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis
konten (content analysis).
Selanjutnya kajian dilakukan melalui sejumlah
tahapan: 1) mengumpulkan data online, berupa jurnal
dan buku digital melalui Google Scholar, dan data offline
berupa buku-buku dalam bentuk hard file; 2) membaca
dengan teknik scanning dan skimming; 3) melakukan
koding dengan menandai (menggaris bawahi, men-
stabilo) kata, kalimat, dan paragraph yang memiliki
kaitan dengan rumusan masalah; 4) melakukan analisis
terhadap kata, kalimat, dan paragraph yang telah
ditandai; 5) melakukan pemetaan tema-tema sebagai
hasil penelitian; 6) pengembangan tema.

4 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 2
KONSEP UMUM
PENELITIAN KUALITATIF

A. Definisi Penelitian
Aktivitas penelitian pada dasarnya dilatar-
belakangi oleh sifat fitrah manusia yang selalu ingin tahu
(penasaran). Terlebih jika hasrat keingintahuan mereka
didasari oleh pengetahuan ilmiah. Dengan dasar inilah,
mereka tergerak untuk mencari jawaban atas
ketidaktahuan mereka.
Secara sederhana, manusia sering melakukan
aktivitas meneliti dalam kehidupan sehari-hari. Namun
mereka tidak tahu teori dan metodologi penelitian yang
digunakan. Sehingga apa yang diteliti sering kali tidak
dapat ditemukan jawabannya, atau ditemukan jawaban-
nya namun hasilnya tidak maksimal atau bahkan tidak
ada yang diperoleh sedikit pun.

Penelitian Kualitatif 5
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Penelitian dalam bahasa Inggris dapat disepadan


dengan kata research. Adapun research berasal dari kata re
dan to search yang berarti mencari kembali, atau dalam
bahasa Latin disepadankan dengan kata reserare yang
berarti mengungkap atau membuka. Jadi penelitian,
research atau riset pada dasarnya dimaknai mencari atau
mengungkap kembali.
Menurut Creswell (2008), research is a process of
steps used to collect and analyze information to increase our
understanding of a topic or issue. – penelitian merupakan
proses dari langkah-langkah untuk mengumpulkan data
dan menganalisisnya, untuk mengembangkan pema-
haman terhadap isu-isu atau pokok pembicaraan umum.
Definisi tersebut melihat penelitian dari segi proses objek
dan tujuanya. Dari segi proses Creswell ingin
menegaskan bahwa penelitian secara umum dilakukan
melalui proses pengumpulan data dan menganalisisnya.
Dari segi objek, penelitian pada dasarnya bersumber dari
isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi
sehingga membutuhkan pemecahan, dan dari segi
tujuan, penelitian bertujuan untuk memahami atau
mendapatkan jawaban dari isu-isu atau masalah
tersebut.
Selanjutnya dalam kamus Webster’s New
International sebagaimana yang dikutip oleh Nazir (2005),
penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis
dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu
penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan
sesuatu. Lebih lanjut ia mengutip pendapat Hillway
(1956) yang menyatakan bahwa penelitian tidak lain dari

6 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui


penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap
suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut. Definisi kutipan Nazir
di atas membidik penelitian dari segi sifat prosesnya.
Penelitian bukan semata-mata aktivitas penyelidikan,
pencarian dan pengumpulan data, namun yang lebih
esensi adalah ia dilakukan melalui proses yang kritis,
skeptis dan hati-hati, agar jawaban yang diperoleh lebih
tepat dan akurat.
Sedangkan menurut Satori dan Komariah (2012),
penelitian merupakan sebuah investigasi sistemik yang
dirancang untuk menghasilkan suatu pengetahuan, alat
atau metode. Hal senada juga didefinisikan oleh Parson
sebagaimana yang dikutip Nazir (2005) bahwa penelitian
adalah pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistemis
dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan
terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
Kedua definisi tersebut menekankan penelitian dari segi
hasilnya, berupa penemuan metode, teori, alat dan lain-
lain. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas,
dapat dapahami bahwa penelitian adalah upaya
pencaritahuan secara terorganisir dan sistemik melalui
pengumpulan dan analisis data untuk memahami,
mendapatkan jawaban atau solusi mengenai isu atau
masalah yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok
manusia tertentu, secara hati-hati, skeptis, kritis Sehingga
jawaban atau hasil yang diperoleh memiliki nilai
kebenaran ilmiah.

Penelitian Kualitatif 7
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas


dapat disimpulkan bahwa penelitian ilmiah dapat
dipahami sebagai aktivitas penyelidikan terorganisir lagi
sistemik, yang dilakukan dengan kritis, skeptis dan
penuh kehati-hatian, guna memperoleh jawaban yang
paling tepat dari suatu permasalahan.

Kriteria Penelitian Ilmiah

B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif sebagai salah satu
metodologi dalam penelitian belum memiliki definisi
yang baku dan disepakati penggunaannya secara umum.
Kendati demikian, definisinya dapat disimpulkan lebih
komprehensif-integratif melalui penelusuran definisi-
definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, sehingga
membentuk sebuah definisi yang utuh. Oleh karena itu

8 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

pada bagian ini akan dikemukakan sejumlah definisi


penelitian kualitatif, di antaranya:
1. Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai berikut: “Qualitative research is a type of
educational research in which the researcher relies on the
views of participants; asks broad, general questions;
collects data consisting largely of words (or text) from
participants; describes and analyzes these words for
themes; and conduct the inquiry in a subjective, biased
manner.” – Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
pendidikan di mana peneliti bergantung pada
pandangan partisipan atau informan: peneliti
bertanya panjang lebar, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan umum, pengumpulan data sebagian
besar terdiri dari kata-kata (atau teks) dari peserta,
menggambarkan dan menganalisis teks tersebut
menjadi tema-tema, dan melakukan permintaan
secara subyektif dan secara bias (memancing
pertanyaan lainnya).
2. Bongdan dan Taylor dalam Moleong (2013) me-
nyatakan bahwa metodologi penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, baik berupa kata-kata lisan maupun
tertulis dari orang-orang atau perilaku yang diamati.
3. Kirk dan Miller dalam Moleong (2013) men-
definisikan penelitian kualitatif sebagai sebuah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung dari pengamatan
pada manusia, baik dalam kawasannya maupun
dalam peristilahannya.

Penelitian Kualitatif 9
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4. Strauss dan Corbin (2009) mendefinisikan penelitian


kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya.
5. Schensul (2011) menyatakan: “Qualitative research is
an approach that enables researchers to explore in detail
social and organizational characteristic and individual
behaviors and their meaning” – Penelitian kualitatif
merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti
untuk mengeksplorasi secara rinci karakteristik perilaku
individu, sosial dan organisasi serta maknanya.
6. Menurut Sugiyono (2013), penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksprimen) di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data di-
lakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disarikan
bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
dan memahami perilaku individu atau kelompok, dan
fenomena sosial dalam kondisi alamiah (natural),
sehingga diperoleh data-data deskriptif (non-kuantitatif)
dalam bentuk lisan dan atau tulisan, yang kemudian
diinterpretasi secara deskriptif pula. Dalam bahasa yang
sederhana, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara
holistic kontekstual melalui pengumpulan data dari latar

10 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai


instrumen kunci.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi
alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena
itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan
yang luas, bisa bertanya, menganalisis, dan meng-
konstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.
Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat
nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum
jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk
memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.
Berbagai definisi penelitian kualitatif yang
disebutkan sebelumnya menjadi klaim jelas bahwa
penelitian kualitatif juga disebut inkuiri naturalistik atau
penelitian alamiah, fenomenologis, studi kasus,
interpretatif, ekologis, deskriptif dan sebagainya. Di
samping itu, metode penelitian kualitatif disebut juga
penelitian etnografi. Karena pada awalnya metode
penelitian ini seringkali digunakan dalam bidang
antropologi budaya (Sugiyono, 2013).

C. Karakteristik Penelitian Kualitatif


Karakteristik penelitian kualitatif dikemukakan
berbeda-beda oleh para ahli. Namun sebenarnya hal
tersebut tidak dipandang sebagai sebuah perbedaan
yang saling menyalahkan atau saling klaim kebenaran
dan keunggulan pendapat. Karena pada dasarnya

Penelitian Kualitatif 11
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

perbedaan tersebut saling melengkapi antara yang satu


dengan yang lainnya. Sharan B. Merriem (2009) misalnya
mengemukakan: “A central characteristic of quailtative
research is that individual construct reality in interaction with
their social world.” – Karakteristik utama dari penelitian
kualitatif adalah individu membangun realitas dalam
interaksi dengan dunia sosial mereka (yang diteliti).
Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus
mampu memasuki realitas sosial objek yang diteliti. Jika
ia meneliti tentang sekolah, ia harus memasuki dunia
sekolah itu. Jika ia meneliti tentang pesantren, ia dituntut
untuk memasuki realita kehidupan pesantren. Jika ia
hendak meneliti perilaku seorang tokoh, ia harus ikut
serta dalam realita sosial kehidupan tokoh yang diteliti,
dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
melakukan pengamatan secara langsung, utuh dan
menyeluruh terhadap objek penelitian.
Berbeda dengan pendapat Miles dan Huberman
dalam Gray (2009) yang mengemukakan empat karak-
teristik penelitian kualitatif, yaitu: (1)It is conducted
through intense contact within a ‘field’ or real life setting; (2)
The researcher’s role is gain a ‘holistic’ or integrated overview
of the study, including the perceptions of participants; (3)
Themes the emerges from the data are often reviewed with
informants for verification; (4) The main focus of research is to
understand the ways in which people act and account for their
actions.
Keempat karakteristik penelitian kualitatif
perspektif Miles dan Huberman di atas dapat dijelaskan
secara sederhana sebagai berikut:

12 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Penelitian kualitatif bersifat intensif. Penelitian kualitatif


tidak seharusnya dilakukan dengan setengah hati.
Melainkan harus dilakukan melalui hubungan
intensif dengan yang diteliti. Yaitu melaksanakan
penelitian dengan sungguh-sungguh di lapangan
(lokasi penelitian), guna memperoleh hasil yang
maksimal. Hal tersebut dilakukan dengan menjaga
harmonisasi hubungan dengan yang diteliti ataupun
dengan para partisipan dan informan sebagai sumber
data.
2. Penelitian kualitatif bersifat holistik. Peneliti dituntut
untuk sedapat mungkin memperoleh data secara
holistik atau menyeluruh. Peneliti tidak memandang
data yang ia peroleh sebagai sesuatu yang terpisah
melainkan sebagai sesuatu yang memiliki kesatuan
antara data yang satu dengan lainnya.
3. Penelitian kualitatif bersifat verifikatif. Artinya data
yang telah diperoleh harus senantiasa diulas dan
dirundingkan dengan para informan untuk
diverifikasi atau dicek. Menurut Moleong (2013) hal
ini disebabkan oleh beberapa hal; pertama, susunan
dari merekalah (informan) yang akan diangkat oleh
peneliti. Kedua, hasil penelitian bergantunng pada
hakikat dan kualitas hubungan antara pencari
(peneliti) dengan yang dicari (yang diteliti). Ketiga,
konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik
verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan
oleh orang-orang yang ada kaitannya dengan yang
diteliti.

Penelitian Kualitatif 13
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4. Penelitian kualitatif memiliki fokus utama yaitu


memahami tindakan seseorang dan pertanggung-
jawabannya atas tindakan itu. Dalam penelitiannya,
peneliti tidak sekedar mengamati perilaku objek
semata. Melainkan ia dituntut untuk memahami
perilaku tersebut, dengan meminta informasi
pertanggungjawaban atau alasan terhadap perilaku
tersebut. Jadi seorang peneliti kualitatif tidak sekadar
meminta informasi lalu membenarkannya langsung,
namun lebih dari itu peneliti harus mengetahui dan
memahami motif di balik perilaku subjek atau
jawaban pertanyaan dari informan. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan data yang berkualitas.
Demikian pula Klenke (2008) dalam bukunya
“Qualitative Research in The Study Leadership”
memaparkan empat karakteristik penelitian kualitatif:
(1)Qualitative research is predominantly inductive and
conducted in natural-settings; (2) In qualitative research,
sample size does matter; (3) Qualitative data are derived from
the participants perspective; (4) Qualitative design are flexible
(reflexive) and can, and should be changed to match the
dynamics of the evolving research process.
Dari pemaparan Klenke di atas dapat diuraikan
secara sederhana bahwa penelitian kualitatif memiliki
empat karak-teristik dalam pandangannya yaitu:

1. Data lebih dominan dianalisis secara induktif dan


penelitian dilakukan dalam kondisi alamiah (natural
setting).

14 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Analisis induktif digunakan dalam penelitian


kualitatif karena beberapa alasan. Pertama, proses
induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan
penelitian sebagai yang terdapat dalam data. Kedua,
analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti
responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan
akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat
mengurai latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapattidaknya pengalihan
kepada suatu latar yang lain. Keempat, analisis induktif
lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis
demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara
eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
(Endraswara, 2006).
Di samping itu, sifat dasar penelitian kualitatif
adalah berlatar alamiah (natural setting). Penelitian
dilakukan tanpa ada rekayasa sedikit pun dari peneliti.
Peneliti benar-benar secara alami memasuki dunia yang
ditelitinya. Peneliti datang ke lokasi penelitian dan
berbaur alami dengan objek penelitian. Ia
mengobservasi, merekam, memotret, dan membuat
catatan-catatan lapangan dalam kondisi alami sesuai
dengan fakta yang ditemukan di lapangan. Inilah yang
diistilahkan oleh Merriem dengan construct reality
(membangun realitas) – sebagaimana yang dijelaskan
diawal pembahasan “karakteristik penelitian kualitatif”
ini.

Penelitian Kualitatif 15
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2. Dalam penelitian kualitatif, ukuran sampel tidak


terlalu dipedulikan.
Dalam Penelitian kualitatif tidak tepat untuk
memperkirakan jumlah sampel. Pentingnya ukuran
sampel dalam penelitian kualitatif benar-benar tidak
relevan. Karena betapa banyak orang yang akan
diwawancarai dengan jumlah pertanyaan dan tingkat
keluangan informan yang tidak terjamin. Oleh karena itu
ukuran sampel bukan menjadi hal yang utama, karena
yang paling ditekankan adalah kekayaan dan kualitas
informasi.

3. Data kualitatif berdasarkan perspektif partisipan atau


informan (subyektif)
Penelitian kualitatif merupakan aktifitas
menggali makna yang diteliti berdasarkan perspektif
partisipan. Di mana subjek membangun atau menyusun
makna berdasarkan proses pendeskripsian makna yang
disusun subjek. Oleh karena itu riset kualitatif bersifat
subjektif. Sarwono (2011) menjelaskan mengapa
penelitian kualitatif bersifat subjektif? Menurutnya, riset
kualitatif menggambarkan suatu masalah atau kondisi
dari sudut pandang individu-individu yang
mengalaminya. Pemilihan individu-individu tersebut
didasarkan pada kekayaan informasi mereka dalam
kaitannya dengan masalah yang sedang dikaji.

4. Desain kualitatif bersifat fleksibel (refleksif) dan


dapat, bahkan harus diubah agar sesuai dengan
dinamika proses perkembangan penelitian.

16 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Desain penelitian kualitatif tidaklah bersifat


baku. Kenyataannya, hal ini berimplikasi pada tidak
adanya format atau sistematika baku dalam penulisan
proposal penelitian. Sebagaimana fakta yang terjadi di
masing-masing perguruan tinggi (PT), sistematika
penulisan proposal antara PT yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda, walaupun ada bagian-bagian
pokok yang harus ada.
Sebagaimana yang tercermin dari penamaannya
yaitu “kualitatif”, maka maksud penelitian ini adalah
untuk menemukan data dan informasi yang berkualitas.
Untuk mendapatkan data-data berkualitas tersebut,
maka penelitian kualitatif diformat dalam bentuk yang
fleksibel, yaitu terbuka terhadap kemungkinan-
kemungkinan masalah yang terus berkembang dengan
data yang bervariasi di luar dugaan peneliti.
Oleh karena itu ada beberapa alasan yang
dikemukakan oleh Moleong mengenai “mengapa desain
kualitatif bersifat fleksibel?”yaitu: pertama, tidak dapat
dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan
jamak, biasa di lapangan; kedua,tidak dapat diramalkan
sebelumnya apa yang akan berubah, karena hal itu akan
terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan;
ketiga, bermacam-macam sistem nilai yang terkait
berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan.
Lebih rinci Jones, Brown dan Holloway (2013)
menjelaskan dalam bukunya “Qualitative Research in Sport
and Physical Activity”. bahwa: “the essential traits of
qualitative explain its character, they are:flexibility, coherence
and consisitency, priority of data, context sensitivity, Thick

Penelitian Kualitatif 17
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

description, Immersion in the setting (natural setting),


Insider/outsider perspectives, Reflexivity and ‘critical
subjectivity’. –Menurut mereka karakteristik penelitian
kualitatif meliputi: fleksibilitas, koherensi dan konsisten,
prioritas data, sensitivitas konteks, deskriptif, alamiah
(natural setting), insider/outsider perspektif, refleksif dan
subjektif.

----------------------------------------------------------------------------

Karakteristik penelitian kualitatif


menurut beberapa ahli
----------------------------------------------------------------------------

18 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif
Pada dasarnya penelitian kualitatif dan
kuantitatif dapat dibedakan melalui tinjauan tiga aspek
yaitu perbedaan aksioma, proses penelitian dan
karakteristik penelitian. Penjelasan dari aspek-aspek
tersebut, berikut ini:

1. Perbedaan dari segi aksioma


Aksioma dapat dipahami sebagai pandangan
dasar di awal penelitian yang meliputi sifat realitas,
hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan antar
variabel, kemungkinan generalisasi dan nilai. Lebih
detail dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

No. Aksioma Kualitatif Kuantitatif

1 Sifat realitas Realitas dipandang Realitas dipandang


abstrak karena konkrit, dapat
menghendaki makna dikategorisasi
dibaliknya, dan menurut jenis,
belum dapat warna, bentuk dan
dikategorisasi karena sebagainya.
bersifat holistik dan
dinamis.
2 Hubungan Dependen: penelitian Independen:
peneliti bergantung pada peneliti tidak
dengan yang hubungan antara mengenal
diteliti peneliti dengan yang respondennya
diteliti dan atau
narasumber atau
informan.

Penelitian Kualitatif 19
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3 Hubungan Variabel lebih Variabel lebih


antar variabel interkatif (saling bersifat klausal atau
mempengaruhi) hubungan sebab
akibat antara
variabel inpenden
dan dependen
4 Kemungkinan Lebih menekankan Lebih menekankan
generalisasi kedalaman informasi, pada keluasan
sehingga tidak informasi dari
memungkinkan banyak populasi
untuk melakukan dengan jumlah
generalisasi sampel terbatas,
sehingga hasilnya
dapat digeneralisasi
terhadap populasi
lainnya
5 Nilai Bebas nilai Terikat nilai karena
senantiasa
berinteraksi dengan
narasumber

Perbedaan kualitatif & kuantitatif daris segi aksioma


Sumber: Sugiyono (2013) telah dimodifikasi

2. Perbedaan dari segi proses penelitian


Tidak hanya berbeda dari segi aksioma,
penelitian kualitatif dan kuantitatif juga berbeda dari
segi proses. Untuk lebih jelasnya, perbedaan proses
tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini:

20 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

KUALITATIF KUANTITATIF

Identifikasi masalah Studi pendahuluan: melalui fakta


empiris dan penguasaan teori

Fokus masalah Merumuskan masalah:sesuai


penemuan dalam studi
pendahuluan

Merumuskan masalah
Membuat hepotesis masalah

1) Menentukan metode penelitian


1) Pengkajian teori; 2) Membuat instrument pengujian
2) Menentukan metode hepotesis
penelitian

Menyebarkan instrument penelitian

Pengumpulan data:
observasi, wawamcara,
dokumentasi, analisis teks Pengumpulan data hasil pengujian
hepotesis

Analisis data
Analisis data

Interpretasi data Interpretasi data

Penemuan Hasil pengujian hepotesis

Penelitian Kualitatif 21
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3. Perbedaan dari segi karakteristik penelitian


Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan
pendapat para ahli mengenai karakteristik penelitian
kualitatif, namun pada bagian ini akan dipaparkan
perbedaan karakteristik antara penelitian kualitatif dan
kuantitatif secara lebih jelas dan komprehensif, yang
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

No Karakteristik Kualitatif Kuantitatif


1 Desain 1. Bersifat umum 1. Spesifik, rinci
2. Permasalahan 2. Permasalahan
bersifat fleksibel, bersifat
tentatif, permanen
sejak awal
3. Dinamis 3. Stagnan
mengikuti
permasalahan
2 Tujuan 1. Menemukan 1. Menunjukkan
pola hubungan hubungan
yang bersifat antar variabel
interaktif
2. Meneliti 2. Menguji teori
fenomena yang dalam bentuk
kompleks dan hipotesis
holistic
3. Menemukan 3. Menjeneralisa
pemahaman si secara
mendalam prediktif
sehingga
memungkinkan
diperoleh teori
baru
3 Teknik 1. Observasi 1. Eksprimen,
penelitian partisipatif survey

22 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2. Wawancara 2. Kuesioner
mendalam
3. Dokumentasi 3. Observasi
dan
wawancara
terstruktur
4 Instrument 1. Peneliti sendiri 1. Test, angket,
penelitian draf
wawancara
terstruktur
2. Buku catatan 2. Instrumen
lapangan, yang telah
handycam, dibuat sendiri
kamera, tape oleh peneliti
recorder dan
sebagainya.
5 Data 1. Deskriptif, 1. Kuantitatif,
naratif numerik
2. Dokumen 2. Hasil
pribadi, catatan pengukuran
lapangan; variabel
ungkapan dan dioperasional
tindakan kan dengan
narasumber, menggunaka
transkrip, artefak n instrument
3. Random/aca
k: memilih
papulasi
secara acak
untuk
dijadikan
sampel
6 Sampel 1. Kecil 1. Besar
2. Tidak harus 2. Repsentatif
repsentatif
3. Purposive, 3. Sedapat

Penelitian Kualitatif 23
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

snowballing mungkin
random
4. Dinamis: 4. Permanen:
diharapkan ditentukan
memperoleh sejak awal
pemahaman penelitian
yang mendalam
7 Analisis 1. Induktif 1. Deduktif
2. Menggunakan 2. Menggunakan
tema, teori, pola statistic
tertentu.
3. Proses analisis 3. Proses
dari sejak awal analisis
penelitian hingga setelah
akhir penelitian, pengumpulan
terus menerus data
8 Hubungan 1. Intraktif, empati, 1. Berjarak,
dengan akrab, tanpa bahkan tanpa
responden/inf jarak kontak
orman 2. Hubungan 2. Jangka
jangka panjang pendek
3. Antara peneliti 3. Peneliti
dan informan terkesan lebih
lebih egaliter tinggi
9 Usulan desain 1. Singkat 1. Spesifik
2. Literatur bersifat 2. Literatur
tentative yang
berhubungan
dengan
masalah, dan
variabel yang
diteliti
3. Prosedur bersifat 3. Prosedur
umum spesifik
dengan
langkah-

24 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

langkah yang
rinci
4. Masalah bersifat 4. Masalah
tentatif dirumuskan
secara
permanen
5. Tidak ada 5. Memiliki
perumusan rumusan
hepotesis hipotesis
yang jelas
6. Fokus utama 7. Ditulis secara
ditetapkan rinci dan jelas
setelah diperoleh sebelum
data awal di melakukan
lapangan penelitian
10 Kapan Setelah tidak ada lagi Setelah semua
penelitian data yang dianggap data yang
dianggap baru direncanakan di
selesai? awal penelitian
terkumpul
11 Kepercayaan Pengujian Pengujian
terhadap hasil kredibilitas proses validitas dan
penelitian dan hasil penelitian realibilitas
instrument

Perbedaan penelitian kualitatif


dan kuantitatif dari segi karakteristik
Sumber: Sugiyono (2012) telah dimodifikasi

E. Kegunaan Penelitian Kualitatif


Kualitatif dan kuantitatif merupakan dua model
pendekatan penelitian yang umum digunakan. Sehingga
barangkali muncul pertanyaan dalam diri kita,
pendekatan mana yang paling ilmiah? Tentu di antara

Penelitian Kualitatif 25
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

kedua pendekatan penelitian tersebut memiliki kelebihan


dan kekurangan tergantung kapan, di mana dan dalam
kondisi apa ia digunakan. Penelitian kualitatif dan
kuantitatif dapat diibaratkan seperti kunci yang berbeda,
sedangkan masalah penelitian dapat diibaratkan seperti
pintu. Tentunya pintu akan terbuka bila sesuai dengan
kunci yang digunakan. Demikian pula masalah akan
terurai, terjawab bila sesuai dengan pendekatan
penelitian yang digunakan. Oleh karena itu peneliti
harus mengetahui kapan dirinya akan menggunakan
penelitian kualitatif atau kuantitatif.
Sugiyono (2012) menyebutkan mengenai kapan
penelitian kualitatif digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih bias


bahkan gelap
Salah satu karakteritik penelitian kualitatif
adalah peneliti berangkat dari kondisi kosong tanpa
masalah. Permasalahan belum dapat dideteksi secara
rinci. Ibaratnya seseorang yang hendak diajak pesiar ke
suatu lokasi yang pertama kali ia kunjungi. Ia hanya
diberitahu mengenai lokasi pesiarnya, namun tidak
dijelaskan mengenai keadaan, situasi dan kondisi lokasi
tersebut.

2. Untuk memahami makna di balik data yang


nampak
Kejadian, peristiwa atau perilaku yang nampak
seringkali tidak dapat dimaknai dan difahami secara
kasat mata, namun harus diteropong secara kualitatif

26 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

melalui kegiatan semisal wawancara mendalam,


observasi, dokumentasi. Melalui kegiatan tersebut
peneliti dapat mengetahui motif kejadian, peristiwa
maupun perilaku tersebut. Misalnya siswa bersaf rapi
setiap shalat zuhur berjamah di mushalla sekolah.
Kondisi yang demikian bisa saja diklaim secara
kuantitatif sebagai sebuah kegiatan yang telah berhasil
membentuk karakter siswa. Namun, mungkin secara
kualitatif tidak demikian, bisa saja siswa melakukan hal
tersebut karena takut kepada gurunya, atau ingin dipuji
dan sebagainya.

3. Untuk memahami interaksi sosial


Interaksi sosial merupakan persoalan yang
sangat kompleks. Persoalan sangat mungkin diurai
secara tuntas dan konprehensif dengan metode kualitatif,
misalnya peneliti berpartisipasi aktif dalam observasi
dan melakukan wawancara secara mendalam, sehingga
dapat ditemukan pola interaksi yang jelas antara satu
masalah (fenomena, gejala, peristiwa, perilaku dan lain-
lain) dengan masalah (fenomena, gejala, peristiwa,
perilaku) lainnya.

4. Untuk memahami perasaan orang


Perasaan seseorang yang meliputi bahagia,
susah, marah, khawatir, sedih, terharu dan sebagainya
hanya dapat diketahui dengan secara holistik-
konprehensif melalui pendekatan kualitatif seperti
wawancara mendalam. Sebab, perasaan dapat

Penelitian Kualitatif 27
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dideskripsikan secara luas, detail dan mendalam oleh


subjek atau informan hanya melalui wawancara.

5. Untuk mengembangkan teori


Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan
untuk mengembangkan teori yang dibangun
berdasarkan data yang diperoleh di lapangan melalui
survei awal dan telaah literatur. Melalui dua kegiatan
tersebut peneliti dapat menemukan teori yang sudah ada
secara praktis di lapangan dan secara teoretis dalam
literatur, selanjutnya dikembangkan atau bahkan dapat
melahirkan teori baru.

6. Untuk memastikan kebenaran data


Menggunakan teknik pengumpulan data
kadang-kadang tidak dapat menjawab permasalahan
penelitian dengan pasti. Maka penelitian kualitatif
merupakan pilihan yang tepat untuk mendapatkan
kualitas data yang dapat diyakini kebenarannya. Sebab
dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat memastikan
kebenaran atau tingkat validitas data-data yang
dikumpulkan dan diuji keabsahannya melalui
triangulasi.

7. Untuk meneliti sejarah perkembangan


Dalam penelitian yang berhubungan dengan
sejarah, penelitian kualitatif dilengkapi dengan teknik
pengumpulan data yang efektif yaitu dokumentasi dan
wawancara. Kedua teknik tersebut bila digunakan
dengan baik dapat mengurai perkembangan sejarah yang

28 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diteliti lebih detail, holistik, saling berkaitan dan


sambung menyambung.
Selain ketujuh kegunaan penelitian kualitatif di
atas, Moleong (2013) juga menyajikan lebih rinci
mengenai kegunaan penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan
penelitian motivasional;
2. Untuk penelitian konsultatif;
3. Memahami isu-isu rumit suatu proses;
4. Memahami situasi rinci tentang situasi dan kenyataan
yang dihadapi seseorang;
5. Untuk memahami isu-isu yang sensitif;
6. Untuk keperluan evaluasi;
7. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak
dpat diteliti melalui penelitian kuantitatif;
8. Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang
berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian;
9. Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap
fenomena yang sampai sekarang belum banyak
diketahui;
10. Digunakan oleh peneliti dengan maksud untuk
meneliti sesuatu secara mendalam;
11. Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk
menelaah sesuatu latar belakang misalnya motivasi,
peranan, nilai, sikap, dan persepsi;
12. Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk
menggunakan hal-hal yang belum banyak diketahui
ilmu pengetahuan;
13. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti
sesuatu dari segi proses.

Penelitian Kualitatif 29
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

F. Keunggulan Penelitian Kualitatif


Adapun keunggulan metode penelitian kualitatif
dibanding kuantitatif secara umum dapat diuraikan
sebagai berikut:
Pertama, penelitian kualitatif lebih memungkin
lahirnya teori baru. Sebab prosedur pelaksanaannya
sangat mengandalkan data empiris lapangan yang
dikuatkan oleh teori-teori yang sudah ada. Juga cara
kerja penelitian kualitatif lebih mengedepankan
konseptualisasi yang dihasilkan dari data (induktif).
Kedua,lebih memungkin untuk menguak makna-
makna subyektifitas sosial yang tersembunyi, seperti hal-
hal yang berkaitan dengan masalah nilai, agama atau
pun kebudayaan. Sebab, tidak semua fakta sosial dapat
diidentifikasi secara kuantatif.

30 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 3
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF

A. Proposal Penelitian
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitian
Setelah melalui tahapan-tahapan prapenelitian
yaitu identifikasi masalah, fokus masalah dan
merumuskan judul, maka langkah selanjutnya adalah
membuat proposal penelitian sebagai langkah
profesional dalam melakukan penelitian ilmiah. Artinya
untuk melakukan penelitian dari awal hingga akhir
dengan hasil yang maksimal dibutuhkan manajemen
yang tepat untuk mengelola sebuah penelitian. Karena
bagaimanapun penelitian yang tidak dikelola dan tidak
memiliki perencanaan akan menjadikan proses penelitian
tersebut amburadul bahkan tidak selesai.
Moleong (2013) mengamini proposal penelitian
sepadan dengan istilah “research design” – desain

Penelitian Kualitatif 31
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian - sebagaimana istilah yang banyak digunakan


dalam literatur penelitian. Ada juga yang mengistilahkan
proposal penelitian sebagai “usulan penelitian”. Namun
baik istilah “research design” maupun “usulan penelitian”
pada dasarnya mengandung pengertian proses
perencanaan penelitian. Sehigga penulis memahami
bahwa proposal penelitian merupakan perencanaan
penelitian yang memuat tahapan-tahapan sistemik dan
prosedur pelaksanaannya, yang ditulis oleh peneliti
untuk dijadikan acuan atau pedoman dalam
melaksanakan penelitian di lapangan. Namun dalam
konteks penelitian yang lebih khusus yaitu kualitatif
yang bersifat fleksibel dan dinamis yang memiliki
kemungkinan besar untuk mengalami perubahan dan
perombakan, sangat tepat apa yang dikatakan oleh
Moleong bahwa penelitian adalah usaha merencanakan
dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan
yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif. Jadi
menurutnya proposal yang ditulis dalam penelitian
kualitatif bukanlah harga mati. Apa yang ada di
dalamnya merupakan kemungkinan-kemungkinan yang
akan dilakukan di lapangan, dan bila tidak
memungkinkan maka akan dilakukan revisi dan
digantikan dengan kemungkinan lainnya.
Penelitian kualitatif dengan karakteristiknya
yang fleksibel dan dinamis, memiliki implikasi terhadap
sistematika dan konten proposal. Di mana proposal
penelitian sangat memungkinkan untuk mengalami
perubahan berupa penambahan maupun pengurangan
rumusan masalah, perubahan teknik pengumpulan data,

32 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

perubahan metode dan analisis data, dan sebagainya,


tergantung tuntutan objek dan kebutuhan serta
kemampuan peneliti sendiri. Lain halnya dengan
penelitian kuantitatif yang memiliki karakteristik jelas
dan spesifik, maka konsekuensinya adalah proposal
harus dibuat secara jelas dan spesifik pula sebelum
memulai penelitian. Sehingga dapat dikatakan bahwa
proposal penelitian kuantitatif merupakan panduan
permanen yang harus dilaksanakan sesuai prosedur dan
tahapan penelitian yang telah dibuat. Jika peneliti dari
awal telah menentukan masalah “A”, maka rumusan
masalah, tujuan penelitian, teknik pengumpulan data,
dan sebagainya haruslah “A” baik dalam proposalnya
maupun dalam pelaksanaannya di lapangan. Oleh
karena itu baik menggunakan metode penelitian
kualitatif atau kuantitatif, keberadaan proposal sangatlah
esensi demi mengendalikan penelitian yang efektif sesuai
tujuan penelitian dan efisien sesuai dengan waktu, biaya
dan tenaga.
Zuhriah (2006) menjelaskan bahwa dengan
adanya proposal penelitian, peneliti akan memiliki
panduan yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan,
menghemat tenaga dan waktu, karena dengan proposal
tersebut kekeliruan diharapkan dapat diminimalisasikan,
dan orang lain akan mengikuti secara jelas jalannya
penelitian yang akan dilakukan. Di samping itu, ia juga
menjelaskan bahwa manfaat lain dari penyusunan
proposal adalah peneliti dapat melakukan evaluasi terus
menerus terhadap apa yang dilakukan serta melakukan
modifikasi dan pengembangan jika diperlukan.

Penelitian Kualitatif 33
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Barangkali proposal dapat dikatakan sebagai sebuah peta


untuk menelusuri jalannya penelitian agar tidak tersesat
dan sampai pada tujuan yaitu menemukan jawaban atau
solusi dari masalah yang diteliti.

2. Sistematika Penyusunan Proposal


Tidak ada standar yang pasti tentang sistematika
penyusunan proposal penelitian. Struktur ini tergantung
dari universitas/institusi dimana Anda belajar/bekerja,
area penelitian, jenis penelitian (kuantitatif, kualitatif,
mixed method). Dengan kata lain, dalam menyusun
proposal penelitian, tidak ditemukan sistematika baku
dalam penulisan proposal baik kualitatif maupun
kuantitatif. Hal tersebut dapat dilihat dari sistematika
penyusunan proposal sebuah lembaga penelitian yang
satu dengan lainnya berbeda, antara perguruan tinggi
(PT) “X” dengan PT “Y” berlainan, dan antara sponsor
“A” dengan sponsor “B” juga demikian. Namun ada
bagian-bagian pokok yang tidak boleh hilang, yang
harus tertera dalam proposal penelitian. Dan perlu
diketahui bahwa letak perbedaan nyata antara penelitian
kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari judulnya dan
beberapa istilah khusus dalam masing-masing penelitian.
Misalnya dalam penelitian kuantitatif dikenal istilah
hipotesis sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak
ada. Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk
memaparkan beberapa sistematika penulisan proposal
kualitatif yang dikutip dari berbagai sumber untuk
dijadikan perbandingan:

34 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Menurut Satori dan Komariah (2012) bahwa rumusan


sistematika proposal penelitian kualitatif sebagai
berikut:

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian

II. STUDI PUSTAKA


III.METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Jenis Data Penelitian
D. Sumber Data Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Keabsahan Data
H. Waktu dan Tahapan Penelitian

2. Sugiyono (2013) merumuskan sistematika


penyusunan proposal kualitatif sebagai berkut:

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian

Penelitian Kualitatif 35
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

E. Manfaat Penelitian

II. STUDI KEPUSTAKAAN


A. Teori 1
B. Teori 2
C. Teori 3 dan seterusnya

III. PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode, dan alasan menggunakan metode
B. Tempat penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sampel Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Rencana Pengujian Keabsahan data

IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN


A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian

V. BIAYA YANG DIPERLUKAN

3. Menurut Moleong (2013) bahwa sistematika


penyusunan proposal penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut:

Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian

36 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

D. Paradigma
E. Manfaat Penelitian

Bab II. ACUAN TEORI


A. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus 1)
B. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus 2)
C. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus
selanjutnya)

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian, dan
Entri
B. Metode/Teknik Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pemeriksaan Keabsahan Data

4. Adapun sistematika penyusunan proposal penelitian


kualitatif menurut penulis adalah sebagai berikut:
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Penelitian yang Relevan

Bab II. KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Kualitatif 37
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Analisis Data
E. Pemeriksaan Keabsahan Data

B. Laporan Penelitian
1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah
yang ditulis secara sistematis setelah rangkaian proses
penelitian dianggap berakhir. Penulis melaporkan secara
tertulis mengenai hasil yang diperoleh dalam penelitian
yang dilakukannya. Laporan penelitian memiliki ragam
jenis dan manfaat. Di antaranya yaitu:
Pertama, laporan penelitian untuk keperluan
akademis, yaitu laporan yang dibuat oleh mahasiswa di
tingkat pendidikan tinggi. Laporan penelitian dalam hal
ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu: skripsi bagi S1, tesis
bagi S2, dan disertasi bagi S3. Ketiga jenis laporan
tersebut merupakan tugas akhir yang wajib dilakukan
oleh setiap mahasiswa di bawah bimbingan dosen yang
telah ditentukan.
Kedua, laporan penelitian untuk keperluan
publikasi ilmiah, yaitu laporan penelitian yang ditulis
untuk dimuat dalam jurnal ilmiah. Bentuk laporan
penelitian ini tidak seluas laporan penelitian untuk
keperluan akademis di perguruan tinggi. Biasanya
penelitian ini dilakukan oleh kalangan dosen di bawah

38 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

otoritas lembaga penelitian universitas/institut atau


fakultas.
Ketiga, laporan penelitian untuk keperluan
pengambilan kebijakan dan evaluasi. Dalam hal ini
laporan penelitian merupakan hasil dari penelitian yang
disponsori oleh institusi tertentu. Misalnya pemerintah
ingin memutuskan sebuah kebijakan atau hendak
mengevalusi kebijakannya, maka ia akan mensponsori
untuk meneliti mengenai kebijakan tersebut. Demikian
pula yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan swasta
untuk keperluan bisnis dan sebagainya, seperti
penelitian respon masyarakat terhadap suatu produk
dan lain-lain.

2. Sistematika Laporan Penelitian


Sistematika laporan penelitian sebenarnya
tidaklah baku. Hal tersebut tergantung pada lembaga
penyelenggara penelitian seperti apa yang dikehendaki.
Namun secara umum laporan penelitian memiliki
standar minimal yang ditentukan oleh penyelenggara
penelitian, yang tertuang dalam buku pedoman
penulisan skripsi, tesis maupun disertasi. Laporan
penelitian biasanya tersusun dari sejumlah bab yang
disesuaikan dengan pendekatan dan jenis penelitian
yang digunakan.
Khusus dalam laporan penelitian kualitatif,
biasanya sistematika laporan penelitian sekurang-
kurangnya memuat lima bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Kajian Pustaka

Penelitian Kualitatif 39
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bab III : Metodologi Penelitian


Bab IV: Data Temuan dan Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran
(masing-masing bab di atas memuat sub-sub bab yang
disesuai dengan kebutuhan peneliti).
Menurut Moleong (2013), kerangka (sistematika)
laporan penelitian tersusun dari:
Bab I : Latar Belakang, Masalah, dan Tujuan Penelitian
A. Latar Belakang Masalah
B. Masalah dan Pembatasan Masalah
C. Tujuan, Kegunaan, dan Prospek Penelitian
Bab II : Acuan Teori
Bab III : Metodologi
Bab IV: Penyajian Data
Bab V : Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Bab VI : Kesimpulan
Menurut Sugiyono (2013) sistematika penulisan
laporan penelitian sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teori
Bab III : Prosedur Penelitian
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Sistematika penulisan di atas merupakan isi
pokok dari laporan penelitian. Namun lebih detail
sistematika penulisan laporan memuat tiga bagian yaitu:
Bagian pertama: bukan termasuk isi laporan, namun
lebih menerangkan isi laporan secara umum yang
terdiri dari:

40 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Sampul Laporan Penelitian; sampul dalam dan


luar yang berisi judul penelitian, logo lembaga,
nama peneliti dan nama institusi/lembaga
penyelenggara penelitian;
2. Halaman pernyataan keaslian karya ilmiah;
3. Halaman pengesahan jika sudah disetujui oleh
pembimbing;
4. Kata pengantar;
5. Abstraksi; dan
6. Daftar isi.
Bagian kedua: isi laporan penelitian, dan
Bagian ketiga: Lampiran penelitian (jika ada)

Penelitian Kualitatif 41
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

42 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 4
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN

A. Topik
1. Definisi Topik
Dalam setiap penelitian ilmiah, langkah yang
paling awal dilakukan oleh peneliti adalah menentukan
topik. Pemilihan topik sebagai langkah awal memiliki
implikasi terhadap tahapan-tahapan penelitian se-
lanjutnya, seperti penentuan masalah, merumuskan
judul, latar latar belakang, rumusan masalah,
menentukan literatur atau bahan bacaan, metode
penelitian dan pengumpulan data.
Topik, secara bahasa, berasal dari bahasa Inggris
yaitu topic yang diterjemahkan menjadi pokok
pembicaraan (Echols & Shadili, 1988). Dalam Kamus
Bahasa Indonesia (2008), topik dimaknai (1) Pokok

Penelitian Kualitatif 43
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

pembicaraan diskusi, ceramah, karangan dan sebaginya;


(2) Hal yang menarik perhatian umum pada waktu
akhir-akhir ini atau bahan pembicaraan. Jadi, bila
merujuk kepada pemaknaan-pemaknaan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa topik dalam konteks penelitian
dapat dipahami sebagai isu atau tema sentral yang aktual
dalam berbagai aspek kehidupan manusia, meliputi
agama, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan,
dan sebagainya. Topik-topik tersebut merupakan sesuatu
yang menarik minat masyarakat untuk dibicarakan,
didiskusikan dan ditulis. Semakin sering dibicarakan,
topik tersebut semakin menarik untuk diangkat menjadi
sebuah penelitian.

2. Tips Memilih Topik


Dalam penelitian akan dijumpai berbagai topik,
tema atau isu aktual, sehingga calon peneliti kadang-
kadang merasa bimbang menentukan topik pe-
nelitiannya. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan,
seperti peneliti berpikir “apakah topik yang telah ia
tentukan itu benar-benar menarik untuk dirinya dan
orang lain atau tidak?” apakah topik ini sudah sering
diteliti atau tidak?” dan sebagainya. Oleh karena itu
calon peneliti harus menelusuri literatur-literatur yang
relevan dengan topik penelitian yang dipilih, berupa
buku-buku, jurnal dan hasil-hasil penelitian ilmiah
terdahulu, karena dengan cara ini akan banyak ditahu
informasi mengenai topik tersebut.

44 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Untuk mendapatkan topik yang baik dan layak


untuk dilanjutkan menjadi sebuah penelitian, diperlukan
beberapa pertimbangan yaitu:
a. Topik disesuaikan dengan latar belakang pendidikan;
b. Topik yang diangkat benar-benar menarik bagi
peneliti sendiri;
c. Topik penelitian memuat permasalahan krusial yang
urgen untuk diteliti;
d. Topik memiliki manfaat signifikan;
e. Topik bersifat up to date;
f. Permsalahan dalam topik dapat dijangkau oleh
tenaga, pikiran dan biaya.

3. Cara Praktis Menemukan Topik


Memang menemukan topik bukanlah hal yang
mudah terutama bagi peneliti pemula. Kadang-kadang
calon peneliti pemula merasa bingung mengenai topik
yang hendak diangkat dalam penelitian. Oleh karena itu
peneliti perlu melatih sensitivitas diri agar lebih peka
terhadap permasalahan, fenomena, peristiwa dan gejala
di tengah-tengah masyarakat. Kepekaan sosial yang
dimiliki seseorang memungkinnya untuk meng-update
permasalahan-permasalahan yang penting diteliti.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa langkah
atau cara praktis yang dapat dilakukan untuk
menemukan topik penelitian yaitu:
a. Tentukan aspek penelitian yang Anda minati!
Apakah ekonomi, pendidikan, sosial, agama, budaya
dan sebagainya.

Penelitian Kualitatif 45
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b. Buatlah tabel yang memuat: aspek penelitian dan


topik!
c. Telusuri topik aspek penelitian tersebut dengan
menggunakan teknik “deteksi sisi hulu hingga hilir”!
(Masyhuri & Zainudin, 2008). Misalnya aspek
pendidikan, topik hulunya dapat berupa manajemen,
kurikulum, belajar dan pembelajaran, dan
sebagainya. Jika manajemen, maka topik hilirnya
dapat berupa perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan. Jika kurikulum, sisi hilirnya dapat
berupa kurikulum berbasis ICT, kurikulum 2013,
kurikulum KBK dan sebagainya. Dan jika belajar dan
pembelajaran, sisi hilirnya dapat dipetakan menjadi
teori pembelajaran, motivasi, pengelolaan kelas, etika
belajar dan sebagainya.
d. Tulislah topik yang Anda temukan tersebut pada
tabel yang telah Anda buat!
Dalam bentuk yang sederhana dapat dilihat
dalam contoh berikut ini:
Aspek Topik
Penelitian Hulu Hilir
Pendidikan Manajemen - Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengorganisasian
- Pengawasan, dst.
Pendidikan Kurikulum - Implementasi kurikulim
2013
- Kurikukulum berbasis ICT
- Kurikulum berbasis lokal
- Kurikulum PAI, dst.

Demikian pula dengan aspek penelitian yang lain

46 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Semakin banyak aspek dan topik dapat


dipetakan, maka semakin besar bagi calon peneliti untuk
mendapatkan kriteria topik yang layak untuk ditentukan
dalam penelitiannya.

B. Identifikasi Masalah
1. Definisi Identifikasi Masalah
Setelah topik ditentukan, selanjutnya adalah
identifikasi masalah. Peneliti berusaha menemukan
permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul
dalam topik yang telah ditentukan. Tanpa identifikasi
masalah, maka proses penelitian akan mengalami
kebimbangan. Sebab masalah-masalah itulah yang akan
mengarahkan peneliti mengenai data apa, bagaimana
mengumpulkan dan menganalisisnya.
Pada dasarnya suatu penelitian berawal dari
masalah yang dihadapi, sehingga memubutuhkan solusi
pemecahan atau jalan keluar. Namun dalam praktiknya,
kadang-kadang peneliti pemula lebih memikirkan judul
yang hendak dirumuskan ketimbang menemukan
masalah. Padahal dapat diyakini bahwa judul akan
demikian mudah dibuat manakala topiknya dan
masalahnya sudah terdeteksi. Jadi pada dasarnya
rumusan judul yang hendak dibuat bersumber dari
masalah yang dapat diidentifikasi melalui membaca
literatur, merenungkan pengalaman pribadi, menghadiri
seminar ilmiah, membaca hasil atau laporan penelitian
dan sebagainya.
Lalu apakah yang dimaksud dengan “identifikasi
masalah”?. Identifikasi berasal dari bahasa Inggris

Penelitian Kualitatif 47
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

identification. Dalam kamus Oxford (1995) kata


identification diterjemahkan act of identifying yang berarti
tindakan mengenal atau proof of who or what yang berarti
membuktikan siapa atau apa. Jadi identifikasi adalah
usaha mengenali atau membuktikan sesuatu. Dalam
KBBI (2008) identifikasi diterjemahkan sebagai perbuatan
menetapkan identitas seorang benda.
Adapun masalah penelitian atau problem research
oleh Frankfort Nachmias dan Nachmias sebagaimana
yang dikutip McNabb (2010) mendefinisikan masalah
penelitian sebagai “an intellectual stimulus calling for a
response in the form of scientific inquiry”. – Stimulus
intelektual yang meminta respon dalam bentuk
penelitian ilmiah. Definisi senada juga diutarakan oleh
Creswell (2008), yang penekanannya lebih kepada
pendidikan. Namun tidak sama sekali merubah substansi
dari definisi “masalah” itu sendiri. Ia menyatakan
“Research problems are the educational issues, controversies,
or concerns that guide the need for conducting a study.” – Isu-
isu pendidikan, kontroversi dalam pendidikan, atau
masalah-masalah yang memandu kebutuhan untuk
melakukan studi (penelitian). Menurut Afifuddin dan
Saebani (2012) masalah adalah sesuatu keadaan yang
bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih
yang menghasilkan situasi yang membingungkan.
Jika demikian, masalah dalam penelitian
bukanlah seperti masalah yang biasa dibayangkan
semacam musibah atau malapeta, namun lebih kepada
pendorong atau perangsang akademik yang menuntut
jawaban dalam bentuk penelitian ilmiah. Atau

48 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

barangkali tepat jika “masalah” dalam penelitian disebut


dengan istilah “kegelisahan intelektual” atau “kegalauan
akademik” yang membutuhkan “jawaban akademis”
pula melalui serangkaian kegiatan penelitian ilmiah.
Di samping itu, masalah penelitian juga dapat
dipahami sebagai penyimpangan dari apa yang
seharusnya dengan apa yang terjadi; Penyimpangan
antara teori dengan praktik, penyimpangan antara
perencanaan dengan pelaksanaan, dan penyimpangan
pengalaman masa lampau dengan masa sekarang
(Sugiyono, 2013). Jadi masalah adalah fakta atau realita
yang tidak sesuai dengan kaedah, teori, kebijakan,
aturan, norma, rencana, pengalaman lalu dan
sebagainya. Contoh kecilnya dapat diilustrasikan dalam
kalimat cerita pendek berikut: (1) Sebuah teori
mengatakan “A” namun kenyataan yang dipraktikkan
adalah “B, C, D, E, F dan seterusnya”. Keadaan ini
merupakan “masalah” karena tidak sesuai dengan teori;
(2) Seluruh PNS direncanakan mulai masuk kerja tanggal
19 Agustus, namun kenyataannya banyak yang tidak
masuk bekerja pada tanggal tersebut. Ini juga merupakan
masalah karena tidak sesuai dengan rencana; (3) Tempo
dulu sebelum listrik masuk kampung, anak-anak gemar
sekali mengaji setelah magrib, tapi sekarang, ketika
listrik telah masuk kampung, kegemaran itu hilang. Ini
pun adalah masalah karena pengalaman sekarang tidak
sama dengan pengalaman masa silam; (4) Aturan lalu
lintas mengharuskan pengendara sepeda motor wajib
menggunakan helm, namun banyak pengendara yang
tidak menggunakan helm saat bekendaraan. Hal ini

Penelitian Kualitatif 49
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

termasuk masalah juga karena tidak sesuai dengan


aturan. Demikian dan seterusnya.

HARAPAN

KENYATAAN

Ilustrasi Masalah Penelitian

2. Kriteria Masalah yang Baik


Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dalam
ruang sosial, agama, budaya, politik, pendidikan,
ekonomi, kesehatan dan sebagainya, tentunya manusia
memiliki banyak masalah, sehingga masalah
“sebenarnya” dengan mudah dapat diiden-tifikasi.
Walau mudah ditemukan, namun dalam proses
pemilihan masalah sangat sulit untuk dilanjutkan ke

50 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

level penelitian. Lebih-lebih jika kita menemukan atau


ditawarkan masalah penelitian yang beragam, sehingga
dengan sendirinya kita menjadi bingung.
Dalam kondisi yang demikian maka perlu
memiliki dasar pertimbangan mengenai masalah
penelitian yang hendak dipilih, karena salah, keliru atau
kurang pertimbangan dalam memilih masalah akan
berakibat pada kelancaran penelitian. Bahkan boleh jadi
penelitian akan terputus di tengah jalan. Oleh karena itu,
ada beberapa hal yang harus dijadikan pertimbangan
dalam memilih dan menentukan masalah penelitian
yaitu sebagai berikut:
a. Masalah harus memiliki nilai yang mencakup:
pertama, nilai keaslian yaitu bukan tiruan dan sudah
banyak diteliti. Sehingga diharapkan yang up to date;
kedua, masalah harus menyatakan suatu hubungan,
ketiga, masalah harus merupakan hal yang penting;
keempat, masalah harus dapat diuji; dan kelima,
masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
b. Data harus fisibel yang meliputi: pertama, data dan
metode penelitian benar-benar tersedia; kedua, biaya
untuk memecahkan masalah secara relatif harus
dalam batas-batas kemampuan; ketiga, waktu untuk
memecahkan masalah harus wajar; keempat, biaya dan
hasil harus seimbang; kelima, administrasi dan
sponsor yang kuat; dan keenam, tidak betentangan
dengan hukum dan adat.
c. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti yang
meliputi: pertama menarik bagi peneliti; dan kedua

Penelitian Kualitatif 51
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

cocok dengan kualifikasi ilmiah si peneliti (Nazir,


2005).

3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian


Ada banyak cara untuk menemukan masalah
penelitian, namun secara praktis dapat dipoinkan
sebagai berikut:

Pertama Amati kegiatan masyarakat di sekitar


Anda!
Kedua Bacalah literatur sesuai dengan kualifikasi
dan minat Anda!
Ketiga Ulang dan perluas penelitian sebelumnya,
jika Anda pernah melakukan penelitian!
Keempat Lihat kembali catatan pribadi Anda dan
pikirkan!
Kelima Serap keinginan masyarakat di sekitar
Anda!
Keenam Pikirkan materi yang Anda sedang pelajari!
Ketujuh Hadiri seminar-seminar ilmiah!
Kedelapan Mintalah saran dari dosen, teman, peneliti
senior dan sponsor Anda (jika ada)!
Kesembilan Renungkan pengalaman pribadi dan
profesi Anda!
Kesepuluh Lihat atau baca berita di media massa!

Cara-cara di atas merupakan cara alternatif


manakala peneliti tidak menemukan masalah dengan
satu cara. Dengan demikian peneliti dapat mencoba cara
yang lainnya. Untuk memudahkan hal tersebut

52 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

hendaklah diiringi dengan doa, karena salah satu sumber


penemuan ilham, termasuk di dalamnya proses
menemukan “kegelisahan akademik” (masalah
penelitian) adalah intuisi. Intuisi akan bekerja maksimal
bilamana hati dalam keadaan tenang dan tentram, dan
keadaan tersebut tiada lain hanya diperoleh dengan
berdo’a kepada-Nya.

4. Model-Model Identifikasi Masalah


Agar identifikasi masalah yang dilakukan efektif,
ada tiga model identifikasi masalah yang dapat
diterapkan. Ketiga model tersebut diadaptasi dari laman
staff.uny.ac.id (diunduh 11/03/2014 pukul 17.30) sebagai
berikut:

a. Model system-elements
Misalnya seorang peneliti hendak mengangkat
masalah “Analisis Kesiapan Guru Menghadapi
Kurikulum 2013”

Penelitian Kualitatif 53
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Silabus

Buku
Paket
Sumber
daya/guru Siswa

Sumber
daya/guru
RPP
Sarana
prasarana

an element

Kurikulum (a system)

b. Model view-points
Dalam menggunakan model ini peneliti
memaparkan point-point penting berupa sudut pandang
dari masalah yang diteliti. Contohnya, seorang peneliti
ingin mengidentifikasi masalah “fenomena banjir setiap

54 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tahun”, maka peneliti dapat membuat skema model view-


points sebagai berikut:

agama

Fenomena
kesehatan membuang sosial
sampah
sembarangan

moral budaya

psikologi

c. Model kombinasi
Dalam hal ini peneliti mengkombinasikan di
antara dua sudut pandang atau lebih. Contohnya,
seorang peneliti hendak menganalisis karya sastra,
misalnya nilai moral (moral values) dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih, maka peneliti dapat membuat peta
identifikasi masalah dalam model kombinasi sebagai
berikut:

Penelitian Kualitatif 55
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Unsur
instrinsik meliputi: tema, penokohan, setting
sosial dll.

Novel

Unsur ekstrinsik
meliputi: nilai islami,
nilai
budaya/adat
istiadat,
kebaktian
kepada orang
tua, dll.

5. Contoh Identifikasi Masalah


Setelah peneliti mengidentifikasi masalah
dengan salah satu model dari ketiga model di atas, maka
langkah berikutnya adalah mendeskripsikannya. Berikut
ini akan disajikan contoh hasil identifikasi masalah yang
didapatkan dari hasil observasi atau survei awal:

56 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Masalah: Peran Komite Madrasah di MI.


Nurul Karomah Sekotong Timur Lombok
Barat
Sejak diberlakukan kebijakan disentralisasi di bidang
pendidikan, peran Komite Sekolah/Madrasah semakin
di-harapkan untuk bersinergi dengan pihak
sekolah/madrasah untuk membangun mutu pen-
didikan. Namun kenyataannya tidak sedikit
sekolah/madrasah yang telah membentuk Komite
Sekolah sampai dengan saat ini memiliki mutu
pendidikan yang tergolong rendah, termasuk di
antaranya adalah MI. Nurul Karomah Sekotong. Dalam
hal ini ada sejumlah masalah yang mungkin muncul
yaitu:
1. Apakah komite sekolah/madrasah telah berperan
baik dalam meningkatkan mutu pendidikan?
2. Apakah pihak sekolah memberikan peran khusus
kepada komite sekolah/madrasah?
3. Apakah peran yang diberikan pihak
sekolah/madrasah dapat meningkatkan mutu
pendidikan?
4. Bagaimana peran komite sekolah/madrasah dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan?
5. Apakah bentuk kerja sama yang dilakukan pihak
sekolah/madrasah dengan komite sekolah/
madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan?
6. Apakah kendala yang dihadapi oleh komite
sekolah atau madrasah dalam menigkatkan mutu
pendidikan?
7. Apa solusi yang diupayakan untuk memecahkan
masalah
Penelitianyang dihadapi?
Kualitatif 57
8. Mengapa komite diperlukan peran sertanya?
9. Apa perbedaan peran antara komite
sekolah/madrasah dengan BP3?
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Merumuskan Judul
1. Kriteria Judul Penelitian
Syahrin Harahap (2011) mendefiniskan judul
sebagai nama yang diberikan untuk pokok bahasan.
Sedangkan Mayshuri dan Zainuddin (2009) mengatakan
bahwa judul merupakan rangkaian kata-kata yang bisa
berubah-ubah menurut kepentingan peneliti, asal
mengubahnya tidak keluar dari substansi topik
penelitian. Maka judul penelitian kualitatif dalam
proposal pada dasarnya bersifat tentatif atau sementara
sehingga dalam penelitian judul dapat berubah sesuai
dinamika masalah di lapangan, sedangkan definitifnya
setelah laporan ditulis. Bahkan Sugiyono (2013)
menegaskan bahwa judul laporan penelitian kualitatif
yang baik justru berubah, atau mungkin diganti. Ia
beralasan bahwa judul penelitian kualitatif yang tidak
berubah berarti peneliti belum mampu menjelajah secara
mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, sehingga
belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas
dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti.
Judul sebagai bagian terpenting dari penelitian,
yang menggambarkan secara global mengenai fenomena
atau masalah yang sedang diteliti. Judul sebagai muka
depan sebuah penelitian, menjadi pertimbangan
pembaca untuk tertarik atau tidak untuk membacanya.
Terrie Nolinske (2013) dalam situs resmi “American
Academy of Orthotist and Prosthetists” mengutip pendapat
Portney LG. yang mengatakan bahwa kekuatan judul
tidak dapat diremehkan. Judul dapat membujuk dan
melibatkan seseorang untuk membaca abstrak dan,

58 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bagian-bagian penelitian selanjutnya. Oleh karena itu,


judul harus bersifat informatif tanpa berbelit-belit atau
bertele-tele. Juga, judul harus dirumuskan dengan baik
dan benar dari kata-kata kunci (key words) keseluruhan
uraian, serta dapat merangsang perhatian dan minat
orang lain untuk membacanya.
Di samping kriteria di atas, Nolinske
mengatakan bahwa judul proposal penelitian harus
ringkas namun cukup untuk memberikan pembaca
gambaran tentang sampel dan variabel yang terlibat
dalam penelitian panjang. Ringkasnya judul penelitian
dalam arti tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Menurut Haryanto dkk. (2000) bahwa panjang
maksimum sebuah judul penelitian berkisar 10 hingga 15
kata. Sedangakan menurut Masyhuri dan Zainuddin
(2009), judul penelitian berkisar 6 hingga 12 kata. Lebih
lanjut mereka berdua menyarankan; apabila sebuah
judul yang disusun melebihi 12 kata, disarankan agar
dibuat menjadi judul dan anak judul. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kriteria judul yang baik adalah judul
yang menarik, relevan dengan topik, mencakup atau
menggambarkan keseluruhan isi tulisan, informatif dan
ringkas.

a) Menarik
Pada dasarnya menarik atau tidaknya sebuah
judul tergantung dari orang yang membaca. Jika ia
peminat sastra, maka tentu judul yang menarik baginya
adalah yang puitis. Namun jika orang itu peminat karya
ilmiah, ilmuwan, atau peneliti (researcher) semisal dosen,

Penelitian Kualitatif 59
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

guru, dan mahasiswa, judul yang menarik bagi mereka


adalah yang ilmiah. Oleh karena itu untuk merangsang
minat mereka terhadap judul yang dibuat, sudah
seharusnya judul penelitian dibuat dengan bahasa yang
ilmiah lagi benar.
Di samping itu, judul penelitian yang menarik
juga dilihat dari substansinya. Apakah judul yang
diangkat tersebut tergolong aktual atau expired
(kadaluarsa), apakah judul tersebut sering diangkat
ataukah tidak. Apakah judul tersebut urgen untuk
diteliti. Bila judul penelitiannya aktual lebih-lebih
pertama kali diangkat, tentu akan lebih menarik untuk
dibaca dan dijadikan refrensi. Namun jika sebaliknya,
judul tersebut seringkali diangkat dan temanya juga
sudah kadaluarsa, sangat sulit untuk menarik minat
pembaca. Maka tidaklah heran kadang-kadang penguji
proposal penelitian semisal skripsi, merevisi total,
menolak bahkan melempar proposal tersebut karena
sudah sering diangkat dan expired serta tidak mampu
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terlebih saat ini
sudah banyak ditemukan judul penelitian yang persis
mirip, hanya diganti objek, lokasi penelitian dan
waktunya saja sehingga hasilnya pun mirip atau bahkan
sama. Judul yang demikian diyakini tidak akan menarik
minat untuk ditelaah, atau boleh jadi akan dicela.

b) Relevan dengan topik


Dalam merumuskan judul penelitian, peneliti
harus melihat relevansi antara topik dan judul.
Keduanya laksana sepatu dan kaki yang harus sejalan.

60 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Jika topik penelitian tentang kurikulum, tentu judulnya


pun harus dalam ranah pembahasan kurikulum.
Tidaklah matching bila topiknya pembelajaran namun
judulnya memuat tentang kebudayaan. Tidak tepat jika
topiknya mutu pendidikan namun judulnya memuat
manajemen rumah sakit, atau topiknya pendidikan
karakter namun judulnya berisi hal-hal yang berkaitan
dengan komunikasi. Demikian seterusnya.

c) Informatif
Judul yang informatif adalah judul yang dapat
memberikan informasi mengenai tema dan isi sebuah
karya ilmiah. Judul yang informatif dalam karya ilmiah
biasanya memuat objek, subjek dan site (tempat)
penelitian jika merupakan penelitian lapangan, dan
kadang-kadang mencantumkan tahun. Oleh karena itu
peneliti harus mencantumkan dalam penelitian
ilmiahnya secara jelas mengenai apa objek dan siapa
subjek penelitian, serta di mana dan kapan dilakukan
penelitian itu.

d) Mencakup seluruh isi tulisan


Judul merupakan wajah tulisan yang
menggambarkan secara umum mengenai isi tulisan. Baik
tidaknya judul penelitian juga ditentukan oleh
ketercakupan judul terhadap apa yang dibahas. Hal ini
dimaksudkan agar orang yang ingin membaca atau
menelaah proposal atau laporan penelitian,
mendapatkan informasi awal tenatang isi buku

Penelitian Kualitatif 61
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

walaupun secara global. Dan judul penelitian seperti


inilah yang dikatakan sebagai judul yang informatif.

e) Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek


Judul penelitian yang baik adalah judul yang
mudah dipahami oleh pembacanya. Judul yang mudah
dipahami tentunya yang ringkas, padat dan jelas.
Namun perlu diketahui bahwa judul yang pendek dalam
perspektif penelitian/karya ilmiah berbeda dengan
tulisan-tulisan biasa semisal opini, cerpen, puisi dan
sebagainya. Biasanya judul karya ilmiah semisal skripsi,
tesis dan disertasi berkisar antara 10 – 14 kata.

2. Komposisi Judul Penelitian Kualitatif


Pada dasarnya komposisi judul penelitian
kualitatif dan kuantitatif adalah sama. Menurut Arikunto
(2010) judul penelitian memuat enam unsur yaitu:
1) Sifat dan jenis penelitian (biasanya ditentukan
dengan kata operasionalnya, semisal kata; peran,
analisis, studi komparasi, persepsi dan sebagainya)
2) Objek yang diteliti (fenomena yang diteliti)
3) Subjek penelitian (informan atau narasumber)
4) Lokasi atau daerah penelitian (tempat dilaksanakan
penelitian)
5) Tahun, atau tahun akademik (waktu penelitian)

Contohnya:

62 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1) “Peran Guru Kelas dalam Meningkatkan Minat


Belajar Siswa Kelas V MI. NW Selaparang Kediri
Tahun Pelajaran 2012/2013”
Peran: Jenis penelitian deskriptif
Guru kelas: Subjek penelitian
Minat belajar siswa: Objek penelitian
MI. NW Selaparang Kediri: Lokasi penelitian
Tahun pelajaran 2013/2014: Waktu penelitian

2) “Respon Mahasiswa Fakutas Tarbiyah Terhadap


Kinerja Dosen Fakultas Tarbiyah di IAIN Mataram
Tahun Akademik 2012/2013”
Respon: Jenis penelitian deskripsif
Mahasiswa: Subjek penelitian
Kinerja dosen Fakultas Tarbiyah : Objek penelitian
IAIN Mataram: Lokasi penelitian
Tahun akademik 2012/2013: Waktu penelitian

3) “Analisis Metode Mengajar Guru Matematika di


SMA NW Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011”
Analisis : Jenis penelitian analisis deskriptif
Matode mengajar : Objek
Guru matematika : Subjek
SMA NW Kediri : Lokasi penelitian
Tahun pelajaran 2010/2011: Waktu penelitian

Penelitian Kualitatif 63
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

64 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 5
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN,
MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM)
Latar belakang masalah, setidaknya dari segi
namanya dapat dipahami sebagai bagian dari proposal
yang mendeskripsikan situasi dan kondisi objek
penelitian serta alasan rasional, argumen dan teori
ilmiah yang mendasari mengapa masalah yang diangkat
dalam proposal itu layak untuk diteliti secara akademik.
Latar belakang masalah kadang-kadang disebut juga
“Latar Belakang” saja. Atau dalam penelitian pustaka
diistilahkan “Konteks Masalah”.
Secara umum dalam latar belakang masalah,
calon peneliti benar-benar harus mengeksplor hal-hal
berikut ini: (1) Situasi, kondisi, fenomena, objek

Penelitian Kualitatif 65
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian berdasarkan survei awal sehingga menarik


untuk diteliti; (2) Data empirik mengenai fakta yang
tidak sesuai dengan harapan; (3) Alasan pentingnya
permasalahan yang diangkat, yang dapat ditinjau dari
perspektif sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, agama,
dakwah, kesehatan psikologi dan sebagainya. Juga, jika
penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif
lapangan (field research), peneliti harus mendeskripsikan
secara umum mengenai tempat penelitiannya.
Masyhuri dan Zainuddin (2009) secara rinci
merekomendasikan dua pokok komposisi latar belakang
masalah yaitu:
a. Analisis situasi (empirik) yang meliputi:
1) Menggambarkan potret atau profil kondisi wilayah,
lokasi penelitian.
2) Menggambarkan keadaan obyek sasaran yang akan
diteliti.
3) Menggambarkan potensi keunggulan lokasi yang
diteliti.
4) Menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
lokasi yang diteliti.
5) Menggambarkan lingkungan yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti atau lainnya yang
dianggap perlu untuk diinformasikan berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
Analisis empirik tersebut merupakan hasil dari
survei awal peneliti. Di mana ia mengamati,
memperhatikan dan membuat field note (catatan
lapangan) mengenai fenomena, kejadian, dan kegiatan
serta keadaan lokasi, tempat, instansi, ataupun orang

66 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang akan dijadikan objek dalam penelitiannya.


Kemudian catatan lapangan tersebut dianalisis dan
diramu menjadi konsep empirik, tanpa diada-adakan,
tanpa dilebih-lebihkan dan tanpa dikurangkan sedikit
pun. Konsep empirik inilah yang dituangkan dalam latar
belakang masalah, dengan tujuan untuk meyakinkan
pembaca bahwa memang masalah yang diteliti adalah
fakta empirik yang terjadi di lapangan yang sangat urgen
untuk diteliti. Oleh karena itu tanpa survei awal, latar
belakang masalah akan sulit dideskripsikan secara
empirik. Demikian pula dengan tahapan-tahapan
penelitian berikutnya sangat ditentukan dengan
kemampuan calon peneliti menyerap informasi dan data
pada saat survei awal.
b) Analisis teori, yakni analisis pemikiran yang
mendasari penelitian atau dasar pemikiran.
1) Menjelaskan jawaban keingintahuan peneliti atas
suatu masalah.
2) Mengungkapkan suatu gejala, tanda-tanda yang
dapat dilihat dan dirasakan.
3) Mengungkapkan konsep (dari hasil analisis teori)
4) Mengungkapkan dugaan pada permasalahan yang
akan diteliti.
5) Menerapkan dugaan tersebut pada suatu tujuan
tertentu.
6) Mengemukakan hal-hal yang mendorong dalam
melakukan penelitian.
7) Mengemukakan argumentasi penting dalam
melakukan penelitian.

Penelitian Kualitatif 67
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

8) Memadukan hasil penelitian terdahulu yang telah


diteliti.
Analisis teori dalam latar belakang masalah
merupakan hasil dari me-review literatur atau menelaah
kembali bahan-bahan bacaan berupa buku, jurnal,
inseklopedi, hasil penelitian ilmiah dan sebagainya, yang
relevan mengenai masalah yang akan diangkat. Sehingga
dari review tersebut dapat diperoleh informasi berupa
teori dan data yang kemudian dipaparkan dalam latar
belakang masalah dengan maksud untuk meyakinkan
pembaca bahwa apa yang hendak diteliti memiliki dasar
teori untuk dijawab.
Perlu diingat bahwa tidak semua informasi dan
data yang diinginkan tersedia baik dalam survei awal
maupun dalam review literatur. Atau semua data dan
informasinya tersedia tetapi menjadi terbatas dengan
kemampuan yang dimiliki calon peneliti. Namun secara
substansial, yang diharapkan dalam latar belakang
masalah ini adalah kemampuan calon peneliti
mendeskripsikan situasi, fenomena dan gejala yang
diperoleh dari survei awal dengan baik dan mampu
memaparkan konsepsi analisis teori yang didapatkan
dari hasil membaca literatur dengan apik, sehingga latar
belakang menjadi uraian yang menarik dan mayakinkan
bahwa masalah tersebut secara ilmiah dan akademis
layak diangkat ke permukaan atau diteliti.

68 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Komposisi Pokok Latar Belakang Masalah (LBM)

Secara sederhana, menurut Soekamto


sebagaimana yang dikutip oleh Rianto (2004) bahwa latar
belakang masalah yang relatif dianggap baik mencakup
hal-hal sebagai berikut:
1) Situasi atau keadaan mengenai masalah yang ingin
diteliti;
2) Alasan maupun sebab-sebab ingin menelaah masalah
yang ingin diteliti;
3) Hal-hal yang telah diketahui atau belum diketahui
mengenai masalah yang akan diteliti;
4) Pentingnya penelitian tersebut, baik secara teoretik
dan atau secara praktis;
5) Penelitian yang akan dilakukan dapat mengisi
kekosongan yang ada.
Untuk mengetahui situasi atau keadaan masalah
yang ingin diteliti tentunya dapat dilakukan dengan
melalui survei awal. Dari hasil survei inilah kemudian

Penelitian Kualitatif 69
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

akan berkembang menjadi sebuah alasan-alasan ilmiah


mengapa penelitian tersebut layak diangkat, dan menjadi
pengetahuan awal mengenai belum atau sering tidaknya
masalah tersebut diteliti. Di samping survei awal, juga
diperlukan penggalian informasi dan data dari buku-
buku yang relevan dengan masalah yang akan diangkat,
sehingga jelas tujuan dan manfaat penelitian baik dari
segi teoretik maupun praktis. walaupun biasanya, tujuan
dan manfaat dipaparkan dalam bagian khusus baik
dalam proposal maupun laporan penelitian. Dalam hal
ini peniliti berusaha mengkorelasikan penelitian yang
diangkat dengan banyak aspek kehidupan manusia
seperti manfaatnya di bidang sosial, politik, budaya,
pendidikan dan sebagainya.

2. Cara Praktis Menulis LBM


Sebenarnya, membuat deskripsi latar belakang
masalah sangatlah mudah, jika sudah dilakukan survei
awal dan atau review literatur. Kekuatan sebuah LBM
sangat ditentukan oleh dua tahapan prapenelitian
tersebut. Peneliti harus berusaha mengemukakan alasan
logis (masuk akal) dan empiris mengapa ia meneliti
suatu masalah, dengan tetap mengacu pada data
prapenelitian (survei awal dan atau review literatur).
Agar lebih mudah dipraktikkan, penulis akan paparkan
beberapa point langkah praktis dalam menyusun latar
belakang masalah:
a. Buatlah catatan sederhana dalam bentuk pointer atau
dapat juga dalam bentuk skema “jaringlaba-laba”

70 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mengenai keadaan atau data yang Anda temukan di


lapangan.
b. Buatlah catatan sederhana dalam bentuk pointer
mengenai teori atau data secara umum yang Anda
temukan dalam review literatur!
c. Buatlah catatan sederhana mengenai alasan-alasan
penting mengenai ketertarikan Anda dalam masalah
yang diangkat!
d. Buatlah catatan sederhana mengenai manfaat
penelitian yang Anda angkat!
e. Buatlah kerangka atau anatomi tulisan pembahasan
“latar belakang masalah” dengan mengacu pada
catatan atau pointer sederhana yang Anda buat!
f. Kembangkanlah setiap pointer-pointer tersebut
menjadi paragrap yang sambung-menyambung,
berkorelasi, saling memiliki keterkaitan antara
paragrap yang satu dengan yang lainnya!
g. Buatlah satu paragrap simpulan dari paragrap-
paragrap semua deskripsi yang telah Anda paparkan!
h. Konsistenlah terhadap masalah dan fokus penelitian
yang Anda angkat!
i. Baca kembali setiap paragrap yang Anda buat!

Penelitian Kualitatif 71
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Contoh anatomi dalam menulis LBM


Judul:
“Analisis Kesiapan Guru dalam Implementasi
Kurikulum 2013 di SMA. X”
A. Latar Belakang Masalah
(Paragraf 1; apa isu pergantian kurikulum secara
umum)
(Paragraf 2; bagaimana sejarah pergantian kurikulum
di Indonesia)
(Paragraf 3; apa alasan pergantian kurikulum)
(Paragraf 4; apa kurikulum 2013 itu? Kemukakan
secara umum sesuai hasil telah literatur awal!)
(Paragraf 5; bagaimana keunggulan Kurikulum 2013?
Kemukakan secara umum sesuai hasil telah literatur
awal!)
(Paragraf 6; mengapa penelitian dilakukan?
Kemukakan “kegelisahan akademik” sesuai
B. Fokus Penelitian
identifikasi masalah empirik yang ditemukan pada
Pengertian Fokus Penelitian
observasi awal di lapangan)
Fokus penelitian atau dalam penelitian
(Paragraf 7; apa manfaat dan tujuan secara umum
kuantitatif dikenal dengan batasan masalah. Tahapan ini
penelitian ini dilihat dari segi pendidikan dan atau
merupakan proses spesifikasi masalah-masalah yang
sosial)
berhasil ditemukan dalam tahapan identifikasi. Dalam
hal ini peneliti akan menentukan fokus masalah yang
B. Fokus Penelitian
masih bersifat umum dan berserakan yang berupa
C. .....................................
domain tunggal atau beberapa domain yang memiliki
hubungan dengan situasi sosial yang hendak diteliti. Di
samping itu, peneliti harus memutuskan permasalahan
yang akan diteliti atas dasar tingkat kepentingan,
urgensi, dan feasibilitas masalah yang akan dipecahkan.

72 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Juga mempertimbangkan tenaga, waktu dan biaya


penelitian sesuai kemampuan si peneliti.
Lalu kapan masalah penelitian dianggap penting,
urgen dan feasibel? Penting bilamana permasalahan
tersebut akan semakin tidak terpecahkan bahkan akan
memunculkan masalah baru bila tidak dilakukan suatu
penelitian, dikatakan urgen (mendesak) bila
permasalahan tersebut tidak segera diteliti maka akan
semakin hilang kesempatan untuk mengatasinya, dan
dikatakan feasibel jika penelitian tersebut memiliki
sumber daya yang jelas yaitu para informan yang
memiliki kemampuan menjawab penelitian dan mudah
diperoleh guna memecahkan masalah tersebut.
Spradley merekomendasikan empat alternatif
guna memudahkan para calon peneliti dalam
menentukan fokus, yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang
disarankan oleh informan;
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain
tertentu;
3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek;
4) Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang
terkait dengan teori-teori yang telah ada.
Fokus penelitian dalam penelitian harus
dilakukan. Ini mengingat adanya berbagai keterbatasan
internal dan eksternal penelitian. Keterbatasan internal
penelitian mencakup keterbatasan kemampuan peneliti
dalam memperoleh data dan mengolahnya. Sedangkan
keterbatasan eksternal meliputi keterbatasan waktu yang

Penelitian Kualitatif 73
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

biasanya disesuaikan dengan ketentuan sponsor atau


penyelenggara penelitian. Juga, keterbatasan referensi,
literatur dan teori-teori yang melandasi penelitian
tersebut. Oleh karena itu fokus penelitian harus didasari
oleh penemuan-penemuan masalah dalam tahapan
identifikasi masalah. Sehingga rumusan fokus penelitian
tidak boleh muncul melainkan dari hasil identifikasi
masalah tersebut.
Merumuskan fokus penelitian dapat diilustrasi-
kan secara sederhana seperti seorang penjahit yang
kebanjiran orderan menjelang lebaran. Maka tidak
mungkin ia dapat mengerjakan semua orderan tersebut.
Ia mesti memilih dan fokus terhadap beberapa orderan
sesuai dengan batas tenaga, modal dan waktu yang ia
miliki atau yang ditentukan oleh si pengorder. Sehingga
dapat dikatakan bahwa fokus penelitian adalah tahapan
penelitian pralapangan untuk memusatkan pada
permasalahan tertentu yang kemudian dijabarkan secara
rinci di dalam rumus masalah.
Agar fokus penelitian menjadi jelas, maka
peneliti harus memaparkannya secara eksplisit dan tidak
ambigu. Hal tersebut dapat mempermudah peneliti
dalam merencanakan kegiatan-kegiatan umum sebelum
turun ke lapangan. Fokus penelitian merupakan
gambaran umum sebuah penelitian, yang dapat
mengarahkan teknik pengumpulan data dan analisisnya
sesuai dengan masalah yang diteliti.

74 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Rumusan Masalah
1. Definisi Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sketsa dari sebuah
rencana penelitian. Ia dapat dikatakan sebagai ruh dari
sebuah penelitian. Tanpa rumusan masalah, arah
penelitian tidak akan jelas dan hasilnya pun demikian
bahkan gagal total. Rumusan masalah atau juga dikenal
dengan istilah research problem oleh Usman dan Akbar
(2009), rumusan masalah merupakan usaha untuk
menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa
saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan
pemecahannya. Hal senada juga dikatakan oleh Ulber
Silalahi (2010), di mana rumusan masalah menurutnya
adalah sesuatu hal yang dipertanyakan dalam penelitian
yang akan dicari dan ditemukan jawabannya. Dua
definisi tersebut memberikan kata kunci “kalimat
tanya”. Artinya suatu rumusan masalah merupakan
kalimat yang mempertanyakan suatu kondisi, gejala,
fenomena, baik bersifat mandiri dan tidak terikat oleh
fenomena, gejala dan situasi lainnya, maupun yang
saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang
lainnya, baik dalam kapasitasnya sebagai penyebab
maupun akibat. Oleh karena itu calon peneliti dalam hal
ini harus dapat merumuskan tiap poin masalah yang
hendak ia teliti dengan menggunakan kalimat tanya
yang baik dan benar.
Membuat rumusan masalah yang baik dan benar
menuntut calon peneliti untuk mampu mengoperasikan
beberapa kata tanya dasar yang umum digunakan dalam
merumuskan masalah. Ulber (2010) misalnya

Penelitian Kualitatif 75
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

menyebutkan kategorisasi dasar untuk tipe pertanyaan


penelitian (research question) seperti “what” (apa), “why”
(bagaimana), “how” (bagaimana), “which” (yang mana),
“how far” (sejauh mana) dan sebagainya. Pada umumnya,
dalam penelitian kualitatif pertanyaan-pertanyaan
rumusan masalah lebih mengarah kepada jawaban-
jawaban yang bersifat eksplanatoris dan deskriptif
sehingga kata tanya yang sering digunakan adalah
“what”“how”, dan “why”
Dalam membuat rumusan masalah, kata tanya
“what” dapat berfungsi sebagai pertanyaan klarifikatif,
yang menuntut kejelasan mengenai fenomena tertentu.
Contohnya, apa benar masyarakat Sasak memiliki sikap
keras? Juga sebagai pertanyaan desktiptif, yang
menuntut penggambaran mengenai objek yang diteliti.
Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat setelah
listrik masuk desa?
Adapun “how”(bagaimana) dapat berfungsi
sebagai pertanyaan yang menuntut penjelasan atau
deskripsi, penggambaran tentang suatu proses,
fenomena, gejala dan situasi benda. Contoh, bagaimana
persepsi Tuan Guru terhadap nikah siri? Bagaimana
peranan orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar
peserta didik? dan seterusnya.
Sedangkan “why” (mengapa), menurut Ulber
kata tersebut ternyata lebih menuntut jawaban yang
lebih rumit dibandingkan dengan “how”, karena kata
“why” seringkali meminta jawaban yang lebih bersifat
metodologis dan teoretik. Tentunya menjawab
pertanyaan dengan “why” dalam suatu penelitian

76 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bergantung pada disiplin ilmu yang dikaji. Contoh,


mengapa pondok pesantren di pulau Lombok
didominasi oleh label NW? Mengapa pendidikan
multikultural perlu diaktualisasikan? dan seterusnya.

2. Karakteristik Rumusan Masalah


Menurut Sugiyono (2013) rumusan masalah
secara umum mememiliki tiga sifat atau karakteristik
berdasarkan level of explanation (level penjelasannya)
yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan
asosiatif.
a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan
masalah yang memandu peneliti untuk
mengungkapkan atau memotret situasi sosial ayang
akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
Secara aplikatif rumusan masalah deskriptif memiliki
dua bentuk yaitu rumusan masalah deskriptif yang
berhubungan dengan karakteristik dan yang
berhubungan dengan frekuensi (Ulber, 2010).
Rumusan masalah deskriptif yang berhubungan
dengan karakteristik adalah bentuk rumusan
masalah yang menuntut jawaban berdasarkan sifat,
bentuk, model, jenis, ciri dan karakter objek yang
diteliti. Contohnya. Apakah bentuk kemiskinan yang
dialami oleh penduduk desa X? Bagaimana
karakteristik kepemimpinan kepala sekolah yang
bermutu? Bagaimana model pembelajaran TK yang
efektif dan efesien? Dan seterusnya. Sedangkan yang
berhubungan dengan frekuensi merupakan rumusan
masalah yang menuntut jawaban berdasarkan

Penelitian Kualitatif 77
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

keadaan objek yang diteliti baik dari segi proses


maupun fisik, yang meliputi keadaan sering kadang-
kadang, tinggi-rendah, banyak-sedikit, jauh-dekat,
besar-kecil dan lain-lain. Contohnya: Seberapa tinggi
animo masyarakat dalam melaksanakan program
KB? Seberapa besar perkembangan pondok
pesantren X di bidang pemberdayaan ekonomi?
b. Rumusan masalah komparatif merupakan
perumusan permasalahan yang membandingkan
antara satu variabel atau lebih dengan variabel
lainnya atau dengan sampel yang berbeda-beda
(Masyhuri dan Zainuddin, 2009).
Secara praktis, rumusan masalah komparatif dalam
penelitian kualitatif dapat bersifat; pertama deskriptif
(komparatif-deskriptif). Contohnya: Adakah per-
bedaan signifikan antara keperibadian antara anak
pesantren dengan anak sekolah umum? Apakah
perbedaan pandangan antara Amin Abdullah dan
Hasan Hanafi terhadap pendidikan multikultural?
Kedua, kausal-komparatif. Contohnya: Sejauh mana
pengaruh kepemimpinan tuan guru dan kepala desa
dalam meredam konflik? Apakah pengaruh IQ dan
ISQ terhadap etos kerja karyawan?
c. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah
penelitian yang bersifat pertanyaan mengenai
hubungan antara dua variable atau lebih, baik
hubungan simetris, kausal maupun interaktif.
1) Hubungan asosiatif-simetris dapat dipahami
sebagai suatu hubungan antara dua variable atau
lebih yang kebetulan muncul secara bersamaan

78 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bukan hubungan sebab akibat atau pun saling


mempangaruhi. Contohnya: Adakah hubungan
antara motivasi kerja dengan profesionalisme?
Adakah hubungan antara kelancaran membaca
dan kemampuan menulis?
2) Hubungan asosiatif-kausal adalah hubungan yang
menitikberatkan pada hubungan sebab akibat.
Contohnya: Seberapa besar pengaruh metode
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa?
Seberapa besar dampak limbah tahu terhadap
kesehatan warga sekitarnya?
3) Hubungan asosiatif-interaktif adalah hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi.
Contohnya: Bagaimana hubungan antara
kharisma tuan guru dan kepemimpinannya?
Bagaimana hubungan antara etos kerja dan karir?

3. Kesalahan Umum dalam Membuat Rumusan


Masalah
Kesalahan yang paling umum terjadi dalam
merumuskan masalah adalah “tidak terencananya
penelitian awal dengan mantap”. Di mana peneliti
pemula biasanya memulai penelitiannya dengan
merumuskan judul terlebih dahulu tanpa melakukan
tahapan identifikasi masalah. Tentunya jika dimulai
dengan judul maka sudah pasti masalah yang akan
dijabarkan dari judul tersebut akan dibuat-buat. Maka
penelitian yang baik adalah penelitian yang berangkat
dari masalah.

Penelitian Kualitatif 79
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Di samping itu ada beberapa kesalahan umum


dalam merumuskan masalah yang harus diperhatikan
oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Membuat-buat atau mengada-adakan masalah tanpa
membaca atau revewing literature yang relevan
dengan penelitian sebelumnya;
b. Merencanakan penelitian yang sifatnya terbatas
dengan alasan unik, sehingga berpengaruh terhadap
terbatasnya permasalahan;
c. Peniliti tidak mempertimbangkan kemampuan fisik,
finansial, tenaga dan waktunya, sehingga
memaksakan diri untuk merumuskan masalah
melebihi kemampuan yang ia miliki;
d. Peneliti kurang mempertimbangkan kelemahan
metodologi penelitian yang hendak digunakan,
sehingga rumusan masalah dibuat sesuai selera
pribadi peneliti;
e. Merumuskan masalah tanpa mempertimbangkan
secara matang kekuatan teori yang melandasi
masalah tersebut;
f. Terlalu umum dalam membuat rumusan masalah,
sehingga berpengaruh pada umumnya simpulan
hasil penelitian dan tidak fokusnya tujuan penelitian.
g. Peneliti (khususnya peneliti pemula) kurang cermat
menggunakan kata-kata operasional dalam rumusan
masalah. Sering terjadi, seorang calon peneliti ingin
menggunakan pendekatan kualitatif, namun
rumusan masalah yang dibuat menggunakan kata
operasional kuantitatif. Demikian pula dengan
sebaliknya.

80 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Oleh karena itu agar para peneliti, terutama


peneliti pemula terhindar dari kesalahan-kesalahan di
atas, maka perlu diperhatikan beberapa solusi praktis
berikut ini:
a. Lakukan identifikasi masalah secara maksimal!
b. Kumpulkan referensi yang relevan dengan penelitian!
c. Tentukan masalah benar-benar menarik bagi peneliti!
d. Carilah hasil-hasil penelitian terdahulu yang belum
terpecahkan!
e. Pilihlah permasalahan yang sangat dibutuhkan oleh
publik!
f. Pilihlah permasalahan yang mudah dijangkau dan
jangan memaksa diri!
g. Buatlah kalimat rumusan masalah yang singkat,
padat dan jelas!
h. Konsultasikan/diskusikan rumusan yang telah
dibuat kepada teman sejawat atau pembimbing!

4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah


Sebelum membahas langkah praktis dalam
merumuskan masalah penelitian kualitatif, terlebih
dahulu akan dikemukakan beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh peneliti sebelum merumuskan
masalah, di antaranya yaitu:
a. Identifikasi masalah dengan cermat!
b. Buatlah catatan-catatan pokok tentang identifikasi
yang dilakukan!
c. Tetapkan fokus masalah sesuai dengan minat,
urgensi, kemampuan fisik, finansial dan keluangan
waktu berdasarkan identifikasi masalah!

Penelitian Kualitatif 81
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d. Rumuskan masalah dengan bahasa ilmiah, akademis,


singkat dan jelas!
e. Konsistenlah menggunakan kata tanya operasional
yang tepat dan sesuai dengan penelitian kualitatif!
f. Buatlah rumusan masalah dengan memperhatikan
landasan teori yang diperoleh dari telaah pustaka!
Karena untuk menjawab setiap rumusan masalah
diperlukan landasan teori yang kuat.
Adapun langkah praktis dalam menyusun
rumusan masalah, maka Moleong (2013) dalam bukunya
“Penelitian Kualitatif” merekomendasikan beberapa
langkah sebagai berikut:
Langkah : Tentukan fokus penelitian!
pertama
Langkah : Cari berbagai kemungkinan faktor yang
kedua ada kaitan dengan fokus tersebut, yang
dalam hal ini dinamakan subfokus!
Langkah : Dari faktor-faktor yang berkaitan tersebut,
ketiga adakan pengkajian mana yang sangat
menarik untuk ditelaah, kemudian
tetapkan mana yang dipilih!
Langkah : Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus
keempat yang dipilih dengan fokus penelitian!
Langkah-langkah tersebut secara manual dapat
dilihat dalam ilustrasi sederhana berikut ini:

82 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Fokus: Pengelolaan Kelas

Subfokus: kebersihan kelas, penataan sarana kelas, organisasi kelas,


kepemimpinan wali kelas, inventaris peralatan kelas, dll.

Masalah yang menarik diteliti perspektif peneliti: (1) Kebersihan


kelas; (2) Organisasi kelas; (3) Gaya kepemimpinan wali kelas

Rumusan Masalah:
1. Apa kriteria kebersihan kelas dipandang dari pengelolaan kelas?
2. Apa peran organisasi kelas dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan wali kelas dalam pengelolaan
kelas?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, maka langkah
selanjut-nya yang harus dilakukan adalah membuat
tujuan penelitian (purpose statement). Secara konseptual,
pada dasarnya semua penelitian memiliki tujuan yang
sama yaitu “to answer a question”- untuk menjawab
pertanyaan (Morse dan Field: 2002). Namun dalam
penelitian kualitatif, menurut Maxwell dalam Hanauer
(2010) bahwa “state the first purpose of qualitative research is:
understanding the meaning, for participants in the study, of
the events, situations, and actions they are involved with and of
the accounts that they give of their liver and experiences”.
Hal senada juga dikatakan oleh Boswell and
Cannon (2011): “Generally, the purpose of qualitative studies
is to explore new concepts and ideas about which little is
known, or to discover new meanings for concepts. Kedua
pendapat tersebut merupakan tujuan penelitian kualitatif

Penelitian Kualitatif 83
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

secara umum yaitu untuk memahami hakikat informan,


peristiwa, situasi dan tindakan dan pengalaman orang-
orang yang terkait dengan peristiwa dan situasi tersebut,
dan untuk mengekplorasi konsep dan ide yang baru
diketahui atau masih jarang diteliti.
Pendapat tersebut juga sama persis dengan apa
yang diungkap Marriem (2009) bahwa “The overall
purposes of qualitative research are to achieve an
understanding of how people make sense out of their lives,
delineate the process (rather than the outcome or product) of
meaning-making, and describe how people interpret what they
experience.” Marriem menyebutkan bahwa tujuan
penelitian kualitatif secara keseluruhan adalah pertama,
untuk memahami bagaimana memahami kehidupan
masyarakat; kedua, untuk menggambarkan proses (bukan
hasil), dan ketiga, untuk menggambarkan bagaimana
orang menafsirkan pengalaman mereka.
Dalam tataran aplikasi, tujuan penelitian dapat
dipahami sebagai pernyataan peneliti mengenai apa
yang hendak dicapai (Husaini dan Purnomo, 2009). Jadi
tujuan penelitian ditulis dengan menggunakan kalimat
“pernyataan”. Peneliti menyatakan tujuannya, mengapa
ia meneliti setiap rumusan masalah yang telah
dibuatnya. Karenanya, dalam merumuskan tujuan,
peneliti biasanya berpedoman kepada rumusan masalah
yang telah dibuatnya. Artinya, keluar dari rumusan
masalah berarti tersesat, peneliti tidak akan sampai
kepada tujuan yang hendak dicapai dalam penelitiannya.
Oleh karena itu tujuan penelitian harus selaras dengan
rumusan masalah. Jika rumusan masalahnya bersifat

84 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

deskriptif, maka tujuannya juga harus deskriptif.


Demikian pula pada rumusan masalah yang bersifat
komparatif dan asosiatif, maka tujuan penelitiannya pun
harus dinyatakan secara komparatif dan asosiatif.
Menyatakan tujuan penelitian dianggap penting
untuk dinyatakan baik dalam proposal maupun laporan
penelitian, karena dapat memberikan informasi yang
jelas dan tegas kepada pembaca - khususnya pihak-pihak
yang terkait dengan penelitian - mengenai tujuan utama
“mengapa penelitian tersebut dilakukan”. Di samping
itu, adanya tujuan penelitian dapat menjadi instrumen
evaluasi mengenai masalah mana yang sudah dan belum
ditemukan jawabannya.

2. Menulis Tujuan Penelitian


Sebenarnya, menulis tujuan penelitian tidaklah
sulit, karena sebagaimana yang telah diuraikan di atas
bahwa tujuan penelitian mengikuti rumusan masalah.
Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan kalimat
tanya dalam rumusan masalah dan kalimat pernyataan
dalam tujuan penelitian. Namun umumnya tujuan
penelitian selalu diawali oleh kalimat operasional. Sebab
tujuan penelitian merupakan pernyataan operasional
yang merincikan apa yang akan diselesaikan dan dicapai
dalam penelitian (Moleong, 2013).
Biasanya peneliti menulis kalimat “Penelitian ini
bertujuan untuk ......”, atau “Penelitian ini memiliki
tujuan .....” Contohnya:
o Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
………..

Penelitian Kualitatif 85
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

o Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan


…………..
o Penelitian ini memiliki untuk mengetahui ……… dll.

Contoh Tujuan Penelitian Kualitatif


Berikut ini akan disajikan beberapa contoh tujuan
penelitian, yaitu:
No. Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
1 Apakah persepsi Tuan Untuk memahami persepsi
Guru mengenai nikah siri? Tuan Guru mengenai nikah
siri.
2. Bagaimana perilaku nikah Untuk mendeskripsikan
siri di desa x? perilaku nikah siri di desa x
3. Bagaimana peran Tuan Untuk mengetahui peran Tuan
Guru dalam meminimalisir Guru dalam meminimalisir
pernikahan siri di desa x? pernikahan siri di desa x
4. Apa latar belakang Untuk mengeksplor latar
terjadinya nikah siri di belakang terjadinya nikah siri
desa x? di desa x

E. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian baik kualitatif maupun
kuantitatif diperlukan uraian manfaat penelitian. Dalam
uraian tersebut, peneliti berusaha menjelaskan secara
ilmiah dan akademis mengenai manfaat penelitian yang
direncanakan. Hal tersebut dibuat untuk memperjelas
kontribusi signifikan dari hasil penelitian yang
dilakukan, sehingga penelitian yang direncanakan benar-
benar meyakinkan pembaca dan pihak-pihak yang
terkait dengan penelitian.

86 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Macam-Macam Sifat Manfaat Penelitian


Secara umum, manfaat penelitian dibuat dalam
dua bentuk yaitu manfaat yang bersifat praktis dan
teoretik. Adapun penjelasannya berikut ini:

a) Manfaat praktis
Manfaat praktis merupakan implikasi nyata dari
hasil penelitian yang dapat diterapkan atau
diaplikasikan. Artinya, penelitian tersebut membantu
memecahkan dan mengantisipasi masalah yang dialami
oleh objek yang diteliti. Peneliti berusaha memaparkan
secara logis mengenai manfaat hasil penelitian tersebut.
Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis manfaat
penelitian adalah “peneliti menulis secara subjektif”,
sesuai keinginan peneliti sendiri.

b) Manfaat teoretik
Manfaat teoretik dapat dipahami sebagai
sumbangan ilmiah berupa penemuan teori baru atau
penyempurnaan teori sebelumnya atau jawaban-jawaban
ilmiah pendukung dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan di masa mendatang. Dalam hal ini, peneliti
harus menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan
menghasilkan teori yang dapat dijadikan referensi pada
ranah a, b, c, d dan seterusnya.

2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian


Ada beberapa langkah praktis yang dapat
dilakukan untuk memudahkan peneliti, terutama
peneliti pemula dalam menulis manfaat penelitian yaitu:

Penelitian Kualitatif 87
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a) Tentukan bentuk atau sifat manfaat penelitian yang


hendak ditulis, apakah praktis ataukah teoretik!
b) Kaitkan setiap sifat manfaat penelitian ditulis
dengan partisipan, objek permasalahan dan tempat
penelitian serta disiplin ilmu yang diteliti!

Contohnya:
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat
dimanfaatkan oleh kepala sekolah, guru dan
orang tua (partisipan) dalam mengurangi
kemalasan murid (objek masalah) di sekolah x
(tempat penelitian) dan sekolah lainnya.
2. Manfaat teoretik
Secara teoretik, hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai referensi bagi peneliti pada
penelitian selanjut-nya dalam bidang pendidikan
(disiplin ilmu).

F. Penelitian yang Relevan


Pada bagian ini perlu juga memuat hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
penelitian lain namun relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan, dengan maksud untuk menghindari
duplikasi. Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa
topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain
dalam konteks yang sama. Dengan demikian penelitian
yang relevan perlu menunjukkan masalah apa yang

88 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diteliti, apa persamaan dan perbedaan dengan penelitian


yang akan dilakukan dan perlu juga memunculkan
kekurangan-kekuarangan apa yang terdapat dalam
penelitian yang mendahului tersebut sehingga perlu
dilakukan penelitian kembali. Namun jika persoalan
yang akan diteliti benar-benar baru dan belum pernah
ada yang meneliti sebelumnya, maka penelitian yang
relevan atau penelitian sebelumnya tidak harus
dimunculkan.

Penelitian Kualitatif 89
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

90 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 6
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Dalam proposal maupun laporan penelitian
harus mencantumkan pendekatan yang digunakan,
apakah kualitatif ataukah kuantitatif. Untuk penelitian
kualitatif memiliki jenis yang bervariasi. Berbeda dengan
penelitian kuantitatif yang memang sudah memiliki pola
yang standar. Oleh karena itu para ahli mengemukakan
jenis penelitian kualitatif dalam jumlah yang berbeda-
beda. Obiakor et. al. (2011) misalnya mengemukakan:
“The types include case study (both single case studies and
collective case studies), grounded theory, ethnography, action
research, narrative research, phenomenology, discourse
analysis, conversional analysis, and ethnographic content
analysis”.- Ada beberapa tipe atau jenis penelitian
kualitatif yaitu; studi kasus, grounded theory, etnografi,

Penelitian Kualitatif 91
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian tindakan, penelitian naratif, fenomenologi,


analisis wacana, analisis konversional, dan analisis isi
etnografi.
Matthews dan Kostelis (2011) menyatakan bahwa
ada beberapa jenis penelitian kualitatif yang masih eksis,
yang meliputi penelitian etnografi, penelitian
fenomenologi, studi kasus, dan penelitian naratif.
Sedangkan menurut Jacob dalam Marshall -
sebagaimana yang dikutip oleh Raco (2010) – bahwa jenis
penelitian kualitatif ada enam yaitu; Ethology manusia
(Human Ethology), Etnogarafi Holistic (Holistic
Ehtnographi), Antropology Kognitif (Cognitive
Antropology), Ethnogrphi Komunikasi (Ethnographi
Communication), Intraksi Simbolik (Simbolic Intraction),
Psikologi Lingkungan (Ecology Psycology).
Creswell (1994) dalam Onwuegbuzie et. al. (2004)
memberikan catatan bahwa: “the major types of qualitative
research are historical, case study, phenomenological,
ethnographic, and grounded theory.” – Jenis utama
penelitian kualitatif adalah penelitian historis (biografi),
studi kasus, fenomenologi, etnografi, dan grounded theory.
Jadi, walaupun penelitian kualitatif memiliki jenis yang
banyak, namun secara umum yang paling banyak
digunakan dalam penelitian kualitatif hanya ada lima.
Adapun penjelasannya berikut ini:

1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu
dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan
mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Menurut

92 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Creswell dalam Raco (2010) meneyebutkan bahwa


biografi masuk dalam katagori jenis penelitian kualitatif.
Metode penelitian ini biasanya dilakukan dalam ranah
sosial. Biografi juga diistilahkan sejarah lisan, narasi
personal dan outobiografi. Stebbins (2006)
menyatakan:“Biographical research includes autobiographies,
biographies, diaries, oral histories, family stories and letters”.
Dia menjelaskan bahwa berbagai jenis dokumen dapat
ditulis untuk berbagai tujuan dan audien. Oleh karena itu
ada teknik evaluasi khusus yang perlu digunakan dalam
penelitian ketika menggunakan jenis biografi.
Murray (2003) secara gamblang mendefinisikan
penelitian biografi sebagai “a record of another person’s
life”, sebuah catatan kehidupan orang lain. Burton dan
Bartlett (2005) menambahkan definisi biografi tersebut
yaitu; sebuah catatatan kehidupan orang lain atau aspek
yang penting dari kehidupan orang lain tersebut. Lebih
lanjut Murray menjelaskan – sebuah catatan biasanya
dalam bentuk tertulis, tapi dapat juga berupa rekaman
suara (audio recorded) ataupun rekaman video (video
recorded). Atau bahkan dapat terdiri dari kombinasi
media, seperti catatan tertulis disertai dengan foto dan
kutipan disertai dengan audio recorded atau video recorded
dari kehidupan itu.
Dalam penelitian jenis biografi ini, yang paling
penting diperhatikan oleh seorang peneliti adalah
kemampuan peneliti untuk menggambarkan karakter
unik dari kehidupan seseorang yang dia teliti, yaitu
suatu kehidupan yang rincian dan pola kehidupannya
tidak seperti orang lain. Sehingga biografi dapat

Penelitian Kualitatif 93
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

menginformasikan para pembacanya tentang kegigihan,


konsistensi, dan inkonsistensi dalam kehidupan subyek,
dengan memberikan keterangan berdasarkan kontek
sejarah-budaya di mana kepribadiannya berkembang.
Pembaca juga dapat mengambil pelajaran tentang
kehidupan yang disimpulkan dari perilaku yang
terungkap dalam akun biographer yang diteliti (Burton
dan Bartlett, 2005). Sebab secara umum tujuan penelitian
biografi adalah untuk melacak pemikiran, kegiatan, dan
prestasi tokoh tertentu, untuk dijadikan pembelajaran
bagi orang-orang setelahnya. Sehingga tokoh yang dikaji
memiliki sisi-sisi unik yang menarik dan penting
diketahui khalayak.
Dalam penelitian biografi, Stebbins (2006)
memberikan rambu-rambu penting sebelum melakukan
penelitian jenis biografi ini. Dia mengatakan:“Biographical
research can involve:Studying the life and social context of
famous person who had a significant impact on society,
Developing an enhanced understanding of the works of
particular author, Researching the lives of lesser-known
individuals …… to develop a sense of how people experienced a
particular historical event or time period.”
Dari pemaparan Stebin tersebut dapat
disimpulkan bahwa Penelitian biografis setidaknya
memiliki tiga tujuan yaitu: (a) untuk mempelajari
konteks kehidupan dan sosial orang terkenal yang
memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat; (b)
untuk mengembangkan pemahaman yang di-
sempurnakan karya penulis tertentu; (c) untuk meneliti
kehidupan yang kurang dikenal orang, untuk

94 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mengembangkan rasa bagaimana orang mengalami


peristiwa sejarah tertentu atau periode waktu.

2. Fenomenologi
Fenomenologi adalah bagian dari metode
kualitatif. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan
atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam
situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Dasar
metode ini adalah filsafat fenomenologi. Menurut Raco
(2010), fenomenologi sebenarnya berarti membiarkan
gejala-gejala yang disadari tersebut menampakkan diri
(to show themselves). Sesuatu akan nampak sebagaimana
dan apa adanya (things as they appear). Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, filsafat
fenomenologi dikembangkan oleh Edmund Husserl dan
kemudian dikembangkan oleh Giambattista Vico, Franz
Brentano dan William Dilthey.
Metode fenomenologi memiliki tujuan untuk
menangkap dan memahami makna pengalaman,
peristiwa dan keadaan sosial yang terjadi di sekitar
kehidupan manusia.
Fenomenologi yang dikembangkan oleh Husserl
ini adalah fenomenologi transendental. Teori ini
menekankan pada subjektivitas dan temuan esensi dari
pengalaman serta menyediakan sebuah metodologi yang
sistematis dan teratur dalam derivasi pengetahuan.
Pendekatan Husserl ini disebut dengan pendekatan

Penelitian Kualitatif 95
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

fenomenologi. Moustakes menjelaskan – dinamakan


demikian karena fenomenologi hanya memanfaat-kan
data yang bersifat sadar (penampilan objek). Dan model
ini dianggap transendental karena mengandung apa
yang dapat ditemukan melalui refleksi pada tindakan
subyektif dan berkorelasi dengan sasaran mereka
(Moustakes,1994).

3. Etnografi
Creswell (2008) dalam bukunya – Educational
Research; Planing, Conducting, and Evaluating Quantitaive
and Qualitative Research - menulis definisi jenis kualitatif-
etnografi sebagai berikut: “Ethnografhic design are
qualitative research procedures for describing, analyzing, and
interpreting a culture sharing group’s shared patternd of
behavior, beliefs, and language that develop.”
Melihat definisi di atas dapat dipahami bahwa
Creswell memberikan kata kunci “budaya” sebagai
sentral dari jenis penilitian kualitatif ini. Sedangkan
budaya difahami sebagai sebuah “everything having it can
include language, ritual, economic, political structures, life
stages, interaction, and communication style”.
Jadi, jenis penelitian ini lebih fokus dalam
menyelidiki suatu kelompok kebudayaan dilingkungan
yang alamiah dalam rentan waktu yang cukup lama
dalam proses pengumpulan data baik berupa data
observasi maupun data wawancara. Model penelitian ini
berupaya untuk mempelajari peristiwa kultural, yang
menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek
studi. (Endraswara, 2006).

96 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Disamping definisi Creswell (2008) di atas,


Endraswara juga mendefinisikan penelitian etnografi
sebagai berikut: “Penelitian etnografi adalah kegiatan
pengumpulan bahan keterangan atau data yang
dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta
aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari
suatu masyarakat.”
Mengacu kepada semua keterangan di atas, tentu
saja, dalam kasus etnografi antropologi sosial dan
budaya selalu menjadi metode utama, tetapi sekarang
memiliki kehadiran yang kuat di bidang sosiologi dan
psikologi, serta diterapkan di banyak ranah seperti
pendidikan dan kesehatan (Hammersley, 2002). Namun
pada dasarnya etnografi digunakan pada penelitian
antropologi. Jenis penelitian etnografi merupakan
“penelitian dasar” (basic research) dalam mengkaji
antropologi, yang mengutamakan perekaman data dan
pencatatan informasi secara deskriptif dan kemudian
menganalisis beragama kehidupan kelompok tradisonal,
umumnya, terutama komunitas pra baca tulis (Liliweri,
2005).
Jelas di sini bahwa etnografi adalah uraian dan
penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial.
Dalam hal ini, peneliti mempelajari pola perilaku,
kebiasaan, dan cara hidup mereka. Etnografi adalah
sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai
proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup
panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam
pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian
hidup responden atau melalui wawancara satu per satu

Penelitian Kualitatif 97
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari


arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan
interaksi dalam kelompok.
Berdasarkan definisi dan keterangan para ahli,
jelas etnografi memiliki manfaat yang sangat besar dalam
ranah sosio-antropologi dimana hasil penelitian etnografi
akan dapat memberikan informasi-informasi penting
mengenai teori-teori ikatan budaya, memahami
masyarakat yang kompleks, dan memahami perilaku
manusia.

4. Grounded theory
Raco (2010) memaparkan bahwa grounded theory
adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, karena
analisanya tidak menggunakan angka. Coraknya
induktif, karena hendak menemukan teori baru. Objek
penelitiannya adalah fenomena yang ada dalam
konteksnya yang alamiah dan dimengerti sesudah data
lapangan diperoleh, entah melalui wawancara atau
observasi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dasar filosofis
dari grounded adalah interaksi simbolik. Interaksi
simbolik sendiri berasal dari psikologi sosial. Pertanyaan
yang sering diajukan dalam penelitian adalah mana
simbol yang umum atau biasa digunakan sehingga
interaksi manusia dapat dimengerti. Interaksi simbolik
menyatakan bahwa tindakan manusia selalu bergantung
pada arti yang dipahami oleh manusia dalam
lingkungannya.

98 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Peneliti dalam penelitian ini berasumsi bahwa


tidak ada kebenaran yang mutlak sekalipun sering kita
percaya bahwa hal itu ada. Kebenaran adalah hasil
interpretasi. Karena itu pengalaman langsung dan
pengertian akan pengalaman tersebut adalah hal yang
sangat penting dalam penelitian kualitatif. Sehingga
menurut Raco, metode ini sangat cocok digunakan jika:
Pertama, digunakan untuk menangkap arti dari
pengalaman manusia. Setiap pengalaman manusia
memiliki arti khusus, minimal untuk dirinya sendiri dan
orang lain yang membaca atau mendengar pengalaman
tersebut. Kedua, diyakini bahwa interaksi sosial bersifat
dinamis. Artinya interaksi sosial yang terjadi di antara
manusia mengalami dinamika atau perkembangan.
Sebagaimana manusia selalu bergerak dan berubah
secara dinamis, maka interaksi sosialnya pun bersifat
dinamis dan terus mengalami perubahan. Ketiga, untuk
memahami arti kontekstualnya dan di mana peneliti
terlibat langsung dalam pemberian makna. Peneliti
hanya dapat mengerti peristiwa, fakta, realita, atau
gejala secara menyeluruh apabila peneliti memahami
latar belakang peristiwa fakta atau kejadian tersebut.
Keempat, bila terdapat keterbatasan teori untuk
menerangkan suatu gejala, fakta atau realita. Peristiwa,
fakta, gejala atau masalah, yang sering terjadi atau
dialami oleh manusia setiap hari, tidak semua dapat
diterangkan secara gamblang dan memuaskan secara
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh keterbatan teori yang
mendukung pemahaman gejala atau peristiwa tersebut.

Penelitian Kualitatif 99
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

5. Studi Kasus (Case Study)


Secara historis, Emile Durkheim, seorang
sosiolog Prancis adalah orang yang mengembangkan
penelitian studi kasus. Ia termotivasi oleh dinamika
fenomena-fenomena sosial yang kian hari makin
kompleks di masyarakat. Studi kasus, atau oleh
Woodside (2010) disingkat CSR (Case Study Research)
mendefinisikannya dengan mengutip pendapat Yin
sebagai berikut:“A case study is an empirical inquiry that
investigates a contemporary phenomenon within its real life
context, especially when the boundaries between phenomenon
and context are not clearly evident; and in which multiple
sources of evidence are used”.–Woodside menjelaskan
bahwa studi kasus adalah penyelidikan empiris yang
meliputi penyelidikan mengenai fenomena kontemporer
dalam konteks kehidupan nyata, terutama ketika batas-
batas antara fenomena dan konteks tidak jelas.
Swanborn (2010) menegaskan bahwa pendapat
yang lebih tepat, studi kasus adalah studi tentang
fenomena atau proses yang berkembang dalam satu
kasus. Hal senada juga dikatakan oleh Gerring (2007)
bahwa “A case study may be understood as intensive study of
a single case….” Jadi, penelitian studi kasus secara intensif
hanya terpusat pada satu buah fenomena kasus di
lapangan. Menurut Merriam dalam Simons (2009)
bahwa“the qualitative case study can be defined as an
intensive, holistic description and analysis of single entity,
phenomenon or social unit. – Menurutnya, studi kasus
sebagai bagian dari jenis penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai sebuah penelitian yang dilakukan

100 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dengan cara intensif, dengan proses pendeskripsian yang


holistik (menyeluruh) dan hanya menganalisis entitas
tunggal, satu fenomena atau unit sosial saja. Sedangkan
menurut Simons sendiri bahwa “Case study is an in depth
exploration from multiple pesrspektives of complexity and
uniqueness of a particular project, policy, institution,
programme, or system in a real life context.”
Definisi pamungkas tersebut merupakan definisi
yang komplit. Simons mengemukakan ranah penelitian
studi kasus secara luas dan kompleks yang meliputi
studi kasus pada proyek tertentu, kebijakan, institusi,
program, dan sistem dalam kehidupan bermasyarakat.
Studi kasus dapat dikatakan sebagai jenis penelitian
multiranah yang relevan digunakan pada objek yang
berbeda-beda.
Secara praktis, studi kasus terfokus pada satu
jenis kajian subjek atau fenomena yang diteliti secara
mendalam. Sebab pada dasarnya studi kasus bertujuan
untuk mengetahui tentang keadaan objek atau fenomena
penelitian secara intensif. Misalnya peneliti mengkaji
siswa SMP X sopir angkutan kota Mataram, karyawan
perusahaan PT. “Bunga Rampai”, guru SMA X dan
sebagainya.

B. Lokasi dan Watu Penelitian


Pemilihan lokasi penelitian bukanlah tanpa
pertimbangan seperti kesesuaiannya dengan topik yang
diangkat, memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri
bagi peneliti. Sebab, salah memilih lokasi penelitian

Penelitian Kualitatif 101


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

berdampak pada hasil penelitian yang tidak maksimal,


atau bahkan mengalami kegagalan.
Melakukan pertimbangan yang matang dalam
penentuan lokasi penelitian diharapkan dapat diperoleh
sesuatu yang berarti, bermanfaat dan baru. Tidak tepat
dan logis bila peneliti menentukan lokasi penelitian
dilandasi alasan semisal dekat dengan tempat tinggal
peneliti, peneliti marasa familiar dengan lokasi
penelitian, karena memiliki teman atau informan yang
sudah terlebih dahulu dikenal bahkan mungkin
sahabatnya dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti
hendaknya mendeskripsikan lokasi penelitian ber-
dasarkan alasan yang logis dan akademis. Di samping
itu, peneliti juga menguraikan dengan jelas mengenai
letak dan keadaan geografis lokasi penelitian.
Di samping menjelaskan lokasi, sebaiknya
dijelaskan juga kapan waktu penelitian tersebut
dilakukan serta berapa lama proses penelitian
dilasanakan. Adapun berapa lama penelitian itu
dilaksanakan, tergantung jenis masalah yang diteliti.

102 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 7
SUMBER DATA
(Populasi & Sampel)

A. Konsep Populasi dan Sampel


1. Definisi Populasi
Kata populasi diserap dari bahasa Inggris yaitu
“population”. Populasi juga disebut universium, universe,
dan universe of discourse. Populasi atau universe adalah
sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan
obyek penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa definisi
populasi yang dapat dijadikan konsep dasar. Di
antaranya sebagaimana yang dikutip Satori dan
Komariah (2012) adalah sebagai berikut:
a) Gregory dalam Djailani (1998) secara lebih tajam
mengartikan popualsi sebagai keseluruhan objek
yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Penelitian Kualitatif 103


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b) Menurut Beiley, populasi adalah jumlah total dari


seluruh unit atau elemen di mana penyelidik tertarik.
c) Congelosi dan Taylor dalam Djailani, populasi adalah
keseluruhan unsur yang diteliti.
d) Menurut Burn (2000), populasi dapat berupa
organisme, orang atau sekelompok orang,
masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau
laporan yang semuanya memiliki dan harus
didefinisikan secara spesifik dan tidak secara
mendua.
Sedangkan menurut Sugiyono (2013), populasi
diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya.
Dari definisi-definisi yang telah disebutkan, jelas
secara sederhana populasi dipahami sebagai semua
subjek atau objek sasaran penelitian. Dalam penelitian,
subjek dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan, barang-barang hasil produksi seperti hasil
kerajinan tangan, industri, pertanian, pertambangan, dan
lain-lain, benda yang tidak diproduksi seperti angin, air,
batu, pasir, tanah, dan lain-lain. Di samping itu, subjek
juga dapat dalam bentuk ungkapan baik verbal berupa
kata, frasa, kalimat, paragraf dan teks, maupun
nonverbal seperti dokumen tertulis.
Dalam penelitian, status populasi sebagai subjek
dan objek tersebut terkadang membingungkan, kapan
populasi tersebut menyandang status objek dan kapan ia
menyandang status subjek. Populasi penelitian

104 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bersatatus objek bila populasi itu bukan sebagai sumber


informasi, melainkan sebagai materi yang diteliti baik
yang bersifat abstrak maupun yang kongkrit. Dalam
bahasa yang sederhana the object of research is the ambient
environment being faced by an investigator - objek penelitian
adalah lingkungan sekitar yang dihadapi oleh penyidik
(Alexander M. Novikov and Dmitry A. Novikov, 2013).
Sedangkan populasi penelitian yang berstatus subjek
adalah sumber informasi yang meliputi manusia dan
dokumen. Memang, dalam penelitian sosial manusia
secara individual maupun komunal (kelompok) lumrah
diposisikan sebagai informan. Dari merekalah peneliti
dapat memperoleh informasi tentang diri mereka dan
fenomena-fenomena sosial yang mengitari mereka.
Namun dalam penelitian tertentu populasi tidak
hanya menyandang status subjek atau objek melainkan
kedua-duanya sekaligus. Artinya populasi tersebut di
samping sebagai informan yang berfungsi memberikan
data dan informasi mengenai diri populasi tersebut dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan mereka, juga
sebagai objek, substansi atau material yang diteliti.
Contohnya penelitian tentang “kepemimpinan spiritual
Tuan Guru Pondok Pesantren X seLombok Barat”.
Dalam penelitian tersebut populasinya adalah Tuan
Guru, yang diposisikan sebagai informan atau sumber
data (subjek) sekaligus material penelitian (objek).
Jadi, populasi adalah sekumpulan objek atau
sumber data penelitian (Suhadi dkk., 2003). Mereka
menegaskan bahwa populasi sebagai objek sejalan
dengan pendapat Tuckman yang menyatakan bahwa

Penelitian Kualitatif 105


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

populasi adalah kelompok yang menjadi target atau


sasaran studi (penelitian). Sedangkan populasi sebagai
sumber data sejalan dengan pendapat Chao yang
menyatakan bahwa populasi itu terkait dengan semua
sumber data dalam cakupan lingkup penelitian yang
ditetapkan.
Sebenarnya istilah populasi dalam posisi sebagai
objek tidak dipergunakan dalam penelitian kualitatif.
Spradley dalam Sugiyono (2013) mengistilahkannnya
dengan “sosial situation” atau situasi sosial. Sebab,
penelitian kualitatif sesungguhnya dilatarbelakangi oleh
kasus tertentu dalam situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak diberlakukan terhadap populasi tersebut,
namun ditransfer ke tempat lain yang memiliki
kesamaan situasi sosial dengan situasi sosial pada kasus
yang diteliti. Spradley menguatkan bahwa setiap situasi
sosial yang terjadi, selalu dibentuk oleh tiga elemen yaitu
tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis.
Situasi sosial dapat dipahami sebagai peristiwa,
kejadian, aktivitas, dan fenomena yang lumrah terjadi di
semua tempat, yang melibatkan aktivitas serta pelaku
tertentu. Bahkan di lingkungan yang sangat kecil pun
seperti keluarga, situasi sosial kerap dijumpai. Pada
posisi sebagai objek penelitian, situasi sosial dikaji untuk
mengetahui atau memahami situasi yang terjadi di
dalamnya. Oleh karena itu untuk mengetahuinya,
peneliti dapat mengamati secara mendalam hal-hal yang
berhubungan dengan segala aktivitas dan orang-orang

106 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang terlibat dalam situasi tersebut pada tempat di mana


situasi sosial tersebut terjadi.

2. Definisi Sampel
Kata sampel diserap dari bahasa Inggris yaitu
“sample” yang berarti contoh. Sedangkan “sampling”
berarti penarikan contoh (Echols dan Shadily, 2000).
Dalam KBBI (2008) sampel diterjemahkan sebagai
sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu
kelompok yang lebih besar. Juga, diterjemahkan sebagai
bagian yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang
lebih besar.
Dalam suatu penelitian, “sepertinya” mustahil
menggali informasi dari semua populasi penelitian.
Dalam situasi demikian, populasi harus diperkecil
menjadi sebuah sampel yang benar-benar representasi
atau yang mewakili seluruh populasi. Oleh karena itu
dapat dikemukakan beberapa alasan logis mengapa
sampel lebih dipertimbangkan daripada populasi dalam
suatu penelitian, di antaranya yaitu:
Pertama pertimbangan efisiensi waktu, tenaga
dan biaya yang dibutuhkan. Dengan adanya sampel
memungkin tenaga, waktu dan biaya menjadi relatif
lebih efesien daripada mengandalkan informasi populasi.
Dalam penelitian tertentu sampel pun amat berpengaruh
terhadap dana, tenaga dan waktu yang dibutuhkan. Oleh
karena itu peneliti harus mengkondisikan antara jumlah
sampel yang dibutuhkan dengan tenaga, waktu, dan
biaya yang dimiliki.

Penelitian Kualitatif 107


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Kedua, peneliti mempertimbangkan masalah


ketelitian. Pengambilan sampel dapat mempertajam
ketelitian peneliti. Sebab penelitian terhadap populasi
sangat mungkin terjadi “keteledoran” pada saat meneliti,
mengumpulkan, dan menganalisis data. Peneliti
profesional adalah peneliti yang mampu mem-
perhitungkan dan merasionalisasikan antara biaya,
waktu, dan tenaga yang dikeluarkan dengan tingkat
keakuratan (presisi) yang akan diperoleh.

B. Teknik Sampling
Sampling adalah cara atau teknik penarikan
sampel dari populasi. Ada juga yang mendefiniskannya
sebagai proses pemilihan atau penentuan sampel
(Bungin, 2010). Menurut Punch (2005), sampling adalah
bagian penelitian yang penting baik dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Peneliti tidak bisa
menggali dan mempelajari informasi dari semua orang
di tempat yang varian. Keputusan sampling diperlukan
tidak hanya tentang orang-orang yang diwawancarai
atau peristiwa mana yang hendak diamati, tetapi juga
tentang pengaturan dan prosesnya.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa
sampel yang ditentukan atau dipilih adalah yang
representatif, yang mewakili populasi penelitian. Hal
tersebut bila dilihat dari perspektif kuantitatif. Sebab
tujuan sampling dalam penelitian kuantitatif pada
dasarnya bertujuan agar simpulan apa yang diteliti dari
sampel tersebut dapat diberlakukan terhadap populasi
yang diwakili. Melalui teknik sampling diharapkan agar

108 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

hasil yang telah diperoleh dapat memberikan simpulan


dan gambaran yang sesuai dengan karakteristik
populasi. Artinya simpulan penelitian tersebut dapat
digeneralisasi terhadap populasi.
Urgensi posisi sampling dalam penelitian
“kuantitatif” menuntut peneliti untuk memahami
dengan baik mengenai konsep sampling yang meliputi
teknik atau prosedurnya, ukuran sampel, dan
pemahaman yang mumpuni tentang populasi yang
hendak dijadikan sampel. Pemahaman yang baik tentang
teknik sampling dapat mengarahkan peneliti pada
penentuan sampling yang baik pula.
Adapun dalam perspektif penelitian kualitatif,
informan sebagai bagian dari populasi tidak relevan jika
ditentukan besaran ukuran informan dengan meng-
gunakan statistik. Tidak ada jaminan pasti bahwa yang
terjaring dalam perhitungan statitistik tersebut dapat
memberikan data dan informasi yang dapat menjawab
permasalahan penelitian. Bahkan mungkin terdapat
banyak informan yang terjaring dengan kualifikasi yang
tidak layak dijadikan nara sumber penelitian. Oleh
karena itu penentuan size (ukuran) sampel dalam
konteks kuantitatif tidak terlalu dipentingkan. Yang
terpenting adalah informan yang dipilih memiliki
kemampuan, kredibilitas dan kapabilatas yang mumpuni
untuk menjawab permasalahan penelitian.
Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil
menjadi persoalan yang amat penting jika pendekatan
penelitian yang rencanakan adalah penelitian kuantitatif.
Adapun pada penelitian kualitatif, ukuran sampel tidak

Penelitian Kualitatif 109


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

terlalu diperhitungkan, karena yang dipentingkan adalah


kekayaan informasi. Artinya walaupun jumlah informan
hanya sedikit, namun memiliki informasi yang luas,
maka sampelnya lebih bermanfaat daripada banyak
namun minim informasi. Dalam penelitian terdapat
sejumlah teknik sampling, namun dalam konteks
kualitatif tidak semua teknik tersebut dapat digunakan.
Secara umum teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu probability
sampling dan nonprobability sampling.

1. Probability Sampling
Secara tradisional, penggunaan probability
sampling merupakan teknik standar dalam penelitian
sosial (Denscombe, 2007). Probability sampling merupakan
teknik sampling dengan memberikan peluang yang sama
kepada semua anggota populasi untuk dipilih menjadi
bagian dari sampel. Menurut Harry T. Reis dan Chrales
M. Judd (2000), probability sampling mengacu pada
prosedur dasar seleksi di mana unsur-unsur dipilih
secara acak dari kerangka sampling dan setiap elemen
telah diketahui.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam
teknik sampling ini adalah membuat sampling frame
(kerangka sampel), yaitu daftar yang berisikan nama
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
anggota sampel. Dalam daftar tersebut, tidak ada
prioritas di antara populasi untuk dijadikan sampel.
Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk
menjadi bagian dari sampel.

110 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Melihat definisi di atas, maka dalam penelitian


kualitatif teknik ini tidak layak digunakan, karena yang
diperlukan dalam kualitatif adalah kekayaan informasi.
Sehingga tidak semua anggota populasi memiliki
peluang yang sama untuk menjadi sampel. Hanya
anggota yang memiliki kekayaan informasilah yang akan
dipilih.

a. Simple random sampling


Simple Random Sampling (SRS) is a type of
probability sampling in which the units composing a
population are assigned numbers. A set of random numbers is
then generated, and the units having those numbers are
included in the sample (Earl Babbie, 2013) –Simple Random
Sampling (SRS) adalah jenis probability sampling di
mana satu unit menyusun populasi yang ditandai
dengan penomoran (sebagai kode). Satu unit bilangan
acak kemudian dihasilkan, dan unit yang mendapatkan
nomor tersebut dimasukkan dalam anggota sampel.
SRS merupakan teknik sampling yang
sederhana. Itu dapat diketahui dari penamaannya yaitu
“simple”, yang berarti mudah dan sederhana. Dikatakan
sederhana karena teknik ini dilakukan melalui prosedur
yang sederhana yaitu secara acak. Dalam teknik ini
peneliti tidak perlu memperhatikan strata apapun yang
terdapat pada populasi itu. Biasanya, teknik seperti ini
diterapkan pada anggota populasi yang dianggap
homogen.
Teknik sampling ini sering digunakan pada
penelitian yang bersifat deskriptif dan umum. Karakater

Penelitian Kualitatif 111


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

populasi yang berbeda-beda merupakan kondisi yang


tidak penting untuk dipermasalahkan dalam analisis
yang direncanakan. Misalnya, populasi tersebut terdiri
dari anggota dengan jenis kelamin yang berbeda, status
sosial yang beranekaragam, serta jabatan, profesi, hobi
yang berbeda dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan tersebut sesungguhnya bukanlah hal yang
dipertimbangkan, karena tidak memiliki relevansi dan
korelasi dengan hasil penelitian. Oleh karena itu semua
anggota populasi diberikan peluang yang sama untuk
menjadi bagian dari anggota sampel.

b. Proportionate stratified random


Proportionate stratified random sampling adalah
teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang
dilakukan secara acak dan berstrata secara proporsional.
Teknik ini dilakukan jika anggota populasi yang hendak
diteliti heterogen (tidak sejenis).
Prosedur teknik sampling ini adalah dengan cara
membuat lapisan-lapisan (strata) atau klasemen.
Kemudian, dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek,
responden secara acak.

c. Disproportioned stratified random


Disproportionate stratified random sampling adalah
pengambilan sampel populasi yang dilakukan secara
acak dan berstrata tetap, namun sebagian ada yang
kurang proporsional pembagiannya. Sampling ini
dilakukan bila anggota populasi heterogen (tidak
sejenis).

112 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d. Area random
Area random disebut juga cluster sampling, yaitu
teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil
wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Teknik ini
dapat digunakan pada kondisi populasi atau sumber
data yang sangat luas. Misalnya seorang peneliti yang
hendak meneliti keadaan penduduk suatu propinsi.
Maka tidak mungkin peneliti dapat menggali data dan
informasi dari seluruh penduduk propinsi tersebut. Oleh
karena itu peneliti harus mengambil perwakilan sebagai
sampel dari setiap kabupaten yang ada di propinsi.
Penelitian yang dilakukan di wilayah kabupaten, maka
peneliti mengambil masing-masing perwakilan dari tiap
kecamatan. Demikian pula peneliti yang hendak
mengkaji populasi di sebuah kecamatan, maka ia harus
mengambil perwakilan dari masing-masing desa
kecamatan tersebut. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikaan sumber data, maka pengambilan
sampelnya didasarkan pada daerah populasi yang telah
ditentukan.
Peneliti yang menggunakan teknik ini biasanya
melalui dua tahapan; pertama, menentukan sampel
daerah, dan kedua, menentukan orang-orang yang ada di
daerah itu secara sampling juga.

2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling merupakan kebalikan
dari probability sampling, yaitu teknik sampling yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan sama

Penelitian Kualitatif 113


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

kepada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi


anggota sampel. Menurut Henry (1990) nonprobability
samples are selected based on the judgment of the researcher to
achieve particular objectives of research at hand. – Sampel
nonprobabilitas dipilih berdasarkan penilaian dari
peneliti untuk mencapai tujuan tertentu penelitian.
Teknik ini tidak sebebas probability sampling.
Nonprobability lebih selektif memilih anggota populasi
yang akan dijadikan anggota sampel. Sampel yang
dipilih adalah sampel yang memiliki kemampuan dan
wewenang dalam menjawab permasalahan penelitian.
Dalam perspektif kualitatif, teknik ini tentu
dapat dianggap relevan. Sebab sampel kualitatif tidak
mensyaratkan ukuran sampel. Namun lebih me-
nitikberatkan pada kekayaan informasi yang dimiliki
oleh anggota yang dijadikan sampel (informan).

a. Sampling sistematis
Sampling sistematis ialah teknik sampling yang
dilakukan dengan cara mengambil anggota sampel
berdasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi
nomor urut. Teknik ini digunakan jika peneliti
dihadapkan pada masalah ukuran populasi yang banyak
dan tidak dapat mengambil sampel secara random
karena alasan tertentu misalnya peneliti tidak memiliki
alat untuk menggunakan random.

b. Sampling kuota
Sampling kuota merupakan teknik sampling
yang digunakan untuk menetukan anggota sampel dari

114 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai kuota


atau jumlah yang diinginkan.

c. Sampling insidental
Sampling insidental merupakan teknik
pengambilan sampel yang didasari atas kebetulan
semata. Artinya siapa pun anggota populasi yang secara
kebetulan (incidental) bertemu dengan peneliti dapat
diambil sebagai anggota sampel. Namun, peneliti juga
perlu mempertimbangkan orang yang kebetulan ditemui
itu, apakah ia cocok sebagai sumber data atau tidak. Jika
sesuai dengan data yang diinginkan, peneliti dapat
memasukkannya dalam anggota sampel.

d. Purposive sampling
Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini
menurut para ahli amat relevan digunakan dalam
penelitian kualitatif. Dari namanya, teknik ini
menggambarkan bahwa sampel yang dipilih
berdasarkan tujuan dan maksud (purpose) tertentu
peneliti. Poulasi yang dijadikan sampel dengan teknik ini
adalah orang atau data yang diyakini memiliki informasi
yang luas sesuai kebutuhan penelitian.

e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik pemilihan sampel
yang digunakan jika anggota populasi dijadikan sebagai
sampel sekaligus. Artinya, peneliti di lapangan
menjumpai jumlah populasi yang relatif kecil, kurang

Penelitian Kualitatif 115


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dari 30 orang, sehingga “mau tidak mau” peneliti harus


menjadikanya seluruh populasi tersebut sebagai sampel.
Atau sampling jenuh digunakan pada penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Sampling jenuh sering diistilahkan dengan
sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.

f. Snowball sampling
Dari segi nama, snowball sampling merupakan
sebagai teknik sampling yang diadopsi dari cara kerja
bola salju. Bola salju kecil yang menggelinding lama-
lama akan menjadi besar. Sehingga dapat dipahami
bahwa teknik sampling ini merupakan penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
menjadi besar.
Prosedur dalam penetuan sampel ini yaitu
pertama-tama dipilih satu atau dua orang. Namun
karena satu atau dua orang tersebut dianggap belum
lengkap memberikan data dan informasi, maka peneliti
mencari orang lain yang dianggap mampu melengkapi
data yang telah diperoleh dari sampel atau informan
sebelumnya. Demikian seterusnya bertambah dan
bertambah sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti.
Tidak hanya mencari, peneliti juga dalam hal ini dapat
meminta petunjuk dari sampel (informan) sebelumnya
mengenai siapa informan yang dapat melengkapi data
dan informasi yang telah diberikan tersebut. Biasanya
dalam satu tema permasalahan, antara informan yang
satu dengan yang lainnya saling mengenal. Teknik ini

116 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sering digunakan ketika peneliti tidak banyak tahu


tentang populasi penelitiannya.

C. Teknik Sampling Penelitian Kualitatif


Dari uraian sejumlah teknik sampling di atas,
dapat disimpulkan bahwa hampir semua teknik
sampling di atas hanya relevan digunakan pada
penelitian kuantitatif, karena memang penelitian
kuantitatif amat bergantung pada kuantitas sampel.
Pemilihan sampel dalam penelitian kuantitatif tidak
mementing kualitas sampel. Sebab, hasil yang diinginkan
dari penelitian kuantitatif adalah generalisasi terhadap
populasi.
Seringkali ditentukan secara acak. Hal tersebut
berbeda dengan penelitian kualitatif yang bergantung
pada kualitas sampel. Semakin baik kualitas sampel,
semakin berkualitas pula penelitian tersebut. Oleh
karena itu sampel (informan) penelitian harus dipilih
secara sengaja dengan pertimbangan kualitas sampel.
Kaitannya dengan hal tersebut, maka teknik
sampling yang paling relevan dengan penelitian
kualitatif adalah teknik purposive sampling. Selanjutnya
apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak
ditemukan informasi yang bervariasi, peneliti tidak perlu
lagi mencari informan baru. Proses pengumpulan data
dianggap selesai (Bungin, 2010). Namun, jika data yang
ditemukan belum lengkap atau tidak bervariasi, peneliti
sebaiknya melanjutkan dengan teknik snowball sampling.
Peneliti mencari informan lain untuk melengkapi data

Penelitian Kualitatif 117


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dan informasi yang tidak lengkap atau tidak bervariasi


tersebut.
Untuk memperoleh informasi yang akurat dan
lengkap, maka pemilihan sampel awal menjadi salah
satu hal yang krusial untuk diperhatikan dalam proses
sampling pada penelitian kualitatif. Informan sampel
awal harus dicek apakah ia termasuk dalam kategori
“informan kunci” atau tidak. Ketepatan dalam pemilihan
sampel awal dengan kriteria “informan kunci” memiliki
pengaruh terhadap keberhasilan proses sampling dan
kelancaran dalam pengumpulan data. Kondisi tersebut
dapat menentukan efisiensi dan keefektifan penelitian.
Dalam kaitan ini Spradley merekomendasikan lima
kriteria yang perlu diperhatikan peneliti dalam memilih
sampel informan awal yaitu sebagai berikut:
1. Memilih subjek yang telah cukup lama dan intensif
menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang
menjadi informasi. Di samping itu, dia juga
menghayati secara sungguh-sungguh sebagai akibat
dari keterlibatannya yang cukup lama dengan
lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan. Ini
biasanya ditandai oleh kemampuannya dalam
memberikan informasi dengan lancar, baik dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai masalah yang
ditanyakan.
2. Memilih subjek yang masih terlibat secara penuh atau
aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi
perhatian peneliti.
3. Memilih subjek yang mempunyai cukup banyak
waktu atau kesempatan untuk diwawancarai.

118 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4. Memilih subjek yang dapat memberikan informasi


yang, tidak cenderung diolah atau dipersiapkan
terlebih dahulu, tanpa dibuat-buat. Mereka ini
tergolong “lugu” (apa adanya) dalam memberikan
informasi. Persyaratan ini cukup penting, terutama
bagi peneliti pemula, dan berkaitan dengan upaya
untuk memperoleh informasi yang lebih faktual.
5. Memilih subjek yang sebelumnya tergolong masih
“asing” dengan penelitian, sehingga peneliti merasa
lebih tertantang untuk belajar sebanyak mungkin
kepada subjek, yang berfungsi sebagai guru bagi
peneliti. Pengalaman menunjukkan, persyaratan ini
terbukti merupakan salah satu faktor penting bagi
produktivitas perolehan informasi di lapangan
(Sanggar Kato dalam Bungin, 2010).
Kelima rekomendasi kriteria subjek (informan) di
atas perlu diperhatikan dalam proses awal sampling,
terlebih bagi peneliti pemula. Sebab informan yang
memenuhi kriteri-kriteria di atas memiliki kekayaan
informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Lebih
lanjut, Sanggar Kato dalam Bungin (2010) menjelaskan
mengenai pentingnya perhatian peneliti dalam
menentukan sampel informan awal, khususnya dalam
penggunaan teknik snowball sampling. Variasi sampel
informan memang diperlukan agar tidak terbatas pada
sekelompok individu saja yang seringkali memiliki
kepentingan tertentu, sehingga hasil penelitian menjadi
bias. Terlepas dari itu semua subjek dalam penelitian
kualitatif (baik yang dipilih sebagai sampel informan
awal atau informan berikutnya), harus benar-benar

Penelitian Kualitatif 119


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

memiliki predikat sebagai key informant yang sarat


dengan informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan
penelitian.

D. Ukuran Sampel dalam Penelitian Kualitatif


Dalam proses sampling, peneliti sebaiknya
memahami dengan benar populasi yang hendak diteliti
sebelum memulai penelitian. Peneliti harus dapat
memetakan siapa informan atau data apa yang akan
menjadi populasinya dan berapa jumlahnya. Oleh karena
itu, dalam proposal penelitian biasanya peneliti
disarankan untuk memberikan gambaran terperinci
mengenai populasi penelitiannya beserta alasan
akademisnya, mengapa sampel tersebut dipilih dan
mengapa jumlahnya sekian. Dalam penelitian kualitatif,
peneliti sebaiknya menjelaskan dan menegaskan kriteria
sampel yang dipilih menjadi informannya. Bahkan
peneliti sebaiknya menyebutkan nama, kemampuan dan
kewenangan informan sebagai sampel yang akan
dimintai informasinya.
Berbicara mengenai besaran ukuran sampel
dalam penelitian kualitatif, para ahli menjelaskan bahwa
ukuran sampel apakah kecil atau besar, itu tergantung
pada jenis pertanyaan penelitian, materi, waktu dan
sumber daya penelitian. Umumnya sampel kualitatif
terdiri dari unit contoh kecil diteliti secara mendalam.
Ukuran sampel sangat berbeda dalam studi kualitatif,
sampel besar jarang diperlukan dalam penelitian
kualitatif. Studi kualitatif yang mencakup sampel besar
memang ada tetapi jarang terjadi. Holloway dan Wheeler

120 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

(2010) berpendapat: “sample size, however, does not


necessarily determine the importance of the study or the
quality of the data” – Ukuran sampel, bagaimanapun,
tidak selalu menentukan pentingnya studi atau kualitas
data.
Jadi dalam penelitian kualitatif ukuran sampel
bagaimanapun, tidak selalu menentukan pentingnya
studi atau kualitas data. Data dan informasi yang
berkualitas adalah data yang diperoleh dari sampel
(informan) yang berkualitas pula walaupun jumlahnya
sedikit. Sampel yang berkualitas adalah sampel yang
mampu memberikan jawaban lengkap, cermat dan
akurat mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

Penelitian Kualitatif 121


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

122 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 8
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA

Istilah “tehnik pengumpulan data” kadang-


kadang diistilahkan dengan “metode pengumpulan
data”. Dalam bab ini akan dibahas mengenai teknik
pengumpulan data yang umum digunakan dalam
penelitian kualitatif, yang meliputi observasi atau
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Pen-
jelasannya, berikut ini:

A. Observasi (Pengamatan)
1. Definisi Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Sebagai
salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, observasi merupakan dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi (Nasution, 2003).
Sehingga teknik ini sangat tepat digunakan dalam
penelitian-penelitian sosial dan pendidikan. Sevilla dkk.

Penelitian Kualitatif 123


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

(2006) mendefinisikan observasi secara sederhana


sebagai proses di mana peneliti atau pengamat melihat
situasi penelitian.
Definisi-definisi tersebut sesungguhnya memiliki
pengertian yang sama dan saling melengkapi. Sehingga
observasi dapat didefinisikan sebagai teknik
pengumpulan data yang mengandalkan penginderaan
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
objek yang diteliti. Sehingga data yang dihasilkan
mampu mendeskripsikan setting penelitian, orang,
kejadian, peristiwa dan makna-makna yang di-
sampaikan oleh partisipan (informan) mengenai hal-hal
tesebut (Gray, 2004). Penjelasan Gray tersebut
merupakan tujuan observasi dalam penelitian.
Teknik observasi dalam pengumpulan data lebih
akurat dibandingkan dengan teknik wawacara dan
dokumentasi. Di mana melalaui teknik observasi
memungkinkan seseorang atau peneliti dapat
mengindera; melihat, mendengar, mencium, meraba dan
merasakan fakta-fakta yang ada di lapangan. Oleh
karena itu Nasution (2003) secara tegas mengatakan
bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data,
yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi.
Memang, hampir semua orang pernah
melakukan observasi dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun, observasi dalam sebuah penelitian berbeda
dengan observasi atau pengamatan sehari-hari yang
dilakukan bukan dalam konteks penelitian ilmiah. Dalam

124 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

observasi penelitian, ketepatan data dan teknik yang


digunakan merupakan sebuah tuntutan. Proses observasi
haruslah runtun. Peneliti menghimpun data sesuai
rumusan masalah yang ingin diketahui jawabannya.

2. Macam-Macam Observasi
Secara umum data observasi dikumpulkan
dalam dua cara yang berbeda yaitu laboratory observation
(observasi laboratorium) dan naturalistic observation
(observasi alami). Menurut Jhonson dan Chritensen
(2012), “Laboratory observation is carried out in settings that
are set up by the researcher and inside the comfines of research
lab”. Definisi tersebut dapat dipahami secara sederhana
bahwa observasi laboratorium merupakan observasi
yang memerlukan penyetingan sebelum melakukan
observasi.
Biasanya obeservasi semacam ini digunakan
dalam penelitian yang bersifat eksperimen. Sedangkan
naturalistic observation secara simple didefinisikan oleh
keduanya sebagai “carried out in the real world” –
pengamatan berbasis nyata dan alami. Untuk
menjadikan “apa yang diamati” (objek) tersebut alami,
maka peneliti harus sedapat mungkin memasuki dunia
nyata objek. Tipe observasi inilah yang digunakan dalam
penelitian kualitatif.
Berdasarkan peranan peneliti dalam proses
observasi, maka observasi dibagi menjadi empat. Dalam
hal ini, peneliti dapat memilih peran dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan
keinginan, kemudahan dan keakuratan data yang

Penelitian Kualitatif 125


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diperoleh. Penjelasan keempat peran tersebut sebagai


berikut:

a) Complete participant (Berperan serta secara lengkap)


Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh
dari kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia
dapat memperoleh informasi apa saja yang
dibutuhkannya, termasuk yang dirahasikan sekalipun.

b) Observer as participant (Pengamat sebagai partisipan)


Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh
umum bahkan mungkin ia atau mereka disponsori oleh
subjek. Karena itu maka segala macam informasi
termasuk rahasia sekalipun dapat dengan mudah
diperolehnya.

c) Participant as observer (Partisipan sebagai pengamat)


Pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya
sebagai partisipan tetapi melakukan fungsi pengamatan.
Ia sebagai anggota pura-pura. Jadi tidak melebur dalam
arti sesungguhnya. Peranan demikian masih membatasi
subjek menyerahkan dan memberikan informasi
terutama yang bersifat rahasia.

d) Complete observer (Peran lengkap pengamat)


Biasanya hal ini terjadi pada penelitian
eksprimen di labaratorium yang menggunakan kaca
sepihak (one way screen). Peneliti dengan bebas
mengamati secara jelas seubjeknya dari belakang secara

126 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sedang subjeknya sama sekali tidak mengetahui bahwa


ia sedang diamati.
Di samping itu, observasi juga dibagi menjadi
observasi “tidak tersetruktur dan terstruktur”.
Pengamatan tidak terstruktur bersifat fleksibel dan
terbuka. Situasi terbuka menghendaki pengamat melihat
kejadian secara langsung pada tujuan (Consuelo G.
Sevilla at al., 2006). Dalam melakukan observasi ini,
peneliti tidak menggunakan draft rencana kegiatan
observasi yang sistematis terstruktur. Peneliti secara
bebas melakukan aktivitas pengamatan. Namun bukan
berarti observasi semacam ini tidak direncakan
sebelumnya.

3. Manfaat Observasi
Observasi bermanfaat untuk mendapatkan data
yang lebih ekstensif, luas dan faktual mengenai kondisi
aktual objek yang diamati. Melalui observasi peneliti
dapat dengan leluasa mengindera apa yang terjadi di
lapangan penelitian. Patton (1998) menyebutkan 6
manfaat observasi sebagaimana yang dikutip Nasution
(2003) sebagai berikut:
a) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.
Ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh.
b) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti
menggunakan pendekatan induktif. Peneliti tidak
dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan

Penelitian Kualitatif 127


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sebelumnya. Pendekatan induktif membuka ke-


mungkinan melakukan penemuan (discovery).
c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang
tidak diamati orang lain, khususnya orang yang
berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap
“biasa” dan karena itu tidak akan terungkap dalam
wawancara.
d) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya
tidak akan terungkap oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi
karena dapat merugikan nama lembaga.
e) Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi
responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran
yang lebih komprehensif.
f) Di lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan
pengamatan, akan tetapi juga memperoleh kesan-
kesan pribadi. Misalnya merasakan situasi sosial.
Keenam paparan Patton di atas dapat
disimpulkan bahwa observasi memiliki manfaat yang
tidak dapat diperoleh dari teknik pengumpulan data
lainnya semisal wawancara dan dokumentasi. Teknik
observasi dapat lebih luas merekam aktivitas, perilaku,
perasaan, keadaan tempat penelitian dan sebagainya
secara alami sehingga dapat memungkinkan data
didapatkan lebih detail, akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan.

4. Persiapan Sebelum Observasi


Untuk mendapatkan data yang akurat,
terpercaya dan meyakinkan dalam observasi, maka

128 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diperlukan persiapan yang matang sebelum memasuki


lapangan. Dalam persiapan ini, peneliti melakukan
perencanaan mengenai apa yang harus diobservasi dan
bagaimana diobservasi. Perencanaan yang dibuat bukan
sekadar perencanaan, akan tetapi ia harus ditulis dengan
rapi dan sistematis. Dengan cara ini, peneliti akan lebih
mudah mengetahui apa yang sudah dan belum
diobservasi.
Menurut Afifuddin dan Saebani (2012), ada
beberapa kegiatan persiapan pralapangan yang harus
dipersiapkan oleh seorang peneliti agar mendapatkan
data yang layak dijadikan sumber analisis, yaitu:
1) Menyusun rancangan penelitian yang memuat latar
belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian,
studi pustaka, penentuan lapangan penelitian,
penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat
penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan
prosedur analisis data, rancangan perlengkapan yang
diperlukan di lapangan, dan rancangan pengecekan
kebenaran data.
Namun, sebenarnya hal yang paling esensi sebelum
memasuki lapangan adalah membuat rumusan
masalah. Rumusan masalah akan menuntun peneliti
terhadap masalah, fenomena, gejala, variabel yang
hendak diobservasi.
2) Memilih lapangan penelitian didasarkan pada
kondisi lapangan itu sendiri untuk dilakukan
penelitian sesuai dengan tempat penelitian. Jadi
peneliti harus memilih lapangan penelitian sesuai
dengan fokus masalah yang diteliti. Kesalahan dalam

Penelitian Kualitatif 129


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

memilih lapangan penelitian berimplikasi pada


kurang atau bahkan tidak tersedianya data.
3) Melihat kondisi geografis, keterbatasan waktu, biaya
dan tenaga. Oleh karena itu dalam proposal skripsi,
tesis, disertasi dan penelitian lainnya seringkali calon
peneliti diminta untuk melampirkan jadwal
penelitian. Dalam penelitian yang disponsori oleh
seseorang atau sebuah lembaga, calon peneliti tidak
hanya diminta melampirkan jadwal penelitian,
namun juga diminta melampirkan estimasi dana
yang dihabiskan dalam penelitian yang ditentukan.
4) Mengurus izin penelitian hendaknya dilakukan
dengan mengetahui terlebih dahulu siapa yang
berwenang memberikan izin. Pendekatan yang
simpatik sangat perlu, baik kepada pemberi izin di
luar jalur formal maupun informal.
Secara formal, surat izin penelitian umumnya diurus
di Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLPH)
Provinsi. Sedangkan secara informal, pemberi izin
penelitian adalah daerah, instansi atau lembaga yang
dipilih sebagai lokasi penelitian. Oleh karena itu,
calon peneliti harus membangun komunikasi yang
baik dengan orang yang memiliki kewenangan di
daerah, instansi atau lembaga yang akan dijadikan
sebagai lokasi penelitian, agar penelitian yang
direncanakan diizinkan dan berjalan lancar. Fakta di
lapangan mengungkapkan, walaupun surat izin
penelitian dari BLHP telah dikantongi, tidak sedikit
calon peneliti yang tidak diberikan izin oleh instansi

130 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

atau lembaga yang telah direncanakan sebagai


tempat penelitian.
5) Menjajaki lapangan penting, artinya selain untuk
mengetahui apakah lokasi yang dipilih sebagai
tempat penelitian sesuai untuk penelitian yang
ditentukan, juga untuk mengetahui persiapan yang
harus dilakukan peneliti. Secara terperinci, dapat
dikemukakan bahwa penjajakan lapangan ini adalah
untuk memahai pandangan hidup dan penyesuaian
diri dengan keadaan lingkungan tempat tinggal.
6) Informan yang dipilih adalah orang-orang yang tahu
tentang sitausi dan kondisi lokasi penelitian, jujur,
terbuka, dan mau memberikan informasi yang benar.
Memilih informan memang harus selektif, karena
tidak semua orang dapat dijadikan referensi dalam
penelitian. Memilih informan yang mengetahui
setting lokasi penelitian, jujur dan terbuka memang
bukan perkara yang mudah. Namun hal tersebut
akan menjadi mudah bila peneliti membangun
komunikasi yang baik dan menunjukkan perilaku
yang beretika.
7) Persiapan perlengkapan penelitian berkaitan dengan
perizinan, perlengkapan alat tulis, alat perekam,
jadwal waktu penelitian, obat-obatan dan
perlengkapan lain sesuai kebutuhan peneliti.
Di samping persiapan-persiapan di atas, perlu
juga dipersiapkan semacam guidelines (petunjuk) yang
dapat mengarahkan peneliti mengetahui apa yang sudah
diamati dan apa yang belum, dan apa yang kurang.
Sehinga peneliti dapat menambahkan hal-hal yang perlu

Penelitian Kualitatif 131


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diobservasi. Dalam hal ini Johnson dan Christensen


(2012) mengemukakan semacam petunjuk (guidelines)
yang memuat hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
dalam observasi langsung di lapangan yaitu sebagai
berikut:
1) Siapakah kelompok itu? Berapa banyak orang di sana,
dan apa jenis kelamin, identitas, dan karakteristik
mereka? Bagaimana bentuk keanggotaan dalam
kelompok atau bentuk peristiwa yang didapatkan?
2) Apa yang terjadi di sini? Apa orang-orang dalam
kelompok itu melakukan dan mengatakan satu lain
hal?
a) Apa perilaku berulang-ulang dan yang terjadi secara
teratur? Dalam kejadian, aktivitas, atau rutinitas apa
peserta terlibat? Sumber daya apa yang digunakan
dalam kegiatan tersebut, dan bagaimana dialokasi-
kan? Bagaimana kegiatan tersebut diselenggarakan?
Apa perbedaan konteks sosial yang dapat di-
identifikasi?
b) Bagaimana orang-orang dalam kelompok berperilaku
terhadap satu sama lain? Apa sifat partisipasi dan
interaksi mereka? Bagaimana orang-orang terhubung
atau terkait satu sama lain? Apa status dan peran
yang jelas dalam interaksi ini? Siapa yang membuat
keputusan, apa keputusan itu dan untuk siapa?
Bagaimana orang-orang mengorganisir diri atau
interaksi mereka?
c) Apa isi dari peserta percakapan? Apa pelajaran yang
umum dan langka? Apa cerita, anekdot yang mereka
pertukarkan? Apa bahasa verbal dan non-verbal yang

132 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mereka gunakan untuk komunikasi? Apa keyakinan


dengan isi percakapan mereka menunjukkan? Apa
Format percakapan yang akan diikuti? Apa proses
yang mereka cerminkan? Siapa yang berbicara dan
mendengarkan?
3) Di mana kelompok atau peristiwa itu terjadi? Apa
latar fisik dan lingkungan dari konteks mereka? Apa
sumber daya alam yang jelas, dan apa teknologi yang
diciptakan atau digunakan oleh mereka? Bagaimana
kelompok mengalokasikan dan menggunakan ruang
dan benda-benda? Apa yang dikonsumsi, dan apa
yang dihasilkan? Apa pengelihatan, suara, bau, rasa,
dan tekstur yang ditemukan dalam konteks apa yang
digunakan oleh suatu kelompok?
4) Kapan kelompok bertemu dan berinteraksi? Seberapa
sering pertemuan itu, dan berapa lama mereka
bertemu? Bagaimana konsep kelompok tersebut
menggunakan dan mendistribusikan waktu?
Bagaimana peserta penelitian melihat masa lalu,
sekarang, dan masa depan?
5) Bagaimana mengidentifikasi elemen terhubung atau
saling terkait, baik dari sudut pandang peserta atau
dari perspektif peneliti? Bagaimana stabilitas
dipertahankan? Bagaimana asal perubahan, dan
bagaimana cara mereka berhasil? Bagaimana unsur-
unsur terorganisir diidentifikasi? Apa aturan, norma,
adat-istiadat atau yang mengatur organisasi sosial
suatu kelompok? Bagaimana kekuatan yang mereka
miliki dikonsep dan didistribusikan ? Bagaimana

Penelitian Kualitatif 133


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

kelompok terkait dengan kelompok, organisasi atau


lembaga lain ?
6) Mengapa kelompok berperilaku seperti hal itu? Apa
makna atribut yang mereka gunakan? Apa sejarah
kelompok? Apa tujuan yang diartikulasikan dalam
kelompok? Apa simbol, tradisi, nilai-nilai, dan
pandangan umum yang dapat ditemukan dalam
kelompok?
Tidak hanya itu, demi persiapan pengumpulan
data di lapangan, Patton (2002) merekomendasikan
kepada calon observer (pengamat, peneliti) sebelum ia
turun ke lapangan untuk melatih hal-hal yang meliputi:
1) Learning to pay attention, see what there is to see, and hear
what there is hear; (Belajar untuk memperhatikan,
melihat apa yang ada untuk dilihat, dan mendengar
apa yang ada untuk didengar)
2) Practice in writing descriptively; (Praktek dalam
menulis deskriptif)
3) Acquiring discipline in recording field notes.
(Memperoleh disiplin dalam catatan lapangan
perekaman)
4) Knowing how to separate detail from trivia to achieve the
former without being overwhelmed by the latter;
(Mengetahui bagaimana memisahkan detil dari hal-
hal sepele untuk mencapai mantan tanpa kewalahan)
5) Reporting the strengths and limitations of one’s own
perspective, which requires both self-knowledge and self-
disclosure. (Pelaporan kekuatan dan keterbatasan
sudut pandang sendiri, yang membutuhkan
pengetahuan dan keterbukaan diri).

134 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

5. Merekam Data Observasi


Hal yang terpenting dalam tahapan observasi
adalah tahapan merekam data. Perekaman data mutlak
dibutuhkan dalam observasi, mengingat terbatasnya
daya ingat yang dimiliki manusia. Oleh karena itu
tahapan ini amat menentukan kualitas dan kuantitas data
yang diperoleh dalam penelitian. Baik tidaknya data
yang didapatkan bergantung pada kreativitas
pengamatan dan kemampuannya dalam menggunakan
teknik observasi.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan
dalam merekam data observasi yaitu sebagai berikut:

a) Membuat catatan lapangan (field notes)


Catatan lapangan merupakan cara klasik dalam
observasi yang mutlak digunakan sebelum ditemukan
alat-alat perekam semisal tape recorder, camera, handy cam
dan sebagainya. Sebelum alat-alat tersebut ditemukan,
dapat dikatakan bahwa catatan lapangan hampir
merupakan satu-satunya cara bagi peneliti untuk
merekam pengamatan terhadap kegiatan dan perilaku
seseorang atau kelompok tertentu (Dewalt & Dewalt,
2002). Cara inilah yang memang paling umum
digunakan dalam merekam data observasi (Donald Ary
at all) Catatan lapangan sering juga disebut catatan
anekdot, yaitu catatan-catatan singkat yang dibuat oleh
observer sendiri yang berisi tentang sikap, tingkah laku,
kejadian, dan fenomena. Secara detail field notes memuat
hal-hal berikut ini:

Penelitian Kualitatif 135


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1) Tempat terjadinya peristiwa (space)


2) Orang-orang yang terlibat (actor).
3) Aktivitas: seperangkat tindakan yang dilakukan orang
(activity),
4) Hal-hal fisik yang ditunjukkan (object)
5) Perilaku yang ditunjukkan (act)
6) Seperangkat kegiatan(event)
7) Waktu (time)
8) Tujuan (goal)
9) Perasaan atau emosi yang diekspresikan (feeling).
(Spradley dalam Crabtree dan Miller, 1999)
Sesungguhnya konten-konten field notes di atas
menuntut kemampuan pengamat untuk dapat
memainkan alat indera yang dimilikinya secara kreatif.
Bogdan dan Biklen (dalam Morse dan Field, 1995)
menegaskan bahwa dalam catatan lapangan tersebut
pengamat (peneliti) mencatat segala hal yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan oleh peneliti dalam
rangka pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.
Kemampuan pengamat dalam mengindera hal-hal yang
terjadi di lapangan mempengaruhi tingkat kedetailan,
keakuratan, dan keluasan data yang dibutuhkan.
Demi memperoleh data yang maksimal dengan
menggunakan media field notes, Benjami, et. al. (1999)
merekomendasikan hal-hal berikut ini:
1) Record your notes as soon as possible after the observation
(Rekam catatan Anda sesegera mungkin setelah
pengamatan).
Semakin cepat Anda mengamankan catatan Anda
setelah observasi, maka akan semakin akurat data

136 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang Anda peroleh. Semakin lama Anda menunda


perekaman atau pencatatan, maka semakin banyak
data yang tidak akan terekam secara detail dan akurat
akibat lupa yang manusiawi. Taylor dan Bongdan
(dalam Merriam, 2009) mengingatkan urgensi
menulis field notes sesegera mungkin. Keduanya
berpendapat bahwa “the more time that passes between
observing and recording the notes, the poorer your recall
will be and the less likely you will ever get to record your
data” - Semakin banyak waktu yang lewat di antara
pengamatan dan merekam catatan, (mengingatkan
kembali) maka semakin miskin dan semakin kecil
kemungkinan Anda untuk dapat merekam data".
2) Don’t discuss your observation with anyone until you have
it recorded (Jangan membicarakan pengamatan Anda
dengan siapa pun sampai semuanya terekam).
Di antara sifat penelitian kualitatif adalah naturalistic
(alami). Objek yang diobservasi sudah seharusnya
tidak mengetahui tentang observasi tersebut.
Membicarakan mengenai observasi yang dilakukan
sebelum proses perekaman selesai dapat
mempengaruhi objek yang diamati. Sehingga
pengamatan dapat menjadi tidak alami atau
kemungkinan besar apa yang hendak diteliti dibuat-
buat.
3) Find a private place that has the equipment you need to do
your work. (Cari tempat pribadi yang memiliki
peralatan yang Anda perlu untuk melakukan
pekerjaan Anda)

Penelitian Kualitatif 137


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Tempat privasi diperlukan sebagai tempat mencatat


field notes yang kira-kira perlu dirahasiakan, sehingga
tidak seorang pun yang tahu kecuali pengamat
sendiri. Hal ini harus diupayakan demi kerahasiaan
peristiwa dan keamanan semua unsur yang terlibat di
dalamnya.
4) Plan sufficient time for recording. (Rencanakan waktu
yang cukup untuk merekam)
Waktu yang diperlukan dalam perekaman observasi
tergantung pada kuantitas data yang diperlukan.
Oleh karena itu sebelum pengamatan dilakukan perlu
direncanakan waktu yang cukup agar efesien
tergantung pada data yang dibutuhkan.
5) Don’t edit as you write or dictate (Jangan mengedit saat
Anda menulis atau mendikte)
Pengamat menulis segala hal yang terjadi di lapangan
secara alami tanpa melakukan editing. Pengamat
sebaiknya mengedit setelah proses pengamatan
benar-benar berakhir. Di samping itu, editing yang
dilakukan di saat proses perekaman dengan field note
dapat memperlambat jalannya observasi, sehingga
waktu yang telah direncanakan menjadi tidak cukup
(tidak efesien).

b) Membuat ceklis observasi


Pada dasarnya ceklis observasi secara sederhana
dapat dipahami sebagai daftar yang memuat nama-nama
objek penelitian yang hendak diamati beserta gejala dan
fenomena yang terjadi padanya. Ceklis dimaksudkan
untuk mengecek kegiatan yang telah dilakukan sehingga

138 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dapat dibedakan mana kegiatan observasi yang belum


dan sudah dilakukan, mana yang prioritas dan mana
yang tidak. Dengan adanya ceklis dapat dipastikan
kegiatan observasi akan mudah dilakukan, karena dalam
daftar tersebut dicantumkan semua kegiatan yang
direncanakan dalam observasi. Sehingga kegiatan
observasi tersusun secara sistematis. Oleh karena itu
ceklis harus dipersiapkan secara teliti sebelum
melakukan observasi di lapangan.

c) Merekam dengan menggunakan media elektronik


Di era perkembangan teknologi ini me-
mungkinkan seseorang dapat mencatat data dengan
baik, mudah dan akurat dalam sebuah penelitian. Dalam
observasinya peneliti dapat menggunakan kamera untuk
merekam segala bentuk kejadian atau peristiwa dalam
bentuk visual, atau handy cam dalam bentuk audio visual.
Bahkan kedua media tersebut dapat dengan mudah
ditemui dalam satu alat elektronik yaitu hand phone (HP).
Sehingga merekam data observasi dengan menggunakan
media elektronik dapat dikatakan lebih mudah, efektif,
praktis dan memiliki banyak manfaat di banding dengan
media lainnya yang lain.

6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi


Sesungguhnya dari penjelasan-penejelasan di
atas dapat disimpulkan mengenai kelebihan dan
kekurangan observasi sebagai salah satu teknik
pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

Penelitian Kualitatif 139


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a. Kelebihan observasi
Di antara kelebihan teknik observasi adalah:
1) Memungkinkan bagi pengamat/peneliti secara
langsung merekam kejadian, peristiwa, perilaku,
sikap, kebiasaan, program, aktivitas dan sebagainya
di lapangan penelitian. Sehingga, peneliti tidak
terlalu perlu mengandalkan penginderaan orang
lain. Namun kadang-kadang penginderaan orang
lain juga diperlukan karena suatu alasan tertentu
yang sifatnya mendesak.
2) Lebih memudahkan pengamat/peneliti dalam
memperoleh data, karena data dapat diperoleh tanpa
melakukan komunikasi dengan informan. Sebab,
kadang-kadang subjek yang diharapkan sebagai
informan enggan diajak berkomunikasi atau
berwawancara dengan alasan-alasan tertentu seperti
informan tidak memiliki waktu luang, data hanya
boleh diketahui oleh orang-orang tertentu dan
sebagainya.

b. Kekurangan observasi
Di antara kekurangan observasi yaitu:
1) Dari segi waktu, observasi membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama dari pada teknik lainnya
semisal wawancara. Misalnya, peneliti hendak
meneliti tradisi Waktu Telu suku Sasak, maka peneliti
tersebut harus menunggu pelaksanaan tradisi-tradisi
tersebut yang kadang-kadang pelaksanaannya sekali
seminggu, sekali sebulan bahkan sekali setahun.

140 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2) Dari segi motif, observasi tidak dapat mengungkap


motif atau tujuan di balik kejadian, peristiwa, sikap,
dan perkataan objek yang diteliti. Motif
sesungguhnya bersifat abstrak, sedangkan observasi
hanya dapat mendeskripsikan secara indrawi
mengenai perilaku secara rinci, dan lengkap, segala
sesuatu hal yang sifatnya nampak.

7. Etika Observasi
Kegiatan observasi sangat erat kaitannya dengan
interaksi sosial, karena observer (pengamat) melibatkan
hubungannya dengan manusia dan lingkungan sosial
objek penelitiannya. Jalinan hubungan yang baik akan
mempermudah peneliti mendapatkan data yang
diinginkannya. Salah satu yang memperkuat jalinan
relasi dalam sebuah observasi adalah kemampuan
peneliti bersikap santun sesuai nilai moral, adat, budaya
dan nilai agama yang dijunjung di lokasi penelitiannya.
Mustahil seorang peneliti mendapatkan data yang
diinginkannya jika sikapnya berlawanan dengan etika
yang dijunjug oleh masyarakat tempat ia meneliti. Di
antara etika tersebut adalah:
a) Peneliti meminta ijin kepada orang atau institusi yang
memiliki wewenang secara birokrasi ke pmerintahan
semisal dusun, kepala desa, lurah, kepala lingkungan
dan ataupun secara adat semisal tokoh adat atau
tokoh agama, dengan menunjukkan surat ijin meneliti
jika diperlukan.
b) Peneliti memperhatikan tutur kata dan sikapnya,
terutama di awal pertemuan awalnya dengan

Penelitian Kualitatif 141


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

masyarakat yang akan menjadi objek peng-


amatannya. Oleh karena itu, ia harus menggunakan
bahasa halus daerah setempat jika memungkinkan.
Jika tidak, gunakan bahasa Indonesia sesuai dengan
tingkat pemahaman mereka.
c) Peneliti mempermaklumkan bahwa kegiatan
penelitiannya bersifat sukarela, dan bagi masyarakat
yang tidak berkenan untuk diobservasi, maka tidak
boleh dipaksakan.
d) Dalam penelitian yang bersifat eksprimetal, maka
peneliti harus menjelaskan secara detail mengenai
bentuk-bentuk perlakuan terhadap calon objeknya.
e) Peneliti berusaha melindungi kejadian, peristiwa,
perkataan atau perilaku objek penelitian yang bersifat
privasi, yang kebetulan diperoleh secara tidak sengaja
dalam observasi.
f) Peneliti tidak diperkenankan melakukan intervensi
atau ikut campur secara berelebihan terhadap
masalah yang dihadapi oleh narasumbernya.
g) Peneliti harus memperhitungkan waktu yang tepat
untuk melakukan sebuah observasi.

B. Wawancara
1. Definisi Wawancara
Secara historis, terma “interview” sudah
digunakan pada abad XVII (Kvale dan Brinkma dalam
Banister, Bunn, at. al., 2011). Teknik wawancara telah
digunakan dalam penelitian sejak sekitar seratus tahun
lalu dan diasosiasikan pada tahun 1930-an dan 1940-an
(Fontana dan Frey dalam Banister, Bunn, at. al., 2011).

142 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Sejak tahun 1980-an, wawancara atau interview menjadi


topik yang hangat dibicarakan dalam metode diskusi
(Kvale dan Brinkman dalam Banister, Bunn, at. al., 2011),
dan pada tahun 1977 Atkinson dan Silverman
mendeklarasikan bahwasanya kita hidup dalam sebuah
”lingkungan wawancara” (Banister, Bunn, dkk., 2011).
Wawancara dalam penelitian kualitatif secara
gamblang dapat difahami sebagai teknik pengumpulan
data dengan cara melakukan serangkaian wawancara
atau tanya jawab dengan informan atau narasumber
yang telah ditentukan. Menurut Estenberg dalam
Sugiyono (2013), wawancara didefiniskan sebagi
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna
dalam suatu topik tertentu. Salah satu di antara
keduanya berperan sebagai pewawancara (interviwer),
yaitu yang mengajukan pertanyaan dan satunya lagi
menjadi terwawancara (interviewee), yaitu yang
menjawab pertanyaan. Proses semcam ini diistilahkan
oleh Sevilla dkk. (2006) sebagai interaksi verbal.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tehnik wawancara adalah proses
memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang
peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi
suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan,
kontak mata, dan kepekaan nonverbal.

Penelitian Kualitatif 143


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2. Klasifikasi Wawancara
Secara umum tehnik wawancara yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam (in-depth interview), yaitu ikhtiar memperoleh
data penelitian dengan cara melakukan tanya jawab
secara langsung (face to face) antara peneliti sebagai
pewawancara dan informan sebagai terwawancara baik
secara terstruktur atau pun bebas, yang dilakukan dalam
waktu yang relatif lama dalam kehidupan sosial.
Menurut Rajendra Kumar Sharma (2008) para
ilmuwan sosial mengklasifikasikan interview
(wawancara) sangat variatif, yaitu sebagai berikut:
a) Dilihat dari sisi keformalannya, interview dibagi
menjadi dua tipe:
1) Interview formal. Pewancara/peneliti sudah
mengetahui dengan pasti mengenai data,
informasi yang hendak diperoleh dari
terwawancara. Sehingga, ia terlebih dahulu
menyusun dan memahami pertanyaan yang
hendak diajukan kepada terwawancara secara
sitematis untuk mendapatkan jawaban yang lebih
spesifik. Mengingat keterbatasan yang dimiliki
manusia, maka selain itu, pewawancara juga perlu
menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, alat peraga dan sebagainya yang dapat
membantu dalam proses wawancara.
2) Interview informal. Pewancara tidak memiliki
instrument sebagai pedoman wawancara.
Hubungan pewancara dan terwawancara dalam
suasana biasa, wajar dan pertanyaan beserta

144 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

jawabannya berjalan layaknya pembicaraan biasa


(Moleong, 2013). Jadi, ciri utama dari tipe ini
adalah lebih bersifat “santai” di bandingkan
wawacara formal dan pertanyaan yang diajukan
biasanya bersifat spontanitas-bebas tergantung
apa yang terlintas dibenak pewawacara saat itu.
Namun untuk tetap mendapatkan informasi yang
baik, tentu pewawacara perlu memiliki alat
kontrol berupa garis-garis besar permasalahan
atau point-point penting yang hendak ditanyakan,
agar pertanyaan tidak menjadi kabur.
Sebagaimana halnya interview formal, pada
informal juga disaran kepada pewawancara untuk
menggunkan alat bantu rekam semisal tape
recorder dan alat elektronik lainnya yang memiliki
fasilitas recorder seperti hand phone (hp).
b) Dilihat dari sisi jumlah pelakunya, interview dibagi
dua tipe:
1) Interview personal. Interview personal merupakan
proses wawancara yang dilakukan oleh
pewawancara kepada terwawancara tunggal.
Interview ini diharapkan dapat membuka sekat
pemisah antara pewawancara dengan ter-
wawancara, sehingga terwawancara dapat lebih
bebas dan terbuka dalam menjawab pertanyan
dan menyampaikan informasi penting mengenai
topik yang diteliti. Untuk melakukan wawancara
tipe ini, pewawancara sebaiknya memilih
informan (terwawancara) yang memiliki banyak
pengalaman terhadap topik yang diteliti, serta

Penelitian Kualitatif 145


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik


agar informasi yang disampaikan menjadi jelas
dan mudah dianalisis.
2) Interview kelompok. Interview yang dilakukan
terhadap sekelompok orang yang terdiri dari dua
orang atau lebih. Wawancara ini digunakan ketika
tujuannya adalah untuk menggali persepsi atau
pengalaman dari sekelompok kecil orang yang
memiliki beberapa dasar umum untuk
memberikan respon. Wawancara kelompok
kadang-kadang disebut juga wawancara
kelompok fokus karena biasanya topik yang
diidentifikasi membentuk fokus dari suatu
wawancara (Marguerite G. Lodico, at. al. 2010).
Dengan mewawancarai lebih dari satu orang pada
satu waktu peneliti mampu secara dramatis
meningkatkan jumlah dan jangkauan peserta yang
terlibat dalam penelitian (Martyn Denscombe,
2007)

c) Dilihat dari tujuannya, interview dibagi menjadi


empat:
1) Wawancara diagnosis (Diagnostic Interview).
Wawancara ini dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit atau masalah yang dihadapi oleh
seseorang. Interview semacam ini biasanya
digunakan oleh psikiater atau konselor untuk
mengetahui permasalahn kliennya dan dokter
untuk mengetahui penyakit pasiennya.

146 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2) Wawancara pengobatan (Treatment Interview).


Wawancara semacam ini biasanya dilakukan pada
ranah konseling. Di mana konselor melakukan
wawancara untuk menganalisis mengenai jalan
keluar atau cara pengobatan yang akan diberikan
kepada kliennya.
3) Wawancara penelitian (Research Interview)
merupakan wawancara yang bertujuan untuk
memperoleh jawaban dari permasalahan
akademis tertentu. Wawancara inilah yang
digunakan dalam setiap penelitian ilmiah.
4) Wawancara untuk memenuhi rasa ingin tahu
(Interviews to fulfil curiosity). Wawancara seperti ini
sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Wawancara dalam konteks ini hanya bertujuan
untuk sekadar menjawab rasa penasaran semata,
tanpa ada tujuan ilmiah.
d) Dilihat dari segi waktunya, interview dibagi menjadi
dua:
1) Short-contact interview (wawancara kontak pendek).
Wawancara yang dilakukan dalam limit waktu
yang relatif singkat. Wawancara ini biasanya
dilakukan oleh para wartawan.
2) Prolonged contact interview (wawancara kontak
berkepanjangan). Wawancara ini dilakukan dalam
waktu yang tidak terbatas atau berkepanjangan.
Wawancara inilah yang sering digunakan dalam
konteks penelitian kualitatif. Wawancara akan
dihentikan jika data yang didapatkan telah
mencapai titik jenuh.

Penelitian Kualitatif 147


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

e) Dilihat dari jenis penelitiannya, interview dibagi


menjadi tiga:
1) Interview kualitatif. Interview kualitatif adalah jenis
wawancara yang digunakan dalam penelitian
kualitatif. Di mana peneliti melakukan wawancara
dengan sebaik dan selama mungkin demi
mendapatkan kualitas data yang dicari.
2) Inteview kuantitatif. Interview kuantitatif adalah
jenis wawancara yang digunakan dalam
penelitian kuantitatif. Peneliti dalam hal ini
melakukan wawancara dengan banyak informan
namun dalam jangka waktu yang relative singkat.
Biasanya peneliti kuantitatif hanya membutuhkan
jawaban singkat semisal jawaban “ya atau tidak”,
“sering, sedang atau tidak sering”, “benar atau
salah” dan sebagainya.
3) Interview mixed (campuran). Interview jenis ini
dilakukan pada penelitian yang menggunakan
jenis mixed method (metode campuran) dalam satu
penelitian secara bersamaan. Peneliti dengan jenis
ini melakukan wawancara dengan dua jenis, yaitu
kualitatif dan kauntitatif. Bila yang dibutuhkan
data kualitatif, peneliti akan menggunakan jenis
wawancara kualitatif. Demikian pula jika peneliti
membutuhkan data kuantitatif, wawancara yang
digunakan bersifat kuantitatif pula.
f) Dilihat dari segi “aturan mainnya”, interview dibagi
menjadi dua:
1) Interview tidak langsung. Wawancara tidak
langsung dapat dipahami sebagai wawancara

148 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang dilakukan dengan cara tidak bertemu


langsung/bertatap muka dengan informannya.
Biasanya peneliti/pewawancara berwawancara
melalui e-mail, telepon, sms, dan surat non-
elektrik. Wawancara semiasal ini biasanya
digunakan bila informannya berdomisili di tempat
yang jauh, atau dekat namun tidak dapat diakses
karena sesuatu dan lain hal yang membahayakan
informan maupun pewawancara/peneliti.
2) Terfokus. Wawancara ini dilakukan dengan cara
bertemu langsung dengan informannya tanpa
perantara apapun.

3. Wawancara Efektif
Wawancara penelitian yang efektif adalah
wawancara yang dapat memberikan informasi lengkap
dan detail sesuai dengan waktu, dana dan tenaga yang
dimiliki dalam suatu penelitian. Menciptakan
wawancara yang efektif sesungguhnya tidak sulit jika
pewawancara/peneliti memperhatikan beberapa hal
yang direkomendasikan oleh Nasution (2003) yaitu
memperhatikan isi wawancara, urutan pertanyaan dan
rumusan pertanyaan. Penjelasannya berikut ini:

1) Isi wawancara
Pewawancara sebagai pihak yang membutuhkan
informasi atau data harus mampu mengendalikan isi
wawancara agar tidak “ngalur ngidul”. Menurut
Nasution, di antara isi pertanyaan yang dapat
ditanyakan sebagai berikut:

Penelitian Kualitatif 149


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a) Pengalaman dan perbuatan responden. Pewawancara


menanyakan pengalaman, pekerjaan, aktivitas, dan
kegiatan yang dilakukan, serta rencana yang telah
dibuat atau dilaksanakan. Contoh: Apa program yang
telah dilakukan oleh Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
dalam upaya memajukan sekolah ini? Apa kegiatan
siswa/wi Bapak pada saat jam istirahat (keluar
main)? Apa strategi yang telah Bapak susun untuk
mengurangi kemalasan guru? dan sebagainya.
b) Pendapat, pandangan, tanggapan, penafsiran atau pikiran
tentang sesuatu. Pewawancara mengajukan per-
tanyaan mengenai pendapat informan mengenai
topik yang diteliti. Agar mendapatkan respon yang
memuaskan dari terwawancara, maka pewawancara
sebaiknya terlebih dahulu menguasai topik yang
dikaji secara umum, agar tidak terkesan blank.
Contoh: Bagaimana pendapat ustazd/ustazdah
mengenai moral remaja di kalangan pesantren?
Bagaimana penafsiran Bapak terhadap undang-
undang sisdiknas 2003? Apa tanggapan Saudari
tentang pernikahan dini? dan sebagainya.
c) Perasaan, respons emosional, yakni apakah ia merasa
bahagia, cemas, takut, curiga, dan sebagainya.
Pewawancara menanyakan mengenai respons
emosional yang dirasakan terhadap topik atau
masalah yang diteliti. Contoh: Apa perasaan Anda
bila putra Anda telat pulang malam? Apakah Anda
khawatir terhadap perilaku remaja saat ini?
Bagaimana bentuk kekhawatiran masyarakat
terhadap perilaku anak funk? dan seterusnya.

150 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahui tentang


sesuatu. Pewawancara menanyakan fakta-fakta yang
diketahui oleh informan. Seperti: Apa yang Anda
tahu tentang kuburan tua ini? Apa fakta yang dapat
digunakan dalam masalah ini? Bagaimana Anda
dapat tahu kejadian atau peristiwa itu? dan
seterusnya.
e) Penginderaan, apa yang dilihat, yang dirasakan, yang
didengar, diraba, dikecap atau dicium. Pewawancara
menanyakan seputar penginderaan yang dialami
informan pada masalah yang dikaji. Contoh: Perilaku
apa yang Anda saksikan pada anak Anda pada saat
ibunya bekerja menjadi TKW? Apa yang Anda
rasakan setelah Anda ditinggal istri bekerja sebagai
TKW? dan seterusnya.
f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat
tinggal, keluarga dan sebagainya. Pertanyaan mengenai
hal-hal tersebut sebenarnya bukan sesuatu yang
pokok dalam pengambilan data. Namun informasi
tersebut dapat meyakini pembaca bahwa informan
yang dijadikan terwawancara memiliki kapasitas
mumpuni dalam penelitian yang dikaji. Oleh karena
itu informan harus dipilih sesuai dengan konteks
penelitian agar informasi yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan.

2) Urutan pertanyaan
Sebenarnya tidak ada ketentuan mengenai
urutan pertanyaan dalam suatu wawancara, namun ada

Penelitian Kualitatif 151


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

beberapa saran yang layak untuk dipertimbangkan agar


wawancara dapat berjalan lancar:
a) Mulailah membicarakan topik yang dapat menciptakan
kenyamanan di antara pewawancara dan terwawancara.
Hindari isu-isu sensitif, yang dapat menyulut
emosional terwawancara sehingga suasana
wawancara tidak kondusif bahkan terancam batal.
Bisa jadi terwawancara yang semula berkenan
diwawancarai berubah menjadi menolak.
b) Lanjutkan wawancara dengan pertanyaan seputar aktivitas
dan kondis terwawancara saat ini. Gunakan bahasa-
bahasa yang dapat menciptakan suasana keakraban
dan kekeluargaan, seperti menanyakan kondisi
kesehatan terwawancara, apa aktivitasnya saat ini,
bagaimana kondisi pekerjaannya dan sebagainya.
c) Pewawancara melakukan warming/pemanasan terlebih
dahulu. Artinya, sangat tidak etis bila pewawancara
menanyakan mengenai informasi atau data yang
diinginkan secara langsung. Pewawancara sebaiknya
mencari jalan agar tidak langsung menuju pertanyaan
inti.
d) Jangan segera bertanya mengenai masa lampau responden.
Pertanyaan demikian dapat membuyarkan “good
mood” informan.

3) Rumusan pertanyaan
Pertanyaan inti dalam wawancara akan efektif
bilamana dirumuskan dengan baik, cermat dan teliti.
Peneliti sebagai pewawancara harus terlebih dahulu
merumuskan pertanyaan sebelum terjun ke lapangan.

152 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Amost (2002) merekomendasikan beberapa petunjuk


praktis dalam merumuskan pertanyaan wawancara yaitu
sebagai berikut:
a) Question should be open-ended (pertanyaan bersifat
terbuka). Dalam hal ini pewawancara melemparkan
pertanyaan yang luas yang sifatnya terbuka dan
mendorong terwawancara untuk menjawab dan
berbicara secara bebas. Dalam hal ini pewawancara
menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
dikotomis, yang hanya memerlukan jawaban “ya atau
tidak”.
b) Question should used language that familiar to informants
(pertanyaan hendaknya menggunakan bahasa yang
familiar bagi terwawancara/informan). Poin ini kadang-
kadang menjadi tantangan terberat pewawancara
(peneliti). Pewawancara harus menyesuaikan
kemampuan berbahasanya dengan tuntutan bahasa
informan yang belum tentu memahami bahasa
pewawancara. Jika hal itu tidak memungkinkan,
maka pewawancara dapat menggunakan jasa
translator, sehingga informasi yang diterima lebih
dipahami. Seperti mewawancarai daerah-daerah
pedalaman, kampung-kampung pelosok yang belum
tentu memahami bahasa Indonesia.
c) Question should be clear (pertanyaan hendaknya jelas).
Pertanyaan hendaknya tidak bertele-tele,
mengambang, mengandung keambiguan dan
membutuhkan penafsiran. Dalam hal ini,
pewawancara dituntut memiliki keterampilan untuk
merangkai pertanyaan yang singkat, padat, dan jelas.

Penelitian Kualitatif 153


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Pertanyaan yang jelas memungkinkan nara sumber


dapat memberikan jawaban yang jelas pula.
Demikian pula sebaliknya, pertanyaan yang kurang
jelas dapat memunculkan jawaban yang tidak efektif.
Di samping itu pelaksanaan wawancara tidak efektif
dari segi waktu, tenaga dan biaya yang telah
direncanakan sebelumnya.
d) Question should be neutral (pertanyaan hendaknya bersifat
netral). Dalam wawancara kelompok, pertanyaan
yang diberikan peneliti kepada setiap orang atau
kelompok hendaklah berimbang. Dalam hal ini,
peneliti tidak dalam posisi memihak salah seorang
atau kelompok tertentu, melainkan berusaha
“mengorek” semua informasi yang disampaikan oleh
orang-orang atau kelompok-kelompok yang
diwawancarai. Oleh karena itu, peneliti yang beretika
adalah yang mau mendengarkan informasi semua
pihak yang diwawancarai dengan baik.
e) Question should respect informants and presume they have
valuable knowledge. (Pertanyaan harus menghormati
informan dan menganggap mereka memiliki pengetahuan
yang berharga). Sebagai pihak yang membutuhkan
informasi dari informan, maka sudah sepantasnya
peneliti menghormati dan menghargai informannya.
Peneliti sebaiknya selalu berperasangka baik bahwa
mereka memiliki kekayaan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.
f) Question should generate answers related to the objectives
of the research (Pertanyaan harus menghasilkan jawaban
yang berkaitan dengan tujuan penelitian). Pertanyaan

154 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian yang efektif adalah pertanyaan yang dapat


membidik jawaban sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Peneliti sebaiknya merumuskan
pertanyaan yang jelas, sehingga jawabannya pun
jelas.

4. Kelebihan dan kekurangan wawancara


Seperti halnya teknik observasi, teknik
wawancara pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Di
antara kelebihannya adalah sebagai berikut:
a) Dalam proses wawancara, pewawancara dapat
melakukan tindakan persuasif yang dapat
memotivasi terwawancara untuk memberikan
jawaban sebebas mungkin serta terbuka terhadap
setiap pertanyaan yang diajukan.
b) Dalam wawancara tidak terstruktur dan informal,
pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan alur wawancara yang
berkembang.
c) Karena wawancara dilakukan dengan tatap muka
(face to face), maka pewawancara dapat membaca
situasi, mimik atau raut muka terwawancara
sehingga jawabannya dapat ditaksir tingkat
kebenarannya. Pewawancara pun dapat mencari
jalan, cara atau strategi untuk bertanya kembali.
d) Dalam wawancara interpersonal, pewawancara dapat
menanyakan kegiatan-kegiatan privasi yang
dilakukan terwawancara atau yang dilakukan oleh
objek yang diwawancarai. Namun, kode etik harus

Penelitian Kualitatif 155


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tetap dijunjung, yaitu tidak menyiarkan,


menceritakannya kembali kepada orang lain.
Adapun kekurangan teknik wawancara adalah
sebagai berikut:
a) Bagi pewawancara (peneliti) pemula, walau
wawancara dilakukan secara tatap muka, namun
sulit sekali memprediksi jawaban yang diberikan
informan itu benar atau tidak. Atau sulit mentaksir
tingkat kevalidannya.
b) Wawancara kadangkala menghambat kegiatan
informan yang memiliki keterbatasan waktu,
sehingga wawancara menjadi tidak efektif.
c) Wawancara kadangkala memerlukan banyak biaya,
sehingga wawancara tidak efesien dan kurang
ekonomis. Seperti pewawancara yang ingin
mengetahui hal-hal yang sifatnya privasi, kadangkala
terwawancara meminta imbalan lebih untuk sesi-sesi
wawancara yang dilakukan. atau para informan yang
hendak diwawancarai tersebar di tempat yang jauh
dari tempat tinggal pewawancara, sehingga
memerlukan biaya transportasi bahkan akomodasi
untuk mendapatkan data dan informasi.

5. Etika Wawancara
Etika menjadi pembahasan yang tidak dapat
dipisahkan dari proses penelitian, karena penelitian
merupakan bagian dari interaksi sosial. Wawancara
sebagai bagian dari proses penelitian hendaknya
dilakukan dengan memperhatikan etika yang berlaku di

156 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

lapangan. Ada beberapa etika umum yang dapat


dipaparkan di sini yaitu sebagai berikut:
a) Berkata, berperilaku dan menggunakan pakaian yang
sopan. Di belahan bumi mana pun, kesopanan
menjadi daya tarik bagi orang untuk bersimpati dan
memberikan layanan yang terbaik. Sopan santun
peneliti menentukan sikap terwawancara. Bila
pewawancara/peneliti bersikap hormat dan
menghargai terwawancara, dapat dipastikan
pewawancara pun akan di hormati dan dihargai pula.
b) Bila pewawancara telah membuat janji untuk
melakukan wawancara dengan informan dalam
waktu yang telah ditentukan, hendaknya
pewawancara menepatinya dengan datang tepat
waktu dan tidak membuat informan me-nunggu. Bila
pewawancara berhalangan atau datang terlambat,
hendaknya terwawancara/informan dikabari. Ter-
lebih di era modern saat ini, pewawancara dapat
mengiformasikannya via sms, telepon, e-mail dan
sebagainya.
c) Tidak mendebat narasumber/informan. Wawancara
bukanlah sebuah diskusi atau ajang perdebatan,
melainkan salah satu prosedur memperoleh data dan
informasi permasalahan yang dikaji. Pewawancara
mendengar dan menulis jawaban dari informan tanpa
melakukan bantahan yang dapat membuat informan
tersinggung.
d) Mendengarkan dengan baik informasi yang
disampaikan informan. Salah satu bentuk
penghormatan peneliti atau pewawancara kepada

Penelitian Kualitatif 157


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

informan adalah mendengarkan informasi dan


paparan data yang disampaikan dengan seksama,
konsentrasi, dan terfokus, yang ditunjukkan itu
dengan bahasa tubuh.
e) Menghidari pertanyaan yang sifat menguji dan
menggurui. Pertanyaan menguji dan menggurui
dapat menjebak pewawancara dan informan dalam
situasi yang tidak bersahabat. Informan merasa
dijebak sehingga informasi yang dibutuhkan enggan
dibeberkan. Situasi seperti memungkinkan
terwawancara merasa dilecehkan dan diremehkan.
f) Menghormati permintaan informan bila nama atau
jabatannya enggan dipublikasikan. Ada sebagaian
informan yang tidak ingin nama, alamat, jabatan dan
hal-hal privasi lainya dipublikasikan dalam laporan
penelitiannya. Dalam hal ini biasanya pewawancara
menulis nama informan dengan nama inisialnya, atau
dengan nama samaran.
g) Mengucapkan terima kasih bila wawancara telah
berakhir. Pewawancara/peneliti yang baik adalah
yang tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
informannya. Ucapan terima kasih memiliki maksud
untuk menguatkan ikatan silaturami dengan
informan. Sehingga bilamana informasi yang
diperoleh dirasa kurang, peneliti dapat kembali
meminta untuk melakukan wawancara tanpa
perasaan sungkan. Terutama bila peneliti
menggunakan teknik triangalusi, yaitu mengecek
kembali data yang telah dikumpulkan agar lebih
valid dan meyakinkan.

158 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Dokumentasi
1. Konsep Dokumentasi
Untuk mengetahui konsep dokumentasi dalam
konteks penelitian, maka perlu dikemukakan konsep
dasar mengenai dokumentasi berupa pengertiannya dari
segi bahasa. Dokumen dalam “A Dictionary of the
derivations of the English Language” diketahuai berasal dari
bahasa Latin yaitu documnetum, yang terambil dari kata
docere, yang berarti to teach, precept; - written instruction; -
an official paper conveying information, or establishing the
allegation of fact. Menurut McMillan dan Schumacher
dalam Satori dan Komariah (2012), bahwa dokumen
merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau
dicetak, dapat berupa catatan anekdot, surat, buku
harian, dan dokumen. Dokumen kantor termasuk
lembaran internal, komunikasi bagi publik yang
beragam, file siswa dan pegawai, deskripsi program dan
data statistik pembelajaran. Menurut Moleong (2013),
dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Jadi
dokumen merupakan rekam jejak yang memuat
kejadian, ide, pandangan, penafsiran, jasa-jasa, dan
kegiatan seseorang dalam bentuk tulisan, photo, gambar,
rekaman video, plakat, lembaran, buku catatan harian,
artefak, batu nisan, manuskrip, transkrip nilai, raport,
dan sebagainya.
Melihat definisi dokumen di atas, maka secara
sederhana dokumentasi dalam penelitian kualitatif dapat
dipahami sebagai salah satu metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara melihat, mengkaji, dan
menganalisis dokumen-dokumen dan hal-hal yang

Penelitian Kualitatif 159


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

memiliki keterkaitan dengannya, yang dibuat oleh subjek


sendiri atau oleh orang lain tentang subjek tersebut.
Sebenarnya teknik dokumentasi merupakan
pelengkap dari teknik observasi dan wawancara. Artinya
hasil penelitian kualitatif lebih akurat, kredibel dan dapat
dipercaya jika didukung oleh dokumen-dokumen yang
ada. Dokumen tersebut berfungsi untuk menyelaraskan,
meluruskan dan atau menguatkan hasil observasi dan
wawancara. Contohnya, dalam suatu penelitian,
informan memberikan informasi bahwa telah terjadi
peningkatan kelulusan dari tahun sekian hingga tahun
sekian, namun setelah peneliti melihat nilai ijazah ujian
akhir dan rekapitulasi nilai raport siswa-siswi sekolah
yang bersangkutan, ternyata berlawanan dengan
informasi yang diberikan. Maka dalam hal ini peneliti
dapat meminta klarifikasi yang sebenarnya kepada
informan.
Sebagai sumber data, dokumen telah lama
dimanfaatkan untuk menguji dan menginterpretasi
dalam banyak hal. Bahkan dokumen sering
dimanfaatkan untuk meramalkan fakta masa lalu yang
terjadi. Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong
(2013), dokumen digunakan karena beberapa alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan di antaranya yaitu:
a. Dokumen digunakan karena merupakan sumber
yang stabil, kaya, dan mendorong.
b. Berguna sebagai bukti untuk pengujian.
c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian
kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai
dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.

160 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan


untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan
terhadap sesuatu yang diselidiki.

2. Macam-Macam Dokumen
Pada umumnya dokumen dibagi menjadi dua
macam yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Dokumen pribadi terbagi menjadi buku atau catatan
harian, surat pribadi, dan otobiografi. Sedangkan
dokumen resmi terbagi menjadi dua yaitu dokumen
internal dan eksternal. Adapun penjelasannya berikut
ini:

a. Dokumen Pribadi
1) Buku Harian
Buku harian atau yang lebih sering disebut
dengan diary merupakan catatan-catatan penting tentang
kejadian atau peristiwa yang dialami sehari-hari.
Biasanya buku harian berisi kejadian yang amat
berkesan, memiliki kenangan dan bersejarah. Juga,
sebagai dokumen pribadi, diary merupakan kumpulan
tulisan-tulisan yang bersifat privasi. Dokumen semisal
ini sering digunakan oleh para peneliti yang mengkaji
pemikiran tokoh tertentu.

2) Surat Pribadi
Surat adalah sarana komunikasi pribadi untuk
menyampaikan informasi tertulis yang ditulis oleh
seorang individu kepada orang atau instansi tertentu,
yang bertujuan untuk memberitahukan, meminta,

Penelitian Kualitatif 161


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

menyampaikan gagasan, pemikiran, dan sebagainya.


Contohnya surat-surat Raden Ajeng Kartini yang berisi
pemikiran, ide, gagasan bahkan ideologi yang
terdokumentasi melalui surat menyurat.

3) Otobiografi atau disebut juga autobiografi


merupakan riwayat hidup pribadi seseorang yang
ditulis sendiri.

b. Dokumen Resmi
1) Dokumen internal dipahami sebagai dokumen yang
diperoleh langsung dari pihak internal individu
ataupun suatu instansi/lembaga yang diteliti.
2) Dokumen eskternal dipahami sebagai dokumen yang
diperoleh dari eksternal/luar individu atau instansi
yang diteliti.

3. Langkah-Langkah Menyeleksi Dokumen


Dalam penelitian kualitatif, tidak semua
dokumen yang dikumpulkan memiliki nilai atau manfaat
sesuai konteks penelitian yang sedang dilakukan. Oleh
karena itu dokumen tersebut harus diseleksi sesuai
dengan manfaat yang diinginkan.
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh
dalam menyeleksi dokumen dalam penelitian kualitatif
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi situasi sosial di mana peristiwa atau
kasus memiliki makna yang sama. Situasi sosial
mempertimbangkan waktu dan tempat di mana
peristwa terjadi.

162 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b. Dalam hubungannya dengan identifikasi, perlu


dikenali persamaan dan perbedaannya, yaitu
memfokuskan pada satu objek, suatu peristiwa, atau
suatu tindakan, diperlakukan secara sama pada
situasi yang sama, di dalam batas-batas situasi
sosialnya. Pada waktu yang sama, juga perlu dikenali
bahwa suatu peristiwa yang sama akan ditanggapi
secara berbeda, oleh individu yang berbeda, dan
dalam waktu dan tempat yang berbeda.
c. Selanjutnya mengenali relevansi teoretik atas dasar
tersebut (Tadjoer Ridjal dalam Burhan Bungin, 2011).

4. Keunggulan dan Kelemahan Dokumentasi


Ada beberapa keunggulan dan kelemahan
metode dokumentasi sebagai salah satu metode atau
teknik pengumpulan data yaitu:

a. Keunggulan Dokumentasi
Di antara keunggulan teknik dokumentasi
sehingga layak dipertimbangkan dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
1) Metode dokumentasi menjadi pilihan terbaik bagi
peneliti yang ingin mengetahui masa lampau.
2) Metode dokumentasi menjadi alternatif utama dalam
penelitian kualitatif ketika informan sulit atau bahkan
tidak dapat diwawancarai, seperti informan yang
telah meninggal dunia.
3) Sangat memungkinkan peneliti untuk bersikap
objektif dalam penelitian karena dokumen atau data
tersebut tidak dipengaruhi oleh kehadiran peneliti.

Penelitian Kualitatif 163


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4) Metode dokumentasi dapat menjembatani atau


menghubungkan informasi masa lalu seseorang
dengan masa sekarang.

b. Kelemahan Dokumentasi
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, metode
dokumentasi juga memiliki sisi-sisi kelemahan yaitu:
1) Metode atau teknik dokumentasi kadang kala
membutuhkan penafsiran yang mendalam tatkala
dokumen yang dijumpai menggunakan bahasa
verbal atau simbolik yang sukar dipahami.
2) Dokumen atau tentang seorang tokoh yang tidak
berkenan dipopulerkan dengan alasan tertentu pada
masa lampau kadangkala tidak tersimpan secara baik
atau bahkan tidak ada.
3) Data yang tersedia dalam sebuah dokumen
kadangkala tidak lengkap karena dokumen ditulis
bukan untuk penelitian.
4) Dokumentasi yang tidak lengkap sangat rentan
memberikan petunjuk atau informasi yang tidak
lengkap pula atau bahkan sesat.

164 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 9
ANALISIS DATA

A. Konsep Analisis Data Kualitatif


Analisis data merupakan tahapan terpenting
dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, data-data
yang berserakan dan rancau tidak akan berarti apa-apa
jika tidak dianalisis dengan baik dan benar. Dapat
diibaratkan bahwa data-data berserakan tersebut
layaknya bahan mentah yang harus diolah menjadi
barang jadi dan bermanfaat. Maka dalam proses analisis,
data diatur, diseleksi, dikelasifikasikan dan diolah
sehingga benar-benar menjadi data yang dapat
menjawab permasalahan penelitian.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong
(2013), analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

Penelitian Kualitatif 165


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting


dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceriterakan kepada orang lain. Ada juga yang
mendefiniskan analisis sebagai proses menyusun data
agar dapat ditafsirkan (Nasution, 2003). Sedangkan
menurut Satori dan Komariah (2012), analisis adalah
suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atas fokus
kajian menjadi bagian-bagian sehingga susunan atau
tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan
jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap
maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk
perkaranya. Menurut Sugiyono (2013), analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat simpulan sehingga mudah
dipahami oleh peneliti sendiri dan orang lain. Definisi
yang terakhir senada dengan apa yang dikemukakan
oleh Hennie Boeije (2010), bahwa analisis kualitatif
adalah segmentasi data ke dalam kategori yang relevan
dan penamaan kategori ini dengan kode sementara
secara simultan menghasilkan kategori dari data. Pada
tahap pemasangan kembali kategori yang terkait satu
sama lain untuk menghasilkan pemahaman teoretik dari
fenomena sosial yang diteliti dalam hal pertanyaan
penelitian.

166 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Definisi-definsi di atas nampak saling


menguatkan, sehingga dapat disimpulkan dalan bentuk
definisi yang lebih sederhana bahwa analisis penelitian
kualitatif adalah tahapan penelitian untuk menyeleksi,
mengklasifikasikan dan mengatur data serta
menghubungkan antara data yang satu dengan data
yang lain, agar dapat ditarik simpulan-simpulan.
Jika definisi-definisi di atas dicermati,
sesungguhnya analisis data kualitatif digambarkan
sebagai proses yang menguras tenaga, waktu dan
pikiran. Analisis data melibatkan rangkaian kegiatan-
kegiatan fisik dan pikiran. Nasution mengingatkan agar
peneliti cermat dan bersabar dalam proses analisis data.
Sebab menurutnya, melakukan analisis data adalah
pekerjaan yang sulit.
Jamie Harding (2013) pun mengungkapkan hal
yang sama bahwa discussion of the process of qualitative data
analysis can sometimes bi confusing – diskusi tentang proses
analisis data kualitatif kadang-kadang bias mem-
bingungkan.

B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif


Kadang-kadang analisis data diasumsikan hanya
dapat dianalisis setelah pengumpulan data berakhir.
Padahal analisis data sebenarnya harus sudah dimulai
sebelum peneliti memasuki lapangan penelitian. Analisis
data oleh Nasution disebut juga dengan interpretasi data.
Ia menegaskan bahwa interpretasi (analisis) sebenarnya
harus dilakukan sepanjang penelitian.

Penelitian Kualitatif 167


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Analisis Sebelum di Lapangan


Sebagaimana yang dijelaskan dalam bab
sebelumnya, penelitian kualitatif selalu dimulai dengan
melakukan identifikasi masalah yang dilakukan melalui
observasi awal dan telaah literatur. Setelah kedua
langkah tersebut dilakukan, peneliti melakukan analisis
terhadap data observasi awal dan telaah literatur yang
telah diperoleh, yang dimanfaatkan sebagai landasan
dalam menentukan fokus penelitian. Jadi sebenarnya,
sejak sebelum memasuki lapangan penelitian, peneliti
sudah melakukan analisis data.
Namun demikian fokus penelitian yang
dihasilkan masih bersifat tentatif, yang memiliki peluang
untuk berubah-ubah tergantung perkembangan masalah
di lapangan. Data awal inilah yang dinalisis menjadi
gambaran awal mengenai data dan informasi yang
hendak dikumpulkan dari para informan.

2. Analisis Selama di Lapangan


Analisis data dalam penelitian kualitatif hampir
semuanya dimulai pada waktu pengumpulan data. Jika
analisis data dimulai hanya setelah data terkumpul,
peneliti akan kehilangan banyak kesempatan berharga
yang dapat diambil sekaligus. Menunggu sampai dengan
data terkumpul seluruhnya, kemudian memulai
menganalisisnya dapat menyebabkan beberapa masalah
yang signifikan selama analisis data (Douglas Ezzy,
2002). Ibaratnya peneliti “menyelam sambil minum air”.
Hal tersebut dapat menjadi salah satu upaya strategis
untuk meminimalisir waktu, tenaga dan biaya penelitian.

168 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Namun perlu diperhatikan bahwa hal tersebut


tidak dilakukan sambil melakukan sesi wawancara,
melakukan observasi dan dokumentasi. Namun
dilakukan setelah suatu sesi wawancara, observasi
ataupun dokementasi selesai dalam periode tertentu.
Contohnya peneliti melakukan sesi wawancara atau
observasi ke-1, setelah selesai baru ia boleh menganalisis.
Kemudian melakukan sesi wawancara/observasi ke-2,
setelah wawancara ke-2 berakhir, ia boleh melakukan
analisis, demikian seterusnya. Sebab tidak mungkin
peneliti sambil mendengarkan atau mencatat hasil
wawancara melakukan analisis. Cara tersebut dapat
mencederai kesempurnaan proses wawancara, observasi
dan dokumentasi.
William L. Goodwin and Laura D. Goodwin
(1996) menambahkan bahwa analisis data selama
pengumpulan data memerlukan catatan peneliti
(observer’s commont) atau komentar pewawancara
(interviewer’s comments) segera setelah satu sesi
wawancara lengkap. Komentar-komentar tersebut adalah
pikiran peneliti, perasaan, dan ide-ide untuk tahap
selanjutnya dalam pengumpulan data, gagasan awal
tentang tema dan hubungan, dan sebagainya. Sejalan
dengan itu, peneliti kualitatif menggunakan teknik
penulisan memo untuk dirinya sendiri selama
pengumpulan data, bahkan, ini adalah teknik yang
kadang-kadang disebut sebagai "memoing". Memo ini
adalah ringkasan singkat dari data yang dikumpulkan
dan poin penting yang muncul; memo cenderung

Penelitian Kualitatif 169


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mengalir bebas, informal, dan semakin analitik selama


penelitian berlangsung.
Untuk menganalisis data selama di lapangan,
ada dua teknik yang sering digunakan yaitu teknik Miles
dan Huberman dan Teknik Spradley.

a. Teknik Miles dan Huberman


Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman
(1994) memetakan bahwa ada tiga komponen yang saling
berinteraksi dalam proses analisis penelitian kualitatif
yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display) serta penarikan simpulan dan verifikasi
(conclusion; drawing/verifying). Hal tersebut dapat secara
sederhana dilacak melalui gambar sketsa proses analisis
data model interaktif, berikut ini:

Pengumpulan Penyajian
data Data

Reduksi Data Simpulan

Komponen Analisis Data; Model Interaktif


Perspektif Miles & Huberman (1994)

Dalam diagram tersebut terlihat bahwa


hubungan antar komponen model interaktif dalam

170 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

analisis data kualitatif merupakan proses yang berlanjut,


berulang dan terus-menerus terutama antara reduksi
data dan penyajiannya, antara reduksi dan simpulan,
sehingga pada ahkirnya diperoleh data jenuh.

1) Data reduction (reduksi data)


Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
klasifikasi, penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar/mentah” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Jadi, reduksi data
berfungsi membentuk data-data mentah yang banyak
lagi terserak menjadi data yang lebih kecil dan sederhana
sambil tetap menjaga struktur tujuan penelitian.
Data yang dihasilkan dalam sebuah penelitian
tidak terbatas jumlahnya. Semakin lama peneliti berada
di lapangan, semakin kompleks pula data yang
dihasilkan. Data-data yang terkumpul merupakan data
kasar yang bercampur aduk antara informasi penting
dengan yang tidak mendukung sama sekali berupa kata-
kata dan kalimat-kalimat “sampah“ yang tidak berguna
dalam penelitian. Data-data“kasar atau mentah”dalam
bentuk transkrip tulisan biasanya tertulis dengan kata
atau dan kalimat yang tidak jelas dan kadang-kadang
disingkat-singkat. Dalam bentuk transkrip percakapan,
informasi yang disampai-kan saat wawancara kadang-
kadang isinya tidak beraturan. Jika terus menerus
ditumpuk, data mentah akan semakin semerawut dan
sulit dipilah. Oleh karena itu peneliti harus segera
melakukan langkah awal analisis yaitu reduksi data.

Penelitian Kualitatif 171


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Reduksi data berarti menyaring data-data


“kasar” yang noninformatif menjadi data-data “halus”
yang informatif. Peneliti membuang data-data yang
dianggap “sampah”. Dalam tahapan ini peneliti berusaha
memilih dan memilah data-data yang penting,
mendukung, dan sesuai dengan permasalahan yang
diteliti. Hanya dengan cara inilah diperoleh gambaran
yang jelas mengenai data yang telah terkumpul, yang
pada gilirannya memperlancar proses penelitian
selanjutnya.
Untuk melakukan reduksi dengan baik dan
benar, Parwito (2007) setidaknya merekomendasikan tiga
langakah, yaitu pertama, melibatkan langkah-langkah
editing, pengelompokan, dan meringkas data. Kedua,
menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo)
mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenan dengan
aktivitas serta proses-proses, sehingga peneliti
mendapatkan tema-tema, kelompok, kelompok, dan
pola-pola data. catatan yang dimaksud di sini tidak lain
adalah gagasan atau ungkapan yang mengarah pada
teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui. Catatan
mengenai data atau gejala tertentu dapat dibuat
sepanjang satu kalimat, satu paragraf, atau mungkin
beberapa paragraf. Ketiga, sebagai langkah akhir dari
tahapan reduksi, peneliti menyusun rancangan konsep-
konsep serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan
tema, pola, atau kelompok-kelompok data yang
bersangkutan.

172 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2) Data display (penyajian data)


Display data merupakan tahapan kedua setelah
reduksi data. Display tidak kalah penting dengan proses
reduksi. Melalui proses ini peneliti akan dapat
menemukan data yang lebih jelas dan informatif.
Sehingga tepat bila display didefinisikan sebagai “an
organized, compressed assembly of information that permits
conclusion drawing and action.”– Penyajian data adalah
aktivitas terorganisir, yang dikompresi dengan perakitan
informasi yang memungkinkan menggambarkan
simpulan dan tindakan. Peneliti juga dapat memahami
situasi sosial yang sedang terjadi dalam penelitiannya.
Sehingga ia lebih tahu tindakan apa yang harus
dilakukan selanjutnya.
Untuk memperoleh hasil yang valid, Miles dan
Huberman (1994) mengingatkan agar proses display data
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Semakin baik proses
penyajian, semakin valid pula analisis kualitatif yang
dihasilkan.
Dalam tahapan ini, peneliti menyajikan data
dalam bentuk uraian singkat, yang tersusun dalam
kalimat-kalimat yang sederhana. Kalimat-kalimat
tersebut disusun saling berhubungan satu dengan
lainnya secara naratif. Cara inilah yang paling banyak
digunakan dalam display data (Miles Huberman, 1994).

3) Conclusion; Drawing/verifying
Analisis ketiga yang tidak kalah penting dengan
dua tahapan sebelumnya adalah conclusion, yaitu
menarik simpulan dan melakukan verifikasi data.

Penelitian Kualitatif 173


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Maksimal atau tidak tahapan ini, baik atau tidak


simpulan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
kedua tahapan sebelumnya; reduksi dan display data,
dan kemampuan peneliti mencari tahu makna fenomena,
kejadian, dan benda yang dijumpai sejak permulaan
penelitian. Peneliti juga berusaha mencatat penjelasan
mengenai sebab akibat dan proposisinya, serta
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin terjadi.
Dalam perspektif Miles dan Huberman (1994),
penarikan simpulan hanyalah sebagian dari satu
kegiatan dan konfigurasi yang utuh. simpulan-simpulan
juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Peneliti
sebaiknya mengutamakan sikap kritis, skeptis dan
terbuka untuk mendapatkan simpulan yang valid. Oleh
karena itu simpulan harus diverifikasi terus menerus
hingga diperoleh simpulan “jenuh”, yang tidak
memberikan peluang terhadap simpulan lain. Hal
tersebut dilakukan mengingat penelitian ilmiah adalah
penelitian yang dilakukan secara skeptis dan kritis.
Ketiga tahapan analisis Miles dan Huberman di
atas bila dilakukan dengan baik, benar, cermat dan
tekun, sangat memungkinkan untuk mendapatkan
simpulan yang valid, yang berimplikasi pada temuan
baru yang belum pernah ada, atau dapat pula untuk
mengembangkan temuan yang sudah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono,
2013).

174 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b. Teknik Spradley
Teknik Spradley secara umum terdiri enam
proses analisis, yaitu pengamatan deskriptif, analisis
domein, pengamatan terfokus, analisis taksonomi,
pengamatan terpilih, analisis komponensial, dan diakhiri
dengan analisis tema.

1) Analisis Domain (Domain Analysis)


Salah satu teknik analisis data yang sering
digunakan adalah analisis domain yang dikembangkan
oleh James Spradley. Teknik analisis ini sangat berguna
untuk mengidentifikasi dan membedakan kelas item
dalam konteks kajian budaya. Analisis domain dimulai
dengan menggunakan pertanyaan deskriptif yang
mendorong orang untuk menggambarkan komponen-
komponen dari dunia mereka tinggal (LeCompte dan
Schensul, 2013).
Analisis domain dapat dipahami sebagai proses
awal dalam analisis data di lapangan, sebagai upaya
peneliti dalam menemukan gambaran umum dari data
yang telah dikumpulkan, yang bertujuan untuk
menjawab fokus masalah penelitian. Teknik ini
menuntut peneliti untuk membaca data yang berupa
catatan wawancara atau lapangan (field note) secara
umum dan menyeluruh untuk menemukan domain yang
terdapat dalam data tersebut.
Menemukan domain tidaklah mudah dalam
data-data “kasar/mentah” yang dikumpulkan. Peneliti
harus berusaha membaca dengan teliti dan detail serta
memahaminya secara global. Pemahaman di sini

Penelitian Kualitatif 175


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bukanlah pemahaman mendalam, namun sekadar


pengetahuan awal. Sebab dalam proses ini peneliti
benar-benar dibebankan hanya memahami hal-hal
penting mengenai kata, frasa dan kalimat untuk
menemukan domain.
Untuk mempermudah peneliti menganalisis
dengan teknik domain, maka perlu dibuat guide line
sederhana yaitu sebagai berikut:
a) Tentukan jenis hubungan semantik yang akan Anda
gunakan, apakah ruang (spatial), sebab-akibat (cause-
effect), rasional (rationale), lokasi kegiatan (location of
action), cara ke tujuan (means-end), fungsi (function),
urutan (squence) atribut (atribution), ruang dan
sebagainya (Bungin, 2010)
b) Siapkan lembar kerja analisis domain!
c) Siapkan sampel yang hendak dianalisis!
d) Tentukan istilah acuan dan bagian yang sesuai untuk
menemukan domain!
e) Cek kembali domain yang telah ditemukan!
f) Catatlah domain-domain yang telah ditemukan
dalam bentuk daftar yang teratur!
Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Bungin (2010)
merekomendasikan 6 langkah yang juga dapat dijadikan
pijakan dalam melakukan analisis domain, yaitu sebagai
berikut:
a) Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar
informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan
harian peneliti di lapangan.
b) Menyiapkan kerja analisis domain.

176 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

c) Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan


harian di lapangan.
d) Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori
simbolis dari domain tertentu yang sesuai dengan
suatu pola hubungan semantic.
e) Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk
masing-masing domain.
f) Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh
data yang ada.

Contoh analisis domain hubungan semantik


Implementasi Kurikulum 2013

Hubungan Bentuk Contoh


Sebab-akibat X adalah Pergantian Kurikulum 2006
akibat/akibat menjadi Kurikulum 2013
dari Y disebabkan oleh kebutuhan
masyarakat terhadap pendidikan
yang bermutu
Cara X merupakan Kurikulum 2013 merupakan jalan
mencapai cara memperbaiki sistem pendidikan
tujuan mencapai di Indonesia.
tujuan
Fungsi X berfungsi Kurikulum 2013 diterapkan
untuk Y untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia
Urutan X merupakan Implementasi Kurikulum 2013
tahapan dilaksanakan terlebih dahulu di
setelah Y sekolah-sekolah pilot project,
kemudian semua sekolah secara
nasioanl
Atribut X adalah Pendidikan karakter adalah salah
karakteristik satu karakteristik Kurikulum

Penelitian Kualitatif 177


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

/atribut Y 2013
Lokasi X adalah Madrasah merupakan lokasi
kegiatan lokasi penyelenggaraan Kurikulum 2013
kegiatn Y

2) Analisis Taksonomik (Taxonomy Analysis)


Pada tahapan ini, peneliti berusaha memahami
tiap-tiap domain yang telah ditemukan dalam analisis
domain. Sebab dalam tahapan analisis domain peneliti
sekadar membaca data secara umum, dan tidak
terperinci. Selanjutnya peneliti memfokuskan diri pada
domain yang relevan dengan fokus masalah penelitian.
Setiap domain dirinci menjadi sub-sub domain yang
lebih khusus.
Ada beberapa langkah praktis yang dapat
ditempuh peneliti dalam analisis taksonomi, yaitu
sebagai berikut:
a) Pilih domein untuk dianalisis!
b) Cari persamaan berdasarkan hubungan semantik
yang sama digunakan untuk domein itu!
c) Cari tambahan-tambahan istilah bagian!
d) Cari domein yang lebih besar dan lebih inklusif!
e) Buatlah draft taksonomi sementara!
f) Lakukan wawancara terfokus berdasarkan draft
taksonomi yang telah dibuat!
g) Buat taksonomi secara lengkap berdasarkan hasil
wawan-cara terfokus!

178 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Contoh analisis taksonomi: penelitian tentang


Kurikulum 2013:

Analisis Domain
Atribut/Karakteristik
Kurikulum 2013

Analisis Taksonomik

Pendidikan Pendidikan
Karakter Anti Korupsi

- Jujur
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Berani
- Bermusyawarah
- Kerja keras
- Rajin membaca
- Kepedulian
- Disiplin
- Kemandirian
- Toleransi
- Tanggung jawab
- Demokratis
- Kesederhanaan
- Kerja keras
- Komunikatif
- Dan seterusnya

Penelitian Kualitatif 179


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3) Analisis komponensial (Componential Analysis)


Analisis komponensial berbeda dengan teknik
analisis taksonomi yang menggunakan “pendekatan
non-kontras antarelemen”. Teknik analisis komponensial
adalah teknik analisis yang cukup menarik dan paling
mudah dilakukan. Menurut Bungin (2010), hal tersebut
karena menggunakan “pendekatan kontras antar
elemen”. Namun menurut penulis, mudah atau
sukarnya kedua teknik analisis tersebut tergantung
kemampuan berpikir dan minat peneliti.
Lebih lanjut Bungin menegaskan bahwa teknik
analisis komponensial secara keseluruhan memiliki
kesamaan cara kerja dengan teknik analisis taksonomik.
Hal yang membedakan antara kedua teknik tersebut
adalah hanya pada pendekatan yang digunakan oleh
masing-masing teknik analisis. Teknik analisis
komponensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk
menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan
hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam
domain-domain yang telah ditentukan, untuk dianalisis
secara terperinci. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang
kontras akan dipilah oleh peneliti dan selanjutnya akan
dicari terma-terma yang dapat mewadahinya.
Secara praktis peneliti dapat menempuh
sejumlah langkah dalam menerapkan teknik analisis
komponensial yaitu sebagai berikut:
a. Pilihlah domain yang akan dianalisis!
b. Identifikasi seluruh kontras (perbedaan) yang
ditemukan!
c. Siapkan lembar paradigma!

180 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d. Identifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai!


e. Gabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat
menjadi satu!
f. Siapkan pertanyaan kontras (berlawanan) untuk ciri
yang tidak ada!
g. Lakukan pengamatan terpilih untuk melengkapi
data!
h. Menyiapkan paradigma (pola pikir) lengkap!

4) Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural


Themes)
Analisis ini lebih familiar disebut analisis tema,
yaitu seperangkat prosedur yang dilakukan untuk
memahami secara menyeluruh (holistic) mengenai
pengamatan yang sedang diteliti. Mengapa harus
holistik, sebab setiap kebudayaan merupakan sesuatu
yang terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih
luas.
Menurut Sanapiah dalam Sugiyono (2013)
analisis tema atau discovering cultural themes,
sesungguhnya merupakan upaya mencari benang merah
yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.

Penelitian Kualitatif 181


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

182 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 10
PEMERIKSAAN
KEABSAHAN DATA

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha


peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Ada
beberapa upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam
proses pemeriksaan keabsahan data, berikut ini:

A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti


Perpanjangan kehadiran peneliti yaitu peneliti
berada di lapangan penelitian hingga data yang
dikumpulkan bersifat menjenuhkan. Menurut Moleong
(2013) cara ini dapat;
1. membatasi gangguan dari dampak peneliti pada
konteks,
2. membatasi kekeliruan (biases) peneliti, dan
3. mengkonpensasi pengaruh dari kejadian-kejadian
yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.
Perpanjangan penelitian menjadi salah satu cara
yang dapat digunakan dalam memeriksa kesahihan atau
keabsahan data. Sebab dengan memperpanjang

Penelitian Kualitatif 183


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

kehadirannya, peneliti dapat lebih lama dan lebih


mendalam untuk mempertanyakan mengenai data-data
yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
penelitian. Proses yang demikian panjang dapat
meyakinkan peneliti bahwa data yang telah diperoleh
adalah benar-benar jenuh.

B. Observasi mendalam
Observasi/pengamatan mendalam sebagai salah
satu cara memeriksa keabsahan data dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara lebih teliti dibandingkan
dengan observasi sebelumnya, guna mengecek kevalidan
data yang diperoleh.
Pada tahapan ini kemungkinan data yang
diperoleh lebih akurat jika hubungan peneliti dengan
informan terjalin akrab. sehingga di antara keduanya
telah diikat oleh hubungan emosional secara psikologis,
yang berimplikasi pada sikap saling mempercayai,
terbuka, dan kekeluargaan. Kondisi yang demikian,
memberikan kepastian bahwa data yang diperoleh
diyakini keabsahannya.
Lalu berapa lama peneliti memperdalam
observasinya? Waktu yang dibutuhkan untuk
memperdalam suatu observasi tergantung pada tingkat
kedalaman, keluasan dan kevalidan data yang
diinginkan. Semakin lama, semakin memungkinkan
peneliti menemui data yang mendalam, yaitu peneliti
menemukan makna-makna yang tersembunyi di balik
fenomena yang nampak. Demikian pula semakin lama
observasi dilakukan, keluasan dan kevalidan data sangat

184 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mungkin diperoleh. Biasanya keluasan informasi


diperoleh bilamana muncul masalah baru, sehingga
peneliti menambah fokus penelitiannya, yang
berimplikasi pada tambahan data atau informasi yang
baru. Sedangkan kevalidan melalui observasi mendalam
merupakan pengecekan kembali apakah data yang
diperoleh sesuai dengan kenyataan di lapangan atau
tidak.

C. Pembahasan teman sejawat


Teknik ini lebih gamblang dipahami sebagai
teknik diskusi atau sharing dengan rekan-rekan peneliti
yang kompeten. Peneliti dalam hal ini meminta
pertimbangan atau saran terhadap data yang telah
dikumpulkan, sehingga dapat diketahui data mana yang
kurang dan tidak valid.
Teknik ini menurut Moleong (2013) memiliki dua
manfaat, yaitu: pertama, agar peneliti tetap
mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, dan
kedua, diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu
kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan
menguji hepotesis kerja yang muncul dari pemikiran
peneliti.

D. Triangulasi Data
Secara historis, popularitas triangulasi (peng-
gabungan) sebagai teknik pengumpulan data telah
banyak digunakan pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-
an. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data
yang paripurna dalam penelitian kualitatif. Sebab teknik

Penelitian Kualitatif 185


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

ini dapat meningkatkan validitas dan memperkuat


kredibilitas data temuan.
Menurut Denzin dalam Padgett (1998), data
triangulation is the use of more than one data source
(interview, archival material, observational data etc.) –
Triangulasi data; penggunaan lebih dari satu sumberdata
(wawancara, bahan-bahan arsip, data pengamatan, dll.).
Sedangkan menurut Patton, pada dasarnya istilah
triangulasi berasal dari kosakata navigasi, di mana lokasi
ditentukan oleh jarak dari dua atau lebih titik lain. Dalam
penelitian kualitatif, triangulasi data berarti bahwa
temuan Anda dapat diverifikasi oleh sumber lain.
Triangulasi merupakan strategi yang sangat baik untuk
memastikan kepercayaan, terutama bila dikombinasikan
dengan pemeriksaan peserta (Pitney and Parker, 2009).
Triangulasi berarti bahwa peneliti mengambil
perspektif yang berbeda pada masalah yang diteliti, atau
lebih umum dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Oleh karena itu Anda dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan berikut yang dapat membimbing Anda
dalam mengambil keputusan dalam proses triangulasi:
1. Apakah masalah saya dalam studi ini memerlukan
beberapa pendekatan metodologis?
2. Apakah pertanyaan penelitian saya fokus pada aspek
yang berbeda atau tingkat masalah saya?
3. Apakah saya memiliki beberapa perspektif teoretik
pada masalah saya?
4. Apakah ada tingkat yang berbeda dari informasi yang
saya butuhkan untuk mengumpulkan dan
memahami masalah yang saya diteliti?

186 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

5. Apakah kerangka waktu untuk studi saya dan


sumber daya pada umumnya memungkinkan
triangulasi untuk digunakan?
6. Dapatkah saya berharap peserta saya untuk terkena
beberapa metode atau apakah ini terlalu menantang
mereka? (Uwe Flick, 2009).
Triangulasi adalah gagasan bahwa Anda harus
melakukan lebih dari satu hal dalam sebuah penelitian.
Artinya, Anda seharusnya menggunakan lebih dari satu
metode penelitian, menggunakan dua atau lebih teknik
untuk mengumpulkan data, atau menggabungkan
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu
penelitian. Triangulasi adalah ide yang excellent jika
Anda ingin melihat topik yang sama dari sudut yang
berbeda (Michael D. Myers, 2013).
Jadi, triangulasi secara sederhana dapat
dipahami sebagai teknik pengumpulan data dengan
menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Peneliti yang menggunakan
triangulasi sebagai teknik pengumpulan data sebenarnya
secara langsung dan bersamaan menguji kredibilitas data
yang diperoleh melalui teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Artinya peneliti mengumpulkan data dan
sumber data yang sama dengan teknik-teknik yang
berbeda.
Dalam konteks praktis, triangulasi lebih
mengutamakan keefektifan proses dan hasil yang
diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan
dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang
digunakan sudah berjalan dengan baik. Seperti (1)

Penelitian Kualitatif 187


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

umpamanya peneliti menggunakan wawancara


mendalam dan observasi untuk pengumpulan data.
Pastikan apakah setiap hari telah terhimpun catatan
harian wawancara dengan informan serta catatan harian
observasi; (2) Setelah itu dilakukan uji silang terhadap
materi catatan-catatan harian itu untuk memastikan tidak
ada informasi yang bertentangan antara catatan harian
wawancara dan catatan harian observasi. Apabila
ternyata antara catatan harian kedua metode ada yang
tidak relevan, peneliti harus mengonfirmasi perbedaan
itu kepada informan; (3) Hasil konfirmasi itu perlu diuji
lagi dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa
jadi hasil konfirmasi itu bertentangan dengan informasi-
informasi yang telah dihimpun sebelumnya dari
informan atau dari seumber lainnya. Apabila ada yang
berbeda, peneliti terus menerus menelusuri perbedaan-
perbedaan itu sampai peneliti menemukan sumber
perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian
dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-
sumber lain (Burhan Bungin, 2010).
Dari penjelasn Bungin di atas, maka triangulasi
bertujuan untuk menyelaraskan dan mencocokkan
antara data atau informasi yang diberikan seorang
informan dengan data informan lainnya. Sehingga jika
data-data tersebut tidak saling bertentangan dan menuju
titik jawaban yang sama, dapat dikatakan bahwa peneliti
telah menemukan data jenuh sebagai jawaban dari satu
masalah yang diteliti.

188 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 11
KAJIAN PUSTAKA,
DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka harus ada dalam penelitian
kualitatif. Kajian pustaka oleh para ahli dikemukakan
dengan istilah yang berbeda-beda. Ada yang
mengistilahkan kajian teoretik, studi pustaka, tinjauan
pustaka, acuan teori, ada juga yang mengistilahkan studi
kepustakaan, dan ahli lain mengistilahkan acuan
teoretik. Istilah-istilah tersebut sah-sah saja digunakan
dalam penelitian, namun penulis lebih tertarik
menggunakan istilah “Kajian Pustaka”. Penggunaan
istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada
upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan
teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Bila kita

Penelitian Kualitatif 189


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka


segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan
dalam penelitian.
Jadi inti yang ingin disampaikan dalam bab ini
adalah pemaparan teori-teori yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan, baik teori-teori yang
bersumber dari pendapat para ahli yang dicuplik dari
buku-buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis
dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai
(internet, artikel di koran dll). Keseluruhan upaya
tersebut, dikatakan sebagai upaya “Kajian Pustaka”
untuk penelitian.
Kajian pustaka dalam bagian ini biasanya
disajikan pada bab khusus (biasanya dimunculkan pada
bab II) yang berisi teori yang dibutuhkan untuk
memandu sistematika atau menjelaskan hasil temuan
untuk bahan analisis pada bab berikutnya.
Kajian pustaka dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: pustaka konseptual dan pustaka penelitian.
Pustaka konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-
teori yang ada pada buku-buku, artikel atau makalah
ilmiah yang ditulis oleh para ahli. Sebaliknya pustaka
penelitian meliputi laporan penelitian yang telah
diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah ilmiah.
Bagi para pemula disarankan untuk menggunakan kajian
pustaka yang berasal dari pustaka konseptual, untuk
lebih memudahkan dalam merangkum dan meng-
kategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan.
Dalam hal ini, semua penelitian, baik penelitian
kualitatif maupun kuantitatif bersifat ilmiah, oleh karena

190 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

itu semua peneliti harus berbekal teori. Teori menurut


Neumen (2003) adalah seperangkat konstruk (konsep),
definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Menurut Sugiono (2013) terdapat tiga kriteria
terhadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam
penelitian, yaitu relevansi, kemutakhiran dan keaslian.
Relevansi berarti teori yang digunaan sesuai dengan
permasalahan yang diteliti. Kalau yang diteliti masalah
kepemimpinan, maka teori yang dikemukakan
berkenaan dengan kepemimpinan, bukan teori sikap
atau motivasi. Kemutakhiran berarti terkait dengan
kebaruan teori atau referensi yang digunakan. Keaslian
terkait dengan keaslian sumber, maksudnya supaya
peneliti menggunakan sumber aslinya dalam
mengemukakan teori jangan sampai peneliti mengutip
dari kutipan orang lain, dan sebaiknya dicari sumber
aslinya. Dalam kaitan dengan sumber asli, menurut
penulis tidak masalah peneliti mengutip dari kutipan
orang lain. Yang terpenting adalah adanya kejujuran
penulis untuk mencantumkan sumber di mana kutipan
itu diambil.
Untuk menguasai teori, diharapkan agar para
peneliti rajin membaca. Sumber-sumber bacaan bisa
berbentuk buku-buku, jurnal ilmiah, makalah ilmiah,
kamus, maupun hasil penelitian.
Menurut Sugiono (2013) peneliti kualitatif
dituntut untuk mampu mengorganisasikan semua teori

Penelitian Kualitatif 191


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam


proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan
seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami
permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan
tersebut masih bersifat sementara. Oleh karena itu
landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan
harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti justru
dituntut untuk menemukan teori berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan selama pelaksanaan penelitian.
Terdapat perbedaan mendasar antara peran teori
dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari
teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau
penolakan terhadap teori yang digunakan. Sedangkan
dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas,
dan berakhir dengan suatu teori.
Sesungguhnya kajian pustaka mempunyai
beberapa fungsi, di antaranya: (1) Menyediakan berbagai
konsep atau teori yang relevan dengan penelitian yang
direncanakan; dan (2) Memberi rasa percaya diri bagi
peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konsep
atau teori yang berhubungan dengan penelitian telah
tersedia.

B. Data Temuan
Dalam sub bab ini disajikan berbagai data
temuan lapangan baik data hasil observasi, wawancara
maupun dokumentasi. Data-data yang ditampilkan
adalah data sesungguhnya atau apa adanya berdasarkan

192 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

temuan peneliti saat berada di lapangan. Paparan data


hasil observasi harus dikuatkan dengan hasil wawancara
dari berbagai sumber yang relevan sesuai dengan apa
yang diharapkan dalam rumusan masalah serta
dikuatkan juga dengan data-data yang yang didapatkan
dari hasil sudi dokumentasi.
Data hasil wawancara yang ditampilkan dalam
sub bab ini hanya cuplikan-cuplikan inti dari masing-
masing narasumber. Adapun cuplikan utuh hasil
wawancara dari berbagai sumber dimunculkan pada
halaman lampiran.
Data-data yang ditampilkan harus tersusun
secara sistematis dan harus bisa menjawab semua
pertanyaan yang tercantum di dalam rumusan masalah.
Jika dalam satu penelitian terdapat 4 (empat) rumusan
masalah, maka data temuan harus bisa menjawab empat
pertanyaan tersebut.

C. Pembahasan
Pembahasan harus dilakukan secara tepat,
cermat dan sistematis. Uraian kalimat pada pembahasan
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
tertera pada rumusan masalah, dan harus singkron
dengan data temuan.

Penelitian Kualitatif 193


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

194 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 12
DATA DAN KRITERIANYA

A. Definisi Data
Data, dalam bahasa Inggris merupakan bentuk
plural dari “datum” yang berarti materi atau kumpulan
fakta yang dipakai untuk keperluan analisis, diskusi,
presentasi ilmiah, atau tes statistik. Ada juga yang
mendefinsikan data sebagai “the description of things and
events that we face” - deskripsi dari sesuatu dan kejadian
yang kita hadapi. Secara umum data adalah “a structured
codification of single primary entities, as well as of transactions
involving two or more primary entities”. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), data
diterjemahkan sebagai berikut: (1) kenyataan yanga ada,
yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun
pendapat; (2) keterangan yang benar; (3) keterangan atau
bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyidikan.
Pada laman Boston University Libraries (diakses
16/10/2013) dirilis bahwa “research data is data that

Penelitian Kualitatif 195


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

collected, observed or created for purposes of analysis produce


original research result.” – data penelitian merupakan data
yang dikumpulkan, diamati, atau dibuat untuk tujuan
analisis untuk menghasilkan penelitian yang asli.
Dalam website University of Leicester (diakses
16/10/2013), data penelitian didefiniskan sebagai
“recorded factual material commonly retained by and accepted
in the scientific community as necessary to validate research
findings…” – bahan faktual yang direkam, yang secara
umum dipertahankan oleh dan diterima dalam
komunitas ilmiah yang diperlukan untuk memvalidasi
temuan penelitian.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa data penelitian dipahami sebagai informasi yang
sebenarnya, sesuai fakta atau apa adanya, yang diperoleh
melalui proses pengumpulan, pengamatan yang dapat
dijadikan sebagai sumber analisis dalam suatu penelitian
ilmiah, yang bertujuan untuk memvalidasi temuan dan
menghasilkan penelian yang original.

B. Kriteria Data
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu
harus diketahui kriteria data yang akan dikumpulkan
berdasarkan sumber, cara memperoleh data dan waktu
pengumpulan data.

1. Data Berdasarkan Sumbernya


Dalam setiap penelitian, data dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu data internal dan external.
Data internal merupakan data yang bersumber dari

196 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dalam seseorang atau sebuah instansi semisal lembaga,


organisasi, dan sekolah yang diteliti. Data tersebut
merupakan informasi yang menggambarkan kondisi,
aktifitas, program atau struktur di dalamnya. Contohnya
penelitian terhadap seseorang (penelitian pemikiran
tokoh). Dalam penelitian tersebut data internalnya dapat
berupa informasi sifat, karakter, riwayat hidup dan
pemikiran-pemikirannya dalam bidang tertentu. Dalam
penelitian terhadap sebuah instansi, data internalnya
dapat berupa struktur kepengurusan yayasan, daftar
inventaris, grafik perkembangan yayasan, persepsi
anggota yayasan dan sebagainya.
Sedangkan data eksternal merupakan data yang
bersumber dari luar instansi yang diteliti. Data ini
menggambarkan kondisi, kegiatan atau persepsi
masyarakat di luar organisasi yang diteliti. Misalnya
tanggapan masyarakat terhadap seorang tokoh atau
terhadap suatu instansi yang diteliti.

2. Data Berdasarkan Cara Memperolehnya


Berdasarkan kriteria ini, data diklasifikasikan
menjadi dua kelompok yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan
secara langsung oleh peneliti sebagai orang yang
memiliki kepentingan terhadap data tersebut. Contohnya
lembar observasi langsung, transkrip rekaman
wawancara, dan sebagainya yang diperoleh dan diolah
langsung oleh peneliti sendiri. Sedangkan data sekunder
merupakan kebalikan dari data primer, yaitu data yang
dikumpulkan secara tidak langsung oleh peneliti sendiri,

Penelitian Kualitatif 197


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

misalnya data yang terkait dengan sebuah penelitian


yang diperoleh dari surat kabar, buletin, majalah, jurnal
dan referensi lainnya, baik yang dipublikasikan maupun
yang tidak.

3. Data Berdasarkan Waktu Pengumpulannya


Kriteria ini mengelompokkan data menjadi dua
yaitu: cross-section, time series dan data panel. Pertama,
data cross-section merupakan data yang dikumpulkan
pada waktu tertentu yang mendeskripsikan keadaan
pada saat itu. Misalnya data perkembangan peserta didik
grafik seluruh madrasah di kecamatan x per tahun 2012.
Kedua, data time series atau data berkala merupakan data
yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yang
menggambarkan kondisi, kecenderungan, minat dan
sebagainya sesuai priode pengumpulan data. Contoh:
nilai rata-rata siswa per minggu dalam bulan Januari.
Data-data penelitian tersebut baik dalam riset
tradisional maupun digital dapat berbentuk dokumen
(teks, kata-kata), catatan lapangan, buku harian,
notebook, transkrip, kuesioner, kaset audio dan video,
foto, film, slide, artefak, koleksi materi digital yang
diperoleh dan dihasilkan selama proses penelitian, file
data, dan lain-lain (University of Leicester, diakses
17/10/2013).

198 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 13
PENUTUP
(Bagian Akhir Penelitian)

Dalam bagian akhir sebuah laporan ilmiah lazim


ditutup oleh bab penutup yang biasanya berisi dua poin
pokok yaitu simpulan dan saran.

A. Simpulan
Simpulan merupakan bagian akhir dari sebuah
laporan penelitian. Simpulan bukan ikhtisar atau
rangkuman dari bab sebelumnya, melainkan hasil
pemikiran reflektif yang mewakili muatan utama dalam
penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Pada bagian
ini peneliti berusaha menyimpulkan secara singkat,
padat dan jelas serta komprehensif dan holistik. Peneliti
dalam menyimpulkan hasil penelitiannya, hendaknya
dilakukan secara deskriptif dan menghindari simpulan
dalam bentuk pointer.

Penelitian Kualitatif 199


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Untuk menghasilkan simpulan yang baik, ada


beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan yaitu
sebagai berikut:

Langkah pertama : Mulailah menguraikan per-


masalahan penelitian secara garis
besar dan deskriptif!
Langkah kedua : Ringkaslah secara deskriptif isi
setiap bab yang ada dalam
penelitian!
Langkah ketiga : Uraikan secara deskriptif
mengenai hubungan setiap fakta
dengan permasalahan sehingga
menghasilkan simpulan berupa
jawaban dari permasalahan yang
diteliti!
Langkah : Uraikan implikasi, dampak dari
keempat simpulan atau jawaban penelitian
jika ada!
Langkah kelima : Konsistenlah terhadap simpulan
yang dibuat sehingga memiliki
relevansi dengan bab-bab
terdahulu sesuai dengan
pertanyaan dalam rumusan
masalah!

B. Saran
Yang dimaksud saran dalam bab penutup
sebuah karya ilmiah semisal skripsi, tesis dan disertasi
adalah rekomendasi. Peneliti merekomendasikan

200 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mengenai kemungkinan adanya penelitian lanjutan


yang dapat dilakukan oleh peneliti berikutnya yang
relevan dengan penelitian. Sehingga rekomendasi
tersebut merupakan jalan untuk menemukan
permasalahan-permasalahan baru yang layak untuk
diteliti dengan topik dan tema yang sama.
Di samping itu, saran juga dapat berupa
masukan kepada instansi/lembaga yang dijadikan
objek penelitian, serta karyawan dan stakeholders-nya.
Biasanya uraian saran ditulis dalam bentuk pointer.
Karena antara saran yang satu dengan yang lainya
berbeda-beda tergantung kepada pihak mana saran itu
dialamatkan.

Penelitian Kualitatif 201


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

202 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 14
SISTEMATIKA
PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN

A. Pendahuluan
Pedoman penulisan proposal dan laporan
penelitian bukanlah sesuatu yang baku. Masing-masing
institusi/ lembaga/organisasi penyelenggara penelitian
memiliki pedoman yang berbeda-beda. Namun ada
bagian-bagian yang lazim dipergunakan oleh semua
instansi. Oleh karena itu, bagian ini akan membahas hal-
hal umum yang berhubungan dengan penulisan
proposal dan laporan penelitian secara teknis.
Bagian ini sangat penting diperhatikan oleh
peneliti. Aturan teknik penulisan secara umum
sesungguhnya bertujuan untuk mengarahkan tulisan
proposal dan laporan penelitian menjadi sesuatu yang
memiliki nilai estetika.

Penelitian Kualitatif 203


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

B. Teknik Penyajian Proposal dan Laporan Penelitian


1. Penyajian Verbal
Menurut Soemanto (2008) penyajian verbal
adalah penyajian hasil penelitian dalam bentuk kata-
kata. Sebenarnya bukan hanya penyajian hasil penelitian,
namun juga penyajian proposal. Proposal dan laporan
penelitian merupakan karya ilmiah yang harus
diperhatikan teknik penyajian verbalnya.
Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti yaitu:
a. Jelas dan Tegas
Penulis/peneliti menulis gagasan-gagasannya
dengan jelas. Kata-kata yang ambigu dan
membutuhkan penafsiran harus benar-benar
dihindari. Kejelasan dan ketegasan sebuah gagasan
tergantung kemampuan penulis memilih kata-kata
dan menggunakan kalimat yang efektif. Jadi proposal
dan atau laporan penelitian benar-benar dapat
meyakinkan pembacanya.
b. Obyektif.
Obyektif adalah lawan dari kata subjektif. Penulis
menuangkan seluruh gagasannya secara “apa
adanya” sesuai fakta yang terjadi. Ia tidak boleh
melibatkan perasaan dan keinginannya secara
subjektif. Sikap objektif merupakan salah satu dari
kelengkapan sebuah karya ilmiah. Semakian objek
penulis memposisikan dirinya, karya yang dihasilkan
pun makin ilmiah.

204 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

c. Ringkas
Kalimat yang digunakan hendaknya ringkas, namun
memiliki makna yang padat. Demikian pula susunan
paragrapnya. Keringkasan kalimat dan paragrap
dapat dipahami isinya dengan mudah, dan
sebaliknya akan sulit dipahami bila kalimat dan
paragrap yang dibuat terlalu panjang dengan anak
kalimat yang banyak.
d. Selektif.
Ada sejumlah kata yang harus dihindari dalam
sebuah karya ilmiah semisal proposal dan laporan
penelitian. Seperti penggunaan kata ganti “aku”,
“saya”, “kami”, dan “kita”, termasuk kata “penulis”
atau “peneliti” harus dihindari, dan diganti dengan
kalimat intransitif.
Contoh:
Sebagaimana yang sering kita/saya/penulis/peneliti
dengar bahwa ...
(sebaiknya diganti dengan)
Sebagaimana yang sering didengar bahwa ...

2. Penyajian Skematis dan Matematis


Penyajian skematis adalah penyajian proposal
atau laporan penelitian dalam bentuk skema, diagram
dan atau ilustrasi. Sedangkan penyajian matematis
merupakan penyajian berupa angka-angka dan simbol-
simbol. Bentuk skematis dan matematis sering
digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Kedua penyajian tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran ringkas agar lebih mudah dipahami. Dalam

Penelitian Kualitatif 205


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penyajian ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,


yaitu sebagai berikut:
a. Isi tabel tidak perlu dideskrispsikan panjang lebar
lagi. Sebab, penyajian tabel dimaksudkan untuk
meringkas data yang banyak sehingga mudah
dicermati dan dipahami.
b. Tabel yang efektif adalah tabel yang disajikan dalam
satu halaman utuh, agar lebih mudah dipahami
isinya. Sehingga seorang penulis perlu menghindari
pemotongan suatu tabel dalam bentuk terpisah.
c. Agar mudah dilacak hendaknya tabel dinomori.
d. Kata TABEL beserta nomornya diketik di tengah-
tengah halaman kertas.
e. Ukuran, keterangan atau simbul matematis sebaiknya
disingkat, umpanya: persen ditulis %, nomor ditulis
no., tanggal ditulis dengan tgl. dan sebagainya.

3. Penyajian Visual
Penyajian visual adalah penyajian hasil
penelitian dengan menampilkan grafik-grafik, peta,
gambar, dan sebagainya. Penyajian visual biasanya
dimaksudkan sebagai kombinasi atau pelengkap sajian
matematis dan verbal. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penyajian visual:
a. Sajian visual hendaknya ditempatkan di belakang
uraian matematis atau verbal mengenai hal yang
relevan serta masih dalam teks.
b. Tidak seperti dalam tabel, nomor, dan judul
gambar/sajian visual hendaknya ditempatkan di
bawah sajian visualnya (Soemanto, 2008)

206 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Teknik Penulisan
1. Jenis dan Ukuran Kertas
Jenis kertas yang umum digunakan pada
penulisan proposal dan laporan penelitian adalah kerta
HVS berukuran A4 dengan ukuran margin; tepi kanan 3
cm., tepi kiri 4, tepi atas 4, dan tepi bawah 3.

2. Jenis dan Ukuran Huruf (Font).


Jenis huruf yang umum digunakan dalam karya
ilmiah termasuk proposal dan laporan penelitian adalah
jenis Times New Roman dengan ukuran 12 pt.

3. Penomoran, tanda baca dan simbol


Angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya)
biasanya digunakan sebagai penomoran halaman pada
bagian depan laporan penelitian. Sedangkan angka 1, 2,
3, dan seterusnya digunakan pada halaman isi proposal
yang dimulai dari bagian latar belakang hingga akhir,
dan isi laporan penelitian yang dimulai dari bab
pendahuluan sampai bab penutup.
Nomor halaman pertama proposal dan nomor
halaman pertama laporan penelitian dalam setiap
halaman babnya, biasanya ditulis di bagian tengah
bawah antara margin kiri dan kanan, yang berjarak 1,5
cm dari margin bawah. Sedangkan nomor halaman isi 2,
3, 4 dan seterusnya ditempatkan pada bagian pojok
kanan yang berjarak 1,5 cm dari margin atas dan 0 cm
dari margin kanan.
Penomoran bab ditulis dengan angka Romawi
besar (I, II, III dan seterusnya), kemudian sub bab ditulis

Penelitian Kualitatif 207


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dengan huruf besar atau kapital (A, B, C, D dan


seterusnya), anak sub babnya ditulis dengan angka (1, 2,
3, 4 dan seterusnya). Penulisan nomor bagian dari anak
sub bab ditulis dengan huruf kecil (a, b, c, d, dan
seterusnya). Kemudian bagian-bagian berikutnya ditulis
dengan angka 1, 2, 3, 4 dan seterusnya yang diikuti
kurung penutup. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dalam
contoh berikut ini:

Contoh:
BAB I
A. ………….
1. ………….
2. ...............
a. …………
b. ..............
1) ………….
2) ...............
a) …………..
b) ................
(1) …………
(2) ..............
(a) …………
(b) ..............
B. …….
1. ……….
2. .............
a. ………
b. ...........
1) ………

208 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2) ...........
a) .........
b) .........
(1) ........
(2) ........
(a) .........
(b) ......... demikian seterusnya.

4. Istilah Asing dan Daerah


Penulisan istilah-istilah asing atau daerah yang
belum ditemukan terjemahannya dalam baasa Indonesia
diberi garis bawah (underline) atau dicetak miring (italic).
Contoh:
Transfer of technology (Inggris)
Ora Ono (Jawa)
Ara-ara bae (Lombok)
Nyaman Tunu’ (Sumbawa Barat)
Dll.

5. Footnote
Dalam penulisan proposal, laporan penelitian
dan karya-karya ilmiah lainnya, penyebutan rujukan
tambahan menggunakan format catatan kaki (footnote).
Footnote merupakan salah satu aplikasi otomatis dalam
lembar kerja micrisoft word. Jadi catatan kaki tidak ditulis
(diketik) secara “manual”. Jika ditulis secara manual,
catatan kaki tidak akan teratur.
Bagi penulis pemula, aplikasi footnote dapat
diakses melalui langkah-langkah manual berikut:

Penelitian Kualitatif 209


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a) Bukalah halaman kerja baru maka akan muncul


deretan menu aplikasi di bagian atas halaman.
b) Pilihlah menu “references” dan klik!
c) Setelah itu akan muncul menu pilihan dan pilihlah
“insert footnote”!Setelah itu foot note akan secara
otomatis berfungsi.
Atau, dapat pula diakses secara langsung dengan
menekan tombol (Alt+Ctrl+F).
Menulis footnote tidak terlepas dari aturan-aturan
yang harus diikuti secara umum. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a) Catatan kakiy ang merujuk kepada buku secara
teknik dimulai dengan menulis nama pengarang
tanpa gelar apapun di depan dan belakang nama,
kemudian diikuti tanda koma (,), judul buku yang
ditulis dengan model Italic (miring), tanda kurung
pembuka, nama tempat terbit, tanda titik dua (:),
spasi, nama penerbit, tanda koma (,), tahun terbit,
tanda tutup kurung, nomor halaman buku, dan
diakhiri dengan tanda titik (.).

Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan; Tinjauan
Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012), 99.

b) Jika buku tersebut dikutip kembali tanpa diselingi


oleh buku yang lain, tidak perlu ditulis lengkap,
melainkan cukup ditulis Ibid. yang dicetak miring,
diikuti oleh tanda koma, nomor halaman buku,
kemudian tanda titik.

210 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan;
Tinjauan Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012),
99.
Ibid., 95.
Ibid., 30. Dan seterusnya.

c) Jika buku tersebut dikutip kembali dan diselingi oleh


buku yang lain, cukup ditulis nama populer
pengarang buku, tanda koma, dua kata dari judul
buku, tanda koma, nomor halaman, dan
mengakhirinya dengan tanda titik.
Contoh:
Sobry, Manajemen Pendidikan, 45.

d) Jika dua buku dijadikan rujukan secara berurutan


dengan pengarang yang sama tetapi berlainan judul,
penulisannya utuh seperti penulisan yang pertama
(lihat point a).
Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan:
Tinjauan Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012),
99.
M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran
(Lombok: Holistika, 2013), 37.

e) Jika artikel dalam jurnal dikutip, komponen


footnotenya adalah nama penulis artikel tanpa gelar di
depan dan belakang, tanda koma, judul artikel ditulis

Penelitian Kualitatif 211


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

biasa (tidak Italic/mirig) yang diapit antara dua tanda


petik, tanda koma, nama jurnal, nomor jurnal (jika
ada), tanda koma, nomor volume (jika ada), tanda
kurung pembuka, bulan terbit, tanda koma, tahun
terbit, tanda tutup kurung, dan nomor halaman yang
diakhiri tanda titik.
Contoh:
Prosmala Hadisaputra, “Pemanfaatan Potensi
Lokal: Upaya Strategis dalam Pemberdayaan
Masyarakat”, Komunitas: Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam, Vol. 6 (Desember, 2013), 34.

f) Bila artikel dalam buku “bunga rampai” dikutip,


penulisan footnote-nya hampir sama dengan penulisan
footnote artikel dalam jurnal. Nama pengarang tanpa
gelar apapun di depan dan belakang, tanda koma,
judul artikel diapit oleh dua tanda petik, tanda koma,
bubuhan kata “dalam”, nama lengkap editor,
bubuhan singkatan “Ed.” di antara dua kurung, judul
buku “bunga rampai”, tanda kurung pembuka, nama
tempat terbit, tanda titik dua, nama penerbit, tahun
terbit, tanda kurug penutup, nomor halaman, dan
tanda titik.

Contoh:
Nur Syam, “Penguatan Kelembagaan Ekonomi
Berbasis Pesantren”, dalam A. Halim dkk. (Ed.),
Manjemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005), 248.

212 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Joan Dean, “Organising Learning”, dalam


Margaret Preedy at. al. (Ed.), Educational Management:
Strategy, Quality, and Resources (Berkshire: Open
University Press, 1997), 95.

g) Jika artikel tersebut dikutip dari surat kabar/koran,


footnote-nya dimulai dengan menulis nama penulis
artikel, tanda koma, judul artikel di antara dua tanda
petik, tanda koma, nam surat kabar/koran, tanda
kurung pembuka, tanggal, bulan dan tahun publikasi,
tanda kurung penutup, tanda koma, nomor halaman
dan tanda titik.
Contoh:
Prosmala Hadisaputra, “Pentingnya Pendidik-
an Lingkungan Hidup”, Lombok Post, (17 Januari
2013), 9.

h) Jika materi kutipan diambil dari skripsi, tesis, atau


disertasi yang tidak atau belum diterbitkan, penulisan
footnote-nya ditulis mulai dari nama penulis
skripsi/tesis/disertasi, tanda koma, kemudian judul
skripsi/tesis/disertasi yang ditulis dalam posisi tegak
(tidak Italic) di antara dua tanda petik, tanda kurung
pembuka, tulisan “skripsi” jika skripsi, “tesis” jika
tesis, dan “disertasi” bila karya tesebut merupakan
disertasi, kemudian tanda koma, nama institusi,
lokasi instusi, tahun ditulis, tanda kurung penutup,
tanda koma, nomor halaman, dan terakhir tanda titik.
Contoh:

Penelitian Kualitatif 213


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

M. Sobry, .........................................................................
(Tesis, Universitas Sebelas maret, Surakarta, ........)
M. Sobry,
..............................................................................
(Disertasi, Uninus, Bandung, ......)

i) Jika materi yang dikutip adalah ayat al-Qur’an,


footnote-nya dimulai dengan menulis Q.S., nama
surah, spasi, nomor surat di antara dua tanda kurung,
tanda titik dua, nomor ayat, dan tanda titik.
Contoh:
Q.S. al-Baqarah (1): 56.

j) Jika materi yang dikutip adalah hadis, footnote-nya


dimulai dengan menulis nama lengkap perawi hadis,
nama kitab hadis dengan cetak miring (Italic), tanda
kurung pembuka, tempat terbit, tanda titik dua, nama
penerbit, tanda koma, tahun terbit jika ada, jika tidak
ada cukup ditulis “tt.” (tanpa tahun), tanda kurung
penutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda
titik.
Contoh:
Abî Dâwûd Sulaimân bin Al-Asy’ats Al-
Sajastânî, Sunan Abî Dâwûd (Riyadh: Bayt al-Afkâr al-
Dawliyyah, tt.), 157.

k) Jika materi yang dikutip bersumber dari buku


terjemahan, footnote-nya dapat ditulis dengan
pertama-tama menulis nama lengkap pengarang
tanpa gelar apapun, judul buku setelah

214 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diterjemahkan yang ditulis miring, membubuhkan


kata “ter.” Yang diikuti dengan nama lengkap
penerjemah tanpa gelar apapun, tanda kurung
pembuka, nama tempat terbit, tanda titik dua, nama
penerbit, tanda koma, tahun terbit, tanda kurung
penutup, nomor halaman, dan diakhiri tanda titik.
Contoh:
W. Montgomery Watt, Pengantar Studi Al-
Qur’an, ter. Taufik Adnan Amal (Jakarta: Rajawali
Press, 1991), 83.

Jika penerjemahnya dua orang, kedua nama


pengarangnya harus ditulis lengkap tanpa gelar apapun.
Contoh:
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu Versus
Waktu Lima, ter. Noor Kholis dan Hairus Salim HS.
(Yogyakarta: LKiS, 2000), 105.

Jika penerjemahnya lebih dari dua orang, cukup


ditulis nama pengarang pertama tanpa gelar apapun dan
dibubuhi “dkk.” (dan kawan-kawan).
Sa’ad Riyadh, Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah,
ter. Abdul Hayyie al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2007). 7.

l) Jika materi kutipan bersumber dari internet, cotoh


pengutipannya sebagai berikut:
M. Sobry Sutikno, “.............................................” dalam
http//www.sobrycenter.com, diunggah tanggal 03
Mei 2013, pukul 19.25 WITA.

Penelitian Kualitatif 215


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Jika materi bersumber dari wikipedia dan website


yang tidak memiliki penulis jelas, contoh footnotenya
sebagai berikut:
www.wikipedia.org., diunduh pada 10 April 2013,
pukul 20.01 WITA.

m) Jika mem-footnote hasil wawancara, terlebih dahulu


ditulis nama sumber/informan, kemudian dibubuhi
kata wawancara yang ditulis miring (Italic), tanda
koma, lokasi wawancara, tanda koma, tanggal
wawancara serta bulan dan tahunnya yang diakhiri
tanda titik.
Contoh:
L. Sohimun Faishal, wawancara, Mataram, 27 Maret
2013.

n) Jika memfootnote hasil observasi, terlebih dahulu


ditulis kata observasi yang ditulis miring (Italic),
kemudian tanda koma, tanggal beserta bulan dan
tanggalnya yang diakhiri tanda titik.
Contoh:
Observasi,11 Januari 2013.

6. Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah termasuk proposal
dan laporan penelitian, kutipan dibagi menjadi dua,
yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah teknik mengutip yang
dilakukan secara langsung dengan menukil kalimat-
kalimat yang ada di dalam buku yang dijadikan rujukan,

216 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tanpa mengubah bunyi dan redaksi materi yang dikutip.


Kalimat yang dinukil sama dengan kalimat yang ada di
buku sumber rujukan. Sedangkan kutipan tidak
langsung adalah kutipan yang dilakukan secara tidak
langsung yaitu dengan mengutip gagasan-gagasan yang
terdapat dalam buku yang dijadikan rujukan.
Kutipan langsung dibagi menjadi dua yaitu
kutipan langsung kurang dari lima baris dan kutipan
langsung lima baris atau lebih. Kutipan yang kurang dari
lima baris biasanya ditempatkan dalam teks, yang diapit
di antara dua tanda petik, dan jarak spasi yang
digunakan adalah dua spasi. Sedangkan kutipan
langsung lima baris atau lebih ditempatkan di bawah
teks yang mendahuluinya. Kutipan tersebut menjorok
masuk 8 atau 7 ketukan. Ada pula yang menggunakan 5
ketukan. Biasa-nya disesuaikan dengan letak alenia. Bila
ketukan alenia menggunakan 8, ketukan kutipan
langsungnya menggunakan 8 ketukan, dan seterusnya.

7. Daftar Pustaka/Referesensi
Mencantumkan daftar pustaka merupakan suatu
yang mutlak dilakukan di dalam sebuah karya ilmiah. Di
samping untuk memperjelas sumber yang digunakan,
juga merupakan etika intelektual seorang penulis.
Referensi yang dimasukkan dalam daftar
pustaka adalah refrensi yang dikutip. Refresensi yang
hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak
dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar
rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang

Penelitian Kualitatif 217


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus


dicantumkan dalam daftar rujukan.
Adapun teknik penulisan daftar pustaka
pertama-tama dimulai dengan menulis nama lengkap
pengarang tanpa gelar depan dan belakang, tanda titik,
tahun terbit, tanda titik, judul buku yang ditulis miring
(Italic), tanda titik, tempat terbit, tanda dua titik, nama
penerbit, dan diakhiri tanda titik.
Perlu diketahui bahwa penulisan nama
pengarang dalam daftar pustaka dapat ditulis dalam dua
model, yaitu pertama mempoisisikan nama belakang
berada didepan. Kedua, tidak melakukan reposisi letak
nama depan dan akhir. Artinya nama ditulis utuh tanpa
dibalik.
Contoh daftar pustaka dengan memposisikan
nama belakang berada di depan, sebagai berikut:

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam. Jakarta: PT.


Logos Wacana Ilmu.
Jabali, Fu’ad. 2010. Sahabat Nabi: Siapa, ke Mana, dan
Bagaimana.Jakarta: PT. Mizan Publika.
Sobry Sutikno, M. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Lombok: Holistica.

Contoh daftar pustaka dengan tidak melakukan


reposisi letak nama, sebagai berikut:

Masnur Muslichah. 2007. KTSP: Pemebelajaran


Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.

218 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Zakiah Darajat. 2010. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan


Bintang.
M. Sobry Sutikno. 2014. Metode dan Model-model
Pembelajaran. Lombok: Holistica.

8. Transliterasi Arab-Latin
Transliterasi Arab-Latin dilakukan bilamana
terdapat kata atau frase dalam bahasa Arab yang belum
diindonesiakan. Penulisannya dapat mengacu pada
pedoman transliterasi berikut ini:

Arab Latin Arab Latin Diptong/Ma


d
‫ا‬ A ‫ط‬ TH ‫آ‬ Â/â
‫ب‬ B ‫ظ‬ ZH ‫إِي‬ Î/î
‫ت‬ Ts ‫ع‬ ‘ ‫أُو‬ Û/û
‫ج‬ J ‫غ‬ Gh ‫أو‬ Aw
‫ح‬ H ‫ف‬ F ‫أَي‬ Ay
‫خ‬ KH ‫ق‬ Q
‫د‬ D ‫ك‬ K
‫ذ‬ Dz ‫ل‬ L
‫ر‬ R ‫م‬ M
‫ز‬ Z ‫ن‬ N
‫س‬ S ‫و‬ W
‫ش‬ SY ‫ه‬ H
‫ص‬ SH ‫ء‬ ‘
‫ض‬ DL ‫ي‬ Y

Penelitian Kualitatif 219


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

220 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 15
PENELITIAN CAMPURAN
(MIXED METHODS);
SEBUAH PENGATAR

A. Konsep Penelitian Metode Campuran (Mixed


Methods)
Mixed Methods dilihat dari penamaannya yang
berarti “metode campuran”, dapat diketahui bahwa
metode ini diterapkan dengan mencampurkan metode
kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian. Secara
logika, penggabungan kedua metode tersebut dalam satu
penelitian tentu lebih kuat dan lengkap dari pada
menggunakan salah satu di antara keduanya. Sebab
metode campuran merupakan pendekatan yang tidak
hanya kuat dalam proses pengumpulan dan analisis
data, namun juga dalam kesatuan fungsi di antara
keduanya.
Secara historis mixed method telah dikenal sejak
tahun 1950-an dan seterusnya hingga tahun 1980-an.
(Creswell & Clark, 2010) Pada tahun 1959 dua orang

Penelitian Kualitatif 221


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

psikolog Campbell dan Fiske mencoba menggunakan


banyak metode (multi-methods) dalam meneliti kebenaran
watak-watak psikologis. Dalam proses penelitian,
mereka berdua menggunakan multimethods untuk
mengupulkan data-data penelitian.
Sedangkan Secara konseptual, metode campuran
memiliki ragam definisi di antaranya:
1. Menurut Cresswell dan Clark (2011), metode
campuran merupakan desain penelitian dengan
asumsi-asumsi filosofis serta metode inkuiri. Sebagai
sebuah metodologi, ia melibatkan asumsi-asumsi
filosofis yang memandu arah pengumpulan dan
analisis campuran pendekatan kualitatif dan
kuantitatif dalam banyak tahapan proses penelitian.
Sebagai sebuah metode, berfokus pada pengumpulan,
analisis, dan pencampuran kedua pendekatan
kuantitatif dan kualitatif, dalam kombinasi,
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
masalah penelitian.
2. Menurut Tashakkori & Teddlie (2010), metode
campuran (Mixed Method/MM) didefinisikan sebagai
jenis desain penelitian dimana pendekatan kualitatif
dan kuantitatif digunakan dalam ragam jenis
pertanyaan, metode penelitian, pengumpulan data
dan prosedur analisis, dan atau kesimpulan.
3. Greene dalam Tashakkori & Teddlie (2010)
“intentional use of more than one method, methodology,
and/or methodological tradition in same study or program
of research– Penggunaan sengaja lebih dari satu

222 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

metode, metodologi, dan/atau tradisi metodologis


dalam studi atau program penelitian yang sama.
4. Bryman dalam Tashakkori & Teddlie (2010) “research
that entails the collection and analysis of quantitative and
qualitative data within a single project” – Penelitian yang
memerlukan pengumpulan dan analisis data
kuantitatif dan kualitatif dalam satu proyek.

B. Mengapa Mixed Methods digunakan?


Bergumulnya dua pendekatan dalam satu
penelitian merupakan sebuah kekuatan dalam proses
penelitian. Mixed methods menjadi sebuah pendekatan
yang layak dipertimbangkan dalam penelitian, terutama
penelitian berskala luas semisal desertasi. Creswell &
Clark (2011) memaparkan sebagian di antara alasan
mengapa metode ini layak digunakan dalam penelitian,
yaitu:
1. Metode campuran penelitian memberikan kekuatan
yang mengimbangi kelemahan dari kedua penelitian
kuantitatif dan kualitatif.
2. Metode campuran penelitian membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab
oleh kuantitatif pendekatan kualitatif saja.
3. Metode campuran dapat menjembatani kesenjangan
yang kadang-kadang berlawanan antara peneliti
kuantitatif dan kualitatif.
4. Metode campuran penelitian mendorong peng-
gunaan beberapa pandangan dunia, atau paradigma,
bukan asosiasi khas paradigma tertentu dengan

Penelitian Kualitatif 223


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian kuantitatif dan lain-lain untuk penelitian


kualitatif.
5. Metode campuran penelitian ini adalah "praktis"
dalam arti bahwa peneliti bebas untuk menggunakan
semua metode yang mungkin untuk mengatasi
masalah penelitian.
6. Kidder & Fine dalam Lee (1997) menambahkan,
penelitian metode campuran memiliki keuntungan
bahwa peneliti dapat memodifikasi prosedur mereka,
asumsi, proposisi dan bahkan situs penelitian mereka.
7. Menurut Jick dalam Tashakkori & Teddlie (2013)
menambahkan juga bahwa penggunaan beberapa
metode dapat menetralisir atau membatal-
kanbeberapa kelemahan dari metode-metode
tertentu.

C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian Metode


Campuran
Secara teori penggunaan mixed methods bertujuan
untuk meneliti secara keseluruhan tentang data dan
informasi yang memuat unsur-unsur penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Dalam peroposal penelitian, peneliti
harus mendeskripsikan mengenai tujuan mengapa ia
menggunakan metode campuran dalam penelitiannya
secara akademis dan logis.
Proposal penelitian metode campuran perlu
menyampaikan kedua pernyataan tujuan kuantitatif dan
kualitatif. Pernyataan-pernyataan tersebut perlu
diidentifikasi di awal penelitian yaitu dalam latar
belakang masalah. Hal tersebut dapat menjadi rambu-

224 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

rambu bagi pembaca untuk memahami mana tujuan


kuantitatif dan mana tujuan kualitatif suatu penelitian.
Pedoman perumuskan tujuan penelitian “metode
campuran” tidaklah baku. Namun dalam sebuah instansi
atau organisasi kadang-kadang membuat guideline
sebagai pedoman khusus dalam merumuskan tujuan.
Secara umum perumusan tujuan dalam mixhed methods
adalah seperti yang direkomendasikan oleh Creswell
(2003) sebagai berikut:
1. Mulailah dengan kata-kata menandakan tujuan,
seperti "tujuan dari...." atau maksud dari..."
2. Menunjukkan jenis metode desain campuran, seperti
urut, secara bersamaan, atau transformasional.
3. Diskusikan alasan untuk menggabungkandata
kuantitatif dan kualitatif dalam mengusulkan studi.
4. Jelaskan alasan mengapa data kualitatif dan
kuantitatif dikombinasikan.
5. Terapkan karakteristik-karakteristik tujuan penelitian
kualitatif dengan baik, seperti fokus pada satu
fenomena utama dan menyebutkan strategi penelitian
dan lokasi penelitian.
6. Terapkan karakteristik-karakteristik tujuan penelitian
kuantitatif dengan baik. Seperti menyebutkan teori
dan variabel-variabel, menghubungkannya atau
membandingkan kelompok variabel-variabel,
menyusun variabel-variabel dari variabel bebas
terlebih dahulu, kemudian variabel terikat,
menyebutkan strategi penelitian, merincikan para
partisipan dan lokasi penelitian.

Penelitian Kualitatif 225


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

7. Pertimbangkan informasi-informasi tambahan tentang


jenis-jenis atau strategi-strategi pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatif.

D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian Mixed Methods


Untuk merancang suatu penelitian dengan
menggunakan pendekatan mixed method, peneliti
sebaiknya memperhatikan beberapa hal penting yang
direkomendasikan oleh Creswell (2013) yaitu: timing
(waktu), weingthing (bobot), mixing (percampuran), dan
theorizing (teoresasi).

1. Timing (waktu)
Hal penting pertama yang harus diperhatikan
peneliti dalam menggunakan pendekatan mixed method
adalah waktu dalam melakukan pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini peneliti perlu
menegaskan apakah penelitian yang hendak dilakukan
pengumpulan datanya dilakukan secara bertahap
(sekuensial) atau sekaligus dalam satu waktu
(konkuren).

2. Weigthing (bobot)
Karena metode campuran melibatkan dua
pendekatan penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif,
maka peneliti harus mempertimbangkan bobot
campuran dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti harus
mempertimbangkan apakah bobot antara kedua
pendekatan disamakan atau salah satu di antaranya
melebihi bobot yang lain. Jika tidak disamakan,

226 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sebaiknya peneliti menentukan pendekatan yang mana


(apakah kualitatif ataukah kuantitatif) yang
diprioritaskan memiliki bobot yang lebih banyak.
Sehingga jenis data yang dikumpukan menjadi lebih
terang.

3. Mixing (pencampuran)
Menggunakan mixing method dalam sebuah
penelitian tidaklah mudah. Ia memiliki konsekuensi
tidak sekadar mencapur metodologi semata, namun
melibatkan usaha serius dalam mencampur jenis data,
rumusan masalah, tujuan penelitian, analisis atau
unterpretasi data. Dapat dibayangkan bagaimana
sulitnya menganalisis data yang berserakan yang terdiri
dari data-data kualitatif semisal teks-teks hasil observasi,
wawancara dokumentasi di lapangan, dan data-data
kuantitatif yang terdiri tabel-tabel statistik yang dipenuhi
oleh angka-angka.

4. Teorizing (teorisasi)
Teorisasi juga perlu dipertimbangkan. Ia
melibatkan teori-teori yang berhubungan dengan
rumusan masalah kualitatif dan kuantitatif. Sebab,
kadang-kadang tidak semua teori tersedia dalam satu
penelitian dengan dua teknik yang berbeda. Oleh karena
itu, peneliti harus mempertimbangkan ketersediaan
kajian terdahulu dan kecukupan referensi yang sesuai
dengan masalah yang diteliti.

Penelitian Kualitatif 227


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

E. Strategi Penelitian Mixed Method


Mixed method digunakan untuk membuat
penelitian lebih komprehensif dengan sajian data-data
kualitatif dan kuantitatif yang saling menguatkan. Dalam
pelaksanaannya secara praktis di lapangan ada beberapa
pedekatan yang dapat dilakukan peneliti sebagaimana
yang direkomendasikan oleh Cresswell dkk. dalam
Bowling dan Ebrahim (2005), sebagai berikut:
1. Sequential explanatory strategy (Strategi penjelasan
berurutan)
Secara praktis peneliti pertama-tama meng-
gunakan metode kuantitatif, kemudian penelitian
kualitatif secara berurutan. Artinya, pada tahap pertama,
peneliti melakukan pengumpulan dan analisis data
dengan kuantitatif, kemudian tahap selanjutnya
pengumpulan dan analisis data dilakukan secara
kualitatif. Cara yang demikian bertujuan untuk
memperkuat hasil penelitian tahap pertama yang
dilakukan dengan kuantitatif.

2. Sequential exploratory strategy (Strategi eksplorasi


berurutan)
Strategi ini merupakan kebalikan dari sequential
explanatory strategy. Peneliti pertama-tama menggunakan
metode kualitatif, kemudian dilanjutkan dengan tahap
kedua dengan menggunakan metode kuantitatif.
Pada tahap pertama, peneliti mengumpulan dan
menganalisis data dengan metode kualitatif, selanjutnya
dilakukan dengan metode kuantitatif. Strategi tersebut

228 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian kualitatif


yang dilakukan di tahap pertama.

3. Sequential transformative strategy (Strategi


transformatif berurutan)
Strategi transformatif dilakukan dalam dua
tahap secara berurutan. Pada tahap pertama peneliti
menggunakan metode kuantitatif, selanjutnya pada
tahap kedua ia menggunakan kualitatif, demikian pula
sebaliknya. Jadi peneliti dapat menentukan sendiri salah
satu dari dua metode sebagai metode pertama dan
selanjutnya, apakah kualitatif atau kuantitatif terlebih
dahulu. Dalam pelaksanaannya, perspektif teori peneliti
merupakan dasar landasan keseluruhan proses
penelitian.

4. Concurrent triangulation strategy (Strategi triangulasi


bersamaan)
Dalam mixed methods strategi triangulasi
bersamaan merupakan strategi lazim yang sering
digunakan oleh para peneliti. Strategi ini melibatkan satu
tahap saja. Artinya peneliti menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan pada waktu
pengumpulan dan anlisis data, selanjutnya peneliti
membandingkan antara data kualitatif dan kuantitatif
yang diperoleh. Cara demikian dimaksudkan agar
ditemukan antara data yang dapat digabungkan dengan
yang tidak. Strategi ini pada dasarnya mengharuskan
bobot data yang sama antara kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian Kualitatif 229


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

5. Concurrent nested/embedded strategy (Strategi bersarang


bersamaan)
Strategi ini dapat dipahami sebagai strategi mixed
methods yang menuntut penelitian agar dapat
mengkombinasikan penggunaan metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan (simultan)
dengan bobot yang berbeda.
Dalam pelaksaannya, stategi ini mengandalkan
dua metode yaitu primer dan sekunder. Metode primer
digunakan untuk memperoleh data yang utama, dan
metode sekunder digunakan untuk memperoleh data
pendukung untuk metode primer.

6. Concurrent transformative strategy (Strategi


transformatif bersamaan)
Strategi ini merupakan gabungan antara strategi
triangulation dan embedded. Dalam pelaksanaannya,
strategi ini melibatkan dua metode pengumpulan data
yaitu kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan pada satu
tahap penelitian dan pada waktu yang sama.
Mengenai bobot data, hal itu dapat sama juga
dapat berbeda. Sedangkan untuk menggabungkan data
dapat dilakukan dengan cara merging, connecting atau
embedding, yaitu peneliti mencampur dengan bobot sama,
menyambung dan mencampur dengan bobot tidak sama.

230 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BAGIAN 16
KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada


Bagian 1: Pendahuluan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
Pertama, secara umum penelitian kualitatif dapat
dipahami sebagai penelitian yang datanya tidak terdiri
dari angka-angka.
Kedua, tahapan-tahapan penyusunan proposal adalah 1)
identifikasi masalah (bukan judul, seperti yang
dilakukan oleh Sebagian mahasiswa); 2) menyusun
judul; 3) menulis rumusan masalah; 4) merumuskan
tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah dan
memetakan manfaat atau kontribusi penelitian; 5) Kajian

Penelitian Kualitatif 231


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

terdahulu yang relevan; 6) menentukan pendekatan dan


jenis penelitian; 7) menentukan setting penelitian; 8)
memetakan sumber data; 9) pengumpulan data, 10)
keabsahan data 11) pendekatan analisis.
Ketiga, Mixed method adalah penelitian campuran, yaitu
dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif
dalam satu penelitian.

232 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

GLOSARIUM

Aksioma : pandangan dasar di awal pe-


nelitian yang meliputi sifat realitas,
hubungan peneliti dengan yang
diteliti, hubungan antar variabel,
kemungkinan generalisasi dan
nilai.
Analisis : tahapan penelitian untuk me-
penelitian nyeleksi, mengklasifikasikan dan
kualitatif mengatur data serta meng-
hubungkan antara data yang satu
dengan data yang lain, agar dapat
ditarik simpulan-simpulan
Area random : teknik sampling yang dilakukan
dengan cara mengambil wakil dari
setiap wilayah geografis yang ada.
Conclusion : menarik simpulan dan melakukan
verifikasi data
Display Data : aktivitas terorganisir, yang di-
kompresi dengan perakitan infor-
masi yang memungkinkan meng-
gambarkan simpulan dan tindak-
an.
Disproportionate : pengambilan sampel populasi
stratified yang dilakukan secara acak dan
random berstrata tetap, namun sebagian
sampling ada yang kurang proporsional
pembagiannya.

Penelitian Kualitatif 233


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dokumentasi : salah satu metode pengumpulan


data yang dilakukan dengan cara
melihat, mengkaji, dan meng-
analisis dokumen-dokumen dan
hal-hal yang memiliki keterkaitan
dengannya, yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain
tentang subjek tersebut
Etnografi : uraian dan penafsiran suatu
budaya atau sistem kelompok
sosial.
Identifikasi : usaha mengenali atau membukti-
kan sesuatu
Judul : rangkaian kata-kata yang bisa
berubah-ubah menurut kepenting-
an peneliti, asal mengubahnya
tidak keluar dari substansi topik
penelitian.
Laporan : karya ilmiah yang ditulis secara
penelitian sistematis setelah rangkaian proses
penelitian dianggap berakhir.
Latar Belakang : bagian dari proposal yang
Masalah mendeskripsikan situasi dan
kondisi objek penelitian serta
alasan rasional, argumen dan teori
ilmiah yang mendasari mengapa
masalah yang diangkat
Manfaat : implikasi nyata dari hasil pe-
Praktis nelitian yang dapat diterapkan
atau diaplikasikan.

234 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Manfaat : sumbangan ilmiah berupa pe-


Teoretik nemuan teori baru atau pe-
nyempurnaan teori sebelumnya
atau jawaban-jawaban ilmiah
pendukung dalam rangka pe-
ngembangan ilmu pengetahuan di
masa mendatang
Masalah : fakta atau realita yang tidak sesuai
Penelitian dengan kaedah, teori, kebijakan,
aturan, norma, rencana, peng-
alaman lalu dan sebagainya
Nonprobability : teknik sampling yang tidak
sampling memberikan peluang atau ke-
sempatan sama kepada setiap
anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel.
Observasi : teknik pengumpulan data yang
mengandalkan penginderaan baik
secara langsung maupun tidak
langsung terhadap objek yang
diteliti
Penelitian : aktivitas penyelidikan terorganisir
Ilmiah lagi sistemik, yang dilakukan
dengan kritis, skeptis dan penuh
kehati-hatian, guna memperoleh
jawaban yang paling tepat dari
suatu permasalahan.
Penelitian : metode penelitian yang digunakan
Kualitatif untuk meneliti dan memahami

Penelitian Kualitatif 235


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

perilaku individu atau kelompok,


dan fenomena sosial dalam kondisi
alamiah (natural), sehingga di-
peroleh data-data deskriptif (non
kuantitatif) dalam bentuk lisan dan
atau tulisan, yang kemudian di-
interpretasi secara deskriptif pula
Populasi : sekelompok orang, kejadian, atau
benda, yang dijadikan obyek
penelitian.
Proposal : perencanaan penelitian yang
Penelitian memuat tahapan-tahapan sistemik
dan prosedur pelaksanaannya,
yang ditulis oleh peneliti untuk
dijadikan acuan atau pedoman
dalam melaksanakan penelitian di
lapangan
Reduksi Data : proses pemilihan, klasifikasi,
penyederhanaan, pengabstrakan,
dan transformasi data “kasar/
mentah” yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan
Rumusan : usaha untuk menyatakan secara
Masalah tersurat pertanyaan penelitian apa
saja yang perlu dijawab atau
dicarikan jalan pemecahannya.
Sampel : contoh
: cara atau teknik penarikan sampel
dari populasi
Sample Random : jenis probability sampling di mana

236 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Sampling (SRS) satu unit menyusun populasi yang


ditandai dengan penomoran
(sebagai kode).
Snowball : penentuan sampel yang mula-mula
sampling jumlahnya kecil, kemudian men-
jadi besar
Proportionate : teknik pengambilan sampel dari
Stratified anggota populasi yang dilakukan
Random secara acak dan berstrata secara
sampling proporsional
Studi kasus : Penelitian yang terpusat hanya
terpusat pada satu buah fenomena
kasus di lapangan.
Topik : isu atau tema sentral yang aktual
dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, meliputi agama, sosial,
budaya, pendidikan, ekonomi,
kesehatan, dan sebagainya
Wawancara : teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan serangkaian
wawancara atau tanya jawab
dengan informan atau narasumber
yang telah ditentukan

Penelitian Kualitatif 237


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

238 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

INDEKS

A I

Aksioma · 17, 235 Identifikasi · 46, 47, 52, 53, 56,


Analisis penelitian kualitatif · 80, 180, 236
235
Area random · 110, 235
J

C Judul · 57, 58, 60, 61, 62, 236

Conclusion · 172, 235


L
Creswell · 4, 7, 48, 89, 90, 93,
94, 224, 225, 227, 228, 233
Laporan penelitian · 38, 40,
236
D
M
Display Data · 235
Disproportionate stratified
Manfaat Praktis · 237
random sampling · 110, 236
Masalah Penelitian · 50, 52,
Dokumentasi · 22, 157, 161,
237
162, 163, 236
Miles · 10, 168, 169, 172, 173
Moleong · 7, 11, 15, 28, 32, 37,
E 40, 80, 83, 142, 157, 158, 164,
183, 185
Etnografi · 93, 94, 236
N
H
Nonprobability sampling · 111,
Huberman · 10, 168, 169, 172, 237
173

Penelitian Kualitatif 239


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

O Rumusan Masalah · 1, 35, 36,


38, 73, 75, 77, 79, 84, 239
Observasi · 21, 22, 121, 122,
125, 126, 132, 137, 139, 184,
S
218, 237
Sampel · 23, 36, 100, 104, 111,
P 117, 118, 239
Sample Random · 239
penelitian · 18, 21, 22, 23, 60, Sampling · 105, 107, 108, 110,
113, 232 111, 112, 113, 114, 239
Penelitian Ilmiah · 238 Snowball sampling · 113, 239
Penelitian Kualitatif · 6, 9, 17, Studi kasus · 97, 98, 240
25, 29, 62, 80, 84, 114, 117,
238
T
Populasi · 100, 102, 238
Proportionate Stratified Random
Teoretik · 237
sampling · 239
Topik · 43, 44, 46, 240
Proposal Penelitian · 31, 238

W
R
Wawancara · 22, 140, 141, 144,
Reduksi Data · 238
145, 146, 147, 154, 155, 240

240 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Tashakkori & Charles Teddlie, Sage Handbook of Mixed Methods


in Social and Behaviorial Research, 2nd Edition. California:
Sage, 2010.
Afifuddin & Beni Ahmad S., Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Alexander M. Novikov and Dmitry A. Novikov, Research
Methodology; from Philosophy of Science to Research Design.
Boca Raton: Taylor & Francis Group, 2013.
Allen S. Lee, Jonathan Liebenau, Janice I. DeGross (Ed.), Information
System and Qualitative Research. London: Chapman & Hall,
1997.
Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara, 2005.
Ann Bowling & Shah Ebrahim, Handbook of Healt Research Methods:
Investigation, Measurement, and Analysis. Berkshire: Open
University Press, 2005.
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif:
Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, terj.
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009.
Anthony J. Onwuegbuzie, Qun G. Jiao et. all, Library Anxiety: Theory,
Research, and Application. USA: Scarecrow Press, 2004.
Arch G. Woodside, Case Study Research:Theory, Method, Practice.
Wagon:Emerald, 2010.
Benjamin F. Crabtree & William L. Miller, Doing Qualitative Research,
2nd Edition. California: Sage, 1999.
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2010..
Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2010.

Penelitian Kualitatif 241


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Burke Jhonson & Larry Christensen, Educational Research:


Quantitative, Qualitative, and Mixed Approaches. California:
Sage, 2006.
Clark Moustakes, PhenomenologicalResearch Methods. London: Sage,
1994.
Carol Boswell and Sharon Cannon, Intoduction to Nursing
Research:Incorporating Evidence-Based Practice, Second Edition.
Canada: Jones and Bartlett Publishers, 2011.
Chris Hart, Doing a literature review. London:Sage, 2005.
David E. Gray, Doing Research in The Real World. California:Sage,
2009.
David E. McNabb, Research Methods for Political Science: Quantitative
and Qualitative Approaches, Second Edition. New York: M.E.
Sharpe, 2010.
David Ian Hanauer, Poetry as Research:Exploring second language
poetry writing. Amsterdam: John Benjamin Publishing
Company, 2010.
Diana Burton, Steve Bartlet, Practitioner Research for Teachers. London:
Sage, 2005.
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung:Alfaceta, 2012.
Douglas Ezzy, Qualitative Analysis; Practice and Innovation. Oxon:
Routledge, 2002.
Donald Ary at. al., Introduction to Research in Education. Belmont:
Cengage Learning, 2010.
Earl Babbie, The Practice of Social Research 13th Edition. Belmont:
Wadsworth, 2013.
Festus E. Obiakor, Jeffry P. Bakken et. al, Current Issues and Trends in
Special Education: Research, Technology, and Teacher
Preparation. Bingley: Emerald, 2010.
Gary T. Henry, Practical Sampling. California: Sage Publication, 1990.
Gulo, W., Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia,2002.
Harry T. Reis dan Chrales M. Judd, Handbook of Research Methods in
Social and Personality Psycology. Cambridge: Cambridge
University Press, 2000.

242 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Hennie Boeije, Analysis in Qualitative Research. California: Sage, 2010.


Haryanto dkk., Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah:Buku Ajar
Untuk Mahasiswa. Jakarta: EGC, 2000.
Hatch, J. Amos, Doing Qualitative Research In Education Settings. New
York: Sunny Press, 2002.
Helen Simons, Case Study Research in Practice. London: Sage, 2009.
Husaini Usman & Purnomo Setiady A., Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Ian Jones et. al., Qualitative Research in Sport and Physical Activity.
California: Sage, 2013.
Immy Holloway and Stephanie Wheeler, Qualitative Research in
Nursing and Healthcare , 3th Edition. Wiley-Blackwell: West
Sussex, 2010.
Janice M. Morse & Peggy Anne Field, Qualitative Research Methods For
Health Professionals. California: Sage, 1995.
Janice M. Morse dan Peggy Anne Field, Nursing Research: The
Application of Qualitative Approaches, second edition.
Cheltenham: Nelson Thomes, 2002.
Jill K. Jesson Lydia at. al., Doing Your Literature Review; Traditional and
systematic techniques. London: Sage, 2011.
Jamie Harding, Qualitative Data Analysis from Start to Finish. London:
Sage, 2013.
Jean J. Schensul, Methodology, Methods, and Tools in Qualitative
Research, dalam Qualitative Research: An Introduction to
Methods and Design, Ed. Stephen D. Lapan. New York:
Wiley, 2011.
John Gerring, Case Research: Prinsiple and Practices. New York:
Cambridge University Press, 2007.
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia, 1988.
John W. Creswell, Educational Research:Planning, Conducting, and
Evaluating, Quantitative and Qualitative Research, Third
Edition. New Jersey: Pearson, 2008.
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Aproach. California: Sage, 2003.

Penelitian Kualitatif 243


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

John W. Creswell dan Vicki L. Plano Clark, Designing and Conducting


Mixed Methods Research. California: Sage, 2011.
Jonathan Sarwono, Mixed Methods: Cara Menggabung Riset Kuantitatif
dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta:PT. Elex Media
Komputindo, 2011.
Karin Klenke, Qualitative Research in the Study of Ledearship, First
edition. Bingley: Emerald, 2008.
Kathleen M. Dewalt & Billie R. Dewalt, Participant Observation: A
Guid for Fieldworkers. Oxford:AltaMitra Press, 2002.
Keith F. Punch, Introduction to Social Research: Quantitative and
Qualitative Approaches, 2nd Edition. London: Sage, 2005.
Lawrance A. Machi and Brenda T. McEvoy, The Literature Review, Six
Steps to Success. London:sage, 2012.
Leslie Foster Stebbins, Student Guide to Research in the Digital Age:
How to Locate and Evaluate Information Sources.
USA:Greenwood, 2006.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitaif: Edisi Revisi. Bandung:
Rosdakarya, 2013.
Margaret D. LeCompte dan Jean J. Schensul, Analysis and
Interpretation of Ethnographic Data: A Mixed Methods
Approach. Mayland: Alta Mira Press, 2013.
Marguerite G. Lodico, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle,
Method in Educational Research; from Theory to Practice, 2nd
Edition. Wiley, 2010.
Martyn Denscombe, The Good Research Guide; for small-scale social
research projects, 3th Edition. Berkshire: Open University
Press, 2007.
Martyn Hammersley, What’s Wrong With Ethnography, London:
Routledge, 2002.
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian:Pendekatan Paraktis
dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama, 2009.
Michael D. Myers, Qualitative Research in Business & Management
California: Sage, 2013.
Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation. California:
Sage, 2002.

244 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:


Tarsindo, 2003.
Nazir, Moh., Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia,
2005.
Neuman, W Lawrence. 2003. Social Research Methods, Qualitative and
Quantitative Approach. New York: AB Boston.
Uwe Flick, An Introduction to Qualitative Research. London: Sage,
2009.
Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial.Bandung: Refika Aditama,
2009.
Pamela J. Brink & Marylin J. Wood, Langkah Dasar dalam Perencanaan
Riset keperawatan: Dari Pertanyaan Sampai Proposal, terj.
Aniek Maryunani. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC,1995.
Padgett, K., Qualitative methods in social work research; Challenges and
Rewards. California:Sage, 1998.
Parwito, Penelitian Komuniaksi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS, 2007.
Peter G. Swanborn, Case Study Research: What, Why and How?,.
London: Sage, 2010.
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana, 2010.
Raco, J.R., Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta:Grasindo, 2010.
Rajendra Kumar Sharma, Sociological Methods and Technique. New
Delhi: Atlantic, 2008.
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit,
2004.
Sharan B. Merriam, Qualitative Research: A Guide to Design and
Implementation. San Fransisco: Jossey-Bass, 2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta, 2013.
Suhadi dkk., Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang, 2008.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,
2009.

Penelitian Kualitatif 245


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:


Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2006.
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor. Yogyakarta:
MedPress, 2009.
Syamsuddin A. R. & Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Team, A Dictionary of the derivations of the English language, William
Collins, Sons, London, 1872.
Terrie Nolinske, Writing a Research Proposal, dalam laman
http://www.oandp.org/jpo/library, diunduh pada
tanggal 26 Agustus 2013.
Thomas, R. Murray, Blending Qualitative and Quantitative Research
Methods in Theses and Dissertation. London: Sage, 2003.
Tim, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas, 2008.
Tracy D. Matthews and Kimberly T. Kostelis, Designing and
Conducting Research in Health and Human Performance. San
Fransisco:Jossey-Bass, 2011.
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi: Karya Ilmiah.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
William A. Pitney and Jenny Parker, Qualitative Research in Physical
Activity and the Health Professions. Campaign: Human
Kinetics, 2009.
William L. Goodwin and Laura D. Goodwin, Understanding
Quantitative and Qualitative Research in Early Childhood
Education. New York: Teacher College, 1996.

246 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BIODATA PENULIS

Dr. M. Sobry Sutikno, yang memiliki nama asli M. Sobry.


lahir di Jereweh Sumbawa, 9 Oktober 1977. Anak dari H.M. Sutikno
dan Hj. Aminah. Ia memiliki seorang istri bernama Nurlaeli SE., dan
baru dikaruniai dua orang anak yaitu Pasya Albigus Perdana MS
dan Sabrina El Filia MS. Tahun 2000 lulus S.1 di STAIN Mataram
(sekarang berubah menjadi UIN Mataram). Meraih gelar S.2
Magister Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS)
(tahun 2002), dan Lulus S3 Program Studi Ilmu Pendidikan di
UNINUS Bandung pada tahun 2009.
Sejak tahun 2002 sampai 2006 bekerja di PT. Nadia
Tamaraya Group Jakarta pada bagian Pengem-bangan Sumber Daya
Manusia. Tahun 2006-2011, bekerja sebagai dosen tetap di UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, Dosen Program Pascasarjana
UNINUS Bandung (2009-2011), Tutor di Universitas Terbuka
Bandung sejak 2007-2011. Direktur Eksekutif YNTP for Research and
Development (sampai sekarang).
Terhitung sejak April 2011 mutasi/pindah tugas sebagai
Dosen tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram (saat ini berubah
menjadi UIN Mataram), dan ikut memberi kuliah pada Program
Pascasarjana di institusi tersebut. Di samping bekerja sebagai Dosen,
penulis juga diberi kepercayaan sebagai Sekretaris Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LMPP) IAIN Mataram tahun 2011
sampai tahun 2013. Sekretaris LPM IAIN Mataram dari tahun 2013
sampai 2015. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada
Masyarakat (LP2M) IAIN Mataram dari tahun 2015 sampai tahun
2017. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat
(LP2M) UIN Mataram tahun 2017 sampai tahun 2018 Dan mulai
tahun 2018 sampai 2020 sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu
UIN mataram.
Beberapa buku hasil karya penulis antara lain: Miskin
Bukan Penghalang untuk Sukses; Kepemimpinan Sekarang dan
Masa Depan; 16 Rahasis Sukses; Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami; Menggagas
Pembelajaran Efektif dan Bermakna; Belajar dan Pembelajaran

Penelitian Kualitatif 247


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

(Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang berhasil);


Menuju Pendidikan Bermutu; Pendidikan Sekarang dan Masa
Depan; Pembelajaran Efektif, Apa dan Bagaimana
Mengupayakannya?; Manajemen Sumber Daya Manusia;
Pengelolaan Pendidikan, Tinjauan Umum dan Konsep Islami;
Landasan Pendidikan (Bekal Praktis bagi Para Pendidik dan Calon
Pendidik); Media Pembelajaran; Ingin Sukses? Anda harus Gila,
(Rahasia Sukses dari Orang-orang Super Sukses); dan lain-lain.

Prosmala Hadisaputra alias Abdul Bari dilahirkan di Dusun


Perengge, Kuripan Utara, Lombok Barat. Suami dari Baiq Rofiqoh
Amalia Syah ini pernah nyantri di Ponpes Selaparang (Perguruan
Nahdlatul Wathan) Kediri, Lombok Barat dan Ponpes Syeikh
Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani, Lombok Timur. Ia
menyelesaikan S1-nya pada Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Institut Agama Islam Nurul Hakim (IAINH) Kediri dan Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) IAIN Mataram. Kemudian
melanjutkan S2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana
IAIN Mataram. Sekarang, dia aktif mengajar sebagai dosen luar
biasa pada almamaternya, IAIN Mataram. Di samping itu ia juga
dipercaya sebagai Redaktur Jurnal Cordova (Journal of Language
Studies) di UPT. Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Mataram. Dalam
dunia tulis menulis, ia aktif menulis di jurnal-jurnal ilmiah di
antaranya: Pemanfaatan Potensi Lokal; Upaya Strategis Dalam
Pemberdayaan Masyarakat, dalam Jurnal Komunitas dalam Jurnal
Komunitas, Daurul Mar’ah fi Tanmiyatil Mujtama’: Dirasah
maudu’iyyah ‘ala Tafsir al-Mishbah Li Muhammad Quraysh Shihab
dalam Jurnal Cordova (Journal of Language Studies) dll. Ia juga aktif
menuangkan idenya dalam bentuk artikel lepas di media massa
lokal. Ada sekitar 35 artikel yang telah dipublikasikan dalam kolom
OPINI, di antaranya: Pendidikan Lingkungan Hidup (Lombok Post),
Modal Sosial Vs Finansial (Lombok Post), Pendidikan Jurnalistik?
(Lombok Post), Memblokir Narkoba dengan Zikir dan Fikir (Lombok
Post) dll. prossayangamalia@gmail.com

248 Penelitian Kualitatif

Anda mungkin juga menyukai