KUALITATIF
ii
PENELITIAN
KUALITATIF
Holistica
Lombok, 2020
iii
PENELITIAN KUALITATIF
Penulis:
Dr. M. Sobry Sutikno
Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I
Penerbit: Holistica
Lombok
e-mail: redaksiholistica@yahoo.co.id
ISBN 978-602-18045-6-8
-------------------------------------------
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphoto copy, atau
memperbanyak dalam bentuk apa pun, baik sebagian atau
keseluruhan isi buku ini serta memperjualbelikan tanpa izin dari
Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
v
msobrysutikno@gmail.com (Dr. M. Sobry Sutikno) dan
prossayangamalia@gmail.com (Prosmala Hadisaputra).
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Bagian 1
PENDAHULUAN ……..............................................… 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 2
C. Manfaat atau Kontribusi .......................................... 3
D. Metode Penelitian dan Pendekatan Analsisis ....... 3
Bagian 2
KONSEP UMUM PENELITIAN KUALITATIF …….. 5
A. Definisi Penelitian ………………………………….. 5
B. Penelitian Kualitatif ………………………………… 8
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif ……………….. 11
D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif …………………………………….. 19
E. Kegunaan Penelitian Kualitatif …………………… 25
F. Keunggulan Penelitian Kualitatif ……………….… 30
Bagian 3
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF ………………… 31
A. Proposal Penelitian ………………………………… 31
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitianc ………. 31
2. Sistematika Penyusunan Proposal ………………… 24
vii
2. Sistematika Laporan Penelitian ……………………. 39
Bagian 4
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN ……………………………….. 43
A. Topik …………………………………………………. 43
1. Definisi Topik ……………………………………….. 43
2. Tips Memilih Topik ………………………………… 44
3. Cara Praktis Menemukan Topik ………………….. 45
B. Identifikasi Masalah ………………………………… 47
1. Definisi Identifikasi Masalah ……………………… 47
2. Kriteria Masalah yang Baik ………………………... 50
3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian ……. 52
4. Model-Model Identifikasi Masalah ………………. 53
5. Contoh Identifikasi Masalah ……………………… 56
Bagian 5
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN, MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ………………. 65
A. Latar Belakang Masalah …………………………….. 65
1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM) ……….. 65
2. Cara Praktis Menulis LBM …………………………. 70
viii
C. Rumusan Masalah …………………………………… 75
1. Definisi Rumusan Masalah …………………………. 75
2. Karakteristik Rumusan Masalah …………………… 77
3. Kesalahan Umum dalam Membuat
Rumusan Masalah .............................................. 79
4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah …… 81
Bagian 6
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ………………. 91
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………… 91
B. Lokasi dan Watu Penelitian ………………………… 101
Bagian 7
SUMBER DATA (Populasi & Sampel) ………………. 103
A. Konsep Populasi dan Sampel ……………………... 103
1. Definisi Populasi …………………………………… 103
2. Definisi Sampel …………………………………….. 107
ix
C. Teknik Sampling Penelitian Kualitatif …………… 117
D. Ukuran Sampel dalam Penelitian Kualitatif …….. 120
Bagian 8
TEKNIK PENGUMPULAN DATA …………………… 123
A. Observasi (Pengamatan) ……………………………. 123
1. Definisi Observasi …………………………………… 123
2. Macam-Macam Observasi ………………………… 125
3. Manfaat Observasi …………………………………. 127
4. Persiapan Sebelum Observasi …………………….. 128
5. Merekam Data Observasi …………………………. 135
6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi …………... 139
7. Etika Observasi …………………………………….. 141
Bagian 9
ANALISIS DATA ……………………………………….. 163
A. Konsep Analisis Data Kualitatif …………….……. 163
x
B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif …… 167
1. Analisis Sebelum di Lapangan …………………… 168
2. Analisis Selama di Lapangan …………………….. 168
Bagian 10
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ……………… 183
A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti ………………….. 183
B. Observasi mendalam ………………………………... 184
C. Pembahasan teman sejawat ………………………… 185
D. Triangulasi Data ……………………………………… 185
Bagian 11
KAJIAN PUSTAKA, DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN …………………………………. 189
A. Kajian Pustaka ……………………………………… 189
B. Data Temuan ………………………………………… 192
C. Pembahasan …………………………………………. 193
Bagian 12
DATA DAN KRITERIANYA …………………………. 195
A. Definisi Data ………………………………………... 195
B. Kriteria Data ………………………………………... 196
Bagian 13
PENUTUP (Bagian Akhir Penelitian) ……………….. 199
A. Simpulan …………………………………………….. 199
B. Saran …………………………………………………. 200
xi
Bagian 14
SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN …………………………... 203
A. Pendahuluan ………………………………………... 203
B. Teknik Penyajian Proposal dan
Laporan Penelitian ..................................................... 204
C. Teknik Penulisan …………………………………… 207
Bagian 15
PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS):
SEBUAH PENGATAR ………………………………… 221
A. Konsep Penelitian Metode Campuran
(Mixed Methods) ......................................................... 221
B. Mengapa Mixed Methods digunakan? …………….. 223
C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian
Metode Campuran ………………………………… 224
D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian
Mixed Methods .......................................................... 226
E. Strategi Penelitian Mixed Method ………………….... 228
Bagian 16
KESIMPULAN …………...............……………………... 231
xii
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
Penelitian Kualitatif 1
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Rumusan Masalah
Agar kajian ini tidak menjadi sekadar kajian
konseptual, maka penulis membuat dua rumusan
masalah yaitu: 1) Apa yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif? 2) Bagaimana tahapan-tahapan membuat
2 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 3
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
4 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 2
KONSEP UMUM
PENELITIAN KUALITATIF
A. Definisi Penelitian
Aktivitas penelitian pada dasarnya dilatar-
belakangi oleh sifat fitrah manusia yang selalu ingin tahu
(penasaran). Terlebih jika hasrat keingintahuan mereka
didasari oleh pengetahuan ilmiah. Dengan dasar inilah,
mereka tergerak untuk mencari jawaban atas
ketidaktahuan mereka.
Secara sederhana, manusia sering melakukan
aktivitas meneliti dalam kehidupan sehari-hari. Namun
mereka tidak tahu teori dan metodologi penelitian yang
digunakan. Sehingga apa yang diteliti sering kali tidak
dapat ditemukan jawabannya, atau ditemukan jawaban-
nya namun hasilnya tidak maksimal atau bahkan tidak
ada yang diperoleh sedikit pun.
Penelitian Kualitatif 5
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
6 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 7
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif sebagai salah satu
metodologi dalam penelitian belum memiliki definisi
yang baku dan disepakati penggunaannya secara umum.
Kendati demikian, definisinya dapat disimpulkan lebih
komprehensif-integratif melalui penelusuran definisi-
definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, sehingga
membentuk sebuah definisi yang utuh. Oleh karena itu
8 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 9
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
10 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 11
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
12 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 13
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
14 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 15
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
16 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 17
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
----------------------------------------------------------------------------
18 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 19
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
20 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
KUALITATIF KUANTITATIF
Merumuskan masalah
Membuat hepotesis masalah
Pengumpulan data:
observasi, wawamcara,
dokumentasi, analisis teks Pengumpulan data hasil pengujian
hepotesis
Analisis data
Analisis data
Penelitian Kualitatif 21
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
22 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Wawancara 2. Kuesioner
mendalam
3. Dokumentasi 3. Observasi
dan
wawancara
terstruktur
4 Instrument 1. Peneliti sendiri 1. Test, angket,
penelitian draf
wawancara
terstruktur
2. Buku catatan 2. Instrumen
lapangan, yang telah
handycam, dibuat sendiri
kamera, tape oleh peneliti
recorder dan
sebagainya.
5 Data 1. Deskriptif, 1. Kuantitatif,
naratif numerik
2. Dokumen 2. Hasil
pribadi, catatan pengukuran
lapangan; variabel
ungkapan dan dioperasional
tindakan kan dengan
narasumber, menggunaka
transkrip, artefak n instrument
3. Random/aca
k: memilih
papulasi
secara acak
untuk
dijadikan
sampel
6 Sampel 1. Kecil 1. Besar
2. Tidak harus 2. Repsentatif
repsentatif
3. Purposive, 3. Sedapat
Penelitian Kualitatif 23
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
snowballing mungkin
random
4. Dinamis: 4. Permanen:
diharapkan ditentukan
memperoleh sejak awal
pemahaman penelitian
yang mendalam
7 Analisis 1. Induktif 1. Deduktif
2. Menggunakan 2. Menggunakan
tema, teori, pola statistic
tertentu.
3. Proses analisis 3. Proses
dari sejak awal analisis
penelitian hingga setelah
akhir penelitian, pengumpulan
terus menerus data
8 Hubungan 1. Intraktif, empati, 1. Berjarak,
dengan akrab, tanpa bahkan tanpa
responden/inf jarak kontak
orman 2. Hubungan 2. Jangka
jangka panjang pendek
3. Antara peneliti 3. Peneliti
dan informan terkesan lebih
lebih egaliter tinggi
9 Usulan desain 1. Singkat 1. Spesifik
2. Literatur bersifat 2. Literatur
tentative yang
berhubungan
dengan
masalah, dan
variabel yang
diteliti
3. Prosedur bersifat 3. Prosedur
umum spesifik
dengan
langkah-
24 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
langkah yang
rinci
4. Masalah bersifat 4. Masalah
tentatif dirumuskan
secara
permanen
5. Tidak ada 5. Memiliki
perumusan rumusan
hepotesis hipotesis
yang jelas
6. Fokus utama 7. Ditulis secara
ditetapkan rinci dan jelas
setelah diperoleh sebelum
data awal di melakukan
lapangan penelitian
10 Kapan Setelah tidak ada lagi Setelah semua
penelitian data yang dianggap data yang
dianggap baru direncanakan di
selesai? awal penelitian
terkumpul
11 Kepercayaan Pengujian Pengujian
terhadap hasil kredibilitas proses validitas dan
penelitian dan hasil penelitian realibilitas
instrument
Penelitian Kualitatif 25
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
26 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 27
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
28 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 29
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
30 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 3
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF
A. Proposal Penelitian
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitian
Setelah melalui tahapan-tahapan prapenelitian
yaitu identifikasi masalah, fokus masalah dan
merumuskan judul, maka langkah selanjutnya adalah
membuat proposal penelitian sebagai langkah
profesional dalam melakukan penelitian ilmiah. Artinya
untuk melakukan penelitian dari awal hingga akhir
dengan hasil yang maksimal dibutuhkan manajemen
yang tepat untuk mengelola sebuah penelitian. Karena
bagaimanapun penelitian yang tidak dikelola dan tidak
memiliki perencanaan akan menjadikan proses penelitian
tersebut amburadul bahkan tidak selesai.
Moleong (2013) mengamini proposal penelitian
sepadan dengan istilah “research design” – desain
Penelitian Kualitatif 31
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
32 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 33
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
34 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Penelitian Kualitatif 35
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
E. Manfaat Penelitian
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
36 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
D. Paradigma
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Kualitatif 37
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Laporan Penelitian
1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah
yang ditulis secara sistematis setelah rangkaian proses
penelitian dianggap berakhir. Penulis melaporkan secara
tertulis mengenai hasil yang diperoleh dalam penelitian
yang dilakukannya. Laporan penelitian memiliki ragam
jenis dan manfaat. Di antaranya yaitu:
Pertama, laporan penelitian untuk keperluan
akademis, yaitu laporan yang dibuat oleh mahasiswa di
tingkat pendidikan tinggi. Laporan penelitian dalam hal
ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu: skripsi bagi S1, tesis
bagi S2, dan disertasi bagi S3. Ketiga jenis laporan
tersebut merupakan tugas akhir yang wajib dilakukan
oleh setiap mahasiswa di bawah bimbingan dosen yang
telah ditentukan.
Kedua, laporan penelitian untuk keperluan
publikasi ilmiah, yaitu laporan penelitian yang ditulis
untuk dimuat dalam jurnal ilmiah. Bentuk laporan
penelitian ini tidak seluas laporan penelitian untuk
keperluan akademis di perguruan tinggi. Biasanya
penelitian ini dilakukan oleh kalangan dosen di bawah
38 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 39
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
40 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 41
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
42 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 4
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN
A. Topik
1. Definisi Topik
Dalam setiap penelitian ilmiah, langkah yang
paling awal dilakukan oleh peneliti adalah menentukan
topik. Pemilihan topik sebagai langkah awal memiliki
implikasi terhadap tahapan-tahapan penelitian se-
lanjutnya, seperti penentuan masalah, merumuskan
judul, latar latar belakang, rumusan masalah,
menentukan literatur atau bahan bacaan, metode
penelitian dan pengumpulan data.
Topik, secara bahasa, berasal dari bahasa Inggris
yaitu topic yang diterjemahkan menjadi pokok
pembicaraan (Echols & Shadili, 1988). Dalam Kamus
Bahasa Indonesia (2008), topik dimaknai (1) Pokok
Penelitian Kualitatif 43
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
44 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 45
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
46 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Identifikasi Masalah
1. Definisi Identifikasi Masalah
Setelah topik ditentukan, selanjutnya adalah
identifikasi masalah. Peneliti berusaha menemukan
permasalahan-permasalahan yang mungkin muncul
dalam topik yang telah ditentukan. Tanpa identifikasi
masalah, maka proses penelitian akan mengalami
kebimbangan. Sebab masalah-masalah itulah yang akan
mengarahkan peneliti mengenai data apa, bagaimana
mengumpulkan dan menganalisisnya.
Pada dasarnya suatu penelitian berawal dari
masalah yang dihadapi, sehingga memubutuhkan solusi
pemecahan atau jalan keluar. Namun dalam praktiknya,
kadang-kadang peneliti pemula lebih memikirkan judul
yang hendak dirumuskan ketimbang menemukan
masalah. Padahal dapat diyakini bahwa judul akan
demikian mudah dibuat manakala topiknya dan
masalahnya sudah terdeteksi. Jadi pada dasarnya
rumusan judul yang hendak dibuat bersumber dari
masalah yang dapat diidentifikasi melalui membaca
literatur, merenungkan pengalaman pribadi, menghadiri
seminar ilmiah, membaca hasil atau laporan penelitian
dan sebagainya.
Lalu apakah yang dimaksud dengan “identifikasi
masalah”?. Identifikasi berasal dari bahasa Inggris
Penelitian Kualitatif 47
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
48 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 49
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
HARAPAN
KENYATAAN
50 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 51
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
52 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
a. Model system-elements
Misalnya seorang peneliti hendak mengangkat
masalah “Analisis Kesiapan Guru Menghadapi
Kurikulum 2013”
Penelitian Kualitatif 53
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Silabus
Buku
Paket
Sumber
daya/guru Siswa
Sumber
daya/guru
RPP
Sarana
prasarana
an element
Kurikulum (a system)
b. Model view-points
Dalam menggunakan model ini peneliti
memaparkan point-point penting berupa sudut pandang
dari masalah yang diteliti. Contohnya, seorang peneliti
ingin mengidentifikasi masalah “fenomena banjir setiap
54 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
agama
Fenomena
kesehatan membuang sosial
sampah
sembarangan
moral budaya
psikologi
c. Model kombinasi
Dalam hal ini peneliti mengkombinasikan di
antara dua sudut pandang atau lebih. Contohnya,
seorang peneliti hendak menganalisis karya sastra,
misalnya nilai moral (moral values) dalam novel Ketika
Cinta Bertasbih, maka peneliti dapat membuat peta
identifikasi masalah dalam model kombinasi sebagai
berikut:
Penelitian Kualitatif 55
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Unsur
instrinsik meliputi: tema, penokohan, setting
sosial dll.
Novel
Unsur ekstrinsik
meliputi: nilai islami,
nilai
budaya/adat
istiadat,
kebaktian
kepada orang
tua, dll.
56 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
C. Merumuskan Judul
1. Kriteria Judul Penelitian
Syahrin Harahap (2011) mendefiniskan judul
sebagai nama yang diberikan untuk pokok bahasan.
Sedangkan Mayshuri dan Zainuddin (2009) mengatakan
bahwa judul merupakan rangkaian kata-kata yang bisa
berubah-ubah menurut kepentingan peneliti, asal
mengubahnya tidak keluar dari substansi topik
penelitian. Maka judul penelitian kualitatif dalam
proposal pada dasarnya bersifat tentatif atau sementara
sehingga dalam penelitian judul dapat berubah sesuai
dinamika masalah di lapangan, sedangkan definitifnya
setelah laporan ditulis. Bahkan Sugiyono (2013)
menegaskan bahwa judul laporan penelitian kualitatif
yang baik justru berubah, atau mungkin diganti. Ia
beralasan bahwa judul penelitian kualitatif yang tidak
berubah berarti peneliti belum mampu menjelajah secara
mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, sehingga
belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas
dan mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti.
Judul sebagai bagian terpenting dari penelitian,
yang menggambarkan secara global mengenai fenomena
atau masalah yang sedang diteliti. Judul sebagai muka
depan sebuah penelitian, menjadi pertimbangan
pembaca untuk tertarik atau tidak untuk membacanya.
Terrie Nolinske (2013) dalam situs resmi “American
Academy of Orthotist and Prosthetists” mengutip pendapat
Portney LG. yang mengatakan bahwa kekuatan judul
tidak dapat diremehkan. Judul dapat membujuk dan
melibatkan seseorang untuk membaca abstrak dan,
58 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
a) Menarik
Pada dasarnya menarik atau tidaknya sebuah
judul tergantung dari orang yang membaca. Jika ia
peminat sastra, maka tentu judul yang menarik baginya
adalah yang puitis. Namun jika orang itu peminat karya
ilmiah, ilmuwan, atau peneliti (researcher) semisal dosen,
Penelitian Kualitatif 59
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
60 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
c) Informatif
Judul yang informatif adalah judul yang dapat
memberikan informasi mengenai tema dan isi sebuah
karya ilmiah. Judul yang informatif dalam karya ilmiah
biasanya memuat objek, subjek dan site (tempat)
penelitian jika merupakan penelitian lapangan, dan
kadang-kadang mencantumkan tahun. Oleh karena itu
peneliti harus mencantumkan dalam penelitian
ilmiahnya secara jelas mengenai apa objek dan siapa
subjek penelitian, serta di mana dan kapan dilakukan
penelitian itu.
Penelitian Kualitatif 61
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Contohnya:
62 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 63
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
64 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 5
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN,
MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian Kualitatif 65
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
66 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 67
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
68 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 69
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
70 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 71
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
72 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 73
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
74 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
C. Rumusan Masalah
1. Definisi Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sketsa dari sebuah
rencana penelitian. Ia dapat dikatakan sebagai ruh dari
sebuah penelitian. Tanpa rumusan masalah, arah
penelitian tidak akan jelas dan hasilnya pun demikian
bahkan gagal total. Rumusan masalah atau juga dikenal
dengan istilah research problem oleh Usman dan Akbar
(2009), rumusan masalah merupakan usaha untuk
menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa
saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan
pemecahannya. Hal senada juga dikatakan oleh Ulber
Silalahi (2010), di mana rumusan masalah menurutnya
adalah sesuatu hal yang dipertanyakan dalam penelitian
yang akan dicari dan ditemukan jawabannya. Dua
definisi tersebut memberikan kata kunci “kalimat
tanya”. Artinya suatu rumusan masalah merupakan
kalimat yang mempertanyakan suatu kondisi, gejala,
fenomena, baik bersifat mandiri dan tidak terikat oleh
fenomena, gejala dan situasi lainnya, maupun yang
saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang
lainnya, baik dalam kapasitasnya sebagai penyebab
maupun akibat. Oleh karena itu calon peneliti dalam hal
ini harus dapat merumuskan tiap poin masalah yang
hendak ia teliti dengan menggunakan kalimat tanya
yang baik dan benar.
Membuat rumusan masalah yang baik dan benar
menuntut calon peneliti untuk mampu mengoperasikan
beberapa kata tanya dasar yang umum digunakan dalam
merumuskan masalah. Ulber (2010) misalnya
Penelitian Kualitatif 75
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
76 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 77
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
78 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 79
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
80 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 81
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
82 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Rumusan Masalah:
1. Apa kriteria kebersihan kelas dipandang dari pengelolaan kelas?
2. Apa peran organisasi kelas dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan wali kelas dalam pengelolaan
kelas?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, maka langkah
selanjut-nya yang harus dilakukan adalah membuat
tujuan penelitian (purpose statement). Secara konseptual,
pada dasarnya semua penelitian memiliki tujuan yang
sama yaitu “to answer a question”- untuk menjawab
pertanyaan (Morse dan Field: 2002). Namun dalam
penelitian kualitatif, menurut Maxwell dalam Hanauer
(2010) bahwa “state the first purpose of qualitative research is:
understanding the meaning, for participants in the study, of
the events, situations, and actions they are involved with and of
the accounts that they give of their liver and experiences”.
Hal senada juga dikatakan oleh Boswell and
Cannon (2011): “Generally, the purpose of qualitative studies
is to explore new concepts and ideas about which little is
known, or to discover new meanings for concepts. Kedua
pendapat tersebut merupakan tujuan penelitian kualitatif
Penelitian Kualitatif 83
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
84 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 85
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
E. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian baik kualitatif maupun
kuantitatif diperlukan uraian manfaat penelitian. Dalam
uraian tersebut, peneliti berusaha menjelaskan secara
ilmiah dan akademis mengenai manfaat penelitian yang
direncanakan. Hal tersebut dibuat untuk memperjelas
kontribusi signifikan dari hasil penelitian yang
dilakukan, sehingga penelitian yang direncanakan benar-
benar meyakinkan pembaca dan pihak-pihak yang
terkait dengan penelitian.
86 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
a) Manfaat praktis
Manfaat praktis merupakan implikasi nyata dari
hasil penelitian yang dapat diterapkan atau
diaplikasikan. Artinya, penelitian tersebut membantu
memecahkan dan mengantisipasi masalah yang dialami
oleh objek yang diteliti. Peneliti berusaha memaparkan
secara logis mengenai manfaat hasil penelitian tersebut.
Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis manfaat
penelitian adalah “peneliti menulis secara subjektif”,
sesuai keinginan peneliti sendiri.
b) Manfaat teoretik
Manfaat teoretik dapat dipahami sebagai
sumbangan ilmiah berupa penemuan teori baru atau
penyempurnaan teori sebelumnya atau jawaban-jawaban
ilmiah pendukung dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan di masa mendatang. Dalam hal ini, peneliti
harus menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan
menghasilkan teori yang dapat dijadikan referensi pada
ranah a, b, c, d dan seterusnya.
Penelitian Kualitatif 87
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Contohnya:
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat
dimanfaatkan oleh kepala sekolah, guru dan
orang tua (partisipan) dalam mengurangi
kemalasan murid (objek masalah) di sekolah x
(tempat penelitian) dan sekolah lainnya.
2. Manfaat teoretik
Secara teoretik, hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai referensi bagi peneliti pada
penelitian selanjut-nya dalam bidang pendidikan
(disiplin ilmu).
88 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 89
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
90 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 6
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian Kualitatif 91
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu
dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan
mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Menurut
92 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 93
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
94 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Fenomenologi
Fenomenologi adalah bagian dari metode
kualitatif. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan
atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam
situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam
memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Dasar
metode ini adalah filsafat fenomenologi. Menurut Raco
(2010), fenomenologi sebenarnya berarti membiarkan
gejala-gejala yang disadari tersebut menampakkan diri
(to show themselves). Sesuatu akan nampak sebagaimana
dan apa adanya (things as they appear). Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa dalam sejarahnya, filsafat
fenomenologi dikembangkan oleh Edmund Husserl dan
kemudian dikembangkan oleh Giambattista Vico, Franz
Brentano dan William Dilthey.
Metode fenomenologi memiliki tujuan untuk
menangkap dan memahami makna pengalaman,
peristiwa dan keadaan sosial yang terjadi di sekitar
kehidupan manusia.
Fenomenologi yang dikembangkan oleh Husserl
ini adalah fenomenologi transendental. Teori ini
menekankan pada subjektivitas dan temuan esensi dari
pengalaman serta menyediakan sebuah metodologi yang
sistematis dan teratur dalam derivasi pengetahuan.
Pendekatan Husserl ini disebut dengan pendekatan
Penelitian Kualitatif 95
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
3. Etnografi
Creswell (2008) dalam bukunya – Educational
Research; Planing, Conducting, and Evaluating Quantitaive
and Qualitative Research - menulis definisi jenis kualitatif-
etnografi sebagai berikut: “Ethnografhic design are
qualitative research procedures for describing, analyzing, and
interpreting a culture sharing group’s shared patternd of
behavior, beliefs, and language that develop.”
Melihat definisi di atas dapat dipahami bahwa
Creswell memberikan kata kunci “budaya” sebagai
sentral dari jenis penilitian kualitatif ini. Sedangkan
budaya difahami sebagai sebuah “everything having it can
include language, ritual, economic, political structures, life
stages, interaction, and communication style”.
Jadi, jenis penelitian ini lebih fokus dalam
menyelidiki suatu kelompok kebudayaan dilingkungan
yang alamiah dalam rentan waktu yang cukup lama
dalam proses pengumpulan data baik berupa data
observasi maupun data wawancara. Model penelitian ini
berupaya untuk mempelajari peristiwa kultural, yang
menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek
studi. (Endraswara, 2006).
96 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 97
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
4. Grounded theory
Raco (2010) memaparkan bahwa grounded theory
adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, karena
analisanya tidak menggunakan angka. Coraknya
induktif, karena hendak menemukan teori baru. Objek
penelitiannya adalah fenomena yang ada dalam
konteksnya yang alamiah dan dimengerti sesudah data
lapangan diperoleh, entah melalui wawancara atau
observasi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dasar filosofis
dari grounded adalah interaksi simbolik. Interaksi
simbolik sendiri berasal dari psikologi sosial. Pertanyaan
yang sering diajukan dalam penelitian adalah mana
simbol yang umum atau biasa digunakan sehingga
interaksi manusia dapat dimengerti. Interaksi simbolik
menyatakan bahwa tindakan manusia selalu bergantung
pada arti yang dipahami oleh manusia dalam
lingkungannya.
98 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 99
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
BAGIAN 7
SUMBER DATA
(Populasi & Sampel)
2. Definisi Sampel
Kata sampel diserap dari bahasa Inggris yaitu
“sample” yang berarti contoh. Sedangkan “sampling”
berarti penarikan contoh (Echols dan Shadily, 2000).
Dalam KBBI (2008) sampel diterjemahkan sebagai
sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sifat suatu
kelompok yang lebih besar. Juga, diterjemahkan sebagai
bagian yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang
lebih besar.
Dalam suatu penelitian, “sepertinya” mustahil
menggali informasi dari semua populasi penelitian.
Dalam situasi demikian, populasi harus diperkecil
menjadi sebuah sampel yang benar-benar representasi
atau yang mewakili seluruh populasi. Oleh karena itu
dapat dikemukakan beberapa alasan logis mengapa
sampel lebih dipertimbangkan daripada populasi dalam
suatu penelitian, di antaranya yaitu:
Pertama pertimbangan efisiensi waktu, tenaga
dan biaya yang dibutuhkan. Dengan adanya sampel
memungkin tenaga, waktu dan biaya menjadi relatif
lebih efesien daripada mengandalkan informasi populasi.
Dalam penelitian tertentu sampel pun amat berpengaruh
terhadap dana, tenaga dan waktu yang dibutuhkan. Oleh
karena itu peneliti harus mengkondisikan antara jumlah
sampel yang dibutuhkan dengan tenaga, waktu, dan
biaya yang dimiliki.
B. Teknik Sampling
Sampling adalah cara atau teknik penarikan
sampel dari populasi. Ada juga yang mendefiniskannya
sebagai proses pemilihan atau penentuan sampel
(Bungin, 2010). Menurut Punch (2005), sampling adalah
bagian penelitian yang penting baik dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Peneliti tidak bisa
menggali dan mempelajari informasi dari semua orang
di tempat yang varian. Keputusan sampling diperlukan
tidak hanya tentang orang-orang yang diwawancarai
atau peristiwa mana yang hendak diamati, tetapi juga
tentang pengaturan dan prosesnya.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa
sampel yang ditentukan atau dipilih adalah yang
representatif, yang mewakili populasi penelitian. Hal
tersebut bila dilihat dari perspektif kuantitatif. Sebab
tujuan sampling dalam penelitian kuantitatif pada
dasarnya bertujuan agar simpulan apa yang diteliti dari
sampel tersebut dapat diberlakukan terhadap populasi
yang diwakili. Melalui teknik sampling diharapkan agar
1. Probability Sampling
Secara tradisional, penggunaan probability
sampling merupakan teknik standar dalam penelitian
sosial (Denscombe, 2007). Probability sampling merupakan
teknik sampling dengan memberikan peluang yang sama
kepada semua anggota populasi untuk dipilih menjadi
bagian dari sampel. Menurut Harry T. Reis dan Chrales
M. Judd (2000), probability sampling mengacu pada
prosedur dasar seleksi di mana unsur-unsur dipilih
secara acak dari kerangka sampling dan setiap elemen
telah diketahui.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam
teknik sampling ini adalah membuat sampling frame
(kerangka sampel), yaitu daftar yang berisikan nama
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai
anggota sampel. Dalam daftar tersebut, tidak ada
prioritas di antara populasi untuk dijadikan sampel.
Setiap anggota memiliki peluang yang sama untuk
menjadi bagian dari sampel.
d. Area random
Area random disebut juga cluster sampling, yaitu
teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil
wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Teknik ini
dapat digunakan pada kondisi populasi atau sumber
data yang sangat luas. Misalnya seorang peneliti yang
hendak meneliti keadaan penduduk suatu propinsi.
Maka tidak mungkin peneliti dapat menggali data dan
informasi dari seluruh penduduk propinsi tersebut. Oleh
karena itu peneliti harus mengambil perwakilan sebagai
sampel dari setiap kabupaten yang ada di propinsi.
Penelitian yang dilakukan di wilayah kabupaten, maka
peneliti mengambil masing-masing perwakilan dari tiap
kecamatan. Demikian pula peneliti yang hendak
mengkaji populasi di sebuah kecamatan, maka ia harus
mengambil perwakilan dari masing-masing desa
kecamatan tersebut. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikaan sumber data, maka pengambilan
sampelnya didasarkan pada daerah populasi yang telah
ditentukan.
Peneliti yang menggunakan teknik ini biasanya
melalui dua tahapan; pertama, menentukan sampel
daerah, dan kedua, menentukan orang-orang yang ada di
daerah itu secara sampling juga.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling merupakan kebalikan
dari probability sampling, yaitu teknik sampling yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan sama
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis ialah teknik sampling yang
dilakukan dengan cara mengambil anggota sampel
berdasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi
nomor urut. Teknik ini digunakan jika peneliti
dihadapkan pada masalah ukuran populasi yang banyak
dan tidak dapat mengambil sampel secara random
karena alasan tertentu misalnya peneliti tidak memiliki
alat untuk menggunakan random.
b. Sampling kuota
Sampling kuota merupakan teknik sampling
yang digunakan untuk menetukan anggota sampel dari
c. Sampling insidental
Sampling insidental merupakan teknik
pengambilan sampel yang didasari atas kebetulan
semata. Artinya siapa pun anggota populasi yang secara
kebetulan (incidental) bertemu dengan peneliti dapat
diambil sebagai anggota sampel. Namun, peneliti juga
perlu mempertimbangkan orang yang kebetulan ditemui
itu, apakah ia cocok sebagai sumber data atau tidak. Jika
sesuai dengan data yang diinginkan, peneliti dapat
memasukkannya dalam anggota sampel.
d. Purposive sampling
Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini
menurut para ahli amat relevan digunakan dalam
penelitian kualitatif. Dari namanya, teknik ini
menggambarkan bahwa sampel yang dipilih
berdasarkan tujuan dan maksud (purpose) tertentu
peneliti. Poulasi yang dijadikan sampel dengan teknik ini
adalah orang atau data yang diyakini memiliki informasi
yang luas sesuai kebutuhan penelitian.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik pemilihan sampel
yang digunakan jika anggota populasi dijadikan sebagai
sampel sekaligus. Artinya, peneliti di lapangan
menjumpai jumlah populasi yang relatif kecil, kurang
f. Snowball sampling
Dari segi nama, snowball sampling merupakan
sebagai teknik sampling yang diadopsi dari cara kerja
bola salju. Bola salju kecil yang menggelinding lama-
lama akan menjadi besar. Sehingga dapat dipahami
bahwa teknik sampling ini merupakan penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
menjadi besar.
Prosedur dalam penetuan sampel ini yaitu
pertama-tama dipilih satu atau dua orang. Namun
karena satu atau dua orang tersebut dianggap belum
lengkap memberikan data dan informasi, maka peneliti
mencari orang lain yang dianggap mampu melengkapi
data yang telah diperoleh dari sampel atau informan
sebelumnya. Demikian seterusnya bertambah dan
bertambah sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti.
Tidak hanya mencari, peneliti juga dalam hal ini dapat
meminta petunjuk dari sampel (informan) sebelumnya
mengenai siapa informan yang dapat melengkapi data
dan informasi yang telah diberikan tersebut. Biasanya
dalam satu tema permasalahan, antara informan yang
satu dengan yang lainnya saling mengenal. Teknik ini
BAGIAN 8
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
A. Observasi (Pengamatan)
1. Definisi Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Sebagai
salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, observasi merupakan dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi (Nasution, 2003).
Sehingga teknik ini sangat tepat digunakan dalam
penelitian-penelitian sosial dan pendidikan. Sevilla dkk.
2. Macam-Macam Observasi
Secara umum data observasi dikumpulkan
dalam dua cara yang berbeda yaitu laboratory observation
(observasi laboratorium) dan naturalistic observation
(observasi alami). Menurut Jhonson dan Chritensen
(2012), “Laboratory observation is carried out in settings that
are set up by the researcher and inside the comfines of research
lab”. Definisi tersebut dapat dipahami secara sederhana
bahwa observasi laboratorium merupakan observasi
yang memerlukan penyetingan sebelum melakukan
observasi.
Biasanya obeservasi semacam ini digunakan
dalam penelitian yang bersifat eksperimen. Sedangkan
naturalistic observation secara simple didefinisikan oleh
keduanya sebagai “carried out in the real world” –
pengamatan berbasis nyata dan alami. Untuk
menjadikan “apa yang diamati” (objek) tersebut alami,
maka peneliti harus sedapat mungkin memasuki dunia
nyata objek. Tipe observasi inilah yang digunakan dalam
penelitian kualitatif.
Berdasarkan peranan peneliti dalam proses
observasi, maka observasi dibagi menjadi empat. Dalam
hal ini, peneliti dapat memilih peran dalam
mengumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan
keinginan, kemudahan dan keakuratan data yang
3. Manfaat Observasi
Observasi bermanfaat untuk mendapatkan data
yang lebih ekstensif, luas dan faktual mengenai kondisi
aktual objek yang diamati. Melalui observasi peneliti
dapat dengan leluasa mengindera apa yang terjadi di
lapangan penelitian. Patton (1998) menyebutkan 6
manfaat observasi sebagaimana yang dikutip Nasution
(2003) sebagai berikut:
a) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi.
Ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau
menyeluruh.
b) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti
menggunakan pendekatan induktif. Peneliti tidak
dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan
a. Kelebihan observasi
Di antara kelebihan teknik observasi adalah:
1) Memungkinkan bagi pengamat/peneliti secara
langsung merekam kejadian, peristiwa, perilaku,
sikap, kebiasaan, program, aktivitas dan sebagainya
di lapangan penelitian. Sehingga, peneliti tidak
terlalu perlu mengandalkan penginderaan orang
lain. Namun kadang-kadang penginderaan orang
lain juga diperlukan karena suatu alasan tertentu
yang sifatnya mendesak.
2) Lebih memudahkan pengamat/peneliti dalam
memperoleh data, karena data dapat diperoleh tanpa
melakukan komunikasi dengan informan. Sebab,
kadang-kadang subjek yang diharapkan sebagai
informan enggan diajak berkomunikasi atau
berwawancara dengan alasan-alasan tertentu seperti
informan tidak memiliki waktu luang, data hanya
boleh diketahui oleh orang-orang tertentu dan
sebagainya.
b. Kekurangan observasi
Di antara kekurangan observasi yaitu:
1) Dari segi waktu, observasi membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama dari pada teknik lainnya
semisal wawancara. Misalnya, peneliti hendak
meneliti tradisi Waktu Telu suku Sasak, maka peneliti
tersebut harus menunggu pelaksanaan tradisi-tradisi
tersebut yang kadang-kadang pelaksanaannya sekali
seminggu, sekali sebulan bahkan sekali setahun.
7. Etika Observasi
Kegiatan observasi sangat erat kaitannya dengan
interaksi sosial, karena observer (pengamat) melibatkan
hubungannya dengan manusia dan lingkungan sosial
objek penelitiannya. Jalinan hubungan yang baik akan
mempermudah peneliti mendapatkan data yang
diinginkannya. Salah satu yang memperkuat jalinan
relasi dalam sebuah observasi adalah kemampuan
peneliti bersikap santun sesuai nilai moral, adat, budaya
dan nilai agama yang dijunjung di lokasi penelitiannya.
Mustahil seorang peneliti mendapatkan data yang
diinginkannya jika sikapnya berlawanan dengan etika
yang dijunjug oleh masyarakat tempat ia meneliti. Di
antara etika tersebut adalah:
a) Peneliti meminta ijin kepada orang atau institusi yang
memiliki wewenang secara birokrasi ke pmerintahan
semisal dusun, kepala desa, lurah, kepala lingkungan
dan ataupun secara adat semisal tokoh adat atau
tokoh agama, dengan menunjukkan surat ijin meneliti
jika diperlukan.
b) Peneliti memperhatikan tutur kata dan sikapnya,
terutama di awal pertemuan awalnya dengan
B. Wawancara
1. Definisi Wawancara
Secara historis, terma “interview” sudah
digunakan pada abad XVII (Kvale dan Brinkma dalam
Banister, Bunn, at. al., 2011). Teknik wawancara telah
digunakan dalam penelitian sejak sekitar seratus tahun
lalu dan diasosiasikan pada tahun 1930-an dan 1940-an
(Fontana dan Frey dalam Banister, Bunn, at. al., 2011).
2. Klasifikasi Wawancara
Secara umum tehnik wawancara yang biasa
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara
mendalam (in-depth interview), yaitu ikhtiar memperoleh
data penelitian dengan cara melakukan tanya jawab
secara langsung (face to face) antara peneliti sebagai
pewawancara dan informan sebagai terwawancara baik
secara terstruktur atau pun bebas, yang dilakukan dalam
waktu yang relatif lama dalam kehidupan sosial.
Menurut Rajendra Kumar Sharma (2008) para
ilmuwan sosial mengklasifikasikan interview
(wawancara) sangat variatif, yaitu sebagai berikut:
a) Dilihat dari sisi keformalannya, interview dibagi
menjadi dua tipe:
1) Interview formal. Pewancara/peneliti sudah
mengetahui dengan pasti mengenai data,
informasi yang hendak diperoleh dari
terwawancara. Sehingga, ia terlebih dahulu
menyusun dan memahami pertanyaan yang
hendak diajukan kepada terwawancara secara
sitematis untuk mendapatkan jawaban yang lebih
spesifik. Mengingat keterbatasan yang dimiliki
manusia, maka selain itu, pewawancara juga perlu
menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, alat peraga dan sebagainya yang dapat
membantu dalam proses wawancara.
2) Interview informal. Pewancara tidak memiliki
instrument sebagai pedoman wawancara.
Hubungan pewancara dan terwawancara dalam
suasana biasa, wajar dan pertanyaan beserta
3. Wawancara Efektif
Wawancara penelitian yang efektif adalah
wawancara yang dapat memberikan informasi lengkap
dan detail sesuai dengan waktu, dana dan tenaga yang
dimiliki dalam suatu penelitian. Menciptakan
wawancara yang efektif sesungguhnya tidak sulit jika
pewawancara/peneliti memperhatikan beberapa hal
yang direkomendasikan oleh Nasution (2003) yaitu
memperhatikan isi wawancara, urutan pertanyaan dan
rumusan pertanyaan. Penjelasannya berikut ini:
1) Isi wawancara
Pewawancara sebagai pihak yang membutuhkan
informasi atau data harus mampu mengendalikan isi
wawancara agar tidak “ngalur ngidul”. Menurut
Nasution, di antara isi pertanyaan yang dapat
ditanyakan sebagai berikut:
2) Urutan pertanyaan
Sebenarnya tidak ada ketentuan mengenai
urutan pertanyaan dalam suatu wawancara, namun ada
3) Rumusan pertanyaan
Pertanyaan inti dalam wawancara akan efektif
bilamana dirumuskan dengan baik, cermat dan teliti.
Peneliti sebagai pewawancara harus terlebih dahulu
merumuskan pertanyaan sebelum terjun ke lapangan.
5. Etika Wawancara
Etika menjadi pembahasan yang tidak dapat
dipisahkan dari proses penelitian, karena penelitian
merupakan bagian dari interaksi sosial. Wawancara
sebagai bagian dari proses penelitian hendaknya
dilakukan dengan memperhatikan etika yang berlaku di
C. Dokumentasi
1. Konsep Dokumentasi
Untuk mengetahui konsep dokumentasi dalam
konteks penelitian, maka perlu dikemukakan konsep
dasar mengenai dokumentasi berupa pengertiannya dari
segi bahasa. Dokumen dalam “A Dictionary of the
derivations of the English Language” diketahuai berasal dari
bahasa Latin yaitu documnetum, yang terambil dari kata
docere, yang berarti to teach, precept; - written instruction; -
an official paper conveying information, or establishing the
allegation of fact. Menurut McMillan dan Schumacher
dalam Satori dan Komariah (2012), bahwa dokumen
merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau
dicetak, dapat berupa catatan anekdot, surat, buku
harian, dan dokumen. Dokumen kantor termasuk
lembaran internal, komunikasi bagi publik yang
beragam, file siswa dan pegawai, deskripsi program dan
data statistik pembelajaran. Menurut Moleong (2013),
dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Jadi
dokumen merupakan rekam jejak yang memuat
kejadian, ide, pandangan, penafsiran, jasa-jasa, dan
kegiatan seseorang dalam bentuk tulisan, photo, gambar,
rekaman video, plakat, lembaran, buku catatan harian,
artefak, batu nisan, manuskrip, transkrip nilai, raport,
dan sebagainya.
Melihat definisi dokumen di atas, maka secara
sederhana dokumentasi dalam penelitian kualitatif dapat
dipahami sebagai salah satu metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara melihat, mengkaji, dan
menganalisis dokumen-dokumen dan hal-hal yang
2. Macam-Macam Dokumen
Pada umumnya dokumen dibagi menjadi dua
macam yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Dokumen pribadi terbagi menjadi buku atau catatan
harian, surat pribadi, dan otobiografi. Sedangkan
dokumen resmi terbagi menjadi dua yaitu dokumen
internal dan eksternal. Adapun penjelasannya berikut
ini:
a. Dokumen Pribadi
1) Buku Harian
Buku harian atau yang lebih sering disebut
dengan diary merupakan catatan-catatan penting tentang
kejadian atau peristiwa yang dialami sehari-hari.
Biasanya buku harian berisi kejadian yang amat
berkesan, memiliki kenangan dan bersejarah. Juga,
sebagai dokumen pribadi, diary merupakan kumpulan
tulisan-tulisan yang bersifat privasi. Dokumen semisal
ini sering digunakan oleh para peneliti yang mengkaji
pemikiran tokoh tertentu.
2) Surat Pribadi
Surat adalah sarana komunikasi pribadi untuk
menyampaikan informasi tertulis yang ditulis oleh
seorang individu kepada orang atau instansi tertentu,
yang bertujuan untuk memberitahukan, meminta,
b. Dokumen Resmi
1) Dokumen internal dipahami sebagai dokumen yang
diperoleh langsung dari pihak internal individu
ataupun suatu instansi/lembaga yang diteliti.
2) Dokumen eskternal dipahami sebagai dokumen yang
diperoleh dari eksternal/luar individu atau instansi
yang diteliti.
a. Keunggulan Dokumentasi
Di antara keunggulan teknik dokumentasi
sehingga layak dipertimbangkan dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
1) Metode dokumentasi menjadi pilihan terbaik bagi
peneliti yang ingin mengetahui masa lampau.
2) Metode dokumentasi menjadi alternatif utama dalam
penelitian kualitatif ketika informan sulit atau bahkan
tidak dapat diwawancarai, seperti informan yang
telah meninggal dunia.
3) Sangat memungkinkan peneliti untuk bersikap
objektif dalam penelitian karena dokumen atau data
tersebut tidak dipengaruhi oleh kehadiran peneliti.
b. Kelemahan Dokumentasi
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, metode
dokumentasi juga memiliki sisi-sisi kelemahan yaitu:
1) Metode atau teknik dokumentasi kadang kala
membutuhkan penafsiran yang mendalam tatkala
dokumen yang dijumpai menggunakan bahasa
verbal atau simbolik yang sukar dipahami.
2) Dokumen atau tentang seorang tokoh yang tidak
berkenan dipopulerkan dengan alasan tertentu pada
masa lampau kadangkala tidak tersimpan secara baik
atau bahkan tidak ada.
3) Data yang tersedia dalam sebuah dokumen
kadangkala tidak lengkap karena dokumen ditulis
bukan untuk penelitian.
4) Dokumentasi yang tidak lengkap sangat rentan
memberikan petunjuk atau informasi yang tidak
lengkap pula atau bahkan sesat.
BAGIAN 9
ANALISIS DATA
Pengumpulan Penyajian
data Data
3) Conclusion; Drawing/verifying
Analisis ketiga yang tidak kalah penting dengan
dua tahapan sebelumnya adalah conclusion, yaitu
menarik simpulan dan melakukan verifikasi data.
b. Teknik Spradley
Teknik Spradley secara umum terdiri enam
proses analisis, yaitu pengamatan deskriptif, analisis
domein, pengamatan terfokus, analisis taksonomi,
pengamatan terpilih, analisis komponensial, dan diakhiri
dengan analisis tema.
/atribut Y 2013
Lokasi X adalah Madrasah merupakan lokasi
kegiatan lokasi penyelenggaraan Kurikulum 2013
kegiatn Y
Analisis Domain
Atribut/Karakteristik
Kurikulum 2013
Analisis Taksonomik
Pendidikan Pendidikan
Karakter Anti Korupsi
- Jujur
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Berani
- Bermusyawarah
- Kerja keras
- Rajin membaca
- Kepedulian
- Disiplin
- Kemandirian
- Toleransi
- Tanggung jawab
- Demokratis
- Kesederhanaan
- Kerja keras
- Komunikatif
- Dan seterusnya
BAGIAN 10
PEMERIKSAAN
KEABSAHAN DATA
B. Observasi mendalam
Observasi/pengamatan mendalam sebagai salah
satu cara memeriksa keabsahan data dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara lebih teliti dibandingkan
dengan observasi sebelumnya, guna mengecek kevalidan
data yang diperoleh.
Pada tahapan ini kemungkinan data yang
diperoleh lebih akurat jika hubungan peneliti dengan
informan terjalin akrab. sehingga di antara keduanya
telah diikat oleh hubungan emosional secara psikologis,
yang berimplikasi pada sikap saling mempercayai,
terbuka, dan kekeluargaan. Kondisi yang demikian,
memberikan kepastian bahwa data yang diperoleh
diyakini keabsahannya.
Lalu berapa lama peneliti memperdalam
observasinya? Waktu yang dibutuhkan untuk
memperdalam suatu observasi tergantung pada tingkat
kedalaman, keluasan dan kevalidan data yang
diinginkan. Semakin lama, semakin memungkinkan
peneliti menemui data yang mendalam, yaitu peneliti
menemukan makna-makna yang tersembunyi di balik
fenomena yang nampak. Demikian pula semakin lama
observasi dilakukan, keluasan dan kevalidan data sangat
D. Triangulasi Data
Secara historis, popularitas triangulasi (peng-
gabungan) sebagai teknik pengumpulan data telah
banyak digunakan pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-
an. Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data
yang paripurna dalam penelitian kualitatif. Sebab teknik
BAGIAN 11
KAJIAN PUSTAKA,
DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka harus ada dalam penelitian
kualitatif. Kajian pustaka oleh para ahli dikemukakan
dengan istilah yang berbeda-beda. Ada yang
mengistilahkan kajian teoretik, studi pustaka, tinjauan
pustaka, acuan teori, ada juga yang mengistilahkan studi
kepustakaan, dan ahli lain mengistilahkan acuan
teoretik. Istilah-istilah tersebut sah-sah saja digunakan
dalam penelitian, namun penulis lebih tertarik
menggunakan istilah “Kajian Pustaka”. Penggunaan
istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada
upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan
teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Bila kita
B. Data Temuan
Dalam sub bab ini disajikan berbagai data
temuan lapangan baik data hasil observasi, wawancara
maupun dokumentasi. Data-data yang ditampilkan
adalah data sesungguhnya atau apa adanya berdasarkan
C. Pembahasan
Pembahasan harus dilakukan secara tepat,
cermat dan sistematis. Uraian kalimat pada pembahasan
harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
tertera pada rumusan masalah, dan harus singkron
dengan data temuan.
BAGIAN 12
DATA DAN KRITERIANYA
A. Definisi Data
Data, dalam bahasa Inggris merupakan bentuk
plural dari “datum” yang berarti materi atau kumpulan
fakta yang dipakai untuk keperluan analisis, diskusi,
presentasi ilmiah, atau tes statistik. Ada juga yang
mendefinsikan data sebagai “the description of things and
events that we face” - deskripsi dari sesuatu dan kejadian
yang kita hadapi. Secara umum data adalah “a structured
codification of single primary entities, as well as of transactions
involving two or more primary entities”. Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), data
diterjemahkan sebagai berikut: (1) kenyataan yanga ada,
yang berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun
pendapat; (2) keterangan yang benar; (3) keterangan atau
bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyidikan.
Pada laman Boston University Libraries (diakses
16/10/2013) dirilis bahwa “research data is data that
B. Kriteria Data
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu
harus diketahui kriteria data yang akan dikumpulkan
berdasarkan sumber, cara memperoleh data dan waktu
pengumpulan data.
BAGIAN 13
PENUTUP
(Bagian Akhir Penelitian)
A. Simpulan
Simpulan merupakan bagian akhir dari sebuah
laporan penelitian. Simpulan bukan ikhtisar atau
rangkuman dari bab sebelumnya, melainkan hasil
pemikiran reflektif yang mewakili muatan utama dalam
penelitian sesuai dengan rumusan masalah. Pada bagian
ini peneliti berusaha menyimpulkan secara singkat,
padat dan jelas serta komprehensif dan holistik. Peneliti
dalam menyimpulkan hasil penelitiannya, hendaknya
dilakukan secara deskriptif dan menghindari simpulan
dalam bentuk pointer.
B. Saran
Yang dimaksud saran dalam bab penutup
sebuah karya ilmiah semisal skripsi, tesis dan disertasi
adalah rekomendasi. Peneliti merekomendasikan
BAGIAN 14
SISTEMATIKA
PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN
A. Pendahuluan
Pedoman penulisan proposal dan laporan
penelitian bukanlah sesuatu yang baku. Masing-masing
institusi/ lembaga/organisasi penyelenggara penelitian
memiliki pedoman yang berbeda-beda. Namun ada
bagian-bagian yang lazim dipergunakan oleh semua
instansi. Oleh karena itu, bagian ini akan membahas hal-
hal umum yang berhubungan dengan penulisan
proposal dan laporan penelitian secara teknis.
Bagian ini sangat penting diperhatikan oleh
peneliti. Aturan teknik penulisan secara umum
sesungguhnya bertujuan untuk mengarahkan tulisan
proposal dan laporan penelitian menjadi sesuatu yang
memiliki nilai estetika.
c. Ringkas
Kalimat yang digunakan hendaknya ringkas, namun
memiliki makna yang padat. Demikian pula susunan
paragrapnya. Keringkasan kalimat dan paragrap
dapat dipahami isinya dengan mudah, dan
sebaliknya akan sulit dipahami bila kalimat dan
paragrap yang dibuat terlalu panjang dengan anak
kalimat yang banyak.
d. Selektif.
Ada sejumlah kata yang harus dihindari dalam
sebuah karya ilmiah semisal proposal dan laporan
penelitian. Seperti penggunaan kata ganti “aku”,
“saya”, “kami”, dan “kita”, termasuk kata “penulis”
atau “peneliti” harus dihindari, dan diganti dengan
kalimat intransitif.
Contoh:
Sebagaimana yang sering kita/saya/penulis/peneliti
dengar bahwa ...
(sebaiknya diganti dengan)
Sebagaimana yang sering didengar bahwa ...
3. Penyajian Visual
Penyajian visual adalah penyajian hasil
penelitian dengan menampilkan grafik-grafik, peta,
gambar, dan sebagainya. Penyajian visual biasanya
dimaksudkan sebagai kombinasi atau pelengkap sajian
matematis dan verbal. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam penyajian visual:
a. Sajian visual hendaknya ditempatkan di belakang
uraian matematis atau verbal mengenai hal yang
relevan serta masih dalam teks.
b. Tidak seperti dalam tabel, nomor, dan judul
gambar/sajian visual hendaknya ditempatkan di
bawah sajian visualnya (Soemanto, 2008)
C. Teknik Penulisan
1. Jenis dan Ukuran Kertas
Jenis kertas yang umum digunakan pada
penulisan proposal dan laporan penelitian adalah kerta
HVS berukuran A4 dengan ukuran margin; tepi kanan 3
cm., tepi kiri 4, tepi atas 4, dan tepi bawah 3.
Contoh:
BAB I
A. ………….
1. ………….
2. ...............
a. …………
b. ..............
1) ………….
2) ...............
a) …………..
b) ................
(1) …………
(2) ..............
(a) …………
(b) ..............
B. …….
1. ……….
2. .............
a. ………
b. ...........
1) ………
2) ...........
a) .........
b) .........
(1) ........
(2) ........
(a) .........
(b) ......... demikian seterusnya.
5. Footnote
Dalam penulisan proposal, laporan penelitian
dan karya-karya ilmiah lainnya, penyebutan rujukan
tambahan menggunakan format catatan kaki (footnote).
Footnote merupakan salah satu aplikasi otomatis dalam
lembar kerja micrisoft word. Jadi catatan kaki tidak ditulis
(diketik) secara “manual”. Jika ditulis secara manual,
catatan kaki tidak akan teratur.
Bagi penulis pemula, aplikasi footnote dapat
diakses melalui langkah-langkah manual berikut:
Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan; Tinjauan
Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012), 99.
Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan;
Tinjauan Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012),
99.
Ibid., 95.
Ibid., 30. Dan seterusnya.
Contoh:
Nur Syam, “Penguatan Kelembagaan Ekonomi
Berbasis Pesantren”, dalam A. Halim dkk. (Ed.),
Manjemen Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005), 248.
M. Sobry, .........................................................................
(Tesis, Universitas Sebelas maret, Surakarta, ........)
M. Sobry,
..............................................................................
(Disertasi, Uninus, Bandung, ......)
6. Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah termasuk proposal
dan laporan penelitian, kutipan dibagi menjadi dua,
yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah teknik mengutip yang
dilakukan secara langsung dengan menukil kalimat-
kalimat yang ada di dalam buku yang dijadikan rujukan,
7. Daftar Pustaka/Referesensi
Mencantumkan daftar pustaka merupakan suatu
yang mutlak dilakukan di dalam sebuah karya ilmiah. Di
samping untuk memperjelas sumber yang digunakan,
juga merupakan etika intelektual seorang penulis.
Referensi yang dimasukkan dalam daftar
pustaka adalah refrensi yang dikutip. Refresensi yang
hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak
dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar
rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang
8. Transliterasi Arab-Latin
Transliterasi Arab-Latin dilakukan bilamana
terdapat kata atau frase dalam bahasa Arab yang belum
diindonesiakan. Penulisannya dapat mengacu pada
pedoman transliterasi berikut ini:
BAGIAN 15
PENELITIAN CAMPURAN
(MIXED METHODS);
SEBUAH PENGATAR
1. Timing (waktu)
Hal penting pertama yang harus diperhatikan
peneliti dalam menggunakan pendekatan mixed method
adalah waktu dalam melakukan pengumpulan data
kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini peneliti perlu
menegaskan apakah penelitian yang hendak dilakukan
pengumpulan datanya dilakukan secara bertahap
(sekuensial) atau sekaligus dalam satu waktu
(konkuren).
2. Weigthing (bobot)
Karena metode campuran melibatkan dua
pendekatan penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif,
maka peneliti harus mempertimbangkan bobot
campuran dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti harus
mempertimbangkan apakah bobot antara kedua
pendekatan disamakan atau salah satu di antaranya
melebihi bobot yang lain. Jika tidak disamakan,
3. Mixing (pencampuran)
Menggunakan mixing method dalam sebuah
penelitian tidaklah mudah. Ia memiliki konsekuensi
tidak sekadar mencapur metodologi semata, namun
melibatkan usaha serius dalam mencampur jenis data,
rumusan masalah, tujuan penelitian, analisis atau
unterpretasi data. Dapat dibayangkan bagaimana
sulitnya menganalisis data yang berserakan yang terdiri
dari data-data kualitatif semisal teks-teks hasil observasi,
wawancara dokumentasi di lapangan, dan data-data
kuantitatif yang terdiri tabel-tabel statistik yang dipenuhi
oleh angka-angka.
4. Teorizing (teorisasi)
Teorisasi juga perlu dipertimbangkan. Ia
melibatkan teori-teori yang berhubungan dengan
rumusan masalah kualitatif dan kuantitatif. Sebab,
kadang-kadang tidak semua teori tersedia dalam satu
penelitian dengan dua teknik yang berbeda. Oleh karena
itu, peneliti harus mempertimbangkan ketersediaan
kajian terdahulu dan kecukupan referensi yang sesuai
dengan masalah yang diteliti.
BAGIAN 16
KESIMPULAN
GLOSARIUM
INDEKS
A I
W
R
Wawancara · 22, 140, 141, 144,
Reduksi Data · 238
145, 146, 147, 154, 155, 240
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS