FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
PED/PS-FH/001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
2018
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1
A. Nilai Luhur ……………………………………………………………………… 2
B. Visi Fakultas ………………….………………………………………………… 2
C. Misi Fakultas ………….………………………………………………………. 2
D. Tujuan …………….……………………………………………………………… 2
E. Sasaran …………….……………………………………………………………… 3
BAB II. LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN ……………………………….. 6
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 6
B. Pengertian …..……………….………………………………………………… 7
BAB III. KETENTUAN PENYUSUNAN SKRIPSI …..……………………………….. 15
A. Persyaratan Penyusunan Skripsi ..…………..……………………… 15
1. Akademik ……….………………….………..…………………………… 15
2. Administrasi Keuangan ………………………….………..………… 15
B. Prosedur Pengajuan Penyusunan Skripsi ………………………… 15
1. Pengajuan Judul Sementara ……………………………………… 15
2. Proposal Skripsi ………………………………………………………… 16
3. Bimbingan Skripsi …………………………………………………….. 16
C. Perpanjangan Waktu Penyusunan Skripsi ………………………… 18
1. Persyaratan ……………..………………………………………………… 18
2. Prosedur…………………………………………………………………… 19
D. Perubahan Judul dan/atau Materi Skripsi ………………………… 20
iii
B. Penilaian Ujian Proposal/Skripsi ……………………………………… 48
1. Penilaian …………………………………………………………………… 48
a. Proposal ……………………………………………………………… 48
b. Skripsi ………………………………………………………………… 49
2. Rentang Nilai Ujian ………………………………………………….. 49
3. Cara Penilaian ……………………………………….…………………… 49
a. Proposal ……………………………………………………………… 49
b. Skripsi ………………………………………………………………… 50
4. Lulus Ujian Proposal/Skripsi Dengan Perbaikan ………… 50
5. Tidak Lulus Ujian Proposal/Skripsi ……………………………. 50
a. Proposal ……………………………………………………………… 50
b. Skripsi ………………………………………………………………… 51
6. Perbaikan Nilai Ujian Proposal/Skripsi ……………………… 51
7. Prosedur Ujian Ulang dan Perbaikan Nilai Proposal/
Skripsi ……………………………………………………….……………… 51
a. Proposal ……………………………………………………………… 51
b. Skripsi ………………………………………………………………… 51
8. Tata cara Penilaian Ujian Proposal/Skripsi diatur
lebih lanjut dalam SOP …………………………….……………… 52
C. Kewajiban Menyerahkan Skripsi ……………………………………. 52
D. Sanksi ……………………………………………………………………………… 52
E. Ketentuan Khusus ……………………………….…………………………… 52
Lampiran
I Lampiran A
II Lampiran B
iv
A. Nilai Luhur
Segenap warga kampus Universitas Trisakti akan selalu menjunjung
tinggi martabat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan serta tetap
menganut kebebasan akademik berdasarkan integritas keilmuan,
mengandalkan kepakaran serta sadar akan keterkaitan dengan lembaga-
lembaga lain. Semua gerak langkah ini dirumuskan dalam Trikrama
Universitas Trisakti.
1. Pengertian
Trikrama Universitas Trisakti adalah Tiga Etika Utama yang wajib
dihayati, dijunjung tinggi, dilaksanakan dan ditaati oleh setiap Warga
Kampus Universitas Trisakti
2. Tujuan
Trikrama Universitas Trisakti bertujuan untuk memberikan landasan
bagi setiap warga kampus Universitas Trisakti dalam memelihara
integritas moral, harkat, kewibawaan dan martabatnya.
3. Makna Trikrama
Krama pertama adalah rangkaian krama yang menggambarkan
karakteristik/sifat individu w
arga Universitas Trisakti yang diinginkan, yaitu : Taqwa, Tekun dan
Terampil.
Krama kedua adalah rangkaian krama yang menggambarkan
karakteristik/sifat hubungan antara manusia (L’esprit de corps)
Universitas Trisakti yang diinginkan yaitu : Asah, Asih dan Asuh.
Krama ketiga adalah rangkaian krama yang menggambarkan
hubungan manusia dan masyarakat yaitu Satria, Setia dan Sportif.
4. Kekuatan Trikrama Universitas Trisakti
Kekuatan Trikrama Universitas Trisakti terletak pada prasetia setiap
Warga Kampus pada dirinya sendiri untuk berpikir, bersikap dan
bertindak dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai
kedudukan masing-masing serta dalam tata pergaulan kehidupan
kampus sesuai dengan Trikrama.
1
B. Visi Fakultas
Menjadi Fakultas Hukum yang andal, berstandar internasional dengan
tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan hukum untuk meningkatkan kualitas hidup dan peradaban.
C. Misi Fakultas
Misi Fakultas Hukum Usakti adalah tindak lanjut dari Visi, di jabarkan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran serta Fakultas Hukum dalam menghasilkan
Sarjana Hukum yang memiliki kemampuan intelektual, berstandar
internasional, dan berkarakter Trikrama Trisakti melalui kegiatan
pendidikan dan pengajaran.
2. Meningkatkan kegiatan penelitian untuk mengembangkan ilmu
hukum berbasis nilai-nilai lokal guna menjawab permasalahan
nasional dan meningkatkan kualitas hidup dan peradaban.
3. Meningkatkan peran serta Fakultas Hukum dalam mendukung
kebutuhan masyarakat dan Industri melalui kegiatan pengabdian
kepada masyarakat.
4. Meningkatkan komitmen Fakultas Hukum dalam menegakkan good
faculty governance.
D. Tujuan
Berdasarkan visi dan misi tersebut diatas, maka ditentukan tujuan-
tujuan strategis (strategic goals) Fakultas Hukum Universitas Trisakti
sebagai berikut:
1. Mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran (VMTS) melalui
peningkatan pemahaman oleh pemangku kepentingan dan
menjadikannya sebagai pedoman penyelenggaraan Tridarma
Perguruan Tinggi.
2. Memantapkan pelaksanaan good faculty governance guna
mempertahankan kejayaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti
dalam penguasaan ilmu hukum berstandar internasional.
3. Menghasilkan lulusan yang berpengetahuan hukum, berbudi luhur,
cerdas, sehat, mandiri, kreatif, inovatif, berkarakter trikrama Trisakti,
memiliki kepekaan sosial, mampu bekerja sama, berkomunikasi dan
mengembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) yang adil,
arif serta menghormati kemajemukan bangsa serta memiliki daya
saing global.
2
4. Meningkatkan kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia yang
berstandar internasional guna meningkatkan daya saing bangsa.
5. Mewujudkan budaya akademik yang memacu pengembangan diri
melalui proses penyelenggaraan Tridarma Perguruan Tinggi yang
produktif, efektif dan efisien dalam ikut membangun masyarakat
adab (civil society).
6. Meningkatkan sistem pengelolaan, kualitas, dan ketersediaan sarana
prasarana, dana, dan sistem informasi, untuk mendukung
terlaksananya Tridarma Perguruan Tinggi.
7. Memantapkan budaya meneliti, publikasi ilmiah, dan
menyumbangkan karya nyata yang bermanfaat kepada masyarakat,
bangsa dan negara untuk meningkatkan kualitas hidup dan
peradaban.
8. Mengembangkan kemitraan dengan Fakultas Hukum lain, asosiasi
profesi, dunia industri, pemerintah, dan masyarakat di dalam dan
diluar negeri.
E. Sasaran
1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran dipahami oleh pemangku kepentingan
dan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan Tridarma Perguruan
Tinggi di Fakultas Hukum Universitas Trisakti.
2. Mempertahankan akreditasi A Standar BAN PT di Fakultas Hukum,
serta merencanakan mendapat status akreditasi internasional
dengan didukung tata pamong yang partisipatif, andal, kredibel,
transparan, akuntabel, bertanggung jawab, adil, berstandar ISO dan
diterapkannya sistem penjaminan mutu internal (SPMI) dengan
standar sesuai dengan sistem penjaminan mutu eksternal oleh BAN
PT atau lembaga lain (nasional, regional, internasional) yang diakui
pemerintah, secara berkesinambungan dan konsisten untuk
mendukung pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Fakultas serta
kepemimpinan Fakultas Hukum yang didasarkan transparansi,
musyawarah, mufakat, kolektivitas, akuntabilitas, efektif dan efisien
untuk mendukung pencapaian Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Fakultas.
3. Dihasilkannya lulusan yang berkarakter Trikrama Trisakti dan
berdaya saing tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri dengan
capaian 0,03% lulusan melanjutkan studi sesuai bidang ilmu; 70%
bekerja sesuai dengan bidang ilmunya dalam jangka waktu paling
3
lama 6 (enam) bulan, dan 10% diantaranya menciptakan lapangan
pekerjaan.
4. Tercapainya kinerja lulusan yang berkualitas dan berprestasi,
dibuktikan dengan rekomendasi dari 5 (lima) perusahaan besar, baik
perusahaan di dalam maupun di luar negeri.
5. Tercapainya kualifikasi sumber daya manusia yang 90% dosen
berpendidikan S3 yang bidang keahliannya sesuai dengan kompeten
di bidang hukum; 20 % dosen jabatan akademik Guru Besar (GB) dan
Lektor Kepala (LK). Tenaga kependidikan yang bersertifikat sesuai
dengan bidang tugasnya; rasio dosen: mahasiswa 1:20; dan 0.01%
dosen mendapat penghargaan bertaraf internasional; 0,01 %
memiliki pengalaman profesional sesuai bidang yang bertaraf
internasional.
6. Tercapainya kepuasan dosen dan tenaga kependidikan melalui
pemberian kompensasi, peluang pengembangan kompetensi dan
aktualisasi diri. Tercapainya kinerja dosen dan tenaga kependidikan
melalui pemberian penghargaan dan sanksi (bonus, peserta
pelatihan, promosi, teguran, demosi) untuk meningkatkan motivasi
kerja, budaya dan etos kerja, keterbukaan dan kolegialitas sehingga
tercapainya kualifikasi sumber daya manusia yang 90% dosen
berpendidikan S3 yang bidang keahliannya sesuai dengan kompeten
di bidang hukum; 20% dosen jabatan akademik Guru Besar (GB) dan
Lektor Kepala (LK) tenaga kependidikan yang bersertifikat sesuai
dengan bidang tugasnya; rasio dosen berbanding mahasiswa 1:20;
dan 0,01% dosen mendapat penghargaan bertaraf internasional;
0.01% memiliki pengalaman profesional sesuai bidang yang bertaraf
internasional.
7. Tercapainya proses pembelajaran yang produktif, efektif, dan efisien
yang berbasis pada Student Centered Learning dan terlaksananya
program pertukaran dan kerjasama mahasiswa antar Fakultas
Hukum dari Universitas di dalam negeri maupun luar negeri.
8. Tersedianya sarana pendukung pendidikan berupa tempat ibadah,
taman, kesehatan, olah raga, toko buku, kantin dan ruang bersama.
9. Terciptanya suasana akademik yang kondusif melalui kurikulum yang
memenuhi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI),
mendukung keragaman budaya antar bangsa, berbasis kearifan lokal,
memenuhi tuntutan kebutuhan pasar dan prasyarat ilmu
pengetahuan untuk membangun masyarakat adab.
10. Tersedia sarana sistem informasi dan e-learning yang selalu
terbaharui baik substansi maupun sarana pendukungnya.
4
11. Tersedianya sarana prasarana kegiatan Tridarma yang meliputi ruang
kelas/diskusi/seminar/pameran, laboratorium, perpustakaan, moot
court yang berstandar dan/atau bersertifikasi internasional yang
dapat diakses untuk kepentingan umum.
12. Tersedianya kecukupan dana dari sumber utama dan berbagai
sumber tambahan dari dalam Fakultas termasuk unit afiliasi, maupun
luar Fakultas, guna kelangsungan dan peningkatan mutu
penyelenggaraan Tridarma Perguruan Tinggi serta tersedianya dana
sebesar 0,2% dari pendapatan untuk beasiswa, dan pembangunan
masyarakat di sekitar kampus.
13. Terlaksananya kerjasama di bidang Tri Dharma dengan 2 (dua)
universitas yang termasuk 500 universitas terbaik dunia dan
kerjasama penelitian dengan paling sedikit 1 (satu) industri yang
hasilnya dipublikasikan dalam jurnal internasional.
14. Memberikan hasil kerja nyata dan pelatihan bagi pengembangan
sumber daya regional dalam bidang hukum di daerah binaan
Universitas Trisakti.
15. Dihasilkannya publikasi ilmiah Nasional dan Internasional sejumlah
0.4 karya per dosen per tahun, dan 30 karya ilmiah yang diterbitkan
dengan karya cipta setiap lima tahun.
5
A. LATAR BELAKANG
Skripsi adalah salah satu syarat kelulusan yang ditetapkan di
Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Dalam struktur kurikulum yang
berlaku, skripsi bukanlah merupakan tugas akhir. Persyaratan
penyusunan skripsi adalah telah memiliki 120 sks dan lulus mata kuliah
yang terkait dengan pembahasan skripsi minimal B.
Skripsi merupakan salah satu komponen utama dalam proses
pembelajaran mahasiswa, meskipun bukan sebagai tugas akhir dan
hanya salah satu penentu kelulusan mahasiswa. Pada skripsi ini
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan seluruh kemampuan
akademik yang dimilikinya. Sebagai suatu karya ilmiah, skripsi harus
disusun melalui kajian yang mendalam dan obyektif dengan
menggunakan metode ilmiah yang sesuai. Selain itu skripsi juga harus
ditulis sesuai dengan kaidah penulisan yang baku dan tentunya
merupakan reprentasi karya ilmiah produk Fakultas Hukum Universitas
Trisakti, sehingga memiliki ciri tertentu yang mudah dikenali jika
dibandingkan dengan produk-produk ilmiah dari perguruan tinggi
lainnya.
Untuk memberikan keseragaman bentuk dan penetapan kaidah
baku penulisan, serta memberikan bimbingan mengenai prosedur
penulisan skripsi, maka pedoman ini dapat dijadikan sebagai acuan.
Sebagai salah satu pedoman maka buku ini merupakan ketentuan wajib
yang harus diikuti oleh pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Trisakti yang sedang menyusun skripsi. Namun perlu diperhatikan
bahwa pedoman ini hanya terbatas pafa format penulisan, sedangkan
penggunaan metode penelitian adalah tergantung pada sifat, obyek
dan subyeknya, sehingga akan bervariasi. Dengan demikian pada
pedoman ini tidak ditentukan metode yang baku. Contoh-contoh
penerapan metode penelitian yang dikemukakan pada bagian lampiran
tentang abstrak, merupakan contoh yang bersifat tidak mengikat.
Dalam hal ini dimungkinkan bagi penyusun skripsi untuk menggunakan
metode lain yang sesuai dengan obyek kajiannya.
6
B. PENGERTIAN
1. Bimbingan Skripsi
adalah proses pengarahan dosen kepada seorang mahasiswa dalam
menyusun skripsi. Dalam rangka penyusunan skripsi, mahasiswa
dibimbing oleh dosen pembimbing skripsi yang ditunjuk oleh
pimpinan Fakultas. Pembimbingan dilakukan dalam jangka waktu 6
(enam) bulan. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak dapat
diselesaikan, maka pembimbingan dapat diperpanjang selama 6
(enam) bulan.
2. Dosen
adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi melalui pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, yang telah memenuhi Standar
dosen minimal tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rangka pemenuhan
capaian pembelajaran lulusan.
7
2) Asisten Ahli yang berijazah Doktor melaksanakan (M)
bimbingan pembuatan skripsi membantu (B) kegiatan
bimbingan pembuatan tesis.
b. Rincian Kegiatan Lektor yaitu: Melaksanakan bimbingan tugas
akhir penelitian mahasiswa untuk pembuatan skripsi, thesis dan
disertasi diatur sebagai berikut :
1) Lektor yang berijazah Magister melaksanakan (M) bimbingan
pembuatan skripsi;
2) Lektor yang berijazah Doktor melaksanakan (M) bimbingan
pembuatan skripsi dan thesis, membantu (B) kegiatan
bimbingan pembuatan disertasi.
c. Rincian Kegiatan Lektor Kepala yaitu: Melaksanakan bimbingan
tugas akhir penelitian mahasiswa untuk pembuatan skripsi, thesis
dan disertasi diatur sebagai berikut:
1) Lektor kepala yang berijazah Magister melaksanakan (M)
bimbingan pembuatan skripsi;
2) Lektor kepala yang berijazah Doktor melaksanakan (M)
bimbingan pembuatan skripsi dan thesis, membantu (B) atau
melaksanakan (M) bimbingan pembuatan disertasi dengan
ketentuan sebagai Penulis Pertama pada Jurnal Ilmiah
Internasional bereputasi.
d. Rincian Kegiatan Guru Besar yaitu: Melaksanakan bimbingan
tugas akhir penelitian mahasiswa untuk pembuatan skripsi, thesis
dan disertasi diatur sebagai berikut : Guru besar yang berijazah
Doktor melaksanakan (M) bimbingan pembuatan skripsi dan
tesis, melaksanakan (M) kegiatan bimbingan pembuatan disertasi
sesuai Pasal 27 ayat (15) Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-DIKTI).
8
Tabel 2.1.
Kualifikasi pendidikan dan Jabatan akademik
Dosen pembimbing Tugas Akhir
9
4. Dosen Penguji/Ketua Sidang Skripsi
Dosen Penguji Skripsi adalah Dosen yang memiliki NIDN atau NIDK,
memiliki Jabatan Akademik Pemerintah (P) dan diberi tugas untuk
menguji oleh Dekan.
Ketentuan Dosen Penguji untuk Program pendidikan Sarjana:
a. Memiliki jenjang pendidikan minimal S2/Sp1 dengan Jabatan
Akademik (P) Asisten Ahli (ASA);
b. Ketua sidang, dosen yang tersertifikasi;
c. Penguji internal harus dosen yang sudah tersertifikasi dan
mempunyai NIDN/NIDK;
d. Bukan sebagai pembimbing mahasiswa yang diuji;
e. Memiliki kompetensi sesuai bidang ilmu;
f. Syarat tambahan lain sesuai dengan kebijakan fakultas
Ketua Sidang adalah Dosen yang memenuhi syarat Dosen Penguji,
tersertifikasi, dan memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Ketua Sidang mempunyai jabatan akademik minimal Lektor
untuk Dosen dengan jenjang pendidikan Magister/Spesialis, atau
Dosen dengan jenjang pendidikan doktor yang mempunyai
jabatan akademik.
b. Bukan sebagai dosen pembimbing akademik (dosen wali)
dan/atau dosen pembimbing skripsi.
10
ETIKA SANKSI
6. Karya Ilmiah
adalah hasil karya akademik mahasiswa/dosen/peneliti/ tenaga
kependidikan di lingkungan perguruan tinggi, yang dibuat dalam
bentuk tertulis baik cetak maupun elektronik yang diterbitkan
dan/atau dipresentasikan.
7. Kelulusan
Mahasiswa dinyatakan lulus bila telah menyelesaikan seluruh mata
kuliah sejumlah 148 sks, sesuai Buku Petunjuk Teknis Fakultas
Hukum serta tidak bertentangan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional/Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Selanjutnya, Rektor menerbitkan Surat Keputusan tentang
Pelaksanaan Yudisium pada setiap semesternya.
1. Syarat Kelulusan
Adapun syarat kelulusan untuk mengikuti yudisium adalah
sebagai berikut:
1) Telah menyerahkan buku bimbingan skripsi yang telah
disetujui oleh pembimbing dengan ketentuan nilai Skripsi,
sebagai berikut :
a) Mahasiswa angkatan 2014 dan sebelumnya, nilai skripsi
minimal C;
b) Mahasiswa angkatan 2015 dan setelahnya, nilai skripsi
minimal B.
2) Perolehan IPK, untuk:
a) Mahasiswa angkatan 2015 dan sebelumnya, IPK ≥ 2,00;
b) Mahasiswa angkatan 2016 dan setelahnya, IPK ≥ 2,50.
3) Perolehan nilai mata kuliah:
a) Untuk angkatan 2017 dan setelahnya, semua Mata Kuliah
harus lulus dengan nilai minimal C, kecuali untuk mata
11
kuliah Agama; Pancasila; dan Bahasa Indonesia, harus
lulus dengan nilai minimal B.
b) Untuk mahasiswa angkatan 2011 sampai angkatan 2016,
semua Mata Kuliah harus lulus dengan nilai minimal C.
c) untuk mahasiswa angkatan 2010 dan sebelumnya:
(1) Tidak ada nilai E;
(2) Semua Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
di bidang hukum, Mata Kuliah Wajib PK, Mata Kuliah
Perilaku Berkarya, Mata Kuliah Pengembangan
kepribadian (MPK) khusus mata kuliah Pendidikan
Agama dan Pendidikan Pancasila harus lulus dengan
nilai minimal C;
(3) Proporsi nilai D maksimal 10% dari total jumlah sks
yang ditempuh.
4) Bebas persyaratan administrasi dan keuangan.
Bagi mahasiswa angkatan 2017 dan setelahnya, ketentuan
untuk mengikuti yudisium mendapat tambahan persyaratan
sebagai berikut:
1) Memiliki nilai skor TOEFL minimal 450.
2) Memenuhi kewajiban publikasi sesuai dengan jenjang
pendidikannya, dapat dilihat pada butir kewajiban publikasi.
3) Bebas Plagiariasme, yaitu dengan melampirkan Form Uji
Bebas Plagiarisme, yang telah ditandatangani oleh Petugas
Perpustakaan yang berwenang.
2. Hak Kelulusan
Lulusan berhak memperoleh Surat tanda kelulusan, Transkrip
nilai, ijazah, Surat keterangan pendamping Ijazah (SKPI),
menggunakan gelar akademik Sarjana Hukum sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, yaitu sesuai Nomenklatur
61611, Program Studi Hukum bergelar Sarjana Hukum (S.H.)
8. Kewajiban Publikasi
Menindaklanjuti Surat Edaran Dirjen Dikti No. 152/E/T2012
tanggal 27 Januari 2012 dan Dirjen Belmawa No. 444/B/SE/2016
tanggal Desember 2016 maka kewajiban publikasi pada Program
Studi Sarjana Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Trisakti
adalah prosiding seminar nasional atau jurnal ilmiah dalam
12
bentuk surat penerimaan (acceptance letter) makalah untuk
publikasi; bukan surat penerimaan pendaftaran (submission
letter). Materi publikasi ilmiah merupakan sebagian dari materi
skripsi yang ditulis dengan memenuhi kaidah karya ilmiah
dengan judul yang berbeda dari judul skripsi, dan bukan
merupakan duplikasi/plagiasi karya ilmiah lain termasuk karya
ilmiah sendiri (autoplagiat). Ketentuan tentang plagiat mengacu
pada Permendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi dan
aturan yang terkait dari Universitas Trisakti. Ketentuan
kewajiban publikasi berlaku sejak Tahun Akademik 2017/2018
atau Wisuda Mei 2018.
9. Plagiat
adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk
suatu karya ilmiah, denan engutip sebagian atau seluruh karya
dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya
ilmiahnya, tanpa menyebutkan sumber secara tepat dan memadai.
10. Plagiator
adalah orang perseorangan atau kelompok orang elaku plagiat,
masing-masing bertindak untuk diri sendiri dan atau untuk da atas
nama suatu badan.
12. Skripsi
adalah karya tulis ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan
Program Studi Sarjana (S1). Pada Program Studi Sarjana Ilmu
13
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Trisakti, bobot skripsi 8
(delapan) sks, yang terdiri dari: proposal dengan bobot 2 (dua) sks;
penelitian dengan bobot 2 (dua) sks; dan penyusunan skripsi
dengan bobot 4 (empat) sks.
14
A. Persyaratan Penyusunan Skripsi
Seorang mahasiswa dapat menyusun skripsi, apabila telah memenuhi
persyaratan :
1. Akademik
a. Tercatat sebagai mahasiswa aktif pada semester yang akan
ditempuh;
b. Mata kuliah skripsi tercantum dalam Kartu Rencana Studi pada
semester yang akan ditempuh untuk menyusun skripsi;
c. Telah memiliki sekurang-kurangnya 120 sks, dengan nilai
minimal C;
d. Telah lulus mata kuliah Metode Penelitian dan Penulisan Karya
Ilmu Hukum (MPPKIH) minimal C;
e. Lulus mata kuliah yang berkaitan langsung dengan materi skripsi
minimal B;
f. Seluruh persyaratan akademik tersebut, wajib dibuktikan oleh
mahasiswa pada saat pengajuan permohonan penulisan skripsi.
2. Administrasi Keuangan
a. Tidak mempunyai tunggakan dan telah membayar uang
heregistrasi, BPP Pokok, BPP Tambahan untuk semester
berjalan, dan Dana Kegiatan Mahasiswa (DKM), serta Dana
Kesehatan Mahasiswa dan Karyawan (DKMK).
b. Mahasiswa melakukan pembayaran melalui bank setelah
terlebih dahulu mengambil slip pembayaran pada Sub Bagian
Administrasi Umum dan Keuangan;
c. Melaporkan slip pembayaran ke Sub Bagian Administrasi Umum
dan Keuangan untuk diberikan paraf oleh Sub Bagian
Administrasi Umum dan Keuangan.
15
kuliah yang terkait, kemudian mengisi Surat Permohonan Judul
Skripsi dengan melampirkan proposal skripsi, transkrip nilai
sementara, foto copy dan tanda bukti pembayaran sks Skripsi
(lampiran A.1);
b. Setelah judul sementara skripsi disetujui oleh Koordinator
Program Kekhususan, mahasiswa mengisi judul sementara di
academic on-line Fakultas Hukum (lampiran A.2).
2. Proposal Skripsi
a. Sistematika penulisan proposal skripsi terdiri dari: nama, NIM,
program kekhususan, judul sementara, latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, kerangka konsepsional/teori, sistematika penulisan
dan daftar pustaka (lampiran A.3);
b. Setiap mahasiwa wajib mendaftarkan proposal skripsi paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah mendapat
persetujuan dari Koordinator Program Kekhususan, untuk diuji
dalam ujian proposal dengan mengisi formulir pendaftaran ujian
kepada Ketua Bagian melalui Sekretaris Bagian, dengan dilampiri
proposal skripsi sebanyak 3 (tiga) eksemplar, fotocopy transkrip
nilai dan fotocopy pembayaran sks skripsi (lampiran A.4);
c. Ketua bagian mengusulkan tim penguji sebanyak 3 (tiga) orang
yang terdiri dari 1 (satu) orang sebagai ketua dan 2 (dua) orang
sebagai anggota penguji yang memiliki keahlian di bidang
metode penelitian dan/atau di bidang ilmu yang terkait dengan
materi skripsi kepada Wakil Dekan I (lampiran A.5);
d. Wakil Dekan I menyusun jadwal dan menyelenggarakan Ujian
proposal.
3. Bimbingan Skripsi
a. Proses penunjukkan Pembimbing skripsi paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah proposal dinyatakan layak;
b. Dengan mempertimbangkan Berita Acara Ujian Proposal
(lampiran A.6) dan catatan penilaian ujian proposal skripsi
(lampiran A.7). Ketua Bagian mengusulkan pembimbing skripsi
kepada Dekan melalui Wakil Dekan 1 (lampiran A.8);
c. Dekan mengeluarkan Surat Penugasan Pembimbing Skripsi
dan/atau Asisten Pembimbing melalui Ketua Bagian (lampiran
A.9 dan A.10);
16
d. Proses bimbingan dimulai setelah penunjukan pembimbing
skripsi disetujui oleh Dekan;
e. Mahasiswa mengambil Surat Penugasan Pembimbing kepada
sekretaris bagian untuk diserahkan kepada pembimbing;
f. Setiap penyusunan skripsi dibimbing oleh 1 (satu) orang dosen
pembimbing;
g. Bagi skripsi yang dibimbing oleh 2 (dua) pembimbing yang
berkedudukan sebagai pembimbing I dan pembimbing II,
keduanya memiliki hak dan kewajiban serta tanggung jawab
yang sama dalam membimbing skripsi;
h. Penunjukan pembimbing skripsi dinyatakan Batal jika dalam
jangka waktu 2 (dua) bulan setelah ditandatanganinya Surat
Penugasan Pembimbing Skripsi dan/atau Asisten Pembimbing,
mahasiswa tidak melakukan konsultasi dengan Pembimbing
skripsi yang ditunjuk;
i. Dengan batalnya penunjukan Pembimbingan, maka mahasiswa
yang bersangkutan wajib mengajukan kembali proses pengajuan
dengan judul baru;
j. Penyusunan skripsi harus sesuai dengan Buku Pedoman
Penyusunan Skripsi yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas
Trisakti;
k. Bimbingan dilaksanakan dalam bentuk tatap muka sekurang-
kurangnya 12 (dua belas kali) dalam jangka waktu sekurang-
kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) semester.;
l. Setiap kegiatan bimbingan dicatat dalam buku bimbingan yang
ditandatangani oleh pembimbing (lampiran A.11) ;
m. Setiap bimbingan, yang telah menyelesaikan Bab III, wajib di
lakukan pengecekan plagiasi, ke Perpustakaan.
1) Jika tidak memenuhi syarat uji plagiarisme dengan batas di
bawah 30% kemiripannya, mahasiswa bersama-sama
dengan pembimbing memperbaiki skripsi untuk kemudian
dilakukan pengecekan plagiasi kembali {maksimal hanya 2
(dua) kali pengecekan}. UPT Perpustakaan mencatat dan
memaraf di buku bimbingan.
2) Jika memenuhi syarat uji plagiarisme dengan batas di bawah
30% kemiripannya, maka UPT Perpustakaan mencatat dan
memaraf di buku bimbingan.
n. Setelah Bab I sampai dengan Bab III, lolos persyaratan uji
plagiarisme, penulisan skripsi dapat dilanjutkan hingga selesai
dan dilakukan pengecekan ulang plagiarisme untuk Bab I sampai
17
dengan Bab V ke UPT perpustakaan kembali {maksimal hanya 2
(dua) kali pengecekan} sebagai syarat ujian skripsi.
1) Jika tidak memenuhi syarat uji plagiarisme dengan batas di
bawah 30% kemiripannya, mahasiswa bersama-sama
dengan pembimbing memperbaiki skripsi untuk kemudian
dilakukan pengecekan plagiasi kembali. Pengecekan plagiasi
maksimal hanya 2 (dua) kali, maka jika masih tidak
memenuhi syarat di bawah 30% kemiripannya, mahasiswa
tidak dapat mengikuti ujian skripsi pada semester berjalan.
UPT Perpustakaan mencatat dan memaraf di buku
bimbingan.
2) Jika memenuhi syarat uji plagiarisme dengan batas di bawah
30% kemiripannya, maka UPT Perpustakaan mencatat dan
memaraf di buku bimbingan, serta mengeluarkan Form Uji
Bebas Plagiarisme (lampiran A12).
e. Apabila bimbingan dilakukan oleh 2 (dua) orang dosen
pembimbing, maka untuk masing-masing dosen pembimbing
diberikan 1 (satu) buku bimbingan;
f. Bagi mahasiswa, yang akan ujian skripsi, wajib mengikuti ujian
skripsi mahasiswa lain di Program kekhususannya minimal 3
(tiga) kali ujian. Penguji mencatat kehadiran mahasiswa tersebut
berikut nama dan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) mahasiswa
peserta ujian, serta memaraf di buku bimbingan mahasiswa.
g. Buku bimbingan digunakan sebagai bukti adanya kegiatan
bimbingan skripsi; lolos persyaratan uji plagiarisme, dan
memenuhi jumlah kehadiran mengikuti ujian skripsi mahasiswa
lain.
h. Proses bimbingan dinyatakan selesai dengan ditandatanganinya
skripsi oleh Pembimbing pada lembar persetujuan skripsi
(lampiran A.13).
18
b. Telah melaksanakan minimal 6 (enam) kali bimbingan
(dibuktikan dengan bukti bimbingan skripsi);
c. Menyelesaikan administrasi keuangan untuk membayar biaya
perpanjangan penyusunan skripsi.
2. Prosedur :
Perpanjangan waktu penyusunan skripsi diberikan kepada
mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan dan telah mendapat
persetujuan Pembimbing.
a. Mahasiswa mengambil slip pembayaran perpanjangan waktu
penyusunan skripsi di Sub Bagian Administrasi Umum dan
Keuangan, dengan menunjukkan bukti persetujuan
perpanjangan skripsi;
b. Mahasiswa melakukan pembayaran ke Bank dan melaporkan
bukti pembayaran tersebut ke Sub Bagian Administrasi Umum
dan Keuangan untuk diparaf oleh Staf Sub Bagian Administrasi
Umum dan Keuangan;
c. Mahasiswa menghubungi Sekretaris Bagian untuk mengambil
Surat Permohonan Perpanjangan Waktu Penyusunan Skripsi
(lampiran A.14);
d. Mahasiswa menghubungi Pembimbing dengan membawa Surat
Permohonan Perpanjangan Waktu Penyusunan Skripsi untuk
meminta persetujuan perpanjangan waktu penyusunan skripsi
dan melampirkan Bab 1 sampai dengan Bab 3 dari skripsi yang
telah disusun serta foto copy tanda bukti pembayaran
perpanjangan skripsi;
e. Surat Permohonan Perpanjangan Waktu Penyusunan Skripsi
yang telah ditanda tangani oleh Pembimbing dikembalikan ke
Sekretaris Bagian berikut Bukti Bimbingan;
f. Mahasiswa dapat mengambil surat Persetujuan Perpanjangan
Skripsi pada Sekretaris Bagian dalam waktu 3 (tiga) hari setelah
penyerahan Permohonan Perpanjangan Waktu Penyusunan
Skripsi (lampiran A-15);
g. Waktu perpanjangan penyusunan skripsi adalah 6 (enam) bulan
sejak perpanjangan masa penyusunan skripsi disetujui;
h. Jika dalam jangka waktu tersebut mahasiswa belum
menyelesaikan skripsi, wajib mengajukan judul baru;
i. Apabila mahasiswa tidak melakukan konsultasi dengan
Pembimbing selama 2 (dua) bulan sejak tanggal Surat
Permohonan Perpanjangan Waktu Penyusunan Skripsi disetujui
19
dan Pembimbing telah melaporkannya pada Ketua Bagian maka
Skripsi tersebut dinyatakan batal dan mahasiswa tersebut wajib
mengajukan proses skripsi dari awal.
20
A. BAGIAN AWAL
1. SAMPUL
Sampul skripsi memuat: Judul, Tujuan Penulisan, Nama Mahasiswa,
Nomor Induk Mahasiswa, Program Kekhususan, Logo Universitas
Trisakti, Nama Fakultas, dan tahun akademik selesai disusunnya
skripsi.
Soft cover
Sampul skripsi yang akan diajukan untuk disidangkan dibuat dalam
bentuk soft cover dengan jenis kertas Buffalo warna merah tua, dan
dibuat rangkap 3 (tiga).
21
Hard cover
Sampul skripsi yang telah disetujui oleh Tim Penguji dibuat dalam
bentuk hard cover dengan jenis kertas Sakura warna merah tua dan
dilapisi plastik.
Spesifikasi sampul sama dengan sampul soft cover, hanya
seluruhnya ditulis dalam huruf warna emas, termasuk Logo
Universitas Trisakti juga dibuat dengan warna emas. Hard cover
dibuat dalam rangkap 2 (dua).
2. HALAMAN JUDUL
Halaman judul adalah kutipan sampul. Perbedaannya, pada
halaman judul, Logo Universitas Trisakti tidak perlu dicantumkan.
3. HALAMAN ORISINALITAS
Memuat pernyataan bahwa skripsi tersebut benar-benar dibuat
sendiri oleh penulis (bukan menjiplak karya tulis orang lain secara
menyeluruh/plagiat). Pernyataan ini dibuat dan ditandatangani oleh
penulis diatas materai Rp. 6000,-.
4. HALAMAN PERSETUJUAN
Memuat tanggal dan tanda tangan Pembimbing Skripsi serta Ketua
Bagian, sebagai tanda persetujuan bahwa skripsi tersebut telah
disetujui untuk diuji oleh Tim Penguji yang ditunjuk oleh Dekan.
Halaman persetujuan ditulis dalam huruf Arial ukuran 12 warna
hitam.
5. HALAMAN PENGESAHAN
Halaman ini tercantum dalam skripsi yang dijilid hard cover, dan
berisi identitas mahasiswa (Nama, NIM, PK), judul skripsi,
hari/tanggal sidang skripsi, tanda tangan Ketua dan Anggota Tim
Penguji, yang menandakan skripsi telah diuji dan tidak memerlukan
revisi lagi serta tanda tangan Dekan.
22
7. HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto berisi kutipan kitab suci, kata-kata bijak, puisi atau bentuk
lain yang bersifat renungan, menggugah dan membangkitkan
semangat, atau ungkapan penulis. Motto ditulis pada sudut kiri atas.
Persembahan berisi nama-nama keluarga atau pihak lain yang perlu
dicantumkan oleh penulis. Persembahan ditulis pada sudut kanan
bawah.
Motto dan persembahan ditulis dalam 1 spasi dengan huruf
Bookman Old Style ukuran 12 warna hitam dicetak miring (Italic).
8. KATA PENGANTAR
Kata pengantar berisi ungkapan Penulis tentang rasa syukur, tujuan
penulisan, serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu Penulis hingga selesainya skripsi. Kata Pengantar dibuat
secara singkat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, maksimal 2 (dua) halaman.
9. DAFTAR ISI
Memuat sistematika skripsi serta penunjukkan halaman. Daftar isi
dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi
skripsi. Penulisan bab dan sub bab, diatur sehingga judul dimulai
pada titik urut yang sama. Sebelah kanan atas ditulis kata
“Halaman”. Angka-angka petunjuk halaman ditempatkan
sedemikian rupa sehingga membentuk garis lurus vertikal sejajar
dengan huruf ”n” dari kata halaman.
11. ABSTRAK
Merupakan sari dari skripsi yang menampilkan data kualitatif
dan/atau kuantitatif.
Isi abstrak meliputi latar belakang, permasalahan, metode
penelitian, dan simpulan. Abstrak ditempatkan di bagian awal
setelah daftar isi sebelum Bagian Isi dengan ketentuan maksimal
300 (tiga ratus) kata atau maksimal 1 (satu) halaman secara
keseluruhan. .
23
Abstrak ditulis dengan huruf Arial ukuran 12 warna hitam. Jarak
antar baris 1 (satu) spasi, sedangkan jarak antar uraian adalah 2
(dua) spasi.
B. BAGIAN ISI
Bagian isi skripsi merupakan bagian utama dari skripsi yang terdiri dari:
1. Pendahuluan
2. Kajian pustaka
3. Deskripsi obyek penelitian
4. Analisis dan pembahasan
5. Penutup
Bagian ini terdiri dari bab-bab yang ditulis dalam angka romawi besar,
terdiri dari 5 bab dengan jumlah minimal 70 halaman.
1. BAB PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, pokok
permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, kerangka teori dan konsep, serta sistematika penulisan.
Latar belakang memaparkan alasan-alasan penulis meneliti
permasalahan yang timbul akibat ketidaksesuaian antara fakta
yang terjadi dengan ketentuan hukum yang berlaku. Latar
belakang masalah ini harus relevan dengan permasalahan dan
judulnya.
Pokok permasalahanmerupakan penajaman permasalahan secara
umum, yang biasanya berbentuk pertanyaan. Dalam perumusan
masalah harus diperhatikan bahwa permasalahan tersebut harus
merupakan isu hukum yang relevan dengan judul.
Tujuan penelitian menjawab pokok permasalahan.
Manfaat penelitian menguraikan manfaat secara akademis dan
praktis dari penulisan skripsi.
Metode penelitian adalah uraian mengenai cara yang digunakan
untuk menjawab permasalahan. Metode ini meliputi penjelasan
mengenai tipe penelitian, sifat penelitian, sumber data, cara
pengumpulan data, cara pengolahan data, analisis data, serta cara
pengambilan kesimpulan.
24
Kerangka konsep merupakan hubungan antara konsep-konsep
khusus yang ingin dan akan diteliti. 1
Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai isi dari
bab pendahuluan sampai dengan bab penutup yang sesuai dengan
daftar isi.
5. BAB PENUTUP
Bab ini berisi uraian mengenai simpulan hasil penelitian dan saran.
Simpulan dapat diperoleh melalui dua metode penalaran, yakni
penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Simpulan merupakan jawaban dari permasalahan yang diajukan.
Dengan demikian simpulan harus relevan dengan judul dan
permasalahan.
Saran merupakan masukkan dari akibat atau konsekuensi
simpulan yang diambil. Saran diajukan berdasarkan pemikiran
1
Soeryono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984), h. 132.
25
yang obyektif, jelas dan secara tegas ditujukan kepada siapa. Saran
harus mengacu pada kondisi yang ideal.
C. BAGIAN AKHIR
Bagian Akhir dari suatu Skripsi terdiri dari:
1. Daftar Pustaka;
2. Daftar Riwayat Hidup (curriculum vitae) penulis;
3. Lampiran-lampiran (jika ada). Lampiran yang dimasukkan adalah
yang relevan dengan masalah yang diteliti yang tidak mudah
diperoleh oleh setiap orang, seperti peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokumen hukum suatu instansi, keputusan
pejabat administratif;
4. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari instansi terkait;
Surat ini berisikan keterangan bahwa penulis telah melakukan
penelitian di instansi tersebut berkaitan dengan materi yang
diperlukan untuk penulisan skripsinya.
26
A. BAHASA
1. Skripsi ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baku;
2. Kata dalam bahasa asing yang tidak ada padanan kata dalam
Bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring;
3. Skripsi ditulis dengan menggunakan kalimat efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
dengan jelas, dan memiliki subjek dan predikat.
4. Paragraf terdiri dari kalimat-kalimat yang satu dengan yang
lainnya terhubung secara logis, menggunakan pilihan kata
penghubung yang tepat.
C. RUJUKAN
Bahan rujukan yang digunakan dalam penulisan skripsi harus
menggunakan paling sedikit 10 (sepuluh) buku di luar peraturan
perundang-undangan, kamus, artikel dalam jurnal, dan sumber on-
line.
27
D. KONVENSI NASKAH
1. Naskah diketik dengan huruf Arial ukuran 12 di atas kertas HVS
warna putih ukuran A4 (21,5 cm x 28 cm) berat 80gr/m2 dalam
satu muka, dengan jumlah halaman sekurang-kurangnya 70
halaman;
2. Jarak antar baris adalah 1,5 spasi, kecuali untuk kutipan langsung
yang lebih dari empat baris, catatan kaki, halaman sampul,
abstrak dan daftar pustaka, jaraknya satu spasi;
3. Pengetikan naskah harus memperhatikan ketentuan sebagai
berikut:
a. dari tepi atas kertas : 4 Cm
kecuali judul bab : 6 Cm
b. dari tepi bawah kertas : 3 Cm
c. dari tepi kanan kertas : 3 Cm
d. dari tepi kiri kertas : 4 Cm
4. Semua ruangan naskah harus diisi penuh, artinya pengetikan
kecuali alinea baru dan hal khusus dimulai dari kiri dan berakhir
pada tepi kanan. Alinea baru dimulai ketukan ke enam dari tepi;
5. Penomoran halaman
a. Bagian Kata Pengantar, Daftar Isi, Abstrak, Daftar Pustaka,
Daftar Tabel dimulai dengan nomor angka Romawi kecil (i, ii,
iii, iv, dan seterusnya), diketik dua spasi di bawah teks pada
tengah halaman;
b. Bagian pokok dimulai dengan nomor 1, 2, 3, 4, dan seterusnya,
diketik di sudut kanan atas halaman. Untuk halaman awal bab
maka nomor halaman diketik pada bagian bawah halaman
secara simetris sumbu vertikal (tengah);
c. Bagian yang tidak diberi penomoran adalah halaman judul,
tanda persetujuan skripsi, tanda pengesahan, pernyataan
persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan
akademis, lembar motto, daftar riyawat hidup penulis, daftar
Lampiran.
6. Penomoran pada Bab, Sub.Bab dan seterusnya.
a. Angka Romawi : I, II, III dan seterusnya
b. Huruf Kapital : A, B, C, D dan seterusnya
c. Angka Arab : 1, 2, 3 dan seterusnya
d. Huruf Kecil : a, b, c, d, dan seterusnya
e. Angka Arab dalam
kurung tutup : 1), 2), 3) dan seterusnya
f. Huruf Kecil
28
dalam kurung tutup : a), b), c) dan seterusnya
g. Angka Arab
dalam tanda kurung : (1), (2), (3) dan seterusnya
h. Huruf Kecil
dalam tanda kurung : (a), (b), (c) dan seterusnya
E. PENULISAN KUTIPAN
1. Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang
pengarang, atau ucapan seseorang yang kompeten dibidangnya,
baik terdapat dalam buku-buku maupun literatur lainnya;
2. Dalam mengambil sebuah kutipan, paling banyak setengah
halaman. Jika kutipan lebih dari setengah halaman harus
memasukkannya dalam bagian Apendiks atau Lampiran;
3. Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung
(kutipan isi) dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi
kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan
tidak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau
tokoh terkenal berupa intisari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
4. Prinsip-prinsip mengutip:
a. Pada waktu mengadakan kutipan langsung, penulis tidak boleh
mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya;
b. Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, baik
dalam hal ejaan maupun dalam ketatabahasaan, penulis hanya
mengutip sebagaimana adanya dan tidak boleh memperbaiki
kesalahan atau keganjilan itu;
c. Dalam mengutip penulis dapat pula menghilangkan bagian-
bagian tertentu dengan syarat bahwa penghilangan bagian itu
tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau
29
makna keseluruhan. Penghilangan itu dinyatakan dengan
menggunakan tiga titik spasi (. . . ).
5. Cara-cara mengutip
a. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari
empat baris ketikan, dimasukkan dalam teks dengan cara-cara
berikut:
1) Diintegrasikan langsung dengan teks;
2) Jarak antar baris dengan baris 1,5 spasi;
3) Kutipan diapit dengan tanda kutip;
4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan
setengah spasi ke atas (catatan kaki)
b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Bila sebuah kutipan terdiri dari lima baris atau lebih, maka
seluruh kutipan itu harus ditulis sebagai berikut:
1) Dipisahkan dari teks dalam jarak 2,5 spasi;
2) Jarak antar baris dengan baris kutipan 1 spasi;
3) Kutipan diapit dengan tanda kutip;
4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan
setengah spasi ke atas (catatan kaki)
5) Seluruh kutipan diketik masuk sebanyak 6 ketukan
(karakter), bila ketikan itu dimulai dengan alinea baru, maka
baris pertama dari kutipan itu, masuk 6 ketukan (karakter)
lagi.
c. Kutipan tidak langsung
Dalam kutipan tidak langsung, yang dikemukakan adalah intisari
dari sumber yang dikutip, oleh sebab itu tidak menggunakan
tanda kutip. Penulisan untuk kutipan tidak langsung adalah:
1) Diintegrasikan kedalam teks;
2) Jarak antar baris 1,5 spasi;
3) Kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
4) Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan
setengah spasi ke atas (catatan kaki).
F. CATATAN KAKI
1. Catatan kaki adalah catatan yang berisi keterangan-keterangan
tentang sumber dari kutipan yang diambil oleh penulis, yang
30
diletakkan di bagian bawah halaman yang sama di mana kutipan itu
berada;
2. Catatan kaki terdiri dari dua bagian, yaitu pertama, angka
penunjukkan yang ditempatkan agak ke atas setengah spasi (upper
case), dan kedua, isi dari catatan kaki;
3. Catatan kaki terdiri dari tiga macam, yakni, catatan penunjukan
sumber (referensi), catatan penjelas, dan catatan gabungan sumber
dan penjelas;
4. Catatan penunjukan sumber adalah catatan yang menunjuk pada
sumber dari kalimat/kata/tabel/peta/diagram yang digunakan oleh
penulis.
Catatan penunjukan sumber dibuat jika:
a. Menggunakan kutipan langsung atau tidak langsung;
b. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca;
c. Meminjam sebuah tabel, peta atau diagram dari suatu sumber;
d. Menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang
diperoleh dari suatu sumber atau beberapa sumber;
e. Menyajikan sebuah data pendukung khusus yang tidak dianggap
sebagai pengetahuan umum;
f. Menunjuk kembali pada bagian lain dari karangan itu.
5. Catatan penjelas, yaitu catatan kaki yang dibuat dengan tujuan
untuk membatasi suatu pengertian atau menerangkan dan
memberi komentar terhadap suatu pernyataan atau pendapat yang
dimuat dalam teks;
6. Catatan gabungan sumber dan penjelas, adalah gabungan dari
kedua macam catatan, yaitu pertama menunjuk sumber dimana
kutipan diperoleh, kedua memberi komentar atau penjelasan
seperlunya tentang kutipan tersebut, atau memberi keterangan-
keterangan tambahan yang ada hubungan dengan sumber itu.
7. Cara penulisan catatan kaki sebagai berikut :
a. Nama pengarang ditulis dengan urutan sebagai berikut: nama
depan dan nama tengah (bila ada) diikuti nama keluarga (bila
ada). Pada penunjukan yang kedua dan selanjutnya cukup
dipergunakan nama depan;
b. Bila terdapat satu sampai tiga pengarang, maka semua nama
pengarang dicantumkan. Jika lebih dari tiga, maka cukup nama
pengarang pertama yang dicantumkan, sedangkan nama-nama
lainnya diganti dengan singkatan et.al.;
c. Penunjukan kepada sebuah kumpulan karangan (bunga rampai
atau antologi) ditambahkan dengan penulisan nama editor yang
31
diikuti dengan singkatan ed. Singkatan dapat diletakkan dalam
tanda kurung atau dipisahkan dengan tanda koma;
d. Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki
dimulai dengan judul buku atau judul artikel;
e. Judul buku, judul majalah, harian atau ensiklopedi dicetak
miring. Judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip;
f. Sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua
dan seterusnya atas sumber yang sama, judul buku dan
sebagainya, tidak perlu disebut lagi dan digantikan dengan
singkatan: Ibid, Op. Cit. Atau Loc. Cit.;
g. Sesudah penunjukan pertama sebuah artikel dalam majalah
atau harian, maka selanjutnya cukup dipergunakan judul
majalah atau harian tanpa judul artikel. Bila ada lebih dari satu
nomor yang dipergunakan, maka cara di atas tidak bisa
dipergunakan;
h. Data publikasi bagi sebuah majalah tidak perlu memuat nama
tempat dan penerbit, tetapi harus mencantumkan nomor jilid
dan nomor halaman, tanggal, bulan dan tahun;
i. Data publikasi bagi artikel dalam suatu harian,ditulis dengan
urutan sebagai berikut: nama harian (dicetak miring), bulan,
hari, tanggal, tahun dan nomor halaman. Penulisan tanggal
tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung;
j. Penulisan halaman digunakan dengan singkatan “h”;
k. Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus
dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman. Nomor jilid
dipergunakan angka romawi;
l. Jenis huruf yang digunakan dalam catatan kaki adalah Arial
dengan ukuran huruf 10;
m. Penulisan baris pertama, diberi jarak 6 ketuk (karakter) dari
marjin kiri, sedangkan baris kedua dan seterusnya dimulai dari
marjin kiri.
Contoh penulisan catatan kaki:
1. Buku
a. Ditulis oleh seorang pengarang
____________________
2
Malcolm N. Shaw, International Law (6thed) (London:
Cambridge University Press, 2008), h. 436.
3
Amartya Sen, The Idea of Justice (New York: Penguin Books,
2009), h. 281-282.
32
4
Ian J. Lloyd, Information Technology Law (New York: Oxford
University Press, 2008), h. 301.
5
Stephen Law, The Great Philosophers, The Lives And Ideas
Of History’s Greatest Thinkers (London: Quercus, 2007), h. 45.
6
Pandji Setijo, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta:
Universitas Trisakti, 2011), h. 3.
7
Ramelan, Hukum Acara Pidana, Teori Dan Implementasi
(Jakarta: Sumber Ilmu Jaya, 2006), h. 10.
8
Handbook On The Peaceful Settlement Of Dispute Between
States (United Nations, 1992), h. 27-29.
d. Kumpulan Karangan
____________________
4
Lukman Ali, ed.Bahasa dan Kesusastraan Indonesia Sebagai
Cermin Manusia Indonesia Baru (Jakarta:BinaCipta, 1967), h. 84-
85.
33
atau
____________________
5
Harimurti Kridalaksana, “Pembentukan Istilah Ilmiah dalam
Bahasa Indonesia”.Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai
Cermin Manusia Indonesia Baru, ed. Lukman Ali (Jakarta: UI
Press, 1967), h. 84-85.
6
Aziz Syamsuddin,Proses Dan Teknik Penyusunan Undang-
Undang, ed. Anis Fuadi (Jakarta: 2010), h. 99.
Catatan:
1) Bila yang lebih diutamakan adalah editor, maka nama editor
yang dicantumkan lebih dahulu; bila penulis artikel atau
karya yang diutamakan, maka nama pengarang didahulukan.
2) Bila nama pengarang didahulukan, maka harus disertakan
judul artikel dan judul buku, kemudian singkatan ed., dan
nama editor.
3) Jika editor lebih dari seorang, maka cara penulisan sama
seperti sub b dan c.
f. Terjemahan
____________________
7
Peter de Cruz,Perbandingan Sistem Hukum, Common Law,
Civil Law dan Socialist Law, terjemahan Narulita Yusron
(Bandung: Nusa Media, 2010), h.150.
8
Hans Kelsen,Pengantar Teori Hukum, terjemahan Siwi
Purwandari (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 112.
34
g. Referensi dari Sumber Kedua
____________________
8
Sunaryati Hartono, “Hukum Ekonomi Pembangunan
Indonesia” (Jakarta: Binacipta, 1982), h. 21, mengutip Roscoe
Pound.An Introduction to The Philosophy of Law (New Haven:
Yale University Press, 1954) h.47.
atau
____________________
9
Roscoe Pound,An Introduction to The Philosophy of Law
(New Haven: Yale University Press, 1954) h.47, dikutip oleh
Sunaryati Hartono. “Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia”
(Jakarta: Binacipta, 1982), h.21.
Catatan:
Bila karangan Roscoe Pound yang lebih dipentingkan, maka
dipakai cara yang kedua, tetapi sebaliknya bila tulisan Sunaryati
Hartono yang lebih penting, maka digunakan cara yang pertama.
35
i. Naskah Ilmiah (makalah, skripsi, tesis atau disertasi) yang tidak
dipublikasikan
____________________
12
Andi Hamzah, “Kesiapan Instrumen Hukum dalam
Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia”.
(Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional tentang
Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Pada Era Reformasi, yang diselenggarakan oleh Universitas
Trisakti, Jakarta, 9 November 2000).
____________________
3
Endang Pandamdari, “Dinamika Hukum Pengakuan
Eksistensi Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat”. (Disertasi
Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, 2011),
h. 25.
Catatan:
1) Judul Makalah, Skripsi, Tesis atau Disertasi ditempatkan
dalam tanda kutip;
2) Keterangan tentang jenis karya itu, nama
fakultas/universitas atau kesempatan karya tersebut
disampaikan beserta tempat dan tahun ditempatkan dalam
tanda kurung.
36
____________________
18
Rusdi Malik, wawancara dengan penulis, rekaman kaset,
Jakarta, 10 Juli 2011.
____________________
19
Anto Ismu Budianto, surat kepada penulis, 14 Desember
2010.
____________________
20
Bambang Widjojanto, e-mail kepada penulis, 27 Oktober
2010.
Catatan :
1) Setelah nama narasumber disebutkan
jabatan/keahlian/kepakaran/pekerjaan;
2) Tempat dan waktu wawancara.
m. Catatan Penjelas
1) Tanpa penunjuk sumber referensi tertentu.
Catatan kaki dapat pula dimaksudkan untuk memberi
komentar atau menjelaskan yang diuraikan dalam naskah
skripsi. Contoh di bawah ini memperlihatkan catatan kaki
yang berisikan penjelasan tanpa penunjukkan kepada
sumber tertentu.
____________________
22
Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia (1948) dan Dua
Perjanjian (Covenant) yang diterima di PBB pada tahun 1966,
menunjukkan bahwa hak-hak asasi tidak hanya terbatas
pada hak-hak di bidang sipil dan politik, tetapi juga
mencakup hak-hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya.
37
2) Dengan menunjuk sumber referensi tertentu.
Catatan berikut adalah catatan kaki dengan menunjuk
kepada sumber tertentu ditambah penjelasan atau
komentar-komentar.
____________________
23
J. Mallincrodt, Het Adatrecht van Borneo (Leiden:
M. Dubbeldeman, 1928), h.50. Demikianlah Mallincrodt
memberi pengertian yang lain sama sekali kepada istilah
magic, dari misalnya J.G. Frazer atau sebagian besar dari
sarjana Ilmu Antropologi Budaya akan mengartikannya.
Menurut Mallincrodt, kekuatan magic itu adalah kekuatan
sakti, menurut Frazer, magic adalah ilmu gaib.
2. Op.Cit
Singkatan ini berasal dari kata Opere Citato yang berarti pada karya
yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan bila catatan itu
menunjuk kembali kepada sumber yang telah disebut terdahulu,
tetapi diselingi oleh sumber lain. Dalam hal ini sesudah nama
pengarang (biasanya nama keluarga) dicantumkan singkatan op.cit.
Bila menunjuk pada halaman atau jilid dan halaman, maka halaman
atau jilid dan halaman ditempatkan sesudah singkatan op.cit.
38
3. Loc.Cit
Singkatan ini berasal dari bahasa Latin Loco Citato yang berarti pada
tempat yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan
itu menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang telah
disebut sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lainnya.
4. Supra
Adalah penunjukkan nomor rujukan yang sama dengan nomor
sebelumnya.Sebagai contoh, Supra catatan kaki nomor 12 berarti
keterangan catatan kaki nomor tersebut sama dengan keterangan
yang tertulis dalam catatan kaki nomor 12 sebagaimana
dicantumkan penulis itu sebelumnya.
5. Infra
Adalah penunjukkan nomor rujukan yang sama dengan nomor di
bawahnya. Sebagai contoh, Infra catatan kaki nomor 12 berarti
keterangan catatan kaki nomor tersebut sama dengan keterangan
yang tertulis dalam catatan kaki nomor 12 yang akan datang.
6. Et.al
Adalah singkatan dari et alii yang berarti lain-lain atau dan kawan-
kawan. Singkatan ini dipergunakan untuk mengiringi nama
pengarang/penyunting suatu karya tulis yang lebih dari tiga orang.
Setelah nama penulis/penyunting utama dicantumkan, kemudian
ditambahkan singkatan et al. ini. Penulisan et al. tidak perlu dicetak
miring.
8. [Sic!]
Adalah singkatan yang berarti seperti aslinya. Tanda ini dipakai
dalam kutipan apabila si pengutip tersebut merasa ada kekeliruan
atau kurang yakin atas kebenaran kutipannya, namun ia ”terpaksa”
39
harus menulis persis seperti naskah asli tersebut. Singkatan ini
diletakkan persis setelah kata dalam kutip yang diragukan
kebenarannya itu.
Catatan:
Penulisan Ibid., Op.Cit., Loc.Cit., Supra, Infra, Et.seq atau Et.seqq ditulis
dengan huruf miring.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Daftar pustaka (Bibliografi) adalah sebuah daftar yang berisi judul
buku-buku, peraturan perundang-undangan, artikel-artikel, dan
bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai relevansi
dengan penulisan;
2. Fungsi daftar pustaka adalah memberikan deskripsi literatur dan
peraturan perundang-undangan yang dipergunakan sebagai rujukan
dalam penulisan.
3. Unsur-unsur daftar pustaka:
a. Nama lengkap pengarang;
b. Judul literatur dan peraturan perundang-undangan;
c. Data publikasi: tempat terbit, penerbit, tahun terbit, cetakan,
nomor jilid;
40
d. Untuk sebuah artikel disebutkan pula judul artikel yang
bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan tahun.
4. Ketentuan-ketentuan penulisan daftar pustaka:
a. Nama pengarang ditulis tanpa gelar akademik;
b. Nama pengarang diurutkan menurut urutan alfabet;
c. Nama yang dipakai dalam urutan adalah Nama Keluarga. Jika
tidak ada nama keluarga, maka nama pengarang tidak perlu
dibalik. Nama yang dibalik diberi tanda koma antara nama
keluarga dan nama pengarang sendiri, sedangkan nama yang
tidak dibalik tidak perlu diberi tanda koma;
d. Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang
dimasukkan dalam urutan alfabet;
e. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan
referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya,
nama pengarang tidak perlu ditulis lagi, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 7 (tujuh) ketukan;
f. Jarak antara baris dengan baris dalam satu referensi adalah 1
spasi, tetapi jarak antara referensi yang satu dengan yang
lainnya adalah 2 spasi;.
g. Baris pertama dimulai dari marjin kiri. Baris kedua dan
seterusnya dalam satu referensi diberi jarak 6 ketuk (karakter)
dari marjin kiri.
h. Peraturan perundang-undangan ditulis dengan urutan sebagai
berikut :
1) Nomor peraturan perundang-undangan;
2) Tahun;
3) Nama atau judul peraturan perundang-undangan;
4) Lembaran Negara dan Tambahan Lembaran Negara.
41
Erwin Kallo. Perspektif Hukum Dalam Dunia Properti. Jakarta: Minerva
Athena Pressindo, 2008.
Gorys Keraf. Diksi dan Gaya Bahasa (cet. XIII). Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Lieke Lianadevi Tukgali. Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum. Jakarta: Kertas Putih
Communication, 2010.
42
A. KETENTUAN UJIAN PROPOSAL/ SKRIPSI
1. Penguji
a. Proposal dengan dibuat berita acara ujian proposal (lampiran
A.6), lembar penilaian (lampiran A.7)
1) Penguji terdiri dari 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu)
ketua, dan 1 (satu) anggota penguji yang memiliki
kemampuan di bidang metode penelitian dan 1 (satu)
anggota penguji yang memiliki kemampuan di bidang ilmu
yang terkait dengan materi skripsi;
2) Penguji sekurang-kurangnya mempunyai Jabatan Akademik
sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi, Pasal 27 ayat (8) dan (10), yaitu
Dosen tetap dan/atau Dosen Tidak tetap yang memiliki
jabatan akademik paling rendah Asisten Ahli bagi yang
berpendidikan Magister (S2).
43
2. Panitera Ujian Proposal/Skripsi
Panitera ujian proposal/skripsi dilakukan oleh Dosen Tetap yang
belum memenuhi syarat sebagai penguji skripsi atau Tenaga
Penunjang yang berpendidikan Sarjana (S1).
44
9) Pelaksanaan ujian skripsi disesuaikan dengan jadwal yang
telah ditentukan oleh Wakil Dekan I;
b. Skripsi
1) Mengambil formulir permohonan ujian skripsi (lampiran
A.20) dan sekaligus mengisi formulir permohonan tersebut
serta menyerahkannya kepada sekretaris bagian, beserta:
a) Surat Usulan Tim Penguji Skripsi, yang diusulkan oleh
Ketua Bagian dan disetujui Wakil Dekan I (lampiran A.21)
b) skripsi dalam bentuk soft cover sebanyak 3 (tiga)
eksemplar, yang di dalamnya terdapat surat pernyataan
keaslian tulisan skripsi dan surat pernyataan persetujuan
publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis, yang
telah ditandatangani di atas materai oleh mahasiswa
yang bersangkutan;
c) Surat Keterangan Bebas Pinjaman Buku dari
Perpustakaan Fakultas dan form uji bebas plagiarisme
yang telah ditandatangani oleh petugas Perpustakaan
Fakultas yang berwenang;
d) form uji bebas plagiarisme yang telah ditandatangani
oleh petugas Perpustakaan Fakultas yang berwenang
e) buku bimbingan skripsi;
2) Melakukan pembayaran biaya ujian skripsi di Sub Bagian
Administrasi Umum dan Keuangan.
.
5. Pelaksanaan Ujian Proposal/Skripsi
a. Proposal
1) Ujian proposal bertujuan untuk membantu mahasiwa agar
proposalnya dapat dilanjutkan ke tahap penelitian dan
penulisan skripsi;
45
2) Setiap proposal skripsi dipresentasikan dalam ujian proposal;
3) Ujian Proposal dilaksanakan di hadapan 3 (tiga) orang Tim
Penguji yang terdiri dari Ketua dan 2 (dua) orang anggota
yang memiliki keahlian di bidang metode penelitian atau
bidang ilmu yang terkait dengan materi skripsi;
4) Ujian Proposal berlangsung dalam rentang waktu satu jam.
5) Kegiatan ujian proposal terdiri dari:
a) Pengisian daftar hadir;
b) Presentasi proposal skripsi oleh mahasiswa pembuat
proposal;
c) Tanya jawab antara mahasiswa penulis proposal dengan
tim penguji;
d) Pemberian saran oleh tim penguji;
e) Penentuan kelayakan proposal skripsi untuk dilanjutkan
ke tahap penelitian dan penyusunan skripsi oleh tim
penguji;
f) Pengisian Berita Acara ujian proposal yang
ditandatangani oleh tim penguji dan mahasiswa yang
bersangkutan;
g) Lembaran catatan penilaian tim penguji diserahkan
kepada Ketua Bagian melalui sekretaris bagian ke tahap
penulisan skripsi;
h) Apabila proposal penulisan skripsi dinyatakan tidak
layak, maka mahasiwa yang bersangkutan wajib
memperbaiki dan menempuh ujian proposal ulangan
dengan penguji yang sama dengan membayar biaya ujian
proposal ulangan di Sub Bagian Administrasi Umum dan
Keuangan;
i) Ujian proposal ulangan hanya diberikan kesempatan 1
(satu) kali;
j) Proses dan tata cara ujian proposal ulangan adalah sama
dengan proses dan tata cara ujian proposal.
b. Skripsi
1) Pengajuan ujian skripsi dapat dilakukan dalam waktu
minimal 3 (tiga) bulan masa bimbingan (12 kali bimbingan)
dan paling lama 6 (enam) bulan masa bimbingan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan. Perpanjangan masa
bimbingan dapat dilaksanakan setelah memperoleh
persetujuan Ketua Bagian;
46
2) Ujian skripsi mahasiswa dilaksanakan oleh tim penguji yang
terdiri dari 3 (tiga) orang yang diusulkan oleh Ketua Bagian
dan disetujui Wakil Dekan I, kecuali terdapat 2 (dua )
pembimbing (I dan II) dapat terdiri dari 4 (empat) orang
(lampiran A.21);
3) Komposisi Penguji adalah 2 (dua) orang Dosen dari bagian
yang berkaitan dengan isi/materi skripsi dan 1 (satu) orang
Dosen dari luar bidang isi/materi skripsi.
4) Dalam hal adanya penggantian tim penguji, harus mendapat
persetujuan dari Ketua Bagian;
5) Bagi anggota Tim Penguji yang tidak dapat melaksanakan
tugasnya pada hari/tanggal/waktu yang telah ditetapkan,
wajib memberitahukan 1 (satu) hari sebelumnya kepada
Ketua Bagian;
6) Apabila ada anggota Tim Penguji yang tidak hadir 30 menit
sebelum pelaksanaan ujian skripsi dilaksanakan, Ketua
Bagian dapat menunjuk penguji pengganti, dengan
persetujuan Wakil Dekan I;
7) Ujian skripsi berlangsung dalam waktu satu jam, dengan
dibuat berita acara ujian (lampiran A.22), lembar penilaian
(lampiran A.23) dan rekap nilai lampiran A.24).
47
2) Hasil penilaian dari Tim Penguji proposal harus di arsipkan
oleh panitera dan sekretaris bagian serta dilampirkan pada
waktu ujian skripsi sebagai komponen nilai ujian skripsi.
b. Skripsi
Penilaian ujian skripsi terdiri atas:
1) Komponen Utama
a) Kemampuan menjawab (ketepatan jawaban atas
pertanyaan penguji) dengan bobot nilai 35 %;
b) Mutu skripsi (dengan memperhatikan ketaatan kepada
Norma Penulisan Karya Ilmiah) dengan bobot nilai 25 %;
c) Hasil penelitian dengan bobot nilai 15%;
d) Penyajian skripsi (kemampuan mahasiswa dalam
mempresentasikan skripsinya) dengan bobot nilai 10 %;
e) Hasil penilaian ujian proposal nilai 10%.
2) Komponen Penunjang
Sikap (perilaku, tutur kata dan penampilan pada saat ujian),
dengan bobot nilai 5%.
3. Cara Penilaian
a. Proposal
1) Penilaian proposal dilakukan secara individual oleh masing-
masing penguji dan dinyatakan dalam bentuk angka dengan
48
rentang 0-100, untuk dilanjutkan menjadi penelitian skripsi
dan sebagai salah satu komponen nilai ujian skripsi;
2) Kriteria yang diuji adanya kesinambungan yang meliputi
Judul berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian,
latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian,
Ketersediaan data (yang terlihat pada Kerangka
Konsepsional/Kerangka Teori), dan Metode Penelitian Ilmu
Hukum;
3) Hasil penilaian ujian proposal yang dibuat oleh Panitera
diberikan kepada: mahasiswa sebagai bahan masukan untuk
membuat skripsi, dan ketua bagian sebagai bahan masukan
untuk mengusulkan pembimbing skripsi kepada pimpinan.
b. Skripsi
1) Penilaian dilakukan secara individual oleh masing-masing
penguji dan dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang
0-100;
2) Dalam memberikan penilaian mengenai kemampuan
menjawab, harus diperhatikan pula kemampuan mahasiswa
dalam menjawab pertanyaan dari penguji lain;
3) Toleransi selisih nilai angka antara tim penguji tidak boleh
lebih dari 20 (dua puluh) point;
4) Dalam hal terjadi selisih lebih dari 20 (dua puluh) point maka
harus dirundingkan diantara tim penguji;
5) Hasil penilaian akhir merupakan gabungan nilai dari masing-
masing penguji, kemudian dibagi sesuai dengan jumlah
penguji untuk kemudian dikonversi dalam bentuk huruf.
49
2) Bagi mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus ujian
proposal/tidak dapat dilanjutkan, diberi kesempatan
mengulang ujian proposal satu kali lagi dengan nilai
maksimal C (56 ≤ n < 62).
b. Skripsi
1) Mahasiswa dinyatakan tidak lulus ujian skripsi apabila
mendapat nilai D dan E;
2) Bagi mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus, diberi
kesempatan mengulang ujian skripsi satu kali lagi;
3) Ketidaklulusan ujian skripsi yang disebabkan kurangnya
kemampuan menjawab, maka kepada mahasiswa yang
bersangkutan diberi kesempatan ujian ulang dalam jangka
waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak ujian
dilaksanakan;
4) Ketidaklulusan yang disebabkan kurangnya mutu skripsi,
kepada mahasiswa yang bersangkutan diberi kesempatan
untuk memperbaiki skripsi dalam jangka waktu paling lama
14 (empat belas) hari kerja sejak ujian dilaksanakan;
5) Jika ujian ulang atau perbaikan atau penyerahan melampaui
batas waktu yang ditentukan, menyebabkan yang
bersangkutan tidak dapat mengikuti yudisium pada semester
berjalan.
b. Skripsi
1) Menyelesaikan administrasi keuangan untuk ujian ulang
maupun ujian perbaikan nilai ujian skripsi;
50
2) Melakukan proses bimbingan ulang skripsi pada Pembimbing
Skripsi;
3) Memperbaiki materi skripsi.
D. SANKSI
1. Skripsi yang tidak memenuhi persyaratan administrasi keuangan
dan akademik tidak dapat diproses;
2. Skripsi yang secara substantif tidak memenuhi ketentuan dalam
buku pedoman ini dinyatakan batal dan wajib diperbaiki;
3. Skripsi yang terbukti merupakan hasil plagiat dinyatakan batal demi
hukum dan yang bersangkutan dinyatakan Drop Out /DO (lampiran
A.18);
4. Skripsi yang tidak diserahkan sebagaimana diatur dalam huruf D
angka 1, maka nilai yang telah diperoleh dinyatakan batal dan harus
menyusun skripsi kembali, sepanjang masa studinya masih
memungkinkan.
E. KETENTUAN KHUSUS
Hal-hal yang belum diatur atau yang memerlukan pengaturan khusus
ditetapkan oleh Dekan berdasarkan hasil Rapat Pimpinan Fakultas.
51
LAMPIRAN A.1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Pokok Permasalahan : 1.
2.
3.
Jakarta, ......................................
Mahasiswa,
______________________
NIM: 000000000
LAMPIRAN A.2
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Nama :
NIM :
Program Kekhususan :
Jumlah sks : Sks
Nilai MPPKIH :
Mata Kuliah dan Nilai : 1.
Terkait 2.
Judul sementara :
Pokok Permasalahan : 1.
2.
3.
Jakarta, ......................................
Menyetujui,
Koordinator Program Kekhususan,
NIK : /USAKTI
LAMPIRAN A.3
Format Proposal Skripsi :
PROPOSAL SKRIPSI
Nama :
NIM :
Program Kekhususan :
Judul Sementara :
A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Kerangka Konsepsional/Teori
F. Sistematika Penulisan
G. Daftar Pustaka
LAMPIRAN A.4
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Jakarta, ………………………
Hormat Saya
Mahasiswa Pendaftar
NIM: 010.10.295xxx
LAMPIRAN A.5
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
_____________ _____________
NIK: /USAKTI NIK: /USAKTI
LAMPIRAN A.6
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2. Latar belakang :
berhubungan dengan
alasan pengajuan
rumusan masalah
3. Rumusan masalah :
(pertanyaan) penelitian
dan tujuan penelitian
*
Proposal mahasiswa dinyatakan tidak dapat dilanjutkan apabila mendapat nilai D
atau E (nilai <56). Bagi mahasiswa yang dinyatakan demikian, diberi kesempatan mengulang
ujian proposal satu kali lagi dengan nilai maksimal ;ϱϲчŶфϲϮͿ͘
4. Ketersediaan data :
5. Metode penelitian :
1 Ketua 1.
2 Anggota 2.
3 Anggota 3.
Keterangan :
Dibuat rangkap 2 (dua)
Lembar 1 untuk Sub. Adm Ujian & Perkuliahan
Lembar 2 untuk Bagian Komputer
LAMPIRAN A.7
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
4. Ketersediaan data
(Kerangka teori Ada dan
Ada Tidak ada 20%
dan/atau kerangka lengkap/jelas
konsepsional)
Ada dan
5. Metode penelitian Ada Tidak ada 25%
lengkap/jelas
TOTAL
Jakarta, ____________
Penguji
___________________
NIK: /USAKTI
*
Nilai ujian proposal skripsi ulangan maksimal C (ϱϲчŶфϲϮͿ͘
LAMPIRAN A.8
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Nama : ...........................................................................................
NIM : ...........................................................................................
Program : ...........................................................................................
Kekhususan
Judul Skripsi : ...........................................................................................
Maka diusulkan:
Nama : ...........................................................................................
NIK : ...................../USAKTI
Pembimbing I : ...........................................................................................
Pembimbing II : ...........................................................................................
_____________ _____________
NIK: /USAKTI NIK: /USAKTI
LAMPIRAN A.9
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Nama : .............................................................................
NIK : ...................../USAKTI
Nama : ......................................................................................
NIM : ......................................................................................
Program : ......................................................................................
Kekhususan
Judul Skripsi : ......................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
....................................................................................
Jakarta, ........................................
D e k a n,
___________________
NIK : /USAKTI
LAMPIRAN A.10
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Nama : .............................................................................
NIK : ...................../USAKTI
Untuk melaksanakan bimbingan skripsi sebagai asisten pembimbing
mahasiswa berikut ini:
Nama : ..............................................................................................
NIM : ........................................................................................................
Program : ........................................................................................................
Kekhususan
Judul Sripsi : .........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.....................................................................................................
Dalam jangka waktu selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
penugasan.
Jakarta, ........................................
Dekan
___________________________
NIK : /USAKTI
Tembusan:
1. Sekretaris Bagian
2. Sub Bagian Administrasi Perkuliahan
3. Sub Bagian Administrasi Ujian
4. Pembimbing Skripsi
LAMPIRAN A.11
Jakarta, ...................................
__________________ ____________________
NIK: /USAKTI NIK: /USAKTI
LAMPIRAN A.12
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa di bawah ini telah lolos
persyaratan uji plagiarism dengan batas di bawah 30%:
Nama :
NIM :
Dosen Pembimbing :
Presentase kemiripan :
Jakarta,…………………………
Nama :
NIM :
Program Kekhususan :
Judul Skripsi :
Jakarta, __________________
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Bagian Pembimbing Skripsi
___________________ ____________________
NIK: /USAKTI NIK: /USAKTI
LAMPIRAN A.14
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Jakarta, .................................
Mengetahui, Hormat saya,
Pembimbing Skripsi Mahasiswa,
_________________________ ___________________________
NIK: /USAKTI NIM: ….........................
Tembusan:
1. Sekretaris Bagian
2. Sub Bagian Administrasi Perkuliahan
3. Sub Bagian Admnistrasi Ujian
4. Pembimbing Skripsi
LAMPIRAN A.15
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Nama :
NIM :
Program Kekhususan :
Judul Skripsi :
Pembimbing :
AsistenPembimbing :
Perpanjangan ini berlaku satu kali dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal pengajuan permohonan perpanjangan skripsi.
Jakarta, .................................
Ketua Bagian,
__________________
NIK : /USAKTI
Tembusan:
1. Sekretaris Bagian
2. Koordinator Program Kekhususan
3. Sub Bagian Administrasi Perkuliahan
4. Sub Bagian Administrasi Ujian
LAMPIRAN A.16
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Jakarta, .................................
Mengetahui,
Pembimbing Skripsi Pemohon,
__________________________ _________________________
NIK: /USAKTI NIM: ….........................
_______________
NIK: /USAKTI
Jakarta, ........................................
Yang Membuat Pernyataan,
Materai
6000
(.....................................)
LAMPIRAN A.19
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Jakarta, ........................................
Yang Membuat Pernyataan,
Materai
6000
(.....................................)
LAMPIRAN A.20
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Perihal : Permohonan Ujian Skripsi
Kepada Yth : Wakil Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Trisakti
di J a k a r t a
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : .................................................................................
NIM : .................................................................................
Jumlah sks : .......... sks
Program Kekhususan : .................................................................................
Judul Skripsi : .................................................................................
.................................................................................
Pembimbing : .................................................................................
Alamat : .................................................................................
No. Telp. Rumah/HP : .................................................................................
Telah menyerahkan 3 (tiga) eksemplar skripsi dan yang sudah disetujui
pembimbing dan disahkan oleh Ketua Bagian. Atas dasar tersebut saya
mohon kiranya dapat diuji pada :
Hari/Tanggal : ........................../...........................................................
Waktu : ......................................................................................
Ujian : 1. Utama
2. Mengulang
Jakarta, ………….…………….
Hormat saya,
____________________
NIM: ..........................
Persyaratan :
1. Melampirkan foto copy pembayaran ujian skripsi;
2. Menyerahkan kepada Sekretaris Bagian: (a) 3 (tiga) eksemplar skripsi soft cover yang telah
disetujui oleh Pembimbing Skripsi dan ditandatangani surat pernyataan keaslian tulisan skripsi
serta surat pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis oleh
mahasiswa yang bersangkutan; (b) Surat Keterangan Bebas Pinjaman Buku dari perpustakaan
Fakultas; (c) form uji bebas plagiarisme yang telah ditandatangani oleh petugas Perpustakaan
Fakultas yang berwenang; (d) buku bimbingan, yang digunakan sebagai bukti adanya kegiatan
bimbingan skripsi; lolos persyaratan uji plagiarisme, dan memenuhi jumlah kehadiran mengikuti
ujian skripsi mahasiswa lain.
LAMPIRAN A.21
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Jakarta, ...................
Menyetujui
Wakil Dekan I, Ketua Bagian,
___________________ _______________
NIK : /USAKTI NIK: /USAKTI
LAMPIRAN A.22
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Tanda Tangan :
Peristiwa yang perlu :
dilaporkan
Penguji Skripsi
2. Anggota 2. ...................
3. Anggota 3. ...................
LAMPIRAN A.23
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
Jakarta, ...................................
Penguji,
(..........................)
Keterangan :
Dibuat rangkap 2 (dua)
Lembar 1 untuk Sub. Adm Ujian & Perkuliahan
Lembar 2 untuk Bagian Komputer
LAMPIRAN A.24
Nama :
NIM :
.................... : 3 = ....................
Jakarta, ...............................
Mengetahui,
Ketua Penguji, Panitera
(_______________________) (_______________________)
LAMPIRAN B
PROPOSAL SKRIPSI
A. Latar Belakang
Perjanjian penetapan harga merupakan salah satu bentuk
“Perjanjian yang Dilarang” (Bab III) dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat. Jenis perjanjian ini sering terjadi dalam praktek kegiatan
usaha, yang ditentukan oleh pelaku usaha di bidang tertentu, dengan
maksud mencari keuntungan secara mudah, sehingga mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat. Sebagai contoh perjanjian penetapan
harga (tarif) terjadi beberapa waktu lalu adalah tarif taksi. Usulan
kenaikan harga tersebut berasal dari pihak pengurus asosiasi, yakni
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan
Bermotor di Jalan (Organda) DKI Jakarta, yang mengusulkan kenaikan
tarif flag fall dari Rp. 3.000,- menjadi Rp. 5.700,-, tarif per-Km dari Rp.
1.300,- menjadi Rp. 2.200,-, sedangkan tarif tunggu dari Rp. 13.000,-/jam
menjadi Rp. 22.000,-/jam. ‡ Gubernur Pemerintah DKI Jakarta akhirnya
menetapkan kenaikan tarif taksi sebesar minimal 33%, dengan rincian
tarif flag fall dari Rp. 3.000,- menjadi Rp. 4.000,- (33%), tarif per-Km dari
Rp.1.300,- menjadi Rp. 1.800,- (38%), dan tarif per-jam tunggu dari Rp.
13.000,- menjadi Rp. 18.000,- (38%). §
‡
”Tarif Taksi Masih Belum Jelas”, Kompas, Selasa, 29 Maret 2005, hal. 17, kol. 5-7.
§
”Tarif Taksi Naik 33%”, Bisnis Indonesia, Rabu, 30 Maret 2005, hal. T6, kol. 1-3.
Berkaitan dengan hal tersebut, Gubernur DKI Jakarta memberikan
penjelasan, bahwa alasan kenaikan tarif antara lain dipicu oleh kenaikan
harga BBM dan tidak dinaikkannya tarif selama empat tahun terakhir.
Namun demikian, keputusan tersebut mendapat penolakan dari
sejumlah pengemudi taksi didasarkan dua alasan, yaitu kesulitan untuk
mendapatkan penumpang karena situasi ekonomi yang belum
mengalami perubahan signifikan, sehingga kadangkala pendapatan
mereka tidak dapat menutupi setoran. Kondisi ini diperparah dengan
bertambahnya armada taksi baru yang beroperasi di wilayah Jakarta
akan semakin mempersempit ruang gerak pengemudi untuk menjaring
penumpang. Penambahan jumlah armada yang besar, antara lain
disebabkan adanya kemudahan proses perijinan yang diperoleh
perusahaan taksi, bukan hanya terhadap perusahaan di wilayah DKI
Jakarta saja, melainkan juga terhadap perusahaan taksi di wilayah Bogor,
Tangerang, dan Bekasi. **
Perjanjian penetapan tarif tersebut merupakan perjanjian yang
dilakukan oleh asosiasi perusahaan taksi, yang merupakan bagian dari
Organda DKI Jakarta. Perjanjian yang dilakukan oleh para anggota
asosiasi dari perusahaan sejenis lazim disebut dengan perjanjian
horizontal. Adapun jenis perjanjian yang dikenal dalam Hukum
Persaingan adalah perjanjian horizontal dan vertikal. Perjanjian
penetapan harga tersebut oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
diatur dalam Pasal 5 sampai Pasal 8. Adanya larangan secara eksplisit
dalam Undang-undang atas perjanjian tidak menyurutkan keinginan
pengusaha untuk melakukannya, seperti contoh pada perusahaan taksi
tersebut.
Berdasarkan alasan tersebut, diperlukan pengkajian secara yuridis
terhadap perjanjian penetapan harga, melalui studi kepustakaan dengan
mempelajari keputusan-keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) serta peraturan peundang-undangan yang mendasarinya. Di
samping itu, diperlukan pengkajian terhadap perjanjian yang dilarang,
yakni dengan cara menganalisis pendekatan hukum yang digunakan oleh
KPPU dalam memeriksa adanya dugaan terhadap perjanjian tersebut.
Adapun pengkajian terhadap adanya perjanjian yang dilarang Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999, pada prinsipnya didasarkan pada dua
pendekatan hukum, yakni metode Rule of Reason atau Per se Illegal.
Sehubungan dengan maksud dilakukannya pengkajian terhadap
masalah tersebut, maka dikemukakan judul penelitian berikut: “Kajian
**
Ibid.
Yuridis terhadap Perjanjian Penetapan Harga berdasarkan Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat”.
B. Permasalahan
Dalam penelitian ini akan dikemukakan perumusan masalah sebagai
berikut:
1. Ketentuan manakah yang digunakan oleh KPPU untuk mengambil
keputusan tentang perjanjian penetapan harga?;
2. Bagaimana pendekatan hukum yang digunakan lembaga yang
berwenang untuk membuktikan adanya perjanjian penetapan harga?;
3. Kendala apa yang dihadapi oleh lembaga pengawas persaingan usaha
untuk memeriksa adanya perjanjian penetapan harga?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut di muka, di bawah ini dikemukakan
tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan gambaran tentang ketentuan yang digunakan
oleh KPPU untuk mengambil keputusan tentang perjanjian
penetapan harga;
2. Untuk memberikan gambaran mengenai pendekatan hukum yang
digunakan dalam menyelidiki adanya perjanjian penetapan harga;
3. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam membuktikan adanya
perjanjian penetapan harga.
D. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
Penelitian tentang “Kajian Yuridis terhadap Perjanjian
Penetapan Harga berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat” merupakan suatu penelitian yuridis-normatif. Sebagai suatu
penelitian yuridis normative, maka penelitian ini berbasis pada
analisis norma hukum, baik hukum dalam arti law as it is written in
the books (dalam peraturan perundang-undangan), maupun hukum
dalam arti law as it is decided by judge through judicial process
(putusan-putusan pengadilan). †† Dengan demikian obyek yang
dianalisis adalah norma hukum, baik dalam peraturan perundang-
undangan yang secara konkrit ditetapkan oleh hakim maupun
††
Ronald Dworkin, Legal Research (Daedalus: Spring, 1973), h. 250.
lembaga pengawas persaingan (KPPU) dalam kasus-kasus yang
diputuskan di lembaga-lembaga tersebut.
Pemahaman yang mendalam mengenai norma-norma serta
pengaturan tentang persaingan usaha yang sehat dikaji dengan
mendasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Perjanjian Penetapan Harga secara khusus diatur dalam Pasal 5
sampai dengan Pasal 8 Undang-undang tersebut. Undang-undang ini
juga secara implisit menyiratkan tentang metode pendekatan hukum
yang yang digunakan oleh KPPU untuk menyelidiki kasus-kasus
pelanggaan terhadap ketentuan hukum persaingan. Guna
melengkapi kajian yuridis terhadap kasus yang terjadi di lapangan,
ditinjau pula peraturan pelaksanaan yang lain di bidang hukum
persaingan, antara lain adalah Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun
1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha, serta Keputusan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 05/KPPU/KEP/IX/ 2000
tentang Tata Cara Penyampaian Laporan dan Penanganan Dugaan
Pelanggaran Terhadap UU Nomor 5 Tahun 1999.
Penelitian ini juga menggunakan metode perbandingan
hukum (comparative study), artinya melakukan perbandingan hukum
persaingan usaha, khususnya mengenai perjanjian penetapan harga
dengan negara lain, baik yang tertulis maupun putusan-putusan
lembaga pengawas dan pengadilan. Sesuai ruang lingkup penelitian
ini, maka pendekatan komparasi yang digunakan adalah secara mikro
(microcomparation). ‡‡ Melalui metode ini, peneliti melakukan studi
perbandingan mengenai ketentuan normatif dan putusan-putusan
lembaga pengawas persaingan dan pengadilan di Indonesia dan
negara lain, yakni Amerika Serikat. Hal ini dimaksud untuk
menggambarkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan konsep
perjanjian penetapan harga baik di masa lalu maupun untuk masa
yang akan datang. Sedangkan tujuan dari metode perbandingan
hukum tersebut secara umum adalah untuk meningkatkan
pemahaman terhadap sebuah sistem hukum dengan harapan dapat
menghasilkan aturan hukum dan para ahli hukum yang lebih baik. §§
‡‡
Roscoe Pound dalam Rahmatulla Khan and Sushil Kumar, Introduction to The Study of
Comparative Law (Bombay: NM. Tripathi Pvt. Ltd.) h.1-2. Lihat pula Konrad Zweigert and
Hein Kootz, Introduction to Comparative Law (Oxford: Clarendon Press, 1987), h. 2.
§§
Rodolfo Sacco, “Legal Formants: A Dynamic Approach to Comparative Law”, The
American Journal of Comparative Law, vol. 39, 1991, h. 4.
Dipilihnya Amerika Serikat sebagai satu bahan perbandingan adalah
karena negara ini yang pertama kali memiliki Undang-undang Anti
monopoli pada tahun lahirnya the Sherman Act 1890. Undang-
undang ini dilengkapi oleh The Clayton Act 1914 dan The Robinson-
Patman Act 1934.
***
Enid Campbell, et. al., Legal Research, Materials and Methods (Sydney: The Law Book
Company Limited, 1988), h. 1.
itu di Amerika Serikat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini salah
satu data yang diperlukan adalah contoh-contoh kasus, baik
penetapan harga yang terjadi di Indonesia maupun yang terjadi di
Amerika Serikat. Sedangkan bahan hukum sekunder meliputi tulisan-
tulisan, makalah dalam jurnal, majalah ilmiah tentang hukum
persaingan, serta perjanjian yang dilarang lainnya.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan
wawancara. Studi kepustakaan dilakukan di beberapa tempat,
seperti perpustakaan Pascasarjana Universitas Indonesia,
perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, maupun
mengakses data melalui internet. Pengumpulan data melalui
wawancara dilakukan terhadap dua nara sumber yang dinilai
memahami hukum persaingan usaha, yaitu Prof. Erman Rajagukuguk,
S.H. LLM., Ph.D sebagai guru besar sekaligus pengajar di bidang
tersebut, dan Syamsul Maarif S.H. LLM., Ph.D. sebagai Ketua KPPU
yang memiliki tugas dan kewenangan untuk memutus perkara-
perkara tentang persaingan usaha.
4. Analisis Data
Data hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif, artinya data
kepustakaan dan hasil wawancara dianalisis secara mendalam,
holistik, dan komprehensif. Penggunaan metode analisis secara
kualitatif didasarkan pada pertimbangan, yaitu pertama data yang
dianalisis beragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara satu
dengan lainnya, serta tidak mudah untuk dikuantitatifkan. Kedua,
sifat dasar data yang dianalisis adalah menyeluruh (comprehensive)
dan merupakan satu kesatuan bulat (holistic). Hal ini ditandai dengan
keaneka ragaman datanya serta memerlukan informasi yang
mendalam (indepth information). †††
†††
Chai Podhista, “Theoretical, Terminological, and Philosophical Issue in Qualitative
Research”, dalam Attig, et. al. A Field Manual on Selected QualitativeResearch Methods
(Thailand: Institute for Population and Social Research, Mahidol University, 1991), h. 7.
dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau konsep-konsep
umum, antara lain mengenai konsep tentang perjanjian dan konsep
penetapan harga dari aspek Hukum Persaingan Usaha. Adapun kajian
terhadap konsep yang sifatnya umum tersebut akan dianalisis secara
khusus dari aspek Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
beserta peraturan pelaksanaan lainnya.
E. Kerangka Konsepsional
Penelitian ini akan menggunakan beberapa konsep dan pengertian
mengenai istilah dalam Hukum Persaingan yang berkaitan langsung
dengan obyek penelitian. Konsep yang berkaitan dengan perjanjian
penetapan harga adalah konsep mengenai perjanjian. Perjanjian
menurut Hukum Persaingan adalah “suatu perbuatan satu atau lebih
pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku
usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis”. ‡‡‡
Perjanjian dapat dibedakan menjadi perjanjian horisontal dan
vertikal. Perjanjian horisontal adalah perjanjian yang dilakukan secara
implisit (diam-diam) atau eksplisit (terang-terangan) oleh para pelaku
usaha di level perdagangan yang sama, yang bertujuan untuk membatasi
kemampuan para pesaingnya dalam melakukan kegiatan usaha di bidang
produk sejenis. §§§ Perjanjian semacam ini biasanya terjadi dalam
asosiasi-asosiasi perdagangan, yang bentuknya antara lain berupa
pertukaran informasi tentang perhitungan statistik, informasi
operasional, sampai dengan kesepakatan atau penetapan harga (price
fixing) yang bertujuan mengesampingkan pelaku usaha baru. Sedangkan
perjanjian vertikal adalah perjanjian yang dilakukan baik secara lisan
maupun tertulis antara pelaku usaha dalam tingkat perdagangan yang
berbeda, misalnya antara pabrikan (manufacture) dan agen/distributor,
atau antara distributor dan grosir, atau antara grosir dan pengecer.
Bentuk perjanjian vertikal antara lain perjanjian untuk menetapkan sifat
dan kualitas produk yang dijual, harga penjualan kembali, kuantitas
produk, pasar geografik atau pelanggan yang akan atau tidak akan
dilayani, dan menetapkan keuntungan total secara kolektif dengan
batasan-batasan eksternal.
‡‡‡
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 7.
§§§
Lihat Penjelasan Pasal 9 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999.
Dalam hukum persaingan, dikenal dua pendekatan hukum untuk
melakukan penyelidikan terhadap tindakan terlarang tersebut, yakni
metode rule of reason dan per se illegal. Metode rule of reason adalah
metode yang digunakan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk
menyelidiki suatu perjanjian dan atau kegiatan yang dilarang, dengan
menganalisis lebih lanjut apakah perjanjian/tindakan tersebut dapat
mengakibatkan persaingan tidak sehat. Sebaliknya, pendekatan per se
illegal adalah menyatakan setiap perjanjian atau kegiatan usaha tertentu
sebagai ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut atas dampak yang
ditimbulkan dari perjanjian atau kegiatan usaha tersebut.
Guna menghindari perbedaan interpretasi mengenai istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian, maka diperlukan definisi operasional
mengenai istilah-istilah berikut:
1. Penetapan harga adalah menetapkan harga atas suatu barang dan
atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada
pasar bersangkutan yang sama. ****
2. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
dalam bidang ekonomi. ††††
3. Konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan
atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk
kepentingan pihak lain. ‡‡‡‡
4. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha
dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha. §§§§
****
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 5 ayat (1).
††††
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 5.
‡‡‡‡
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 15.
§§§§
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 6.
5. Pasar adalah lembaga ekonomi di mana para pembeli dan penjual
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan
transaksi perdagangan barang dan atau jasa. *****
6. Harga pasar adalah harga yang dibayar dalam transaksi barang dan
atau jasa sesuai kesepakatan antara para pihak di pasar
bersangkutan. †††††
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian yang
digunakan, kerangka konsepsional, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Dalam Bab ini akan diuraikan hasil kajian pustaka berupa
penelusuran literatur yang telah dilakukan, mengenai
hambatan-hambatan dalam perdagangan, konsep tentang
perjanjian penetapan harga, dan metode pendekatan hukum
dalam Undang Undang
BAB III : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai hasil
kajian empiris sebagai obyek dalam penulisan skripsi ini.
BAB IV : PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini merupakan pengolahan dan analisis data terhadap
ketentuan manakah yang digunakan oleh KPPU untuk
mengambil keputusan tentang perjanjian penetapan harga,
bagaimana pendekatan hukum yang digunakan lembaga yang
berwenang untuk membuktikan adanya perjanjian penetapan
harga, dan kendala apa yang dihadapi oleh lembaga pengawas
persaingan usaha untuk memeriksa adanya perjanjian
penetapan harga.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh kegiatan
penulisan, yang berisi kesimpulan dan saran
*****
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 10.
†††††
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 angka 12.
G. Daftar Pustaka
BMI v. Columbia Broad, Sys., 441 U.S. 1, 23-25 (1979).
Bork, Robert H. “The Rule of Reason and the Per se Concept: Price Fixing
and Market Division”, The Yale Law Journal, No. 5, vol. 74, April
1965.
Brunet, Edward. “Streamlining Antitrust Litigation by ‘Facial
Examination’ of Restraints: The Burger Court and the Per se-Rule
of Reason Distinction”, Washington Law Review, vol. 1, 1984.
Campbell, Enid, et. al. Legal Research, Materials and Methods. Sydney:
The Law Book Company Limited, 1988.
Chicago Board of Trade v. United States, 246 U.S. at 238, 38 S. Ct. at 244,
62 L.Ed. at 687.
Coca Cola Co. v. United States, 91 F. T. C. 517, 634-635 (1978).
“Development in the Law-The Civil Jury: The Jury’s Capacity to Decide
Complex Civil Cases”, Harvard Law Review, vol. 110, 1997.
Dworkin, Ronald. Legal Research. Daedalus: Spring, 1973.
Gellhorn, Ernest and William E. Kovacic. Antitrust Law and Economics in
a Nutshell. St. Paul, Minn.: West Publishing, Co., 1986.
Goldfarb v. Virginia State Bar, 421 U.S. 773, 95 S. Ct. 2004, 44 L. Ed. 2d
572 (1975).
Hartley, James E., et. al. “The Rule of Reason”. American Bar Association
(ABA), Monograph No. 23, 1999.
Heidenhain, Martin, et. al. German Antitrust Law. Frankfurt am Main:
Verlap Fritz Knapp GmbH, 1999.
Hovenkamp, Herbert. Antitrust. St. Paul, Minnesota: West Publishing
Co., 1993.
http://www.kppu.or.id/new/index.php
Kaysen, Carl dan Donald F. Turner. Antitrust Policy: an Economic and
Legal Analysis. Cambridge: Harvard University Press, 1971.
Keputusan Presiden RI Nomor 75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas
Persaingan Usaha.
Keputusan Presiden RI Nomor 162/M Tahun 2000 tentang Pengangkatan
Keanggotaan KPPU masa jabatan Tahun 2000-2005.
Khan, Rahmatulla and Sushil Kumar. Introduction to The Study of
Comparative Law. Bombay: NM. Tripathi Pvt. Ltd.
Khemani, R. Shyam and D. M. Shapiro. Glossary of Industrial
Organisation Economics and Competition Law. Paris: OECD, 1996.
Khemani. R. Shyam, et al. A Framework for The Design and
Implementation of Competition Law and Policy. Washington, D.C.-
Parish: The World Bank-OECD, 1999.
Matsushita, Mitsuo. International Trade and Competition Law in Japan.
New York: Oxford University Press, Inc., 1993.
Podhista, Chai. “Theoretical, Terminological, and Philosophical Issue in
Qualitative Research”, dalam Attig, et. al. A Field Manual on
Selected QualitativeResearch Methods. Thailand: Institute for
Population and Social Research, Mahidol University, 1991.
Putusan Perkara Nomor 02/KPPU-I/2003 tentang Kargo (Jakarta-
Pontianak).
Putusan Perkara Nomor 03/KPPU-I/2003 tentang Kargo (Surabaya-
Makassar).
Putusan Perkara Nomor 05/KPPU-I/2003 tentang Pengusaha Angkutan
Jalan Raya.
Ross, Stephen F. Principles of Antitrust Law. Westbury, New York: The
Foundation Press, 1993.
Sacco, Rodolfo. “Legal Formants: A Dynamic Approach to Comparative
Law”. The American Journal of Comparative Law. vol. 39, 1991.
Sirait, Ningrum Natasya. Asosiasi dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Medan: Pustaka Bangsa, 2003.
Standard Oil, Co. v. United States, 221 U.S. 1 S. Ct. 502, 55 L. Ed. 619
(1911).
Sullivan, E. Thomas dan Jeffrey L. Harrison. Understanding Antitrust and
Its Economic Implications. New York: Matthew Bender & Co., 1994.
Sullivan, Lawrence Anthony. Antitrust. St. Paul Minnesota: West
Publishing, Co., 1977.
“Tarif Taksi Masih Belum Jelas”. Kompas, Selasa, 29 Maret 2005.
“Tarif Taksi Naik 33%”. Bisnis Indonesia, Rabu, 30 Maret 2005
The Eropean Community Treaty of 1958.
The Sherman Antitrust Act of 1890.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
United States v. E. I. du Pont de Nemours & Co., 351 U. S. 377, 399-400
(1956).
United States v. Trans-Missouri Freight Ass’n,166 U.S. 290 (1897).
Zweigert, Konrad and Hein Kootz. Introduction to Comparative Law
(Oxford: Clarendon Press, 1987.
LAMPIRAN B.2
4 Cm
4 Cm 3 Cm
3 Cm
LAMPIRAN B.3
Contoh Sampul :
SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2005
LAMPIRAN B.4
SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2005
LAMPIRAN B.5
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
TIM PENGUJI
1. Ketua
2. Anggota/Pembimbing
3. Anggota
Jakarta, ....................................................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum Universitas Trisakti
_________________________________
NIK: /USAKTI
LAMPIRAN B.6
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Jumlah Angkutan di DKI Jakarta .......................................... 12
3.1 TetapanTarif Angkutan di DKI Jakarta ................................ 23
4.1 Data Input di Lapangan ...................................................... 48
4.2 Data Output yang Dibutuhkan ........................................... 49
Dst.
LAMPIRAN B.8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. PEDOMAN WAWANCARA
B. PUTUSAN PERKARA NOMOR 02/KPPU-I/2003 TENTANG KARGO
(JAKARTA – PONTIANAK)
C. PUTUSAN PERKARA NOMOR 03/KPPU-I/2003 TENTANG KARGO
(SURABAYA - MAKASSAR)
D. PUTUSAN PERKARA NOMOR 05/KPPU-I/2003 TENTANG PENGUSAHA
ANGKUTAN JALAN RAYA
Dst.
LAMPIRAN B.9
Format Abstrak:
ABSTRAK
ABSTRAK
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Alamat :
2. Ibu
Pendidikan :
‡‡‡‡‡
Skripsi Dhanendra Ananggadipa Wiratama (NIM: 01012130), yang di-rewrite
oleh Yulia Fitriliani, SH, MH, selaku pembimbing skripsi.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suatu konflik bersenjata akan mempengaruhi kehidupan
penduduk sipil, terutama anak-anak, yang merupakan korban
paling rentan selama konflik. Banyak anak yang terluka,
kehilangan tempat tinggal, kehilangan pendidikan, atau yatim
piatu akibat perang. Dewasa ini, dalam konflik bersenjata sering
ditemukan adanya keterlibatan anak-anak sebagai tentara yang
aktif turut serta dalam melakukan operasi militer, yang
menyebabkan sulit untuk membedakan kombatan dan penduduk
sipil. Meskipun sudah adanya larangan untuk melibatkan anak-
anak di bawah usia 18 tahun dalam konflik bersenjata, mereka
kadang-kadang masih direkrut oleh kelompok bersenjata untuk
berpartisipasi.
Munculnya anak-anak sebagai tentara anak dan terlibat
dalam konflik bersenjata dimulai sekitar abad ke-18. §§§§§ Anak-
anak secara tidak langsung telah turut serta dalam konflik
bersenjata. Pada masa itu, anak-anak hanya dianggap sebagai
penggembira saja, yaitu sebagai penabuh genderang perang. Dari
sinilah dimulai perkembangan menuju sesuatu yang tidak baik
dengan mulai merekrut anak-anak untuk menjadi sebuah
angkatan perang. Peristiwa ini telah disebutkan dalam sejarah
dan sesuai dengan kebudayaan beberapa warga masyarakat
dunia, anak-anak telah diikutsertakan terlibat dalam kampanye
militer meskipun terkadang hal-hal yang mereka lakukan
tersebut tidak sesuai dengan etika moral. Bahkan beberapa
kelompok minoritas menyebutkan bahwa tentara anak telah
terjadi sejak zaman kuno tepatnya pada zaman Romawi.
Banyak negara terlibat dalam konflik bersenjata seperti
Afghanistan, Burundi, Republik Afrika Tengah, Republik
Demokratik Kongo, Myanmar, Nepal, Somalia, Sudan, Chad,
Kolombia, Filipina, Sri Lanka, Palestina dan Uganda yang masih
merekrut dan menggunakan anak sebagai tentara baik laki-laki
maupun perempuan. Banyak yang berusia antara 15 dan 18
tahun, tetapi ada beberapa anak-anak berumur 7 (tujuh) tahun
§§§§§
“UNICEF: Impact of Armed Conflict on Children (Children at both ends of the
gun)” (On-Line), tersedia di http://www.unicef.org/graca/kidsoldi.htm (1 November 2012)
direkrut sebagai tentara anak-anak. ****** Menurut data yang
diterima oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hampir ribuan
anak-anak ikut terbunuh dalam konflik tersebut. Sebuah laporan
yang dirilis oleh PBB †††††† mengungkapkan bahwa konflik-konflik
ini telah berdampak besar bagi anak-anak, mereka telah
mengalami penderitaan yang sangat berat, termasuk penyiksaan
dan pelecehan seksual, hal ini dilakukan oleh pasukan
pemerintah. ‡‡‡‡‡‡ Kelompok atau fraksi militer bersenjata baik
yang berkuasa maupun kelompok fraksi oposisi bersenjata
memasukkan anak-anak dalam barisan tentara mereka. Sebagai
contoh, Anak-anak direkrut oleh pasukan pemberontak dari
Filipina, yaitu New People's Army (NPA). §§§§§§ NPA mulai
melakukan rekrutmen dan menggunakan anak-anak sebagai
taktik untuk memusnahkan pro-pemerintah Filipina. *******
Berkaitan dengan kasus tentara anak, Pasal 5 ayat (1)
Statuta Roma International Criminal Court (ICC) memiliki
kemampuan untuk untuk melakukan investigasi dan menuntut
setiap individu yang dituduh melakukan kejahatan terhadap
kemanusiaan (crimes against humanity), genosida (genocide),
dan kejahatan perang (crime of war). ICC sifatnya melengkapi
keberadaaan sistem peradilan nasional sebuah negara dan akan
melangkah hanya jika pengadilan nasional sebuah negara tidak
memiliki kemauan atau tidak mampu untuk menginvestigasi dan
menuntut kejahatan-kejahatan yang terjadi tersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas, tulisan ini bertujuan untuk
menggambarkan mengenai tindakan yang dilakukan New
People’s Army dalam menyertakan anak sebagai tentara dapat
dikategorikan sebagai kejahatan perang (war crimes)
berdasarkan Hukum Internasional; dan menggambarkan
******
“UNICEF: Child Protection from Violence Exploitation and Abuse” (On-Line),
tersedia di: http://www.unicef.org/protection/index_armedconflict.html (2011)
††††††
Aningtyas Jatmika, PBB: Anak-anak Suriah Alami Perkosaan (Online),
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/06/115551545/PBB-Anak-anak-Suriah-
AlamiPerkosaan.html (20 April 2016)
‡‡‡‡‡‡
Ibid.
§§§§§§
“Military Use of Children” (On-Line), tersedia di:
https://en.wikipedia.org/wiki/Military_use_of_children (15 Juni 2016).
*******
“The Communist Insurgency in the Philippines : Tactics and Talks” (On-Line),
tersedia di http://www.crisisgroup.org/~/media/Files/asia/south-east-
asia/philippines/202%20The%20Communist%20Insurgency%20in%20the%20Philippines%2
0Tactics%20and%20Talks.pdf (27 Mei 2016)
yurisdiksi ICC dalam mengadili New People’s Army dalam hal
menyertakan anak sebagai tentara. Oleh karenanya, judul
penelitian ini adalah “Mahkamah Pidana Internasional dalam
Kasus Pelanggaran Penyertaan Anak sebagai Tentara
Berdasarkan Hukum Internasional (Studi Kasus Gerakan New
People’s Army di Filipina)”.
2. Identifikasi Masalah
Perumusan masalah sebagai berikut:
a. Apakah tindakan yang dilakukan New People’s Army dalam
menyertakan anak sebagai tentara dapat dikategorikan
sebagai kejahatan perang (war crimes) berdasarkan Hukum
Internasional?
b. Bagaimana yurisdiksi ICC dalam mengadili New People’s Army
dalam hal menyertakan anak sebagai tentara?
B. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian adalah penelitian hukum secara normatif
terhadap azas-azas hukum, yaitu penelitian hukum yang
bertujuan untuk meneliti tentang peraturan yang ada dalam
penerapannya dengan kejadian sehari-hari atau suatu
peristiwa. †††††††
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian dalam skripsi ini merupakan penelitian
deskriptif analitis, yaitu penelitian yang merupakan pengetahuan
atau teori tentang objek penelitian yang sudah ada dan berupaya
untuk memberikan uraian dan gambaran tentang objek
penelitian. Penelitian ini dibantu oleh bahan kepustakaan berupa
buku-buku ilmiah, laporan dan bahan tertulis lainnya sebagai
bahan pendukung. ‡‡‡‡‡‡‡
3. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh oleh suatu sumber
yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain mencakup dokumen-
†††††††
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Penerbit Universitas
Indonesia : UI PRESS, 2005), h. 51.
‡‡‡‡‡‡‡
Mamudji, Sri. Et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum (Depok: Badan
Penerbit FHUI, 2005), h. 30
dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud
laporan, buku harian dan seterusnya. §§§§§§§ Data sekunder
tersebut berupa bahan hukum primer; sekunder; dan
tersier. ******** Dalam penelitian ini, hanya menggunakan bahan
hukum primer dan sekunder, yaitu sebagai berikut:
a. Bahan Hukum Primer, yang digunakan adalah: United Nations
Charter; Convention concerning Minimum Age of for
Admission to Employment 1973 No. 138; Convention on the
Right of Child 1989; Optional Protocol to the Convention on
the Rights of the Child on the involvement of children in
armed conflict 2000; Geneve Convention 1949; Additional
Protocol (I) dan (II) to the Geneva Conventions of 12 August
1949 dan Rome Statute of the International Criminal Court.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa buku-
buku, artikel ilmiah, bahan bacaan pendukung dari internet
(virtual research).
4. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
dokumen. Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan
data yang dilakukan melalui data tertulis dengan
mempergunakan cara analisis isi dari sebuah bahan
kepustakaan. †††††††† Studi dokumen dilakukan terhadap data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
suatu sumber yang dikumpulkan oleh pihak lain mencangkup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang
berwujud laporan, buku harian dan seterusnya. ‡‡‡‡‡‡‡‡ Data
sekunder tersebut terdapat di dalam bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder yang sudah ada.
5. Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif sesuai dengan sifat penelitian secara
deskriptif. §§§§§§§§Analisis penelitian secara kualitatif adalah
analisis dengan pendekatan secara kualitatif yang mana
§§§§§§§
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 52.
********
Ibid.
††††††††
Ibid., h.58.
‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid., h.12.
§§§§§§§§
Ibid
memusatkan analisis pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia, atau gejala-gejala dalam kehidupan sosial
budaya. ********* Analisis ini dilakukan terhadap data sekunder
yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
untuk memutuskan kesimpulan dari penelitian tersebut.
6. Cara Penarikan Kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan yang digunakan penelitian adalah
metode logika deduktif, artinya adalah metode menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan-pernyataan
yang sifatnya umum. †††††††††
*********
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986),
h. 32.
†††††††††
Sugiyono, Op.Cit., h. 55
in Armed Conflict, Pasal 1 mengatakan bahwa: “Setiap orang yang
belum mencapai delapanbelas tahun tidak diperbolehkan untuk
ikut serta dalam konflik bersenjata.
Pengaturan lain terdapat dalam Geneva Conventions of 12
August 1949 (selanjutnya disingkat Konvensi Jenewa 1949),
Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August
1949, and relating to the Protection of Victims of International
Armed Conflicts, 1977 (selanjutnya disingkat menjadi Protokol
Tambahan I) dan Protocol Additional to the Geneva Conventions
of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of
Non-International Armed Conflicts, 1977 (selanjutnya disingkat
menjadi Protokol II) menetapkan batas usia bagi perekrutan anak
atau partisipasi anak di dalam konflik bersenjata. Konvensi
Jenewa (IV) 1949, tepatnya pada Pasal 51, melarang pihak-pihak
yang terlibat dalm konflik bersenjata memaksa anak-anak yang
berusia di bawah 18 tahun untuk terlibat dalam operasi-operasi
militer. Ketentuan dalam Konvensi Jenewa tersebut ditegaskan
kembali dalam Protokol Tambahan I, Pasal 77 ayat (2),
mendorong pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik untuk
merekrut anak-anak yang berusia lebih tua terlebih dahulu
apabila mereka bermaksud untuk merekrut anak-anak antara
usia 15 sampai 18 tahun yang berbunyi:
“The Parties to the conflict shall take all feasible measures
in order that children who have not attained the age of
fifteen years do not take a direct part in hostilities and in
particular, they shall refrain from recruiting them into
their armed forces. In recruiting, among those persons
who have attained the age of fifteen years but who have
not attained the age of fifteen years The Parties to the
conflict shall endeavor to give priority to those who are
oldest”
Sedangkan dalam Pasal 4 ayat (3)(c) Protokol Tambahan II
melarang perekrutan anak di bawah 15 tahun ke dalam angkatan
atau kelompok bersenjata ataupun menggunakan mereka di
dalam peperangan yang berbunyi: “Children shall be provided
with the care and ad they require, and in particular: […] children
who have not attained the age of fifteen years shall neither be
recruited in the armed forces or groups nor allowed to take part
in hostilities.” Kedua Protokol ini merupakan instrumen hukum
internasional pertama yang mengatur masalah perlibatan anak di
dalam keadaan konflik. Walaupun Protokol Tambahan Konvensi
Jenewa ini telah membawa permasalahan tentara anak ke dalam
perhatian masyarakat internasional, pengaturan ini tidak
mengambil sikap yang tegas terhadap tindakan perekrutan anak
sebagai tentara. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ketentuan ini diperjelas dalam Statuta Roma, yang
mendirikan Mahkamah Pidana Internasional atau International
Criminal Court, pada tanggal 17 Juli 1998, jenis-jenis tindak
pidana menurut para ahli terangkum dalam Pasal 5 ayat (1)
Statuta Roma, yang berbunyi:
“Yurisdiksi Mahkamah terbatas pada kejahatan paling
serius yang menyangkut masyarakat internasional secara
keseluruhan. Mahkamah mempunyai jurisdiksi sesuai
dengan Statuta berkenaan dengan kejahatan-kejahatan
berikut: (a) Kejahatan Genosida; (b) Kejahatan terhadap
kemanusiaan; (c) Kejahatan Perang; (d) Kejahatan Agresi”
Kejahatan perang adalah tindakan pelanggaran-
pelanggaran terhadap hukum dan kebiasaan sebagaimana diatur
dalam Konvensi Den Haag IV 1907 tentang hukum dan kebiasaan
perang di darat khususnya dalam ketentuan Pasal 46, Pasal 50,
Pasal 52 dan Pasal 56 serta Konvensi Jenewa tahun 1929 tentang
perawatan prajurit yang sakit dan luka-luka serta tawanan
perang. Istilah mengenai kejahatan perang yang digunakan
sangat beragam yaitu dalam Statuta atau Konvensi Internasional
yang mengatur tentang tindakan kejahatan perang, dalam
Konvensi Den Haag 1907 tentang Hukum dan Kebiasaan Perang
di Darat memberi istilah kejahatan perang sebagai serious
violations, demikian juga Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 dan
Protokol Tambahan 1977 memberi istilah grave breaches
sedangkan dalam Statuta Roma memberi istilah war crimes serta
dalam Konvensi Genosida 1949 mendefinisikannya sebagai “a
crime under international law”.
Tindakan yang merupakan kejahatan perang disini
merupakan pelanggaran serius dari hukum perang. Konsep dari
‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Stephanie Johana Manurung, “Masalah Pelarangan Perekrutan Tentara
Anak dalam Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum Internasional”. (Skripsi Program Sarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2010) h. 38.
kejahatan perang ini telah dikodifikasi selama perkembangannya
dan terbatas pada grave breaches dari Konvensi Jenewa 1949
§§§§§§§§§
dan yang membedakan tindakan-tindakan yang ada di
dalam pengaturan mengenai kejahatan perang ini dengan
kejahatan terhadap kemanusiaan adalah bahwa tindakan yang
termasuk ke dalam salah satu bentuk kejahatan perang yang
diatur di dalam Pasal 8 Statuta Roma tidak harus ditujukan pada
penduduk sipil. ********** Meskipun dalam Konvensi tidak
dijelaskan secara langsung mengenai definisi kejahatan perang,
namun dijelaskan secara langsung dalam Pasal 8 Statuta Roma
yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang
adalah: ††††††††††
1. Grave Breaches dari Konvensi Jenewa 1949, yang mencakup
tindakan-tindakan yang ditunjukan terhadap orang atau
benda yang dilindungi, diatur di Pasal 8 ayat (2)(a) Statuta
Roma, terdiri dari delapan jenis kejahatan perang yang
spesifik.
2. Pelanggaran-pelanggaran serius lainnya terhadap hukum dan
kebiasaan yang berlaku di dalam konflik bersenjata
internasional, diatur dalam Pasal 8 ayat (2)(b) Statuta Roma,
terdiri dair dua puluh enam jenis kejahatan yang spesifik.
3. Pelanggaran terhadap Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949, dalam
hal terjadi konflik bersenjata non-internasional, diatur dalam
Pasal 8 ayat (2)(c) Statuta Roma, terdiri dari empat jenis
kejahatan perang yang spesifik.
4. Pelanggaran-pelanggaran serius yang lainnya terhadap
hukum dan kebiasaan yang berlaku dalam konflik bersenjata
non-internasional, diatur di dalam Pasal 8 ayat (2)(e) Statuta
Roma, terdiri dari dua belas jenis kejahatan perang yang
spesifik.
Terkait dengan perekrutan tentara anak di dalam konflik
bersenjata terdapat pengaturan langsung mengenai hal ini di
dalam Pasal 8 ayat (2)(b)(xxvi) Statuta Roma yang berbunyi:
“Conscripting or enlisting children under the age of fifteen years
§§§§§§§§§
William S. Schabas. An Introduction to the International Criminal Court,
(New York: Cambridge University Press, 2004), h. 114.
**********
Ibid. h. 102.
††††††††††
Heru Cahyono, “Kejahatan Perang yang diatur dalam Hukum Internasional
dan Hukum Nasional”, Jurnal Hukum Humaniter, Vol. 1 No. 1, Juli 2005, h.128.
into the national armed forces or using them to participate
actively in hostilities”, dan Pasal 8 ayat 2(e)(vii) yang berbunyi:
“Conscripting or enlisting children under the age of fifteen years
into armed forced or groups or using them to participate actively
in hostilities”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tindakan yang dilakukan oleh NPA di Filipina dengan merekrut
dan menggunakan anak serta memperkerjakan anak di bawah
lima belas tahun merupakan kejahatan perang, yang tercantum
dalam Pasal 5 ayat (1) Statuta Roma. Walaupun tidak dijelaskan
dalam Konvensi Jenewa maupun Protokol Tambahannya
mengenai apakah merekrut dan menggunakan anak sebagai
tentara tergolong ke dalam suatu “kejahatan perang”, Konvensi
Jenewa dan Protokol Tambahannya merupakan instrumen
hukum pertama yang membahas tentang menggunakan atau
partisipasi anak dalam konflik bersenjata dan dipertegas kembali
dalam Pasal 8 ayat (2)(b)(xxvi) dan Pasal 8 ayat (2)(e)(vii) Statuta
Roma untuk implementasi penegakan hukum tersebut agar
individu-individu atau kepala kelompok dari NPA dapat diadili
atas pelanggaran tersebut.
Tindakan NPA dengan melakukan perekrutan dan
menggunakan anak sebagai tentara berdampak sangat buruk
untuk anak-anak. Kekerasan yang banyak terjadi di dalam konflik
bersenjata memberikan pengaruh buruk kepada anak, dengan
mereka berpartisipasi atau turut serta dalam konflik bersenjata
akan menciptakan pribadi yang buruk bagi anak. Anak-anak yang
terlibat sebagai tentara memiliki resiko yang tinggi untuk terluka
bahkan terbunuh dalam pertempuran. Anak-anak seringkali
ditempatkan di garis depan pertempuran dan diberikan berbagai
macam tugas yang berbahaya. Hal ini sangat berpengaruh ke
psikologis mereka,
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 276.
§§§§§§§§§§
Pasal 17 ayat (3) Statuta Roma
melakukan penyertaan anak sebagai tentara, sebagian telah
dipenjara atas kejahatan terhadap kemanusiaan. Oleh
karenanya, berdasarkan prinsip ne bis in idem, ICC masih
dimungkinkan untuk melakukan penuntutan terhadap
mereka. Hal ini dikarenakan tuntutan tersebut atas
perbuatan yang berbeda, yaitu bukan dituntut atas kejahatan
terhadap kemanusiaan, tetapi mereka dituntut atas
kejahatan perang.
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1), Negara Filipina tidak
lagi melakukan penyelidikan dan penuntutan sehingga
berlanjut kepada Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3) mengenai
ketidaksediaan (unwilling) dan ketidakmampuan (unable).
Dalam hal ini, Filipina dapat digolongkan termasuk dalam
kedua ketentuan tersebut. Dalam Pasal 17 ayat (2)(b)
mengenai ketidaksediaan Negara untuk menangani sebuah
kasus, yang berbunyi: “There has been an unjustified delay in
the proceedings which in the circumstances is inconsistent
with an intent to bring the person concerned to justice”.
Menurut pasal ini, suatu Negara dapat dikatakan tidak
bersedia (unwilling) apabila terjadinya suatu penundaan atau
memperlambat untuk membawa orang yang bersangkutan ke
pengadilan, dalam hal ini Negara Filipina telah melakukan
penundaan dikarenakan lebih mempertimbangkan untuk
mempertahankan posisi di pemerintahan dan membiarkan
kasus penyertaan anak sebagai tentara ini terbengkalai
sampai bertahun-tahun. Dalam Pasal 17 ayat (3) mengenai
ketidakmampuan suatu Negara dalam mengadili suatu
perkara, yang berbunyi:
“In order to determine inability in a particular case,
the court shall consider whether, due to a total or
substantial collapse or unavailability of its national
judicial system, the state is unable to obtain the
accused or the necessary evidence and testimony or
otherwise unable to carry out its proceedings.”
Berdasarkan ketentuan ini, Filipina dapat dikatakan
tidak mampu untuk mengadili perkara tersebut karena
pemerintah Filipina tidak dapat mengumpulkan bukti-bukti
dan membawa orang-orang yang bersangkutan ke
pengadilan. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan
Filipina, dalam hal ini angkatan bersenjata dan kepolisiannya,
tidak dapat mengalahkan atau mengkondisikan NPA sehingga
kasus penyertaan anak sebagai tentara ini sulit untuk
diselesaikan. Oleh karena itu, ICC memiliki yurisdiksi terhadap
kasus penyertaan anak sebagai tentara yang dilakukan oleh
NPA.
***********
William Driscoll, Joseph Zompetti dan Suzette W. Zompetti, The
International Criminal Court: Global Politics and the Quest for Justice, (New York: The
International Debate Education Association, 2004), h. 30
dalam yurisdiksi Mahkamah; ††††††††††† atau Warga negara
dari negara bukan pihak Statuta yang telah menerima
yurisdiksi Mahkamah berdasarkan pernyataan ad hoc
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
atau berdasarkan resolusi Dewan Keamanan
PBB.
Yurisdiksi ratione personae, yang diatur dalam Pasal
12 ayat (2)(b), menyatakan bahwa ICC memiliki yurisdiksi
terhadap warganegara peserta yang dituntut atas suatu
kejahatan (the state of which the person accused of the
crime is a national), dalam hal ini Filipina telah
meratifikasi Statuta Roma pada tanggal 30 Agustus 2011
dan berlaku mengikat pada tanggal 1 November 2011.
Oleh karenanya, berdasarkan Pasal 13 Statuta Roma, ICC
dapat melaksanakan jurisdiksinya atas dasar: Permintaan
dari Negara Pihak, dalam hal ini Filipina; atau Resolusi
Dewan Keamanan yang bertindak berdasarkan Bab VII
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa; atau Prakarsa
penuntut umum ICC.
Sebelum tanggal 1 November 2011 atau sebelum
Filipina menjadi peserta ICC, ICC juga dapat memiliki
yurisdiksi terhadap kasus yang terjadi di Filipina, yaitu
berdasarkan pernyataan ad hoc, yang dibuat oleh Filipina,
atau berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Ketentuan tersebut tercantum dalam Pasal 12 ayat (3)
Statuta Roma. Pelaksanaan yurisdiksi ICC tersebut atas
dasar Pasal 13 (b), yaitu Resolusi Dewan Keamanan yang
bertindak berdasarkan Bab VII Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Dewan Keamanan PBB dapat memaksa
Filipina, yang merupakan anggota dari PBB, untuk
melaksanakan resolusi tersebut atas dasar Pasal 25
Piagam PBB yang berisi bahwa semua negara anggota PBB
terikat secara hukum untuk mengikuti keputusan-
keputusan yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB.
Dalam hal kasus penyertaan anak sebagai tentara oleh
NPA, Pasal 28 menjelaskan tentang Responsibility of
Commander and Other Superiors atau Prinsip
Pertanggungjawaban Commanders atau Superiors bahwa
†††††††††††
Pasal 12 ayat (2b) Statuta Roma.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 12 ayat (3) Statuta Roma.
komandan militer dan atasan tidak lepas dari
pertanggungjawaban pidana terhadap kejahatan yang
dilakukan oleh kekuatan-kekuatan di bawah komando
dan control efektifnya, atau bawahannya, dengan
penjelasan dari Pasal ini, walaupun anggota-anggota NPA
yang melakukan perekrutan dan penyertaan anak sebagai
tentara, tetapi petinggi-petinggi NPA tetap harus
bertanggung jawab atas tindakan anggota-anggotanya
tersebut. Hal ini berdasarkan Pasal 33 Statuta ICC yang
menyatakan seorang komandan atau atasan yang
bawahannya melakukan tindak pidana dapat
dipertanggungjawabkan secara pidana (command
responsibility). Oleh karenanya, berdasarkan yurisdiksi
ratione personae, ICC juga dapat memiliki yurisdiksi
terhadap kasus penyertaan anak sebagai tentara yang
dilakukan oleh NPA.
4) Yurisdiksi Ratione Loci
ICC memiliki yurisdiksi yang berkaitan dengan
teritorial (ratione loci) atas tindak pidana yang dilakukan
di dalam wilayah: §§§§§§§§§§§ suatu negara pihak Statuta,
tanpa mempertimbangkan kewarganegaraan si pelaku;
negara-negara yang meminta yurisdiksi ICC atau dasar
pernyataan ad hoc; atau suatu negara atas dasar
pelimpahan perkara yang dilakukan oleh Dewan
Keamanan PBB berdasarkan Pasal 13 Statuta ICC.
Hal ini diatur dalam Pasal 12 ayat (2)(a), yang menegaskan
bahwa Pengadilan memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-
kejahatan yang dilakukan di dalam wilayah Negara
peserta, tanpa mempertimbangkan kewarganegaraan si
pelaku. Pengadilan ini juga mempunyai jurisdiksi terhadap
kejahatan yang dilakukan di dalam wilayah negara-negara
yang menerima yurisdiksinya atas dasar pernyataan ad
hoc dan di atas wilayah yang ditentukan oleh Dewan
Keamanan. Dalam hal kasus ini, NPA melakukan
pelanggaran tersebut di dalam wilayah Filipina dengan
menguasai wilayah-wilayah mayoritas di Filipina. Oleh
§§§§§§§§§§§
“Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court)”, Jurnal
Hukum Humaniter, Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM Fakultas Hukum Universitas
Trisakti, Vol. 1 No. 2 (Jakarta, 2006), h.383. et seq.
karenanya, ICC memiliki yurisdiksi terhadap kasus
tersebut.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Hukum Internasional tidak melarang penggunaan anak
sebagai tentara, melainkan membatasi batas usia seorang
anak untuk turut serta dalam konflik bersenjata. Aturan-
aturan mengenai melakukan perekrutan dan menggunakan
anak sebagai tentara dapat ditemukan dalam Statuta dan
Konvensi Internasional, yaitu dalam Convention concerning
Minimum Age of for Admission to Employment 1973 No. 138
yang dibuat oleh International Labour Organization, Pasal 2
ayat (1); Convention on the Rights of the Child, Pasal 38;
Optional Protocol on the Involvement of Children in Armed
Conflict, Pasal 1; Geneva Convention (IV) 1949, Pasal 51;
Protokol Tambahan I, Pasal 77 ayat (2); Protokol Tambahan II,
Pasal 4 ayat (3)(c); dan Statuta Roma Pasal 8 ayat (2)(b)(xxvi)
dan Pasal 8 ayat (2)(e)(vii). Berdasarkan ketentuan-ketentuan
tersebut, tindakan yang dilakukan oleh New People’s Army
(NPA) di Filipina dengan merekrut, dan menggunakan, serta
memperkerjakan anak di bawah lima belas tahun merupakan
kejahatan perang, yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1)
Statuta Roma.
b. Tindakan yang dilakukan oleh NPAdi Filipina dengan merekrut
dan menggunakan anak sebagai tentara dapat diadili di ICC.
Hal ini berdasarkan Pasal 17 Statuta Roma yang mengatur
mengenai dapat diterimanya suatu perkara, kasus penyertaan
anak sebagai tentara oleh NPA, telah memenuhi segala
persyaratan untuk diterima dan diadili di ICC. Tindakan
tersebut termasuk kejahatan perang, yang merupakan salah
satu yurisdiksi ICC, yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (1)
Statuta Roma dan dipertegas dalam Pasal 8 ayat (2)(b)(xxvi)
dan Pasal 8 ayat (2)(e)(vii) Statuta Roma. Namun berdasarkan
Pasal 11 ayat (1) jo Pasal 126 Statuta Roma, ICC hanya
memiliki yurisdiksi terhadap kasus terhadap kasus yang
dilakukan oleh NPA setelah tanggal 1 Juli 2002. Filipina telah
meratifikasi Statuta Roma pada tanggal 30 Agustus 2011 dan
berlaku mengikat pada tanggal 1 November 2011, maka ICC
memiliki yurisdiksi untuk mengadili kasus ini berdasarkan
Pasal 12 ayat (2)(a) Statuta Roma, yang menegaskan bahwa
Pengadilan memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan
yang dilakukan di dalam wilayah Negara peserta, tanpa
mempertimbangkan kewarganegaraan si pelaku, dan Pasal 12
ayat (2)(b) Statuta Roma, menyatakan bahwa ICC memiliki
yurisdiksi terhadap warganegara peserta yang dituntut atas
suatu kejahatan,
2. Saran
a. NPA sebaiknya melakukan rencana aksi, seperti Moro Islamic
Liberation Front (MILF), dengan menandatangani Resolusi
1539 dan Resolusi 1612, yang dikeluarkan oleh Dewan
Keamanan PBB (DK-PBB), mengenai menghentikan
perekrutan dan penggunaan anak sebagai tentara. Dengan
menandatangani resolusi ini dan melakukan rencana aksi
memberhentian perekrutan dan penggunaan anak sebagai
tentara, anak-anak yang digunakan sebagai tentara dapat
menghindari bahaya yang dihasilkan dari konflik bersenjata.
b. Jika kasus tindakan penyertaan anak sebagai tentara oleh
NPA tidak dapat diselesaikan oleh ICC, maka berdasarkan
Pasal 34 Piagam PBB, DK-PBB dapat mengambil tindakan atas
inisiatif sendiri, yaitu mengeluarkan suatu Resolusi yang
isinya mengenai pembentukan Mahkamah Pidana
Internasional ad hoc atau pembentukan pengadilan dengan
bentuk hybrid model (Mixed National-International Court).
DK-PBB dapat memaksa Filipina, yang merupakan anggota
dari PBB, untuk melaksanakan resolusi tersebut atas dasar
Pasal 25 Piagam PBB yang berisi bahwa semua negara
anggota PBB terikat secara hukum untuk mengikuti
keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh DK-PBB.
E. DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Huala Adolf, Aspek-aspek Negara dalam Hukum Internasional,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Mamudji, Sri. Et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Depok:
Badan Penerbit FHUI, 2005.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit
Universitas Indonesia: UI PRESS, 2005.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press,
1986.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2005.
William Driscoll, Joseph Zompetti dan Suzette W. Zompetti, The
International Criminal Court: Global Politics and the Quest for
Justice, New York: The International Debate Education
Association, 2004.
William S. Schabas. An Introduction to the International Criminal
Court, New York: Cambridge University Press, 2004
Rujukan Elektronik:
“UNICEF: Impact of Armed Conflict on Children (Children at both ends
of the gun)” (On-Line), tersedia di
http://www.unicef.org/graca/kidsoldi.htm (1 November 2012)
“UNICEF: Child Protection from Violence Exploitation and Abuse” (On-
Line), tersedia di:
http://www.unicef.org/protection/index_armedconflict.html
(2011)
Aningtyas Jatmika, PBB: Anak-anak Suriah Alami Perkosaan (Online),
http://www.tempo.co/read/news/2014/02/06/115551545/PB
B-Anak-anak-Suriah-AlamiPerkosaan.html (20 April 2016)
“Military Use of Children” (On-Line), tersedia di:
https://en.wikipedia.org/wiki/Military_use_of_children (15 Juni
2016).
“The Communist Insurgency in the Philippines : Tactics and Talks”
(On-Line), tersedia di
http://www.crisisgroup.org/~/media/Files/asia/south-east-
asia/philippines/202%20The%20Communist%20Insurgency%20
in%20the%20Philippines%20Tactics%20and%20Talks.pdf (27
Mei 2016)
Sumber lain :
Dhanendra Ananggadipa Wiratama, “Mahkamah Pidana
Internasional dalam Kasus Pelanggaran Penyertaan Anak
sebagai Tentara Berdasarkan Hukum Internasional (Studi Kasus
Gerakan New People’s Army di Filipina)”, (Skripsi Program
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2016,
dengan Pembimbing Skripsi, Yulia Fitriliani, SH, MH)
Heru Cahyono, “Kejahatan Perang yang diatur dalam Hukum
Internasional dan Hukum Nasional”, Jurnal Hukum Humaniter,
Vol. 1 No. 1, Juli 2005.
“Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court)”,
Jurnal Hukum Humaniter, Pusat Studi Hukum Humaniter dan
HAM Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Vol. 1 No. 2 (Jakarta,
2006)
Stephanie Johana Manurung, “Masalah Pelarangan Perekrutan
Tentara Anak dalam Konflik Bersenjata Berdasarkan Hukum
Internasional”. (Skripsi Program Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 2010)
LAMPIRAN B.13
Dosen Tetap
NO. ALAMAT SURAT
NAMA DOSEN BIASA NIK
ELEKTRONIK
1 Abdul Ficar Hajar, SH MH fickar15@yahoo.com
2 Agus Achmad Muzayin, SH MH 1365/USAKTI agus_muza@yahoo.co.id
3 Aji Wibowo, Dr SH MH 1957/USAKTI ajilibero@yahoo.com
4 Aline Gratika N. RR, Dr SH MH 1959/USAKTI alinegratika@yahoo.co.id
5 Amalia Zuhra, SH LLM PhD 2506/USAKTI amalia.z@trisakti.ac.id
6 Amriyati, Dra. M.Pd SH MH 2066/USAKTI suliantari@yahoo.co.id
7 Anda Setiawati,Dr SH MH 2144/USAKTI anda.setiawati69@gmail.com
8 Andari Yurikosari, Dr SH MH 2000/USAKTI andari.yurikosari@gmail.com
9 Andi Widiatno, SH, S.Komp, MH - awd.trisakti@gmail.com
10 Andrey Sujatmoko, SH MH 2147/USAKTI sujatmoko_a@yahoo.com
11 Anna Maria Tri Anggraini, Dr SH MH 1882/USAKTI anggraini1601@gmail.com
12 Anto Ismu Budianto, Dr SH MH 1572/USAKTI antoismubudianto@gmail.com
13 Arie S. Hutagalung, Prof SH MLI - arie.s@trisakti.ac.id
14 Arif Wicaksana, Dr SH MH 1918/USAKTI arif0764@gmail.com
15 Arlina Permanasari, SH MH 1919/USAKTI arlinapermanasari@yahoo.com
16 Asep Iwan Irawan, Dr SH MH 2649/USAKTI asep.ii@trisakti.ac.id
17 Ayu Nrangwesti, SH MH 1884/USAKTI ayu.nrangwesti.2912@gmail.com
18 Azis Syamsudin, Dr SH SE MH - azis.syamsudin@trisakti.ac.id
19 Bambang Sucondro, Dr SH MH 1529/USAKTI bambangsuco@yahoo.com
20 Bambang Widjojanto, Dr SH MH 2957/USAKTI bambang.w@trisakti.ac.id
21 Bintan R. Saragih, Prof Dr SH 2585/USAKTI bintan.r@trisakti.ac.id
22 Dhany Rahmawan, Dr SH MH 1917/USAKTI dhanyrahmawan@yahoo.com
23 Dian Adriawan Dg Tawang,Dr SH MH 2072/USAKYI dian.a@trisakti.ac.id
24 Dian Purnamasari, SH MH 2556/USAKTI dian_1106@yahoo.com
25 Dinda Keumala, SH MKn 2479/USAKTI dinda_bayuaji@yahoo.com
26 Diny Luthfah, SH MH Msi 2655/USAKTI dinytrisakti@gmail.com
27 Dwi Alfianto, SH, MH - alfiantodwi@yahoo.com
28 Dyah Setyorini, SH SpN MH 2772/USAKTI dyahsetyorini76@yahoo.com
29 Elfrida Ratnawati, Dr SH MH 2431/USAKTI elfrida.r.goeltom@gmail.com
30 Elsi Kartika Sari, Dr SH MH 1912/USAKTI elsi.ks@trisakti.ac.id
31 Endang Pandamdari, Dr SH MH CN 1110/USAKTI epandamdari@yahoo.com
32 Endang Suparsetyani, Dr SH MH 0224/USAKTI endang.s@trisakti.ac.id
NO. ALAMAT SURAT
NAMA DOSEN BIASA NIK
ELEKTRONIK
33 Endyk M. Asror, Dr SH MH 1565/USAKTI endyk.ma@trisakti.ac.id
34 Eriyantouw Wahid, Prof Dr SH MH 1342/USAKTI eriyanto28@yahoo.com
35 Ermania Widjajanti, SH MH 2132/USAKTI erwid_farel@yahoo.com
36 Ferry Edwar, Dr SH MH 1960/USAKTI ferry.e@trisakti.ac.id
37 Gandes Candra Kirana, SH MH 2771/USAKTI gandescandrakirana@yahoo.co.id
38 Gusti Ayu Tirtawati, Dr SH MH 2139/USAKTI ayumade90@yahoo.co.id
39 Harto, SH, MH 3307/USAKTI harto3473@yahoo.com
40 Hein Wangania, Dr SH MH 1260/USAKTI hein.w@trisakti.ac.id
41 Heru Pringgondani Sanusi, SH MH 1383/USAKTI herupsanusi@cbn.net.id
42 I Komang Sukaarsana, Dr SH MH 0987/USAKTI ikomang.sk@trisakti.ac.id
43 Indra Krestianto, SH MH 3078/ USAKTI krestiantoindra@yahoo.com
44 Intan Nevia Cahyana, Dr SH MH 2477/USAKTI intan.nevia@gmail.com
45 Irene Eka Sihombing, Dr SH MH CN 1745/USAKTI ies07_07@yahoo.com
46 Irene Mariane, Dr SH CN MH 2143/USAKTI irene_suryadi@yahoo.com
47 Jun Justinar, SH MH 2133/USAKTI jj3trisakti@yahoo.com
48 Khairani Bakri, SH MH 2626/USAKTI khairani.bakri@gmail.com
49 Listyowati Sumanto, Dr SH MH 0949/USAKTI listyowati_usakti@yahoo.co.id
50 Maria Silvya E. Wangga, SH MH 2650/USAKTI silvyaruman@gmail.com
51 Maya Indrasti Notoprayitno, SH MSi 2627/USAKTI mi.notoprayitno@gmail.com
52 Meta Indah Budhianti, Dr SH MH 2463/USAKTI metaindah75@yahoo.com
53 Metty Soletri, SH MKn 2658/USAKTI metty.soletri@gmail.com
54 Mety Rachmawati, Dr SH MH 1920/USAKTI metyargo@yahoo.com
55 Muriani, Dr SH MH 1190/USAKTI muriani@trisakti.ac.id
56 N.G.N. Renti Maharaini, Dr SH MH 2134/USAKTI maharaini288@gmail.com
57 Narita Adityaningrum, SH MH 2955/USAKTI nadityaningrum@gmail.com
58 Natasya Yunita Sugiastuti, Dr SH MH 1881/USAKTI natasyays@yahoo.com
59 Ning Adiasih, Dr. SH MH 1840/USAKTI adiasih_65@yahoo.com
60 Ninuk Wijiningsih, SH MH 2001/USAKTI hanio_nw@yahoo.com
61 Novina Sri Indiraharti, Dr SH MH 1958/USAKTI noviequ@yahoo.com
62 Radian Syam, SH MH 3308/USAKTI radian_mra@yahoo.co.id
63 Rahmat Santoso, SH MH 1999/USAKTI rahmatsnts@ymail.com
64 Rakhmita Desmayanti, SH MH 2954/USAKTI rakhmitad@yahoo.com
65 Reni Dwi Purnomowati, Dr SH MH 2656/USAKTI renihtn@yahoo.com
66 Rinandu Kusumajaya Ningrum, SH MH - rum_rin@yahoo.com
67 Rini Purwaningsih, Dr SH MH - rini_purwa@ymail.com
68 Rosdiana Saleh, Dr SH MH 1741/USAKTI rosdiana_saleh@yahoo.com
69 Setiyono, SH MH 2478/USAKTI setiyono_law@yahoo.com
NO. ALAMAT SURAT
NAMA DOSEN BIASA NIK
ELEKTRONIK
70 Setyaningsih, Dr SH MH 2142/USAKTI niningid@yahoo.com
71 Sharda Abrianti, SH MH 2140/USAKTI sharda_abrianti@yahoo.com
72 Simona Bustani, Dr SH MH 1880/USAKTI simoni.funny@gmail.com
73 Siti Nurbaiti, Dr Dra SH MH 1816/USAKTI nurbaiti_05092000@yahoo.com
74 Sri Bakti Yunari, SH MH 1913/USAKTI sbyunari.trisakti@gmail.com
75 Sri Untari Indah Artati, Dr SH MH 2002/USAKTI indah.artati@yahoo.com
76 Suci Lestari, SH MH 2476/USAKTI suci_law@yahoo.com
77 Sugeng Supartono, Dr SH MH 1916/USAKTI ssupartono@yahoo.co.id
78 Sulianti Salimin, SH MH 0950/USAKTI sulianti_salimin@yahoo.com
79 Sunario Basuki, SH - sunarjo@trisakti.ac.id
80 Tri Sulistyowati, Dr SH MH 1998/USAKTI trisulistyowati98@yahoo.com
81 Trubus Rahardiansah P, Dr Drs SH MH MS 2513/USAKTI trubus_rp@yahoo.com
82 Vientje Ratna Multiwijaya, Dr SH MH 1557/USAKTI vientjeratna@yahoo.co.id
83 Wahyana Darmabrata, Prof SH MH 2301/USAKTI wahyono_darmabrata@yahoo.com
84 Wahyudi Siswanto, SH MH 2146/USAKTI wahyudi_siswantobanget@yahoo.com
85 Wahyuni Retnowulandari, Dr SH MH 1911/USAKTI wahyuni.r@trisakti.co.id
87 Wildani Angkasari, SH LLM 2886/USAKTI angkasariwildani@gmail.com
88 Wiratno, Dr SH MH 1520/USAKTI wiratno@trisakti.ac.id
89 Yenti Garnasih, Dr SH MH 2434/USAKTI yenti_garnasih@yahoo.com
90 Yogo Pamungkas, Dr SH MH 2148/USAKTI pamungkasyogo@yahoo.co.id
91 Yulia Fitriliani, SH MH 2956/USAKTI yulia.fitriliani@trisakti.ac.id
LAMPIRAN B.14
Halaman Muka
Halaman Biodata
Halaman Isi
LAMPIRAN B.15
TABEL WAKTU PELAKSANAAN SKRIPSI PADA SEMESTER GASAL
BULAN
KRITERIA
SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI
PEMBAYARAN
PENDAFTARAN
SKRIPSI KE BNI
PENDAFTARAN
PROPOSAL SKRIPSI
KE KOORDINATOR PK
(14 HARI KERJA)
PENDAFTARAN
SEMINAR PROPOSAL
KE KABAG/SEKBAG
(14 HARI KERJA)
PERSETUJUAN
SEMINAR PROPOSAL
OLEH WAKIL DEKAN I
(14 HARI KERJA)
PENYERAHAN
SKRIPSI (±3 BULAN)
SIDANG SKRIPSI
YUDISIUM
WISUDA
LAMPIRAN B.16
TABEL WAKTU PELAKSANAAN SKRIPSI PADA SEMESTER GENAP
BULAN
KRITERIA
FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER
PEMBAYARAN
PENDAFTARAN
SKRIPSI KE BNI
PENDAFTARAN
PROPOSAL SKRIPSI
KE KOORDINATOR PK
(14 HARI KERJA)
PENDAFTARAN
SEMINAR PROPOSAL
KE KABAG/SEKBAG
(14 HARI KERJA)
PERSETUJUAN
SEMINAR PROPOSAL
OLEH WAKIL DEKAN I
(14 HARI KERJA)
PENYERAHAN
SKRIPSI (±3 BULAN)
SIDANG SKRIPSI
YUDISIUM
WISUDA
Proses Pembayaran
Mulai
Disetujui?
Lampiran A4
Proses Proposal
Syarat: Pendaftaran seminar proposal Sekbag
1.Proposal skripsi 3 eks
2.Fotokopi transkrip nilai Pengusulan tim penguji seminar proposal
3.Fotokopi pembayaran Kabag
(jangka waktu 14 hari kerja)
Lulus?
Disetujui?
Ada perubahan
judul / materi?
Isi formulir Koordinator PK
Sidang skripsi
Selesai