Khutbah 14 Syawwal
Khutbah 14 Syawwal
الصالح ْي َن
هللا َّ ه د
َ ًَ َ
با ع ل ة اف ي ض
َ ْ َ ْ ُ ّٰ َّ ْ َ َّ َ ّ َ َ َأ ّ َ َ َأل
ِإ ِإ ِِ ِِ ِ ِ ِ ِ الصيام يام ا ع
د يا ِ الحمد ِلل ِه ال ِذي حرم
ُ ََ َ َأ ْ َأ ْ َ َّ َ َ َ ْ َّ ُ َ َ ْ َ َ
د ِاع ْي0َّ 0 ْول ُه ال0 د ُه َو َر ُس0ُ ب0ْ ا ُم َح َّم ًدا َع0ن0 ِّي َدنا َو َم ْوال0 َه ُد َّن َس0 الج َّنة ِلل ُم َّت ِق ْي َن َو ش ل0ع0 ه ال ِذي ج0ل0 ِريك0 الش
َ ْ َ َأ َ َ َ ّ ّٰ ْ َ ْ ُ
حا ِب ِه َو َم ْن0 0ص ِّي ِدنا ُم َح َّم ٍـد َو َعلى آلِ ِه و0 0ا ِر ْك َع َلى َس00 0 ِل ْم َوب0 0 ِ ّل َو َس0 0ص َ الل ُه َّم ّ
ِ َر0 0ِإ َلى ال ِص
.ت ِقي ِم0 0اط املس
َ ََ
ف َاز0 ق ْد0 هللا ف َ َْ ْ َ َ ُ ْ ْ ّ ْ َ َأ َ ْ ُ َ َ َأ ُْؤ ُ ْ َ ُأ ْ َ َ ْ َ َ
ِ ق وى0 يك ْم ونف ِس ْي ِبت0 ه اامل ِمنون و ِص0 َ فيآ ُّي. د0ع0 َّما ب.دين0ِ 0و ِم ال0ي0 ٍان ِإ َلى0 ت ِبع ُه ْم بِِإ حس
ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ َ َ ُ َ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َّ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ُ ْ ُ َّ اَّل َ َأ
وا0ن0 ه ا ال ِذين ام0 ياي:الى0ع0 ق ال هللا ت0 . ِلمون0 م وتن ِإ و نتم مس0 ح ق تقات ِِه والت0 ق وا هللا0 وات.ق ون0 املت
ُ َ ّٰ ۗ ّٰ َ ٌ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ّٰ ُ َّ
س َّما ق َّد َم ْت ِل َغ ٍۚد َو َّات ُقوا الل َه ِا َّن الل َه َخ ِب ْي ٌر ۢ ِب َما ت ْع َمل ْو َن اتقوا الله ولتنظر نف
Hadirin sidang jumat rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT, Taqwa dalam arti menjalankan segala apa yang diperintahkan
Allah, dan berusaha sekuat tenaga meninggalkan apa yang dilarang Oleh Allah SWT.
Seiring bulan suci Ramadhan terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta melupakannya seolah
tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan muhasabah atau
introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama Ramadhan.
Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah lebih, kita harus
bertanya kepada diri sendiri:
Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan baik dari sisi kuantitas maupun
kualitas? Selanjutnya, apakah kita bisa meningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat
kita beribadah di bulan-bulan setelah Ramadhan?
Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada masa lalu
untuk diperbaiki pada masa yang akan datang.
Allah sudah memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes
perjalanan hidup kita dengan sebuah firman-Nya:
ُ َ َ ّٰ ّٰ َ َ ٌ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ّٰ ٰ َّ َ ٓ
س َّما ق َّد َم ْت ِلغ ٍۚد َو َّات ُقوا الل َه ِۗا َّن الل َه خ ِب ْي ٌر ِۢب َما ت ْع َمل ْو َنٰيا ُّي َها ال ِذ ْي َن ا َم ُنوا َّات ُقوا الله ولتنظر نف
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkan semangat
kita dalam beribadah dari sisi kuantitas maupun kualitas. Terlebih memasuki bulan Syawal yang
menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat
beribadah pasca-Ramadhan.
Hal ini pun tergambar dari makna kata Syawwal itu sendiri. Dari segi bahasa, kata “Syawal” (
ُ َّو0 0 0) َش
ال َ َ
berasal dari kata “Syala” (ال0 0 0 )شyang memiliki arti “irtafaá” ( ع0 ف
0 0 ) ِارتyakni َ ََْ
meningkatkan.
Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan
kuantitas ibadah pasca-Ramadhan. Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan
dengan kuantitas yang dipaksakan secara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan
dengan istiqamah dan rutin walaupun dalam kuantitas yang sedikit. Istiqamah dalam ibadah ini
telah diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:
َ ْ ْ َ َأ َأ َ َ ْ َأ َ ُّ َأل
هللا ْد َو ُم َها َوِإ ْن ق َّل ( خ َر َج ُه ال ُبخ ِار ُّي َو ُم ْس ِل ٌم)ـ
ِ ى ل حب ا عم ِال ِإ
Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun sedikit” (HR
al-Bukhari dan Muslim).
Bulan Syawal menjadi momentum tepat untuk menjaga diri dari predikat dan status yang telah
kita raih setelah berjuang di bulan Ramadhan.
Dari paparan materi khutbah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa semangat ibadah di bulan
Ramadhan harus terus kita pertahankan dan lanjutkan di bulan-bulan selanjutnya.
Terlebih dengan status ketakwaan dan kesucian yang telah menjadi bagian dari hasil puasa, harus
dipertahankan agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi. Rasulullah bersabda:
َ ان0و ٌن َو َم ْن َك0ْ 0 َو َم ْغ ُب0ه َف ُه0 ل َأ ْمس0َ 0م ُه م ْث0 ُ ان َي ْو
َ 0 َو َم ْن َك. َو َراب ٌح0ه َف ُه0 را م ْن َأ ْمس0ً 0م ُه َخ ْي0 ُ ان َي ْو
َ 0َم ْن َك
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ َأ َ
.َي ْو ُم ُه ش ًّرا ِم ْن ْم ِس ِه ف ُه َو َمل ُع ْو ٌن
Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang
merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat
(celaka).” (HR Al-Hakim).
Ya Allah…
Berikan kami kekuatan untuk terus dapat menjalankan ibadah kami dengan semangat karena-Mu.
Berikanlah kami kesucian hati dalam mengemban dan melaksanakan tugas beribadah kepada-
Mu.