Anda di halaman 1dari 10

KONFLIK SOSIAL PEMILIHAN KEPALA DESA

(Studi Kasus Desa Mayang Kecamatan Mayang Kabupaten Jember)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
IRFAN ADITIA YUDA
NIM. 1903404041026

Pembimbing :

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOASIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM JEMBER
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.latar belakang

Pemilihan kepala desa adalah mekanisme politik dalam kepemimpian


kondtitutional dalamtingkat pemerintahan desa, warga desa mempunyai hak dipilih
dan hak melilih calon pemimpinnya. Kepala desa adalah pemimpin desa yang
bertanggung jawab dalam memimpin dan mengelola desa. Namun, dalam proses
pemilihan kepala desa, seringkali terjadi konflik sosial. Konflik sosial dalam
pemilihan kepala desa dapat mempengaruhi hasil pemilihan dan juga kestabilan sosial
desa. Perbedaan pandangan dan minat, pengaruh kekuatan ekonomi, politik, dan
budaya, diskriminasi suku, agama, dan ras serta kebijakan dan proses pemilihan yang
tidak adil adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam
pemilihan kepala desa. Untuk mengatasi masalah konflik sosial dalam pemilihan
kepala desa, perlu adanya analisis dan solusi yang tepat. Melalui analisis ini,
diharapkan dapat ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik sosial dan juga
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Menurut undang-undang nomor 32
tahun 2004 tengtang pemerintah daerah pasal satu ayat 12 memeberikan definisi
tetang desa, yaitu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatt setempat
berdasarkan asal-usuldan adat istiadat setempat yang di akui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan negara kesatuan republik indonesia. Inilah salah satu landasan
tentang pemerintahan daerah dan juga termasuk pemilihan kepala daerah mulai dari
gubenur bupati dan kepala desa.

Pemilihan kepala desa yang sering disingkat dengan (pilkades) mungkin bukan
istilah yang asing lagi, yaitu sebagai wadah untuk menampung aspirasi politik
masyarakat sekaligus sarana pergantian kelanjutan pemerintahan kepala desa pemilihan
kepala desa diharapkan mampu meningkatkan keinginan masyarakat untuk mengangkat calon
yang layak sebagai kepala desa. Pilkades merupakan subuah instrumen dalam pebentukan
pemerintah yang demokratis. Pesta demokrasi dari tingkat wilayah paling terkecil pada
dasarnya telah di atur dalam perundang-undangan tentang cara penyelenggaraan pemilihan
kepala desa Berdasarkan pasal 46 ayat (1) dalam Peraturan Pemerintah bahwa kepala desa
dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat, sedangkan ayat (2)
menyatakan bahwa pemilihan kepala desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa terdapat
peraturan baru yang diatur didalamnya terkait dengan pemilihan kepala desa yaitu pasal 31
ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang menjelaskan bahwa
pemilihan kepala desa dilaksanakan secara serentak diseluruh kabupaten atau kota.

Dalam pelaksaan pemilihan kepala desa diharapkan dapat sesuai dengan ketentuan
yang sudah ditetapkan dengan demikian proses pemilihan kepala desa akan berjalan baik
tanpa ada mengurangi keutuhan masyarakat dan harapan masyarakat dan dinyatan layak oleh
masyarakat untuk menjalankan roda pemerintahan kepala desa. Akan tetapi dalam proses
pemilihan kepala desa ini terdapat banyak masalah dan persoalan sebagai gejala awal
pemilihan kepala desa yang diwarnai kericuhan, kekerasan, intimidasi terhadap masyrakat
yang berbeda pandangan dan hal ini dapat mengurangi keharmonisan dalam bermasyarakat.
Terkadang situasi ini terjadi di berbagai daerah, misalnya terjadi di desa mayang kecamatan
mayang kabupaten jember proses persaiangan pemilihan kepala desa diwarnai dengan konflik
sosial kuatnya ikatan masyarakat akan melemah jika sudah bersinggungan dengan pemilihan
kepala desa apalagi sampai berbeda pandangan masyarakat yang satu dengan yang lainnya
dan akan terpecah belah seperti tidak ada lagi hubungan yang harmonis di antara masyarakat.
Perilaku masyarakat ini sudah jauh dari hakekat kehidupan masyarakat yang ada di desa pada
umumnya.

Pemilihan kepala desa lebih dipengaruhi oleh orang-orang yang ada didalamnya,
termasuk calon-calon, pendukung dan orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya.
Masyarakat akan membentuk kelompok sesuai dengan persamaan pilihan mereka dan saling
menunjukkan keunggulan masing-masing calon yang mereka pilih. Keterlibatan warga desa
dalam pemilihan kepala desa sebagai manifestasi tanggung jawab warga dalam menjaga
kelangsungan hidup bermasyarakat. Tidak jarang hal ini menimbukan pergesekan diantara
mereka dan akibat pergeseakan yang ditimbulkan antar masyarakat menjadikan mereka
mencari celah kekurangan calon-calon dari pihak yang berseberangan pilihan untuk
menjadikan kukurangan itu sebagai alat untuk politik untuk mengajak wargayang
bersebrangan dengan pilihan golongan masyarakat tertentu untuk menambahjumlah suara
untuk memenangkan calon kepala desayang mereka usung .

Pemilihan kepala desa merupakan merupakan proses untuk memilih atau dipilihnya
orang yang mampu untuk menjalankan roda pemerintahan di wilayah desa tertentu sesuai
ketentuan dan peraturan tertentu. Proses ini bisa menjadi kesempatan dan wadah bagi
masyarakat desa untuk menunjukkan partisipasi politiknya, baik sebagai hak pemilih maupun
sebagai hak seorang yang pantas dipilih. Adanya persamaan hak diantara warga masyarakat
akan menimbulkan persaingan sosial untuk memperoleh untuk memperoleh kekusasaan
dengan berbagaimacam cara supaya tujuannya terwujud. Masing-masing calon akan
melalukan caranaya tersendiri kepada masyarakat untuk mendapatkan simpatidan perhatian
dari masyarakat. Dengan demikian masing masing calon tersebut mengharapkan suara warga
untuk memilihanya.sebagai calon kepala desa dituntut untuk menjalin hubungan dan
komunikasi yang baik kepada masyarakat di desa tersebut seperti individu atau perorangan,
lembaga sosial, kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial. Untuk melakukan iru semua bisa
dimulai dari bagia terkecil yaitu keluarga dan kerabat-kerabat terdekat sebaga ikekuatan
politik yang pertama karena kekerabatan merupatan hal yang penting dalam mendukung
kegiatan politik.

Pemilihan kepala desa terdiri dari beberapa tahap seperti rapat yang di hadiri kepala
desa yang masih menjabat, muyawarah desa dan camat tiga bulan sebelu masa jabatan kepala
desa yang masih menjabat berakhir.dan rapat akan dipimmpin oleh kepal desa dan isi rapat
itu akan membahas tentang pelaksaan pemilihan kepala desa selanjutya meyusun kepanitiaan
dan membahas tentang pembiayaan. Hasil darirapat tersebut akan di ajukan kepada bupati
supaya memperoleh pengesahan. Setelah itu panitia akan menyusun waktu untuk mentukan
jadwal pemilihan denga syarat dan ketentuan yang berlaku.
Selanjutanya dalam tahap pencalonan panitia terpilih akan mengadakan pendaftaran,
dan hasil pendaftran akan diumumkan setelah bakalcalon kepaladesa melengkapi persyaratan
administratif terlebih dahulu. Kemudian orang-orang yang mengetahui calon-calon kepala
desa yang telah di sahkan akan terjadi perubahan di tengah masyarakat seperti keharmonisan
antar masyarakat akan berkurang dan meraka akan condong kepada masyarakat yang
memiliki pilihan yang sama dengan mereka. Berkurangnya keharmonisan masyarakat tidak
hanya ada di antara para calon saja tetapi antar pendukung tiap-tiap calon bahkan dalam
individu antar individu hubungan tidak harmonis lagi. Tentunya hubungan yang harmonis
hanya terjadi pada mereka yang mendukung calon yang sama hal tersebut telah mengubah
budaya masyarakat didesa.

Untuk mendapatkan dukungan suara yang mayoritas dalam pemilihan kepala desa
biasanya calon kepala desa melakukan pendakatan kepada toko masyarakat dengan cara
silaturrahmi atau bertamu kepada tokoh masyarakat tersebut sehingga dapat menyebarkan
pengaruh kepada masyarakat didesa tersebut karena tokoh masyarakat memiliki pengaruh
yang besar terhadapa masyarakat. Dan biasanya calon kepala desa juga menyambangi karang
taruna untuk mendapatkan dukungan karena karang taruan adalah wadah organisasi bagi anak
muda di desa tujuaanya untuk mendapat dukungan dari pemuda di desa tersebut.latar
belakang diatas menari perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul” konfllik
sosial dalam pemilihan kepala desa (studi kasus didesa mayang kecamatang mayang
kabupaten jember)”

1.2 rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka akan dibahas pokok
masalah tetntang bagaimana bentuk konflik sosial dalam pemilihan kepala desa mayang
kecamatan mayang kabupaten jember adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk konflik sosial dalam pemilihan kepala desa di desa mayang
kecamatan mayang kabupaten jember?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya konflik sosial di desa
mayang kecamatan mayang kabupaten jember?

3. Bagaimana penyelesaian konflik sosial yang ada di desa mayang kecamatan


mayang kabupaten jember?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas, maka tujuan yang diharapkan akan
dicapai peneliti adalah?

1. Untuk mengetahui deskripsi konflik sosial dalam pemilihan kepala desa di Desa
mayang kecamatan mayang kabupaten jember.

2. Untuk melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konflik sosial dalam


pemilihan kepala desa di Desa mayang kecamatan mayang kabupaten jember.

3. Untuk memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi konflik sosial dalam
pemilihan kepala desa di Desa mayang kecamatan mayang kabupaten jember.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan nanti oleh peneliti penellitian ini bisa memberi manfaat sebaigai berikut:

1. Masyarakat
Hasil penelitian dapat memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat
tentang konflik sosial dalam pemilihan kepala desa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sehingga masyarakat dapat memahami dan mengatasi konflik
sosial dengan lebih baik.

2. Pemerintah
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi pemerintah tentang cara
mengatasi konflik sosial dalam pemilihan kepala desa dan membuat kebijakan
yang lebih baik untuk mencegah terjadinya konflik sosial.

3. Pemerintah
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi pemerintah tentang cara
mengatasi konflik sosial dalam pemilihan kepala desa dan membuat kebijakan
yang lebih baik untuk mencegah terjadinya konflik sosial.

4. Peneliti
Hasil penelitian dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih
baik bagi peneliti tentang konflik sosial dalam pemilihan kepala desa dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya

5. Institusi
Hasil penelitian dapat memberikan informasi yang berguna bagi institusi
tentang konflik sosial dalam pemilihan kepala desa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sehingga institusi dapat memahami dan mengatasi konflik
sosial dengan lebih baik.

Manfaat penelitian ini membantu menjelaskan bagaimana hasil penelitian dapat


bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, peneliti, dan institusi, yaitu memberikan informasi
dan wawasan yang berguna tentang konflik sosial dalam pemilihan kepala desa dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya, serta memberikan masukan bagi pemerintah dan institusi
tentang cara mengatasi konflik sosial tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori adalah bagian penting dalam sebuah penelitian yang membahas
tentang sebuah masalah atau isu. Landasan teori membantu memahami dan
menjelaskan fenomena yang diteliti. Dalam penelitian tentang konflik sosial dalam
pemilihan kepala desa, beberapa landasan teori yang bisa digunakan sebagai berikut:

1. Pengertian konflik\
Konflik secara estimologi berasal dari kata kerja Latin yaitu "con" yang artinya
bersama dan "fligere" yang artinya benturan atau bertabrakan. Secara umum, konflik
merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi pertentangan atau
pertikaian baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah.( id.wikipedia.org diakses 7
februari2023 ). Dalam bahasa inggris conflict yang berati “konflik” yang berarti
pertikaian, ketegangan, percekcokan, dan perpecahan.

Berikut adalah konflik secara terminologis atau istilah ada beberapa pengertian
konflik menurut para ahli diantaranya:

1. Menurut Stephen W. Robbin


Robbin mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat
meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok
dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini
dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
a. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini
menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif,
merugikan, dan harus dihindari. Konflik disetarakan dengan istilah
kekerasan (violence), kerusakan (destruction), dan tidak rasional
(irrationality). Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat
komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara
orang–orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan
dan aspirasi karyawan.
b. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View). Pandangan
ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang
wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap
sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok
atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar
anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang
bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan
kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan
inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
c. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini
cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya
konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang,
damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan
tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu
dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap
anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan
kreatif.
2. Menutut Robert lawang
konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka
seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya di mana tujuan mereka
berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga untuk
menundukkan pesaingnya. Pandangan ini cakupan konflik lebih luas karena
memiliki tendensi dan orientasi yang beragam.
3. Soerjono Soekanto
Konflik menurut Soerjono Soekanto (2006) adalah pertentangan yang
ditimbulkan adanya perbedaan antara individu dengan kelompok sosial.
Perbedaan ini umumnya bisa disebabkan oleh pertentangan kepentingan dan
perbedaan tujuan, dan menimbulkan ancaman dan kekerasan.
4. Karl Marx
Karl Marx mengartikan konflik sebagai konflik sosial yang terjadi pertentangan
antara masyarakat, yang sering ditemukan di banyak tempat. Dimana bentuk
konflik ini berupa banyak hal, misalnya memperebutkan aset-aset yang bernilai.
5. Menurut Morton Deutsch,
seorang ahli konflik dan resolusi konflik, konflik adalah sebuah perselisihan atau
perbedaan pendapat antara individu atau kelompok yang memiliki tujuan dan
kepentingan yang bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai