Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebangkitan mistisisme mulai muncul selama periode tahun ini.

1950-an. Selama periode ini, Partai Permai diinisiasi.

Wongsonegoro dengan tujuan mengumpulkan semua mazhab

kebatinan, tidak ada orang seperti itu dalam sejarah Indonesia modern

sukses menggunakan ide-ide tradisional untuk membuatnya

memobilisasi rakyat dan mengkonsolidasikan kekuatan mereka terlepas dari

Presiden Sukarno. Selama revolusi fisik, Sukarno merupakan seorang orator

ulung, mampu membius dan memobilisasi masyarakat. Pada periode

legitimasi ini kharisma tradisional sangat terlihat pada diri Sukarno.

Fenomena mistik dan politik semakin muncul kembali dan

gaungnya terdengar setiap kali pemilihan kepala daerah mendapatkan

momentumnya, pemilihan calon anggota legislatif dan pemilihan presiden

diadakan. Pada masa itu banyak calon presiden atau calon kepala daerah,

senantiasa mengunjungi kuburan keramat atau menggunakan jasa praktisi

gaib. Dari sudut pandang Jawa klasik, makam keramat itu tidak benar serta

pusat energi spiritual masa lalu, yang diyakini bisa memberi

legitimasi yang kuat dalam dunia kepemimpinan.

Pemilihan kepala desa merupakan acara Partai Demokrat yang

dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. Seperti halnya proses demokrasi

pada umumnya, pemilihan kepala desa juga banyak melibatkan intrik dan
dinamika dari beberapa kelompok pendukung calon kepala desa, seperti

perbedaan pandangan tentang kriteria pemilihan antar masyarakat atau isu-isu

panas yang muncul di masyarakat, yang kemudian menjadi sumber. konflik

antar kelompok pendukung.

Perebutan kekuasaan di tingkat desa sangat menarik untuk dikaji, karena

di wilayah yang kecil, masing-masing pendukung dan calon kepala desa

memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga dinamika politik yang

dihasilkan juga sangat beragam. Dalam setiap proses politik yang berlangsung

tentunya ada politisi yang terlibat di dalamnya, jika melihat proses proses

politik di desa Lagadi saat ini pada pemilihan kepala desa tahun 2019 dan

pada pemilihan kepala desa sebelumnya, tokoh masyarakat atau dukun politik

memainkan peran yang sangat penting, mempengaruhi pilihan masyarakat

karena sifat masyarakat pedesaan cenderung mengikuti pesan tokoh

masyarakat dan dukun politik dengan keyakinan bahwa tokoh masyarakat dan

dukun politik dapat melihat kondisi masa depan. Masyarakat juga memiliki

budaya, Malinowski dalam “Dukun Indonesia dan Politik Agus Trihartono”

berpendapat bahwa, seperti halnya agama, mistisisme juga muncul dan

berfungsi dalam situasi tekanan emosional, seperti dalam krisis dalam keadaan

kosong atau kosong karena mengejar sesuatu yang dianggap penting, tidak

bahagia. cinta kehidupan dan kebencian.

Dalam realitas sosial masyarakat pedesaan, calon kepala desa biasanya

memiliki nilai-nilai dasar yang diperhitungkan paling tinggi, seperti status

perkawinan, kekuatan finansial, dan kualitas pribadi. Masyarakat desa sebagai


pemilih menghadapi beberapa kriteria seleksi dan berbagai pertimbangan yang

ada, namun selain perebutan kekuasaan, pemilihan kepala desa bukan sekedar

proses politik perebutan kekuasaan, melainkan perebutan harga diri. . dan

pertarungan kekuatan finansial, karena siapa yang kalah dalam pertarungan

calon kepala desa akan dianggap lemah secara finansial oleh masyarakat desa,

dan calon yang nantinya memenangkan pertarungan akan dianggap layak,

dengan ikatan kekeluargaan yang kuat dan kaya secara finansial,

Kemampuan personal dan kemampuan finansial calon kepala desa

merupakan aspek terpenting sebagai argumentasi utama jual beli di kalangan

masyarakat, karena amplop dibutuhkan untuk menggerakkan roda politik,

serta kemampuan personal untuk meyakinkan masyarakat. setelah kedua aspek

ini selesai, dukun politik akan memainkan peran yang cukup sentral dalam

menggalang dukungan bagi masyarakat dengan cara menjual benda-benda

budaya yang telah dijunjung tinggi oleh masyarakat secara turun-temurun,

seperti membuat prediksi bahwa kondisi di desa akan semakin buruk dan sial

jika masyarakat memutuskan calon kepala desa yang tidak mendukung dukun

politik, karena masyarakat desa percaya bahwa dukun politik mampu melihat

masa depan,dan juga restu dari dukun politik akan membawa berkah bagi

penduduk desa di masa depan.

Rendahnya pengetahuan politik masyarakat membuat peran dukun politik

dalam pemilihan kepala desa di desa Lagadi tidak pernah gagal, misalnya pada

pemilihan kepala desa tahun 2008 di desa Lagadi, calon kepala desa adalah

calon yang didukung oleh 3 (tiga) tokoh masyarakat, tiga tokoh masyarakat
yaitu Laode Bhatu, Langkagugu dan Moji Asahe, para dukun politik ini

berperan sangat penting dalam menghimpun massa salah satu calon kepala

desa, sehingga tidak mengherankan jika masa Pemilihan kepala desa semakin

dekat, calon kepala desa bersaing untuk mendapatkan dukungan dukun politik,

menyediakan sejumlah dana operasional untuk kebutuhan kampanye dukun

politik, gambaran yang sama diamati pada pemilihan kepala desa tahun 2013

dan 2018 di Desa Lagadi.

Tidak hanya dalam pemilihan kepala desa, bahkan dalam pemilihan bupati

Muna Barat tahun 2017, dukun politik juga memainkan peran penting untuk

memberikan dukungan mengenai disetujuinya seorang calon atau tidak

disetujui untuk menjadi penguasa. Mimpi dukun politik biasanya diartikan

sebagai siapa yang akan menjadi kepala desa, kondisi cuaca ekstrim dianggap

sebagai penolakan alami terhadap salah satu calon kepala desa, dan fenomena

alam biasanya digambarkan sebagai bencana alam jika orang tidak mengikuti

dukun politik serta dianggap sebagai instruksi untuk mendukung dan memilih

siapa. Dalam budaya kehidupan sehari-hari juga diyakini bahwa masyarakat

perdukunan mampu menjadikan seseorang berwibawa, dan kharismatik.

Fenomena dukun politik menghilangkan aspek-aspek penting dalam

menentukan kualitas pemimpin, karena dukun politik berperan cukup besar

dalam menentukan posisi dalam kepemimpinan, mengumpulkan massa,

menciptakan masalah dan membentuk opini, sehingga pertimbangan

masyarakat dalam pengambilan keputusan tidak ada. lagi berdasarkan kualitas

individu calon kepala desa melainkan pengaruh bisikan para dukun politik.
Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Peran Dukun Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa Tahun

2019 Di Desa Lagadi Kecamatan Lava Kabupaten Muna Barat”.

1.2 Pernyataan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis

menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana peran dukun

dalam Pilkadi tahun 2019 di desa Lagadi?”

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui

peran dukun politik dalam Pilkadi tahun 2019 di Desa Lagadi.

1.4 Manfaat Studi

Penelitian ini memiliki sejumlah keunggulan, baik secara teoritis maupun

praktis, yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat membantu mengembangkan dan

melengkapi khazanah ilmu di bidang ilmu politik terkait peran

dukun politik dalam pemilihan kepala desa.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

memberikan gambaran tentang perdukunan dalam pemilihan kepala

desa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi


latar belakang terkait berbagai isu mengenai peran dukun dalam

pemilihan kepala desa.

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

pengembangan terkait pengelolaan desa dalam pilkada.

Anda mungkin juga menyukai